22
GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI OSTEOARTRITIS DI DESA JETIS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: PUTRI YUNIAR AYUNINGTIYAS J210150013 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

  • Upload
    doandat

  • View
    230

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT

ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI

OSTEOARTRITIS DI DESA JETIS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

PUTRI YUNIAR AYUNINGTIYAS

J210150013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

i

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH

Bismillahirahmaanirrohim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama : Putri Yuniar Ayuningtiyas

NIM : J210150013

Fakultas/Jurusan : Ilmu Kesehatan/S1 Keperawatan

Jenis : Skripsi

Judul Skripsi : Gambaran Peran Keluarga dalam Upaya Merawat Anggota Keluarga

yang Mengalami Keluhan Akibat Penyakit Osteoartritis

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah

saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya

dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa

perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak

Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran

hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Surakarta, 15 April 2019

Yang menyatakan

Page 3: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

ii

Putri Yuniar Ayuningtiyas

J210150013

Page 4: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

iii

Page 5: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

1

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

YANG MENGALAMI OSTEOARTRITIS DI DESA JETIS

Abstrak

Pendahuluan: Osteoartritis adalah salah satu kelainan sendi yang sering terjadi dan dapat

mengakibatkan kecacatan serta gangguan pergerakan pada penderita apabila tidak dilakukan

perawatan dengan tepat. Oleh karena itu perlu adanya peranan khusus pada perawatan

osteoartritis terutama bagi keluarga. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami osteoartritis di

Desa Jetis. Metode penelitian: Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode

analisis deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota

keluarga yang menderita penyakit osteoartritis sebanyak 44 keluarga dengan teknik total

sampling. Hasil penelitian: Kesimpulan penelitian ini adalah karakteristik keluarga dengan

anggota keluarga yang mengalami osteoartritis di Desa Jetis sebagian besar dalam rentang

umur 46-55 tahun, jenis kelamin laki-laki, berpendidikan SD, dan pekerjaan sebagai buruh.

Peran keluarga berdasarkan masing-masing divisi dapat disimpulkan yaitu peran keluarga

sebagai motivator, fasilitator, pemberi perawatan, koordinator mediator adalah baik, peran

sebagai edukator adalah cukup, peran sebagai inisiator adalah kurang. Peran keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami osteoartritis di Desa Jetis sebagian besar adalah

cukup.

Kata kunci: peran keluarga, merawat anggota keluarga, osteoartritis

Abstract

Introduction: Osteoarthritis is a joint disorder that often occurs and can cause disability and

movement disorders in patients if not properly treated. Therefore there needs to be a special

role in the treatment of osteoarthritis, especially for families. Objective: This study aims to

describe the role of families in caring for family members who experience osteoarthritis in

Jetis Village. Research method: This research is a type of quantitative research with

descriptive analysis method. The sample in this study were families who had family members

suffering from osteoarthritis as many as 44 families with total sampling technique. Results:

The conclusion of this study is the characteristics of families with family members who

experience osteoarthritis in Jetis Village, mostly in the age range of 46-55 years, male gender,

elementary school education, and employment as laborers. The role of the family based on

each division can be concluded, namely the role of the family as a motivator, facilitator, care

giver, mediator coordinator is good, the role of educator is sufficient, the role of initiator is

lacking. The role of the family in caring for family members who experience osteoarthritis in

Jetis Village is mostly sufficient.

Keywords: Family Role, Caring for Family Members, Osteoarthritis

1. PENDAHULUAN

Kelainan sendi yang paling sering diderita adalah Osteoartritis dibandingkan dengan jenis

kelainan sendi yang lain (Loser, 2010). Menurut Word Health Organization (WHO) tahun

Page 6: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

2

2007, diketahui bahwa penyakit osteoartritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan

mencapai 24 juta dikawasan Asia Tenggara. Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum

diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan

sendi secara bertingkat. Berdasarkan National Institute of Arthritis, diperkirakan 15,8 juta

(12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoartritis.

Berdasarkan The National Artritis Data Workgroup (NADW) kejadian osteoartritis di

Eropa dan Amerika lebih besar daripada di negara lainnya. Diperkirakan penderita

osteoartritias di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun

keatas (Murphy dan helmick, 2013). Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2 teratas

sebagai negara dengan epidemologi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan 8.145

jiwa yang menderita osteoartritis lutut (Fransen et. al, 2011).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara

pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%. Provinsi

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi oseoartritis tertinggi

yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9%

sedangkan di Jawa Tengah angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 25,5% (Riskesdas,

2013).

Berdasarkan pemeriksaan radiologis sendi lutut, di Indonesia terdapat prevalensi

osteoartritis sebesar 5% pada laki-laki dan 12,7% pada perempuan (Soeroso dkk, 2009).

Angka tersebut terbilang cukup tinggi sehingga diperlukan perhatian khusus terutama bagi

keluarga, sebab osteoartritis dapat mengakibatkan kecacatan dan gangguan pergerakan pada

penderita. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap sektor ekonomi nasional pada masa

mendatang, karena beban biaya pengobatan dan dampak kecacatan terhadap penderita.

Seiring dengan bertambahnya angka harapan hidup masyarakat indonesia maka bertambah

pula populasi penderita osteoartritis. Berdasarkan data WHO, angka harapan penduduk

Indonesia adalah 68 tahun (WHO, 2009) dan diperkirakan jumlah penderita cacat akibat

osteoartritis berkisar antara satu sampai dua juta orang (Soeroso dkk, 2009).

