50
GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI UPTD PUSKESMAS JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH FADHLI 08C10104083 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI UPTD PUSKESMAS JEURAM KABUPATEN

NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

FADHLI

08C10104083

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT

2013

Page 2: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini limbah merupakan masalah yang cukup serius, terutama

dikota-kota besar. Sehingga banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah, swasta maupun secara swadaya oleh masyarakat untuk

menanggulanginya, dengan cara mengurangi, mendaur ulang maupun

memusnahkannya. Namun semua itu hanya bisa dilakukan bagi limbah yang

dihasilkan oleh rumah tangga saja. Lain halnya dengan limbah yang di hasilkan

dari upaya medis seperti Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Sakit. Karena jenis

limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis limbah

yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak terdapat buangan

virus, bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya, sehingga harus

dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu diatas 800 derajat celcius

(Maxpelltechnology, 2008).

Limbah dari fasilitas pelayanan kesehatan dapat terkontaminasi (secara

potensial berbahaya) atau tidak terkontaminasi. Sekitar 85% limbah umum yang

dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tidak terkontaminasi dan tidak

berbahaya bagi petugas kesehatan yang menangani. Sedangkan selebihnya limbah

fasilitas pelayanan kesehatan terkontaminasi. Jika tidak dikelola secara benar,

limbah terkontaminasi yang membawa mikroorganisme ini dapat menular pada

Page 3: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

2

petugas yang kontak dengan limbah tersebut termasuk masyarakat pada umumnya

(Tietjen, 2004).

Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun

dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar

lingkungannya. Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius

dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk

mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat

atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus (BPLHD,

2009).

Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah medis dapat menimbulkan

masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika selain dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit ( infeksi

nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian

yang serius dan memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindari atau

dikurangi (Chandra, 2006).

Hasil laporan National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa

terjadinya kecelakaan di pelayanan kesehatan 41% lebih besar dari pekerja di

industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit

pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain- lain.

Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja, yaitu keseleo

(sprains, strains) : 52%; trauma fisik, memar (contussion, crushing, bruising) :

11%; terpotong, luka gores, tusukan (cuts, laceration, punctures): 10.8%; patah

tulang (fractures): 5.6%; beberapa luka (multiple injuries): 2.1%; luka bakar

Page 4: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

3

(thermal burns): 2%; goresan, lecet (scratches, abrasions): 1.9%; infeksi

(infections): 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain- lain: 12.4% (Depkes, 2007).

Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber,

pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan akhir yang berarti

pembuangan atau pemusnahan. Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum

melakukan pengelolaan limbah dari tindakan preventif dalam bentuk pengurangan

volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan atau minimasi

limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti usaha

reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah, daur ulang, pengolahan limbah,

serta pembuangan limbah sisa pengolahan. Sedangkan tata- laksana penanganan

limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi dan Pemilahan

Limbah (Depkes, 2007).

Penanganan limbah terkontaminasi yang tepat akan meminimalkan

penyebaran infeksi pada petugas kesehatan dan masyarakat setempat. Jika

memungkinkan, limbah terkontaminasi harus dikumpulkan dan dipindahkan ke

tempat pembuangan dalam wadah tertutup dan anti-bocor. Karena sebagian

limbah medis dikirim ke pusat pembuangan limbah, maka sangat penting untuk

melatih petugas kesehatan untuk memisahkan limbah terkontaminasi dengan

limbah tidak terkontaminasi (Tietjen, 2004).

Berdasarkan hasil survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Jeuram

pada tanggal 18 sampai dengan 20 Februari 2013, di dapatkan bahwa terdapat

tumpukan limbah medis seperti jarum suntik, botol infuse, perban dan kapas.

Page 5: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

4

Di sekeliling perkarangan Puskesmas Jeuram yang di biarkan begitu saja tanpa di

kelola dengan baik. Padahal di Puskesmas Jeuram sudah terdapat incinerator

dalam proses penggolahan akhir limbah medis. Selain itu, dilakukan pemilahan

ulang terhadap limbah medis sebelum dibakar. Namun dalam proses pengolahan

limbahnya alat pembakaran atau incinerator tidak digunakan, dikarenakan oleh

minimnya dana dan tenaga yang terampil. Oleh karena itu limbah medis yang

dihasilkan hanya dibakar di dalam bak sampah. Hal ini sehubungan dengan tidak

adanya koordinasi dalam sistem pengelolaan limbah medis dan dapat berakibat

pada terjadinya infeksi silang (nosokomial). Apabila pengelolaan pembuangannya

tidak benar, maka dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung

puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.

Sesuai dengan permasalahan diatas, perlu untuk melakukan penelitian

tentang gambaran perilaku petugas puskesmas dalam sistem pengelolaan limbah

medis di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran perilaku petugas

puskesmas dalam sistem pengelolaan limbah medis di UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013?.

Page 6: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku petugas puskesmas dalam sistem

pengelolaan limbah medis di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang gambaran pengetahuan

petugas puskesmas dalam sistem pengelolaan limbah medis.

b. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang gambaran sikap petugas

puskesmas dalam sistem pengelolaan limbah medis.

c. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang gambaran tindakan petugas

puskesmas dalam sistem pengelolaan limbah medis.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi untuk memperkaya

ilmu kesehatan dan Sebagai bahan bacaan bagi institusi pendidikan. Sebagai

bahan untuk menambah ilmu pengetahuan dan perbaikan pendidikan untuk

meningkatkan mutu pendidikan dan dapat menjadi panduan atau bahan

perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang.

Page 7: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

6

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat melalui pengelolaan

limbah medis yang dihasilkan oleh tempat pelayanan kesehatan.

b. Bagi Dinas Kesehatan

Memberikan masukan kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan

Raya tentang pentingnya pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah medis

yang dilakukan oleh tempat pelayanan kesehatan.

c. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi kepada petugas kesehatan

dalam usaha pencegahan penularan infeksi dengan kegiatan administratif maupun

operasional, melibatkan penanganan, perawatan, mengkondisikan, penimbunan,

dan pembuangan limbah.

