134
1 GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN DI KABUPATEN SERANG TAHUN 2013-2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: Nadhira Khairani 1112101000081 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

1

GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITABERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN DI KABUPATEN SERANG

TAHUN 2013-2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana KesehatanMasyarakat (SKM)

Oleh:

Nadhira Khairani

1112101000081

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2017

Page 2: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATKESEHATAN LINGKUNGANSkripsi, Februari 2017

Nadhira Khairani, NIM: 1112101000081Gambaran Spasial Kasus Diare pada Anak Balita Berdasarkan FaktorLingkungan di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015xvi + 113 halaman, 9 tabel, 6 peta, 4 grafik, 2 bagan, 4 lampiran

ABSTRAK

ABSTRAK

Diare pada balita menjadi masalah kesehatan di beberapa daerah tertentukarena angka morbiditas yang tinggi. Faktor lingkungan dicurigai sebagai faktoryang memengaruhi tingginya kasus diare di negara berkembang. Hasil Riskesdastahun 2013 menunjukkan bahwa Kabupaten Serang merupakan salah satu wilayahdengan kasus diare tertinggi dan kondisi sanitasi yang buruk di Provinsi Banten.Penelitian epidemiologi menggunakan pendekatan spasial dapat memberikanperanan dalam menggambarkan masalah kesehatan berbasis wilayah, namun masihjarang dilakukan di Kabupaten Serang.

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran spasial kasus diarepada anak balita berdasarkan faktor risiko lingkungan di Kabupaten Serang tahun2013-2015. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatanSistem Informasi Geografi (SIG). Data yang dikumpulkan bersumber dari DinasKesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki prevalensidiare balita tinggi (prevalensi >10%) hampir tersebar di seluruh bagian KabupatenSerang terutama di wilayah yang termasuk daerah aliran sungai. Pola sebaran diarebalita yang tinggi cenderung lebih banyak di kecamatan yang masyarakatnyamemiliki akses jamban sehat yang rendah (akses <62,41%) namun tidak lebihbanyak di akses air minum rendah (akses <68,87%). Beberapa kecamatan diKabupaten Serang juga ditetapkan sebagai daerah rawan banjir, dan sebagian besardaerah rawan banjir tersebar di wilayah dengan diare balita tinggi. Hasilpengamatan dan wawancara didapatkan bahwa masih banyak warga di sebagianbesar Kecamatan di Kabupaten Serang yang memiliki perilaku hygiene dan sanitasiyang buruk.

Disarankan bagi pemerintah daerah untuk melakukan upaya preventif danpromotif di wilayah prioritas khususnya di daerah aliran sungai. Upaya tersebutdapat dilakukan dengan melibatkan kader masyarakat untuk melakukan penyuluhan,pengawasan, serta teguran secara berkelanjutan untuk berperilaku hygiene dansanitasi yang baik. Perlu juga dilakukan sosialisasi pada masyarakat terkait mitigasipencegahan kejadian banjir khusunya pada masyarakat yang tinggal di daerah aliransungai.

Kata Kunci: Spasial, Diare, Sanitasi, Banjir, Kabupaten Serang

Page 3: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESPUBLIC HEALTH STUDY PROGRAMENVIRONMENTAL HEALTHSkripsi, February 2017

Nadhira Khairani, NIM: 1112101000081Spatial Distribution of Under-five Childhood Diarrhea Based onEnvironmental Factors in Serang Regency Year 2013-2015xvi + 113 pages, 9 tables, 6 maps, 4 graphs, 4 attachments

ABSTRCT

ABSTRACT

Diarrhea in children aged under five years still become a health problem incertain areas because of its high morbidity. Environmental factors suspected as afactor that contributing to the high incidence of childhood diarrhea in developingcountry. The result of National basic health research (Riskesdas) in 2013 showedthat Serang Regency is one of area with the highest prevalence of diarrhea and poorsanitary condition in Banten Province. Epidemiological research using spatialapproach can provide the role in describing the area-based health problems.However, this study approach is still rarely found in Serang Regency.

The purpose of this study was to determine the spatial distribution of under-five childhood diarrhea based on environmental factors in Serang Regency year2013-2015. This research using an ecological study design with geographicalinformation system (GIS). Data was collected from Health Departement andDisaster Management Agency (BPBD) of Serang Regency.

The result of this study showed that districts with high prevalence of under-five childhood diarhhea (prevalence >10%) almost distributed throughout SerangRegency, especially in area including watershed. The distribution pattern ofdistricts with high prevalence of under-five childhood diarhhea tend to be more inthe area with low access of improved sanitation facilities (access <62,41%) and notto be more in the area with low access of improved drinking water (access <68,87%).Some districts in Serang Regency are also designated as flood prone areas, an mostof that areas spread over a districts with high prevalence of under-five childhooddiarrhea. The results of ovservations and interviews showed that there are still manycommunities in some districts of Serang Regency with poor hygiene and sanitation.

Therefore, local government should undertake preventive and promotiveefforts in priority areas, especially in the watershed area. It can be done by involvingcommunites cadres to do a sustainable counseling, monitoring, and giving awarning to community for using improved hygiene and sanitation. It is alsonecessary to conduct socialization events related the mitigation of flood prevention,particularly among people living in watershed.

Keywords: Spatial, Diarrhea, Sanitation, Flood, Serang Regency

Page 4: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi:

GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA

BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN DI KABUPATEN SERANG

TAHUN 2013-2015

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Sidang

Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Maret 2017

Nama: Nadhira KhairaniNIM: 1112101000081

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ela Laelasari, M.Kes Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.DNIP: 19721002 200604 2 001 NIP: 19750316 200710 2 001

Page 5: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh:

Nama: Nadhira Khairani

NIM: 1112101000081

Jakarta, Maret 2017

Penguji I,

Catur Rosidati, M.KM

NIP. 19750210 200801 2 018

Penguji II,

Siti Rahmah Lubis, M.KKK

Penguji III,

Andi Asnifatima, S.KM, M.Kes

Page 6: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2017

Nadhira Khairani

Page 7: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUPDAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Nadhira Khairani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Oktober 1994

Usia : 22 tahun

Agama : Islam

No. Telepon : 085719610843

Alamat : Jalan Pisangan Barat No. 47 RT 03 RW 05

Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur,

Kota Tangerang Selatan

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2012 – Sekarang : Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

2009 – 2012 : MAN 4 Jakarta

2006 – 2009 : MTs Sumur Bandung, Cililin

2000 – 2006 : MI Pembangunan Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI

2015 - 2016 : Staf Layout dan Multimedia Berkala Ilmiah

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

(BIMKMI)

2014 – Sekarang : Anggota Youth For Climate Change (YFCC)

Indonesia

2017 : Koordinator Layout dan Multimedia Berkala

Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Indonesia (BIMKMI)

Page 8: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

vii

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan ridho Allah SWT laporan hasil

penelitian ini dapat diselesaikan. Shalawat beriringkan salam senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa memberikan rahmat

hingga akhir zaman. Laporan ini disusun untuk menunjang gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM). Laporan skripsi dengan judul “Gambaran Spasial Kasus Diare

pada Anak Balita berdasarkan Faktor Lingkungan di Kabupaten Serang Tahun

2013-2015” dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, ucapan terimakasih dituturkan secara ikhlas dan penuh kerendahan hati

atas terselesaikannya skripsi ini kepada:

1. Orang tua tercinta, Drs. Ikhwan M.Ag dan Dra. Najmi Ulya, M.Pd yang sudah

memberikan dukungannya baik berupa doa, sarana dan prasarana, serta

motivasi dan nasihat yang akan selalu saya ingat.

2. Prof. Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan dan Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua

Program Studi Kesehatan Masyarakat

3. Ibu Dr. Ela Laelasari, M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing, berdiskusi dan memberi nasihat yang akan selalu

saya ingat.

4. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D selaku pembimbing 2 sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,

berdiskusi, dan memberikan semangat.

Page 9: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

viii

5. Bapak Fajar Nugraha, yang telah memberikan ilmu tentang Sistem Informasi

Geografis dan selalu sedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi memberikan

masukan-masukan yang akan selalu saya ingat.

6. Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Serang. Kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Serang yang telah memberikan saya izin untuk melaksanakan

penelitian ini. Kepada seluruh staff sub bidang Pengendalian Penyakit diare dan

Kesehatan Lingkungan) yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

berdiskusi dan menyediakan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini.

7. Jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang.

Kepada Kepala BPBD Kabupaten Serang yang telah memberikan izin untuk

pelaksanaan penelitian ini. Terimakasih juga kepada Bapak Nanda, dari Bidang

Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran yang telah meluangkan

waktunya untuk berdiskusi dan memberikan data yang dibutuhkan untuk

penelitian ini.

8. Kakak dan adikku, M. Rian Fathany, S.T yang selalu mengingatkan penulis

untuk mengerjakan skripsi dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan selama

penulisan dan Ahmad Farhan yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat kepada penulis.

9. Teman-temanku, Ainia, Yola, dan Bella, yang selalu meluangkan waktunya

untuk membantu memberikan masukan dan menemani selama pengumpulan

data hingga penulisan laporan ini. Terimakasih juga kepada Isnaeni Wahyu

Saputri, SKM yang selalu menyediakan waktu untuk berdiskusi tentang analisis

spasial dan memberikan masukan yang sangat berguna.

Page 10: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

ix

10. Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan dan semua teman Jurusan

Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat.

11. Semua civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang turut

memberikan berbagai fasilitas yang mendukung penelitian ini, serta pihak-

pihak lain yang yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

memberikan kontribusi dalam proses penyusunan laporan skripsi ini.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri,

mahasiswa, peneliti lainnya, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, BPBD

Kabupaten Serang, dan masyarakat pada umumnya. Laporan ini tentu tidak lepas

dari segala kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Ciputat, Maret 2017

Penulis

Page 11: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

x

DAFTAR ISIDAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................xiii

DAFTAR GRAFIK........................................................................................... xiv

DAFTAR PETA ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4

1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian................................................................................... 6

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................ 6

1.4.2 Tujuan Khusus................................................................................ 6

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

2.1 Diare...................................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian....................................................................................... 9

2.1.2 Etiologi........................................................................................... 9

2.1.3 Gejala Klinis................................................................................. 10

2.1.4 Komplikasi ................................................................................... 11

2.1.5 Penularan...................................................................................... 13

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada AnakBalita 13

2.2.1 Faktor Lingkungan ....................................................................... 14

Page 12: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

xi

2.2.2 Faktor Perilaku Ibu ....................................................................... 25

2.2.3 Faktor Balita................................................................................. 26

2.2.4 Faktor Sosial Ekonomi.................................................................. 28

2.3 Sistem Informasi Geografi ................................................................... 29

2.4 Analisis Spasial ................................................................................... 30

2.4.1 Metode Analisis Spasial................................................................ 33

2.5 Kerangka Teori.................................................................................... 36

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 38

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 38

3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 39

BAB IV METODE PENELITIAN..................................................................... 41

4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 41

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 41

4.3 Populasi dan Sampel............................................................................ 41

4.4 Pengumpulan Data............................................................................... 42

4.4.1 Jenis dan Sumber Data.................................................................. 42

4.4.2 Cara Pengumpulan Data ............................................................... 42

4.5 Pengolahan Data .................................................................................. 43

4.6 Analisis Data ....................................................................................... 44

4.6.1 Analisis Univariat ......................................................................... 44

4.6.2 Analisis Spasial ............................................................................ 44

4.7 Penyajian Data..................................................................................... 47

BAB V HASIL PENELITIAN........................................................................... 48

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................. 48

5.1.1 Letak Geografis ............................................................................ 48

5.1.2 Luas Wilayah................................................................................ 49

5.1.3 Keadaan Alam .............................................................................. 50

5.1.4 Kependudukan.............................................................................. 53

5.1.5 Sarana Kesehatan.......................................................................... 53

5.2 Gambaran Kasus Diare Balita di Kabupaten Serang............................. 54

5.3 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Air Minum Layak... 60

5.4 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Jamban Sehat ......... 65

Page 13: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

xii

5.5 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Daerah Rawan Banjir........ 69

BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................. 73

6.1 Keterbatasan Penelitian........................................................................ 73

6.2 Gambaran Kasus Diare Balita di Kabupaten Serang............................. 74

6.3 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Air Minum Layak... 79

6.4 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Jamban Sehat ......... 84

6.5 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Daerah Rawan Banjir........ 91

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 98

7.1 Simpulan ............................................................................................. 98

7.2 Saran ................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 102

LAMPIRAN .................................................................................................... 107

Page 14: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

xiii

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkatan Dehidrasi dan Gejalanya .................................................... 11

Tabel 2.2 Kriteria Sumber Air Minum berdasarkan Joint Monitoring Programme

WHO dan UNICEF ............................................................................ 16

Tabel 2.3 Kriteria Sarana Sanitasi Berdasarkan Joint Monitoring Programme

WHO dan UNICEF............................................................................ 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional........................................................................... 39

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Serang ............................................ 42

Tabel 4.2 Jenis Data Penelitian .......................................................................... 42

Tabel 4.3 Cara Pengumpulan Data setiap Variabel ............................................. 43

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Prevalensi Kasus Diare pada Anak Balita di

Kabupaten Serang Tahun 2013-2015.................................................. 55

Tabel 5.2 Distribusi Persentase Akses Air Minum pada Masyarakat di Kabupaten

Serang Tahun 2013-2015 ................................................................... 60

Tabel 5.3 Distribusi Persentase Akses Jamban Sehat pada Masyarakat di

Kabupaten Serang Tahun 2013-2015.................................................. 66

Page 15: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

xiv

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Curah Hujan Rata-Rata di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015........ 52

Grafik 5.2 Jumlah Hari Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Serang Tahun 2013-

2015 ................................................................................................. 52

Grafik 5.3 Jumlah Kasus Diare Balita Berdasarkan Bulan di Kabupaten Serang

Tahun 2013-2015 ............................................................................. 55

Grafik 5.4 Distribusi Jumlah Kecamatan di Kabupaten Serang Berdasarkan

Prevalensi Kasus Diare Balita Tahun 2013-2015 .............................. 56

Grafik 5.5 Distribusi Jumlah Kecamatan Berdasarkan Akses Air Minum di

Kabupaten Serang Tahun 2013-2015 ................................................ 62

Grafik 5.6 Distribusi Jumlah Kecamatan Berdasarkan Akses Jamban Sehat di

Kabupaten Serang Tahun 2013-2015 ................................................ 67

Grafik 5.7 Distribusi Jumlah Kecamatan Berdasarkan Daerah Rawan Banjir di

Kabupaten Serang Tahun 2013-2015 ................................................ 70

Page 16: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

xv

DAFTAR PETA

DAFTAR PETA

Peta 5.1 Letak dan Batas Administrasi Kabupaten Serang .................................. 48

Peta 5.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Serang............................... 51

Peta 5.3 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita di Kabupaten Serang

Tahun 2013-2015.................................................................................. 57

Peta 5.4 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita Berdasarkan Akses Air

Minum Layak di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015.......................... 63

Peta 5.5 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita Berdasarkan Akses

Jamban Sehat di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015 .......................... 68

Peta 5.6 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita Berdasarkan Daerah

Rawan Banjir di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015 .......................... 71

Page 17: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Prevalensi Diare Balita di Kabupaten Serang ........................ 108

Lampiran 2 Data Akses Air Minul Layak di Kabupaten Serang........................ 113

Lampiran 3 Data Akses Jamban Sehat di Kabupaten Serang ............................ 115

Lampiran 4 Data Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Serang........................... 117

Page 18: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena merupakan

salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak. Setiap tahun,

diperkirakan terdapat 1,7 milyar kasus diare yang terjadi di dunia dan

menyebabkan kematian pada 760.000 anak usia di bawah lima tahun (WHO,

2013). Diare juga menjadi penyakit penyebab kematian terbanyak kedua

(16%) setelah pneumonia (17%) pada anak-anak usia di bawah lima tahun

(UNICEF, 2009). Meskipun dengan persentase yang menurun, kejadian diare

khususnya pada anak balita masih terbilang tinggi dan tersebar luas terutama

di negara-negara berkembang (WHO, 2016).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang bermasalah

dengan penyakit diare karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Berdasarkan hasil survei oleh Kementerian Kesehatan, angka insidens rate

(IR) diare cenderung meningkat sejak tahun 2000 (IR 301/1000 penduduk)

hingga tahun 2010 (IR 411/1000 penduduk) (Kemenkes RI, 2011). Selain itu,

diare juga perlu diwaspadai karena merupakan penyakit yang berpotensi

mengalami kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Pada tahun 2015, terjadi

18 kali KLB diare di Indonesia yang tersebar di 18 kabupaten/ kota dengan

angka kematian (CFR) mencapai 2,74% sehingga dapat dikatakan sudah

melebihi target CFR yang diharapkan yaitu <1% (Kemenkes RI , 2016).

Kabupaten Serang menjadi salah satu wilayah yang bermasalah

dengan kejadian diare di Provinsi Banten. Berdasarkan laporan Dinas

Page 19: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

2

Kesehatan Provinsi Banten, Kabupaten Serang merupakan wilayah dengan

jumlah kasus diare tertinggi di Provinsi Banten pada tahun 2011 dengan total

36.030 kasus diare pada seluruh kelompok umur. Adapun menurut hasil

Riskesdas pada tahun 2013, diketahui bahwa Kabupaten Serang merupakan

wilayah dengan angka insidens diare tertinggi kedua pada seluruh kelompok

umur yaitu sebesar 5,1% atau melebihi angka insidens provinsi Banten yaitu

3,5%. Selain itu, insidens diare pada balita di Kabupaten Serang juga

termasuk tinggi, yaitu 7,9% atau melebihi angka provinsi yang sebesar 6,4%

(Kemenkes RI, 2013). Hingga tahun 2015, Kabupaten Serang masih menjadi

salah satu kabupaten dengan kasus tertinggi di Provinsi Banten untuk seluruh

kelompok umur (33.084 kasus) sehingga perlu adanya upaya pencegahan

baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.

Pencegahan terhadap kejadian diare perlu disesuaikan dengan

penyebab dan faktor risiko penularannya. Agen penyebab diare dapat berupa

zat yang bersifat toksik, zat yang bersifat alergen, maupun infeksi dari

mikroba seperti virus, bakteri dan parasit (Fitzwater, et al., 2011). WHO

memperkirakan bahwa penyebab utama kejadian diare di negara-negara

berkembang adalah Rotavirus dan bakteri Escherichia coli. Kedua agen

penyakit tersebut sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan seperti

hygiene sanitasi, kecukupan sarana air bersih dan air minum, serta kebersihan

dan keamanan pangan (WHO, 2013).

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap

kejadian diare. Diperkirakan sekitar 94% kasus diare diakibatkan oleh

lingkungan dan berhubungan dengan beberapa faktor risiko di antaranya

Page 20: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

3

adalah air minum dan sanitasi higiene (Pruss-Ustun & Corvalan, 2006). WHO

(2013) juga menyatakan bahwa diare merupakan penyakit yang pada

dasarnya dapat dicegah dengan menggunakan sumber air minum yang aman,

serta sanitasi dan hygiene yang mencukupi. Di beberapa daerah dengan

karakteristik tertentu, faktor lingkungan lain juga dapat berpengaruh seperti

curah hujan ataupun suhu udara yang tinggi. Selain itu, jenis topografi suatu

daerah juga dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian diare,

seperti wilayah yang rawan terhadap bencana banjir (Ohl & Tapsell, 2000).

Kualitas sanitasi dan hygiene di Kabupaten Serang masih tergolong

rendah. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa akses masyarakat

terhadap air minum dan air bersih untuk keperluan rumah tangga di

Kabupaten Serang sebesar 52,7%. Angka tersebut menunjukkan bahwa

Kabupaten Serang menjadi salah satu kabupaten dengan akses air minum dan

air bersih terendah di Provinsi Banten. Kabupaten Serang juga termasuk

kabupaten dengan akses sanitasi layak (improved) dengan indikator

kepemilikan jamban sehat dan tangki septik yang rendah di Provinsi Banten,

yaitu sebesar 53,1%.

Selain itu, faktor lingkungan lainnya adalah kondisi topografi pada

beberapa wilayah di Kabupaten Serang yang sebagian besar merupakan

dataran rendah sehingga terdapat beberapa daerah yang rawan terhadap

bencana banjir. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Serang, terdapat 10 kecamatan dari 29 kecamatan yang

menjadi daerah yang rawan terhadap banjir khususnya pada musim hujan

(Rifat, 2016).

Page 21: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

4

Hingga saat ini, sudah banyak dilakukan penelitian mengenai

hubungan faktor risiko lingkungan terhadap kejadian diare, namun kejadian

diare khususnya pada anak balita masih menjadi masalah penting. Oleh

karena itu, perlu adanya pendekatan lain dalam menangani kasus diare pada

balita salah satunya dengan pendekatan spasial menggunakan sistem

informasi geografi. Penelitian dengan pendekatan spasial terhadap kasus

diare hingga saat ini masih sedikit, khususnya di Kabupaten Serang yang

belum pernah dilakukan pemetaan terhadap penyakit diare dan faktor

lingkungannya.

Aplikasi dari sistem informasi geografi dapat digunakan dalam kasus

ini sehingga dengan adanya gambaran secara spasial dapat membantu

pemangku kebijakan serta pemegang program terkait dalam perencanaan

manajemen penyakit diare serta faktor risiko lingkungannya berdasarkan

wilayah yang memang berisiko terhadap kasus diare pada anak balita. Oleh

karena itu, penelitian ini ditujukan agar diketahuinya distribusi spasial kasus

diare berdasarkan kondisi lingkungan di Kabupaten Serang tahun 2013-2015.

1.2 Rumusan Masalah

Diare khususnya pada anak balita merupakan masalah kesehatan yang

perlu diperhatikan baik dari skala internasional, nasional, hingga di beberapa

daerah tertentu. Selain jumlah kasus yang tinggi, diare pada anak balita juga

dapat menyebabkan komplikasi lainnya seperti masalah gizi buruk, dehidrasi,

hingga kematian. Penyakit diare dan faktor lingkungannya sudah cukup

sering diteliti, namun untuk penggunaan sistem informasi geografis sebagai

alat analisisnya masih jarang dilakukan khususnya di Kabupaten Serang yang

Page 22: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

5

merupakan wilayah dengan kasus diare yang tinggi serta akses air bersih dan

sanitasi yang rendah.

Penggunaan sistem informasi geografi ini dapat menjadi referensi

dalam manajemen penyakit berbasis wilayah, karena dapat diketahui wilayah

dengan kasus dan faktor risiko diare dengan dilakukan pemetaan secara

spasial. Oleh karena itu, dalam studi ini peneliti bertujuan agar diketahuinya

distribusi spasial kasus diare pada anak balita berdasarkan faktor risiko

lingkungan di Kabupaten Serang periode tahun 2013-2015.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran spasial kasus diare pada anak balita di Kabupaten

Serang tahun 2013-2015?

2. Bagaimana gambaran spasial distribusi kasus diare pada anak balita

berdasarkan akses sumber air minum di Kabupaten Serang tahun 2013-2015?

3. Bagaimana gambaran spasial distribusi kasus diare pada anak balita

berdasarkan akses jamban sehat di Kabupaten Serang periode tahun 2013-

2015?

4. Bagaimana gambaran spasial distribusi kasus diare pada anak balita

berdasarkan daerah rawan banjir di Kabupaten Serang periode tahun 2013-

2015?