Osteoartritis adalah salah satu jenis artritis yang sering terjadi, oleh karena itu perlu

adanya peranan khusus pada perawatan osteoartritis terutama bagi keluarga. Peran keluarga

dalam perawatan diantaranya yaitu menjaga dan merawat kondisi anggota keluarga agar tetap

dalam keadaan optimal dan produktif, memperthankan dan meningkatkan status mental,

mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi, memotivasi dan memfasilitasi untuk

memenuhi kebutuhan spiritual (Darwinto, dkk 2013).

Page 7: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

3

Peran keluarga sesuai dengan tuga-tugas keluarga dalam bidang kesehatan salah

satunya adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda. Peran keluarga

tersebut meliputi mengingatkan/memonitor waktu minum obat, mengontrol persediaan obat,

mengantarkan penderita kontrol, memisahkan alat-alat penderita dengan anggota keluarga

lain, meningkatkan kesehatan lingkungan penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis

agar penderita tidak merasa terisolir dalam lingkungannya (Friedman, 1998).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Baki pada bulan Oktober

2018, didapatkan 5 keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan penyakit osteoartritis

menyatakan bahwa aktivitas penderita terganggu karena nyeri sendi yang sering timbul dan

nyeri sering terasa saat melakukan aktivitas. Saat nyeri sendi timbul, keluarga hanya dapat

membantu dalam berjalan dan memberikan obat Paracetamol untuk mengurangi rasa sakit.

Hasil wawancara singkat dengan salah satu keluarga mengatakan bahwa belum dapat

memberikan perawatan yang maksimal karena alasan kesibukan pekerjaan yang menjadi

penghalang untuk memberikan perhatian dan perawatan untuk anggota keluarganya.

Berdasarkan hal tersebut, masih banyak keluarga yang belum dapat menjalankan perannya

secara maksimal dalam merawat anggota keluarganya yang menderita osteoartritis. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana gambaran peran keluarga

dalam upaya merawat anggota keluarga yang mengalami keluhan akibat penyakit osteoartritis

di Desa Jetis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami osteoartritis di Desa Jetis.

2. METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metodologi penelitian yang ditujukan

untuk menggambarkan suatu fenomena yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau

dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan statistik untuk memaksimalkan

objektifitas (Hamdi, 2014).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang merawat

anggota keluarga yang mengalami keluhan akibat penyakit osteoartritis di Desa Jetis yang

terdaftar di Puskesmas Baki sejumlah 44 responden. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan teknik deskriptif.

Page 8: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden (N=44)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Umur

a. 21-35 tahun

b. 36-45 tahun

c. 46-55 tahun

d. 56-65 tahun

e. 66-76 tahun

5

7

19

11

2

11,4

15,9

43,2

25,0

4,5

2. Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

25

19

56,8

43,2

3. Pendidikan

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Sarjana

2

16

13

12

1

4,5

36,4

29,5

27,3

2,3

4. Pekerjaan

a. Tidak bekerja/IRT

b. Buruh

c. Wiraswasta

d. Swasta

8

20

11

5

18,2

45,5

25,0

11,4

5. Hubungan dengan Penderita

a. Suami

b. Istri

c. Anak

d. Orang tua

23

11

9

1

52,3

25,0

20,5

2,3

Karakteristik responden berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa distribusi menurut umur

responden yang tertinggi adalah umur 46-55 tahun sebanyak 19 responden (43,2%), umur

5-65 tahun sebanyak 11 responden (25,0%), umur 36-45 tahun sebanyak 7 responden

(15,9%), umur 21-35 sebanyak 5 resonden (11,4%) dan distribusi terendah adalah umur 66-

76 tahun sebanyak 2 responden (4,5%). Selanjutnya distribusi jenis kelamin responden laki-

laki sebanyak 25 responden (56,8%) dan perempuan sebanyak 19 responden (43,2%).

Karakteristik responden menurut pendidikan menunjukan distribusi tertinggi adalah SD

sebanyak 16 responden (36,4%), SMP sebanyak 13 responden (29,5%), SMA sebanyak 12

responden (27,3%), tidak sekolah sebanyak 2 responden (4,5%) dan distribusi terendah

adalah sarjana sebanyak 1 responden (2,3%). Karakteristik responden menurut pekerjaan

menujukan distribusi tertinggi adalah buruh sebanyak 20 responden (45,5%), wiraswasta

sebanyak 11 responden (25,0%), tidak bekerja sebanyak 8 responden (18,2%), dan distribusi

Page 9: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

5

terendah adalah swasta sebanyak 5 responden (11,4%). Karakteristik responden berdasarkan

hubungan dengan penderita menunjukan bahwa distribusi tertinggi adalah suami sebanyak 23

responden (52,3%), istri sebanyak 11 responden (25,0%), anak sebanyak 9 responden

(20,5%), dan distribusi terendah adalah orang tua sebanyak 1 responden (2,3%).

3.1.2 Karakteristik Penderita Osteoartritis

Tabel 2. Karakteristik Penderita (N=44)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Umur

a. 21-35 tahun

b. 36-45 tahun

c. 46-55 tahun

d. 56-65 tahun

e. 66-83 tahun

2

8

17

9

8

4,5

18,2

38,6

20,5

18,2

2. Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

11

33

25,0

75,0

3. Pendidikan

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Sarjana

2

27

7

7

1

4,5

61,4

15,9

15,9

2,3

4. Pekerjaan

a. Tidak bekerja/IRT

b. Buruh

c. Wiraswasta

d. Swasta

14

18

7

5

31,8

40,9

15,9

11,4

5. Lama Sakit

a. 6 bulan - 2 tahun

b. 3-4 tahun

c. 5-10 tahun

d. >10 tahun

21

15

6

2

47,7

34,1

13,6

4,5

Karakteristik penderita berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa distribusi penderita menurut

umur tertinggi adalah 46-55 tahun sebanyak 17 penderita (38,6%), umur 56-65 tahun

sebanyak 9 penderita (20,5%), umur 36-45 tahun sebanyak 8 penderita (18,2%), umur 66-83

tahun sebanyak 8 penderita (18,2%), dan distribusi terendah adalah umur 21-35 tahun

sebanyak 2 penderita (4,5%). Selanjutnya karakteristik berdasarkan jenis kelamin dengan

distribusi tertinggi adalah perempuan sebanyak 33 penderita (75,0%) dan laki-laki sebanyak

11 penderita (25,0%). Karakteristik penderita berdasarkan pendidikan menunjukan distribusi

tertinggi adalah SD sebanyak 27 penderita (61,4%), SMP sebanyak 7 penderita (15,9%),

SMA sebanyak 7 penderita (15,9%), tidak sekolah sebanyak 2 penderita (4,5%) dan sarjana

Page 10: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

6

sebanyak 1 penderita (2,3%). Karakteristik penderita berdasarkan pekerjaan dengan distribusi

tertinggi adalah buruh sebanyak 18 penderita (40,9%), tidak bekerja sebanyak 14 penderita

(31,8%), wiraswasta sebanyak 7 penderita (15,9%), dan distribusi terendah adalah swasta

sebanyak 5 pederita (11,4%). Karakteristik penderita berdasarkan lama sakit dengan

distribusi tertinggi adalah 6 bulan-2 tahun sebanyak 21 penderita (47,7%), 3-4 tahun

sebanyak 15 penderita (34,1%), 5-10 tahun sebanyak 6 penderita (13,6%) dan distribusi

terendah adalah >10 tahun sebanyak 2 penderita (4,5%).

3.1.3 Gambaran Masing-Masing Divisi Peran Keluarga

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Masing-Masing Divisi Peran Keluarga (N=44)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Peran sebagai Motivator

Kurang

Cukup

Baik

10

11

23

22,7

25,0

52,3

2. Peran sebagai Edukator

Kurang

Cukup

Baik

12

18

14

27,3

40,9

31,8

3. Peran sebagai Fasilitator

Kurang

Cukup

Baik

8

7

29

18,2

15,9

65,9

4. Peran sebagai Inisiator

Kurang

Cukup

Baik

30

8

6

68,2

18,2

13,6

5. Peran sebagai Pemberi

Perawatan

Kurang

Cukup

Baik

4

13

27

9,1

29,5

61,4

6. Peran sebagai Koordinator

& Mediator

Kurang

Cukup

Baik

9

15

20

20,5

34,1

45,5

Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi peran keluarga sebagai motivator menunjukan

sebagian besar memiliki peran baik yaitu sebanyak 23 responden (52,3%), cukup sebanyak

11 responden (25,0%) dan kurang sebanyak 10 responden (22,7%). Selanjutnya peran

keluarga sebagai edukator menunjukan sebagian besar memiliki peran cukup yaitu sebanyak

18 responden (40,9%), baik sebanyak 14 responden (31,8%), dan kurang sebanyak 12

responden (27,3%). Peran keluarga sebagai fasilitator sebagian besar memiliki peran baik

Page 11: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

7

yaitu sebanyak 29 responden (65,9%), kurang sebanyak 8 responden (18,2%).

Sedangkanperan kelarga sebagai inisoator sebagian besar memiliki peran kurang yaitu

sebanyak 30 responden (68,2%), cukup sebanyak 8 responden (18,2%) dan baik sebanyak 6

responden (13,6%). Peran keluarga sebagai pemberi perawatan sebagian besar memiliki

peran baik sebanyak 27 responden (61,4%), cukup sebanyak 13 responden (29,5%) dan

kurang sebanyak 4 responden (9,1%). Peran keluarga sebagai koordinator dan mediator

sebagian besar memiliki peran baik sebanyak 20 responden (45,5%), cukup sebanyak 15

responden (34,1%) dan kurang sebanyak 9 responden (20,5%).

3.1.4 Gambaran Peran Keluarga

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peran Keluarga (N=44)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1.

2.

3.

Kurang

Cukup

Baik

4

25

15

9,1

56,8

34,1

Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi peran keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami penyakit osteoartritis menunjukan sebagian besar memiliki peran cukup

yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), baik sebanyak 15 responden (34,1%) dan kurang

sebanyak 4 responden (9,1%).

3.2 Pembahasan

3.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik umur responden sebagian besar dalam rentang umur 46-55 tahun. Berdasarkan

teori perkembangan keluarga menurut Duvall dan Miller rentang usia 46-55 tahun termasuk

dalam tahap perkembangan V dan VI dimana pada fase tersebut anak sudah memasuki masa

remaja dan dewasa sedangkan usia orang tua sudah semakin tua. Pada masa tersebut

tantangan yang besar pada keluarga adalah memenuhi setiap kebutuhan anggota keluarganya.

Pada rentang umur 46-55 tahun termasuk dalam kategori masa lansia awal (Depkes RI,

2009).

Berdasarkan distribusi umur responden tersebut menunjukan bahwa sebagian besar

responden merupakan kelompok dewasa yang tentu telah memiliki tanggung jawab terhadap

anggota keluarganya. Pada umumnya umur seseorang dapat berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan antara lain umur. Hal tersebut mempengaruhi pada daya

tangkap dan pola pikir seseorang, dimana semakin bertambah umur maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya (Notoadmodjo, 2012)

Page 12: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

8

Karakteristik responden menurut jenis kelamin menunjukan sebagian besar responden

adalah laki-laki. Sebagian besar laki-laki di desa Jetis beranggapan dan menyadari bahwa

kewajiban mereka adalah memberi perhatian lahir dan batin kepada keluarga termasuk salah

satunya adalah merawat anggota keluarganya. Disamping itu anak laki-laki dididik untuk

mencari nafkah dan dipersiapkan untuk menjadi tulang punggung dan seorang kepala

keluarga.

Karakteristik responden menurut pendidikan menunjukan sebagian besar adalah SD.

Hal ini dikarenakan wilayah desa Jetis merupakan wilayah pedesaan yang belum banyak

terdapat sekolah dan tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah pada saat itu

menyebabkan masyarakatnya belum mengenyam pendidikan yang baik. Berdasarkan hal

tersebut tingkat pendidikan yaitu pendidikan yang dimiliki oleh responden kurang baik

sehingga responden kurang memahami peran mereka dalam merawat keluarganya.

(Notoadmodjo, 2012) mengungkapkan bahwa pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada

individu dan masyarakat agar melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan. Tingkat pendidikan yang baik tentu saja diharapkan mampu untuk

menambah ilmu pengetahuan serta dapat mengaplikasikannya, salah satunya dalam hal

kesehatan. Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah tentu saja kurang mampu dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam hal kesehatan dikarenakan pola pikir dan

kurangnya pengetahuan yang didapat. Selanjutnya Suprajitno menyebutkan pendidikan

seseorang juga mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah

dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dengan pengetahuan yang cukup

maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat (Suparjitno,

2012).

Karakteristik responden menurut pekerjaan sebagian besar adalah sebagai buruh.

Masyarakat banyak bekerja sebagai buruh karena disekitar desa Jetis terdapat pabrik yang

memberikan kesempatan mereka untuk bekerja selain itu responden tidak dapat pekerjaan

yang lebih baik dikarenakan pendidikan responden yang rendah. Karakteristik pekerjaan

seseorang dapat berhubungan dengan pendapatan yang didapat serta waktu yang ditentukan

oleh pekerjaan tersebut. Status pekerjaan berhubungan dengan aktualisasi diri seseorang dan

mendorong seseorang lebih percaya diri dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas.

Seseorang yang bekerja dengan kegiatan yang padat dan mengalami stres yang tinggi

terhadap pekerjaan dapat mempengaruhi orang tersebut dalam memberikan perhatian dan

merawat anggota keluarganya (Dahliyani, 2014).

Page 13: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

9

Karakteristik responden berdasarkan hubungan dengan keluarga sebagian besar adalah

sebagai suami. Sebagai suami atau sebagai ayah yang merupakan kepala keluarga dalam

sebuah keluarga mempunyai peranan penting yaitu sebagai pencari nafkah, pelindung dan

pemberi rasa aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya. Sedangkan peranan istri atau sebagai ibu yaitu mengurus

rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak, pelindung dan sebagai salah satu anggota

kelompok dari peranan sosialnya, sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya serta bisa

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. Adapun peranan anak yaitu

melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik,

mental, sosial dan spiritual (Muhlisin, 2012).

3.2.2 Karakteristik Penderita Osteoartritis

Karakteristik umur penderita osteoartritis pada penelitian ini sebagian besar adalah pada

rentan umur 46-55 tahun. Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif sendi yang erat

kaitannya dengan umur. Dari semua faktor resiko osteoartritis, faktor umur adalah faktor

yang terkuat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Darwinto di desa Bondo Jepara tahun

2013 yang menunjukan bahwa rentan umur tertinggi adalah 41-60 tahun (Darwinto et al.,

2013). Berdasarkan penelitian Soeyardi tahun 2017 yang melaporkan bahwa prevalensi

osteoartritis pada rentan usia 40-49 tahun (Soeyardi et al., 2017). Sedangkan penelitian

Hasiibi di wilayah kerja puskesmas Susut tahun 2014 menunjukan kelompok usia terbanyak

yang mengalami osteoartritis adalah kelompok usia 50-70 tahun dan keseluruhan osteoartritis

meningkat secara bermakna seiring dengan bertambahnya usia (Hasiibii, 2014). Adapun pada

penelitian di daerah pedesaan Gaoyou China dilaporkan bahwa prevalensi oseoartritis lutut

keseluruhan mencapai 25% pada perempuan dan 24,7% pada laki-laki pada kelompok usia >

70 tahun (Liu et al., 2016).

Pada penelitian ini didapatkan hasil kejadian osteoartritis lebih banyak terjadi pada

perempuan daripada pada laki-laki. Penyakit osteoartritis lebih sering terjadi pada perempuan

karena faktor hormon estrogen yang memegang peranan penting bagi tubuh perempuan yang

menyebabkan terjadinya osteoartritis. Hal ini sejalan dengan penelitian Soeyardi di RSUP

Kandou Manado tahun 2017 yang menunjukan kejadian osteoartritis lutut lebih sering terjadi

pada perempuan daripada laki-laki (Soeyardi et al., 2017). Begitu pula pada penelitian yang

dilakukan Sonjaya di RS Al Islam Bandung tahun 2014 yang menunjukan bahwa kejadian

osteoartritis lutut primer lebih tinggi secara drastis pada perempuan (Sonjaya et al., 2014).

Berdasarkan hal tersebut tingginya kejadian osteoartritis pada perempuan dalam penelitian ini

Page 14: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

10

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor hormonal memegang peran penting dalam

terjadinya osteoartritis.

Karakteristik penderita berdasarkan pendidikan sebagian besar adalah pendidikan SD

(61,4%). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan penderita kurang baik. Letak desa

Jetis yang kurang strategis memungkinkan kurangnya sarana pendidikan pada saat itu dan

kondisi ekonomi yang belum stabil menyebabkan penderita tidak mengenyam pendidikan

yang tinggi. Menurut Notoadmodjo, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin mudah dalam menerima segala informasi yang dibutuhkan, sehingga pengetahuan

seseorang juga akan semakin baik. Namun demikian, pendidikan bukan menjadi hal yang

mutlak dalam mempengaruhi pengetahuan, melainkan pengalaman serta informasi dari

lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi pengetahuan (Notoadmodjo, 2012). Selanjutnya

pada penelitian Andriyani tahun 2018 menunjukan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir

responden adalah SD (Muhlisin & Andriyani, 2018). Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Sella tahun 2017 yang menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden

osteoartritis paling banyak adalah SD (Sella et al., 2017). Tingkat pendidikan yang kurang

dapat berpengaruh terhadap kecendrungan untuk melakukan suatu tindakan yang kurang

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dalam hal ini mengenai perawatan pada

penderita osteoartritis (Wibowo & Zen, 2017).

Karakteristik penderita berdasarkan pekerjaan sebagian besar adalah buruh. Penderita

memilih pekerjaan sebagai buruh karena hanya pekerjaan tersebut yang dapat mereka

kerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan pekerjaan tersebut banyak

tersedia di desa selain itu karena mereka tidak memiliki ijazah yang tinggi sehingga tidak

mendapatkan pekerjaan yang lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasiibi tahun

2014 yang menunjukan bahwa osteoartritis paling banyak terjadi pada pekerja fisik (petani,

buruh, ABRI dan peternak) sebanyak 68,1% sehingga perlu dilakukannya suatu edukasi

kepada kelompok kerja fisik bagaimana mengurangi beban kerja dan aktivitas yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya osteartritis serta kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan.

Selanjutnya Hasiibi mengungkapkan bahwa berdasarkan riwayat beban kerja, mayoritas

beban kerja penderita osteoartritis terjadi pada responden dengan riwayat beban kerja sedang-

berat (Hasiibii, 2014). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian di desa Serampingan,

Tabanan yang melaporkan bahwa 98,2% penderita osteoartritis merupakan responden yang

riwayat pekerjaan dan kesehariannya melakukan pekerjaan berat. Adapun penelitian yang

dilakukan oleh Toivanen yang menyatakan terdapat hubungan antara meningkatnya beban

kerja seseorang dengan terjadinya osteoartritis, dimana seseorang yang memiliki beban kerja

Page 15: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

11

berat mengalami peningkatan resiko terjadinya osteoartritis hampir sebesar 7 kali, dan

dinyataka pula bahwa beban pekerjaan yang ringan tidak signifikan berpengaruh terhadap

terjadinya osteoartritis (Toivanen et al., 2010).

Karakteristik berdasarkan lama sakit menunjukan hasil bahwa sebagian besar lama sakit

penderita adalah pada rentang 1-2 tahun. Sebagian besar penderita mengeluh nyeri pada

bagian lutut dan sering timbul bila beraktivitas berat. Hal ini sejalan dengan penelitian

Muhlisin & Andriyani yang menyebutkan bahwa distribusi frekuensi lama di diagnosis

tertinggi 1-2 tahun yakni 61,0% (Muhlisin & Andriyani, 2018). Adapun penelitian Hakim

tahun 2018 yang menunjukan bahwa sebagian besar responden penyakit kronis dengan lama

menderita <5 tahun (55,7%) (Purwanti & Hakim, 2018). Penyakit sendi mengakibatkan

peradangan pada lapisan pembungkus sendi. Penyakit ini berlangsung bertahun-tahun dan

menyerang berbagai sendi, apabila radang terjadi secara menahun akan terjadi kerusakan

tulang otot ligamen serta tulang rawan sendi. Individu dengan penyakit rheumatoid

arthritisakan mengalami beberapa masalah seperti nyeri pada sendi, kekakuan sendi,

peradangan sendi, dan keterbatasan pergerakan (Muhlisin & Nugraha, 2017). Lama sakit

pada penyakit kronis seperti osteoatritis dapat berpengaruh pada kemampuan penderita dalam

merawat dirinya sendiri agar sakit yang diderita tidak semakin buruk. Semakin lama

seseorang mengalami penyakitnya maka kemungkinan besar orang tersebut dapat mengetahui

dan memahami apa saja yang yang harus dilakukan dalam perawatan ostoartritis, misalnya

bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi nyeri sendi yang timbul atau terkait dengan

konsumsi makanan yang mengandung kacang-kacangan untuk dihindari.

3.2.3 Gambaran Peran Keluarga

Peran keluarga sebagai motivator dalam penelitian ini menunjukan sebagian besar baik.

Dalam hal ini keluarga memberikan motivasi atau dukungan kepada penderita yang

mengalami osteoartritis baik dalam bentuk dukungan fisik maupun spiritual. Peran keluarga

sebagai motivator dapat dilihat dari seberapa sering keluarga mengingatkan hal-hal yang

tidak boleh dilakukan karena akan berakibat buruk pada kondisi penyakit osteoartritis.

Misalnya mengingatkan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang megandung kacang-

kacangan, menjaga berat badan tetap ideal dan tidak melakukan aktivitas yang berlebih yang

dapat menyebabkan nyeri sendi timbul.

Peran keluarga sebagai edukator menunjukan bahwa sebagian besar cukup. Keluarga

berperan sebagai pendidik bagi anggota keluarganya yang dapat berfungsi sebagai upaya

promotif dari keluarga. Keluarga berkewajiban mmberikan pengetahuan kepada seluruh

anggota keluarganya, termasuk salah satunya pengetahan tentang kesehatan. Dalam hal ini

Page 16: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

12

keluarga berperan sebagai pendidik yang dapat memberikan penjelasan yang benar mengenai

kondisi penyakit osteoartritis. Pendidikan yang rendah dapat berpengaruh terhadap pola pikir

dan tindakan keluarga dalam mengatasi masalah dalam keluarga. Sebaliknya dengan tingkat

pendidikan tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil

keputusan untuk menyelesaikan masalah (Effendy & Makhfudli, 2009).

Peran keluarga sebagai fasilitiator menunjukan bahwa sebagian besar baik. Sebagai

fasilitator, keluarga berkewajiban memfasilitasi segala keperluan anggota keluarganya dalam

semua aspek baik fisik, mental dan spiritual. Peran keluarga sebagai fasilitator dapat dilihat

dari ketersediaan keluarga mengantar penderita berobat ke puskesmas atau pelayanan

kesehatan, bersedia mengurus dan membiayai biaya perawatan dan pengobatan. Keluarga

juga harus berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya.

Peran keluarga sebagai inisiator menunjukan bahwa sebagian besar kurang. Sebagai

inisoator, keluarga harus dapat mengemukakan dan menciptakan ide-ide baru yang bertujuan

untuk mengatasi masalah kesehatan bagi anggota keluarganya. Dalam hal ini keluarga kurang

dapat mengemukakan ide-ide baru yang disebabkan karena kurang mampu dalam mengenal

masalah kesehatan tentang penyakit osteoartritris. Selain itu kemampuan keluarga dalam

mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang

masalah penyakit osteoartritis sehingga nyeri sendi yang dirasakan dapat kembali kambuh

sewaktu waktu.

Peran keluarga sebagai pemberi perawatan menunjukan bahwa sebagian besar baik.

Sebagai care giver keluarga dapat merawat anggota keluarga yang sakit dengan sungguh-

sungguh dan memberikan perawatan ketika anggota keluarganya mengeluh sakit. Keluarga

dapat melakukan perawatan seperti memberikan kompres air hangat ataupun memberikan

obat anti nyeri untuk mengatasi keluhan nyeri yang dirasakan.

Peran keluarga sebagai koordinator dan mediator menunjukan bahwa sebagian besar

baik. Keluarga merencanakan dan memutuskan secara musyawarah terkait dengan perawatan

anggota keluarganya yang menderita penyakit osteoartritis. Dalam hal ini keluarga sudah

dapat berkoordinasi dengan tenaga kesehatan untuk memberikan pengobatan bagi anggota

keluarga yang sakit selain itu keluarga juga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang

tersedia.

3.2.4 Gambaran Peran Keluarga dalam Upaya Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami

Penyakit Oateoartritis

Distribusi frekuensi peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

penyakit osteoartritis menunjukan sebagian besar memiliki peran cukup. Peran keluarga

Page 17: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

13

menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan

individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008). Peran

keluarga dalam merawat penderita osteoartirtis sangatlah penting, terutama peran keluarga

sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Darwinto di desa Bondo Jepara yang mununjukan bahwa peran keluarga dalam merawat

lansia osteoartritis sebagian besar cukup (56,6%) (Darwinto et al., 2013).

Peran keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan secara

langsung pada sistem baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Peran keluarga harus

ditingkatkan karena peran keluarga bukan hanya memulihkan keadaan anggota kelurganya

yang sakit, tetapi juga mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan, peran keluarga dalam perawatan anggota keluarganya adalah

sebagai motivator, edukator, fasilitator, inisiator, pemberi perawatan, serta koordinator dan

mediator (Friedman, 2010).

Peran keluarga dalam merawat penderita osteoartritis misalnya dengan mengingatkan tentang

hal yang tidak boleh dilakukan seperti mengkonsumsi kacang-kacangan, aktivitas berlebih,

dan menjaga agar berat badan normal dan ideal. Selain itu keluarga dapat memberikan

kompres air hangat apabila penderita merasa nyeri sendi dan selalu memberikan dukungan

psikososial terhadap penderita.

Penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar peran kelurga adalah cukup. Hal ini bearti

penderita masih kurang mendapatkan peranan keluarga dalam hidupnya. Adapun beberapa

faktor yang berhubungan dengan peran cukup tersebut adalah faktor pendidikan dan

pekerjaan responden. Penelitian ini menunjukan pendidikan responden sebagian besar adalah

SD dan pekerjaan responden adalah buruh. Berdasaran hal tersebut individu dengan

pendidikan SD mengalami keterbatasan dalam pola pikir dan penerimaan informasi sehingga

tidak dapat merawat anggota keluarga dengan baik. Berdasarkan penelitian Darwinto (2013)

menyimpulkan bahwa peran keluarga dalam merawat lansia dengan osteoartritis

membutuhkan pengetahuan, semakin baik pengetahuan seseorang dalam merawat lansia

maka semakin baik pula peran keluarga dalam merawat lansia (Darwinto et al., 2013).

Keluarga yang sibuk dalam pekerjaannya berdampak terhadap kelonggaran waktu dalam

merawat penderita osteoartritis, sehingga peran keluarga dalam penelitian ini sebagian besar

adalah cukup dan ada pula peran keluarga yang kurang. Tugas keluarga dalam melakukan

aktivitas untuk merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan yaitu

keluarga harus mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang

Page 18: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

14

tepat, memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan

atau menciptakan suasana rumah yang sehat, merujuk pada fasilitas kesehatan di masyarakat

(Effendy & Makhfudli, 2009).

4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Karakteristik keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami keluhan akibat

penyakit osteoartritis di Desa Jetis sebagian besar dalam rentang umur 46-55 tahun,

dengan jenis kelamin laki-laki, berpendidikan SD, dan pekerjaan sebagai buruh.

4.1.2 Karakteristik penderita osteoartritis di Desa Jetis sebagian besar dalam rentang umur

46-55 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, berpendidikan SD, dan pekerjaan

sebagai buruh.

4.1.3 Peran keluarga berdasarkan masing-masing divisi dapat disimpulkan yaitu peran

keluarga sebagai motivator, fasilitator, pemberi perawatan, koordinator mediator

adalah baik, peran sebagai edukator adalah cukup, dan peran sebagai inisiator adalah

kurang.

4.1.4 Secara keseluruhan peran keluarga dalam upaya merawat anggota keluarga yang

mengalami keluhan akibat penyakit osteoartritis di Desa Jetis sebagian besar adalah

cukup.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Keluarga

Keluarga memiliki peran utama dalam perawatan anggota keluarganya yang sakit.

Oleh sebab itu, hendaknya keluarga selalu berusaha untuk belajar dan memahami cara

merawat anggota keluarganya apabila mengalami masalah kesehatan sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan dalam keluarga tersebut.

4.2.2 Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan terutama petugas Puskesmas sebaiknya selalu melakukan upaya-

upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan khususnya

pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita osteoartritis. Upaya

yang dapat dilakukan antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan yang

sesuai dengan sasaran, memberikan brosur atau leaflet tentang perawatan penderita

osteoartritis agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perawatan

osteoartritis, sehingga meningkat pula peran keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang menderita penyakit osteoartritis.

Page 19: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

15

4.2.3 Bagi Peneliti

Peneliti selanjutnya hendaknya perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor apa

saja yang dapat mempengaruhi peran keluarga, sehingga dapat dilakukan langkah-

langkah yang tepat agar meningkatkan peran keluarga dalam merawat anggota

keluarganya yang menderita penyakit osteoartritis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revi). Jakarta:

Rineka Cipta.

Center for Desease Control (CDC). (2019). Osteoartritis. USA: CDC. Retrieved from

http://www.cdc.gov/arthritis/basic/osteoarthritis.html.

Chen, D., Shen, J., Zhao, W., Wang, T., Han, L., Hamilton, J. L., & Im, H. (2016).

Osteoarthritis :Toward A Comprehensive Understanding of Pathological Mechanism.

Bone Research, 5(8), 1–12.

Corwin, E. J. (2009). Patofisiology: Buku Saku edisi 3. Jakarta: EGC.

Dahliyani. (2014). Aktivitas Keluarga dengan Tingkat Kemandirian dalam Merawat Anggota

Keluarga dengan Penyakit DM. Jurnal Keperawatan, 11(4).

Darwinto, Y. K., Suhadi, & Purnomo. (2013). Hubungan Pengetahuan dengan Peran

Keluarga dalam Merawat Lansia dengan Osteoartritis di Desa Bondo Kabupaten Jepara,

1–7.

Dehe, S. I., Rumayar, A. A., & Kolibu, F. K. (2016). Hubungan Antara Peran Keluarga

dengan Pemenuhan Aktivitas Fisik Lanjut Usia di Desa Tohamalu Halmahera Utara.

Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(4), 234–242.

Departemen Kesehatan RI. (1998). Departemen Kesehatan RI. Depkes RI.

Departemen Sosial RI. (2008). Peta Masalah Anak Jalanan dan Alternatif Model

Pemecahannya Berbasis Pemberdayaan Keluarga. jakarta: Departemen Sosial RI.

Depkes RI. (2009). Kategori Umur Menurut Departemen Keseharan RI. Depkes RI.

Effendy, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Felson, D. . (2008). Osteoarthritis: Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition.

New York: Mc Graw-Hill Conpanies Inc.

Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. (R. Debora, Ed.). Jakarta:

EGC.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik (Edisi ke-

5). Jakarta: EGC.

Page 20: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

16

Hamdi, A. ., & Baharudin, E. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasiibii, W. A. (2014). Prevalensi dan Distribusi Osteoartritis Lutut Berdasarkan

Karakteristik Sosio-Demogafi dan Faktor Risiko di Wilayah Kerja Puskesmas Susut 1,

Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli pada Tahun 2014. Fakultas Kedokteran,

Universitas Udayana, (April), 1–10.

Hastono, & Sabri. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Hudson, G. (2012). No Evidence of an Association Between Mitochondrial DNA variants an

Osteoarthritis in 7393 cases and 5122 Controls. Report 2012.

Kats, S. (2015). The National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases,

Reducing Chronic, Common, and Costly Conditions Through Research. National

Institute of Arthritis and Musculosceletal and Skin Diseases, 1–49.

Kementrian RI. (1992). UU No 10/1992, Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga Sejatera. Kemenkes RI. Retrieved from

Liu, Y., Zhang, H., Liang, N., Fan, W., Li, J., & Huang, Z. (2016). Prevalence and Associated

Factors of Knee Osteoarthritis in a Rural Chinese Adult Popuation: An Epidemiological

Survey. BMC Public Health, 16, 94–101.

Loeser, M., & Richard. (2011). Age-Related Changes in the Musculoskeletal System and the

Development of Osteoarthritis, 26(3), 371–386.

Michael, W. ., & Joern. (2010). The Epidemology, Etiology, Diagnosis and Treatment of

Osteoarthritis of Knee. Retrieved from http://www.ncbi.nlm/gih.gov/pubmed/20305774.

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Muhlisin, A., & Andriyani, N. A. (2018). Gambaran Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Kejadian Rheumatoid Arthritis pada Individu yang Hidup di Komunitas. Fakultas Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, (6), 1–20.

Muhlisin, A., & Cahyani, E. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan

Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Sondakan Purwosari Surakarta.

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, (1), 5–14.

Muhlisin, A., & Nugraha, D. S. (2017). Gambaran Karakteristik Responden, Riwayar

Penyakit yang Menyertai, dan jenis Penyakit Reumatik pada Lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Fakultas Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 5–15.

Muhlisin, A., & Yuhono, P. (2017). Gambaran Peran Keluarga dalam Merawat Lansia

dengan Ketergantungan di Desa Pabelan. Fakultas Ilmu Kessehatan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, (2), 5–17.

Page 21: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

17

Murphy, L., & Helmick, C. G. (2012). The Impact of Osteoarthritis in the United States: A

Population-Health Perspective. American Journal of Nursing, 112(3), 13–19.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revi). Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revi). Jakarta:

Rineka Cipta.

Nurrsalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Olmu Keperawatan,

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Prieharti, & Mumpuni, Y. (2017). Deteksi: Osteoartritis vs Osteoporosis-Perbedaan, Seluk

Beluk & Penanganannya. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Purwanti, O. S., & Hakim, D. L. (2018). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi: Pendidikan,

Penghasilan dan Fasilitas dengan Pencegahan Komplikasi pada Penyandang Diabetes

Melitus Tipe 2. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 5–28.

Puskesmas Baki. (2017). Rekapitulasi Doagnosis Osteoartritis Per Desa. Kecamatan Baki:

Puskesmas Baki.

Puskesmas Baki. (2018). Data Pasien Osteoartritis. Kecamatan Baki: Puskesmas Baki.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Rossignol, M., Leclerc, A., Allaert, F. A., Rozenberg, S., Valat, J. P., Avouac, B., Hilliquin,

P. (2005). Primary Osteoarthritis of Hip, Knee, and, Hand in Relation to Occupational

Exposure. Occup Environ Med, 62(5), 772–777.

Sella, D. A., Sahruddin, & Ibrahim, K. (2017). Hubungan Intensitas Sholat, Aktivitas

Olahraga dan Riwayat kebiasaan mandi Malam dengan Penyakit Osteoartritis pada

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kediri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–9.

Setiadi. (2008). Konsep dan Perawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soeparman, W., & Isbagio, H. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi Kedua. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., & Pramudiyo, R. (2009). Osteoartritis, Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.

Soeyardi, A., Gessal, J., & Sengkey, L. S. (2017). Gambaran Faktor Risiko Penderita

Osteoartritis Lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou

Manado. Jurnal E-Clinic (eCl), 5(2)(12), 267–273.

Sonjaya, M. R., Rukanta, D., & Widayanto. (2014). Karakteristik Pasien Osteoartritis Lutut

Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam Bandung Tagun 2014. Prosiding

Pendidikan Dokter, 506–512.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Page 22: GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT …eprints.ums.ac.id/72706/4/NASKAH PUBLIKASI.pdf · saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalihformatkan,

18

Suparjitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Toivanen, A. T., Heliovaara, M., Impivaara, O., Arokoski, J., Knekt, P., Lauren, H., &

Kroger, H. (2010). Obesity , Physically Demanding Work and Traumatic Knee Injury

are Major Risk Factors for Knee Osteoarthritis — a Population-Based Study with a

Follow-up of 22 Years. Reumatologyology, 49(November), 308–314.

WHO. (2007). World Health Organization Osteoartritis.

WHO. (2009). Word Health Organization.

Wibowo, D. A., & Zen, D. N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap

Keluarga Tentang Perawatan Arthtritis Rheumatoid pada Lansia di Desa Pamalayan

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husadaakti

Tunas Husada, 17(8), 339–354.

Zhang, Y., & Jordan, J. . (2011). Osteoarthritis Epidemiology of Osteoarthritis. Clinics in

Geriatric Mediciene, 26(8), 355–369.

Zunaldi. (2007). Metode Penelitian. Medan: Universitas Sumatera Utara.