118
i GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU KABUPATEN TANGERANG DAN RS SWASTA DI DEPOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) OLEH: CLARA DINDY NIM: 1112104000021 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

i

GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN

IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU KABUPATEN

TANGERANG DAN RS SWASTA DI DEPOK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH:

CLARA DINDY

NIM: 1112104000021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

Page 2: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Page 3: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduate Thesis, 15 June 2016

CLARA DINDY, NIM: 1112104000021

Overview of Breastfeeding Baby with Post Sectio Caesarea Mother In Hospital

common Tangerang district and a private Hospital in Depok

xvii + 86 Page + 25 table + 3 chart + 3 attachment

ABSTRACT

High number of Sectio Caesarea and the low practice of breastfeeding of the

mother leads to various problems of breastfeeding and it can give negative effects for

the baby and for the mother. No studies have explored yet about breastfeeding

patterns. The purpose of this study is to explore the practice of breastfeeding of

mother with Sectio Caesarea. Descriptive quantitative was used in this study, using

65 patientsPost Sectio Caesarea. The results showed that 73.8% of babies didn‟t have

the IMD, 32.2% of mothers did the first breastfeed in < 3 hours after childbirth,

84.6% of mother considered that the surgery pain does not interfere in the process of

breastfeeding, 50.8% stated that breast milk production was much more occurred on

the first day, 95.4% mother has a spinal anesthetic, 98.5% of babies were born in

good condition, 91.3% of mothers said that rooming incould help them in breastfeed

than that of mothers who didn‟t got the rooming in. Suggestions for the hospital is to

improve the quality of services, especially in the Initiation of Early Breastfeeding

program and to consider rooming in policy application..

Reference: 49 (years 2003-2015)

Keywords: Sectio Caesarea, Breast Milk

Page 4: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi, 15 Juni 2016

Clara Dindy, NIM: 1112104000021

Gambaran Pemberian ASI pada Bayi dengan Ibu Post Sectio Caesarea Di RSU

Kabupaten Tangerang dan RS Swasta di Depok

xvii+ 86 halaman + 25 tabel + 3 bagan + 3 lampiran

ABSTRAK

Tingginya angkasectio caesareadan rendahnya praktek pemberian Air Susu Ibu

(ASI) pada ibu dengan persalinan operasi dapat menimbulkan berbagai gangguan

menyusui dan dapat memberikan efek negatif bagi bayi maupun bagi ibu. Belum ada

penelitian yang mengeksplor tentang pola menyusui.Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada bayi dengan ibu post Sectio

caesarea. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 65 orang pasien post sectio

caesarea.Hasil penelitian menunjukan 73,8% bayi tidak melakukan IMD, 32,2% ibu

pertama kali menyusui pada < 3 jam setelah persalinan, 84,6% menganggap bahwa

nyeri operasi tidak mengganggu dalam proses menyusui, 50,8% mengatakan

pengeluaran ASI lebih banyak terjadi pada hari pertama, 95,4% obat bius yang

dipakai oleh ibu adalah bius spinal, 98,5% bayi lebih banyak lahir dalam kondisi

baik, 91,3% ibu mengatakan rawat gabung lebih banyak memberikan efek menyusui

dibandingkan dengan yang tidak. Saran bagi rumah sakit diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam program Inisiasi Menyusui Dini dan

semoga dapat menjadi pertimbangan rumah sakit dalam membuat kebijakan rooming

in bagi ibu dan bayi.

Referensi: 49 (tahun 2003-2015)

Kata Kunci: Sectio Caesarea, Air Susu Ibu

Page 5: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Page 6: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

vi

Page 7: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

vii

Page 8: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : CLARA DINDY

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Juanda Gang Anggrek No 89 Rt 03/Rw 026

Sukmajaya Depok

Email : [email protected]

Fakultas/ Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program

Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TKIT Cut Mutia 1998 - 2000

2. SDN Mekar Jaya 31 Depok 2000 - 2006

3. SMPN 8 Depok 2006 - 2009

4. SMAIT Baitussalam 2009 – 2012

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 - sekarang

Page 9: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, taufik dan hidayat. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Gambaran Pemberian ASI pada Bayi dengan Ibu Post Sectio Caesarea di RSU

Kabupaten Tangerang dan RS Swasta di Depok” Dalam penelitian skripsi ini, tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah

berkat rahmat dan hidayah-Nya, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulida Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB,

selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Karyadi S,Kp M.kep PhD dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp ,M.Kep selaku dosen

pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk meluangkan waktu, tenaga serta

fikirannya selama membimbing peneliti.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan tulus

Page 10: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

x

memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan

perkuliahan.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang

telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi sebagai

bahan rujukan skripsi.

6. Kedua orang tua peneliti, sujud hormat atas semua pengorbanan Ibunda Tanti

Karyanti dan Ayahanda Antonius Dahlan yang senantiasa memberikan dukungan

dan kekuatan kepada peneliti baik berupa material maupun doa yang selalu

mereka panjatkan untuk mengiringi setiap langkah sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan,

semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta

kekompakan yang selama ini tidak akan terlupakan.

Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini

dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang

menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Januari 2016

Clara Dindy

Page 11: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i

SURAT PERNYATAAN…………………………………………………………….ii ABSTRACT ................................................................................................................ iii ABSTRAK .................................................................................................................. iv PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………………………….v LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………….viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4 C. Pertanyaan penelitian ............................................................................................ 5 D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6

1. Tujuan Umum ............................................................................................... 6 2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7 1. Bagi Ilmu keperawatan ................................................................................. 7 2. Bagi Peneliti .................................................................................................. 7 3. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................................. 7 4. Bagi Instansi Terkait ..................................................................................... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9 A. Air Susu Ibu (ASI) ................................................................................................ 9

1. Definisi .......................................................................................................... 9 2. Manfaat ASI ................................................................................................ 10

B. Fisiologi Laktasi .................................................................................................. 14 C. Refleks Menyusui pada Ibu ................................................................................. 16 D. Komposisi Gizi ASI ............................................................................................ 19 E. Lama dan Frekuensi Menyusui ........................................................................... 21 F. Tanda kecukupan ASI ......................................................................................... 22 G. Cara menyusui yang benar .................................................................................. 22 H. Posisi dalam menyusui ........................................................................................ 23 I. Masalah Dalam Menyusui .................................................................................. 24 J. Faktor bayi .......................................................................................................... 26 K. Masalah menyusui pada ibu Sectio Caesarea ..................................................... 27 L. Syarat Rawat gabung .......................................................................................... 28 M. Persalinan Sectio Caesarea ................................................................................. 29

Page 12: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xii

1. Definisi ........................................................................................................ 29 2. Indikasi ........................................................................................................ 29 3. Dampak dari persalinan Sectio Caesarea ................................................... 30

N. Kerangka Teori ................................................................................................... 33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 34 A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 34 B. Definisi Operasional ............................................................................................ 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 39 A. Desain Penelitian................................................................................................. 39 B. Tempat dan waktu penelitian .............................................................................. 39 C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................................................. 39 D. Teknik pengambilan sampel ............................................................................... 40 E. Teknik pengumpulan data ................................................................................... 41 F. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 42 G. Pengolahan data .................................................................................................. 43 H. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 44 I. Etika penelitian ................................................................................................... 44

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 48 A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................................................. 48

1. Gambaran Umum ........................................................................................ 48 B. Analisa Univariat ................................................................................................ 49

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 66 A. Gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea ...................................... 66 B. Gambaran waktu pertama kali ibu memberikan ASI nya ................................... 67 C. Gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap pemberian ASI ..... 70 D. Gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada ibu sectio

caesarea ..................................................................................................................... 72 E. Gambaran jenis obat bius yang dipakai saat operasi terhadap pemberian ASI ... 73 F. Gambaran kondisi bayi yang lahir terhadap pemberian ASI .............................. 75 G. Gambaran pemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan cara pemberian

ASI ............................................................................................................................ 76 H. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 79 A. Kesimpulan ......................................................................................................... 79 B. Saran ................................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xiii

DAFTAR SINGKATAN

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

WHO :World Health Organitation

SC : Sectio Caesarea

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

ASI : Air Susu Ibu

MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

DEPKES : Departemen Kesehatan

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

UNESCO : United Nation Educational Scientific and Cultural Organization

Page 14: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori 36

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 39

Bagan 3.2 Definisi Operasional 40

Page 15: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah kelahiran 51

5.2 Distribusi Frekuensi Usia Ibu 52

5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir 52

5.4 Distribusi Frekuensi Kali Keberapa Persalinan dengan Operasi 53

5.5 Distribusi Frekuensi alasan persalinan dengan operasi 54

5.6 Distribusi Frekuensi Inisiasi menyusui dini 54

5.7 Distribusi Frekuensi anastesi yang digunakan 55

5.8 Distribusi Frekuensi kondisi bayi 55

5.9 Distribusi Frekuensi waktu pertama kali ibu menyusui bayinya 56

5.10 Distribusi Frekuensi hari keberapa ASI mulai keluar 56

5.11 Distribusi Frekuensi makanan pertama bayi 57

5.12 Distribusi Frekuensi pengaruh nyeri operasi dalam proses pemberian

ASI 57

5.13 Distribusi Frekuensi Skala nyeri hari pertama 58

5.14 Distribusi Frekuensi Skala nyeri hari kedua 58

5.15 Distribusi Frekuensi Skala nyeri hari ketiga 59

5.16 Distribusi Frekuensi Rooming In Ibu dan Bayi 59

5.17 Distribusi Frekuensi pemberian ASI pada bayi berdasarkan perlakuan

Rooming In 60

Page 16: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xvi

5.18 Distribusi Frekuensi waktu pemberian ASI berdasarkan perlakuan

Rooming In 60

5.19 Distribusi Frekuensi Rooming In terhadap cara pemberian ASI 61

5.20 Distribusi Frekuensi waktu pertama kali menyusui terhadap nyeri post

Operasi 62

5.21 Distribusi Frekuensi skala nyeri hari pertama terhadap waktu pengeluaran

ASI 63

5.22 Distribusi Frekuensi skala nyeri hari kedua terhadap waktu pengeluaran ASI 64

5.23 Distribusi Frekuensi skala nyeri hari ketiga terhadap waktu pengeluaran ASI 65

5.24 Distribusi Frekuensi waktu pertama kali menyusui terhadap waktu

pengeluaran ASI 66

5.25 Distribusi Frekuensi Efek anastesi yang digunakan terhadap pemberian ASI 67

5.26 Distribusi Frekuensi kondisi bayi dengan waktu pemberian ASI 67

Page 17: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Izin penelitian dan pengambilan data

Lampiran 2.Kuesioner penelitian

Lampiran 3. Hasil olah SPSS

Page 18: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui menurut World Health Organitation (WHO) adalah cara alami

untuk memberikan bayi nutrisi yang mereka butuhkan yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangannya di masa awal kehidupan. ASI eksklusif yang

dianjurkan adalah dari bayi lahir sampai usia 6 bulan, setelah itu bayi diberikan ASI

(Air Susu Ibu) dan makanan pendamping setelah berumur lebih dari 6 bulan, ASI

dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Namun pada kenyataannya pemberian

ASI pada bayi rata-rata di dunia hanya sebesar 38%. Hal ini mempengaruhi angka

kematian bayi di negara berkembang yang masih cukup tinggi yaitu sekitar 10 juta

orang, yang 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat dicegah dengan pemberian

ASI, yang sudah terbukti dapat meningkatkan angka kesehatan bayi hingga 1,3 juta

bayi dapat diselamatkan (Isnaini, 2013).

Pada tahun 2013 cakupan bayi yang menerima ASI ekslusif kurang dari 40%

hampir sebagian besar sudah diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sebelum

berusia 6 bulan hal ini sangat jauh dari target pemerintah yang ingin pemberian ASI

mencapai sebanyak 75% pada tahun 2013 (KEMENKES, 2014).

Dari data Riskesdas tahun 2013 masih sedikit dari ibu post partum yang ingin

segera menyusui anaknya. Hanya 34,5% yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) kurang dari 1 jam setelah persalinan dan 13% ibu yang menyusui kurang dari

48 jam. Padahal IMD sangat penting bagi kedekatan ibu dan bayi, IMD dengan

Page 19: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

2

kontak kulit merupakan salah satu faktor yang meningkatkan keberhasilan menyusui

dimasa datang (Nia, 2014). Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan

pemberian ASI pada ibu setelah melahirkan, namun pemberian ASI di jam pertama

kelahiran tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki masalah pada persalinannya,

misalnya untuk ibu Sectio Caesarea (Eko, 2011). Keberhasilan pemberian ASI juga

terbukti memiliki hubungan dengan jenis persalinan dimana jenis persalinan

pervagina memiliki kemungkinan 2,53 kali lebih besar untuk bisa berhasil

dibandingkan dengan persalinan operasi Sectio Caesarea (Warsini, 2015).

Penelitian yang dilakukan Bayu (2013) menyatakan bahwa cara persalinan

dapat mempengaruhi jumlah pemberian ASI ekslusif pada bayi ditemukan untuk

jumlah pasien sectio caesarea lebih sedikit memberikan ASI ekslusif dibandingkan

dengan pasien yang mengalami persalinan normal untuk jumlah persalinan Sectio

Caesarea yang memberikan ASI sebanyak 14 ibu dan yang tidak memberikan ASI

ada 25 ibu, sedangkan untuk persalinan normal yang memberikan ASI sebanyak 21

ibu dan yang tidak memberikan ASI sebanyak 39 ibu. Hal ini bisa terjadi akibat

waktu pengeluaran ASI pada pasien dengan Sectio Caesarea lebih lambat dibanding

ibu yang melahirkan normal. Dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca operasi, mobilisasi yang kurang dan

adanya rawat pisah ibu-anak (Desmawati, 2013). Dan juga dapat terjadi akibat

psikologis dan kondisi ibu sectio caesarea yang berbeda dengan ibu yang melahirkan

normal. Pemberian ASI secara dini yang tidak dilakukan oleh ibu dengan kelahiran

sectio caesarea juga dapat diakibatkan oleh kondisi bayi yang tidak memungkinkan,

Page 20: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

3

hal ini yang membuat pengeluaran ASI pada ibu sectio caesarea lebih lambat

dibandingkan ibu yang melahirkan normal (Syamsinar, 2013).

Air Susu Ibu (ASI) ada yang sudah keluar pertama namun sebagian ibu Sectio

Cesarea tidak setuju untuk memberikannya pada hari pertama, meskipun ibu

mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI. Alasan ibu tidak melakukan inisiasi

hari pertama yaitu bayi yang belum dirawat gabung, ibu yang belum bisa duduk atau

mobilisasi dan ASI yang belum keluar (Dwi R, 2012). ASI yang tidak segera

diberikan akibat pengeluaran ASI yang lebih lambat akan meningkatkan

kemungkinan ibu menderita post partum blues dan membuat bayi diberikan susu

formula atau makanan pendamping ASI (MPASI) yang lain (Dewi, 2012). Hal ini

tidak baik bagi bayi karena tertundanya pemberian ASI selama 3 hari kehidupan

membuat bayi tidak mendapatkan salah satu kandungan ASI yaitu kolostrum yang

salah satu manfaatnya dapat membersihkan meconium dari usus bayi yang baru lahir

dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan

dating, jika bayi tidak mendapatkan kolostrum maka bayi akan kehilangan banyak

manfaat dari kolostrum itu sendiri (Bahiyatun, 2009).

