131
i RAHASIA GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA ACEH DAN KABUPATEN ACEH BESAR Penyusun : Abidah Nur, S. Gz Tim Balai Litbang Kesehatan Aceh BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN ACEH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2018

GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

i

RAHASIA

GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

DI KOTA BANDA ACEH DAN KABUPATEN ACEH BESAR

Penyusun :

Abidah Nur, S. Gz

Tim Balai Litbang Kesehatan Aceh

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN ACEH

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2018

Page 2: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

ii

SK PENELITIAN

Page 3: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

iii

Page 4: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

iv

Page 5: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

v

Page 6: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

vi

Page 7: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

vii

PERSETUJUAN ETIK

Page 8: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

viii

Page 9: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

laporan penelitian “GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI

KOTA BANDA ACEH DAN KABUPATEN ACEH BESAR” Tahun Anggaran 2018

dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini memuat informasi tentang gambaran penderita tuberkulosis paru

beserta penyakit penyertanya dari pemeriksaan sampel darah dan dahak. Informasi yang

didapatkan dari sampel dahak adalah Mycobacterium tuberculosis yang diperiksa secara

mikroskopis, PCR dan kultur serta resistensi OAT, dan sampel darah untuk pemeriksaan

HbA1c dan imunitas. Sampel dahak juga disimpan dalam bentuk BBT (Bahan Biologis

Tersimpan) di BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan) Jakarta untuk kebutuhan

penelitian lanjutan terkait dengan genetik yang direncanakan di Tahun 2019.

Ucapan terimakasih kepada seluruh anggota tim yang telah bekerja dengan

sungguh-sungguh menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Semoga ALLAH SWT

senantiasa melimpahkan rahmat dan petunjukNya serta kekuatan kepada kita semua

dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan di masa-masa yang akan

datang.

Aceh Besar, 22 Maret 2019

Ketua Peneliti

Abidah Nur, S. Gz

Page 10: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

x

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis. Tuberkulosis dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru. Sumber

penularan adalah pasien TB BTA positif. Tahun 2014 ditemukan 9,6 juta kasus TB baru

dan 1,5 juta meninggal. Sebesar 580 ribu kasus MDR TB terdapat di dunia dan

Indonesia termasuk lima negara penyumbang lebih dari 60% kasus MDR TB. Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB.

Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun 2015 adalah 4.023 kasus, Kota Banda Aceh

dan Aceh Besar termasuk dalam 10 kabupaten/kota dengan kasus TB tertinggi. Menurut

data SITT tahun 2016, terdapat 184 kasus baru BTA positif dan 16 kasus kambuh di

Kota Banda Aceh dan 303 kasus baru BTA Positif serta 5 kasus kambuh di Aceh Besar.

Riskesdas 2018 menyebutkan prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dokter di

Indonesia adalah 0,4% dan di Aceh 0,5%. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

2015 adalah 4.023 kasus, Kota Banda Aceh dan Aceh Besar termasuk dalam sepuluh

Kota/Kab dengan kasus TB tertinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan

gambaran penderita tuberkulosis paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis pada dahak dilakukan dengan metode

mikroskopis, PCR, kultur, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan MDR TB. Penelitian

bertujuan untuk mendapatkan gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar. Desain penelitian dengan pendekatan kohort. Populasi adalah

seluruh penderita TB paru yang terdata di Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dan

rumah sakit sesuai data SITT tahun 2016. Variabel yang diikuti adalah : Pemeriksaan

diagnosa TB (kultur, mikroskopis, dan PCR), data gizi, pengobatan, dan lingkungan.

Sedangkan variabel yang tidak diikuti meliputi pemeriksaan HbA1c, pemeriksaan

immunologis, dan uji sensitivitas obat. Pengambilan dahak diperlukan untuk

pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis secara mikroskopis, PCR dan kultur serta

resistensi OAT, sedangkan pengambilan darah untuk pemeriksaan HbA1c dan imunitas.

Hasil penelitian didapatkan dari 508 jumlah responden, hanya 262 responden saja yang

berhasil diwawancara, diperiksa dahak dan darah dengan karakteristik responden paling

dominan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67,9%, usia rata-rata 45 tahun, lulusan

SLTA (34%) dan umumnya tidak bekerja, dan sebanyak 80,9% merupakan pasien baru.

Status gizi berada pada kisaran normal yaitu hampir mencapai 50%, dan sebesar 63,7%

Page 11: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xi

tidak ada penyakit penyerta. Perilaku tentang tuberkulosis adalah baik (87%) jika

dibanding dengan pengetahuan dan sikap yang masih kurang. Kondisi lingkungan fisik

sebagian besar sudah baik, kondisi rumah di dominasi oleh lantai semen, dengan

dinding tembok dan plafon sebagian besar berasal dari triplek (kayu), keadaan

lingkungan sekitar tidak kumuh, dan penggunaan gas untuk memasak. Sebagian besar

hasil pemeriksaan negatif baik secara mikroskopis (80,9%) dan kultur (83,6%).

Pemeriksaan PCR sebagian besar hasilnya positif untuk gen Gen 16s rRNA (81,2%).

Monoresisten OAT paling tinggi diantara resisten OAT yaitu sampai 47,3% dan

isoniazid (INH) adalah yang paling tinggi resistennya dibanding OAT lainnya (26,3%).

Poliresisten terhadap dua OAT yaitu streptomisin dan isoniazid (INH) sebesar 10,5%.

Sebanyak 28,2% penderita TB disertai DM. Untuk pemeriksaan imunitas dari 50 sampel

TB-DM dan 56 sampel TB tanpa DM, didapatkan konsentrasi IFN-γ lebih tinggi pada

kelompok TB DM, sedangkan pada kelompok TB tanpa DM konsentrasi TNF-α

cenderung lebih tinggi. Tingkat kesembuhan pasien tergolong tinggi berdasarkan

pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Masyarakat perlu ditingkatkan edukasi tentang

pentingnya pencegahan TB paru, memiliki motivasi yang tinggi untuk memperoleh

pengetahuan tentang TB paru, patuh dalam minum obat sehingga akan lebih baik dalam

penatalaksanaan penyakit ini. Pemerintah perlu memantau penyedia layanan kesehatan

dalam pengobatan TB paru dan menyediakan kualitas obat yang adekuat. Selain itu

pengelola program TB paru perlu terus memantau kepatuhan minum obat pasien

melalui PMO secara berkelanjutan dan terlaporkan setiap hari.

Page 12: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xii

ABSTRAK

Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di

Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran penderita

tuberkulosis paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain kohort dengan lama

penelitian 12 bulan. Penelitian dilakukan tahun 2018, berlokasi di Kota Banda

Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dengan penelusuran pasien TB dari PRM dan

rumah sakit yang telah menerapkan DOTS dengan jumlah 1 rumah sakit dan 11

puskesmas di Kota Banda Aceh sedangkan di Aceh Besar berjumlah 1 rumah

sakit dan 27 puskesmas. Sampel merupakan total populasi sebanyak 508

penderita TB, sedangkan untuk pemeriksaan immunologis yang digunakan

adalah 51 TB-DM dan 51 TB tanpa DM (102 sampel). Variabel yang diikuti

adalah : Pemeriksaan diagnosa TB (kultur, mikroskopis, dan PCR), data gizi,

pengobatan, dan lingkungan. Sedangkan variabel yang tidak diikuti meliputi

pemeriksaan HbA1c, pemeriksaan immunologis, dan uji sensitivitas obat. Dari

508 total responden, hanya 262 jumlah responden yang berhasil diwawancara

dengan karakteristik responden paling dominan berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 67,9%, usia rata-rata 45 tahun, lulusan SLTA (34%) dan umumnya

tidak bekerja, dan sebanyak 80,9% merupakan pasien baru. Status gizi berada

pada kisaran normal yaitu hampir mencapai 50%, dan sebesar 63,7% tidak ada

penyakit penyerta. Perilaku tentang tuberkulosis adalah baik (87%) jika

dibanding dengan pengetahuan dan sikap yang masih kurang. Kondisi

lingkungan fisik sebagian besar sudah baik, kondisi rumah di dominasi oleh

lantai semen, dengan dinding tembok dan plafon sebagian besar berasal dari

triplek (kayu), keadaan lingkungan sekitar tidak kumuh, dan penggunaan gas

untuk memasak. Sebagian besar hasil pemeriksaan negatif baik secara

mikroskopis (80,9%) dan kultur (83,6%), sedangkan yang positif 1+ (20-100

koloni) yang terbentuk, yaitu 9,5%. Dari hasil pemeriksaan PCR menggunakan

gen 16S rRNA diperoleh hasil positif sebesar 81,2%. Isoniazid (INH) merupakan

OAT yang paling tinggi resistennyja dibanding OAT lainnya (26,3%). Sebanyak

42,1% masih susceptible terhadap OAT dan 10,5% dengan kondisi poliresisten

Page 13: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xiii

terhadap dua OAT yaitu streptomisin dan isoniazid (INH). Penderita TB disertai

DM didapatkan 28,2%. Konsentrasi IFN-γ lebih tinggi pada kelompok TB DM,

sedangkan pada kelompok TB tanpa DM konsentrasi TNF alfa cenderung lebih

tinggi. Tingkat kesembuhan pasien tergolong tinggi berdasarkan pemeriksaan

mikroskopis dan kultur.

Kata Kunci : Mycobacterium tuberculosis, Diabetes mellitus, imunitas

Page 14: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

SK PENELITIAN ................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ETIK ....................................................................... vii

LEMBAR PERSETUJUAN ATASAN ................................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. x

ABSTRAK ........................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xvii

DAFTAR BAGAN………………………………………………………………… xviii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A Latar Belakang ...................................................................................... 1

B Perumusan Masalah .............................................................................. 4

C Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

D Manfaat Menelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6

A Definisi Tuberkulosis ............................................................................. 6

B Cara Penularan Tuberkulosis .................................................................. 6

C Gejala Klinis……………………………………………………………. 7

D Transmisi Tuberkulosis………………………………………………… 7

E Diagnosis Tuberkulosis…………..…………………………………….. 9

F Pengobatan Tuberkulosis……………………………………………….. 11

G Multi Drug Resisten TB ......................................................................... . 11

H Imunitas Penderita TB ........................................................................... . 13

I Status Gizi Penderita TB………………………………………………... 13

J Penyakit Penyerta TB……………………................................................ 14

Page 15: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xv

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 16

A Kerangka Teori ...................................................................................... 17

B Kerangka Konsep ................................................................................... 18

C Definisi Operasional Variabel ................................................................ 18

D Desain Penelitian ................................................................................... 22

E Tempat dan Waktu ................................................................................. 23

F Populasi dan Sampel ............................................................................. 23

G Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 26

H Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 26

I Analisa Data ........................................................................................... 53

J Persetujuan Etik ..................................................................................... 53

BAB IV HASIL ..................................................................................................... 54

A Karakteristik Responden Penderita TB Paru........................................... 54

B Status Gizi Penderita TB Paru ................................................................ 56

C Penyakit Penyerta Penderita TB Paru………………………………….. 57

D Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) Penderita TB Paru…………… 58

E Lingkungan Fisik Penderita TB Paru…………………………………… 59

F Keakuratan Diagnosis TB Paru…………………………………………. 61

G Sensitivitas Mycobacterium tuberculosis Terhadap OAT……………… 62

H Proporsi Penderita TB Paru yang Mengalami DM……………………... 63

I Respon Imun Penderita TB-DM dan TB Tanpa DM……………………. 63

J Tingkat Kesembuhan Penderita TB Paru……………………………….. 68

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 69

A Karakteristik Responden Penderita TB Paru........................................... 69

B Status Gizi Penderita TB Paru ................................................................ 70

C Penyakit Penyerta Penderita TB Paru…………………………………... 71

D Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) Penderita TB Paru…………… 71

E Lingkungan Fisik Penderita TB Paru…………………………………… 72

F Keakuratan Diagnosis TB Paru…………………………………………. 72

G Sensitivitas Mycobacterium tuberkulosis Terhadap OAT…………….... 73

H Proporsi Penderita TB Paru yang Mengalami DM……………………... 74

Page 16: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xvi

I Respon Imun Penderita TB-DM dan TB Tanpa DM…………………….. 74

J Tingkat Kesembuhan Penderita TB Paru………………………………… 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... . 77

A Kesimpulan ........................................................................................... . 77

B Saran...................................................................................................... . 78

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................. . 78

Page 17: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional ............................................................................... 18

Tabel 2. Pembacaan dan Pelaporan Hasil BTA Mikroskopis Skala IUATLD ........ 35

Tabel 3. Pembacaan Hasil Kultur ......................................................................... 41

Tabel 4. Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis ............................................. 44

Tabel 5. Karakteristik Responden Penderita TB Paru ........................................... 54

Tabel 6. Status Gizi Penderita TB Paru ................................................................ 56

Tabel 7. Konsumsi Zat Gizi Responden TB Paru………………………………….57

Tabel 8. Penyakit Penyerta Penderita TB Paru ...................................................... 58

Tabel 9. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penderita TB Paru .............................. 58

Tabel 10. Lingkungan Fisik Penderita TB Paru .................................................... 59

Tabel 11. Kondisi Lingkungan Penderita TB Paru .................................................. 59

Tabel 12. Keakuratan Diagnosis TB Paru………………………………………….. 61

Tabel 13. Sensitivitas Mycobacterium tuberkulosis Terhadap OAT………………. 62

Tabel 14. Prevalensi Penderita TB Paru yang Mengalami DM……………………. 63

Tabel 15. Tingkat Kesembuhan Penderita TB Paru……………………... ............... 68

Page 18: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xviii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Alur Diagnosis dan Resisten TB ............................................................ 10

Bagan 2. Kerangka Teori...................................................................................... 16

Bagan 3. Kerangka Konsep .................................................................................. 17

Bagan 4. Alur Kerja Penelitian ............................................................................. 25

Page 19: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Konsentrasi IFN-γ pada Penderita TB-DM (TB 1) ................................ 64

Gambar 2. Konsentrasi IFN-γ pada Penderita TB tanpa DM (TB 1) ....................... 64

Gambar 3. Konsentrasi IFN-γ pada Penderita TB-DM (TB 2) ................................ 65

Gambar 4. Konsentrasi IFN-γ pada Penderita TB tanpa DM (TB 2) ....................... 66

Gambar 5. Kadar Protein TNF pada Penderita TB tanpa DM ............................... 67

Gambar 6. Kadar Protein TNF pada Penderita TB-DM ........................................ 67

Page 20: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Biodata Ketua Pelaksana .................................................................... 88

Lampiran 2. Naskah Penjelasan .............................................................................. 90

Lampiran 3. Persetujuan Setelah Penjelasan ........................................................... 92

Lampiran 4. Kuesioner ........................................................................................... 93

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 109

Page 21: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis (M.Tb), dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru dan

merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah HIV.1 Penegakan diagnosis

tuberkulosis dapat dilakukan secara konvensional dan non konvensional. Cara

konvensional antara lain mikroskopis, biakan kuman, dan uji kepekaan terhadap obat,

sedangkan pemeriksaan melalui PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan cara non

konvensional.2 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, dengan satu pasien

mampu menularkan M.Tb kepada tiga anggota rumah tangga lain. 3,4

Penularan M.Tb dapat terjadi melalui percikan dahak atau ludah penderita. Pasien

yang batuk dapat mengeluarkan 3000 percikan dahak. Ruangan lembab dengan ventilasi

yang kurang tanpa sinar matahari dapat meningkatkan daya tahan kuman TB hingga

beberapa jam.3 Marissa menyebutkan perilaku pasien BTA positif sebagian besar

kurang baik yaitu tidur dengan anggota rumah tangga lain dan tidak menutup mulut

saat batuk/bersin.4 Lebih dari 20% suspek Tb ditemukan dengan hunian yang padat,

lantai tanah, atap bukan genteng/beton, dinding tidak permanen, tidak ada tempat

sampah, tidak pakai pestisida, pelihara unggas, dan air minum tidak baik.5

Menurut data WHO tahun 2014 telah ditemukan 9,6 juta kasus TB paru baru dan

1,5 juta meninggal.6 Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi urutan ke

tiga di dunia. Riskesdas 2018 menyebutkan prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis

dokter di Indonesia adalah 0,4% dan di Aceh 0,5%.7 Tahun 2013-2014 dilakukan survei

prevalensi TB dengan pemeriksaan tambahan selain mikroskopis dan foto toraks yaitu

pemeriksaan X-ray, gene expert, dan kultur sehingga kasus Tb lebih banyak terjaring.

Prevalensi TB paru dengan konfirmasi bakteriologis di kawasan Sumatera berjumlah

913 per 100.000 penduduk berumur di atas 15 tahun.8 Profil Kesehatan Indonesia tahun

2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB paru dari 324.539 kasus

tahun 2014 menjadi 330.910 kasus dengan proporsi pasien terkonfirmasi bakteriologis

sebesar 57,1%.9 Profil Kesehatan Aceh tahun 2015 terdapat kasus baru BTA positif

sebanyak 4.023. Kota Banda Aceh (594 kasus) dan Aceh Besar (295 kasus) termasuk

dalam sepuluh Kab/Kota dengan kasus TB tertinggi.10

Pemilihan lokasi di Banda Aceh

Page 22: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

2

dan Aceh besar disebabkan secara geografis kedua Kab/Kota tersebut berdekatan yang

memungkinkan terjadinya mobilisasi penduduk yang tinggi sehingga pasien TB yang

berdomisili di Aceh Besar juga berobat ke Banda Aceh. Kota Banda Aceh juga

merupakan kota dengan jumlah rumah sakit terbanyak termasuk rumah sakit rujukan Tb

tingkat provinsi. Menurut sumber dari Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) tahun 2016

dilaporkan terdapat 586 kasus TB paru baru dan lama di Kota Banda Aceh dengan 184

kasus baru BTA positif dan 16 kasus kambuh, Aceh Besar memiliki kasus TB dengan

BTA positif sebanyak 303 kasus dan kasus kambuh 5 penderita TB.11

Diagnosis TB sesuai Permenkes No.67 tahun 2016 adalah pemeriksaan klinis

dan bakteriologis dengan mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM).12

Penelitian oleh

Hadifah tahun 2014 menunjukkan bahwa teknik kultur lebih banyak menjaring

penderita Tb dibanding dengan teknik mikroskopis.13

Ramadhan tahun 2016

melaporkan hasil pemeriksaan M.Tb pada penderita TB paru aktif menggunakan PCR

diperoleh 59,18% sedangkan mikroskopis 6,12% dari 49 penderita TB dengan masa

pengobatan dua hingga lima bulan keatas.14

Utami menyebutkan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan mikroskopis BTA dan PCR dengan

hasil kultur. Sensitifitas dan spesifisitas mikroskopis BTA adalah 77,2% dan 95,8%

sedangkan PCR adalah 90% dan 79% dibandingkan dengan kultur.15

Hasil penelitian

Lestari selisih minus 14% dan minus 10% untuk nilai sensitifitas dan spesifisitas.16

Profil Kesehatan Indonesia menjelaskan bahwa untuk menemukan pasien menular TB,

perlu dilakukan konfirmasi bakteriologis. Angka yang harus dicapai adalah di atas 70%

dari seluruh pasien yang diobati (berdasarkan bakteriologis dan klinis). Jika lebih

rendah menunjukkan kelemahan diagnosa untuk menemukan pasien menular. Hanya

delapan provinsi yang sudah mencapai target tersebut. Aceh merupakan provinsi yang

belum mencapai target dengan angka konfirmasi bakteriologis di bawah 70% (67,8%).9

TB mudah terinfeksi pada individu dengan penurunan daya tahan tubuh.

Penyakit yang menyerang daya tahan tubuh seperti HIV akan mempercepat penularan

TB. WHO tahun 2013 melaporkan 13% dari 8,6 juta kasus TB pengidap HIV positif.17

Penderita HIV stadium 1 sampai 3 berisiko 52% terinfeksi TB.18

Penurunan daya tahan

tubuh juga terjadi pada individu dengan gizi kurang. Penelitian pada pasien TB

menunjukkan status gizi 49% underweight (BMI≤18,5 kg/m2) dan 85% limpopenia.

19

Page 23: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

3

Faktor risiko TB antara lain riwayat diabetes, umur, jenis kelamin, pendidikan,

ekonomi, merokok, dan lingkungan. Nilai Odds rasio untuk terjangkit TB paru pada

pasien diabetes sebesar 3,94. Hal ini menunjukkan riwayat diabetes merupakan faktor

paling dominan sebagai faktor risiko TB.20,21

Menurut Mihardja, prevalensi diabetes

pada penderita TB 5,4%-44% dengan diabetes sebagai faktor risiko TB (OR: 1,5-8,9).22

WHO melakukan penelitian terkait pencegahan TB pada penderita diabetes. Penegakan

diagnosis TB dapat terjadi sebelum dilakukan pemeriksaan indikator diabetes, seperti

HbA1c. Pengobatan TB yang dilakukan tanpa mengetahui riwayat diabetes dapat

menyebabkan perburukan gejala, meningkatkan keparahan infeksi, meningkatkan

penularan, hingga risiko resistensi kuman.23

Oleh sebab itu, deteksi dini diabetes pada

pasien TB diperlukan. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) akan efektif jika

kadar glukosa darah terkontrol. Etambutol mempunyai efek samping pada mata dan

rifampisin dapat mengurangi efektivitas sulfonil urea (obat anti diabetes).24

TB merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan pengobatan

berkelanjutan hingga kurun waktu enam bulan. Penderita TB yang tidak melakukan

pengobatan akan menimbulkan komplikasi bahkan kematian. Pengobatan TB tidak

tuntas akan menimbulkan resistensi obat.25

Pemeriksaan M.Tb pada dahak dapat

dilakukan dengan metode mikroskopis, PCR, dan kultur. Kultur merupakan baku emas

penegakan diagnosis tuberkulosis. 2,25–28

Pemeriksaan dengan teknik kultur merupakan

tahap awal untuk pemeriksaan sensitivitas M.Tb yang bertujuan mengetahui resistensi

OAT.29

Angka penderita Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) di dunia

diperkirakan 580 ribu kasus dan hanya 20% yang melakukan pengobatan. Indonesia

termasuk lima negara penyumbang lebih dari 60% kasus MDR TB.29

Belum terdapat

laporan penderita MDR TB di Aceh secara pasti, namun penelitian di Poliklinik

Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) atau pengobatan jangka pendek

dengan pengawasan langsung tahun 2013 di RSUDZA terdapat 10 kasus MDR TB.30

Kekurangan informasi mengenai data MDR TB Aceh menjadi salah satu faktor yang

melatarbelakangi pelaksanaan penelitian ini.

Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh telah menyusun roadmap

penelitian TB paru pada tahun 2016 yang memiliki tujuan akhir menghasilkan obat dan

vaksin TB. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan data tentang penderita TB paru

Page 24: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

4

yang lengkap termasuk data tentang MDR TB. Hal inilah yang menjadi dasar perlu

dilakukan penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

TB masih merupakan masalah kesehatan utama. Besarnya kasus yang berhasil

dideteksi, selain merupakan keberhasilan juga menjadi pekerjaan tambahan untuk

mengupayakan kesembuhan. Obat yang harus diminum setiap hari juga memerlukan

pengamatan tentang kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat tersebut. Berbagai

faktor lain juga turut berperan dalam proses keberhasilan pengobatan, seperti status gizi,

respon imun, bahkan MDR TB.

Untuk menuntaskan segala permasalahan tentang TB diperlukan kesiapan lintas

sektor. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banda Aceh berkewajiban untuk

ambil bagian sebagai penyaji data, sesuai salah satu tugas dan fungsinya. Data tentang

gambaran penderita TB di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar yang dilihat dari berbagai

aspek belum ada. Apakah pemeriksaan untuk mendiagnosa TB yang dilakukan sudah

akurat, bagaimanakah status gizi, respon imun, kondisi lingkungan, adanya penyakit

penyerta penderita TB. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka timbul

beberapa pertanyaan penelitian yaitu :

a. Bagaimana karakteristik penderita TB paru ?

b. Bagaimana status gizi penderita TB paru ?

c. Apa saja penyakit penyerta pada penderita TB paru ?

d. Sejauh mana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita TB paru ?

e. Bagaimana lingkungan fisik penderita TB paru ?

f. Sejauh mana keakuratan diagnosis TB menggunakan beberapa metode

pemeriksaan (mikroskopis, PCR, dan kultur) ?

g. Apakah M.Tb masih sensitif terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis) ?

h. Berapa prevalensi penderita TB yang mengalami diabetes mellitus ?

i. Bagaimana respon imun penderita TB-DM dan TB tanpa DM ?

j. Berapakah angka kesembuhan penderita TB berdasarkan pemeriksaan

mikroskopis dan kultur ?

Page 25: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten

Aceh Besar

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran karakteristik penderita TB.

b. Mendapatkan gambaran status gizi penderita TB.

c. Mengindentifikasi penyakit penyerta pada penderita TB.

d. Mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita TB.

e. Mendapatkan gambaran lingkungan fisik penderita TB.

f. Mendapatkan keakuratan diagnosis TB menggunakan beberapa metode

pemeriksaan (mikroskopis, PCR, dan kultur).

g. Mendapatkan sensitivitas M.Tb terhadap OAT.

h. Mendapatkan proporsi penderita TB paru yang mengalami diabetes

mellitus.

i. Mendapatkan respon imun penderita TB-DM dan TB tanpa DM.

j. Mendapatkan tingkat kesembuhan penderita TB berdasarkan

pemeriksaan mikroskopis dan kultur.

D. Manfaat Penelitian

1. Program

Tersedianya data profil TB di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar

Provinsi Aceh.

2. Penderita

Mendapatkan informasi mengenai penyakit yang diderita dan pencegahan

komplikasi.

3. Rumah Sakit dan Puskesmas

Mendapatkan informasi mengenai kondisi responden dan lingkungan sehingga

dapat ditentukan alternatif tindak lanjut yang akan dilakukan, serta keberhasilan

pengobatan.

Page 26: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti, tulang, kelenjar dan otak yang biasa

disebut TB ekstra paru. Kuman ini ditemukan oleh Robert Koch di Berlin pada tanggal

24 Maret 1882. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan

terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam

(BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan

hidup dalam jangka waktu lama terutama pada suhu 4oC sampai -70

o C. Dalam jaringan

tubuh kuman ini dapat tertidur lama selama beberapa tahun baru setelah itu

menginfeksi.3

B. Cara Penularan Tuberkulosis

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif melalui percik renik dahak

(droplet nuclei) yang dikeluarkan, baik itu saat batuk, bersin, bahkan saat berbicara.

Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak, sedangkan kalau bersin

dapat mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 M.tb. Infeksi akan terjadi apabila orang

lain menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut. 3,12

Pada umumnya, penularan akan terjadi di dalam ruangan, dan dalam waktu yang

lama. Dengan adanya ventilasi yang baik, dapat mengurangi jumlah percikan, dan sinar

matahari langsung dapat membunuh kuman. Daya penularan penderita TB ditentukan

oleh berapa banyaknya kuman TB yang dikeluarkan dari paru –parunya. Makin tinggi

derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Namun,

bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak

mengandung kuman dalam dahaknya. Penyakit TB masih mempunyai kemungkinan

untuk ditularkan oleh pasien TB meskipun hasil pemeriksaan dahak BTA negatif.

Tingkat penularan bagi pasien TB BTA positif sebesar 65%, pasien TB BTA negatif

dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif

dan foto Toraks positif adalah 17%.3

Page 27: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

7

C. Gejala Klinis

Gejala klinis pada penderita TB meliputi:

a. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk

darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari

satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan

gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu

atau lebih.

b. Gejala diatas juga dijumpai pula pada penyakit paru lain, seperti bronkiektasis,

bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Oleh karena prevalensi TB di

Indonesia masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga

pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

langsung.

c. Selain itu juga perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada orang dengan faktor

risiko, seperti: kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah padat penduduk,

wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan orang yang bekerja dengan bahan

kimia yang berisiko menimbulkan paparan infeksi paru.

D. Transmisi Tuberkulosis

Ada 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit meliputi paparan, infeksi, menderita

sakit dan meninggal dunia. Seseorang bisa terpapar dengan TB karena berbagai hal

seperti adanya jumlah kasus di masyarakat, peluang kontak dengan penderita, tingkat

daya tular dahak, intensitas batuk sumber penularan, kedekatan kontak dengan sumber

penularan, lamanya waktu kontak dan faktor lingkungan ( konsentrasi kuman di udara:

ventilasi, sinar ultra violet, penyaringan adalah faktor yang dapat menurunkan

konsentrasi). Paparan dengan penderita TB merupakan syarat untuk terinfeksi. 3

Ketika seorang penderita TB paru batuk, bersin atau berbicara maka droplet

nuklei akan jatuh dan menguap akibat suhu udara yang panas, maka kuman tuberkulosis

akan berterbangan di udara dan berpotensi sebagai sumber infeksi pada orang sehat. Hal

ini yang sering disebut sebagai airborne infection. Setelah melewati barrier mukosilier

saluran nafas, basil TB paru-paru akan mencapai bronkiolus distal atau alveoli. Kuman

Page 28: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

8

mengalami multiplikasi di paru-paru dikenal sebagai fokus Ghon. Basil juga mencapai

kelenjar limfe hilus, melalui aliran limfe sehingga terjadi limfadenopati hilus. Fokus

Ghon dan limfadenopati hilus akan membentuk kompleks primer. Kompleks primer

berlokasi di lobus bawah karena ventilasi lebih baik di area tersebut. Ghon menemukan

pendistribusian fokus primer yang sama antara lobus atas dan lobus bawah, tetapi lebih

sering pada paru kanan.31

Waktu yang diperlukan sejak masuk kuman TB hingga terbentuk kompleks

primer disebut masa inkubasi. Hal ini berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan

rentang waktu 2-12 minggu. Selama terjadi proses infeksi, terjadi pertumbuhan kuman

TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum sensitif terhadap tuberkulin,

mengalami perkembangan sensitivitas. Saat terbentuk kompleks primer maka

dinyatakan infeksi TB primer telah terjadi. Hal ini ditandai dengan munculnya respon

positif terhadap tuberkulin.

Pada masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. 32

Sebelum terbentuk imunitas

seluler, kuman TB menyebar secara limfogen dan hematogen. Penyebaran limfogen c

yaitu kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer.

Sedangkan penyebaran hematogen, kuman tersebut masuk dalam sirkulasi darah dan

menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran secara hematogen inilah yang

menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.

Selanjutnya, setelah kompleks primer terbentuk, ada beberapa kemungkinan

dapat terjadi yaitu:

a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, karena imunitas seluler tubuh

dibentuk. Bila system imun tubuh baik, begitu sistem imun seluler berkembang,

proliferasi kuman TB terhenti.

b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hilus dan dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant

karena sejumlah kecil kuman TB tetap hidup dalam granuloma.

c. Kompleks primer bisa juga mengalami komplikasi dan menyebar. Hal ini karena

focus primer di paru membesar dan menyebabkan pneumonitis dan pleuritis.

Kuman yang dormant akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi

endogen menjadi tuberkulosis dewasa. TB sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di region atas paru. Kuman TB dalam granuloma

Page 29: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

9

berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar dan bagian tengahnya

mengalami nekrosis menjadi lembek membentuk perkejuan. Bila jaringan

perkejuan dibatukkan, akan menimbulkan kavitas. 32,33

Faktor resiko untuk menderita TB sangat tergantung dari konsentrasi (jumlah

kuman yang terhirup), lamanya waktu sejak terinfeksi, usia dan daya tahan tubuh.

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Apabila daya tahan tubuh

rendah seperti karena gizi buruk dan penderita HIV/ AIDS dan akan memudahkan

berkembangnya TB aktif (sakit TB). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka

jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan

meningkat pula. 3

Faktor resiko kematian akibat TB dapat terjadi karena keterlambatan diagnosis,

pengobatan tidak adekuat, kondisis kesehatan yang memburuk dan adanya penyakit

penyerta. Pasien TB tanpa pengobatan, 50% akan meninggal dan risiko ini meningkat

pada pasien dengan HIV positif. 3

E. Diagnosa Tuberkulosis

Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis, pemeriksaan

klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan penunjang lainnysa. Gejala klinis TB

dapat berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.

Pada pemeriksaan fisik, kelainan jasmani tergantung dari organ yang terlibat dan luas

kelainan struktur paru.12

Pemeriksaan bakteriologi terdiri dari pemeriksaan dahak mikroskopis langsung,

pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM), dan pemeriksaan biakan. Pemeriksaan dahak

selain berfungsi untuk menegakkan diagnosis, juga untuk menentukan potensi penularan

dan menilai keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

dilakukan dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak

Sewaktu-Pagi (SP): a) S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes. b) P (Pagi): dahak

ditampung pada pagi segera setelah bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau

di bangsal rawat inap bilamana pasien menjalani rawat inap. Pemeriksaan TCM TB

dilakukan dengan metode Xpert MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan

diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.

Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat (Lowenstein-Jensen)

dan media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk identifikasi

Page 30: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

10

Mycobacterium tuberkulosis (M.Tb). Berikut alur diagnosis Tb dan resisten TB

berdasarkan PMK No.67 Tahun 2016.12

Bagan 1. Alur Diagnosis TB dan Resisten TB

Terduga TB

Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak

erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui

status HIV nya

Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat

kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)

Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)

Tidak memiliki akses untuk

TCM TB

Memiliki akses untuk TCM

TB untuk TCM TB

Pemeriksaan TCM TB Pemeriksaan Mikroskopis

BTA

MTB Pos, Rif

Sensitive

TB Terkonfirmasi Bakteriologis

MTB Pos, Rif

Indeterminate

MTB Pos, Rif

Resistance

MTB

Neg (- -) (+ +)

(+ -)

Foto

Toraks

Terapi

Antibiotika non

OAT

Ulangi pemeriksaan

TCM

TB

RR

Foto Toraks

(Mengikuti

alur yang

sama dengan

alur pada hasil

pemeriksaan

mikrokopis

BTA negatif

(- -) )

Gambaran

Mendukung

TB

Tidak

Mendukung TB;

Bukan TB; Cari

kemungkinan

penyebab

penyakit lain TB

Terkonfirma

si Klinis

Pengobatan TB Lini 1

Ada

Perbaikan

Klinis

Bukan TB;

Cari

kemungkinan

penyebab

penyakit lain

Tidak Ada

Perbaikan

Klinis, ada

faktor risiko

TB, dan atas

pertimbangan

dokter

TB

Terkonfirmasi

Klinis

Mulai Pengobatan TB RO;

Lakukan pemeriksaan Biakan

dan Uji Kepekaan OAT Lini

1 dan Lini 2

TB

RR;

TB

MDR

TB Pre

XDR

TB

XDR

Lanjutkan

Pengobatan

TB RO

Pengobatan TB

RO dengan

Paduan Baru

Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis maupun klinis adalah

pemeriksaan HIV dan gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)

Page 31: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

11

F. Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan TB ditujukan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, menurunkan risiko penularan, dan mencegah penyetaraan

kekebalan terhadap obat. Obat anti TB yang dipakai dalam Program Pemberantasan

Tuberkulosis Paru (P2TB) nasional antara lain sebagai berikut: isoniasid (H), rifampicin

(R), pirazinamid (Z), ethambutol (E), dan streptomisin (S).

Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis serta dalam jumlah

cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan supaya kuman (termasuk kuman persisten)

dapat sembuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap. Tahap intensif dan lanjutan.

Tahap intensif (awal) yaitu penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung

untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila

pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, maka penderita menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA

positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Tahap lanjutan

penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih

lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.3,12

Program nasional penanggulangan TB di Indonesia menggunakan OAT

kategori 1 yaitu 2HRZE/ 4H3R3, kategori 2 yaitu 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3 kategori

3 yaitu 2HRZ/ 4H3R3. Disamping ketiga kategori ini, disediakan panduan obat sisipan

(HRZE). Panduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan

untuk memudahkan pemberian obat menjadi kelangsungan pengobatan sampai selesai.

G. Multi Drug Resistan-TB

Resistensi ganda atau dikenal dengan istilah multi drug resisten (MDR)

Tuberkulosis merupakan resistensi M. tuberculosis terhadap obat rifampisin dan INH

dengan atau tanpa OAT lainnya. Resistensi terhadap OAT secara umum dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu: 1) Resistensi primer, jika sebelumnya pasien tidak pernah mendapat

pengobatan TB. 2) Resistensi inisial, apabila tidak diketahui secara pasti apakah pasien

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak. 3) Resistensi sekunder,

jika pasien telah memiliki riwayat pengobatan sebelumnya.

Page 32: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

12

Kasus MDR TB dilaporkan pertama di Amerika Serikat, khususnya pada pasien

TB dan AIDS dengan angka kematian mencapai 70% –90% hanya dalam kurun waktu 4

sampai 16 minggu. Penyebaran MDR-TB sangat cepat terjadi di berbagai belahan

dunia. Diagnosa yang tepat, pemberian obat dan kepatuhan penderita dalam minum obat

sangat penting dalam penatalaksanaan MDR-0TB ini.34

Pasien MDR-TB memiliki karakteristik, diantaranya: 1) umur produktif (25-34

tahun), 2) disominasi oleh jenis kelamin laki-laki, 3) penyakit komorbid terbanyak yang

ditemukan adalah diabetes mellitus, 4) resisten OAT terbanyak merupakan jenis resisten

sekunder (77,2%), didominasi jenis resisten terhadap obat isoniazid dan rifampisin

(50,5%), resisiten primer ditemukan cukup tinggi (22,8%). 35

Beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap OAT, antara lain: pengetahuan

pasien yang kurang tentang TB, pemakaian satu obat dalam terapi, paduan obat yang

tidak adekuat, pemberian obat yang tidak teratur, penambahan obat dalam suatu paduan

pengobatan yang tidak berhasil, pencampuran obat kombinasi tidak dilakukan dengan

baik, obat tidak tersedia secara reguler, minum OAT yang lama sehingga menimbulkan

kejemuan, dan kasus MDR-TB rujuk ke dokter ahli paru. Pengobatan terhadap MDR

TB memperhatikan klasifikasi OAT untuk MDR dengan kriteria utama berdasarkan data

biologikal dikelompokkan menjadi 3 OAT, yaitu:

1. obat dengan aktivitas bakterisid seperti: aminoglikosid, tionamid dan

pirazinamid yang bekerja pada pH asam.

2. Obat dengan aktivitas bakterisid rendah seperti: fluorokuinolon.

3. Obat dengan aktivitas bakteriostatik, seperti: etambutol, cycloserin dan PAS.

Golongan obat fluorokuinolon (moksifloksasin, levofloksasin, ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan sebagai terapi TB yang resisten terhadap lini-1. 24

Pengobatan tehadap MDR-TB dianjurkan dengan memberikan 4 sampai 6 jenis obat.

Obat yang diberikan berupa obat lini pertama yang masih sensitif diatambah obat lini

kedua berdasarkan aktivitas intrinsik terhadap M.Tb. Pertimbangan untuk pembedahan

dapat dipertimbangkan jika setelah 3 bulan pengobatan tidak terjadi konversi dahak

negatif. 34

Isoniazid masih digunakan dalam pengobatan karena dianggap dapat kembali

sensitif. 35

Page 33: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

13

H. Imunitas Penderita TB

Penurunan aktivitas sel T helper 1 dan sitokinnya yaitu IFN-γ cukup bermakna

untuk mempengaruhi mekanisme imunitas terhadap penyakit TB paru. Pengetahuan

tentang kadar IFN-γ dalam pertahanan tubuh individu terhadap infeksi TB paru sangat

penting. Hasil penelitian menunjukkan pemeriksaan kadar IFN-γ pada serum penderita

TB paru didapatkan lebih rendah dibandingkan orang sehat di masyarakat. 36

Sel T-

CD8+ yang mengekspresikan IFN-γ pasien TB paru aktif persentasenya lebih rendah

dibandingkan TB laten dan terdapat perbedaaan yang bermakna.Hal ini disebabkan

karena sel T-CD8+ yang memiliki peran unggul dalam menghasilkan IFN-γ dibanding

laten dan hasil IFN-γ dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti: genetik, indeks

masa tubuh dan gizi. 37

Berbeda dengan hasil penelitian Novriandi F, kadar IFN-γ cairan pleura pada

semua pasien efusi pleura TB pada penelitian ini jauh lebih tinggi dengan nilai reratanya

mencapai 5x nilai cut off point pada referensi yang ada. 38

Pada penderita TB, produksi

IL-10 di dalam tubuh menunjukkan peranan yang sangat penting dalam melihat

progresivitas penyakit TB. 39

TNF-α juga memiliki peran yang penting dalam mencegah reaktivasi TB

persisten, membatasi respons patologis inang dan memodulasi ekspresi pulmonik faktor

imunologi spesifik. 40

TNF-α sangat penting dalam mencegah aktifnya TB. TNF-

antagonis telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala klinis psoriasis, rheumatoid

diseases dan penyakit Inflammatory Bowel Disease. Pemberian preparat TNF-α

antagonis, ternyata dapat memicu teraktivasinya TB baik pada pasien bebas TB

sebelumnya maupun pasien TB laten. Pemakaian obat yang tepat harus

dipertimbangkan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya TB. 41

I. Status Gizi penderita TB

Nutrisi yang baik dapat membantu keberhasilan terapi. 34

Pasien TB paru selain

patuh dalam minum OAT juga harus mengatur pola makan dan memperbaiki status gizi

karena hal ini dapat berpengaruh kepada kesembuhan yang pada akhirnya dapat

memperbaiki kualitas hidup mereka. 42

Pendekatan baru melalui suplementasi gizi

mungkin menjadi pilihan untuk pemulihan cepat penderita TB paru. Peningkatan status

Page 34: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

14

gizi masyarakat bisa jadi terbukti efektif untuk mengendalikan TB di negara sedang

berkembang di dunia.43

Status gizi pasien TB paru aktif jelek dibandingkan dengan subyek yang sehat,

dimana pada pasien TB paru dengan status gizi jelek lebih banyak yang mengalami

anemia dengan konsentrasi plasma retinol dan zinc yang rendah dalam plasma.

Konsentrasi hemoglobin, retinol dan zinc yang rendah dalam plasma lebih banyak

dilaporkan pada pasien TB dengan malnutrisi. 44

J. Penyakit Penyerta pada TB

Penyakit TB harus dievaluasi meskipun belum ada gejala pada pasien penderita

HIV + (ODHA) dan penderita diabetes mellitus. Penegakan diagnosis yang dilakukan

pada pasien ODHA dan DM sama dengan diagnosis DM tanpa komorbid. 12

Sebagian

besar orang yang terinfeksi kuman TB tidak menjadi sakit TB karena mereka

mempunyai sistem imunitas yang baik. Infeksi tanpa jadi sakit tersebut dikenal sebagai

infeksi TB laten. Salah satu penyebabnya adalah orang dengan penyakit kronik seperti

DM dan memiliki sistem imun rendah seperti HIV sehingga lebih berisiko

berkembangnya TB laten menjadi TB aktif.45,46

Pasien DM memiliki 2-3 kali risiko untuk menderita TB dibanding orang tanpa

DM. Sejumlah orang dengan TB atau DM tidak terdiagnosis atau terlambat didiagnosis.

Pasien DM yang didiagnosis TB memiliki risiko kematian lebih tinggi selama

pengobatan TB dan risiko kambuh setelah selesai pengobatan. Faktor-faktor yang

bermakna untuk terjadinya TB Paru pada pasien DM tipe 2 adalah kontak dengan

penderita TB, lama menderita DM dan kadar HbA1c.47

Semua Pasien dengan TB harus

dilakukan penapisan DM. Kejadian infeksi paru pada penderita DM merupakan akibat

kegagalan sistem pertahanan tubuh, dalam hal ini paru mengalami gangguan fungsi

pada epitel pernapasan dan juga motilitas silia. Gangguan fungsi dari endotel kapiler

vaskular paru, kekakuan korpus sel darah merah, perubahan kurva disosiasi oksigen

akibat kondisi hiperglikemia yang lama menjadi faktor kegagalan mekanisme

pertahanan melawan infeksi.48

Tuberkulosis dapat terjadi kapanpun saat perjalanan infeksi HIV. Risiko

berkembangnya TB meningkat secara tajam seiring dengan semakin memburuknya

sistem kekebalan tubuh. Gejala klinis TB paru pada ODHA sering kali tidak spesifik.

Page 35: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

15

Gejala klinis yang sering ditemukan adalah demam dan penurunan berat badan yang

signifikan (lebih dari 10%). Di samping itu, dapat ditemukan gejala lain terkait TB

ekstra paru (TB pleura, TB perikard, TB milier, TB susunan saraf pusat dan TB

abdomen) seperti diare terus menerus lebih dari satu bulan, pembesaran kelenjar limfe

di leher, dan sesak napas. Pada individu yang terinfeksi HIV, terdapatnya infeksi lain

termasuk TB dapat membuat virus HIV berkembang biak dengan lebih cepat sehingga

progresivitas penyakit menjadi lebih cepat.45

Page 36: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Mycobacterium

tuberculosis

Lingkungan Gizi Imunitas

Manusia

Gejala Klinis TB

Batuk berdahak 2minggu

atau lebih.

Dahak bercampur darah,

Sesak nafas,

Badan lemas,

Nafsu makan menurun,

Berat badan menurun,

Berkeringat malam hari

tanpa kegiatan fisik,

Demam meriang lebih

dari satu bulan

Diagnosis

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan

bakteriologis

(Mikroskopis, tes cepat

molekuler (TCM),

biakan kuman)

b. Pemeriksaan serologi/

Imunologi

Pemeriksaan penunjang

(foto thoraks)

Positif TB (penderita) Bukan TB

Pengobatan TB

Sembuh MDR Gagal

pengobatan

Bagan 2. Kerangka teori

Page 37: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

17

B. Kerangka Konsep

Bagan 3. Kerangka Konsep

Kultur/ Uji

sensitivitas

Tuberkulosis Pemeriksaan PCR

Mikroskopis

Pasien Lingkungan

Gizi Pengobatan Imunitas Penyakit

Penyerta

Diabetes

(Hba1c)

HIV

PSP

Rumah Sekitar

rumah Sembuh MDR

Tnf alfa Interferon

gamma

Page 38: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

18

C. Definisi Operasional Variabel

Tabel 1. Definisi operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara

pengumpula

n data

Instrumen Skala

Karakteristik

1. Umur

2. Jenis

kelamin

3. Pekerjaan

4. Pendidikan

5. Pasien baru

Dihitung

dalam tahun

berdasarkan

ulang tahun

terakhir

Laki-laki dan

perempuan.

Mata

pencaharian

utama

Jenjang

pendidikan

formal terakhir

yang

diselesaikan

Pasien yang

baru

ditemukan

selama masa

puldata atau

yang berobat

kurang dari

dua bulan

Wawancara

Pengamatan

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Kuisioner

Check list

Kuisioner

Kuisioner

Kuesioner

Ordinal

1.<=30 tahun

2.31-45 tahun

3.46-60 tahun

4.>=60 tahun

Nominal

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal 49

1. tidak

bekerja/sekolah/IRT

2. TNI/POLRI/PNS/B

UMN

3. Pegawai swasta

4. Wiraswasta/dagang/j

asa

5. Petani/nelayan

6. Buruh dan lainnya

Ordinal50

1. Tidak sekolah

2. Rendah : SD, SMP

3. Menengah:

SMA/MA

4. Tinggi :

D1,D2,D3, sarjana

Nominal

1. Ya

2. Tidak

Page 39: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

19

6. Pasien lama Pasien yang

pernah berobat

enam bulan

(kambu) atau

yang putus

obat

Wawancara Kuesioner Nominal

2. Ya

2. Tidak

Penyakit

penyerta

Penyakit DM

dan atau HIV

yang diderita

oleh pasien Tb

Wawancara/

rekam medik

Kuisioner

Nominal

3. Ya 2. Tidak

Pemeriksaan

mikroskopis

Pemeriksaan

yang dilakukan

pada dahak

penderita TB

paru

menggunakan

mikroskop

Pemeriksaan

laboratorium

Mikroskop Nominal

1. BTA Positif

2. BTA Negatif

Pemeriksaan

PCR

Pemeriksaan

molekular

yang dilakukan

pada dahak

penderita TB

paru untuk

mendeteksi

keberadaan

M.Tb

Pemeriksaan

laboratorium

PCR

Konvensional

Ordinal

1. Positif

2. Negatif

Pemeriksaan

Kultur

Pemeriksaan

yang dilakukan

terhadap

dahak

penderita TB

paru untuk

melihat biakan

kuman TB

dilaboratorium

Pemeriksaan

laboratorium

Media LJ

(Loweinstein

- Jensen)

Ordinal

1. 4+

2. 3+

3. 2+

4. 1+

5. 1-19 koloni

6. Negatif

Uji Sensitivitas Pemeriksaan

yang dilakukan

terhadap hasil

kultur dahak

penderita TB

paru untuk

melihat

resistensi obat

TB (OAT)

Pemeriksaan

laboratorium

Media LJ

(Loweinstein

- Jensen)

Cakram

antibiotik

OAT

Ordinal

1. Susceptible OAT

2. Monoresisten OAT

3. Poliresisten OAT

4. MDR

5. XDR

Pemeriksaan

HbA1c

Pemeriksaan

darah pasien

Pemeriksaan

laboratorium

HPLC Ordinal

1. Terkontrol (≤6%)

Page 40: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

20

TB sebagai

indikator DM

2. Tidak terkontrol

(>6%)

Pemeriksaan

TNF-α

Pemeriksaan

kadar TNF-α

untuk

menentukan

status

imunologis

Pemeriksaan

laboratorium

ELISA Rasio

Pemeriksaan

IFNγ

Pemeriksaan

kadar IFNγ

untuk

menentukan

status

imunologis

Pemeriksaan

laboratorium

IGRA Rasio

Indeks Massa

Tubuh

Keadaan gizi

responden

penderita TB

Penimbangan

BB dan

Pengukuran

TB

Timbangan

dan

Mikrotois

Ordinal (3)

1. Sangat kurus (<17

kg/m2)

2. Kurus (17s/d <18,5

kg/m2)

3. Normal (18,5-25

kg/m2)

4. Gemuk/overweigth

(>25-27 kg/m2)

5. Obes (>27 kg/m2)

Asupan gizi Asupan energi,

karbohidrat,

protein, dan

lemak

penderita TB

Wawancara Food recall Rasio

Pengetahuan

tentang TB

Pengetahuan

tentang TB

paru yang

dimiliki oleh

penderita TB

Wawancara Kuesioner Ordinal

1. Baik: x≥median

2. Kurang : x<median

Sikap

Penderita TB

Persepsi

tentang TB

paru yang

dimiliki oleh

penderita TB

Wawancara Kuesioner Ordinal

1. Baik: x≥median

2. Kurang : x<median

Perilaku

Penderita TB

Tindakan

tentang TB

paru yang

dimiliki oleh

penderita TB

Wawancara Kuesioner Ordinal

1. Baik: x≥median

2. Kurang : x<median

Kepadatan

hunian

Jumlah

individu per

luas rumah

Observasi Kuesioner Ordinal

1. Baik (≥8 m2 per

orang)

Page 41: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

21

(m2) 2. Kurang (<8 m

2 per

orang)

1.

Kepadatan

kamar

Jumlah

individu per

luas kamar

(m2)

Observasi Kuesioner Ordinal

1. Baik (≥8 m2 per

orang)

2. Kurang (<8 m2 per

orang)

Keadaan

ruangan

Keadaan

ruangan dalam

rumah

penderita TB

yang terdiri

dari kamar

tidur, dapur,

dan ruang

keluarga

Observasi Pedoman

observasi

Ordinal

Penggunaan

1. Terpisah

2. Tidak terpisah

Kebersihan

1. Bersih

2. Tidak bersih

Ketersediaan jendela

1. Ada, dibuka tiap

hari

2. Ada, jarang dibuka

3. Tidak ada

Ventilasi51

1. Ada, luas ≥10%

luas lantai

2. Ada, luas <10%

luas lantai

3. Tidak ada

Pencahayaan alami

1. Cukup

2. Tidak cukup

Jenis lantai Bahan yang

digunakan

untuk lantai

terluas dari

rumah

penderita TB

Observasi Pedoman

observasi

Nominal (skoring)

1.

Keramik/ubin/mamer/

semen

2.

Papan/bambu/rotan/an

yaman bambu

3. Tanah

Jenis dinding Bahan yang

digunakan

untuk dinding

terluas dari

rumah

penderita TB

Observasi Pedoman

observasi

Nominal

1. Tembok

2. Kayu

(papan/triplek)

3. Bambu

4. Seng

Jenis plafon Bahan yang

digunakan

untuk plafon

terluas dari

Observasi Pedoman

observasi

Nominal

1. Beton

2. Gypsum

3. Asbes

Page 42: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

22

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Desain penelitian dengan

pendekatan kohort, variable yang diikuti adalah : Pemeriksaan dignosa TB (kultur,

mikroskopis, dan PCR), data gizi, pengobatan, dan lingkungan. Data yang dikohorkan

dapat dijelaskan sebagai berikut :

rumah

penderita TB

4. Kayu/triplek

5. Anyaman bambu

6. Tidak ada

Kelembaban Kandungan air

dalam udara di

rumah

penderita TB

Observasi Pengukur

kelembaban

udara

Rasio

1. Baik (40-60%)

2. Tidak baik (<40 %

/>60%)51

Pencahayaan Keadaan

pencahayaan

matahari yang

masuk ke

dalam rumah

penderita TB

Observasi Pengukur

pencahayaan

Rasio

1. ≥60 %

2. < 60%51

Suhu ruangan Keadaan suhu

ruangan dalam

rumah

penderita TB

Observasi Pengukur

suhu

Ordinal

1. Baik (18-30ᵒC)

2. Tidak baik

(<18ᵒC/>30ᵒC)51

Keadaan

lingkungan

sekitar

Keadaan

sekitar rumah

penderita TB

Observasi Kuesioner Nominal

1. Kumuh

2. Tidak kumuh

Bahan bakar

memasak

Bahan bakar

yang

digunakan oleh

keluarga

penderita TB

untuk

memasak

Observasi Kuesioner Nominal

1. Kayu bakar

2. Minyak tanah

3. Gas

4. Listrik

Kesembuhan Kesembuhan

penderita TB

berdasarkan

hasil

pemeriksaan

kultur dan

mikroskopis

akhir

Pemeriksaan

laboratorium

Mikroskop

dan Media LJ

(Loweinstein

- Jensen)

Ordinal (mikroskopis)

1. BTA Positif

2. BTA Negatif

Ordinal (kultur)

1. Tumbuh

2. Tidak tumbuh

Page 43: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

23

a. Pengambilan sampel dahak dilakukan pada awal penelitian, dua bulan

pengobatan, dan di akhir masa pengobatan penderita Tb (kultur, pemeriksaan

MDR TB dan mikroskopis).

b. Pengambilan data gizi menggunakan metode food recall dilakukan sebanyak 3

kali (awal masa penelitian 3x 24 jam, selang 2 bulan kemudian 3 x 24 jam, dan

pada akhir masa pengobatan). Form food recall digunakan untuk mencatat

konsumsi makanan 1 x 24 jam terakhir sehingga mengetahui asupan gizi pasien

TB paru.

c. Riwayat pengobatan diwawancarai menggunakan kuesioner sebanyak 2 kali

(selang 2 bulan pengobatan, dan di akhir masa pengobatan).

d. Observasi lingkungan dalam dan di luar rumah dilakukan pada awal dan akhir

masa penelitian.

E. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian:

Penelitian ini dilakukan dih Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar

dengan menelusuri pasien TB dari PRM dan rumah sakit yang telah menerapkan DOTS.

Lokasi pemeriksaan sampel :

- Laboratorium Balai Litbangkes Aceh: mikroskopis, PCR, pemeriksaan TNF-α

dan IFNγ.

- Laboratorium rujukan pemeriksaan kultur TB (BBLK Jakarta): kultur TB dan

sensitivitas OAT

- Laboratorium rujukan pemeriksaan HbA1c (Prodia Banda Aceh): pemeriksaan

HbA1c

Lama penelitian (1 Tahun)

Terkait dengan pengambilan sampel tahun 2018 dimulai Januari – Desember

2018, setiap responden akan diikuti masa pengobatannya dan kesembuhan terhadap TB.

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh penderita TB paru yang terdata di PRM dan rumah

sakit (menurut data SITT tahun 2016) di Kota Banda Aceh sebanyak 184 kasus baru dan

16 kasus pasien kambuh dan Aceh Besar 303 kasus baru ditambah 5 pasien kambuh.

Populasi kasus TB berjumlah 508 dalam satu tahun.

Page 44: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

24

Sampel adalah total populasi sebanyak 508 penderita TB. Pada pemeriksaan

imunologis, jumlah sampel yang digunakan adalah pasien TB yang sudah didiagnosa

DM. Penderita TB-DM yang digunakan sebagai responden sebanyak 10% 22

(51orang).

Sebagai pembanding, digunakan sebanyak 51 orang penderita TB tanpa DM, sehingga

untuk pemeriksaan imunologis, jumlah sampel yang digunakan adalah 51 TB-DM dan

51 TB non DM (102 sampel).

Kriteria inklusi sampel sampel penelitian ini adalah:

1. Pasien TB yang sudah terdata di PRM setempat

2. Pasien TB yang mampu mengeluarkan dahak

3. Pasien TB yang tidak menderita kelainan pembekuan darah

4. Berumur ≥15 tahun

5. Bersedia ikut serta dalam penelitian

Sampel yang diambil meliputi semua pasien TB yang melakukan pengobatan.

Pertimbangan pengambilan sampel selama masa pengobatan adalah untuk menjaring

MDR TB dan adanya pasien yang berobat tidak teratur sehingga menyebabkan

kegagalan pengobatan. Penelitian oleh Ramadhan menunjukkan bahwa M.Tb masih ada

meskipun setelah 2 bulan pengobatan.14

Kriteria eksklusi sampel adalah:

Pasien TB yang menderita sakit berat atau mengalami gangguan komunikasi.

Page 45: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

25

Alur kerja penelitian

Bagan 4. Alur kerja penelitian

Keterangan Gambar:

Data responden penelitian merupakan penderita TB paru yang didapat dari PRM dan

rumah sakit, setelah penyaringan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi,

kemudian pada setiap responden dibacakan naskah penjelasan. Selanjutnya diminta

persetujuan (informed concern) dan ditandatangani lembar persetujuan. Lalu dilakukan

penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan. Wawancara Pengetahuan,

Sikap, dan Perilaku (PSP) tentang TB, food recall observasi pada lingkungan rumah

juga dilakukan terhadap responden yang terpilih yang diisi dalam kuesioner.

Pengambilan spesimen darah dan dahak dilakukan oleh petugas dari Balai Litbang

Kesehatan Aceh atau tenaga laboratorium Prodia.

Wawancara (kuesioner dan formulir food

recall) dan observasi lingkungan

Pemeriksaan

mikrokospis,

Uji sensitivitas

OAT

TNF α

IFN γ

Pengambilan

sampel darah

Pengambilan

sampel dahak

Pemeriksaan

PCR

Kultur

BBT

Penderita

Tb paru

Penimbangan TB dan pengukuran TB

paru

Pembacaan Naskah Penjelasan dan

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Pemeriksaan

HbA1c

Penyaringan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

Page 46: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

26

G. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan:

- Mikroskopis, PCR, dan kultur

- Resisten Obat Anti Tuberkulosis

- Penunjang (biomarker): Hba1c

- Pemeriksaan TNF-α dan IFNγ

b. Kuesioner untuk wawancara

b. Formulir food recall

c. Timbangan dan mikrotois

d. Pedoman observasi

e. Data sekunder

Data sekunder adalah data penunjang yang didapatkan dari dokumen pertinggal

yang ada pada responden atau PRM (untuk mendapatkan riwayat penyakit penyerta

dan riwayat pengobatan).

H. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data

Pada tahap awal dilakukan wawancara menggunakan kuesioner untuk riwayat

pengobatan, penyakit penyerta, dan pengukuran BB/TB. Data gizi diperoleh

menggunakan formulir food recall untuk mencatat konsumsi makanan dalam 1 x 24 jam

terakhir. Data lingkungan diperoleh dari observasi. Selanjutnya dilakukan pengambilan

spesimen dahak dan darah. Spesimen dahak digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis,

PCR, kultur M.Tb, uji sensitivitas M.Tb terhadap OAT. Pengambilan sampel darah

untuk pemeriksaan HbA1c dan imunologis. Marker imunologis yang akan digunakan

adalah pemeriksaan TNF-α dan IFNγ.

Pengambilan spesimen dahak:

a. Petugas Balai Litbang Kesehatan Aceh dibantu oleh petugas PRM/RS

bertanggung jawab terhadap pengambilan dan penanganan spesimen dahak.

b. Penderita diajarkan cara dan waktu pengumpulan spesimen dahak.

1) Tiga pot dahak yang bersih disiapkan, untuk pengambilan dahak sewaktu

pagi sewaktu (SPS).

2) Penderita diberikan pot dahak yang sangat bersih. Responden dijelaskan

bahwa wadah tidak dibuka hingga siap digunakan.

Page 47: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

27

3) Responden diminta untuk mengeluarkan dahak dan menampungnya di pot

dahak yang telah disediakan dengan cara:

Diambil nafas dalam, kemudian tahan selama 5 detik. Secara perlahan, napas

dikeluarkan. Nafas dalam diambil sekali lagi, kemudian dibatukkan secara

keras sehingga keluar dahak dari mulut responden (sebagai dahak sewaktu).

4) Untuk pengambilan dahak kedua di pagi hari, responden harus dijelaskan:

segera setelah responden bangun di pagi hari (sebelum responden makan

atau minum apa pun), gigi disikat dan mulut dibilas dengan air. Cairan

pencuci mulut dilarang untuk digunakan. Jika mungkin, pergilah ke luar

atau buka jendela sebelum sampel dahak diambil. Dengan cara ini orang lain

terbantu terlindungi dari kuman TB ketika responden batuk.

5) Dahak diludahkan ke wadah plastik.

6) Ini terus diulangi sehingga dahak mencapai garis 5 ml atau lebih pada wadah

plastik. Ini kurang lebih sejumlah 1 sendok teh dahak.

7) Tutup pot dahak dipasang dengan kuat agar tidak bocor, kemudian bagian

luar wadah dicuci dan dikeringkan.

8) Tanggal pengambilan dahak dicantumkan pada pot tersebut.

9) Pot dimasukkan ke kotak atau kantung yang telah disediakan dan disimpan

dalam lemari pendingin.

10) Bila dahak tidak keluar, maka metode postural drainase dijelaskan kepada

pasien.

11) Dahak akan diambil pada hari berikutnya. Pada saat dahak diambil,

responden diminta untuk mengeluarkan dahak sekali lagi sebagai dahak

sewaktu yang kedua.

Specimen dahak digunakan untuk pemeriksaan:

1. Pemeriksaan PCR Konvensional (dilakukan oleh Laboratorium Balai

Litbangkes Aceh)

Target gen yang digunakan pada penelitian ini adalah 16S rRNA dan IS61109.

Primer forward 16S rRNA (5’ TTAAAAGCCGGTCTCAGTTC 3

’), Primer

reverse 16S rRNA (5’ TTACCGACTTTCATGACGTG 3

’). Primer forward

IS61109 (5

’ CGTGAGGGCATCGAGGTGGC 3

’), primer reverse IS6110

9 (3

GCGTAGGCGTCGGTGACAAAA 5’).

Page 48: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

28

Alat : Micropipette (1000 µL, 200 µL, 100 µL, 20 µL, 10 µL), aerosol barrier

tips (1000 µL, 200 µL, 100 µL, 20 µL, 10 µL), tube steril, gelas beker, gelas

ukur, mesin PCR (thermal cycler), laminar air flow, heat block, tissue, tube 1,5

mL, collection tube, QIAamp spin column, vortex, spin down, sentrifuge, BSC-

class IIA, microtube 0,2 ml, hot plate, tray gel dan comb, parafilm, chamber

elektroforesis, gel doc, lemari pendingin dan freezer cryo-container.

Bahan : dekon dahak, buffer AL, buffer AW1, buffer AW2, etanol (96-100%,

TE buffer, ddH2O (nuklease free water), PBS, proteinase K, buffer AL, etanol

absolut, buffer AW1, buffer AW2, buffer AE, 10x PCR amplification buffer, 5

mM MgSO4, 10 mm dNTP mixture, forward primer, reverse primer, PCR

grade water, Taq polymerase, buffer TAE 1x, buffer elektroforesis, gel red,

agarosa, DNA loading dye dan DNA leader.

Cara Kerja :

Persiapan Buffer AL

1. Semua pekerjaan dilakukan di dalam ruangan yang bersih

2. Buffer AL disiapkan pada suhu ruang

3. Buffer AL bertahan 1 tahun didalam suhu ruang (15-25oC), maka

ketika segel telah dibuka botol buffer AL agar diberi tanggal, bulan,

dan tahun

4. QIAGEN Protease atau Proteinase K jangan dicampurkan langsung

ke dalam buffer AL

Pengenceran Buffer AW1

1. Semua pekerjaan dilakukan di dalam ruangan yang bersih

2. Buffer AW1 disiapkan yang masih dalam bentuk konsentrat di dalam

suhu ruang

3. etanol (96-100%) disiapkan

4. Etanol 25 ml ditambahkan ke dalam konsentrat buffer AW1 sampai

pada tanda indikator yang terdapat dalam botol buffer AW1

5. Buffer AW1 bertahan 1 tahun dalam suhu ruang (15-25oC), maka

ketika sudah di campur dengan alkohol agar botol buffer AW1 diberi

tanggal, bulan dan tahun

Pengenceran Buffer AW2

Page 49: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

29

1. Semua pekerjaan dilakukan di dalam ruangan yang bersih

2. Buffer AW2 disiapkan yang masih dalam bentuk konsentrat di dalam

suhu ruang

3. Etanol (96-100%) disiapkan

4. Etanol 30 ml ditambahkan ke dalam konsentrat buffer AW2 sampai

pada tanda indikator yang terdapat dalam botol buffer AW2

5. Buffer AW2 bertahan 1 tahun dalam suhu ruang (15-25oC), maka

ketika sudah di campur dengan alkohol agar botol buffer AW2 diberi

tanggal, bulan dan tahun

Pengenceran Primer

1. Semua pekerjaan dilakukan di dalam Laminar Air Flow

2. Primer disiapkan untuk diencerkan dengan menggunkan TE buffer

3. Kemasan Primer dilihat yang tercantum seberapa banyak TE buffer

yang digunakan untuk diencerkan (berbeda-beda untuk masing-

masing primer).

4. Tabung primer disiapkan dan dicampurkan TE buffer sesuai dengan

resep (dari nmol diubah menjadi µL, maka x100)

5. Tabung master disimpan didalam almari pendingin dengan suhu -

20oC

6. Tabung steril disiapkan dan dibuat perbandingan pengenceran antara

primer dengan nuklease free water yaitu 10: 90

7. Primer diambil 10 bagian (misalkan 1 µL) dari tabung master,

dimasukkan ke dalam tube steril, lalu ditambahkan 90 bagian

nuklease free water (misalkan 9 µL).

8. Tube steril ditutup dan dilabel dengan nama primer dan

tanggal/bulan/tahun.

9. Primer PCR disimpan didalam almari pendingin dengan suhu -20oC

Isolasi DNA

1. Semua pekerjaan dilakukan di dalam BSC-II dan dalam keadaan steril

2. Heat block dipanaskan hingga suhu 56oC

3. Larutan sampel: 200 µL sampel + 20 µL proteinase K + 200 µL buffer

AL, masukkan ke dalam tube 1,5mL lalu vortex

Page 50: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

30

4. Larutan sampel diinkubasikan 56oC selama 30 menit ke heat block

sampai sel lisis dengan komplit.

5. Lalu larutan sampel diinkubasikan 95oC selama 15 menit ke heat

block. Jangan lebih dari suhu 95oC dan lebih dari 15 menit, karena

dapat menyebabkan kerusakan DNA.

6. Lalu di spin down

7. 200 µL etanol absolut ditambahkan ke dalam larutan sampel lalu di

vortex sekitar 15 detik lalu di spin down

8. 500 µL larutan sampel dimasukkan ke QIAamp spin column secara

hati-hati.

9. Kemudian disetrifuge 8000 rpm selama 1 menit

10. Supernatan dibuang dan collection tube diganti

11. 500 µL buffer AW1ditambahkan secara hati-hati.

12. Kemudian disentrifuge 8000 rpm selama 1 menit

13. Supernatan dibuang dan collection tube diganti

14. 500 µL buffer AW2 ditambahkan secara hati-hati.

15. Kemudian disentrifuge 14.000 rpm selama 3 menit

16. Collection tube diganti dengan tube 1,5 mL dan dilakukan secara

hati-hati.

17. 150 µL buffer AE ditambahkan

18. Inkubasi di suhu ruang selama 5 menit

19. Kemudian disentrifuge 8000 rpm selama 1 menit

20. Spin column dibuang, dan disimpan kedalam tube 1,5 mL yang telah

berisi DNA

21. Tabung yang telah berisi DNA dilabel, lalu simpan ke dalam

refrigerator (pada 4oC jika disimpan dalam jangka waktu seminggu;

pada suhu -20 sampai -80oC jika disimpan dalam jangka waktu lebih

dari 1 bulan).

Reaksi PCR

Persiapan Mix. (Biorad T100 PCR Thermal Cycler, Singapura)

1. tube steril disiapkan dan reagensia yang akan digunakan, diletakkan

dalam suhu ruang

Page 51: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

31

2. Reagen dicampurkan (mix) yang terdiri dari:

10x PCR amplification buffer 2,5 µL

5 mM MgCl2 2 µL

10 mm dNTP mixture 0,5 µL

Primer forward 1 µL

Primer reverse 1 µL

PCR grade water 13,6 µL

Taq polymerase 0,4 µL

Taq polymerase di campurkan terakhir untuk mencegah rusaknya enzim

Taq Polimerase.

Persiapan sampel

1. DNA dikeluarkan dari hasil ekstraksi ke suhu ruang, kemudian

dibiarkan mencair

2. Lalu di spin down

Prosedur Pelaksanaan PCR

1. PCR mix dibuat sesuai dengan komposisi dan perhitungan

2. kontrol negatif dibuat dengan menambahkan free nuclease water

(ddH2O) sejumlah 4 µL ke dalam 21 µL PCR mix.

3. DNA template ditambahkan sebanyak 4 µL ke dalam masing-masing

PCR tube yang telah di aliquot sehingga akan memberikan volume

akhir masing-masing 25 µL. Penambahan DNA dilakukan di dalam

ruangan yang berbeda dengan ruangan mix.

4. Microtube yang telah berisi mix dan DNA template dimasukkan ke

dalam mesin PCR yaitu Thermal Cycler. Program dan siklus PCR yang

digunakan yaitu :

Inisiasi 95ᵒC 3 menit

Denaturasi 95 ᵒC 3 menit

Annealing 58 ᵒC 1 menit 30 detik

Elongasi 72 ᵒC 1 menit 30 siklus

Post elongasi 72 ᵒC 10 menit

Finish 4 ᵒC

5. Hasil PCR dilanjutkan dengan proses elektroforesis. Apabila

Page 52: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

32

elektroforesis tidak dilakukan di hari yang sama maka sampel hasil

amplifikasi disimpan ke dalam almari pendingin dengan suhu 2-8ᵒC.

f. Elektroforesis (Biorad GT Cell, Singapura)

1. Gel agarose dibuat dalam 2%

0,8 gr serbuk agarosa + 40 ml larutan TAE 1x dipanaskan hingga

homogen + 4 µL Gel Red dan dituangkan ke dalam tray

2. Elektroforesis dikondisi pada 80 V, 400 mA selama 60 menit

3. Visualisasi digunakan dengan transiluminasi UV

4. Sampel, loading dye dan marker (DNA Ladder) disiapkan.

5. Lempeng agar dimasukkan ke dalam bagian tengah alat

elektroforesis.

6. Bagian sumuran (well) diatur berada dekat dengan tombol hitam

(katoda), dan jangan terbalik

7. Bak elektroforesis diisi dengan buffer elektroforesis sampai lempeng

agar terendam

8. Loading dye diambil dengan mikropipete sebanyak 1 µl dan letakkan

di atas parafilm

9. Sampel diambil sebanyak 9 µL dan campur hingga homogen dengan

loading dye yang sudah di letakkan di atas parafilm.

10. Campuran dimasukkan yang terdiri dari sampel dan blue juice yang

sudah homogen ke dalam sumuran (well).

11. DNA Ladder dimasukkan sebanyak 10 µL ke dalam sumuran

sebagai marker.

12. Alat elektroforesis ditutup dan disambungkan ke kabel merah dan

hitam pada alat elektroforesis dengan soket pada stavol sesuai

dengan warnanya

13. Elektroforesis ditunggu sampai selesai. Warna loading (biru)

jangan sampai melewati agar.

14. Buffer diganti dalam setiap pemakaian 3 kali proses elektroforesis.

Hasil Analisa Gel Elektroforesis

Hasil positif ditunjukkan oleh munculnya pita yang sejajar dengan pita

positif kontrol (±144 bp gen 16S rRNA dan ±245 bp gen IS6110).

Page 53: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

33

g. Pemeriksaan Mikrokospis (dilakukan oleh Laboratorium Loka Litbang

Biomedis Aceh)

a. Pembuatan sediaan BTA

Alat : Kaca sediaan frosted, pensil 2B, ose, lampu spiritus

(bunsen) dan pinset.

Bahan : Alkohol 70%, botol pasir alkohol 70 % yang tertutup,

dan bahan pemeriksaan/dahak

Cara Kerja:

1. Beri nomor identitas tiap sediaan dengan menggunakan pensil

2B pada bagian frosted, pemegangan slide disarankan pada

kedua sisi untuk menghindari sidik jari.

2. Buat hapusan dahak dengan menggunakan ose yang sudah

dipanaskan sampai merah, kemudian didiamkan sampai dingin,

ambil sedikit dahak pada bagian yang kental dan kunung

kehijau-hijauan, kemudian oles secara merata dengan gerakan

spiral kecil dari dalam keluar (jangan terlalu tebal, jangan terlalu

tipis)

3. Masukkan ose kedalam botol yang berisi pasir dan alkohol 70%,

kemudian digoyang-goyangkan untuk melepas partikel yang

melekat pada ose, setelah itu ose dibakar kembali di atas spiritus

hingga kemerahan dan didinginkan, lanjutkan lngkah seperti

sebelummnya untuk sampel selanjutnya.

4. Sediaan dikeringkan di udara terbuka, jangan terkena sinar

matahari langsung/di atas api (butuh waktu 15 – 30 menit)

sebelum di fiksasi. Gunakan pinset untuk mengambil sediaan

yang sudah kering pada sisi berlabel dan sediaan menghadap

keatas. Lalu fiksasi (melewatkan sekitar 2 – 5 detik) sebanyak 3

kali.

5. Simpan dalam kotak sediaan, berdasarkan nonor urut

stiker/label. Bagi dahak yang akan dikultur , setelah dahak

diambil, maka pot dahak harus ditutup rapat kembali.

b. Pewarnaan Sediaan BTA

Page 54: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

34

Alat :

Rak untuk pengecatan sediaan, rak pengering, pipet, pinset, timer,

lampu spiritus, air mengalir ( bisa air kran atau air dari botol yang ada

selangnya) dan beberapa rak cadangan.

Bahan :

Botol gelas berwarna coklat berisi larutan carbol fuchsin 0,3%,

botol gelas berwarna coklat berisi alkohol (HCl – alkohol 3 %), botol gelas

berwarna coklat berisi methylen blue 0,3% dan spiritus.

Cara Kerja : 1. Sediaan dahak yang telah di fiksasi diletakkan pada rak,

bagian hapusan dahak menghadap keatas. Buatlah jarak

antar sediaan untuk mencegah terjadinya kontaminasi

antar sediaan.

2. Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada hapusan

dahak sampai menutupi seluruh permukaan.

3. Panaskan sediaan hapusan dahak dengan cara dilalui pada

api bunsen, selama 5 menit, tetapi, jangan sampai

mendidih, akan merusak hapusan dahak cukup uapannya

saja. Lalu diamkan selama 5 menit dan dicuci dengan air

yang mengalir pelan hingga zat warna merah terbuang.

4. Sediaan dikeringkan di udara terbuka, jangan terkena

sinar matahari langsung/di atas api (butuh waktu 15 – 30

menit) sebelum di fiksasi., gunakan pinset untuk

mengambil sediaan yang sudah kering pada sisi berlabel

dan sediaan menghadap keatas. Lalu fiksasi (

melewatkan sekitar 2 – 5 detik) sebanyak 3 kali.

5. Simpan dalam kotak sediaan, berdasarkan nonor urut

stiker/label. Bagi dahak yang akan dikultur , setelah

dahak diambil, maka pot dahak harus ditutup rapat

kembali.

c. Pembacaan Sediaan BTA

Alat : Mikroskop binokuler, minyak emersi, kertas tissue, eter

alkohol, kertas lensa dan baki..

Page 55: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

35

Cara Pembacaan : 1. Letakkan sediaan diatas meja spesimen mikroskop

2. Cari lebih dahulu lapang pandang objektif 10X

3. Teteskan 1 tetes minyak emersi diatas hapusan dahak,

tidak boleh menyentuh kaca slide

4. Periksa dengan lensa okuler 10X dan 100X.

5. Lakukan pembacaan sediaan apus secara sistemis untuk

memastikan mewakili seluruh bagian sediaan

6. Pembacaan dimulai dari ujung kiri ke ujung kanan

7. Cari Basil Tahan Asam (BTA) yang berbentuk batang

warna merah.

8. Cara menggeser sediaan menurut arah

9. Pembacaan hasil pemeriksaan dahak dilakukan dengan

menggunakan skala IUATLD

10. Catat pemeriksaan mikroskopik pada kolom hasil

pemeriksaan BTA

11. Kaca sediaan yang telah diperiksa kemudian diletakkan

secara terbalik diatas diatas kertas tissue beberapa lapis

dan disusun di sebuah baki, diamkan selama 1 malam

12. Bersihkan lensa mikroskop dengan kapas yang telah

dibasahi dengan eter alkohol

13. Simpan slide tersebut kedalam box slide selesai dibaca.

Tabel 2. Pembacaan dan Pelaporan Hasil BTA Mikroskopis Skala IUATLD

Apa yang terlihat Apa yang dilaporkan

Tidak ditemukan BTA minimal BTA negatif

1 – 9 BTA dalam 100 lapang pandang Tuliskan jumlah BTA yang

ditemukan / 100 lapang pandang

10 – 99 BTA dalam 100 lapang pandang 1 +

1 – 10 BTA dalam 1 lapang pandang ,

periksa minimal 50 lapang pandang

2 +

Lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang

pandang , periksa minimal 20 lapang

pandang

3 +

Page 56: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

36

8. Pemeriksaan Kultur (dilakukan oleh BBLK Jakarta)

a. Pembuatan media Lowenstein-Jensen

Alat : Timbangan analitik, spatula, gelas ukur, gelas beker, pipet

ukur 10 ml dan 25 ml steril, labu erlenmeyer 250 dan 100

ml, botol Mc cartney/serupa, elpiji/bunsen, power

pipet/pipetor, pH meter/kertas pH, autoklaf, inspisator,

blender stailess steel, magnetic stirrer bar steril, gelas ukur

100 ml, corong steril, kain kasa steril, gelas beker 1000 ml

steril, blender stainless steel dengan gelas steril dan sikat.

Bahan : Bahan dasar medium LJ dengan komposisi

- Potassium dihydrogen phospate 2,5 gr

- Magnesium sulfate heptahydrate 0,24 gr

- Tri-magnesium disitrate 14-hydrate 0,6 gr

- L-asparagin 2,6 gr

- Potato meal 30 gr

- Malachite green 2 %

- Aquadest 600 ml

- Glyserol 12 ml

- Telur homogen 1000 ml

Cara Kerja :

1. Homogenisasi telur

- Telur ayam segar (≤ 7 hari) dibersihkan dengan sikat lalu bilas dengan

air dan keringkan.

- telur direndam dengan etanol 70% selama 15 menit

- Tangan dibersihkan sebelum memegang telur (desinfektan)

- telur dipecahkan dan tampung dalam gelas beker steril

- telur diblender ± 2 detik sampai homogen ( jangan terbentuk

gelembung)

- telur disaring dengan corong steril yang telah diberi kasa steril

- dengan menggunakan gelas ukur steril hasil saringan diukur sampai

didapatkan 1 liter ( catatan disarankan untuk tidak menggunakan telur

Page 57: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

37

yang didapat dari perternakan besar, lebih disarankan dari peternakan

kecil, homogenisasi telur disarankan dilakukan dalam biosafety

cabinet untuk mencegah kontaminan udara)

2. Pembuatan media LJ

a. garam-garam dilarutkan, L-Asparagine (dan potato meal) media LJ

dalam 600 ml aquadest, pH 6,8-7,0

b. Ditambah 12 ml glycerol dan kemudian 20 ml larutan malachite green

2 %

c. Setelah tercampur sempurna, disterilkan dengan otoklaf selama 15

menit pada suhu 121oC

d. Didinginkan sampai suhu ± 50 oC.

e. Ditambahkan telur homogen 1 liter yang telah dipersiapkan secara

steril

f. perlahan-lahan dicampur dan dihindari terbentuknya gelembung.

g. Kemudian dituang dalam Mc Cartney steril 6 – 8 ml

h. ditutup secara rapat dan diletakkan dengan kemiringan 30 o

C dalam

inspisator yang telah dipanaskan sampai suhu 85 o

C dan koagulasi

selama 45 menit

i. Dikeluarkan dari inspisator dan didiamkan sampai suhu kamar

j. Bila kualitas media tidak baik (perubahan warna, berlubang-lubang

atau gelembung-gelembung pada permukaan) maka media tersebut

tidak dapat digunakan

k. Catatan:

i) Media LJ dapat memakai potato meal atau tidak.

ii) Jika membuat dari media komersial, ikuti petunjuk dari pabrik

iii) Untuk membuat larutan malachite green tersendiri. Lakukan

sebagai berikut:

- 2 gr malachite green kristal ditimbang dalam gelas kimia

- digerus sampai halus dan ditambah aquadest 100 ml, campur

- ditempatkan pada stirring hot plate sampai terlarut sempurna

- lalu disaring dengan kertas saring whatman no. 4.

- Disimpan dalam botol coklat

Page 58: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

38

- Larutan tahan 1 bulan pada suhu kamar.

3. Pembuatan Larutan yang diperlukan:

a. Pembuatan larutan NaOH 4% (1 N)

- 40 gr pelet NaOH kering ditimbang dengan cepat

- dimasukan dalam air di beker dan dibiarkan dingin

- dipindahkan ke botol dan diautoclaf pada suhu 121 o

C selama 15

menit

- Simpan di suhu ruang

b. Pembuatan 0,067 M PBS pH 6,8

- Na2HPO4 anhidrat 9,47 gr, dilarutkan dalam 1000 ml aquadest atau

Na2HPO4 12H2O sebanyak 23,68 gr dalam 1000 ml aquadest.

- KH2PO4 ditimbang sebanyak 9,07 gr dalam 1000 ml aquadest

- dicampur dalam botol bertutup ulir

- Ditambah asam atau basa agar pH mencapai 6,8

- Dimasukkan kedalam autoclave pada suhu 121 oC selama 15 menit

- Simpan di lemari es

- Catatan: PBS dibuat bentuk konsentrat 10x (larutan kerja dibuat

dengan jalan menambahkan 1 bagian volume PBS 10x dengan 9

bagian volume aquadest.

c. Pembuatan HCl 2 N

- Kedalam volubemetrik dimasukkan 167 ml aquadest

- ditambah 33 ml konsentrat HCl (12 N atau 36%) dengan pipetor

secara pelan-pelan dalam air (hindari percikan dan jangan

menambah air pada asam)

- Beaker akan menjadi panas lalu dibiarkan dingin

- dimasukkan kedalam Autoclaf pada suhu 121 o

C selama 15 menit

simpan disuhu kamar

- Catatan: HCl adalah asam keras (jika tumpah segera siram dengan

air sebanyak mungkin)

d. Pembuatan Indikator phenol red 8 mg

- Dengan menggunakan magnetix stirrer bubuk phenol red 8 mg

dilarutkan dalam 20 ml 4% NaOH.

Page 59: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

39

- Lalu dipindahkan dalam gelas ukur, dan ditambah aquadest sampai

1000 ml

- Simpan di suhu kamar.

e. Pengolahan dengan NaOH 4%

- Jika dahak lebih dari 10 ml, diambil 10 ml bagian purulen,

berdarah dan mukoid, dituang dalam tabung sentrifuse 50 ml.

- ditambahkan NaOH 4% sama banyak

- Dicampur dengan vortex mixer sampai homogen. Didiamkan

dalam suhu ruang masa kontak dahak dengan NaOH dibatasi 15

menit.

- ditambahkan larutan PBS 50 ml dengan pipet (jangan menuang

langsung PBS ke dalam tabung karena beresiko timbulnya cemaran

silang)

- tabung sentrifuge min 3000 g ditutup rapat selama 15-20 menit

- dibiarkan pada suhu ruang selama 15 menit untuk mengendapkan

aerosol

- supernatant dituang dalam wadah bersisi desinfektan. Diusap

dengan 95% etanol (jangan sampai masuk ke dalam tabung)

- Ditambahkan PBS 1 ml dalam sendimen dikocok agar homogen

- Untuk menguji pH diteteskan 1 tetes phenol red indikator dan

segera dinetralisasi dengan 2 N HCL tetes demi tetes. pH netral

akan terlihat dengan perubahan warna merah menjadi kuning.

- Sediaan siap diinokulasi, dibuat dua sediaan untuk diwarnai dengan

Z-N pada sisa inokulan

- Catatan: jika dalam evaluasi ternayata 4% NaOH terlampau kuat,

ganti dengan NaOH 2%.

2. Inokulasi bahan pada media :

a. Dipipet 100 mikron sedimen ke dalam media LJ dibuat duplo

b. botol ditutup, tetapi jangan terlalu rapat

c. disebarkan secara merata bahan pemeriksaan tersebut di atas

permukaan media dengan cara menggerak-gerakkan botol

Page 60: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

40

d. botol-botol diletakkan pada rak dengan kemiringan 30® selama 24

jam pada Incubator dengan suhu 35 - 37°C

e. Setelah 24 jam» dikencangkan tutup botol dan diletakkan

botol pada rak tabung dengan posisi tegak dan

dilanjutkan inkubasi. Jika memakai inkubator C02,

dilihat keterangan sebelumnya

f. Diamati pertumbuhan M. tuberculosis setiap minggu,

Pengamatan dilakukan sampai S minggu. Hasil negatif dinyatakan

Jika tak ada pertumbuhan setelah 8 minggu. Untuk spesimen yang

berasal dari kasus yang telah mendapat OAT atau paudbecilier,

dianjurkan diinkubasi sampai 12 minggu Tanda khas koloni M,

tuberkulosis adalah :

- kemudian Akan tampak pertumbuhan dalam waktu 3-4 minggu

- Koloni bewarna putih kekuning-kuningan (buiT cotoured),

permukaan kering dan rapuh dengan tepi yang tidak beraturan

(seperti bunga kol)

- Konfirmasi dengan membuat sediaan dari koloni dengan

pewarnaan Ziehl- Neelsen. M. tuberculosis akan memberikan

gambaran BTA yang bergerombol berbeniuk khas (seperti cord,

typical cord). Bila hasil BTA negatif, tidak dilanjutkan dengan

subkultur

g. Pengamatan pertumbuhan koloni dilakukan setiap minggu

h. dicatat hasil pengamatan setiap minggu pada buku catatan kultur

6. Subkultur Isolat M. tuberculosis

Subkultur diperlukan untuk memurnikan koloni dan meremajakan kuman

sebelum dilakukan uji kepekaan terhadap OAT, uji identifikasi dan jika

akan disimpan pada -70°C

Alat dan bahan yang diperlukan :

1. Media LJ atau Ogawa

2.Tabung reaksi dengan tutup ulir

3. Glass beads, diameter 1.5-3 mm

4.Vortex mixer

Page 61: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

41

5.Aquades steril

6. Micropipette 100 mikron

7. Tip mikropipet

Cara kerja:

1. dipilih botol dengan pertumbuhan koloni yang paling baik untuk

dilakukan subkultur. Minimal satu untuk tes niaclrt, satu untuk uji PNB,

satu untuk uji kataiase, satu untuk uji nitrat, satu untuk disimpan pada -70

eC dan satu untuk uji kepekaan.

2. koloni diambil sebanyak 1 (satu) sengkelit penuh

3. lalu dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan 1 ml

aquadest steril

4. tabung reaksi ditutup kembali

5. dicampur dengan menggunakan vortex mixer selama ± 1 menit

6. didiamkan minimal selama 15 menit

7. diambil supernatan sebanyak 100 pi dengan mikropipet

8. diinokulasi dalam botol Mc Cartney yang telah berisi media U

9. disebar secara merata bahan pemeriksaan tersebut di atas permukaan

media dengan cara menggerak-gerakkan botol

10. butir 7 - 9 dilakukan untuk botol lainnya

11. botol-botol pada rak diletakkan dengan kemiringan 30° selama 24 Jam

pada Incubator dengan suhu 35 - 37°C

12. Setelah 24 jam, tutup botol dikencangkan dan letakkan botol pada rak

tabung dengan posisi tegak dan lanjutkan Inkubasi

13. diamati pertumbuhan tiap minggu

Tabel 3. Pembacaan Hasil Kultur

PEMBACAAN PENCATATAN

> 500 koloni 4 +

200 - 600 kolohi 3 +

100 - 200 koloni 2 +

20-100 koloni 1 *

1 - 1 9 koloni Jumlah koloni

Tidak ada pertumbuhan Negatif

Page 62: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

42

Keterangan:

- Bila terdapat kontaminasi pada kultur dilaporkan segera dan ulangi

pembuatan kultur

- Bila kultur POSITIF dan pertumbuhan dinilai sebagai M.tb,

laporkan segera pada pihak yang berkepentingan

- Pada minggu ke 4 dapat dibuat laporan sementara

- Pada minggu ke 8 dibuat laporan akhir (final)

M. tuberculosis mempunyai sifat:

- Tidak terjadi pembahan warna koloni setelah terpapar cahaya

- Uji akumulasi niasin positif

- Uji reduksi nitrat positif

- Uji katalase tahan panas 68°C negatif'

- Uji PNB negatif

Jika kondisi laboratorium masih tidak memadai, identifikasi M. tubercuiosis

minimal didasarkan pada hasil pewarnaan, kecepatan tumbuh morfologi koloni,

uji PNB dan salah satu uji dari uji niasin, reduksi nitrat, katalasa tahan panas.

ldentifikasi M. tuberculosis

Identifikasi M.tuberculosis harus dikerjakan pada isolat subkultur yang

berumur 2-3 minggu, jangan memakai kultur awal. Bila koloni

terkontaminasi, lakukan dekontaminasi dan sub kultur ulang. Tidak

satupun uji tunggal yang dapat dengan pasti membedakan M. tuberculosis

dengan mycobacteria lainnya. Oleh karena itu, selain pengamatan

morfologi koloni dibutuhkan satu atau lebih uji identifikasi lain. Beberapa

uji yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

1. Uji Niasin

Semua mycobacteria menghasilkan asam nikotinat waktu tumbuh.

Kebanyakan galur M. tuberculosis dan beberapa galur M. slmlae dan M.

ohelonae tidak mampu memetabolisme asam nikotinat tersebut Asam

nikotinat terakumulasi dalam media. Jumlah asam nikotinat yang

dibentuk terbanyak pada media LJ dan bukan media lain. Karena Itu uji

niasin memerlukan isolat yang koloninya penuh pada media U. Aerasi

Page 63: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

43

saat kultur sangat penting dalam metabolisme niasin, karena itu tutup

tabung kultur harus sedikit longgar selama proses inkubasi

2. Uji Niasin dengan Paper Strip

a. koloni dalam botol LJ ditambah aquadest ± 2 ml

b. botol dimiringkan hingga koloni terendam

c. diautoclave pada suhu 1210C selama 1 jam

d. diambil 1 ml ekstrak, dimasukkan dalam tabung reaksi

e. dimasukkan paper strip (tersedia kit komersial) dan tunggu 15-20

menit pada suhu kamar.

Pembacaan

Positif: warna kuning

Negatif: tidak berwarna

3. Uji Paranitro-Benzoic Acid (PNB)

Alat dan bahan:

1. Media LJ yang mengandung PNB (cara pembuatan media

mengandung PNB dapat dilihat pada cara pembuatan media dengan

obat)

2. Inkubator

3. Rak tabung

Cara kerja:

1. diambil 100 ul suspensi 1 mg/ml stok dan diinokulasi pada media

LJ yang mengandung PNB dan satu tabung tanpa PNB

2. botol ditutup, tetapi jangan terlalu rapat

3. Disebar secara merata bahan pemeriksaan tersebut di atas

permukaan media dengan cara menggerak-gerakkan botol

4. botol-botol diletakkan pada rak dengan kemiringan 30° selama 24

jam pada incubator dengan suhu 35 - 37°C

5. Setelah 24 jam, tutup botol dikencangkan dan letakkan botol pada

rak tabung dengan posisi tegak dan lanjutkan Inkubasi

6. Dilakukan pengamatan pertumbuhan M. tuberculosis setiap

minggu, pengamatan dilakukan sampai 8 minggu

Page 64: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

44

7. Jika sesudah minggu ke 4 tidak terlihat adanya koloni, dilanjutkan

inkubasi sampai minggu ke 8 sebelum hasilnya dinyatakan tidak

ada pertumbuhan

8. dicatat hasil pengamatan setiap minggu pada buku catatan kuitur

9. Pertumbuhan M. tuberculosis akan dihambat oleh PNB

Tabel 4. Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis

Organisme Hari

Tumbuh

Pigmen Morfologi koloni pada LJ

Terang Gelap

Complex.

Avium mplex

10-21 Buff

sampai

kuning

Buff

sampai

kuning

Tips, Transparan,

permukaan halus; kadang-

kadang seperti kubah;

beberapa diantaranya

permukaannya kasar dan

berkeriput; tepi meninggi

Bovis 25-90 Tak

Berwarna

sampai

buff

Tak

Berwarna

sampai

buff

Permukaan kasar; kering,

rapuh; bertumpuk ditengah

dengan tepi tipis berjejas;

kadang-kadang menyebar

Chelonae 3-7 Buff Buff Membulat, permukaan

halus, seperti anyaman,

tepi rata atau bergerigi,

beberapa kasar dan keriput

Forfuifum 3-7 Buff Buff Permukaan halus, seperti

kubah; kadang-kadang

kasar dengan filament

bercabang pada tepinya

Gastrii 10-21 Tak

berwarna

sampai

buff

Tak

berwarna

sampai

buff

Membulat, permukaan

halus, konveks, mengkilat

Gordonae 10-25 Kuning

sampai

oranye

Kuning

sampai

oranye

Membulat, permukaan

halus, konveks, kuning

sampai oranye, mengkilat

M.Konsasi 10-21 Kuning Buff Permukaan halus

meninggi; beberapa kasar

dan keriput

M. Marinum 5-14 Kuning Buff Membulat, permukaan

halus; beberapa keriput

M.dcr

pulaceum

10-14 Kuning Kuning Membulat, permukaan

halus, kuning, lembab

M. simiae 7-14 Kuning Buff Permukaan halus, seperti

kubah

Szulgai 14-28 Kuning

sampai

oranye

Kuning

pada

37oC

Permukaan halus sampai

kasae, tepi tak beraturan

Page 65: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

45

M. Terrae 10-21 Buff Buff Membulat, halus sampai

kasar, mengkilap, beberapa

tak berwarna

Tuberculosis 12-28 Buff Buff Kasar, kering, rapuh,

tengah bertumpuk dengan

tepi berjejas tipis; kadang-

kadang tipis dan menyebar

M. Xenopi 28-42 Kuning Kuning Kecil, seperti kubah,

kuning, halus dan kasar

9. Uji Sensitifitas OAT (dilakukan oleh BBLK Jakarta)

Bahan : NaOH 4 %, NaCL, PNB, INH, Rifampisin, Ethambutol, dan

Pyrazinamid

Cara Kerja Resistensi :

Untuk mendapatkan konsentrasi INH (0.1, 1.0, 5.0) dilakukan prosedur

berikut :

1. 1 mg INH dilarutkan dalam 10 ml aquadest steril sehingga didapatkan

konsentrasi INH 100 ug/ml (larutan A).

2. INH 0.1 ug : 0.1 ml larutan A (konsentrasi 100 ug/ml) + 100 ml medium.

3. INH 1 ug 1 ml larutan A ditambah dengan 100 ml medium.

4. INH 5 ug 5 ml larutan A ditambah dengan 100 ml medium.

Untuk mendapatkan konsentrasi Rifampisin (2.0, 10.0, 50.0 ug) dilakukan

prosedur berikut :

1. 10 mg Rifampisin dilarutkan dalam 10 ml Aquadest steril, sehingga

didapatkan konsentrasi Rifampicin 1000 ug/ml (larutan B).

2. Rif 2.0 ug: 0.2 ml larutan B ditambah dengan 100 ml medium.

3. Rif 10 ug: 1 ml larutan B ditambah dengan 100 ml medium.

4. Rif 50 ug: 5 ml larutan B ditambah dengan 100 ml medium.

Untuk mendapatkan konsentrasi Ethambutol (1.0, 5.0, 10.0 ug/ml) dilakukan

prosedur berikut :

1. 10 mg Ethambutol dilarutkan dalam 10 ml Aquadest steril, sehingga

didapatkan konsentrasi Ethambutol 1000 ug/ml (larutan C).

2. Eth 1.0 ug: 0.2 ml larutan C ditambah dengan 100 ml medium.

3. Eth 5.0 ug: 0.5 ml larutan C ditambah dengan 100 ml medium.

4. Eth 10 ug: 1 ml larutan C ditambah dengan 100 ml medium.

Page 66: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

46

Untuk mendapatkan konsentrasi Pyrazinamid (30, 150, 750 ug/ml) dilakukan

prosedur berikut :

1. 100 mg Pyrazinamid dilarutkan dalam 10 ml Aquadest steril, sehingga

didapatkan konsentrasi Ethambutol 10.000 ug/ml (larutan D).

2. P 30 ug: 0.3 ml larutan D ditambah dengan 100 ml medium.

3. P 150 ug: 1.5 ml larutan D ditambah dengan 100 ml medium.

4. P 750 ug: 7.5 ml larutan D ditambah dengan 100 ml medium.

Cara buat suspensi kuman

Suspensi kuman di buat dengan prosedur berikut :

1. 1 ose koloni kuman dari medium Ogawa 3% diambil dan dimasukkan ke

dalam NaCl fisiologis, diaduk hingga homogen, hingga dicapai kekeruhan

dengan standart Mc Farland I (larutan A).

2. Pengenceran 1/1000 dilakukan dengan cara 0.01 ml larutan A dimasukkan ke

dalam 10 ml NaCl fisiologis, sehingga didapatkan kuman dengan

konsentrasi pengenceran 1/1000 (larutan B), larutan ini akan digunakan

sebagai kontrol.

3. Untuk larutan obat, digunakan suspensi kuman dengan pengenceran 1/100, di

lakukan dengan cara 0.1 ml larutan A dan dimasukkan ke dalam 10 ml NaCl

fisiologis (larutan C).

4. Pada medium kontrol,di masukkan 2 tetes suspensi kuman dengan

konsentrasi 1/1000 (larutan B) dan pada medium obat dimasukkan 2 tetes

suspensi kuman dengan konsentrasi 1/100 (larutan C).

5. Pertumbuhan kuman dilihat 3-4 minggu.

6. Tingkat resistensi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah koloni

yang tumbuh pada medium kontrol dengan medium tanpa obat (metoda

proporsional).

Pengamatan dan pembacaan (pasca analitik)

Pada umumnya tanda pertumbuhan yang khas dari M. tuberculosis akan tampak

dalam waktu 3-4 minggu. Koloninya berwarna kuning muda, permukaan kering

dan rapuh, dengan sudut yang tidak rata. Pertumbuhan ini disebut eugenic.

Penegasan/kepastian tentang M. tuberculosis harus dilakukan dengan tes

identifikasi dengan media PNB.

Page 67: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

47

1. Kultur diamati pada hari ke-7 untuk golongan yang tumbuhnya cepat dan

pada minggu ke-4 untuk golongan yang tumbuh lambat.

2. Koloni yang tanpak pada media diperiksa dengan dibuat preparat dan

diwarnai dengan Ziehl Neelsen untuk memastikan BTA.

3. Jika sudah minggu ke-4 tidak terlihat adanya koloni dilanjutkan inkubasi

selama 8 minggu sebelum hasilnya dinyatakan negatif.

Pencatatan dan pelaporan hasil (interprestasi)

Pelaporan dilakukan bukan hanya jumlah koloni yang tumbuh, tetapi juga

bentuk tumbuhnya. Menurut (Aditama & Luthni ,2002) pelaporan hasil biakan

menurut WHO, Technic Guide 67 adalah :

1. (-) tidak ada pertumbuhan

2. (1+): 1 – 200 koloni

3. (2+): ½ dari media tertutup oleh 200 – 500 koloni

4. (3+) ¾ dari media tertutup oleh hampir seluruh koloni, 500 – 2000 koloni

5. (4+) media tertutup seluruhnya oleh koloni, lebih dari 2000 koloni

1. Prosedur pengambilan darah

a. Pengambilan darah akan dilakukan oleh petugas Loka Litbang Biomedis

Aceh/laboratorium Prodia.

b. Darah yang akan diambil sebanyak 7 cc (pemeriksaan imunologis sebanyak 4

cc, pemeriksaan HbA1c sebanyak 3 cc)

c. Torniquet, spuit 5 cc, dan tabung reaksi disiapkan.

d. Lakukan pendekatan responden dengan tenang, usahakan pasien senyaman

mungkin.

e. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan

f. Pasien di minta meluruskan lengannya, pilih tangan yang tidak banyak

melakukan aktivitas.

g. Pasien diminta untuk mengepalkan tangannya.

h. Torniquet di pasangkan kira-kira 10 cm diatas lipatan siku.

Page 68: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

48

i. Pilih bagian vena mediana cubiti atau cephalica. Lakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis

dan memiliki dinding tebal.

j. Jika vena tidak teraba maka lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke

siku, atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan.

k. Kulit dibersihkan pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%

dan biarkan kering, dengan catatan kulit yang sudah dibersihkan jangan

diraba lagi.

l. Vena di tusuk dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum

telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam semprit

(flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu torniquet dilepas.

m. Setelah volume darah dianggap cukup, pasien diminta membuka kepalan

tangannya.

n. Kapas di letakkan di tempat suntikan lalu segera lepaskan / tarik jarum. Tekan

kapas beberapa saat lalu plester selama ± 15 menit.

o. Sampel darah dimasukkan dalam tabung reaksi

2. Pemeriksaan HbA1c( dilakukan oleh Laboratorium Prodia Banda Aceh)

Alat : HPLC

Sampel: darah vena dengan anti koagulan (EDTA, heparin , oksalat)

Reagen berupa diluent solution

Cara kerja:

a. diluent solution 1,5 ml dimasukkan ke dalam tabung sampel

b. EDTA ditambahkan pada tabung yang berisi darah

c. Homogenisasi

d. Sampel diletakkan pada rak analisis

e. Sampel dimasukkkan ke dalam alat HPLC

f. Hasil akan muncul dalam bentuk gelombang kurva, dan gelombang HbA1C

berwarna hitam dan nilai dalam persentase (%) dan mmol/mol.

8.8.4 Pemeriksaan TNF-α dan IFN-γ (Dilakukan di Laboratorium Loka Litbang

Biomedis Aceh)

Page 69: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

49

Pemeriksaan TNF-α menggunakan ELISA. Pemeriksaan IFN-γ menggunakan

IGRA

Pemeriksaan TNF-α

Alat : ELISA reader dan ELISA Washer merk Thermoscientific

Bahan : Kit ELISA

Cara Kerja :

a. Reagen, sampel dan standart disiapkan

b. 100 µL standart ditambahkan ke semua well inkubasi 2 jam di suhu 37°C

c. Homogenkan dan 100 uL reagen A Detection ditambahkan, diinkubasi selama

1 jam pada suhu 37°C

d. Homogenkan dan dicuci sebanyak 3 kali

e. 100 µL l reagen B Detection ditambahkan, diinkubasi selama 30 menit pada

suhu 37°C

f. Homogenkan dan dicuci sebanyak 5 kali

g. Substrat solution ditambahkan sebanyak 90 µL, diinkubasi selama 15-25 menit

pada suhu 37°C

h. 50 µL stop solution ditambahkan dan baca pada panjang gelombang 450 nm

Pemeriksaan IGRA

QuantiFERON-TB dibagi kedalam dua tahap besar, pertama diinkubasi darah dan

pemisahan plasma, lalu kedua pemeriksaan IFN-γ dengan metode ELISA.

a. Tes ini menggunakan tabung khusus untuk mengumpulkan darah. Ada tiga

tabung yang digunakan yaitu Nil Control (tutup abu) sebagai kontrol negatif, TB

Antigen (tutup merah) sebagai tabung tes, dan Mitogen Control (tutup ungu)

sebagai kontrol positif (opsional). Kontrol positif digunakan untuk memastikan

kondisi imun tubuh pasien, dan memastikan penanganan sampel serta inkubasi

dilakukan dengan benar

b. Darah vena diambil lalu di shaker dan diinkubasi selama 16 sampai 24 jam pada

suhu 37oC.

c. Darah di sentrifuge, lalu plasma dipisahkan kedalam tabung plasma.

d. Lakukan pemeriksaan jumlah produksi IFN-γ dalam responnya terhadap peptida

antigen menggunakan metode ELISA. IFN-γ dinyatakan dalam satuan IU/mL

Page 70: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

50

e. Hasil tes dikatakan positif jika respon IFN-γ terhadap tabung TB Antigen secara

signifikan nilainya diatas tabung Nil Control.

f. Nilai rendah pada tabung Mitogen Control (<0,5 IU/mL) menunjukkan hasil

indeterminate (tak tentu) ketika respon yang sama juga terjadi pada tabung TB

Antigen.

g. Pola seperti ini dapat terjadi karena jumlah limfosit tidak cukup, pengurangan

aktivitas limfosit karena penanganan spesimen yang tidak tepat, tidak benar

ketika memasukan darah / pengocokan tabung mitogen, atau ketidakmampuan

sel limfosit pasien untuk menghasilkan IFN-γ.

10. Penyimpanan BBT untuk penelitian lebih lanjut

Penyimpanan BBT berupa darah/pbmc dan hasil kultur TB positif dilakukan di

BBLK Jakarta dan laboratorium Loka Litbang Biomedis Aceh.

Cara Kerja PBMC’s (Peripheral Blood Mononuclear cells) menggunakan Ficoll

Histopaque

Bahan dan Reagen:

1. Darah segar yang dikoleksi dengan menggunakan botol heparin

2. Reagen Ficoll histopaque (Sigma-aldrich no. Katalog 10771; MP

Biomedical nomor katalog 091692254)

3. PBS steril

4. Pencillin-streptomycin solution (Sigma-aldrich no. Katalog P-4333)

5. Botol heparin

6. Dulbecco’s modified eagle medium ditambah dengan 1 % pencillin-

streptomycin solution

Peralatan:

1. Sentrifuge

2. Tube sentrifuge 15 ml

3. Mikropipet dan tips 1 ml

Prosedur Kerja

1. Koleksi darah vena sebanyak 4 ml didalam tabung heparin dan tabung

dinolak balik dengan lembut

2. Masukkan 4 ml ficoll histopaque kedalam tabung sentrifus 15 ml

Page 71: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

51

3. Masukkan darah kedalam tabung 15 ml yang sudah berisi ficol tadi,

dengan menggunakan pipet 1 ml secara perlahan, sehingga terbentuk 2

lapisan ficol dan darah.

4. Sentrifuge selama 30 menit (tanpa jeda) pada 100 x g di suhu 40C

5. Ambil lapisan buffy coat secara hati hati menggunakan mikropipet 1 ml

6. Pengambilan lapisan harus dilakukan segera tanpa jeda (max. 10 menit)

7. Cuci (centrifuge dalam 100 x g selama 10 menit) dua kali dengan 10 ml

PBS steril atau media elang dimodifikasi Dulbecco steril. Perkiraan hasil

sel dari 4 ml darah bervariasi antara 107-108.

Catatan Penting:

1. Gunakan darah heparinised yang baru dikumpulkan. Jika plasma perlu

digunakan untuk tujuan lain, pindahkan plasma dan tambahkan volume

yang sama dengan media Dulbecco’s modified eagle sebelum proses

selanjutnya

2. Rasio antara Ficoll Histopaque dan darah harus 1: 1 untuk darah

manusia. Rasionya bisa berbeda untuk pemurnian PBMC spesies lain.

3. Ficoll Histopaque disimpan pada suhu 4 ° C. Sebelum penggunaan

tabung harus didiamkan pada suhu kamar selama 1-2 jam

4. Gunakan darah heparinised yang baru dikumpulkan. Jika plasma perlu

digunakan untuk tujuan lain, pindahkan plasma dan tambahkan volume yang

sama dengan media Dulbecco’s modified eagle sebelum proses selanjutnya

5. Rasio antara Ficoll Histopaque dan darah harus 1:1 untuk darah manusia.

Rasionya bisa berbeda untuk pemurnian PBMC spesies lain.

6. Ficoll Histopaque disimpan pada suhu 4 ° C. Sebelum penggunaan tabung harus

didiamkan pada suhu kamar selama 1-2 jam

Penghitungan Sel

Bahan dan Reagen

1. Trypan Blue

2. Aqua steril

3. Haemocytometer set

4. Tips 0,1 ml

Page 72: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

52

5. Eppendorf tube 5 ml

Peralatan

1. Mikroskop

2. Mikropipet

Prosedur Kerja

1. Haemocytometer dan cover glass dicuci bersih menggunakan aqua steril dan

dikeringkan

2. Trypan blue sebanyak 80 µl dimasukkan kedalam tabung eppendorf 5 ml

3. Diambil 20 µl PBMC yang telah disentrifugasi kedalam eppendorf 5 ml yang

berisi trypan blue

4. Lakukan penghitungan sel menggunakan haemocytometer

5. Hitung jumlah sel menggunakan rumus :

Jumlah sel TOTAL = jumlah sel terhitung x 5 x 5 x 10.000

6. Jumlah sel yang diharapkan adalah 30 juta sel ( 2,7x107), jika sel yang diperoleh

kurang dari jumlah tersebut, maka tube penyimpanan krioreservasi disesuiakan

jumlahnya sehingga memenuhi 30 juta sel.

Penyimpanan Sampel PBMC/Cryoreservasi

Bahan dan Reagen

1. FBS ( fetal bovine serum)

2. DMSO (dimethyl sulphoxide)

3. Nitrogen cair

4. Cryotube

5. Isopropanol

Peralatan

1. Tabung falcon 50 ml

2. Pipet ukur dan rubber bulb

3. Mr. Frosty

4. Frezer -80oC

5. Sentrifuge

Prosedur

1. FBS dan 10% DMSO (jika membuat freezing medium sebanyak 5 ml, maka : 4,5

ml FBS ditambahkan dengan 0,5 ml DMSO).

Page 73: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

53

2. Tabung falcon berisi PBMC di letakkan dalam wadah es, kemudian

ditambahkan kedalam falcon tersebut freezing medium dengan rasio 1 ml

freezing medium : 10 juta sel/ml.

3. Campuran dipindahkan didalam cryotube dan diletakkan didalam mr. Frosty

yang telah diisi isopropanol, kemudian disimpan didalam frezer -80oC selama

1x24 jam

4. Pemindahan cryotube ke cryotank dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan

topeng/mask tertutup serta sarung tangan khusus untuk pemindahan sampel ke

cryotank.

Pengecekan rutin pada cryotank harus sering dilakukan samapai waktu

pemakaian sampel kembali.

I. Analisis Data

Data yang dihasilkan akan disajkan secara deskriptif meliputi karakteristik

penderita TB paru dan hasil pemeriksaan.

1. Distribusi frekuensi karakteristik penderita TB paru

2. Distribusi frekuensi status gizi penderita TB paru

3. Distribusi frekuensi penyakit penyerta penderita TB paru

4. Distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita TB paru

5. Distribusi frekuensi lingkungan fisik penderita TB paru

6. Distribusi frekuensi diagnosis TB paru dengan pemeriksaan mikroskopis,

PCR, dan kultur

7. Distribusi frekuensi sensitivitas M.Tb terhadap OAT

8. Distribusi frekuensi penderita TB paru yang mengalami diabetes melitus

9. Distribusi frekuensi respon imun penderita TB paru dengan diabetes dan

tanpa diabetes

10. Distribusi frekuensi kesembuhan penderita TB paru

J. Persetujuan Etik

Penelitian ini mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian sehingga

dibutuhkan pesetujuan etik dari Komisi Etik di Badan Litbangkes. Persetujuan etik

diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Badan Litbangkes dengan nomor

LB.02.01/2/KE.162/2018.

Page 74: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

54

BAB IV

HASIL

Penelitian gambaran penderita TB paru dilakukan di Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar dengan menelusuri pasien TB dari PRM dan rumah sakit yang

telah menerapkan DOTS. Terkait dengan pengambilan sampel yang dimulai dari bulan

Juli sampai Desember 2018 maka setiap responden akan diikuti masa pengobatannya

dan kesembuhan terhadap penyakit TB paru. Target sampel adalah total populasi

sebanyak 508 penderita TB, namun yang berhasil di jaring dalam penelitian sebanyak

262 responden.

.

A. Karakteristik Responden Penderita TB Paru

Data karakteristik responden penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar diperoleh dari hasil wawancara responden menggunakan

kuesioner. Wawancara dilakukan pada 262 responden yang terdapat di PRM dan rumah

sakit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden yang dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik responden penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan Kab. Ahceh

Besar

N %

1. Jenis kelamin

Laki-laki 178 67,9

Perempuan 84 32,1

Jumlah 262 100

2 Umur (tahun)

< =30 tahun 51 19,7

31-45 tahun 83 31,7

46-60 tahun 83 31,7

>=60 tahun 45 17,2

Jumlah 262 100

3 Pendidikan

Tidak pernah sekolah 14 5,3

Tidak tamat SD 29 11,1

Tamat SD 58 22,1

Tamat SLTP 46 17.6

Page 75: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

55

No Variabel Kota Banda Aceh dan Kab. Ahceh

Besar

Tamat SLTA 90 34,4

Tamat D1/D2/D3 25 9,5 Jumlah 262 100

4 Pekerjaan

Tidak bekerja 82 31,3

Petani 35 13,4

Buruh 32 12,2

Pedagang 18 6,9

Swasta 47 17,9

Lainnya 48 18,3

Jumlah 262 100

5 Kategori pasien

Pasien baru 212 80.9

Pasien lama 50 19,1

Pasien yang pernah berobat 6 bulan

(kambuh) (22=8,4%)

Pasien yang putus berobat (28=10,7)

Jumlah 262 100

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat jumlah responden yang berhasil diwawancara

adalah 262 yang terdiri dari 178 laki-laki dan 84 perempuan dengan usia rata-rata 45

tahun. Responden terbanyak yang berpartisipasi dalam kegiatan ini merupakan lulusan

SLTA (34%) dan umumnya, responden bekerja sebagai buruh. Terdapat 212 pasien

baru dan 50 orang pasien lama pada tahun 2018. Berdasarkan adanya pasien baru, maka

dapat dipastikan bahwa masih terdapat sumber penularan/transmisi penyakit TB paru di

Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan oleh penderita TB paru di Kota Banda

Aceh dan Kabupaten Aceh Besar adalah Puskesmas Ingin Jaya (18 penderita), BPKM

dan RS Meuraxa masing-masing 17 penderita, Puskesmas Meuraxa (16 penderita),

Puskesmas Darul Imrah (15 penderita), Puskesmas Baitussalam (14 penderita),

Puskesmas Kuta Baro (12 penderita), Puskesmas Kuta Alam (11 penderita), Puskesmas

Kuta Cot Glie (10 penderita). Selain itu, Puskesmas Suka Makmur dan Puskesmas

Darussalam masing-masing 9 penderita. Puskesmas Seulimum dan Krueng Barona Jaya

masing-masing merawat 8 penderita. Sedangkan Puskesmas Batoh, Puskesmas Aceh

Besar, Puskesmas Lhong, Puskesmas Lamteuba dan Puskesmas Lampisang masing-

masing merawat 7 penderita. Puskesmas Banda Raya, Puskesmas Ulee Kareng,

Puskesmas Indrapuri masing-masing merawat 5 penderita. Puskesmas Baiturrahman,

Page 76: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

56

Puskesmas Lhoknga, Puskesmas Lembah Seulawah, Puskesmas Kuta Malaka masing

masing merawat 4 penderita. Puskesmas Jaya Baru, Puskesmas Leupung, Puskesmas Ie

Alang, Puskesmas Mesjid Raya, Puskesmas Blang Bintang masing-masing merawat 3

penderita. RS ZA, Puskesmas Jantho masing-masing merawat 2 penderita, Puskesmas

Lampaseh, dan Puskesmas Peukan Bada masing-masing merawat 1 penderita,

B. Status Gizi Penderita TB Paru

Umumnya status gizi responden yang ikut aktif dalam penelitian baik di Kota

Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar memiliki berat badan yang normal.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan status gizi responden penderita TB paru

disajikan dalam tabel 6 dan rata-rata konsumsi zat gizi dapat dilihat dalam tabel 7.

Tabel 6. Status gizi (BMI /IMT)G responden penderita TB paru

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan Kab. Aceh Besar

N %

1. Body mask indeks

Sangat kurus 64 24,4

Kurus 41 15,6

Normal 129 49,2

Gemuk 17 6,5

Obesitas 9 3,4

Tidak ada hasil 2 0,8

Jumlah 262 100

2 Indeks massa tubuh

< 18,5 105 40,1

18,5 – 25 129 49,2

> 25 26 9,9

Tidak ada hasil 2 0,8

Jumlah 262 100

Berdasarkan tabel 6, sebanyak 129 (49,2%) penderita TB memiliki body mask

indeks normal antara 18,5-25. Penderita yang sangat kurus sebanyak 64 orang, kurus 41

orang, gemuk 17 orang, obesitas 9 orang. Terdapat 2 penderita yang tidak bias diukur

tinggi dan berat badan karena tidak dapat berdiri ataupun duduk. Jumlah responden

dengan BMI normal hampir mencapai 50% dari jumlah responden yang ikut

berpartisipasi. Sebanyak 105 responden memiliki indek masa tubuh kurang dari 18,5.

Page 77: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

57

Tabel 7. Konsumsi zat gizi responden penderita TB paru

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018

Tahap dan konsumsi zat gizi Statistik

Minimum Maksimum Rata-

rata

Range Standar

Deviasi

Tahap 1 (n=108)

- Energi(kcal)

- Karbohidrat(gram)

- Protein(gram)

- Lemak(gram)

145,33

23,67

3,50

1,37

4.452,23

708,13

195,60

162,00

1.424,93

215,11

56.10

40,59

4306,90

684,47

192,10

160,63

841,33

125,66

36,40

33,03

Tahap 2 (n=131)

- Energi(kcal)

- Karbohidrat(gram)

- Protein(gram)

- Lemak(gram)

408,27

53,93

10,23

3,80

4.706,43

798,53

253,87

109,07

1.425,23

224,37

50,67

36,30

4.298,17

744,60

243,63

105,27

699,62

125,22

28,27

22,92

Tahap 3 (n=127)

- Energi(kcal)

- Karbohidrat(gram)

- Protein(gram)

- Lemak(gram)

205,29

27,05

8,25

0,90

3775,60

704,20

471,90

165,40

1.345,63

212,66

52,77

34,80

3.570,31

677,15

463,65

164,50

639,11

112,82

45,64

25,62

Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat rata-rata konsumsi energi paling tinggi adalah

tahap 2 (1.425,23), sedangkan yang paling rendah pada tahap 3 (1.345,63). Rata-rata

konsumsi energi pasien TB tahap 1 dan 2 sama, namun pada tahap ketiga berkurang.

Konsumsi energi pasien TB tahap 1 berkisar antara 583 – 2.266 kkal, tahap 2 antara 725

– 2.124 kkal dan tahap 3 antara 706 – 1.984 kkal. Konsumsi zat gizi lain seperti

karbohidrat, protein, dan lemak mempunyai perbandingan yang tidak jauh berbeda

antara ketiga tahap pengobatan. Perbedaan konsumsi dapat dilihat pada nilai minimum

dan maksimum baik energi, karbohidrat, protein maupun lemak.

C. Penyakit Penyerta Pada Penderita TB

Data terkait penyakit penyerta pada responden penderita TB paru di Kota Banda

Aceh dan Kabupaten Aceh Besar diperoleh dari hasil wawancara responden

menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data tentang penyakit

yang menyertai TB paru dapat dilihat pada tabel 8.

Page 78: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

58

Tabel 8. Penyakit penyerta pada responden gambaran penderita TB paru

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar

N %

1. Penyakit Penyerta

Diabetes mellitus 74 28,2

Bukan Diabetes mellitus 188 71,7 Jumlah 262 100

Berdasarkan data dalam Tabel 8, diperoleh data penyakit penyerta pada

penderita TB paru adalah DM (28,2%). Sedangkan penyakit lain (bukan DM) yang

menyertai sebesar 71,7%, terdiri dari hipertensi, jantung, dispepsia/gastritis, rematik

dan lain-lain.

D. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) Penderita TB Paru

Pengetahuan, sikap dan perilaku responden penderita TB paru diperoleh dari

hasil wawancara terhadap responden menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan data tentang pengetahuan, sikap dan perilaku responden penderita

TB yang dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Pengetahuan, sikap dan perilaku gambaran penderita TB paru

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018

Kategori Pengetahuan Sikap Perilaku

N % N % N %

Baik 54 20,6 101 38,5 228 87

Kurang 208 79,4 161 61,5 34 13

Total 262 100 162 100 262 100

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang TB

paru didapatkan, 54 responden memiliki pengetahuan yang baik dan 208 memiliki

pengetahuan yang kurang baik terhadap TB. Sebanyak 101 (38,5%) responden memliki

sikap yang baik dan 161 (61,5%) responden memiliki sikap yang kurang baik terhadap

TB paru. Namun, 228 responden memiliki perilaku yang baik hanya 34 responden

memiliki perilaku yang kurang baik terhadap TB paru.

Meskipun tidak mencapai 50% jumlah responden memiliki pengetahuan dan

sikap yang baik tentang TB paru namun 87% responden berperilaku baik terhadap TB

paru. Kondisi ini menggambarkan responden/masyarakat akan menerima atau patuh

terhadap program pengendalian TB paru. Namun, karena ketidaktahuan maka banyak

Page 79: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

59

responden yang sikapnya kurang baik terhadap penyakit TB paru. Oleh karena itu,

diperlukan tindakan atau penyuluhan dan pengawasan yang lebih dari pertugas

kesehatan, pengawas minum obat (PMO) atau pendamping lainnya.

E. Lingkungan Fisik Penderita TB Paru

Untuk mengetahui lingkungan fisik penderita TB diperoleh datanya melalui

hasil pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan maka diperoleh data terkait

lingkungan fisik penderita TB paru yang tersaji dalam tabel 10 dan tabel 11.

Tabel 10. Kondisi lingkungan fisik (kamar, dapur dan ruang keluarga gambaran

penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

tahun 2018

Kategori Kepadatan

Kamar

Kondisi kamar

tidur

Kondisi

dapur

Kondisi ruang

keluarga

N % N % N % N %

Baik 106 40,5 217 82,8 215 82,1 222 84,7

Kurang 156 59,5 45 17,2 47 17,9 40 15,3

Total 262 100 162 100 262 100 262 100

Berdasarkan tabel 10, kondisi lingkungan fisik penderita TB paru yang dianalisis

meliputi kondisi kamar dan keadaan rumah. Berdasarkan data dalam Tabel 5 di bawah

ini, 40,5 % responden memiliki kondisi kepadatan kamar (hunian) yang baik, 82,8%

responden memiliki kondisi kamar tidur yang baik, 82,1% responden memiliki kondisi

dapur yang baik dan 84,7% responden memiliki kondisi ruang keluarga yang baik.

Tabel 11. Kondisi lingkungan (lantai, dinding, plavon, lingkungan sekitar, bahan

bakar masak) responden gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar

N %

1. Jenis lantai

Keramik/Ubin/Marmer/Semen 221 84,4

Papan/Bambu/Rotan/Anyaman Bambu 40 15,3

Tanah 1 0,4

Jumlah 262 100

2 Jenis dinding (terluas)

Tembok 187 71,4

Kayu (papan/triplek) 74 28,2

Bambu 1 0,4

Seng 0 0

Page 80: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

60

No Variabel Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar

Jumlah 262 100

3 Jenis plavon

Beton 8 3,1

Gypsum 6 2,3

Asbes 11 4,2

Kayu/Triplek 147 56,1

Tidak ada 90 34,4

Jumlah 262 100

4 Keadaan lingkungan sekitar

Kumuh 22 8,4

Tidak 240 91,6

Jumlah 262 100

5 Penggunaan bahan bakar untuk masak

Kayu bakar 13 5

Arang 1 0,4

Minyak tanah 7 5,7

Gas 241 92

Listrik 0 0

Jumlah 262 100

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat responden yang rumahnya dengan lantai

keramik/ubin/marmer/semen mencapai 84,4 % yaitu 221 responden. Selebihnya yaitu

40 responden (15,3 %) lantai rumah terbuat dari papan/bamboo/rotan/anyaman bamboo

dan hanya 1 responden yang lantai rumahnya tanah. Sedangkan untuk kondisi dnding

rumah, 187 responden berdinding tembok, 74 responden berdinding kayu

(papan/triplek).

Untuk kondisi plavon rumah, 8 responden plavon rumah terbuat dari beton, 6

rsponden dengan plavon rumah terbuat dari gypsum, 11 responden plavon rumahnya

terbuat dari asbes, dan 147 responden yang plavon rumahnya terbuat dari kayu atau

triplek dan 90 responden tidak memiliki plavon rumah.

Untuk kondisi lingkungan dalam kategori kumuh atau tidak kumuh, hasil

analisis data menunjukkan hanya 22 responden tinggal di wilayah yang kumuh

sedangkan 240 responden menetap di wilayah yang tidak kumuh. Secara umum

responden yang terlibat dalam kegiatan ini, menggunakan gas sebagai bahan bakar

untuk memasak, hanya 13 responden yang memasak menggunakan kayu bakar, 1

responden menggunakan arang dan 7 responden menggunakan minyak tanah.

Page 81: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

61

F. Keakuratan Diagnosis TB Paru Menggunakan Beberapa Metode Pemeriksaan

(Mikroskopis, PCR, dan Kultur).

Untuk mengetahui bagaimana keakuratan diagnosis TB paru digunakan

beberapa metode pemeriksaan seperti mikroskopis, PCR dan kultur. Sampel dalam

pemeriksaan ini adalah dahak responden penderita TB paru. Berdasarkan hasil

pemeriksaan diperoleh data terkait hasil pemeriksaan yang dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Keakuratan diagnosis TB dengan pemeriksaan mikroskopis, PCR, dan

kultur gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh

Besar, Provinsi Aceh Tahun 2018 No Variabel Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar

N %

1. Mikroskopis Positif 43 16,4

Negatif 212 80,9

Tidak ada/tidak teridentifikasi 7 2,7

Jumlah 262 100

2 PCR (Gen 16S rRNA ) Positif 215 82,1

Negatif

Tidak teridentifikasi 42

5

16,0

1,9

Jumlah 262 100

2 PCR (Gen IS6110)

Positif 48 18,3

Negatif

Tidak teridentifikasi

209

5

79,8

1,9

Jumlah 262 100

3 Kultur

2+ (100-200 koloni) 5 1,9

1+ (20-100 koloni)

1-19 koloni

Negatif Tidak teridentifikasi

25

8

219 5

9,5

3,1

83,6 1,9

Jumlah 262 100

Berdasarkan tabel 12, hasil analisis sampel dahak yang diperiksa secara

mikroskopis didapatkan 43 BTA positif, 212 BTA negatif dan 7 tidak teridentifikasi.

Untuk sampel dahak yang diperiksa dengan metode PCR dengan gen 16S rRNA

diperoleh banyak sampel yang positif 215 (82,1%), sedangkan dengan gen IS6110, sampel

yang positif nilainya lebih sedikit 48 (18,3%). Ada 5 sampel yang tidak dapat

diidentifikasi karena sampel terdiri dari air liur dan ada sampel yang sudah kering..

Page 82: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

62

Hasil pemeriksaan kultur dahak dari 262 sampel, diperoleh paling banyak hasilnya

negatif (83,6%), sedangkan yang positif 1+ (20-100 koloni) yang terbentuk, yaitu 9,5%,

sedangkan lainnya diperoleh hasil 2+ (100-200 koloni) 1,9%, 1-19 koloni yaitu 3,1 %,

dan 5 sampel tidak dapat didentifikasi karena sampel terdiri dari air liur dan ada sampel

yang sudah kering sehingga tidak di kultur.

G. Sensitivitas Mycobacterium tuberculosis Terhadap Obat Anti Tuberkulosis

(OAT)

Untuk mengetahui sensitivitas kuman M. Tb terhadap OAT maka dilakukan uji

sentivitas terhadap OAT sehingga dapat dilihat OAT apa saja yang masih sensitif dan

resisten terhadap kuman M. Tb. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh sensitivitas

kuman M. Tb terhadap OAT yang disajikan dalam tabel 13.

Tabel 13. Sensitivitas Mycobacterium tuberculosis terhadap Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) pada penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh Tahun 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar

N %

1. Sensitivitas OAT

Susceptible 16 42,1 Monoresisten 18 47,3

Poliresisten

MDR XDR

4

0 0

10,5

0 0

Jumlah 38 100

2. Susceptible dan Resistensi OAT

Susceptible Monoresisten

16

42,1

Streptomisin 4 10,5

Isoniazid (INH) 10 26,3

Rifampisin Etambutol

Poliresisten

Steptomisin dan Isoniazid (INH)

1 3

4

2,6 7,9

10,5 Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 13, sebanyak 38 sampel dahak yang positif dari hasil kultur

kemudian diuji lagi untuk mengetahui sensitivitas M. Tb terhadap OAT. Dari 38 sampel

dinilai kepekaan terhadap OAT, yaitu streptomisin, isoniazid (INH), rifampisin dan

etambutol. Monoresisten OAT paling tinggi diantara resisten OAT yaitu sampai 47,3%

dan isoniazid (INH) adalah yang paling tinggi resistennya dibanding OAT lainnya

Page 83: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

63

(26,3%). Sebanyak 42,1% masih susceptible terhadap OAT dan 10,5% dengan kondisi

poliresisten terhadap dua OAT yaitu streptomisin dan isoniazid (INH).

H. Proporsi Penderita TB Paru Yang Mengalami Diabetes Mellitus

Untuk mendapatkan proporsi penderita TB paru yang mengalami diabetes mellitus

maka dilakukan pemeriksaan HbA1C pada sampel darah. Prevalensi penderita TB paru

yang mengalami diabetes mellitus dapat dilihat dalam tabel 14.

Tabel 14. Proporsi penderita TB paru yang mengalami diabetes mellitus

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan Kab. Aceh Besar

N %

1 Pemeriksaan Darah

(HbA1C)

Diabetes 74 28,2

Tidak diabetes 174 66,4

Tidak teridentifikasi 14 5,3

Jumlah 262 100

Rata-rata kadar HbA1C = 7,011

Berdasarkan tabel 14, diperoleh hasil bahwa populasi penderita TB yang

mengalami DM sebanyak 28,2%. Sisanya menunjukkan kondisi tidak DM dan terdapat

14 sampel sampel darah yang tidak memenuhi syarat untuk diperiksa HbA1C.

I. Respon Imun Penderita TB-DM dan TB Tanpa DM.

Untuk menilai respon imun penderita tuberkulosis dengan diabetes mellitus dan

penderita tuberkulosis tanpa diabetes mellitus maka dilakukan pemeriksaan IGRA

(Interferon Gamma Release Assay) atau IFN-γ dan TNF-α. Hasil respon imun

responden untuk pemeriksaan IFN-γ dapat dilihat dalam gambar 1, 2, 3, dan 4 dibawah

ini.

Page 84: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

64

Gambar 1. Rata-rata konsentrasi IFN-γ penderita TB-DM (TB 1) pada

gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh

Besar, Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 2,2863 IU/Ml

Gambar 2. Rata-rata konsentrasi IFN-γ penderita TB- tanpa DM (TB 1) pada

gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar,

Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 1,9035 IU/mL

Konsentrasi IFN-ɣ Pasien TB-Non DM

Page 85: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

65

Berdasarkan gambar 1 dan 2 hasil pemeriksaan kadar IFN-γ yang dilakukan

dengan teknik IGRA pada tabung TB 1 memperlihatkan konsentrasi IFN-γ lebih tinggi

pada kelompok TB DM dibandingkan dengan TB tanpa DM.

Gambar 3. Rata-rata konsentrasi IFN-γ penderita TB-DM (TB 2) pada

gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh

Besar, Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 2,7818 IU/mL

Konsentrasi IFN-ɣ Pasien TB-DM

Page 86: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

66

Gambar 4. Rata-rata konsentrasi IFN-γ penderita TB- tanpa DM (TB 2)

pada gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 2,4982 IU/mL

Berdasarkan gambar 3 dan 4 hasil pemeriksaan kadar IFN-γ yang dilakukan

denga n teknik IGRA pada tabung TB 2 memperlihatkan konsentrasi IFN-γ lebih

tinggi pada kelompok TB DM dibandingkan dengan TB tanpa DM.

Hasil respon imun responden untuk pemeriksaan TNF-α. dapat dilihat dalam

gambar 5 dan 6 dibawah ini.

Page 87: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

67

Gambar 5. Rata-rata konsentrasi TNF-α pada pasien TB DM pada

gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh

Besar, Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 0,0872 pg/mL

Gambar 6. Rata-rata konsentrasi TNF-α pada penderita TB tanpa DM

pada gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 0,1585 pg/mL

Konsentrasi Protein TNF-α Pasien TB-DM

Konsentrasi Protein TNF-α Pasien TB-Non DM

Page 88: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

68

Berdasarkan gambar 5 dan 6 hasil pemeriksaan kadar TNF-α pada serum

penderita TB-DM dan TB –Non DM dilakukan dengan teknik sandwich ELISA di

peroleh hasil bahwa pada kelompok TB tanpa DM konsentrasi TNF alfa cenderung

lebih tinggi dibandingkan kelompok TB DM. Dengan kata lain pada serum penderita TB-

DM, konsentrasi protein TNF-α lebih rendah dibandingkan dengan penderita TB tanpa DM.

J. Tingkat Kesembuhan Penderita TB Paru Berdasarkan Pemeriksaan

Mikroskopis dan Kultur.

Tingkat kesembuhan pasien TB paru dinilai berdasarkan h. Persentase tingkat

kesembuhan dapat dilihat dalam tabel 15.

Tabel 15. Tingkat Kesembuhan Penderita TB Paru berdasarkan pemeriksaan

mikroskopis dan kultur di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi

Aceh tahun 2018

No Variabel Kota Banda Aceh dan Kab. Aceh

Besar

N %

1. Pemeriksaan Mikroskopis Tahap 3 (akhir)

Positif 1 3,3

Negatif 29

96,6

Jumlah 30 100

2. Pemeriksaan Kultur Tahap 3 (akhir)

Positif 1 3,7 Negatif 26

96,3

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 15, diperoleh hasil pemeriksaan mikroskopis dan kultur tahap

tiga (tahap akhir/bulan ke 6 pengobatan) memperlihatkan tingkat kesembuhan yang

besar dan signifikan berdasarkan banyaknya nilai pemeriksaan yang negatif.

Page 89: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

69

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di PRM dan rumah sakit yang telah menerapkan DOTS

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dengan menelusuri pasien TB. Target

sampel yang seharusnya dicapai sebanyak 508 responden (total populasi/ tahun), namun

yang didapatkan hanya 262 responden. Hal ini disebabkan karena pada saat

pengumpulan data untuk pengambilan sampel dimulai dari bulan Juli sampai Desember

2018 (pengumpulan data sudah pertengahan tahun), sehingga jumlah yang terjaring juga

lebih sedikit dari target. Selain itu faktor kurangnya tenaga pengumpul data dan lokasi

yang jauh membuat tim kewalahan dalam mendapatkan data tersebut.

A. Karakteristik Responden Penderita TB Paru

TB paru masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang

termasuk Indoensia. Sebanyak 262 responden ikut berpartisipasi dalam penelitian

gambaran penderita tuberkulosis (TB) paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh

Besar pada tahun 2018. Sama halnya dengan hasil penelitian ini, pada beberapa kajian

sebelumnya jumlah penderita TB paru didominasi oleh laki-laki. Gambaran penderita

TB di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar sebagian besar

responden yang terlibat adalah laki-laki pada usia produktif.4

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Saraswati DL (2014) bahwa prevalensi

diabetes mellitus dan TB Paru di Semarang Utara lebih dominan laki-laki yaitu 35 dari

60 responden.52

Demikian juga halnya di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr.

M. Djamil Padang, responden yang di rawat dan ikut serta pada kegiatan insidensi TB

pada pasien diabetes mellitus terbanyak ditemukan pada kelompok jenis kelamin laki-

laki (58,62%) usia <60 tahun (72,41%) dengan rata-rata usia 54,66 tahun,53

namun rata-

rata usia tersebut berbeda dengan rata-rata usia dalam penelitian ini yaitu 45 tahun.

Berdasarkan Tabel 1, dominan penderita TB tingkat pedidikannya tamat SLTA.

Hal ini berbeda dengan survei di Puskesmas Seberang Ulu 1 Palembang. Karakteristik

penderita TB paling banyak adalah berpendidikan tingkat sekolah dasar namun tetap

dominan pada laki-laki kelompok usia produktif (12-35 tahun) dan usia dewasa (49-61

tahun). Umumnya karakteristik penderita TB paru adalah mereka memiliki pekerjaan

sebagai buruh, sosial ekonomi rendah serta perokok aktif.54,55

Berdasarkan pekerjaan,

Page 90: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

70

hasil analisis data dalam penelitian ini menujukkan bahwa buruh lebih banyak

menderita TB paru.

B. Status Gizi Penderita TB Paru

Status gizi responden penderita TB terbanyak adalah normal (sebanyak 129

responden) dengan indeks massa tubuh normal antara 18,5-25. Namun, 105 responden

tergolong kurus dan sangat kurus. (Tabel 2). Hal ini juga serupa dengan yang dilaporkan

oleh Putri (2016), penderita TB Paru yang dirawat di RSUD Arifin Ahmad Pekan Baru,

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan dan

Malnutrition Universal Screening Tools (MUST) maka responden terbanyak tergolong

underweight, malnutrisi dan berisiko tinggi akan mengalami malnutrisi. 56

Pada penderita TB paru yang dirawat terjadi penurunan nafsu makan

disebabakan oleh mual,muntah, batuk darah, dan sesak napas berat. Hal ini

mengakibatkan asupan nutrisi (karbohidrat, lemak, protein) menjadi berkurang.

Akibatnya tubuh kekurangan energi sehingga terjadi pemecahan massa lemak dan otot

yang berakibat terhadap penurunan berat badan yang pada akhirnya mempengaruhi

IMT.56

Selain itu, penurunan nafsu makan dapat terjadi karena infeksi Mycobacterium

tuberculosis merangsang aktifasi makrofag oleh IFN-γ dan produksi pirogen endogen

IL-1, IL-4, IL-6 dan TNF-α. Metabolisme pirogen endogen ini akan memberikan sinyal

ke hipotalamus yang merangsang produksi prostaglandin berakibat pada rangsangan

cortex cerebral sehingga terjadi akumulasi produksi leptin yang mebuat supresi nafsu

makan. 57,58

Rentang umur terbanyak responden penderita TB paru berada pada kisaran 31-

45 tahun dan 46-60 tahun. Angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk orang

Indonesia (per orang per hari) untuk laki-laki 30-49 tahun adalah 2625 kkal, umur 50-64

tahun adalah 2325 kkal. Sedangkan untuk perempuan umur 30-49 tahun 2150 kkal dan

umur 50-64 tahun adalah 1900 kkal.59

Kebutuhan energi pasien TB paru dalam

penelitian ini tidak terpenuhi karena hanya sekitar 1400 kkal pada tahap 1 dan 2

sedangkan pada tahap 3 malah turun jadi 1300-an kkal. Pengaturan pola makan dan

perbaikan status gizi dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien TB paru sehingga

dapat memperbaiki kualitas hidup.42

Mayoritas penderita TB paru yang tidak bekerja

Page 91: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

71

memungkinkan mereka tidak memiliki penghasilan yang layak untuk memenuhi

kebutuhan gizi mereka.

C. Penyakit Penyerta Pada Penderita TB Paru

Untuk penyakit penyerta pada penderita TB paru sangat bervariasi. Sebanyak 33

responden menyatakan bahwa penyakit yang dirasakan bersamaan dengan penyakit TB

adalah penyakit lambung serta 15 responden mengalami diabetes millitus. Infeksi

Mycobacterium tuberculosis berakibat penurunan asupan, malabsorpsi nutrien dan

perubahan metabolisme tubuh yang berefek pada proses penurunan massa otot dan

lemak sebagai manifestasi malnutrisi energi protein. Gejala klinis penderita TB yang

berhubungan dengan status nutrisi buruk adalah anoreksia, penurunan berat badan serta

penurunan kadar albumin serum.43,57

Menurut pendapat Baghei, di wilayah yang

endemik TB, maka kasus diabetes mellitus dapat meningkat58

dan pendapat Bailey

(2011), pada penderita TB maka akan memicu terjadi diabetes millitus sehingga

semakin memperparah infeksi TB.60

D. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) Penderita TB Paru

Pengetahuan dan sikap responden terhadap infeksi TB paru dapat dikatakan

belum cukup baik. Hal ini tergambarkan dari 262 responden yang terlibat hanya 20,6%

dan 38,5% yang memiliki pengetahaun yang baik terhadap gambaran infeksi TB paru.

Akan tetapi, perilaku responden terhadap infeksi TB sudah cukup baik, ini terlihat dari

262 responden yang diwawancara 87% berperilaku baik terhadap infeksi TB paru. Hal

yang sama juga terjadi di Tangerang, umumnya responden belum mengetahui secara

benar tentang tanda-tanda TB paru namun perilaku mencari pengobatan sudah cukup

baik ini dimana umumnya penderita berobat ke fasilitas kesehatan (Puskesmas).61,62

Pengetahuan masyarakat di wilayah Tanah Datar Sumatera Barat tentang TB

paru relatif cukup baik. Walaupun sebagian masyarakat lainnya masih beranggapan

bahwa penyebab penyakit TB paru adalah berkaitan dengan hal-hal yang ghaib/magic

dan karena keturunan.63

Nygroho dan Astuti berpendapat, lebih dari 50% responden

yaitu 14 responden (56%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan mayoritas

responden memiliki sikap baik yaitu 24 responden (96%) dan sebagian besar responden

Page 92: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

72

memiliki sikap baik dan cukup 11 responden (44%) terhadap pencegahan tuberkulosis

paru.64

E. Lingkungan Fisik Penderita TB Paru

Menurut pendapat Siddiq (2013), rumah yang padat (OR=0,775) dan ventilasi

rumah yang kurang (OR=1,220) tidak menjadi faktor risiko infeksi TB paru, yang

menjadi faktor risiko adalah kelembaban rumah yang tidak memenuhi syarat

(OR=2,974), 65

dan energi penerangan (OR = 1,804, p = 0.032). Pendapat Rukmini,

hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 di Indoensia, kondisi rumah tidak padat huni

(baik) pada penderita TB paru mencapai 145 (76,4%) responden. Oleh karena itu,

kondisi hunian yang baik pada penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar

pada tahun 2018 di bawah persentase responden penderita TB nasional.66

Namun, bila

kita rujuk pada kondisi kamar tidur dan ruang keluarga, maka persentase responden TB

paru di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar lebih dari persentase nasional yaitu 82,1%

dan 84,7%.

Persentase nasional hasil riskesdas tahun 2010 oleh Rukmini, lantai yang

memenuhi syarat kesehatan mencapai 63,9% (122 responden TB). Demikian juga

halnya dengan jenis dinding rumah. 95,8% responden penderita TB memenuhi syarat

dinding rumah yang baik dan 91 responden penderita TB memenuhi syarat

plafon/langit-langit kamar yang baik. Namun belum dijelaskan lantai, dinding dan

plafon terbuat dari bahan apa.66

F. Keakuratan Diagnosis TB Paru Menggunakan Beberapa Metode Pemeriksaan

(Mikroskopis, PCR, dan Kultur)

Klasifikasi tuberkulosis paru sebagai penyakit menular berdasarkan hasil

pemeriksaan dahak secara mikroskopis maka dapat diketahui BTA positif dan BTA

negatif. Hasil mikroskopis pada 262 responden TB paru adalah 212 responden (80,9%)

BTA negatif dan hanya 43 responden (16,4%) yang BTA positif. Hal ini serupa dengan

pendapat Ramadhan R (2017), dari 29 responden yang diperiksa, hanya 3,4% (1

responden) yang BTA positif dan 96,6% (28 responden) BTA negatif. 14

Hasil yang

berbeda didapatkan oleh Nurkumalasari (2016), dari 270 responden yang diperiksa 208

BTA positif (77%), dan hanya 62 responden (23%) BTA negatif.67

Page 93: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

73

Dalam penelitian ini amplifikasi PCR menggunakan gen target IS6110 dan 16S

rRNA. Pemeriksaan PCR menggunakan gen 16S rRNA mendapatkan banyak hasil yang

positif dibandingkan dengan gen IS6110. Gen 16S rRNA dapat dijumpai pada setiap

organisme dan merupakan gen yang memiliki sifat lestari. Struktur yang lestari ini membuat

gen 16S rRNA dapat digunakan dalam PCR dan analisis sekuensing.68 Untuk tujuan klinis

praktis, organisme yang sulit untuk dikultur seperti Mycobacterium tuberculosis, maka

penggunaan biomarker gen 16S rRNA menawarkan metode identifikasi yang lebih mudah

untuk kebutuhan perawatan pasien yang sudah kritis dan mengendalikan epidemi

populasi.69 Pemeriksaan PCR konvensional maupun real-time PCR menggunakan gen target

16S rRNA diperoleh hasil lebih sensitif dalam mendeteksi Mycobacterium tuberculosis

complex.70 Sementara itu, dari hasil penelitian lain menyebutkan uji PCR dengan gen target

IS6110 sensitivitasnya hanya 49,2%.71

Deteksi M. Tb baik dengan teknik PCR maupun dengan pemeriksaan kultur

secara statistik terdapat perbedaan bermakna dari deteksi BTA secara mikroskopik.28

Studi lain mengungkapkan pemeriksaan molekular cepat seperti PCR lebih dari satu gen

terget & Real Time PCR mempunyai peranan penting untuk diagnosis dini (mengurangi

durasi waktu) untuk kasus-kasus TB ekstra paru yang tidak dapat didiagnosis dengan

metode pewarnaan dan kultur.72

Interpretasi hasil PCR harus dikombinasikan dengan

temuan klinis dan radiologis pasien untuk kasus di mana hasil prosedur konvensional

yang tidak jelas hasilnya.73

Teknik PCR merupakan metode yang cepat dan handal

untuk diagnosis TB paru dan ekstra paru. Hasil positif tertinggi didapatkan dari sampel

sputum dan terendah dari spesimen darah.74

Namun, sampai saat ini metode kultur

merupakan baku emas pemeriksaan dahak untuk mendiagnosis TB paru berdasarkan

tingkat keakuratan.

G. Sensitivitas Mycobacterium tuberculosis Terhadap OAT

Pada penelitian ini diperoleh hasil resistensi M. Tb terhadap isoniazid lebih tinggi, yaitu

26,3% dibanding OAT lainnya. Sejalan dengan hasil penelitian Yuniarti dari hasil uji

sensitivitas kuman M. Tb terhadap OAT pada pasien TB paru dengan DM diperoleh

hasil resistensi terhadap satu obat yaitu isoniazid sampai 10% dan OAT lainnya tidak

terdapat resistensi.75

. Tidak adekuatnya pengobatan dan ketidakpatuhan penderita TB

paru mengkonsumsi isoniazid (INH) merupakan faktor tersering menyebabkan mutasi

pada gen KatG Ser315Thr (G944C). Mutasi pada kodon ini adalah penyebab tersering

Page 94: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

74

terjadinya resistensi INH dan hal ini sangat berpotensi menjadi marker genetik untuk

memprediksi MDR-TB.76

Hasil penelitian lain juga menyebutkan telah terjadi resistensi

Mycobacterium sp. terhadap isoniazid, dimana 40% dari total isolat adalah resisten,

20% adalah intermediate resistant dan 40% adalah sensitif.77

Untuk kasus poliresisten

OAT ditemukan juga pada ethambutol dan streptomycin sebesar 47,1%.78

H. Proporsi Penderita TB Paru yang Mengalami Diabetes Mellitus

Menurut Amare (2013), penderita DM berisiko 3 kali berkembang menjadi TB

paru aktif dibanding yang tidak DM.79

Sementara itu Magee MJ (2011) dalam

reviewnya mengatakan, pada beberapa negara yang endemis TB paru, akan terjadi

peningkatan prevalensi tertinggi TB paru dengan insiden TB paru akibat DM dari

11,4% kasus menjadi 14,1% kasus pada tahun 2030.80

Dalam penelitian ini, yang

menjadi subjek penelitian adalah penderita TB paru namun kemudian saat dilakukan

pemeriksaan HbA1C ditemukan 74 responden merupakan penderita DM (28,2 %).

Tingkat HbA1C lebih tinggi pada kelompok pasien DM + TB (rata-rata menjadi 8,1 ±

0,56%).81

Diabetes mellitus memiliki faktor risiko aktif 2 kali lebih tinggi terhadap

kematian dan komorbiditas pada 16% kematian pada penderita TB.65,82

I. Respon Imum Penderita TB Paru dengan Diabetes Mellitus dan TB Paru Tanpa

Diabetes Mellitus

Penyakit DM memberikan dampak terhadap penurunan kualitas sumber daya

manusia dan merupakan penyakit menahun bahkan diderita seumur hidup. Diabetes

mellitus merupakan salah satu fakto risiko paling penting untuk terjadinya perburukan

TB. Diabetes mellitus type 2 merupakan penyumbang terbesar diseluruh dunia.20

Penelitian yang dilakukan di Jakarta dan Bandung menunjukkan prevalensi DM pada

pasien TB yaitu berturut-turut sebanyak 17,1% dan 11,6 %.46

Diabetes mellitus pada penderita TB paru menyebabkan kegagalan dalam

pengobatan dan memperburuk penyakit dibandingkan dengan TB paru tanpa DM.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kaitan DM dengan TB, DM merupakan

faktor risiko yang penting dalam perkembangan TB aktif. DM yang merupakan

penyakit kronis akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga kemungkinan

terserang TB aktif menjadi 3 kali lebih tinggi.83

Peningkatan risiko dan tingkat

Page 95: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

75

keparahan penyakit TB, DM signifikan memberi dampak negatif terhadap kesehatan

masyarakat, khususnya di negara-negara di mana kedua keadaan tersebut lazim terjadi.

Mengingat kompleksitas mekanisme komplikasi diabetes dan banyak hal yang ikut

terlibat, kemungkinan respon imun terhadap infeksi M. Tb terpengaruh di banyak

tingkatan84

Penyakit TB paru dengan diabetes ditandai dengan meningkatnya respon sitokin yang

mengindikasikan adanya peradangan kronis yang mendasari DM tipe 2. Hal ini

berpotensi untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan patologi kekebalan dan

kontrol yang buruk pada infeksi TB paru.85

Fungsi efektor untuk eliminasi bakteri

dimediasi oleh makrofag yang diaktifkan oleh sitokin yang berasal dari limfosit T,

khususnya IFN-γ dan TNF-α.86

Pemeriksaan IGRA dinilai cocok untuk diagnosa infeksi

TB pada pasien DM dan diperlukan untuk menilai risiko penyakit TB. Sensitivitas

IGRA juga tidak terganggu oleh diabetes pada penderita TB. Meningkatnya jumlah

pasien diabetes yang terpapar M. Tb, IGRA mungkin terbukti menjadi instrumen yang

bernilai untuk membantu pencegahan TB.87

J. Tingkat Kesembuhan Penderita TB Paru Berdasarkan Pemeriksaan

Mikroskopis dan Kultur

Kebijakan tentang tata laksana TB paru dan peningkatan program DOTS untuk

kesembuhan penderita TB paru perlu terus ditingkatkan. Tingkat kesembuhan penderita

TB paru sangat dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat, pengawas minum obat (PMO),

dan perilaku buang dahak. Puskesmas dapat berperan untuk meningkatkan penyuluhan

pada penderita tentang pentingnya dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, peran

PMO dan perilaku buang dahak terhadap kesembuhan penderita TBC.88

Hasil penelitian lain menyebutkan, perbedaan gender berdampak pada angka

kejadian tuberkulosis, baik pada proses penemuan kasus, diagnosis, maupun

pengobatan.89

Pengobatan TB paru di puskesmas gratis, tetapi masih banyak penderita

TB paru yang putus minum obat di tengah jalan karena anggapan mereka bahwa

penyakitnya sudah sembuh. Faktor pengetahuan yang masih kurang dan persepsi

terhadap penyakit TB paru masih negatif. Faktor pendidikan juga ikut mempengaruhi

kepatuhan pasien untuk minum obat.90

Penemuan pasien TB paru, melakukan

Page 96: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

76

pengobatan yang intensif dan tuntas sampai sembuh merupakan cara untuk

menanggulangi penyakit TB paru.91

Page 97: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

77

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gambaran penderita TB paru pada 262 responden di Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar adalah :

1. Umumnya TB paru terjadi pada laki-laki, dengan rerata umur 45 tahun,

mayoritas tingkat pendidikan adalah tamat SLTA, tidak bekerja dan paling

banyak merupakan pasien baru.

2. Umumnya status gizi responden tergolong baik.

3. Berdasarkan food recall, kebutuhan energi pasien TB tidak terpenuhi dengan

baik dinilai dari konsumsi energi rata-rata sesuai dengan pedoman gizi

seimbang.

4. Penyakit penyerta pada pasien TB paru terbanyak adalah DM.

5. Pengetahuan dan sikap responden tentang TB paru rata-rata kurang, sedangkan

perilaku rata-rata baik.

6. Kepadatan kamar (lingkungan fisik) dinilai masih kurang, sedangkan untuk

kondisi kamar tidur, dapur dan ruang keluarga rata-rata nilainya baik.

7. Hasil pemeriksaan mikroskopis dan kultur sebagian besar negatif, namun

pemeriksaan dengan PCR sebagian besar menunjukkan hasil yang positif

terutama untuk gen 16S rRNA.

8. Obat anti tuberkulosis sebagian besar masih susceptible dan sebagian kecil telah

terjadi poliresisten untuk jenis OAT streptomisin dan isoniazid (INH).

9. Proporsi penderita TB yang mengalami DM cukup tinggi (28,2%) dari hasil

pemeriksaan HbA1C.

10. Konsentrasi IFN-γ lebih tinggi pada kelompok TB-DM (2,2863 IU/mL)

dibanding kelompok TB tanpa DM (1,9035 IU/mL), sedangkan konsentrasi TNF

α cenderung lebih tinggi pada kelompok TB tanpa DM (0,1585 pg/ mL),

dibandingkan kelompok TB-DM (0,0872 pg/ mL).

11. Tingkat kesembuhan responden penderita TB paru berdasarkan hasil

pemeriksaan mikroskopis dan kultur tahap dua dan tiga memperlihatkan tingkat

kesembuhan yang tinggi.

Page 98: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

78

B. Saran

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pencegahan dan penularan penyakit TB

paru.

2. Masyarakat diharapkan memiliki motivasi yang tinggi untuk memperoleh

pengetahuan tentang TB paru sehingga akan lebih baik dalam melakukan

penatalaksanaan TBC.

3. Meningkatkan kelengkapan profil pasien TB paru terutama di Puskesmas.

4. Pemerintah perlu memantau penyedia layanan kesehatan dalam pengobatan TB paru

dan menyediakan kualitas obat yang adekuat dengan kadar terapetik yang tepat.

5. Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan untuk terus menemukan

penderita TB paru di masyarakat dan memantau PMO dalam mendampingi pasien

minum obat secara rutin dan teratur.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. WHO. Global Tuberculosis Report 2014. Vol 2014.; 2014.

doi:10.1155/2014/187842.

2. Kusuma HMSC. Diagnostik Tuberkulosis Baru. Sari Pediatr. 2007;8(4):143-151.

3. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis. 2014.

4. Marissa N, Nur A. Gambaran infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anggota

rumah tangga pasien Tb paru ( Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Darul

Imarah Kabupaten Aceh Besar ). Media Litbang Kesehat. 2014;24(2):89-94.

5. Girsang M, Tobing K, Rafrizal. Faktor Penyebab Kejadian Tuberculosis serta

Hubungannya dengan Lingkungan Tempat Tinggal di Provinsi Jawa Tengah

(Analisis Lanjut Riskesdas 2007). Bul Penelit Kesehat. 2011;39(1):34-41.

6. World Health Organization. World Health Statistics - Monitoring Health for the

SDGs.; 2016. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

7. Balitbangkes RI. Hasil utama Riskesdas. https://www.litbang.kemkes.go.id/hasil-

Page 99: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

79

utama-riskesdas-2018/. Published 2018. Accessed February 27, 2018.

8. Aditama TY, Dkk. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014 Di Indonesia.

Jakarta; 2015.

9. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta; 2016.

doi:351.077 Ind.

10. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2015. Banda

Aceh; 2016.

11. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Kasus Tuberkulosis Di Aceh.(2016).

12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Indonesia;

2016:1-163.

13. Hadifah Z. Identifikasi Mycobacterium Tuberculosis Di Tiga Kabupaten Provinsi

Aceh Tahun 2014. Banda Aceh; 2014.

14. Ramadhan R. Analisis Keakuratan Pemeriksaan Mikroskopis TB Dibandingkan

Dengan Metode PCR Di Aceh Besar. Banda Aceh; 2016.

15. Utami BS, Harun S, Ekowatiningsih R, Yuwarni E, Kurniawan L, Aditama TY.

Uji validitas teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dan pemeriksaan

mikroskopis bakteri tahan asam sebagai alat diagnosis penderita TB paru di

Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Media Litbang Kesehat. 2002;XII(3):24-29.

16. Erma Lestari. Nilai diagnostik pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam metode

konsentrasi dibandingkan dengan kultur pada sputum tersangka tuberkulosis

paru. 2005.

17. Pusdatin Kemenkes RI. Infodatin Tuberkulosis : Temukan Obati Sampai

Sembuh. Pusdatin Kemenkes RI. 2016:2-10. doi:24442-7659.

18. Roselinda, Setiawaty V. The stages of HIV infection and the risk of opportunistic

Tuberculosis infection. Heal Sci J Indones. 2015;6(2):121-125.

Page 100: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

80

19. Sahal YP, Afghani A, Nilapsari R. Hubungan jumlah sel limfosit dengan usia dan

status nutrisi pada penderita tuberculosis. Glob Med Heal Commun.

2014;2(2):73-78.

20. WHO. Global Report on Diabetes. Geneva, Switzerland; 2016.

21. Pangaribuan L, Lolong DB. Faktor Determinan Terjadinya Tuberculosis di

Indonesia, 2007. Ekol Kesehat. 2010;9(1):116-117.

22. Mihardja L, Lolong DB, Lannywati. G. Prevalensi Diabetes Melitus pada

Tuberculosis dan Masalah Terapi. J Ekol Kesehat. 2015;14(4):350-358.

23. Wulandari DR, Sugiri YJ. Diabetes Melitus dan Permasalahannya pada Infeksi

Tuberkulosis. J Respirasi Indones. 2013;33(2):126-134.

24. PDPI. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Di Indonesia.

Jakarta: Persatuan Dokter Paru Indonesia; 2006.

25. Sirait N, Parwati I, Dewi NS, et al. Validitas Metode Polymerase Chain Reaction

GeneXpert MTB / RIF pada Bahan Pemeriksaan Sputum untuk Mendiagnosis

Multidrug Resistant Tuberculosis. Maj Kedokt Bandung. 2013;45(4):234-240.

26. Frida E, Ibrahim S. Tuberculosis (Analysis of Acid Fast Bacilli ( AFB ) Findings

and Concentrated Slides in Suspected Tuberculosis ). Indones J Clin Pathol Med

Lab. 2006;12(2):62-64.

27. Inayati. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Mikroskopis Sputum BTA Pada Pasien

Klinis Tuberkulosis Paru Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta;

2016.

28. Jasaputra DK, Onggowidjaja P, Soeng S. Akurasi Deteksi Mycobacterium

tuberculosis dengan Teknik PCR menggunakan “ Primer X ” dibandingkan

dengan Pemeriksaan Mikroskopik ( BTA ) dan Kultur Sputum Penderita dengan

Gejala Tuberkulosis Paru. Maranatha J Med Heal. 2004;5(1 Juli 2015):7-14.

29. WHO. Global Tuberculosis Report. Geneva, Switzerland; 2016.

30. Rinanda T, Y A. Molecular Analysis of Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamide,

Page 101: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

81

Ethambutol and Streptomycin of Mycobacterium Tuberculosis Isolates in

Suspected Mulltidrug Resistant Tuber- Culosis Patients in Aceh. Jakarta; 2013.

31. Doucette K, Cooper R. Tuberculosis. In: Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, et

al., eds. Fishman’s Manual of Pulmonary Diseases and Disorders. Philadelphia:

McGraw Hill; 2002.

32. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Diagnosis Dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2008.

33. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis Paru. In: Aru S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta: FKUI; 2007.

34. Syahrini H. Tuberkulosis Paru Resistensi Ganda. 2008:1-19.

35. Munir SM, Nawas A, Soetoyo DK. Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru

dengan Multidrug Resistant ( TB-MDR ) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan.

J Respir Indo. 2010;30(2):92-104.

36. Teguh WJ, Jasaputra DK, Roostati. RL. Analisis Kadar Interferon Gamma Pada

Penderita Tuberkulosis Paru dan Orang Sehat. J Respir Indo. 2010;30(2):119-

124.

37. Tambunan, Agustina B, Wiwin J, Nugraha J, Soedarsono. CD4+ dan CD8+

Iterferon Gamma Tuberkulosis Paru Aktif dan Tuberkulosis Laten. J Clin Pathol

Med Lab. 2016;22(2):137-140.

38. Novriandi F. Kadar interferon gamma ( IFN- γ ) cairan pleura pada efusi pleura

tuberkulosis dan non-tuberkulosis. 2016.

39. Setiawan H, Nugraha J. Analisis Kadar IFN-γ dan IL-10 pada PBMC Penderita

Tuberkulosis Aktif, Laten dan Orang Sehat, Setelah di Stimulasi dengan Antigen

ESAT-6. J Biosains. 2016;18(1).

40. Mohan VP, Scanga CA, Yu K, et al. Effects of Tumor Necrosis Factor Alpha on

Host Immune Response in Chronic Persistent Tuberculosis: Possible Role for

Limiting Pathology. Infect Immun. 2001;69(3):1847-1855.

Page 102: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

82

doi:10.1128/IAI.69.3.1847.

41. Masdar H. Pencegahan Komplikasi Tuberculosis Akibat Pemberian Tnf- Α

Antagonis. Maj Kedokt Andalas. 2009;33(1 Januari-Juni):1-7.

42. Puspita E, Christianto E, Yovi I. Gambaran Status Gizi Pada Pasien Tuberkulosis

Paru (TB Paru) Yang Menjalani Rawat Jalan Di RSUD Arifin Achmad Pekan

Baru. JOM FK. 2016;3(2):1-16.

43. Gupta KB, Gupta R, Atreja A, Verma M, Vishvkarma S. Tuberculosis and

nutrition. Lung India. 2009;26(1):9-16.

44. Karyadi E, Schultink W, Nelwan RHH, et al. Community and International

Nutrition Poor Micronutrient Status of Active Pulmonary Tuberculosis Patients

in Indonesia 1. J Nutr. 2000;130(12):2953-2958.

45. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-Infeksi Tb-

Hiv.; 2012.

46. Alisjahbana B, Sahiratmadja E, Nelwan EJ, et al. The Effect of Type 2 Diabetes

Mellitus on the Presentation and Treatment Response of Pulmonary

Tuberculosis. Clin Infect Dis. 2007;45(4):428-435. doi:10.1086/519841.

47. Wijayanto A, Burhan E, Nawas A, Rochsismandoko. Faktor Terjadinya

Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. J Respir Indo.

2015;35(1):1-11.

48. Ljubiæ S, Balachandran A, Pavliæ-Renar I, Barada A, Metelko1 Z. Pulmonary

infections and diabetes mellitus. Diabetol Croat. 2004;33(4):115-124.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8739488.

49. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; 2013. doi:10.1007/s13398-

014-0173-7.2.

50. Menteri Sekretaris Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Indonesia; 2003.

51. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Page 103: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

83

1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam

Rumah. 2011:1-32.

52. Saraswati LD. Prevalens diabetes mellitus dan tuberkulosis paru. J Kesehat

Masy. 2014;9(2):192-196.

53. Fauziah DF, Basyar M, Manaf A. Insidensi tuberkulosis paru pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr . M .

Djamil Padang. J Kesehat Andalas. 2016;5(2):349-354.

54. Novita E, Ismah Z. Studi karakeristik pasien tuberkulosis di Puskesmas Seberang

Ulu Palembang. Unnes J Public Heal. 2017;1(1):218-224.

doi:https://doi.org/10.15294/ujph.v6i4.15219.

55. Mahfuzhah I. Gambaran faktor resiko penderita tb paru berdasarkan status gizi

dan pendidikan di RSUD Dokter Soedarso. Progr Stud Pendidik Dr. 2014.

doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

56. Putri wina asri, Munir S melati, Christiano E. Gambaran Status gizi pada pasien

tuberkulosis paru yang menjalani rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

JOM FK. 2016;3(2):1-16.

57. Pratomo IP, Burhan E, Tambunan V. Malnutrisi dan Tuberkulosis. J Indones

Med Assoc. 2014;62(6 June 2012):230-236.

58. Baghaei P, Marjani M, Javanmard P, Tabarsi P, Masjedi MR. Diabetes mellitus

and tuberculosis facts and controversies. J Diabetes Metab Disord.

2013;12(58):2-8. doi:10.1186/2251-6581-12-58.

59. Kemenkes. Pedoman Gizi Seimbang.; 2014.

60. Bailey S Lou, Grant P. The tubercular diabetic: the impact of diabetes mellitus on

tuberculosis and its threat to global tuberculosis control. Clin Med (Northfield Il).

2011;11(4):344-347.

61. Manalu HSP, Sp R. Pengetahuan sikap dan perilaku penderita tb paru di

Kabupaten Tangerang. J Ekol Kesehat. 2010;9(2):1200-1206.

Page 104: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

84

62. Manalu HSP, Sukana B. Aspek pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat

kaitannya dengan penyakit TB paru. Media Litbang Kesehat. 2011;21(1):39-46.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php.

63. Media Y. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit

tuberkulosis (TB) paru di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar

Propinsi Sumatera Barat. Media Litbang Kesehat. 2011;21(2):82-88.

64. Nugroho FA, Astuti EP. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan

perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru pada keluarga. J STIKES RS

Baptis. 2010;3(1):19-28.

65. Sidiq N, Wahiduddin, Sidik D. Faktor risiko lingkungan terhadap kejadian

tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Somba Opu. J MKMI.

2013;9(1):29-35.

66. Rukmini, W CU. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian tb paru

dewasa di Indonesia (analisis data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010). Bul

Penelit Sist Kesehat. 2011;14(4):320-331. doi:10.1016/j.bios.2010.06.056.

67. Nurkumalasari, Wahyuni D, Ningsih N. Hubungan karakteristik penderita

tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan dahak di Kabupaten Ogan Ilir. J

Keperawatan Sriwij. 2016;3(2355):51-58.

68. Rinanda T. Analisis sekuensing 16s rRNA di bidang mikrobiologi. J Kedokt

Syiah Kuala. 2011;11(3):172-177.

69. Srinivasan R, Karaoz U, Volegova M, et al. Use of 16S rRNA Gene for

Identification of a Broad Range of Clinically Relevant Bacterial Pathogens. PLoS

One. 2015;10(2):1-22. doi:10.1371/journal.pone.0117617.

70. Choi Y, Hong SR, Jeon BY, et al. Conventional and real-time PCR targeting 16S

ribosomal RNA for the detection of Mycobacterium tuberculosis complex. Int J

Tuberc Lung Dis. 2015;19(9):1102-1108. doi:10.5588/ijtld.14.0472.

71. Farzam B, Feizabadi MM, Imani Fooladi AA, Izadi M, Hossaini HM.

Comparison of cyp141 and IS6110 for detection of Mycobacterium tuberculosis

Page 105: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

85

from clinical specimens by PCR. J Infect Public Health. 2014;8(1):32-36.

doi:10.1016/j.jiph.2014.08.005.

72. Singh M, Singh P, Myneedu VP, Bhalla M, Adlakha P. Evaluation of Polymerase

Chain Reaction and Cobas TaqMan Real Time PCR in the Diagnosis of

Tuberculosis : Indian Prospective. Immunol Infect Dis. 2013;1(1):1-9.

doi:10.13189/iid.2013.010101.

73. Aryal R, Sah AK, Paudel DS, et al. Polymerase Chain Reaction using the MPB64

fragment for detection of mycobacterium tuberculosis complex DNA in

suspected TB cases. Int J Med Sci Public Heal. 2014;3(11):1421.

doi:10.5455/ijmsph.2014.150820142.

74. Hanif F, Satti L, Ikram A, Roshan M, Abbasi SA. Utility of Polymerase Chain

Reaction in Diagnosis of Tuberculosis in Our Setup: A Ten Years Experience. J

Coll Physicians Surg Pakistan. 2012;22(5):298-301.

75. Yuniarti E. Uji sensitivitas Mycobacterium tuberculosis Terhadap Obat Anti

Tuberculosis pada Penderita TB Paru dengan Diabetes Mellitus. J Sainstek.

2015;VII(1):51-58.

76. Siregar MIT. Mekanisme Resistensi Isoniazid & Mutasi Gen KatG Ser315Thr (

G944C ) Mycobacterium tuberculosis Sebagai Penyebab Tersering Resistensi

Isoniazid. Jambi Med J. 2015;3:119-131.

77. Yuni Nur Hidayati D, Nugrahani R. Uji Kepekaan Mycobacterium sp. terhadap

Isoniazid (INH) Menggunakan Metode Rasio Resistensi secara In Vitro

Sensitivity test of Mycobacterium sp. against Isoniazid (INH) Using In Vitro

Resistance Ratio Method. Mutiara Med. 2013;13(3):187-195.

78. Nikmawati A, Windarwati, Hardjoeno. Resistensi Mycobacterium tuberculosis

Terhadap Obat Anti Tuberculosis. Indones J Clin Pathol Med Lab.

2006;12(2):58-61.

79. Amare H, Gelaw A, Anagaw B, Gelaw B. Smear positive pulmonary tuberculosis

among diabetic patients at the Dessie referral hospital, Northeast Ethiopia. Infect

Page 106: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

86

Dis Poverty. 2013;2(1):2-9. doi:10.1186/2049-9957-2-6.

80. Magee MJ, Blumberg HM, Narayan KV. Commentary: Co-occurrence of

tuberculosis and diabetes: New paradigm of epidemiological transition. Int J

Epidemiol. 2011;40(2):428-431. doi:10.1093/ije/dyq268.

81. Singh C. Vitamin and HbA1C status in tuberculosis patients with diabetes and its

association. IJIRMS. 2018;03(07):2108-2113.

82. Bukhary ZA. Rediscovering the association between tuberculosis and diabetes

mellitus: A perspective. J Taibah Univ Med Sci. 2013;3(1):1-6.

doi:10.1016/s1658-3612(08)70047-7.

83. PERKENI. Konsensus Pengendalian Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2

Di Indonesia 2015.; 2015. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

84. Martinez N, Kornfeld H. Diabetes and immunity to tuberculosis. Eur J Immunol.

2014;44(3):617-626. doi:10.1002/eji.201344301.

85. Kumar NP, Sridhar R, Banurekha V V., et al. Type 2 Diabetes Mellitus

Coincident with Pulmonary Tuberculosis Is Associated with Heightened

Systemic Type 1, Type 17, and Other Proinflammatory Cytokines. Ann Am

Thorac Soc. 2013;10(5):441-449. doi:10.1513/annalsats.201305-112oc.

86. Cavalcanti YVN, Brelaz MCA, Lemoine Neves JK de A, Lemoine Neves JK de

A, Ferraz JC, Pereira VRA. Role of TNF-Alpha, IFN-Gamma, and IL-10 in the

Development of Pulmonary Tuberculosis. Pulm Med. 2012;2012:1-10.

doi:10.1155/2012/745483.

87. Walsh MC, Camerlin AJ, Miles R, et al. The sensitivity of interferon-gamma

release assays is not compromised in tuberculosis patients with diabetes. Int J

Tuberc Lung Dis. 2011;15(2):179-184.

88. Muniroh N, Aisah S, Mifbakhuddin M. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesembuhan penyakit tuberkulosis (TBC) paru di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Semarang Barat. J Keperawatan Komunitas. 2013;1(1):33-42.

Page 107: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

87

89. Rokhmah D. Gender dan penyakit tuberkulosis : implikasinya terhadap akses

layanan kesehatan masyarakat miskin yang rendah. J Kesehat Masy Nas.

2013;7(10):447-452.

90. Suadnyani Pasek M, Suryani N, Murdani PK. Hubungan persepsi dan tingkat

pengetahuan penderita tuberkulosis dengan kepatuhan pengobatan di wilayah

kerja Puskesmas Buleleng. J Magister Kedokt Kel. 2013;1(1):14-23.

91. Fitria E, Raisuli R. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas

Rujukan Mikroskopis Kabupaten Aceh Besar. SEL J Penelit Kesehat.

2017;4(1):13-20.

Page 108: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

88

Lampiran 1

BIODATA KETUA PELAKSANA

NAMA PENGUSUL:

Abidah Nur, S.Gz

ALAMAT:

Kantor : Jl. Sultan Iskandar Muda Lr. Tgk. Dilangga No. 9 Lambaro, Aceh Besar

Telp: (0651)70189

Fax: (0651)70289

Rumah : Jalan Meunasah Lr.,Tgk Dja No.1 Gampong Cot

Telp. / HP : 085277301386

E-mail: [email protected]

PENDIDIKAN PROFESIONAL:

Sarjana Gizi, UGM

PUBLIKASI:

1. Riwayat pemberian Air Susu Ibu dengan penyakit infeksi pada balita. Jurnal Kesmas.

Vol 9 (2). Hal : 144-149. November 2014. ISSN : 1907-7505.

2. Gambaran infeksi Mycobacterium Tuberculosis pada Anggota Rumah Tangga pasien

Mycobacterium tuberculosis (study kasus di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah

Kabupaten Aceh Besar). Jurnal Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol

24 (2). Hal : 89-94. Juni 2014. ISSN : 10853-9987 E-ISSN 2338-3445

3. Gambaran Bakteri Ulkus Diabetikum di Rumah Sakit Zainal Abidin dan Meuraxa

Tahun 2015. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 44 (3). September 2016. Hal : 187-196.

ISSN : 0125-9695.

4. Hubungan Pola Konsumsi dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di

RSUD Dr.Fauziah Bireuen Provinsi Aceh. Media Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Vol 26 (3). September 2016. Hal : 145-150. ISSN : 0853-9987.

5. Ragam kuliner meugang Idul Adha di Aceh tahun 2014. Jurnal Sel. Vol 2 (2).

Page 109: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

89

November 2015. Hal : 72-76. ISSN : 2356-2501.

6. Perbedaan kadar kolesterol total sebelum dan sesudah meugang Hari Raya Idul Adha.

Jurnal Sel. Vol 2 (1). Juli 2015. Hal : 29-34. ISSN : 2356-2501.

7. Konsumsi zat gizi makro rumah tangga daerah perkotaan dan perdesaan di Provinsi

Aceh tahun 2012. Jurnal Sel. Vol 2 (1). Juli 2015. Hal : 35-42. ISSN : 2356-2501.

8. Penganan Khas Aceh pada Kejadian Diabetes Melitus. Jurnal Sel. Vol 3 (1). Juli 2016.

Hal : 10-15. ISSN : 2356-2501.

9. Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus terhadap Kadar Gula Darah di

Rumah Sakit Umum dr. Fauzah Bireuen. Jurnal Sel. Vol 3 (2). November 2016. Hal :

41-48. ISSN : 2356-2501.

Page 110: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

90

Lampiran 2

NASKAH PENJELASAN

GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA

ACEH DAN KABUPATEN ACEH BESAR

Tim Peneliti Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan mengadakan penelitian tentang

“Gambaran penderita tuberkulosis paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten

Aceh Besar”. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran penderita TB paru

di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Kami meminta Saudara/i berpartisipasi dalam penelitian dengan

kesediaannya dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,

pengambilan dahak sebanyak 9 kali (3 kali pada awal penelitian, 3 kali 2 bulan

selang dan 3 kali 5 bulan selang), pengambilan darah (sebanyak 10 ml dengan 1

kali pengambilan), dan wawancara menggunakan kuesioner serta pengamatan

terhadap rumah dan lingkungan saudara/i.

Pengumpulan data dimulai dengan penimbangan berat badan, pengukuran

tinggi badan. Selanjutnya saudara/i akan di wawancara tentang penyakit yang

diderita diikuti pengambilan darah dan dahak. Darah yang diambil digunakan untuk

pemeriksaan respon imun sebagai reaksi dari tubuh yang menggambarkan keadaan

sistem pertahanan tubuh saudara/i terhadap penyakit. Dahak digunakan untuk

pemeriksaan mikroskopis, PCR dan kultur serta sensitivitas M.Tb terhadap OAT

sebagai diagnosis TB. Tahap akhir adalah pengamatan terhadap rumah dan

lingkungan saudara/i.

Tim penelitian datang ke rumah responden untuk melakukan pengambilan

darah. Pada proses pengambilan darah, Saudara/i akan merasa sedikit nyeri karena

diambil darah pada bagian lipatan tangan sebanyak 10 ml. Pengambilan darah

dilakukan oleh tenaga analis yang berpengalaman. Bila ada masalah saat

pengambilan darah, maka kami bertanggung jawab dengan membawa saudara/i ke

tempat pelayanan kesehatan terdekat. Pada proses pengambilan dahak, dahak

pertama diambil saat tim penelitian datang ke rumah saudara/i. Pengambilan dahak

kedua dan ketiga dilakukan oleh saudara/i langsung. Tim akan memberikan 2 botol

penampung dahak untuk saudara/i. Dahak kedua saudara/i kumpulkan di pagi hari

dan dahak ketiga dikumpulkan saat tim mengambil dahak kedua. Dahak yang sudah

ditampung ditutup erat dan dimasukkan dalam lemari pendingin. Penelitian ini

tanpa intervensi dan pengobatan apapun.

Dahak dan darah saudara/i disimpan sebagai sampel penelitian tahun 2019.

Sampel dahak digunakan untuk melihat jenis kuman dan perubahan gen yang

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOMEDIS ACEH

Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga no. 9 Lambaro Aceh Besar (0651) 8070189 (0651) 8070289 [email protected]

Page 111: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

91

terjadi pada kuman tuberkulosis. Sampel darah digunakan untuk melihat perubahan

gen yang terjadi pada tubuh saudara/i selama menderita penyakit tuberkulosis.

Partisipasi Saudara/i dalam penelitian bermanfaat bagi sendiri dengan

mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan kesehatan. Saudara/i yang menjadi

responden dalam penelitian ini, ikut membantu pemerintah memberikan informasi

bagi program pengendalian penyakit tuberkulosis. Semua informasi yang saudara

berikan kami jaga kerahasiaannya dengan mengganti nama responden dengan kode

sampel dan akan digunakan demi kepentingan ilmiah.

Hasil penelitian akan kami sampaikan kepada PRM dan secara akumulatif

akan kami informasikan ke Dinas Kesehatan setempat dengan tujuan agar lebih

memberikan perhatian terhadap keadaan kesehatan penderita tuberculosis.

Saudara/i dapat menanyakan kepada petugas di PRM bila menginginkan informasi

mengenai hasil penelitian. Atas partisipasi yang Saudara/i berikan, kami

menyediakan pengganti waktu yang tersita untuk mengikuti penelitian ini berupa

uang tunai.

Apabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi

Abidah Nur, S.Gz, nomor kontak 085277301386, dengan alamat Jl. Meunasah

Lr.Tgk Dja No.1 Gampong Cot Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar.

Peran serta Saudara/i dalam penelitian ini adalah sukarela, Saudara/i

berhak untuk tidak ikut serta atau menarik diri dari keikutsertaan dalam penelitian

ini setiap waktu dan tanpa ada sanksi. Bilamana ada hal yang kurang jelas jangan

merasa ragu untuk bertanya pada tim penelitian. Apabila Saudara/i menyetujui

untuk berpartisipasi silakan membubuhkan tanda tangan pada lembar persetujuan

(terlampir).

Demikianlah, kami ucapkan terimakasih banyak atas perhatian dan

kerjasamanya.

Page 112: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

92

Lampiran 3

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti

mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan judul “Gambaran penderita TB paru

di Kota Bandah Aceh dan Kabupaten Aceh Besar”. Saya memutuskan setuju untuk

berpartisipasi secara sukarela dan tanpa paksaan. Selama penelitian ini, bila saya

menginginkan, maka saya dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.

………., ..............................2018

Saksi Yang membuat

pernyataan,

(...............................) (.................................)

……………, ................................ 2018

Ketua Pelaksana

Abidah Nur, S.Gz

Page 113: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

93

Lampiran 4

KUESIONER TAHAP I

Gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar

Nama Pewawancara : No Responden

Tanggal Wawancara : No. Hp : Kabupaten/Kota : GPS :

Puskesmas Rujukan Mikroskopis:

A. Isilah jawaban dari pertanyaan dibawah ini:

KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU

1. Nama Responden : 2. Umur :

3. Alamat :

4. Berat Badan : 5. Tinggi Badan :

6. Jumlah anggota keluarga :

7. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

8. Pendidikan: 1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD

4. Tamat SLTP

5. Tamat SLTA 6. Tamat D3/S1/S2/S3

9. Pekerjaan: 1. Tidak bekerja

2. Petani 3. Buruh

4. Pedagang

5. Swasta 6. Lainnya

10. Sumber informasi tentang tuberkulosis: 1. Media cetak/elektronik

3. Leaflet/booklet/poster 4. Tenaga kesehatan

5. Toma, ART, orang lain

6. Lainnya (sebutkan ….….)

Page 114: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

94

PENGOBATAN TB PARU

1. Tahun berapa Bapak/Ibu didiagnosa Tb Paru? ………………

2. Bapak/Ibu adalah : 1. Pasien baru

2. Pasien yang pernah berobat 6 bulan (kambuh)

3. Pasien TB yang putus berobat

4. Lainnya, sebutkan …………………………….. 3. Sebutkan layanan kesehatan yang mendiagnosa Bapak/Ibu terkena TB paru.

1. Puskesmas

2. Rumah Sakit 3. Klinik

4. Layanan kesehatan lainnya, sebutkan …………………………

4. Sebelum didiagnosa TB paru, apakah Bapak/Ibu diperiksa dahak?

1. Ya 2. Tidak

5. Sudah berapa lama Bapak/Ibu didiagnosa TB paru? ………………bulan

6. Apakah sebelum didiagnosa TB paru Bapak/Ibu merasakan gejala batuk-batuk? 1. Ya

2. Tidak

7. Berapa lama gejala tersebut timbul sebelum Bapak/Ibu memeriksakan diri ke layanan kesehatan?

1. <2 minggu

2. 1 Bulan

3. 2 Bulan 4. >2 Bulan

8. Apakah layanan kesehatan tempat Bapak/Ibu memeriksakan kesehatan

memberikan obat? 1. Ya

2. Tidak lanjut ke pertanyaan no.10

9. Obat apa saja yang diberikan? 1. Isoniazid

2. Ripamfisin

3. Pirazinamid

4. Ethambutol 5. Streptomisin (inj)

6. Lainnya, sebutkan……..

10. Apakah Bapak/Ibu minum obat yang diberikan oleh layanan kesehatan tersebut? 1. Ya

2. Tidak lanjut ke pertanyaan no.10

11. Obat apa saja yang Bapak/Ibu konsumsi?

1. Isoniazid 2. Rifampisin

3. Pirazinamid

4. Ethambutol 5. Streptomisin (inj)

6. Lainnya, sebutkan ……………………………………

12. Apakah Bapak/Ibu minum obat secara teratur (sesuai anjuran dokter)? 1. Ya

2. Tidak

13. Apakah ada keluhan selama Bapak/Ibu minum obat?

1. Ya, sebutkan …………………………………… 2. Tidak

14. Apakah Bapak/Ibu pernah minum obat TB sebelumnya?

Page 115: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

95

1. Ya, Sebutkan ……………………….........................................................

2. Tidak

15. Apakah Bapak/Ibu pernah didiagnosa Diabetes Mellitus (DM) oleh tenaga kesehatan:

1. Ya, Tahun ………………

2. Tidak

16. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan obat DM dari layanan kesehatan? 1. Ya

2. Tidak lanjut ke pertanyaan no.14

17. Obat DM apa yang diberikan dari layanan kesehatan? 1. Insulin injeksi

2. Antidiabetik oral

3. Lainnya

18. Pernah didiagnosa HIV/AIDS oleh tenaga kesehatan : 1. Ya, Tahun ………………

2. Tidak

19. Terdapat Anggota Rumah Tangga (ART) lainnya yang didiagnosa TB 1. Ya

2. Tidak

20. Tahun ART didiagnosa TB: …………. 21. Jumlah ART yang didiagnosa TB: …………. hubungan dengan responden ….

22. Penyakit penyerta ………………………

Page 116: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

96

PENGETAHUAN

(bacakan poin pertanyaan, berikan tanda silang atau lingkari pada jawaban yang

benar menurut responden)

1. Menurut [BAPAK/IBU] apa yang dimaksud dengan penyakit TB paru? A. Merupakan penyakit menular

B. Merupakan penyakit tidak menular

C. Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

D. Bukan Salah Satu Diatas (BSSD) E. Tidak tahu

2. Menurut [BAPAK/IBU] apa penyebab terjadinya penyakit TB paru?

A. Virus B. Jamur

C. Merokok

D. Bakteri Mycobacterium tuberculosis

E. Tidak tahu 3. Apa gejala penyakit Tuberkulosis?

A. Obesitas

B. Batuk-batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu C. Penglihatan terganggu/rabun

D. Nafsu makan meningkat

E. Tidak tahu 4. Apa yang [BAPAK/IBU] ketahui tentang PMO?

A. PMO adalah pengawas minum obat yang berasal dari anggota keluarga

B. PMO adalah pengawas minum obat yang berasal dari anggota kelurahan

C. PMO adalah pengawas minum obat yang berasal dari anggota puskesmas D. Semua benar

E. Tidak tahu

5. Menurut [BAPAK/IBU] bagaimana cara penularan Tuberkulosis paru? A. Melalui percikan ludah yang tercemar oleh kuman Tuberkulosis

B. Melalui berjabat tangan

C. Melalui hubungan intim D. Melalui jarum suntik

E. Tidak tahu

6. Bagaimana cara mencegah Tuberkulosis paru?

A. Meludah di sembarang tempat B. Tidak menggunakan masker

C. Tidak menutup mulut pada saat bersin

D. Melakukan vaksinasi BCG E. Tidak tahu

7. Apakah kepanjangan dari OAT

b. Obat Anti Tumor

c. Obat Anti Tetanus d. Obat Anti Tuberkolusis

e. Obat Antitusif

f. Tidak tahu 8. Apakah yang dimaksud dengan istilah TB MDR?

A. TB MDR adalah resisitensi bakteri TB terhadap OAT

B. TB MDR adalah resisitensi virus terhadap OAT C. TB MDR adalah resisitensi jamur terhadap OAT

D. TB MDR adalah resisitensi kuman terhadap OAT

Page 117: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

97

E. Tidak tahu

9. Apa yang [BAPAK/IBU] ketahui tentang TB MDR?

A. TB yang sudah resisten minimal terhadap 1 obat anti TB B. TB yang sudah resisten minimal terhadap 2 obat anti TB

C. TB yang sudah resisten minimal terhadap 3 obat anti TB

D. TB yang sudah resisten minimal terhadap 4 obat anti TB

E. Tidak tahu 10. Apakah yang menyebabkan TB MDR?

A. Karena tidak minum obat sesuai aturan

B. Karena tidak pernah vaksinasi BCG C. Karena tidak pernah meminum obat

D. Karena tidak periksa dahak

E. Tidak tahu

SIKAP

Jawablah pernyataan dibawah ini dengan mengisi tanda checklist (√) pada kotak Sangat

Setuju (SS), Setuju (S) dan Tidak Setuju (TS) sesuai pilihan jawaban [BAPAK/IBU].

PERILAKU

1. Apa yang [BAPAK/IBU] lakukan untuk mencegah penularan TB paru? (Bacakan

point A sampai dengan D, isikan kode jawaban dengan 1 = Ya atau 2 = Tidak) A. Memakai masker C. Tidak meludah disembarang

No Pernyataan SS S TS

1 Saya akan belajar cara pencegahan penularan

penyakit TB paru karena saya sudah didiagnosa

dengan TB paru

2 Meludah dan batuk disembarang tempat tidak akan

menularkan penyakit Tuberkulosis paru kepada

orang lain.

3 Saya membutuhkan PMO pada saat minum obat TB

paru

4 Sinar matahari tidak harus masuk ke dalam rumah

5 Saya akan menyiapkan masker/menutup mulut saat

saya batuk atau bersin didepan orang lain

6 Penderita TB paru akan semakin baik jika mereka

mendapatkan asupan gizi yang baik.

7 Saya akan menjaga jarak bicara dengan keluarga

saya supaya tidak menular ke mereka

8 Saya akan minum obat jika ingat

9 Saya butuh dukungan dari keluarga dan orang sekitar

untuk sembuh

10 Saya akan menjauhi keluarga saya supaya mereka

tidak tertular TB paru

11 Saya harus banyak mencari informasi tentang TB

paru

12 TB resisten obat (MDR) sangat berbahaya, oleh

karena itu saya harus patuh minum obat sesuai aturan

Page 118: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

98

tempat

B. Menutup hidung dan mulut D. Menutup diri dari lingkungan saat batuk dan bersin

2. Dengan apa [BAPAK/IBU] menutup mulut/hidung saat batuk/bersin? (Tidak

dibacakan point A sampai dengan D, isikan kode jawaban dengan 1 = Ya atau

2 = Tidak) A. Sapu tangan C. Telapak tangan

B. Tissue D. Siku tangan

3. Mengapa menutup mulut/hidung saat batuk/bersin? (Bacakan point A sampai

dengan D, isikan kode jawaban dengan 1 = Ya atau 2 = Tidak) A. Sudah terbiasa menutup C. Menjaga kebersihan

mulut/hidung saat bersin

B. Agar mencegah penularan D. Supaya tidak mencemari penyakit ke orang lain udara

4. Apa alasan [BAPAK/IBU] tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin? (Tidak

dibacakan point A sampai dengan D, isikan kode jawaban dengan 1 = Ya atau

2 = Tidak) A. Sudah terbiasa C. Repot

B. Malas D. Kotor tangan

5. Kemana [BAPAK/IBU] biasanya berobat /memeriksakan diri saat mengalami

gejala batuk berdahak baik berdarah atau tidak, keringat malam, lemas dan tidak ada nafsu makan? (Bacakan point A sampai dengan D, isikan kode jawaban

dengan 1 = Ya atau 2 = Tidak) A. Rumah sakit C. Klinik B. Puskesmas D. Praktek pengobat tradisional

(batra) 6. Apakah [BAPAK/IBU] minum obat anti TB secara teratur sesuai anjuran?

A. Ya B. Tidak, mengapa? (...................................................................................)

7. Apakah [BAPAK/IBU] didampingi oleh pengawas minum obat (PMO)?

A. Ya, siapa yang menjadi PMO (Suami / Istri / Anak / Lainnya,

sebutkan.........................................................................................) B. Tidak, alasannya,

sebutkan.........................................................................................)

8. Dimana biasanya [BAPAK/IBU] meludah? (Jawaban tidak dibacakan) A. WC C. Tempat khusus dahak

B. Tong sampah D. Sembarang tempat

9. Apakah [BAPAK/IBU] memiliki peralatan makan dan minum yang terpisah dengan anggota rumah tangga lainnya? A. Ya

B. Tidak

10. Apakah [BAPAK/IBU] tidur bersama dengan anggota rumah tangga lainnya? A. Ya

Jika jawaban pertanyaan No. 1 (B) berkode “1 = Ya” pertanyaan No.

2, jika jawaban berkode “2 = Tidak” pertanyaan No. 4

Page 119: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

99

B. Tidak

11. Apakah [BAPAK/IBU] sering membuka jendela kamar/ruangan agar sinar matahari

pagi dapat masuk ke dalam ruangan? A. Ya

B. Tidak, mengapa? (……………………………………………....)

12. Apakah [BAPAK/IBU] pernah menjemur alas tidur/kasur/bantal/guling di bawah

sinar matahari?

A. Ya

B. Tidak, mengapa? (………………………………………………)

OBSERVASI LINGKUNGAN

1. Luas lantai rumah ………………………….m

2

2. Luas kamar ………….m2 untuk …………orang ≥ 5 tahun

3. Keadaan ruangan dalam rumah: Jenis

ruangan

Penggunaan 1. Terpisah

2. Tidak terpisah

Kebersihan 1. Bersih

2. Tidak bersih

Ketersediaan jendela 1. Ada, dibuka tiap

hari 2. Ada, jarang dibuka 3. Tidak ada

Ventilasi 1. Ada luas≥10 % luas

lantai 2. Ada luas < 10 % luas

lantai 3. Tidak ada

Pencahayaan alami 1. Cukup

2. Tidak cukup

Tidur

Dapur

Keluarga

a) Jenis lantai (terluas):

1. Keramik / ubin / marmer / semen

2. Papan / bambu / rotan / anyaman bambu

3. Tanah

b) Jenis dinding (terluas):

1. Tembok

2. kayu (papan/triplek)

3. bambu

4. Seng

c) Jenis Plafon (terluas)

1. Beton

2. Gypsum

3. Asbes

4. Kayu/triplek

5. Ayaman bambu

6. Tidak ada

d) Keadaan Lingkungan sekitar: Kumuh / tidak kumuh *)

e) Penggunaan bahan bakar untuk memasak:

1. Kayu bakar

Page 120: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

100

2. Arang

3. Minyak tanah

4. Gas

5. Listrik

PEMERIKSAAN

No. Pemeriksaan Hasil

1. Mikroskopis BTA

2. PCR

3. Kultur

Page 121: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

101

FORMULIR RECAL 24 JAM

No Responden :

Nama :

Waktu makan

Menu makanan

Banyaknya

URT Gram

Pagi

Selingan pagI

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan malam

Page 122: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

102

FORMULIR RECAL 24 JAM

No Responden :

Nama :

Waktu makan

Menu makanan

Banyaknya

URT Gram

Pagi

Selingan pagI

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan malam

Page 123: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

103

FORMULIR RECAL 24 JAM

No Responden :

Nama :

Waktu makan

Menu makanan

Banyaknya

URT Gram

Pagi

Selingan pagI

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan malam

Page 124: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

104

KUESIONER TAHAP III

Gambaran penderita TB paru di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar

BB : ……… kg TB :………. cm

PENGOBATAN TB PARU

1. Apakah Bapak/ibu masih berobat ke Pusat Layanan Kesehatan?

1. Ya

2. Tidak lanjut ke pertanyaan no.7 2. Obat apa saja yang diberikan?

1. Isoniazid

2. Ripamfisin 3. Pirazinamid

4. Ethambutol

5. Streptomisin (inj)

6. Lainnya, sebutkan…….. 3. Apakah Bapak/Ibu minum obat yang diberikan oleh layanan kesehatan tersebut?

1. Ya

2. Tidak, alasan …………………………………………………. Lanjut ke no 7 4. Obat apa saja yang Bapak/Ibu konsumsi?

1. Isoniazid

2. Rifampisin 3. Pirazinamid

4. Ethambutol

5. Streptomisin (inj)

6. Lainnya, sebutkan …………………………………… 5. Apakah Bapak/Ibu minum obat secara teratur (sesuai anjuran dokter)?

1. Ya

2. Tidak, alasan………………………………………………. 6. Apakah ada keluhan selama Bapak/Ibu minum obat?

1. Ya, sebutkan ……………………………………

2. Tidak 7. Apakah Bapak/Ibu masih mendapatkan obat DM dari layanan kesehatan?

1. Ya

2. Tidak , lanjut ke observasi lingkungan

8. Obat DM apa yang diberikan dari layanan kesehatan? 1. Insulin injeksi

2. Antidiabetik oral

3. Lainnya

Page 125: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

105

OBSERVASI LINGKUNGAN

1. Keadaan ruangan dalam rumah: Jenis

ruangan

Penggunaan 1. Terpisah

2. Tidak terpisah

Kebersihan 1. Bersih

2. Tidak bersih

Ketersediaan jendela 1. Ada, dibuka tiap

hari 2. Ada, jarang dibuka 3. Tidak ada

Ventilasi 1. Ada luas≥10 % luas

lantai 2. Ada luas < 10 %

luas lantai 3. Tidak ada

Pencahayaan alami 1. Cukup

2. Tidak cukup

Tidur

Dapur

Keluarga

2. Keadaan Lingkungan sekitar: Kumuh / tidak kumuh *)

PEMERIKSAAN

No. Pemeriksaan Hasil

1. Mikroskopis BTA

2. PCR

3. Kultur

Page 126: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

106

FORMULIR RECAL 24 JAM

No Responden :

Nama :

Waktu makan

Menu makanan

Banyaknya

URT Gram

Pagi

Selingan pagi

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan malam

Page 127: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

107

FORMULIR RECAL 24 JAM

No Responden :

Nama :

Waktu makan

Menu makanan

Banyaknya

URT Gram

Pagi

Selingan pagi

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan malam

Page 128: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

108

FORMULIR RECAL 24 JAM

No Responden :

Nama :

Waktu makan

Menu makanan

Banyaknya

URT Gram

Pagi

Selingan pagi

Siang

Selingan siang

Malam

Selingan malam

Page 129: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

109

Lampiran 5

DOKUMENTASI KEGIATAN

Konsultasi dengan Petugas Pendamping Wawancara pasien Tb

Wawancara pasien Tb Wawancara pasien Tb

Pengukuran tinggi badan pasien Tb Penimbangan berat badan pasien Tb

Page 130: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

110

Wawancara pasien Tb Pengambilan sampel darah

Pengambilan sampel darah Pengambilan sampel darah

Pewarnaan sampel sputum Pembuatan slide sputum

Page 131: GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDA … Kesehatan Indonesia tahun 2015 melaporkan terjadi peningkatan jumlah penderita TB. Kasus baru TB paru di Provinsi Aceh tahun

111

Pengamatan slide sputum Sampel darah IGRA

Pemeriksaan sampel darah IGRA Konsultasi dengan BBLK Jakarta