Page 23: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

6

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran spasial kasus diare pada anak balita

berdasarkan faktor risiko lingkungan di Kabupaten Serang periode tahun

2013-2015.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran spasial kasus diare pada anak balita di Kabupaten

Serang tahun 2013-2015.

2. Diketahuinya gambaran spasial distribusi kasus diare pada anak balita

berdasarkan akses sumber air minum di Kabupaten Serang tahun 2013-2015.

3. Diketahuinya gambaran spasial distribusi kasus diare pada anak balita

berdasarkan akses jamban sehat di Kabupaten Serang periode tahun 2013-

2015.

4. Diketahuinya gambaran spasial distribusi kasus diare pada anak balita

berdasarkan daerah rawan banjir di Kabupaten Serang periode tahun 2013-

2015.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber

referensi ataupun studi pendahuluan bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian terkait kejadian diare pada anak balita, serta faktor-faktor

lingkungannya baik secara teoritis maupun metodologis. Hasil penelitian

Page 24: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

7

ini juga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian

sejenis yang terkait dengan analisis spasial maupun penyakit diare dan

faktor risikonya.

b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran spasial faktor

lingkungan terhadap kejadian diare dalam bentuk peta sehingga dapat

digunakan sebagai landasan untuk menyusun kebijakan mengenai

program pengendalian penyakit diare pada balita berbasis wilayah di

Kabupaten Serang.

c. Bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Serang

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terhadap

BPBD Kabupaten Serang terkait salah satu masalah kesehatan akibat

banjir sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam menyusun

rencana mitigasi dan upaya pengendalian wilayah rawan banjir di

Kabupaten Serang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi spasial kasus

diare pada anak balita berdasarkan faktor risiko lingkungannya di Kabupaten

Serang pada periode tahun 2013-2015. Pelaksanaan penelitian berlokasi di

Kabupaten Serang pada bulan Oktober-Desember tahun 2016. Pendekatan

dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan desain studi ekologi

dengan data populasi sebagai unit analisis. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari institusi-institusi terkait.

Data mengenai kasus diare, akses air minum dan akses jamban sehat

Page 25: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

8

didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang sementara data daerah

rawan banjir diperoleh dari BPBD Kabupaten Serang. Semua data yang

digunakan merupakan data yang tercatat selama periode tahun 2013-2015.

Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis statistik univariat dan

analisis secara spasial untuk melihat kecenderungan antar variabel

berdasarkan wilayah (Spasial).

Page 26: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian

Diare adalah keluarnya tinja yang berbentuk lebih cair dengan

frekuensi lebih dari tiga kali sehari atau terjadi lebih sering dari biasanya

pada seseorang, yang umumnya merupakan gejala infeksi saluran cerna

yang disebabkan oleh mikroorganisme akibat kontaminasi makanan, air

minum, ataupun langsung dari orang ke orang akibat dari kurangnya sanitasi

(WHO, 2016). Hippocrates mendefinisikan diare sebagai buang air besar

dengan frekuensi yang tidak normal atau cenderung meningkat diikuti

dengan konsentrasi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2008).

Diare juga diartikan sebagai kondisi hilangnya cairan dan elektrolit dalam

jumlah banyak melalui feses pada tubuh yang umumnya dikarenakan

adanya kelainan penyerapan di usus halus (Sodikin, 2011).

2.1.2 Etiologi

Etiologi atau agen penyebab kejadian diare dapat berupa agen biologis

seperti mikroorganisme maupun agen kimia. Pada dasarnya, diare secara

klinis dapat disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan,

defisiensi imunisasi dan sebab lainnya, namun penyebab yang paling umum

ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi atau diare infeksius

dan keracunan akibat bahan kimia tertentu (Koletzko & Osterrieder, 2009).

Page 27: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

10

Diare infeksius merupakan suatu gejala akibat adanya infeksi pada

saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai macam organisme

seperti bakteri, virus, maupun parasit (WHO, 2013). Jenis virus yang paling

sering menjadi penyebab diare pada bayi dan anak khususnya di daerah

berkembang adalah rotavirus (Gillespie & Bamford, 2009). Rotavirus di

lingkungan dapat ditemukan pada tangan, permukaan benda, makanan, dan

air yang terkontaminasi. Bayi dan anak-anak merupakan kelompok yang

paling rentan terhadap pajanan dari rotavirus (CDC, 2014). Adapun bakteri

yang paling umum menjadi penyebab penyakit diare pada anak-anak adalah

bakteri Eschericia coli (E.coli) yang dapat ditransmsikan melalui makanan

atau air yang terkontaminasi tinja (CDC, 2016)

2.1.3 Gejala Klinis

Gejala klinis dan tanda diare terbagi menjadi dua, yaitu gejala umum

dan gejala spesifik. Sebagian besar kasus diare pada dasarnya memang

memiliki gejala yang umum, namun terdapat beberapa kasus memiliki

gejala yang khas akibat infeksi patogen tertentu. Adapun gejala umum diare

di antaranya adalah berak cair atau lembek yang terkadang tercampur

dengan darag dan diikuti dengan muntah, demam, dan dehidrasi (Koletzko

& Osterrieder, 2009).

Gejala dan tanda spesifik diare terjadi pada infeksi akibat patogen

tertentu. Contohnya adalah gejala akibat infeksi Vibrio cholera yang berupa

diare hebat (masif) dengan warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis

hingga mencapai 20 liter perhari (Widoyono, 2011; Gillespie & Bamford,

2009). Pada infeksi Shigella, gejala khas di antaranya adalah tinja yang

Page 28: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

11

mengandung darah dan berlendir (CDC, 2015). Gejala yang hampir sama

juga terjadi pada beberapa kasus infeksi akibat patogen E.coli

enterohemoragik yang menyebabkan diare berdarah atau haemorrhagic

colitis (WHO, 2011).

2.1.4 Komplikasi

Diare berkepanjangan dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya.

Beberapa komplikasi akibat diare yang berkepanjangan adalah sebagai

berikut:

1) Dehidrasi

Diare dapat mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit melalui

tinja yang tidak diganti secara seimbang sehingga dapat menyebabkan

kematian. Adapun derajat dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

dehidrasi sangat ringan atau tanpa dehidrasi (kehilangan <3% cairan),

dehidrasi ringan hingga sedang (kehilangan 3-8% cairan), dan dehidrasi

berat (kehilangan ≥9% cairan tubuh). Adapun gejala dari masing-

masing tingkatan dehidrasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Tingkatan Dehidrasi dan Gejalanya

Dehidrasi sangat ringan/ tidak dehidrasi

(Kekurangan cairan <3% tubuh)

Dehidrasi ringan sampaisedang (kekurangan 3-

8% cairan tubuh)

Dehidrasi berat(kehilangan ≥9%

cairan tubuh)

Kondisi umumdan tingkatkesadaran

Kondisi normal, kesadarannormal

Kondisi terganggu(gelisah), emosi meningkatatau mengalami kelelahan,

serta kesadaran mulaimenurun

Apatis, timbul gejalalethargy

Tingkat kehausan Normal Merasa haus, banyakminum

Kurang minum, bahkantidak dapat minum

sama sekali

Detak Jantung Normal Normal – meningkat Timbul gejalatachycardia hingga

bradycardia

Page 29: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

12

Dehidrasi sangat ringan/ tidak dehidrasi

(Kekurangan cairan <3% tubuh)

Dehidrasi ringan sampaisedang (kekurangan 3-

8% cairan tubuh)

Dehidrasi berat(kehilangan ≥9%

cairan tubuh)

Denyut nadi Normal Normal – melemah Mengalami theadypulse atau bahkan tidak

terdeteksi

Pernafasan Normal Normal – berat Nafas berat, timbulgejala acidotic breahing

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air Mata Ada (normal) Sedikit Tidak Ada

MembranMukosa

Lembab Kering Sangat Kering

Keriput padakulit (turgor)

Cepat menghilang Menghilang setelah < 2detik

Menetap hinga lebihdari 2 detik

Tungkai danLengan

Hangat Dingin Dingin, mengalamicyanosis

Urin Normal hingga berkurang Sedikit Sangat sedikit

Sumber: (Koletzko & Osterrieder, 2009)

2) Gangguan Sirkulasi

Diare akut dapat menyebabkan penderita mengalami kekurangan

cairan tubuh dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat menyebabkan

berkurangnya volume darah (hypovolemia) sehingga dapat

mengganggu sirkulasi darah di dalam tubuh. Pada penderita dehidrasi

berat, denyut nadi akan semakin tidak terasa, pengisian pembuluh

kapiler oleh darah juga sangat lambat, serta detak jantung yang tidak

normal (Koletzko & Osterrieder, 2009). Apabila penderita kehilangan

cairan mencapai lebih dari 10% berat badan, penderita dapat mengalami

syok atau presyok (Widoyono, 2011).

3) Gangguan Asam-Basa (Asidosis)

Gangguan asidosis atau asam-basa dalam tubuh pada pasien diare

disebabkan oleh hilangnya elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Hal

ini menyebabkan penderita mengalami nafas cepat untuk membantu

Page 30: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

13

peningkatan pH pada arteri atau yang disebut dengan acidotic breathing

(Widoyono, 2011).

4) Gangguan Gizi

Penderita diare umumnya mengalami anoreksia (khususnya pada anak-

anak) yaitu asupan makanan semakin sedikit dari biasanya dan

berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan sehingga

menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak (Fitzwater, et al., 2011).

2.1.5 Penularan

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat ditularkan

melalui air yang terkontaminasi (waterborne diseases), makanan atau

minuman yang terkontaminasi (Foodborne diseases) ataupun penularan

langsung dari orang ke orang (kontak). Agen penyebab diare umumnya

menyebar melalui fekal oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang

terkontaminasi tinja baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen

penyebab diare juga dapat dibawa oleh vektor, seperti lalat yang kemudian

mengkontaminasi makanan atau minuman. Adapun penularan langsung dari

orang ke orang adalah saat melakukan kontak dengan orang dengan tangan

yang terkontaminasi kuman penyebab diare tanpa mencuci tangan dengan

benar (Soegijanto & Pramana, 2009).

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak

Balita

Diare merupakan masalah kesehatan yang umum di masyarakat

sehingga perlu diketahui faktor-faktor penyebabnya untuk dilakukan kegiatan

pencegahan. Hingga saat ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan

Page 31: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

14

kejadian diare sudah banyak diteliti dengan berbagai macam konsep yang

berbeda. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian diare khususnya pada anak balita

umumnya terbagi menjadi faktor lingkungan, faktor perilaku ibu, faktor balita,

dan faktor sosial ekonomi (Adisasmito, 2007).

2.2.1 Faktor Lingkungan

2.2.1.1 Air dan Sanitasi

a. Air Minum

Air minum merupakan komponen lingkungan yang sangat

dibutuhkan manusia untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492

tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah air yang melalui

proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang dikonsumsi oleh

masyarakat dapat diperoleh dari berbagai sumber air minum. Berikut ini

merupakan beberapa jenis sumber air minum yang umum digunakan oleh

masyarakat untuk keperluan sehari-hari (Ginanjar, 2008):

1) Sumur Gali (Terlindung/dengan pompa)

Sumur gali merupakan sarana air bersih yang bersumber dari air

tanah dengan cara menggali lubang ke dalam tanah hingga

mendapatkan air, kemudian lubang diberi dinding, bibir dan lantai.

Sumur gali merupakan sarana air bersih yang umumnya digunakan

oleh masyarakat di pedesaan. Adapun persyaratan kesehatan sumur

gali adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 1995):

Page 32: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

15

a) Berada pada jarak 11 meter dari sumber pencemar apabila

sumber pencemar berada lebih tinggi dari sumur gali, dan

berjarak 9 meter dari sumber pencemar apabila lokasi sumber

pencemar lebih rendah dari sumur gali. Sumber pencemar

tersebut di antaranya adalah jamban, sarana pembuangan air

limbah, badan air tercemar, tempat pembuangan sampah, dan

kandang ternak.

b) Lantai kedap air minimal 1 meter dari sumur, tidak retak atau

bocor, mudah dibersikan serta tidak tergenang air.

c) Terdapat saluran pembuangan air limbah yang kedap air dan

tidak menimbulkan genangan (kemiringan minimal 2%)

d) Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, dan terbuat dari

bahan yang kuat dan rapat air

e) Dinding sumur minimal sedalam 3 meter dari permukaan tanah

yang terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air

f) Timba yang digunakan untuk mengambil air harus selalu

digantung dan tidak boleh diletakkan di lantai agar tidak

tercemar

2) Penampungan Air Hujan

Penampungan air hujan merupakan sarana air bersih yang berasal

dari air hujan yang ditampung sebagai sediaan air bersih untuk

keperluan sehari-hari.

3) Sumur Pompa

Page 33: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

16

Sumur pompa merupakan sarana air bersih yang menggunakan

pompa air untuk menaikkan air dari sumber air atau sumur. Pompa

air dapat berupa pompa tangan maupun pompa listrik.

4) Mata Air Terlindungi

Mata air terlindungi merupakan sumber air permukaan tanah dimana

air timbul dengan sendirinya. Masyarakat dapat dikatakan

menggunakan sumber air minum yang berasal dari mata air

terlindungi apabila sumber air minum yang digunakan hanya berasal

dari mata air yang diperoleh dari lokasi munculnya mata air tanpa

sistem perpipaan / pompa dan tanpa melalui proses penyaringan.

5) Air Ledeng atau Perpipaan

Air ledeng merupakan sarana air bersih yang bersumber dari satu

pusat sumber air yang dikelola dan didistribusikan ke rumah tangga

melalui jaringan perpipaan.

WHO berkerjasama dengan UNICEF dalam Joint Monitoring

Programme (JMP) membuat kriteria sumber air minum menjadi sumber air

minum improved (layak dan berkelanjutan) dan sumber air minum

unimproved (tidak layak dan berkelanjutan). Kriteria ini merupakan kriteria

yang umumnya dTabel berikut ini merupakan pembagian jenis-jenis sumber

air minum yang ditentukan dalam JMP (WHO & UNICEF, 2004).

Tabel 2.2 Kriteria Sumber Air Minum berdasarkan Joint MonitoringProgramme WHO dan UNICEF

Sumber Air Minum Improved Sumber Air Minum Unimproved

Sumber air minum berupa:- Air ledeng/perusahaan daerah air

minum

Sumber air minum berupa:- Air kemasan, air isi ulang- Air ledeng eceran/membeli

Page 34: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

17

- Sumur bor/pompa- Sumur gali terlindung- Mata air terlindung- Penampungan air hujan- Air kemasan (hanya jika sumber air

untuk keperluan rumah tanggalainnya improved)

- Sumur gali dan mata air takterlindung

- Air sungai, danau atau irigasi

Sumber: (WHO & UNICEF, 2004)

Selain jenis sumbernya, kualitas air minum juga perlu diperhatikan

baik secara fisika, kimia, maupun dari segi mikrobiologisnya. Namun,

syarat minimal yang harus terpenuhi adalah syarat fisik yang dapat

diidentifikasi menggunakan penginderaan manusia dengan cara, dilihat,

dicium, dan dirasa. Adapun syarat-syarat air minum secara fisik adalah

sebagai berikut (Kemenkes RI, 2009):

1) Air tidak berwarna, harus bening atau jernih

2) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,

busa dan kotoran lainnya

3) Air tidak berasa (asin, asam), tidak payau, tidak pahit, dan harus

bebas dari bahan kimia beracun

4) Air tidak berbau amis, anyir, busuk atau bau belerang

Indikator yang digunakan dalam program penyehatan lingkungan

untuk terhadap konsumsi air minum layak pada masyarakat umumnya

adalah akses air minum yang layak dan berkelanjutan. Secara umum,

terdapat lima aspek yang digunakan untuk mengukur akses masyarakat

terhadap ketersediaan air minum, yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas,

keandalan (reliability) sistem penyediaan air minum, serta kemudahan

dalam aspek biaya, waktu, maupun jarak tempuhnya (Hakim, 2010). Sejalan

Page 35: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

18

dengan indikator tersebut WHO dalam JMP juga menetapkan bahwa apabila

jumlah pemakaian air per orang kurang dari 20 liter per hari dari sumber air

dalam radius lebih dari 1 km atau waktu tempuh lebih dari 30 menit maka

dikategorikan sebagai tidak mempunyai akses dan mempunyai risiko tinggi

terhadap kejadian penyakit (WHO & UNICEF, 2004).

Air minum yang terkontaminasi dapat menjadi media penularan

diare. Hal ini diakibatkan oleh sumber air minum yang tidak aman sehingga

menjadi salah satu faktor risiko penyakit diare. Sumber air minum diketahui

berhubungan signifikan terhadap kejadian diare pada anak balita (Irianto, et

al., 1996). Studi yang dilakukan di Kota Manado menunjukkan bahwa

terdapat korelasi yang positif antara sumber air minum yang ditinjau dari

segi akses maupun kualitasnya terhadap insidens diare (r = 0,351, p<0,05).

(Sumampouw, et al., 2015). Sumber air minum dan kecukupan sanitasi

higiene juga berhubungan erat dengan kejadian diare balita di DKI Jakarta

(Azhar, et al., 2015). Hasil analisis lainnya menggunakan pendekatan model

Geographically Weighted Poisson Regression (GWPR) diketahui bahwa

jumlah fasilitas air minum yang terlindungi dan jumlah tenaga medis yang

tersedia berpengaruh secara lokal terhadap kejadian diare di Kota Semarang

(Yasin & Rusgiyono, 2013).

b. Jamban

Jamban merupakan tempat yang digunakan untuk buang air besar

dan umumnya digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadah, dan

lembaga-lembaga lain. Adapun yang dimaksud dengan jamban sehat adalah

fasilitas pembuangan tinja yang dapat mencegah kontaminasi ke badan air,

Page 36: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

19

mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak

dapat dihinggapi serangga dan binatang lainnya, mencegah bau yang tidak

sedap serta konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah

dibersihkan (World Bank, 2009).

Terdapat beberapa jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat,

namun jenis jamban yang dianjurkan yaitu jamban cemplung yang memiliki

penutup dan jamban leher angsa atau jamban tangki septik (septic tank).

WHO dan UNICEF dalam Joint Monitoring Programme (JMP) juga

membuat kriteria untuk fasilitas sanitasi yang dalam hal ini adalah jamban.

Sama halnya dengan kriteria sumber air minum, kriteria jamban dibagi

menjadi dua, yaitu sarana sanitasi improved (layak dan berkelanjutan) dan

sarana sanitasi unimproved (tidak layak dan berkelanjutan). Kriteria tersebut

lebih rinci ditampilkan pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Kriteria Sarana Sanitasi Berdasarkan Joint MonitoringProgramme WHO dan UNICEF

Sarana Sanitasi Improved Sarana Sanitasi UnimprovedSarana sanitasi (jamban) berupa:- Jamban keluarga yang memiliki

sistem pembuangan tinja(komunal ataupun sistem septik)

- Jamban leher angsa- Jamban cemplung (hanya untuk

masyarakat yang dikategorikansangat miskin)

- Jamban jenis ventilated improvedpit (VIP)

Sarana sanitasi (jamban) berupa:- Jamban komunal- Jamban cemplung terbuka- Jamban ember (bucket latrine)

Sumber: (WHO & UNICEF, 2004)

Jamban yang digunakan juga harus memenuhi syarat-syarat

kesehatan. Adapun syarat-syarat jamban yang memenuhi kesehatan atau

jamban sehat adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2009):

Page 37: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

20

1) Tidak mencemari tanah di sekitarnya

2) Mudah dibersihkan dan aman digunakan

3) Dilengkapi dinding dan atap pelindung

4) Terdapat penerangan dan ventilasi yang memadai

5) Lantai kedap air, tidak terdapat genangan air dan luas ruangan

memadai

6) Tidak ada kotoran yang terlihat di dalam jamban

7) Tersedia alat pembersih, yaitu sabun, sikat dan air bersih

8) Tidak ada serangga (kecoa ataupun lalat) dan tikus yang

berkeliaran

Penggunaan jamban keluarga yang tidak bersih dan tidak sesuai

dengan syarat kesehatan dapat mengundang lalat atau vektor lainnya untuk

membawa patogen penyebab diare (Wandasari, 2013). Hasil survei

demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan

bahwa kondisi jamban berpengaruh secara signifikan sebagai faktor risiko

kejadian diare pada anak balita (Irianto, et al., 1996). Hasil penelitian

lainnya juga menunjukkan bahwa kepemilikan dan kondisi sarana

pembuangan tinja (jamban) mempengaruhi kejadian diare pada anak balita

(Kamilla, et al., 2012; Lindayani & Azizah, 2013). Hasil penelitian di

beberapa regional di Indonesia menunjukkan bahwa bahwa kondisi dan

kepemilikan jamban berhubungan signifikan terhadap kejadian diare di

regional Jawa-Bali, Sumatra dan Sulawesi (Mubasyiroh, 2010).

Page 38: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

21

2.2.1.2 Topografi Wilayah

a. Daerah Rawan Banjir

Istilah banjir diartikan sebagai peristiwa dimana daratan yang

biasanya kering menjadi terbenam oleh air yang berasal dari sumber-sumber

air di sekitarnya seperti sungai, danau maupun laut yang sifatnya tidak

permanen. Banjir juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan volume pada

sumber air sehingga menyebabkan air tersebut meluap dan menggenangi

daratan di sekitarnya (Amsyari, 1986). Daerah yang mengalami banjir

umumnya merupakan daerah dengan dataran rendah karena kondisi

topografinya sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat tergenang oleh

banjir. Daerah ini disebut juga dengan daerah dataran banjir (Kodoatie &

Sugiyanto, 2002).

Banjir dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum

diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh

faktor alamiah dan tindakan manusia. Faktor alamiah di antaranya adalah

curah hujan yang tinggi, pengaruh fisiografi atau geografi fisik sungai

(bentuk, fungsi, kemiringan Daerah Aliran Sungai (DAS), lokasi, dan lain

sebagainya), erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainasi

yang tidak memadai, serta pengaruh air pasang. Banjir akibat tindakan

manusia di antaranya adalah perubahan kondisi DAS, kawasan kumuh,

sampah, drainasi lahan, bending dan bangunan air, kerusakan bangunan

pengendali banjir, dan perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak

tepat (Kodoatie & Sugiyanto, 2002).

Page 39: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

22

Fenomena banjir merupakan salah satu bentuk bencana alam yang

banyak dialami di beberapa negara di seluruh dunia. Sebagian besar banjir

dialami oleh negara-negara berkembang dan negara tropis. Bencana ini

seringkali menjadi penyebab masalah lain terutama di daerah-daerah yang

masih berkembang, di antaranya adalah beberapa masalah kesehatan

masyarakat yang timbul setelah kejadian banjir, seperti peningkatan

kejadian diare (termasuk kolera dan disentri), infeksi saluran pernafasan,

hepatitis A dan E, demam tifoid, leptospirosis, dan penyakit bawaan

serangga. Selain itu, gangguan gizi buruk juga dapat dialami karena

kurangnya sediaan makanan atau terjadi pencemaran pada makanan yang

dikonsumsi sehingga berefek terhadap timbulnya penyakit (Ohl & Tapsell,

2000).

2.2.1.3 Iklim

Iklim merupakan keadaan rata-rata atmosfer pada suatu daerah

dalam kurun waktu yang relatif lama, sekitar 30 tahun atau lebih dan

meliputi wilayah yang luas. Iklim secara tradisional diartikan sebagai rata-

rata dan variabilitas dari beberapa komponen yang berhubungan dengan

atmosfer seperti suhu, hujan presipitasi dan angin, dan juga bisa dilihat

sebagai sintesis atau kumpulan cuaca. Sementara cuaca diartikan sebagai

cara atmosfer berperilaku secara mendasar, yang secara langsung

mempengaruhi aktivitas keseharian manusia seperti hujan, terik matahari,

dan lain sebagainya (Gutro, 2015).

Perubahan iklim menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2012)

adalah perubahan unsur iklim yang signifikan di suatu wilayah yang luas

Page 40: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

23

dibandingkan dengan masa yang lampau. Adapun unsur iklim yang

dimaksud di antaranya adalah suhu, angin, hujan, penguapan, kelembaban,

dan tutupan awan. Perubahan iklim dapat berpengaruh secara tidak

langsung terhadap suatu penyakit melalui faktor risiko seperti vektor,

kualitas air, dan kualitas udara (Athena & Anwar, 2014).

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat

dipengaruhi oleh kondisi iklim. WHO menyatakan bahwa diperkirakan pada

tahun 2030 hingga tahun 2050, perubahan iklim dapat menyebabkan

250.000 kematian tambahan pertahunnya salah satunya diakibatkan oleh

diare (WHO, 2016). Adapun unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap

kejadian diare adalah sebagai berikut:

a. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah

selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi millimeter di

atas permukaan horizontal. Curah hujan merupakan salah satu

fenomena lingkungan yang dapat mempengaruhi sirkulasi air di

lingkungan (Know Climate Change, 2016). Satuan yang digunakan

dalam pengukuran curah hujan adalah millimeter (mm) dan ketelitian

pembacaan sampai dengan 0,1 mm (Lakitan, 2002). Curah hujan 1 mm

menunjukkan bahwa air hujan yang jatuh setelah 1 mm tiak mengalir,

tidak meresap dan tidak menguap (Kartasapoetra, 2004).

Curah hujan yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat

berpengaruh terhadap kejadian diare. Hasil studi di Peru menunjukkan

bahwa pada musim hujan terjadi peningkatan kasus diare hingga 12%

Page 41: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

24

(Athena & Anwar, 2014). Hasil penelitian di Bangladesh menunjukkan

hasil bahwa setiap minggunya jumlah kasus diare non kolera

mengalami peningkatan 5,1% setiap meningkatnya curah hujan sebesar

10mm di atas baku mutu yaitu 52mm. Sebaliknya, jumlah kasus diare

tersebut juga mengalami peningkatan 3,9% setiap penurunan 10mm

curah hujan dari baku mutu (Hashizume, et al., 2007). Peningkatan

curah hujan ini berakibat terhadap bencana banjir, yang berefek

terhadap kontaminasi sediaan air bersih serta penyakit bawaan air.

Kurangnya air bersih dapat berbahaya terhadap hygiene dan

peningkatan risiko penyakit diare yang telah membunuh hampir

600.000 anak balita (WHO, 2016).

b. Suhu Udara Ambien

Suhu merupakan ukuran panas atau dinginnya sesuatu. Adapun

suhu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suhu rata-rata pada

udara ambien. Suhu merupakan faktor kunci dalam pembentukan cuaca

maupun iklim di suatu daerah karena dapat memengaruhi kondisi di

atmosfer (Know Climate Change, 2016). Suhu diukur menggunakan

thermometer dengan satuan yang biasa digunakan adalah derajat

celcius (oC). Data suhu yang diukur oleh stasiun klimatologi umumnya

berupa suhu rata-rata, baik dalam periode harian, bulanan, maupun

tahunan (Kartasapoetra, 2004).

Kondisi suhu ambien udara dapat berpengaruh terhadap

kejadian diare. Hasil penelitian di Peru menunjukkan bahwa setiap

peningkatan suhu udara 1oC pada musim kemarau diikuti dengan

Page 42: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

25

peningkatan kasus diare sebesar 4%. Penelitian lain di Fiji

menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1oC suhu ambien dapat

meningkatkan kasus diare sebesar 3% (Athena & Anwar, 2014).

Penelitian lainnya yang dilakukan di Bangladesh juga menunjukkan

bahwa suhu ambien berhubungan secara positif terhadap kasus diare

non kolera, yaitu adanya peningkatan suhu ambien sejalan dengan

peningkatan kasus diare. Hal ini disebabkan oleh suhu ambien yang

lebih tinggi dapat mempercepat pertumbuhan bakteri yang menjadi

agent risiko penyakit diare (Hashizume, et al., 2007).

2.2.2 Faktor Perilaku Ibu

2.2.2.1 Perilaku Mencuci Tangan

Perilaku memcuci tangan yang tidak benar dapat menjadi salah satu

faktor risiko kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian kasus

kontrol terhadap diare pada balita, perilaku mencuci tangan pada yang tidak

sesuai dengan ketentuan WHO merupakan faktor risiko yang berpengaruh

terhadap kejadian diare pada balita dengan nilai odds ratio 2,77 (CI 95%

1,3-5,890) (Abdullah, et al., 2012). Hasil penelitian lainnya di Kecamatan

Pontianak Timur diketahui bahwa perilaku mencuci tangan pada ibu saat

sebelum makan dan setelah BAB berhubungan signifikan terhadap kejadian

diare pada anak balita (Kamilla, et al., 2012).

2.2.2.2 Praktek Mengelola Makanan

Selain ditularkan melalui air, diare juga dapat ditularkan melalui

makanan yang terkontaminasi. Sanitasi yang buruk dalam praktek

pengelolaan makanan dapat menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko

Page 43: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

26

kejadian diare (Yassi, et al., 2001). Hasil penelitian di Kecamatan Pontianak

Timur diketahui bahwa praktek mengelola makanan pada ibu memiliki

hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare pada anak balita. Hasil

uji multivariat, faktor ini juga menjadi faktor penentu terhadap kejadian

diare bersama dengan kepemilikan jamban keluarga dengan probabilitas 94%

(Kamilla, et al., 2012).

2.2.3 Faktor Balita

2.2.3.1 Status Gizi

Penderita diare yang sebelumnya sudah memiliki gangguan gizi

(malnutrisi) umumnya berisiko untuk mengalami diare yang lebih berat

(Widoyono, 2011). Hasil penelitian terhadap kejadian diare pada balita di

beberapa rumah sakit besar di Makassar menunjukkan bahwa status gizi

yang buruk pada berpengaruh terhadap kejadian diare (OR= 5,39 CI 95%

2,72-10,82) diakibatkan oleh gejala Shigellosis yang berulang (Abdullah, et

al., 2012).

2.2.3.2 ASI Eksklusif

Air susu ibu (ASI) adalah sumber makanan utama pada bayi. ASI

merupakan makanan yang memiliki komponen nutrisi yang ideal untuk

dicerna dan diserap oleh bayi, bersifat steril tanpa adanya kontaminasi dari

alat makan seperti botol. Dengan memberikan ASI saja hingga usia 6 bulan

dapat mencegah masuknya patogen penyebab diare melalui makanan pada

anak bayi. Selain itu, ASI juga memiliki khasiat preventif secara imunoloik

dengan adanya antibodi dan zat-zat yang dikandungnya sehingga

memberikan perlindungan terhadap diare (Kemenkes RI, 2011).

Page 44: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

27

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ASI yang diberikan

secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat mencukup

kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang (Hegar, 2013).

Pemberian ASI efektif dalam pencegahan penyakit infeksi, dibuktikan

dengan berkurangnya kejadian beberapa penyakit pada anak (Tumbelaka &

Karyanti, 2013). Penelitian yang dilakukan terhadap kasus diare shigellosis

pada anak balita menunjukkan bahwa balita yang tidak diberikan ASI

eksklusif dan cenderung memberikan susu formula atau air lainnya lebih

berisiko terkena diare (OR=5,64 CI95% 2,86-11,18) (Abdullah, et al., 2012).

2.2.3.3 Imunisasi Campak

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan daya tahan

tubuh terhadap beberapa penyakit tertentu khususnya pada anak-anak.

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit

tertentu. Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) wajib mendapatkan

imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari: 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG,

3 dosis DPT-Hepatitis B, 4 dosis polio dan 1 dosis campak (Kemenkes RI,

2014).

Pemberian imunisasi campak setelah bayi berusia 9 bulan

merupakan salah satu bentuk pencegahan terhadap kejadian diare pada bayi

dan balita. Hal ini dikarenakan anak yang terkena sakit campak sering kali

disertai dengan diare (Kemenkes RI, 2011). Selain itu, supresi sistem

kekebalan tubuh akibat penyakit campak dapat mengakibatkan komplikasi

sebagai akibat replikasi virus ataupun karena superinfeksi bakeri atau virus

lain seperti patogen penyebab diare (Lestari, et al., 2009).

Page 45: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

28

2.2.4 Faktor Sosial Ekonomi

2.2.4.1 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status ekonomi keluarga sering kali dikaitkan dengan kejadian suatu

penyakit, salah satunya adalah diare. Beberapa penelitian telah dilakukan

untuk membuktikan faktor ini hubungannya dengan kejadian diare pada

anak balita. Dari dua hasil penelitian membuktikan bahwa status sosial

ekonomi keluarga berpengaruh sigifikan sebagai salah satu faktor risiko

diare pada bayi dan balita, dengan simpulan bahwa diare dengan lebih

sering muncul pada bayi dan balita yang berasal dari keluarga dengan status

ekonomi keluarga rendah atau miskin (Abdullah, et al., 2012). Hasil

penelitian lainnya yang dilakukan dengan melakukan analisa multivariat

data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi diare 1,6 kali

lebih tinggi pada daerah kabupaten/kota yang penduduknya miskin

(Trihono & Gitawati, 2009).

Kondisi sosial ekonomi selalu dikaitkan dengan kualitas hidup

seseorang. Dapat dikatakan bahwa kualitas hidup menentukan kualitas

lingkungannya, karena dari pola hidupnya tercermin cara dan perilaku untuk

mengeksploitasi lingkungannya (Siahaan, 2004). Status ekonomi yang

rendah atau kemiskinan dapat mengakibatkan gizi buruk/kurang, ketiadaan

akses terhadap sanitasi yang memadai, serta edukasi kesehatan yang kurang

sehingga meningkatkan beban penyakit pada wilayah dengan mayoritas

penduduk yang tergolong miskin (Trihono & Gitawati, 2009).

Page 46: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

29

2.3 Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu perangkat untuk

mengumpulkan, menampilkan, dan menghubungkan data spasial dari

fenomena geografis untuk dianalisis dan hasilnya kemudian dikomunikasikan

kepada pengguna data sebagai dasar untuk pengambilan keputusan atau

kebijakan (Achmadi, 2012). SIG pada dasarnya merupakan sebuah sistem

untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis ran penayangan

(display) data yang terkait dengan permukaan bumi. Selain itu, SIG juga

diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berbasis pada perangkat lunak

komputer yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa

terhadap permukaan geografi bumi hingga membentuk informasi keruangan

yang tepat dan akurat (Suryantoro, 2013).

Terdapat dua kegiatan utama dalam sistem informasi geografi, yaitu

membuat gambaran informasi dalam bentuk spasial (membuat pemetaan

terhadap suatu objek yang diobservasi) dan melakukan analisis informasi

spasial. Kedua kegiatan tersebut memungkinkan pengguna/peneliti untuk

menganalisis sebuah fenomena geografis yang sedang diteliti. Contoh dari

fenomena tersebut di antaranya adalah untuk mengetahui sebuah pola spasial,

mencari hubungan spasial, karakteristik geografis, memonitor perubahan,

serta sebagai hubungan observasi dengan riset (Lai, et al., 2009).

Sistem informasi geografi memiliki beberapa fungsi yang dapat

diaplikasikan dalam berbagai disiplin ilmu. Secara umum, fungsi dari aplikasi

sistem informasi geografi adalah sebagai berikut (Suryantoro, 2013):

Page 47: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

30

a. Pengukuran (measurment)

Fasilitas ini berfungsi untuk mengukur jarak antar titik, jarak rute, atau

luas suatu wilayah secara interaktif

b. Pemetaan (mapping)

Fungsi ini menggunakan metode overlay dimana setiap layer disatukan

dan memungkinkan seseorang untuk mencari lokasi, rute jalan, mencari

tempat-tempat penting lainnya. Dengan fungsi ini, dapat juga terlihat

pola sebaran yang mungkin akan muncul dari suatj feature seperti

Puskesmas, sekolah, daerah miskin, dan lain sebagainya.

c. Pemantauan (monitoring)

Fungsi ini memungkinkan SIG untuk memantau suatu fenomena dan

keputusan yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada apada

suatu area dan apa yang ada di luar area.

d. Pembuatan model (modelling)

Permodelan dilakukan dengan menentukan kelas-kelas, misalnya

menentukan wilayah dengan konsentrasi zat pencemar udara paling

tinggi hingga paling rendah menggunakan teknik overlay berdasarkan

skema yang sudah dibuat.

2.4 Analisis Spasial

SIG merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk menjawab

pertanyaan berdasarkan data spasial maupun non-spasial beserta

kombinasinya dalam rangka memberikan solusi atas permasalahan dalam

lingkup spasial (keruangan) sehingga dapat mendukung berbagai analisis

spasial. Analisis spasial sendiri merupakan sekumpulan teknik untuk

Page 48: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

31

menganalisis data spasial, sehingga hasilnya akan bergantung pada akses

terhadap lokasi objek dan atributnya. Adapun yang dimaksud dengan data

spasial merupakan data yang mengandung unsur keruangan yang jelas

(terdapat titik koordinat) di permukaan bumi (Prahasta, 2014).

Analisis spasial menurut A Practitioner's Guide to GIS Terminology

merupakan sebuah proses ekstraksi atau membuat informasi baru terkait fitur

geografis untuk menunjukkan pemeriksaan rutin, penilaian data (assessment)

evaluasi, analisis ataupun membuat permodelan data dalam area geografis

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ditentukan dan terkomputerisasi

(Lai, et al., 2009). Analisis ini dapat digunakan untuk melakukan analisis

persebaran faktor risiko pentakit infeksi maupun non infeksi, penyakit yang

ditularkan oleh binatang atau vektor, pelayanan kesehatan seperti ambulans

keliling, rumah sakit, analisis potensi bahaya lingkungan, pengelompokan

kejadian penyakit, pemetaan informasi kesehatan, data dasar kesehatan

masyarakat dan lain sebagainya (Achmadi, 2012).

Kejadian penyakit tertentu dapat dikaitkan dengan bebagai objek yang

memiliki keterkaitan dengan lokasi, topografi, benda-benda, distribusi benda-

benda ataupun kejadian lain dalam sebuah space atau ruangan pada tertentu.

Dapat pula dihubungkan dengan peta dan ketinggian. Menurut Elliot dan

Wartenberg (2004), analisis spasial terhadap suatu penyakit dapat dikategorikan

menjadi tiga kelompok utama, yaitu (Achmadi, 2012):

a. Pemetaan Kasus Penyakit

Pemetaan penyakit umumnya dilakukan untuk tujuan deskriptif,

baik untuk menghasilkan hipotesis seperti etiologi, untuk melakukan

Page 49: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

32

surveilans untuk pengawasan yang menyoroti area pada risiko yang tinggi,

dan untuk membantu alokasi sumber daya dan kebijakan. Pemetaan

penyakit secara khusus dapat menunjukkan angka mortalitas atau

morbiditas untuk suatu area geografi seperti suatu Negara, provinsi atau

daerah. Pengamatan terhadap penyebaran penyakit sudah dilakukan sejak

awal abad ke-19, di antaranya adalah pengamatan penyebaran penyakit

yellow fever dan kolera.

b. Studi Hubungan Geografis

Studi hubungan geografi atau korelasi geografi bertujuan untuk

menyajikan variasi geografi yang disilangkan dengan populasi kelompok

pemajanan ke variabel lingkungan yang mungkin diukur (udara, air dan

tanah), ukuran demografi dan sosial ekonomi, faktor gaya hidup (merokok

dan diet) dalam hubungan dengan hasil kesehatan berdasarkan skala

geografi. Pendekatan ini lebih mudah dilakukan dan dapat menggunakan

data yang secara rutin tersedia dan dapat digunakan untuk penyelidikan atau

eksperimen alami di mana pemajanan mempunyai suatu basis fisik (seperti

pemajanan terhadai unsur tanah, udara dan unsur air).

c. Pengelompokkan Penyakit

Pengelompokkan penyakit dilakukan untuk menyelidiki suatu

penyakit yang terjadi cenderung mengelompok di lokasi-lokasi tertentu

yang umumnya dihubungkan dengan sumber-sumber penyakit, seperti

tempat pembuangan sampah akhir, jalan raya, pabrik tertentu, pembangkit

atau saluran udara tegangan tinggi. Penyelidikan ini umumnya berasumsi

bahwa latar belakang derajat risiko yang sama, padahal sebenarnya

Page 50: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

33

konsentrasi amat bervariasi antarwaktu dan antarwilayah, sehingga perlu

adanya sensitivitas serta intuisi untuk melihat fenomena tersebut.

2.4.1 Metode Analisis Spasial

Langkah awal dalam melakukan analisis spasial dalam studi

epidemiologi adalah melakukan penggambaran atau visualisasi dari data

spasial yang diperoleh. Dalam melakukan visualisasi ini, peneliti dalam

menilai pola yang terlihat dalam peta, mengidentifikasi kesalahan-

kesalahan (errors), serta membuat hipotesis terkait faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pola yang sedang diamati tersebut. Visualisasi dalam

analisis spasial juga sangat penting untuk memberikan informasi terkait

temuan dalam penelitian terhadap sasaran atau pengguna informasi. Secara

garis besar, metode dalam melakukan visualisasi data dalam epidemiologi

spasial terbagi menjadi dua, yaitu analisis terhadap data titik (point data)

dan data kelompok (aggregated data) (Pfeiffer, et al., 2008).

2.4.1.1 Analisis Data Titik (Point Data)

Data spasial berbentuk titik (point) yang menunjukkan suatu

kejadian penyakit merupakan jenis data yang dasar dan fundamental dalam

epidemiologi spasial (Lai, et al., 2009). Analisis data titik merupakan cara

yang paling lama dan paling sering digunakan, yaitu dengan melakukan

plotting atau menandai lokasi subjek penelitian menggunakan koordinat

kartesian (Cartesian coordinates). Metode ini merupakan cara yang paling

sederhana dalam pemetaan penyakit apabila lokasi kasus diketahui (Pfeiffer,

et al., 2008).

Page 51: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

34

Salah satu jenis analisis statistik dalam metode analisis data statistic

pada epidemiologi spasial adalah mengukur indeks tetangga terdekat

(Nearest Neighbour Index / NNI). NNI digunakan untuk mengetahui bentuk

sebaran suatu penyakit. Cara analisis ini menggunakan perhitungan dengan

membandingkan jarak rata-rata antara satu titik kasus penyakit dengan

kasus lainnya yang terdekat dengan jarak khayal acak secara spasial. Nilai

NNI ini dapat mengidentifikasikan tingkatan spasial yang berbeda-beda

sehingga dapat diketahui apakah suatu penyakit membentuk pola

mengelompok, menyebar, atau acak. Namun, penggunaan NNI tidak dapat

memberikan informasi terkait trend atau perubahan pola penyakit

berdasarkan waktu (Lai, et al., 2009).

Penggunaan data poin dalam analisis epidemiologi spasial memang

memiliki kelebihan di antaranya adalah data yang disajikan merupakan data

yang paling detil sehingga pola sebaran penyakit dapat diketahui

berdasarkan lokasi kasus penyakit berada. Namun, analisis ini masih

memiliki beberapa kekurangan, di antaranya adalah titik kasus penyakit

yang disajikan umumnya merupakan lokasi tempat tinggal kasus, padahal

kejadian transmisi penyakit belum tentu terjadi di tempat tinggal kasus,

melainkan di sekolah, tempat kerja, atau tempat lainnya yang mungkin saja

jauh dari lokasi tempat tinggal kasus. Selain itu, analisis statistik yang

digunakan hanya sebatas dua jenis analisis yaitu mengukur kepadatan

(density) dan pengukuran jarak antar titik (Lai, et al., 2009).

Page 52: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

35

2.4.1.2 Analisis Data Kelompok (Aggregated Data)

Analisis data kelompok atau data agregat dilakukan dengan cara

pemetaan berbasis area. Analisis ini merupakan metode yang konvensional

untuk merangkum data spasial berdasarkan angka statistik, batas administrasi,

maupun satuan unit. Metode ini dapat digunakan apabila banyak sampel atau

data kasus yang alamatnya tidak dapat ditemukan, atau hanya diketahui nilai

statistiknya saat pengumpulan data. Selain itu, pemetaan menggunakan data

kelompok juga digunakan apabila data penyakit dan atributnya (point data)

terlalu banyak sehingga terjadi overlapping symbols pada peta (Lai, et al.,

2009).

Dalam epidemiologi spasial, bentuk umum data agregat adalah hasil

perhitungan kasus penyakit dalam suatu wilayah dengan cara dijumlahkan

sehingga menghasilkan jumlah total kasus di setiap wilayah. Jumlah kasus

penyakit dapat juga difungsikan dengan ukuran populasi sehingga menjadi

data setimasi berupa prevalensi, incidence risk, ataupun incidence rate per

unit area (Pfeiffer, et al., 2008). Analisis data kelompok berbasis area dapat

dilakukan menggunakan autokorelasi spasial, yaitu untuk mengetahui

hubungan keterkaitan antara variabel yang diamati berdasarkan

keruangannya (spasial) (Lai, et al., 2009).

Page 53: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

36

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan secara teoritis pada subbab sebelumnya, maka dapat dibuat sebuah kerangka teori. Adapun kerangka teori

tersebut digambarkan pada Bagan 2.2 Berikut ini:

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Teori

Page 54: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

37

Berdasarkan Bagan 2.2, diketahui bahwa secara teoritis terdapat beberapa

faktor yang dapat berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak balita. Faktor

lingkungan di antaranya adalah akses air dan sanitasi layak yang dapat menjadi

sumber agen penyakit atau tempat berkembangbiaknya agen infeksius diare pada

balita seperti virus, bakteri maupun parasit. Faktor lingkungan lain yang

mempengaruhi perkembangan agen infeksius adalah suhu udara ambien, di mana

pada suhu tertentu dapat menjadi suhu optimal bagi perkembangan mikroorganisme.

Cuaca ekstrem seperti curah hujan yang tinggi juga dapat menimbulkan daerah

rawan banjir yang dapat mencemari sarana air bersih maupun sumber air minum.

Agen infeksius yang berkembang kemudian dapat mencemari makanan atau

minuman yang dikonsumsi oleh anak balita. Pencemaran tersebut dapat terjadi

secara langsung maupun melalui vektor pembawa kuman seperti lalat. Faktor

perilaku ibu balita khususnya kebiasaan mencuci tangan dan praktek mengolah

makanan dapat berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita. Perilaku tersebut

dapat mencemari makanan ataupun minuman yang dikonsumsi oleh anak balita.

Faktor lain juga dapat berdampak terhadap kejadian diare pada anak balita,

seperti status imunisasi, pemberian ASI eksklusif, dan status gizi balita. Status

imunisasi yang dimaksud adalah imunisasi campak, karena apabila anak balita

mengalami campak umumnya disertai dengan gejala diare. Adapun faktor lainnya

seperti status gizi dan ASI eksklusif memengaruhi imunitas pada anak balita

sehingga anak balita rentan terhadap diare. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi

juga oleh status sosial dan ekonomi keluarga balita.

