43
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ANITA NIM : 06C10104260 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2012

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN

ACEH BARATTAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

2012

Page 2: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN

ACEH BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

2012

Page 3: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

PENGARUH PERILAKU IBU TENTANG PENCEGAHAN TERHADAPKEJADIAN DIARE PADA BALITA DI UPTD PUSKESMAS PADANG

PANJANG KECAMATAN KUALA PESISIRKABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH :

MUTIA ULFANIM. 06C10104208

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH

ACEH BARAT 2013

Page 4: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa

darah dan atau lendir dalam tinja (Mansjoer, 2009). Pada bayi berumur kurang

dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari

empat kali sehari, sedangkan untuk bayi diatas satu bulan (balita), bila frekuensi

buang air besar lebih dari tiga kali (Nagiga, 2009). Hingga saat ini penyakit diare

pada balita di Indonesai merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan

yang serius, karena bisa menyebabkan dehidrasi.

Penanganan diare yang tidak cepat dan tepat pada bayi dan balita, akan

menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena kehilangan cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Hasil survey kesehatan menunjukkan angka kesakitan

diare di semua umur tahun 2006 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2009 adalah

423/1000 penduduk. Kematian akibat diare pada balita adalah 75,3 per 100.000

balita. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur

dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagi penyebab kematian

nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Riskesdes,

2010)

Pada tahun 2011, situasi derajat kesehatan Indonesia masih menunjukkan

jumlah kasus diare yang tinggi. Dari 10 penyakit terbanyak yang ditangani dalam

rawatan inap di tempat fasilitas kesehatan, ternyata diare menduduki posisi

penyakit terbanyak pertama yaitu sejumlah 71.889 kasus dengan jumlah angka

kematian akibat diare yaitu 1.289 jiwa.( Depkes RI, 2005).

Page 5: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

2

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2010, penyakit diare

masih merupakan termasuk 10 penyakit terbesar dengan persentase 65% (34.745

kasus). Penyakit diare ini lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit ISPA

(21.324 kasus). Kemudian, pada tahun 2011 jumlah penyakit diare mengalami

peningkatan yaitu sejumlah 49.517 kasus dengan persentase keberhasilan

penanganan penyakit oleh tenaga kesehatan hanya 29,2%. Hal ini berarti masih

tersisa 14.459 kasus yang belum sepenuhnya memperoleh pengobatan langsung

dari tenaga medis maupun paramedis.

Sampai saat ini jumlah penderita diare di UPTD Puskesmas Padang Panjang

ialah 330 jiwa dengan rincian yaitu jumlah penderita diare pada usia

dewasa/remaja ialah 110 jiwa dan usia balita (bayi usia 0 – 5 tahun) ialah 220 jiwa

(Data MTBS, 2012). Dari sejumlah 12 puskesmas di Kabupaten Nagan Raya,

Hanya Puskesmas Padang Panjang yang memiliki data jumlah penyakit diare

terbanyak setelah Puskesmas Jeuram dan Puskesmas Suka Makmue (P2PL

Dinkes Kab. Nagan Raya, 2012). Kemudian, dari hasil wawancara peneliti dengan

Kepala Tata Usaha Puskesmas Padang Panjang bahwa belum ada suatu penelitian

yang memberikan informasi bagaimana perilaku ibu terhadap pencegahan diare di

lokasi penelitian ini.

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

menjadi faktor pendorong terjadinya diare yang terdiri dari faktor agen, penjamu,

lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya

kerentanan terhadap diare diantaranya ialah tidak memberikan ASI selama 2

tahun, kurang gizi, penyakit campak dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang

paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja. Kedua

Page 6: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

3

hal tersebut akan berinteraksi dengan perilaku. Apabila perilaku manusia tidak

sehat maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi. (Depkes RI, 2005).

Peran ibu dalam mencegah balita mengalami diare menjadi suatu hal

yang sangat penting karena ibu seringkali memiliki peran dan berperan utama

sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak.Yaitu dalam

hal memberi makan, memberi perawatan kesehatan dan penyakit, memberi

stimulasi mental. Dengan demikian bila ibu berperilaku baik mengenai diare, ibu

sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat

memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini yaitu apakah berpengaruh perilaku ibu tentang pencegahan

dengan kejadian diare pada balita di UPTD Puskesmas Padang Panjang

Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Secara umum, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh perilaku ibu tentang pencegahan terhadap kejadian diare

pada balita.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh antara pengetahuan ibu

tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita.

Page 7: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

4

b. Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh sikap ibu tentang

pencegahan terhadap kejadian diare pada balita.

c. Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh tindakan ibu tentang

pencegahan terhadap kejadian diare pada balita.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penyakit diare pada masyarakat terutama mengenai upaya

pencegahan penyakit diare.

1.4.2 Praktis

a. Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit diare terutama

mengenai upaya pencegahan diare yang dilakukan oleh ibu terhadap

balitanya.

b. Pemerintah

Dapat dimanfaatkan oleh pemerintah khususnya dalam bidang

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang meliputi upaya

pemberatasan penyakit menular agar dapat menjadi bahan acuan

penentuan langkah kebijakan kesehatan pada masa yang akan datang.

c. Masyarakat

Sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan wawasan masyarakat

sehingga diharapkan dapat kesadaran masyarakat mengenai upaya

pencegahan penyakit diare.

Page 8: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Robert Kwick (1974) dalam buku Notoatmodjo, 2007, menyatakan bahwa

perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati

bahkan dapat dipelajari.Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar).Dilihat dari bentuk respon, maka perilaku

dibedakan menjadi dua.Pertama adalah perilaku tertutup yaitu respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.Kedua adalah perilaku

terbuka yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka (Notoatmodjo, 2007).

Dalam teori lain disebutkan bahwa, perilaku manusia adalah aktifitas yang

timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan

(Sunaryo, 2004).

Becker (1979) dalam buku Notoatmodjo, 2007, mengajukan klasifikasi

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain (Notoatmodjo, 2007) :

a. Perilaku kesehatan, yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit, yaitu mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala

penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

Page 9: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

6

c. Perilaku peran sakit, yaitu orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-

hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit.

2.1.2 Domain perilaku

Perilaku manusia menurut Benyamin Bloom (1908) dalam buku

Notoatmodjo, 2007, dibagi ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni

kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor)

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sunaryo (2004) dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil kognitif, efektif dan psikomotor yaitu :

a. Cognitive domain diukur dari Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi

melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba.

b. Affective domain diukur dari Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek.Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

c. Phsychomotor domain diukur dari tindakan (Practice) atau keterampilan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

Page 10: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

7

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)

kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).

2.2 Pengetahuan (Knowledge)

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan yang cukup di dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan

(Notoadmodjo, 2007) yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Page 11: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

8

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

2.3 Sikap (Attitude)

2.3.1 Definisi Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,

baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup tersebut.Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon

terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.4 Konsep Tindakan (Practice)

2.4.1 Pengertian Tindakan

Page 12: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

9

Tindakan berfungsi sebagai penerima objek.Dalam perannya, seseorang

senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui tindakannya.Dengan

tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan

sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.Selain itu, tindakan dapat

berfungsi sebagai pemberi pelayanan dalam memenuhi kebutuhan.Seseorang

dapat bertindak positif terhadap suatu objek demi pemenuhan kebutuhannya.

Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan

berperilaku negatif (Notoatmodjo, 2007).

2.5 Ibu dan Balita

2.5.1 Ibu

a. Definisi

Indrawan (2000) menyatakan bahwa, ibu adalah orang tua perempuan

seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial.

Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam

membesarkan anak. Panggilan ibu juga dapat diberikan untuk

perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang

yang mengisi peranan ini.

Sebutan kata Ibu di Indonesia bisa diartikan sebagai seorang perempuan

yang sudah memiliki anak. Juga bisa disematkan pada perempuan yang

sudah menikah namun belum memiliki anak ataupun pada perempuan

yang belum menikah namun sudah berumur matang. Sebutan ibu

dimaksud sebagai panggilan penghormatan bagi perempuan-perempuan

tersebut di atas.

Page 13: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

10

b. Peran

Bila melihat kembali pada sifat kodrati ibu sebagai mahluk yang diberi

kelebihan oleh Tuhan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui

bayinya maka kita akan menyadari bahwa tugas dan kewajiban ibu

tidak akan lepas dari kewajiban merawat dan mengasuh anak-anaknya.

Apalagi dengan adanya sifat keibuan, kelemahlembutan dan kesabaran

serta ketegaran seorang wanita semakin membuktikan bahwa wanita

secara kodrati memang sangat cocok untuk mengurus danmerawat

keluarga.

Menurut Sulistyawati (2009) berpendapat bahwa, seorang bayi dengan

berbagai keterbatasannya sebagai makhluk yang baru dilahirkan ke

dunia, memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi agar ia dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal. Misalnya kebutuhan akan

makanan yang bergizi, pakaian, kasih sayang, perhatian, stimulasi,

kesempatan untuk berkembang dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan

tersebut dapat terpenuhi melalui peran aktif orang-orang yang dekat

dengan bayi, terutama sosok ibu, sebagai orang yang telah mengandung

dan melahirkannya ke dunia.

Ibu sebagai lingkungan utama dan pertama bagi bayi, akan menjadi

sosok yang sangat berarti bagi bayi. Hal ini terlihat, misalnya dalam

aktivitas ibu pada waktu menyusui bayinya.Seorang bayi tidak hanya

dapat terpenuhi kebutuhan makan dan minumnya. Tapi juga dapat

terpenuhi kebutuhannya akan rasa aman, kehangatan, kenyamanan dan

ketenangan, melalui sentuhan lembut, dekapan hangat, senyum dan

tatapan mata yang teduh dari sang ibu terhadap si bayi pada saat bayi

Page 14: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

11

menyusu. Hal ini sangat bermanfaat bagi bayi dalam mendukung

tumbuhnya rasa percaya diri, optimisme dan kemandiriannya kelak.Hal

ini sangat penting bagi anak sebagai modal dasar untuk dapat

mengarungi kehidupannya dengan baik di era globalisasi yang penuh

tantangan dan persaingan yang ketat (Priyatno, 2011).

Aktivitas menyusui bayi merupakan salah satu contoh peran ibu yang

sangat berarti bagi bayi yang sekaligus menunjukkan bagaimana peran

seorang ibu tidak dapat digantikan oleh orang lain. Aktivitas menyusui

bayi berbeda dengan aktivitas lain yang dapat digantikan oleh orang

lain seperti menggantikan popok bayi, memandikan bayi, menyuapi

bayi dan sebagainya (Salmah, 2006).

2.5.2 Balita

a. Definisi

Menurut Mochtar (1998) menyatakan bahwa, balita ialah perpanjangan

dari kata bawah lima tahun. Balita merupakan salah satu periode usia

manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai

dari dua sampai dengan lima tahun atau biasa digunakan perhitungan

bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia

prasekolah.

Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit,

utamanya penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi pada balita

adalah diare. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan

tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap

penyebaran virus penyebab diare.

Page 15: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

12

b. Tingkatan

Menurut Wijono (2011) menyatakan bahwa, balita merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi dan sebelum anak pra sekolah.

Balita dibedakan dari tingkatan yaitu (1) bayi, ialah anak yang berumur

antara 0 – 12 bulan dimulai dari masa lahir sampai menginjak usia 1

tahun. (2) anak batita, ialah anak yang berumur antara 13 – 36 bulan

atau anak yang berumur lebih dari 1 tahun sampai dengan umur 3

tahun. (3) anak balita, ialah golongan usia anak yang telah berumur

lebih 3 tahun sampai menginjak umur 5 tahun.

2.6 Diare

2.6.1 Definisi

Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan

buang air besar yang terus menerus dan tinja atau faeces yang masih memiliki

kandungan air yang berlebihan (Wikipedia, 2011).

Menurut Indiarti (2007) menyatakan bahwa, diare dapat menyerang siapa

saja mulai dari balita sampai usia dewasa. Dikatakan diare ialah apabila kotoran

yang keluar lebih dari 3 kali dengan kotoran cair atau tidak berbentuk.

Diare adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga cair dan

terjadi berulang-ulang (lebih dari 3 kali dalam sehari).Diare dapat terjadi pada

siapa saja, baik dewasa maupun anak-anak (Nagiga, 2009).

Menurut Mansjoer (2009),diare merupakan defekasi encer lebih dari tiga

kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Tanda-tanda

mengalami diare pada balita antara lainbuang air besar lebih dari 5 kali sehari dan

untuk keadaan yang lebih berat bisa terus menerus, badan terasa lemah dan lesu,

Page 16: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

13

tidak mempunyai selera makan, terkadang disertai mual dan muntah-muntah,

demam terjadi jika ada infeksi bakteri atau virus dalam saluran pencernaan, badan

terasa kering dan selalu haus untuk keadaan yang berat.

Menurut Nagiga (2009) mengemukakan bahwa, gejala atau tanda pada

balita yang mengalami diare ialah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare,

tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama

berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya

timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai

akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorsi

oleh usus selama diare.

2.6.2 Penyebab

Menurut Indiarti (2007) mengemukakan bahwa, penyebab diare pada

balita sangat beragam, diantaranya ialahluka pada organ pencernaan, infeksi oleh

mikroorganisme, alergi makanan, keracunan makanan, kelebihan vitamin C.

Kemudian menurut Nagiga (2009) mengemukakan bahwa, penyebab diare

secara umum ialah akibat infeksi dari virus, bakteri dan parasit yang berasal dari

makanan atau minuman yang tercemar atau kotor, infeksi akibat dari penyakit lain

yang sedang diderita seperti radang tenggorokan dan infeksi telinga, alergi

terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.,akibat dari pemanis buatan.

Menurut Mansjoer (2009) menjelaskan bahwa, pada umumnya diare

terjadi karena infeksi bakteri, virus dan amuba. Bakteri yang menyebabkan diare

berasal dari jenis Salmonella, Enterocoli, Shigella, atau Staphylococcus

enterocolytis.Entamoeba hystolica diduga menjadi penyebab diare dari jenis ini

Page 17: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

14

dan paling sering terjadi di Negara beriklim tropis seperti negeri kita. Jenis bakteri

tersebut ialah bakteri gram negatif yang menghasilkan hydrogen sulfide yang

beracun yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan, pori-pori dan dari

kotoran yang mengandung bakteri-bakteri tersebut.

Salah mengkonsumsi makanan pun sering menjadi penyebab terjadinya

diare. Seorang anak cenderung alergi terhadap jenis makanan tertentu bila salah

satu atau kedua orang tuanya pengidap alergi terhadap makanan tersebut pula.

Protein susu sapi merupakan bahan makanan terbanyak penyebab diare akibat

reaksi alergi. Makanan lain penyebab timbulnya alergi ialah ikan, telur dan bahan

pewarna atau pengawet (Indiarti, 2007).

Menurut Mansjoer (2009) menyatakan bahwa, diare merupakan gejala dari

luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), memakan makanan yang asam pedas,

atau bersantan secara berlebihan dan kelebihan vitamin C dan biasanya disertai

sakit perut dan seringkali mual serta muntah. Ada kondisi lain yang melibatkan

seperti defekasi yang melebihi 200 gram per hari.

Hal itu terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar.

Sebagai bagian dari proses digestasi atau karena masukkan cairan, makanan

tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna

terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar menyerap air,

meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus

besar rusak / radang penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang

berair (Nagiga, 2009).

Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga

seringkali akibat dari racun bakteria.Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan

makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari

Page 18: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

15

infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu (Wikipedia,

2013).

2.6.3 Dampak

Menurut Nagiga (2009) berpendapat bahwa, penyakit diare yang terjadi

tanpa adanya upaya kuratif dan rehabilitatif dapat mengakibatkan gejala

perjalanan penyakit yang lebih serius. Diantaranya ialah seperti disentri, kolera,

atau batulisme dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit

Crohn(penyakit peradangan menahun pada dinding usus dengan gejala awal yaitu

diare menahun atau diare dalam waktu lama). Meskipun penderita apendisitis

umumnya tidak mengalami diare tetapi kejadian timbulnya diare pada penderita

apendisitis dapat menjadi gejala umum radang usus buntu.

2.6.4 Upaya Pencegahan

Menurut Indiarti (2007) berpendapat bahwa, upaya pencegahan diare bagi

balita dapat dilakukan dengan cara sebagai berikutyaitu menjamin makanan

terjaga kebersihan, biasakan untuk mensterilkan semua peralatan makan dan

minum balita, semua anggota keluarga harus selalu mencuci tangan sebelum

merawat atau melakukan kontak dengan balita, jika balita masih menyusui jagalah

puting susu dengan selalu membersihkannya dengan kapas yang dicelup air

hangat setiap kali akan menyusui, selalu membersihkan mainan balita secara

berkala.

Dengan menangani diare secara tepat, balita yang menderita diare dapat

dapat segera sembuh dalam waktu 2-3 hari dan tidak terjadi dehidrasi. Pencegahan

diare dapat pula dilakukan dengan memberikan asupan nutrisi yang lengkap bagi

Page 19: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

16

balita. Namun adakalanya penyakit diare perlu mendapat perawatan dari medis

diantaranya seperti diare pada balita, diare menengah atau berat pada anak-anak,

diare yang bercampur dengan darah, diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu,

diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam,

kehilangan berat badan, dan lain-lain (Mansjoer, 2009).

2.6.5 Penanganan

Menurut Indiarti (2007) mengemukakan cara penanganan diare pada balita

ialah :

a. Apabila anak masih menyusui jagalah puting susu dengan selalu

membersihkannya dengan kapas yang dicelupkan air hangat setiap

kali

jika akan menyusui.

b. Jika anak mengalami diare dalam kurun waktu 1 x 24 jam maka cukup

diberikan oralit serta air minum yang cukup.

c. Jika diare yang terjadi disertai disentri maka perlu diberikan obat

antibiotik yang dapat diperoleh di tempat layanan kesehatan.

d. Jika diare yang terjadi terus berlanjut dan semakin lama segera

hubungi dokter karena mungkin membutuhkan obat dengan dosis

lebih tinggi.

Kemudian menurut Pillitteri (2002) menyatakan bahwa, cara penanganan

diare pada balita ialah :

a. Jika masih menyusui maka teruskan saja penyusuan.

b. Pertahankan balita untuk berpuasa selama beberapa jam pertama guna

mengistirahatkan saluran pencernaannya.

Page 20: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

17

c. Ganti popok dengan sering dan cuci area tersebut dengan sabun dan

air

d. Segera bawa balita ke rumah sakit jika penurunan berat badannya

mencapai 10%.

e. Cegah balita yang terpapar diare dengan balita yang sehat lainnya.

f. Cuci tangan jika telah selesai mencuci popok untuk mencegah

penularan.

g. Setelah 1 jam, orang tua harus mulai memberikan air atau larutan

rehidrasi oral seperti Pedialyte dalam jumlah sedikit.

h. Jika balita demam berikan obat penurun panas (antipiretik)

Menurut Schwartz (2004) menyatakan bahwa penanganan diare pada

balita ialah :

a. Amati jika adanya darah yang keluar saat diare terjadi maka berikan

antibiotik yang tepat dengan mengunjungi tempat layanan kesehatan.

b. Batasi pemberian makanan yang berlemak serta bersifat asam.

c. Jika balita mengalami alergi dengan laktose susu maka sebaiknya

hentikan pemberian susu tersebut.

d. Jika balita mengalami diare dalam jangka waktu lama maka sebaiknya

periksakan ke tempat layanan kesehatan.

2.7 Kerangka Teoritis

Asumsi peneliti dalam memilih judul penelitian ini ialah berlandaskan

pada isi ulasan tinjauan pustaka dalam bab II, tentang beberapa hal yang

mempengaruhi timbulnya kejadian diare pada balita yang telah dijelaskan oleh

beberapa pakar kesehatan masyarakat yaitu :

Page 21: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

18

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

2.8 Kerangka Konsep Penelitian

Dari uraian landasan teori di atas, maka dapat disusun kerangka konsep

penelitian ini dalam bentuk suatu paradigma penelitian. Paradigma penelitian

merupakan pola fikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan

diteliti (Sugiyono, 2005).

Berdasarkan uraian pemikiran pola fikir tersebut maka dapat disusun

variabel yang dibagi dalam bentuk variabel independen (bebas) dan variabel

dependen (terikat) seperti skema berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.9 Hipotesis

Pengetahuan

Kejadian DiareSikap

Tindakan

Notoatmodjo, 2007

- Agen- Penjamu- Lingkungan- perilaku

Kejadian Diare

Page 22: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

19

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya

(Sabri, 2006). Hipotesis variabel independen yang akan diuji terhadap variabel

dependen adalah sebagai berikut :

Ada atau tidak pengaruh antara pengetahuan ibu tentang pencegahan diare

terhadap kejadian diare pada balita.

1. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang pencegahan diare terhadap

kejadian diare pada balita.

2. Ada pengaruh antara sikap ibu tentang pencegahan diare terhadap kejadian

diare pada balita.

3. Ada pengaruh antara tindakan ibu tentang pencegahan diare terhadap

kejadian diare pada balita.

Page 23: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian survey analitik (analytical survey

research) yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan

atau situasi, yang dalam penelitian ini lebih difokuskan pada bagaimana pengaruh

perilaku ibu tentang pencegahan diare pada balita dengan kejadian diare. Menurut

Notoatmodjo (2007), survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Padang

Panjang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 – 25 September 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini objek yang merupakan populasi ialah seluruh

responden yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Padang

Panjang dimana terdiri dari 12 desa dengan karakteristik populasi berupa ibu yang

memiliki balita (usia 0 – 5 tahun) sejumlah 137 jiwa dengan ada atau tidaknya

menderita diare pada balitanya.

Page 24: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

21

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebagai perwakilan dari

populasi dapat ditentukan berdasarkan jumlah ibu yang bertempat tinggal di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Padang Panjang. Oleh sebab itu, jenis sampling

yang digunakan ialah Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel

yang digunakan random sampling (sampel acak). Teknik random sampel yang

digunakan ialah pengambilan sampel secara acak sistematis (Systematic

Sampling). Sebelum penentuan pengambilan sampel acak sistematis ini, terlebih

dahulu menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yaitu :

n = ( )n = ( . . ); n = 57,8 ≈ 58 jiwa

Ket :

N = Besar Populasi, n = Besar Sampel, d = Tingkat kepercayaan / ketepatan

yang diinginkan 0,1 (Notoatmodjo, 2007).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan menurut sifat data adalah data kuantitatif

(Riduwan, 2002) seperti misalnya umur dan data kualitatif yaitu status pekerjaan

dan tingkat pendidikan serta perilaku ibu baik dalam domain kognitif, afektif dan

psikomotorik. Menurut cara memperoleh data, data yang dikumpulkan yaitu data

primer dan data sekunder.

Page 25: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

22

3.4.1 Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang

meliputi :

1. Karakteristik responden yaitu umur, status pekerjaan dan tingkat

pendidikan.

2. Variabel penelitian yaitu perilaku responden dan kejadian diare pada

balita.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder ialah data yang dikumpulkan yang bersumber dari dokumen,

bahan bacaan serta hasil penelitian yang didokumentasikan baik pada instansi

tempat penelitian maupun perpustakaan-perpustakaan umum.

Pengumpulan data ini menggunakan alat ukur kuesioner dan chek list.

Kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup atau berstruktur dimana

kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal

memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada. Checklist yang digunakan

ialah chek list tertutup dengan pilihan setuju atau tidak setuju pada lembar

pernyataan sikap dan pilihan diare atau tidak diare pada lembar pernyataan status

kejadian diare pada balita. Jumlah soal dengan menggunakan alat ukur angket dan

chek list pada variabel perilaku ialah 20 soal yang terdiri dari 10 pertanyaan

pengetahuan tentang pencegahan diare, 5 pernyataan sikap tentang pencegahan

diare dan 5 pertanyaan tindakan tentang pencegahan diare serta lembar hasil

pemeriksaan kejadian diare pada balita. Pilihan jawaban pertanyaan pada alat ukur

kuesioner ialah dengan pilihan ganda a, b dan c.

Page 26: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

23

3.5 Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

No. Variabel Dependen1. Variabel : Kejadian Diare

Defenisi

Cara ukurAlatukurHasilukur

Skala Ukur

: Suatu keadaan pada balita dengan status menderitapenyakit diare atau tidak menderita diare sesuaidengan pemeriksaan tenaga medis

: Observasi: LembarChek list: 1. Diare2. Tidak Diare

: OrdinalVariabel Independen

1. Variabel : PengetahuanDefenisi

Cara ukurAlatukurHasilukur

Skala Ukur

: Wawasan yang dimiliki olehibu tentang pencegahan diare pada balita

: Wawancara: Kuesioner: 1. Kurang2. Baik

: Ordinal2. Variabel : Sikap

Defenisi

Cara ukurAlatukurHasilukur

Skala Ukur

: Persepsi ibu mengenai upaya pencegahan diare padabalita

: Wawancara: Kuesioner: 1. Negatif2. Positif

: Ordinal3. Variabel : Tindakan

Defenisi

Cara ukurAlatukur

HasilukurSkala Ukur

: Aktifitas ibu dalam melakukan upaya pencegahandiare pada balita

: Wawancara: Kuesioner: 1. Ada pencegahan2. Tidak ada pencegahan

: Ordinal

Page 27: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

24

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Perilaku

3.6.1.1 Pengetahuan

Sebelum menentukan kategori baik dan kurang pada angket variable

pengetahuan terlebih dahulu ditentukan kriteria yang dijadikan patokan penilaian

pengetahuan menurut Arikunto (2006), yaitu :

1. Skor jawabanyang benar adalah 1

2. Skor jawabanyang salah adalah 0

Untuk penilaian skor kategori baik atau kurang tentang pengetahuan

mengenai pencegahan diare ialah dengan menggunakan rumus median

sebagai nilai tengah pengamatan kategori. Maka dengan menggunakan rumus

diperoleh hasil :

Median = = = 5,5 ≈ 6

Kesimpulan : a. Nilai tingkat kategori pengetahuan yang baik ialah > 6

b. Nilai tingkat kategori pengetahuan yang kurang ialah ≤ 6

3.6.1.2 Sikap

Untuk skor penilaian sikap merujuk pada ketentuan penilaian sikap

menurut Hidayat (2008) yaitudengan menyatakan bentuk pernyataan positif atau

pernyataan negatif. Sebelum menyatakan bentuk pernyataan sikap dalam

penelitian ini peneliti menggunakan ketentuan nilai menurut skala likert dengan

menggunakan empat kategori penilaian yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju

dan sangat tidak setuju.

1. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan positif ialah :

Page 28: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

25

a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4

b. Setuju (S) diberikan skor 3

c. Tidak Setuju diberikan skor 2

d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 1

Kemudian dengan menggunakan rumus median maka dapat ditentukan

nilai tengah observasi pada lembar chek list sikap mengenai nilai sikap positif dan

negatif. Rumus median adalah sebagai berikut :

Median = = = 10,5 ≈ 11

Kesimpulan : Nilai Sikap Positif jika nilai yang diperoleh ialah > 11

Nilai Sikap Negatif jika nilai yang diperoleh ialah ≤ 11

3.6.1.3 Tindakan

Untuk penilaian skor kategori ada pencegahan atau tidak ada pencegahan

diare pada ibu ialah jika ibu ada melaksanakan tindakan pencegahan diare

diberikan skor 1 dan ibu yang tidak melaksanakan tindakan pencegahan diare

diberikan skor 0. Dengan menggunakan rumus median sebagai nilai tengah

pengamatan kategori. Maka diperoleh hasil :

Median = = = 3

Kesimpulan : Nilai Tindakan ibu yang ada pencegahan diare ialah > 3

Nilai Tindakan ibu yang tidak ada pencegahan diare ialah ≤ 3

Page 29: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

26

3.6.2 Kejadian Diare Pada Balita

Kemudian untuk hasil pengukuran hanya dilakukan dengan

melakukan pengamatan secara langsung pada hasil diagnosa tenaga medis di

tempat penelitian. Dengan itu maka dapat ditentukan nilai untuk hasil

diagnosa status kejadian diare pada balita sebagai berikut :

1. Nilai 1 untuk kategori Tidak Diare, yaitu jika balita tidak menderita

diare.

2. Nilai 0 untuk kategori Diare, yaitu jika balita menderita diare.

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dapat diakumulasikan dalam analisis data univariat

dan bivariat.

3.7.1 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi, frekuensi dari setiap

variabel yang diteliti baik variabel bebas maupun variabel terikat.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat melalui uji statistik chi-square (

χ2 ) untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian dengan

menggunakan rumus:

χ 2 = E

E 2)0(

Page 30: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

27

Keterangan : χ2 = Chi-Square

O = Nilai Pengamatan

E = Nilai Yang Diharapkan

Adapun ketentuan yang dipakai adalah:

1. Ho, ditolak apabila χ2 hitung > dari χ2 tabel, artinya tidak ada pengaruh antara

variabel yang diteliti dengan perilaku ibu tentang pencegahan dengan kejadian

diare pada balita di UPTD Puskesmas Padang Panjang Kecamatan Kuala

Pesisir Kabupaten Nagan Raya

2. Ho, diterima apabila χ2 hitung < dari χ2 tabel, artinya ada pengaruh antara

variabel yang diteliti dengan perilaku ibu tentang pencegahan dengan kejadian

diare pada balita di UPTD Puskesmas Padang Panjang Kecamatan Kuala

Pesisir Kabupaten Nagan Raya

3. Derajat Kepercayaan = 95% ( 0,05)

4. Derajat Kebebasan (DK) = (K-1) (B-1)

Page 31: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Keadaan Geografis

Puskesmas Padang Panyang terletak di desa Padang Panjang kecamatan

Kuala Pesisir kabupaten Nagan Raya, dengan luas wilayah 15 KM x 7KM 2 ) atau

10.500 Hektar. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas padang Panyang

adalah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang

Rubek

2. Sebelah selatan berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya

3. Sebelah timur berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Ujong Patihah

4. Sebelah barat berbatas dengan lauatan Hindia

Secara geografis wilayah kerja puskesmas padang panjang merupakan

daerah tropis dan daerah pesisir.

4.1.2. Keadaan penduduk

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja puskesmas padang panjang

kecamatan kuala pesisir kabupaten nagan raya sebanyak 11.059 jiwa terdiri dari

4.379 KK dan 12 Desa.

4.1.3. Visi dan Misi puskesmas Padang Panyang kecamatan Kuala Pesisir

4.1.3.1.Visi

Tercapainya kecamatan kuala pesisir sehat menuju terwujud masyarakat

yang sehat mandiri unuk hidup sehat

Page 32: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

29

4.1.3.2.Misi

1. Mengerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dengan

menggalakkan revitalisasi posyandu

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

diwilayah kerja Pusekesmas Padang Panjang.

3. Meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkuan pelayanan

kesehatan diselenggarakan di puskesmas Padang Panjang.

4. Meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungan dalam upaya mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

pemulihan kesehatan perorangan, keluarga, da masyarakat dalam

wilayah puskesmas Padang Panjang

5. Meningkatkan disiplin apatarur Pemerintah

6. Melaksanakan pelayanan kesehatan bernuansa Islami (senyum, Salam,

Sapa, Sopan, Santun).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dari tanggal 12 – 25

September 2013, mengenai pengaruh perilaku ibu tentang pencegahan terhadap

kejadian diare pada balita di UPTD puskesmas Padang panjang kecamatan Kuala

Pesisir kabupaten Nagan Raya, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

Page 33: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

30

Tabel 4.1 :Data Distribusi pengetahuan pengaruh prilaku ibu tentangpencegahan terhadap kejadian diare pada balita di UPTDPuskesmas Padang Panjang Kecamatan Kuala PesisirKabupaten Nagan Raya tahun 2013.

No Pengetahuan Frekuensi %1 Kurang 25 43,12 Baik 33 56,9

58 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 orang responden tingkat

pengetahuan yang tidak baik adalah 25(43,1%) dan tingkat pengetahuan yang baik

adalah 33 (56,9%).

Tabel 4.2 : Data Distribusi sikap pengaruh prilaku ibu tentang pencegahanterhadap kejadian diare pada balita di UPTD PuskesmasPadang Panjang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten NaganRaya tahun 2013.

No Sikap Frekuensi %1 Negatif 25 43,12 Positif 33 56,9

58 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 orang responden didapatkan

sikap yang negatif adalah 25 (43,1%) dan sikap yang positif adalah 33 (56,9%).

Page 34: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

31

Tabel 4.3 : Data Distribusi tindakan pengaruh perilaku ibu tentangpencegahan terhadap kejadian diare pada balita di UPTDPuskesmas Padang Panjang Kecamatan Kuala PesisirKabupaten Nagan Raya tahun 2013.

No Tindakan Frekuensi %1 Tidak ada pencegahan 22 37,92 Ada pencegahan 36 62,1

58 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 orang responden diperoleh

tindakan yang tidak ada pencegahan adalah 22 (37,9%) dan tindakan yag ada

pencegahan sebanyak 36 (62,1%).

Tabel 4.4 : Data Distribusi kejadian diare.

No Kejadian Diare Frekuensi %1 Diare 31 53,42 Tidak diare 27 46,6

58 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 orang responden diperoleh

yang terkena diare sebanyak 31 (53,4%) dan tidak ada diare sebanyak 27

(46,6%).

Page 35: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

32

4.2.2 Analisa Bivariat

Tabel 4.5 :Pengetahuan pengaruh perilaku ibu tentang pencegahanterhadap diare pada balita di UPTD Puskesmas Padang PanjangKecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

NoPengetahuan

Kejadian Diare TotalDiare Tidak Diare

N % N % N %1 Baik 13 41,9 18 58,1 31 1002 Kurang 18 66,7 9 33,3 27 100

Total 31 53,4 27 46,6 58 100Df = 1, p 0,105 > 0,05

Dari tabel 4.5 dapat kita simpulkan bahwa 31 reponden di UPTD puskesmas

Padang panjang kecamatan Kuala Pesisir kabupaten Nagan Raya yang memiliki

tingkat pengetahuan baik terdapat 13 responden (41,9%) yang ada kejadian Diare

dan 18 responden (58,1%) yang tidak ada kejadian diare. Selanjutnya dari 27

reponden di UPTD puskesmas Padang panjang kecamatan Kuala Pesisir

kabupaten Nagan Raya yang memiliki tingkat pengetahuan kurang terdapat 18

responden (66,7%) yang ada kejadian diare dan 9 responden (33,3%) yang tidak

ada kejadian diare.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh pengetahuan perilaku ibu tentang

pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p 0,105 >

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak ada pengaruh perilaku

ibu tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita.

Page 36: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

33

Tabel 4.6 :Pengaruh Sikap dengan perilaku ibu tentang pencegahanterhadap kejadian diare pada balita di UPTD PuskesmasPadang Panjang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten NaganRaya tahun 2013.

NoSikap

Kejadian Diare TotalDiare Tidak Diare

N % N % N %1 Postif 13 39,4 20 60,6 33 1002 Negatif 18 72,0 7 28,0 25 100

Total 31 53,4 27 46,6 58 100Df = 1, p 0,028 < 0,05

Dari tabel 4.6 dapat kita simpulkan bahwa 33 reponden di UPTD puskesmas

Padang panjang kecamatan Kuala Pesisir kabupaten Nagan Raya yang memiliki

sikap positif terdapat 13 responden (39,4%) yang ada kejadian Diare dan 20

responden (60,6%) yang tidak ada kejadian diare. Selanjutnya dari 25 reponden di

UPTD puskesmas Padang panjang kecamatan Kuala Pesisir kabupaten Nagan

Raya yang memiliki sikap negatif terdapat 18 responden 72,0%) yang ada

kejadian diare dan 7 responden (28,0%) yang yang tidak ada kejadian diare.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh sikap perilaku ibu tentang pencegahan

terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p 0,028 < 0,05, dapat

disimpulkan bahwa sikap ada pengaruh perilaku ibu tentang pencegahan terhadap

kejadian diare pada balita.

Page 37: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

34

Tabel 4.7 :Tindakan prilaku pengaruh ibu tentang pencegahan terhadapkejadian diare pada balita di UPTD Puskesmas Padang PanjangKecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

NoTindakan

Kejadian Diare TotalDiare Tidak Diare

N % N % N %1 Ada pencegahan 16 72,7 6 27,3 22 1002 Tidak ada pencegahan 15 41,7 21 58,3 36 100

Total 31 65,5 27 46,6 58 100Df = 1, p 0,042 < 0,05

Dari tabel 4.7 dapat kita simpulkan bahwa 22 reponden di UPTD puskesmas

Padang panjang kecamatan Kuala Pesisir kabupaten Nagan Raya yang tindakan

pencegahan terdapat 16 responden (72,7%) yang ada kejadian Diare dan 6

responden (27,3%) yang tidak ada kejadian diare. Selanjutnya dari 36 reponden di

UPTD puskesmas Padang panjang kecamatan Kuala Pesisir kabupaten Nagan

Raya yang tindakan tidak ada pencegahan terdapat 15 responden (41,7%) yang

ada kejadian diare dan 21 responden (58,3%) yang tidak ada kejadian diare.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh tindakan dengan perilaku ibu tentang

pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p 0,042 < 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa tindakan ada pengaruh perilaku ibu tentang

pencegahan terhadap kejadian diare pada balita.

Page 38: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

35

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Pengetahuan perilaku ibu tentang pencegahan terhadapkejadian diare pada balita di UPTD Puskesmas Padang PanjangKecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran , rasa dan raba.

Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,

merupakan domain untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi

perilaku ibu dalam pencegahan kejadian diare, karena tanpa pengetahuan yang

baik ibu tidak tahu bagaimana cara dalam pencegahan kejadian diare.

Dari 58 responden di UPTD puskesmas Padang Panjang kecamatan Kuala

Pesisir kabupaten Nagan Raya, responden tingkat pengetahuan yang tidak baik

adalah 25 (43,1%) dan tingkat pengetahuan yang baik adalah 33 (56,9%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat mengggunakan uji chi-

square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh pengetahuan perilaku

ibu tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p

0,105 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan ibu

tentang pencegahan diare terhadap kejadian diare pada balita.

Page 39: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

36

4.3.2 Pengaruh sikap perilaku ibu tentang pencegahan terhadap kejadiandiare pada balita di UPTD puskesmas Padang panjang kecamatanKuala Pesisir kabupaten Nagan Raya tahun 2013

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,

baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup tersebut.Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon

terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Dari 58 responden di UPTD puskesmas Padang Panjang kecamatan Kuala

Pesisir kabupaten Nagan Raya, responden yang sikap negatif adalah 25 (43,1%)

dan sikap yang positif adalah 33 (56,9%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat mengggunakan uji

chi-square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh sikap perilaku ibu

tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p 0,028

< 0,05, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sikap ibu tentang pencegahan

diare terhadap kejadian diare pada balita.

4.3.3 Pengaruh Tindakan perilaku ibu tentang pencegahan terhadapkejadian diare pada balita di UPTD puskesmas Padang panjangkecamatan Kuala Pesisir kabupaten Nagan Raya tahun 2013

Tindakan berfungsi sebagai penerima objek. Dalam perannya, seseorang

senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui tindakannya.Dengan

tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan

sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Seseorang dapat bertindak

positif terhadap suatu objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila

Page 40: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

37

objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif

(Notoatmodjo, 2007).

Dari 58 responden di UPTD puskesmas Padang Panjang kecamatan Kuala

Pesisir kabupaten Nagan Raya, tindakan yang tidak ada pencegahan adalah 36

(62,1%) dan tindakan yag ada pencegahan sebanyak 22 (37,9%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat mengggunakan uji chi-

square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh tindakan perilaku ibu

tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p 0,042

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tindakan ibu tentang

pencegahan diare terhadap kejadian diare pada balita.

Page 41: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

38

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji chi-

square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) pengetahuan perilaku ibu

tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan nilai p

0,105 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan ibu

tentang pencegahan diare terhadap kejadian diare pada balita.

2. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji chi-

square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) pengetahuan sikap perilaku

ibu tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan

nilai p 0,028 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sikap ibu

tentang pencegahan diare terhadap kejadian diare pada balita.

3. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji chi-

square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) pengaruh tindakan perilaku

ibu tentang pencegahan terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan

nilai p 0,042 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tindakan

ibu tentang pencegahan diare terhadap kejadian diare pada balita.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu untuk meningkatkan

pengetahuan tentang penyakit diare.

Page 42: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

39

2. Diharapkan kepada pihak puskesmas untuk lebih memperhatikan tingkat

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat khususnya ibu-ibu yang

memliki balita dengan memberikan penyuluhan.

Page 43: GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI …repository.utu.ac.id/46/1/BAB I-V.pdf · dari satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta.Jakarta

Budiarto, E. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.EGC. Jakarta

Hidayat A.A, 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data.Salemba Medika.Jakarta..

----------------, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika.Jakarta

Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta

-----------------, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka CiptaJakarta

Riskesdas. Hasil survey Subdit diare. 2010

Smeltzer, 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Wawan, 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan PerilakuManusia. Nuha Medika.Yogyakarta

UU RI. No. 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan