131
i GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN MAJAS PERULANGAN PADA NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI: KAJIAN STILISTIKA PRAGMATIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh : Junita Ira Kurnia 151224075 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

i

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN MAJAS

PERULANGAN PADA NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI: KAJIAN

STILISTIKA PRAGMATIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Junita Ira Kurnia

151224075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasihku kepada:

1. Allah Yang Maha Esa atas berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan.

2. Seluruh keluarga besar saya, Keluarga besar Majedi Basah yang selalu

memberikan saya semangat dalam pengerjaan karya ini dan selalu

menasehati, memberi dukungan penuh kepada saya untuk menyelsaikan

karya ini.

3. Ibunda saya, Hamidah Majedi yang selalu memberi doa dan tabah

menghadapi saya ketika saya mulai mengeluh, memberikan saya masukan

untuk segera menyelesaikan studi saya.

4. Tante dan Om saya, Asniah Majedi dan Wawan Setiawan yang menjadi

motivasi dan selalu menyemangati saya untuk menjani kehidupan saya

dengan sebaik-baiknya.

5. Saudara-saudara kandung saya. Junaidah, Juhari, Diah Permata Sari, Alianu

Ardi, Jemelia Saskia, Muhammad Radit yang selalu memotivasi saya dan

tidak lupa selalu menasehati dan memberi semangat kepada saya.

6. Teman-teman saya. dari teman SD, SMP, SMA, dan temah kuliah yang

selalu memberikan saya semangat untuk menyelesaikan karya ini.

7. Kekasih saya. Paskalis Paran Ngo, yang membantu saya dari awal

menyusun karya ini dan memberi semangat ketika saya mulai malas

mengerjakan karya ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

v

MOTTO

الله سبیل فى فھو العلم طلب فى ج خر من

‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’

(HR.Turmudzi)

قطعك تقطعحا لم إن یف كالس الوقت

“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

“Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan

bertaqwalah kepada Allah supaya kamu menang.

QS. Al Imraan: 200

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

viii

ABSTRAK

Kurnia, Junita Ira. 2019. Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan dan Majas

Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami: Kajian Stilistika

Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

jurusan bahasa dan seni Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas mengenai gaya bahasa dalam majas perbandingan

dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami; kajian stilistika

pragmatik. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua masalah utama yakni, (1)

Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan

pada novel Saman karya Ayu Utami ditinjau dari perspektif stilistika pragmatik ?

dan (2) Apa saja makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dan

majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami ditinjau dari perspektif

stilistika pragmatik?

Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung gaya bahasa

dan makna gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan

berdasarkan konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Saman karya Ayu

Utami. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak yang dipadukan dengan

teknik baca-catat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kalimat yang mengandung gaya

bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik dari penelitian ini berjumlah 38

kalimat. Rincian jenis gaya bahasa tersebut sebagai berikut: Gaya bahasa

perumpamaan 7 buah, gaya bahasa metafora 3 buah, gaya bahasa personifikasi 6

buah, gaya bahasa sinestesia 2 buah, gaya bahasa epanalipsis 7 buah, gaya bahasa

epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah.

Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa

dalam majas perbandingan dan majas perulangan dalam novel Saman karya Ayu

Utami dan menemukan 6 makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa

dalam majas perbandingan dan majas perulangan berdasarkan konteks dalam

tuturan yang terdapat pada novel Saman karya Ayu Utami. Enam makna

pragmatik yang ditemukan sebagai berikut; makna pragmatik ‘mendeskipsikan’,

makna pragmatik ‘memberikan penjelasan’, ‘menanyakan sesuatu’, makna

pragmatik ‘menegaskan’, makna pragmatik ‘memberi perintah larangan’, dan

makna pragmatik ‘menunjukkan sesuatu’.

Kata Kunci : Tuturan, gaya bahasa, konteks situasi, dan makna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

ix

ABSTRACT

Kurnia, Junita Ira. 2019. Language Style in Simile and Repetition Figure of

Speech in Ayu Utami’s Saman Novel: A Pragma-stylistic Study. Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Language Education and Arts Study Program,

Language Education and Arts Department, Faculty of Teachers Training

and Education, Sanata Dharma University.

This research discusses about language style in simile and repetition

figure of speech in Ayu Utami’s Saman novel: a pragma-stylistic study. This

research aims to describe two main problems, namely (1) What are the form of

language style in simile and repetition figure of speech in Ayu Utami’s Saman

novel reviewed from pragma-stylistic perspective? and (2) What are the

pragmatics meanings of language style in simile and repetition figure of speech in

Ayu Utami’s Saman novel reviewed from pragma-stylistic perspective?

The data in this research are utterances that contain language style and

language style meaning in simile and repetition figure of speech based on

pragmatic context in Ayu Utami’s Saman novel. It is a qualitative research. The

data gathering technique of this research is listening method integrated with

reading-note taking technique.

The research result shows that: there are 38 sentences that contain

language style based on pragmatics context in this research. The details of the

language style types are as follows: 7 parables, 3 metaphors, 6 personifications, 2

synesthesia, 7 epanalepsis, 6 epizeuxis, 5 anaphora, 2 epiphora. Moreover, this

research also discusses about the appearance of meanings from language style

use in simile and repetition figure of speech in Ayu Utami’s Saman novel. There

are 6 meanings appear in language style use in simile and repetition figure of

speech based on utterance context in Ayu Utami’s Saman novel. The six meanings

of pragmatics are: pragmatics meaning of ‘describing’, pragmatics meaning of

‘explaining’, pragmatics meaning of ‘asking’, pragmatics meaning of ‘affirming’,

pragmatics meaning of ‘commanding’, and pragmatics meaning of ‘showing’.

Keywords: Utterance, language style, situational context, and meaning.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat

rahmat, berkah dan limpahan karunia-Nya yang diberikan kepada peneliti,

sehingga dapat menyelsaikan skripsi dengan judul Gaya Bahasa dalam Majas

Perbandingan dan Majas Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami:

Kajian Stilistika Pragmatik. dengan baik. Skripsi ini disusun untuk pemenuhan

salah satu syarat menyelesaikan studi dalam kurikulum pendidikan bahasa dan

sastara Indonesia (PBSI), Jurusan Bahasa dan Seni (JPBSI), Fakultas Keguruan

Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa proses dalam pembuatan skripsi ini melibatkan

banyak pihak yang berada di sekitar peneliti. Oleh karena itu peneliti

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku ketua program studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi

yang dengan sangat sabar memberikan kami motivasi, saran, untuk

menyelsaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku trianggulator yang bersedia

membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah mendidik peneliti selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata

Dharma.

6. Ibu Theresia Rusmiyanti, selaku pegawai Sekretariat program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu penulis dalam

menyelsaikan urusan adminstrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

HALAMAN MOTTO .............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................... vii

ABSTRAK ................................................................................................ viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

1.5 Batasan Istilah ...................................................................................... 6

1.6 Sistem Penyajian .................................................................................. 8

BAB II STUDI PUSTAKA ...................................................................... 10

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................. 10

2.2 Kajian Teori ...................................................................................... 14

2.2.1 Pragmatik .......................................................................................... 14

2.2.2 Stilistika Pragmatik ........................................................................... 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

xiii

2.2.3 Konteks dalam Pragmatik ........................................................... 23

2.2.3.1 Konteks Situasi Tutur .................................................................. 27

2.2.3.1.1 Penaya dan Pesapa ...................................................................... 27

2.2.3.1.2 Konteks Tuturan .......................................................................... 28

2.2.3.1.3 Tujuan Tuturan ............................................................................ 29

2.2.4 Majas ........................................................................................... 31

2.2.5 Gaya Bahasa ................................................................................ 34

2.2.6 Jenis-Jenis Majas dan Gaya Bahasa ............................................ 36

2.2.6.1 Majas Perbandingan ..................................................................... 36

2.2.6.1.1 Gaya Bahasa Personifikasi .......................................................... 37

2.2.6.1.2 Gaya Bahasa Sinestesia ............................................................... 39

2.2.6.1.3 Gaya Bahasa Perumpamaan ........................................................ 39

2.2.6.1.4 Gaya Bahasa Metafora ................................................................ 41

2.2.6.2 Majas Perulangan/Repetisi .......................................................... 42

2.2.6.2.1 Gaya Bahasa Bahasa Epanalipsis ................................................ 43

2.2.6.2.2 Gaya Bahasa Epizeukis ............................................................... 44

2.2.6.2.3 Gaya Bahasa Anafora .................................................................. 45

2.2.6.2.4 Gaya Bahasa Epifora ................................................................... 46

2.3 Makna dan Maksud/Makna Pragmatik................................................46

2.3.1 Makna...................................................................................................47

2.3.2 Maksud.................................................................................................47

2.4 Kerangka Perpikir ............................................................................. 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 51

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 51

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ............................................... 52

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 52

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................... 53

3.5 Triangulasi Data .......................................................................... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 57

4.1 Deskripsi Data ............................................................................. 57

4.2 Hasil Analisis Data ...................................................................... 59

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa .................................................................... 60

4.2.1.1 Gaya Bahasa Perumpamaan ........................................................ 60

4.2.1.2 Gaya Bahasa Personifikasi .......................................................... 62

4.2.1.3 Gaya Bahasa Metafora ................................................................ 63

4.2.1.4 Gaya Bahasa Sinestesia ............................................................... 65

4.2.1.5 Gaya Bahasa Epanalipsis ............................................................ 67

4.2.1.6 Gaya Bahasa Epizeukis ............................................................... 68

4.2.1.7 Gaya Bahasa Anafora .................................................................. 70

4.2.1.8 Gaya Bahasa Epifora ................................................................... 71

4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa .................................................. 73

4.2.2.1 Makna Pragmatik Mendeskripsikan ............................................ 74

4.2.2.2 Makna Pragmatik Menjelaskan ................................................... 74

4.2.2.3 Makna Pragmatik Menanya ........................................................ 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

xv

4.2.2.4 Makna Pragmatik Menegaskan ................................................... 76

4.2.2.5 Makna Pragmatik Memberi Perintah larangan …......................... 77

4.2.2.6 Makna Pragmatik Menunjukkan ................................................. 78

4.3 Pembahasan .................................................................................. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 82

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 82

5.2 Saran ............................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 84

LAMPIRAN .............................................................................................. 86

BIOGRAFI PENULIS …........................................................................ 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan pada pendahuluan yang terdiri dari

lima subbab yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan batasan istilah. Lima hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan

menyampaikan pesan. Melalui bahasa, seseorang dapat berkomunikasi untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik. Dalam hal ini, sejalan dengan

pendapat Chaer (2004:12) yang menyebutkan bahwa bahasa adalah alat untuk

berintraksi atau berkomunikasi dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan,

konsep, atau perasaan. Bahasa sastra adalah bahasa yang khas dalam dunia sastra

dan menurut beberapa orang menyimpang dari cara penuturan yang telah bersifat

otomatis, rutin, biasa, dan wajar. Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang

mengandung unsur motif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa

nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Penggunaan

bahasa sastra lebih ditujukan pada tujuan estetik karena di dalamnya hanya

menggunakan unsur motif dan bersifat konotatif (Nurgiantoro, 2009:273).

Abrams (1979:165-167) menyebutkan stilistika adalah ilmu yang

meneliti pengunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Ratna

(2009:236) menyatakan bahwa stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki

pemakaian bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

2

2

keindahannya. Istilah pragmatikstilistik merupakan kajian antar disiplin antara

pragmatik dan stilistik adalah kajian yang menghubungkan antara struktur bahasa

dengan pemakainya (Cristal Dalam Nurhadi 3013:15).

Novel merupakan salah satu bentuk dari karya sastra. Dalam novel,

pengarang memaparkan realitas kehidupan manusia yang dibungkus dengan rapi

dengan menggunakan bahasa yang dapat membuat pembaca ikut merasakan dan

mengalami sendiri, seperti yang dilukiskan oleh pengarang. Pengarang

menyampaikan imajinasinya dalam sebuah novel dengan memainkan kata-kata

sehingga menjadi untaian bahasa yang bernilai sastra. Selain itu, pengarang juga

menyusun sederet kata yang membangun alur cerita dalam novel dengan kata-kata

yang bermakna kias, sehingga pembaca dengan sendirinya dapat merasakan

adanya kehadiran nilai sastra yang tinggi dalam cerita novel tersebut.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai majas gaya bahasa yang

terfokus pada gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada

novel Saman karya Ayu Utami. Penggunaan gaya bahasa merupakan bagian dari

esensi bahasa yang sangat berpengaruh terhadap suatu karya sastra. Tanpa

menggunkan gaya bahasa yang menarik akan mengurangi nilai estetis di dalam

karya sastra itu sendiri. Sesungguhnya bahasa terdapat dalam segala ragam

bahasa: ragam lisan dan ragam tulis, ragam nonsastra, dan ragam sastra, karena

gaya bahasa adalah cara menggunakan gaya bahasa dalam konteks tertentu oleh

orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa

selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra secara tertulis, Sudjiman

(1993:13).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

3

Gaya bahasa yang baik akan menimbulkan daya imajinasi tersendiri

terhadap persepsi pembaca dalam memahami karya sastra. Maka dari itu,

penelitian ini sangat penting diteliti untuk memberikan pemahaman terhadap

pembaca untuk memahami gaya bahasa yang baik di dalam karya sastra agar

berdaya guna. Di samping gaya bahasa juga disampaikan tentang makna yang

terkandung di dalam novel serta implementasinya sebagai bahan ajar sastra. Ciri

khas Ayu Utami, salah satunya dapat dilihat dari pemilihan kata. Perbedaan itulah

yang membedakan dengan sastrawan lain. Bahasa yang disuguhkan oleh Ayu

Utami selalu dibumbui dengan tema seksualitas. Dalam penelitian ini penulis

mendeskripsikan sastra dari tataran Stilistika pragmatik gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami.

Penggunaan gaya bahasa yang menambah ketertarikan sendiri pada novel-novel

karya Ayu Utami membuat penulis sangat antusias menganalisis dari segi

penggunaan majas perbandingan dan perulangan.

Berdasarkan beberapa alasan di atas, penulis sangat tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan

dan majas Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami: Kajian Stilistika

Pragmatik”. Menyangkut gaya bahasa khusus gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami belum

ada yang meneliti hal tersebut sehingga penulis sangat tertarik untuk meneliti

gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman

karya Ayu Utami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

4

1.1 Rumusan Masalah

Dalam setiap penelitian ilmiah, yang menjadi unsur utama atau unsur pokok

adalah masalah karena masalah merupakan langkah titik tolak dalam setiap

penelitian ilmiah. Dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif dikutip penjelasan

Lincoln dan Guba (2008:66-67) yang menyatakan bahwa “Masalah adalah

kesenjangan antara yang diharapkan dengan realita yang ada”. Novel adalah salah

satu bentuk karya sastra. Pengarang bebas memainkan kata-kata yang digunakan

dalam menulis novel. Gaya bahasa yang digunakan juga sangat mendukung

keindahan dalam novel itu sendiri. Jika seorang sastrawan tidak mampu

meggunakan gaya bahasa yang menarik dalam menuliskan sebuah novel akan

menimbulkan kurangnya keindahan dalam karya sastra itu sendiri. Maka dari itu

pentingnya gaya bahasa digunakan dalam menulis sebuah novel. Masalah-

masalah yang akan penulis ungkapkan dalam penggunaan gaya bahasa khususnya

gaya bahasa dalam majas perbanding dan perulangan pada novel Saman karya

Ayu Utami dari kajian stilistika pragmatik.

Dalam penelitian ini penulis hanya menganalisis dari penggunaan gaya

bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan yang terdapat pada novel

Saman karya Ayu Utami. Adapun rumusan masalah umum pada penelitian ini,

yakni “Apa saja wujud dan makna prakmatik gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami”.

Adapun rumusan masalah khusus yang diangkat ialah sebagai berikut:

1. Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan

pada novel Saman karya Ayu Utami ditinjau dari perspektif stilistika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

5

pragmatik ?

2. Apa saja makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami ditinjau dari perspektif

stilistika pragmatik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka

waktu tertentu, dan setiap penelitian pasti memiliki tujuan. Adapun tujuan penulis

dalam penelitian kajian stilistika pragmatik gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami ditinjau dari perspektif

stilistika pragmatik.

2. Mendeskripsikan makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dan

majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami ditinjau dari perspektif

stilistika pragmatik.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Adapun

manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

6

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis, hasil dari penelitian ini dapat menambah referensi terhadap

kajian stilistika pragmatik majas perbandingan dalam novel Saman karya Ayu,

dapat juga sebagai bahan acuan dan referensi pada penelitian sejenis yang akan

dilakukan di masa yang akan datang.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penelitian ini

diharapkan dapat membantu pembaca agar mampu memahami setiap makna

majas dan gaya bahasa perbandingan dan perulangan dalam novel Saman karya

Ayu Utami. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi guru dan calon guru,

penelitian ini dapat memberi bekal yang cukup bagi guru bahasa Indonesia

mengenai majas dan berbagai jenis gaya bahasa beserta makna yang terkandung di

dalamnya, serta bagi masyarakat umum, penelitian ini menambah pemahaman

masyarakat umum mengenai pengetahuan akan kajian stilistika pragmatik, majas

perbandingan dan majas perulangan beserta gaya bahasa yang terkandung di

dalam novel.

1.4 Batasan Istilah

Berikut ini peneliti jabarkan mengenai batasan-batasan istilah yang digunakan

dalam penelitian ini agar tidak mengalami kesalahan dalam memahami penelitian

yang dilakukan oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

7

1. Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau

penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule 2016:3).

2. Stilistika Pragmatik

Kajian stilistika pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan

wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya adalah

wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan linguistik

umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi, orientasi teorinya

adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian stilistika memiliki anggapan

bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan dunia tekstual secara sempurna

(Fasold dalam Black, 2011:1).

3. Konteks

Konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengkait

dengan ujaran tertentu, pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan

pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara

(Kridalaksana, 2011:134)

4. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah

gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-

santun, dan menarik (Keraf, 1985:113).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

8

5. Novel

Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif

dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan

nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau

atau kusut. Novel memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari

satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi

(Tarigan, 1991:164-165). http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf

1.5 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang

berisi; pertama, latar belakang yang berisi alasan peneliti melakukan penelitian ini

dan masalah yang ditemukan. Kedua, rumusan masalah yang berisi masalah

berupa kalimat tanya. Ketiga, tujuan penelitian yang berisi tujuan yang akan

dilakukan peneliti untuk menjawab rumusan masalah dan sesuai dengan rumusan

masalah yang dibuat. Keempat, manfaat penelitian berisi kegunaan dari hasil

penelitian yang dilakukan. Kelima, batasan istilah disertakan untuk membatasi

istilah-istilah yang ada dalam penelitian. Keenam sistematika penulisan terkait

dengan sistematika penyajian sebagai bagian terakhir dari pendahuluan.

Bab II adalah landasan teori, berisi tentang penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Kajian teori membantu peneliti

untuk menunjukkan kedalaman alat analisis. Kajian teori digunakan sebagai alat

pembedah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

9

Bab III adalah metologi penelitian. Bab ini berisi 5 subbab yaitu; Pertama,

jenis penelitian adalah pengkategorian menurut data yang diperoleh. Kedua,

sumber data penelitian merupakan subjek dari mana data didapatkan. Ketiga,

metode dan teknik pengumpulan data berisi metode maupun teknik yang

digunakan dalam penelitian. keempat, metode dan teknik analisis data berisi

metode dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian. kelima,

triangulasi data berisi guna pengecekan keabsahan data hasil penelitian.

Bab IV merupakan bab yang berisi hasil penilitan dan pembahasan. Bab

ini merupakan inti dari penelitian ini. Bagian pembahasan membahas tentang

rumusan masalah dan sesuai teori yang digunakan. Bab V merupakan penutup.

Bab ini berisi dua subbab, Pertama, kesimpulan berisi uraian yang telah dianalisis

dan pokok-pokok pikiran. Kedua, saran berisi imbauan kepada peneliti

selanjutnya jika ingin meneliti penelitian yang sejenis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

10

BAB II

STUDI PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang penelitian yang relevan, kajian teori, dan

kerangka berpikir. Penelitian yang relevan menguraikan tentang tinjauan terhadap

topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Kajian teori

berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian

ini terdiri dari pragmatik, stilistika, stilistika pragmatik, konteks, majas, dan gaya

bahasa, Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada

penelitian yang relevan. Berikut ini akan diuraikan secara rinci:

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam memperoleh yang kuat untuk mendukung jalannya suatu tugas

menelitian ini, peneliti telah melakukan tinjauan pustaka untuk memperoleh

gambaran arah dalam penelitian. Ada beberapa penelitian terdahulu dengan gaya

bahasa dalam karya sastra, yaitu:

Penelitian pertama, Fitri Tyas Rachmawati (2018) berjudul “Gaya

Berbahasa Tokoh Utama Hua Mulan dalam Film Rise of a Warrior karya Ma

Chuceng (kajian pragmatikstilistik)”. Penelitian ini memuat bentuk gaya

berbahasa yang digunakan oleh tokoh utama dalam drama tersebut. Bentuk gaya

bahasa dilihat dari sudut nada yang digunakan oleh tokoh utama Hua Mulan

dalam film “Rise of a Warrior” terdapat tiga bentuk nada, yaitu: nada sederhana,

nada menengah, dan mulai bertenaga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

11

86

Penelitian kedua, Dian Artisa (2014) berjudul “Diksi dan Majas dalam

Novel Lalita Karya Ayu Utami dan Pemaknaannya Tinjauan Stilistika dan

Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa (1) latar sosiohistoris Ayu Utami mempunyai nama asli

Justina Ayu Utami yang lahir di Bogor, 21 November 1968, (2) struktur novel

Lalita dapat dilihat dari kepaduan tema dan fakta cerita. Tema dalam novel Lalita

karya Ayu Utami adalah kisah cinta yang diselimuti dengan perselingkuhan serta

tentang misteri Buku Indigo dan Candi Borobudur. Tokoh utama dalam novel

Lalita adalah Lalita Vistara. Alur yang digunakan adalah alur campuran. Latar

tempat terjadi di Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Wina, dan Prancis .