Pemberian MPASI sebelum usia 6 bulan akan meningkatkan kegagalan dalam

pemberian ASI ekslusif yang dapat mempengaruhi kesehatan serta tumbuh

kembangnya dimasa datang. (Bayu, 2013).

Salah satu RS swasta di Depok dan RSUD Kabupaten Tangerang yang dipilih

oleh peneliti merupakan rumah sakit yang mendukung untuk keberhasilan pemberian

Page 21: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

4

ASI bagi bayi, hal ini dibuktikan dengan kebijakan di rumah sakit untuk selalu

melakukan IMD pada bayi yang baru lahir jika kondisi ibu dan bayi memungkinkan.

Data yang diperoleh dari rumah sakit tangerang didapatkan bahwa pada tahun

2014 jumlah pasien yang melahirkan dengan operasi sebanyak 1.750 pasien dari total

6161 kelahiran, hal ini berarti 28% kelahiran di rumah sakit tangerang merupakan

kelahiran dengan operasi. Ibu dan bayi akan berada dalam satu ruangan dari hari

pertama jika kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik. Sedangkan untuk di rumah

sakit swasta di depok terdapat perbedaan kebijakan berdasarkan ruangan kamar rawat

inap, untuk pasien kelas satu diperbolehkan untuk berada satu ruangan bersama

bayinya sedangkan untuk pasien yang kelas dua dan tiga tidak satu ruangan dengan

bayinya. Bayi akan diantar dan disusui oleh ibunya sesuai dengan jadwal yang

diberlakukan oleh rumah sakit.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui Bagaimana Gambaran

Pemberian ASI pada Bayi dengan Ibu Post Sectio Caesarea di RSU Kab Tangerang

dan salah satu RS swasta di Depok.

B. Rumusan Masalah

Persalinan dengan operasi sectio caesarea merupakan salah satu penyebab

yang dapat menghambat proses pemberian ASI dalam hal ini Inisiasi Menyusui Dini

(IMD), hal ini dikarenakan keadaan fisik dan psikologis ibu dengan persalinan

operasi berbeda dengan ibu persalinan normal dapat juga diakibatkan oleh bayi Sectio

Page 22: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

5

caesarea yang harus membutuhkan penanganan khusus dibanding bayi dengan

persalinan normal.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan peneliti ingin mencoba

merumuskan masalah yaitu bagaimana Gambaran Pemberian ASI pada bayi Ibu Post

Sectio Caesarea di RSU Kabupaten Tangerang dan salah satu RS Swasta di daerah

Depok.

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea?

2. Bagaimana gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya?

3. Bagaimana gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap

pemberian ASI?

4. Bagaimana gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada

ibu sectio caesarea?

5. Bagaimana gambaran jenis obat bius yang dipakai saat operasi terhadap

pemberian ASI?

6. Bagaimana gambaran kondisi bayi yang lahir pada ibu dengan sectiocaesarea

terhadap pemberian ASI?

7. Bagaimana gambaran pemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan cara

pemberian?

Page 23: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran pemberian ASI pada bayi dengan ibu post Sectio

Caesarea. Dalam hal ini proses pemberian IMD dan faktor apa saja yang

menghambat pemberian IMD (Nyeri, Pengeluaran ASI, jenis anastesi,

kondisi bayi dan pemberian ASI pada ibu rawat gabung).

2. Tujuan Khusus

1) Diperolehnya gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio

caesarea

2) Diperolehnya gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya

3) Diperolehnya gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu

terhadap pemberian ASI

4) Diperolehnya gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah

melahirkan pada ibu sectio caesarea

5) Diperolehnya gambaran jenis obat bius yang dipakai saat operasi

terhadap pemberian ASI

6) Diperolehnya gambaran kondisi bayi yang lahir pada ibu dengan

sectio caesarea terhadap pemberian ASI

7) Diperolehnya gambaranpemberian ASI pada ibu rawat gabung:

waktu dan cara pemberian ASI

Page 24: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

7

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

gambaran pemberian ASI pada ibu dengan sectio caesarea yaitu tentang

pemberian IMD, waktu pemberian ASI dan faktor yang mempengaruhi

terhambatnya pemberian ASI sehingga diharapkan dapat dilakukan

penelitian selanjutnya agar dapat ditemukan intervensi yang sesuai agar

pelaksanaan IMD dapat terlaksana dengan baik.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan untuk peneliti tentang pemberian ASI pada bayi dengan ibu

bersalin dengan Sectio Caesarea.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik

secara teoritis maupun metodologi mengenai penelitian terkait pemberian

ASI pada bayi dengan ibu Sectio caesarea.

4. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan jadi pertimbangan dan masukan untuk

rumah sakit agar dapat memberikan motivasi kepada ibu yang bersalin

dengan sectio caesarea dan melakukan intervensi yang sesuai agar dapat

Page 25: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

8

meningkatkan pemberian ASI pada bayi dengan ibu dengan Sectio

Caesarea.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini ingin melihat gambaran pemberian ASI pada ibu post

Sectio Caesarea. Populasi penelitian ini adalah pasien dengan sectio caesarea

yang dirawat di ruang perawatan dan yang akan menyusui bayinya.

Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian

dilakukan dari bulan Februari sampai bulan April 2016. Instrumen penelitian

yang digunakan yaitu menggunakan kuesioner.

Page 26: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi

ASI atau air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok

diberikan terutama untuk bayi yang baru lahir. Pemberian ASI pada masa

awal kehidupan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi di

dunia.Karena sangat pentingnya pemberian ASI organisasi kesehatan

dunia seperti WHO dan UNICEF menganjurkan agar bayi hanya diberikan

ASI ekslusif selama 6 bulan awal kehidupannya. Makanan Pendamping

ASI (MPASI) dapat diberikan sesudah bayi berumur lebih dari 6 bulan

dan pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun.

Depkes mengelompokkan pola menyusui menjadi 3 yaitu menyusui

ekslusif, menyusui predominan, menyusui parsial. Menyusui ekslusif

menurut Depkes adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain

termasuk air putih. Kedua, menyusui predominan adalah menyusui bayi

tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya

teh, sebagai makanan/ minuman prelakteal sebelum ASI keluar. Terakhir

menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan

selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi

berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun sebagai

makanan prelakteal (Depkes, 2012).

Page 27: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

10

2. Manfaat ASI

a. Manfaat bagi bayi

ASI memiliki semua kandungan nutrisi yang diperlukan bayi seperti

air, lemak, trigliserida, karbohidrat, laktosa, protein, vitamin, mineral,

kalsium dan fosfor yang tidak dapat ditemukan di susu formula ataupun

susu lainnya. ASI juga mengandung sel imun, antibodi yang banyak

terdapat dalam kolostrum, laktoferin dalam ASI dapat menghambat

pertumbuhan bakteri berbahaya didalam usus dan komponen lain dalam

ASI dapat mendorong kematangan sistem pencernaan yang dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit karena beberapa bulan setelah

lahir bayi belum dapat membentuk sendiri respon imun tubuhnya dengan

sempurna sehingga dengan memberikan ASI dapat membantu bayi untuk

terlindung dari berbagai macam penyakit khususnya penyakit saluran

pencernaan karena saluran pencernaan bayi masih sangat sensitif, saluran

ini lebih siap untuk mengolah susu manusia dibanding susu formula

sehingga bayi yang diberikan susu formula cenderung lebih mudah

mengalami gangguan pencernaan (Sherwood, 2012).

ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang

dapat mencegah infeksi pada bayi. ASI diperkirakan dapat mengirimkan

limfosit ibu ke dinding usus bayi dan memulai proses imunologik

sehingga memberikan imunitas pasif pada bayi terhadap penyakit infeksi

tertentu hingga mekanisme itu sepenuhnya berfungsi setelah 3 sampai 4

Page 28: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

11

bulan. Bayi yang meminum ASI terbukti jarang menderita gastroenteritis

dan kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat

sedikit (Sumarah, 2009).

Pemberian ASI ekslusif terbukti dapat meningkatkan sistem imun

bayi.Penelitian Haris (2011) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan status

imunitas bayi yang diberikan ASI ekslusif dengan bayi yang tidak

diberikan ASI ekslusif. Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif menunjukan

status imunitas yang lebih baik dan stabil dibandingkan dengan yang tidak

diberikan ASI ekslusif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Eka Putri

(2013) jika bayi yang diberikan ASI ekslusif lebih banyak maka jumlah

bayi yang menderita diare akan lebih sedikit. Dapat disimpulkan ada

hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan angka kejadian diare akut

pada bayi. Hal ini terjadi karena pada waktu lahir dan selama beberapa

bulan sesudahnya semua sekresi saluran cerna bayi yang mengandug

enzim, terutama enzim yang diperlukan untuk mencerna susu manusia

belum bisa mencerna makanan yang lain karena bayi baru memproduksi

sedikit amilase saliva atau pankreas. Dengan demikian, pencernaan bayi

tidak siap mencerna karbohidrat kompleks yang diperoleh dalam makanan

padat sehingga dapat menimbulkan berbagai macam masalah pencernaan

(Bobak, 2005).

Page 29: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

12

b. Manfaat bagi Ibu

Pemberian ASI ke bayi dapat membantu ibu memulihkan diri dari

proses setelah persalinan. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama

membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan

(isapan pada puting susu merangsang dikeluarkannya oksitosin alami yang

akan membantu kontraksi rahim). Pemberian ASI adalah cara yang

penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan

membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun, 2009).

Menyusui bagi para ibu muda yang baru pertama melahirkan, sering

kali masih menjadi hal yang membingungkan. Seperti bagaimana cara

menyusui, waktu pemberian, maupun produksi asi yang lancar. Padahal

sebenarnya menyusui adalah proses yang sangat menyenangkan. Saat

menyusui ibu melakukan kontak kepada bayi seperti berbicara, mendekap,

atau mengelus bayi. Dari sisi kesehatan ibu, menyusui juga terbukti dapat

mencegah timbulnya kanker payudara juga mampu mencegah perdarahan

setelah persalinan sehingga ibu terhindar dari defisiensi zat besi atau

anemia.

Menyusui dapat mengurangi berat badan ibu. Lemak yang tersimpan

selama masa kehamilan, digunakan sebagai energi pembentuk ASI,

sehingga kadar lemak dalam tubuh ibu berkurang. Menyusui juga dapat

mengembalikan kembali bentuk rahim secara cepat. Menyusui dengan

ASI sangat praktis, kapan pun dan dimana pun bayi ingin menyusu dapat

diberikan. Persiapan penyajian ASI juga tidak memerlukan proses yang

Page 30: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

13

lama seperti menyajikan susu formula. Dari segi kebersihan ASI sangat

steril, sehingga tidak perlu dikhawatirkan terdapat kuman yang dapat

mengganggu sistem pencernaan bayi. Pada bayi yang diberi ASI secara

ekslusif, tingkat stress dan emosional anak saat dewasa lebih stabil. ASI

juga mampu meningkatkan hubungan batin yang erat antara ibu dan bayi

(Budi, 2010).

Penghisapan oleh bayi dapat menekan siklus haid dengan menghambat

sekresi LH dan FSH, mungkin dengan menghambat GnRH. Karena

dengan menyusui sesering mungkin dapat meningkatkan produksi hormon

prolaktin yang dapat menghambat proses pematangan sel telur, karena itu

laktasi cenderung mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan

kehamilan berikutnya meskipun bukan cara kontrasepsi yang handal.

Mekanisme ini memungkinkan semua sumber daya ibu dicurahkan kepada

bayinya dan bukan dibagi dengan mudigah baru (Sherwood, 2012).

c. Manfaat untuk keluarga

Dalam budaya Indonesia kelahiran bayi adalah kebahagiaan bagi

seluruh keluarga besar. Jika ibu memberi ASI, keluarga tidak perlu dibuat

repot dengan menyediakan susu formula. Jika anak bangun dan ingin

minum cukup menyediakan diri. Menyusui adalah pemberian makan

minum paling praktis. Pemberian ASI dapat mengurangi biaya rumah

tangga karena biaya untuk membeli susu formula lumayan cukup mahal

dan dapat mengurangi biaya pengobatan karna bayi yang diberi ASI

cenderung lebih jarang sakit (Kun budiasih, 2008).

Page 31: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

14

d. Manfaat untuk Negara

Semakin banyak ibu yang menyusui, Negara dapat menghemat biaya

subsidi untuk perawatan anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka

kematian bayi juga dapat berkurang karena pemberian ASI. Negara juga

berhemat dari biaya membeli alias mengimpor susu formula dan

perlengkapan menyusui. Menyusui akan mengurangi polusi karena

penggunaan susu formula menghasilkan sampah kaleng, plastik, kardus,

dan sebagainya. Sedangkan ASI tidak menghasilkan sampah apapun, jika

sebagian besar anak Indonesia minum ASI, Negara diuntungkan karena

memiliki generasi muda yang sehat dan pintar (Kun budiasih, 2008).

B. Fisiologi Laktasi

Menyusui menurut Bobak (2005) tergantung pada gabungan kerja

hormon, refleks, dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan

terdiri dari faktor-faktor berikut ini:

1. Laktogenesis: Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada

tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel

alveolar mamaria oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang

menyerupai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir

sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.

2. Produksi susu: Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan

jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan

Page 32: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

15

pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan

menyerupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.

3. Ejeksi susu: Pergerakan susu dari alveoli (dimana susu disekresi oleh

suatu proses ekstrusi dari sel) ke mulut bayi merupakan proses yang

aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let-down

atau refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan

respons terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis

posterior untuk menyekresi oksitosin. Dibawah pengaruh oksitosin,

sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui

sistem duktus ke dalam mulut bayi.

4. Kolostrum: Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk

kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibodi vital dan

nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal

bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar

bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum

mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk

mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap

berubah menjadi susu ibu antara hari tiga dan kelima masa nifas.

5. Susu ibu: Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu

mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat dari pada

susu yang keluar pada bagian akhir menyusui. Menjelang akhir

pemberian makan, susu sisa ini lebih putih dan mengandung lebih

banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir

Page 33: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

16

pemberian makan memberikan bayi rasa puas. Pemberian makan yang

cukup lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih

lunak, memberi cukup kalori yang di butuhkan untuk meningkatkan

berat badan, menjarangkan jarak antar menyusui dan mengurangi

pembentukan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang

lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama (Woolridge, Fisher, 1988).

Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang

diperlukan untuk membuat psoses menyusui berhasil: refleks rooting,

menghisap dan menelan. Akan tetapi, untuk menyusui secara efisien,

beberapa bayi memerlukan latihan untuk mengoordinasi mengisap,

menelan dan bernapas.

C. Refleks Menyusui pada Ibu

Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui ialah sekresi prolaktin,

ereksi puting susu dan refleks let-down. Prolaktin merupakan hormon

laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu.

Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang

hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan

produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang

disekreksi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya

stimulus isapan yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap (Garza,

Hopkinson, 1988; Lawrence, 1994; Worthington-Roberts, 1993).

Page 34: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

17

Stimulus puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks

ereksi puting susu ini membantu mendorong susu melalui sinus-sinus

laktiferus ke pori-pori puting susu.

Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-

down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis

posterior. Stimulasi oksitosin membuat sel-sel mioepitel di sekitar alveoli di

dalam kelenjar mamaria berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang menyerupai otot

ini menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus dan masuk kedalam sinus-

sinus laktiferus, dimana susu tersedia untuk bayi (Lawrence, 1994).

Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau

dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apa pun. Tanda-tanda lain let-down

adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari

payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang dihisap

oleh bayi. Kram uterus selama menyusui disebabkan oleh kerja oksitosin

terhadap uterus dan peningkatan perdarahan per vagina selama atau sesaat

setelah menyusui. Banyak ibu mengalami refleks let-down hanya karena

berfikir tentang bayinya atau mendengar bayi lain menangis. Refleks let-down

dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama

orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah

mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses

menyusui berlangsung baik.

Page 35: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

18

Walaupun sikap ibu terhadap menyusui dapat merupakan faktor yang

sangat penting untuk mencapai keberhasilan laktasi, tetapi bukti banyak bayi

tetap selamat walaupun ibunya berada dalam kondisi yang sangat lelah

sekalipun, membuktikan bahwa laktasi tidak membutuhkan tempat yang ideal

(Bobak, 2005).

Gambar 1.1 Mekanisme pengeluaran ASI (Bahiyatun,2009)

Page 36: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

19

D. Komposisi Gizi ASI

Dalam buku Bahiyatun (2009) Air susu ibu dalam stadium laktasi

dibedakan menjadi:

1. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat

dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah

masa puerperium. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1

sampai hari ke-3 dan komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari

selalu berubahdengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning

daripada susu yang matur. Kolostrum juga merupakan pencahar yang

ideal untuk membersihkan meconium dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang

akandating dan lebih banyak mengandung protein daripada ASI yang

matur, tetapi berbeda dari ASI yang matur.

Kolostrum lebih banyak mengandung antibody daripada ASI yang

matur. Selain itu, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai

umur 6 bulan dan memiliki kadar karbohidrat dan lemak yang lebih

rendah daripada ASI yang matur serta mineral (terutama natrium,

kalium dan klorida) lebih tinggi daripada susu matur. Vitamin yang larut

dalam lemak lebih tinggi daripada ASI yang matur, sedangkan vitamin

Page 37: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

20

yang larut dalam air dpaat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila

dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak. Terdapat

tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein yang ada di dalam usus bayi

menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar

antibody pada bayi dan volumenya berkisar 150-300 ml/ 24 jam.

2. Air susu masa peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur,

disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi. Ada

pendapat bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai

minggu ke-5. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat

dan lemak serta volume juga semakin meningkat. Komposisi ASI

menurut Klein dan Osten adalah satuan gram/100 ml

3. Air susu matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,

komposisi relative konstan. Ada pendapat yang menyatakan bahwa

komposisi ASI relative konstan mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-

5.Merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-

kasein, riboflafin dan karoten yang terdapat di dalamnya. Terdapat

faktor anti microbial didalamnya yaitu antibodi terhadap bakteri dan

virus, sel (fagosit granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T), enzim

(lisozim, laktoperosidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase,

Page 38: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

21

fosfodieterase, alkalifosfatase), protein (laktiferin, B12 binding

protein), faktor resisten terhadap stafilokokus, Sel penghasil interferon,

laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat

bakteriostatik kuat terhadap Escherichia coli dan juga menghambat

pertumbuhan Candida albicans, Lactobacillus bifidus merupakan

koloni kuman yang memetabolisasi laktosa menjadi asam laktat yang

menyebabkan rendahnya Ph sehingga pertumbuhan kuman pathogen

dapat dihambat

Immunoglobulin memberi mekanisme pertahanan yang efektif

terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan

komplemen dan lisozim merupakan suatu antibacterial nonspesifik yang

mengatur pertumbuhan flora di usus

Faktor leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah

pertumbuhan kuman pathogen (efek bakteriostatis dicapai pada Ph

sekitar 7,2)

(Bahiyatun, 2009)

E. Lama dan Frekuensi Menyusui

Menyusui bayi sebaiknya tanpa dijadwal, karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi

menangis bukan karena sebab lain (misalnya karena buang air) atau ibu

sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat

Page 39: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

22

mengosongkan satu payudara dalam 5-7 menit dan ASI dalam lambung

bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Perhatikan tanda-tanda bila bayi

sudah cukup ASI. Pada awalnya, bayi akan menyusu dengan jadwal yang

tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 sampai 2

minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang

baik. Hal ini disebabkan oleh isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui ASI tanpa jadwal

dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin

timbul (Bahiyatun, 2009).

F. Tanda kecukupan ASI

Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai

kuning muda, bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan

bentuk “berbiji”, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan

tidur cukup, bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, Payudara ibu

terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui, Ibu dapat merasakan

rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu dan berat badan

bayi bertambah (Bahiyatun, 2009).

G. Cara menyusui yang benar

Proses menyusui harus santai dan nyaman bagi ibu, ibu dapat duduk

dengan bersandar, gunakan bantal untuk mengganjal bokong bayi. Menyusui

bisa dimulai dari payudara kanan dengan meletakkan kepala bayi pada siku

Page 40: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

23

kanan bagian dalam dengan posisi badan bayi menghadap badan ibunya.

Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi. Sangga payudara kanan

dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian yang hitam lalu sentuh mulut bayi

dengan puting susu anda untuk memberi rangsangan, bila bayi membuka

mulut masukkan seluruh puting susu sebanyak mungkin sampai daerah areola

tertutupi dan dekap bayi hingga ujung hidung bayi menyentuh payudara anda,

ibu jari menekan sedikit payudara sehingga bayi bayi dapat bernafas.

Menyusui dapat terjadi kurang lebih 10-15 menit, lepaskan isapan bayi

dengan menekan dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke

sudut mulut bayi. Sebelum dilanjutkan dengan menyusu pada payudara lain,

sendawakan dahulu bayi agar tidak muntah dengan cara membuat posisi bayi

menempel di pundak ibu (Ida ayu, 2009).

H. Posisi dalam menyusui

1. Posisi menggendong atau cradle position

Letakkan kepala bayi di lekuk lengan.Pegang badan dan bokong bayi

dengan tangan dan lengan anda. Bayi berbaring menghadap anda.

Payudara berada di depan muka bayi. Letakkan tangan bayi yang satu di

belakang tubuh anda seperti posisi merangkul.

2. Posisi memegang kepala atau football position

Dengan cara meletakkan (menyelipkan bayi pada lengan bawah seperti

memegang bola football dengan kepala bayi berada pada tangan anda.

Page 41: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

24

Ini adalah posisi yang baik untuk ibu dengan operasi Caesar atau bayi

yang kecil. Posisi ini akan mengurangi tekanan pada bagian perut.

3. Posisi miring atau lie on your side

Posisi tubuh ibu miring ke satu sisi dengan bayi menghadap ibu

(berhadapan).Anda dapat menggunakan beberapa bantal untuk

menyokong kepala dan pundak anda.Posisi ini baik untuk ibu dengan

operasi Caesar atau yang masih sulit untuk duduk.

Jadi memberikan ASI yang benar adalah dengan menggerakan badan

bayi kearah payudara dengan posisi yang nyaman buat anda berdua

bukan dengan menggerakan payudara kearah tubuh bayi sehingga

menyebabkan pundak dan punggung anda sakit.

(Suririnah, 2009)

I. Masalah Dalam Menyusui

Menurut Bobak (2005) ada beberapa macam masalah menyusui terkait

dengan Ibu yang dapat menghambat dalam pemberian ASI yaitu:

1. Pembengkakan Payudara (ENGORGED)

Pembekakan (engorgement) ialah respons payudara terhadap hormon-

hormon laktasi dan adanya air susu. Payudara membengkak dan

menekan saluran air susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu.

Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila. Payudara biasanya terasa keras,

tegang, dan panas akibat adanya peningkatan suplai darah dan kulit

dapat terlihat tegang dan licin berkilat. Keadaan ini mebuat puting sulit

Page 42: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

25

untuk dihisap oleh bayi. Proses menyusui dapat menimbulkan rasa nyeri

pada ibu dan membuat baik ibu maupun bayi, frustasi. Engorgement

harus diatasi secara agresif. Air susu mengandung faktor penghambat

prolaktin. Setiap kali payudara penuh, kelenjar susu memperoleh pesan

untuk menurunkan produksinya.

2. Puting yang terluka

Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting

yang terluka dapat di cegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang

benar dan dengan menghindari engorgement sebelum hal ini terjadi.

Rasa nyeri ialah suatu tanda yang jelas bahwa intervensi perlu

dilakukan.

3. Saluran yang tersumbat

Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di

payudara, yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini

dapat disebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak baik,

Pemakaian bra yang terlalu ketat, posisi menyusui yang tidak benar,

atau selalu menggunakan posisi yang sama.

4. Afterpains

Ibu yang menyusui dapat mengalami afterpains. Afterpains lebih

sering terjadi pada ibu multipara dari pada ibu primipara. Afterpains ini

dapat cukup kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya

dapat mengganggu pemberian makan pada bayi. Ibu dapat menemukan

Page 43: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

26

adanya peningkatan jumlah aliran lokia jumlah aliran lokia akibat

kontraksi rahim yang menimbulkan afterpains.

5. Persepsi tentang jumlah susu

Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah karena

hisapan menstimulasi aliran susu, pemberian susu dalam waktu cukup

lama seharusnya dapat memberikan suplai susu dalam jumlah besar.

6. Infeksi pada ibu

Apabila ibu merasakan nyeri tekan pada payudara disertai demam dan

perasaan yang umum di alami saat mengalami flu, kemungkinan telah

terjadi infeksi pada payudara.

J. Faktor bayi

Faktor bayi juga turut mempengaruhi dalam hal pemberian ASI seperti

bayi yang lahir dengan kelainan anatomi (cacat bibir atau palatum), bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi yang tidak mau menyusu dan

bayi dengan penyakit tertentu (Gibney, 2008 dalam Enih 2011). Adapun bayi

yang dilahirkan dengan section caesarea lebih besar menderita resiko asfiksia

dibandingkan dengan bayi yang lahir normal, hal ini dapat terjadi akibat bayi

yang dilahirkan dengan section caesarea tidak mendapatkan kompresi dada

saat kelahiran sehingga cairan dalam paru-paru yang harusnya terdorong

keluar saat persalinan menjadi tidak dapat keluar dari saluran pernafasan

(Cunningham, 2006).

Page 44: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

27

K. Masalah menyusui pada ibu Sectio Caesarea

Ada beberapa penyebab ibu menunda untuk memberikan ASI kepada

bayinya yaitu adanya luka operasi dan pengaruh obat bius dapat berefek pada

penundaan pemberian ASI dan jalinan hubungan emosi ibu-anak. Bayi hasil

operasi Caesar biasanya akan langsung ditempatkan diruang observasi (Ewa,

2015).

Waktu pengeluaran ASI pada pasien dengan Sectio Caesarea lebih

lambat dibanding ibu yang melahirkan normal.Hal ini Dapat disebabkan oleh

posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca operasi dan mobilisasi yang

kurang (Desmawati, 2013). Mobilisasi adalah menggerakan anggota badan,

gerakan ini bertujuan agar sirkulasi darah menjadi lancar, menghindari

pembengkakan dan mencegah terjadinya gangguan pembuluh darah. Ibu

dengan operasi caesar disarankan untuk mobilisasi setelah 8 jam paska

persalinan (Deri, 2013). Dapat terjadi akibat psikologis dan kondisi ibu sectio

caesarea yang berbeda dengan ibu yang melahirkan normal. Pemberian ASI

secara dini juga dapat diakibatkan oleh kondisi bayi yang tidak

memungkinkan (Syamsinar, 2013).

Walaupun terkadang ASI sudah keluar dihari pertama namun sebagian

ibu Sectio Cesarea tidak setuju untuk memberikan ASI pada hari pertama,

meskipun ibu mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI. Alasan ibu

tidak melakukan inisiasi hari pertama yaitu bayi yang belum dirawat gabung

(Dwi, 2012). Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu

Page 45: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

28

beserta bayinya dalam ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-

sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari.

Tujuan dilakukannya rawat gabung antara lain:

1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan

saja saat dibutuhkan.

2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi dengan benar

seperti yang dilakukan oleh petugas.

3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.

4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan

membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan

benar.

L. Syarat Rawat gabung

Ibu dan bayi yang dirawat gabung harus memenuhi syarat sebagai

berikut: bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR bayi

minimal 7), berat bayi lahir 2000-2500 gram atau lebih, bayi yang lahir secara

sectio caesarea (SC) dengan anastesi umum rawat gabungnya dilakukan

setelah ibu dan bayi sadar penuh, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi

intrapartum (Dwienda, 2014).

Page 46: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

29

M. Persalinan Sectio Caesarea

1. Definisi

Sectio caesarea (SC) adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak

lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Indikasi sectio caesarea

bisa absolut atau relatif (Oxorn, 2010).

Hasil dari data Riskesdas tahun 2013 menunjukan pasien yang

melakukan operasi SC di Indonesia rata-rata sebanyak 9,8% dengan angka

kelahiran operasi SC tertinggi di provinsi DKI Jakarta sebanyak 19,9%

dan terendah di Sulawesi tenggara sebanyak 3,3%.

2. Indikasi

Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat vagina tidak mungkin

terlaksana merupakan indikasi yang pasti untuk persalinan dengan operasi.

Diantaranya adalah panggul yang sempit dan neoplasma yang menyumbat

jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana

tapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio

caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun keduanya. Bukan saja

menjadi aman bagi ibu, tetapi juga jumlah bayi yang cedera akibat partus

lama dan pembedahan traumatik vagina menjadi berkurang. Selain itu,

perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual pada

bayi telah memperluas indikasi sectio caesarea (Oxorn, 2010).

Page 47: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

30

3. Dampak dari persalinan Sectio Caesarea

Dampak kesehatan pasca operasi ini cukup berat seperti infeksi,

perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius bahkan kematian

(Iis, 2008). Persalinan ini juga membutuhkan waktu penyembuhan yang

lebih lama karena efek pembiusan epidural pada tubuh bagian bawah.

Oleh karena itu, ibu perlu satu-dua hari untuk bisa bangun dan berjalan

dengan normal hal ini dapat mempengaruhi waktu pemberian ASI selain

itu persalinan dengan operasi juga lebih mahal dibandingkan dengan

persalinan normal (Nia, 2011).

Kecenderungan waktu recovery yang lebih lama membuat sebuah

permulaan hubungan lekat antara ibu dan bayi tidak maksimal. Hal itu

bukanlah sebuah awal yang baik untuk memulai hubungan dengan si

kecil. Efek anastesi yang menyebabkan ibu mengantuk dalam waktu yang

cukup lama serta rasa sakit pada luka bekas operasi bisa jadi membuat

perhatian ibu lebih diarahkan untuk pemulihan diri sendiri ketimbang pada

bayi mungilnya. Ada juga yang melaporkan bahwa ASI baru akan keluar

setelah tiga atau lima hari karena adanya keterpisahan antara ibu dan bayi

(Nia, 2011).

Penelitian sejalan yang dilakukan oleh Desmawati (2013)

mengemukakan bahwa ada hubungan antara rooming in dengan kecepatan

pengeluaran ASI dimana ibu yang melakukan roomingin kontinu

pengeluaran ASI dapat keluar dalam waktu 23 jam dibanding intermiten

Page 48: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

31

yang 48 jam. Luka bekas operasi juga dapat menyebabkan ibu tidak

leluasa menggendong dan menyusui bayi meskipun rasa sakitnya

berangsur akan hilang, tetapi masih diperlukan obat anti sakit untuk itu.

Ibu juga tidak diperbolehkan mengangkat benda-benda yang terlalu berat

selama periode waktu tertentu. Semakin tinggi nyeri yang dialami ibu post

partum sectio caesarea, semakin lambat pengeluaran ASI.

Bayi yang disusui dengan gerakan menghisap yang berirama akan

merangsang saraf yang terdapat di dalam glandula pituitari posterior.

Rangsang refleks ini akan mengeluarkan oksitosin dari pituitari posterior

yang menyebabkan sel-sel mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi

dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh darah. Refleks ini

dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya nyeri pada jahitan bekas

operasi (Nia, 2011).

Efek lainnya pada ibu adalah pada proses kelahiran selanjutnya. Ibu

yang pada persalinan pertama melahirkan secara operasi harus membatasi

jumlah kelahiran, yaitu maksimum empat anak dan jarak antar anak

minimum dua tahun. Selain itu melahirkan secara normal setelah

melahirkan secara caesar pada proses persalinan yang pertama dapat

berbahaya bagi ibu karena dapat memicu timbulnya kerusakan di otak ibu

apabila dilakukan sebelum jangka waktu dua tahun (Nia, 2011).

Efek bagi bayi yang lahir dengan operasi cenderung membuat

nafasnya cepat dan tidak teratur, karena bayi tidak mengalami tekanan

Page 49: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

32

kompresi dada saat kelahiran berbeda dengan bayi yang lahir normal,

sehingga cairan dalam paru-parunya tidak keluar. Masalah pernafasan ini

dapat terjadi selama beberapa hari setelah lahir, sehingga angka APGAR

bayi rata-rata rendah, angka APGAR yang rendah juga dapat disebabkan

oleh efek anastesi, kondisi bayi yang stress menjelang kelahiran, bayi

yang tidak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir normal. Sehingga bayi

yang lahir lewat operasi membutuhkan perawatan dan alat bantu

pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir normal (Ewa,

2015)

Pemberian ASI pada bayiakan terhambat, karena bayi tidak dapat

langsung menyusui sehingga waktu pengeluaran ASI juga dapat

terhambat. Selain itu bayi dari ibu yang diberi banyak obat ketika proses

persalinan menunjukkan pola perilaku yang kurang teratur dan sering

tampak mengantuk. Obat-obatan anastesi atau analgesik yang diminum

ibu juga berpengaruh kepada cepat atau sulitnya bayi beradaptasi pada

lingkungan yang baru. Namun, dari segi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang mengalami proses operasi caesar, tidak terlalu banyak berbeda

dengan bayi yang lahir dari persalinan normal. Hal tersebut lebih banyak

ditentukan oleh kondisi bayi selama dalam kandungan. Jika saat dalam

kandungan kondisi bayi sudah baik, kondisinya tidak akan jauh berbeda

pada saat dilahirkan (Nia, 2011).

Page 50: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

33

N. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Bobak (2005), Nia (2011), Ewa (2015), Desmawati (2013), Gobey (2008),

Rowe-Murray & Fisher (2002). Chalmers, et al.(2010)

Proses

pembentukan ASI

terganggu

ASI

Section Caesarea Normal

Jenis Persalinan

Faktor internal

Bayi

Faktor Eksternal

Ibu dan bayi tidak

berada di dalam

satu ruangan yang

sama (rawat pisah)

Waktu menyusui

bayi di jadwalkan

Bayi langsung

diberikan susu

formula

Dukungan petugas

kesehatan

Nyeri

jenis obat bius

ASI tidak keluar

Kenyamanan

ibu terganggu

Produksi

hormon

oksitosin

terganggu

Proses menyusui

tertunda

Resiko kelainan

anatomi, bblr dll

Dibawa

Keruang

perawatan

khusus

Tidak dilakukan

IMD

Refleks sucking

bayi tidak

terstimulasi

Ibu berfokus

kepada diri

sendiri

IBU

Faktor yang

mempengaruhi

Page 51: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

34

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep mengacu pada tujuan penelitian yaitu memberikan

gambaran pemberian ASI pada ibu dengan post sectio caesarea serta faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi terhambatnya pemberian IMD.

Definisi operasional berisi pengertian batasan karakteristik hal yang akan

diteliti dalam penelitian ini. Faktor internal yang akan diteliti dalam penelitian

ini adalah kondisi ibu (Nyeri setelah operasi, jenis anastesi, Pengeluaran ASI)

dan bayi (Berat bayi lahir dan Kondisi anatomi). Untuk faktor eksternal yang

akan diteliti meliputi (Aplikasi IMD di Rumah Sakit, Pemberian ASI pada ibu

rawat gabung: waktu dan cara pemberian ASI).

Page 52: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

35

Bagan 3.1 Kerangka konsep

FAKTOR INTERNAL

IBU

Nyeri Paska Operasi

Jenis Anastesi

Pengeluaran ASI

BAYI

Kondisi bayi (Berat badan

lahir dan Fisik)

FAKTOR EKSTERNAL

Aplikasi IMD di Rumah

Sakit

pemberian ASI pada ibu

rawat gabung: waktu dan

cara pemberian ASI

Pemberian ASI Ekslusif

pada ibu Post Sectio

Caesarea

Page 53: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

36

B. Definisi Operasional

BAGAN 3.2 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Subvariabel Definisi

Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1. Faktor

internal:

Faktor

Ibu

1.Waktu

pemberian

ASI

2. Skala nyeri

paska operasi

Faktor dari ibu

yang

mempengaruhi

proses pemberian

ASI

1. Waktu antara

operasi sampai

menyusui yang

pertama

2. Skala nyeri

yang dirasakan

setelah operasi dan

dilakukan

pengukuran pada

hari pertama

sampai hari ketiga.

Kuesioner

B

Kuesioner

B

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

< 3 jam setelah melahirkan

(bernilai 1)

3- 24 jam setelah persalinan

(bernilai 2)

Hari kedua setelah persalinan

(bernilai 3)

Lebih dari 2 hari (bernilai 4)

Ringan (skala ukur 1-3)

(bernilai 1)

Sedang ( skala ukur 4-6)

(bernilai 2)

Berat ( skala ukur 7-10)

(bernilai 3)

Nominal

Page 54: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

37

3. Nyeri

paska

operasi

4. Waktu

pengeluara

n ASI

5. jenis obat

anastesi

3.Nyeri yang

dialami ibu yang

mempengaruhi ibu

untuk menunda

memberikan ASI.

4. Waktu ASI

mulai keluar untuk

pertama kalinya

setelah kelahiran

5. Jenis anastesi

yang digunakan ibu

yang menyebabkan

ibu mengantuk

dalam waktu yang

cukup lama,

sehingga

tertundanya waktu

pemberian ASI

Kuesioner

B

Kuesioner

B

Kuesioner

A

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

Observasi

Data

Sekunder

(Rekam

Medis)

Ya mempengaruhi (bernilai 0)

Tidak mempengaruhi (bernilai

1)

Hari pertama persalinan

(bernilai 1)

Hari kedua persalinan (bernilai

2)

lebih dari 2 hari setelah

persalinan (bernilai 3)

Anastesi Spinal (bernilai 1)

Anastesi Total (bernilai 0)

2. Faktor

bayi

Kondisi bayi Keadaan fisiologis

bayi yang tidak

memungkinkan

untuk diberikan

ASI

Kuesioner

A

Observasi

Data

Sekunder

(Rekam

Medis)

Bayi dalam keadaan sehat

(bernilai 1)

Bayi memiliki sakit berat atau

bayi sedang dipuasakan,

BBLR, kelainan anatomi

(bernilai 0)

Nominal

Page 55: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

38

3. Faktor

eksternal

1. Aplikasi

IMD di

rumah sakit

2. Rawat

gabung ibu-

anak

3. Pemberian

ASI pada ibu

dengan rawat

gabung

1. Aplikasi di

rumah sakit tentang

pelaksanaan IMD

Suatu cara

perawatan yang

menyatukan ibu

beserta bayinya

dalam ruangan

selama 24 jam

penuh dalam

sehari.

Waktu dan cara

pemberian ASI

pada ibu dengan

rawat gabung

Kuesioner

B

Kuesioner

B

Kuesioner

B

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

Data Primer

(Langsung

dari

responden)

Bayi diletakkan di perut ibu

dan menghisap puting (bernilai

1)

Bayi diletakkan di perut ibu

namun tidak menghisap puting

(bernilai 0)

Bayi langsung dibawa

keruangan lain (bernilai 0)

Ya (jika ya akan bernilai 1)

Tidak (jika tidak akan bernilai

0)

Kapanpun ketika dia menangis

atau terlihat lapar

Dari jadwal yang sudah

ditentukan

Saya memompa ASI lalu

memberikannya ke petugas

untuk diberikan ke bayi saya

Saya tidak memberikan ASI

saya

Nominal

Page 56: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

39

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu dimaksudkan

untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area

populasi tertentu yang bersifat faktual. Dengan tujuan mendeskripsikan

seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini (Sudarwan, 2003).

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit yaitu salah satu RS Swasta

di Depok dan RSU Kabupaten Tangerang. Berlangsung dari tanggal 11 april

sampai 25 april 2016. Alasan pemilihan tempat karena ada perbedaan

kebijakan rooming in dari kedua rumah sakit dan juga karena keterbatasan

peneliti dalam hal biaya, tenaga dan sedikitnya jumlah responden yang berada

di rumah sakit.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena

yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian

(Mazhindu and scott, 2005 dalam I Ketut, 2015). Populasi dalam penelitian

ini adalah semua ibu bersalin post Sectio caesarea di RSU Kabupaten

Tangerang dan salah satu RS Swasta di Depok.

Page 57: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

40

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

sehingga dianggap dapat mewakili populasinya. Metode pada penelitian ini

menggunakan accidental sampling.

a) Kriteria sampel

1. Kriteria inklusi

1) Ibu post Sectio Caesarea yang sudah berada di ruang

perawatan

2) Anak lahir hidup

3) Bersedia menjadi responden

b) Jumlah sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami

kelahiran Sectio Caesarea yang ditemui dan memenuhi kriteria inklusi

pada tanggal 11 sampai 25 april 2016.

D. Teknik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental

samplingalasan peneliti mengambil metode ini adalah karena sedikitnya

pasien yang melahirkan dengan section caesarea di rumah sakit maka peneliti

mengambil teknik ini karena metode ini lebih mudah dan cepat dalam

mengambil responden.

Page 58: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

41

E. Teknik pengumpulan data

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April 2016.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan bantuan asisten

peneliti.

b. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti membuat surat

perijinan dari kampus dan mendapatkan tanda tangan pembimbing

juga dekan fakultas kedoteran dan ilmu kesehatan, setelah mendapat

surat perijinan dari pihak fakultas lalu peneliti menghubungi pihak

rumah sakit untuk meminta izin melakukan penelitian di tempat

tersebut, setelah mendapat persetujuan dari pihak RS untuk melakukan

penelitian disana peneliti meminta izin kepada penanggung jawab

ruangan dengan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian

kemudian mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi.

Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian untuk meminta kesediaan menjadi responden dengan

mengisi inform consent. Jika responden setuju dan mengisi kuesioner

peneliti akan memberikan kuesioner kepada ibu dan jika ibu ingin

dibacakan saja karena sibuk mengurus bayinya maka peneliti akan

membacakan pertanyaan yang dijawab responden lalu menuliskan

jawaban responden ke dalam lembar kuesioner. Jika sudah selesai

peneliti akan mengecek kelengkapan kuesioner dan meminta

Page 59: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

42

responden mengisi kembali jika ditemukan data yang tidak lengkap.

Setelah selesai peneliti akan melihat rekam medis pasien untuk

melihat jenis anastesi dan kondisi bayi setelah kelahiran.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Uji Validitas berguna untuk mengetahui apakah ada

pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti

karena dianggap tidak relevan. Pengujiannnya dilakukan secara

statistik, yang dapat dilakukan secara manual atau dukungan

computer, misalnya melalui bantuan paket computer SPSS (Husein,

2011). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji validitas

Pearson Product Moment. Uji validitas dilakukan di rumah sakit

dengan 31 responden. Hasil validitas ditemukan dari 12 pertanyaan

yang diujikan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid. Akhirnya

peneliti mengganti pertanyaan tersebut dengan tidak menghilangkan

variabel nya.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument

yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali,

paling tidak oleh responden yang sama. Misal, seseorang yang telah

mengisi kuesioner dimintakan mengisi lagi karena kuesioner pertama

hilang. Isian kuesioner pertama dan kedua haruslah sama atau

Page 60: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

43

dianggap sama (Husein, 2011). Uji Reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu suatu variable dikatakan

reliabel jika Alpha Cronbach> 0,6. Hasil alpha cronbach yang didapat

0,641 yang berarti bahwa kuesioner ini dapat dikatakan reliabel.

G. Pengolahan data

Proses pengolahan data penelitian menurut Notoatmojo (2010)

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan hasil

wawancara, kuesioner. Apabila ditemukan jawaban belum lengkap

dapat dilakukan pengambilan data ulang jika memungkinkan.Tetapi

apabila tidak memungkinkan maka data tersebut tidak dapat diolah.

Dalam penelitian

2. Coding

Pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Entry Data

Entry data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam

program atau software computer.

Page 61: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

44

4. Cleaning Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan terjadi

kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan

peneliti akan menggunakan analisis univariat yang kemudian akan

diinterpretasikan dalam bentuk deskriptif. Dalam data yang diolah dalam

penelitian ini peneliti tidak menggunakan proses cut of point.

I. Etika penelitian

Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis

moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Etika juga membantu

dalam merumuskan pedoman etis atau norma-norma yang diperlukan dalam

kelompok masyarakat, termasuk masyarakat professional.Sedangkan etika

dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam

kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi hasil

penelitian.

Page 62: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

45

Jenis-jenis etika penelitian menurut Notoatmojo (2010) adalah sebagai

berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut.Disampaing itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada

subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(berpatisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan

martabat subjek penelitian, peneliti seogianya mempersiapkan formulir

persetujuan subjek (inform concent) yang mencakup:

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek

penelitian kapan saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan

informasi yang diberikan oleh responden.

Page 63: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

46

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk

tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,

peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seogiianya cukup menggunakan coding

sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan keterhati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua

subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

Page 64: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

47

subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau

paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress maupun kematian subjek

penelitian.

Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap

penelitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan

hendaknya:

a. Memenuhi kaidah keilmuan yang dilakukan berdasarkan hati nurani,

moral, kejujuran, kebebasan dan tanggung jawab.

b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan,

martabat dan peradaban manusia serta terhindar dari segala sesuatu yang

menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek penelititan atau

masyarakat pada umumnya.

Page 65: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

48

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum

a. RSU Kabupaten Tangerang

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang adalah Rumah

Sakit pemerintah tipe B yaitu rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah

sakit ini didirikan disetiap Ibukota provinsi yang menampung

pelayanan rujukan dari rumah sakit lain. RSU Kabupaten

Tangerang juga merupakan rumah sakit rujukan bagi warga di

wilayah Banten khususnya dalam keadaan persalinan yang gawat

dan juga merupakan Rumah Sakit pendidikan di kota Tangerang

dan sekitarnya. Lokasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

berada di tengah wilayah Kota Tangerang tepatnya di Jl Ahmad

Yani no 9 di dekat gedung pusat pemerintahan Kota Tangerang.

Rumah sakit ini memiliki visi menjadi rumah sakit modern,

unggul dan salah satu misi dari RSU kabupaten Tangerang adalah

untuk menekan angka kematian ibu dan bayi.

Page 66: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

49

b. RS Swasta di daerah Depok

RS ini adalah rumah sakit swasta tipe C yaitu rumah sakit yang

mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis terbatas.

Rumah sakit ini dapat menampung pelayanan rujukan dari

puskesmas. Merupakan rumah sakit Ibu-Anak yang berada di

wilayah Depok rumah sakit yang mempunyai kebijakan tentang

pemberian IMD sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk

menciptakan kedekatan ibu dan bayi sedini mungkin serta untuk

meningkatkan kepercayaan ibu untuk memberikan ASI. Namun

memiliki kebijakan lain tentang rawat gabung ibu dan bayi yaitu

untuk pasien kelas dua dan kelas tiga bayi hanya menyusui sesuai

dengan jadwal yang ditentukan oleh rumah sakit, bayi akan dibawa

kembali ke ruang perawatan bayi jika sudah selesai disusui.

B. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan atau mendeskripsikan data demografi,

IMD, waktu pemberian ASI untuk pertama kalinya, waktu pengeluaran ASI,

nyeri paska operasi, posisi menyusui, mobilisasi yang kurang, jenis anastesi,

kondisi bayi, Aplikasi IMD di rumah sakit.

1. Data demografi

Data demografi mencakup jumlah kelahiran, usia ibu, pendidikan

terakhir, jumlah persalinan dengan operasi, alasan dilakukannya

operasi.

Page 67: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

50

a. Jumlah kelahiran

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi jumlah kelahiran di RSU kab. Tangerang dan

RS Swasta Depok

Tahun 2016

Jumlah kelahiran Frekuensi

n=65

(%)

Primipara 20 30,8

Multi para 45 69,2

Total 65 100,0

Tabel 5.1 menunjukan frekuensi jumlah kelahiran ibu di

RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok lebih banyak terjadi

pada ibu multipara yaitu sebanyak 69,2% dan untuk ibu primipara

hanya sekitar 30,8%.

b. Usia ibu

Table 5.2

Distribusi frekuensi usia ibu di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta

Depok Tahun 2016

Usia Frekuensi

n=65

(%)

< 20 tahun 4 6,2

20-25 tahun 18 27,7

26-30 tahun 17 26,2

> 30 tahun 26 40,0

Total 65 100,0

Table 5.2 menunjukan frekuensi usia ibu terbanyak ketika

melahirkan adalah lebih dari 30 tahun (40%) dan hanya sedikit yang

kurang dari 20 tahun yaitu 6,2%.

Page 68: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

51

c. Pendidikan terakhir

Table 5.3

Distribusi frekuensi pendidikan terkahir ibu di RSU kab. Tangerang

dan RS Swasta Depok Tahun 2016

Pendidikan Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Tidak sekolah 1 1,5

SD 19 29,2

SMP 19 29,2

SMA 21 32,3

Perguruan Tinggi 5 7,7

Total 65 100,0

Tabel 5.3 menunjukan ada 1,5% ibu yang tidak sekolah dan

paling banyak responden adalah berlatar belakang pendidikan SMA

sebanyak 32,3%.

d. Jumlah persalinan dengan operasi

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi kali keberapa melakukan persalinan dengan

operasi di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Persalinan Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Kali Pertama 45 69,2

Kali Kedua 19 29,2

Lebih dari dua kali 1 1,5

Total 65 100,0

Tabel 5.4 menunjukan sebagian besar responden yaitu 69,2%

baru pertama kalinya melakukan persalinan dengan operasi dan hanya

1,5% yang sudah melakukan persalinan dengan operasi lebih dari dua

kali.

Page 69: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

52

e. Alasan dilakukannya operasi

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi alasan persalinan dengan operasi di RSU kab.

Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016

Alasan Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Sungsang 10 15,4

Hipertensi gestasional 13 20,0

Bayi besar 9 13,8

Air ketuban habis 13 20,0

Anak sebelumnya lahir SC 9 13,8

Gagal induksi 3 4,6

Panggul sempit 5 7,7

Kelilit ari- ari 1 1,5

Plasenta previa 1 1,5

Hipermio 1 1,5

Total 65 100,0

Dari tabel 5.5 menunjukan bahwa alasan terbanyak yang

menyebabkan persalinan dengan Sectio caesarea adalah karena

hipertensi gestasional dan air ketuban habis masing-masing

sebanyak 20% sedangkan alasan terendah dikarenakan kelilit ari-

ari, plasenta previa dan hipermio dengan presentase masing-masing

1,5%.

f. Inisiasi Menyusui Dini

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi inisiasi menyusui dini di RSU kab. Tangerang

dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

IMD Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Tidak melakukan 48 73,8

Melakukan 17 26,2

Total 65 100,0

Page 70: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

53

Tabel 5.6 menunjukan sebagian besar ibu tidak melakukan

Inisiasi menyusui dini dengan benar sebanyak 73,8% dan hanya

26,2% saja yang melakukan inisiasi menyusui dini dengan benar.

g. Jenis Anastesi

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi jenis anastesi yang digunakan ibu operasi sectio

caesarea di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Anastesi Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Anastesi spinal 62 95,4

Anastesi Total 3 4,6

Total 65 100,0

Tabel 5.7 menjelaskan bahwa anastesi spinal lebih banyak

digunakan ibu yaitu sebanyak 95,4% dan hanya 4,6% responden

yang menggunakan anastesi total.

h. Kondisi bayi

Tabel 5.8

Distribusi frekuensi kondisi bayi dengan ibu sectio caesarea di

RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Kondisi Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

BBLR 1 1,5

Baik 64 98,5

Total 65 100,0

Page 71: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

54

Tabel 5.8 menunjukan sebagian besar bayi lahir dalam kondisi

baik sebanyak 98,5% dan hanya 1,5% yang lahir dalam kondisi

BBLR.

i. Menyusui untuk pertama kalinya

Tabel 5.9

Distribusi frekuensi waktu pertama kali ibu sectio caesarea

menyusui bayinya di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Pertama kali menyusui Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Kurang dari 3 jam 21 32,3

3-24 jam 19 29,2

Hari kedua 18 27,7

Lebih dari hari kedua 7 10,8

Total 65 100,0

Tabel 5.9 menunjukan sebagian besar ibu menyusui bayinya

kurang dari 3 jam setelah persalinan yaitu 32,3% dan 10,8%

menyusui bayinya lebih dari hari kedua setelah persalinan.

j. Pengeluaran ASI

Tabel 5.10

Distribusi frekuensi hari keberapa ASI mulai keluar setelah

persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Pengeluaran ASI Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Hari pertama 33 50,8

Hari kedua 19 29,2

Lebih dari hari kedua 13 20,0

Total 65 100,0

Page 72: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

55

Tabel 5.10 menunjukan lebih banyak ibu ASI nya sudah keluar

di hari pertama sebanyak 50,8% dan hanya 20,0% yang ASI keluar

lebih dari hari kedua.

k. Skala nyeri di kedua Rumah Sakit

Tabel 5.11

Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari

pertama di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Skala nyeri Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Ringan 5 7,7

Sedang 26 40,0

Berat 34 52,3

Total 65 100,0

Tabel 5.11 menunjukan pada hari pertama lebih banyak

ibu mengalami nyeri skala berat 52,3% dan hanya sebanyak

7,7% mengalami nyeri skala ringan.

Tabel 5.12

Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari

kedua di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Skala nyeri Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Ringan 12 18,5

Sedang 44 67,7

Berat 9 13,8

Total 65 100,0

Tabel 5.12 menunjukan pada hari kedua sebagian besar

ibu mengalami nyeri skala sedang sebanyak 67,7% dan hanya

13,8% yang mengalami nyeri skala berat.

Page 73: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

56

Tabel 5.13

Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari

ketiga di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Skala nyeri Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Ringan 30 46,2

Sedang 34 52,3

Berat 1 1,5

Total 65 100,0

Tabel 5.13 menunjukan pada hari ketiga lebih banyak

responden (52,3%) mengalami nyeri skala sedang dan 1,5%

mengalami nyeri skala berat.

l. Pengaruh nyeri operasi

Tabel 5.14

Distribusi frekuensi pengaruh nyeri dalam mengganggu proses

pemberian ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Pengaruh Nyeri Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Ya 10 15,4

Tidak 55 84,6

Total 65 100,0

Tabel 5.14 menunjukan sebanyak 15,4% merasakan bahwa

nyeri bekas luka operasi mengganggu dalam proses pemberian ASI

namun sebagian besar ibu merasa nyeri tidak berpengaruh dalam

proses pemberian ASI sebesar 84,6%.

Page 74: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

57

m. Rooming in

Tabel 5.15

Distribusi frekuensi Rooming In Ibu-Bayi di RSU kab. Tangerang

dan RS Swasta Depok Tahun 2016

Rooming In Frekuensi

n=65

Presentase

(%)

Tidak 42 64,6

Ya 23 35,4

Total 65 100,0

Tabel 5.15 menunjukan lebih banyak ibu tidak bersama

dengan bayi nya pada hari pertama setelah persalinan yaitu

sebanyak 64,6% dan hanya 35,4% bersama dengan bayinya selama

24 jam pada hari pertama.

n. Gambaran pemberian ASI pada ibu dengan rawat gabung: waktu

dan cara pemberian ASI

Tabel 5.16

Distribusi frekuensi pemberian asi pada bayi dengan Rooming in di

RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Menyusui

Roming in

Tidak Ya

N % N %

Menyusui 14 33,3 21 91,3

Tidak Menyusui 28 66,7 2 8,7

Total 42 100,0 23 100,0

Tabel 5.16 menunjukan sebagian besar ibu akan menyusui

bayinya jika bayi berada satu ruangan dengannya yaitu sebanyak

91,3% dan sebagian besar ibu memilih untuk tidak menyusui

bayinya ketika tidak berada satu ruangan dengannya yaitu sebesar

66,7%.

Page 75: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

58

Tabel 5.17

Distribusi frekuensi waktu pemberian asi pada bayi dengan

Rooming in di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Roming in

Waktu Pemberian asi

Sesuai keinginan

bayi

Sesuai jadwal

rumah sakit

N % N %

Tidak 0 0,0 14 100,0

Ya 21 100,0 0 0,0

Total 21 100,0 14 100,0

Tabel 5.17 menunjukan bayi yang tidak satu ruangan dengan

ibu akan menyusui sesuai jadwal dari RS dan untuk ibu yang satu

ruangan dengan bayi akan menyusui kapanpun bayi

menginginkan.

Tabel 5.18

Distribusi frekuensi cara pemberian ASI pada bayi dengan Rooming

in di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016

Roming in

Cara pemberian asi

Langsung Tidak langsung

N % N %

Tidak 13 38,2 1 100,0

Ya 21 61,8 0 0,0

Total 34 100,0 1 100,0

Tabel 5.18 menunjukan bahwa responden yang menyusui

secara langsung lebih banyak terjadi jika ibu dan bayi berada

dalam satu ruangan yang sama yaitu sebanyak 61,8% sedangkan

semua ibu yang menyusui tidak langsung tidak berada dalam satu

ruangan yang sama dengan bayi.

Page 76: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

59

o. Gambaran Nyeri dapat mengganggu terhadap waktu pertama kali

menyusui

Tabel 5.19

Distribusi frekuensi waktu pertama kali menyusui terhadap nyeri

post operasi di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Waktu pertama

menyusui

Nyeri post operasi

Mengganggu

Tidak

mengganggu

N % N %

< 3 jam 2 20,0 19 34,5

3-24 jam 4 40,0 15 27,3

Hari kedua 3 30,0 15 27,3

Lebih dari hari kedua 1 10,0 6 10,9

Total 10 100,0 55 100,0

Dari tabel 5.19 menunjukan ibu yang merasa terganggu dengan

nyeri nya lebih banyak memberikan ASI nya pada 3-24 jam setelah

persalinan yaitu sebanyak 40% dan untuk ibu yang tidak merasa

nyeri mengganggu dalam proses pemberian ASI lebih banyak

menyusui pertama kali kurang dari 3 jam setelah melahirkan yaitu

sebanyak 34,5%.

Page 77: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

60

p. Gambaran skala nyeri terhadap waktu pengeluaran ASI setelah

persalinan

Tabel 5.20

Distribusi frekuensi skala nyeri hari pertama terhadap waktu

pengeluaran ASI setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS

Swasta Depok

Tahun 2016

Tabel 5.20 menunjukkan pada hari pertama pengeluaran ASI

lebih banyak terjadi pada responden yang mengalami nyeri berat di

hari pertama yaitu sebanyak 51,5% untuk responden yang

pengeluaran ASI nya terjadi di hari kedua juga mengalami nyeri

berat di hari pertama sebanyak 63,2% dan untuk responden yang

ASI nya keluar lebih dari hari kedua sama antara nyeri skala sedang

dan skala berat yang dialami yaitu masing-masing sebanyak 38,5%.

Skala

nyeri hari

pertama

Waktu pengeluaran ASI

Hari pertama

Hari kedua

Lebih dari hari

kedua

N % N % N %

Ringan 2 6,1 0 0,0 3 23,1

Sedang 14 42,4 7 36,8 5 38,5

Berat 17 51,5 12 63,2 5 38,5

Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0

Page 78: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

61

Tabel 5.21

Distribusi frekuensi skala nyeri hari kedua terhadap waktu

pengeluaran ASI setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS

Swasta Depok

Tahun 2016

Tabel 5.21 menunjukkan menunjukkan pada skala nyeri hari

kedua pengeluaran ASI pada hari pertama lebih banyak terjadi

pada ibu yang mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 66,7%

untuk pengeluaran ASI di hari kedua lebih banyak terjadi pada

ibu yang mengalami nyeri skala sedang yaitu sebanyak 89,5%

dan untuk responden yang ASI nya keluar di lebih dari hari

kedua terjadi pada ibu yang mengalami nyeri skala ringan dan

skala berat yaitu masing-masing sebanyak 38,5%.

Skala

nyeri hari

kedua

Waktu pengeluaran ASI

Hari pertama

Hari kedua

Lebih dari hari

kedua

N % N % N %

Ringan 6 18,2 1 5,3 5 38,5

Sedang 22 66,7 17 89,5 5 38,5

Berat 5 15,2 1 5,3 3 23,1

Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0

Page 79: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

62

Tabel 5.22

Distribusi frekuensi skala nyeri hari ketiga terhadap waktu

pengeluaran ASI setelah persalinan di RSU kab. Tangerang dan RS

Swasta Depok

Tahun 2016

Tabel 5.22 menunjukkan pada skala nyeri hari ketiga

pengeluaran ASI setelah melahirkan terbanyak di hari pertama yaitu

54,5% di kategori nyeri sedang. untuk yang pengeluaran ASInya

terjadi pada hari kedua setelah melahirkan yaitu 52,6% untuk

kategori nyeri sedang.untuk responden yang pengeluaran ASI nya

terjadi setelah lebih dari hari kedua setelah melahirkan lebih banyak

terjadi pada kategori nyeri ringan yaitu sebanyak 53,8%.

Skala

nyeri

setelah

hari kedua

Waktu pengeluaran ASI

Hari pertama

Hari kedua

Lebih dari hari

kedua

N % N % N %

Ringan 14 42,4 9 47,4 7 53,8

Sedang 18 54,5 10 52,6 6 46,2

Berat 1 3,0 0 0,0 0 0,0

Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0

Page 80: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

63

q. Gambaran waktu pemberian ASI terhadap pengeluaran ASI

Tabel 5.23

Distribusi frekuensi waktu pertama kali menyusui terhadap waktu

pengeluaran ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Dari tabel 5.23 menunjukkan responden yang ASI nya keluar

di hari pertama lebih banyak menyusui bayinya pada kurang dari 3

jam setelah persalinan yaitu 45,5%, untuk responden yang

pengeluaran ASI nya terjadi di hari kedua lebih banyak menyusui

bayinya pada hari kedua yaitu 57,9% dan untuk responden yang

ASI nya keluar di lebih dari hari kedua lebih banyak menyusui bayi

nya saat hari kedua atau lebih dari hari kedua yaitu masing-masing

sebanyak 30,8%.

