40
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2018 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung Disusun Oleh : SITI MASITOH NIM : CK.1.15.077 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TAHUN 2018

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG

SENAM NIFAS DI RSUD KOTA BANDUNG

TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Pendidikan Program Studi D III Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung

Disusun Oleh :

SITI MASITOH

NIM : CK.1.15.077

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2018

Page 2: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …
Page 3: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …
Page 4: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …
Page 5: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunianya saya dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “ GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS

TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2018 “.

Tugas penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan program studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Sampai dengan proses penyelesaian penelitian ini, peneliti mendapat banyak

bimbingan, arahan, bantuan, dukungan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terimakasih yang

sebesarbesarnya kepada :

1. H. Mulyana, S.H., M.Pd., M.H.Kes sebagai ketua Yayasan Adhiguna

Kencana Bandung.

2. R. Siti Jundiah, M.Kep sebagai ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung,

3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb sebagai ketua Program studi DIII Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung

4. Widia Ariani, SST.,M.Mkes sebagai dosen pembimbing Laporan tugas

akhir ini, karena dengan bimbingannya laporan ini dapat disusun dan

diselesaikan.

5. Dosen dan staf pembimbing prodi DIII Kebidanan STIKes Bhakti Kencana

Bandung.

6. Kedua orang tua umi Maesaroh dan bapak Kusman, serta kedua kakak

Abdul Kholik dan Abdul Rosyid.,SE yang tidak pernah lelah dalam

Page 6: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

mendampingi dan memberi motivasi pada penulis dengan penuh antusias

dan semangat.

7. Laila Fitriani, Neng Fitri, Erna Wati selaku sahabat yang senantiasa selalu

memberikan dukungan dan motivasinya,

8. Seluruh jajaran RSUD Kota Bandung,

9. Teman-teman seangkatan yang selalu memberi semangat dalam

penyusunan laporan ini,

10. Semua pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu,

terimakasih sebanyak-banyaknya atas bantuan moril maupun materilnya.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya,

wassalamualaikum.

Bandung, Juli 2018

Penulis

Page 7: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Pengetahuan ................................................................................ 7

2.2 Pengertian Sikap ........................................................................................ 12

2.3 Masa Nifas ................................................................................................. 19

2.4 Pengertian Senam Nifas ............................................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 28

3.2 Variable Penelitian ................................................................................... 28

3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 28

3.4 Populasi Penelitian .................................................................................... 29

3.5 Sample Dan Teknik Pengambilan Sample ............................................... 29

3.6 Kerangka Konsep ...................................................................................... 30

3.7 Definisi Operasional ................................................................................ 33

3.8 Teknik Penelitian ..................................................................................... 33

3.9 Aspek Pengukuran ................................................................................... 34

Page 8: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

3.10 Metode Pengolahan dan Analisa ............................................................. 35

3.11 Etika Penelitian ...................................................................................... 36

3.12 Prosedur Penelitian .................................................................................. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 38

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 43

5.2 Saran .......................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

ABSTRAK

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah

melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan

persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan

Maryunani, 2011).Menurut WHO, Penyebab terbanyak perdarahan setelah

persalinan 50% - 60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus. Untuk

itu penting dilakukannya pelayanan senam nifas bagi ibu sebagai salah satu pilar

utama dalam startegi penurunan Angka Kematian Ibu(AKI).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan sikap ibu nifas tentang

senam nifas di RSUD Kota Bandung tahun 2018.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, teknik pengambilan

sample dengan cara nonprobability sampling dan sampling yang digunakan adalah

sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel, jumlah populasi dan sample yaitu 35 orang ibu nifas

yang ada diruang nifas RSUD Kota Bandung.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (45,8%) mempunyai pengetahuan kurang,

(37,1%) yang mempunyai pengetahuan cukup, (17,1%) yang mempunyai

pengetahuan baik. Dan (42,9%) mempunyai sikap favorable, (57,1%) mempunyai

sikap unfavorable.

Sehingga dapat ditarik kesimpulannya kurang dari setengah responden mempunyai

pengetahuan yang kurang tentang senam nifas, dan lebih dari setengah responden

mempunyai sikap unfavorable tentang senam nifas. Diharapkan para petugas

kesehatan baik bidan maupun perawat Di RSUD Kota Bandung mempertahankan

dan meningkatkan pemberian penyuluhan tentang senam nifas pada ibu nifas, serta

membimbing atau memberi bantuan baik aktif maupun pasif untuk melakukan

senam nifas pada ibu nifas.

Kata kunci : senam nifas, pengetahuan, sikap.

Kepustakaan : 21 buku (2008-2017), 5 jurnal.

Page 10: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perempuan di negara berkembang cenderung lebih mendapat perawatan selama

hamil dibandingkan mendapat perawatan selama persalinan atau masa nifas (Shine,

2001). Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun

sejumlah 500 orang perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Fakta

ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian

tersebut terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2007).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu

sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi

102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini,

potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah off track,

artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya.

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam

periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibatnya semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya, tetapi bukan disebabkan

oleh kecelakaan/cedera. Penyebab terbanyak perdarahan setelah persalinan 50% -

60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus. Kegagalan miometrium

berkontraksi secara sempurna akan menimbulkan gangguan serius sehingga terjadi

perdarahan hebat setelah melahirkan. Untuk itu penting dilakukannya pelayanan

Page 11: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

senam nifas bagi ibu sebagai salah satu pilar utama dalam startegi penurunan Angka

Kematian Ibu(AKI).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau

peurperium dimulai sejak 2jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu

(42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan

anak ini disebut puerperium yaitu kata puer yang artinya bayi dan parous

melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium

adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan

kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama

post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus

terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Salah satu

kebutuhan dasar ibu nifas diantaranya ada senam nifas.

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah

keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat

penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan

menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Pada saat hamil,

otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan

senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini

untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya

kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa

menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling

sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus

menerus (continue). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap

hari sampai 10 kali. Jika ibu nifas melakukan senam nifas, maka proses pemulihan

Page 12: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

otot-otot rahim dan sekitarnya bisa berlangsung dengan cepat. Tentu saja senam

nifas dilakukan setelah ibu nifas pulih dari rasa nyeri pasca persalinan. Senam nifas

juga dapat dilakukan baik oleh ibu yang melahirkan secara normal atau dengan

operasi sectio caesarea, hanya saja bentuk dan gerakan senam nifas dapat berbeda.

Dampak tidak melakukan senam nifas diantaranya: Produksi ASI yang kurang

lancar, terjadi infeksi karena proses pengecilan rahim tidak berjalan dengan baik

sehingga sisa darah dalam rahim tidak bisa dikeluarkan, sering menyebabkan

gangguan buang air kecil dan besar, terjadinya perdarahan pasca persalinan, timbul

varisses pada kaki, kekuatan otot pada ibu nifas tidak maksimal.

Pada ibu post partum, involusi uterus merupakan sangat penting karena ibu

memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan demi pulihnya

kesehatan seperti sebelum hamil. Salah satu indikator dalam proses involusi adalah

tinggi fundus uteri. Apabila fundus uteri berada diatas batas normal maka hal ini

menandakan didalam rahim terjadi sesuatu. Salah satunya adalah perdarahan

didalam rahim, ini sangat berbahaya bila darah keluar dengan deras maka ibu

kehilangan banyak darah sehingga dapat terjadi syok sampai terjadi kematian.

(Bintariadi,2008)

Upaya Departemen Kesehatan (Depkes) untuk mempercepat penurunan AKI

adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan pada setiap ibu, sehingga

diharapkan setiap ibu mendapat akses terhadap pelayanan kebidanan. Untuk itu

penting adanya standar pelayanan kebidanan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan, termasuk standar pelayanan nifas meliputi pelaksanaan,

pemeliharaan dan peningkatan kualitas pelayanan. Bidan memberikan pelayanan

selama nifas melalui kunjungan rumah pada 24 jam pertama, hari ke-3, hari ke-6,

Page 13: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan

ibu.

Bandung Jawa barat ternyata masih menjadi salah satu provinsi teratas sebagai

penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut laporan Dinas

Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus kematian

Ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari

748 kasus di tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung merupakan rumasakit rujukan

daerah sehingga sering ditemukan hal patologis yang membutuhkan kolaborasi

dengan dokter dalam menangani kasus-kasus yang muncul. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2017 di RSUD Kota Bandung diperoleh

data jumlah sub involusi pada ibu post partum adalah 127 kasus (3,6%) dari 3523

persalinan. Hal ini menunjukan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, pada

tahun 2015 sub involusi pada ibu post partum yang terjadi di RSUD Kota Bandung

adalah sebanyak 111 kasus (3,13%) dari 3513 persalinan, sedangkan pada tahun

2016 mencapai 123 kasus (3,35%) dari 3662 persalinan. Setelah penulis melakukan

wawancara terhadap 15 ibu nifas tentang senam nifas didapatkan hasil bahwa 5 ibu

nifas (37,5%) menjawab benar tentang senam nifas sedangkan 10 ibu nifas (62,5%)

lainnya menjawab salah tentang senam nifas.

Dari pertimbangan data diatas maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa RSUD

Kota Bandung memiliki angka kejadian sub involusi pada ibu post partum yang

cukup tinggi dibandingkan dengan RS lain seperti RSKIA Astana Anyar, sepanjang

tahun 2017 di RSKIA Astana Anyar terjadi 109 (2,9%) kasus sub involusi pada ibu

post partum dari 3688 persalinan .

Page 14: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Dari data yang telah diuraikan diatas, perdarahan post partum masih cukup

tinggi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “ Gambaran Pengetahuan Dan

Sikap Ibu Nifas Tentang Senam Nifas Di RSUD Kota Bandung tahun 2018 “

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah adalah sebagai

berikut “ Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Senam Nifas

Di RSUD Kota Bandung tahun 2018 “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Senam

Nifas Di RSUD Kota Bandung tahun 2018 .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di

RSUD Kota Bandung Tahun 2018

2. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu nifas tentang senam nifas di RSUD Kota

Bandung Tahun 2018.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman dalam menggali informasi dan masalah

pada saat melakukan penelitian guna mengetahui Gambaran Pengetahuan dan

Sikap Sebelum dan Sesudah dilakukan Senam Nifas pada Ibu Nifas di RSUD

Kota Bandung tahun 2018.

Page 15: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambah pembendaharaan bacaan,

sebagai tambahan informasi dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh

mahasiswa.

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan promosi kesehatan

melalui kegiatan penyuluhan cara melakukan senam nifas.

Page 16: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,

sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telingga. Jadi, pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita

(Notoatmodjo.2010).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja akan tetapi dapat diperoleh

dari pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif , kedua aspek ini

yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan

objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap

objek tertentu (A.Wawan DM.2010) .

Page 17: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

2.1.1 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan

domain penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang

mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai menggugat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (menggugat kembali) terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.

Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar tentang obyek yang dilakukan dengan

menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain – lain.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Page 18: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat

merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek penelitian – penelitian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –

kriteria yang telah ada.

2.1.2 Cara memperoleh pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal

dari berbagai macam sumber, misalnya ; media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni :

1. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Page 19: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :

a). Trial and Error

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu ini bila seseorang

menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain

sampai berhasil, oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba)

dan Error (gagal atau salah) atau metode coba-salah adalah cobacoba.

Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasardasar

menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini juga

merupakan pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun

pada taraf yang masih primitive. Disamping itu, pengalaman yang diperoleh

melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berfikir

dan kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna

b) . Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang bila dilakukan oleh orang, penalaran, apakah yang

dilakukan itu baik atau tidak. kebiasaan ini tidak hanyak terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melainkan kebiasaan ini seolah - olah diterima

dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan in

dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal ataupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata

lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

Page 20: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemrintah, otoritas pemimpin agama,

maupun ahli pengetahuan.

c). Berdasarkan Pengalaman Pribadi.

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu meruakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan.

d). Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata

lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi atau deduksi. Induksi

dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak

langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan. Kemudian

dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila

proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus

kepada umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan

kesimpulan dari pertanyaan - pertanyaan umum kepada khusus.

2. Cara Ilmiah atau Cara Modern

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara

yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau

popular disebut metodologi penelitian (Research Methodologi)

Page 21: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

2.1.3 Faktor yang mempegaruhi pengetahuan

1). Usia

Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah

untuk berpikir dan mudah menerima informasi

2). Tingkat pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi,

sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang

di perkenalkan.(Nursalam,2008).

3). Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman

dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari

pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.

(Notoadmodjo,2010).

4). Intelegensi

Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan

cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi

akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di

banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.

5). Sosial-Ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial

ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan

Page 22: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

masa depannya, tetapi bagi ibu - ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya

rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.

6). Sosial Budaya

Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai

sosial, ke agamaan untuk memperkuat super egonya.

7). Lingkungan

Lingkungan berpikiran luas tingkat pengetahuan lebih baik dari pada orang yang

tinggal di lingkungan berfikir sempit.

8). Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang

tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan

pengalaman. (Eko, Wahyudi,2010)

d). Kriteria pengetahuan

Baik : >75 – 100 %

Cukup : >55 – 75 %

Kurang : ≤40 – 55 %

(Ari kunto, 2010)

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas

unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian untuk

merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap maupun perubahan.

Page 23: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan

perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok, serta

pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruh terhadap

perubahan. (Notoatmodjo:2010)

Melalui sikap kita memahami proses keadaan yang menentukan tindakan nyata dan

tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Sikap

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulasi atau objek. Sedangkan menurut Thomas Znaniecki (1920) yang dikutip

menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal

psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran

yang sifatnya individual. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan

individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan

dikelola oleh individu.

Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Struktur sikap menurut Dewi K (2014) terdiri atas 3 komponen yang saling

menunjang, yaitu :

1. Komponen Kognitif

Merupakan respentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

Page 24: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganannya (opini), terutama

apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen Afektif ( Komponen emosional)

Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak

senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,

sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini

menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

3. Komponen Konatif ( komponen perilaku )

Merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak

terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu

menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku

seseorang terhadap objek sikap.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting. (Dewi.K:2014)

2.2.3 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Reciving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat

dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah

tentang gizi.

2. Merespon (Responsing)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

Page 25: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima

ide tersebut.

3. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengajak atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau

mendiskusikan tentang gizi adalah suatu buktu bahwa sidik jari laten ibu

tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sarlito W.Sarwono dan Eko A.Meiarno (2012).

2.2.4 Sifat Sikap

Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat

negatif :

1. Sifat positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu.

2. Sifat negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

2.2.5 Ciri-ciri Sikap

1. Bukan dibawa sejak lahir, melainkan bentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenesis, seperti lapar, haus,

kebutuhan istirahat.

Page 26: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

2. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang

bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

Notoatmodjo,S (2010)

2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap, antara lain :

1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Page 27: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarus sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan

Konsep moral dan ajaran dari lembaga-lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah

mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi

sikap.

6. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2.7 Cara Pengukuran Sikap

Salah satu problem pengukuran metodologi dasar dalam psikolog sosial

adalah bagaimana mengukur sikap seseorang, beberapa teknik pengukuran

sikap antara lain :

1. Skala Thrustone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat favorable

Page 28: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang

tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat

favorabilitasnya. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

2. Skala likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan

skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang

menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif

sampai sangat negatif. Seperti halnya skala thrustone, skala likert

disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama.

3. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas,

yaitu “ya-tidak”, “pernah tidak pernah”, “positif negatif” dan lain-lain.

Data yang diperoleh dapat berupa interval atau rasio dikotomi (dua

alternatif). Dalam skala guttman hanya terdapat dua interval.

Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang

ingin ditanyakan.

4. Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat

aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya

dalam pertanyaan.

Page 29: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

5. Pengukuran Invaluntary Behaviour

Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat

dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran

sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan

pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi

tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

2.2.8 Faktor-Faktor Perubahan Sikap

Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

1. Sumber dari pesan

Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok, institusi. Dua

ciri penting dari sumber pesan yaitu :

a) Kredibilitas

Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka

kita akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi

pesan. Dua aspek penting dalam kredibilitas, yaitu

keahliankeahlian dan kepercayaan saling berkaitan. Tingkat

kredibilitas berpengaruh terhadap daya persuasif. Jika kredibilitas

tinggi, maka daya persuasif juga tinggi. Jika kredibilitas rendah,

maka daya persuasif juga rendah.

b) Daya tarik

Kredibilitas masih perlu ditambah daya tarik dipengaruhi oleh daya

tarik fisik, menyenangkan, dan ada kemiripan.

2. Pesan (isi dari pesan)

Umumnya berupa kata-kata dan simbol-simbol lain yang

menyampaikan informasi. Ada tiga hal yang berkaitan dengan isi

Page 30: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

pesan, yaitu :

a) Usulan

Merupakan suatu pernyataan yang kita terima secara tidak kritis.

Pesan dirancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk

sikap, dan terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat

faktanya. Contoh: iklan di tv.

b) Menakuti

Cara lain untuk membujuk adalah dengan menakut-nakuti. Jika

terlalu berlebihan maka orang jadi takut, sehingga informasi justru

dijauhi.

c) Pesan satu sisi dan dua sisi

Pesan satu sisi paling efektif jika orang dalam keadaan netral atau

sudah menyukai suatu pesan. Pesan dua sisi lebih disukai untuk

mengubah pandangan yang bertentangan.

3. Penerima pesan

Beberapa ciri penerima pesan :

a) Influenceability

Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya

seseorang untuk dibujuk, meski demikian anak-anak lebih mudah

dipengaruhi daripada orang dewasa. Orang berpendidikan rendah

juga lebih mudah dipengaruhi dari pada yang berpendidikan tinggi.

b) Arah perhatian dan penafsiran

Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi

dan penafsirannya. Yang terpenting pesan dikirim ke tangan orang

pertama, mungkin dapat berbeda jika info sampai ke penerima

kedua. (Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008)

Page 31: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

2.2.9 Kriteria Penilaian Sikap

Alternatif

Jawaban

Nilai

Favorable

Positif

Unfavorable

Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2.3 Masa nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2012). Pengertian

lainnya, masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kirakira 6 minggu (Saleha, 2009).

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa nifas (puerperium)

masa yang berlangsung sekitar 6 minggu yang dimulai beberapa jam setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil.

2.3.1 Tahapan masa nifas

Menurut Anggraini (2010), tahapan masa nifas di bagi atas:

Page 32: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

a) Puerperium dini

Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan - jalan.

b) Puerperium intermedial

Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6–8 minggu.

c) Remote puerperium

Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.3.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Ambarwati (2008), Perubahan fisiologi Masa Nifas adalah sebagai

berikut:

1. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Involusi Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot

rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga

pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari

perdarahan post partum.

Pada involusi uterus, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami

proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala

Page 33: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik

adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan

penimbunan saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan,

sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena prose

involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:

a) Lochea Rubra / Merah ( Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 post partum.Cairan yang

keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisasisa

plasenta, dinding rahim,lemak bayi,lanugo (rambut bayi) dan

mekonium.

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna kecokelat yang berlendir.Berlangsung dari

ke 4 sampai ke 7 post partum.

c) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,

leokusit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7

sampai hari ke 14 post partum.

d) Lochea Alba / Putih

Mengandung leokosit, sel desidusa, sel epitel, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama dua

sampai enam post partum.

2) Cerviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna

serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.

Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan.

Page 34: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Proses Involusi Uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat

gambaran sebagai berikut :

a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir sepanjang 12 X 15

cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.

b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis, disamping

pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, karena minggu ke-2 sebesar

6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama

dengan lochea.

e) Luka bekas implantasi placenta akan sembuh karena pertumbuhan

endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.

Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.

3) Vulva dan Vagina

Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu

post partum. Penurunan hormoneestrogen pada masa post partum berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada

sekitar minggu ke empat.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada

laserasi jalan lahir.Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau

makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Page 35: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

Kadang-kadang puerpurium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter

uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani

selama persalinan, juga karena edema kandung kemih yang terjadi selama

persalinan.Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyeulum normal kembali dalam

waktu 2 minggu.

4. Perubahan Sistem Muskuluskeletal

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga

tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament

rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu

setelah persalinan. (Mochtar, Rustam. 2012)

2.4 Pengertian senam nifas

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah

melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan

persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan

Maryunani, 2011).

Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas adalah latihan

jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah

untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan,

mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada

otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar

panggul dan perut.

Page 36: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

2.4.1 Tujuan senam nifas

Mengembalikan kekuatan otot-otot badan supaya ibu sehat jasmani dan

memulihkan kondisi fisik tubuh seperti semula atau mendekati seperti semula

(Bobak, 2010)

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam

nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:

1. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu

2. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat kandungan

3. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut

dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan persalinan

4. Memperlancar pengeluaran lochea

5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan

6. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan

7. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,

trombosia, dan lain-lain.

2.4.2 Manfaat senam nifas

Manfaat senam nifas secara umum menurut Sukaryati dan Maryunani (2011),

adalah sebagai berikut:

1) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami

trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk

normal

2) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan

kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih

lanjut

Page 37: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

3) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah kemampuan menghadapi

stres dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.

2.4.3 Kontra indikasi senam nifas

Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan

untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan umumnya tidak baik misalnya

hipertensi, pasca kejang dan demam (Wulandari dan Handayani, 2011). Demikian

juga ibu yang menderita anemia dan ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung

dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati,

2010).

2.4.4 Waktu dilakukan senam nifas

Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,

kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas

sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan melakukan

secara bertahap. Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan.

Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena

perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan

mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.

Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang

tersulit (Marmi, 2012).

2.4.5 Kerugian bila tidak melakukan senam nifas

Kerugian bila tidak melakukan senam nifas menurut Sukaryati dan

Maryunani (2011), antara lain :

1. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat

dikeluarkan

Page 38: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

2. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan

yang abnormal dapat dihindarkan

3. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah)

4. Timbul varises

2.4.6 Pelaksanaan Senam Nifas

Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya bidan mengajarkan kepada ibu

untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan

melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak-gerakkan kaki dan tangan

secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot selama melakukan

gerakan senam nifas. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah

melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari (Widianti dan

Proverawati, 2010).

Menurut Manuaba (2009) langkah-langkah senam nifas pada persalinan

normal sebagai berikut :

a) Hari Pertama

• Pernafasan abdomen : Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian

lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui

hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu

keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontraksikan

otot perut. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.

• Latihan pergerakan kaki : ibu tidur terlentang dengan satu bantal,

kemudian gerakan kaki kearah abduksi, adduksi, inversi, eksversi dan

sirkumduksi. Lakukan 5kali dalam latihan.

• Latihan kontraksi ringan otot perut dan otot panggul : ibu tidur

terlentang dengan satu bantal dikepala, kedua kaki diluruskan dan

kedua tangan berada disamping, kemudian tundukan kepala, kerutkan

Page 39: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

pantat sehingga lepas dari kasur. Lakukan 15 kali gerakan pagi dan sore,

setiap

5kali gerakan istirahat sebentar.

b) Hari ke dua

• Latihan otot perut : posisi ibu berbaring, dagu menyentuh dada, tangan

menyentuh lutut dan pinggang tetap dilantai.

• Latihan kaki : posisi ibu berbaring dengan satu bantal, lutut ditekuk

setengah tinggi dan paha menempel satu sama lain, kemudian rebahkan

kedua lutut kesamping kiri, lakukan hal yang sama dengan gerakan

kesamping kanan. Lakukan 5kali gerakan masing-masing sisi.

• Latihan putar tungkai : posisi berbaring terlentang, satu kaki memutar

kesamping menyentuh matras, bahu tetap datar.

• Latihan angkat bokong : posisi berbaring dengan bantuan lengan,

naikan bokong, dan kedua kaki tetap ditekuk.

• Latihan memutar satu lutut : posisi berbaring terlentang, salah satu kaki

ditekuk pada lutut lalu putar lutut kesamping menyentuh matras.

• Latihan untuk menguatkan dada : posisi duduk atau berdiri dengan

kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat sikut, badan

dan lengan atas membentuk sudut 90 derajat, kedua tangan mendorong

lengan kearah sikutanpa menggeser telapak tangan sampai otot dada

terasa tertarik, kemudian lepaskan. Lakukan 45 kali, setiap 15kali

gerakan berhenti sebentar, kerjakan pagi dan siang.

c) Hari Ke tiga

Page 40: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

• Latihan untuk mengembalikan bentuk rahim pada bentuk semula : tidur

tengkurap dengan dua bantal penyangga perut bawah, satu bantal kecil

menyangga punggung kaki, kepala menoleh kesamping kiri/kanan.

Tangan diletakan dibawah bantal dengan sedikit siku dibengkokan.

Tahan 5 menit, lakukan sampai ibu merasa mules lagi.

• Latihan menguatkan otot perut : berbaring terlentang, lalu ayunkan

tangan kedepan dengan sudut 90 derajat terhadap tubuh sambil

mengangkat kepala dan bahu.

Langkah senam setelah persalinan dengan seksio sesaria :

• Ibu harus diajarkan bagaimana naik dan turun tempat tidur dengan

menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik oto abdomentnya dan

berguling kedepan, dengan dorongan tangan dan kaki, ia akan mampu

berpindah kearah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung

duduk dari posisi berbaring namun tetap berguling kesamping. Gerakan

ini juga cara termudah untk bangun dari tempat tidur-kencangkan

bagian tranversus dan dorong keposisi dudu disamping tempat tidur.

• Napas dalam diikuti dengan huffing (ekspirasi paksa singkat), akan

membantu mengeluarka sekresi di paru-paru yang mungkin dapat

terjadi setelah pemberian anastesi umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus

menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau

bantal, sementara ibu bersandar atau duduk ditepi tempat tidur. Posisi

ini mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa

percaya diri, dan mengurangi rasa nyeri.