Latar waktu terjadi tahun 2008 sampai 2010. Latar sosial dalam novel Lalita

adalah kehidupan remaja dengan tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi karena

pergaulan bebes, mereka mempunyai moral buruk. Selain itu, juga diperkuat

dengan penggunaan bahasa Jawa dan budaya barat. (3) diksi dalam novel Lalita,

antara lain kata konotatif, kata konkret, kata sapaan khas diri, kata serapan dari

bahasa asing, kosakata bahasa Jawa, kata vulgar, serta kata dengan objek realitas

alam. (4) majas dalam novel Lalita adalah majas simile, majas personifikasi, dan

majas metafora. (5) implementasi diksi dan majas dalam novel Lalita tidak cocok

dijadikan sebagai bahan ajar sastra di SMA.

Penelitian ketiga, Ade Henta Hermawan (2014) berjudul “Kajian Parodi

dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini

Hari) karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika Pragmatik)”. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah peneliti mendapatkan dua puluh lima percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

12

antartokoh yang mengandung parodi, peneliti mengklasifikasikan melalui lima

bentuk klasifikasi. Lima bentuk klasifikasi tersebut adalah parodi yang

mengungkapkan sindiran, parodi yang berupa kritik, parodi yang mengungkapkan

perasaan tidak puas, parodi yang mengungkapkan lelucon, dan parodi yang

mengungkapkan perasaan tidak nyaman. Parodi yang terkandung pada percakapan

antartokoh dalam novel Lintang Kemukus Dini Hari ini merupakan salah satu

bentuk ciri khas kebahasaan untuk menyamarkan maksud, gagasan, kritik,

kecaman yang ingin disampaikan oleh Ahmad Tohari. Hal ini dilakukan oleh

Ahmad Tohari karena ia merasa bahwa inspirasinya bila diungkapkan secara

langsung maka tidak akan pernah didengarkan. Oleh karena itu Ahmad Tohari

mengungkapkan gagasan dan inspirasinya menggunakan novel dengan gaya

bahasa yang bermacam-macam dalam percakapan antartokohnya, salah satunya

ditemukan gaya parodi dalam percakapan antartokoh.

Penelitian keempat, Suban Mustari Peka (2018) berjudul “Analisis Jenis-

Jenis Gaya Bahasa dalam Novel Hujan Karya Darwis Tere Liye”. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan analisis jenis-jenis gaya bahasa

dalam novel Hujan karya Darwis Tere Liye. Penelitian ini menemukan gaya

bahasa perbandingan (perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, antithesis,

pleonasme, dan tautologi, perifasis, antisipasi atau prolepsis), gaya bahasa

pertentangan (hiperbola, litotes, oksimoron, silepsis, satire, paradoks, klimaks atau

anabasis, hyperbaton atau hysteron, sinisme, sarkasme), gaya bahasa pertautan

(sinekdoke, alusi, antomasia, erotesis, paralelisme, ellipsis, asindenton, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

13

polisindeton), gaya bahasa perulangan (anafora) yang terdapat dalam novel Hujan

Karya Darwis Tere Liye.

Penelitian kelima, Gismiyati Enlelia (2018) berjudul Jenis dan Peran

Majas Perbandingan pada Novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin” karya Tere Liye”. Penelitian ini membahas tentang majas perbandingan

pada novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” karya Tere Liye.

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis dan peran majas

perbandingan. Mengindentifikasi jenis majas perbandingan dan menganalisis

peran majas perbandingan pada novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin” karya Tere Liye. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan dua hal

penting yakni pertama, jenis majas perbandingan terbagi menjadi sepuluh jenis,

yaitu: simile atau perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori,

antithesis, pleonasme atau tautologi, periphrasis, antisipasi atau prolepsis, dan

koreksio atau epanortosis. Kedua, terdapat peran majas perbandingan yang

digunakan dalam novel tersebut yang bertujuan sebagai pembanding,

menghidupkan suatu gambaran, penginsanan, memberikan ketrangan tambahan

untuk hal yang sudah jelas. Melukiskan sesuatu, mendahului tentang sesuatu,

menggoreksi dan mempertegas antara gagasan yang satu dengan yang lain.

Dari kelima penelitian terdahulu yang relevan di atas, Peneliti dapat

menyimpulkan dalam penulisan karya sastra perlu adanya bahasa kiasan/majas

untuk membuat para pembaca lebih tertarik dan keindahan sebuah karya sastra itu

sendiri. Dengan gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra dapat

mengandung arti yang mengungkapkan sindiran, berupa kritik, mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

14

perasaan tidak puas, mengungkapkan lelucon, dan mengungkapkan perasaan

tidak nyaman, dan lain sebagainya. Maka dari itu peneliti sangat tertarik dalam

meneliti dari segi gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan

dengan kajian stilistika pragmatik yang saat ini masih sedikit diperhatikan dalam

menganalisis suatu karya sastra.

2.2 Kajian Teori

Pada kajian teori ini, peneliti akan memaparkan teori-teori yang berkaitan

dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagian kajian teori ini

memaparkan tentang pragmatik, stilistika, stilistikapragmatik, konteks, majas

perbandingan dan perulangan, dan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan

perulangan yang diperinci dalam sub bab sebagai berikut.

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule 2016:3). Tipe

studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam

suatu konteks khusus itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Membutuhkan

satu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin

dikatakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana,

kapan, dan dalam keadaan apa.

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik

dan pemakai bentuk-bentuk itu. Di antara tiga (3) bagaimana perbedaan ini hanya

pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis. Manfaat

belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

15

tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan

mereka, dan jenis tindakan (sebagai contoh:Permohonan) yang mereka

perlihatkan ketika mereka sedang berbicara.

Kerugian yang besar adalah bahwa semua konsep manusia ini sulit

dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan objektif. Dua orang teman yang

sedang bercakap-cakap mungkin menyatakan secara tidak langsung beberapa hal

dan menyimpulkan suatu hal lain tanpa memberikan bukti linguistik apapun yang

dapat kita tunjuk sebagai sumber ‘makna’ yang jelas atau pasti tentang apa yang

disampaikan. Contoh (1) Adalah sekedar suatu kasus masalah. Saya mendengar

penutur dan saya tahu apa yang mereka katakan, tetapi saya ‘tidak tahu’ (tidak

mempunyai) gagasan apa yang dikomunikasikan oleh penutur.

1) Her: so-did you?

(Jadi saudara?)

Him: hey-who woldn’t?

(hei siapa yang tidak mau?)

Jadi pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling

memahami satu sama lain secara lingustik. Tetapi, pragmatik dapat juga

merupakan suatu lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini

mengharuskan kita memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka

(Yule 2006:5-6).

Pragmatik mengkaji kemampuan pemakai bahasa dalam mengkaitkan

kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu (Nababan,

1987:2). Pragmatik adalah studi yang mempelajari relasi bahasa dengan

konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi dan terkodefikasi

sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson, dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

16

Rahardi, (2009:20). Levinson (1983) memberikan 5 definisi dari ilmu pragmatik.

Dari kelima definisi itu, 2 buah yang paling sesuai dengan penggunaan

kita dalam mata kuliah Pragmatik, yaitu: (1) “Pragmatik ialah kajian dari

hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian

bahasa”. Di sini, pengertian/pemahaman bahasa” menghunjuk kepada fakta bahwa

untuk mengerti sesuatu ungkapan /ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di

luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan

konteks pemakainnya. (2) “Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai

bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi

kalimat-kalimat itu”. Di dalam menganalisis suatu makna terdapat empat ruang

lingkup pragmatik.

Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Pragmatik adalah studi

tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh

pendengar atau pembaca. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan

dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya

daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam

tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Tipe studi

ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam

suatu konteks khusus dan bagian konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur

mengatur apa yang ingin mereka katakana yang disesuaikan dengan orang yang

mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa.

Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

17

disampaikan daripada yang dituturkan. Pendekatan ini juga perlu menyelidiki

bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar

dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe

studi ini menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi

bagian yang disampaikan. Kita boleh mengatakan bahwa studi ini adalah studi

pencarian makna yang tersamar. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari

jarak hubungan. Pandangan ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa

yang menentukan pilihan antara yang dituturkan dengan yang tidak dituturkan.

Jawaban yang mendasar terikat pada gagasan jarak keakraban. Keakraban, baik

keakraban fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang

sama. Pada asumsi tentang seberapa dekat atau jauh jarak pendengar, penutur

menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan.

Prgmatik diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi

tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa

atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran

(Kridalaksana, 1993:177). Jadi pragmatik merupakan ilmu yang digunakan untuk

mengetahui penggunaan bahasa yang sesuai konteks. Pragmatik pada hakikatnya

adalah studi bahasa dari sudut pemakainnya atau bahasa dalam pemakainya

(language in use) (Levinson dalam pranowo 2014:137). Dalam men-studi bahas

pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan

tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan

tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang

terlepas dari konteks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

18

Jadi Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk

linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Manfaat belajar bahasa melalui

pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang

dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis

tindakan. Jadi pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling

memahami satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga

merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini

mengharuskan kita untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran

mereka.

2.2.2 Stilistika Pragmatik

Istilah stilistika berasal dari kata: stylistics, dalam bahasa inggris. Istilah

stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang

atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics

atau ik’ adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya

bahasa. Stilistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang stile. Stile/gaya

secara tradisional telah didefinisikan sebagai cara ekspresi linguistik dalam bentuk

prosa atau sajak bagaimana penutur atau penulis mengatakan apapun yang mereka

nyatakan Wicaksono (2014:4).

Penemu stilistika adalah Charles Bally, seorang lingguis Prancis Hough,

1972 (dalam Nur Rohman). Sebenarnya, stilistika tidak dimaksudkan sebagai

studi sastra, tetapi untuk strudi bahasa (linguistik) yang dipergunakan dalam

bahasa sehari-hari. Stilistika merupakan bagian linguistik seperti yang

dikemukakan oleh Turner, 1977 (dalam Nur Rohman). meskipun kesuastraan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

19

(ilmu sastra) dapat memanfaatkan hasil studi linguistik dalam penelitian sastra,

tetapi kesuastraan berbeda dengan linguistik sebab objeknya berbeda. Objek studi

linguistik adalah bahasa, sedangkan objek studi kesuastraan adalah karya sastra

yang mempunyai konvensi sendiri. Oleh karena itu, ada usaha studi stilistika yang

berkecendrungan pada ilmu sastra dan penelitian stilistika yang dipusatkan pada

karya sastra sebagi sumber gaya dan penggunaan bahasa dalam karya sastra, tetapi

kesadarannya muncul dalam linguistik. Oleh karena itu, stilistika dipahami

sebagai ilmu gabung antara linguistik dan ilmu sastra (dalam Nur Rohman).

Adapun beberapa istilah berdasarkan pendapat ahli tentang stilistika yaitu:

Abrams, (1979:165-167), stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa

dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Ratna, (2009:236) menyatakan bahwa

stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra

dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Tim penyusun 2009:0489), istilah stilistika memiliki arti tata

bahasa yang meliputi kebiasaan-kebiasaan atau ungkapan-ungkapan dalam

pemakaian bahasa yang mempunyai efek kepada pembacanya. Crystal (1989:431)

menyatakan stilistika merupakan pengkajian yang sistematis dalam penggunaan

bahasa, karakteristik gaya, baik individu maupun kelompok. Menurut Simpon

(2004:2), stilistika adalah metode interpretasi tekstual karya sastra yang

dipandang memiliki keunggulan dalam pemberdayaan bahasa.

Kridalaksana (2011:157), menyatakan bahwa stilistika (stilistics) adalah

(1) ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra, ilmu

interdisipliner antara linguistik dan kesuastraan (2) penerapan linguistik pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

20

penelitian gaya. Dengan stilistika dapat dijelaskan intraksi yang rumit antara

bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus

sastra (Sudjiman, 1993:VII). Pradopo (2013:10) menguraikan ruang lingkup

stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi

intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, bunyi, gaya

kata, dan gaya kalimat.

Stilistika adalah suatu bidang ilmu yang menjembatani kedua disiplin ilmu

tersebut, dan bukan disiplin ilmu tersendiri, tetapi sebagai suatu cara untuk

menghubungkan disiplin-disiplin ilmu yang lain. Pragmatik sebagai salah satu

bidang ilmu linguistik yang mengkhususkan pengkajian pada hubungan antara

bahasa dan konteks tuturan. Berkaitan dengan itu, Mey (dalam Rahardi, 2003:15)

mendefenisikan pragmatik bahwa “pragmatics is the study of the conditions of

human language uses as there determined by the context of society”, ‘pragmatik

adalah studi mengenai kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang

ditentukan oleh konteks masyarakat’. Levinson (dalam Rahardi, 2003:13-14)

berpendapat bahwa pragmatik sebagai studi prihal ilmu bahasa yang mempelajari

relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang

dimaksud telah tergramatisasi dan terkodifikasi sedemikian rupa, sehingga sama

sekali tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya.

Sudjiman (199:13-14) menguraikan pusat perhatian stilistika adalah style,

yaitu cara yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya

dengan menggunakan bahasa sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai

gaya bahasa. Sesungguhnya gaya bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

21

ragam lisan dan bahasa ragam tulis, ragam sastra dan ragam nonsastra. Pengkajian

stilistika adalah meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis

memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati antar

hubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika (stylistics

fetures) yang membedakan pengarang (sastrawan) karya, tradisi, atau priode

lainnya.

Istilah stilistika telah diterapkan dengan prosedur kritis yang berusaha

untuk menggantikan istilah subjektivitas serta impresionisme dalam standar

analisis “tujuan” atau “ilmiah” stilistika karya sastra. Kajian stlistika sebenarnya

dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tidak terbatas pada

sastra saja tetapi biasanya stilistika sering dikaitkan dengan bahasa sastra.

Stilistika dapat dianggap menjembatani kritik sastra di satu pihak dan linguistik

di pihak lain karena stilistika mengkaji wacana sastra dengan orientasi linguistik.

Pusat penelitian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang

pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan

bahasa sebagai sarana. Dengan demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya

bahasa, Sudjiman (1993:13)

Kajian stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks

mencerminkan dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1).

Pragmatik adalah kajian terhadap bahasa dalam penggunaannya (dengan

memperhitungkan unsur-unsur yang tidak dicakup oleh tata bahasa dan semantik),

maka dapat dipahami jika stilistika sekarang menggunakan pragmatik dan

pemahaman-pemahaman yang dapat dihasilkan prgmatika. Kita berada dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

22

sebuah dunia makna yang relatif tidak stabil. Peran dari pembaca adalah selalu

sebagai penafsir dan bukan sekedar penerima yang pasif (Black, 2011:1-2). Jadi,

setiap orang yang membaca atau menonton bukan hanya menjadi seorang yang

dapat menilai dan mengidentifikasi sesuatu yang telah dibaca maupun didengar.

Perpaduan antara teori-teori prgmatik dan stilistika menghasilkan teori stilistika

pragmatik .

Kajian stilistika pragmatik dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dari

teori-teori pragmatik agar bisa menjelaskan aspek-aspek dari teks sastra yang

membuat teori-teori pragmatik menjadi menarik untuk digunakan sebagai sarana

penafsiran (Black, 2011:336). Teori ini dikembangkan oleh Elizabeth Black. Ia

berpandangan bahwa kajian linguistik yang berorientasi pragmatik terhadap

bahasa ternyata berguna bagi pemahaman teks fiksi atau karya sastra. Stilistika

pragmatik lebih menekankan hubungannya dengan bahasa dalam praktek

penggunaannya.

Penelitian ini, peneliti mengambil teori tentang stilistika pragmatik agar

dapat membantu peneliti untuk mengkaji Novel Saman karya Ayu Utami. Peneliti

akan mendeskripsikan gaya bahasa dan makna gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami kajian

stilistika pragmatik.

2.2.3 Konteks dalam Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 1996:3). Seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

23

yang kita ketahui bahwa pragmatik pasti membutuhkan konteks karena setiap apa

yang ingin disampaikan oleh penutur harus berdasarkan konteks. Konteks

biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi

dari para partisipan (Brown dan Yule, 1983:35-67). Werth (1999), telah

mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks.

Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks

ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami Bersama, di

mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang sekaligus juga

memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth

memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan

bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana

tertulis maupun untuk wacana lisan).

Sperber dan Wilson (1986/1995), mereka menyatakan bahwa konteks

adalah tanggung jawab dari pendengar, yang akan mengakses informasi apa pun

yang akan diperlukan agar bisa mengolah sebuah ucapan, dengan didasarkan pada

asumsi bahwa penutur dari ucapan itu telah berusaha sedapat mungkin untuk

membuat ucapannya itu menjadi relevan. mereka tetap memahami pentingnya hal-

hal yang sudah disampaikan di atas, namun mereka menekankan bahwa

pengetahuan ensiklopedik (pegetahuan umum-pent) juga memegang peranan

penting. Maka orang yang satu bisa jadi akan menafsirkan sebuah ucapan secara

berbeda dari orang lain tergantung pada informasi apa yang mereka milik, apa

yang mereka anggap relevan dan sejauh mana pengetahuan mereka tentang

konvensi sosial. Perhatikan contoh berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

24

Mrs. Dalloway berkata bahwa dia akan membeli sendiri bunga-bunga

itu.

Karena Lucy sudah mengerjakannya. Pintu-pintu akan dilepaskan dari

engselnya. Anak buah Rumpelmayer akan datang. Dan setelah itu, begitu pikir

Clarrisa Dalloway, pagi itu akan sangat indah, segar seperti yang dirasakan

anak-anak yang sedang bermain di pantai. (Virginia Woolf, Mrs Dalloway,

1925/1964:5).

Dari kalimat-kalimat pertama dalam Mrs Dalloway ini, kita bisa

menyimpulkan beberapa hal. Hal yang pertama hubungan sosial antara Lucy

dengan Mrs.Dalloway telah disinggung dalam kutipan di atas karena Lucy disebut

hanya dengan nama depan saja sementara Mrs. Dalloway disebut dengan gelar

(yaitu Mrs., yang berarti “nyonya”) dan nama depan dan nama keluarganya, yaitu

Clarissa Dalloway. Kalimat pertama menyebutkan bahwa Mrs. Dalloway

menawarkan untuk mengurangi beban keja Lucy, tetapi jelas berbelanja bunga

akan lebih menyenangkan daripada menunggu kedatangan para tukang dan

mengawasi tukang melepas pintu. Kita tidak ahu siapa dan apa orang-orang yang

disebut sebagai anak buah Rumpelmayer itu, tetapi tampaknya pembelian bunga

ini menunjukkan bahwa orang-orang itu datang untuk keperluan mengadakan

pesta dan mereka bukan tukang kayu atau tukang cat yang kerjanya memperbaiki

rumah. Dengan cara inilah, pembaca perlahan-lahan masuk ke dalam teks.

Hubungan sosial antara Luci dengan Mrs. Dalloway akan bisa ditangkap

dengan jelas oleh para pembaca novel dari era di mana novel itu diterbitkan (novel

ini terbit tahun 1925), tetapi mungkin tidak jelas bagi para pembaca modern. Para

pembaca novel ini dari era tahun 1920-an mungkin juga akan memerhatikan

situasi sosial dari keluarga itu (ketika membaca) bahwa ketika Mrs. Dalloway

pulang, yang membuka pintu baginya adalah Lucy dan bukan pelayan. Dari sini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

25

terlihat bahwa perkembangan dari pemahaman kita terhadap wacana adalah

bersifat inkremental atau terjadi secara bertahap.

Di dalam pragmatik konteks yang dimaksudkan dibatasi pada konteks

‘extralinguistic’ atau ‘luar bahasa’. Secara umum dapat didefinisikan bahwa

konteks dalam pragmatic adalah ‘segala macam aspek yang sifatnya luar bahasa

(extralinguistic), yang menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna

kebahasaan”. Catatan lain yang berkenaan dengan konteks disampaikan

Malinowsky pada tahun 1923, jauh sebelum pakar pragmatik berbicara tentang

seluk-beluk konteks, khususnya konteks situasi atau ‘context of situation’.

Kehadiran konteks situasi itu mutlak untuk menjadikan tuturan benar-benar

bermakna. Dalam bahasa Indonesia, bisa saja orang menyebut seseorag dengan

‘anjing’ sebagai pemerkah keakraban yang benar-benar baik, kental, tidak

berjarak, dalam situasi yang juga sungguh santai. Sekali lagi harus ditegaskan

bahwa penentu bagi makna tuturan itu (apakah kasar, vulgar, ataukah biasa-biasa

saja) adalah kehadiran ‘context of situation’sebagaimana dikatakan Malinowsky.

Leech (1983), menyebut hal yang berbeda dari Malinowsky. Leech

menyebut istilah ‘speech situatin’. Menurutnya, aspek-aspek dalam situasi tutur

adalah ‘speech situation’ itu dapat dibedakan menjadi lima: pertama, Penutur dan

lawan tutur ‘speaker and hearer’ dapat berkaitan dengan usianya, jenis

kelaminnya, letar belakang pendidikannya, latar belakang kulturnya, latar

belakang sosialnya, latar belakang ekonominya, dan juga latar belakang fisik,

psikis, atau mentalnya.

