19
Gel Mata Gansiklovir dalam Pengobatan Keratitis Herpes Simplex Penny A Asbell, MD, FACS, MBA Abstrak Herpes simpleks keratitis (HSK) adalah bentuk paling umum dari keratitis virus dan merupakan penyebab umum morbiditas okular dan kebutaan. HSK disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) dan terjadi pada pasien tanpa riwayat paparan HSV sebelumnya, biasanya terjadi selama masa kanak-kanak, atau pada pasien dengan penyakit laten mengandung virus dorman dalam ganglia saraf atau kornea. HSK awalnya muncul sebagai sekelompok kecil vesikula berbatas tegas pada epitel terakumulasi membentuk lesi dendritik yang dapat berkembang menjadi ulkus geografis, sementara perkembangan lebih lanjut dari infeksi lebih ke dalam kornea akan mempengaruhi stroma. Gansiklovir (GCV) dikembangkan untuk pengobatan keratitis herpes akut yang dangkal sebagai pengganti terapi antivirus sebelumnya yang kurang efektif, atau kurang ditoleransi. Studi telah menemukan pengobatan gel GCV topikal aman dan ditoleransi dengan lebih baik secara farmakokinetik dari asiklovir. Persetujuan baru-baru ini oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk penggunaan klinis GCV 0,15% gel untuk pengobatan HSK akan memberikan pasien dan dokter hasil terapi yang lebih ditoleransi, nyaman, dan efektif. Kata kunci Acyclovir, keratoconjunctivitis adenoviral, gansiklovir, herpes simpleks keratitis, herpes okular, gel mata Herpes Simplex Keratitis

Gansiklovir Gel Dalam Pengobatan Herpes Simplex Keratitis (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obat

Citation preview

Gel Mata Gansiklovir dalam Pengobatan Keratitis Herpes SimplexPenny A Asbell, MD, FACS, MBA

AbstrakHerpes simpleks keratitis (HSK) adalah bentuk paling umum dari keratitis virus dan merupakan penyebab umum morbiditas okular dan kebutaan. HSK disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) dan terjadi pada pasien tanpa riwayat paparan HSV sebelumnya, biasanya terjadi selama masa kanak-kanak, atau pada pasien dengan penyakit laten mengandung virus dorman dalam ganglia saraf atau kornea. HSK awalnya muncul sebagai sekelompok kecil vesikula berbatas tegas pada epitel terakumulasi membentuk lesi dendritik yang dapat berkembang menjadi ulkus geografis, sementara perkembangan lebih lanjut dari infeksi lebih ke dalam kornea akan mempengaruhi stroma. Gansiklovir (GCV) dikembangkan untuk pengobatan keratitis herpes akut yang dangkal sebagai pengganti terapi antivirus sebelumnya yang kurang efektif, atau kurang ditoleransi. Studi telah menemukan pengobatan gel GCV topikal aman dan ditoleransi dengan lebih baik secara farmakokinetik dari asiklovir. Persetujuan baru-baru ini oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk penggunaan klinis GCV 0,15% gel untuk pengobatan HSK akan memberikan pasien dan dokter hasil terapi yang lebih ditoleransi, nyaman, dan efektif.Kata kunciAcyclovir, keratoconjunctivitis adenoviral, gansiklovir, herpes simpleks keratitis, herpes okular, gel mata

Herpes Simplex KeratitisBeban dan ancaman kepada Penglihatan ManusiaHerpes simpleks keratitis (HSK), yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV), adalah bentuk paling umum dari keratitis virus dan umumnya penyebab morbiditas okular dan kebutaan. Infeksi HSV adalah sangat umum dalam populasi dunia. HSV adalah salah satu agen yang lebih sering menular pada periode janin dan bayi baru lahir, terjadi setelah paparan virus selama proses melahirkan. Meskipun infeksi biasanya terjadi pada anak usia dini, meningkatnya usia berkorelasi dengan peningkatan signifikan persentase penduduk yang seropositive. AS, hampir 60% dari populasi telah menunjukkan bukti infeksi dengan hampir 20.000 kasus primer baru herpes okular per tahun.Sekitar 1% dari orang yang terinfeksi berkembang menjadi kerusakan mata. Penyakit okuler mungkin salah satu dari dua bentuk penyakit primer pada pasien tanpa paparan HSV sebelumnya umumnya terjadi selama masa kanak-kanak, atau penyakit laten pada pasien dengan virus dorman dalam ganglia saraf atau kornea yang dapat diaktifkan oleh faktor-faktor seperti stres, radiasi ultraviolet (UV), dan menstruation. Penyakit kambuhan lebih sering, sejumlah 30.000 dari 50.000 kasus HSK didiagnosis setiap tahun. Lesi juga umum ditemui pada orang imunosupresi, seperti pasien transplantasi organ baru atau pasien dengan human immunodeficiency virus (HIV). HSV tipe 1 hampir secara eksklusif bertanggung jawab terhadap infeksi mata dan infeksi orofasial sementara HSV tipe 2 umumnya menyebabkan penyakit kelamin. HSV tipe 2 dapat menginfeksi mata dengan cara kontak orofasial dengan lesi genital dan kadang-kadang ditularkan ke neonatus saat lahir dimana ibu memiliki infeksi HSV tipe 2 pada genital.HSK awalnya muncul sebagai sekelompok kecil vesikula berbatas tegas dalam epitel yang berkumpul membentuk lesi dendritik (lihat Gambar 1), yang terjadi di sekitar 15% dari episode awal HSV okuler. Bila tidak diobati, dapat berkembang menjadi ulkus geografis, sejenis cacat epitel luas dengan tepi fimbriasi. Dengan perkembangan infeksi lebih dalam ke kornea, stroma dapat ikut rusak menjadi keratitis stromal mewakili sekitar 2% dari infeksi mata primer HSV-1.

Gambar 1. Ulkus kornea (A) dendritik dan (B) geografik berfluorosensi disebabkan infeksi HSVPasien mungkin memiliki HSV laten di ganglion trigeminal atau kornea, dan episode berulang dari penyakit mata dapat meningkatkan insidensi seiring waktu, yang menyebabkan peningkatan risiko kerusakan kornea dan kebutaan. Pasien dengan kerusakan kornea parah adalah kandidat untuk transplantasi kornea, namun kekambuhan HSK pada graft kornea dapat mengakibatkan kerusakan struktural mengarah ke penolakan graft dan gagal transplantasi. Setelah diagnosis, pengobatan langsung HSK diperlukan jika ingin mengurangi komplikasi yang menyebabkan kebutaan. Artikel ini akan membahas perawatan HSK yang disepakati dan khususnya bukti pendukung penggunaan gansiklovir (GCV) untuk indikasi ini.

Pengobatan untuk Herpes Simplex KeratitisKeratitis epitel dendritik biasanya diobati dengan terapi antivirus oral dan / atau topikal. Agen antivirus trifluridine (TFT), yang disetujui pada tahun 1980, tersedia di AS dan Kanada sebagai solusi oftalmik 1% (Viroptic). TFT adalah analog nukleosida, bentuk modifikasi dari deoxyuridine, yang menghasilkan penghambatan sintesis DNA baik sel terinfeksi HSV dan sel epitel sehat. Karena tidak spesifik dapat menyebabkan keracunan epitel dan kerusakan lebih lanjut pada cornea. Antivirus topikal pada mata yang lain telah digunakan di Eropa dan Amerika Serikat termasuk idoxuridine, iododesoxycytidine, dan vidarabine. Namun, karena toksisitas tinggi ke penggunaannya, kini telah digantikan agen yang lebih selektif. Acyclovir (ACV) dan GCV, dua antivirus baru ini dikembangkan dengan peningkatan selektivitas dan penurunan toksisitas dibandingkan dengan pendahulunya.Di luar AS, ACV salep mata (3%) dan GCV gel mata (0,15%) adalah standar perawatan Eropa untuk pengobatan lini pertama HSK superfisial akut. ACV telah digunakan dalam terapi HSK selama beberapa tahun dan telah terbukti berkhasiat baik di uji klinis dan di praktek klinis. ACV salep atau TFT dikombinasikan interferon topikal meningkatkan keberhasilan pengobatan dibandingkan dengan penggunaan agen antivirus nucleoside tunggal. GCV merupakan terapi efektif dan lebih ditoleransi untuk HSK dengan farmakokinetik yang lebih menguntungkan dibanding ACV. Sejak tahun 1995, preparat gel 0,15% dari GCV telah tersedia secara komersial di 30 negara di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Pada tahun 2007, ditetapkan sebagai obat tunggal untuk pengobatan HSK, dan pada tahun 2009, memperoleh persetujuan Food and Drug Administration (FDA) untuk indikasi ini. GCV dalam bentuk gel jarang menyebabkan keluhan mata kabur dibanding ACV salep berbasis petrolatum. ACV dan GCV telah banyak digunakan untuk mengobati keratitis herpes dengan resistensi virus biasanya terbatas pada pasien yang immunocompromised.Pengobatan lain meliputi debridement, yang memiliki beberapa keberhasilan terutama bila digunakan kombinasi dengan terapi antivirus. Setelah terapi medis, komplikasi herpes keratitis, seperti jaringan parut kornea, mungkin memerlukan manajemen bedah tambahan. Astigmatisme irreguler akibat dari keratitis stroma kronis dapat dikoreksi dengan penggunaan lensa kontak kaku yang gas-permeable. Keratoplasty Penetrasi dapat digunakan untuk rehabilitasi visual pasien dengan kekeruhan kornea atau perforasi. Sebuah perforasi kecil di mata meradang mungkin dapat dikelola dengan perekat jaringan, lensa kontak perban, dan / atau transplantasi membran ketuban.

Mode Aksi Ganciclovir dan Pengobatan lainnya untuk Herpes Simplex KeratitisGCV merupakan analog nukleosida dari deoxyguanosine. Dalam sel yang terinfeksi, GCV terfosforilasi oleh timidin kinase virus (VTK). Timidin Kinase seluler memiliki afinitas rendah terhadap GCV karena deoksiribosa tiruan menghambat binding enzim. GCV dalam dosis terapi bebas bergerak masuk dan keluar sel-sel yang tidak terinfeksi. Namun, setelah terfosforilasi GCV terperangkap di dalam sel karena peningkatan polaritas. Dengan demikian, GCV terakumulasi di sel yang terinfeksi virus. GCV monofosfat kemudian dikenali oleh kinase seluler yang membentuk di- dan tri-phosphoganciclovir (GCV-TP). GCVTP menghambat replikasi DNA virus dalam dua cara. Pertama, GCV-TP secara kompetitif menghambat penggabungan deoxyguanosine trifosfat ke DNA, memperlambat sintesis DNA virus. Kedua, penggabungan GCV menyebabkan terminasi rantai DNA-nukleotida tambahan tidak dapat ditambahkan karena GCV tidak memiliki deoxyribose esensial. Jaringan sehat yang tidak terinfeksi tidak terpengaruh, dengan demikian toksisitas pengobatan rendah (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Mekanisme aksi Trifluridine dan GansiklovirACV memiliki mekanisme serupa dengan GCV, menggalami fosforilasi oleh VTK, yang menyebabkan terminasi rantai DNA. Konsentrasi GCV-TP intrasel yang 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ACV-TP dan masa paruh jauh lebih lambat dengan masa paruh intraseluler melebihi 24 jam. Selanjutnya, HSV mutan yang tahan terhadap ACV karena mutasi VTK atau DNA polimerase tetap rentan terhadap terapi GCV.ACV dan GCV lebih selektif dibandingkan TFT, yang terfosforilasi di dalam sel terinfeksi serta dalam sel non-terinfeksi, dan berfungsi sebagai substrat untuk polimerase host dan DNA. Dengan demikian, TFT menghambat replikasi virus tetapi juga jaringan sehat terkena, menyebabkannya sangat toksik. Dalam mata, Toksisitas dapat tampak sebagai toksisitas epitel mata, sehingga menunda penyembuhan epitel kornea dan stroma, epitel kornea displasia, atau scarring konjungtiva.

Bukti Uji Klinis Penggunaan Ganciclovir dalam Pengobatan Herpes Simplex KeratitisStudi praklinis dari GCV gel telah menunjukkan pengobatan efektif terhadap keratitis herpes. Model eksperimental keratitis herpes pada kelinci dan tikus telah menunjukkan pengobatan dengan GCV 0,15% mencegah pembentukan lesi dan memiliki khasiat lebih besar dari ACV. Selain itu, administrasi kronis dari GCV pada kelinci dengan HSK mengakibatkan kemanjuran klinis dan secara signifikan mengurangi daerah ulkus kornea, kekeruhan, dan vaskularisasi.GCV dikembangkan untuk pengobatan keratitis herpes superfisial akut sebagai pengganti antivirus sebelumnya, yang kurang efektif, atau kurang ditoleransi. Studi telah menemukan pengobatan gel GCV topikal aman dan ditoleransi dengan baik. Dua uji klinis lebih lanjut di Perancis menguji GCV gel mata studi acak, double-masked mengevaluasi farmakokinetik dan toleransi pada sukarelawan sehat. Semua relawan menyelesaikan studi dan melaporkan toleransi yang baik dan tidak ada keluhan yang signifikan dengan anomali ringan tanpa konsekuensi klinis setelah penerapan GCV gel.Tahap II / III uji coba dari GCV gel, semua dilakukan di pusat-pusat pengobatan luar Amerika Utara dan tidak menyertakan pasien dengan HSK dari RS US. Studi klinis yang dilakukan di Eropa, Asia, dan Afrika yang melibatkan lebih dari 370 pasien, membandingkan efikasi dan tolerabilitas GCV gel mata dengan ACV salep pada keratitis herpes, menunjukkan bahwa, meskipun tidak selalu signifikan secara statistik, pasien yang diobati menggunakan GCV cenderung memiliki tingkat kesembuhan keseluruhan lebih tinggi disertai dengan tingkat kekambuhan lebih rendah dibandingkan dengan pasien diobati ACV (lihat Tabel 1, Gambar 3 dan 4).Uji klinis acak, prospektif pertama fase II terjadi di awal 1990-an, yang melibatkan 66 pasien dari seluruh Afrika dan selanjutnya 37 pasien dari Eropa. Pasien dengan keratitis herpes diobati dengan GCV (0,15%, 0,05%) gel atau ACV (3%) salep berbasis petrolatum lima kali sehari sampai penyembuhan dan kemudian tiga kali sehari selama satu minggu. Di studi Afrika, tingkat penyembuhan adalah 82,6% untuk GCV 0,15%, 77,3% untuk GCV 0,05%, dan 72,7% ACV 3%, sementara waktu penyembuhan median adalah tujuh hari untuk pasien diobati GCV dan delapan hari untuk pasien ACV. Toleransi yang lebih besar dan kepatuhan diamati, disertai dengan kurangnya sensasi perih dan sensasi terbakar di kelompok terapi GCV dibandingkan dengan kelompok terapi ACV. Dalam studi Eropa, pasien jarang mengalami penglihatan kabur dalam kelompok GCV dibandingkan dengan kelompok ACV (masing-masing 38,5% dan 76,9%), sementara sensasi terbakar / perih jarang dirasakan oleh pasien yang menerima GCV (0,15% dan0,05%) dibandingkan dengan pengobatan ACV (masing-masing, 16,7% dan 50%). Studi klinis ketiga dilakukan di Karachi, Pakistan, dimana terlibat 109 pasien di desain uji coba acak, terkontrol sama seperti Eropa dan uji coba Afrika. Serupa dengan percobaan sebelumnya, penelitian ini dilaporkan GCV umumnya telah meningkat tingkat penyembuhan, dan insiden lebih rendah kekambuhan dan dropout bila dibandingkan dengan terapi ACV. Peningkatan tingkat dropout pada pasien diterapi ACV karena kegagalan pengobatan berkaitan dengan kondisi memburuk atau kurangnya keberhasilan terapi.Ada satu multicenter besar melakukan studi, prospektif, acak fase III yang menguji efek GCV gel topikal dan salep ACV untuk pengobatan keratitis herpes HSV. Penelitian ini melibatkan 164 pasien di 28 pusat studi di Eropa. Analisis studi klinis hasil penelitian menunjukkan bahwa GCV 0,15% setidaknya sama efektif dengan ACV 3% untuk mengobati keratitis herpes akut dengan waktu rata-rata penyembuhan sama. Pasien yang diobati dengan GCV jarang merasakan penglihatan kabur dan sedikitnya insiden sensai perih dan terbakar.GCV dapat menembus stroma kornea melalui pemberian topikal yang menghasilkan dosis terapeutik GCV dalam aqueous humor. Hasil dari studi klinis sebelumnya menunjukkan bahwa GCV seefektif ACV untuk mengobati keratitis herpes pada manusia, dan, bila diterapkan di bentuk gel, menyebabkan penurunan keluhan pandangan kabur daripada pemberian ACV salep berbasis petrolatum, menghasilkan toleransi yang lebih besar terhadap pengobatan dan berpotensi, untuk meningkatkan kepatuhan. Selanjutnya studi klinis non-acak meneliti potensi khasiat GCV untuk mengobati pasien dengan keratitis herpes. Resolusi sempurna dari keratitis herpes tercatat pada semua pasien. Enam pasien profilaksis GCV tidak mengalami kambuhnya keratitis herpes, termasuk tiga pasien yang memiliki mengalami keratoplasty penetrasi. Kurangnya kontrol klinis atau adanya masking, meskipun penelitian ini menunjukkan nilai potensi GCV sebagai pengobatan dan pencegahan keratitis herpes HSV, termasuk pada pasien yang telah menjalani cangkok kornea.Tabel 1. Studi kunci mendukung penggunaan Gansiklovir pada keratitis herpes simplexTipe StudiJumlah Pasien dan RSTerapi (GCV dan plasebo)Hasil PenelitianTemua Terkait Keamanan

Studi multicenter, komparatif, acak, grup paralel fase II67 pasien 12 tahun dengan HSK di 4 RS afrika (HSK tipe dendritik 51 dan tipe geografik 16)Pasien diterapi GCV gel 0.15% (n=23), GCv gel 0,05% (n=22) atau ACV gel 3% (n=22) 5 kali perhari hingga ulkus sembuh kemudian 3 kali perhari selama semingguUntuk GCV 0.15%, GCV 0.05% dan ACV 3%, tingkat kesembuhan 82.6%, 77.3% dan 72.7%. pengukuran keberhasilan oleh peneliti dianggap memuaskan (pada hari ke-14) 71.43%, 66.67%, dan 52.63% (non-signifikan).Sampel konjungtiva menunjukan laju eliminasi virus yang identik pada GCV 0.15% dan ACV 3% kecuali GCV 0.05%GCV 0.15% dan GCV 0.05% ditoleransi dengan baik, sensasi terbakar dan perih jarang dirasakan dibading ACV 3% (p=0.10). Kemungkinan keratitis punctata toksik superficial sama di semua kelompok (non-signifikan).

Studi multicenter, komparatif, acak, grup paralel fase II37 pasien 18 tahun dengan HSK di 4 RS perancis. Keratitis epitel dendritik (36) dan geografik (1)Pasien diterapi GCV 0.15% (n=19) atau ACV 3% (n=18), 5 kali perhari hingga ulkus sembuh kemudian 3 kali perhari selama semingguLaju kesembuhan GCV 0.15% dan ACV 3%, masing-masing 83.3% dan 70.6% (nonsignifikan). Dropout karena perburukan ulkus atau komplikasi, 11.1% dan 41.2% (p=0.06). Median lama penyembuhan adalah 6 hari untuk GCV 0.15% dan 7 hari untuk ACV 3% (p=0.056)38.5% pasien dari grup GCV 0.15% mengalami pandangan kabur > 5 menit, sedangkan grup ACV 3% yang mengalami sejumlah 76.9%. 100% peneliti dan 100% pasien menilai toleransi obat secara umum "baik sekali" pada grup GCV 0.15%. sedangkan pada grup ACV 3% hanya 75% dan 67%.

Studi multicenter, komparatif, acak, grup paralel fase II109 pasien 5 tahun dengan HSK di 1 RS pakistan. Keratitis epitelial dendritik atau geografikPasien diterapi GCV 0.15% (n=36), GCV 0.05% (n=35) atau Acv 3% (n=38), 5 kali sehari selama 10 hariGrup GCV 0.15%, GCV 0.05% dan ACV 3%, laju kesembuhan masing-masing, 86.1%, 80% dan 71.1 % (nonsignifikan). Dropout karena komplikasi 5.6%, 11.4% dan 21.05% (p=0.02). Kerusakan stroma terjadi pada 50% dropout grup GCV 0.15%, 50% dropout grup GCV 0.05% dan 62.5% dropout grup ACV 3% Tingkat tolerasni dapat diterima untuk ketiga grup. Insidensi keratitis punctata superfisial kasus baru atau eksaserbasi akibat terapi serupa pada ketiga grup. Tidak ada parameter hmatologi yang diperiksa

Studi multicenter, komparatif, acak, grup paralel fase II164 pasien pada 64 RS di Eropa. Keratitis epitelial dendritik (138) atau georafik (26)Pasien diterapi GCV 0.15% (n=84) atau Acv 3% (n=80), 5 kali sehari hingga ulkus sembuh kemudian 3 kali sehari selama semingguUlkus dendritik (137) dan ulkus geografik (27) dilaporkan terpisah. Pada ulkus dendritik yang diobati GCV 0.15% dan ACV 3%, laju kesembuhan masing-masing 88.7% dan 91% (ns). Kedua grup menunjukan tingkat dropout yang mirip.Pada hari ke-14, lebih sedikit pasien grup GCV 0.15% yang mengeluhkan sensasi perih dan terbakar dibanding grup ACV 3% (p=0.03%). Tingkat kemunculan keratitis punctata lebih rendah pada grup GCV 0.15%. proporsi pasien (p=0.0002) dan peneliti (p=0.00006) menilai tingkat toleransi terapi 'sangat baik' pada grup GCV 0.15% dibanding grup ACV 3%

Gansiklovir, Penggunaan Klinis Untuk Pengobatan Keratitis VirusKetersediaan komersial GCV 0,15% gel di seluruh Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Selatan telah menyebabkan sejumlah besar pasien dengan infeksi herpes diterapi oleh dokter. Proporsi kasus di mana peneliti menilai toleransi produk sebagai 'baik' secara signifikan lebih tinggi pada kelompok GCV (78,7%) dibandingkan dengan kelompok ACV (43,94%) yang diterapi karena ulkus dendritik. Demikian pula, pasien melaporkan bahwa toleransi keseluruhan dengan GCV lebih sering dianggap 'baik' (75,36%) dibandingkan dengan ACV (42,42%). Hal ini dapat menghasilkan tingkat kepatuhan yang lebih besar di antara pasien.Ada diskusi antar dokter dimana GCV 0,15% gel mungkin cocok untuk pemakaian pada kelopak mata / ulserasi hidung. Namun, di AS, rekomendasi ini tidak termasuk dalam paket obat, dan karena itu digambarkan sebagai off-label, peakaian tidak disetujui FDA. Namun, karena GCV gel telah disetujui untuk digunakan pada mata mungkin aman untuk digunakan pada kelopak mata atau untuk ulserasi hidung. Penggunaan GCV untuk indikasi ini belum pernah teruji secara klinis dan FDA tidak memberikan persetujuan kecuali ada data percobaan klinis untuk mendukung pengobatan. Saat ini tidak ada studi klinis yang membahas apakah GCV 0,15% gel dapat digunakan untuk manajemen profilaksis ulserasi kornea. Namun, Penelitian Penyakit Mata Akibat Herpes (HEDS) untuk mengetahui pengaruh terapi acyclovir oral untuk mencegah kekambuhan keratitis epitel HSV dan keratitis stromal HSV menemukan bahwa risiko hampir 50% lebih rendah secara keseluruhan dari semua jenis kekambuhan pada kelompok asiklovir sistemik, umumnya diamati juga pada subkelompok pasien berdasarkan faktor-faktor dasar lainnya, seperti waktu sejak episode HSV okular terakhir, usia, riwayat penyakit non-okular, dan riwayat HSV okular sebelumnya. Apakah efek yang sama dengan penggunaan topikal dari GCV akan dicapai, belum diteliti dan dibutuhkan data klinis lebih lanjut. Reaktivasi HSV dan kekambuhan keratitis herpes di pasien yang telah menerima transplantasi kornea dapat menyebabkan tubuh menolak cangkok kornea dan kebutaan. Oleh karena itu, profilaksis topikal jangka panjang dengan GCV 0,15% gel dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit dan penolakan cangkok berikutnya. Penggunaan GCV sebagai agen profilaksis tampaknya menjadi strategi terapi yang baik, namun dosis dan frekuensi masih harus diteliti.

Gambar 3. Penyembuhan pada hari ke-14 di keempat studi membandingkan Gansiklovir dengan Asiklovir untuk terapi keratitis herpes simplex

Gambar 4. Proporsi pasien dropout dari terapi karena kondisi memburuk atau komplikasi dalam keempat studi membandingkan Gansiklovir dengan Asiklovir untuk terapi keratitis herpes simplex

Ganciclovir Dalam Pengobatan Infeksi Mata LainGCV 0,15% gel telah terbukti memiliki potensi terapeutik dalam pengobatan sejumlah infeksi mata lainnya. Beberapa studi in vitro dan in vivo telah meneliti penggunaan GCV dalam pengobatan keratoconjunctivitis adenoviral. GCV diamati untuk mengurangi insiden dan durasi infeksi virus dibandingkan dengan pengobatan plasebo. Dalam studi dari 50% dosis efektif (ED50) untuk serotipe adenoviral diketahui dan satu isolat klinis adenoviral, ED50s yang dihasilkan berkisar dari 4,5 ke 33M. Dua uji klinis kecil juga telah menunjukkan khasiat dari GCV 0,15% dalam mengobati keratokonjungtivitis adenoviral. Pengobatan GCV mengakibatkan waktu pemulihan lebih cepat dan kekeruhan subepitel yang lebih sedikit dibandingkan dengan plasebo. Dalam studi open-label tak terkontrol, keluhan pada mata berkurang dalam satu minggu dan tidak ada pasien yang berkembang menjadi keratitis. Infeksi Adenoviral umumnya menyebabkan morbiditas pada pasien dan gangguan visual kronis yang berhubungan dengan keratoconjunctivitis adenovirus, telah terkendali dan tertangani dengan GCV 0,15% gel. Ada studi in vitro yang menunjukkan GCV sebagai inhibitor kuat replikasi dari virus Varicella Zoster (VZV). GCV baik dalam kombinasi atau obat tunggal telah digunakan untuk mengobati nekrosis progresif retina luar karena VZV, namun belum ada penelitian diterbitkan terkait penggunaan GCV dalam pengobatan keratitis akibat VZV. GCV (Vitrasert) juga telah digunakan dengan baik untuk mengobati retinitis cytomegalovirus (CMV) yang mengancam penglihatan pada pasien immunocompromised dan HIV lanjut. Indikasi off-label meliputi pengelolaan necrosis retina akut.

Perkembangan Masa Depan Ganciclovir Untuk Pengobatan KeratitisGCV 0,15% gel topikal telah terbukti seefektif ACV pada pengobatan HSK aktif. Keratitis herpes berulang dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea dan kebutaan, dan kekambuhan pada cangkok kornea dapat mengakibatkan penolakan atau kegagalan cangkok. Profilaksis dengan topikal GCV dapat mengurangi kejadian penolakan cangkok atau kerusakan berikut kekambuhan penyakitnya. Sebuah studi prospektif baru-baru ini meneliti penggunaan topikal GCV 0,15% untuk pengobatan profilaksis keratitis herpes. Resolusi sempurna pada pasien dicatat dan tidak ada pasien mengalami kekambuhan keratitis herpes selama masa terapi lanjutan. Namun, utilitas GCV sebagai agen profilaksis tetap menjadi perdebatan, dengan dosis dan frekuensi yang masih belum jelas. Selain itu, penetrasi intraokular dari GCV dalam aqueous humor membuat potensi sebagai calon pengobatan dan pencegahan keratouveitis herpes, uveitis anterior HSV, dan uveitis anterior CMV. Dengan demikian, uji klinis prospektif, acak, multicenter terkontrol lanjutan diperlukan di masa depan untuk menilai keamanan jangka panjang dan kemanjuran aplikasi GCV topikal.Pengembangan pengobatan antivirus yang lebih efektif secara signifikan meningkatkan prognosis untuk pasien dengan HSK. Trifluridine hanya satu-satunya pengobatan yang disetujui dan dipasarkan di AS. Namun, ada kekhawatiran mengenai efek non-spesifik dan efek samping toksik. Persetujuan terbaru oleh FDA untuk gel GCV 0,15% dalam penggunaan klinis pengobatan HSK akan memberikan pasien dan dokter pilihan pengobatan yang lebih ditoleransi, nyaman, dan efektif.