96
GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK DENGAN HEALTH BELIEF MODEL PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIPUTAT TANGERANG SELATAN Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan Oleh: MARATUSH SHOLIHAH 108104000020 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M

GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU

PEROKOK DENGAN HEALTH BELIEF MODEL PADA

PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIPUTAT

TANGERANG SELATAN

Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

MARATUSH SHOLIHAH

108104000020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M

Page 2: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …
Page 3: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …
Page 4: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

iii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maratush Sholihah

Tempat Tanggal Lahir : B.Lampung, 20 Maret 1991

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. S Alibasya Gg. Pembangunan H No. 89 Waydadi, Sukarame,

Bandar Lampung

Telepon/Hp : 0721-788551 / 085379766900

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Aisiyah

2. SD N 6 CIPADANG (1996-2002)

3. MTS N 2 B.LAMPUNG (2002-2005)

4. SMA N 9 B.LAMPUNG (2005-2008)

Pengalaman Seminar dan Pelatihan :

1. Seminar “The Power of Herbal” pada tahun 2009

2. Pelatihan Sirkumsisi “Menumbuhkan Insan Cita Yang Terampil Dan Peduli Masyarakat”

pada tahun 2009

3. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” pada tahun

2009

4. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” pada tahun

2010

5. Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat “Sudah Amankah Anda Berkendara?” pada tahun

2011

Page 5: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

iv

6. Seminar Nasional “Peningkatan Peran dan Fungsi Pemuda Dalam Rangka Mewujudkan

Masyarakat Adil Makmur di Tengah Era Globalisasi” pada tahun 2011

7. Seminar Nasional “ Combat Antimicrobial Drugs Resistance” pada tahun 2011

8. Pelatihan Latihan Kader Kesehatan Nasional (LK-Kes Nas) Badan Koordinasi Nasional

Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam

(BAKORNAS LKMI PB HMI) “Membedah Sistem Kesehatan, Mempertegas Positioning

LKMI; Upaya Mendorong Terwujudnya Indonesia Sehat Yang Berkeadilan” pada tahun

2011 di Makasar

9. Diskusi Publik “Profesionalisme Kepemimpinan Mahasiswa Kesehatan Islam dalam

Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015” pada tahun 2012

10. Seminar Nasional “Sinergi LKMI Untuk Bangsa yang Sehat” pada tahun 2012

11. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu

Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” pada tahun 2012

12. Diskusi Publik “Forum Komunikasi Sistem Jaminan Sosial Nasional” pada tahun 2012

13. Pelatihan Insan Cita Rescue pada tahun 2012

14. Seminar “Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan” pada 2013

15. Seminar Nasional “Kesiapan SDM Kesehatan (Dokter, Perawat, Apoteker) Menyongsong

Era BPJS” pada tahun 2013

Riwayat Organisasi:

1. Pengurus Asrama Putri UIN SH 2008-2009

2. Staf ahli bidang Kesor BEM FKIK 2009-2011

3. Ketua Bidang Kesenian dan Olahraga Himpunan Mahasiswa Lampung 2011-2012

4. Direktur Bidang Kewirausahaan Lembaga Kesehatan Mahasiswa

Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LKMI-HMI) 2011-2012

5. Anggota tim tanggap bencana Insan Cita Rescue 2012

6. Ketua bidang P3A KOMFAKDIK HMI 2012

7. Direktur Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam

Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat (LKMI-HMI) 2012-2013

Page 6: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

v

Penghargaan :

1. Sukarelawan Tim Medis Bakti Sosial Gema Damai “Sehat Indonesiaku, Damai Negriku”

pada tahun 2011

2. Tim Medis Sirkumsisi “Bakti Sosial Pharmacy Expo” pada tahun 2012

3. Narasumber Diskusi Akbar “KOHATI Sadar Kesehatan Reproduksi” pada tahun 2012

4. Relawan Program Penanganan Kemiskinan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta (P2K-DKI)

pada tahun 2012

5. Pemateri Latihan Kader 1 Komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(KOMFAKDIK) HMI Cabang Ciputat “Profesional dan Berintegritas untuk Umat dan

Bangsa” pada tahun 2013

6. Moderator Seminar Nasional “Kesiapan SDM Kesehatan (Dokter, Perawat, Apoteker)

Menyongsong Era BPJS” pada tahun 2013

Page 7: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

vi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2014

Maratush Sholihah, NIM : 108104000020

Analisis Perubahan Perilaku Merokok Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas

Ciputat Tanggerang Selatan

xv + 74 halaman, 7 tabel, 2 gambar.

ABSTRAK

Sebuah pendekatan psikososial diperlukan untuk menerangkan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan. Keyakinan yang dimiliki seorang individu dapat

mempengaruhi perilaku sehatnya. Teori health belief model ini

mengorganisasikan info tentang kesehatan dan faktor yang mempengaruhi

individu dalam mengubah tingkah laku sehatnya. Sebuah penelitian diketahui

bahwa distribusi perilaku merokok pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciputat

Tangerang selatan, yang berperilaku merokok memiliki persentase 73,6%.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum mengenai

perubahan perilaku merokok pada pasien hipertensi dengan menggunakan teori

health belief model di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tahun 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan

desain studi cross sectional dengan data yang diambil melalui kuesioner. Populasi

penelitian ini adalah 32 pasien hipertensi dan merokok dilingkungan puskesmas

Ciputat tahun 2014. Peneliti menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi kerentanan terhadap

penyakit hipertensi responden menyatakan kerentanan tinggi (53,1%), persepsi

keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi responden menyatakan keparahan

tinggi (53,1%), melihat dorongan bertindak responden sebagian besar menyatakan

bahwa ada dorongan dari keluarga dan petugas kesehatan (59,4%), persepsi

ancaman penyakit responden menyatakan bahwa sebagian besar responden

menyatakan ancaman yang dirasakan responden lebih besar (53,1%), persepsi

manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan responden yang memiliki

persepsi ada manfaat dari tindakan pencegahan (65,6%) lebih besar dibandingkan

persepsi ada hambatan yang dirasakan dari tindakan pencegahan (50%), dan

melihat kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan sebagian

besar responden menunjukkan ada tindakan kesehatan yang diambil (71,9%).

Diharapkan pada pasien hipertensi yang merokok terdorong untuk mengambil

langkah sehat dalam rangka mengurangi resiko sakit dan berharap serangkaian

tindakan yang dilakukan menguntungkan dalam mengurangi resiko sakit atau

keparahan penyakit selama keuntungan yang diperoleh melebihi hambatan yang

ditemui ketika melakukan perilaku sehat.

Kata kunci : perubahan perilaku merokok, hipertensi, Health Belief Model

Page 8: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

vii

THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA

Under graduated thesis, January 2014

Maratush Sholihah

The Analysis Of Smoking Behavior Changes On Patients Of Hypertension In

Puskesmas Ciputat South Tangerang

xv + 74 pages, 7 tables, 2 pictures

ABSTRACT

A psychosocial approach is needed to explain behavior which is dealing with

health. Belief that owned an individual can influence healthy behaviors. Theories

of health belief model to organize information about health and the factors that

influence the individual in changing unhealthy behavior. A research note that the

distribution of smoking behavior in hypertensive patients in Puskesmas Ciputat

South Tangerang, which has a percentage of smoking behavior 73.6%.

The purpose of this research was to see a general overview about the smoking

behavior changes in patients of hypertension using the theory of health belief

model in Puskesmas Ciputat Tangerang by 2014. This research is a descriptive

quantitative research study design by using cross sectional data captured through

the questionnaire. This research population is 32 patients of hypertension and

smoking surroundings of Puskesmas Ciputat in 2014. Researchers used

descriptive analysis.

Based on the results of the study found that the perception of susceptibility to

disease of hypertension respondents said high vulnerability (53.1%), perception of

the seriousness of the hypertensive disease (severity) of respondents expressed

high severity (53.1%), seeing encouragement Act most respondents stated that

there is encouragement from family and a health worker (59,4%), the perception

of the threat of disease respondents said that most of the respondents said the

perceived threat of respondents bigger (53.1%), perception of the benefits and

obstacles of the respondents have a precaution there is perception of the benefits

of preventive action (65,6%) greater than the perceived barriers are perceptions of

precautionary measures (50%), and looking at the possibility of taking the

recommended health action most respondents indicate there are health actions

taken (71.9%).

Expected to the patients of hypertension who smoke compelled to take healthy

risks in order to reduce pain and wish a series of actions that are undertaken

lucrative in reducing the risk of illness or severity of the disease as long as profits

exceed the obstacles encountered when doing healthy behavior.

Key words: the smoking behavior chages, hypertension, Health Belief Model

Page 9: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

limpahan kenikmatan kepada penulis, terutama kesehatan yang selalu dijaga-Nya

sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Solawat dan salam disampaikan kepada Muhammad SAW, penyampai

pesan ke-islaman dan menjadi inspirasi penulis untuk selalu terus melaksanakan

kewajiban yang diemban ini.

Manusia sebagai insan sosialis, yang sangat memerlukan manusia lainnya

dalam beraktivitas. Begitupula penulis sebagai insan yang selalu dibantu dalam

menyelesaikan penulisan ini mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak

diantaranya:

1. Terkhusus ucapan terimakasih kepada Abi tercinta Ansori dan Umi tercinta

Laila Umar yang telah memberikan kasih sayangnya dan dukungan secara

total kepada penulis serta Adik tercinta Zakiyah yang sealalu setia

mendengarkan keluh kesah dan memberikan semanagat untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

2. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pak Waras Budiutomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

4. Ibu Eni Nuraeni Agustini S.Kep. M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan

Page 10: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

ix

5. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep. MNS dan Ibu Yuli Amran S.KM, MKM

selaku Pembimbing yang tidak pernah bosan memberikan arahan dan

motivasi untuk menyelesaikan penulisan ini.

6. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep serta Ibu Maftuhah, Ph.D. selaku penguji yang

memberikan masukan dan sarannya untuk menyempurnakan penulisan ini.

7. Keluarga besar Dosen Progam Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat dan motivasi selama proses perkuliahan hingga penyusunan tugas

akhir skripsi.

8. Ketua Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Pak Dadang, M. Epid, Kepala

Puskesmas UPT Ciputat yang memberikan izin untuk membantu

mempermudah proses pengambilan data dalam penulisan ini.

9. Masyarakat Kecamatan Ciputat yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

10. Segenap Staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan.

11. Kawan-kawan, adik-adik dan Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Ciputat, Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dan

Komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, yunda kiki, yunda

mahmudah, yunda nunung, yunda mala, kanda hariri, kanda fajar, kanda

asy’ari, kanda Adi Hasan, S.Si, Udin, Risma, Ica, Mayang, Dewi, Desi,

Titi,Imam, Aan, Ihsan, Arum, Erwin, Fahrur, Nanur, Ayu, Chalila, Tharlis

dan lainya lagi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namun tidak

mengurangi kecintaan dan persahabatan penulis kepada kalian yang selalu

bersama berjuang di kampus tercinta untuk mengabdi membangun

masyarakat serta menyemangati penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.

Page 11: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

x

12. Sahabat-sahabat tersayang Ubud, Iconk, Nope, Jupe, Cica yang memberikan

motivasi terus kepada penulis dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan

penulisan ini.

13. Saudara-saudara seperantauan neng Ima, among, ade, ipeh, rini yang telah

memberikan keceriaan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan ini.

14. Teman – teman seperjuangan Angkatan 2008 yang telah memberikan

dukungan dan motivasi selama proses perkuliahan hingga penyusunan tugas

akhir Skripsi.

Layaknya sebuah pepatah ” Tiada Gading Yang Tak Retak ”, Penulis pun

menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tak lepas dari kekurangan, karena

sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah. Semoga kekurangan yang ada

dalam skripsi ini dapat dijadikan motivasi bagi adik – adik dari disiplin ilmu

Keperawatan untuk mengembangkan kembali penelitian yang dilakukan dan

kelebihan yang ada pada skripsi ini semoga dapat memberikan manfaat bagi

segenap jajaran institusi pendidikan di Bidang Keperawatan.

Billahi taufiq walhidayah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Januari 2014

Maratush Sholihah

Page 12: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xivi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 8

2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

E. Ruanga Lingkup Penelitian ........................................................................ 10

Page 13: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian hipertensi ............................................................................. 11

2. Kasifikasi Hipertensi ............................................................................. 11

3. Faktor Risiko Hipertensi ........................................................................ 13

4. Gejala Klinis Hipertensi ........................................................................ 16

5. Komplikasi Hipertensi ........................................................................... 17

6. Diagnosis Hipertensi .............................................................................. 17

7. Penatalaksanaan Hipertensi ................................................................... 18

B. Perilaku Merokok

1. Pengertian Merokok ............................................................................... 19

2. Jenis-jenis Rokok ................................................................................... 22

3. Kandungan Rokok ................................................................................. 23

4. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan ............................................................ 26

C. Health Belief Model

1. Pengantar Health Belief Model .............................................................. 27

2. Teori Health Belief Model ..................................................................... 29

3. Perilaku Mencari Pengobatan ................................................................ 31

4. Motivasi Berperilaku Sehat ................................................................... 34

5. Pelayanan Kesehatan ............................................................................. 35

D. Kerangka Teori ........................................................................................... 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 40

Page 14: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

xiii

B. Definisi Operasional ................................................................................... 42

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 44

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................................... 45

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 46

E. Uji validitas dan reabilitas .......................................................................... 47

F. Pengolahan Data ......................................................................................... 48

G. Teknik Analisa Data ................................................................................... 49

H. Etika Penelitian ........................................................................................... 49

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian ..................................................................... 52

B. Analisis Univariat

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived

susceptibility to disease hypertension) .................................................. 54

2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi (perceived

seriousness (severity) of disease hypertension) ..................................... 54

3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) ..................................... 55

4. Gambaran ancaman penyakit (perceived threat of disease) .................. 56

5. Gambaran persepsi manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan

(perceived benefits and barriers of preventive action) .......................... 57

6. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

(likehood of taking recommended preventive health action) ................. 58

Page 15: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

xiv

BAB VI PEMBAHASAN

A. Pembahasan Analisis Univariat

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived

susceptibility to disease hypertension) ................................................ 59

2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi (perceived

seriousness (severity) of disease hypertension) .................................. 61

3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) .................................. 62

4. Gambaran ancaman penyakit (perceived threat of disease) ............... 64

5. Gambaran persepsi manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan

(perceived benefits and barriers of preventive action) ........................ 64

6. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

(likehood of taking recommended preventive health action) .............. 66

7. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 67

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 69

B. Saran ....................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72

LAMPIRAN

Page 16: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Persepsi Kerentanan di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Persepsi Keparahan di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Dorongan bertindak di

Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Ancaman yang dirasakan di

Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Persepsi Manfaat Pencegahan di

Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Persepsi Hambatan dalam

Pencegahan di Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kemungkinan dalam

Mengambil Tindakan di Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang

Selatan

Page 17: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 39

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 41

Page 18: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik, namun dalam

kenyataanya merokok banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok merupakan bagian dari bentuk

kelalaian atau kesalahan yang disengaja, maka dari itu merokok identik

dengan bunuh diri. Pandang agama Islam mengenai tindakan yang merugikan

diri sendiri atau orang lain tidak akan diridhoi oleh Allah SWT yang Maha

Bijaksana (Fitriyani, 2010). Sebagai mana dikatakan dalam Al-Qur’an surat

(Al Baqoroh:195)

Yang artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan

Janganlah kalian menjatuhkan diri kamu sendiri dalam kebinasaan, dan

berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berbuat baik.”.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization - WHO)

mengatakan bahwa terdapat 1,2 miliar perokok di dunia saat ini. Kebiasaan

merokok berhubungan dengan terjadinya 25 jenis penyakit di tubuh manusia.

Separuh dari para perokok akan meninggal oleh berbagai penyakit akibat

rokok. WHO memperkirakan tiap tahun terdapat 4 juta orang meninggal

akibat penyakit karena merokok dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah

Page 19: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

2

kematian akibat rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia

setelah China dan India, dengan bertambahnya angka orang meninggal karena

merokok menjadi 8,4 juta per tahun (Aditama, 2009).

Secara nasional prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok

tiap hari sebesar 28,2 %. Rata-rata umur mulai merokok adalah 17,6 tahun.

Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain,

cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur. Prevalensi

perokok dalam rumah lebih banyak pada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di

perdesaan, dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat dan tamat SD.

Menurut pekerjaan, prevalensi perokok dalam rumah ketika bersama anggota

keluarga lebih banyak yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh diikuti

wiraswasta dan yang tidak bekerja, dan cenderung meningkat dengan

meningkatnya status ekonomi (Riskesdas, 2010)

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis

diantaranya bersifat karsinogenik, dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya

bagi kesehatan (David, 2003). Asap rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi

pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan

tekanan darah. Menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar

terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang

terkandung dalam asap rokok. Beberapa zat yang terkandung dalam asap

rokok beracun dan dapat menyebabkan pembuluh darah kram, sehingga

tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suheni, 2007).

Sebuah penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara jumlah rokok

yang dihisap dan jenis rokok dengan kejadian hipertensi (Nurcahyani dkk,

Page 20: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

3

2011). Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap

(silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai

dengan gejala-gejalanya lebih dahulu (Vitahealth, 2006).

Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat

ini terdapat 600 juta pasien hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya

meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 pasien tersebut tidak

mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Prevalensi hipertensi di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan

Singapura yang mencapai 27,3 %, Thailand dengan 22,7 % dan Malaysia

mencapai 20 % (Riskesdas, 2007).

Hasil Riskesdas tahun 2007 di Indonesia prevalensi hipertensi 32,2%,

sedangakan menurut kelompok umur hipertensi umur > 18 tahun adalah

29,8%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki

peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di

Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%. Indonesian Society of

Hypertension (InaSH) menegaskan hipertensi sudah menjadi permasalahan

dunia (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan data riskesdas Provinsi Banten 2007 bahwa prevalensi

hipertensi di Provinsi Banten 27.6% lebih rendah dari angka nasional (31.7%),

namun berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 8.7% lebih tinggi

dari angka nasional (7.2%), demikian pula berdasarkan riwayat minum obat

Page 21: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

4

hipertensi adalah 9.4% lebih tinggi dari angka nasional (7.6%). Menurut

kabupaten/kota, prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar

antara 23.2% - 36.1%, dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten

Tangerang, sedangkan terendah di Kota Tangerang.

Hipertensi masih tetap menjadi masalah, karena meningkatnya prevalensi

hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat

pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum

mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Yogiantoro, 2007). Angka kematian

karena serangan jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi

mengalami penurunan dalam kurun 20 tahun terakhir. Akan tetapi, dua efek

hipertensi lainnya yaitu gagal jantung dan penyakit ginjal kronis justru

meningkat (Pickering dalam Anggraini 2010). Dalam penelitian Anggraini

(2010), dari hasil uji dengan sampel 85 diperoleh adanya hubungan yang

signifikan secara statistik antara kejadian hipertrofi ventrikel kiri dengan

riwayat hipertensi pada pasien gagal jantung kongestif.

Dalam penelitian terkait oleh Jode (2010), hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian

Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan mempunyai kebiasaan

merokok, yaitu sebanyak 41 orang dari 43 responden. Data yang didapatkan

dari kebiasaan merokok tersebut adalah menghisap rokok >20 batang setiap

hari ada sebanyak 26 orang (63,4%), menghisap rokok secara dalam ada

sebanyak 27 orang (65,8%), menghisap rokok selama > 10 tahun ada

Page 22: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

5

sebanyak 36 orang (87,8%), dan mengkonsumsi rokok nonfilter ada sebanyak

27 orang (65,9%).

Kebiasan merokok pada pasien hipertensi seperti dijelaskan pada

penelitian sebelumnya berkaitan dengan perilaku kesehatan. Telah menjadi

pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan kesehatan yang menjadi

sasaran dari promosi atau pendidikan kesehatan. Perubahan perilaku

kesehatan merupakan tujuan dari promosi kesehatan atau pendidikan

kesehatan.

Banyak teori yang menjelaskan mengenai perubahan perilaku kesehatan.

Teori stimulus organisme menjelaskan bahwa penyebab perubahan perilaku

tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme, artinya kualitas dari sumber komunikasi yang sangat menentukan

keberhasilan perubahan perilaku. Teori fungsi menjelaskan bahwa perubahan

perilaku individu tergantung pada kebutuhan (Notoatmojo, 2010). Dan masih

banyak lagi teori-teori mengenai perubahan perilaku kesehatan. Namun di sini

peneliti tertarik menggunakan teori Health Belief Model, teori ini menjelaskan

tentang bagaimana keyakinan individu mempengaruhi seseorang untuk

memilih perilaku yang lebih sehat (Pender, 1996).

Health Belief Model merupakan salah satu pendekatan psikososial yang

paling banyak digunakan untuk menerangkan perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan. Faktor utama teori ini adalah macam-macam keyakinan

(belief) yang dimiliki seorang individu mempengaruhi perilaku sehatnya.

Dengan memfokuskan pada keyakinan atau penilaian individu tentang

kesehatannya, teori ini mengorganisasikan info tentang kesehatannya dan

Page 23: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

6

faktor yang mempengaruhi individu dalam mengubah tingkah laku sehatnya

(Taylor, 2006).

Teori ini mengasumsikan bahwa agar seseorang termotivasi untuk

mengambil langkah sehat ia perlu diyakinkan secara pribadi bahwa

kesehatannya rentan terhadap penyakit (perceived susceptibility, dan penyakit

tersebut tergolong serius (perceived severity). Selain itu keuntungan yang

diperoleh individu (perceived benefits) lebih besar dibanding aspek negatif

(perceived barriers) yang diperoleh ketika melalukan perilaku sehat. Kempat

jenis beliefs dari HBM ini mempengaruhi keputusan individu apabila akan

mengambil langkah-langkah untuk berperilaku sehat atau tidak (Taylor, 2006).

Dalam sebuah peneliatian disimpulkan bahwa penggunaan health belief

model (HBM) berpengaruh signifikan dalam memprediksi perilaku diet pada

pasien diabetes mellitus type II. Dari lima variabel HBM yang diukur faktor

yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku diet yaitu

perceived benefits. Dan untuk faktor lainnya yang berpengaruh secara positif

terhadap perilaku diet tetapi tidak signifikan adalah variabel perceived

severity, sedangkan yang berpengaruh secara negatif terhadap perilaku diet

tetapi tidak signifikan adalah perceived susceptibility, perceived barriers, dan

cues to action (Purijayanti, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi perilaku merokok pada pasien

hipertensi di Puskesmas Ciputat Tangerang selatan, yang berperilaku merokok

memiliki persentase sebanyak 73,6% (Ikhwan, 2013). Dari hasil studi

pendahuluan di Puskesmas Ciputat kami telah mewawancarai 10 orang pasien

hipertensi, ada 7 orang yang aktif merokok. Beberapa dari mereka mengaku

Page 24: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

7

mengetahui bahwa merokok itu tidak baik bagi penyakit yang diderita dan

dapat menambah komplikasi dari hipertensi yang diderita, namun mereka

masih tetap saja merokok.

Faktor yang menyebabkan seseorang cenderung untuk merokok tidak bisa

dipastikan. Kesemuanya itu secara tidak langsung mengindikasikan lemahnya

kesadaran dalam diri tiap individu dan rendahnya pola pikir yang dimilikinya,

hingga tanpa pikir panjang mereka terjerumus dalam kebisaaan merokok

(Aiman, 2006).

Kebanyakan alasan mereka masih merokok karena merokok sudah

menjadi kebiasaan dan merokok sudah menjadi rutinitas sejak lama. Pemilihan

lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa belum pernah dilakukannya

penelitian mengenai analisis perubahan perilaku merokok pada pasien

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Analisis Perubahan Perilaku Merokok Pada Pasien Hipertensi Di

Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi perilaku merokok pada pasien

hipertensi di Puskesmas Ciputat Tangerang selatan, yang berperilaku merokok

memiliki persentase 73,6% (Ikhwan, 2013). Sebuah pendekatan psikososial

diperlukan untuk menerangkan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

Keyakinan (belief) yang dimiliki seorang individu dapat mempengaruhi

perilaku sehatnya. Teori HBM ini mengorganisasikan info tentang

Page 25: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

8

kesehatannya dan faktor yang mempengaruhi individu dalam mengubah

tingkah laku sehatnya (Taylor, 2006)

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Ciputat

kami telah mewawancarai 10 orang pasien hipertensi, ada 7 orang yang aktif

merokok. Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui

tentang Analisis Perubahan Perilaku Merokok Pada Pasien Hipertensi Di

Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

melihat gambaran umum mengenai perubahan perilaku merokok pada

pasien hipertensi dengan menggunakan teori health belief model di

Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran perceived susceptibility to disease

hypertension (persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi) pada

pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tangerang

Selatan.

b. Diketahuinya gambaran perceived seriousness (severity) of disease

hypertension (persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi)

pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tangerang

Selatan.

Page 26: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

9

c. Diketahuinya gambaran cues to action (isyarat/dorongan untuk

bertindak) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat

Tangerang Selatan.

d. Diketahuinya gambaran perceived threat of disease hypertension

(persepsi ancaman penyakit hipertensi) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

e. Diketahuinya gambaran perceived benefits and barriers of preventive

action (manfaat dan hambatan yang dirasakan dari tindakan

pencegahan) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan.

f. Diketahuinya gambaran likehood of taking recommended preventive

health action (kemungkinan mengambil tindakan pencegahan

kesehatan yang dianjurkan) pada pasien hipertensi yang merokok di

Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti mengenani penerapan teori health

belief model pada pasien hipertensi yang merokok.

b. Menambah pengetahuan, pengalaman dalam merancang dan

melaksanakan penelitian, dan dapat menerapkan pengetahuan yang

telah diperoleh.

c. Sebagai bahan atau dasar bagi peneliti selanjutnya khususnya

mengenai perubahan perilaku merokok pada pasien hipertensi.

d. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan.

Page 27: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

10

2. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan guna

meningkatkan mutu pelayanan sehingga para petugas kesehatan bisa

memberikan informasi tentang hipertensi dan bahaya merokok.

3. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

bahan pustaka mengenai perubahan perilaku merokok pada pasien

hipertensi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan hasil analisa mengenai perubahan perilaku

merokok pada pasien hipertensi dengan menggunakan teori health belief

model. Populasi penelitian ini adalah pasien hipertensi dan merokok

dilingkungan puskesmas Ciputat tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan desain studi cross

sectional dengan data yang diambil melalui kuesioner. Data yang

dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan

pertanyaan tertutup melalui kuesioner.

Page 28: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan vaskuler

perifer. Peningkatan curah jantung dan atau resistensi vaskuler perifer

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Jika jantung meningkat

sementara resistensi vaskuler perifer menurun dan sebaliknya, maka

tekanan darah akan meninggi (Ganong, 2002). Definisi tekanan darah

tinggi atau hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti

hipertensi (Mansjoer, 2001).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas

90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth,

2001). Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal

dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (dilakukan 4

jam sekali). Dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya

lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (Corwin,

2000).

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Berdasarkan Penyebab Hipertensi

Page 29: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

12

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder

atau hipertensi renal.

1) Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak

diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat

sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem

renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca

intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti

obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer

biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2000).

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5

% kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,

penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme

primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain

(Schrier, 2000).

b. Berdasarkan Derajat Tekanan Darah

Menurut Join Nation Committee On prevention detection,

evaluation, and treatment of high pressure VII (JNC-VII) tahun 2003

mengklasifikasikan hipertensi untuk melihat faktor risiko dalam

pengobatannya sebagai berikut:

Page 30: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

13

1) Normal yaitu tekanan darah sistolik ≤ 120 mmHg dan tekanan

darah diastolik ≤ 80 mmHg.

2) Prehipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan

tekanan darah diastolik 80 – 90 mmHg.

3) Hipertensi Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg

dan tekanan darah diastolik 90 – 99 mmHg

4) Hipertensi Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 100 mmHg.

3. Faktor Risiko Hipertensi

a. Umur

Hipertensi terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang

orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Terjadi peningkatan

tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan

adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon.

Insidensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi

hipertensi ringan sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang, meningkat

menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 70 tahun (Kumar

dkk, 2005).

b. Jenis Kelamin

Hipertensi baik primer dan sekunder, keduanya menimbulkan

masalah. Perkiraan baru-baru ini menunjukkan satu dari tiga orang

dewasa menderita hipertensi. Pria lebih cenderung untuk menderita

hipertensi daripada wanita hingga usia 55 tahun, setelah usia tersebut

proporsi pasien hipertensi wanita melebihi pria (Kumar dkk, 2005).

Page 31: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

14

c. Riwayat Keluarga

Kejadian hipertensi dapat dilihat dari riwayat keluarga. Sekitar

70-80 % pasien hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di

dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua

orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar (Dalimartha dkk,

2008).

d. Ras atau Suku Bangsa

Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika

(Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi

dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Hipertensi lebih

banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun

pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan

sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar (Kumar dkk, 2005).

e. Konsumsi Garam

Garam berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi. Gangguan

pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang

asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari,

prevalensi hipertensi presentasenya rendah, tetapi jika asupan garam 5-

15 gram per hari akan meningkatkan prevalensi menjadi 15-20 %

(Hayens, 2001).

f. Obesitas

Obesitas adalah keadaan berat badan lebih, kelainan ini dapat

diukur dengan body mass index (BMI) atau index massa tubuh (IMT).

Page 32: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

15

Berdasarkan WHO (2000) dikatakan obesitas jika BMI ≥ 30 kg/m2.

Obesitas adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan lemak yang

berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi

oksigen secara menyeluruh, akibat curah jantung bertambah. Walaupun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada pasien hipertensi

dengan berat badan normal (Arief, 2008).

g. Hiperlipidemia/Dislipidemia

Hiperlipidemia atau dislipidemia atau kadar lemak di dalam darah

meningkat di atas normal. Lemak yang mengalami peningkatan ini

meliputi kolesterol, trigliserida, atau kombinasi keduanya. Jika

kolesterol dalam tubuh jumlahnya berlebih akan menimbulkan

sumbatan-sumbatan pada saluran darah. Kondisi ini menyebabkan

terganggunya aliran darah, akibatnya tekanan darah meningkat

(hipertensi). Komplikasi hipertensi akan bertambah parah dengan

tingginya kadar lemak (Arief, 2008).

h. Merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah secara temporer

yaitu tekanan darah sistolik yang naik sekitar 8 mmHg. Kenaikan

tekanan darah terjadi saat sedang merokok dan sesaat setelah selesai.

Bila seseorang perokok menderita hipertensi maka resiko peluang

terkena penyakit jantung dan stroke semakin besar, dibandingkan bila

hanya memiliki satu faktor resiko (Hayens, 2001). Menurut hasil

Page 33: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

16

penelitian, diungkapkan bahwa rokok dapat menaikkan tekanan darah.

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan.

Selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh

darah, nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007

menunjukkan secara nasional, persentase nasional merokok setiap hari

pada penduduk umur > 10 Tahun adalah 23,7%.

i. Kurangnya olahraga

Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang

teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat

menurunkan tekanan darah (Dalimartha dkk, 2008).

4. Gejala Klinis

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya

gejala pada hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan,

pusing, atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Pada

umumnya sebagian besar pasien hipertensi tanpa keluhan dan tidak

mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Kadang-kadang hipertensi

esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi

komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Atau bila terbukti dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tekanan

darahnya tinggi dan sudah cukup lama diderita (Dalimartha dkk, 2008).

Page 34: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

17

5. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi berhubungan dengan tekanan darah yang

sudah meningkat sebelumnya dengan konsekuensi perubahan dalam

pembuluh darah dan jantung, maupun dengan aterosklerosis yang

menyertai dan dipercepat oleh hipertensi yang sudah lama diderita.

Tekanan darah yang naik turun atau tidak stabil ini berkaitan dengan

kerusakan organ target. Seperti gangguan pada otak, gangguan pada sistem

Kardiovaskuler, gangguan pada ginjal, gangguan pada mata (Dalimartha

dkk, 2008).

6. Diagnosis Hipertensi

Seperti penyakit lain, hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan

anamnesis (konsultasi dokter), pemeriksaan jasmani, pemeriksaan

laboratorium, maupun pemeriksaan penunjang. Adapun hal-hal yang perlu

diberitahukan pada saat konsultasi dengan dokter adalah riwayat hipertensi

orang tuanya, pengobatan yang sedang dijalaninya saat itu dan data

penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, serta

faktor risiko terjadinya hipertensi, misalnya rokok, alkohol, stres, berat

badan (Mansjoer dkk, 2001).

Pada perempuan, keterangan mengenai hipertensi kehamilan,

riwayat eklampsia, riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi

perlu juga diberitahukan ke dokter. Agar akurat, sebaiknya pengukuran

dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup. Minimal setelah 5

menit berbaring. Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring, duduk, dan

Page 35: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

18

berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan dengan interval waktu antara 5-10

menit (Mansjoer dkk, 2001).

7. Penatalaksanaan hipertensi

Tujuan tiap program penanganan bagi pasien hipertensi adalah

mencegah terjadinya morbilitas dan mortalitas dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Brunner &

Suddarth, 2002). Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan

farmakologis atau dan penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan

hipertensi juga dapat dilakukan dengan terapi herbal.

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti

hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada

penatalaksanaan farmakologis, yaitu:

1) Diuretik Thiazide : Chlorthalidone (Hygroton), Quine thazone

(Hydromox), Chlorothiazide (Diuric).

2) Diuretik LOOP : Furosemide (lasix).

3) Diuretik pengganti kalium : Spironolactone (Aldoctone), Triamterence

(Dyrenium).

4) Inhibitor Adrenergik : Reserpine, Methyldopa (Aldomet), Propanolol

(Inderal), Prazosin hydrochloride (minipress), Clonidine Hydrocloride

(Catapress), Metaprolol (Iopressor), Nodolol (Corgard), Guanetidine

(ismelin).

5) Ca Antagonis : Nifedifine (Adalat).

Page 36: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

19

6) Vasodilator : Captopril, Nitropruside, Hidrolaziri, Diasid.

Menurut Dalimartha, et al (2008), upaya pengobatan hipertensi

dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk

mengubah gaya hidup yang tidak sehat. Pasien hipertensi membutuhkan

perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Adapun

beberapa upaya pengobatan non-farmakologis untuk hipertensi, yaitu:

1) Menurunkan berat badan ideal.

2) Menghindari asupan makanan tinggigaram, lemak berlebihan.

3) Konsumsi makanan yang mengandung cukup kalsium sesuai

kebutuhan.

4) Olag raga secara teratur.

5) Menghindari lingkungan stress, merokok dan alkohol.

B. Perilaku merokok

1. Pengertian merokok

Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam

tubuh kemudian menghembuskan kembali keluar (Armstrong, 2000).

Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang

dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang disekitarnya

(Levy,2004). Subanada (2004) menyatakan merokok adalah sebuah

kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun

dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu

sendiri maupun orang-orang disekitarnya.

Page 37: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

20

Menurut Sitepoe (1997) membagi perokok menjadi dua kategori

perokok berdasarkan asap yang dihisapnya, yaitu :

a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok aktif yang

menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta

asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap

sidestream). Sama halnya yang diungkapkan dengan sitepoe, menurut

Bustan (2000) perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh

seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok

merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap

rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif.

Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka

yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang

dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima

kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih

banyak mengandung tar dan nikotin.

b. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui

mulut langsung dari rokok yang dibakar (asap mainstream).

Sedangkan menurut Bustan (2000) perokok aktif adalah asap rokok

yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang

dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung

Page 38: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

21

menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri

sendiri maupun lingkungan sekitar.

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu

atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum,

Nicotiana Rostica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung

nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan (Pemerintah RI, 2003 dalam

Sukendro, 2007). Rokok berisi daun – daun tembakau yang telah dicacah,

ditambah sedikit racikan seperti ngkeh, saus rokok, serta racikan lainnya.

Untuk menikmati sebatang rokok perlu dilakukan pembakaran pada salah

satu ujungnya agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang

lain (Triswanto, 2007).

Perilaku merokok ada 4 tahap sehingga mencapai tahap perokok,

antara lain:

a. Tahap Prepatory, seseorang mendapat gambaran yang

menyenangkan dengan cara mendengar, melihat, dan membaca,

sehingga menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap Innitation, tahapan dimana seseorang mulai merintis atau

mencoba untuk merokok dan apakah akan melanjutkan perilku

merokoknya.

c. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang mulai merokok

sebanyak empat batang sehari, maka dia mempunyai kecenderungan

untuk menjadi perokok.

d. Tahap Maintenance of Smoking, pada tahap ini merokok sudah

menjadi salah satu pengaturan diri ( self regulating). Dan merokok

Page 39: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

22

dilakukan untuk memperolrh efek psikologis yang menyenangkan

(Clearly, 2000).

Tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan jumlah

rokok yang dihisap, antara lain:

a. Perokok berat merokok lebih dari 20 batang dalam sehari.

b. Perokok sedang merokok 10-20 batang dalam sehari.

c. Perokok ringan merokok kurang dari 10 batang dalam sehari

(Bustan, 2007).

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk

menjawab mengapa seseorang merokok. Setiap individu mempunyai

kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan

tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut diperkuat dangan pernyataan

bahwa seseorang merokok karena factor sosio cultural seperti kebiasaan

budaya, kelas social, gengsi, dan tingkat pendidikan (Levy, 2004).

Menurut Lewin perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan

dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor – factor

dari dalam diri juga disebabkan oleh lingkungan. Disebutkan juga bahwa

merokok pada tahap awal dilakuakan dengan teman – teman (46%),

seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%), dan orang tua (14%)

(Komasari, 2008).

2. Jenis-jenis rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini

didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi

rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.

Page 40: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

23

Dalam peraturan (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok

bagi kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar nikotin

sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada rokok

kretek. Dan rokok kretek menggunakan tembakau rakyat. Tetapi menurut

Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag)

Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek

melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek

melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Rokok kretek mengandung 60–70%

tembakau, sisanya 30%–40% cengkeh dan ramuan lain (Pdpersi, 2003).

Menurut Siahaan (2008) ada beberapa jenis rokok yang dapat

diketahui, diantaranya : Rokok, Bidis, Cigar, Kretek. Seperti kita ketahui

rokok adalah buatan pabrik dengan ratusan bahan kimia yang

mengandung 4.000 racun, biasanya menggunakan filter di ujungnya.

Bidis adalah tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan

diikat dengan benang, tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada

rokok buatan pabrik. Cigar adalah dari fermentasi tembakau yang

diasapi, digulung dengan daun tembakau. Kretek adalah campuran

tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh.

3. Kandungan rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi

komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan

menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi.

Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok

terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%).

Page 41: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

24

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan

40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker),

dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama

pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu,

dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak

kalah beracunnya (David, 2003). Zat-zat beracun yang terdapat dalam

rokok antara lain adalah sebagai berikut :

a. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin

yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya

diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50

ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada

dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat

aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga

memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka

panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami

kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar

nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan

ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan

adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok

dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi, 2006).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat

dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya

yang sintesisnya bersifat adiktif dapat mengakibatkan

Page 42: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

25

ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni saraf tubuh,

meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan

menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.

b. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak

memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak

sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida

bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor

maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok

paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat

meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-

16% (Sitepoe, 1997).

c. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan

nikotin dan uap air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin

hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Pada saat rokok

dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap

rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-

paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,

sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi

rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15

mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa

Page 43: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

26

masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya

dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang

digunakan bertambah banyak (Sitepoe, 1997).

d. Timah Hitam (Pb)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok

sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap

dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas

bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per

hari (Sitepoe, 1997).

Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu

waspada terhadap pemajanan jangka panjang. Gangguan kesehatan

yang diakibatkan bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari

protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat

pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan akut didapati bila tertekan

dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah

atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang

nafsu makan. Konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan

anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan (Depkes, 2010).

4. Bahaya rokok bagi kesehatan

Di Amerika Serikat, diperkirakan 500.000 perokok pertahunnya

meninggal disebabkan serangan jantung: yakni sekitar 75% dari jumlah

pasien yang meninggal karena serangan jantung padaumumnya. Bahaya

terbesar yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok adalah rentannya

jantung dan pembuluh darah perokok dalam mengalami gangguan yang

Page 44: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

27

umumnya menyebabkan kematian. Nikotin yang dihisap seorang perokok

mampu mengeluarkan catecholamines dari tubuh, yakni kumpulan zat

kimiawi yang sangat dibutuhkan tubuh. Diantaranya adalah hormon

adrenalin. Keluarnya adrenalin dalam jumlah besar ini mampu

mempengaruhi kerja darah: diantaranya menyebabkan denyut jantung

berdetak lebih cepat sekitar 15-20 kali lipat per menitnya dan berdampak

pada meningkatnya tekanan darah (hipertensi) (Husaini, 2007).

C. Health Belief Model

1. Pengantar Health Belief Model

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa

seseorang secara sukarela memilih terlibat dengan aktifitas yang berkaitan

dengan kesehatan didasarkan pada tiga alasan utama yakni:

b. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Termasuk juga untuk mencegah sakit atau mendeteksi

penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan

sebagainya.

c. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan

yang dilakukan oleh individu yang merasakan sakit, untuk merasakan

dan mengenal keadaan kesehtannya atau rasa sakit, termasuk

pengetahuan mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, dan

pencegahan penyakit.

d. Perilaku peran sakit (sick role behavior), yakni segala tindakan yang

dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh

Page 45: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

28

kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap

kesehatannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama

pada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab

terhadap kesehatannya.

Health Belief Model (HBM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-

an oleh kelompok psikolog yang bekerja di US Public Health Service.

Mereka fokus dengan bagaimana meningkatkan penggunaan pelayanan

preventif yang digalangkan oleh pemerintah, seperti vaksinasi influenza.

Mengasumsikan bahwa tiap orang beresiko untuk terkena penyakit. Maka

terdoronglah untuk mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka untuk

mengurangi resiko sakit (perceived threat) dan berharap serangkaian tindakan

yang akan dilakukan menguntungkan dalam mengurangi resiko sakit atau

keparahan penyakit selama keuntungan yang diperoleh melebihi hambatan

yang ditemui ketika melakukan perilaku sehat. HBM diformulasikan untuk

memprediksi kemungkinan individu akan melibatkan diri dalam perilaku

sehat atau tidak. HBM telah banyak diaplikasikan pada penelitian-penelitian

tentang berbagai macam perilaku kesehatan (Rosenstock,1966 dalam

Purijayanti,2012).

Menurut Nejad et. al. (2005) dalam Pratama (2010), HBM digunakan

untuk memprediksi tindakan seseorang, memilih tindakan kesehatan untuk

mengurangi atau mencegah penyakit atau kematian dini. Berdasarkan HBM

ada 2 tipe kepercayaan yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

tindakan pencegahan:

Page 46: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

29

a. Kepercayaan yang berhubungan dengan kesiapan untuk melakukan

tindakan.

b. Kepercayaan yang berhubungan dengan modifikasi faktor-faktor yang

mendukung atau mempengaruhi tindakan.

Dalam HBM seseorang akan melakukan tindakan untuk mencegah

penyakit tergantung pada persepsi individu bahwa:

a. Secara pribadi merasa rentan terhadap kondisi yang dirasakan,

b. Konsekuensi dari kondisi tersebut dapat menjadi serius,

c. Tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut,

d. Manfaat yang diambil untuk mengatasi ancaman dilihat dari biaya yang

diambil (Redding et. al, 2000)

2. Teori Health Belief Model

HBM merupakan model kepercayaan kesehatan yang merupakan hasil

penjabaran dari model sosiopsikologi. HBM dikenal sebagai model pengharapan

suatu nilai, yang intinya mengacu pada asumsi bahwa orang akan melibatkan diri

dalam perilaku sehat bila mereka menilai hasil (menjadi sehat) terkait perilakunya

dan mereka pikir bahwa perilaku tersebut sepertinya dapat memberikan hasil

(Edberg, 2007).

Teori HBM ini mengacu pada Rosenstock (1966) yaitu perceived threat

yaitu penilaian individu akan ancaman yang akan terjadi akibat masalah kesehatan

yang mungkin akan beresiko terhadap penyakitnya. Terletak pada aspek perceived

susceptibility dan perceived severity. Serta perceived effectiveness, yaitu penilaian

akan keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tingkah laku kesehatan yang

Page 47: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

30

dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatanya. Terdiri dari perceived

benefits dan perceived barriers (Smet, 1994).

a. Perceived Susceptibility adalah persepsi ancaman atau kerentanan yang

dirasakan terhadap resiko yang akan muncul terhadap penyakitnya. Individu

bervariasi dalam menilai kemungkinan tersebut walaupun kondisi kesehatan

mereka sama. Semakin tinggi perceived susceptibility, semakin besar ancaman

yang dirasakan, dan semakin besar kemungkinan individu untuk mengambil

tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul (Sarafino, 2008).

Kerentanan-kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) bagi masalah

kesehatan mencerminkan kalau individu percaya bahwa kurang lebih mereka

menderita hasil kesehatanya negatif atau positif. Namun individu sering

mengabaikan kemungkinan dirinya tentang ancaman terhadap penyakitnya,

sehingga tidak jarang individu tidak mengambil tindakan untuk mengatasi

masalah kesehatan yang mengancam dirinya (Smet, 1994).

b. Perceived Severity adalah persepsi menyangkut perasaan akan keseriusan

penyakit tersebut apabila mereka membiarkan penyakitnya tidak ditangani,

termasuk konsekuensi dari masalah kesehatan seperti konsekuensi medis

(kematian, cacat, dan rasa sakit), konsekuensi psikologis (depresi, cemas dan

takut), dan konsekuensi sosial (dampak terhadap pekerjaan, kehidupan

keluarga dan hubungan sosial).Semakin banyak konsekuensi yang dipercaya

akan terjadi, semakin besar persepsi bahwa masalah tersebut merupakan

ancaman, sehingga mengambil tindakan.

c. Perceived Effectiveness adalah penilaian individu tentang efektifitas dari

tingkah laku kesehatan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah

Page 48: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

31

kesehatan yang dialaminya. Penilaian ini dihasilkan melalui perbandingan

antara penilaian akan keuntungan (perceived benefits) dan penilaian akan

kerugian (perceived barriers) dari tingkah laku tersebut. Hasil perbandingan ini

menentukan arah dari tindakan kesehatan individu untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan tersebut. Aspek negatif yang dipersepsikan meliputi biaya,

bahaya, ketidaknyamanan,emosi dan waktu yang diluangkan untuk tindakan

tersebut.

d. Cues To Action adalah sumber darimana individu mendapatkan informasi

tentang masalah kesehatan yang mungkin terjadi kepadanya. Informasi tersebut

memberi isyarat kepada individu untuk melakukan tingkah laku kesehatan.

Sumber informasi bisa bersifat internal (contohnya suasana hati) maupun

eksternal, seperti media massa, kampanye, nasehat orang lain, penyakit

anggota keluarga atau teman, dan artikel dari Koran (Albery&Marcus,2011

dalam Purijayanti,2012).

Kekurangan dari teori HBM sebagai teori perilaku kesehatan tertua juga

memilikinya. Berikut adalah beberapa kritiknya:

a. HBM difokuskan terutama pada keputusan individu dan tidak menangani

faktor sosial dan lingkungan.

b. HBM mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki akses yang setara dan

tingkat yang yang sama terhadap informasi untuk membuat perhitungan

yang rasional (Edberg, 2007 dalam Pratama,2010).

3. Perilaku Mencari Pengobatan

Pengambilan keputusan adalah seperangkat langkah yang diambil individu

atau kelompok dalam memecahkan masalah. Pengambilan keputusan

Page 49: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

32

terjadi sebagi reaksi terhadap suatu masalah. Masalah adalah adanya suatu

penyimpangan antara suatu keadaan saat ini dengan suatu keadaan yang

diinginkan. Pengambilan keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi

terhadap informasi (Rivai, 2003). Seseorang dalam membuat keputusan

sehubungan dengan pencarian atau pemecahan masalah perawatan

kesehatan pada umumnya akan melalui lima tahapan keputusan (Schuman,

1965 dalam Notoatmodjo, 2007).

a. Tahap pengenalan gejala (the symptom experience), pada tahap

inimembuat keputusan bahwa didalam dirinya ada suatu gejala

penyakit. Gejala tersebut dirasakan sebagai ancaman bagi hidupnya.

b. Tahap asumsi peranan sakit (the assumption of the sick role), dalam

hal ini individu membuat keputusan bahwa ia sakit dan memerlukan

pengobatan. Kemudian berusaha mencari pengobatan dengan

usahanya sendiri. Disamping itu ia berusaha mencari informasi dari

anggota keluarga lain, tetangga, atau teman.

c. Tahap kontak dengan pelayan kesehatan (the medical care contact),

pada tahap ini individu mulai kontak dengan pelayanan kesehatan

sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, dan informasi yang

diperoleh.

d. Tahap ketergantungan pasien (the dependent patient stage), pada

tahap ini individu memutuskan dirinya berperan sebagai pasien. Untuk

sehat kembali ia harus bergantung pada fasilitas pengobatan dan

mematuhi segala nasehat yang diberikan.

Page 50: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

33

e. Tahap penyembuhan atau rehabilitasi (the recovery of rehabilitation),

pada tahap ini individu melepaskan dirinyan dari perannya sebagai

pasien. Dalam tahap ini dapat terjadi dua kemungkinan, pertama ia

sembuh, kedua ia cacat yang berarti ia tidak sempurna menjalankan

fungsinya seperti sebelumnya.

Kelima tahap tersebut sekaligus merupakan proses urutan dari perilaku

sakit meskipun pada kenyataan kelima tahap ini tidak selalu ada.

Pada saat orang sakit ada beberapa tindakan atau perilaku yang

muncul. Tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/ atau terkena

masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari

penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan hal ini disebut

illness behavior, tindakan yang dapat muncul antara lain:

a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, dan

tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada dua

cara, yakni: cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok,

dan sebagainya), dan cara modern, misalnya minum obat yang

dibeli dari warung, toko obat atau apotek.

c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dibeadakan menjadi dua, yakni: fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan paranormal),

dan fasilitas pelayanan kesehatan modern atau professional

Page 51: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

34

(Puskesmas, poliklinik, dokter atau bidan praktik swasta, rumah

sakit dan sebaginya) (Notoatmodjo, 2005).

4. Motivasi Berperilaku Sehat

Menurut Quinn (1995) dalam Notoatmodjo (2005), motivasi

berasal dari bahasa latin yang berarti to move. Secara umum mengacu pada

adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku

tertentu. Oleh kerena itu, dalam mempelajari motivasi kita akan

berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan, dan tujuan. Lanjutnya,

John Elder (et. al. 1994) mendefinisikan motivasi sebagai interaksi antara

pelaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan, atau

mempertahankan perilaku.

John P Elder (et. al. 1994) dalam Notoatmodjo (2005), untuk

berperilaku sehat diperlukan tiga hal yaitu: pengetahuan yang tepat,

motivasi, dan ketrampilann untuk berperilaku sehat. Jika seseorang tidak

memiliki keterampilan untuk berperilaku sehat (skill deficit), untuk

meningkatkannya dapat melalui pelatihan. Jika seseorang memiliki

pengetahuan dan ketrampilan tapi tidak memiliki motivasi (performance

deficit), untuk meningkatkannya dengan menggunakan pendekatan

modifikasi perilaku dari aliran behavioristik. Pemberian penguat

(reinforcement) untuk meningkatkan perilaku, pemberian sanksi atau

hukuman untuk menurunkan frekuensi perilaku.

Masalah lain yang menyebabkan seseorang sulit termotivasi untuk

berperilaku sehat, karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi

sehat tidak menimbulkan dampak langsung secara cepat, bahkan mungkin

Page 52: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

35

tidak berdampak apa-apa terhadap penyakitnya, namun hanya mencegah

untuk tidak menjadi lebih buruk lagi. Faktor lingkungan pun dapat

mempengaruhi motivasi seseorang untuk berperilaku hidup sehat jika

lingkungan keluarga tidak mendukung perilaku tersebut (Notoatmodjo,

2005).

Pengambilan keputusan pada orang sakit tidak selalu obyektif,

karena dipengaruhi iklan. Minat masyarakat dalam mencari informasi

melalui media ausio visual ataupun media masa masih kurang, hal ini

disebabkan minat baca masih kurang sehingga penyuluhan dari petugas

Puskesmas dianggap paling efektif (Ekawati, 2002).

5. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa

masyarakat membutuhkannya. Namun, kenyataannya masyarakat baru

mau mencari pengobatan (pelayanan kesehatan) setelah benar-benar tidak

dapat berbuat apa-apa. Hal ini pun bukan berarti mereka akan mencari

pengobatan ke pelayanan kesehatan modern (puskesmas dan sebagainya),

tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2007).

Djekky (2001) dalam Dumatubum (2002), Pandangan orang

tentang kriteria tubuh sehat dan sakit sifatnya selalu tidak obyektif, bahkan

lebih banyak unsur subyektifitas dalam menentukan kondisi tubuh

seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit ini sangatlah

dipengaruhi oleh unsur-unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur

sosial-budaya. Sebaliknya para medis yang menilai secara obyektif

Page 53: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

36

berdasarkan simpton yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang

individu.

Perbedaan kedua kelompok ini yang sering menimbulkan masalah

dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak

pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab ia

tidak merasa mengidap penyakit atau si individu merasa bahwa

penyakitnya itu disebabkan oleh mahluk halus, atau “gunaguna”, maka ia

akan memilih untuk berobat kepada dukun, shaman atau orang pandai

yang dianggap mampu mengusir mahluk halus tersebut atau guna-guna

orang tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang

(Dumatubum, 2002).

Untuk memilih suatu pelayanan kesehatan sesorang memerlukan

banyak pertimbangan yang perlu diperhitungkan, diantaranya adalah:

a. Pendapatan Keluarga

Pendapatan berhubungan dengan penggunaan pelayanan

kesehatan. Pendapatan seseorang merupakan salah satu hal yang

memberikan motivasi pada suatu perilaku. Sebagaimana

diungkapkan Azwar (1983) dalam Hasan (2008) yang

menyebutkan bahwa penghasilan seseorang merupakan salah satu

hal yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku.

Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi motivasi

seseorang dalam pemeliharaan kesehatan karena seseorang dengan

pendapatan yang tinggi dapat melancarkan kegiatan pemeliharaan

kesehatan (Pratiwi, (2008) dalam Arinta (2010). Hal ini berarti

Page 54: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

37

dengan tingkat penghasilan yang tinggi maka seseorang akan

mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Sesungguhnya pendapatan yang diperoleh seseorang merupakan

sebuah ujian, apakah harta yang didapatkannya akan dimanfaatkan

ke jalan yang baik atau yang buruk.

b. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan merupakan ongkos yang dikeluarkan oleh

pengguna pelayanan kesehatan mencakup biaya perjalanan dan

pelayanan itu sendiri. Biaya yang lebih cenderung menghambat

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh orang-orang miskin

(Sulastri, 2002).

Bagi masyarakat dengan pendapatan rendah, pengobatan

menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan, biaya

pengobatan ini menjadi sangat penting sehingga mereka akan

cenderung mencari pertolongan kesehatan disesuaikan dengan

kemampuan keuangannya. Bukan tidak mustahil, apabila mereka

tidak memilki keterbatasan dalam keuangan maka mereka akan

menggunakan pelayanan yang lebih berkualitas (Hendarwan,

2003).

c. Jarak ke pelayanan

Beberapa faktor yang terkait dengan ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan adalah kedekatan jarak dan kemudahan dalam

menjangkau pelayanan tersebut, semakin jauh jarak rumah ke

tempat pelayanan kesehatan semakin sedikit penggunaan fasilitas

Page 55: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

38

pelayanan kesehatan tersebut (Hendarwan, 2003). Jarak dari tempat

tinggak ke fasilitas pelayanan kesehatan merupakan penentu untuk

pelayanan kesehatan. Jarak dapat membatasi kemampuan dan

keinginan wanita terutama ibu bila terbatasnya sarana transportasi

(Sulastri, 2002).

Page 56: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

39

D. Kerangka Teori

Gambar. 2. 1

Health Beliefe Model. (dari Becker MH, Haefner DP, Kasl SV, dkk. Model

psikososial dan korelasi yang dipilih berhubungan dengan perilaku dan kesehatan

individu. Med Care. 1977;15:27-46 dalam Pender, 1996)

Variabel dmografi (umur, jenis

kelamin, ras, dll).

Sariabel sosiopsikologi

(kepribadian, kelas sosial,tekanan

kelompok, dll).

Variabel struktural(pengetahuan

tentang penyakit, lama kontak

dengan penyakit, dll)

Peresepsi kerentanan

terhadap penyakit

hipertensi.

Persepsi keseriusan

(keparahan) dari

penyakit hipertensi

Persepsi manfaat dari

tindakan preventif

dikurang

Persepsi hambatan dari

tindakan preventif

Persepsi ancaman dari

penyakit hipertensi

Kemungkinan

mengambil tindakan

preventif yang

dianjurkan

Dorongan untuk bertindak

Media masa

Saran dari yang lain

Postcard

Penyakit dari anggota keluarga

atau teman

Artikel koran atau majalah

Page 57: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

40

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat

langsung diamati atau di ukur. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya

adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau

diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo,2005).

Berdasarkan teori health belief model (HBM), ada empat hal yang menjadi

kunci dalam menganalisis perilaku merokok pada pasien hipertensi.

Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang

dirasakan (perceived seriousness), persepsi manfaat dan hambatan (perceived

benefit and barriers), dan dorongan bertindak (cues to action) (Notoatmodjo,

2007).

Untuk faktor demografi, sosiopsikologi dan faktor stuktural, tidak diteliti

karena menurut Becker dalam Mechanic, faktor-faktor ini dipercaya hanya

melalui efeknya pada motivasi individu dan persepsi subjektif, ketimbang

fungsinya sebagai penyebab langsung dari perilaku kesehatan (Hendrawan

dalam Pratama, 2010).

Berdasarkan kerangka teori tersebut maka disusunlah suatu kerangka

konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam penelitian seperti dibawah

ini:

Page 58: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

41

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Manfaat yang dirasakan

dari tindakan pencegahan.

Hambatan yang dirasakan

dari tindakan pencegahan.

Persepsi kerentanan

terhadap penyakit

hipertensi.

Persepsi keseriusan

(keparahan) penyakit

hipertensi.

Persepsi ancaman

penyakit hipertensi.

Kemungkinan

mengambil tindakan

pencegahan kesehatan

yang dianjurkan.

Dorongan untuk

bertindak.

Keterangan:

= Tidak diuji

signifikasi hubungan

Page 59: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

42

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Peresepsi

kerentanan

Persepsi orang yang

merokok semakin rentan

terhadap hipertensi.

Kuesioner 1 rentan bila > mean

22,38

2 tidak rentan ≤ mean

22,38

Ordinal

2. Persepsi keseriusan

(keparahan)

Persepsi orang yang

merokok semakin

memperparah hipertensi.

Kuesioner 1 semakin parah bila >

mean 21,75

2 tidak parah ≤ mean

21,75

Ordinal

3. Dorongan untuk

bertindak

Peristiwa atau sesuatu

yang dapat memitivasi

seseorang untuk

bertindak.

Kuesioner 1 ada dorongan >

median 22

2 tidak ada dorongan ≤

median 22

Ordinal

4. Persepsi ancaman Ancaman terhadap

kesehatan/penyakit

hipertensi.

Kuesioner 1 mengancam > median

17

2 tidak mengancam ≤

median 17

Ordinal

5. Persepsi manfaat Manfaat yang dipercaya

jika seseorang

melakukan tindakan

pencegahan.

Kuesioner 1 ada manfaat > median

22

2 tidak ada manfaat ≤

median 22

Ordinal

6. Persepsi Hambatan Hambatan yang membuat

seseorang

mengurangi/berhenti

merokok.

Kuesioner 1 ada hambatan bila

mean > 21,84

2 tidak ada hambatan

bila mean ≤ 21,84

Ordinal

Page 60: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

43

7. Kemungkinan

mengambil

tindakan

pencegahan

kesehatan yang

dianjurkan.

Kepercayaan seseorang

akan kemampuannya

dalam mengambil suatu

tindakan

Kuesioner 1 ada tindakan >

median 23

2 tidak ada tindakan ≤

median 23

Ordinal

Page 61: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

44

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas

variabel dilingkup penelitian (Hidayat, 2008). Jenis penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan desain studi cross

sectional dengan data yang diambil melalui kuesioner. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat gambaran atau analisis perubahan perilaku merokok

pada pasien hipertensi menggunakan teori health belief model di Puskesmas

Ciputat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan

bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang analisis perubahan

perilaku merokok pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei

awal, mempersiapkan proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan

pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini

dilaksanakan bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014.

Page 62: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

45

C. Populasi, sampel dan teknik sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2008). Populasi penelitian ini adalah pasien

hipertensi yang telah terdaftar dalam laporan administrasi Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010). Sampel pada penelitian ini

adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Penderita hipertensi laki-laki yang ada di wilayah Puskesmas Ciputat

b. Penderita hipertensi yang merokok di wilayah Puskesmas Ciputat

c. Pasien hipertensi yang datang berobat ke Puskesmas Ciputat

d. Bersedia menjadi responden penelitian

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan

distribusi normal untuk variabel normal (Univariat) dengan jumlah sampel

32 responden.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan kriteria inklusi yang sudah ditentukan, sehingga sampel tersebut

dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Pada

Page 63: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

46

cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan

dipilih sebagai sampel, kemudian peneliti mengambil responden yang

sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan dalan penelitian ini

(Nursalam, 2008).

D. Metode Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari pencatatan dan laporan administrasi

Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Tahun 2013-2014.

Proses–proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa

tahap yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan surat izin dari kepala Dinas Kesehatan Kota Tanggerang Selatan.

b. Melakukan pengambilan sampel berdasarkan teknik purposive sampling

di Puskesmas Ciputat.

c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani

oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

f. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner. Memberikan

waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

Page 64: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

47

g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa.

E. Uji validitas dan reabilitas

Salah satu Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner

tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas. Sebelum kuesioner digunakan

dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan

rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan

metode Alpha Cronbach pada 20 orang responden di Puskesmas Ciputat

Tangerang Selatan.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item

pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur

tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing–masing

skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji

validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Suatu

instrument dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki

nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008).

Rumus Pearson Product Moment :

r hitung = n(∑ xy)-(∑ x).(∑ v)

√[n.∑ x²-(∑ x)²].[n.∑ y²-(∑ y)²]

Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi

Page 65: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

48

∑ Xi = Jumlah skor item

∑ Yi = Jumlah skor total (item)

n = Jumlah responden

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur

yang sama. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer

dengan rumus alfa cronbach suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,70 (Hidayat, 2008).

F. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

Software statistik. Teknik pengolahan data yang terdiri dari:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan computer.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database computer, kemudian membuat

Page 66: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

49

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontingensi.

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

dimasukan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi

pada saat memasukan data ke komputer.

G. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan

dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility),

keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), dorongan bertindak

(cues to action), persepsi ancaman penyakit (perceived threat of disease),

persepsi manfaat dan hambatan (perceived benefit and barriers) dan

kemungkinan mengambil tindakan (likehood of taking recommended) guna

memperoleh gambaran karakteristik sampel dengan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut:

Page 67: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

50

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari

Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian ,

dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormatinya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan

mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum

menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian,

Page 68: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

51

tujuan penelitian, manfaat penelitian. Peneliti akan menjamin kerahasian

identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka

data tersebut akan dimusnahkan.

Page 69: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

52

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian analisis perubahan

perilaku merokok pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuisioner secara

purposive sampling kepada setiap pengunjung yang berobat di puskesmas.

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum

Puskesmas Ciputat terletak ± 6 km sebelah Utara Kota Tangerang

Selatan. Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira – kira 13.311 Ha dengan

sebagian besar berupa tanah darat / kering (93,64%) sisanya adalah tanah

rawa/danau. Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari 3 Puskesmas

yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat.

Letaknya berbatasan dengan :

- Sebelah Utara :Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah

- Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

- Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

- Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

Puskesmas Ciputat terletak di Jalan Ki Hajar Dewantara No. 7

Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Propinsi

Banten. Dibangun di atas tanah seluas 693 m2 dengan luas bangunan lebih

kurang 1200 m2 terdiri dari 2 lantai. Kegiatan pelayanan di pusatkan di

Page 70: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

53

lantai 1 sedangkan lantai 2 difungsikan sebagai ruang pimpinan, staf, data

dan ruang rapat. Di lantai 2 juga terdapat ruang pelayanan pengobatan TB

paru, klinik sanitasi, klinik PTRM dan laboratorium.

2. Program Puskesmas

Adapun program yang terdapat di Puskesmas Ciputat yaitu:

program kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan

pilihan. Pada program pengembangan kesehatan dasar meliputi promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi,

P2PL, dan pengobatan. Pengembangan wajib meliputi Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS), lansia, dan NAPZA. Pengembangan pilihan meliputi

kesehatan jiwa, UKGMD, dan Laboratorium.

Di Puskesmas Ciputat mempunyai program fokus pada

pengendalian penyakit kronis, seperti Hipertensi, Diabetes Melitus,

penyakit otot dan sendi, filariasis, dan deteksi dini Kanker. Promosi

Kesehatan yang telah dilakukan yaitu meningkatkan pengetahuan dan ubah

perilaku yang berisiko seperti pola menu, pembatasan kadar kolesterol,

gula dan garam, kegiatan fisik, dan stress. Beberapa peran Posbindu dan

kader yaitu deteksi dini penurunan kesehatan dengan pengukuran IMT,

Tekanan darah, HB, Urine, kemudian diet seimbang, serta penyuluhan

kesehatan dan latihan fisik seperti senam.

Page 71: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

54

B. Analisis Univariat

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived

susceptibility to disease hypertension) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Persepsi kerentanan adalah derajat resiko yang dirasakan seseorang

terhadap masalah kesehatan. Seseorang akan melakukan tindakan pencegahan

atau pengobatan terhadap penyakit apabila ia dan keluarganya merasa rentan

terhadap penyakit tersebut. Adapun gambaran persepsi kerentanan pada

pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Persepsi Kerentanan di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 53,1% responden merasa rentan terhadap

penyakit hipertensi. Sedangkan, 46,9% responden merasa tidak rentan

terhadap penyakit hipertensi.

2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi

(perceived seriousness (severity) of disease hypertension) pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Persepsi keparahan adalah tingkat kepercayaan seseorang bahwa

konsekuensi masalah kesehatan yang akan menjadi semakin parah. Persepsi

Persepsi Kerentanan N Persentase (%)

Rentan 17 53,1

Tidak rentan 15 46,9

Total 32 100,0

Page 72: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

55

keparahan juga merupakan keseriusan suatu penyakit terhadap individu,

keluarga, atau masyarakat yang mendorong seseorang untuk melakukan

pencarian pengobatan atau pencegahan penyakit tersebut. Adapun gambaran

persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi pada pasien hipertensi

yang meokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Persepsi Keparahan di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 53,1% responden menyatakan kesehatannya

semakin parah bila ia merokok dan banyak terdapat komplikasi penyakit lain.

Sedangkan, 46,9% responden berpersepsi bahwa penyakit hipertensi tidak

parah atau bukan penyakit yang serius.

3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) pada pasien hipertensi

yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Dorongan untuk bertindak adalah peristiwa atau sesuatu yang dapat

memotivasi seseorang untuk bertindak. Dorongan bertindak untuk melakukan

pilihan terhadap pelayanan kesehatan merupakan salah satu pembentuk

perilaku seseorang. Adapun gambaran dorongan bertindak pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan adalah

sebagai berikut

Persepsi Keparahan N Persentase (%)

Parah 17 53,1

Tidak parah 15 46,9

Total 32 100,0

Page 73: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

56

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Dorongan bertindak di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 59,8% responden menyatakan ada dorongan dari

keluarga dan petugas kesehatan dalam bertindak mencari pengobatan dan

pencegahan hipertensi. Sedangkan, 40,6% responden menyatakan tidak ada

dorongan.

4. Gambaran ancaman penyakit (perceived threat of disease) pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa penyakit atau

kesakitan betul-betul merupakan ancama bagi dirinya. Adapun gambaran

ancaman penyakit pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat

Tanggerang Selatan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Ancaman yang dirasakan di

Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Dorongan Bertindak N Persentase (%)

Ada dorongan 19 59,4

Tidak ada dorongan 13 40,6

Total 32 100,0

Persepsi Ancaman N Persentase (%)

Mengancam 17 53,1

Tidak mengancam 15 46,9

Total 32 100,0

Page 74: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

57

Berdasarkan tabel di atas, 53,1% responden menyatakan terdapat ancaman

penyakit hipertensi. Sedangkan, 46,9% responden menyatakan penyakit

hipertensi tidak mengancam.

5. Gambaran persepsi manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan

(perceived benefits and barriers of preventive action) pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Persepsi manfaat adalah hal positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil

dari tindakan pencegahan. Adapun gambaran persepsi manfaat dari tindakan

pencegahan pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat

Tanggerang Selatan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5

Distribusi Responden Menurut Persepsi Manfaat Pencegahan di

Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 65,6% responden menyatakan ada manfaat dari

tindakan pencegahan.

Persepsi hambatan adalah hal negatif yang dipercaya seseorang sebagai

hasil dari tindakan pencegahan. Adapun gambaran persepsi hambatan

melakukan tindakan pencegahan pada pasien hipertensi yang merokok di

Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan adalah sebagai berikut :

Persepsi Manfaat N Persentase (%)

Ada manfaat 21 65,6

Tidak ada manfaat 11 34,4

Total 32 100,0

Page 75: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

58

Tabel 5.6

Distribusi Responden Menurut Persepsi Hambatan dalam

Pencegahan di Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 50% responden merasakan adanya hambatan

dalam mengurangi/berhenti merokok.

6. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang

dianjurkan (likehood of taking recommended preventive health action)

pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang

Selatan.

Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam mengambil suatu

tindakan. Adapun gambaran kemungkinan mengambil tindakan pencegahan

kesehatan yang dianjurkan pada pasien hipertensi yang merokok di

Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Kemungkinan dalam Mengambil

Tindakan di Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 71,9% responden menunjukkan ada tindakan

pencegahan kesehatan yang telah direkomensikan yang diambil.

Persepsi Hambatan N Persentase (%)

Ada hambatan 16 50

Tidak ada hambatan 16 50

Total 32 100,0

Mengambil tindakan N Persentase (%)

Ada tindakan 23 71,9

Tidak ada tindakan 9 28,1

Total 32 100,0

Page 76: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

59

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dari hasil

penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan dibahas juga tentang

bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan dibandingkan dua hal pokok

yaitu antara lain kerangka konsep health belief model (HBM) dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan mengenai perubahan perilaku merokok pada

pasien hipertensi di Puskesmas Ciputat.

Berangkat dari teori health belief model (HBM) yang dijadikan sebagai

acuan dalam melihat gambaran perubahan merokok pada pasien hiperensi, ada

empat hal yang menjadi kunci dalam melakukan suatu tindakan tersebut. Dalam

penelitian ini terbentuknya suatu perilaku mengikuti alur dalam HBM tersebut,

mulai dari kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang

dirasakan (perceived seriousness), persepsi manfaat dan hambatan (perceived

benefit and barriers), dan dorongan bertindak (cues to action).

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived

susceptibility to disease hypertension) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Perceived susceptibility adalah persepsi kerentanan yang dirasakan

terhadap resiko yang akan muncul terhadap penyakitnya. Setiap individu

bevariasi dalam menilai kemungkinan tersebut walaupun kondisi kesehatan

mereka sama. Semakin tinggi perceived susceptibility, semakin besar

Page 77: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

60

ancaman yang dirasakan, dan semakin besar kemungkinan individu untuk

mengambil tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul

(Sarafino, 2008). Seseorang akan melakukan tindakan pencegahan atau

pengobatan terhadap penyakit apabila ia dan keluarganya merasa rentan

terhadap penyakit tersebut (Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian persepsi kerentanan pada pasien hipertensi

yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan 2014, diketahui

sebagian besar responden (53,1%) merasa rentan terhadap faktor-faktor resiko

hipertensi. Jika melihat dari tingkat persepsi kerentanan disini responden

telah percaya bahwa dalam dirinya atau keluarganya telah ada masalah

kesehatan. Dalam pengenalan gejala, responden membuat keputusan bahwa

didalam dirinya ada suatu gejala penyakit. Dengan kata lain, akan ada suatu

tindakan yang diambil untuk mencegah penyakit.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang penah dilakukan

oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil persepsi kerentanan terhadap

penyakit di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010,diketahui

sebagian besar responden (53,4) merasa rentan terhadap gizi buruk. Hasil

penelitian dari Farihati (2011) mengenai analisisi kualitatif perilaku peran

keluarga sebagai pengawas menelan obat pada anggota keluarga dengan

penyakit TBC di Kelurahan Ciputat juga selaras dengan penelitian ini,

menyebutkan gambaran persepsi keluarga tentang resiko tertular penyakit

TBC yang diderita oleh anggota keluarga adalah hampir semua informan

mengatakan khawatir dengan penyakit ini dan informan sangat khawatir jika

penyakit menular sampai ke keluarga dan masyarakat sekitar.

Page 78: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

61

Menurut konsep teori health belief model, semakin tinggi persepsi

kerentanan, semakin besar ancaman yang dirasakan, dan peneliti menganilisis

selanjutnya diketahui responden yang memiliki persepsi rentan (53,1%) lebih

dari setengah responden artinya ancaman yang dirasakan juga semakin besar.

Berdasarkan hal tersebut responden percaya bahwa semakin besar

kemungkina untuk ia mengambil tindakan guna mengatasi masalah yang

mungkin muncul.

2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi

(perceived seriousness (severity) of disease hypertension) pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Perceived seriousness (severity) adalah persepsi menyangkut perasaan

akan keseriusan penyakit tersebut apabila mereka membiarkan penyakitnya

tidak ditangani, termasuk konsekuensi dari masalah kesehatan seperti

konsekuensi medis (kematian, cacat, dan rasa sakit), konsekuensi psikologis

(depresi, cemas, dan takut), dan konsekuensi sosial (dampak terhadap

pekerjaan, kehidupan keluarga dan hubungan sosial). Semakin banyak

konsekuensi yang dipercaya akan terjadi, semakin besar persepsi bahwa

masalah tersebut merupakan ancaman, sehingga mengambil tindakan

(Maulana, 2007). Persepsi keparahan juga merupakan keseriusan suatu

penyakit terhadap individu, keluarga, atau masyarakat yang mendorong

seseorang untuk melakukan pencarian pengobatan atau pencegahan penyakit

tersebut (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini seseorang baru melakukan

tindakan pengobatan jika ia telah merasa bahwa penyakit yang dirasakannya

itu merupakan penyakit yang benar-benar parah.

Page 79: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

62

Berdasarkan hasil penelitian persepsi keseriusan (keparahan) penyakit

hipertensi (perceived seriousness (severity) of disease hypertension) pada

pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan

2014, diketahui sebagian besar responden (53,1%) menyatakan persepsi

keparahan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan terhadap

penyakit yang dirasakan menyebabkan responden percaya bahwa konsekuensi

dari keparahan yang dirasakan merupakan ancaman bagi hidupnya.

Hasil penelitian ini tidak selaras dengan hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil persepsi keparahan

terhadap penyakit di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun

2010,diketahui sebagian besar responden (51,7%) menyatakan bahwa gizi

buruk bukan merupakan penyakit parah.

Menurut konsep teori health belief model, semakin tinggi persepsi

kerparahan, semakin besar persepsi bahwa masalah tersebut merupakan

ancaman, dan anilisis peneliti selanjutnya diketahui responden yang memiliki

persepsi keparahan tinggi (53,1%) lebih dari setengah responden artinya

ancaman yang dirasakan juga semakin besar. Berdasarkan hal tersebut

responden percaya bahwa semakin besar kemungkina untuk ia mengambil

tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul.

3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) pada pasien hipertensi

yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Cues to action adalah sumber darimana individu mendapatkan informasi

tentang masalah kesehatan yang mungkin terjadi kepadanya. Informasi

tersebut memberi isyarat kepada individu untuk melakukan tingkahlaku

Page 80: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

63

kesehatan (Albery & Marcus, 2011 dalam Purijayanti, 2012). Dorongan

bertindak untuk melakukan pilihan terhadap pelayanan kesehatan merupakan

salah satu pembentuk perilaku seseorang. Dorongan bertindak (cues to

action), merupakan faktor eksternal untuk mendapatkan tingkat penerimaan

yang benar tentang kerentanan, kegawatan, serta keuntungan dari suatu

tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien hipertensi yang merokok di

Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian besar responden

(59,4%) menyatakan ada dorongan dari keluarga dan petugas kesehatan

dalam bertindak mencari pengobatan. Kesadaran dalam diri pasien juga

sangat diperlukan dalam mengambil tindakan pencegahan dan pengobatan.

Hasil penelitian ini tidak selaras dengan hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil sebagian besar

responden (75,9%) menyatakan tidak ada dorongan bertindak di Kecamatan

Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010. Melihat ketidak selarasan

penelitian, tidak adanya dorongan bertindak karena minat masyarakat kurang

dalam mencari informasi masih kurang.

Menurut konsep teori health belief model, dorongan bertindak berpengaruh

terhadap persepsi ancaman penyakit, dan anilisis peneliti selanjutnya

diketahui responden yang menyatakan adanya dorongan bertindak (59,4%)

cukup besar. Sehingganya dapat dilihat besarnya ancaman yang dirasakan

responden juga mempengaruhi dorongan untuk bertindak. Dorongan

bertindak yang berasal dari keluarganya yang sadar bahwa dukungan dari

keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam melakukan tindakan

Page 81: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

64

pencegahan maupun pengobatan hipertensi. Dorongan bertindak juga

didapatkan pasien dari petugas kesehatan dimana petugas kesehatan berperan

dalam memberikan penyuluhan kesehatan yang dapat menambah

pengetahuan pasien dan memotivasi pasien dalam melakukan tindakan

pencegahan dan pengobatan pasien hipertensi.

4. Gambaran persepsi ancaman penyakit (perceived threat of disease) pada

pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang

Selatan.

Persepsi ancaman yaitu penilaian individu akan ancaman yang akan terjadi

akibat masalah kesehatan yang mungkin akan beresiko terhadap penyakitnya

(Rosenstock, 1966). Mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa

penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancama bagi dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi ancaman penyakit

(perceived threat of disease) pada pasien hipertensi yang merokok di

Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian besar responden

(53,1%) menyatakan ancaman yang dirasakan responden lebih besar

dibandingkan responden yang merasa tidak ada ancaman (46,9%). Melihat

besar ancaman yang dirasakan oleh individu maka terdoronglah untuk

mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka mengurangi resiko sakit.

5. Gambaran persepsi manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan

(perceived benefits of preventive action) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Persepsi manfaat yaitu hal positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil

dari tindakan pencegahan. Persepsi hambatan yaitu hal negatif yang dipercaya

Page 82: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

65

seseorang sebagai hasil dari tindakan pencegahan. Penilaian individu tentang

efektifitas dari tingkah laku kesehatan yang dapat dilakukan untuk

menanggulangi masalah kesehatan yang dialaminya. Penilaian ini dihasilkan

melalui perbandingan antara penilaian keuntungan (perceived benefits) dan

peniliaan akan kerugian (perceived barriers) dari tingkah laku tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi manfaat dari tindakan

pencegahan (perceived benefits of preventive action) pada pasien hipertensi

yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian

besar responden (65,6%) menyatakan ada manfaat dari tindakan pencegahan.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi hambatan yang dirasakan

(perceived benefits of preventive action) pada pasien hipertensi yang merokok

di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian responden

(50%) merasakan adanya hambatan dan sebagian responden lagi merasakan

tiadak ada hambatan dalam melakukan tindakan pencegahan.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil persepsi manfaat melakukan ke

pelayanan kesehatan di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun

2010,diketahui sebagian besar responden (55,2%) menyatakan bahwa

masalah gizi buruk bermanfaat untuk melakukan pelayanan kesehatan.

Menurut konsep teori health belief model, penilaian tentang efektifitas

dihasilkan melalui perbandingan antara peceived benefits dengan peceived

barriers dari tingkah laku tersebut. Peneliti menganalisis persepsi manfaat

dan hambatan, responden yang memiliki persepsi ada manfaat dari tindakan

pencegahan (65,6%) lebih besar dibandingkan persepsi ada hambatan yang

Page 83: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

66

dirasakan dari tindakan pencegahan (50%). Berdasarkan hasil analisis

perbandingan ini menentukan arah dari tindakan kesehatan inidividu untuk

melakukannan tindakan pencegahan adalah sangat baik.

6. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

(likehood of taking recommended preventive health action) pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Setiap orang beresiko untuk terkena penyakit. Maka terdoronglah untuk

mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka untuk mengurangi resiko sakit

dan berharap serangkaian tindakan yang akan dilakukan menguntungkan dalam

mengurangi resiko sakit atau keparahan penyakit selama keuntungan yang

diperoleh melebihi hambatan yang ditemui ketika melakukan perilaku sehat.

HBM di formulasikan untuk memprediksi kemungkinan individu akan

melibatkan diri dalam perilaku sehat atau tidak (Rosenstock, 1996 dalam

Purijayant, 2012).

Tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah

kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau

untuk mengatasi masalah kesehatan hal ini disebut illness behavior (perilaku

kesakitan). Dasar dari perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku kesakitan

ini. Perilaku kesakitan mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit

untuk merasakan, mendefinisikan, menginterpretasikan gangguan, serta

mencari pengobatan yang tepat (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemungkinan mengambil tindakan

kesehatan yang dianjurkan (likehood of taking recommended preventive health

action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang

Page 84: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

67

Selatan. Diketahui, sebagian besar responden (71,9%) menunjukkan ada

tindakan kesehatan yang diambil.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh Pratama (2010) mengenai perilaku mencari pengobatan pada balita gizi

buruk di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010, yang

menunjukan hasil diketahui bahwa sebagian besar responden (84,5%)

memiliki perilaku yang diharapkan yakni memilih pengobatan ke pelayanan

pemerintah maupun suasta.

Individu mempersepsikan suatu benda yang sama secara berbeda-beda.

Persepsi merupakan suatu proses yang ditempuh individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar bermakna

bagi lingkungan.

Jika melihat hasil seluruh analisis pada variabel sebelumnya kemudian

dikaitkan dengan alur pada konsep health belief model, diketahui responden

merasa rentan terhadap penyaki, memiliki pesepsi keparahan tinggi,

menyatakan ada dorongan bertindak, ancaman yang dirasakan responden besar,

menyatakan manfaat lebih besar dari pada hambatan yang dirasakan dan

akhirnya kemudian kemungkinan mengambil tindakan cukup besar.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Belum ada instrumen baku dalam penelitian ini sehingga instrumen dalam

penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang di

dapatkan mengenai perilaku merokok dan penyakit hipertensi, sehingga

kuesioner yang dibuat peneliti memungkinkan banyak ditemukan

kelemahan.

Page 85: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

68

2. Hasil yang didapat pada penelitian ini masih terlalu luas sehingga pada

penilian selanjutnya bisa di fokuskan pada perilaku merokoknya.

3. Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktural tidak dikaji lebih lanjut

karena faktor-faktor ini dipercaya melalui efeknya pada motivasi individu

dan persepsi subjektif ketimbang fungsinya sebagai penyebab langsung

dari perilaku kesehatan.

Page 86: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

69

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived

susceptibility to disease hypertension) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa kerentanan

tinggi (53,1%) lebih banyak dari pada menyatakan tidak rentan (46,9%).

2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi (perceived

seriousness (severity) of disease hypertension) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa keparahan

tinggi (53,1%) lebih banyak dari pada menyatakan tidak parah (46,9%).

3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa ada

dorongan dari keluarga dan petugas kesehatan (59,4%) lebih banyak dari

pada menyatakan tidak ada dorongan bertindak (40,6%) dalam mencari

pengobatan dan pencegahan hipertensi.

4. Gambaran persepsi ancaman penyakit (perceived threat of disease) pada

pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden

menyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan ancaman yang

dirasakan responden lebih besar (53,1%) dibandingkan responden yang

merasa tidak ada ancaman (46,9%).

Page 87: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

70

5. Gambaran persepsi manfaat

6. dan hambatan dari tindakan pencegahan (perceived benefits and barriers

of preventive action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas

Ciputat, responden yang memiliki persepsi ada manfaat dari tindakan

pencegahan (65,6%) lebih besar dibandingkan persepsi ada hambatan yang

dirasakan dari tindakan pencegahan (50%).

7. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

(likehood of taking recommended preventive health action) pada pasien

hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden yang

menunjukkan ada tindakan kesehatan yang diambil (71,9%) lebih banyak

dibandingkan responden yang tidak ada tindakan kesehatan yang diambil

(28,1%).

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan dapat

menggunakan analisis yang dapat mengetahui seberapa besar setiap

hubungan variabel yang ada, diharapkan pula mengambil populasi yang

lebih spesifik dan lebih besar.

2. Bagi Pelayanan Masyarakat Terkait

Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan hipertensi

hendaknya dilakukan terus-menerus baik oleh pemerintah maupun

instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan

salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi.

Page 88: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

71

3. Bagi responden dan masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat untuk merubah gaya hidupnya ke arah

yang lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan berhenti merokok,

mengurangi konsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi,

berolahraga yang rajin dan mematuhi program pengobatan.

Page 89: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

72

DAFTAR PUSTAKA

Abadi. Biaya Sosisal Akibat Merokok. Jakarta: Majalah Tarbawi Edisi 104. 2005

Aditama. Rokok dan Kesehatan, edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia . 2009

Anggraini, D. Hubungan Kejadian Hipertrofi Ventrikel kiri dengan Riwayat

Hipertensi Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif pada Tahun 2009 di

RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : Skripsi. 2010

Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. 2000

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. 2000

Dalimatha, Setiawan, dkk. Care Your Self Hypertension. Jakarta : Pebar plus.

2008

Depkes. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2007

______. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2010

Edberg, Mark. 2007. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku.

Jakarta: EGC

Fitriyani, Y. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Meroko Dengan

Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat: Skripsi. 2010

Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. 2002

Page 90: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

73

Hayens Brian, dkk., Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang

Pustaka & Intimedia. 2001

Hidayat, A.Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Ikhwan, M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada

Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan : Sripsi. 2013

JNC-7. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA.

2003

Jode J. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-pasien Hipertensi yang

Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik

Medan. Medan : Skripsi. 2010

Komalasari, D & Helmi, A.F. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada

Remaja. 2000

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn

and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:

Elsevier Saunders. 2005

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.III. Jakarta : Media

Aesculapius. 2001

Maulana, H. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2007

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatn Teori dan Aplikasi Cetakan Pertama. Jakarta:

PT.Rieneka Cipta. 2005

Page 91: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

74

Notoatmodjo, S. Promosi kesehatn dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

2007

Notoatmodjo, S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010

Pender, Nola J. Health Promotion in Nursing Practice. Michigan: The University

of Michigan. 1996

Nursalam, Efendi, Fery. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika. 2008

Purijayanti, R. Penggunaan Health Belief Model Dalam Memprediksi Perilaku

Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Type II. Tangerang Selatan :

Sripsi. 2012

Pdparsi. Ada Apa Dengan Rokok. 2003

Rahajeng E dan Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan

Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2009

Redding, Collen. A, et al. 2000. Health Behavior Model. The International

Electronic Journal of Health Education: University of Rhodes Island

Suheni, Y. Hubungan Antara Kebiasan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi

Pada Laki-laki Usia 40 Tahun Keatas Di Badan Rumah Sakit Cepu.

Semarang : Skripsi. 2007

Schrier, R.W. Manual of Nephrology. ed 5rd. USA: Lippincott Williams &

Wilkins. 2000

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha ilmu. 2007

Page 92: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

75

Sitepoe, M. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia. 1997

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2

Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001

Smet, B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 1994

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

2009

Taylor, S. E. (2006). Health Psychologi Sixth Edition. Los Angeles: University

California

Vitahealth. Hipertensi. Jakarta: Gramedia. 2006

Yogiantoro, Mohammad. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi Esensial.

Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Page 93: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

LAMPIRAN

Page 94: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Asphire One\Documents\HASIL\hasil 1.sav

Statistics

Kategori_k

erentanan

kategori_ke

parahan

kategori_do

rongan_bert

indak

kategori_an

caman

kategori_ma

nfaat

kategori_ha

mbatan

kategori_me

ngambil_tin

dakan

N Valid 32 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Kategori_kerentanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rentan 17 53.1 53.1 53.1

tidak rentan 15 46.9 46.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

kategori_keparahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid semakin parah 17 53.1 53.1 53.1

tidak parah 15 46.9 46.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

Page 95: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

kategori_dorongan_bertindak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada dorongan 19 59.4 59.4 59.4

tidak ada dorongan 13 40.6 40.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

kategori_ancaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid mengancam 17 53.1 53.1 53.1

tidak mengancam 15 46.9 46.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

kategori_manfaat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada manfaat 21 65.6 65.6 65.6

tidak ada manfaat 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

kategori_hambatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada hambatan 16 50.0 50.0 50.0

tidak ada hambatan 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

Page 96: GAMBARAN PELUANG PERUBAHAN PERILAKU PEROKOK …

kategori_mengambil_tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada tindakan 23 71.9 71.9 71.9

tidak ada tindakan 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Susceptibility .121 32 .200* .973 32 .579

Seriousness .153 32 .053 .966 32 .393

Cues_to_action .155 32 .049 .927 32 .033

Threat_of_disease .229 32 .000 .911 32 .012

benefits .158 32 .042 .959 32 .265

barrier .131 32 .173 .964 32 .349

Taking_recommended .177 32 .012 .962 32 .303

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.