Akan tetapi sesungguhnya aspek konteks situasi ini dapat diperluas, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

26

semata-mata pada ‘penutur’ dan ‘mitra tutur’ seperti disebutkan itu, karena

sesungguhnya yang dimungkinkan hadir dalam sebuah pertuturan bisa lebih dari

itu. Aspek situasi tuturan kedua, adalah konteks tutran itu sendiri: situasi waktu

dan tempat (spatio-temporal settings) bagi terjadinya pertuturan aspek fisik, dan

aspek sosial-kultur lainnya yang menjadi penentu makna bagi tuturan. Aspek

situasi tuturan ketiga, yang sangat menentukan makna kebahasaan, adalah ‘tujuan

tutur’. Sebuah tuturan pasti muncul bukan tanpa tujuan, tetapi selalu mengandung

tujuan tertentu. Jadi harus ditegaskan bahwa bertutur dalam pragmatik selalu

berorientasi pada tujuan, pada maksud; maka dikatakan sebagai ‘goal-oriented

activity’.

Bentuk kebahasaan yang digunakan, secara pragmatik selalu didasarkan

pada fungsi, bukan semata-mata pada bentuk; karena setiap bentuk kebahasaan

sesungguhnya sekaligus merupakan bentuk tindak verbal, yang secara fungsional

yang selalu memiliki tujuan. Aspek keempat, dari situasi tuturan sebagaimana

disampaikan Leech (1983) adalah bahwa tuturan harus selalu dianggap sebagai

tindak verbal. Tindak-tindak verbal inilah yang menjadi titik focus kajian

pragmatik. Aspek kelima, dari situasi tuturan yang disampaikan Leech (1983)

adalah bahwa tuturan menjadi produk tindak verbal. Misalnya saja sebagai

seorang guru atau dosen dalam kelas Anda mengatakan, “papan tulisnya kotor!”’

maka sesungguhnya produk tindakan yang diharapkan dari tuturan itu adalah

supaya ada tindakan membersihkan papan tulis itu. aspek-aspek situasi tuturan

yang disampaikan di depan itulah yang menjadi penentu makna kebahasaan

sebuah pertuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

27

2.2.3.1 Konteks Situasi Tutur

Pragmatik adalah studi bahasa yang terikat konteks (context dependent).

Artinya konteks tidak bisa tidak harus dilibatkan dan diperhitungkan dalam

memaknai bahasa, baik bahasa dalam pengertian entitas kebahasaan sebagai

elemen, maupun bahasa dalam pengertian umum yang jauh lebih holistik dan

lebih luas, dalam Rahardi dkk (2016:38). Dalam kaitan dengan ini, Malinowsky

(1923, di dalam Verschueren, 1998:75) telah mencatat tentang perlunya konteks

situasi atau ‘context of situation’, yang selengkapnya berbunyi “pada

kenyataannya bahasa yang diucapkan oleh penutur tidak selalu memiliki makna

dalam konteks situasi.” Jadi jelas sekali dikatan oleh linguis ini bahkan jauh

sebelum pragmatik dikatakan terlahir dan mulai berkembang kehadiran konteks

situasi adalah sebuah keharusan, terutama sekali di dalam pertuturan lisan. Berikut

adalah aspek-aspek konteks situasi tutur yang membentuk konteks pragmatik.

2.2.3.1.1 Penyapa dan Pesapa

Penyapa dan pesapa yang biasa juga disebut dengan penutur dan mitra

tutur dapat bermacam-macam. Misalnya, umur, jenis kelamin, latar belakang

pendidikan, latar belakang ekonomi, latar belakang sosial dan budaya, latar

belakang etnis, dan masih banyak lagi latar-latar yang lainnya. Leech (1983),

menegaskan bahwa istilah-istilah yang disampaikan bahwa prgmatik tidak hanya

dibatasi pada dimensi lisan saja, tetapi juga pada dimensi tulis atau yang bersifat

tekstual. Lyons, (1997):34) mengatakan bahwa dimensi-dimensi yang berkaitan

dengan diri ‘penyapa’ dan ‘pesapa’ itu sangat variatif. Dari dimensi jenis kelamin,

misalnya saja, orang harus membedakan bahasa yang digunakan oleh seseorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

28

yang berjenis kelamin perempuan dan berjenis kelamin laki-laki.

Rahardi dkk (2016:40) menyebutkan penutur atau penyapa juga sering

lupa memperhatikan dimensi umur mitra tutur atau pesapanya. Dimensi-dimensi

psikologis dan non-psikologis lainnya, yang sering melekat erat pada

perkembangan usia manusia, banyak diabaikan oleh orang-orang yang terlibat

didalam komunikasi. Di dalam masyarakat jawa, misalnya saja, pertimbangan usia

seseorang menjadi sangat penting. Orang yang dianggap sebagai ‘sepuh’ atau

‘tua’ bagaimanapun sebab dan alasannya, harus senantiasa mendapatkan

penghormatan atau penghargaan lebih dari mereka yang muda. Dalam pertuturan

sesungguhnya, orang harus dapat memperhitungkan semuanya itu dengan cermat,

supaya hubungan antara penyapa dan pesapa tetap menjadi baik pula. Tentu saja

masih banyak dimensi penyapa dan pesapa lainnya yang masih dapat digali, dan

itu sepenuhnya penulis serahkan kepada pembaca budiman untuk selalu

memperhatikan dan selalu mencermatinya.

2.2.3.1.2 Konteks Tuturan

Konteks linguistik lazimnya berdimensi fisik, sedangkan konteks

sosiolinguistik lazimnya berupa setting sosial-kultural yang mewadahi kehadiran

tuturan. Adapun yang dimaksud dengan konteks pragmatik, seperti yang

disampaikan Wijana (1996:11), adalah semua latar belakang pengetahuan yang

dipahami bersama penutur dan lawan tutur. Semua latar belakang pengetahuan

yang dipahami bersama penutur dan lawan tutur itulah yang sangat berguna dalam

menafsirkan makna bentuk kebahasaan tertentu yang hadir dalam pertuturan.

Rahardi dkk (2016:42) memberi contoh sebagai berikut: misalnya, di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

29

dalam sebuah ruang kerja perguruan tinggi tertentu di mana setiap orang yang ada

di dalamnya sudah saling mengenal dengan baik dan masing-masing berelasi

dengan sangat akrab. Pemakaian kata tertentu yang lazimnya dianggap tabu

dalam komunikasi itu sama sekali tidak dianggap aneh, kasar, dan tabu.

Bentuk-bentuk kebahasaan seperti ‘asem’ atau mungkin ‘anjing’ atau

mungkin bentuk tuturan yang lebih kasar lagi, dapat saja digunakan dalam

komunikasi itu tanpa ada perasaan aneh dan kaku. Dapat dikatakan demikian

karena sesungguhnya dalam masyarakat itu telah terbangun kesamaan latar

belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki orang-orang yang hadir dalam

komunikasi itu. Konteks terjadinya contoh di atas ialah di sebuah ruang kerja dan

tuturan- tuturan dituturkan oleh rekan-rekan kerja yang berada di dalam ruangan

itu. Konteks situasi tuturan seperti inilah yang dapat disebut konteks pragmatik.

2.2.3.1.3 Tujuan Tuturan

Leech (1983), membedakan antara ‘maksud tuturan’ dan ‘tujuan

tuturan’. Dalam pandangannya, ‘tujuan’ atau ‘fungsi’ tuturan itu lebih tepat

digunakan untuk menggantikan istilah ‘maksud tuturan’ atau ‘maksud penutur’.

Itulah mengapa banyak dikatakan, bahwa pragmatik itu sesungguhnya menunjuk

pada aktivitas-aktivitas kebahasaan yang berorientasi pada tujuan, bukan maksud.

Rahardi dkk (2016:43) memberi contoh sebagai berikut: kalau Anda

sedang menyapa seorang biarawati yang menjadi pimpinan disebuah institusi

sekolah atau kampus dengan mengatakan, “Hei suster, pagi, apa kabar!”, maka

jelas sekali bahwa tuturan yang Anda sampaikan itu bertujuan tertentu. tujuannya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

30

mungkin sekali adalah untuk ‘menyapa’ diri sang biarawati yang adalah pimpinan

komunitas itu dalam nuansa yang tidak terlampau ‘kaku’ dan ‘berjarak’.

Terhadap orang yang sama mungkin sekali dimunculkan bentuk tuturan

berbeda, dalam nuansa berbeda, oleh karyawan atau dosen atau guru yang berbeda

pula. Akan tetapi sekalipun berbeda, tetap saja tuturan yang dikeluarkannya

memiliki tujuan. Tujuan itu lebih konkret, lebih nyata, karena memang keluar

berbarengan dengan tuturan yang dilafalkan itu. Akan tetapi, maksud (purpose)

tidak serta merta sama dengan tujuan karena cenderung hadir sebelum tuturan

dinyatakan. Jadi maksud itu belum berupa tindakan, masih berada dalam pikiran

dan angan-angan; sedangkan tujuan itu sudah berupa tindakan, karena memang

tujuan hadir bersama-sama dengan keluarnya sebuah tuturan dari mulut seseorang.

Tujuan memang lebih konkret, lebih nyata, karena memang keluar

berbarangan dengan tuturan yang dilafalkan itu. Akan tetapi, maksud tidak serta

merta sama dengan tujuan karena cenderung hadir sebelum tuturan dinyatakan.

Maksud itu belum berupa tindakan, masih berada dalam pikiran dan angan-angan;

sedangkan tujuan itu sudah berupa tindakan, karena memang tujuan hadir

bersama-sama dengan keluarnya sebuah tuturan dari mulut seseorang.

Maka dapat kita ketahui konteks sangat diperlukan dalam pragmatik

karena setiap makna tuturan yang disampaikan oleh penutur harus memiliki

konteks yairu situasi yang berada di luar teks yang sedang dibicarakan (Pranowo

2014:65). Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam tuturan berdasarkan

kajian pragmatik karena dari konteks dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi

sehingga tuturan itu dituturkan. Konteks dalam pragmatik digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

31

mengetahui situasi dan kondisi di dalam tuturan dari penutur sehingga peneliti

dapat menafsirkan makna pragmatik yang terdapat dalam gaya bahasa yang

terkandung dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman

karya Ayu Utami.

2.2.4 Majas

Wijaksono (2014:29), menyatakan pemajasan (figure of thought)

menggunakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, maknanya tidak

menunjuk pada makna harafiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada

makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Penggunaan bentuk-bentuk kiasan

dalam kesastraan, dengan demikian merupakan salah satu bentuk penyimpangan

kebahasaan, yaitu penyimpangan makna. Penggunaan gagasan dalam dunia sastra

sesuai dengan sifat alami sastra itu sendiri yang ingin menyampaikan sesuatu

secara tak langsung banyak mendayagunakan pemakaian aneka bentuk bahasa

kias itu. pemakaian bentuk-bentuk tersebut di samping untuk membangkitkan

suasana dan kesan tertentu, tanggapan indra tertentu, juga dimaksudkan untuk

memperindah penuturan itu sendiri.

Penggunaan stile yang berwujud pemajasan mempengaruhi gaya dan

keindahan bahasa karya yang bersangkutan, namun penggunaan bentuk-bentuk

bahasa kias tersebut haruslah tepat. Artinya, ia haruslah dapat menggiring kearah

interpretasi pembaca yang kaya dengan asosiasi-asosiasi, disamping juga dapat

mendukung terciptanya suasana dan nada tertentu. Selain itu, penggunaan bentuk-

bentuk ungkapan itu haruslah baru dan segar, tidak hanya bersifat mengulang

bentuk-bentuk tertentu yang telah banyak dipergunakan. Pemilihan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

32

peggunaan bentuk kiasan bisa saja berhubungan dengan selera, kebiasaan,

kebutuhan, dan kreatifitas pengarang. Bentuk-bentuk pemajasan yang banyak

dipergunakan pengarang adalah bentuk perbandingan atau persamaan, yaitu yang

membandingkan sesuatu dengan yang lain melalui ciri-ciri kesamaan antara

keduanya, misalnya yang berupa ciri fisik, sifat, keadaan, suasana, tingkah laku

dan sebagainya.

Menurut Keraf (2010:113), majas adalah cara pengungkapan pikiran

melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis

(pemakai bahasa). Persoalan meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata

secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencangkup sebuah wacana

secara keseluruhan, malahan nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk

pula sebagai persoalan gaya bahasa (Keraf, 2010:112). Berdasarkan pendapat di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa majas merupakan bahasa khas yang

digunakan oleh penulis dalam menyampaikan maksud dan perasaannya melalui

karya tulis yang ia ciptakan.

Keraf (2010:112) membagi jenis-jenis majas menjadi dua, yaitu dari segi

non bahasa dan dari segi bahasa. Dari segi non bahasa, majas dibagi menjadi tujuh

yaitu gaya bahasa berdasarkan (1) pengarang, (2) masa, (3) medium, (4) subyek,

(5) tempat, (6) hadirin, dan (7) tujuan. Dari segi bahasa, gaya bahasa dibagi

menjadi empat yaitu (1) berdasarkan pilihan kata, (2) nada yang terkandung dalam

wacana, (3) struktur kalimat, (4) langsung tidaknya makna.

Tarigan (2013:5) mengungkapkan bahwa majas adalah bahasa indah yang

dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

33

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang

lebih umum. Pendek kata penggunaan majas tertentu dapat mengubah serta

menimbulkan konotasi tertentu. Tarigan (2016:6) membagi majas menjadi empat

yaitu majas perbandingan, pertentangan, pertautan, perulangan.

Majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau

pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya majas

dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: majas penegasan, perbandingan,

pertentangan, dan majas sindiran. Beberapa jenis majas dibedakan lagi menjadi

subjenis lain sesuai dengan cirinya masing-masing. Secara tradisional bentuk-

bentuk inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Dengan kalimat lain majas

disamakan dengan gaya bahasa. Sebaliknya, menurut teori sastra kontemporer

majas hanyalah sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas dengan demikian

merupakan penunjang , unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya

bahasa. Dengan kata lain gaya bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan majas.

Majas, bagaimanapun luas pembagiannya, penggolongannya dengan contohnya

masing-masing tetap memiliki keterbatasan. Majas sudah berpola, sehingga pola

seolah-olah membatasi kreativitas. Penggolongan itupun pada gilirannya

membatasi wilayah pemakainnya dan dengan demikian maknanya. Sebaliknya,

gaya bahasa jelas tidak terbatas. Maknanya tergantung dari kemampuan

pengarang untuk mencipta dan kemampuan pembaca untuk memahaminya.

Ruang lingkup gaya bahasa lebih luas dari pada majas. Saat menganalisis

sebuah karya sastra tidak terhitung jenis gaya bahasa yang timbul. Gaya bahasa

juga meliputi cara-cara penyusunan struktur intrinsik secara keseluruhan, seperti:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

34

plot, tokoh, kejadian, dan sudut pandang. Tidak ada karya sastra tertentu tanpa

gaya bahasa tertentu. Diantara gaya bahasa dan majas dalam karya sastra jelas

yang paling berperan adalah gaya bahasa. Dari pendapat para ahli di atas, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa majas adalah bahasa yang digunakan untuk membuat

karya menjadi lebih hidup, menarik dengan membandingkan dan menyamakan

suatu benda dengan benda lain untuk mendapatkan suatu keindahan pada suatu

karya sastra yang diciptakan.

2.2.5 Gaya Bahasa

Sesungguhnya bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa: ragam lisan

dan ragam tulis, ragam nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah

cara menggunakan gaya bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk

maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan

dengan teks sastra, khususnya teks sastra secara tertulis (Sudjiman, 1993:13).

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek

dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal

tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. penggunaan gaya bahasa

tertentu dapat mengubah konotasi tertentu (Dale, 1971:220).

Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan

dalam pengertian yang benar-benar secara kalamiah saja (Warrine, 1997:602).

Gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam

berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan

pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

35

dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus

mengandung tiga unsur berikut yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik

(Keraf, 1985:113).

Menurut Sudjiman (1993:15) mengatakan bahwa gaya bahasa ditentukan

antara lain oleh sifat karya yang bersangkutan, apakah berupa epik atau lirik, lisan

atau tulisan, apa makna karya itu, serta siapa pembaca yang dituju. Dengan

memperhatikan hal itu sering kita dapat lebih memahami mengapa gaya karya

yang satu begini dan yang lain begitu. Dengan bahasa yang berbunga-bunga dan

beragam majas, pengarang berusaha menarik perhatian pembaca kepada bentuk

ekstetiknya, “bahasa nan indah”, baru kemudian pada gagasan yang hendak

disampaikan.

Sebuah gagasan yang biasa saja jadi tampak megah karena dibungkus

dengan baju yang berenda-renda tetapi agak berlebihan. Walaupun demikian,

hiasan stilistik (stylistic embellishment) bukannya lalu dapat ditiadakan begitu

saja, karena penggunaan sarana stilistik sering membawa tambahan makna.

Menurut pandangan itu, gaya bahasa adalah unsur bahasa yang ekspresif dan

emotif yang ditambahkan pada penyajian yang netral, suatu tambahan yang mana

suka (optimal).

2.2.6 Jenis-Jenis Majas dan Gaya Bahasa

Berikut peneliti akan menjabarkan tentang majas perbandingan dan majas

perulangan beserta gaya bahasa yang terkandung di dalam majas perbandingan

dan majas perulangan sesuai dengan penelitian yang akan diteliti pada novel

Saman karya Ayu Utami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

36

2.2.6.1 Majas Perbandingan

Keraf (1981:121) mengatakan, membandingkan sesuatu dengan sesuatu

hal yang lain berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan

antara kedua hal tersebut. Pengertian perbandingan sebenarnya juga mengandung

dua pengertian, yaitu pertama perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa

langsung, dan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Perbandingan berikut

termasuk dalam gaya bahasa langsung:

Dia sama pintar dengan kakaknya

Kerbau itu sama kuat dengan sapi

Sampai di mana batas antara perbandingan yang merupakan bahasa

langsung dan bahasa kiasan? Hal itu tergantung dari kelas katanya, tergantung

dari perbedaan antara kelas kata-kata yang diperbandingkan itu. Bila kelasnya

sangat berbeda maka dimasukkan dalam bahasa kiasan. Ucapan seperti pemuda

adalah bunga bangsa termasuk dalam bahasa kiasan karena kelas pemuda dan

kelas bunga sangat berlainan. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah sebuah

perbandingan itu kiasan atau tidak, hendaknya diperhatikan tiga hal berikut: (1)

tetapkan dahulu kelas kedua barang atau hal yang akan diperbandingkan itu. (2)

perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut. (3)

perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tidak ada

kesamaan maka perbandingan itu adalah bahasa kiasan.

Pradopo (3013:62) berpendapat bahwa perbandingan adalah bahasa

kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-

kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama,

laksana, dan kata-kata pembanding lain. Adapun gaya bahasa perbandingan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

37

meliputi : Hiperbola, metonimia, personifikasi, peonasme, metafora, sinekdoke,

alusi, simile, asosiasi, eufemisme, epitet, eponym, dan hipalase. Beikut ini penulis

akan menjabarkan empat jenis gaya bahasa yang terdapat dalam gaya bahasa

perbandingan, yaitu: Personifikasi, perumpamaan, metafora dan sinestesia.

Dari seluruh pendapat ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

majas perbandingan adalah majas yang membandingkan suatu hal atau benda

yang satu dengan yang lain. Berikut akan dijelaskan secara rinci jenis-jenis majas

perbandingan yang terbagi di dalam macam-macam gaya bahasa. Peneliti akan

menguraikan jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat dalam majas perbandingan

sesuai dengan penelitian peneliti pada novel Saman karya Ayu Utami.

2.2.6.1.1 Gaya Bahasa Personifikasi

Personifikasi berasal dari bahasa latin persona (‘orang, pelaku, actor,

atau topeng yang dipakai dalam drama’) + fic (‘membuat’). Karena itulah maka

apabila kita mempergunakan gaya bahasa personifikasi, kita memberikan ciri-ciri

atau kualitas , yaitu kualitas pribadi orang kepada benda-benda yang tidak

bernyawa ataupun kepada gagasan-gagasan (Dale dkk, 1971:221). Dengan kata

lain penginsanan atau personifikasi, ialah jenis yang meletakkan sifat-sifat insani

kepada barang yang tidak bernyawa dan ide-ide yang abstrak.

Keraf (2007:140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam gaya

bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang

tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga dapat

diartikan majas yang menerangkan sifat-sifat manusia terhadap benda-benda mati.

Sementara itu Pradopo (2013:75) berpendapat bahwa personifikasi adalah kiasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

38

yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat

berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.

Dengan demikian dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa gaya

bahasa personifikasi adalah salah satu gaya bahasa yang terdapat dalam majas

perbandingan yang artinya gaya bahasa personifikasi ialah gaya bahasa yang

menginsankan suatu benda mati seolah-olah memiliki nyawa layaknya manusia:

Contoh:

Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi

ketakutan kami. (Keraf:125).

Konteks: Penutur mengatakan bahwa penutur dengan beberapa orang lainnya

sedang berada di suatu tempat malam hari.

Dari contoh kalimat di atas menggunakan gaya bahasa personifikasi.

Kalimat di atas menggunakan kata angin yang meraung. Pengunaan kata meraung

menunjukkan bahwa angin malam itu sangat kencang. Penutur menggunakan gaya

bahasa untuk menggambarkan suasana malam itu lebih dari pada malam-malam

biasanya. Sedangkan arti sesungguhnya kata meraung hanya bisa dilakukan oleh

makhluk hidup.

2.2.6.1.2 Gaya Bahasa Sinestesia

Ratna (2009:446) berpendapat bahwa gaya bahasa sinestesia adalah gaya

bahasa yang menggunakan beberapa indra yang terdapat pada manusia; Jadi, gaya

bahasa sinestesia adalah gaya bahasa yang berhubungan dengan indra yang

dimiliki manusia.

Contoh:

Maka aku belajar untuk tidak mengharapkan pujian dan senyum manisnya

yang dulu (Cerita Cinta Enrico, hal:74)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

39

Konteks: penutur dengan lapang dada merawat ibunya yang sakit.