Page 55: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dari keseluruhan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare

pada kerangka teori, tidak semua faktor dijadikan sebagai variabel dalam

penelitian ini. Adapun variabel dalam penelitian ini di antaranya adalah

prevalensi diare pada balita dengan faktor lingkungan meliputi akses air

minum layak, akses jamban sehat serta daerah rawan banjir. Variabel yang

diteliti dapat dilihat pada Bagan 3.1 berikut ini.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti, di antaranya adalah

faktor perilaku ibu (perilaku mencuci tangan dan praktek mengelola

makanan), faktor balita (status gizi, ASI eksklusif, dan imunisasi), serta faktor

sosial ekonomi (kemiskinan). Faktor perilaku ibu tidak diteliti karena tidak

tersedianya data kelompok (agregat) terkait perilaku mencuci tangan dan

praktek mengelola makanan oleh ibu balita, sementara dalam penelitian ini

data yang digunakan adalah data agregat. Adapun variabel status ekonomi

keluarga atau kemiskinan tidak diteliti dikarenakan pendataan sosial ekonomi

Page 56: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

39

tidak dilakukan setiap tahun, sehingga tidak ada variasi secara temporal.

Selain itu, faktor iklim juga tidak diteliti dikarenakan cakupan penelitian

hanya terbatas hanya di Kabupaten Serang, sementara pengambilan sampel

iklim oleh Stasiun Klimatologi hanya dilakukan pada satu titik mewakili satu

Kota/Kabupaten sehingga dikhawatirkan tidak terdapat variasi secara spasial.

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari setiap variabel yang akan diteliti dijabarkan

pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi OperasionalCaraUkur

Alat Ukur HasilSkalaukur

PrevalensiDiareBalita

Perbandingan jumlahkasus diare pada anakusia di bawah 5 tahun(0-4 tahun) yangdilaporkan kepadaDinkes KabupatenSerang denganjumlah seluruh anakbalita (0-4 tahun)yang ada diKabupaten Serangtahun 2013-2015.

ObservasiData

Sekunder

LaporanDinkesKabupatenSerang

0. Tinggi(Prevalensi ≥10%anak usia 0-4tahun)1. Rendah(Prevalensi <10%anak usia 0-4tahun)

Sumber:(Kemenkes RI,2008)

Ordinal

AksesJambanSehat

Besarnya aksesmasyarakat di setiapkecamatan terhadapjamban yangmemenuhi syaratkesehatanberdasarkan hasilpemeriksaan olehPuskesmas dandilaporkan kepadaDinkes KabupatenSerang tahun 2013-2015

ObservasiData

Sekunder

LaporanDinkesKabupatenSerang

0.Rendah (Alses<62,41%)

1.Tinggi (Akses ≥62,41%)

Sumber:(Kemenkes RI ,2013)

Ordinal

Page 57: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

40

Variabel Definisi OperasionalCaraUkur

Alat Ukur HasilSkalaukur

Akses airminumlayak

Besarnya akesterhadap sumber airminum padamasyarakat di setiapkecamatan yangberkualitas danmemenuhi syaratkesehatanberdasarkan hasilpemeriksaan olehPuskesmas dandilaporkan kepadaDinkes KabupatenSerang tahun 2013-2015

ObservasiData

Sekunder

LaporanDinkesKabupatenSerang

0.Rendah (Akses<68,87%)

1.Tinggi (Akses ≥68,87%)

Sumber:(Kemenkes RI ,2013)

Ordinal

DaerahRawanBanjir

Daerah Kecamatanyang memilikipotensi ataukerawanan terjadinyagenangan airberdasarkanperhitungan risikoterhadap bencanabanjir oleh BPBDKabupaten Serangtahun 2013-2015

ObservasiData

Sekunder

LaporanBPBDKabupatenSerang

0. Ya1. Tidak

Nominal

Page 58: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

41

BAB IV

METODE PENELITIAN

4 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi

ekologi berdasarkan tempat atau lokasi. Studi ini bersifat deskriptif dan dapat

disebut juga sebagai studi korelasi dengan populasi sebagai unit analisisnya

(unit analisis agregat). Selain itu, penelitian dengan desain ini menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari institusi terkait (Gerstman, 2003). Pada

penelitian ini, penyakit yang diteliti adalah kejadian diare pada balita,

sementara faktor risiko yang diteliti adalah akses air minum layak, akses

jamban sehat dan daerah rawan banjir.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai pada bulan

Oktober sampai dengan bulan Desember tahun 2016. Adapun lokasi

penelitian ini adalah seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Serang, Provinsi

Banten.

4.3 Populasi dan Sampel

Desain studi ekologi merupakan desain dengan unit analisis

merupakan data agregat, yaitu data yang mewakili populasi dari suatu

kelompok masyarakat sehingga tidak dilakukan pengambilan sampel.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah administratif

(kecamatan) di Kabupaten Serang. Dikarenakan adanya perubahan tata

Page 59: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

42

wilayah administratif, terdapat perbedaan jumlah kecamatan yang diamati

pada tahun 2013 dengan tahun 2014 dan 2015 yang dapat dilihat pada Tabel

4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Serang

No. Tahun Jumlah Kecamatan1. 2013 28 Kecamatan2. 2014 29 Kecamatan3. 2015 29 Kecamatan

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari institusi-institusi terkait. Adapun data yang dikumpulkan

berupa data spasial maupun data non spasial (data atribut). Data yang telah

terkumpul kemudian diolah dengan memanfaatkan sistem informasi

geografi sebagai tools dalam analisis. Adapun data-data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini tertera pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Jenis Data Penelitian

No. Data Jenis Data Sumber Data1. Peta digital Kabupaten Serang Spasial Badan Pusat Statistik

2. Prevalensi kasus diare balita Atribut Dinkes Kabupaten Serang

3. Akses Air Minum Atribut Dinkes Kabupaten Serang

4. Akses Jamban Sehat Atribut Dinkes Kabupaten Serang

5. Data daerah rawan banjir Atribut BPBD Kabupaten Serang

4.4.2 Cara Pengumpulan Data

Data yang diperoleh merupakan data yang dikumpulkan oleh

instansi yang menjadi sumber data. Adapun cara pengumpulan data yang

dilakukan oleh instansi terkait pada masing-masing variabel ditunjukkan

pada Tabel 4.3 berikut.

Page 60: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

43

Tabel 4.3 Cara Pengumpulan Data setiap Variabel

No. Variabel Cara Pengumpulan Data1. Prevalensi kasus diare Dinkes Kabupaten Serang mengumpulkan

data kasus diare dari Rumah Sakit sertalaporan Puskesmas dengan form W2 yangdisampaikan kepada Dinkes KabupatenSerang. Adapun kasus diare balita yangdilaporkan oleh puskesmas berasal dari hasilpemeriksaan pasien yang datang kePuskesmas serta laporan kasus dari kaderkesehatan di wilayah kerjanya.

2. Akses sumber air minum Pemegang program kesehatan lingkungandibantu dengan kader kesehatan di setiappuskesmas melakukan pemeriksaan kondisisanitasi perumahan menggunakan formulirpenilaian rumah sehat yang diberikan olehDinkes Kabupaten Serang. Formulir tersebuttelah mencakup penilaian terkait sumber airminum dan jumlah penggunanya sertajamban sehat dan jumlah penggunanya.Pemeriksaan sanitasi dan air minum inidilaksanakan setiap tahun satu kali dandilaporkan kepada Dinkes KabupatenSerang.

3. Akses Jamban sehat

4. Daerah rawan banjir Badan Penanggulangan Bencana Daerahperhitungan risiko banjir (risk) pada setiapkecamatan berdasarkan data riwayatkejadian banjir (bahaya/hazard), kerentananwilatah seperti kontur wilayah, kondisicuaca dan iklim, dan kondisi sosial ekonomimasyarakatnya (vulnerability), dandibandingkan dengan kapasitas masyarakatdalam penanganan bencana dan saranapencegah banjir (capacity).

4.5 Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan kemudian diolah dengan sekumpulan

proses hingga menghasilkan informasi yang bermakna.

i. Data structure: merupakan kegiatan mengembangkan struktur data sesuai

dengan analisis yang akan dilakukan dengan jenis software yang

digunakan.

Page 61: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

44

ii. Data entry: merupakan kegiatan memasukkan data ke dalam software

untuk kemudian dilakukan analisis.

iii. Data cleaning: merupakan kegiatan membersihkan data yang telah masuk.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengontrol kesalahan dalam memasukkan

data.

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel

yang diteliti. Analisis data yang dilakukan terhadap variabel jumlah kasus

diare, akses air minum layak, dan akses jamban sehat menggunakan

perhitungan persentase (%) kemudian dikategorikan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Adapun untuk variabel daerah rawan banjir dianalisis

dengan melakukan pengelompokkan daerah yang merupakan rawan

terhadap banjir dan tidak rawan terhadap banjir. Analisis data bersifat

deskriptif kuantitatif. Data disajikan dengan menggunakan tabel dan grafik.

4.6.2 Analisis Spasial

Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui distribusi masing-

masing variabel menggunakan teknik pemetaan dalam sistem informasi

geografi. Aplikasi yang digunakan untuk analisis spasial adalah aplikasi

opensource atau yang dapat diakses secara terbuka, yaitu Quantum GIS

versi 2.14-Essen Adapun teknik yang digunakan adalah overlay yaitu

melakukan penumpukan layer shapefile dari setiap variabel. Analisis data

spasial dalam SIG dilakukan berdasarkan tahapan yang dimulai dari desain

Page 62: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

45

basis data hingga menghasilkan suatu informasi yang baru berbentuk peta

melalui tahapan seperti pada berikut ini:

1) Pengelolaan basis data

Basis data dalam penelitian ini terdiri dari data spasial berupa peta

administrasi Kabupaten Serang dalam bentuk shapefile (.shp), serta

data atribut berupa data kasus diare balita, akses air minum, akses

jamban sehat, dan daerah rawan banjir dalam bentuk tabel. Tahapan

dalam pengelolaan basis data adalah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan kode unik yang dapat digunakan pada data atribut

dan data spasial. Adapun kode unik pada penelitian ini adalah

nama kecamatan.

b. Menyimpan data atribut dalam format Comma delimited (.csv)

2) Penggabungan data (join data)

Penggabungan data yang dimaksud adalah menggabungkan data

atribut dan data spasial dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memulai aplikasi Quantum GIS versi 2.14-Essen

b. Menambahkan data spasial berupa shapefile peta administrasi

wilayah dengan menekan icon dan menambahkan

data atribut dengan menekan icon

c. Setelah data tersebut ditambahkan, akan muncul nama-nama

data yang ditambahkan pada panel layer. Klik dua kali pada

nama data yang berjenis shapefile, kemudian akan muncul menu

pengaturan layer.

Page 63: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

46

d. Memilih menu Join, kemudian tekan icon untuk

menambahkan data atribut yang akan digabungkan dengan data

shapefile.

e. Memilih nama file data atribut pada pilihan join layer, kamudian

pilih kode unik pada pilihan join field dan target field yang

dalam penelitian ini merupakan nama kecamatan.

f. Setelah data spasial dan data atribut digabungkan, akan

terbentuk shapefile atau layer yang di dalamnya terdapat data

atribut.

3) Pemberian warna (kalsifikasi data)

Untuk melakukan analisis, perlu dilakukan klasifikasi data atribut

karena data yang didapatkan berupa data dengan skala rasio. Hasil

klasifikasi data setiap variabel akan ditunjukkan pada tampilan peta

shapefile melalui perbedaan warna dengan tahapan sebagai berikut:

a. Klik dua kali pada layer atau shapefile yang akan dianalisis pada

panel layer, kemudian memilih menu style.

b. Memilih jenis pewarnaan Graduated, kemudian memilih

variabel yang akan dianalisis, serta menentukan jumlah kelas

dan cut off point yang digunakan untuk setiap kelas. Untuk

variabel dengan skala ukur nominal (daerah rawan banjir) jenis

pewarnaan menggunakan pilihan Categorized.

c. Tampilan hasil klasifikasi kemudian ditunjukkan dengan gradasi

warna. Untuk kecamatan dengan klasifikasi prevalensi diare

balita, akses jamban sehat, akses air minum yang tinggi serta

Page 64: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

47

daerah rawan banjir akan diberikan warna yang lebih gelap,

sementara untuk kecamatan dengan klasifikasi prevalensi diare

balita, akses jamban sehat, akses air minum yang rendah serta

bukan daerah rawan banjir akan diberikan warna yang lebih

terang.

4) Overlay

Overlay merupakan cara dalam operasi spasial dengan

menggabungkan layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan

informasi baru (KEMENRISTEK RI, 2013). Data spasial yang

sudah memiliki klasifikasi kemudian divisualisasikan dengan cara

menumpuk layer pada beberapa variabel yang akan dianalisis.

5) Layout

Peta yang sudah dianalisis menggunakan overlay kemudian dicetak

dalam tampilan peta yang berisi judul, gambar peta hasil analisis,

serta keterangan pada peta dengan dilakukan layout terlebih dahulu.

Peta yang sudah dilayout kemudian dicetak dalam bentuk file jpg.

4.7 Penyajian Data

Data yang telah diperoleh akan disajikan dalam berbagai bentuk

sesuai dengan jenisnya. Data atribut (non spasial) akan disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik. Adapun data yang berbentuk sata spasial akan

disajikan dalam bentuk peta.

Page 65: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

48

BAB V

HASIL PENELITIAN

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

5.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Serang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Banten

yang terletak di ujung bagian utara Pulau Jawa. Secara geografis, wilayah

Kabupaten Serang terletak pada titik koordinat 5°50’ sampai dengan 6°21’

Lintang Selatan dan 105°0’ sampai dengan 106°22’ Bujur Timur. Adapun

letak dan wilayah administrasi Kabupaten Serang dapat dilihat pada Peta

5.1 berikut ini.

Peta 5.1 Letak dan Batas Administrasi Kabupaten Serang

Sumber: BPBD Kabupaten Serang

Page 66: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

49

Berdasarkan Peta 5.1 juga dapat dilihat bahwa secara geografis

Kabupaten Serang berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut:

a. Sebelah utara: berbatasan dengan Laut jawa, Kota Cilegon, dan

Kota Serang

b. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

c. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan

Kabupaten Pandeglang

d. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda

Kabupaten Serang menjadi salah satu daerah penyangga Ibukota

Negara karena posisinya hanya berjarak ± 70 km dari DKI Jakarta. Selain

itu, Kabupaten Serang juga merupakan pintu gerbang atau transit

perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

5.1.2 Luas Wilayah

Wilayah Kabupaten Serang berdasarkan administrasinya terbagi

menjadi 28 kecamatan dan kemudian sejak tahun 2014 terdapat perubahan

tata wilayah menjadi 29 Kecamatan. Terdapat penambahan kecamatan yaitu

kecamatan Lebak Wangi yang terdiri dari 10 desa. Desa-desa tersebut

sebelumnya merupakan bagian dari Kecamatan Pontang, Kecamatan

Tirtayasa, dan Kecamatan Carenang.

Kabupaten Serang memiliki luas wilayah secara keseluruhan seluas

1.467,35 km2. Kecamatan Cinangka menjadi kecamatan terluas yang terdiri

dari 14 Desa dengan luas 111,47 km2 sementara Kecamatan Bandung

menjadi kecamatan dengan luas terendah yaitu 25,18 km2 dan terdiri dari 8

Page 67: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

50

Desa. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Serang termasuk dalam

klasifikasi wilayah perdesaan. Kabupaten Serang terdiri dari 326 Desa, 72

di antaranya merupakan wilayah perkotaan dan 254 sisanya merupakan

wilayah perdesaan. Berdasarkan penggunaannya, sebagian besar luas lahan

di Kabupaten Serang merupakan persawahan (41,33%) dan kebun

campuran (22,59%), sementara hanya 8,53% wilayah yang dijadikan

sebagai daerah perkampungan serta 0,36% wilayah yang dijadikan sebagai

perumahan.

5.1.3 Keadaan Alam

Sebagian besar wilayah Kabupaten Serang berdasarkan keadaan

topografinya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata

daerahnya adalah 25,66 meter di atas permukaan laut (mdpl). Terdapat

daerah pantai yang membentang di Pantai Utara Laut Jawa dan di Pantai

Selat Sunda. Lebih dari 97,5% wilayah Kabupaten Serang berada pada

ketinggian kurang dari 500 mdpl. Sebagian kecil daerah di Kabupaten ini

merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai 1.778 mdpl

yang berada di Puncak Gunung Karang bertepatan di sebelah selatan

perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Kabupaten Serang juga

memiliki 17 pulau kecil yang berada di sekitar Laut Jawa dan Selat Sunda.

Beberapa kecamatan yang memiliki pulau kecil di antaranya adalah

Kecamatan Tirtayasa, Kecamatan Pontang, Kecamatan Anyar, dan

Kecamatan Pulo Ampel.

Berdasarkan keadaan hidrologisnya, Kabupaten Serang dialiri oleh

tiga sungai besar yang merupakan sungai lintas provinsi, yaitu Sungai

Page 68: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

51

Ciujung, Sungai Cidurian, dan Sungai Cidanau. Sungai terpanjang dan

terbesar yang ada di wilayah ini adalah sungai Ciujung dengan panjang

56,625 km. Terdapat beberapa kecamatan yang merupakan daerah aliran

sungai (DAS) tersebut yang dapat dilihat pada peta 5.2. Masyarakat yang

tinggal di DAS tersebut umumnya memanfaatkan air sungai untuk

keperluan irigasi dan ada juga memanfaatkan air sungai sebagai sumber air

bersih seperti masyarakat di Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa, dan

Kecamatan Tanara.

Peta 5.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Serang

Sumber air permukaan yang ada di Kabupaten Serang tidak hanya

berupa sungai tetapi juga berupa waduk dan situ, di antaranya adalah Waduk

Ciukur, Jakung, Ciwaka, Cicinta, Krenceng, Rawa Danau, dan Situ

Page 69: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

52

Tasikardi. Situ Rawa Danau merupakan salah satu situ yang terluas

mencapai 1.300 ha yang berada di perbatasan wilayah Kecamatan Mancak,

Padarincang, dan Gunung Sari. Kabupaten Serang merupakan daerah yang

beriklim tropis dengan curah hujan dan hari hujan yang cukup tinggi seperti

yang ditunjukkan pada grafik 5.1 dan grafik 5.2 berikut ini.Grafik 5.1 Curah Hujan Rata-Rata di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015

Grafik 5.2 Jumlah Hari Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Serang Tahun2013-2015

0

5

10

15

20

25

CURA

H HU

JAN

(MM

)

BULAN

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Sumber: Kabupaten Serang dalam Angka

0

5

10

15

20

25

30

JUM

LAH

HARI

HUJ

AN (H

ARI)

BULAN

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Sumber: Kabupaten Serang dalam Angka

Page 70: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

53

Curah hujan rata-rata secara keseluruhan dari tahun 2013 sampai

dengan tahun 2015 adalah 8 mm perbulannya dengan lama hujan 12 hari

setiap bulan. Berdasarkan grafik 5.1, curah hujan tinggi di Kabupaten

Serang umumnya terjadi pada pertengahan hinga akhir tahun. Sementara

pada grafik 5.2 menunjukkan bahwa jumlah hari hujan cenderung lebih

banyak di awal tahun hingga pertengahan tahun. Adapun suhu rata-rata

udara ambien di Kabupaten Serang berkisar antara 23,4℃ - 31,48℃ serta

kelembaban relatif 81%.

5.1.4 Kependudukan

Kabupaten Serang merupakan wilayah dengan populasi penduduk

tertinggi ke empat di Provinsi Banten. Jumlah penduduk Kabupaten Serang

hingga tahun 2015 mencapai 1.474.301 jiwa yang terdiri dari 50,72% laki-

laki dan 49,28% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penduduk

dengan jumlah populasi tertinggi adalah anak-anak (5-9 tahun) (10,17%)

dan balita (0-4 tahun) (10,14%). Tingkat kepadatan penduduknya adalah

1.005 penduduk per kilometer persegi dengan rata-rata setiap rumahtangga

terdiri dari 4 orang. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah

Kecamatan Cikande (96,511 jiwa) dan kecamatan dengan jumlah penduduk

terendah adalah Kecamatan Gunungsari (20.343 jiwa). Adapun berdasarkan

luas wilayahnya, Kecamatan Ciruas yang merupakan ibukota Kabupaten

memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi (2.170 jiwa/km2).

5.1.5 Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan yang dapat diakses oleh masyarakat di Kabupaten

Serang terdiri dari Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Page 71: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

54

Kabupaten, Apotek, Praktek Dokter dan Balai Obat. Terdapat 31 Puskesmas

Umum di Wilayah tersebut, dengan masing-masing Kecamatan memiliki satu

Puskesmas kecuali Kecamatan Kopo dan Kragilan yang memiliki 2

Puskesmas Umum. Setiap Puskesmas juga memiliki Puskesmas Pembantu

(Pustu) berjumlah 48 yang tersebar di sebagian besar wilayah kerja

Puskesmas umum. Namun, terdapat beberapa Kecamatan yang tidak

memiliki Pustu, di antaranya adalah Kecamatan Gunung Sari, Kecamatan

Kopo, dan Kecamatan Binuang.

Selain Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana kesehatan lainnya,

terdapat fasilitas kesehatan lain yang dapat diakses oleh masyarakat

khususnya untuk pelayanan anak balita (0-4 tahun) yaitu Posyandu dan

Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Jumlah Posyandu di Kabupaten Serang

yang tersebar di setiap wilayah kerja Puskesmas adalah 1.529 Posyandu

dengan jumlah kader sebanyak 7.524 orang. Adapun jumlah Poskesdes di

Kabupaten Serang sebanyak 105 Poskesdes yang tersebar hampir di seluruh

kecamatan selain Kecamatan Tanara, Kecamatan Lebak Wangi, dan

Kecamatan Kibin.

5.2 Gambaran Kasus Diare Balita di Kabupaten Serang

Hasil penelitian yang sudah dilaksanakan menunjukkan informasi

terkait perkembangan kasus diare pada anak balita (0-4 tahun) di Kabupaten

Serang tahun 2013-2015. Jumlah kasus diare pada anak balita ini diperoleh

berdasarkan laporan pencatatan oleh sarana kesehatan (Puskesmas) beserta

laporan oleh kader kesehatan. Data jumlah kasus tersebut kemudian

dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Serang secara berkala (setiap

Page 72: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

55

3 bulan) oleh petugas Puskesmas. Adapun distribusi frekuensi kasus diare

pada anak balita tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Prevalensi Kasus Diare pada Anak Balita diKabupaten Serang Tahun 2013-2015

TahunPrevalensi (%)

Kabupaten Serang Min Kecamatan Maks Kecamatan2013 14,44 4,72 Pulo Ampel 44,76 Bandung2014 11,69 3,92 Lebak Wangi 18,22 Cikande2015 11,44 4,42 Lebak Wangi 19,53 Tirtayasa

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa angka prevalensi diare tertinggi

selama tiga tahun terakhir terjadi di Kecamatan Bandung (2013),

Kecamatan Cikande (2014), dan Kecamatan Tirtayasa (2015). Sementara

itu, angka prevalensi diare balita terendah hanya terjadi di dua kecamatan

yaitu Kecamatan Pulo Ampel (2013) dan Kecamatan Lebak Wangi (2014

dan 2015). Secara temporal, jumlah kasus diare pada anak balita dapat

dilihat pada Grafik berikut ini.

Grafik 5.3 menunjukkan bahwa secara temporal, tidak terbentuk

pola yang sama pada kasus diare balita setiap tahunnya. Pada tahun 2013,

terlihat jelas bahwa kasus diare balita lebih banyak di awal tahun, namun

pada tahun 2014 dan tahun 2015 pola peningkatan kasus diare balita tidak

0500

100015002000250030003500

Jum

lah

Kasu

s Dia

re

Bulan

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Grafik 5.3 Jumlah Kasus Diare Balita Berdasarkan Bulan diKabupaten Serang Tahun 2013-2015

Page 73: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

56

terlalu terlihat perbedaannya. Namun, secara keseluruhan, Tabel 5.1 dan

grafik 5.3 juga menunjukkan bahwa secara temporal kejadian diare balita di

Kabupaten Serang mengalami penurunan sejak tahun 2013 hingga tahun

2015. Meskipun mengalami penurunan angka kejadian, namun kasus diare

balita masih tergolong tinggi karena melebihi angka perkiraan kasus yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Target yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan

(Kepmenkes) No. 828 Tahun 2008 untuk penemuan dan pelayanan kasus

diare adalah 10% dari jumlah populasi yang berisiko, yang dalam penelitian

ini adalah anak balita berusia 0-4 tahun yang terlampir pada lampiran 1.

Berdasarkan Kepmenkes tersebut, dapat dikatakan apabila angka prevalensi

kasus diare telah melebihi angka 10% maka dapat dikategorikan sebagai

kasus diare yang tergolong tinggi (Irianti, et al., 2014). Adapun jumlah

kecamatan yang termasuk dalam kategori prevalensi tinggi ditunjukkan

pada grafik 5.4 berikut.

Grafik 5.4 Distribusi Jumlah Kecamatan di Kabupaten Serang BerdasarkanPrevalensi Kasus Diare Balita Tahun 2013-2015

21 2119

7 810

0

5

10

15

20

25

2013 2014 2015

JUM

LAH

KECA

MAT

AN

TAHUNPrevalensi Tinggi (≥10%) Prevalensi Rendah (<10%)

Page 74: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

57

Grafik 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar kecamatan di

Kabupaten Serang termasuk dalam kategori prevalensi diare balita tinggi

sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Berdasarkan jumlahnya,

hampir tidak ada perbedaan jumlah kecamatan yang memiliki prevalensi

diare balita pada tiga tahun terakhir. Adapun distribusi diare balita dengan

prevalensi tinggi berdasarkan wilayah kecamatan dapat dilihat pada Peta 5.3

berikut ini.

Peta 5.3 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita di Kabupaten Serang Tahun2013-2015

Page 75: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

58

Peta 5.3 menunjukkan bahwa wilayah kecamatan yang ditandai

dengan warna merah merupakan kecamatan yang memiliki prevalensi diare

balita tinggi lebih dari 10% dari jumlah keseluruhan balita seperti yang

terlampir pada lampiran 1. Adapun kecamatan yang ditandai dengan warna

merah pudar merupakan kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita

rendah. Berdasarkan Peta 5.3 juga dapat diketahui bahwa daerah yang

memiliki prevalensi diare balita tinggi hampir tersebar di seluruh bagian

Kabupaten Serang.

Secara spasial, lokasi daerah dengan prevalensi diare balita tinggi

juga cenderung berdekatan dengan daerah lainnya yang memiliki prevalensi

diare balita tinggi. Selain itu, jika diperhatikan, daerah dengan diare balita

tinggi banyak berada di kecamatan yang termasuk sebagai daerah aliran

sungai-sungai utama (DAS), yaitu di wilayah bagian timur Kabupaten

Serang (DAS Ciujung-Cidurian) dan wilayah bagian barat Kabupaten

Serang (DAS Cidanau).

Secara temporal, dapat dilihat bahwa sebaran kecamatan dengan

prevalensi diare balita tinggi cenderung berkurang dari tahun 2013 sampai

dengan tahun 2015 meskipun tidak terlalu signifikan. Selain itu, terdapat

beberapa kecamatan yang selalu memiliki angka kejadian balita tinggi

selama tiga tahun terakhir, di antaranya adalah Kecamatan Tirtayasa,

Pontang, Tanara, Bojonegara, Carenang, Cinangka, Padarincang, Pabuaran,

Tanjung Teja, Pamayaran, Jawilan, Bandung, Cikande, Kibin, dan Kragilan.

Sebaliknya, hanya ada 3 kecamatan yang selalu memiliki angka prevalensi

Page 76: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

59

diare balita rendah dalam tiga tahun terakhir, yaitu Kecamatan Ciruas,

Kecamatan Kopo, dan Kecamatan Lebak Wangi.

Pada tahun 2013, hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Serang

termasuk daerah dengan prevalensi diare balita tinggi, yaitu sebanyak 21

kecamatan. Daerah-daerah tersebut secara spasial tersebar merata di seluruh

bagian wilayah Kabupaten Serang. Selain itu juga terdapat 7 kecamatan

yang merupakan daerah dengan prevalensi diare balita rendah, di antaranya

adalah Kecamatan Pulo Ampel, Anyar, Mancak, Ciruas, Cikeusal, Binuang,

dan Kopo.

Pada tahun 2014, jumlah kecamatan dengan prevalensi diare balita

yang tinggi tidak jauh berbeda dengan tahun 2013, namun terdapat perbedaan

pada sebaran kasusnya. Beberapa kecamatan mengalami peningkatan angka

kejadian diare balita dari yang sebelumnya rendah (<10%) menjadi tinggi

(≥10%) di antaranya adalah Kecamatan Pulo Ampel, Kecamatan Anyar, dan

Kecamatan Mancak. Sebaliknya, juga terdapat kecamatan yang mengalami

penurunan angka kejadian diare balita hingga tergolong sebagai kecamatan

dengan prevalensi diare rendah, di antaranya adalah Kecamatan Waringin

Kurung, Kecamatan Gunung Sari, Kecamatan Ciomas, dan Kecamatan Petir.

Selain itu, terdapat kecamatan yang baru terbentuk yaitu Kecamatan Lebak

Wangi yang memiliki prevalensi diare rendah, sehingga jumlah kecamatan

dengan diare balita rendah bertambah.

Pada tahun 2015, jumlah kecamatan dengan angka kejadian diare

balita tinggi mengalami penurunan. Beberapa kecamatan mengalami

penurunan angka kejadian diare balita dari yang sebelumnya tinggi (≥10%)

Page 77: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

60

menjadi rendah (<10%) di antaranya adalah Kecamatan Baros, Kecamatan

Kramat Watu, Kecamatan Pulo Ampel, serta Kecamatan Anyar. Selain itu

juga terdapat beberapa kecamatan yang mengalami peningkatan prevalensi

diare balita, di antaranya adalah Kecamatan Ciomas dan Kecamatan

Waringin Kurung yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.3 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Air Minum Layak

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan informasi

terkait akses masyarakat terhadap air minum yang berkualitas dan memenuhi

syarat kesehatan (layak) di Kabupaten Serang tahun 2013-2015. Data tersebut

didapatkan dari pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh petugas sanitarian

Puskesmas dan Pustu serta dibantu oleh kader kesehatan yang sudah terlatih

dengan cara melakukan pemeriksaan ke rumah penduduk, wawancara, serta

pengambilan sampel air minum dari sumber yang digunakan. Data yang

dikumpulkan oleh petugas Puskesmas tersebut kemudian dilaporkan kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten Serang secara rutin. Adapun distribusinya dapat

dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Distribusi Persentase Akses Air Minum pada Masyarakat diKabupaten Serang Tahun 2013-2015

TahunAkses Air Minum (%)

KabupatenSerang Min Kecamatan Maks Kecamatan

2013 67,03 47,63 Cinangka 88,17 Kramat Watu2014 74,49 51,53 Pulo Ampel 92,5 Kragilan2015 73,00 46,91 Lebak Wangi 90,29 Kramat Watu

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap air

minum yang di Kabupaten Serang mengalami peningkatan dari tahun 2013

hingga tahun 2014, namun mengalami penurunan pada tahun 2015.

Page 78: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

61

Terdapat dua kecamatan dengan akses air minum tertinggi, yaitu Kecamatan

Kramat Watu (tahun 2013 dan 2015) dan Kecamatan Kragilan (2014).

Adapun kecamatan dengan persentase akses air minum terendah yaitu

Kecamatan Cinangka (2013), Kecamatan Pulo Ampel (2014) dan

Kecamatan Lebak Wangi (2015).

Target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia terhadap

akses air minum pada masyarakat adalah 68,87%. Target ini dibuat dalam

rangka menurunkan proporsi penduduk tanpa akses air minum layak yang

mengacu pada pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) hingga

tahun 2015 (Kemenkes RI , 2013). Berdasarkan target tersebut, maka

kecamatan dengan persentase akses air minum yang sudah mencapai angka

68,87% dikategorikan sebagai daerah dengan akses air minum tinggi,

sementara kecamatan yang belum mencapai akses air minum 68,87%

dikategorikan sebagai daerah dengan akses air minum rendah.

Berdasarkan target yang telah ditetapkan, maka persentase akses air

minum di Kabupaten Serang pada tahun 2013 masih termasuk dalam

kategori rendah, namun terjadi peningkatan pada tahun 2014. Peningkatan

akses air minum tersebut menjadikan Kabupaten Serang secara keseluruhan

telah memenuhi target sehingga termasuk dalam akses air minum yang

tinggi. Meskipun pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan, namun

masih melebihi target Pemerintah. Adapun jumlah kecamatan yang telah

memenuhi target akses masyarakat terhadap akses air minum layak dapat

dilihat pada grafik 5.5 berikut ini.

Page 79: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

62

Grafik 5.5 Distribusi Jumlah Kecamatan Berdasarkan Akses Air Minum diKabupaten Serang Tahun 2013-2015

Grafik 5.5 menunjukkan bahwa jumlah kecamatan yang telah

memenuhi target akses air minum pada masyarakat mengalami peningkatan

sejak tahun 2013 hingga tahun 2015. Pada tahun 2013, Kecamatan dengan

akses air minum rendah lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan yang

memiliki akses air minum tinggi. Sementara pada tahun berikutnya, seiring

dengan peningkatan persentase akses air minum yang ditunjukkan pada

tabel 5.2, jumlah kecamatan yang memiliki akses air minum tinggi juga

semakin bertambah. Adapun sebaran akses air minum pada masyarakat di

Kabupaten Serang berdasarkan wilayah kecamatan dapat dilihat pada peta

5.4 berikut ini.

15

12 1213

17 17

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2013 2014 2015

JUM

LAH

KECA

MAT

AN

TAHUNRendah (<68,87%) Tinggi (≥68,87%)

Page 80: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

63

Peta 5.4 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita Berdasarkan Akses AirMinum Layak di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015

Peta 5.4 menunjukkan bahwa daerah kecamatan yang berwarna

cokelat merupakan kecamatan yang memiliki akses air minum tinggi,

sementara daerah kecamatan yang berwarna kuning merupakan kecamatan

yang memiliki akses air minum rendah. Secara spasial, daerah yang memiliki

akses rendah terhadap air minum layak tersebar di beberapa wilayah bagian

utara dan selatan Kabupaten Serang. Selain itu, jika diperhatikan, daerah

dengan akses air minum rendah cenderung berdekatan dengan daerah lainnya

yang memiliki akses air minum rendah.

Page 81: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

64

Secara temporal, daerah dengan akses air minum rendah berkurang

dari tahun 2013 hingga tahun 2015. Terdapat beberapa kecamatan yang selalu

memiliki akses air minum rendah, yaitu Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara,

Pontang, Tirtayasa, Tanara, Pabuaran, Baros, Cikeusal, dan Bandung.

Hampir seluruh daerah kecamatan yang memiliki akses air minum yang

rendah juga memiliki angka prevalensi diare balita yang tinggi selama tiga

tahun terakhir, kecuali Kecamatan Baros dan Kecamatan Cikeusal.

Pada tahun 2013, sebagian besar kecamatan dengan akses air minum

rendah memiliki angka prevalensi diare balita tinggi. Hal ini ditunjukkan dari

28 jumlah kecamatan yang diamati, terdapat 15 kecamatan yang memiliki

akses air minum rendah atau memiliki persentase kurang dari 68,87%.

Apabila dibandingkan dengan angka prevalensi diare balita, dari 15

kecamatan yang memiliki akses air minum rendah, terdapat 13 kecamatan

yang memiliki angka prevalensi diare balita tinggi.

Pada tahun 2014, sebagian besar kecamatan dengan akses air minum

rendah juga memiliki angka prevalensi diare balita yang tinggi meskipun

jumlah kecamatan dengan akses air minum rendah berkurang dari tahun

sebelumnya. Hal ini karena terdapat kecamatan yang sebelumnya memiliki

akses air minum rendah menjadi tinggi, di antaranya adalah Kecamatan

Gunung Sari, Kecamatan Tanung Teja, dan Kecamatan Pamarayan.Secara

keseluruhan, jumlah kecamatan yang diamati pada tahun 2014 bertambah dari

sebelumnya menjadi 29 kecamatan. Dari 29 kecamatan yang diamati, terdapat

12 kecamatan dengan akses air minum rendah dan 11 kecamatan di antaranya

memiliki angka prevalensi diare balita yang tinggi.

Page 82: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

65

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2015 sebagian

besar kecamatan yang memiliki akses air minum tinggi justru memiliki angka

prevalensi diare yang rendah. Dari 29 kecamatan yang diamati, terdapat 12

kecamatan yang memiliki akses air minum yang rendah, dan di antaranya

hanya 7 kecamatan yang memiliki angka prevalensi diare balita yang tinggi.

Terdapat kecamatan yang sebelumnya memiliki persentase akses air minum

rendah menjadi tinggi pada tahun 2015 namun angka prevalensi diare balita

masih tetap tinggi, yaitu Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Padarincang.

5.4 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Jamban Sehat

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan informasi

terkait akses sanitasi layak (jamban sehat) pada masyarakat di Kabupaten

Serang Tahun 2014-2015. Data akses jamban sehat pada tahun 2013 tidak

digunakan karena adanya perbedaan kriteria dalam penilaian akses jamban

sehat dengan tahun-tahun setelahnya, sehingga tidak dapat dilakukan

perbandingan. Selain itu, kriteria yang digunakan dalam penilaian akses

jamban sehat pada tahun 2013 juga tidak sesuai dengan definisi operasional

dalam penelitian ini.

Pada tahun 2013, kriteria dalam penilaian jamban sehat hanya sebatas

ketersediaan jamban (ada dan tidak ada) berdasarkan jenis jamban yang

termasuk jamban sehat di setiap rumah tangga. Pada tahun 2014 dan 2015,

kriteria jamban sehat juga mencakup jenis jamban yang digunakan sesuai

kriteria Joint Monitoring Program WHO (improved dan unimproved) yaitu

terdiri dari jamban leher angsa yang dihalirkan melalui sewer terpusat,

jamban leher angsa yang memiliki tangki septik untuk saluran air limbahnya,

Page 83: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

66

jamban cubluk dengan ventilasi dan dudukan, serta jamban kompos. Selain

itu juga terdapat aspek jumlah pengguna (anggota keluarga yang

menggunakan jamban improved) dalam satu keluarga.

Jamban Sehat merupakan indikator yang digunakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Serang untuk mengukur akses sanitasi layak pada

masyarakat. Data tersebut didapatkan dari pemeriksaan rutin yang dilakukan

oleh petugas sanitarian Puskesmas dan Pustu serta dibantu oleh kader

kesehatan yang sudah terlatih dengan cara melakukan pemeriksaan ke rumah

penduduk dan melakukan wawancara. Data yang dikumpulkan oleh petugas

Puskesmas tersebut kemudian dilaporkan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Serang secara rutin. Adapun distribusinya dapat dilihat pada tabel

5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Distribusi Persentase Akses Jamban Sehat pada Masyarakat diKabupaten Serang Tahun 2013-2015

TahunAkses Jamban Sehat (%)

Kabupaten Serang Min Kecamatan Maks Kecamatan2014 63.6 37.5 Lebak Wangi 88.2 Tanjung Teja2015 63 40.21 Lebak Wangi 88.65 Pabuaran

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa persentase akses masyarakat

terhadap jamban sehat di Kabupaten Serang hampir tidak mengalami

perbedaan dari tahun 2014 hingga tahun 2015. Kecamatan dengan akses

jamban sehat tertinggi berada di Kecamatan Tanjung Teja (2014) dan

Kecamatan Pabuaran (2015). Sementara itu hanya terdapat satu kecamatan

yang memiliki akses jamban sehat terendah, yaitu Kecamatan Lebak Wangi

(2014 dan 2015).

Page 84: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

67

Target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia terhadap

akses sanitasi layak pada masyarakat adalah 62,41%. Target ini dibuat

dalam rangka menurunkan proporsi penduduk tanpa akses sanitasi layak

(jamban sehat) yang mengacu pada pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium (MDGs) hingga tahun 2015 (Kemenkes RI , 2013). Berdasarkan

target tersebut, maka daerah dengan persentase akses sanitasi layak yang

sudah memenuhi target dikategorikan sebagai daerah dengan akses sanitasi

layak tinggi, sementara daerah yang belum memenuhi target dikategorikan

sebagai daerah dengan akses sanitasi layak rendah.

Berdasarkan target tersebut, maka pada dasarnya akses sanitasi

layak yang dalam hal ini adalah akses masyarakat terhadap jamban sehat

pada masyarakat di Kabupaten serang sejak tahun 2014 sampai dengan 2015

sudah tergolong tinggi. Meskipun begitu, namun masih banyak wilayah

berdasarkan kecamatan yang belum memenuhi target akses air jamban sehat

yang diharapkan. Adapun jumlah kecamatan yang telah memenuhi target

akses masyarakat terhadap jamban sehat dapat dilihat pada grafik 5.6

berikut ini.

Grafik 5.6 Distribusi Jumlah Kecamatan Berdasarkan Akses JambanSehat di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015

22 22

7 7

0

5

10

15

20

25

2014 2015

JUM

LAH

KECA

MAT

AN

TAHUNRendah (< 62.41) Tinggi (≥ 62.41)

Page 85: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

68

Grafik 5.6 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jumlah

kecamatan yang telah memenuhi target akses jamban sehat pada masyarakat

sejak tahun 2014 hingga tahun 2015. Adapun sebaran akses jamban sehat

pada masyarakat di Kabupaten Serang berdasarkan wilayah kecamatan

dapat dilihat pada peta 5.5 berikut ini.

Peta 5.5 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita Berdasarkan Akses JambanSehat di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015

Peta 5.5 menunjukkan bahwa daerah kecamatan yang berwarna hijau

muda merupakan kecamatan yang memiliki akses rendah terhadap jamban

Page 86: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

69

sehat, sementara daerah kecamatan yang berwarna hijau tua merupakan

kecamatan yang memiliki akses jamban sehat yang tinggi. Secara spasial,

tidak ada perbedaan sebaran daerah dengan akses jamban sehat rendah antara

tahun 2014 dah tahun 2015. Selain itu, daerah dengan akses jamban sehat

rendah cenderung berdekatan dengan daerah lainnya yang memiliki akses

jamban sehat rendah. .

Sebagian besar kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita

tinggi tersebar di daerah yang memiliki akses jamban sehat rendah.

Kecamatan yang diamati pada untuk variabel akses jamban sehat pada tahun

2014 dan tahun 2015 berjumlah 29 kecamatan dan terdapat 22 kecamatan

yang masih memiliki akses jamban sehat yang rendah. Dari 22 kecamatan

yang memiliki akses jamban sehat rendah, pada tahun 2014 terdapat 14

kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita tinggi, dan pada tahun 2015

terdapat 13 kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita tinggi.

5.5 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Daerah Rawan Banjir

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan informasi

terkait daerah kecamatan rawan banjir di Kabupaten Serang Tahun 2013-

2015. Banjir merupakan salah satu bencana yang cukup sering terjadi di

Kabupaten Serang pada bulan-bulan tertentu, umumnya saat curah hujan dan

jumlah hari hujan yang tinggi. Berdasarkan laporan data kejadian bencana,

banjir di Kabupaten Serang lebih banyak terjadi di awal tahun dan akhir tahun.

Banjir pada tahun 2013 terjadi pada bulan Januari dan April, sementara pada

tahun 2014 terjadi pada bulan Januari, Februari, Juli, November, dan

Page 87: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

70

Desember. Adapun kejadian banjir pada tahun 2015 lebih banyak Januari,

Februari, Maret, dan Desember.

Daerah rawan banjir ditetapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Serang berdasarkan perhitungan risiko terhadap

kejadian banjir setiap tahunnya. Pehitungan risiko banjir dilakukan dengan

cara membandingkan jumlah kejadian banjir di tahun tersebut dikalikan

dengan perbandingan besarnya kerentanan dengan kapasitas wilayah tersebut.

Adapun distribusinya dapat dilihat pada grafik 5.7 berikut ini.

Grafik 5.7 Distribusi Jumlah Kecamatan Berdasarkan Daerah Rawan Banjir diKabupaten Serang Tahun 2013-2015

Grafik 5.7 menunjukkan bahwa jumlah kecamatan yang telah

ditetapkan sebagai daerah rawan banjir oleh BPBD Kabupaten Serang

mengalami fluktuasi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun

2013, jumlah kecamatan yang dinyatakan rawan banjir adalah 13 kecamatan,

lebih sedikit dari kecamatan yang tidak rawan terhadap banjir. Pada tahun

berikutnya, kecamatan yang dinyatakan rawan terhadap banjir berkurang

jumlahnya meskipun tidak terlalu berbeda dengan tahun berikutnya. Hingga

1311

1315

1816

0

5

10

15

20

2013 2014 2015

JUM

LAH

KECA

MAT

AN

TAHUN

Rawan Banjir Tidak Rawan Banjir

Page 88: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

71

tahun 2015, daerah yang ditetapkan sebagai daerah rawan banjir kembali

mengalami peningkatan. Adapun sebarannya dapat dilihat pada peta 5.6

berikut ini.

Peta 5.6 Perkembangan Spasial Prevalensi Diare Balita Berdasarkan Daerah RawanBanjir di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015

Peta 5.6 menunjukkan bahwa daerah kecamatan yang berwarna

cokelat merupakan kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah rawan banjir,

sementara daerah kecamatan yang berwarna cokelat muda merupakan

kecamatan yang tidak menjadi daerah rawan banjir. Secara spasial,

Page 89: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

72

kecamatan yang merupakan daerah rawan banjir tersebar di beberapa

wilayah yang sebagian besarnya merupakan daerah yang termasuk dalam

daerah aliran sungai Ciujung yaitu di wilayah bagian timur Kabupaten

Serang. Selain itu, meskipun terdapat perubahan sebaran daerah rawan

banjir setiap tahun, namun apabila diperhatikan, kecamatan yang menjadi

rawan banjir memiliki lokasi yang cenderung berdekatan.

Berdasarkan peta 5.6 juga dapat dilihat bahwa sebagian besar daerah

rawan banjir merupakan daerah yang memiliki prevalensi diare balita tinggi.

Pada tahun 2013, dari 28 kecamatan yang diamati, terdapat 13 daerah rawan

banjir yang dan 10 di antaranya merupakan daerah yang memiliki prevalensi

diare tinggi. Pada tahun 2014, dari 29 kecamatan yang diamat terdapat 11

kecamatan yang merupakan daerah rawan banjir, dan hampir seluruhnya

merupakan daerah dengan angka prevalensi diare balita tinggi kecuali

Kecamatan Kopo. Pada tahun 2015, jumlah daerah kecamatan yang rawan

banjir kembali bertambah menjadi 13 kecamatan dan 10 di antaranya

merupakan daerah dengan angka prevalensi diare balita tinggi.

Page 90: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

73

BAB VI

PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini baik pada data

hingga analisis yang digunakan. Adapun keterbatasan dalam penelitian di

antaranya adalah sebagai berikut:

1) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga

peneliti harus melakukan cleaning data serta melakukan wawancara pada

penyedia data untuk memastikan validitas data yang digunakan.

Penggunaan data sekunder ini juga berisiko timbulnya bias informasi.

2) Variabel jamban sehat hanya dapat dianalisis dari tahun 2014-2015 karena

adanya perbedaan standar dan kriteria yang digunakan dalam

pengumpulan data jamban sehat pada tahun 2013 dan tahun selanjutnya

sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan.

3) Terdapat perubahan wilayah administrasi yang diamati pada tahun 2013

yang terdiri dari 28 Kecamatan, dan pada tahun 2014-2015 yang terdiri

dari 29 Kecamatan. Adanya perubahan wilayah administrasi dapat

menimbulkan bias informasi, karena adanya perubahan struktur

pemerintahan serta struktur pelayanan masyarakat di wilayah yang

mengalami perubahan sehingga mempengaruhi kualitas data yang diamati.

4) Unit analisis penelitian ini hanya sebatas wilayah kecamatan. Hal ini

dikarenakan jenis data yang tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten

Serang merupakan laporan yang berasal dari puskesmas kecamatan,

Page 91: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

74

sehingga data yang tersedia merupakan data kecamatan. Akan lebih baik

jika unit analisis dalam penelitian ini diperkecil hingga batas desa karena

masih ada kemungkinan adanya perbedaan karakteristik wilayah desa

dalam satu kecamatan.

6.2 Gambaran Kasus Diare Balita di Kabupaten Serang

Kasus diare balita di Kabupaten Serang cenderung mengalami

penurunan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Penurunan kasus diare

balita dapat dilihat pada tabel 5.1 yang menunjukkan bahwa angka prevalensi

diare balita pada tahun 2013 mencapai 14,44% dengan jumlah kasus tertinggi

di Kecamatan Bandung yaitu dengan prevalensi sebesar 44,76 %. Pada tabel

5.1 juga terlihat penurunan angka prevalensi diare balita yang cukup besar

dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 dan 2015. Tingginya angka

prevalensi diare balita pada tahun 2013 ini selain karena distribusi kasus diare

yang cenderung lebih tinggi di beberapa kecamatan juga dapat dipengaruhi

oleh angka kasus terbanyak pada tahun 2013 di kecamatan Bandung yang

sangat tinggi dibandingkan dengan distribusi kasus terbanyak pada tahun

2014 dan tahun 2015.

Meskipun mengalami penurunan angka kejadian, diare pada anak

balita di Kabupaten Serang secara keseluruhan masih tergolong tinggi. Hal

ini dikarenakan angka kejadian secara keseluruhan melebihi target

pemerintah dalam penemuan kasus diare yaitu 10% dari populasi yang

berisiko (Kemenkes RI, 2008). Tingginya angka kasus diare balita yang

ditemukan ini memungkinkan adanya beberapa kasus dengan individu yang

sama, karena kasus diare yang dicatat di pelaporan sarana kesehatan

Page 92: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

75

umumnya merupakan kasus diare akut yang dapat terjadi secara berulang

pada individu yang sama. Hal ini didukung oleh pernyataan WHO bahwa

rata-rata anak di usia kurang dari 3 tahun di negara berkembang mengalami

3 kali episode diare dalam satu tahun (Kemenkes RI, 2011).

Diperkirakan kasus diare pada balita yang ada di Kabupaten Serang

sebenarnya melebihi angka yang tercantum pada tabel 5.1. Hal ini

dikarenakan kasus diare balita yang tercatat hanya berdasarkan laporan

temuan kasus dari kader kesehatan dan pencatatan kasus yang datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Pustu). Selain itu, diare pada

dasarnya merupakan masalah kesehatan yang sudah umum terjadi di

masyarakat serta penatalaksanaannya dapat dilakukan sendiri menggunakan

obat modern maupun obat tradisonal.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa secara umum, 46,6%

balita yang menderita diare pernah menjalani pengobatan sendiri yang

dilakukan oleh keluarga. Sementara itu, dalam penelitian yang sama juga

disebutkan bahwa hanya 67% balita yang menderita diare melakukan

perawatan jalan ke pelayanan kesehatan. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh

kondisi alam dan kondisi sosial masyarakat yang ada di lingkungan tempat

tinggal balita (Djaja, et al., 2002).

Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Serang merupakan

bagian dari Republik Indonesia yang memiliki kondisi iklim tropis sehingga

wilayah ini berpotensi menjadi wilayah yang endemis terhadap diare

khususnya pada anak balita. Diare merupakan salah satu penyakit yang

endemis di daerah yang beriklim tropis, karena kondisi iklim ini merupakan

Page 93: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

76

kondisi yang optimal untuk pertumbuhan bakteri penyebab diare seperti

E.coli (Widoyono, 2011). Hal ini dikarenakan beberapa jenis bakteri dapat

tumbuh dengan baik dalam kondisi suhu yang tidak terlalu tinggi dan tidak

terlalu rendah, lembab, dan basah atau berada di kawasan perairan

(Melliawati, 2009).

Kabupaten Serang memiliki suhu udara ambien yang berkisar antara

23,4 oC – 31,8 oC (BPS Kabupaten Serang, 2016). Kisaran suhu tersebut

termasuk dalam kategori suhu optimal untuk pertumbuhan agen infeksius

diare. Sebagian besar jenis bakteri termasuk E.coli dapat tumbuh baik pada

suhu 80-460C. Bakteri yang dipelihara di bawah suhu minimum atau sedikit

di atas suhu maksimum tidak akan segera mati melainkan berada di dalam

keadaan tidur atau dorman (Melliawati, 2009). Kabupaten Serang juga

memiliki kelembaban udara relatif yang cukup tinggi yaitu antara 64-97%

(BPS Kabupaten Serang, 2016). Kondisi tersebut cenderung disenangi untuk

pertumbuhan mikroorganisme baik itu bakteri, virus maupun parasit

(Gillespie & Bamford, 2009).

Kondisi perairan yang ada di Kabupaten Serang juga dapat menjadi

salah satu sumber potensi endemisnya kasus diare balita. Hasil penelitian

yang ditunjukkan pada peta 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar

kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita tinggi berada di wilayah

yang merupakan daerah aliran sungai seperti ditunjukkan pada peta 5.2, di

antaranya adalah DAS Ciujung dan DAS Cidurian yang berada di bagian

timur Kabupaten Serang, serta DAS Cidanau yang berada di bagian barat

Kabupaten Serang.

Page 94: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

77

Berdasarkan laporan dari Dewan Sumber Daya Air Nasional

(DSDAN), infrastruktur yang telah dibangun di wilayah sungai Ciujung,

Cidurian, dan Cidanau dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat

untuk keperluan irigasi, air baku untuk air minum dan industri, ketenagaan,

perikanan, penggelontoran dan pariwisata. Namun, dikarenakan belum

optimalnya pengelolaan limbah industri, limbah air domestik dan limbah

peternakan, adanya sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian, serta

pengelolaan limbah padat yang belum optimal menyebabkan penurunan

kualitas ketiga sungai tersebut sehingga termasuk dalam kondisi tercemar

sedang. Selain itu, belum adanya penetapan batas pemanfaatan daerah

sempadan sungai menyebabkan banyaknya kawasan pemukiman di sekitar

sungai yang belum memenuhi daya dukung lingkungan (DSDAN, 2014).

Sungai besar beserta sungai-sungai kecil lainnya yang mengaliri

Kabupaten Serang dapat menjadi media transmisi agen infeksius diare yang

bersumber dari air limbah rumah tangga, limbah industri maupun limbah

ternak. Jarak sungai dengan tempat tinggal masyarakat dapat berpengaruh

terhadap terjadinya diare karena agen berupa mikroorganisme maupun bahan

kimia pada sungai dapat mencemari sumber air utama (sumur) yang

digunakan oleh masyarakat terlebih di daerah bagian hilir (Yuniarno, 2005).

Terlebih, apabila sungai tersebut meluap dan menyebabkan banjir dapat

menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas dan akses air dan sanitasi

pada masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai (Kodoatie & Sugiyanto,

2002)

Page 95: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

78

Secara administratif, sebagian besar wilayah di Kabupaten Serang

merupakan daerah yang termasuk dalam klasifikasi pedesaan (rural) sehingga

juga dapat menjadi salah satu daerah yang endemis terhadap diare (BPS

Kabupaten Serang, 2016). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penyakit

diare infeksius pada anak balita secara geografis cenderung lebih banyak

tersebar di daerah dengan klasifikasi pedesaan dibandingkan dengan

perkotaan (Clasen, et al., 2012). Hasil penelitian lainnya yang dilakukan di

Haiti juga menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan secara geografis

terhadap sebaran morbiditas dan mortalitas diare, dimana daerah yang

merupakan pedesaan (terpencil) lebih berisiko dengan angka kejadian diare

yang tinggi (Page, et al., 2015).

Perbedaan karakteristik antara wilayah perkotaan dan perdesaan baik

secara sosial, budaya maupun lingkungan dapat memengaruhi perkembangan

penyakit di wilayah tersebut. Masyarakat di daerah pedesaan cenderung

mempertahankan budaya dan kebiasaan yang ada, di antaranya adalah

penggunaan sarana sanitasi yang tidak adekuat dan perilaku hygiene yang

rendah sehingga penyakit infeksi masih berkembang di daerah pedesaan

(Yassi, et al., 2001; Clasen, et al., 2012). Selain itu, daerah rural juga

cenderung identik dengan rendahnya kepadatan penduduk dan transportasi

yang jarang serta jarak yang cukup jauh terhadap fasilitas umum termasuk

sarana kesehatan, sehingga menyebabkan rendahnya akses masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan. Selain itu, kondisi ini juga dapat menjadi

hambatan bagi petugas kesehatan dalam melakukan sosialisasi terkait

perilaku sehat kepada masyarakat di pedesaan (Page, et al., 2015).

Page 96: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

79

Mengetahui bahwa sebagian besar Kabupaten Serang memiliki

kondisi yang berpotensi sebagai wilayah yang endemis terhadap diare balita,

Dinas Kesehatan Kabupaten Serang perlu meningkatkan upaya preventif dan

promotif dalam pengendalian penyakit diare pada anak balita. Selain itu,

karena wilayah Kabupaten Serang memiliki cakupan daerah yang luas,

peneliti menyarankan untuk menentukan wilayah prioritas untuk melakukan

upaya tersebut dengan memanfaatkan sistem informasi geografi. Daerah

yang diprioritaskan tersebut juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor

yang diperkirakan mempengaruhi tingginya kasus diare pada balita. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah yang berada di daerah aliran

sungai utama dapat dijadikan wilayah prioritas dalam upaya preventif

pengendalian penyakit diare pada balita.

6.3 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Air Minum Layak

Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

mendasar. Hal inilah yang menjadi alasan utama untuk menjaga kualitas dan

kuantitas air minum secara berkelanjutan pada masyarakat agar tidak menjadi

media penularan penyakit. Oleh karena itu, perlu adanya monitoring yang

dilakukan oleh instansi atau badan yang berwenang untuk memastikan bahwa

masyarakat mendapatkan air minum yang layak berdasarkan kuantitas

maupun kualitasnya.

Pemeriksaan terhadap akses air minum yang layak pada masyarakat

di Kabupaten Serang menjadi wewenang Dinas Kesehatan dengan unit

pelaksana teknisnya adalah pelaksana program kesehatan lingkungan di

Puskesmas yang ada di setiap kecamatan. Indikator yang digunakan untuk

Page 97: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

80

mengukur kualitas air minum yang digunakan oleh masyarakat adalah

kelayakan sumber air minum yang digunakan, kuantitas atau banyaknya air

yang dapat diakses (dalam liter), serta kualitas air minum berdasarkan

parameter fisik, kimia dan biologi dari sampel air minum yang diambil

(Kemenkes RI , 2011).

Dinas Kesehatan Kabupaten Serang hingga saat ini belum

menetapkan standar atau target untuk menentukan pencapaian akses air

minum layak pada masyarakat di daerah Kabupaten Serang. Oleh karena itu,

pencapaian akses air minum tersebut ditentukan berdasarkan target nasional.

Target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia terhadap akses air

minum pada masyarakat adalah 68,87%. Target ini dibuat dalam rangka

menurunkan proporsi penduduk tanpa akses air minum layak yang mengacu

pada pencapaian MDGs hingga tahun 2015 (Kemenkes RI , 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di beberapa

kecamatan di Kabupaten Serang masih memiliki akses yang rendah terhadap

air minum layak dan berkelanjutan. Kecamatan tersebut secara spasial

tersebar di bagian utara maupun bagian selatan wilayah Kabupaten Serang

seperti yang ditunjukkan pada peta 5.4. Sebarannya mengalami pengurangan

dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, khususnya di bagian selatan

Kabupaten Serang yaitu pada Kecamatan Cinangka dan Kecamatan

Padarincang. Pada tahun 2014, akses air minum di Kecamatan Cinangka

sebesar 60,19% dan di Kecamatan Padarincang sebesar 65,07% sementara

pada tahun 2015, akses air minum di Kecamatan Cinangka meningkat hingga

70,37% dan di Kecamatan Padarincang mencapai 76,37%. Hal ini

Page 98: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

81

menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang cukup tinggi terhadap akses

air minum layak pada masyarakat di kedua kecamatan tersebut.

Salah satu upaya pemerintah daerah Kabupaten Serang dalam

peningkatan akses air minum layak adalah dengan cara mendistribusikan air

minum layak melalui jaringan perpipaan. Upaya ini diselenggarakan oleh

perusahaan air minum milik daerah Kabupaten Serang. Namun, hingga saat

ini, distribusi air minum melalui jaringan perpipaan belum menyeluruh ke

beberapa daerah, sehingga masih ada beberapa daerah yang memiliki akses

air minum layak sesuai dengan target.

Salah satu peran Dinas Kesehatan (Dinkes) dalam hal ini adalah

pemberian rekomendasi berdasarkan hasil pemeriksaan akses air minum

masyarakat kepada penyelenggara air minum. Berdasarkan Pedoman Sistem

Surveilans Air Minum dan Sanitasi, rekomendasi ini seharusnya diberikan

dalam bentuk pemetaan hasil inspeksi air minum dalam bentuk catatan

beserta peta yang sesuai dengan wilayah desa atau kecamatan (Kemenkes RI ,

2011). Berdasarkan pemaparan petugas Kesehatan Lingkungan Dinkes

Kabupaten Serang, rekomendasi hasil pemeriksaan akses air minum masih

masih dilakukan menggunakan data tabular, dan belum dilakukan pemetaan

sesuai dengan pedoman tersebut. Oleh karena itu, disarankan bagi Dinkes

Kabupaten Serang untuk melakukan pemetaan hasil pemeriksaan akses air

minum pada masyarakat sesuai dengan pedoman yang ada.

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa air minum

memiliki pengaruh terhadap kejadian diare pada anak balita baik berdasarkan

kualitas maupun kuantitasnya. Hasil analisis multivariat terhadap data

Page 99: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

82

Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa anak balita dari keluarga dengan

akses air minum unimproved (tidak layak dan berkelanjutan) memiliki odds

1,91 kali untuk menderita diare dibandingkan dengan balita dari keluarga

dengan air minum improved (layak dan berkelanjutan) setelah dikontrol

dengan variabel lainnya yaitu akses sanitasi dan perilaku cuci tangan ibu

(Azhar, et al., 2015).

Penelitian terdahulu yang dilakukan berdasarkan hasil analisis Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 juga menunjukkan

bahwa sumber air minum keluarga berhubungan secara signifikan terhadap

kejadian diare pada anak balita (Irianto, et al., 1996). Hasil studi lainnya yang

dilakukan di Kota Manado menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif

antara sumber air minum yang ditinjau dari segi akses maupun kualitasnya

terhadap insidens diare (Sumampouw, et al., 2015).

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang termasuk dalam

kategori waterborne disease atau penyakit yang ditularkan melalui media

lingkungan air. Air yang digunakan sebagai air minum harus aman dan

memenuhi berbagai syarat kesehatan. Air minum yang baik harus memenuhi

persyaratan fisik, bakteriologis, dan syarat kimia seperti yang sudah

ditetapkan dalam peraturan persyaratan kualitas air minum (Wandasari,

2013). Air minum yang kualitasnya tidak memenuhi persyaratan kesehatan

tersebut yang akan menjadi media penularan diare, baik diare yang

disebabkan oleh agen infeksius maupun agen non infeksius (Nainggolan &

Widjiastuti, 2012).

Page 100: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

83

Diare pada anak balita yang terjadi di negara-negara berkembang

diperkirakan disebabkan oleh agen infeksius di antaranya adalah Rotavirus

dan bakteri E.coli (WHO, 2013). Rotavirus yang merupakan salah satu agen

utama penyebab diare pada anak sering kali ditemukan pada air

terkontaminasi yang kemudian dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang

merupakan kelompok yang paling rentan terhadap pajanan virus ini (CDC,

2014). Selain itu, secara umum bakteri E.coli sebagai agen infeksius diare

juga menyukai keadaan basah hingga dapat hidup di dalam air terutama air

yang berada di permukaan atau tidak berada di wadah yang tertutup

(Melliawati, 2009).

Peta 5.4 menunjukkan bahwa wilayah dengan kasus diare balita

tinggi cenderung lebih banyak berada di daerah dengan akses air minum

rendah. Pada tahun 2013 dan 2014, sebagian besar kecamatan yang

memiliki prevalensi diare balita tinggi berada di daerah dengan akses rendah

terhadap air minum layak dan berkelanjutan. Namun, terdapat perbedaan

pola pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa kecamatan dengan

prevalensi diare balita tinggi lebih banyak di daerah yang memiliki akses air

minum tinggi. Kecamatan yang mengalami peningkatan dalam akses air

minum layak namun tetap memiliki prevalensi diare balita tinggi (>10%),

yaitu Kecamatan Cinangka dan Padarincang. Hal ini dapat menunjukkan

bahwa peningkatan akses air minum saja belum cukup untuk menurunkan

angka kejadian diare balita di Kabupaten Serang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Clasen et, al. (2012) yang menyatakan bahwa untuk menurunkan angka

Page 101: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

84

kejadian diare tidak cukup dilakukan dengan satu jenis intervensi saja. Hal

ini dikarenakan kejadian diare dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain

meskipun sanitasi dan air minum merupakan salah satu faktor risiko utama.

Faktor lainnya dapat berupa sanitasi seperti rendahnya akses terhadap

jamban sehat karena sebagian besar wilayah di Kabupaten Serang masih

memiliki akses yang rendah terhadap jamban sehat hingga tahun 2015.

Selain itu, faktor lain seperti bencana banjir juga memungkinkan sebagai

salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare

pada balita di Kabupaten Serang.

Selain faktor lingkungan, masih terdapat beberapa faktor lainnya

yang secara teoritis dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku hygiene ibu

dan status gizi serta imunitas pada balita berhubungan terhadap kasus diare

pada anak balita (Abdullah, et al., 2012; Kamilla, et al., 2012). Selain itu,

faktor sosial ekonomi keluarga juga diasumsikan dapat berpengaruh

terhadap hasil penelitian ini, karena beberapa penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa prevalensi diare lebih banyak pada daerah yang

penduduknya misikin (Trihono & Gitawati, 2009). Oleh karena itu,

diperlukan penelitian lebih lanjut di beberapa wilayah khususnya daerah

yang tergolong memiliki angka prevalensi diare balita yang tinggi.

6.4 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Akses Jamban Sehat

Sarana buang air besar (jamban) merupakan sarana sanitasi yang

sangat penting berkaitan dengan kejadian diare. Agar tidak menjadi sumber

penularan penyakit, jamban yang digunakan oleh masyarakat harus

Page 102: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

85

memenuhi persyaratan kesehatan berdasarkan aspek kepemilikan, jenis

maupun kondisi fisiknya (kebersihan). Oleh karena itu, akses masyarakat

terhadap jamban sehat menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian

status kesehatan lingkungan di suatu wilayah (Irianto, et al., 1996).

Akses jamban sehat pada masyarakat menjadi indikator utama yang

digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serang untuk menilai

kelayakan sanitasi dasar yang diakses oleh masyarakatnya. Pemeriksaan

jamban sehat dilakukan rutin setiap tahunnya oleh petugas teknis kesehatan

lingkungan puskesmas kecamatan yang dibantu dengan kader kesehatan.

Namun, terdapat perubahan kriteria dalam penilaian akses jamban sehat dari

tahun 2013 dengan tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2013, penilaian hanya

digunakan berdasarkan kriteria kepemilikan dan kondisi fisik jamban yang

sesuai dengan persyaratan kesehatan. Sejak tahun 2014, kriteria yang

digunakan adalah aspek kepemilikan, kondisi fisik, serta jumlah anggota

keluarga yang memanfaatkan jamban tersebut.

Dinas Kesehatan Kabupaten Serang hingga saat ini belum

menetapkan standar atau target untuk menentukan pencapaian akses sanitasi

layak (jamban sehat) pada masyarakat di daerah Kabupaten Serang. Oleh

karena itu, pencapaian akses sanitasi tersebut ditentukan berdasarkan target

nasional. Target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia terhadap

akses jamban sehat pada masyarakat adalah 62,41%. Target ini dibuat dalam

rangka menurunkan proporsi penduduk tanpa akses sanitasi layak yang

mengacu pada pencapaian MDGs hingga tahun 2015 (Kemenkes RI , 2013).

Page 103: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

86

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di sebagian

besar kecamatan yang ada di Kabupaten Serang masih memiliki akses

jamban sehat yang tergolong rendah. Meskipun pada tabel 5.3 ditunjukkan

bahwa terdapat perubahan secara kuantitatif pada persentase sebaran akses

jamban sehat, namun pada grafik 5.3 menunjukkan bahwa jumlah

kecamatan yang tergolong sebagai daerah dengan akses jamban sehat

rendah tidak ada perubahan. Selain itu, sebaran secara spasial yang

ditunjukkan pada peta 5.5 juga menunjukkan bahwa tidak ada perubahan

sebaran kecamatan yang memiliki akses rendah terhadap jamban sehat.

Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa

penggunaan jamban yang tidak sehat pada keluarga berpengaruh terhadap

kejadian diare pada anak balita. Hasil analisis data SDKI tahun 1994

menunjukkan bahwa anak balita yang menggunakan kakus (jamban) tanpa

tangki septik berisiko 1,76 kali bila dibandingkan dengan anak balita dari

keluarga yang menggunakan kakus yang dilengkapi tangki septik (Irianto,

et al., 1996). Penelitian yang dilakukan di beberapa regional di Indonesia

juga didapatkan hasil bahwa kondisi dan kepemilikan jamban berhubungan

signifikan terhadap kejadian diare di regional Jawa-Bali, Sumatra dan

Sulawesi (Mubasyiroh, 2010). Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan

bahwa kepemilikan dan kondisi sarana pembuangan tinja (jamban)

mempengaruhi kejadian diare pada anak balita (Kamilla, et al., 2012;

Lindayani & Azizah, 2013).

Peta 5.5 juga menunjukkan bahwa secara spasial, wilayah dengan

prevalensi diare balita tinggi cenderung berada di kecamatan yang tergolong

Page 104: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

87

memiliki akses rendah terhadap jamban sehat. Perubahan pola sebaran yang

terjadi pada peta tersebut disebabkan oleh adanya perubahan pola sebaran

kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita tinggi, namun, dari kedua

pola tersebut masih menunjukkan bahwa wilayah dengan prevalensi diare

tinggi lebih banyak berada di kecamatan yang memiliki akses rendah

terhadap jamban sehat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat terlihat bahwa ada

kemungkinan tingginya prevalensi diare balita di kecamatan-kecamatan

tersebut dipengaruhi oleh akses jamban sehat yang rendah.

Rendahnya akses jamban sehat pada masyarakat di Kabupaten

Serang disebabkan oleh pemanfaatan yang minim terhadap fasilitas jamban

improved (layak dan berkelanjutan). Berdasarkan laporan Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Serang pada tahun 2013, kepemilikan masyarakat

terhadap fasilitas jamban (kepemilikan sendiri dan bersama) yang sesuai

dengan syarat kesehatan sudah tergolong tinggi (77,2%) dan hanya 8

kecamatan yang masih tergolong rendah.

Petugas Bidang Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes)

Kabupaten Serang menyatakan bahwa masyarakat di Kabupaten Serang

sebagian besar cenderung lebih sering menggunakan jamban komunal yang

cenderung tidak memenuhi syarat kesehatan, bahkan masih ada masyarakat

memanfaatkan lahan kosong untuk buang air besar dibandingkan dengan

fasilitas jamban yang dimilikinya. Pernyataan ini didukung oleh data

laporan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang menyatakan

bahwa hanya 27 desa di Kabupaten Serang yang sudah terverifikasi sebagai

desa open defecation free (ODF) dari total 326 desa yang ada. Dari laporan

Page 105: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

88

yang sama, diketahui pula bahwa hingga tahun 2015 masih terdapat 48,42%

dari seluruh jumlah kepala keluarga (KK) yang anggotanya masih memiliki

kebiasaan buang air besar sembarangan (Kemenkes RI, 2017)

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang,

Pemerintah Kabupaten Serang juga telah membangun fasilitas jamban

sebanyak 54 unit yang dapat digunakan oleh masyarakat yang disesuaikan

dengan syarat kesehatan untuk memenuhi akses sanitasi masyarakat (BPS

Kabupaten Serang, 2016). Namun, pemanfaatan masyarakat terhadap

jamban yang disediakan tersebut masih minim. Hal ini dapat disebabkan

oleh banyak faktor, seperti rendahnya pengetahuan dan praktik dalam

perilaku hidup sehat dan bersih, serta kebiasaan masyarakatnya sebagai

masyarakat pedesaan (rural) yang lebih banyak menghabiskan waktunya di

luar tempat tinggal (sawah atau kebun) dan cenderung mempertahankan

kebiasaan dan budayanya.

Upaya sosialisasi untuk menggunakan jamban sehat telah dilakukan

oleh pemerintah daerah di Kabupaten Serang. Berdasarkan pemaparan dari

petugas Dinkes Kabupaten Serang, kegiatan ini dilakukan saat sosialisasi

pembangunan fasilitas jamban oleh pemerintah dengan bentuk himbauan

kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan.

Namun, kegiatan sosialisasi ini hanya dilakukan satu kali setiap pelaksanaan

pembangunan jamban.

Sosialisasi mengenai penggunaan jamban sehat sebaiknya tidak

hanya dilakukan satu kali saat kegiatan pembangunan fasilitasnya saja.

Terlebih karena karakteristik masyarakat rural yang sulit meninggalkan

Page 106: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

89

kebiasaanya, kegiatan sosialisasi ini perlu dilakukan secara berkelanjutan.

Upaya ini dapat dilakukan dengan melibatkan Kelompok Anggota

Dermawan (Kader) masyarakat untuk melakukan sosialisasi, pengawasan

serta teguran secara berkelanjutan terhadap perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban sehat. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Gucialit

Kabupaten Lumajang, keterlibatan Kader tersebut dinilai efektif terhadap

keberlangsungan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)

khususnya terhadap perubahan pola perilaku buang air besar dan

penggunaan jamban sehat pada masyarakat (Nugraha, 2015).

Selain sosialisasi seperti yang disebutkan sebelumnya, untuk upaya

peningkatan sanitasi perumahan secara keseluruhan, Dinkes Kabupaten

Serang juga melakukan program pembinaan rumah sehat yang dilaksanakan

oleh petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas. Pembinaan ini

dilaksanakan dengan pemberian kartu rumah yang berisikan indikator-

indikator pemenuhan syarat rumah sehat kepada setiap rumah yang dipilih,

kemudian setiap rumah yang terpilih dibina oleh petugas kesehatan melalui

kegiatan pemeriksaan, sosialisasi dan konsultasi dengan output yang

diharapkan adalah terciptanya rumah yang memenuhi syarat kesehatan

setelah dilakukan pembinaan.

Berdasarkan laporan dari Petugas Bidang Penyehatan Lingkungan

Dinkes Kabupaten Serang, pelaksanaan program pembinaan rumah sehat

saat ini hanya sebatas pemeriksaan kondisi fisik rumah berdasarkan

indikator yang ada di Kartu Rumah saja. Hal ini dapat disebabkan oleh

kurangnya tenaga sanitarian, karena hingga saat ini Kabupaten Serang

Page 107: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

90

hanya memiliki 17 sanitarian (kesehatan lingkungan) sehingga belum

semua Puskesmas memiliki tenaga sanitarian. Hal ini tidak sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas yang

menyatakan bahwa setiap Puskesmas seharusnya memiliki tenaga

kesehatan lingkungan (sanitarian) sehingga penyelenggaraan pelayanan

kesehatan lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik. Hendaknya

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang mengevaluasi kembali distribusi

sumber daya kesehatan yang ada di setiap Puskesmas.

Jamban merupakan sarana sanitasi yang sangat penting untuk di

perhatikan baik dari segi kepemilikan maupun aspek kebersihannya karena

jamban dapat menjadi sumber penularan penyakit diare (Irianto, et al., 1996).

Hal ini dikarenakan penularan penyakit diare bersifat fecal-oral, yaitu agen

infeksiusnya bersumber dari tinja yang kemudian ditransmisikan melalui

media lingkungan air atau bahkan melalui kontak langsung dari tubuh

manusia hingga mencemari makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh

manusia (Yassi, et al., 2001).

Penggunaan jamban yang layak dan berkelanjutan sesuai dengan

persyaratan kesehatan sangat berguna untuk membantu mencegah

pencemaran sumber air yang berada di sekitarnya. Memanfaatkan jamban

keluarga yang bersih dan sehat juga dapat mencegah datangnya lalat atau

serangga yang dapat menjadi penular penyakit yang dapat diakibatkan oleh

tinja manusia (Wandasari, 2013).

Page 108: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

91

6.5 Gambaran Kasus Diare Balita Berdasarkan Daerah Rawan Banjir

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling banyak dan

paling sering terjadi di Kabupaten Serang. Penanggulangan serta pendataan

terhadap kejadian banjir di wilayah ini dilaksanakan oleh Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang. Indikator yang

digunakan oleh BPBD Kabupaten Serang dalam menentukan masalah banjir

adalah perhitungan daerah rawan banjir. Secara umum, suatu daerah

dikatakan rawan terhadap banjir apabila daerah tersebut mengalami kejadian

banjir dan memengaruhi daerah pemukiman masyarakat secara langsung.

Penentuan daerah rawan banjir dilakukan dalam kurun waktu satu tahun

sebagai bahan evaluasi penanggulangan dan pencegahan kejadian banjir di

tahun berikutnya.

Daerah rawan banjir ditentukan berdasarkan kejadian banjir sebagai

indikator bahaya kemudian dikalikan dengan perbandingan kerentanan dan

kapasitas daerah yang terkena banjir. Indeks bahaya banjir, selain

berdasarkan data kejadian juga ditentukan berdasarkan kemiringan lereng

(jenis topografi) dan jarak sungai dengan daerah pemukiman (Amri, et al.,

2016). Lokasi dimana kemiringan sungai menjadi landai secara teoritis

merupakan titik awal terjadinya banjir yang umumnya berada di daerah hilir

(KemenPU, 2012). Menurut laporan Dewan Sumber Daya Air Nasional

(2014), Kabupaten Serang merupakan daerah hilir dari Sungai Ciujung,

Cidurian, dan Cidanau, dan secara topografi ketiga sungai tersebut bersifat

landai dan datar dengan ketinggian 0-100 mdpl, sehingga terdapat beberapa

daerah yang berdasarkan topografinya memang rawan terhadap banjir.

Page 109: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

92

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah daerah kecamatan

yang ditetapkan sebagai daerah rawan banjir oleh BPBD Kabupaten Serang

dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 tidak mengalami perbedaan yang

signifikan. Berdasarkan Peta 5.6 dapat diketahui bahwa secara spasial daerah

rawan banjir di Kabupaten Serang terdistribusi di beberapa daerah tertentu

yaitu di sebelah timur dan sebelah barat Kabupaten. Setiap tahunnya terjadi

perubahan pola spasial daerah rawan banjir, namun sebagian besar cenderung

berada di daerah aliran sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciujung, Sungai

Cidurian, dan Sungai Cidanau.

Berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Serang, banjir yang terjadi di

daerah rawan banjir sebagian besar terjadi disebabkan oleh curah hujan dan

hari hujan yang tinggi. Berdasarkan laporan kejadian banjir BPBD Kabupaten

Serang, banjir di Kabupaten Serang lebih banyak terjadi pada bulan dengan

hari hujan tinggi seperti yang ditampilkan pada grafik 5.2 yaitu di awal tahun

(Bulan Januari) dan di akhir tahun. Hal ini menyebabkan peningkatan volume

air permukaan, seperti yang terjadi di DAS Ciujung. Ada juga daerah di

sekitar pantai yang mengalami kejadian banjir akibat meluapnya air laut

(banjir rob) seperti yang terjadi di Kecamatan Anyar. Secara umum, banjir

berasal dari sumber-sumber air di sekitarnya seperti sungai, danau maupun

laut yang sifatnya tidak permanen (Amsyari, 1986).

Peningkatan volume yang tinggi pada sumber air menyebabkan air

meluap dan menggenangi dataran di sekitarnya, terutama daerah yang

termasuk sebagai dataran rendah (Kodoatie & Sugiyanto, 2002). Meluapnya

aliran air sungai juga dapat disebabkan oleh adanya erosi di sekitar sungai

Page 110: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

93

sehingga terjadi pendangkalan sungai sehingga berkurangnya kapasitas aliran

sungai dan jaringan drainasi (Najib, 1999). Sekitar 28,1% dari luas wilayah

Sungai Ciujung, Cidurian dan Cidanau diketahui telah mengalami erosi tanah

yang tergolong dalam kelas berat sampai dengan sangat berat (>180

ton/ha/tahun). Selain itu juga terdapat lokasi-lokasi yang telah mengalami

erosi atau penggerusan pantai di Kabupaten Serang, di antaranya adalah

Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Cinangka (DSDAN, 2014).

Berdasarkan pemaparan petugas BPBD Kabupaten Serang,

Pemerintah Daerah telah melakukan beberapa upaya untuk mencegah

kejadian banjir berdasarkan hasil penentuan daerah rawan banjir meskipun

belum menyeluruh. Di antara upaya tersebut adalah pembuatan tanggul di

beberapa titik aliran sungai Ciujung yang sering terjadi luapan air. Namun,

hingga saat ini belum ada sistem peringatan dini untuk masyarakat di daerah

aliran sungai utama. Selain itu, berdasarkan laporan Dewan Sumber Daya Air

Nasional, belum ada penetapan batas pemanfaatan daerah sempadan sungai

dan situ sehingga menyebabkan masih adanya kawasan pemukiman baru

yang belum memenuhi daya dukung lingkungan (rawan terhadap banjir)

(DSDAN, 2014).

Hasil penelitian pada peta 5.6 juga menunjukkan bahwa daerah yang

rawan terhadap banjir cenderung memiliki angka kejadian diare balita yang

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pola spasial yang terbentuk pada peta tahun

2013 sampai dengan tahun 2015 sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah

yang tergolong sebagai daerah rawan banjir sebagian besar tersebar di

Page 111: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

94

kecamatan yang juga memiliki prevalensi diare balita yang tinggi, meskipun

sebaran daerahnya berbeda setiap tahunnya.

Secara teoritis, kejadian banjir dapat meningkatkan potensial

terjadinya penyakit tular air (waterborne disease) seperti diare, karena

menyebabkan penurunan akses air dan sanitasi pada masyarakat yang

tertimpa banjir (WHO, 2017). Bencana alam dan krisis kemanusiaan lainnya

dapat meningkatkan risiko penyakit diare pada masyarakat yang disebabkan

oleh penurunan infrastruktur sanitasi secara umum, adanya penampungan

masyarakat, sehingga penyebaran patogen menjadi lebih mudah karena

terhambatnya manajemen kasus diare secara optimal saat keadaan darurat dan

krisis kesehatan (Fitzwater, et al., 2011).

Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang ditampilkan pada

Peta 5.4 dan Peta 5.5, kecamatan yang termasuk daerah rawan banjir pada

Peta 5.6 cenderung memiliki akses sanitasi (jamban sehat) dan akses air

minum yang tinggi. Beberapa daerah yang merupakan daerah rawan banjir

namun memiliki akses air minum dan sanitasi yang tinggi di antaranya adalah

Kecamatan Tunjung Teja, Pamarayan, Jawilan, Cikande, dan Kibin. Hal ini

kemungkinan dapat disebabkan oleh perbedaan waktu dalam pengumpulan

data setiap variabel.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Kesehatan Lingkungan

Dinkes Kabupaten Serang, pengambilan data untuk menilai akses air minum

dan sanitasi hanya dilakukan satu kali setiap tahunnya. Pengambilan data juga

dilakukan dalam kondisi normal atau tidak terjadi bencana. Sementara itu,

menurut penjelasan dari petugas bidang Penanggulangan Bencana BPBD

Page 112: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

95

Kabupaten Serang, sebagian besar masyarakat yang terkena banjir untuk

sementara waktu lebih banyak yang tinggal di lokasi pengungsian yang

memiliki akses sanitasi yang belum sesuai dengan standar sanitasi dalam

kegawatdaruratan.

Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan secara statistik

bahwa kejadian banjir berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak balita.

Hasil analisis time series di China selama tahun 2004 sampai dengan tahun

2010, terdapat peningkatan kasus diare yang signifikan wilayah yang

mengalami banjir (Ni, et al., 2014). Banjir juga secara signifikan

berhubungan terhadap peningkatan insiden penyakit diare di dua provinsi di

Cambodia berdasarkan analisis menggunakan time series dari tahun 2001

sampai dengan tahun 2012 (Davies, et al., 2015).

Secara temporal, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya karena kejadian banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan banjir

justru tidak selalu menyebabkan peningkatan terhadap kasus diare pada balita.

Pada tahun 2013, kejadian banjir lebih banyak terjadi di awal tahun, dan

terlihat bahwa lebih banyak kasus diare di awal tahun seperti yang

ditunjukkan pada Grafik 5.3.Tetapi pada grafik yang sama, kasus diare balita

pada tahun 2014 dan 2015 tidak menunnjukkan pola yang sama meskipun

kejadian banjir juga lebih banyak terjadi di awal tahun dan di akhir tahun.

Berdasarkam hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya,

dapat dikatakan bahwa meskipun secara spasial daerah yang rawan banjir

cenderung memiliki angka prevalensi diare balita tinggi, namun secara

temporal kasus diare balita tidak mengalami peningkatan pada waktu-waktu

Page 113: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

96

yang sering terjadi banjir. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa akses air minum dan akses sanitasi di daerah rawan banjir juga

cenderung baik, sehingga kejadian diare balita kemungkinan dipengaruhi

oleh faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya,

beberapa faktor lain dapat memengaruhi kasus diare pada balita di antaranya

adalah perilaku ibu dalam pengolahan makanan, status gizi dan imunitas

balita, serta faktor sosial ekonomi keluarga (Kamilla, et al., 2012; Adisasmito,

2007; Abdullah, et al., 2012).

Meskipun kejadian banjir secara temporal tidak meningkatkan kasus

diare pada anak balita, penanggulangan pascabencana banjir tetap harus

diperhatikan. Berdasarkan laporan Dewan Sumber Daya Air Nasional (2014),

penanganan akibat bencana di Kabupaten Serang belum optimal, khususnya

dalam perbaikan fasilitas sanitasi. Pemulihan kondisi rumah masyarakat yang

menjadi korban bencana banjir masih belum optimal, padahal seringkali

terjadi kerusakan prasarana sumber daya air setelah kejadian bencana banjir.

Hal ini dipengaruhi oleh belum maksimalnya penyediaan dana untuk

pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setelah

terjadinya bencana banjir.

Hendaknya pemerintah daerah menjadikan pemulihan kondisi

prasarana dan sarana umum khususnya untuk keperluan sumber daya air dan

sanitasi sebagai salah satu prioritas dalam penanggulangan bencana sehingga

dapat mengurangi dampak negatif akibat bencana lainnya seperti penularan

penyakit. BPBD Kabupaten Serang sebagai pihak yang berwenang juga perlu

membentuk program tanggap bencana dan sistem kewaspadaan dini yang

Page 114: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

97

kepada masyarakat yang berada di daerah rawan banjir. Program ini

disarankan untuk mengurangi dampak kesehatan yang diakibatkan dari

adanya bencana banjir (WHO, 2017). Hal ini dapat dilakukan dengan cara

sosialisasi pada masyarakat terkait mitigasi pencegahan kejadian banjir

khusunya pada masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai.

Page 115: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

98

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh

beberapa simpulan sebagai berikut:

1) Prevalensi diare pada anak balita di Kabupaten Serang dari tahun 2013

hingga tahun 2015 cenderung mengalami penurunan, namun masih

termasuk dalam klasifikasi prevalensi tinggi berdasarkan target nasional.

Secara spasial, kecamatan yang memiliki prevalensi diare balita tinggi

terdistribusi cenderung lebih banyak di wilayah yang termasuk sebagai

daerah aliran sungai (DAS).

2) Persentase akses air minum layak pada masyarakat di kabupaten Serang

sejak tahun 2013-2015 cenderung meningkat. Berdasarkan pola

sebarannya, kecamatan dengan prevalensi diare balita tinggi tidak

memiliki kecenderungan lebih banyak di daerah yang memiliki akses

rendah terhadap air minum yang layak.

3) Akses jamban sehat pada masyarakat di Kabupaten Serang hampir tidak

mengalami perubahan baik dari angka cakupan maupun sebarannya sejak

tahun 2014-2015. Berdasarkan pola sebarannya, kecamatan dengan

prevalensi diare balita tinggi cenderung lebih banyak di daerah yang

memiliki akses rendah terhadap jamban sehat pada tahun 2014 dan 2015.

4) Jumlah daerah kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah rawan banjir

oleh BPBD Kabupaten Serang dari tahun 2013 sampai dengan tahun

Page 116: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

99

2015 tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pola

sebarannya, daerah yang rawan terhadap banjir cenderung memiliki

angka kejadian diare balita yang tinggi dari tahun 2013 sampai dengan

tahun 2015.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya:

a. Penelitian terkait analisis spasial penyakit dan faktor lingkungan

sebaiknya dilakukan dengan menggunakan unit analisis yang lebih

spesifik seperti batas desa karena masih ada kemungkinan adanya

perbedaan karakteristik wilayah desa dalam satu kecamatan.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang:

a. Dinas Kesehatan Kabupaten Serang hendaknya membuat target atau

standar khusus yang dapat digunakan untuk menilai prevalensi diare

yang terjadi di Kabupaten Serang, karena standar nasional masih

terlalu umum dan belum tentu sesuai dengan kondisi di Kabupaten

Serang. Disarankan juga untuk membuat target capaian pemeriksaan

akses air minum dan akses sanitasi layak yang disesuaikan dengan

karakteristik masyarakat yang ada di Kabupaten Serang

b. Untuk program pengendalian penyakit diare, disarankan untuk

melakukan manajemen penyakit berbasis wilayah dengan

menentukan wilayah prioritas khususnya di wilayah yang

merupakan daerah aliran sungai. Dengan adanya wilayah prioritas

Page 117: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

100

yang disesuaikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor

lingkungan, diharapkan upaya preventif dan promotif dapat

dilakukan dengan efektif dan efisien.

c. Sebaiknya Dinkes Kabupaten Serang membuat pemetaan hasil

pemeriksaan air minum dan sanitasi sesuai dengan pedoman yang

sudah tersedia. Dengan adanya pemetaan tersebut akan didapatkan

informasi berbasis wilayah, sehingga diharapkan pihak yang

berwenang dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi dapat

melakukan perbaikan sarana air minum dan sanitasi berdasarkan

wilayah yang menjadi prioritas.

d. Dinkes Kabupaten Serang dapat melakukan sosialisasi dengan

melibatkan kader masyarakat untuk melakukan penyuluhan,

pengawasan serta teguran secara berkelanjutan terhadap perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban sehat.

e. Hendaknya Pemerintah Daerah Kabupaten Serang mengevaluasi

kembali distribusi sumber daya kesehatan yang ada di setiap

Puskesmas, khususnya untuk tenaga kesehatan lingkungan agar

penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan dapat

dilaksanakan dengan lebih baik.

3. Bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Serang:

a. BPBD Kabupaten Serang sebaiknya membentuk program tanggap

bencana dan sistem kewaspadaan dini di daerah rawan banjir.

Program ini disarankan untuk mengurangi dampak kesehatan yang

diakibatkan dari adanya bencana banjir. Hal ini dapat dilakukan

Page 118: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

101

dengan cara sosialisasi pada masyarakat terkait mitigasi pencegahan

kejadian banjir khusunya pada masyarakat yang tinggal di daerah

aliran sungai.

Page 119: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

102

DAFTAR PUSTAKA

8 DAFTAR PUSTAKA9 References

Abdullah, A. Z., Arsin, A. A. & Dahlan, L., 2012. Faktor Risiko Diare Shigellosispada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, VII(1), pp. 16-21.

Achmadi, U. F., 2012. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta:Rajawali Pers.

Achmadi, U. F., 2012. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: RajawaliPers.

Adisasmito, W., 2007. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia:Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.Makara Kesehatan, XI(1), pp. 1-10.

Amri, M. R. et al., 2016. Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: Badan NasionalPenanggulangan Bencana.

Amsyari, F., 1986. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan (Studitentang Banjir, Karakteristik Desa dan Kota). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Athena & Anwar, D., 2014. Penelitian/Pengembangan Model/Sistem SurveilansDampak Kesehatan Perubahan Iklim. Buletin Penelitian Kesehatan, 42(1), pp.46-58.

Azhar, K., Sisca, D. & Hapsari, T., 2015. Diare Balita di Provinsi DKI JakartaDitinjau dari Aspek Air Minum, Sanitasi dan PHBS (Analisis Data Riskesdas2013). Jurnal Ekologi Kesehatan, XIV(1), pp. 29-40.

BPS Kabupaten Serang, 2016. Statistik Daerah Kabupaten Serang Tahun 2016,Serang : BPS Kabupaten Serang .