Menyusui

pertama kali

Waktu pengeluaran ASI

Hari pertama

Hari kedua

Lebih dari hari

kedua

N % N % N %

< 3 jam 15 45,5 3 15,8 3 23,1

3 – 24 jam 13 39,4 4 21,1 2 15,4

Hari kedua 3 9,1 11 57,9 4 30,8

Lebih dari

hari kedua 2 6,1 1 5,3 4 30,8

Total 33 100,0 19 100,0 13 100,0

Page 81: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

64

r. Gambaran jenis obat anastesi terhadap pemberian ASI

Tabel 5.24

Distribusi frekuensi jenis obat anastesi yang digunakan terhadap

pemberian ASI di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Menyusui

Jenis anastesi

anastesi total anastesi spinal

N % N %

< 3 jam 0 0,0 21 33,9

Lebih dari 3 jam 3 100,0 41 66,1

Total 3 100,0 62 100,0

Tabel 5.24 menunjukan semua bayi dengan ibu yang dilakukan

bius total akan menyusui lebih dari 3 jam yaitu sebanyak 100%

untuk yang dilakukan bius spinal sebanyak 33,9% menyusui

kurang dari 3 jam namun lebih banyak yang menyusui lebih dari

3 jam yaitu sebanyak 66,1%.

s. Gambaran kondisi bayi terhadap pemberian ASI

Tabel 5.25

Distribusi frekuensi kondisi bayi terhadap waktu pemberian ASI di

RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok

Tahun 2016

Menyusui

Kondisi Bayi

BBLR BAIK

N % N %

< 3 jam 0 0,0 21 32,8

Lebih dari 3 jam 1 100,0 43 67,2

Total 1 100,0 64 100,0

Dari tabel 5.25 menunjukan semua bayi yang lahir dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) cenderung disusui lebih dari 3

jam setelah persalinan (100%) dan tidak ada yang menyusui

Page 82: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

65

kurang dari 3 jam setelah persalinan. berbeda dengan bayi yang

lahir dengan kondisi baik mayoritas sebanyak 67,2% disusui

lebih dari 3 jam setelah persalinan namun masih ada yang

menyusui kurang dari 3 jam yaitu sebanyak 32,8%.

Page 83: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

66

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan dari penelitian.

Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan

teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan untuk keterbatasan penelitian akan

memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian.

A. Gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea

Pelaksanaan IMD di rumah sakit masih belum maksimal, berdasarkan

hasil penelitian didapatkan sebanyak 73,8% bayi tidak diberi kesempatan

untuk melakukan IMD dengan ibunya, sedangkan sebesar 26,2% dapat

melaksanakan IMD dengan benar dan tepat. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Revi (2015) yang menuturkan bahwa dalam

pelaksanaannya hanya sedikit ibu yang melakukan IMD yaitu hanya sekitar

33,3%. Berbeda dengan apa yang didapatkan oleh Raditya (2014) dalam

penelitiannya sebagian besar bayi mendapatkan perlakukan IMD sebanyak

(85%).

Beberapa faktor yang berkaitan dengan terhambatnya pelaksanaan

IMD diantaranya adalah faktor ibu,faktor bayi dan petugas kesehatan.faktor

ibu berkaitan dengan persalinan operasi yang menggunakan bius total yang

berakibat tidak terlaksananya perlakuan IMD pada bayi. Faktor bayi

dikarenakan kondisi bayi yang menyebabkan bayi langsung dibawa keruangan

lain atau bayi yang dibersihkan terlebih dahulu oleh petugas sebelum akhirnya

Page 84: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

67

diberikan ke ibu, lalu ada faktor dari petugas kesehatan pelaksanaan IMD

sangat bergantung dari peran tenaga kesehatan, jika pengetahuan petugas

tentang pemberian ASI benar dan memfasilitasi ibu untuk segera melakukan

IMD maka diharapkan pelaksanaan IMD dapat terlaksana (Budi puji,2013).

Ada pula persepsi petugas yang hanya meletakan bayi di dada ibu tanpa

membiarkan bayi berupaya mencari sendiri puting susu ibunya namun sudah

mengganggap bahwa itu adalah pelaksanaan IMD (Yuliarti, 2010).

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dari Wiwik, Hariani

dan Suhartatik tahun 2012 tentang faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah adanya hubungan antara

kesiapan ibu, dukungan tenaga kesehatan dan keadaan puting susu ibu dengan

keberhasilan pelaksanaan IMD. Perlunya mempersiapkan ibu, tenaga

kesehatan dan perawatan payudara sedini mungkin sebelum persalinan untuk

meningkatkan kemungkinan pelaksanaan IMD bagi bayi baru lahir.

B. Gambaran waktu pertama kali ibu memberikan ASI nya

Waktu pemberian ASI pertama kali yang dilakukan oleh ibu post

sectio caesarea bervariasi namun dalam penelitian ini mayoritas responden

yaitu 32,3% waktu pelaksanaan pemberian ASI nya kurang dari 3 jam setelah

persalinan, 29,2% memberikan ASI nya 3-24 jam setelah persalinan, 27,7%

memberikan ASI pada hari kedua setelah persalinan dan minoritas sebanyak

10,8% memberikan ASI nya setelah hari kedua persalinan. Penelitian sejalan

yang dilakukan oleh Fitriani (2011) mengemukakan bahwa mayoritas ibu

Page 85: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

68

menyusui terjadi pada hari pertama dan minoritas memberikan pada hari

keempat. Hal ini dapat terjadi karena ibu yang melahirkan dengan cara sectio

caesarea terbukti lebih lama dalam memberikan ASI nya dibanding dengan

ibu yang melahirkan normal (Prior,Gale,Philips, 2012) perbedaan waktu

menyusui bisa terjadi akibat jenis pembiusan, obat yang dikonsumsi dan

fasilitas rooming in di tempat pelayanan.

Pada bayi dengan nilai apgar score baik dapat segera dilakukan IMD

dan dapat langsung dilakukan rawat gabung pada hari pertama (Sidi, Suradi

Masoara, 2009) sehingga tidak terjadi penundaan dalam pemberian ASI.

Pemberian ASI segera setelah persalinan dapat merangsang pengeluaran

hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat meningkatkan pengeluaran

ASI (Bahiyatun, 2009) sehingga tidak perlu adanya tambahan pemberian

susu formula terutama bayi yang baru lahir.

Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dapat mempengaruhi pengeluaran

ASI dapat terjadi karena bayi yang langsung menyusui segera setelah lahir

akan merangsang hormon prolaktin yang akan menurun satu jam setelah

persalinan akibat lepasnya plasenta, hisapan bayi akan merangsang ke

kelenjar pituitari bagian depan untuk mengaktifkan prolaktin yang akan

merangsang sel-sel alveoli untuk mengembang dan memproduksi susu. Bayi

yang tidak segera menghisap puting segera akan membuat hormon prolaktin

akan terus turun sehingga ASI akan lebih sulit keluar (Bobak, 2005). Dampak

IMD bagi bayi juga dapat memberikan makanan segera setelah bayi keluar

yang dapat memberikan kekebalan pasif, mencegah bayi kehilangan panas

Page 86: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

69

karena saat IMD suhu tubuh ibu akan menjaga bayi tetap hangat dapat

membantu melatih refleks menghisap bayi serta mendekatkan hubungan

antara ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).

Waktu Pemberiaan ASI yang dilakukan setelah hari kedua masih

ditemukan walaupun hanya 10,8% yang memberikan ASI nya lebih dari dua

hari setelah persalinan, namun hal ini dapat mempengaruhi kesehatan bayi,

pasalnya bayi yang disusui pada lebih dari hari kedua hanya akan

mendapatkan sedikit manfaat dari kolostrum karena kolostrum hanya

disekresi kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah persalinan

dan komposisi dari kolostrum akan selalu berubah dari hari kehari padahal

kolostrum merupakan pencahar ideal untuk membersihkan meconium dari

usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi, serta

membantu dalam memberikan sistem imun bagi bayi, kolostrum juga lebih

banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, kadar

karbohidrat dan lemak yang lebih rendah dibanding ASI matur

(Bahiyatun,2009).

Page 87: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

70

C. Gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap pemberian

ASI

Nyeri yang dirasakan ibu pada hari pertama lebih dari setengah

responden mengalami nyeri berat yaitu sebanyak 52,3%, sedangkan yang

mengalami nyeri sedang sebanyak 40% dan yang mengalami nyeri ringan ada

7,7% dari hasil didapatkan skala nyeri yang dirasakan ibu tertinggi di hari

pertama adalah nyeri skala berat.

Nyeri yang dirasakan di hari kedua dalam sekala ringan ada sebanyak

18,5%, untuk yang mengalami nyeri sedang ada sebanyak 67,7% dan untuk

yang mengalami skala nyeri berat ada sebanyak 13,8%. Berbeda dengan hari

pertama, untuk hari kedua lebih banyak responden merasakan nyeri skala

sedang.

Nyeri yang dirasakan di hari ketiga ada sebanyak 46,2% yang mengalami

nyeri ringan, 52,3% mengalami nyeri sedang dan 1,5% yang mengalami nyeri

berat, sama seperti hari kedua mayoritas responden merasakan nyeri berat

pada hari ketiga.

Persalinan dengan cara operasi memiliki salah satu efek samping yaitu

nyeri, penelitian yang dilakukan Desmawati (2013) menyebutkan Nyeri berat

yang dialami ibu post sectio caesareamenjadi salah satu faktor yang dapat

memperlambat pengeluaran ASI. Semakin tinggi nyeri yang dialami ibu post

partum sectio caesarea, semakin lambat pengeluaran ASI. Nyeri yang dialami

dapat berakibat ibu enggan untuk menyusui bayinya sesegera mungkin dan

lebih memilih berfokus pada dirinya sendiri.

Page 88: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

71

Nyeri juga dapat mengganggu proses mobilisasi dini dan posisi menyusui,

ibu yang tidak tahu bagaimana posisi menyusui yang benar untuk post sectio

caesarea akan kesulitan menemukan posisi yang nyaman ketika menyusui,

kenyamanan menyusui akan meningkatkan produksi ASI (Bobak, 2005)

sedangkan rasa nyeri juga membuat ibu takut untuk menggerakan badan

karena nyeri yang dirasakan padahal mobilisasi dini menunjukan dapat

meningkatkan pengeluaran ASI lebih cepat pada ibu yang segera melakukan

mobilisasi aktif, untuk waktunya dapat dilakukan saat pemberian analgesik

diberikan agar nyeri luka operasi tidak akan mengganggu dalam proses

mobilisasi.

Kondisi lain yang akan mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu Ibu yang

mengalami keadaan gelisah, nyeri dan tidak percaya diri dalam memberikan

ASI akan mempengaruhi hormon oksitosin di dalam tubuh yang pada

akhirnya akan mengurangi jumlah produksi ASI, sebaliknya jika perasaan ibu

bahagia, menyayangi bayi dan memiliki perasaan bangga ketika dapat

menyusui bayinya akan meningkatkan hormon oksitosin yang akan

meningkatkan produksi ASI (Widyasih, 2009).

Namun dari hasil penelitian yang dilakukan pengeluaran ASI tidak

tergantung terhadap nyeri, karena pada responden yang ASI nya sudah keluar

di hari pertama lebih banyak dialami oleh ibu yang mengalami nyeri berat

yaitu sebanyak 51,5%. Hal ini bisa terjadi karena hanya sekitar 15,4%

respoden yang mengatakan bahwa nyeri yang dialaminya mengganggu dalam

proses pemberian ASI sedangkan mayoritas sebanyak 84,6% mengatakan

Page 89: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

72

nyeri yang mereka rasakan tidak mengganggu dalam proses pemberian ASI,

jadi walaupun ibu mengalami nyeri tetap menyusui bayi sehingga pengeluaran

ASI tetap terjadi di hari pertama akibat rangsangan hisapan dari bayi.

D. Gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada ibu

sectio caesarea

Pengeluaran ASI dalam penelitian ini lebih banyak terjadi pada hari

pertama sebanyak 50,8%, pengeluaran ASI pada hari kedua sebanyak 29,2%,

dan minoritas 20% responden yang ASI nya keluar setelah hari kedua

persalinan. Alasan ASI yang tidak keluar di hari pertama dapat disebabkan

oleh tidak adanya stimulasi isapan dari bayi akibat pengaruh dari

keterpisahannya ruangan ibu dan bayi. Pengeluaran ASI pada ibu dengan

sectio caesarea lebih lambat dibanding ibu yang melahirkan normal yang

disebabkan oleh banyak faktor diantaranya posisi menyusui yang kurang

tepat, nyeri pasca operasi dan mobilisasi yang kurang (Desmawati, 2013).

Pengeluaran ASI yang terlambat juga dapat menyebabkan tertundanya

kegiatan menyusui seperti dalam penelitian Suprijati (2013) salah satu alasan

paling dominan ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI adalah

karena alasan ASI yang tidak lancar keluar karena merasa khawatir bayi akan

kelaparan. Menurut hasil analisa ibu yang ASI nya keluar di hari pertama

sebanyak 81,9% akan menyusui pada hari pertama juga, untuk ASI yang

keluar pada hari kedua sebanyak 57,9% ibu akan menyusui pada hari kedua

juga dan untuk yang pengeluaran ASI nya terjadi pada hari ketiga lebih

Page 90: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

73

banyak menyusui pada hari kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebanyak

30,8%. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa lebih banyak ibu menyusui

bayi nya saat ASI sudah mulai keluar.

Tertundanya pemberian ASI dapat meningkatkan resiko infeksi

bahkan kematian bagi bayi, karena dalam minggu pertama kehidupan,bayi

belum memiliki sistem kekebalan tubuh sendiri sehingga dengan memberikan

ASI dapat memberikan sistem kekebalan tubuh pasif untuk bayi

(Sherwood,2012).

Ibu yang ASI nya belum keluar tetap memberikan rangsangan agar

ASI cepat keluar dengan cara tetap menyusukan bayinya untuk merangsang

refleks sucking bayi sehingga dapat mengaktifkan Tiga refleks maternal

utama sewaktu menyusui yaitu sekresi prolaktin, ereksi puting susu dan

refleks let-down (Bobak, 2005).

E. Gambaran jenis anastesi yang dipakai saat operasi terhadap pemberian

ASI

Anastesi yang dipakai dalam penelitian sebanyak 4,6% melakukan

anastesi total dan 95,4% melakukan anastesi spinal. Perbedaan dari efek obat

anastesi spinal dan umum dapat dilihat dari lamanya efek obat tersebut

bekerja karena hal ini dapat mengganggu dalam proses pemberian IMD

terbukti untuk pasien yang diberikan anastesi total mengalami keterlambatan

dalam pemberian ASI dan pemberian ASI untuk ibu yang diberikan anastesi

Page 91: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

74

spinal cukup bervariasi, sebanyak 33,9% menyusui kurang dari 3 jam setelah

persalinan sedangkan 66,1% menyusui lebih dari 3 jam setelah persalinan.

Efek anastesi dapat menyebabkan ibu mengantuk dalam waktu lama

hal ini dapat menyebabkan ibu lebih berfokus pada dirinya sendiri

(Ewa,2015). Masa kerja anastesi sekitar 3-4 jam untuk anastesi epidural

karena tidak menggunakan morfin dan 5-6 jam untuk anastesi total, efek

samping lain dari anastesi juga dapat menyebabkan rasa sakit kepala setelah

operasi (Iis,2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2011) untuk pasien dengan

anastesi regional lebih banyak menyusui pada hari pertama atau 3 jam post

sectio caesarea dan minoritas pada hari keempat, hal ini terjadi karena ibu

dengan anastesi regional masih bisa sadar untuk menyusui bayinya berbeda

dengan ibu dengan anastesi total.

Jenis persalinan juga dapat mempengaruhi proses IMD yaitu ibu yang

melahirkan dengan normal akan lebih banyak melakukan IMD dibandingkan

dengan ibu yang melahirkan dengan cara operasi disebabkan oleh kerja obat

bius yang tidak hanya berpengaruh ke ibu namun juga ke janinnya sehingga

dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan

sendiri payudara si ibu (Roesli, 2012).

Page 92: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

75

F. Gambaran kondisi bayi yang lahir terhadap pemberian ASI

Dari hasil yang didapat hanya ada 1,5% bayi yang lahir dengan berat

badan lahir rendah sisanya lahir dalam keadaan baik sebanyak 98,5%. Semua

bayi yang lahir dengan kondisi berat badan lahir rendah mengalami

penundaan dalam pemberian ASI, sedangkan untuk bayi yang lahir baik

sebanyak 32,8% menyusui kurang dari 3 jam setelah persalinan dan 67,2%

menyusui lebih dari 3 jam setelah persalinan. Penelitian yang sejalan dari

Enih (2011) untuk bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram

lebih banyak diberikan makanan pendamping lain selain ASI. Ibu yang

memiliki bayi BBLR cenderung untuk tidak memberikan ASI ekslusif kepada

bayinya. Ada beberapa alasan bayi tidak dapat diberikan ASI salah satunya

yaitu bayi dengan BBLR (berat badan lahir rendah) di RSU Kabupaten

Tangerang sendiri mempunyai kebijakan untuk tidak melakukan IMD pada

bayi BBLR karena bayi BBLR dinilai terlalu lemah untuk menghisap

langsung payudara ibu sehingga dibutuhkan bantuan ketika akan memberikan

ASI (Gibney, 2008).

Bayi dengan kondisi asfiksia dan bayi dengan kelainan anatomi yang

tidak langsung bisa menyusu pada ibu segera setalah persalinan karena harus

segera mendapatkan penanganan medis segera. Penelitian yang dilakukan oleh

Fadhilah (2015) persalinan dengan metode section caesarea lebih

meningkatkan resiko terjadinya asfiksia pada bayi sebanyak 2 kali lipat

dibandingkan dengan persalinan normal yang menyebabkan perlunya tindakan

Page 93: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

76

perawatan intensif untuk bayi dan juga dapat mengakibatkan keterpisahan

antara ibu serta bayi yang membuat tertundanya proses pemberian ASI.

G. Gambaran pemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan cara

pemberian ASI

Terdapat perbedaan kebijakan dari kedua rumah sakit yaitu rumah

sakit kabupaten Tangerang yang menggabungkan ibu dan anak dalam satu

ruangan yang sama sejak hari pertama jika tidak ada masalah pada ibu dan

bayinya berbeda dengan rumah sakit lainnya yaitu rumah sakit swasta yang

mengharuskan adanya rooming out bagi ibu dan bayi, hal ini disebabkan

karena faktor kenyamanan dari pasien lain sehingga diberlakukan kebijakan

bahwa bayi akan diantar ke ibu pada jam-jam tertentu untuk disusui dan akan

dibawa kembali keruang bayi untuk di mandikan dan akan diberikan lagi ke

ibu sesuai jadwal. Hal ini hanya berlaku pada pasien dengan kelas dua dan

tiga untuk pasien di ruang kelas 1 dan vip diperbolehkan untuk rooming in.

Dalam penelitian ibu yang tidak berada satu ruangan dengan bayi sejak

hari pertama 66,7% tidak memberikan ASI nya dan ibu yang berada satu

ruangan dengan bayinya 91,3% akan menyusui bayinya. Waktu pemberian

ASI jika ibu berada satu ruangan akan menyusui sesuai keinginan dari bayi,

sedangkan ibu yang tidak satu ruangan akan menyusui sesuai dengan jadwal

yang diberikan oleh rumah sakit. Rooming in juga akan mempengaruhi

terhadap cara pemberian ASI, dalam penelitian jika ibu tidak satu ruangan

maka hanya 38,2% yang memberikan ASI nya secara langsung dan jika satu

Page 94: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

77

ruangan sebanyak 61,8% akan memberikan ASI nya secara langsung. Untuk

semua ibu yang tidak menyusui langsung tidak berada satu ruangan yang

sama dengan bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian Desmawati (2013) bahwa

Ibu dan bayi yang tidak satu ruangan dapat menyebabkan Ibu tidak dapat

menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat

dibutuhkan berbeda dibandingkan ibu yang satu ruangan dengan bayi dari hari

pertama kelahiran. Kondisi ibu post sectio caesarea juga menyulitkan ibu jika

harus mengunjungi tempat perawatan bayi jika hendak menyusui, ibu juga

bisa memberikan ASI lewat botol dan diberikan ke pertugas sebagai alternatif

jika tidak satu ruangan dengan bayi.

Page 95: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

78

H. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dimiliki

diantaranya:

1. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner. Ada beberapa

responden yang kuesionernya dibacakan oleh peneliti. Alasan

kuesioner yang dibacakan karena dengan pertimbangan ibu-ibu

sehabis melahirkan dan mempunyai bayi akan sulit mengisi

kuesionernya sendiri.

2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan pengembangan

dari kuesioner sebelumnya dan tinjauan pustaka yang telah dibuat,

sehingga terdapat beberapa pertanyaan yang memiliki tingkat validitas

dan reliabilitas yang belum mencukupi.

3. Semua pertanyaan skala nyeri yang diukur pada hari ketiga sehingga

bisa terjadi bias karena responden bisa saja lupa dengan skala nyeri

pada hari pertama dan kedua.

4. Pertanyaan alasan dilakukan operasi mengambil data dari responden

namun tidak dilakukan pengecekan kembali di rekam medis.

5. Pertanyaan tentang Inisiasi Menyusui Dini diukur dengan cara

menanyakan langsung ke responden dengan tidak dilakukannya

observasi langsung.

Page 96: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

79

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu sectio

caesarea di kedua rumah sakit mayoritas responden tidak melakukan atau

salah dalam melakukan IMD sebanyak 73,8% dan untuk yang melakukan

dengan benar sebanyak 26,2%.

2. Gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya di kedua rumah sakit

sebanyak 32,3% memberikan ASI kurang dari 3 jam setelah persalinan,

29,2% menyusui pada 3-24 jam setelah persalinan, 27,7% menyusui untuk

pertama kalinya pada hari kedua dan 10,8% menyusui untuk pertama

kalinya pada lebih dari hari kedua setelah persalinan.

3. Gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap pemberian ASI

sebanyak 15,4% ibu merasa nyeri yang dialami paska operasi

mengganggu dalam pemberian ASI namun mayoritas ibu yaitu sebanyak

84,6% tidak merasa nyeri yang mereka alami paska operasi mengganggu

dalam pemberian ASI.

Nyeri paska operasi yang dirasakan ibu pada hari pertama lebih banyak

merasakan nyeri skala berat yaitu sebanyak 52,3% sedangkan yang

mengalami nyeri skala sedang sebanyak 40% dan nyeri skala rendah

sebanyak 7,7%. Untuk skala nyeri yang dirasakan dihari kedua mayoritas

responden merasakan nyeri skala sedang yaitu sebanyak 67,7%, untuk

Page 97: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

80

nyeri skala ringan sebanyak 18,5% dan paling sedikit responden

mengalami nyeri skala berat sebanyak 13,8%. Untuk mayoritas nyeri yang

dirasakan pada hari ketiga adalah nyeri sedang yaitu sebanyak 52,3%, lalu

nyeri skala ringan sebanyak 46,2% dan sedikit responden yang merasakan

nyeri skala berat di hari ketiga sebanyak 1,5%.

4. Gambaran pengeluaran ASI tertinggi terjadi pada hari pertama yaitu

sebanyak 50,8%, sedangkan sebanyak 29,2% ibu mengaku ASI nya keluar

pada hari kedua dan 20% ASI nya keluar pada lebih dari hari kedua

setelah persalinan.

5. Gambaran jenis anastesi yang dipakai saat operasi terhadap pemberian

ASI yaitu anastesi terbanyak yang dipakai oleh ibu adalah anastesi spinal

yaitu sebanyak 95,4% sedangkan hanya 4,6% ibu yang menggunakan

anastesi total saat persalinan. Hal ini mengganggu dalam pemberian ASI

seperti responden dengan anastesi total akan menyusui lebih dari 3 jam

setelah persalinan dan untuk yang dilakukan anastesi spinal lebih banyak

juga menyusui lebih dari 3 jam yaitu 66,1% hanya sedikit yang menyusui

kurang dari 3 jam setelah persalinan yaitu 33,9%.

6. Gambaran kondisi bayi yang lahir dalam kondisi BBLR cenderung disusui

lebih dari 3 jam setelah persalinan sedangkan yang lahir dalam kondisi

baik sebagian besar menyusui lebih dari 3 jam setelah persalinan yaitu

67,2% namun masih ada yang menyusui kurang dari 3 jam sebanyak

32,8%.

Page 98: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

81

7. Gambaran pemberian ASI pada ibu yang dirawat gabung ditemukan

mayoritas ibu yang satu ruangan akan menyusui bayinya yaitu 91,3%

sedangkan yang tidak menyusui 8,7% untuk ibu yang tidak satu ruangan

dengan bayi akan menyusui sebanyak 33,3% namun lebih banyak yang

tidak menyusui yaitu sebanyak 8,7%. Waktu menyusui ibu yang satu

ruangan dengan bayi akan menyesuaikan dengan keinginan bayi untuk

menyusu yaitu sebanyak 100% sedangkan untuk yang tidak satu ruangan

akan menyusu sesuai jadwal yang diberikan oleh rumah sakit yaitu

sebanyak 100% dan ibu akan menyusui secara langsung jika berada satu

ruangan dengan bayi yaitu sebanyak 61,8% sedangkan yang menyusui

langsung tapi tidak satu ruangan sebanyak 38,2. Untuk semua ibu yang

menyusui secara tidak langsung tidak berada satu ruangan dengan

bayinya.

Page 99: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

82

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

khususnya dalam program Inisiasi Menyusui Dini dan dapat menjadi

pertimbangan rumah sakit dalam membuat kebijakan rooming in bagi ibu

dan bayi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampel dan

populasi yang lebih besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di

rumah sakit namun juga saat responden sudah kembali ke rumah, agar

dapat mengamati pemberian ASI ekslusif ataupun pemberian makanan

pendamping air susu ibu (MPASI).

Page 100: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Agam, Isnaini. dkk. “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ekslusif di

Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar.” Jurnal

Fakultas Kesehatan masyarakat UNHAS (2013).

Agusvina, Revi. “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap keberhasilan

ASI Ekslusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.”Skripsi S1

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidyatullah Jakarta, 2015.

Ambarwati dan Wulandari.Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia

Press, 2008.

Ayu, Ida Chandranita Manuaba dan Ida Bagus Gede Manuaba.Memahami Kesehatan

Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC, 2009.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. “Riset Kesehatan Dasar 2013.” Diakses pada 20 November 2015

dari http://www.litbang.depkes.go.id/

Bagus, Ida Manuaba dan Ida Ayu Chandranita.Pengantar Kuliah Obstetrik. Jakarta:

EGC, 2007.

Bahiyatun.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta : EGC, 2009.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta:

EGC, 2005.

Budiasih, Kun sri. Handbook Ibu Menyusui. Bandung: Hayati Qualita, 2008.

Chandrashekhar TS, Joshi HS, Binu V, Shankar PR, Rana MS, Ramachandran U.

“Breast-feeding initiation and determinants of exclusive breast-feeding a

questionnaire survey in an urban population of western Nepal.” Journal Public

Health (2007).

Cunningham, F. G.Obstetri Williams. Jakarta: EGC, 2006.

Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC, 2003.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Situasi dan Analisis ASI ekslusif.”

diakses pada 7 januari 2016 dari

http://www.depkes.go.id/article/print/14010200010/situasi-dan-analisis-asi-

eksklusif.html

Page 101: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Desmawati.“Penentu Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu Setelah Sectio

Caesarea.”Artikel Penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran. 2013: h.

360-363.

Dwienda,Octa. dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi atau Balita dan

Anak PraSekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish, 2014.

Enih. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (MP-ASI) pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Kelurahan

Cipayung Kecamatan Ciputat.” Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, 2011.

Fanny, Fadhilah. “Sectio Caesarea sebagai Faktor Risiko Kejadian Asfiksia

Neonatorum.” Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung vol, 4 No. 8

(November 2015): h.57-61.

Fitriani.“Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio sesaria dengan Bius Regional di

RS. DR Pirngadi Medan.” Karya tulis ilmiah Fakultas Keperawatan,

Universitas Sumatra Utara, 2011.

Gibney, Michael dkk.Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2008.

Haryo, Raditiya Yudanto. “Gambaran Pemberian ASI Ekslusif Bayi Baru Lahir pada

Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul” Skripsi S1

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilu Kesehatan „Aisyiyah

Yogyakarta, 2014.

Hidayati, Wiwik. dkk. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusui Dini di Rumah Sakit Bersalin Srikandi Kota Kendari tahun

2012.”Volume 1 nomor 4. (2012).

Kugouglu, Sema, Hatice Yildiz, Meltem Kurtuncu Tanir and Birsel Canan Demirbag.

“Breastfeeding After a Cesarean Delivery.” Diakses pada 17 Januari 2016 dari

http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/37218.pdf

Kurniawan, Bayu. “Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu ekslusif.”

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 4 (Agustus 2013).

Mardiyaningsih, Eko, setyowati dan Luknis Sabri. “Efektifitas Kombinasi Teknik

Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio di Rumah

Sakit Wilayah Jawa Tengah”.Jurnal keperawatan Soedirman, Vol 6, No 1

(Maret 2011): 31-36.

Molika, Ewa. 275 Tanya Jawab Seputar Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Vicosta

Publishing, 2015.

Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Page 102: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Nurdiansyah, Nia. Buku Pintar Ibu dan Bayi. Jakarta: Bukune, 2011.

Oxorn, Harry dan William R. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan.

Yoyakarta: Yayasan Essential Medica (YEM), 2010.

Pertiwi, Putri. “Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Ekslusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Keperawatan, Universitas Indonesia, 2012.

Puji, Budi Nastiti. “ Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Inisiasi

Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal Tahun

2012.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,

2013.

Putri, Eka. dkk. “Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka Kejadian Diare

Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang.” Jurnal

Kesehatan Andalas Vol 2 No 2 (2013): h. 62-66.

Dewi, Ratna, Mariati, dan Elly Wahyuni. “Hubungan Pemberian ASI Pada Bayi

Umur kurang dari 10 Hari DenganGejala Post Partum Blues Di Kota Bengkulu

Tahun 2011.” Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 15 No 2 (April 2012):

h.193-202

Retno,dwi wulandari dan Linda Dewanti. “Rendahnya Praktik Menyusui pada Ibu

Post Sectio Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit.”

Artikel penelitian Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Vol 8

No 8 (Mei 2014): h. 393-397

Rizki, Deri Anggarani dan Yazid Subakti.Kupas Tuntas Seputar Kehamilan . Jakarta:

Agromedia pustaka, 2013.

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 2012.

Sidi, I.P.S., Suradi, dkk. Manajemen Laktasi. Jakarta: Kumpulan Perinatologi

Indonesia,2009

Sinsin, Iis. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

2008.

Sofyana, Haris. “Perbedaan Dampak Pemberian ASI ekslusif Dan Non Ekslusif

Terhadap Perubahan Ukuran Antropometri Dan Status Imunitas pada Neonatus

di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.”Tesis

Fakultas ilmu keperawatan, Universitas Indonesia, 2011.

Page 103: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Sumarah, Yani Widyastuti, Nining Wiyati. Perawatan Ibu Bersalincetakan keempat .

Yogyakarta:Fitramaya, 2009.

Suprijati.“Faktor-Faktor yang Menghambat Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di

Wilayah Puskesmas Pembantu Bagi Kecamatan Madiun Kabupaten

Madiun.”Akademi kebidanan Harapan Mulya Ponorogo (2013).

Sutomo, Budi dan Dwi Yanti. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia

Pustaka, 2010.

Swarjana, I Ketut.Metodologi penelitian kesehatan (Edisi revisi). Yogyakarta: CV

Andi Offset, 2015.

Syamsinar,dkk. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelancaran Pengeluaran

ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Nifas Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar.” Vol,2 No. 5 (2013): h.135-144.

Umar, Husein. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011.

Utami, Roesli. Panduan Konseling Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda, 2012.

Warsini, Sri Aminingsih, Rizky Ayu Fahrunnisa. “Hubungan Antara Jenis Persalinan

dengan Keberhasilan ASI ekslusif di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.”

KOSALA JIK. Vol. 3 No. 2 (September 2015): h. 66-71.

World Health Organitation. “Breastfeeding the goal” diakses pada 20 November 2015

dari http://www.who.int/nutrition/global-target-

2025/infographic_breastfeeding.pdf?ua=1

World Health Organitation. “BreastFeeding” diakses pada 20 November 2015 dari

http://www.who.int/topics/breastfeeding/en/

Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI dan Makanan Terbaik Untuk Kesehatan dan

Kehidupan Sikecil.Yogyakarta:Andi, 2010.

Page 104: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

LAMPIRAN

Page 105: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Page 106: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Page 107: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Page 108: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Page 109: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

“ Gambaran Pemberian ASI pada Bayi dengan Ibu Post Sectio Caesarea”

Saya adalah mahasiswi semester 8 (Delapan) Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Penelitian ini dilaksanakan sebagai

salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir saya di Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengetahuan ibu dalam pemberian ASI pada bayi.Dalam

penelitian ini, ibu diharapkan mengisi kuesioner dengan lengkap.

Saya berharap jawaban yang anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan

anda sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban

dan identitas Anda dan akan segera diamankan setelah penelitian ini selesai.

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Peneliti Responden

( Clara Dindy ) ( Nama jelas )

Page 110: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

LEMBAR KUESIONER

Judul penelitian: Gambaran Pemberian ASI pada Bayi Dengan Ibu Post Sectio

Caesarea.

Peneliti: Clara Dindy

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) di kotak

yang tersedia

2. Dimohon untuk tidak berdiskusi dan bekerja sama selama mengisi kuesioner

ini

3. Isilah kuesioner ini secara JUJUR sesuai dengan keadaan anda

4. Jika merasa kesulitan atau merasa kurang jelas dengan pertanyaan bisa

langsung ditanyakan kepada peneliti

5. Terima kasih sudah berpartisipasi

No Responden: (diisi oleh peneliti)

A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Nama (Inisial) :

2. Jumlah Kelahiran :

( ) Primipara ( ) Multipara

3. Usia ibu :

( ) < 20 tahun

( ) 20-25 tahun

( ) 26- 30 tahun

( ) > 30 tahun

4. Pendidikan terakhir

( ) SD ( ) SMA

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi

5. Sudah berapa kali melakukan persalinan dengan operasi?

( ) Pertama kali ( ) > dua kali

( ) Kedua kali

6. Alasan dilakukannya persalinan dengan operasi?

7. Sesaat setelah bayi lahir apakah

( ) bayi diletakkan di perut ibu dan juga menghisap puting ibu

( ) bayi diletakkan di perut ibu namun tidak meghisap puting ibu

( ) bayi langsung dibawa ke ruangan lain

8. Jenis anastesi yang digunakan? (diisi oleh peneliti)

9. Kondisi Bayi? (diisi oleh peneliti)

Page 111: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

B. PEMBERIAN ASI

1. Berapa lama selang waktu dari persalinan hingga ibu menyusui untuk pertama

kalinya?

( ) < 3 jam setelah persalinan ( ) Hari kedua setelah persalinan

( ) 3 – 24 jam setelah persalinan ( ) Lebih dari 2 hari setelah persalinan

2. Pada hari keberapa ASI sudah mulai keluar setelah persalinan?

( ) Hari pertama setelah persalinan

( ) Hari kedua setelah persalinan

( ) Lebih dari 2 hari setelah persalinan

3. Apakah ibu mengalami nyeri paska operasi sehingga membuat ibu menunda

untuk memberikan ASI?

( ) Ya ( ) Tidak

4. Berapa skala nyeri pada luka operasi yang ibu rasakan pada hari pertama?

( ) Ringan (1 – 3)

( ) Sedang (4 – 6)

( ) Berat (7 – 10)

5. Berapa skala nyeri pada luka operasi yang ibu rasakan pada hari kedua?

( ) Ringan (1 – 3)

( ) Sedang (4 – 6)

( ) Berat (7 – 10)

6. Berapa skala nyeri pada luka operasi yang ibu rasakan pada hari ketiga?

( ) Ringan (1 – 3)

( ) Sedang (4 – 6)

( ) Berat (7 – 10)

7. Selama ibu dirawat di RS, apakah bayi berada dalam satu ruangan dengan ibu

dari hari pertama?

( ) Ya ( ) Tidak

8. Jika bayi tidak berada satu ruangan dengan ibu dari hari pertama. Bagaimana

ibu memutuskan memberikan ASI pada bayi?

( ) Kapanpun ketika dia menangis atau terlihat lapar

( ) Dari jadwal yang sudah ditentukan

( ) Saya memompa ASI lalu memberikannya ke petugas untuk diberikan ke

bayi saya

( ) Saya tidak memberikan ASI saya

Page 112: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Lampiran 3

A. Data Demografi

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang dari 20 tahun 4 6,2 6,2 6,2

20-25 tahun 18 27,7 27,7 33,8

26-30 tahun 17 26,2 26,2 60,0

lebih dari 30 tahun 26 40,0 40,0 100,0

Total 65 100,0 100,0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak sekolah 1 1,5 1,5 1,5

Sd 19 29,2 29,2 30,8

Smp 19 29,2 29,2 60,0

Sma 21 32,3 32,3 92,3

perguruan tinggi 5 7,7 7,7 100,0

Total 65 100,0 100,0

Persalinansesar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Pertama 45 69,2 69,2 69,2

Kedua 19 29,2 29,2 98,5

lebih dari dua kali 1 1,5 1,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

kelahiran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

primipara 20 30,8 30,8 30,8

multipara 45 69,2 69,2 100,0

Total 65 100,0 100,0

Page 113: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Alasanoperasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sungsang 10 15,4 15,4 15,4

hipertensi gestasional 13 20,0 20,0 35,4

bayi besar 9 13,8 13,8 49,2

air ketuban habis 13 20,0 20,0 69,2

anak sebelumnya lahir sc 9 13,8 13,8 83,1

gagal induksi 3 4,6 4,6 87,7

panggul sempit 5 7,7 7,7 95,4

kelilit ari-ari 1 1,5 1,5 96,9

plasenta previa 1 1,5 1,5 98,5

Hipermio 1 1,5 1,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

B. Pemberian ASI imd

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak dilakukan 48 73,8 73,8 73,8

dilakukan 17 26,2 26,2 100,0

Total 65 100,0 100,0

bius

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

biustotal 3 4,6 4,6 4,6

biusspinal 62 95,4 95,4 100,0

Total 65 100,0 100,0

kondisibayi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Bblr 1 1,5 1,5 1,5

Baik 64 98,5 98,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

Page 114: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

pertamamenyusui

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang dari 3 jam 21 32,3 32,3 32,3

3-24 jam 19 29,2 29,2 61,5

hari kedua 18 27,7 27,7 89,2

lebih dari hari kedua 7 10,8 10,8 100,0

Total 65 100,0 100,0

asikeluar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

hari pertama 33 50,8 50,8 50,8

hari kedua 19 29,2 29,2 80,0

lebih dari hari kedua 13 20,0 20,0 100,0

Total 65 100,0 100,0

pengaruhnyeri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

YA 10 15,4 15,4 15,4

TIDAK 55 84,6 84,6 100,0

Total 65 100,0 100,0

skalanyeriharipertama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ringan 5 7,7 7,7 7,7

Sedang 26 40,0 40,0 47,7

Berat 34 52,3 52,3 100,0

Total 65 100,0 100,0

skalanyeriharikedua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

ringan 12 18,5 18,5 18,5

sedang 44 67,7 67,7 86,2

berat 9 13,8 13,8 100,0

Total 65 100,0 100,0

Page 115: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

skalanyerihariketiga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

ringan 30 46,2 46,2 46,2

sedang 34 52,3 52,3 98,5

berat 1 1,5 1,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

roomingin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak satu ruangan dari hari pertama 42 64,6 64,6 64,6

satu ruangan dari hari pertama 23 35,4 35,4 100,0

Total 65 100,0 100,0

menyusui * roomingin Crosstabulation

roomingin Total

Tidak satu

ruangan dari hari

pertama

satu ruangan dari

hari pertama

menyusui

menyusui Count 14 21 35

% within roomingin 33,3% 91,3% 53,8%

tidak menyusui Count 28 2 30

% within roomingin 66,7% 8,7% 46,2%

Total Count 42 23 65

% within roomingin 100,0% 100,0% 100,0%

pertamamenyusui * nyeri Crosstabulation

nyeri Total

YA TIDAK

pertamamenyusui

kurang dari 3 jam Count 2 19 21

% within nyeri 20,0% 34,5% 32,3%

3-24 jam Count 4 15 19

% within nyeri 40,0% 27,3% 29,2%

hari kedua Count 3 15 18

% within nyeri 30,0% 27,3% 27,7%

lebih dari hari kedua Count 1 6 7

% within nyeri 10,0% 10,9% 10,8%

Total Count 10 55 65

% within nyeri 100,0% 100,0% 100,0%

Page 116: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

roomingin * carapemberianasi Crosstabulation

carapemberianasi Total

langsung tidak

langsung

tidak

memberikan

asi

Roomingin

Tidak satu ruangan dari hari

pertama

Count 13 1 28 42

% within

carapemberianasi

38,2% 100,0% 93,3% 64,6%

satu ruangan dari hari pertama

Count 21 0 2 23

% within

carapemberianasi

61,8% 0,0% 6,7% 35,4%

Total

Count 34 1 30 65

% within

carapemberianasi

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

pertamamenyusui * nyeri Crosstabulation

nyeri Total

YA TIDAK

pertamamenyusui

kurang dari 3 jam Count 2 19 21

% within nyeri 20,0% 34,5% 32,3%

3-24 jam Count 4 15 19

% within nyeri 40,0% 27,3% 29,2%

hari kedua Count 3 15 18

% within nyeri 30,0% 27,3% 27,7%

lebih dari hari kedua Count 1 6 7

% within nyeri 10,0% 10,9% 10,8%

Total Count 10 55 65

% within nyeri 100,0% 100,0% 100,0%

roomingin * waktupemberianasi Crosstabulation

waktupemberianasi Total

sesuai

keinginan

bayi

sesuai

jadwal

rumah sakit

tidak

memberika

n asi

Roomingin

Tidak satu ruangan dari hari

pertama

Count 0 14 28 42

% within

waktupemberianasi

0,0% 100,0% 93,3% 64,6%

satu ruangan dari hari pertama

Count 21 0 2 23

% within

waktupemberianasi

100,0% 0,0% 6,7% 35,4%

Total

Count 21 14 30 65

% within

waktupemberianasi

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Page 117: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

haripertama * asikeluar Crosstabulation

asikeluar Total

hari pertama hari kedua lebih dari hari

kedua

haripertama

ringan Count 2 0 3 5

% within asikeluar 6,1% 0,0% 23,1% 7,7%

sedang Count 14 7 5 26

% within asikeluar 42,4% 36,8% 38,5% 40,0%

berat Count 17 12 5 34

% within asikeluar 51,5% 63,2% 38,5% 52,3%

Total Count 33 19 13 65

% within asikeluar 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

harikedua * asikeluar Crosstabulation

asikeluar Total

hari pertama hari kedua lebih dari hari

kedua

harikedua

ringan Count 6 1 5 12

% within asikeluar 18,2% 5,3% 38,5% 18,5%

sedang Count 22 17 5 44

% within asikeluar 66,7% 89,5% 38,5% 67,7%

berat Count 5 1 3 9

% within asikeluar 15,2% 5,3% 23,1% 13,8%

Total Count 33 19 13 65

% within asikeluar 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

hariketiga * asikeluar Crosstabulation

asikeluar Total

hari pertama hari kedua lebih dari hari

kedua

hariketiga

ringan Count 14 9 7 30

% within asikeluar 42,4% 47,4% 53,8% 46,2%

sedang Count 18 10 6 34

% within asikeluar 54,5% 52,6% 46,2% 52,3%

berat Count 1 0 0 1

% within asikeluar 3,0% 0,0% 0,0% 1,5%

Total Count 33 19 13 65

% within asikeluar 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Page 118: GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32419/1/CLARA DINDY-FKIK.pdf · Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

pertamamenyusui * asikeluar Crosstabulation

asikeluar Total

hari pertama hari kedua lebih dari hari

kedua

Pertamamenyusui

kurang dari 3 jam

Count 15 3 3 21

% within

asikeluar

45,5% 15,8% 23,1% 32,3%

3-24 jam

Count 13 4 2 19

% within

asikeluar

39,4% 21,1% 15,4% 29,2%

hari kedua

Count 3 11 4 18

% within

asikeluar

9,1% 57,9% 30,8% 27,7%

lebih dari hari kedua

Count 2 1 4 7

% within

asikeluar

6,1% 5,3% 30,8% 10,8%

Total

Count 33 19 13 65

% within

asikeluar

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

delay * bius Crosstabulation

bius Total

total spinal

delay

kurang dari 3 jam Count 0 21 21

% within bius 0,0% 33,9% 32,3%

lebih dari 3 jam Count 3 41 44

% within bius 100,0% 66,1% 67,7%

Total Count 3 62 65

% within bius 100,0% 100,0% 100,0%

delay * kondisibayi Crosstabulation

kondisibayi Total

bblr baik

Delay

kurang dari 3 jam Count 0 21 21

% within kondisibayi 0,0% 32,8% 32,3%

lebih dari 3 jam Count 1 43 44

% within kondisibayi 100,0% 67,2% 67,7%

Total Count 1 64 65

% within kondisibayi 100,0% 100,0% 100,0%