Kalimat di atas menggunakan kata “manis”. Kalimat di atas menggunakan

kata “manis” untuk indera penglihatan. Makna kata “manis” sebenarnya ialah

sesuatu benda yang memiliki rasa manis seperti gula, madu, dll dan hanya dapat

dirasakan oleh indera pengecap. Namun kata manis sering juga digunakan untuk

menarik hati, menyenangkan hati mitra tutur ketika dalam percakapan dan

penglihatan. Pada kalimat pertama, seseorang yang tidak mengharapkan pujian

dan senyuman yang menyenangkan dan menarik hati si penutur lagi.

2.2.6.1.3 Gaya Bahasa Perumpamaan

Tarigan (1985:9) mengatakan yang dimaksud dengan perumpamaan di

sini adalah padan kata simile dalam bahasa inggris. Kata simile berasal dari

bahasa Latin yang bermakna ‘seperti’. Perumpamaan adalah perbandingan dua hal

yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Gaya bahasa

perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi

sengaja dianggap sama. Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang

pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan yang dapat sengaja kita

anggap sama.

Tarigan (2013:9) menyatakan bahwa perumpamaan adalah perbandingan

dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.

Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, serupa,

ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, dan penaka. Keraf (2007:138) berpendapat

bahwa perumpamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung

menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Sementara itu peremupamaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

40

dapat diartikan suatu majas yang membandingkan dua hal/benda dengan

menggunakan kata penghubung, terdapat kata laksana, ibarat, serupa, bagai,

umpama, seperti, layaknya, bak, dan sebagainya yang dijadikan sebagai

penghubung kata yang diperbandingkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa perumpamaan

salah satu gaya bahasa yang terdapat di dalam majas perbandingan. Gaya bahasa

perumpamaan adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal atau benda

dengan menggunakan kata penghubung, seperti, bagaikan, layaknya, dan lain-lain.

Contoh:

Rambut kribonya sangat lebat mengembang seperti bola besar (Liye,

2016:77).

Konteks: Tuturan diucapkan oleh penutur ketika melihat rambut seseorang

yang keriting dan ngembang

Contoh kalimat di atas menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Pada

kalimat menggunakan kata seperti. Pada kalimat menggunakan kata penghubung

antara rambut keribo sangat lebat dan bola besar, dianggap sama karena memiliki

ciri yang sama yaitu rambut keribo yang sangat lebat membentuk bulat sama

dengan bola.

2.2.6.1.4 Gaya Bahasa Metafora

Keraf (2007:139) berpendapat bahwa metafora adalah semacam analogi

yang membandingkan dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang

singkat. Metafora juga dapat diartikan denan majas yang memperbandingkan

suatu benda dengan benda lain. Kedua benda yang diperbandingkan itu

mempunyai sifat yang sama. Pengungkapan antara perbandingan analogis dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

41

menghilangkan kata bagaikan, umpama, serupa, dan lain-lain. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan

secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi.

Metafora ialah perbandingan yang implisit, jadi tanpa kata seperti atau

sebagai, di antara dua hal yang berbeda (Moeliono, 1984:3). Metafora adalah

pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang

berdasarkan persamaan atau perbandingan (Poerwadarminta, 1976:648). Metafora

adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi.

Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang

dipikirkan, yang menjadi obyek; dan yang satu lagi merupakan pembanding

terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi

yang terdahulu tadi (Tarigan, 1983:141; Tarigan, 1985:183).

Dari seluruh pendapat para ahli terkait gaya bahasa metafora, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa gaya bahasa metafora adalah suatu gaya bahasa yang

terkandung di dalam majas perbandingan. Metafora ialah gaya bahasa yang

membandingkan kedua hal yang berbeda secara implisit, singkat, dan padat.

Contoh:

Stadion ramai oleh lautan manusia saat mereka tiba (Liye, 2016:45)

Konteks: Di suatu stadion yang akan melaksanakan perlombaan antar Tim

Contoh kalimat di atas termasuk dalam gaya bahasa metafora. Ungkapan

lautan manusia pada kutipan di atas mengandung perbandingan dua hal yang

berbeda secara implisit yaitu; ‘lautan’ dengan ‘manusia’. Lautan adalah

kumpulan air yang sangat banyak dan sangat luas di permukaan bumi sedangkan

manusia adalah makhluk hidup. Ungkapan lautan manusia berarti sekumpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

42

manusia dengan jumlah yang sangat banyak, jika dilihat dari kejauhan

menyerupai lautan luas yang berisi manusia.

2.2.6.2 Majas Perulangan/ Repetisi

Tarigan (1985:180) perulangan atau repetisi adalah mengandung

perulangan bunyi, suku kata, kata atau frase ataupun bagian kalimat yang

dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Majas perulangan adalah perulangan kata-kata yang penting atau kata kunci untuk

memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. kata-kata, frasa atau

kelompok kata dapat diulang dalam sebuah kalimat dengan cara yang berbeda-

beda untuk mencapai efek yang berlainan, Keraf (1981:109). Gaya bahasa

perulangan adalah gaya bahasa yang mengulang kata demi kata entah itu yang di

ulang bagian depan, tengah, atau akhir, sebuah kalimat. Gaya bahasa perulangan

ini meliputi: Aliterasi, asonansi, anadiplosis, epanalepsis, epizeukis, mesodiplosis,

anafora, dan epifora. Wicaksono (2014:40).

Dapat disimpulkan bahwa majas perulangan atau repetisi adalah majas

yang menggunakan pengulangan pada kata, suku kata, frasa atau kalimat yang

penting atau kata kunci untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang

sesuai. Berikut ini penulis akan menjabarkan empat jenis gaya bahasa yang

terdapat dalam gaya bahasa perulangan sesuai dengan hasil data yang didapatkan

oleh peneliti, yaitu: gaya bahasa epanalipsis, gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa

anafora, dan gaya bahasa epifora:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

43

2.2.6.2.1 Gaya Bahasa Epanalipsis

Gaya bahasa epanalepsis adalah gaya bahasa repetisi kata terakhir pada

akhir kalimat atau klausa. Epanalepsis adalah pengulangan yang berwujud kata

terakhir dari baris, klausa, atau kalimat mengulang kata pertama (Keraf

2007:128).

Contoh:

. ..,Pulanglah. Sakitnya kakak kalian semakin berubah… anak anakku

sebelum semuanya terlambat, pulanglah. (Bidadari Bidadari Surga, Hal:1)

Konteks: Suasana haru di kamar ketika seorang ibu yang menulis pesan untuk

anak-anaknya dan meminta ijin kepada putri sulungnya untuk mengirim

pesan itu kepada adik-adiknya.

Kalimat contoh di atas menunjukkan bahwa gaya bahasa epanalipsis

menggunakan pengulangan kata diakhir dan di awal kalimat. Pada kalimat

pertama terdapat kata pulang di setiap akhir kalimat. Menunjukan bahwa ada

suatu penegasan yang disampaikan secara berulang agar lawan bicara paham

maksud dari penutur. Kata pulang diulang selain untuk penegasan juga bermaksud

bahwa penutur sangat memohon kepada mitra tutur.

2.2.6.2.2 Gaya Bahasa Epizeukis

Gaya bahasa epizeukis adalah gaya bahasa repetisi yang bersifat langsung

dari kata-kata yang dipentingkandan diulang beberapa kali sebagai penegasan.

Menurut Ratna (2009:442), epizeukis adalah pengulangan secara langsung. Keraf

(2007:127) berpendapat bahwa yang dinamakna epizeukis adalah repetisi yang

bersifat langsung, artinya kata-kata yang dipentingkan diulang beberapa kali

berturut-turut. Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung,

yaitu kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

44

turut (Tarigan 1985:188).

Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa epizeukis salah satu gaya bahasa

yang terdapat di dalam majas perulangan. Gaya bahasa epizeukis itu sendiri ialah

gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata yang ditekankan secara

berturut-turut dan bersifat langsung.

Contoh:

Ah makan besar kita Makasih kaka Sudah..sudah cukup (Film Marlina Si

Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho).

Konteks: Penutur sebagai Penjahat yang merasa senang karena disajikan

makanan oleh Marlin

Kalimat contoh di atas mengulang kata-kata tertentu yang penuh tekanan.

Satu kalimat terdapat kata yang diulang sebagai penegasan penutur kepada mitra

tutur. Kalimat di atas terlihat bahwa penutur mengatakan kata yang diulang

dengan menggambarkan suasana hati yang senang. Tuturan si penutur

menggambarkan kesenangan karena merek diberi makan.

2.2.6.2.3 Anafora

Keraf (2007:127) menyatakan anafora adalah repitisi yang berwujud

pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Sedangkan

Ratna (2009:442) berpendapat bahwa anafora adalah kata atau kelompok kata

diulang pada baris berikutnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anafora

adalah perulangan kata pertama yang sama pada kalimat berikutnya. Anafora

adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris

atau setiap kalimat (Tarigan 1985:192)

Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa anaphora adalah salah satu gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

45

bahasa yang terdapat dalam majas perulangan yang memiliki arti bahwa gaya

bahasa anaphora adalah sebuah kata atau kelompok kata yang diulang setiap awal

kalimat dan diulang pada kalimat berikutnya. Berikut contoh dari gaya bahasa

anafora.

Contoh:

1. Sudah saatnya mereka tahu. Sudah saatnya…(Bidadari Bidadari Surga,

Hal:1)

Konteks: Pagi hari di kamar tidur putri sulung yang terbaring lemas karena

sakit dan hanya ditemani seorang ibu yang selalu di sampingnya.

2. Tak peduli di manapun itu berada. Tak peduli sedang apapun

pemiliknya. …(Bidadari Bidadari Surga, Hal:1)

Konteks: Pagi hari di kamar tidur seorang ibu yang menemani putri

sulungnya yang sakit mengirim sms kepada anak-anaknya yang

lain.

Contoh kedua kalimat di atas menunjukkan bahwa penutur menggunakan

gaya bahasa anafora, pada kalimat (1) penutur mengulang kata sudah saatnya

pada setiap awal kalimat. Dalam kalimat, menunjukkan sudah saatnya ibu

mengirim surat itu kepada anak-anaknya yang lain, agar mereka tahu bahwa

kakak sulung mereka sedang sakit berat. Sedangkan pada kalimat (2) ibu sudah

mengirim sms itu kepada anak-anaknya tanpa memperdulikan dimana dan sedang

apa anak-anaknya yang lain, menurutnya yang penting sms itu dapat terkirim dan

dibaca oleh anak-anaknya.

2.2.6.2.4 Gaya Bahasa Epifora

Keraf (2007:136) berpendapat bahwa epifora adalah pengulangan kata

pada akhir kalimat atau di tengah kalimat. Simpulan gaya bahasa epifora adalah

gaya bahasa dengan mengulang kata di akhir atau tengah kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

46

Contoh:

Aku merasa hidupku adalah sia-sia. Belajarku lima tahun di luar negeri sia-sia.

Pernikahanku sia-sia. Keberadaanku sia-sia. (Pudarnya Pesona Cleopatraa, hal,:

7)

Konteks: Penutur merasa hampa karena harus berumah tangga dengan seorang

istri yang tidak ia cintai dan memperlakukan istri itu selayaknya bukan

seorang istri.

Kalimat contoh di atas menunjukkan bahwa dalam beberapa kalimat penutur

menggunakan gaya bahasa epifora. Kata yang diulang dan terletak tepat di akhir

dalam beberapa kalimat yang berurutan. Terdapat kata sia-sia, seseorang

merasakan segala sesuatu yang ia lakukan tidak ada artinya maka dari itu ia

menyebutnya semua itu sia-sia. Penutur menganggap semua perjalanannya dan

yang dia lakukan untuk mendapatkan suatu tujuan ternyata tidak ia dapatkan

contohnya saja ia menikahi wanita yang dijodohkan oleh ibunya bahkan wanita

itu sama sekali tidak ia cintai. Hanya karena sesuatu yang menurutnya penting dan

tidak terwujud. Dari contoh pertama dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu

atau cara yang kita lakukan di awal belum tentu dapat membuat kita mendapatkan

suatu tujuan.

2.3 Makna dan Maksud/ Makna Pragmatik

Setiap tuturan yang diutarakan oleh penutur pasti mengandung makna dan

maksud. Makna dan maksud dalam sebuah tuturan memiliki arti yang berbeda-

beda. Dalam memahami kedua bentuk makna dan maksud disetiap tuturan, ada

baiknya jika memahami defenisinya masing-masing. Berikut akan dipaparkan

terkait makna dan maksud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

47

2.3.1 Makna

Makna secara umumnya bersifat internal. Jadi unsur ini ada di dalam

bahasa. Pengertian dari makna sangatlah beragam. Pateda (2001:79)

mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang

membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun

kalimat. Menurut Ullaman (dalam Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa

makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Ferdinand de sassure

(dalam chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian

atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Jadi makna

bersifat linear atau semantik yang berkaitan langsung dengan kata, frasa, klausa

atau kalimat itu sendiri.

2.3.2 Maksud

Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang

maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik

melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu

konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan. Leech (2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang

dimaksudkan pesannya. Senada dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009:215)

menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur

kepada lawan tuturnya mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud yang

diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya diutarakan langsung atau

tersurat, akan tetapi adakalanya diutarakan secara tidak langsung atau tersirat.

Putrayasa (2014: 24) menjelaskan bahwa untuk memahami maksud pemakaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

48

bahasa seseorang dituntut harus memahami pula konteks yang mewadahi

pemakaian bahasa tersebut. Wijana dan Rohmadi (2011:10) menjelaskan bahwa

maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara. Maksud

bersifat subjektif.

Sejalan dengan hal itu, Chaer (2009:35) menjelaskan maksud dapat dilihat

dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Disini orang

yang berbicara itu mengujarkan sesuatu ujaran entah berupa kalimat maupun

frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu

sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

49

2.4 Kerangka Berpikir

Penelitian ini berjudul “Majas, Gaya Bahasa Perbandingan dan Perulangan

dalam Novel Saman karya Ayu Utami Kajian Stilistika Pragmatik” menggunakan

teori kajian stilistika pragmatik dan majas. Majas yang digunakan dalam

penelitian ini mencangkup gaya bahasa perbandingan dan perulangan. Dalam

penelitian peneliti akan memperhatikan tuturan tokoh dalam novel Saman karya

Ayu Utami yang mengandung gaya bahasa perbandingan dan perulangan dan

makna apa yang terkandung dalam tuturan tokoh di dalam novel tersebut.

Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan memberi gambaran secara singkat

terkait dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Teori-

teori yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah terkait stilistika,

pragmatik, stilistikapragmatik, dan gaya bahasa perbandingan dan perulangan.

Peneliti menentukan novel yang akan diteiti yaitu novel yang berjudul Saman

karya Ayu Utami. Kerangka berpikir pada penelitian ini disusun berdasarkan

tinjauan pustaka yang terkait dengan penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

50

Makna Pragmatik Gaya Bahasa

Perbandingan dan Perulangan

ditinjau dari perspektif

stilistikapragmatik

Wujud Gaya Bahasa

Perbandingan dan Perulangan

ditinjau dari perspektif

stilistikapragmatik

Majas

Gaya

Perbandingan Perulangan

Tuturan Tokoh dalam Novel Saman Karya Ayu Utami

Majas, Gaya Bahasa Perbandingan dan Perulangan dalam

Novel Saman Karya Ayu Utami Kajian Stilistika

Pragmatik

Stilistik

Stilistikapragmatik

Konteks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

86

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menguraikan tentang lima hal yakni, jenis penelitian,

sumber data dan data penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode

dan teknik analisis data, dan triangulasi data. Berikut akan diuraikan secara rinci:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif, atau penelitian tanpa hitung karena langkah awal

peneliti menggumpulkan data tuturan tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami

yang dijadikan data langsung untuk dianalisis. Menurut Whitney (dalam Andi

Prastowo, 2016:201) metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan

interprestasi tertentu. Penulis buku penenlitian lainnya (Denzin dan Lincoln

1987), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena

yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar

alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk penenlitian

kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Penelitian kualitatif metode

yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan

dokumen. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji sumber-sumber tertulis. Sumber

tertulis utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah penggunaan gaya

bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya

Ayu Utami suatu kajian stilistika pragmatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

52

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Data penelitian adalah keterangan yang diperoleh dari sumber tertentu yang

digunakan sebagai sumber penelitian. Data dalam penelitian ini berwujud tuturan

yang terkandung gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan

pada novel Saman karya Ayu Utami. Sedangkan sumber data pada penelitian ini

adalah tuturan-tuturan dalam Novel Saman karya Ayu Utami yang pertama kali

terbit tahun 1998 oleh penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Untuk

kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan edisi cetakan ke-35, April 2018

yang diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda

tetapi berhubungan langsung satu sama lain. keduanya adalah “cara” dalam suatu

upaya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan dan teknik

adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto 2015:9). Teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah

penelitian karena tujuan utama dalam sebuah penelitian tidak lain adalah untuk

mendapatkan data. Data merupakan hal yang utama dalam penelitian, tanpa data

penelitian tersebut tidak akan pernah berhasil. Teknik pengumpulan data sangat

berguna sebagai alat ukur untuk mencari dan memilih data yang sesuai dengan

standar data yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

membaca-catat. Teknik Membaca–Catat pada tahap pertama dalam penelitian ini,

peneliti membaca novel Saman karya Ayu Utami dan memberi tanda pada kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

53

atau kalimat yang menunjukkan penggunaan gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan. Teknik catat yaitu cara yang dilakukan

peneliti untuk mencatat data-data yang ada hubungannya dnegan masalah peneliti.

Pencatatan itu dapat dilakukan langsung. Dengan kemajuan teknologi di era

sekarang, teknologi pencatatan itu dapat memanfaatkan disket computer atau alat

semacamnya yang lebih canggih, akurasi lebih meyakinkan dengan pembaca dan

pengecekan lewat penayangan di layar tayang. Peneliti meneliti dengan cara

mencatat atau mengetik tuturan yang terkandung gaya bahasa dalam ajas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk analisis adalah metode simak. Metode simak

berupa suatu penyimakan yang dilakukan untuk menyimak penggunaan bahasa.

Metode simak digunakan untuk menganalisis gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami. Istilah

menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan,

tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2007:92). Sudaryanto

(2015:205) menjelaskan bahwa metode catat yaitu proses pencatatan pada kartu.

Dalam proses penelitian ini metode simak menggunakan teknik membaca-catat

untuk menyimpan data. Pencatatan data dilakukan di laptop dan disimpan sebagai

file. Data yang terdapat dalam penelitian ini ialah tuturan-tuturan yang terkandung

gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

54

Secara umum, menurut Neuman (2000:426) analisis data merupakan suatu

pencarian pola-pola dalam data, yaitu prilaku yang muncul atau badan

pengetahuan (a body of knowledge). Selain itu teknik analisis data juga dapat

dilakukan dengan cara mengidentifikasi data, mengklasifikasi data,

menginterpretasi data dan deskripsi data atau pelaporan hasil penelitian data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kualitatif. Sudaryanto (1993), mengemukakan bahwa penelitian deskriptif

kualitatif adalah apabila kegiatan yang berupa menggambarkan atau

mendeskripsikan dengan kata-kata atau bahasa tentang informasi yang diperoleh

dari suatu latar penelitian.

Menurut Furchan (1982:475), langkah pertama yang harus dilakukan

peneliti dalam menggunakan data adalah melihat kembali usulan penelitian guna

memeriksa rencana pengajian data dan pelaksanaan data. Pemarkah menunjukkan

kejadian satuan lingual atau identitas konsituen tertentu. Kemampuan membaca

pemarkah atau petunjuk itu berarti kemampuan untuk menunjukkan kejatian yang

dimaksud (Sudaryanto, 2015:129). Penelitian ini menggunakan teknik baca

markah untuk melihat penanda di dalam suatu tuturan yang menunjukkan kriteria

gaya bahasa tertentu. Maka teknik analisis yang dilakukan peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti menganalisis gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami kajian stilistika pragmatik.

2. Peneliti menganalisis dengan memperhatikan penanda gaya bahasa

berdasarkan kajian stilistika pragmatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

55

3. Peneliti menganalisis makna yang muncul dari gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami

kajian stilistika pragmatik.

4. Peneliti memasukkan data ke dalam tabulasi data

5. Peneliti menunjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah elemen

menunjukkan suatu gaya bahasa berdasarkan kajian stilistika pragmatik

dalam novel Saman karya Ayu Utami.

3.5 Triangulasi Data

Sugiyono (2010:330), tringulasi data adalah teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan kesalahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330).

Penelitian ini menggunakan jenis tringulasi penyidik yang dilakukan oleh peneliti

guna melakukan pengecekan data penelitian yang telah diolah sebelumnya.

Dalam penelitian ini proses tringulasi di lakukan oleh pakar yang sesuai

dengan bidangnya untuk memeriksa keabsahan data dan hasil analisis data pada

penelitian ini. Melalui tringulasi data, peneliti dapat mengetahui apakah data dan

hasil analisis data sesuai dengan pendapat pakar yang dituliskan pada bagian studi

pustaka serta dapat digunakan sebagai pembanding dari beberapa teori mengenai

pragmatik khususnya makna gaya bahasa dalam majas perbandingan dan

perulangan guna mengetahui hasil dari analisis data yang telah dilakukan. Dalam

penelitia ini, peneliti meminta bantuan seorang dosen yang ahli dalam bidang ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

56

Untuk mengecek keabsahan data, peneliti bekerja sama dengan Prof. Dr.

Pranowo, M.Pd. sebagai penyidik triangulasi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

86

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Bab ini memuat hasil penelitian yang terdiri dari beberapa poin penting antara

lain: (1) deskripsi data, (2) analisis data), (3) pembahasan. Deskripsi data dalam

bab ini berisi paparan data yang diperoleh peneliti. Bagian pertama deskripsi data

penelitian gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada

novel Saman karya Ayu Utami. Bagian kedua adalah analisis data wujud gaya

bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan dalam novel Saman

karya Ayu Utami dan makna gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami. Bagian ketiga adalah

pembahasan hasil analisis yang akan mendeskripsikan gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami kajian

stilistika pragmatik.

4.1 Deskripsi Data

Sumber data penelitian ini adalah novel Saman karya Ayu Utami yang

pertama kali terbit tahun 1998 oleh penerbit KPG (Kepustakaan Populer

Gramedia). Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan edisi cetakan

ke-35, April 2018 yang diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan berdasarkan

konteks dalam pragmatik yang digunakan dalam novel ini 8 jenis gaya bahasa.

Konteks merupakan hal yang penting dalam tuturan berdasarkan kajian pragmatik

karena dari konteks dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

58

itu dapat dituturkan. Mey (dalam Rahardi, 2003:15) mendefenisikan pragmatik

sebagai studi mengenai kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang

ditentukan oleh konteks masyarakat.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dalam novel Saman

karya Ayu Utami yang mengandung beberapa gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan. Data yang diperoleh dalam rentang waktu

tiga bulan yakni bulan April-Juni 2019. Jumlah data yang dianalisis sebanyak (38)

tuturan yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan. Data tersebut diklarifikasikan menggunakan teori gaya bahasa dalam

majas perbandingan dan majas perulangan menurut buku Wicaksono (2014) dan

Tarigan (1985).

Data tersebut akan dianalisis dari sudut stilistika pragmatik berdasarkan

teori dari beberapa pakar Cristal dalam Nurhadi (2013), Hickey dalam Nurhadi

(2013), dan Elizabeth Black (2011). Berdasarkan 38 data yang sudah dianalisis,

peneliti menemukan beberapa tuturan tokoh pada novel Saman karya Ayu Utami

yang menggunakan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan. Berikut merupakan jumlah data yang telah dianalisis oleh peneliti.

Gaya bahasa perumpamaan 7 buah, gaya bahasa metafora 3 buah, gaya bahasa

personifikasi 6 buah, gaya bahasa sinestesia 2 buah, gaya bahasa epanalipsis 7

buah, gaya bahasa epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa

epifora 2 buah. Selain itu peneliti menemukan 6 (enam) makna pragmatik yang

muncul dari penggunaan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan dalam novel Saman karya Ayu Utami. Yaitu; mendeskripsikan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

59

menjelaskan, menanya, menegaskan, memberi perintah larangan, dan

menunjukkan.

4.2 Hasil Analisis Data

Pada bagian subbab ini peneliti membahas hasil analisis penggunaan gaya

bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya

Ayu Utami kajian stilistika pragmatik. Analisis penggunaan gaya bahasa

dilakukan untuk menemukan gaya bahasa berdasarkan konteksnya dalam

pragmatik. Pragmatik mengkaji kemampuan pemakaian bahasa dalam

mengkaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat itu

(Nababan, 1987:2). Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa

pragmatik merupakan kajian bahasa yang tidak hanya mengkaji tentang kalimat

tetapi mengaitkannya dengan konteks yang ada di luar kalimat.

Studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis

dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan antara penutur

dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain

yang terlepas dari konteksnya. Maka yang akan dipaparkan dalam analisis ini

adalah gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan berdasarkan

konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Saman karya Ayu Utami

kajian stilistika pragmatik dan menginterpretasikan makna dari penulis

menggunakan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan.

Berikut ini peneliti menguraikan beberapa contoh saja dari hasil analisis.

Mengingat data yang ditemukan cukup banyak, maka akan ditampilkan beberapa

contoh gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

60

Saman karya Ayu Utami. Analisis selengkapnya ditampilkan pada bagian

lampiran diakhir skripsi ini.

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa

Dalam novel Saman karya Ayu Utami yang peneliti analisis, menemukan

4 jenis gaya bahasa dari majas perbandingan dan 4 jenis gaya bahasa dari majas

perulangan. Jadi total keseluruhan gaya bahasa yang ditemukan dari majas

perbandingan dan majas perulangan ialah 8 jenis gaya bahasa berdasarkan

konteksnya yang meliputi; gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa bahasa

metafora, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa sinestesia. Sedangkan gaya

bahasa dalam majas perbandingan meliputi; gaya bahasa epanalipsis, gaya bahasa

epizeukis, gaya bahasa anafora, dan gaya bahasa epifora. Berikut ini akan

diberikan masing-masing contoh analisisnya.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Perumpamaan

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa perumpamaan dalam novel

Saman karya Ayu Utami terdapat 7 buah yang layak dimasukkan sebagai data

yang valid. Gaya bahasa perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada

hakikatnya berbeda tetapi sengaja dianggap sama (Tarigan, 2013:9). Gaya bahasa

perumpamaan yang terkandung dalam data sebagian akan dipaparkan sebagai

berikut:

Data 1

Laila : Tiga orang yang sedang bekerja di kaki rig terpental ke udara

seperti boneka plastik prajurit perang-perangan, bersamaan

dengan terkulainya manara itu. (Hal.16)

Konteks :Tuturan tersebut dituturkan oleh salah satu tokoh dalam novel

Saman bernama Laila seorang fotografer usia 30 tahun. Sore

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

61

hari disuatu tempat pekerja perusahaan minyak, meledak di laut

Cina selatan, februaru 1993.

Data 2:

Laila : Sebab siang itu menyisakan kegetiran, seperti biji duku yang

tergigit lalu tertelan, juga kerinduan akan kesempatan lain yang

mungkin. (Hal.3)

Konteks: Tuturan tersebut dituturkan oleh salah satu tokoh dalam novel

Saman bernama Laila seorang fotografer usia 30 tahun. siang

hari di taman dengan susana sepi dan laila mengingat kejadian

pagi hari di masa lalu bersama Sihar (salah satu tokoh di dalam

novel Saman)

Gaya bahasa perumpamaan pada data tuturan (1) yaitu pemakaian kata

seperti yang membandingkan dua hal. Tuturan ini disampaikan oleh penutur

(Laila) ketika penutur mengingat masa lalu bersama sang kekasih. Penutur

menyamakan apa yang ia lihat dengan menggambarkan manusia terlempar seperti

boneka. Penutur membandingkan benda mati dengan makhluk hidup. Adapun

makna dari kalimat ini ialah Kecelakaan kerja dan mengakibatkan kematian.

Kalimat tersebut menjelaskan bahwa tiga orang pekerja di kaki rig terpental ke

udara seperti boneka plastik bersamaan dengan suara dentuman keras. Kata

terpental seperti boneka dapat diartika manusia yang terlempar jauh akibat

dentuman keras. Kata seperti membandingkan bahwa manusia dibandingkan

dengan boneka plastik yang sangat ringan ketika dilempar ke udara.

Data tuturan (2) mengandung jenis gaya bahasa perumpamaan. Wujud

kata seperti membandingkan rasa ketika mengigit dan menelan biji duku

disamakan dengan perasaan patah hati yang dirasakan manusia dalam hubungan

kasmaran. Adapun makna dari kalimat ini ialah Teringat akan suatu kejadian.

Penutur mengingat suatu kejadian dulu dan membuat sakit hati jika diingat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

62

Kedua kaliamt tuturan di atas sejalan dengan pengertian gaya bahasa

perumpamaan menurut Tarigan (2013:9), menyatakan bahwa perumpamaan

adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja

kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian

kata seperti, serupa, bak, sebagai, laksana, dan penaka.

4.2.1.2 Gaya Bahasa Personifikasi

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa personifikasi dalam novel

Saman karya Ayu Utami terdapat enam buah yang layak dimasukkan sebagai data

yang valid. Gaya bahasa personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda

dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya

seperti manusia, Pradopo (2013:75). Gaya bahasa personifikasi yang terkandung

dalam data sebagian akan dipaparkan sebagai berikut:

Data 3:

Laila : Semacam rasa haru begitu kuat ketika ia mencium bau kayu

yang menyedotnya kembali ke waktu kanak-

kanak.(Hal.61)No data (16)

Konteks: Tuturan tersebut dituturkan oleh salah satu tokoh dalam novel

Saman bernama Laila seorang fotografer usia 30 tahun. 1986,

tuturan berlangsung ketika Wis kembali di rumah yang dulu

milik keluarga Wis dan kini sudah ditempati orang lain.

Data 4:

Tapi di sini musim dingin sudah merayap, mengendap dari balik gedung-

gedung. (Hal.143) No data (17)

Konteks: Hari kamis Ketika Shakuntala tiba di New York . ia merasa

asing karena tiba di tempat yang baru, suasana baru, musim

yang baru, kehidupan yang tidak sama dengan yang ia

bayangkan.

Pada tututan data (3) dan data (4) sama-sama menunjukkan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

63

penggunaan gaya bahasa personifikasi. Kedua tuturan di atas dapat disimpulkan

bahwa data (3) pengarang penggunakan gaya bahasa personifikasi untuk

menghidupkan benda mati. Tuturan yang menunjukkan penggunaan personifikasi

ialah pada kata menyedotnya, penutur menginsankan aroma kayu seolah hidup

dan mampu menyedot siapapun yang mencium aromanya. Tokoh di dalam cerita

memiliki masala lalu yang tidak akan pernah ia lupakan dan sewaktu-waktu akan

teringat kembali. Seperti kalimat pada contoh, tokoh di dalam cerita secara tidak

sengaja mencium aroma kayu yang mirip dengan aroma kayu di masa lalunya.

Pengarang mampu menghidupkan aroma kayu yang seolah bisa menyedot

manusia atau pikiran manusia ke masa lalunya. Makna yang dapat disimpulkan

dari contoh kalimat ini ialah Teringat suatu kejadian dulu. Suatu kejadian yang tak

bisa dilupakan dan akan teringat suatu-waktu.

Pada tuturan data (4) wujud penanda gaya bahasa personifikasi ialah pada

kata merayap, mengendap. Penutur menggunakan kata merayap mengendap

bahwa cuaca tidak bisa dilihat dengan panca indra seolah penutur melihat musim

dingin yang merayap dan mengendap. Penutur mencoba menginsankan musim

dingin benda tak terlihat namun bisa dilihat dengan panca indra. Makna yang

dapat disimpulkan dari contoh kalimat ini ialah penutur mencoba

menggambarkansituasi dan suasana di sana.

4.2.1.3 Gaya Bahasa Metafora

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa personifikasi dalam novel

Saman karya Ayu Utami terdapat tiga buah yang layak dimasukkan sebagai data

yang valid. Gaya bahasa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

64

dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Kedua benda

yang diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama (Keraf, 2007:139). Gaya

bahasa metafora yang terkandung dalam data sebagian akan dipaparkan sebagai

berikut:

Data 5:

Laila : Ia baru menyadari, punggungnya telah merapat pada dinding

kayu yang terasa hangat karena jari-jarinya telah menjadi

dingin dan berembun. (Hal.65)

Konteks : Malam, Wis tertidur dan bermimpi yang telihat nyata. Dimimpi

Wis, ia bertemu adik-adiknya yang telah meninggal tanpa

jasad itu, dengan wujud yang sangat seram. Ketika Wis

mencoba berkomunikasi dengan mahkluk itu ia malah hampir

di serang sehingga membuat ia keringat dingin karena

ketakutan,

Data 6:

Laila : Dilihatnya lelaki itu yang lebih muda daripada dia, dengan

berapi-api menjelaskan bahwa perusahaan kelapa sawit yang

kini menggantikan PTP dimiliki oleh pengusaha cina. (Hal.97)

No data (11)

Konteks : Di bangsalan sekitar enam puluh pria dan sepuluh wanita duduk

bersila dan membentuk lingkaran. Anson (salah satu warga

Lubukrantau) mulai membuka pembicaraan saat rapat. Suasana

snagat kacau dan gelisah serta ketakutan yang dirasakan warga

Lubukrantau akibat kekacauan teror dari perusahaan yang akan

menggusur desa mereka.

Pada tututan data (5) dan data (6) sama-sama menunjukkan adanya

penggunaan gaya bahasa metafora. Wujud penanda gaya bahasa metafora pada

tuturan data (5) ialah pada kalimat jari-jarinya telah menjadi dingin dan

berembun. Ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa metafora yang berarti

membandingkan dua hal secara singkat dan memiliki sifat yang sama. Keringat

yang ada di tangan sama dengan embun. Malam hari ketika Wis menginap di

rumah yang dulu pernah ia tempati saat kecil bersama kedua orang tuanya beserta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

65

kisah-kisah sedih keluarga Wis ketika masih tinggal di rumah itu yang saat ini

sudah ditempati oleh orang lain. Suasana tegang, karena Wis yang dalam posisi

takut karena ia merasa berada di alam mimpi namun seperti nyata ia rasakan.

Mimpi Wis yang seperti kenyataan, menginat kembali kisah suram saat ia kecil

atas meninggalnya saudara-saudaranya yang secara misterius. Di mimpi Wis, ia

bertemu adik-adiknya yang telah meninggal tanpa jasad itu, dengan wujud yang

sangat seram. Ketika Wis mencoba berkomunikasi dengan mahkluk itu ia malah

hampir di serang sehingga membuat ia keringat dingin karena ketakutan. Jari-jari

telah menjadi basah karena keringat yang sama dengan embun, memiliki makna

perasaan takut yang dirasakan oleh seseorang sehingga menimbulkan keringat

kecil.

Sedangkan wujud penanda gaya bahasa metafora pada tuturan (6) ialah

pada kata berapi-api. Dapat dibuktikan dengan penutur membandingkan dua hal

yang memiliki sifat yang sama. Semangat yang dimiliki lelaki itu sama dengan api

yang menyala tak kunjung padam. Di bangsalan sekitar enam puluh pria dan

sepuluh wanita duduk bersila dan membentuk lingkaran. Anson (salah satu warga

Lubukrantau) mulai membuka pembicaraan saat rapat. Suasana snagat kacau dan

gelisah serta ketakutan yang dirasakan warga Lubukrantau akibat kekacauan teror

dari perusahaan yang akan menggusur desa mereka.

4.2.1.4 Gaya Bahasa Sinestesia

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa sinestesia dalam novel

Saman karya Ayu Utami terdapat dua buah yang layak dimasukkan sebagai data

yang valid. Gaya bahasa sinestesia adalah gaya bahasa yang menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

66

beberapa indra yang terdapat pada manusia untuk dikenakan pada indra lain

(Ratna, 2009:446). Gaya bahasa sinestesia yang terkandung dalam data akan

dipaparkan sebagai berikut:

Data 7:

Laila : Hasyim sedikit masam mukanya, seperti berpihak pada

atasannya. (Hal.15)

Konteks: Di tempat pekerjaan perusahaan minyak laut Cina Selatan,

februari 1993. Sore hari, setelah pertengkaran antara Sihar dan

Rosana. Susana tegang setelah adu mulut antara Rosano dan

Sihar, Hasyim mengikuti perintah Rosano karena tidak dapat

membantah.

Data 8:

Laila : Lik Dirah tidur dengan nyenyak, mulutnya menganga

mengeluarkan dengkur lembut. (Hal.53)

Konteks: Di kamar ibu Wis. Wis (saat ini masih kecil) juga ikut

menemani ibunya yang sedang sakit di kamar bersama Lik

Dirah, namun Lik Dirah tertidur pulas sedangkan Wis masih

terjaga dimalam itu.

Pada tututan data (7) dan data (8) sama-sama menunjukkan adanya

penggunaan gaya bahasa sinestesia. Wujud penanda gaya bahasa sinestesia pada

data (7) ialah pada kata masam mukanya. Penutur menggunakan gaya bahasa

sinestesia untuk menggambarkan ekspresi kurang stuju namun tetap ia lakukan

karena itu sebuah printah dari bos. kata masam hanya dirasakan oleh panca indra

pengecap. Dapat disimpulkan makna dari contoh kalimat ini ialah Ekspresi tidak

setuju. Penutur mengamati ekspresi orang yang didepannya yang menunjukkan

ekspresi kurang setuju. Sedangkan wujud penanda gaya bahasa sinestesia pada

data tuturan (8) ialah dengkur lembut. dengkur Lik Dirah sangat pelan, pada

tuturan ini penutur menggunakan indra peraba yang dimiliki oleh makhluk hidup,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

67

seolah-olah suara dengkur itu dapat diraba dan dirasakan lembut. Penutur

menggambarkan suara dengkur yang sangat pelan dengan menggunakan kata

lembut.

4.2.1.5 Gaya Bahasa Epanalipsis

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa epanalipsis dalam novel

Saman karya Ayu Utami terdapat tujuh buah yang layak dimasukkan sebagai data

yang valid. Gaya bahasa epanalipsis adalah pengulangan yang berwujud kata

terakhir dari baris, klausa, atau kalimat mengulang kata pertama (Keraf, 2007:128).

Gaya bahasa epanalipsis yang terkandung dalam dada sebagian akan dipaparkan

sebagai berikut:

Data 9:

Sihar : Jangan menelpon lagi, lebih baik jangan.

Laila : Kenapa?

Sihar : saya punya istri.

Laila : Kenapa?

Sihar : istriku sering menerima telepon yang dimatikan begitu ia angkat.

Laila : bukan aku, saya berbohong. Tidak sesering itu, mungkin orang

lain.

Sihar : tapi dia bilang itu firasat. Nah, kini kamu merasa berdosa padahal

kita belum berbuat apa-apa. (Hal.5)

Konteks : Laila yang berada di kos dan Sihar yang berada di tempat kerja.

Mereka berkomunikasi dalam dialog melalui telepon seluler.

Sihar yang lima bulan tidak ada kabar tiba-tiba menelpon Laila.

Sihar memperingati Laila bahwa jangan terlalu sering

menelponnya karena ia sudah ada istri dan kemungkinan besar

akan ketahuan jika Laila terus-terusan mencari Sihar dengan cara

menelpon ke nomor telepon rumah Sihar.

Data 10:

Laila : saya harus mencari berita, saya harus mendapat berita (Hal.38).

Konteks : Pukul 15:00 di sebuah taman Laila yang sedang menunggu

kedatangan Sihar. Perasaan Laila mulai khwatir, ia cemas dan ingin

mencari informasi tentang Sihar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

68

Pada tututan data (9) dan data (10) sama-sama menunjukkan adanya

penggunaan gaya bahasa epanalipsis. Wujud penanda gaya bahasa epanalipsis

pada data (9) ialah pada kata jangan. Kata jangan diulang-ulang oleh penutur

sebagai penegasan bahwa penutur memberi perintah kepada mitra tutur. Sihar

memperingati Laila bahwa jangan terlalu sering menelponnya karena ia sudah ada

istri dan kemungkinan besar akan ketahuan jika Laila terus-terusan mencari Sihar

dengan cara menelpon ke nomor telepon rumah Sihar. makna yang dapat

disimpulkan dari kalimat ini ialah Memberi peringatan atau perintah. Penutur

melarang mitra tutur agar tidak menghubunginya.

Wujud penanda gaya bahasa pada data (10) ialah pada kata saya haru, kata

ini diulang-ulang oleh penutur sebagai penegasan perasaan si penutur yang sangat

khuwatir. makna dari kalimat ini ialah Khawatir. Rasa cemas penutur terhadap

seseorang yang ia tunggu-tunggu untuk kembali membuat penutur sangat gelisah

dan ingin melakukkan sesuatu untuk mencari infotmasi terkait dengan orang yang

ia tunggu-tunggu.

4.2.1.6 Gaya Bahasa Epizeukis

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa epizeukis dalam novel

Saman karya Ayu Utami terdapat enam buah yang layak dimasukkan sebagai data

yang valid. Gaya bahasa epizeukis adalah gaya bahasa repitisi yang bersifat

langsung dari kata-kata yang dipentingkan dan diulang beberapa kali sebagai

penegasan (Ratna 2009:442). Gaya bahasa epizeukis yang terkandung dalam data

sebagian akan dipaparkan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

69

Data 11:

Wis : Kau pulanglah!’ Pulanglah! Tolong bereskan pupuk yang tadi

kubawa (Hal.91)

Konteks: Malam hari ketika Wis dan Anson memeriksa salah satu yang

dia bangun untuk penduduk Lubukrantau telah dihancurkan oleh

orang-orang pesuruh perusahaan sawit sebagai bentuk teror

mereka terhadap penduduk Lubukrantau. Suasana hati Wis

sangat kecewa, marah namun tidak mampu berbuat apa-apa

selain mengeluarkan air mata.

Data 12:

Wis :“Stop! Stop! Apa yang kalian lakukan! Wis berlari

menghampiri dua pemuda yang baru menarik anak kunci dari

gemboknya.

Anson : kami terpaksa, Bang. Adik kami ini gila. Dia kesetanan.”

Wis : kalian tidak boleh memasungnya begitu…” (Hal.72)

Konteks: Malam hari, Wis mengantar Upi kembali ke rumahnya di desa

Lubukrantau karena tidak ada yang membiayai Upi untuk

dirawat lama di rumah sakit, dan Wis bertemu dengan kedua

saudara Upi yang langsung menyeret Upi ke bilik kecil tempat

meteka mengurung Upi.

Pada tututan data (11) dan data (12) sama-sama menunjukkan adanya

penggunaan gaya bahasa epizeukis. Wujud penanda gaya bahasa epizeukis pada

data (11) ialah pada kata pulanglah, kata pulang diulang-ulang oleh penutur

menunjukkan kalimat langsung dari penutur sebagai penegasan dari tuturan

penutur. Makna dari tuturan ini ialah penutur memberi perintah kepada mitra tutur

sekaligus menunjukkan permohonan kepada mitra tutur agar meninggalkan

penutur sendiri untuk menenangkan diri.

Wujud penanda gaya bahasa epizeukis pada data (12) ialah kata stop,

perulangan kata stop menunjukkan kalimat langsung dari penutur sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

70

penegasan dari tuturan penutur. Wis bertemu dengan kedua saudara Upi yang

langsung menyeret Upi ke bilik kecil tempat meteka mengurung Upi. Makna yang

dapat disimpulkan dari kalimat ini ialah Melarang atau memberi perintah. Penutur

memohon kepada mitra tutur agar tidak melanjutkan apa yang mereka lakukan.