CDC, 2014. Rotavirus. [Online]Available at: http://www.cdc.gov/rotavirus/about/index.html[Accessed 5 Juni 2016].

CDC, 2015. General Information: Shigella-Shigellosis. [Online]Available at: http://www.cdc.gov/shigella/general-information.html[Accessed 5 Juni 2016].

CDC, 2016. E.coli (Escherichia Coli). [Online]Available at: http://www.cdc.gov/ecoli/[Accessed 5 Juni 2016].

Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Clasen, T. et al., 2012. The Effect of Improved Rural Sanitation and HelminthInfection: Design of A Cluster-Randomized Trial in Orissa, India. EmergingThemes in Epidemiology, IX(7).

Davies, G. I. et al., 2015. Water-Borne Diseases and Extreme Weather Events inCambodia: Review od Impacts and Implications of Climate Change.

Page 120: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

103

International Journal of Environmental Research and Public Health, Volume12, pp. 191-213.

Dennehy, P. H., 2005. Acute Diarrheal Disease in Children: Epidemiology,Prevention, and Treatment. Infectious Diseases Clinics of North America,Volume 19, pp. 585-602.

Djaja, S., Ariawan, I. & Afifah, T., 2002. Perilaku Pencarian Pengobatan Diare padaBalita. Buletin Penelitian Kesehatan, 30(1), pp. 22-30.

DSDAN, 2014. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WIlayah Sungai CIdanau-Ciujung-Cidurian, Jakarta: Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Fitzwater, S., Chandran, A., Kosek, M. & Santosham, M., 2011. Infectious Diarrhea.In: J. M. Selendy, ed. Water and Sanitation-Related Diseases and TheEnvironment: Challenges, Interventions, and Preventive Measures. New Jersey:Wiley-Blackwell, pp. 47-70.

Gerstman, B. B., 2003. Epidemiology Kept Simple: an introduction to classic andmodern epidemiology. 2nd ed. New Jersey: Wiley-Liss Inc..

Gillespie, S. & Bamford, K., 2009. At a Glance: Mikrobiologi Medis dan Infeksi.3rd ed. Jakarta: Erlangga.

Ginanjar, R., 2008. Hubungan Jenis Sumber Air Bersih dan Kondisi Fisik AirBersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya Tahun2008, Depok : FKM Universitas Indonesia.

Gutro, R., 2015. NASA - What's the Difference Between Weather and Climate?.[Online]Available at: http://www.nasa.gov/mission_pages/noaa-n/climate/climate_weather.html[Accessed 21 July 2016].

Hakim, D. L., 2010. Aksesibilitas Air Bersih Bagi Masyarakat di PemukimanLinduk Kecamatan Pontang Kabupaten Serang, Semarang: ProgramPascasarjana Magister Teknik Pembangunan WIlayah dan Kota UniversitasDiponegoro.

Hashizume, M. et al., 2007. Association between Climate Variability and HospitalVisits for Non-Cholera Diarrhoea in Bangladesh: Effects and VurnerableGroups. International Journal of Epidemiology, Volume XXXIV, pp. 1030-1037.

Hegar, B., 2013. Mengapa ASI Eksklusif Sangat Dianjurkan pada Usia di Bawah 6Bulan. [Online]Available at: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/mengapa-asi-eksklusif-sangat-dianjurkan-pada-usia-di-bawah-6-bulan.html[Accessed 8 June 2015].

Irianti, S., Herman, M. J. & Prasetyoputra, P., 2014. Pokok-Pokok Hasil RisetKesehatan Dasar Provinsi Banten 2013 (Buku1). Jakarta: KementerianKesehatan RI.

Page 121: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

104

Irianto, J. et al., 1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare padaAnak Balita (Analisis Lanjut Daya SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan,24(2&3), pp. 77-96.

Kartasapoetra, A. G., 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah danTanaman. Revisi ed. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemenkes RI , 2011. Panduan Sistem Surveilans Air Minum dan Sanitasi. Jakarta:Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI , 2013. Road Map Percepatan Program STBM Tahun 2013-3015.Jakarta: Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI .

Kemenkes RI , 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 1995. Pengawasan Kualitas Air untuk Penyediaan Air BersihPedesaan dan Kota Kecil. Jakarta: Ditjen PPM & PLP Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi SetJenKementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2009. Seri Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI .

Kemenkes RI, 2011. Pengendalian DIare di Indonesia. Buletin Jendela Data danInformasi Kesehatan, II(2), pp. 19-25.

Kemenkes RI, 2011. Situasi Diare di Indonesia, Jakarta': Kementerian KesehatanRI.

Kemenkes RI, 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2014. Situasi dan Analisis Imunisasi, Jakarta: Pusat Data danInformasi Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2017. Monitoring Data Sanitasi Total Berbasis MasyarakatKabupaten Serang. [Online]Available at: http://stbm-indonesia.org/monev/index.php/pilar_1[Accessed 1 February 2017].

KemenLH, 2012. Suplemen Pembelajaran Perubahan Iklim untuk Guru. Jakarta:Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan MasyarakatKementerian Lingkungan Hidup.

KemenPU, 2012. Pedoman Pembuatan Peta Rawan Longsor dan Banjir BandangAkibat Runtuhnya Bendungan Alam. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum .

KEMENRISTEK RI, 2013. Modul 3: WebGIS dan Analisis Spasial. Bandung:Kementerian Riset dan Teknologi RI .

Know Climate Change, 2016. Basic of Climate Change : Climatic Variables.[Online]

Page 122: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

105

Available at:http://know.climateofconcern.org/index.php?option=com_content&task=article&id=117[Accessed 28 July 2016].

Kodoatie, R. J. & Sugiyanto, 2002. BANJIR: Beberapa Penyebab dan MetodePengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koletzko, S. & Osterrieder, S., 2009. Acute Infectious Diarrhea in Childtren.Deutsches Arzteblatt International, 106(33), pp. 539-549.

Lai, P.-C., So, F.-M. & Chan, K.-W., 2009. Spatial Epidemiological Approaches inDisease Mapping and Analysis. New York: CRC Press.

Lakitan, B., 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Lestari, C. W., Tjitra, E. & Sandjaja, 2009. Dampak Status Imunisasi Anak diIndonesia terhadap Kejadian Penyakit. Media Penelitian dan PengembanganKesehatan, XIX(2), pp. 55-62.

Lloyd, S. J., Kovats, S. r. & Armstrong, B. G., 2007. Global Diarrhoea Morbidity,Weather and Climate. Climate Research, Volume 34, pp. 119-127.

Melliawati, R., 2009. Escherichia Coli dalam Kehidupan Manusia. BioTrends, 4(1),pp. 10-14.

Mubasyiroh, R., 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare padaBalita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007. Buletin PenelitianKesehatan, pp. 24-31.

Nainggolan, R. & Widjiastuti, B., 2012. Sumber Pencemaran Potensial danKejadian Diare di Provinsi DKI Jakarta (RISKESDAS 2007). Jurnal EkologiKesehatan, 11(1), pp. 24-32.

Najib, M., 1999. Implikasi Erosi dan Sedimentasi pada DAS serta UpayaPenanggulangannya (Studi Kasus DAS Ciliwung). Aplikasi Geografi FisikIndonesia, Volume I, pp. 151-183.

Ni, W. et al., 2014. Impacts od Floods on DIsentry in Xinxiang City, China during2004-2010: A Time-Series Poisson Analysis. Global Health Action, Volume 7.

Nugraha, M. F., 2015. Dampak Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat(STBM) Pilar Pertama Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.Kebijakan dan Manajemen Publik, 3(2), pp. 44-53.

Ohl, C. A. & Tapsell, S., 2000. Flooding and Human Health: The dangers posed arenot always obvious. BMJ, Volume 321, pp. 1167-1168.

Page, A.-L.et al., 2015. Geographic Distribution and Mortality Risk Factors duringthe Cholera Outbreak in a Rural Region of Haiti, 2010-2011. PLOS NeglectedTropical Diseases, 9(3), pp. 1-13.

Pfeiffer, D. et al., 2008. Spatial Analysis in Epidemiology. New York: OxfordUniversity.

Page 123: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

106

Prahasta, E., 2014. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar (PersperktifGeodesi & Geomatika). Revisi ed. Bandung: INFORMATIKA.

Pruss-Ustun, A. & Corvalan, C., 2006. Preventing Disease Through HealthyEnvironments: Towards an Estimate of the environmental burden Disease.Geneva: WHO.

Rifat, S. &., 2016. 10 Kecamatan di Kabupaten Serang Rawan Banjir. [Online]Available at: http://pilarbanten.com/index.php/banten-raya/item/2801-10-kecamatan-di-kabupaten-serang-rawan-banjir.html[Accessed 10 11 2016].

Siahaan, N., 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. 2nd ed. Jakarta:Erlangga.

Sodikin, 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal danHepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Soegijanto, S. & Pramana, K. P., 2009. Diare pada Anak. In: Kumpulan MakalahPenyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 7. Surabaya: Airlanga UniversityPress, pp. 1-20.

Suharyono, 2008. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. 2nd ed. Jakarta: RinekaCipta.

Sumampouw, O. J., Soemarno, Andarini, S. & Sriwahyuni, E., 2015. EnvironmentRisk Factors of Diarrhea Incidence in The Manado City. Public HealthResearch, V(5), pp. 139-143.

Suryantoro, A., 2013. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Yogyakarta:Penerbit OMBAK.

Trihono & Gitawati, R., 2009. Hubungan antara Penyakit Menular denganKemiskinan di Indonesia. Jurnal Penyakit Menular Indonesia, 1(1), pp. 38-43.

Tumbelaka, A. R. & Karyanti, M. R., 2013. Air Susu Ibu dan Pengendalian Infeksi.[Online]Available at: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-pengendalian-infeksi.html[Accessed 8 June 2015].

UNICEF, 2009. Diarrhoea: Why Children are Still Dying and What Can Be Done.New York: UNICEF & WHO.

Wandasari, A. P., 2013. Kualitas Sumber Air Minum dan Pemanfaatan JambanKeluarga dengan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat, IX(1), pp. 24-29.

WHO & UNICEF, 2004. Meeting the MDG Drinking Water and Sanitation Target:A Mid-Term Assessment of Progress. Geneva: WHO.

WHO, 2011. Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC). [Online]Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs125/en/[Accessed 5 Juni 2016].

Page 124: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

107

WHO, 2013. Media Centre: Diarrhoeal DIsease. [Online]Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/[Accessed 24 May 2016].

WHO, 2016. Global Health Observatory (GHO) Data: Causes of Child Mortality.[Online]Available at: http://www.who.int/gho/child_health/mortality/causes/en/[Accessed 25 May 2016].

WHO, 2016. Health and Sustainable Development: Unsafe Drinking Water,Sanitation and Waste Management. [Online]Available at: http://www.who.int/sustainable-development/cities/health-risks/water-sanitation/en/[Accessed 29 April 2016].

WHO, 2016. Health Topics: Diarrhoea. [Online]Available at: http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/[Accessed 5 Juni 2016].

WHO, 2016. Media Centre: Climate Change and Health. [Online]Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs266/en/[Accessed 20 July 2016].

WHO, 2017. Flooding and Communicable Diseases Fact Sheet: Risk Assessmentand Preventive Measures. [Online]Available at: http://www.who.int/hac/techguidance/ems/flood_cds/en/[Accessed 31 January 2017].

Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan danPemberantasannya. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga.

World Bank, 2009. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta: Water and SanitationProgram East Asia and Pasific.

Yasin, H. & Rusgiyono, A., 2013. Identifikasi Faktor-faktor Penyebab KejadianDiare di Kota Semarang dengan Pendekatan Geographically Weighted PoissonRegression. Jurnal Sains dan Matematika, XXI(3), pp. 84-91.

Yassi, A., Kjellstrom, T., Kok, T. d. & Guidotti, T. L., 2001. Basic EnvironmentalHealth. New York: Oxford University Press.

Yuniarno, S., 2005. Hubungan Kualitas Air Sumur dengan Kejadian Diare di DASSolo (Studi Kasus di Hulu dan Hilir Bengawan Solo), Semarang: ProgramPascasarjana Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN

Page 125: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

108

Lampiran 1 Data Prevalensi Diare Balita di Kabupaten Serang

Data Kasus Diare Balita (0-4 tahun) yang Ditemukan oleh Sarana Kesehatan dan Kader diKabupaten Serang Tahun 2013

No. Kecamatan

JumlahBalita(0-4

tahun)

Jumlah Kasus Diare Balita (0-4 tahun) yang ditemukan Total Kasus

Diare balita(0-4 tahun)

Prevalensi(%)Sarana

Kesehatan Kader

1 Cinangka 5761 312 565 877 15.222 Padarincang 6662 1384 68 1452 21.803 Ciomas 4395 428 130 558 12.704 Pabuaran 4174 402 46 448 10.735 Gunung Sari 2296 220 12 232 10.106 Baros 6235 651 278 929 14.907 Petir 5797 552 44 596 10.288 Tunjung Teja 4395 575 39 811 18.459 Cikeusal 7221 458 110 568 7.87

10 Pamarayan 5517 657 245 902 16.3511 Bandung 3025 972 382 1354 44.7612 Jawilan 5669 721 246 967 17.0613 Kopo 5636 484 20 504 8.9414 Cikande 10144 1699 312 2011 19.8215 Kibin 5256 737 19 756 14.3816 Kragilan 8275 1103 9 1112 13.4417 Waringin Kurung 4466 322 283 605 13.5518 Mancak 4933 326 116 442 8.9619 Anyar 5473 277 0 277 5.0620 Bojonegara 3985 443 593 1036 26.0021 Puloampel 3665 173 0 173 4.7222 Kramatwatu 8918 1152 112 1264 14.1723 Ciruas 7744 687 65 752 9.7124 Pontang 4032 644 166 810 20.0925 Carenang 3256 462 8 470 14.4326 Binuang 2680 90 53 143 5.3427 Tirtayasa 3870 627 184 614 15.8728 Tanara 4089 629 19 648 15.85

Kabupaten Serang 147569 17187 4124 21311 14.44Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Page 126: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

109

Data Kasus Diare Balita (0-4 tahun) yang Ditemukan oleh Sarana Kesehatan danKader di Kabupaten Serang Tahun 2014

No. Kecamatan

JumlahBalita(0-4

tahun)

Jumlah Kasus Diare Balita (0-4 tahun) yang ditemukan

Total KasusDiare

balita (0-4tahun)

Prevalensi(%)Sarana

Kesehatan Kader

1 Cinangka 5750 217 639 856 14.892 Padarincang 6659 838 57 895 13.443 Ciomas 4396 275 69 344 7.834 Pabuaran 4176 424 138 562 13.465 Gunung Sari 2298 140 0 140 6.096 Baros 6240 573 211 784 12.567 Petir 5793 495 68 563 9.728 Tunjung Teja 4392 575 45 461 10.509 Cikeusal 7218 752 249 1001 13.87

10 Pamarayan 5516 471 135 606 10.9911 Bandung 3027 292 37 329 10.8712 Jawilan 5680 528 210 738 12.9913 Kopo 5643 433 14 447 7.9214 Cikande 10162 1672 180 1852 18.2215 Kibin 5290 673 14 687 12.9916 Kragilan 8291 896 27 923 11.1317 Waringin Kurung 4469 284 21 305 6.8218 Mancak 4930 225 368 593 12.0319 Anyar 5465 579 8 587 10.7420 Bojonegara 3987 217 214 431 10.8121 Puloampel 3661 360 72 432 11.8022 Kramatwatu 8921 908 84 992 11.1223 Ciruas 7751 656 63 719 9.2824 Pontang 4023 522 22 544 13.5225 Lebak Wangi 3213 385 4 126 3.9226 Carenang 3248 157 0 389 11.9827 Binuang 2797 351 110 157 5.6128 Tirtayasa 4191 536 0 620 14.7929 Tanara 3549 126 0 536 15.10

Kabupaten Serang 150736 14560 3059 17619 11.69Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Page 127: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

110

Data Kasus Diare Balita (0-4 tahun) yang Ditemukan oleh Sarana Kesehatan danKader di Kabupaten Serang Tahun 2015

No. Kecamatan

JumlahBalita(0-4

tahun)

Jumlah Kasus Diare Balita (0-4tahun) yang ditemukan

TotalKasusDiare

balita (0-4tahun)

Prevalensi(%)Sarana

Kesehatan Kader

1 Cinangka 5691 336 536 872 15.322 Padarincang 6601 627 46 673 10.203 Ciomas 4357 741 61 802 18.414 Pabuaran 4144 461 138 599 14.455 Gunung Sari 2281 209 2 211 9.256 Baros 6192 488 9 497 8.037 Petir 5737 450 67 517 9.018 Tunjung Teja 4353 501 18 558 12.829 Cikeusal 7153 593 201 794 11.10

10 Pamarayan 5470 546 97 643 11.7611 Bandung 3002 285 20 305 10.1612 Jawilan 5643 574 133 707 12.5313 Kopo 5602 424 11 435 7.7714 Cikande 10096 1405 124 1529 15.1415 Kibin 5278 501 108 609 11.5416 Kragilan 8241 896 51 947 11.4917 Waringin Kurung 4437 282 194 476 10.7318 Mancak 4889 502 90 592 12.1119 Anyar 5412 425 0 425 7.8520 Bojonegara 3956 388 160 548 13.8521 Puloampel 3627 212 40 252 6.9522 Kramatwatu 8851 841 14 855 9.6623 Ciruas 7691 682 68 750 9.7524 Pontang 3980 502 8 510 12.8125 Lebak Wangi 4053 502 6 179 4.4226 Carenang 3102 219 43 508 16.3827 Binuang 3218 460 98 262 8.1428 Tirtayasa 2658 527 4 519 19.5329 Tanara 3824 176 3 531 13.89

Kabupaten Serang 149539 14755 2316 17105 11.44Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Page 128: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

111

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

Grafik Prevalensi Diare Balita Per Kecamatan di Kabupatan Serang

Prevalensi 2013 (%) Prevalensi 2014 (%) Prevalensi 2015 (%)

Page 129: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

112

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberTahun 2013 1757 2025 1940 2918 1743 907 1769 1876 1761 1696 1637 1500Tahun 2014 1493 1337 1292 1611 1380 1482 1443 1515 1620 1540 1593 1564Tahun 2015 1472 1454 1437 1594 1603 1464 1433 1350 1024 1711 1569 1072

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Grafik Jumlah Kasus Diare Balita Per Bulan di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Page 130: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

113

Lampiran 2 Data Akses Air Minul Layak di Kabupaten Serang

Tabel 0.1 Persentase Penduduk dengan Akses Air Minum Layak di Kabupaten SerangBerdasarkan Kecamatan Tahun 2013-2015

No. KecamatanPenduduk dengan Akses Air Minum Layak (%)Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

1 Cinangka 47.63 60.19 70.372 Padarincang 54.04 65.07 76.163 Ciomas 72.32 73.82 73.24 Pabuaran 64.29 68.68 66.95 Gunung Sari 63.69 68.97 68.226 Baros 66.28 67.74 67.877 Petir 78.7 81.36 81.798 Tanjung Teja 64.25 78.77 78.579 Cikeusal 51.6 54.47 56.09

10 Pamarayan 59.92 72.58 72.2411 Bandung 51.43 53.18 53.2112 Jawilan 75.13 73.18 73.413 Kopo 71.415 79.42 76.0814 Cikande 87.98 90.14 86.6815 Kibin 74.04 76.62 7516 Kragilan 77.995 92.5 81.2217 Waringin Kurung 74.79 75.25 7518 Mancak 81.65 83.58 82.0419 Anyar 72.82 86.34 86.0820 Bojonegara 65.93 67.01 68.3821 Pulo Ampel 48.79 51.53 52.2722 Kramatwatu 88.17 89.74 90.2923 Ciruas 69.38 85.12 76.3424 Pontang 51.58 68.23 54.8125 Carenang 53.12 72.28 57.7726 Binuang 69.48 75.68 74.827 Tirtayasa 49.54 62.5 62.7128 Tanara 57.85 59.43 60.5829 Lebak Wangi 63.55 46.91

Kabupaten Serang 65.85 72.31 70.52Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Page 131: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

114

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Grafik Akses Air Minum Layak per Kecamatan di Kabupaten Serang

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Page 132: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

115

Lampiran 3 Data Akses Jamban Sehat di Kabupaten Serang

Tabel 0.2 Persentase Penduduk dengan Akses Jamban Sehat di Kabupaten SerangBerdasarkan Kecamatan Tahun 2013-2015

No. KecamatanPenduduk dengan Akses Jamban Sehat (%)

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 20151 Cinangka 41.5 57.1 57.292 Padarincang 74.3 55 62.633 Ciomas 64.5 51.9 584 Pabuaran 97.1 77.8 88.655 Gunung Sari 63.4 54.7 56.546 Baros 72 53 58.597 Petir 75.4 61.2 61.698 Tanjung Teja 90.6 88.2 74.019 Cikeusal 69.1 56.1 55.51

10 Pamarayan 96 80.1 79.2211 Bandung 57.7 47 48.9912 Jawilan 101.8 81.6 79.9113 Kopo 69.48 56.6 57.7514 Cikande 87.7 70.3 69.9115 Kibin 93.1 75.4 74.9116 Kragilan 70.88 61.78 56.8917 Waringin Kurung 82.9 66.8 66.1618 Mancak 63 44.5 48.1919 Anyar 80.5 63.8 63.9520 Bojonegara 69.4 56.8 55.7821 Pulo Ampel 77.3 62.5 61.822 Kramatwatu 94.3 73.4 73.7723 Ciruas 75.2 63.1 57.5824 Pontang 64.6 63.8 53.5425 Carenang 60.1 60.4 49.4326 Binuang 62.8 50.5 51.327 Tirtayasa 82.3 66.8 66.0428 Tanara 88.4 68.8 68.0829 Lebak Wangi 37.5 40.21

Kabupaten Serang 75.91 62.29 61.94Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

Page 133: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

116

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang

0

20

40

60

80

100

120

Grafik Akses Jamban Sehat per Kecamatan di Kabupaten Serang

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Page 134: GAMBARAN SPASIAL KASUS DIARE PADA ANAK BALITA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35943/1/NADHIRA... · ... faktor yang memengaruhi tingginya kasus diare di

117

Lampiran 4 Data Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Serang

Tabel 0.3 Kecamatan Rawan Banjir di Kabupaten Serang Berdasarkan Kecamatan Tahun2013-2015

No. KecamatanDaerah Rawan Banjir

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 20151 Cinangka - Rawan Rawan2 Padarincang Rawan - Rawan3 Ciomas - - -4 Pabuaran - Rawan -5 Gunung Sari - - -6 Baros - - -7 Petir - - -8 Tanjung Teja Rawan Rawan -9 Cikeusal Rawan Rawan -

10 Pamarayan Rawan Rawan Rawan11 Bandung Rawan Rawan -12 Jawilan Rawan - Rawan13 Kopo Rawan Rawan -14 Cikande Rawan Rawan Rawan15 Kibin Rawan - Rawan16 Kragilan Rawan Rawan -17 Waringin Kurung - - -18 Mancak - - -19 Anyar - Rawan -20 Bojonegara - - -21 Pulo Ampel - - -22 Kramatwatu - - Rawan23 Ciruas - - -24 Pontang - - Rawan25 Carenang - - Rawan26 Binuang Rawan Rawan Rawan27 Tirtayasa Rawan - Rawan28 Tanara - - Rawan29 Lebak Wangi - Rawan

Jumlah Kecamatan Rawan Banjir 12 11 11Sumber: BPBD Kabupaten Serang