17
GASTROENTERITIS DEFINISI Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996) Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011). KLASIFIKASI Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan: a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans. b) Diare non spesifik : diare dietetis. 2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare : a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit. b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis. 3) Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

GASTROENTERITIS DEFINISIdocshare01.docshare.tips/files/28260/282609290.pdf · 2018. 3. 29. · GASTROENTERITIS DEFINISI Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • GASTROENTERITIS

    DEFINISI

    Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau

    cair lebih dari tiga kali sehari.

    Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali

    pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat

    berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

    Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan

    usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah

    (Sowden,et all.1996)

    Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan

    baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).

    Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari

    dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara

    mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang

    sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut

    timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO,

    1992 dalam Wicaksono, 2011).

    KLASIFIKASI

    Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1) Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:

    a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri

    basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.

    b) Diare non spesifik : diare dietetis.

    2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

    a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang

    ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.

    b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,

    misalnya: diare karena bronkhitis.

    3) Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

  • a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat

    mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5

    hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1

    minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

    b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi

    Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB – BK GAI) ke 1× di Palembang,

    disetujui bahwa definisi diare kronik ádalah diare yang berlangsung 2

    minggu atau lebih (Sunoto, 1990).

  • PATOFISIOLOGI

  • FAKTOR RESIKO

    Penyebab gastroenteritis diantaranya yaitu:

    1 Makanan dan Minuman

    Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong

    dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan

    minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama

    makanan yang berlemak, terlalu manis, banyak serat atau dapat juga

    karena kekurangan zat putih telur.

    Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak)

    yang dapat menimbulkan alergi.

    Keracunan makanan

    2 Infeksi atau Investasi Parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering

    ditemukan:

    Vibrio cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter,

    Aeromonas.

    Enterovirus (Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus,

    Astovirus.

    Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides,

    Protozoa seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas

    hominis.

    Gastroenteritis yang disebabkan oleh virus berlangsung selama satu

    sampai dua hari. Sementara itu, gastroenteritis yang disebabkan oleh

    bakteri berlangsung dalam periode yang lebih lama.

    3 Jamur (Candida albicans)

    4 Infeksi diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis

    adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis Media Akut radang

    dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher tonsil), Bronchopeneumonia

    (radang paru).

    5 Perubahan udara

    Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak

    dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena

    cairan tubuh yang terkuras habis.

    6 Faktor Lingkungan

  • Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan,

    dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu

    kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang

    cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.

    Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya,

    dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

    Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare

    akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

    a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:

    a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.

    b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.

    c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.

    2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,

    makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa

    dingin, alergi.

    b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).

    2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).

    3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono

    dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

    MANIFESTASI KLINIK

    Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah

    dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.

    Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang

    adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan

    yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi

    berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang

    merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,

    tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan

    dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan

    bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan

  • penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan

    sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini

    adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik

    kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,

    bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat

    negatif. Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa

    renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun

    sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung

    ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare

    akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan

    menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini

    tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut,

    yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila

    keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan

    pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-

    paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada

    pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    Diagnostik Klinik berdasarkan fkuii.org

    1 Pemeriksaan Feses

    Kultur feses tidak diperlukan (no-cost-effective) kecuali jika ada

    kecurigaan penyebabnya adalah bakteri.

    a kultur feses rutin biasanya hanya mengidentifikasi species

    Campylobacter, Shigella, Salmonella, Aeromonas, dan

    Yersinia bila terdapat darah atau leukosit dalam feses

    merupakan indikasi kuat diare inflamasi. Fecal leukosit hadir

    pada 80 – 90% semua pasien dengan infeksi Shigella,

    Salmonella, C. jejuni, invasive E.coli, C. difficile, Y.

    enterocolitica, V. parahaemolyticus, dan Aeromonas atau P.

    shigelloides tapi jarang ada pada Campylobacter dan Yersinia.

    Tapi pada umumnya E.coli dan E.histolytica punya minimal

    fecal leukosit (leukosit dalam feses yang sedikit).

  • b Test untuk patogen lain, seperti spesies vibrio,

    enterohemorrhagic E.coli 0157:H7, dan bakteri memproduksi

    shigatoxin lain membutuhkan media spesial misal agar

    MacConkey, agar sorbitol untuk E.coli 0157:H7.

    2 Tes Laboratorium Rutin

    a Test dapat berguna sebagai indikator beratnya penyakit,

    terutama pada asien yang bayi dan lanjut usia.

    b Hitung leukosit biasanya meningkat pada infeksi Salmonella

    tapi normal atau rendah dengan sedikit kenaikkan pada infeksi

    Shigella. Eosinophilia dapat hadir pada infeksi parasit.

    3 Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

    a Immunofluorescent antibodi dan enzim immunoassay terseidia

    untuk organisme Giardia dan Cryptosporidium assay toxin C

    difficile dapat dilakukan jika diare yang disebabkan oleh

    antibiotik.

    b Rotavirus: Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

    tersedia dalam kurang dari 2 jam tapi tidak cukup sensitive

    pada dewasa.

    c Giardia: dapat dilakukan ELISA dengan sensitifitas 90%

    PENATALAKSANAAN SECARA MEDIS

    Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan

    secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan

    melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti

    diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada

    indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus

    dehidrasi berat (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Dalam garis besar

    pengobatan diare dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :

    a. Pengobatan CairanUntuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,

    harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :

  • 1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL

    (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang

    melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

    2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung

    CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono,

    2011)

    Ada 2 jenis cairan yaitu:

    1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,

    tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori

    85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20

    mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiroet.al., 2005). Ada

    beberapa cairan rehidrasi oral:

    a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan

    glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

    b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di

    atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah

    dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

    2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan

    rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap

    jam perlu dilakukan evaluasi:

    a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

    b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam

    Wicaksana, 2011).

    b. AntibiotikPemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut

    infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa

    pemberian anti biotik.

    Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan

    tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,

    mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan

    jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan

    pasienimmunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg

    oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari),Doksisiklin

  • 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500

    mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

    c. Obat anti diare- Kelompok antisekresi selektif

    Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara

    luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat

    enzimenkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.

    Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga

    keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.

    - Kelompok opiatDalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi

    difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x

    sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek

    kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi

    cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi

    diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat

    mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala

    demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

    - Kelompok absorbentArang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit

    diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius

    atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak

    langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

  • - Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dariPlantago oveta, Psyllium, Karaya

    (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan

    cairandalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses

    tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya

    adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk

    kapsul atau tablet.

    - ProbiotikKelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria

    atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran

    cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan

    reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan

    mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

  • ASUHAN KEPERAWATAN PengkajianPengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan

    penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,

    observasi, psikal assessment.

    Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

    Ø Identitas klien.

    Ø Riwayat keperawatan.

    · Awalan serangan : ,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian

    timbul diare.· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air

    dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun

    besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir

    kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

    Ø Riwayat kesehatan masa lalu.

    Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.

    Ø Kebutuhan dasar.

    · Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali

    sehari,BAK sedikit atau jarang.· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan

    penurunan berat badan pasien.· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen

    yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya

    nyeri akibat distensi abdomen.

    Ø Pemerikasaan fisik.

    · Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran

    composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan

    agak cepat.· Pemeriksaan sistematik :

    § Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir

    kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

    § Perkusi : adanya distensi abdomen.

    § Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.

  • § Auskultasi : terdengarnya bising usus.

    · Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga

    berat badan menurun.

    · Pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk

    mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

    Diagnosa Keperawatan1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan

    tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

    2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan

    dengan mual dan muntah.

    3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB

    yang berlebihan.

    4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

    5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

    penyakit,prognosis dan pengobatan.

    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

    Diagnosa 1

    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan

    ditandai dengan klien berak cair lebih dari 3 sehari, mual, muntah, klien lemah,

    turgor kulit menurun.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawan selama 3 x 24 jam diharapkan

    keseimbangan cairan pasien kembali normal.Kriteria hasil :- Intake dan output seimbang- Diare berhenti.- Turgor kulit baik- Tidak mual dan muntah- Mukosa bibir lembab- Kadar elektrolit dalam batasan normal :

    * Natrium = 3,5 –5,5 mEq/l

    * Kalium = 135-145 mEq/l

  • Intervensi :

    1. Lakukan pendekatan pada penderita.

    R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.

    2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang keluar.

    R : memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi

    selanjutnya.

    3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).

    R : untuk mengganti caiaran yang hilang.

    4. Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan infus.

    R : terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah

    komplikasi secara dini.

    5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.

    R : mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.

    6. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang

    timbulnya diare.

    R : untuk mencegah diare lebih lama lagi.

    Diagnosa 2Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat

    ditandai dengan klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak

    menghabiskan porsi makan yang disajikan

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan

    kebutuhan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi.Kriteria hasil : - Intake nutrisi yang adekuat.

    - Mual, muntah tidak ada.

    - Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.

    - Hb dalam batas normal = 12-17 gr%

    - Klien tidak terlihat anemis

    Intervensi

    1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.

    R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.

    2.Kaji tingkat nutrisi klien.

    R : untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.

    3.Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

    R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

  • 2. Hitung BB.R: untuk mengetahui apakah ada penurunan berat badan selama perawatan.3. Kolaborasi dengan tim medis (kokter) dalam pemberian terapi.R: untuk mengetahui jenis obat yang dapat diberikan

    Diagnosa 3Gangguan istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta

    kram abdomen ditandai dengan klien sering terbangun, pucat, gelisah dan

    lemah.

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2 x 24 jam, diharapkan

    pasien dapat istirahat – tidur dengan tenang.Kriteria Hasil:

    - Dapat istirahat tidur dengan tenang.

    - Kram abdomen tidak ada.

    - Diare berhenti.

    Intervensi :

    1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.

    R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.

    2. Berikan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.

    R : dapat membantu kenyamanan dan ketenangan klien.

    3. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian obat.

    R : membantu proses kesembuhan.

    Diagnosa 4Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang

    berlebihan.

    Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan

    gangguan integritas kulit dapat teratasi.

    Kriteria hasil:

    - Integritas kulit kembali normal.

    - iritasi tidak ada.

    - tanda-tanda infeksi tidak ada

    Intervensi:

    Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

  • Diagnosa 5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

    penyakit,prognosis dan pengobatan.

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan

    pengetahuan keluarga tentang penyakit meningkat.

    Kriteria hasil :

    - Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah

    tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

    Intervensi :

    - Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

    tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan

    melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum

    dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

    - R: pemberian informasi mengenai kesehatan sangat bermanfaat bagi

    klien untuk bisa menerapkan dalam kesehariannya.

    REFERENSIDochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of

    America : Mosby.

    Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

    Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut

    (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU

    Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas

    Muhammadiyah.

  • Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di

    Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah

    Surakarta.

    Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut

    Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

    Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, IntervensiPeningkatan

    Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia.

    Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan

    Bakteri.Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara.

    LAPORAN PENDAHULUANGASTROENTERITIS

  • OLEH 4B:METI VERDIAN YUNISA

    115070200111045

    JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG2014