4.2.1.7 Gaya Bahasa Anafora

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa anafora dalam novel Saman

karya Ayu Utami terdapat empat buah yang layak dimasukkan sebagai data yang

valid. Gaya bahasa anafora adalah repetisi yang berwujud pengulangan kata

pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya (Keraf, 2007:127). Gaya bahasa

anafora yang terkandung dalam data sebagian akan dipaparkan sebagai berikut:

Data 13:

Laila : Tak ada orang tua, Tak ada istri, Tak ada hakim Susila atau

polisi. (Hal.2)

Konteks: Laila sedang menunggu Sihar di suatu kaffe. Mereka sudah janji

bertemu di sana. Suasana tenang dan menyenangkan bagi Laila

karena sebentar lagi ia akan bertemu seseorang yang selalu ia

dambakan. Ketika di New York tidak ada yang bisa melarang

mereka berdua untuk tidak bersama karena istri Sihar ada di

Jakarta, dan tak ada orang tua Laila yang selalu melarangnya

keluar tanpa alasan yang tepat.

Data 14:

Laila : Barang kali ke lautan, barang kali ke hutan,……barang kali

kesebuah rig yang pernah saya datangi…. (Hal.4)

konteks: Perasaan kekhawatiran Laila Kehilangan Sihar dalam jangka

lima bulan.

Pada tututan data (13) dan data (14) sama-sama menunjukkan adanya

penggunaan gaya bahasa anafora dalam tuturan. Wujud penanda gaya bahasa

anafora pada data (13) ialah pada kata taka ada, penutur menggunakan perulangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

71

kata pertama pada tiap baris. Dalam tuturan penutur menggambarkan suasana hati

penutur sekaligus suasan tempat pertemuan penutur. Suasana tenang dan

menyenangkan bagi Laila karena sebentar lagi ia akan bertemu seseorang yang

selalu ia dambakan. Ketika di New York tidak ada yang bisa melarang mereka

berdua untuk tidak bersama karena istri Sihar ada di Jakarta, dan tak ada orang tua

Laila yang selalu melarangnya keluar tanpa alasan yang tepat. Makna yang dapat

diambil dari kalimat ini ialah Hanya berdua tanpa pengetahuan orang lain.

Wujud penanda gaya bahasa anafora pada data (14) ialah pada kata barang

kali ke, penutur menggunakan perulangan kata pertama pada tiap baris tuturan.

Dalam tuturan, Perasaan kekhawatiran Laila Kehilangan Sihar dalam jangka lima

bulan. Makna yang dapat disimpulkan dari kalimat ini ialah penutur

menggambarkan perasaan penutur yang menduga-duga tentang keberadaan Sihar.

4.2.1.8 Gaya Bahasa Epifora

Berdasarkan hasil penelitian data gaya bahasa epifora dalam novel Saman

karya Ayu Utami terdapat dua buah yang layak dimasukkan sebagai data yang

valid. Gaya bahasa epifora adalah pengulangan kata pada akhir kalimat atau di

tengah kalimat (Keraf, 2007:136). Gaya bahasa epifora yang terkandung dalam

data sebagian akan dipaparkan sebagai berikut:

Data 15:

Wis : Mereka mirip satu sama lain: memakai bandana hitam. Kaos-

T Ketat hitam. Celana bersaku banyak hitam. Lars hitam.

(Hal.103)

konteks: Sudah tengah malam warga Lubukrantau diserang oleh beberapa

tim seperti militer yang ditugaskan oleh tim perusahaan sawit

yang ingin menguasai tanah milik Lubukrantau. Wis menemui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

72

sekelompok orang-orang yang sudah berdiri tegap telah berdiri

berjajar di muka langgar.

Data 16:

Laila : Namanya Saman. Dulu namanya bukan Saman.

Sihar : Bisakah kamu ikut ke Palembang dan menghubungkan saya

dengan teman-teman kamu itu? (Hal.23) No data (39)

Konteks : Di sebuah bandara kecil Pulau Matak, February 1993. Suasana

tegang. Laila gelisah karena telah menyarankan seseorang yang

dulu ia kenal dan sempat singgah di hatinya kepada Sihar yang

kini laki-laki satu-satu pujaannya. Sihar terlihat serius dan

antusia mendengar saran dari Laila. Ada perasaan menyesal

Laila ketika menyebut nama Saman, Saman yang dulu ia cintai

dan tidak bisa bersama karena dia dulu masih seorang pastor.

Pada tututan data (15) dan data (16) sama-sama menunjukkan adanya

penggunaan gaya bahasa epifora dalam tuturan. Wujud penanda gaya bahasa

epifora pada data (15) ialah pada kata hitam, penutur menggunakan perulangan

kata pada tiap akhir kalimat tuturan. Sudah tengah malam warga Lubukrantau

diserang oleh beberapa tim seperti militer yang ditugaskan oleh tim perusahaan

sawit yang ingin menguasai tanah milik Lubukrantau. Wis menemui sekelompok

orang-orang yang sudah berdiri tegap telah berdiri berjajar di muka langgar.

Makna yang dapat disimpulkan dari kalimat tuturan ini ialah penutur

menggambarkan pakaian seragam atau pakaian yang digunakaan sekelompok

orang sama.

Wujud penanda gaya bahasa epifora pada data (16) ialah kata Saman,

penutur menggunakan perulangan kata pada tiap akhir kalimat tuturan. Laila

gelisah karena telah menyarankan seseorang yang dulu ia kenal dan sempat

singgah di hatinya kepada Sihar yang kini laki-laki satu-satu pujaannya. Sihar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

73

terlihat serius dan antusia mendengar saran dari Laila. Ada perasaan menyesal

Laila ketika menyebut nama Saman, Saman yang dulu ia cintai dan tidak bisa

bersama karena dia dulu masih seorang pastor. Makna tuturan (16) ialah penutur

menunjukkan atau memberi solusi kepada mitra tutur, ketika mengucapkan nama

tersebut penutur merasa ragu karena ada kemungkinan ia akan bertemu kembali

dengan orang yang sama dengan nama yang berbeda.

4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2006:3). Dalam

penelitian ini perlu adanya penafsiran tentang apa yang dimaksud penutur atau

mitra tutur dalam suatu konteks tuturan. Sebelum bertutur, penutur lebih baik

melihat konteks sehingga tuturan yang disampaikan sesuai dengan tujuan tuturan.

Penutur harus mempertimbangkan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa

yang ingin dikatakan dan menyesuaikan dengan melihat situasi dengan mitra tutur

kapan, di mana, dan situasi dan kondisi dalam bertutur. Makna gaya bahasa dalam

penelitian ini menganalisis makna yang ingin disampaikan pengarang/penulis

dengan menggunakan berbagai jenis gaya bahasa dalam tuturan tokoh novel.

Berikut ini diuraikan penggunaan makna gaya bahasa dalam majas perbandingan

dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami: Kajian Stilistika

Pragmatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

74

4.2.2.1 Makna Pragmatik Mendeskripsikan

Makna ‘mendeskripsikan’ yang muncul dari penggunaan gaya bahasa

dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu

Utami; kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan diuraikan data yang

terkandung makna ‘mendeskripsikan’ pada tuturan dalam novel Saman:

Data 26 :

Ia telah merasa menjadi salah satu dari pohon-pohon yang berjajar dengan

condong itu, yang di balik kulit kayunya mengalir nadi-nadi lateks, yang

menetas dari batang-batang coklat keputihan yang bercarut dan tersayat.

(Hal.82)

Konteks: Tuturan itu terjadi ketika Wis masih berada di desa kecil. Ia

membantu untuk menaikan hasil keuangan warga Lubukrantau

dengan cara memberi bibit dan pupuk kepada warga

Lubukrantau untuk ditanam. Dia ikut merawat kebun karet dan

menoreh, kemudian menjual hasil torehan karet.

Tuturan data (26), maknanya ialah makna pragmatik mendeskripsikan diri

seolah hidup seperti pohon karet. Hal itu terlihat dari pernyataan penutur merasa

menjadi salah satu dari pohon-pohon yang bercarut dan tersayat. Penutur

mendesripsikan dirinya seolah seperti pohon karet yang rela di tores setiap hari

demi memenuhi kebutuhan ekonomi warga Lubukrantau.

4.2.2.2 Makna Pragmatik Menjelaskan

Makna ‘menjelaskan’ yang muncul dari penggunaan gaya bahasa dalam

majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami; kajian stilistika pragmatik.

Berikut ini akan diuraikan data yang terkandung makna ‘menjelaskan’ pada

tuturan dalam novel Saman:

Data 28 :

Kecelakaan adalah suatu kebiasaan, dan kebiasaan adalah sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

75

kewajaran. (Hal.35)

Konteks: Tuturan terjadi ketika Wis dan Sihar berencana akan memberi

pelajaran kepada Rosano agar dihukum atas kecelakaan yang

terjadi di perusahaan minyak yang memakan korban.

Tuturan pada kalimat di atas terkandung makna menjelaskan bahwa

anggapan si penutur mewakili beberapa yang dipikirkan manusia. Dalam konteks

di atas, penutur merasa apa yang direncanakan oleh Sihar dan Wis tidak akan

berhasil sepenuhnya. Makna di atas Penutur lebih menjelaskan lagi apa yang

penutur pikirkan adalah nyata dan pasti sama dengan beberapa orang yang

berpikir tekait hal yang sama. Makna di atas diketahui melalui tafsiran peneliti

terhadap tuturan yang disampaikan oleh penutur sebagai pembaca.

4.2.2.3 Makna Pragmatik Menanya

Makna ‘menanya’ yang muncul dari penggunaan gaya bahasa dalam majas

perbandingan pada novel Saman karya Ayu Utami; kajian stilistika pragmatik.

Berikut ini akan diuraikan data yang terkandung makna ‘menanya’ pada tuturan

dalam novel Saman:

Data 29:

Aroma kayu, dingin batu, bau perdu dan jamur-jamur adakah mereka

bernama, atau berumur? Manusi menamai mereka, seperti orang tua

memanggil anak-anaknya, meskipun tetumbuhan itu lebih tua. (Hal.1)

Konteks: Taman Central Park 28 Mei 1998. Laila yang sedang di taman,

ada berbagai macam jenis tumbuhan dan binatang. Tepat pada

pukul sepuluh pagi. Suasana sejuk dan nyaman untuk menetap

di sana. Mitra tutur atau pembaca dapat merasakan posisi yang

dirasakan oleh Laila ketika berada di taman itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

76

Tuturan di atas, mengandung makna menanya hal ini terlihat pada kata

Aroma kayu, dingin batu, bau perdu dan jamur-jamur adakah mereka bernama,

atau berumur?. Pada tuturan tersebut bahwa penutur bertanya apakah tumbuhan-

tumbuhan disekitarnya itu ada nama dan sudah berapa umur tumbuhan itu. Dalam

tuturan penutur bertanya atas dasar penasaran terhadap tumbuhan karena sering

kali manusia memberi nama pada tumbuhan, terkadang hanya menerka berapa

lama tumbuhan itu sudah ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijabarkan

bahwa kata menanyakan adalah permintaan keterangan atau meminta penjelasan

dari suatu hal. Makna di atas diketahui melalui tafsiran peneliti terhadap tuturan

yang disampaikan oleh penutur sebagai pembaca.

4. 2.2.4 Makna Pragmatik Menegaskan

Makna ‘menegaskan’ yang muncul dari penggunaan gaya bahasa dalam

majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami; kajian stilistika pragmatik.

Berikut ini akan diuraikan data yang terkandung makna ‘menegaskan’ pada

tuturan dalam novel Saman:

Data 30:

Shakuntala : “kenapa kalian bengong begitu?” dengan jengkel bertanya.

Kutahu Cok sudah bukan perawan.

Laila : “Apa kubilang dulu. Musuh kita adalah laki-laki. Laki-laki

merusak dia.

Shakuntala : “Kenapa laki-laki? Pacarnya tidak meninggalkannya kok!

Dia yang meninggalkan pacarnya, karena dipingit papa

dan mamanya. (Hal.155).

Konteks: Tuturan tersebut dituturkan oleh mitra tutur Saat itu mereka

berempat kumpul dan menceritakan tentang hubungan

kasmaran Cok yang sekarang jauhan dengan pacarnya. Cok di

New York dan pacarnya di Jakarta. Cok terpaksa ke New York

melanjutkan kuliah karena permintaan orang tua dan harus

meninggalkan pacarnya di Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

77

Percakapan di atas memiliki makna menegaskan karena si Laila yang

menyampaikan pandangannya terhadap laki-laki dengan ekspresi dan intonasi

yang berbeda ketika percakapan berlangsung menunjukkan Laila sangat tegas

ketika bertutur. Laila merasa apa yang ia katakan kepada teman-temannya itu

benar karena salah satu temannya adalah korban dari laki-laki. Makna di atas

diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh Laila dengan caranya dan

tafsirannya oleh peneliti sebagai pembaca.

4.2.2.5 Makna Pragmatik Memberi Perintah Larangan

Makna ‘memberi perintah’ yang muncul dari penggunaan gaya bahasa

dalam majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami; kajian stilistika

pragmatik. Berikut ini akan diuraikan data yang terkandung makna ‘memberi

perintah’ pada tuturan dalam novel Saman:

Data 31:

Jangan! Jangan terlalu jauh ke dalam! Hari juga sudah malam. (Hal.67)

Konteks: Malam hari, sepi karena hanya Wis dan Upi. ketika Wis melarang

Upi yang berlari semakin ke dalam hutan dalam kegelapan.

Perasaan khwatir Wis mengenai Upi yang masuk ke dalam hutan,

apalagi malam hari.

Pada kalimat di atas, memiliki makna memberi perintah agar si mitra

tutur tidak melanjutkan apa yang ia lakukan. Hal itu terbukti ketika Wis berkata

jangan kepada Upi yang hendak lari semakin jauh masuk ke dalam hutan.

Memberi perintah ialah meminta atau menyuruh seseorang melakukan sesuatu

sesuai dengan perintah yang diterima. Jadi memberi perintah ialah sesuatu yang

diperintahkan atau disuruh untuk dilakukan oleh orang yang di perintah. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

78

tuturan di atas Wis memberi perintah kepada Upi agar tidak lebih jauh lagi berlari

masuk ke dalam hutan. Makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan

oleh Laila dengan caranya dan tafsirannya oleh peneliti sebagai pembaca.

4.2.2.6 Makna Pragmatik Menunjukkan

Makna ‘menunjukan’ yang muncul dari penggunaan gaya bahasa dalam

majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami; kajian stilistika pragmatik.

Berikut ini akan diuraikan data yang terkandung makna ‘menunjukkan’ pada

tuturan dalam novel Saman:

Data 32:

Laila : saya punya teman yang bisa mengerjakan itu.

Sihar : siapa dia?

Laila : Dia…..dia orang yang banyak ide dan berani, Namanya Saman

(yang dulu namanya Wis saat masih menjadi pastor dan kini

telah berubah menjadi Saman seorang aktivis bagian Hak Asasi

Manusi). (Hal.23)

Konteks: Siang hari, Di tempat penungguan kapal terbang sewaan

beberapa perusahaan minyak yang menggali di laut sekitar.

Jadwal mereka berbeda, Sihar akan ke Palembang dan Laila

akan ke Jakarta. Mereka sedang bergulat dengan pembicaraan

mengenai tuntutan/tanggung jawab atas korban yang

meninggal dalam kecelakaan itu. Kemudian Laila menawarkan

seseorang yang mungkin bisa membantu mereka untuk

menyelsaikan masalah itu yaitu Saman, satu-satunya orang

yang disebut oleh Laila.

Makna pada dialog di atas, ialah menunjukkan, sebab penutur memberi

saran dan solusi untuk membantu mitra tutur dalam hal yang diinginkan mitra

tutur. Makna menunjukkan terlihat ketika tuturan ‘saya punya teman yang bisa

mengerjakan itu’ . Penutur mencoba menunjukkan solusi kepada mitra tutur.

Makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh Laila dengan

caranya dan tafsirannya oleh peneliti sebagai pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

79

4.3 Pembahasan

Penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan dan Majas

Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami; Kajian Stilistika Pragmatik” ini

bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan makna gaya bahasa dalam majas

perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami. Sasaran

dalam penelitian ini adalah gaya bahasa yang terdapat dalam majas perbandingan

dan majas perulangan.

Penjelasan dalam subbab ini berhubungan dengan data-data hasil penelitian

yang sudah sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan peneliti. kesesuaian teori

dengan data-data hasil penelitian berhubungan dengan teori gaya bahasa yang

terdapat dalam majas perbandingan dan perulangan dalam buku Wicaksono

(2014:31) menyimpulkan lima kelompok pemajasan dari keseluruhan pandangan

menurut Tarigan (2009:6), Damayanti (3013:43-61), dan Keraf (2007:124-145).

Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan beberapa jenis gaya bahasa dalam

majas perbandingan dan majas perulangan yang digunakan dalam novel Saman

karya Ayu Utami.

Secara keseluruhan gaya bahasa yang ditemukan dalam penelitian ini

berjumlah 8 gaya bahasa. Rincian jenis gaya bahasa tersebut sebagai berikut: Gaya

bahasa perumpamaan 7 buah, gaya bahasa metafora 3 buah, gaya bahasa

personifikasi 6 buah, gaya bahasa sinestesia 2 buah, gaya bahasa epanalipsis 7 buah,

gaya bahasa epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2

buah.

Tuturan penggunaan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman lebih dominan menggunakan gaya bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

80

perumpamaan, karena ketika peneliti membaca dan menganalisis isi novel Saman

karya Ayu Utami sangat banyak ditemukan tuturan-tuturan yang menggunakan gaya

bahasa perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan digunakan untuk membandingkan

suatu hal atau benda lain dengan hal yang lain menggunakan kata penanda seperti,

bak, bagaikan, ibarat, serupa, dan lain-lain.

Hal ini sejalan menurut pendapat Tarigan (2013:9), menyatakan bahwa

perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan

yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh

pemakaian kata seperti, serupa, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, dan penaka.

Sementara itu peremupamaan dapat diartikan suatu majas yang membandingkan dua

hal/benda dengan menggunakan kata penghubung, terdapat kata laksana,

ibarat,serupa, bagai, umpama, seperti, layaknya, bak, dan sebagainya yang

dijadikan sebagai penghubung kata yang diperbandingkan.

Penelitian ini juga banyak menemukan gaya bahasa epanalipsis dan

personifikasi. Gaya bahasa epanalipsis itu sendiri ialah penggunaan gaya bahasa

untuk pengulangan kata awalan dan akhiran pada setiap kalimat berturut-turut.

Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa epanalipsis menurut Keraf

(2007:128), mengatakan gaya bahasa epanalipsis adalah pengulangan yang

berwujud kata terakhir dari bari, klausa, atau kalimat mengulang kata pertama.

Sedangkan gaya bahasa personifikasi ialah gaya bahasa yang menginsankan

benda-benda mati ataumenghidupkan benda mati seolah hidup. hal ini sejalan

menurut pendapat Keraf (2007:140), berpendapat bahwa personifikasi adalah

semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

81

barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.

Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerangkan sifat-sifat manusia

terhadap benda-benda mati.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan 6 makna yang muncul dari

penggunaan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan

berdasarkan konteks dalam tuturan pada novel Saman karya Ayu Utami. Sepuluh

makna tersebut ialah; mendeskripsikan, memberikan penjelasan, menanyakan

sesuatu, menegaskan, memberi perintah larangan, dan menunjukkan sesuatu.

Makna yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini ialah makna

mendeskripsikan atau mendeskripsikan sesuatu. hal ini dapat dilihat pada novel

Saman karya Ayu Utami banyak mendeskripsikan sesuatu, misalnya

mendeskripsikan apa yang dirasakan dan apa yang dilihat oleh penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan

dan Majas Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami Kajian Stilistika

Pragmatik” peneliti memaparkan dua hal penting, yaitu wujud gaya bahasa yang

terdapat dalam majas perbandingan dan majas perulangan pada novel Saman

karya Ayu Utami, dan makna gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami.

Berdasarkan hasil analisis data pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

novel Saman menggunakan berbagai jenis majas. Kalimat yang mengandung gaya

bahasa dalam majas perbandingan dan majas perulangan berjumlah 38 kalimat.

Pada majas perbandingan jenis gaya bahasa yang ditemukan yaitu, gaya bahasa

perumpamaan 7 buah, gaya bahasa metafora 3 buah, gaya bahasa personifikiasi 6

buah, dan gaya bahasa sinestesia 2 buah. Sedangkan pada majas perulangan jenis

gaya bahasa yang ditemukan yaitu, gaya bahasa epanalipsis 7 buah, gaya bahasa

epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, dan gaya bahasa epifora2 buah.

Peneliti juga menemukan 6 (enam) makna tuturan berdasarkan konteks dalam

pragmatik pada penggunaan gaya bahasa dalam majas perbandingan dan majas

perulangan. Makna pragmatik dalam gaya bahasa majas perbandingan dan majas

perulangan pada novel Saman karya Ayu Utami ialah ‘mendeskripsikan’,

‘memberikan penjelasan’, ‘menanyakan sesuatu’, ‘menegaskan’, ‘memberi

perintah larangan’, dan ‘menunjukkan sesuatu’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

83

5.2 Saran

Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor

penguasaan kosakata. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka

semakin besar kemungkinan terampil berbahasa. Salah satu cara meningkatkan

penguasaan kosakata adalah dengan pembelajaran majas. Majas dapat diperoleh di

mana saja, salah satunya melalui novel.

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti

memberikan saran yang berguna bagi peneliti sejenis. Berikut ini merupakan

saran-saran dari peneliti:

1. Penelitian ini hanya membahas pemakaian gaya bahasa pada majas

perbandingan dan perulangan. Peneliti berusaha mengembangkan

penelitian ini dengan meninjaunya secara stilistikapragmatik, namun

penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, yaitu dengan mencari

kefektifan pemakain gaya bahasa yang digunakan penutur.

2. Penelitian ini dapat hanya berfokus pada majas perbandingan dan majas

perulangan. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan meneliti dari

semua majas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

84

DAFTAR PUSTAKA

Artisa Dian. 2014. Diksi dan Majas dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami dan

Pemaknaannya: Tinjauan Stilistika dan Implementasinya Sebagai Bahan

Ajar Sastra Di SMA.

Black. Elizabeth 2011. Stilistika Pragmatis. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Dairu. Damaris Rambu Sedu. 2019. Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Film

Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho; Kajian

Stlistika Pragmatik.

Enlelia Gismiyati. 2018. Jenis dan Peran Majas Perbandingan pada Novel

“Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye”.

Hermawan, Ade Henta. 2014. Kajian Parodi Dalam Novel Trilogi Ronggeng

Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini Hari) karya

AhmadTohari (Suatu Tinjauan Stilistika Pragmatik).

Keraf, Gorys. 1981 Diksi dan Gaya Bahasa. Nusa Indah. Flores

Leksi J Moleong, M.A. 1989.Metodologi Penelitian Kualitatif. Remadja Karya

Cv. Bandung.

Nababan P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (teori dan penerapannya). Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta.

Naskah Publikasi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Rahardi, Kunjana.dkk. 2016. Pramatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.

Jakarta: Erlangga.

Rhmadi, Rulam.2014 Metodologi Penelitian Kualitatif. Ar-Ruzz Media.

Yogyakarta.

Sudjiman, Panuti.1993 Bunga rampai stilistika. PT Pustaka Utama Grafiti. Jakarta

Suban, Mustari Peka. 2018. Analisis Jenis-Jenis Gaya Bahasa Dalam Novel

Hujan Karya Darwis Tere Liye

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Angkasa. Bandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

85

Tarigan, Henry Guntur. 1985 Pengajaran Gaya Bahasa. Angkasa. Bandung

Tarigan, Henry Guntur.2013 Pengajaran Gaya Bahasa. Angkasa. Bandung

Utami Ayu..1998. Saman. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta.

Wicaksono, Andri.2014. Catatan Ringkas Stilistika. Garudha Wacana.

Bandar Lampung.

Yule, George.2006. Pragmatik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

86

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

87

Triangulasi Data

Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan dan majas Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami: Kajian Stilistika Pramatik

Oleh: Junita Ira Kurnia (151224075)

Dosen Pembimbing : Dr.R. Kunjana Rahardi, M.Hum

Petunjuk Triangulasi:

1. Triangulator dimohonkan untuk memberikan tanda centang pada kolom setuju/tidak setuju yang menggambarkan penilaian Anda.

2. Triangulator dimohonkan memberi catatan pada kolom ketrangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis makna penggunaan

gaya bahasa dalam majas perbandingan dan perulangan yang terdapat pada novel Saman karya Ayu Utami.

3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator dimohonkan untuk membubuhi tanda tangan pada akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

88

No Data Konteks Gaya Bahasa Triangulator Ketrangan

Triangulator

Wujud Gaya

Bahasa

Makna Gaya

Bahasa

S TS

1. Aroma kayu, dingin

batu, bau perdu dan

jamur-jamur adakah

mereka bernama,

atau berumur?

Manusi menamai

mereka, seperti

orang tua

memanggil anak-

anaknya, meskipun

tetumbuhan itu lebih

tua. (Hal. 1)

Penutur: Laila, (seorang

fotografer, usia 30 tahun.

Asal dari Indonesia

(Jakarta) pindah ke luar

negeri (New York). dulu

pernah tergila-gila

kepada Wis (seorang

pastor) sebelum

mengganti nama menjadi

Saman, dan saat ini dia

mencintai laki-laki yang

sudah beristri yaitu Sihar

(seorang yang kerja di

perusahaan minyak, usia

35 tahun)

Lokasi tuturan: Taman

Central Park 28 Mei

1998. Laila yang sedang

di taman, ada berbagai

macam jenis tumbuhan

dan binatang. Tepat pada

pukul sepuluh pagi.

Suasana sejuk dan

nyaman untuk menetap

di sana. Mitra tutur atau

Perumpamaan

Keterangan:

Wujud

penanda:

seperti.

Kata seperti

ialah

membandingka

n karakter

manusia

dengan

tumbuh-

tumbuhan.

Menanya

Keterangan: Menamai

tumbuhan seperti

memberi nama pada

manusia.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

89

pembaca dapat

merasakan posisi yang

dirasakan oleh Laila

ketika berada di taman

itu.

.2 Saya akan pacaran,

seperti burung

berbusung bersih

diranting tadi.

(Hal.2)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Pagi hari Di suatu kaffe,

Russian Tea Room. Laila

menunggu kedatangan

seorang kekasih yang

bernama Sihar.

Suasana tegang karena

Laila yang menunggu

kedatangan Sihar setelah

beberapa bulan tidak

bertemu.

Mitra tutur atau pembaca

dapat mengetahui

maksud dari si penutur

(Laila) menjelaskan

hubungannya dengan

Sihar yang

mengibaratkan burung.

Perumpamaan

Keterangan:

Wujud:

Seperti.

Kata seperti

membandingka

n karakter

tokoh manusia

dengan

hewan(burung)

Menggambarkan

Keterangan:

Si penutur menjalin

hubungan tanpa

setatus.

¸

3. Tiga orang yang

sedang bekerja di

kaki rig terpental ke

udara seperti boneka

plastik prajurit

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Lokasi: Disuatu tempat

pekerjaan perusahaan

minyak laut Cina selatan,

Perumpamaan

Keterangan:

Wujud:

seperti.

Kata Seperti

Menggambarkan

Keterangan:

Kecelakaan kerja dan

mengakibatkan

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

90

perang-perangan,

bersamaan dengan

terkulainya manara

itu. (Hal.16)

februari 1993. Sore hari

Suasana kacau karena

katup-katup peredam

ledak di mulut sumur di

bawah platform tak

mampu menahan

sebagian tenaga yang

luar biasa. Sesuatu

meledak dengan luar

biasa sehingga beberapa

pekerja terlempar ke

dalam laut, salah satu

dari ketiganya ialah

Hasyim Ali, ( 42 tahun

sebagai oprator mesin di

perusahaan minyak,

bekerja sama dengan

Sihar selama 7 tahun dan

sudah berkeluarga).

membandingka

n karakter

tokoh manusia

sebagai benda

mati seperti

boneka plstik

yang ringan.

kematian.

4. Sebab siang itu

menyisakan

kegetiran, seperti

biji duku yang

tergigit lalu tertelan,

juga kerinduan akan

kesempatan lain

yang mungkin.

(Hal.3)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Lokasi: di taman

Suasana: sunyi karena

masih pagi dan

pengunjung masih belum

banyak di taman.

Perasaan Laila yang

masih gundah

memikirkan sosok lelaki.

Perumpamaan

Keterangan:

Wujud:

seperti.

Kata Seperti

membandingka

n rasa ketika

menggigit dan

menelan biji

duku

disamakan

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur mengingat

suatu kejadian dulu

dan membuat sakit

hati jika diingat.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

91

dengan

perasaan pahit

yang dirasakan

manusia.

5. Ia cenderung

nampak tak peduli

pada wanita.

Anehnya, itu malam

membuat dia begitu

menarik, seperti

seekor kuda liar

yang berkelana, tak

peduli pada

kehidupan yang

beres di peternakan,

yang membikin

manusia yang

melihat gemas untuk

menjinakkan, dari

waktu ke waktu,

hingga binatang itu

akhirnya mulai

mencicipi bongkah

jerami yang

diletakkan orang di

pinggir ladang.

(Hal.25)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Lokasi: suatu tempat

untuk bertemu

membicarakan hal yang

rahasia di Palembang.

Pukul 12:00 siang

Suasana: tegang, laila

yang khuwatir Sihar akan

tertarik dengan temannya

seorang gadis cantik dan

seksi. Sihar dan Saman

yang membincangkan

sesuatu dengan sangat

serius.

Perumpamaan

Keterangan:

Wujud:

seperti.

Kata Seperti

membandingka

n karakter

tokoh manusia

dan karakter

binatang.

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur memiliki

daya tarik terhadap

orang yang ia

perhatikan dengan

sangat detail.

¸

6. Saya mulai cemas,

yang membuat lutut

terasa kosong seperti

rumah keong yang

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Pukul 15.00 di sebuah

Perumpamaan

keterangan:

wujud:

Menggambarkan

Keterangan:

Menggambarkan

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

92

ditinggalkan setelah

daging siputnya

melisut terkena

racun yang

mengeringkan.

(Hal.38)

taman laila menunggu

kedatangan sihar yang

tak kunjung tiba.

Perasaan Laila sangat

khuwatir hingga

membuat dia harus

mencari-cari berita.

seperti.

Kata Seperti

membandingka

n karakter

tokoh manusia

dengan hewan.

bahwa penutur sangat

khuwatir dan gelisah

karena orang yang

ditunggu-tunggu tidak

kunjung tiba.

7. Anak itu meringkuk

di sudut seperti

pelanduk yang

terkepung. (Hal.71)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Malam, di desa

Lubukrantau setelah Wis

(seorang pastor usia 27

tahun), membawa Upi

(21 tahun, cacat mental)

pulang dari rumah sakit.

Di dalam mobil Upi

terlihat tidak ingin keluar

dari mobil.

Perumpamaan

Keterangan:

Wujud:

Seperrti. Kata

Seperti

membandingka

n karakter

tokoh manusia

dengan hewan

Menggambarkan

Keterangan:

Tidak ingin beranjak

dari tempatnya.

¸

8. Wis merasa

darahnya berhenti

sebentar, sebab ia

tahu itu bukan

Anson. (Hal.103)

1990. Penutur: Laila

(seorang fotografer usia

30 tahun). Wis/Saman

(ketika masih

menggunakan nama Wis

latar belakangnya adalah

seorang pastor)

dihalaman ini latar

belakang Wis masih

sebagai seorang pastor

belum berubah saat ia

belum menggunakan

nama Saman. Wis

Metafora

Keterangan:

Wujud:

muncul

kalimat

Darahnya

berhenti

sebentar. Di

dalam kalimat

mengandung

bahasa kiasan

yang sengaja

dilebih-

Menggambarkan

Keterangan:

Terkejut, sebab apa

yang terjadi bukan hal

yang dibayangkan.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

93

bertugas di desa

Lubukrantau membantu

para petani. Suasana

tegang karena

sekelompok petugas

yang sudah berkali-kali

mengancam warga

Lubukrantau untuk pergi

dari daerah itu karena

akan dibuat kebun sawit,

namun warga

Lubukrantau tidak ingin

pergi karena disitulah

tempat mereka hidup dan

mendapatkan makanan

walaupun tetap

kekurangan. Wis sebagai

orang asing dan sudah

dianggap warga Lubuk

rantau yang membantu

desa itu untuk tetap

bertahan dan banyak

yang ia korbankan untuk

warga Lubukrantau.

Malam hari ketika semua

orang di desa ketakutan

diteror oleh sekelompok

petugas dari perusahaan

sawit yang mengusir

mereka secara terpaksa

dari desa itu dengan cara

membakar rumah-rumah

lebihkan dari

arti yang

sesungguhnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

94

yang ada di desa itu.

9. Ia baru menyadari,

punggungnya telah

merapat pada

dinding kayu yang

jadi terasa hangat

karena jari-jarinya

telah menjadi dingin

dan berembun.

(Hal.65)

1984, penutur: Laila

(seorang fotografer usia

30 tahun). Wis/Saman

(dihalaman ini latar

belakang Wis masih

sebagai seorang pastor)

malam hari ketika Wis

menginap di rumah yang

dulu pernah ia tempati

saat kecil bersama kedua

orang tuanya beserta

kisah-kisah sedih

keluarga Wis ketika

masih tinggal di rumah

itu yang saat ini sudah

ditempati oleh orang lain.

Suasana tegang, karena

Wis yang dalam posisi

takut karena ia merasa

berada di alam mimpi

namun seperti nyata ia

rasakan. Mimpi Wis

yang seperti kenyataan,

menginat kembali kisah

suram saat ia kecil atas

meninggalnya saudara-

saudaranya yang secara

misterius. Dimimpi Wis ,

ia bertemu adik-adiknya

yang telah meninggal

tanpa jasad itu, dengan

Metafora

Keterangan:

Wujud:

jari-jarinya

telah menjadi

dingin dan

berembun.

Jari-jari telah

menjadi basah

karena

keringat yang

sama dengan

embun.

Menggambarkan

Keterangan:

Perasaan takut.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

95

wujud yang sangat

seram. Ketika Wis

mencoba berkomunikasi

dengan mahkluk itu ia

malah hampir di serang

sehingga membuat ia

keringat dingin karena

ketakutan,

10. Dilihatnya lelaki itu

yang lebih muda

daripada dia, dengan

berapi-api

menjelaskan bahwa

perusahaan kelapa

sawit yang kini

menggantikan PTP

dimiliki oleh

pengusaha cina.

(Hal.97)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun).

Di bangsalan sekitar

enampuluh pria dan

sepuluh wanita duduk

bersila dan membentuk

lingkaran. Anson (salah

satu warga Lubukrantau)

mulai membuka

pembicaraan saat rapat.

Suasana snagat kacau

dan gelisah serta

ketakutan yang dirasakan

warga Lubukrantau

akibat kekacauan teror

dari perusahaan yang

akan menggusur desa

mereka.

Metafora

Keterangan:

Wujud:

berapi-api..

Menggambarkan

Keterangan:

Seseorang yang

menyampaikan suatu

arahan dengan

lantang dan sangat

semangat.

¸

11. Wis menyaksikan

sosok itu ditelan

bumi. (Hal.67)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun).

Malam hari. Wis/Saman

(dihalaman ini latar

Personifikasi

Keterangan:

Wujud:

Menggambarkan .

Keterangan:

Seseorang yang tidak

dapat menemukan

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

96

belakang Wis masih

sebagai seorang pastor)

malam hari ketika Wis

menginap di rumah yang

dulu pernah ia tempati

saat kecil bersama kedua

orang tuanya beserta

kisah-kisah sedih

keluarga Wis ketika

masih tinggal di rumah

itu yang saat ini sudah

ditempati oleh orang lain.

Suasana tegang, , karena

Wis yang bertemu gadis

aneh tiba-tiba muncul di

hadapannya dan

mengejarnya dari rumah

hingga ke dalam hutan.

ditelan bumi.

Beranggapan

bahwa bumi

mampu

menelan

layaknya

makhluk

hidup.

sosok yang pergi

dengan cepat

sehingga tidak dapat

dikejar.

12. Ia selalu

menyenangi laut,

tetapi makhluk itu

menelan teman

terbaiknya, dan

menyendawakan

trauma. (Hal.19)

Pulau matak, februari

1993, penutur: Laila

(seorang fotografer usia

30 tahun). Setelah

kecelakaan ditempat

pekerjaan perusahaan

minyak di laut Cina

selatan. Pagi, Laila dan

Sihar mengunjungi

kembali tempat Sihar

dulu kerja yang saat itu

sudah tidak ada lagi

orang yang kerja

semenjak kecelakaan

Personifikasi

Keterangan:

Wujud:

makhluk itu

menelan

teman

terbaiknya,

dan

menyendawak

an trauma.

Hadirnya

personifikasi

di kalimat ini

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur melihat mitra

tutur yang memiliki

trauma terhadap laut

karena ketiga teman

mitra tutur meninggal

di dalam laut

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

97

yang telah merengut

nyawa teman Sihar. Sihar

sangat menyukai laut

namun setelah

kecelakaan itu Sihar

merasa sedih saat

mengingat kembali

temannya yang telah

meninggal di dalam laut

akibat kecelakaan itu.

ialah

menerapkan

sifat-sifat

manusia

terhadap benda

mati.

13. Tapi itu sebelum ini,

sebelum laut

menghapus Hasyim

Ali dari panca

indera. Ia segera

membuang muka,

tak bisa lagi

menikmati lidah-

lidah ombak yang

putih menyambar

pasir. (Hal.20)

Pulau matak, februari

1993, penutur: Laila

(seorang fotografer usia

30 tahun). Pagi hari Sihar

bersama dengan Laila,

suasana sedih Sihar

masih mengingat Hasim

temannya yang sudah

lama sama-sama bekerja

sebagai buruh minyak.

Hasim Ali ( usia 42 tahun

bekerja sebagai operator,

membereskan pekerjaan

berat. Ia berasal dari

lingkungan petani kecil

kelapa di Sumatera

selatan sehingga dengan

penghasilannya sebagai

buruh minyak, dia adalah

penopang ekonomi

keluarga). Sihar menatap

pinggir-pinggir laut

Personifikasi

Keterangan:

Wujud: tak

bisa lagi

menikmati

lidah-lidah

ombak yang

putih

menyambar

pasir. laut

sebagai benda

mati dianggap

seolah-olah

bernyawa yang

bisa

menghapus,

memiliki indra

perasa yaitu

lidah, dan bisa

menyambar

layaknya

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur menyaksikan

mitra tutur yang

menunjukkan bahwa

ia sangat mnembenci

laut dan ombak

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

98

dengan hampa. Kini

Hasim Ali telah tiada, ia

telah meninggal dunia

akibat kecelakaan itu.

mahluk hidup.

14. Ia telah merasa

menjadi salah satu

dari pohon-pohon

yang berjajar dengan

condong itu, yang di

balik kulit kayunya

mengalir nadi-nadi

lateks, yang menetas

dari batang-batang

coklat keputihan

yang bercarut dan

tersayat. (Hal.82)

1984, penutur: Laila

(seorang fotografer usia

30 tahun).

Wis/Saman kini tidak

hanya berstatus sebagai

pastor yang melayani

umat di gereja, namun ia

meminta kepada

atasannya untuk

menambahkan tugasnya

di bagian perkebunan di

desa Lubukrantau dan

hanya bertugas

pelayanan di gereja

cukup dua kali dalam

seminggu. Wis masih

berada di desa kecil. ia

membantu untuk

menaikan hasil keuangan

warga Lubukrantau

dengan cara memberi

bibit dan pupuk kepada

warga Lubukrantau

untuk ditanam. Dia ikut

merawat kebun karet dan

menores, kemudian

menjual hasil toresan

Personifikasi

Keterangan:

Wujud:

dibalik kulit

kayu

mengalir

nadi-nadi.

Kalimat yang

berisi bahwa

manusia

menganggap

dirinya sebagai

pohon (benda

mati) dengan

mengnggap

pohon tersebut

memiliki nadi

seperti

manusia

manusia)

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur yang

menyamakan dirinya

dengan sebatang

pohon karet yang

sedang ditores untuk

mengambil getahnya.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

99

karet.

15. Semacam rasa haru

begitu kuat ketika ia

mencium bau kayu

yang menyedotnya

kembali ke waktu

kanak-kanak.

(Hal.61)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

1986, di rumah

Prabumulih yang

dulunya kota minyak.

Dulu itu adalah rumah

Wis dengan keluarganya

dan kini sudah ditemapati

oleh orang lain. Suasana

haru, karena perasaan

sedih kembali pada

ingatan Wis ketika

keluarga mereka masih

hidup dan berkumpul di

rumah itu.

Personifikai

Keterangan:

Wujud:

Menyedotnya.

Kata

menyedotnya.

Membandingk

an karakter

mahkluk hidup

dengan benda

mati.

Menggambarkan

Keterangan:

Suatu kejadian yang

tak bisa dilupakan

dan akan teringat

suatu-waktu.

¸

16. Tapi di sini musim

dingin sudah

merayap,

mengendap dari

balik gedung-

gedung. (Hal.143)

Penutur: Shakuntala

(seorang penari, kuliah di

New York jurusan seni.

Ia mendapat beasiswa

dari Indonesia ke New

York. Ia tidak suka

dengan keluarganya,

terutama dengan kakak

dan ayahnya. Sahabat

Laila). Hari kamis Ketika

Shakuntala tiba di New

York . ia merasa asing

karena tiba di tempat

yang baru, suasana baru,

Personifikasi

Keterangan:

Wujud:

merayap,

mengendap.

Kata merayap,

mengendap

menunjukkan

bahwa cuaca

yang tidak bisa

di lihat dengan

panca indra

seolah penutur

melihat musim

Menjelaskan

Keterangan:

Penutur yang merasa

sudah sangat dingin

mulai dari ia berjam-

jam di pesawat dan di

negara yang berbeda.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

100

musim yang baru,

kehidupan yang tidak

sama dengan yang ia

bayangkan.

dingin yang

merayap dan

mengendap.

17. Hasyim sedikit

masam mukanya,

seperti berpihak

pada atasannya.

(Hal.15)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

di tempat pekerjaan

perusahaan minyak Laut

Cina Selatan, Februari

1993. Sore hari, setelah

pertengkaran antara Sihar

dan Rosano (anak dari

pemilik perusahaan

minyak tempat Sihar

bekerja saat itu ) suasana

tegang setelah adu mulut

antar Rosano dan Sihar,

Hasyim (si yunior kerja

bersama Sihar)

mengikuti perintah

Rosano karena tidak

dapat membantah.

Hasyim tetap

melanjutkan pekerjaan

dengan tidak setuju

pendapat Rosano namun

ia tetap bekerja karena

tidak berani berbuat apa-

apa selain mematuhi saja.

Sinestesia

Keterangan:

Wujud :

muka masam.

kata masam

hanya

dirasakan oleh

panca indra,

yaitu indra

pengecap.

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur mengamati

ekspresi orang yang

didepannya yang

menunjukkan

ekspresi kurang

setuju

¸

18. Lik Dirah tidur

nyenyak, mulutnya

1962. Penutur: Laila

(seorang fotografer usia

Sinestesia Menggambarkan ¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

101

menganga,

mengeluarkan

dengkur lembut.

(Hal. 53)

30 tahun).

Lik Dirah (seorang

pembantu di rumah Wis)

malam hari di kamar ibu

Wis. Wis (saat ini masih

kecil) juga ikut

menemani ibunya yang

sedang sakit di kamar

bersama Lik Dirah,

namun Lik Dirah tertidur

pulas sedangkan Wis

masih terjaga dimalam

itu.

Keterangan:

Wujud:

dengkur

lembut. Kata

lembut biasa

dirasakan oleh

indra peraba

yang dimiliki

oleh manusia

Keterangan:

Orang yang tertidur

pulas dengan suara

dengkur yang pelan

19. Sihar: Jangan

menelpon lagi, lebih

baik jangan.

Laila: Kenapa?

Sihar: saya punya

istri.

Laila: Kenapa?

Sihar: istriku sering

menerima telepon

yang dimatikan

begitu ia angkat.

Laila: bukan aku,

saya berbohong.

Tidak sesering itu,

Penutur: Sihar (usia 35

tahun, seorang buruh

minyak dan sudah

berkeluarga, tidak setia)

Mitra tutur :Laila (usia

30 tahun seorang

fotografer, sangat setia

mencintai Sihar dan

menjadi kekasih gelap

Sihar)

Jakarta 1996. Laila yang

berada di kos dan Sihar

yang berada di tempat

kerja. Mereka

berkomunikasi dalam

dialog melalui telepon

seluler. Sihar yang lima

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud:

Jangan.

Perulangan

kata pertama

dan akhir

kalimat.

Penekanan

pada kata

jangan.

Memberi perintah.

Keterangan:

Penutur melarang

mitra tutur agar tidak

menghubunginya

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

102

mungkin orang lain.

Sihar: tapi dia bilang

itu firasat. Nah, kini

kamu merasa

berdosa padahal kita

belum berbuat apa-

apa. (Hal.5)

bulan tidak ada kabar

tiba-tiba menelpon Laila.

Sihar memperingati Laila

bahwa jangan terlalu

sering menelponnya

karena ia sudah ada istri

dan kemungkinan besar

akan ketahuan jika Laila

terus-terusan mencari

Sihar dengan cara

menelpon ke nomor

telepon rumah Sihar.

20. Sambil bersiap-siap

menyalakan mesin.

Mesin itu menyala.

(Hal.16)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Ditempat pekerjaan

perusahaan minyak Laut

Cina Selatan, Februari

1993. Sore hari, setelah

pertengkaran antara Sihar

dan Rosano (anak dari

pemilik perusahaan

minyak tempat Sihar

bekerja saat itu, usia 30+)

Hasyim (si yunior kerja

bersama Sihar)

Iman (salah satu buruh

minyak yang bertugas

menyalakan mesin atas

perintah dari Rosano,

kemudian terjadilah

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud:

menyalakan

dan mesin di

awal kalimat,

menyala dan

mesin di akhir

kalimat.

Perulangan

kata pertama

dan akhir

kalimat

memggunakan

kata yang

sama.

Menggambarkan

Keterangan:

Seseorang yang

sedang Menyalakan

mesin.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

103

ledakan yang dahsyat

setelah mesin dinyalakan.

Saat itu juga banyak

buruh yang meninggal

dan terlempat ke laut.

21. kulit saya bisa

menikmati kulitnya,

dan kulitnya

menikmati kulit

saya. (Hal.31)

Penutur: Laila (seorang

foto grafer usia 30

tahun). Di kamar hotel

New York, Laila dan

Sihar janji bertemu di

kamar hotel dan

melakukan hubungan

suami istri. Laila tahu

Sihar sudah memiliki

istri, namun cinta Laila

yang sangat besar kepada

Siharlah yang membuat

ia merelakan

kesuciannya direngut

oleh Sihar tepat di malam

itu juga.

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud: kulit

dan

menikmati.

Perulangan

kata pertama

dan akhir

kalimat

memggunakan

kata yang

sama.

Menggambarkan

Keterangan:

Berhubungan intim

¸

22. saya harus mencari

berita, saya harus

mendapat berita.

(Hal.38)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

pukul 15:00 di sebuah

taman Laila yang sedang

menunggu kedatangan

Sihar. Perasaan Laila

mulai khwatir, ia cemas

dan ingin mencari

informasi tentang Sihar.

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud:

Saya harus.

Berita. Kata

saya harus

selalu berada

di awal kalimat

dan selalu di

Menegaskan

Keterangan:

Menegaskan

kekhuwatiran

penutur.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

104

akhiri dengan

kata berita.

23. Saya harus mencari

kabar, saya harus

mendapat kabar.

(Hal.39)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

pukul 15:00 di sebuah

taman Laila yang sedang

menunggu kedatangan

Sihar. Perasaan Laila

mulai khwatir, ia cemas

dan ingin mencari

informasi tentang Sihar.

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud:

Saya harus.

kabar. Kata

saya harus

selalu berada

di awal kalimat

dan selalu di

akhiri dengan

kata kabar.

Menegaskan

Keterangan:

Menegaskan

kekhuwatiran

penutur.

¸

24. Kecelakaan adalah

suatu kebiasaan, dan

kebiasaan adalah

sebuah kewajaran.

(Hal.35)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Prabumulih 1993, di

tempat persidangan

Rosano berlangsung.

Suasana hening dan

tegang. Harapan

Sihar(buruh minyak usia

35 tahun). dan Laila

serta Saman (dulu

namanya Wis ketika

masih menjadi pator dan

sekarang bukan seorang

pastor) ingin memberi

hukuman kepada Rosano

(Bos Sihar ketika masih

kerja di rig minyak)

ternyata Rosano tetap

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud:

Kebiasaan.

Kata kebiasaan

diulang diakhir

kalimat

kemudian

muncul di awal

kalimat

selanjutnya.

Menjelaskan

Keterangan:

Orang-orang selalu

meilhat hal seperti

kecelakaan adalah

suatu kejadian yang

wajar sebagai

pembelaan diri di

sidang hukum.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

105

dihukum dengan menjadi

tahanan luar.

25. Shakuntala: “kenapa

kalian bengong

begitu?” dengan

jengkel bertanya.

Kutahu Cok sudah

bukan perawan.

Laila: “Apa kubilang

dulu. Musuh kita

adalah laki-laki.

Laki-laki merusak

dia.

Shakuntala:

“Kenapa laki-laki?

Pacarnya tidak

meninggalkannya

kok! Dia yang

meninggalkan

pacarnya, karena

dipingit papa dan

mamanya. (Hal.155)

Penutur: Shakuntala

(seorang penari, kuliah di

New York jurusan seni.

Ia mendapat beasiswa

dari Indonesia ke New

York.

Mitra tutur: Laila

(seorang fotografer usia

30 tahun)

Di kamar kos Laila,

Shakuntala, Yasmin, dan

Cok. Mereka berempat

sudah bersahabat dari SD

hingga mereka kuliah di

New York. Masing-

masing mereka memiliki

kebencian tersendiri.

Laila, benci dengan laki-

laki yang sering

menyakiti perempuan.

Yasmin, benci dnegan

guru karena suka

memberi tugas dan

menghukum, Shakuntala

benci dnegan orang tua,

sedangkan Cok sangat

netral dan tidak berpihak

pada salah satu dari

Epanalipsis

Keterangan:

Wujud:

Musuh kita

adalah laki-

laki. Laki-laki

merusak dia.

Menegaskan

Keterangan:

Mitra tutur sangat

tidak menyenangi

laki-laki

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

106

ketiga temannya itu. Saat

ini mereka berempat

kumpul dan

menceritakan tentang

hubungan kasmaran Cok

yang sekarang jauhan

dengan pacarnya. Cok di

New York dan pacarnya

di Jakarta. Cok terpaksa

ke New York

melanjutkan kuliah

karena permintaan orang

tua dan harus

meninggalkan pacarnya

di Jakarta.

26. Laila: saya punya

teman yang bisa

mengerjakan itu.

Sihar: siapa dia?

Laila: Dia…..dia

orang yang banyak

ide dan berani,

Namanya Saman

(yang dulu namanya

Wis saat masih

menjadi pastor dan

kini telah berubah

menjadi Saman

seorang aktivis

bagian Hak Asasi

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Mitra tutur: Sihar (buruh

minyak usia 35 tahun).

Siang hari, Suasana

tenang dengan perubahan

tingkah laku pada Laila

karena telah menyebut

nama Saman yang dulu

pernah ada cerita antara

dia dan Saman. Di

tempat penungguan kapal

terbang sewaan beberapa

perusahaan minyak yang

menggali di laut sekitar.

Jadwal mereka berbeda,

Epizeukis

Keterangan:

Wujud: dia.

Perulangan

kata Dia

berulang kali

sebagai

penegasan.

Menunjukkan

Keterangan:

Penutur Menyarankan

seseorang untuk

membantu

menyelsaikan

masalah yang

dihadapi kepada mitra

tutur.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

107

Manusi). (Hal.23) Sihar akan ke Palembang

dan Laila akan ke

Jakarta. Mereka sedang

bergulat dengan

pembicaraan mengenai

tuntutan/tanggung jawab

atas korban yang

meninggal dalam

kecelakaan itu.

Kemudian Laila

menawarkan seseorang

yang mungkin bisa

membantu mereka untuk

menyelsaikan masalah

itu yaitu Saman, satu-

satunya orang yang

disebut oleh Laila.

27. Saya cemas! Cemas

sekali. (Hal.38)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Pukul 15:00, dekat kaki

lima penjual pretzel dan

roti bagel di tepi taman,

ada mesin surat kabar.

Laila telah satu minggu

di New York dan sudah

berpisah dengan Sihar

selama sepuluh hari

tanpa ada kabar sama

sekali dari Sihar. Laila

sangat khuwatir,

pikirannya hanya menuju

ke sihar, Laila: apakah

Epizeukis

Keterangan:

Wujud: cemas.

perulangan

kata cemas

berulang kali

sebagai

penegasan.

Menegaskan

Keterangan:

Menegaskan

kekhuwatiran penutur

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

108

sihar mati? Suasana

sekitar itu tenang seperti

biasanya, namun suasana

hati Laila sangat kacau

karena dihantui dnegan

rasa khuwatir.

28. Kau pulanglah!”

katanya pada Anson

dengan suara

bergetar.

“pulanglah! Tolong

bereskan pupuk

yang tadi kubawa.

(Hal.91)

Penutur: Wis (seorang

pastor usia 27 tahun)

Mitra tutur: Anson (salah

satu warga Lubukrantau

usia 20 tahun adik dari

Upi (21 tahun, cacat

mental) tempat tinggal

Wis saat di Lubukrantau.

Malam hari ketika Wis

dan Anson memeriksa

salah satu yang dia

bangun untuk penduduk

Lubukrantau telah

dihancurkan oleh orang-

orang pesuruh

perusahaan sawit sebagai

bentuk teror mereka

terhadap penduduk

Lubukrantau. Suasana

hati Wis sangat kecewa,

marah namun tidak

mampu berbuat apa-apa

selain mengeluarkan air

mata.

Epizeukis

Keterangan:

Wujud:

pulang.

perulangan

kata

pulanglah

berulang kali

sebagai

penegasan

Memberi perintah

Keterangan:

Penutur meminta

mitra tutur pergi dan

meninggalkan

penutur sendiri untuk

menenangkan diri

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

109

29. “Maafkan saya…

maafkan saya”

ujarnya berulang-

ulang sambil

melompat ke luar

untuk menolong

anak tadi. (Hal.66)

Penutur: Wis (seorang

pastor usia 27 tahun)

Mitra tutur: Upi (gadis

memiliki cacat

mental(gila), warga

Lubukrantau. Usia 21

tahun).

Malam hari, ketika Wis

terbangun dari tidur

menyadari Upi sedang

mengintainya dari

jendela dan langsung

menghampiri Upi, namun

Upi langsung menyerang

Wis secara refleks Wis

menampar Upi.

Epizeukis

Keterangan:

Wujud:

“Maafkan

saya…

maafkan

saya” . kata

maafkan saya

diulang hingga

dua kali.

Menunjukkan

bahwa penutur

sangat

menyesal atas

yang telah ia

lakukkan.

Menggambarkan

Keterangan:

Menggambarkan

penyesalan dari

penutur melakukan

tindakan tanpa sadar.

Gerakan spontan

tubuh penutur karena

merasa dalam bahaya.

¸

30. Jangan! Jangan

terlalu jauh ke

dalam! Hari juga

sudah malam.

(Hal.67)

Penutur: Wis (seorang

pastor usia 27 tahun)

Mitra tutur: Upi (gadis

memiliki cacat

mental(gila), warga

Lubukrantau. Usia 21

tahun).

Malam hari, sepi karena

hanya Wis dan Upi.

ketika Wis melarang Upi

yang berlari semakin ke

dalam hutan dalam

kegelapan. Perasaan

khwatir Wis mengenai

Epizeukis

Keterangan:

Wujud:

Jangan!

Jangan.

Penutur

mengulang

kata sebagai

penegasan.

Menberi perintah

Keterangan:

Penutur meminta

mitra tutur jangan

melakukan suatu

tindakan yang akan

membahayakan diri.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

110

Upi yang masuk ke

dalam hutan, apalagi

malam hari.

31. Wis: “Stop! Stop!

Apa yang kalian

lakukan! Wis berlari

menghampiri dua

pemuda yang baru

menarik anak kunci

dari gemboknya.

Anson: kami

terpaksa, Bang. Adik

kami ini gila. Dia

kesetanan.”

Wis: kalian tidak

boleh memasungnya

begitu…” (Hal.72)

Penutur: Wis (seorang

pastor usia 27 tahun)

Mitra tutur: Anson

(salah satu warga

Lubukrantau usia 20

tahun).

Malam hari, Wis

mengantar Upi kembali

ke rumahnya di desa

Lubukrantau karena tidak

ada yang membiayai Upi

untuk dirawat lama di

rumah sakit, dan Wis

bertemu dengan kedua

saudara Upi yang

langsung menyeret Upi

ke bilik kecil tempat

meteka mengurung Upi.

Wis juga bertemu dengan

ibu Upi.

Epizeukis

Keterangan:

Wujud:

“Stop! Stop!

Kata Stop

menunjungkan

kalimat

langsung dari

penutur

sebagai

penegasan dari

tuturan

penutur.

Memberi perintah

Keterangan:

Penutur memohon

kepada mitra tutur

agar tidak

melanjutkan apa yang

mereka lakukan.

¸

32. Tak ada orang tua,

Tak ada istri, Tak

ada hakim Susila

atau polisi. (Hal.2)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Pukul sepuluh pagi

Central Park, 28 Mei

1996. Laila sedang

menunggu Sihar di suatu

Anafora

Keterangan:

Wujud: Tak

ada.

Perulangan

kata pertama

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur janji temu

dengan mitra tutur

hanya empat mata.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

111

kaffe. Mereka sudah janji

bertemu di sana. Suasana

tenang dan

menyenangkan bagi

Laila karena sebentar lagi

ia akan bertemu

seseorang yang selalu ia

dambakan. Ketika di

New York tidak ada yang

bisa melarang mereka

berdua untuk tidak

bersama karena istri

Sihar ada di Jakarta, dan

tak ada orang tua Laila

yang selalu melarangnya

keluar tanpa alasan yang

tepat.

pada tiap baris

atau kalimat

berikutnya.

33. Barang kali ke

lautan, barang kali

ke hutan,……

barang kali ke

sebuah rig yang

pernah saya

datangi…. (Hal.4)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun).

Perasaan kekhawatiran

Laila Kehilangan Sihar

dalam jangka lima bulan.

Anafora

Keterangan:

Wujud:

barang kali

ke. Perulangan

kata pertama

pada tiap baris

atau kalimat

berikutnya.

Menggambarkan

Keterangan:

Perasaan penutur

yang menduga-duga

tentang keberadaan

seseorang (Sihar).

¸

34. Seperti orang malu-

malu, seperti orang

sombong, seperti

cowok cuek.

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun).

Di rig yang sempit

mereka makan siang.

Anafora

Keterangan:

Wujud:

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur menilai mitra

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

112

(Hal.11) Laila, Sihar, Rosano.

Mereka makan siang

bersama sebelum terjadi

adu mulut antara Sihar

dan Rosano. Mereka

terlihat akrab dan baik-

baik saja. Kewibawaan

Sihar yang memang cuek

dengan setiap gadis yang

ia temukan membuat

Laila penasaran dan

tertarik dengan sihar

ketika mereka makan

bersama siang itu.

Suasana kaku, karena

Laila yang baru

berkunjung ke tempat

kerja minyak itu

langsung makan bersama

dan ngobrol dengan dua

laki-laki asing baginya.

Tidak banyak yang

mereka bahas karena

masih banyak diam-

diam.

seperti.

Perulangan

kata pertama

pada tiap baris

atau kalimat

berikutnya.

Kata seperti

menunjukkan

karakter tokoh

yang dituju.

tuturnya dengan

melihat gerak-gerik

mitra tutur.

35. Tak ada yang perlu

ditangisi. Tak ada

dosa. (Hal.3)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun).

Pukul sepuluh pagi, di

Russian Tea Room Laila

yang sedang senang

karena sebentar lagi ia

Anafora

Keterangan:

Wujud:

Tak ada. Kata

Tak ada

Menjelaskan

Keterangan:

Merasa hidup milik

sendiri tanpa adanya

hal yang harus

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

113

akan menemui Sihar

tanpa sepengetahuan

orang lain. Tidak ada lagi

yang melarang mereka

dua ketika berhubungan.

Mereka sudah berada di

suatu tempat, Sihar jauh

dari istrinya dan Laila

yang tidak lagi di awasi

dengan ketat oleh orang

tuanya.

menunjukkan

bahwa penutur

menggunakan

kata pertama

disetiap awal

kalimat.

ditakuti.

36. Barangkali Tuhan

mengutusnya.

Barangkali Tuhan

Cuma mengabulkan

harapannya…….

Barangkali Romo

Daru melobi untuk

dia… (Hal.59)

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun).

1984. usia Wis sudah

menginjak 26 tahun. Wis

yang baru diberi tugas

nebjadi Pastor Paroki

Parid, yang melayani

kota kecil Pribumilah dan

Karang Endah , wilayah

Keuskupan Palembang.

Wis hanya ingin

menengok kembali

kampung halamn yang

dulu dia dan keluarganya

tempati saat dia masih

kecil dengan cara

meminta ke pada Uskup

untuk menugaskannya ke

sana melalui Romo Daru.

Wis tiba di rumahnya

Anafora

Keterangan:

Wujud:

Barangkali.

Kata

barangkali

diucapkan

berulang-ulang

setiap awal

kalimat yang

berurutan.

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur menebak-

nebak terkait orang

yang ia maksud

dapat dengan mudah

pindah pekerjaan ke

tempat lain.

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

114

yang dulu dan kembali

membuatnya mengingat

masa lalu.

37. Mereka mirip satu

sama lain: memakai

bandana hitam,

kaos-T ketat hitam,

celana bersaku

banyak hitam, lars

hitam. (Hal.103)

Penutur: Wis (seorang

pastor yang bertugas di

Lubukrantau usia 27

tahun). Suasana saat itu

ketakutan yang dirasakan

oleh penduduk

Lubukrantau. Sudah

tengah malam warga

Lubukrantau diserang

oleh beberapa tim militer

yang ditugaskan oleh tim

perusahaan sawit yang

ingin menguasai tanah

milik Lubukrantau. Wis

menemui sekelompok

orang-orang yang sudah

berdiri tegap telah berdiri

berjajar di muka langgar.

Epifora

Keterangan:

Wujud: hitam.

Perulangan

kata hitam

pada setiap

akhir kalimat

suatu tuturan.

Menggambarkan

Keterangan:

Penutur menemui

sekelopok petugas..

¸

38. Laila: Namanya

Saman. Dulu

namanya bukan

Saman.

Sihar: Bisakah kamu

ikut ke Palembang

dan menghubungkan

saya dengan teman-

teman kamu

Penutur: Laila (seorang

fotografer usia 30 tahun)

Mitra tutur: Sihar (buruh

minyak usia 35 tahun).

Di sebuah bandara kecil

Pulau Matak, February

1993. Suasana tegang.

Laila gelisah karena telah

menyarankan seseorang

Epifora

Keterangan:

Wujud:

Saman. Kata

Saman

digunakan

digunakan

setiap akhir

kalimat.

Menunjukkan

Keterangan:

Ketika mengucapkan

nama tersebut penutur

merasa ragu karena

ada kemungkinan ia

akan bertemu kembali

dengan orang yang

sama dengan nama

¸

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

115

itu?”(Hal.23) yang dulu ia kenal dan

sempat singgah di

hatinya kepada Sihar

yang kini laki-laki satu-

satu pujaannya. Sihar

terlihat serius dan antusia

mendengar saran dari

Laila. Ada perasaan

menyesal Laila ketika

menyebut nama Saman,

Saman yang dulu ia

cintai dan tidak bisa

bersama karena dia dulu

masih seorang pastor.

yang berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN DAN ...epizeukis 6 buah, gaya bahasa anafora 5 buah, gaya bahasa epifora 2 buah. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari penggunaan

114

BIOGRAFI PENULIS

Junita Ira Kurnia lahir Long Pahangai, 23

Mei 1997. Anak ketiga dari tujuh bersaudara

pasangan Dama Danreng dan Hamidah Majedi.

Penulis menempuh pendidikan SD Negeri 003 Long

Pahangai pada tahun 2003-2009. Penulis

melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP

Negeri 24 Sendawar pada tahun 2009-2012.

Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Long Pahangai

pada tahun 2012-2015. Pada tahun 2015 tercatat sebagai mahasiswa Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri dengan menulis

skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Gaya Bahasa dalam Majas

Perbandingan dan Majas Perulangan pada Novel Saman Karya Ayu Utami:

Kajian Stilistika Pragmatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI