32
Gangguan Somatisasi Sharon Lorisa Simamora 102011354 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 [email protected] Pendahuluan Gangguan somatisasi termasuk dalam gangguan somatoform. Gangguan somatoform adalah kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utama. Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Nama awal gangguan somatisasi adalah histeria. Pada tahun 1859, Paul Briquet mengamati keragaman gejala dan sistem organ yang terkena serta menguraikan perjalanan gangguan yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam, Gangguan ini disebut briquet syndorme. Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20 kali. Gangguan somatisasi bisa disebabkan oleh faktor psikososial, faktor biologis dan genetik. Diagnosis untuk menegakkan seseorang mengalami gangguan somatisasi adalah sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV- TR) yaitu harus memiliki keluhan sedikitnya, empat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu gejala

gangguan somatisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah pbl blok 22 saraf dan jiwa

Citation preview

Page 1: gangguan somatisasi

Gangguan Somatisasi

Sharon Lorisa Simamora

102011354

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

[email protected]

Pendahuluan

Gangguan somatisasi termasuk dalam gangguan somatoform. Gangguan somatoform adalah

kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh

sebagai komponen utama. Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Nama

awal gangguan somatisasi adalah histeria. Pada tahun 1859, Paul Briquet mengamati keragaman

gejala dan sistem organ yang terkena serta menguraikan perjalanan gangguan yang biasanya

kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam, Gangguan ini disebut briquet syndorme.

Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20 kali.

Gangguan somatisasi bisa disebabkan oleh faktor psikososial, faktor biologis dan genetik.

Diagnosis untuk menegakkan seseorang mengalami gangguan somatisasi adalah sesuai dengan

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) yaitu harus memiliki

keluhan sedikitnya, empat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu

gejala pesudoneurologis, yang seluruhnya tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan fisik dan

laboratorium.1

Page 2: gangguan somatisasi

Anamnesis

Mulai anamnesis dengan menjelaskan tujuan dan prosedur wawancara, serta menjawab

pertanyaan yang mungkin ingin ditanyakan pasien sebelumnya. Mulai dengan dengan pertanyaan

terbuka tentang masalah utama:

“Dapatkah anda bercerita sedikit tentang alas an anda datang ke sini?” “Bagaimana

perasaan anda?”

Usahakan pasien bicara bebas dan tanpa interupsi selama beberapa menit. Bila ia tampak tak

mengutarakan masalah spesifik atau sulit bicara, singgunglah informasi lain yang ada.

“Surat rujukan Anda menyatakan bahwa anda mengalami sedikit kesulitan tetnang…

dapatkah anda bercerita sedikit mengenainya?”

Identifikasi setiap keluhan, dan catatlah dalam kata-kata pasien. Untuk setiap keluhan,

cobalah lakukan klarifikasi.2

Waktu awitan. Tentukan sespesifik mungkin. “Kapan pertama kali anda menyadari

masalah ini?” atau “kapan anda merasa sehat terakhir kali?” Hal yang mendahului dan

pemicu. “Adakah sesuatu yang teradi atau berubah tepat sebelum masalah ini muncul?”.

Berikan beberapa contoh pada pasien. “Apakah anda merasa kurang sehat… apakah anda

merasa sangat tertekan… adakah kesulitan di rumah atau tempat kerja?” Pastikan

kesulitan tersebut terjadi sebelum atau setelah gejala psikologis

Cara gejala timbul dan perjalanannya. Tentukan cara gejala timbul, mendadak atau

bertahap dan menetap. Tanyakan tentang masa remisi, pengurangan, atau penguatan, dan

hal-hal yang terkait dengan pengurangan atau ekseserbasi keluhan.

Rentang waktu antara timbulnya berbagai gejala. Tanyakan kronologi kejadian sejak

terakhir kali pasien merasa sehat untuk menentukan gejala yang muncul pertama kali dan

yang muncul kemudian. Bila dijumpai sejumlah keluhan, rentang waktu antara waktu

awitan setiap gejala perlu diperhatikan untuk menentukan diagnosis, misalnya gejala

ansietas atau perasaan tersiksa timbul setelah gejala depresi yang lain.

Gejala terkait. Keluhan utama pasien mungkin menunjukkan bidang lain yang perlu

ditanyakan. Pada kebanyakan kasus, dapat diajukan pertanyaan singkat untuk menapis

Page 3: gangguan somatisasi

gejala ansietas, depresi, pikiran bunuh diri, rasa marah pada orang lain, atau fenomena

psikotik, tetapi bergantung pula pada tiap-tiap kasus.

Efek pada fungsi. Gejala gangguan psikiatrik sering mengganggu fungsi seseorang dan

menunjukkan keparahan penyakit. Pertanyaan seputar pola tidur, nafsu makan, perubahan

berat badan, fungsi seksual, dan perawatan diri sering menunjukkan kelainan yang

mengacu diagnosis tertentu. Bangun lebih dini, penurunan nafsu makan, berat badan, dan

libido, serta variasi diurnal suasana hati menandakan adanya depresi, setidaknya derajat

sedang, dan sering disebut gejala biologis. Pada mania/peningkatan mood, waktu tidur

berkurang, tidak merasa lelah, dan libido meningkat.

Riwayat Pribadi

Harus didapatkan kejadian-kejadian penting dari lahir sampai sekarang yang disusun secara

kronologis, meliputi:2

Masa kanak-kanak: anamnesis mungkin dapat mengungkapkan kausa dan bukti kesulitan

belajar atau masalah perilaku yang kronis

Riwayat lahir dan neonates: kesehatan, misalnya cedera/infeksi/kejang.

Pendidikan: menggambarkan intelegensi dan perkembangan social serta emosional pasien

yang dapat anda bandingkan dengan fungsinya sekarang. Secara khusus, ajukan

pertanyaan yang relevan mengenai pendidikan pasien di sekolah-“Apakah ada gangguan..

apakah menjalani pendidikan khusus … adakah masalah perilaku atau emosi(misalnya

tidak mau sekolah)?” tanyakan hubungan pasien dengan teman dan gugu, gangguan

teman di sekolah, bolos, keikutsertaan dalam aktivitas social, kesulitan spesifik-

akademik, dan sikap umum terhadap sekolah. Tentukan usia pasien saat meninggalkan

sekolah, kualifikasi, dan pendidikan lanjutan.

Pekerjaan: catatan pekerjaan pasien dapat menambah pemahaman kita tentang

kepribadian dan kemampuan pribadi pasien, serta awitan dan keparahan masalah

kesehatan mental. Pekerjaan sekarang atau menganggur dapat menjadi sumber stress

yang bermakna. Pendidika yang tidak sesuai dengan riwayat pekerjaan atau adanya

penurunan tanggung jawab mungkin mencerminkan gangguan fungsional yang

mengisyaratkan penyakit mental kronis berulang. Informasi penting mencakup lama

Page 4: gangguan somatisasi

bekerja dan asalan berhenti, sikap terhadap kerja, kepuasan, kinerja, serta hubungan

dengan majikan dan rekan.

Riwayat Psikiatrik Dahulu

Tanyakan pernahkah pasien mengalami masalah kejiwaan sebelumnya dan diagnosis,

atau jenis, respons, dan durasi pengobatan sebelumnya. Tentukan kemiripan dengan gejala

sekarang dan tingkat pemulihan dari episode sebelumnya. Selal tanyakan riwayat melukai diri

sendiri.2

Riwayat psikiatrik dahulu juga harus mencakup:2

Episode saat pasien/keluarganya tidak meminta bantuan

Konsultasi ke dokter umum

Penilaian dan rawat inap di bangsal psikiatri. Cari catatan medis sebelumnya: tanyakan

obat yang diminum rutin, seperti obat antipsikotik.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit dan pengobatannya dapat menimbulkan gangguan kejiwaan dan perlu

dipertimbangkan kemungkinan interaksi obat saat meresepkan obat psikotropik. Ajukan

pertanyaan tentang:2

Penyakit medis akut dan kronis, misalnya epilepsy, diabetes, karsinoma

Obat resep dokter (misalnya steroid) dan obat bebas

Bedah mayor, cedera kepala

Riwayat Keluarga

Tujuan anamnesis riwayat keluarga adalah mengidentifikasi factor predisposisi yang

signifikan dan memperkirakan dukungan atau tekanan dalam keluarga. Sebagian penyakit jiwa

mayor terbukti dipengaruhi oleh gen, dan hubungan dalam keluarga semasa kanak-kanak dapat

menjadi presiposisi munculnya masalah di kemudian hari. Tanyakan tentang:2

Page 5: gangguan somatisasi

Ayah dan ibu: pada tiap-tiap orang tua, tanyakan tentang usia, pekerjaan, kesehatan fisik

dan jiwa (termasuk penyalahgunaan alcohol dan zat lain), temperamen, hubungan dengan

pasien di masa lalu dan sekarang, dan kualitas hubungan pribadi antar orang tua.

Saudara kandung: tanyakan tentang usia, urutan lahir, pekerjaan, status perkawinan, sifat

hubungan di masa lalu dan sekarang, serta kesehatan fisik dan jiwa mereka

Perpisahan atau gangguan, misalnya perceraian dan hubungan dengan orang tua tiri

Kenangan atau sikap yang menyimpang selama masa kanak-kanan

Suasana di rumah

Figur orang dewasa yang dianggap penting, misalnya guru dan dokter.

Riwayat Latar Belakang

Sebelum mengajukan pertanyaan rinci, jelaskan pada pasien bahwa informasi lata belakang

dapat membantu kita memahami kesulitannya saat ini. Walaupun sebagian besar pasien mampu

mengungkapkan kehidupannya tanpa kesulitan yang berarti, sebagian mungkin merasa tidak

nyaman pada wawancara pertama. Bidang yang dibahas sedikit berbeda dibandingkan saat

anamnesis penyakit atau pembedahan, dan mencakup riwayat keluarga, seksual, forensic, rincian

tentang penyalahgunaan zat, dan kepribadian.2

Pelecehan seksual. Mmebahasa pelecehan seksual semasa kanak-kanak mungkin sulit dan

membutuhkan waktu, tetapi dapat dimulai dengan pertanyaan seperti, “Semasa kanak-

kanak, adakah orang yang pernah menyakiti atau melecehkan anda-apakah tindakah

tersebut bersifat fisik atau seksual?” Wanita dapat mengalami gejala psikiatrik berat

salam masa prahaid, masa menopause, setelah melahirkan, atau terminasi kehamilan.

Perlu ditanyakan tentang kemungkinan kehamilan sebelum kita menulis resep. Obat

antipsikotik dapat menyebabkan amenorea dan galaktorea-yang tidak akan membuat

pasien khawatir bila telah mendapatkan penjelasan sebelumnya. Topik lain yang dapat

ditanyakan meliputi keteraturan haid, dismenoragia, haid terakhir, sindrom prahaid

(gejala fisik dan psikologis dan pengobatannya), kehamilan (termasuk keguguran,

terminasi, dan lahir mati) dan masalah psikiatrik yang terjadi setelahnya, gejala

menopause, dan pengobatan.

Hubungan cinta, perkawinan dan anak. Perjalanan, durasi, dan kualitas hubungan cinta

mencerminkan kepribadian dan member petunjuk tentang aspek-aspek yang terkena

Page 6: gangguan somatisasi

stress. Masalah kesehatan jiwa dapat disebabkan oleh atau mengganggu hubungan cinta.

Perlu ditanyakan tentang anak dan permasalahnnya.

Lingkungan saat ini. Tanyakan adakah lingkungan tempat tinggal pasien yang

menimbulkan stress berlebihan. Bila tidak, tanyakan tentang keuangan, perumahan, dan

tetangga. Dukungan keluarga, teman, atau badan professional mungkin menggambarkan

pasien membutuhkan bantuan karena stress yang signifikan.

Penyalahgunaan zat. Zat-zat memiliki kemampuan berbeda dalam menimbulkan

ketergantungan, gejala putus obat, serta kecenderungan utuk memicu gejala kejiwaan.

Pasien mungkin mengalami gejala yang mencerminkan intoksikasi obat, gejala putus

obat, atau gangguan kejiwaan yang dipicu oleh penyalahgunaan obat. Efek akut obat

dapat mencakup gejala psikotik. Mabuk alcohol berkaitan dengan delirium tremens,

gangguan otak organic kronis, dan psikosis paranoid kronis. Bila dicurigai adanya

penyalahgunaan obat, harus dilakukan pemeriksaan urine.

Kepribadian. Kepribadian menggambarkan pola kebiasaan perilaku pasien. Sebaiknya

tidak menilai kepribadian pasien tanpa melihat lebih lanjut. Gangguan kepribadian timbul

bila perilaku pasien yang konsisten menyebabkan penderitaan berulang pada diri sendiri

atau orang lain. Gangguan kepribadian berbeda dari penyakit jiwa karena tidak ada

awitan yang jelas, berlangsung lama, dan biasanya berawal sejak masa kanak-kanan atau

remaja.

Pemeriksaan Status Mental

Penampakan dan perilaku. Bagian ini dapat memberikan petunjuk penting tentang

diagnosis karena banyak pengalaman mental subjektif tercermin dalam penampakan dan perilaku

pasien. Aspek yang perlu dipertimbangkan mencakup penampakan fisik umum, cara berpakaian,

mimic, postur, dan gerakan (cara berjalan), dan perilaku interaktif social. Sikap pasien terhadap

pewawancara, keharmonisan hubungan, dan tingkat kerja sama selama wawancara sangat

bervariasi. Aspek-aspek yang mencerminkan masalah psikiatrik dan bisa diamati yaitu ansietas,

depresi, mania, berhalusinasi, waham, delirium, dan skizofrenia.

Bicara. Bagian ini membahas cara bicara pasien dalam kaitannya dengan nada, volume,

spontanitas, kecepatan, kuantitas (jumlah), dan bentuk (mencerminkan suatu bentuk pikiran).2

Page 7: gangguan somatisasi

Suasana Perasaan. Perubahan suasana perasaan menandakan gangguan afek, tetapi dapat

juga terjadi pada gangguan kejiwaan yang lain. Bukti objektif gangguan suasana perasaan dapat

diperoleh dari penampilan, perilaku, dan cara bicara pasien. Pasien mengungkapkan suasana

perasaannya dan merasakan suatu emosi.2

Waham. Waham adalah kepercayaan yang tidak memiliki dasar rasional, tetapi tidak

tergoyahkan walaupun ada argument atau bukti yang menyangkalnya, serta tidak sesuai dengan

latar belakang budaya. Waham sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Adanya waham

memastikan suatu penyakit sebagai psikosis. Waham dapat terdeteksi saat menanyai pasien

tentang kekhawatiran utama, tetapi sering kali harus dengan mengajukan pertanyaan tertutup.

Bila jawaban yang diberikan positif, klarifikasi dengan pertanyaan terbuka. Pastikan

kepercayaan/anggapan tersebut dipegang teguh oleh pasien dan masuk akal. Tanyaakan

mengenai perasaan dan rencana pasien berkenaan dengan kepercayaan abnormal tersebut.

Waham dapat memotivasi perilaku sehingga perlu dilakukan penelitian terinci mengenai

kesehatan dan keselamatan pasien dan orang lain.2

Halusinasi. Halusinasi adalah persepsi tanpa rangsangan eksternal. Halusinasi memiliki

kualitas serupa dengan persepsi sejati, yaitu halusinasi dipersepsikan di dalam ruang yang benar-

benar ada dan bukan di dalam benak pasien. Adanya halusinasi dapat dilihat dari perilaku pasien,

misalnya adanya halusinasi pendengaran dapat dilihat dari pasien yang berbicara sendiri.

Halusinasi dapat terjadi di kelima pancaindra.2

Penilaian Kognitif

Semua pasien seyogianya menjalani pemeriksaan kongnitif, yang bertujuan untuk menilai

fungsi intelektual secara global. Bila selama anamnesis jawab pasien jelas dan akurat, kecil

kemungkinan ada gangguan kognitif.2

Orientasi. Apakah pasien benar-benar sadar atau ada gangguan pemustan perhatian yang

mengisyaratkan gangguan mental organic akut (delirium)?

Perhatian dan konsentrasi. Rentang angka (suatu uji registrasi atau daya ingat jangka

pendek). Minta pasien mengulang rangkaian angka yang diucapkan secara perlahan, baik

dari depan maupun belakang. Orang biasa dapat mengingat enam angka dari depan, dan

lima angka dari belakang.

Page 8: gangguan somatisasi

Daya ingat. Meminta pasien mengingat nama dan alamat. Pasien dapat menyebutkan

dengan jelas dan tepat tanpa bantuan.

Intelegensi. Aritmetik sederhana, arti kata, dan membaca

Pemeriksaan Fisik

Sifat keluhan pasien penting untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya suatu pemeriksaan

fisik lengkap.

Pemeriksaan Fisik Umum

1. Suhu.

2. Tekanan darah

3. Nadi

4. Frekuensi napas

5. Kesadaran

Pemeriksaan Fisik Khusus

Mata, telinga, hidung dan tenggorok

Ketajaman visual, diplopia, gangguan pendengaran, tinitus, glositis, dan gangguan pengecapan

termasuk dalam wilayah ini. Pasien dalam pengobatan antipsikotik yang melaporkan riwayat

kedutan di sekitar mulut atau gerakan lidah yang mengganggu mungkin berada pada tahap awal

diskinesia tardif dan potensial reversibel. Penglihatan terganggu dapat akibat tioridazin dosis

tinggi. Adanya riwayat glaukoma merupakan kontraindikasi pemberian obat-obatan yang

memiliki efek antikolinergik. Afonia dapat bersifat histerikal. Stadium akhir penyalahgunaan

kokain dapat menyebabkan perforasi septum nasi dan sesak napas. Episode dipoplia mungkin

menandakan skelerosis multipel. Gangguan waham lebh sering terjadi pada orang dengan

gangguan pendengaran dibanding dengan orang normal.1

Sistem Kardiovascular

Page 9: gangguan somatisasi

Takikardi, palpitasi dan aritmia jantung adalah tanda ansietas yang paling sering dikeluhkan

pasien. Feokromostioma biasanya menimbulkan gejala yang menyerupai gangguan ansietas,

seperti detak jantung yang cepat, tremor, dan pucat. Pasien dengan kecurigaan penyakit jantung

sebaiknya menjalani pemeriksaan elektrokardiogram sebelum diberikan obat-obatan trisiklik dan

lithium. Riwayat nyeri substernal harus diperiksa dan dokter harus senantiasa ingat bahwa nyeri

substernal harus diperiksa dan ingat bahwa stress psikologik dapat memicu nyeri dada tipe

angina pada arteri koroner yang normal.2

Sistem Gastrointestinal

Penjelasan bagian ini mencakup topik seperti nafsu makan, perasaan menderita sebelum dan

sesudah makan, pilihan makanan, diare, muntah, konstipasi, penggunaan pencahar, dan nyeri

abdomen. Riwayat penurunan berat badan sering dijumpai pada gangguan depresif, namun

depresif dapat menyertai penurunan berat badan yang disebabkan oleh kolitis ulseratif, enteritis

regional, dan kanker. Anoreksia nervosa disertai dengan penurunan berat badan yang sangat

banyak dengan selera makan yang normal. Penyalahgunaan pencahar dan muntah yang diinduksi

lazim ditemui pada bulimia nervosa. Konstipasi dapat disebabkan oleh ketergantungan opioid

serta obat psikotropika yang mempunyai efek samping antikolinergik. Penyalahgunaan kokain

atau amfetamin menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Penambahan

berat badan dapat terjadi dalam keadaan stress atau dalam kaitannya dengan depresi atipikal.2

Pemeriksaan Neurologis

Selama proses anamnesis , tingkat kesadaran dan atensi pasien terhadap detil pemeriksaan,

pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur dan cara berjalan perlu diperhatikan.

Pemeriksaan neurologis dilaksanakan dengan senantiasa mengingat dua tujuan untuk

memperoleh tanda yang mengarah adanya disfungsi serebri fokal yang berbatas tegas serta untuk

memperoleh tanda yang mengisyaratkan adanya penyakit serebri difus bilateral. Tujuan pertama

dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yang terutama dirancang untuk mengungkapkan

asimetri fungsi motorik, persepsi, dan reflex pada kedua sisi tubuh yang disbebakan oleh

penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk memperoldeh tanda

yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit lobus frontal. Tanda ini

meliputi reflek menghisap, mencucur, palmomental, dan refleks gangguan genggam serta

Page 10: gangguan somatisasi

menetapnya repon terhadap ketukan di dahi.1 Pemeriksaan sensorik permukaan ventral dilakukan

seperti biasa; jika perlu untuk menetukan persepsi sensorik dorsal, dan pada apasien dapat

dicurigai mempunyai lesi medula spinalis, pasien dapat diputar ke sisinya dengan bantuan

asisten.2

Pemeriksaan Penunjang2

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, urin dan yang sesuai dengan

keluhan pasien. Pemeriksaan darah dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat gangguan

organik dan menilai komplikasi. Selain itu dapat juga dilakukan uji yang lain yaitu:

Uji Fungsi Tiroid

Tersedia beberapa uji fungsi tiroid tiroksin (T4) dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH). Uji

fungsi tiroid digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan hipertiroid dan hipotiroid yang dapat

muncul dengan gejala depresi.

Uji Fungsi Ginjal

Bersihan kreatinin mendeteksi kerusakan ginjal secara dini dapat dipantau secara serial untuk

mengikuti perjalanan penyakit ginjal.

Uji Endokrin Lain

Banyak hormon lain yang memengaruhi perilaku. Pemberian hormon secara eksogen telah

terbukti memengaruhi perilaku dan penyakit endokrin yang telah dikenal menyebabkan

gangguan mental. Selain hormon tiroid, hormon tersebut meliputi hormon prolaktin hipofisis

anterior, hormon pertumbuhan, somatostatin, hormon pelepas gonadotropin, serta steroid seks-

luteinizing hormone, follicle-stimulating hormone, testosteron, estrogen.

Elektrokardiogram

Elektrokardiogram merupakan manifestasi gelombang depolarisasi dan repolarisasi jantung pada

permukaan tubuh. Gelombang P mencerminkan aktiviras atrium; komplek QRS mencerminkan

aktivitas ventrikel; dan gelombang T bertepatan dengan repolarisasi ventrikel.

Endoskopi

Page 11: gangguan somatisasi

Endoskopi merupakan suatu alat yang digunakan untukmemeriksa organ di dalam tubuh

manusia. Pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnsis kelainan-kelainan organ di dalam tubuh

antara lain saluran pencernaan, saluran perkemihan, rongga mulut, rongga abdomen, dan lain-

lain.

Working Diagnosis

Gangguan Somatisasi

Gangguan somatisasi, juga dikenal sebagai gangguan syndSomatization Briket itu, jika

tidak diakui oleh dokter, dapat menyebabkan frustrasi bagi clinicial dan pasien, saling penolakan

oleh dokter dan pasien, serta pengeluaran medis yang tidak perlu dan risiko penyakit iatrogenik.

Ini adalah gangguan yang sering sulit dipahami, karena itu, dokter harus memiliki indeks

kecurigaan yang tinggi. Pada sesi pertama, klinisi harus carfully mengevaluasi pasien

berdasarkan pemahaman tentang evolusi penyakit pasien dan pengalaman yang berhubungan

dengan kesehatan. Pada tahap awal evaluasi, pasien menyajikan kepada dokter dengan gejala dan

tanda-tanda khusus yang dokter merespon dengan pertanyaan, pemeriksaan fisik, tes

laboratorium, dan studi radiografi.3

Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Somatisasi1

A. Banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 taun yang terjadi selama sutau periode

beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau hendaya fngsi sosial, pekerjaa

atau area fungsi penting lain yang signifikan.

B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi dengan setiap gejala terjadi pada

waktu kapanpun dan selama perjalanan gangguan:

(1) Empat gejala nyeri: riwayat nyeri berkaitan dengan sedikitnya empat tempat

dan fungsi yang berbeda (contoh: kepala, abdomen, punggung, sendi,

ekstreitas, dada, rektum, selama mentruasi, selama hubungan seksual, atau

selama berkemih

(2) Dua gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya dua gejala gastrointestinal

selain nyeri (contoh: mual, kembung, seksual muntah, selain selama hamil,

diae atau intoleransi terhadap beberapa makanan berbeda)

Page 12: gangguan somatisasi

(3) Satu gejala seksual: riwayat sedikitnya satu gejala atau reproduksi selain

nyeri (contoh: ketidakpedulain terhadap seks, disfungsi ereksi atau ejakulasi,

menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah

sepanjang hamil

(4) Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya satu gejala atau defisit yang

mengesankan keadaan neurologis tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi

seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan

lokal, kesulitan menelan atau benjolan di tonggorok, afonia, retensi urin,

halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan ganda, buta, tuli,

kejang, gejala disasosiatif seperti amnesia, atau hilangnya kesadara selain

pingsan)

C. Baik (1) atau (2) :

(1) Setelah penelitian yang sesuai, setiap gejala kriteria B tidak dapat dijelaskan

secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau efek langsung suatu

zat (contoh: penyalahgunaan obat, pengobatan)

(2) Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau

pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau

malingering)

Differential Diagnosis

Gangguan Hipokondrik

Pada gangguan somatisasi, penekanannya ada pada gejalanya sendiri dan dan dampaknya

masing-masing, sedangkan pada gangguan hipokondrik perhatiannya lebih ditujukan pada

adanya suatu proses penyakit yang serius dan progresif yang mendasari dengan berbagai akibat

kecacatan. Pada gangguan hipokondrik pasien cenderung meminta pemeriksaan untuk

menentukan atau memastikan adanya penyakit yang mendasari, sedangkan pasien dengan

gangguan somatisasi mengharapkan pengobatan untuk menghilangkan gejala. Pada gangguan

somatisasi biasanya terjadi penggunaan obat secara berlebihan, serta ketidaktaatan untuk jangka

Page 13: gangguan somatisasi

waktu lama, sedangkan pasien dengan gangguan hipokondrik biasanya takut obat dan berbagai

efek sampingnya, dan mencari dukungan dengan cara sering kali mendatangi atau mengunjungi

dokter yang berbeda-beda.4

Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya preokupasi yang menetap akan kemungkinan

menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif. Pasien menunjukkan

keluhan-keluhan somatic yang menetap atau preokupasi yang menetap dengan penampilan

fisiknya. Penginderaan dan penampilan yang normal sebenarnya biasa dan oleh pasien sering

kali ditafsirkan sebagai abnormal dan tidak mengenakkan, dan perhatiannya biasanya hanya

terfokus pada satu atau dua organ atau system tubuhnya. Pasien dapat menyebutkan penyakit

atau perubahan apa yang ditakutkannya, akan tetapi intensitas keyakiknannya terhadap kelainan

yang ditakutkannya tersebut bervariasi dalam beberapa konsultasi. Pasien biasanya masih juga

mengajukan kemungkinaan bahwa ada gangguan fisik lain atau tambahan, di samping apa yang

sudah dikemukakan sebelumnya.4

Depresi

Gangguan depresif dan anxietas. Berbagai tingkat depresi dan anxietas lazimya menyertai

gangguan somatisasi, akan tetapi tidak perlu didiagnosis tersendiri, kecuali bila cukup nyata dan

menetap untuk memenuhi criteria suatu diagnosis tersendiri. Onset dari gejala somatic multiple

setelah usia 40 tahun ada kemungkinan merupakan manifestasi awal dari suatu gangguan

depresif primer. Depresi mungkin berhubungan dengan beberapa keluhan yang tidak dapat

dijelaskan, dan dengan demikian dapat menyajikan gambaran yang mirip dengan gangguan

somatisasi. Untuk memperumit masalah ini lebih lanjut, seperti disebutkan di atas, pasien dengan

gangguan somatisasi sering mengalami depresi bersamaan. Kunci untuk membuat diferensial di

sini terletak dalam perjalanan waktu, dalam kasus di mana keluhan sekunder untuk depresi, salah

satu fungsinya timbulnya perasaan depresi dan gejala vegetatif terkait baik sebelum beberapa

complaints.1,4,5

Gangguan depresif mayor biasanya mencakup mood sedih atau kurangnya minat dalam

aktivitas kehidupan selama dua minggu atau lebih disertai minimal empat gejala lain depresi,

seperti anhedonia dan perubahan berat badan, tidur, energy, konsentrasi, pembuatan keputusan,

harga diri, dan tujuan. Depresi mayor dua kali lebih sering terjadi pada wanita dan insiden pada

Page 14: gangguan somatisasi

kerabat tingkat pertama 1,5 sampai 3 kali lebih besar daripada insiden pada populasi umum.

Insiden depresi menurun sejalan dengan usia pada wanita dan meningkat sejalan dengan usia

pada pria.5

Episode depresi yang tidak ditangai dapat berlangsung selama enam sampai 24 bulan

sebelum berkurang. Lima puluh sampai enam puluh persen individu yang mengalami satu kali

episode depresi akan mengalami episode yang lain. Gejala depresif dapat bervariasi dari ringan

sampai berat. Derajat depresi dapat disamakan dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa yang

dialami individu. Diagnosis banding keluhan medis dijelaskan mencakup sejumlah gangguan

kejiwaan . Gangguan depresi mayor dapat hadir dengan kelelahan , pusing , perubahan berat

badan , dan keluhan somatik lainnya . Perbedaan yang menonjol antara gangguan somatisasi dan

gangguan depresi adalah bahwa ciri utama dari gangguan somatisasi adalah gejala somatik medis

dijelaskan , sedangkan pada depresision perasaan depresi pasien menumbuhkan rasa tidak

berdaya dan putus asa mengenai berbagai situasi , bukan hanya masalah kesehatan . Gangguan

kecemasan , gangguan panik pada khususnya , dapat memiliki berbagai gejala menunjukkan

hyperarousal , seperti palpitasi subjektif jantung , napas yang cepat , dan nyeri dada atau

ketegangan , yang dapat disalahartikan sebagai timbulnya infark miokard atau serangan asma .3,5

Etiologi

Pertahanan Mekanisme / Resolusi Konflik

Teori psikodinamik telah dikonsepkan somatisasi sebagai neurosis , proses bawah sadar

yang mengarah ke penggunaan maladaptif dari mekanisme pertahanan , yang dapat

menimbulkan gangguan fisik . Literatur penuh dengan sejarah kasus , dan pengalaman klinis

menunjukkan bahwa beberapa orang menggunakan metafora tubuh sebagai ekspresi tekanan

emosional . Namun, konsep ini rumit dan sulit untuk menguji secara empiris , yang mungkin

menjelaskan kurangnya studi empiris . Hal ini tidak menghalangi kemungkinan bahwa

mekanisme ini memainkan peran penting dalam gangguan somatisasi , setidaknya dalam

beberapa individu.3

Studi Genetika / Keluarga

Page 15: gangguan somatisasi

Ada tingkat peningkatan gangguan somatisasi dalam relatif tingkat pertama perempuan

pasien dengan gangguan somatisasi , menunjukkan agregasi familial gangguan tersebut . Studi

keluarga telah mengaitkan gangguan somatisasi gangguan kepribadian anti – sosial.3

Teori Perilaku / Belajar

Beberapa teori telah mengusulkan bahwa hasil somatisasi dari pembelajaran sosial atau

model perilaku penyakit dan bahwa paparan masa kanak-kanak untuk model perilaku penyakit ,

seperti orang tua sakit , dapat meningkatkan risiko somatisasi.3

Awal Hidup Pengalaman

Pengalaman hidup awal lainnya diusulkan untuk menjelaskan perilaku somatisasi

termasuk sakit saat balita dan trauma masa kanak-kanak . Craig et al . ( 1993) menemukan

bahwa orang dewasa dengan berbagai gangguan somatoform melaporkan penyakit saat anak-

anak lebih sering dan serius daripada pasien kejiwaan dan medis lainnya . Mereka

menghipotesiskan bahwa perilaku somatisasi dapat dipahami sebagai bentuk unik kejiwaan

interpersonal yang didorong oleh gaya lampiran cemas dan maladaptif . Kekerasan fisik dan

seksual juga telah dikaitkan dengan gangguan somatisasi . Penyakit ini biasanya berhubungan

dengan sistem organ yang merupakan target pelecehan.3

Kepribadian

Seperti disebutkan sebelumnya, studi keluarga sebelumnya mengusulkan hubungan

antara gangguan kepribadian antisosial dan gangguan somatisasi. Namun, penelitian yang lebih

baru tidak menemukan gangguan kepribadian tertentu menjadi lebih umum di antara pasien

dengan gangguan somatisasi. Gangguan kepribadian yang paling sering dilaporkan oleh Rost dan

rekan dalam kelompok pasien somatisasi yang dirujuk dari pengaturan perawatan primer yang

avoidant, paranoid, diri sendiri, dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif.

Beberapa studi telah menyarankan bahwa alexithymia mungkin terkait dengan gangguan

somatizaton. Istilah "alexithymia" berarti ketidakmampuan untuk verbalisasi emosi seseorang.

Pasien dengan gangguan psikosomatik mengalami kesulitan mengekspresikan emosi secara

verbal dan tidak memiliki fantasi atau perasaan. Dalam sebuah penelitian di Finlandia terhadap

pasien perawatan kesehatan primer di perkotaan, alexithymia dikaitkan dengan sering

Page 16: gangguan somatisasi

menggunakan layanan kesehatan. Alexithymia berkorelasi positif dengan depresi,

hypochondriasis, dan gangguan somatisasi serta kecenderungan untuk melaporkan gejala fisik.3

Epidemiologi

Kurang dari 1 persen dari populasi di thr Amerika Serikat menderita sindrom somatisasi,

dan sebagian besar adalah perempuan. Namun, menurut DSM, gangguan somatisasi telah

diamati pada 10 sampai 20 persen dari tingkat pertama kerabat biologis perempuan perempuan

dengan gangguan tersebut. Selain itu, orangtua angkat atau orang tua kandung dengan baik

gangguan antisosial kepribadian, gangguan-substansi terkait, atau gangguan somatisasi

meningkatkan risiko anak terkena salah satu dari gangguan. Individu dengan sindrom somatisasi

memiliki tingkat lebih tinggi mengalami kekerasan fisik pad saat anak-anak dan pelecehan

seksual dibandingkan mereka yang tanpa gangguan.6

Wanita dengan somatisasi syndome sering mengalami masalah kejiwaan, seperti depresi

dan gangguan kecemasan. Pria dengan gangguan somatisasi lebih mungkin dibandingkan

perempuan untuk memiliki gangguan kepribadian antisosial dan untuk terlibat dalam minum

berlebihan dan komisi tindak pidana.6

Somatisasi sebagai perilaku umum di semua budaya dan dengan demikian mungkin

bukan merupakan gangguan kesehatan atau kejiwaan. Survei berbasis populasi telah

menunjukkan bahwa 85% -95% dari responden masyarakat mengalami setidaknya satu gejala

fisik setiap 2-4 minggu. Dalam populasi umum, gangguan somatisasi cukup langka. Para peneliti

telah menyelidiki aspek epidemiologi lainnya somatisasi, seperti jenis kelamin, status sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, dan status imigran. Wanita memiliki resiko lebih dari laki-laki, dan

individu dari status sosial ekonomi rendah memiliki resiko lebih dari orang-orang dari status

sosial ekonomi yang lebih tinggi. Dalam studi ECA, gangguan somatisasi paling umum di

kalangan wanita Amerika Afrika, diikuti oleh pria Amerika Afrika. Gangguan somatisasi tidak

lebih umum di kalangan orang Amerika Hispanik.3

Page 17: gangguan somatisasi

Gejala Klinis

Ciri utamanya adalah adanya gejala-gejala fisik yang bermacam-macam (multiple),

berulang dan sering berubah-ubah, yang biasanya sudah berlangsung beberapa tahun sebelum

pasien datang ke psikiater. Kebanyakan pasien mempunyai riwayat pengobatan yang panjang

dan sangat kompleks, baik kepelayanan kesehatan dasar, maupun spesialistik, dengan hasil

pemeriksaan atau bahkan operasi yang negative. Sindrom ini umumnya pertama kali muncul di

tahun-tahun remaja, onset melampaui usia 30 sangat langka. Pasien cenderung terlalu samar-

samar atau dramatis dalam berhubungan sejarah mereka, sering bergerak-gerak gelisah dari satu

gejala yang lain, tidak pernah fokus cukup lama pada salah satu gejala untuk memberikan

keterangan secara detail. Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa keluhan didengar, dan ini

biasanya melibatkan empat sistem, yaitu saraf , urogenital, gastrointentinal, dan sistem

muskuloskeletal.1,4

Ada tipe tertentu dari gejala yang hadir dengan gangguan somatisasi termasuk riwayat

keluhan medis dan rasa sakit di setidaknya empat area tubuh atau dengan beberapa fungsi,

seperti menstruasi, buang air kecil, atau hubungan seksual. Selain itu, harus ada riwayat

setidaknya dua keluhan gastrointestinal selain nyeri, seperti mual dan kembung atau irritable

bowel syndrome tanpa studi gastrointestinal yang mengidentifikasi masalah medis. Selanjutnya,

harus ada keluhan reproduksi seksual selain rasa sakit, seperti kesulitan menstruasi pada wanita

atau disfungsi ereksi pada pria. Terakhir , harus ada gejala yang menunjukkan gangguan

neurologis mungkin, seperti retensi urin, penglihatan ganda, gangguan koordinasi, dan gejala

lainnya.6

Studi menemukan bahwa wanita dengan sindrom somatisasi yang berpengaruh nyata

kurang logis dan konsisten dalam respon mereka daripada para wanita dengan depresi. Mereka

juga menemukan bahwa subyek dengan sindrom somatisasi memiliki lebih banyak masalah

psikologis / interpersonal dan gejala somatik lebih daripada wanita depresi.6

Para pasien dengan gangguan somatisasi telah mengalami beberapa operasi, gejala

menstruasi, dan keadaan kurang sehat umum. Para peneliti berusaha untuk menemukan

hubungan antara sindrom somatisasi dan gangguan kejiwaan lainnya, seperti depresi berat,

gangguan panik, atau agoraphobia. Mereka menemukan bahwa pasien dengan sindrom

Page 18: gangguan somatisasi

somatisasi lebih mungkin untuk mengalami depresi dan gangguan panik baik atau agoraphobia,

daripada memiliki depresi atau gangguan panik atau agoraphobia saja.6

Gejala urogenital termasuk gejala nyeri, seperti nyeri haid, disuria, dan gejala non -

menyakitkan, seperti ketidakteraturan menstruasi, perdarahan menstruasi yang berlebihan,

muntah sepanjang hampir keseluruhan kehamilan, penurunan libido, dan baik ereksi atau

disfungsi ejakulasi. Gejala gastrointestinal meliputi gejala seperti sakit perut dan nyeri dubur,

dan gejala non - menyakitkan, termasuk kembung, mual, muntah, diare, atau beberapa makanan

intoleransi. Keluhan muskuloskeletal semua melibatkan rasa sakit, dan sakit punggung juga

termasuk, arthralgia, nyeri ekstremitas, dan nyeri dada, yang biasanya menyebar.1

Penatalaksanaan

Gangguan somatisasi bisa sangat sulit untuk mengobati karena pasien biasanya yakin

bahwa dia benar-benar sakit secara fisik para dokter, untuk alasan yang tidak diketahui, belum

menemukan penyebab sebenarnya dari penyakit. Perawatan psikiatris direkomendasikan untuk

sindrom ini, tetapi pasien mungkin menolaknya. Bila mungkin, gangguan yang menyertai seperti

depresi harus diobati. Dalam beberapa kasus, mengobati gangguan sekunder seperti depresi

tampaknya meningkatkan gangguan utama sindrom somatisasi.6

Pendekatan Umum

Dokter sering menghadapi kesulitan dalam mendiagnosa dan menangani pasien yang

somatik. Masalah utama adalah bahwa pasien ini fokus pada masalah somatik dan cenderung

menyangkal masalah psikologis dan sosial. Kecenderungan gangguan somatisasi untuk meniru

kondisi medis adalah kesulitan lain yang dihadapi oleh dokter.3

Perlakuan umum gangguan somatisasi didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa

gangguan kronis dan bahwa intervensi medis perlu dan operasi sering dilakukan. Perhatian

langsung ke kondisi komorbiditas, seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat, juga

penting.3

Page 19: gangguan somatisasi

Pasien dengan gangguan somatisasi mungkin menolak intervensi kejiwaan karena

intervensi tersebut dapat diartikan bahwa "itu semua di kepala saya ." Dokter perawatan primer

umumnya harus mencari konsultasi kejiwaan tapi tidak mengalihkan perawatan pasien ke

psikiater. Dokter perawatan primer harus 1) menjadwalkan janji tindak lanjut teratur panjang set,

2) mengatur agenda untuk kunjungan; 3) mengatur batas temuan obyektif, sehingga membatasi

iatrogenesis; 4) menetapkan batas pada kontak luar diluar janji klinis; 5) menjelaskan bahwa

stres, baik psikologis dan lingkungan, dapat menyebabkan gejala fisik, dan 6) berhati-hati

tentang resep beberapa obat untuk mengatasi gejala yang tidak jelas dalam banyak sistem organ.3

Psikoterapi

Berbagai psikoterapi telah digunakan untuk mengobati gangguan somatisasi. Strategi

kognitif - perilaku yang diarahkan pada kognitif, afektif, dan komponen perilaku gejala pasien.

Untuk membantu pasien memahami respon afektif mereka untuk sensasi tersebut, dokter dapat

meminta mereka untuk menyimpan log perilaku mendokumentasikan ketidaknyamanan mereka,

kegiatan di mana mereka mengalami ketidaknyamanan, reaksi emosional mereka, dan cara

mengatasi dengan sensasi.3

Klinik perawatan primer telah menetapkan program terapi kelompok singkat khusus

untuk pasien somatisasi. Beberapa program telah sangat efektif dalam meningkatkan fungsi dan

mengurangi tekanan. Sesi menggabungkan saran umum tentang topik-topik seperti manajemen

stres, pemecahan masalah, dan pelatihan keterampilan sosial. Kathol (1997 ) mengemukakan

enam langkah yang diperlukan untuk secara efektif meyakinkan pasien dengan penyakit jinak

gejala tidak dijelaskan oleh penyakit: 1) pertanyaan dan memeriksa pasien, 2) meyakinkan

pasien bahwa penyakit serius tidak ada, 3) menunjukkan bahwa gejala dapat diselesaikan, 4)

memberitahu pasien untuk kembali ke aktivitas normal, 5) mempertimbangkan pengobatan

spesifik, dan 6) mengikuti pasien.3

Pengobatan Psikotropika

Tidak ada obat yang tersedia khusus untuk pengobatan gangguan somatisasi. Namun

demikian, pasien dengan gangguan somatisasi seringkali mencari obat dari berbagai dokter untuk

mengobati setiap gejala. Untuk alasan ini, yang terbaik adalah untuk hanya satu dokter, biasanya

dokter perawatan primer, untuk meresepkan dan mengelola semua obat. 3

Page 20: gangguan somatisasi

Obat psikotropik harus dipertimbangkan untuk gangguan kejiwaan komorbid, yang

umum pada pasien dengan gangguan somatisasi. Namun, sangat penting bahwa diagnosis

gangguan somatisasi dibentuk, karena dapat mempersulit pengobatan. Gangguan somatisasi

dapat mempotensiasi perilaku mencari obat untuk gangguan komorbid. Sebelum meresepkan

benzodiazepin atau narkotika, riwayat penyalahgunaan zat atau ketergantungan harus digali dan

didokumentasikan. Pasien dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, mungkin

memerlukan benzodiazepine, dan pasien pasca operasi mungkin perlu opiat untuk manajemen

nyeri. Penggunaan selective serotonin reuptake inhibitor ( SSRI ) atau buspirone dapat

diindikasikan untuk mengobati gangguan kecemasan umum komorbiditas, dan SSRI dan agen

lain yang lebih baru antidepresan mungkin bermanfaat untuk sindrom depresi komorbid.

Pasien somatizing sering sensitif terhadap obat oeffects samping, sehingga dokter harus

mendiskusikan terlebih dahulu efek samping yang umum, menjelaskan bahwa ini adalah respon

normal terhadap obat tersebut. Hal ini juga penting bagi dokter untuk menanyakan tentang obat

lain , seperti persiapan herbal, bahwa pasien dapat mengambil, karena interaksi obat memiliki

potensi untuk menyebabkan reaksi yang merugikan. 3

PROGNOSIS

Kedua gangguan somatisasi dan gangguan hypochondiacal cenderung memiliki program

episodik kronis dan gejala sering diperburuk oleh stres.7

Kesimpulan

Hipotesis diterima bahwa pasien dengan kelihan utama yang bermacam-macam tapi pemeriksaan

fisik normal mengalami gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi adalah gangguan yang

bersifat kronis dan sering membuat tak berdaya. Gejala harus mulai sebelum usia 30 tahun dan

sudah beberapa tahun dan sesuai dengan DSM-TR-IV. Penatalaksanaan bersifat psikoterpeutik

dan psikofarmakologi.

Page 21: gangguan somatisasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Moore DP, Puri BK. Textbook of clinical neuropsychiatry and behavioral neuroscience.

3rd Ed, Florida: Taylor & Francis Group; 2012.p. 342-4

2. Dacre J, Kopelman P. Buku saku keterampilan klinis. Jakarta: EGC; 2004.h. 265-286

3. Phillips KA. Somatoform and factitious disorders. Washington DC: American Psychiatric

Publishing; 2004.p. 1-20

4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di

Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993.h. 211-2.

5. VIdebeck SL. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2008.h. 393

6. Doctor RM, Shiromoto FN. Trauma and traumatic stress disorders. New York: Library of

Congress Catalogin-in-Publication Data; 2009.p. 46-8

7. Bourke, Castle, Cameron. Crash course psychiatry. 3rd Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;

2008.p. 115.