Page 8: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia (human behavior) merupakan suatu yang penting dan

perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat dalam

setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku

manusia mencangkup dua komponen yaitu sikap atau mental dan perilaku

(attitude) (Herijulianti, 2002).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

Page 9: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

8

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori Skiner ini disebut teori "S-O-R" atau Stimulus-Organisme-

Respons.

Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2003), menganalisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor diluar perilaku (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor- faktor predisposisi

(predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor-faktor pendukung (enabling

factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya fasilitas untuk cuci

tangan; dan faktor- faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan

tersebut terjadi mulai proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap

bernilai positif bagi individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain

dari hidupnya. Upaya pengelolaan limbah pelayanan kesehatan telah dilaksanakan

dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan,

pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan

peningkatan kesehatan di lingkungan pelayanan kesehatan. Selain itu secara

Page 10: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

9

bertahap dan berkesinambungan departemen kesehatan mengupayakan instalasi

pengelolaan limbah pelayanan kesehatan, sehingga sampai saat ini sebagian

pelayanan kesehatan pemerintah telah dilengkapi fasilitas pengelolaan limbah,

meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan

limbah pelayanan kesehatan masih perlu ditingkatkan lagi. Adanya unsur-unsur

kimia, fisika dan mikroba yang terkandung dalam limbah pelayanan kesehatan

sangat berpotensi menimbulkan berbagai macam gangguan baik terhadap pasien,

petugas, pengunjung, maupun masyarakat masyarakat yang tinggal disekitar

pelayanan kesehatan. Gangguan yang ditimbulkan adalah gangguan estetika, bau

busuk, dan kecelakaan kerja (Depkes RI, 2002).

2.1.2. Jenis-Jenis Perilaku

Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk terserubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain. oleh sebab itu disebut covert behavior atau

unobservoble behavior (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku terbuka (overt behavior) Respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. oleh sebab itu disebut overt behavior,

tindakan nyata atau praktek (practice) (Notoatmodjo, 2007).

Page 11: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

10

2.1.3. Domain Perilaku

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah

kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (l908)

seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga)

domain, ranah atau kawasan yakni: (1) kognitif (cognitive), (2) afektif (affective),

(3) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007),

yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang

ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali

benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya.

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. menjelaskan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

Page 12: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

11

(overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam komponen-komponen.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau

Page 13: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

12

objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek

kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sarwono dalam Maulana (2009), sikap merupakan kecenderung-

an merespons (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap

mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci, dan sedih),

kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), dan konatif (kecenderungan

bertindak). Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan.

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk

berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan

perasaan terhadap objek tersebut.

Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan suatu

perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kes iapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Dengan sikap secara minimal, masyarakat memiliki pola berpikir tertentu

dau pola berpikir diharapkan dapat berubah dengan diperolehnya pengalaman,

pendidikan, dan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Seperti

halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

(Notoatmodjo, 2007) :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

Page 14: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

13

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, te rlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden

terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan

hipotesis, kemudian tanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007).

3. Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2007), Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara

lain adalah fasilitas. Tindakan (Practice) ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu.

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

Page 15: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

14

2) Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3) Mekanisme (mekanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikanya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan responden (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Puskesmas

2.2.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana

fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan

kesehatan tingkat perta yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal

dalam suatu wilayah tertentu (Mubarak, 2009).

Page 16: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

15

Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) dalam Mubarak (2009),

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan, fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2.2.2. Fungsi Puskesmas

Menurut Mubarak (2009), Ada tiga fungsi pokok puskesmas, di antaranya

adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien.

3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknik materi dan rujukan medis

maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat.

4. Memberi pelayanan keseharan kepada masyarakat.

Page 17: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

16

5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan

program puskesmas.

2.2.3. Peran Puskesmas

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran

yang sangat vital. Sebagai institusi pelaksana teknis, puskesmas dituntut memiliki

kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan (Mubarak, 2009).

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan untuk menentukan

kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan

kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait

upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu

(Mubarak, 2009).

2.2.4. Kegiatan Pokok Puskesmas

Menurut Mubarak (2009), kegiatan pokok puskesmas dibagi atas :

(1) Kesejahteraan ibu dan anak (KIA), (2) Keluarga berencana, (3) Usaha

perbaikan gizi, (4) Kesehatan lingkungan, (5) Pemberantasan penyakit menular,

(6) Upaya pengobatan, (7) Penyuluhan kesehatan masyarakat, (8) Usaha

kesehatan sekolah, (9) Kesehatan olah raga, (10) Perawatan kesehatan

masyarakat, (11) Usaha kesehatan kerja, (12) Usaha kesehatan gigi dan mulut,

(13) Usaha kesehatan jiwa, (14) Kesehatan mata, (15) Laboratorium (diupayakan

Page 18: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

17

tidak lagi sederhana), (16) Pencatatan dan pelaporan system informasi kesehatan,

(17) Kesehatan usia lanjut, dan (18) Pembinaan pengobatan tradisional.

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari upaya

kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib

merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di

lndonesia. Upaya ini memberikan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan

pembangunan kesehatan melalui peningkatan lndeks Pembangunan Manusia

(lPM), serta merupakan kesepakatan global maupun nasional. Yang termasuk

dalam upaya kesehatan wajib adalah promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,

kesehatan lbu anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Sedangkan

upaya kesehatan pengembangan adalah upaya kesehatan yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat setempat

serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas (Depkes RI, 2006).

2.3. Limbah

2.3.1. Pengertian

Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi imbah

adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah

bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi,

baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk

limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai

Page 19: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

18

jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) (Soenarno, 2011).

Limbah atau waste diartikan sebagai benda yang tidak dipakai, tidak

diingikan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, serta

tidak terjadi dengan sendirinya (Mubarak, 2009).

Semakin meningkat kegiatan manusia, semakin banyak pula limbah yang

dihasilkan. Oleh karena itu perlu peraturan yang mengikat secara hukum terkait

dengan limbah dan pengelolaannya. UU No 32 Tahun 2009 sudah memuat aturan

segala sesuatu yang terkait limbah tersebut. Aturan itu menyangkut apa yang

diperbolehkan, dilarang dan sanksi hukumnya. UU no 32/2009 ini merupakan

penyempurnaan dari UU sebelumnya yaitu UU No 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Disamping itu, sudah ada UU

yang lebih khusus lagi yaitu UU no 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

(Soenarno, 2011).

2.3.2. Jenis-Jenis Limbah

Menurut Notoatmodjo (2007), jenis-jenis limbah dapat dibagi dalam

beberapa bagian yaitu :

1. Limbah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya

a. Limbah anorganik, adalah limbah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

Page 20: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

19

b. Limbah organik, adalah limbah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

2. Limbah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

a. Limbah yang mudah terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan sebagainya.

b. Limbah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam bekas,

dan sebagainya.

3. Limbah berdasarkan karakteristiknya

a. Garbage, yaitu jenis limbah hasil pengolahan/pembuatan makanan yang

umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran,

hotel, dan sebagainya.

b. Rabish, limbah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah terbakar

maupun yang tidak mudah terbakar.

c. Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,

termasuk abu rokok.

d. Limbah jalanan (steet sweeping), yaitu limbah yang berasal dari pembersihan

jalan dan limbah industri.

e. bangkai binatang (dead animal), bangkai kendaraan (abandoned vehicle) dan

limbah pembangunan (construction waste).

2.3.3. Sumber-Sumber Limbah

1. Limbah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Limbah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah

tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang

Page 21: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

20

sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,

daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Limbah yang berasal dari tempat-tempat umum

Limbah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Limbah ini berupa

kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

3. Limbah yang berasal dari perkantoran

Limbah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Limbah ini berupa kertas-kertas, plastik,

karbon, klip dan sebagainya. Umumnya limbah ini bersifat anorganik, dan mudah

terbakar (rubbish).

4. Limbah yang berasal dari jalan raya

Limbah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari :

kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-

onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

5. Limbah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Limbah ini berasal dari kawasan industri, termasuk limbah yang berasal

dari pembangunan industri, dan segala limbah yang berasal dari proses produksi,

misalnya: limbah- limbah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan

tekstil, kaleng, dan sebagainya.

Page 22: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

21

6. Limbah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Limbah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,

sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan

sebagainya.

7. Limbah yang berasal dari pertambangan

Limbah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari

jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir,

sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

8. Limbah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Limbah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-

kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo,

2007).

2.4. Limbah Medis

2.4.1. Pengertian

Limbah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan

diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kajian tersebut

juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan

ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut limbah biologis

(Arifin, 2011).

Limbah medis merupakan benda atau barang infeksius yang harus dikelola

dengan baik dimulai pada saat pengumpulan, pengangkutan, sampai proses

Page 23: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

22

pemusnahan, sehingga penyebaran microba pathogen dapat dicegah. Tempat asal

limbah medis adalah semua unit pelayanan medis yang ada (Darmadi, 2008).

2.4.2. Jenis Limbah Medis Menurut Sumbernya

Tabel 2.1. Jenis Limbah Medis Menurut Sumbernya

No. Sumber/Area Jenis Limbah

1. Unit obstetric dan ruang perawatan

obstetric

Dressing (pembalut/pakaian), sponge (sepon/ pengosok ), placenta, ampul, termasuk kapsul

perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker yang dapat dibuang),

disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah), disposable chat eter

(alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan

underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable.

2. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan

Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/ penggosok), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang

dapat dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood lancet

(pisau bedah), disposable kantong emesis, Levin tubes (pembuluh) chateter (alat bedah), drainase set (alat pengaliran), kantong colosiomy,

underpads (alas/bantalan), sarung bedah.

3. Unit laboratorium, ruang mayat,

phatology dan autopsy

Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish, wadah specimen, slide specimen (kaca/alat

sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang.

4. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian dan bandages

(perban), masker disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.

5. Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat

semprot), kertas dan lain- lain.

6. Unit pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, limbah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan.

7. Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan

sayuran dan lain- lain

8. Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkus, daun ranting, debu.

(Sumber : Depkes, 2002)

Page 24: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

23

2.4.3. Pengelolaan Limbah Medis

Pengelolaan limbah merupakan semua kegiatan baik administratif maupun

operasional, (termasuk kegiatan transportasi), melibatkan penanganan, perawatan,

mengkondisikan, penimbunan, dan pembuangan limbah (Tietjen, 2004).

Pengelolaan limbah ialah melindungi petugas pembuangan limbah dari

perlukaan, melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan,

mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitar, membuang bahan-bahan

berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman. Tumpukan limbah terbuka

harus dihindari, karena menjadi objek pemulung yang akan memanfaa tkan limbah

yang terkontaminasi, dapat menyebabkan perlukaan, menimbulkan bau busuk dan

mengundang lalat dan hewan (Tietjen, 2004).

Menurut Chandra (2006), Pengelolaan limbah di pelayanan kesehatan

harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi.

Adapun persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Limbah tidak boleh mencemari tanah, air permukaan atau air tanah dan juga

udara.

2. Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus dan binatang lainnya.

3. Limbah tidak menimbulkan bau busuk dan pemandangan yang tidak baik.

4. Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair lain dan harus

memiliki tempat penampungan sendiri.

Perangkat penunjang pada proses pengolahan limbah merupakan sarana

dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penentuan untuk

keseluruhan perangkat tersebut. Penentuan untuk keseluruhan perangkat tersebut

Page 25: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

24

harus mempertimbangkan aspek ketersediaan anggaran, jumlah kunjungan dan

lama rawat inap pasien serta berbagai pertimbangan teknis yang lain (Chandra,

2006).

Pembuangan limbah medis yang terkontaminasi yang benar meliputi:

1. Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi limbah hendaknya merupakan proses yang

kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan: kelancaran penanganan

dan penampungan limbah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan

limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3,

pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk

efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

2. Wadah penampung

Setiap unit di fasiltas kesehatan hendaknya menyediakan tempat

penampungan sementara limbah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama.

Jumlah tempat penampungan sementara itu disesuaikan dengan kebutuhan serta

kondisi ruangan. Wadah yang digunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air,

memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan dan mudah dikosongkan (Chandra,

2006).

Penampungan limbah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah

bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak

overload. Penampungan dalam pengelolaan limbah medis dilakukan perlakuan

standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang

bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.

Page 26: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

25

986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang

biohazard untuk limbah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol

citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol

radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan

“domestik”.

Penanganan limbah terkontaminasi yang tepat akan meminimalkan

penyebaran infeksi pada petugas kesehatan dan masyarakat setempat. Jika

memungkinkan, limbah terkontaminasi harus dikumpulkan dan dipindahkan ke

tempat pembuangan dalam wadah tertutup dan anti bocor (Tietjen, 2004).

a. Untuk limbah terkontaminasi, pakailah wadah plastik atau disepuh logam

dengan tutup yang rapat. Sekarang, kantong-kantong plastik yang berwarna

digunakan untuk membedakan limbah umum (yang tidak terkontaminasi)

dengan yang terkontaminasi pada sebagian besar fasilitas kesehatan.

b. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda-benda tajam.

(benda-benda tajam yang tidak akan digunakan kembali).

c. Tempat wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan mudah

dicapai oleh pemakai (mengangkat-angkat limbah kemana-mana meningkat-

kan resiko infeksi pada pembawanya). Terutama penting sekali terhadap

benda tajam yang membawa resiko besar kecelakaan perlukaan pada petugas

kesehatan dan staf.

d. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak

boleh dipakai untuk keperluan lain di klinik atau rumah sakit (sebaiknya

menandai wadah limbah terkontaminasi).

Page 27: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

26

e. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan (larutan

klorin 0,5% + sabun) dan bilas teratur dengan air.

f. Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan

yang tidak akan dibakar sebelum dibuang. Langkah ini akan menghindarkan

petugas dari memisahkan limbah dengan tangan.

g. Gunakan perlengkapan perlindung diri (PPD) ketika menangani limbah

(misalnya sarung tangan utilitas dan sepatu pelindung tertutup).

h. Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptik berbahan dasar alkohol

tanpa air setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani limbah

(Tietjen, 2004).

3. Sarana pengangkutan

Proses dimulai dari pengangkutan limbah dari wadah penampungan yang

diletakan pada lokasi tertentu sampai ketempat pembuangan. Secara mekanis,

limbah dapat diangkut dengan sejenis sistem conveyor yang akan membawa

limbah tersebut ke lokasi pembuangan akhir (Chandra, 2006).

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan

eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat

pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan

internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan

dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi

dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan limbah

medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal

memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang

Page 28: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

27

terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Limbah

medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

4. Sarana Pembuangan dan pemusnahan

Metode yang digunakan untuk megolah dan membuang limbah medis

tergantung pada faktor- faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan

dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap

masyarakat. Teknik pengolahan limbah medis (medical waste) yang mungkin

diterapkan adalah Insinerasi, Sterilisasi dengan uap panas/autoclaving (pada

kondisi uap jenuh bersuhu 121o C, Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan

berupa ethylene oxide atau formaldehyde), Desinfeksi zat kimia dengan proses

grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan), Inaktivasi suhu tinggi,

Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi), Microwave treatment, Grinding

dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran limbah), Pemampatan/

pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk.

Kegiatan pemusnahan merupakan tahap akhir dari proses pengolahan

limbah. Limbah dari lokasi penampungan akhir diangkut ke luar fasilitas

kesehatan dengan menggunakan sarana angkutan dinas kebersihan kota.

Khususnya untuk limbah non-medis. Untuk limbah medis yang mudah terbakar

dimusnahkan dengan menggunakan insinerator dan limbah yang tidak mudah

terbakar, limbah tersebut disterilkan dahulu dengan autoclave baru kemudian

dibuang (Chandra, 2006).

Menurut Tietjen (2004), Pembuangan limbah yang terkontaminasi

meliputi :

Page 29: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

28

a. Menuangkan cairan atau limbah basah ke sistem pembuangan kotoran

tertutup.

b. Insenerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus

mikroorganismenya. Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan limbah

terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah dan

memastikan bahwa bahan tersebut tidak akan dijarah dan dipakai ulang.

c. Menguburkan limbah terkontaminasi untuk mencegah ditangani lebih lanjut.

2.5. Kerangka Teori

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah

kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (l908)

seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga)

domain, ranah atau kawasan yakni: (1) kognitif (cognitive), (2) afektif (affective),

(3) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu Pengetahuan

(Knowledge), Sikap (Attitude) dan Tindakan (Practice) (Notoatmodjo, 2007).

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Perilaku Petugas Puskesmas

Menurut Notoatmodjo (2007) 1. Pengetahuan (Knowledge) 2. Sikap (Attitude)

3. Tindakan (Practice)

Sistem Pengelolaan Limbah

Medis

Page 30: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

29

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan petugas puskesmas dengan sistem

pengelolaan limbah medis di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan

Raya Tahun 2013

2. Ada hubungan antara sikap petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan

limbah medis di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya Tahun

2013

3. Ada hubungan antara tindakan petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan

limbah medis di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya Tahun

2013

Tindakan

Sikap

Pengetahuan

Sistem Pengelolaan Limbah

Medis

Page 31: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

30

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu mengumpulkan data penelitian untuk variabel

baik variabel independen maupun variabel dependen dilakukan dalam satu waktu

yang bersamaan (Notoadmojo, 2005). Metode deskriptif korelasi ini digunakan

untuk mengetahui gambaran perilaku petugas puskesmas terhadap sistem

pengelolaan limbah medis di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan

Raya dan dilaksanakan pada tanggal 02 sampai dengan 06 Mei 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas puskesmas yang ada di UPTD

Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 105 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan

Page 32: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

31

sampel dalam penelitian ini adalah secara simple random sampling yaitu cara

pengambilan sampel dengan teknik memberikan nomor yang berbeda kepada

setiap anggota populasi, kemudian memilih sampel dengan mengunakan angka-

angka random. Menghitung jumlah sampel, peneliti mengunakan rumus :

𝑛 = 𝑁

𝑁 (𝑑)2 + 1

Keterangan :

n : Sampel

N : Populasi

d : Derajat kebebasan (0.05).

𝑛 = 105

105 (0.05)2 + 1

𝑛 = 105

1.2625

n = 83.2 dibulatkan menjadi 83 responden (Sarwono, 2006).

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui

penyebaran kuisioner kepada responden untuk memperoleh tanggapan, penjelasan

dari responden tentang perilaku petugas puskesmas terhadap sistem pengelolaan

limbah medis. Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode

angket. Angket ini dilakukan dengan mengedarkan fomulir- fomulir, diajukan

secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban

Page 33: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

32

(Notoatmodjo, 2005). Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti mengacu kepada

konsep sistem pengelolaan limbah medis.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh sebagai pendukung hasil penelitian, sumber data

sekunder diperoleh dari catatan, literatur, artikel dan tulisan ilmiah yang relevan

dengan topik penelitian yang dilakukan (Sarwono, 2006).

3.5. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Keterangan

Variabel Dependen

1 Sistem

Pengelolaan Limbah Medis

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

Semua kegiatan baik administratif

maupun operasional, melibatkan penanganan, perawatan, mengkondisi-kan, penimbunan, dan pembuangan

limbah Angket

Kuesioner 1. Kurang 2. Baik

Ordinal

Variabel Independen

1 Pengetahuan Definisi

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

Hasil tahu petugas kesehatan tentang sistem pengelolaan limbah medis

Angket Kuesioner 1. Kurang

2. Baik Ordinal

2 Sikap Definisi

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

Reaksi atau respon petugas kesehatan

dalam upaya pengelolaan limbah medis

Angket Kuesioner 1. Kurang

2. Baik Ordinal

Page 34: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

33

3 Tindakan Definisi

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Pelaksanaan yang dilakukan petugas kesehatan dalam sistem pengelolaan

limbah medis

Angket Kuesioner

1. Kurang 2. Baik

Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Variabel Dependen

Pertanyaan sistem pengolahan sampah mengunakan chacklist dengan 10

pernyataan dalam tiap-tiap variabel, interpretasi penilaian dalam penelitian ini,

apabila skor dilakukan nilainya 1 (satu) dan apabila tidak dilakukan nilainya 0

(nol). Kategori pengukuran sistem pengolahan limbah dibagi dalam dua bagian,

yaitu kategori “kurang” apabila responden menjawab ≤50% dan kategori “baik”

apabila responden menjawab >50%.

3.6.2. Variabel Independen

a. Pengetahuan

Penelitian menggunakan instrumen berupa angket (kuesioner) yang berisi

10 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan multiple choice. Pilihan jawaban yang

diberikan oleh peneliti kepada responden. Peneliti telah menyediakan jawaban,

sehingga responden tinggal memilih atau membubuhkan tanda checklish (√) pada

jawaban yang sesuai menurut responden. Jawaban yang benar diberi skor 1 (satu)

dan salah diberi skor 0 (nol). Kategori pengukuran pengetahuan dibagi dalam dua

Page 35: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

34

bagian, yaitu kategori “kurang” apabila responden menjawab ≤50% dan kategori

“baik” apabila responden menjawab >50%.

b. Sikap

Pengukuran dalam penelitian ini mengunakan pernyataan tertutup (close

anded question) yang berjumlah 10 pernyataan. Hasil ukur mengunakan cara skala

Likert dengan graduasi tingkat penilaian yaitu : Sangat setuju diberi bobot 5,

Setuju diberi bobot 4, Netral diberi bobot 3, Tidak Setuju diberi bobot 2, dan

Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1. Kategori pengukuran sikap dibagi dalam dua

bagian, yaitu kategori “kurang” apabila responden menjawab ≤50% dan kategori

“baik” apabila responden menjawab >50%.

c. Tindakan

Metode pengukuran dalam penelitian ini mengunakan skala guttman

merupakan skala yang bersifat tegas dan konsistensi dengan memberikan jawaban

yang tegas seperti jawaban “Ya” dan “Tidak”. Skala guttman ini dibuat dibuat

dalam bentuk chacklist dengan 10 pernyataan dalam tiap-tiap variabel, interpretasi

penilaian dalam penelitian ini, apabila skor dilakukan nilainya 1 (satu) dan apabila

tidak dilakukan nilainya 0 (nol). Kategori pengukuran tindakan dibagi dalam dua

bagian, yaitu kategori “kurang” apabila responden menjawab ≤50% dan kategori

“baik” apabila responden menjawab >50%.

3.7. Analisa Data Penelitian

3.7.1. Analisa Univariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa univariate. Analisis

ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terhadap variabel-variabel independen

Page 36: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

35

yang diteliti, mendiagnosis asumsi statistik lanjut dan mendeteksi nilai ekstrim

dengan melihat gambaran distribusi frekuensi variabel dependen dan independen

yang akan diteliti yang digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik (Sarwono,

2006).

Data hasil pengkatagorian untuk tiap-tiap variabel yang diteliti selanjutnya

ditentukan persentase perolehannya masing-masing dengan menggunakan rumus

(Setiadi, 2007):

P = f

n x 100%

.

3.7.2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dan independen dengan cara diagnosis data dan uji hipotesis dua

variabel.

Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah Jawaban yang Benar

n = Jumlah Skor Maksimal

Page 37: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografis

Puskesmas Jeuram berdiri tahun 1963 dengan luas bangunan kurang lebih

200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan paramedis sehingga

luas seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m2. Lokasi Puskesmas Jeuram

berada di Jalan Kesehatan No. 1 Gampong Parom, Kecamatan Seunagan. Dengan

Akses kejalan Nasional lebih kurang ± 500 meter.

Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 35 desa yang ada di Kecamatan

Seunagan . Jarak dari Puskesmas ke Ibukota kabupaten Nagan Raya lebih kurang

10 km. Sedangkan luas wilayah kerja Puskesmas sekitar 8 km2. Batas wilayah

kerja Puskesmas Jeuram yaitu:

a. sebelah utara : Kecamatan Seunagan Timur

b. sebelah selatan : Desa Cot Peuradi, Desa Blang Sapek

c. sebelah timur : Kecamatan Beutong

d. sebelah barat : Kabupaten Aceh Barat

Untuk perhubungan dari Puskesmas ke ibukota Kabupaten dapat ditempuh

dengan jalan tanpa hambatan, sedangkan hubungan antara Puskesmas dengan

desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Jeuram cukup lancar. Hanya beberapa desa

yang sulit dijangkau terutama di musim hujan.

Page 38: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

37

4.1.2. Tenaga Kesehatan

Adapun pegawai yang bertugas di lingkungan Puskesmas Jeuram saat ini

berjumlah 91 orang termasuk yang ditugaskan di Pustu (Puskemas Pembantu)

dengan berbagai jenjang pendidikan dari SLTA sampai perguruan tinggi, baik

yang berlatar belakang kesehatan maupun umum, bahkan saat ini ada beberapa

orang yang sedang menempuh pendidikan pada program strata 1 kesehatan

masyarakat di Universitas. Tenaga pelaksana (Teknis) di Puskesmas Perawatan

Jeuram sebagai berikut: Dokter umum : 2 orang, Dokter gigi : 1 orang, Sajana

Kesehatan Masyarakat : 1 orang, Perawat : 45 orang, Bidan : 28 orang, Petugas

Gizi (D III) : 1 orang, Sanitarian (D III) : 1 orang, SLTA (LOPK) : 13 orang.

4.1.3. Sarana dan Prasarana Puskesmas Jeuram

Puskesmas Jeuram dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang

tinggal di desa-desa yang jauh dari Puskesmas induk dibantu oleh sarana dan

prasarana kesehatan yang ada di desa-desa tersebut. Sarana dan Prasarana

Puskesmas Non Fisik dan Fisik terdiri atas:

a. Sumber dana

1) Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2) Asuransi Kesehatan (ASKES)

3) Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

b. Sarana Transportasi

1) Mobil Pusling Unit

2) Mobil Ambulance Unit, Sepeda Motor

Page 39: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

38

c. Sarana Administrasi

Saat ini Puskesmas Puskesmas Jeuram memiliki Enam (6) unit computer

dan satu Unit Internet untuk mendukung semua kegiatan yang digunakan

semaksimal mungkin untuk pembuatan pelaporan dan pembukuan di Puskesmas.

Tabel di bawah ini menampilkan data sarana dan prasarana yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Jeuram

Tabel 4.1 : Daftar Sarana dan Prasarana Puskesmas Jeuram Tahun 2009

No Nama fasilitas Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 4 buah

2 Pusling 3 Unit

3 Polindes 9 buah

4 Posyandu 36 buah

5 Pos pelayanan terpadu Usila 2 buah

4.1.4. Program Pokok Puskesmas Jeuram

a. Kesejahteraan ibu dan Anak (KIA),

b. Pemeriksaan antenatal, buteki, nifas

c. Pemeriksaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

d. Keluarga berencana

e. Pembinaan posyandu

f. Pembinan Taman Kanak-kanak (TK)

g. Pemberian kapsul vitamin A

h. Pemberian tablet penambah darah

i. Penyuluhan pemanfaatna pekarangan

j. Penyuluhan pemberian makanan tambahan (PMT)

k. Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah

Page 40: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

39

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Pengetahuan Petugas Puskesmas

Pengetahuan petugas puskesmas dibagi menjadi 2 kategori yaitu kurang

dan baik, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Petugas Puskesmas

Tentang Pengelolaan Limbah Medis di UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Pengetahuan Jumlah Persen

1 2

Kurang Baik

7 76

8.4 91.6

Jumlah 83 100.0

Dari Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pengetahuan

responden mempunyai kategori pengetahuan baik sebanyak 76 responden

(91.6%).

4.2.2. Sikap Petugas Puskesmas

Sikap petugas puskesmas dibagi menjadi 2 kategori yaitu kurang dan baik,

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Petugas Puskesmas

Tentang Pengelolaan Limbah Medis di UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Sikap Jumlah Persen

1

2

Kurang

Baik

7

76

8.4

91.6

Jumlah 83 100.0

Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas sikap responden

mempunyai kategori sikap baik sebanyak 76 responden (91.6%).

Page 41: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

40

4.2.3. Tindakan Petugas Puskesmas

Tindakan petugas puskesmas dibagi menjadi 2 kategori yaitu kurang dan

baik, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Gambaran Tindakan Petugas Puskesmas

Tentang Pengelolaan Limbah Medis di UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Tindakan Jumlah Persen

1 2

Kurang Baik

40 43

48.2 51.8

Jumlah 83 100.0

Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas tindakan

responden mempunyai kategori tindakan baik sebanyak 43 responden (51.8%).

4.2.4. Sistem Pengelolaan Limbah Medis

Sistem pengelolaan limbah medis dibagi menjadi 2 kategori yaitu kurang

dan baik, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sistem Pengelolaan Limbah Medis di UPTD

Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Pengelolaan Limbah Jumlah Persen

1 2

Kurang Baik

22 61

26.5 73.5

Jumlah 83 100.0

Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas sistem pengelolaan

limbah medis mempunyai kategori baik sebanyak 61 responden (73.5%).

Page 42: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

41

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1. Gambaran Pengetahuan Petugas Puskesmas Dalam Sistem

Pengelolaan Limbah Medis

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Petugas Puskesmas

Dalam Sistem Pengelolaan Limbah Medis di UPTD Puskesmas

Jeuram Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Pengetahuan

Pengelolaan Total p OR

Kurang Baik

f % f % f %

Kurang 6 85.7 1 14.3 7 100.0

0.001 22.500 Baik 16 21.1 60 78.9 76 100.0

Jumlah 22 26.5 61 73.5 83 100.0

Diketahui pada Tabel 4.6. mayoritas pengetahuan responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 60 (78.9%) responden dan

pengetahuan responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang kurang

sebanyak 6 (85.7%) responden, sedangkan hasil uji korelasi terdapat hubungan

antara pengetahuan petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan limbah medis,

dengan nilai p = 0.001 dan OR = 22.500, dimana responden dengan pengetahuan

baik memiliki sistem pengelolaan yang baik 22.500 kali lebih besar dibandingkan

responden yang mempunyai pengetahuan kurang.

4.3.2. Gambaran Sikap Petugas Puskesmas Dalam Sistem Pengelolaan

Limbah Medis

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Petugas Puskesmas Dalam

Sistem Pengelolaan Limbah Medis di UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Sikap

Pengelolaan Total p OR

Kurang Baik

f % f % f %

Kurang 6 85.7 1 14.3 7 100.0

0.001 22.500 Baik 16 21.1 60 78.9 76 100.0

Jumlah 22 26.5 61 73.5 83 100.0

Page 43: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

42

Diketahui pada Tabel 4.7. mayoritas sikap responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 60 (78.9%) responden dan sikap

responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang kurang sebanyak 6

(85.7%) responden, sedangkan hasil uji korelasi terdapat hubungan antara sikap

petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan limbah medis, dengan nilai p =

0.001 dan OR = 22.500, dimana responden dengan sikap baik memiliki sistem

pengelolaan yang baik 22.500 kali lebih besar dibandingkan responden yang

mempunyai sikap kurang.

4.3.3. Gambaran Tindakan Petugas Puskesmas Dalam Sistem Pengelolaan

Limbah Medis

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Gambaran Tindakan Petugas Puskesmas

Dalam Sistem Pengelolaan Limbah Medis di UPTD Puskesmas

Jeuram Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Tindakan

Pengelolaan Total p OR

Kurang Baik

f % f % f %

Kurang 13 32.5 27 67.5 40 100.0

0.345 1.819 Baik 9 20.9 34 79.1 43 100.0

Jumlah 22 26.5 61 73.5 83 100.0

Diketahui pada Tabel 4.8. mayoritas tindakan responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 34 (79.1%) responden dan

tindakan responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak

27 (67.5%) responden, sedangkan hasil uji korelasi tidak terdapat hubungan antara

tindakan petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan limbah medis, dengan

nilai p = 0.345 dan OR = 1.819 dimana responden dengan tindakan baik memiliki

sistem pengelolaan yang baik 1.819 kali lebih besar dibandingkan responden yang

mempunyai tindakan kurang.

Page 44: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

43

4.4. Pembahasan Penelitian

4.4.1. Gambaran Pengetahuan Petugas Puskesmas Dalam Sistem

Pengelolaan Limbah Medis

Hasil penelitian menunjukan mayoritas pengetahuan responden baik

dengan pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 60 (78.9%) responden dan

pengetahuan responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang kurang

sebanyak 6 (85.7%) responden, sedangkan hasil uji korelasi terdapat hubungan

antara pengetahuan petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan limbah medis,

dengan nilai p = 0.001.

Pengetahuan yang baik ini menurut peneliti dimungkinkan dari mayoritas

responden yang memiliki pendidikan setara yaitu Dipoloma III dan beberapa

diantaranya sudah mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan limbah serta

mayoritas responden sudah lama bertugas di Rumah Sakit Umum. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan ahli bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pengetahuan yang baik pada responden ini di dapat dari petugas kesehatan

lingkungan dan dari beberapa media yang tersedia di antaranya poster, leafled,

buku, maupun internet yang ada di UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan

Raya. Menurut peneliti dengan banyaknya informasi yang didapat dari media

maka pengetahuan yang dimiliki petugas puskesmas akan lebih baik.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (2007),

mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah

Page 45: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

44

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. menjelaskan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

4.4.2. Gambaran Sikap Petugas Puskesmas Dalam Sistem Pengelolaan

Limbah Medis

Hasil penelitian menunjukan mayoritas sikap responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 60 (78.9%) responden dan sikap

responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang kurang sebanyak 6

(85.7%) responden, sedangkan hasil uji korelasi terdapat hubungan antara sikap

petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan limbah medis, dengan nilai p =

0.001.

Sikap yang baik pada responden ini di dapat dari ketersediaan fasilitas-

fasilitas yang mendukung pelaksanaan pengelolaan sampah medis tersebut,

tempat-tempat pembuangan limbah medis dan non medis diletakkan di depan atau

di dalam ruang tindakan petugas kesehatan, hal ini juga merupakan salah satu

alasan bagi petugas untuk lebih mudah dalam membuang limbah medis tempat

yang sudah disediakan dengan sesuai spesifikasinya dan lebih mudah untuk

petugas dalam pengelolaannya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sarwono dalam Maulana (2009),

sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau negatif) orang,

situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau

Page 46: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

45

afektif (senang, benci, dan sedih), kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), dan

konatif (kecenderungan bertindak). Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam

diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek

akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.

Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah medis dapat menimbulkan

masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika selain dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit (infeksi

nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian

yang serius dan memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindari atau

dikurangi (Chandra, 2006).

4.4.3. Gambaran Tindakan Petugas Puskesmas Dalam Sistem Pengelolaan

Limbah Medis

Hasil penelitian menunjukan mayoritas tindakan responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 34 (79.1%) responden dan

tindakan responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak

27 (67.5%) responden, sedangkan hasil uji korelasi tidak terdapat hubungan antara

tindakan petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan limbah medis, dengan

nilai p = 0.345.

Pengelolaan limbah yang kurang ini menurut peneliti, petugas puskesmas

tidak memilah limbah medis dan non medis sebelum dibuang ketempat sampah,

padahal di tempat sampah tersebut sudah tertera jenis-jenis sampah yang

dimaksud, hal ini terlihat pada limbah medis dan non medis seperti perban dan

Page 47: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

46

kapas bercampur darah, infuset bekas, sarung tangan bekas dan lain- lain

bercampur dengan limbah non medis. Kondisi ini dapat menyebabkan tikus,

kecoa, lalat berkeliaran dan berinteraksi dengan limbah medis dan non medis

tersebut sehingga rentan terjadinya penularan kuman patogen.

Hal ini sejalan dengan pendapat ahli yaitu Pada fasilitas pelayanan

kesehatan dimanapun, petugas puskesmas merupakan kelompok utama yang

beresiko mengalami cidera, jumlah bermakna justru berasal dari luka teriris dan

tertusuk limbah benda tajam.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (2007) menyatakan

bahwa tindakan terbagi atas beberapa tingkatan dalam tindakan yaitu respon

terpimpin bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh. Dalam hal ini contoh yang dimaksudkan adalah tata cara

atau panduan mengenai cara melakukan pengelolaan limbah medis dan non medis.

Sedangkan menurut Tietjen (2004), Penanganan limbah terkontaminasi

yang tepat akan meminimalkan penyebaran infeksi pada petugas kesehatan dan

masyarakat setempat. Jika memungkinkan, limbah terkontaminasi harus

dikumpulkan dan dipindahkan ke tempat pembuangan dalam wadah tertutup dan

anti-bocor. Karena sebagian limbah medis dikirim ke pusat pembuangan limbah,

maka sangat penting untuk melatih petugas kesehatan untuk memisahkan limbah

terkontaminasi dengan limbah tidak terkontaminasi.

Page 48: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat simpulkan sebagai berikut:

5.1.1. Hasil penelitian menunjukan mayoritas pengetahuan responden baik

dengan pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 60 (78.9%)

responden dan pengetahuan responden kurang dengan pengelolaan limbah

medis yang kurang sebanyak 6 (85.7%) responden, sedangkan hasil uji

korelasi terdapat hubungan antara pengetahuan petugas puskesmas dengan

sistem pengelolaan limbah medis, dengan nilai p = 0.001.

5.1.2. Hasil penelitian menunjukan mayoritas sikap responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 60 (78.9%) responden dan

sikap responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang kurang

sebanyak 6 (85.7%) responden, sedangkan hasil uji korelasi terdapat

hubungan antara sikap petugas puskesmas dengan sistem pengelolaan

limbah medis, dengan nilai p = 0.001.

5.1.3. Hasil penelitian menunjukan mayoritas tindakan responden baik dengan

pengelolaan limbah medis yang baik sebanyak 34 (79.1%) responden dan

tindakan responden kurang dengan pengelolaan limbah medis yang baik

sebanyak 27 (67.5%) responden, sedangkan hasil uji korelasi tidak

terdapat hubungan antara tindakan petugas puskesmas dengan sistem

pengelolaan limbah medis, dengan nilai p = 0.345.

Page 49: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

48

5.2. Saran

5.2.1. Diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat melalui

pengelolaan limbah medis yang dihasilkan oleh tempat pelayanan

kesehatan

5.2.2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya agar dapat

melakukan/melaksanakan pelatihan tentang pengelolaan limbah medis agar

dapat meningkatkan perilaku petugas dalam membuang limbah medis. kepada

UPTD Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya agar hasil penelitian

dapat menjadi acuan dalam melakukan pengelolaan limbah medis dalam

upaya pencegahan terhadap infeksi Nasokomial.

5.2.3. Diharapkan kepada petugas dilingkungan UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya agar dapat melaksanakan pemisahan antara limbah

medis dan non medis.

5.2.4. Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan tentang pengelolaan limbah medis

dengan mengambil populasi seluruh Pegawai UPTD Puskesmas Jeuram

Kabupaten Nagan Raya.

Page 50: GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PUSKESMAS DALAM SISTEM ...repository.utu.ac.id/421/1/BAB I_V.pdf · nasokomial). Oleh karena itu, pengolahan limbah medis perlu mendapat perhatian yang serius

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2011, Jenis dan Macam Sampah Medis Yang Perlu Diketahui dikutip dari http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2011/02/sampah-medis/ pada tanggal 10 Maret 2013

BPLHD, 2009, Pengelolaan Limbah Medis dikutip dari http://www,bplhd

jabar,go,id/index,php/ pada tanggal 10 Maret 2013 Chandra, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta

Darmadi, 2008, Infeksi Nasokomial: Problematika dan Pengendaliannya,

Salemba Medika, Jakarta Depkes RI, 2006, Pedoman Manajemen Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat

_____ , 2007, Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3), Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007

Herijulianti, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta, EGC

Hidayat, 2007, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bineka Cipta

Maulana, 2009, Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta

Mubarak, 2009, Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori, Buku 1, Salemba Medika, Jakarta

Maxpelltechnology, 2008, Incinerator Medis Alat Pengolahan Sampah Klinik/Puskesmas/Rumah Sakit di kutip dari http://www.maxpell

technology.com/incineratormedis.php pada tanggal 10 Maret 2013 Notoadmojo, 2005, Metodelogi Penelitian Kesehatan : Rineka Cipta: Jakarta

__________ , 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta

Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.

Bandung

Soedjajadi, 2006, Evaluasi Pengelolaan Sampah Padat Di Rumah Sakit Umum

Haji Surabaya dikutip dari Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 3, NO.1, Surabaya

Tietjen, 2004, Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, JNPK-KR, Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Jakarta