Upload
truongkhuong
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL PADA PECANDU ROKOK USIA DEWASA
DI KELURAHAN AMOTOWO KECAMATAN LANDONO
KABUPATEN KONAWE SELATAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
NI PUTU DESY KRYSTIANTINIM. P00341014021
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
v
RIWAYAT PENULIS
A. Identitas Diri
Nama : Ni Putu Desy Krystianti
NIM : P00341014021
Tempat Tanggal Lahir : Tridana Mulya, 30 Desember 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Alamat : Desa Lalonggapu, Kecamatan Landono,
Kabupaten Konawe Selatan
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Tridana Mulya, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Landono, Tamat Tahun 2011
3. SMA Negeri 11 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014
4. Sejak Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Pas Photo4 X 6
vi
MOTTO
Hidup adalah perjuangan
Jangan sia-siakan waktu untuk hal tidak berguna
Belajar dan menuntut ilmulah setinggi mungkin
Selagi orang tua mampu untuk membantu dan memberi support …
Berbahagialah orang yang berilmu
Derajat mereka setingkat lebih tinggi
Jangan biarkan dirimu diam dan tak berilmu
Menyesal tua tidaklah berguna …
Karya Tulis ini kupersembahkan kepada
Orang tuaku tercinta
Saudaraku tercinta
Sahabat-sahabatku tersayang
Agama, Bangsa dan Negara
Serta Almamaterku
vii
ABSTRAK
Ni Putu Desy Krystianti. (P00341014021). Gambaran Kadar Kolesterol PadaPecandu Rokok Usia Dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono,Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimbimbing oleh ibuAskrening dan ibu Anita Rosanty (xiv + 4 Daftar Tabel + 1 Daftar Gambar + 11Daftar Lampiran + 47 Halaman). Dampak merokok yang masih menjadi masalahyaitu terhadap peningkatan kadar kolesterol total. Kandungan nikotin, tar, karbonmonoksida, logam timbal dan bahan kimia lainnya yang terkandung dalam rokokdapat menyebabkan timbulnya gangguan pada profil lipid sehingga meningkatkankadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambarankadar kolesterol pada pecandu rokok usia dewasa. Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh masyarakat yang terdaftar dalam data penduduk dan merupakanpecandu rokok usia dewasa di atas 20 tahun yang berjumlah 203 orang. Sampelpenelitian ini berjumlah 31 orang yang diambil secara Purposive Sampling. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada pecandurokok diperoleh sebanyak 21 orang (67,74%) memliki kadar kolesterol total tinggi,dan sebanyak 10 orang (32,26%) memiliki kadar kolesterol total normal. Sehinggapeneliti menyimpulkan bahwa pecandu rokok usia dewasa memiliki kadar kolesteroltotal yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat pecandu rokok yangmemiliki kadar kolesterol tinggi untuk mengurangi komsumsi rokok.
Kata Kunci : Rokok, Kolesterol
Daftar Pustaka : 28 buah (2007- 2017)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini yang berjudul : “Gambaran Kadar Kolesterol Pada Pecandu Rokok
Usia Dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe
Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara” yang disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh derajat Diploma III pada Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda, I Made Sudarta dan
Ibunda Niluh Sukerti serta Adikku atas do’a, dan dukungan dan kasih sayang yang
begitu besar, yang telah berkorban demi kesuksesan penulis dan juga pengorbanan
baik materi maupun tenaga, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Dalam upaya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah melibatkan banyak
bantuan yang tak terkira dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Askrening,
SKM., M.Kes, selaku Pembimbing I dan Anita Rosanty, S.ST., M.Kes, selaku
pembimbing II untuk semua pengorbanan waktu, pikiran dan tenaga selama penulis
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang
telah memberi izin untuk melakukan penelitian.
3. Lurah Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan, yang telah
memberi kemudahan dalam melakukan penelitian.
4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
ix
5. Kepada Ibu Dewan Penguji Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd, Ibu Hj. St. Rachmi
Misbah, S.Kp.,M.Kes, dan ibu Satya Darmayani, S.Si.,M.Eng yang telah
memberikan arahan perbaikan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha di lingkungan Politeknik Kementerian
Kesehatan Kendari Jurusan Analis Kesehatan, atas segala fasilitas dan pelayanan
akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
7. Sahabatku Eka, Lisna, Ana, Rini, Apita, Pravita, Patra, Yolda, Nikma, Tina, Irda,
Nani, Rahma, Nurhasanah, Yaqub, Jannah, Arya, Herlina, Nurliana. Terima kasih
atas dukungan yang kalian berikan kepadaku selama ini.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis ilmiah
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua. Tak ada kata yang patut dan tak ada harapan yang penulis berikan kecuali
memberikan dari Tuhan Yang Maha Esa, atas kebaikan dan dorongan dari semua
pihak yang turut membantu baik selama proses penyusunan maupun penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
Kendari, Juli 2017
Peneliti
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERYATAAN ORISINILITAS............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pecandu ............................................... 9
B. Tinjauan Umum Tentang Rokok................................................... 9
C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol ............................................ 15
D. Tinjauan Umum Tentang Peningkatan Kadar Kolesterol
Terhadap Pecandu Rokok ............................................................. 24
E. Tinjauan Umum Tentang Metode Pemeriksaan Kadar Kolesterol 25
F. Tinjauan Umum Tentang Usia Dewasa ........................................ 29
xi
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ............................................................................ 32
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 33
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 33
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................. 33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 35
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 37
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 37
F. Prosedur Kerja............................................................................... 37
G. Jenis Data ...................................................................................... 38
H. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 39
I. Analisis Data ................................................................................. 39
J. Penyajian Data .............................................................................. 40
K. Etika Penelitian ............................................................................ 40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 41
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 42
C. Pembahasan .................................................................................. 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 48
B. Saran ............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Responden Kategori Pecandu Rokok............................ 42
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...................................... 42
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ............................... 43
Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total .................................... 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bagian-bagian Rokok ............................................................... 12
Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Ketersediaan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Hasil Pemeriksaan
Lampiran 5 : Tabulasi Data
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Dari Poltekes Kemenkes Kendari
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rokok merupakan peringkat utama penyebab kematian yang dapat
dicegah dunia. Rokok menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh
dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata 1
kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 mendekati 2 kali jumlah
kematian saat ini jika kebiasaan mengkonsumsi rokok terus berlanjut.
Diperkirakan, 9 juta (84%) perokok sedunia hidup di negara-negara berkembang
termasuk di Indonesia. The Tobacco Atlas mencatat ada lebih dari 10 juta batang
rokok dihisap setiap menit, tiap hari di seluruh dunia oleh 1 milyar laki-laki dan
250 juga perempuan. Sebanyak 50% total konsumsi rokok dunia dimiliki China,
India, Amerika, Serikat, Rusia, Jepang dan Indonesia. Bila kondisi ini berlanjut,
jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9000 rokok tahun 2025 di Asia.
World Health Organization (WHO) menyebutkan Indonesia menempati urutan
ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa (WHO, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh oleh Lembaga Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) di negara maju khususnya Indonesia terutama di
kota-kota besar di seluruh Indonesia terlihat adanya tendensi peningkatan
pengguna rokok. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan berbagai macam
dampak negatif, salah satunya adalah peningkatan kadar konsentrasi kolesterol
jahat dalam darah. Dimana pada tahun 2009 menunjukan jumlah perokok
meningkat dari 19,5% menjadi 34,8% yang tersebar di seluruh kota hingga
di perdesaan (SDKI, 2009).
Tingkat prevalensi perokok di berbagai provinsi Indonesia, seperti wilayah
provinsi lampung menduduki peringkat ke-10 dari 34 provinsi di Indonesia, yakni
sebesar 38%, dimana posisi pertama tingkat prevalensi perokok tertinggi adalah
Kalimantan tengah, yakni 43,2% dan terendah adalah di provinsi Sulawesi
Tenggara yakni 28,3% (Depkes RI, 2012).
2
Kebiasaan merokok penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas
tahun 2007 hingga tahun 2013 cenderung mengalami peningkatan dari 34,2%
menjadi 36,3%. Rata-rata batang rokok dihisap perhari adalah 12,3% batang atau
sekitar satu bungkus. Jumlah rata-rata terbanyak batang rokok yang dihisap
tersebar seluruh wilayah Indonesia dengan persentase 12,3%, misalnya di Bangka
Belitung, Pulau Jawa, dan Sulawesi. Sedangkan Umur 30-34 tahun mempunyai
proporsi terbesar sebagai perokok aktif sebesar 33,4%. Perokok laki-laki lebih
banyak jika dibandingkan dengan perempuan, yaitu sebesar 47,5% laki-laki dan
1,1% perempuan. Petani/buruh, nelayan merupakan kelompok perokok paling
aktif tiap harinya berdasarkan pekerjaan yaitu sebesar 44,5% dibandingkan
kelompok pekerjaan yang lain di Indonesia (Riskesdas, 2013).
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang tidak dapat dihindari dalam
berbagai lapisan masyarakat, baik usia tua bahkan usia muda. Kebiasaan merokok
dapat menyebabkan berbagai macam dampak negatif, salah satunya adalah
peningkatan kadar konsentrasi kolesterol jahat dalam darah. Rokok mengandung
zat kimia yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, dimana dalam
total kolesterol terdapat kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL) dan
kadar kolesterol baik atau High Density Lipoproretin (HDL) (Minarti, 2014).
Kolesterol sering kali dilihat sebagai sesuatu yang sangat menakutkan
yang mengaitkan, tingginya kadar kolesterol dalam darah dengan resiko
terkena penyakit jantung. Bila keadaan ini terus berlangsung dalam kehidupan
sehari-hari maka akan berdampak kurang baik bagi kesehatan. Peningkatan kadar
kolesterol dapat menimbulkan beberapa penyakit, seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner, dan penyumbatan pembuluh darah. Umumnya kebanyakan
orang mengira bahwa kolesterol seseorang akan tinggi pada orang-orang yang
mengalami obesitas saja, padahal kolesterol juga dapat tinggi pada orang yang
berbadan kurus. Karena itu, baik orang yang mengalami masalah dengan berat
badan maupun tidak tetap harus menjaga kadar kolesterolnya (Minarti, 2014).
3
Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding
sebelah sebelah dalam pembuluh darah. Kadar kolesterol dalam tubuh pada
dasarnya dapat dikontrol dengan pola hidup yang sehat serta menghindari jenis
makanan atau minuman yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (Ruslianti,
2014).
Kolesterol sering dijumpai pada tubuh seseorang yang kegemukan,
merokok, malas melakukan aktifitas fisik, penderita diabetes mellitus. Selain itu
hormon testosterone yaitu hormon seks pada pria, steroid anabolik yaitu hormon
yang memicu pertumbuhan jaringan dengan menciptakan protein untuk
meningkatkan pertumbuhan otot pada laki-laki, dapat menurunkan kadar
kolesterol baik. Hormon seks progesteron pada wanita dapat menurunkan kadar
kolesterol baik, tetapi hormon estrogen justru menaikkan kolesterol baik
(Marewa, 2015).
Pemeriksaan pola lipid atau penetapan kadar lipid-lipoprotein biasanya
dihubungkan dengan resiko penyakit vascular yang mencakup penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah perifer.
Proses yang mendasarinya adalah arterisklerosis yang berkembang secara
lambat dan berlangsung bertahun-tahun. Oleh karena itu dengan mendeteksi
lebih awal akan memungkinkan untuk melakukan tindakan pencegahan. Telah
lama diketahui penyebab Penyakit Jantung Koroner (PJK) multifaktorial. Salah
satu faktor resiko utama PJK adalah dislipidemia, faktor resiko lain adalah
diabetes militus, hipertensi, kegemukan, merokok dan lain-lain. Dislipidemia
merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol jahat dan kolestero baik (Hardjoeno, 2014)
Pemeriksaan kolesterol darah total dapat menggunakan dua cara yaitu
dengan cara Point of care test (POCT) dan Fotometer dengan metode
Fotometer. POCT merupakan serangkaian pemeriksaan laboratorium sederhana
menggunakan alat meter. Alat ini disebut juga Badside testing, Near Patient
4
Testing, Alternative site Testing. POCT dirancang hanya untuk sampel darah
kapiler bukan untuk sampel serum atau plasma. Penggunaan POCT karena
harga yang terjangkau dan hasil yang relatif singkat. Alat ini hanya
memerlukan sedikit sampel darah (whole blood), sehingga digunakan darah
kapiler, sedangkan alat fotometer mengunakan serum atau plasma sehingga tidak
dipengaruhi sel-sel darah seperti pada sampel whole blood. Sedangkan bila
menggunakan fotometer sampel yang digunakan serum sehingga memerlukan
lebih banyak darah, dan dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang lama
(Menkes, 2014).
Point of care testing pemeriksan kolesterol darah total terdiri dari alat
meter kolesterol darah total, strip test kolestero darah total dan autoclick lanset
(jarum pengambil sampel). Alat meter kolesterol adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar kolesterol darah total berdasarkan deteksi elektrokimia
dengan dilapisi enzim cholesterol oxidase pada strip membrane (Menkes,
2014).
Kelebihan dari alat POCT, yaitu mudah digunakan dapat dilakukan oleh
perawat, pasien, dan keluarga untuk monitoring pasien, volume sampel yang
dipakai lebih sedikit, bisa dilakukan bed side,alat lebih kecil sehingga tidak
perlu ruangan khusus, dan bisa dibawa / mobile. Adapun kekurangan dari alat
POCT ini presisi dan akurasi korang baik bila dibandingkan dengan metode
rujukan (fotometer), kemampuan pengukuran terbatas, hasil dipengaruhi oleh
suhu, hematokrit dan dapat terinterverensi dengan zat tertantu, pra analitik
sulit di kontrol bila yang melakukan bukan orang yang kompeten, pemantapan
mutu internal kurang diperhatikan dan sulit terdokumentasi, hasil sulit
terdokomentasi terutama bila dilakukan dirumah (Menkes, 2014).
Untuk menghindari terjadinya beberapa penyakit maka harus bisa menjaga
kadar kolesterol agar seimbang. Sehingga harus secara rutin dilakukan
pemeriksaan kadar kolesterol. Pemeriksaan kadar kolesterol dapat dilakukan
dengan skrining fraksi lipid, yaitu total kolesterol, High Densiti Lipoprotein
5
(HDL) kolesterol, Low Densiti Lipoprotein (LDL) kolesterol, dan trigliserida.
Pemeriksaan total kolesterol ini dapat menggunakan Fotometer dan POCT.
Namun jika menggunakan POCT kita hanya dapat mengetahui kadar kolesterol
secara keseluruhan.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan Kusumari (2015) tentang
Hubungan Antara Merokok Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Pegawai Pabrik
Gula Tasikmadu Karanganyar, dimana hasilnya didapatkan dari 30 sampel yang
merokok memiliki kadar kolesterol tinggi sebanyak 26 sampel (89,7%) dan 4
sampel memiliki kadar kolesterol normal (12,9%). Sedangkan dari 30 sampel
yang tidak merokok 27 sampel memiliki kadar kolesterol normal (87,1%) dan 3
sampel memiliki kadar kolesterol tinggi (10,3%).
Berdasarkan survey awal penulis di Kelurahan Amotowo, Kecamatan
Landono, Kabupaten Konawe Selatan awal April 2017 terdapat 519 orang
penduduk dan jumlah pecandu perokok usia dewasa mencapai 203 orang.
Berdasarkan hasil wawancara awal dari 10 orang pecandu rokok, 6 orang
diantaranya mengatakan belum mengetahui secara mendalam tentang peningkatan
kadar kolesterol yang diakibatkan oleh perilaku atau kebiasaan merokok (Profil
Puskesmas Landono, 2017).
Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka penulis telah melakukan
penelitian dengan mengambil judul, “Gambaran Kadar Kolesterol Terhadap
Pecandu Rokok Pada Usia Dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono,
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
ini yaitu bagaimana kadar kolesterol pada pecandu rokok usia dewasa di
Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi
Sulawesi Tenggara.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar kolesterol pada pecandu rokok usia dewasa di
Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar kolesterol total yang normal pada pecandu rokok
usia dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
b. Untuk mengetahui kadar kolesterol total yang tinggi pada pecandu rokok
usia dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
a. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi calon pranata
laboratorium kesehatan terutama di bidang Kimia Klinik.
b. Menghasilkan pranata laboratorium kesehatan yang memiliki pengetahuan
yang memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.
2. Bagi Instansi Terkait
Peneltian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi pihak
Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan,
Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya di bidang kesehatan mengenai kadar
kolesterol terhadap perokok dalam menciptakan SDM yang bekualitas dalam
melakukan pelayanan terhadap masyarakat.
3. Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bertambahnya ilmu
pengetahuan bagi peneliti dan dapat dijadikan panduan bagi para peneliti
selanjutnya.
7
E. Keaslian Penelitian
Minarti (2014) telah melakukan penelitian dengan mengambil judul
“Hubungan Antara Perilaku Merokok Terhadap Kada Kolesterol Low Density
Lipoprotein (LDL) Serum Pada Pekerja CV. Julian Pratama Pontianak. Dalam
penelitian tersebut metode analitik, teknik pengambilan sampel adalah
pengambilan sampel secara acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 40
orang responden. Hasil penelitian menunjukkan Kadar LDL serum pada
kelompok perokok lebih tinggi dibandingkan dengan pada kelompok bukan
perokok, namun pada uji statistik, menunjukkan tidak terdapat hubungan
bermakna antara kebiasaan merokok terhadap kadar LDL serum (p=0,076).
Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok pada variabel lama kebiasaan
merokok (p=0,037), jumlah rokok yang dihisap setiap hari (p=0,003), dan jenis
rokok yang digunakan (p=0,044) terhadap kadar LDL serum pada pekerja CV.
Julian Pratama Pontianak.
Rahmayani (2016) telah melakukan penelitian dengan mengambil judul,
“Gambaran Kadar Kolesterol Total Pada Pecandu Kopi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia, Kecamatan Poasia, Kota Kendari”. Dalam penelitian tersebut
metode yang digunakan adalah metode deskriptif, teknik pengambilan sampel
adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 38 orang responden.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil yakni; dari 38 orang pecandu kopi
yang telah mengkonsumsi kopi lebih dari 5 tahun memiliki kadar kolesterol total
tinggi lebih banyak dengan persentase 63,16% dibandingkan dengan kadar
kolesterol total normal dengan persentase 36,84%. Dari 38 pecandu kopi terdapat
14 orang pecandu kopi yang telah mengkonsumsi kopi lebih dari 5 tahun dengan
persentase 36,84% memiliki kadar kolesterol total normal, dengan rata-rata
berumur kurang dari 36 tahun, dan dari 38 pecandu kopi terdapat 24 orang
pecandu kopi yang telah mengkonsumsi kopi lebih dari 5 tahun dengan persentase
63,16% memiliki kadar kolesterol total yang tinggi, dengan rata-rata berumur 36
tahun ke atas.
8
Pada penelitian terdahulu terdapat kesamaan metode penelitian yaitu
deskriptif, tetapi teknik pengambilan sampel memiliki perbedaan, dan variabel
yang digunakan pun berbeda. Dimana pada penelitian ini menggunakan pecandu
rokok sebagai variabel terikat, sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan
kopi sebagai variabel terikat. Pada penelitian terdahulu menggunakan sampel
sebanyak 38 orang responden dan pada penelitian ini menggunakan 30 orang
responden. Namun antara penelitian terdahulu dan penelitian ini memiliki
kesamaan variabel bebas yakni ; kadar kolesterol total.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pecandu
Kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran kita dengan
parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik.
Seseoang disebut pecandu bila memiliki ketergantungan fisik dan ketergantungan
psikologis terhadap zat psikoaktif, contohnya alkohol, tembakau, heroin, kafein,
nikotin. Zat psikoaktif ini akan melintasi sawar darah otak setelah dicerna,
sehingga mengubah kondisi kimia di otak secara sementara (Rahmayani Dian,
2016).
Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus
dengan sebuah zat atau aktifitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan
konsekuensi negatif. Saat kecanduan sesuatu, seseorang bisa sakit jika mereka
tidak mendapatkan sesuatu yang membuat mereka kecanduan, namun kelebihan
sesuatu itu bisa menyebabkan kesehatan mereka menurun (Rahmayani Dian,
2016).
B. Tinjauan Umum Tentang Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Heryani, 2014).
2. Kebiasaan Merokok
Merokok adalah salah satu faktor resiko atau penyebab terjadinya
penurunan kadar kolestrol HDL, diabetes mellitus tipe 2, tekanan darah tinggi.
a. Kategori perokok
1) Perokok pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang
yang tidak merokok (passive smoker), asap rokok merupakan polutan
10
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya
terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret
kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok,
terutama ditempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh
perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung
tar dan nikotin (Yuliana, 2007).
2) Perokok aktif
Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan
perokok atau asap utama yang dihisap oleh perokok (mainstream) dari
pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif
adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bias
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan
sekitar (Yuliana, 2007).
b. Jumlah rokok yang dihisap
Jumlah rokok yang dihisap dalam satu batang, bungkus, pak per
hari. Jenis rokok dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu :
1) Perokok ringan
Disebut perokok ringan apa bila merokok kurang dari 10
batang perhari.
2) Perokok sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per hari.
3) Perokok berat
Perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang. Sebatang
rokok dihabiskan dalam 10 kali hisapan asap rokok maka dalam
temnpo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus)
perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok beberapa zat kimia
dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifak kumulatif
(ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis
11
sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Yuliana,
2007).
c. Lama menghisap rokok
Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti
merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda
usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya, apabila perilaku merokok
dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan
tingkat arterosclerosis. resiko kematian bertambah dengan sehubungan
banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. Dampak
rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dampak rokok
bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun
dibutuhkan 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok dapat mengakibatkan
80% kangker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impontensi dan
ganguan kehamilan dan gangguan kesuburan (Yuliana, 2007).
d. Jenis rokok yang dihisap
Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku yang pembuatnya
yaitu tembakau, di Indonesia ditambah tembakau ditambah cengkeh dan
bahan bahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Ada beberapa jenis rokok
yang sering dihisap yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok
pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap
(tembakau kunyah) dalam peraturan PP Nomor : 19 Tahun 2003 tentang
pengamanan rokok bagi kesehatan, pemerintah telah menentukan
kandungan kadar nikotin rokok sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar
sebesar 20 mg pada rokok kretek. Rokok kretek mengandung sampai 60-
70 tembakau, sisanya 30%-40% cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh
mengandung eugenol yang dihisap berpotensi menjadi penyebab kanker
bagi manusiadan terkait zat kimia satrol yang menjadi salah satu penyebab
kanker ringan (Pdpersi, 2003).
12
e. Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi
komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan
menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkodensasi.
Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri
dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.
Gambar 2.1 Bagian-bagian Rokok
1) Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai didalam rokok, nikotin
bersifat toksik terhadap saraf dan stimulasi atau depresi. Nikotin
merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tingi
beracun, zat ini hanya ada dalam tembakau, sangan aktif dan
mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin
akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan,
sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya.
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porrilidin yang terdapat dalam
nicotoana tabacum, nicotoana rustica dan spesies lainnya yang
sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan.
Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menyempitkan pembuluh prifer dan menyebabkan keragihan serta
ketergantungan pada pemakainya. Jumlah niokotin yang dihisap
13
dipengaruhi oleh faktor kulaitas rokok, jumlah tembakau setiap batang
rokok, didalamnya isapan, lamanya isapan dan menggunakan filter
rokok atau tidak (Yuliana, 2007).
2) Karbon monoksida
Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan
mengakibatkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh
perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan
berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas monoksida bersifat toksis
yang bertantangan dengan oksigen dalam transport maupun
penggunaanya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat
merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah 400
ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi
haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Yuliana, 2007).
3) Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan
nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya
karsinogenik (pembentukan kanker) tar adalah senyawa polinuklin
hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya
kandungan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan
menyebabpkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat
menempel pada jalan nafas sehingga dapat meyebabkan kanker, tar
merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga
mulut sebagai uap pada asap rokok, setelah dingin akan menjadi padat
dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernafasan dan paru-paru, pengendapan ini bervariasi antara 3-
40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45
mg. sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami
penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik
14
tetap bias masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok
menghirupnya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok
yang digunakan bertambah (Yuliana, 2007).
4) Timah hitam (Pb) merupakan partikel asap rokok
Timah hitam (Pb) yang dihasikan sebatang rokok sebanyak 0,5
mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap
dalam satu hari menhasilkan 10 mikro gram. Sedangkan ambang batas
timah hitam yang masuk kedalam tubuh antara 20 mikro gram perhari.
Bias dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke
dalam tubuh (Yuliana, 2007).
f. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan
Bahan-bahan yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan
masalah gangguan kesehatan seperti :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah mejadi
tinggi yakni sistol > 140 mmHg dan diastol > 90 mmHg. Jika
seseorang merokok, kandungan rokok seperti nikotin dapat
meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan nikotin merangsang
pelepasan epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal dan ujung
saraf termnal yang mengakibatkan peningkatan denyut dan
kontraktilitas lebih besar melalui stimulasi reseptor β1 miokard.
Resistensi pembuluh darah perifer meningkat melalui α-reseptor yang
akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah (CDC, 2010)
2. Jantung Koroner
Bahan kimia yang terkandung dalam rokok dapat
mempengaruhi proses pemecahan kolesterol dalam tubuh. Lemak yang
memiliki densitas yang rendah akan menempel pada permukaan
dinding pembuluh darah. Penempelan lemak pada dinding pembuluh
15
darah ini akan menumpuk seiring berjalannya waktu dan
menyebabkan penyempitan (Aterosklerosis). Aterosklerosis ini dapat
menyebabkan jantung koroner. Hal ini dikarenakan terjadinya
gangguan pada suplay darah ke jantung akibat penyumbatan dalam
darah sehingga terjadinya nyeri dada (CDC, 2010).
3. Stroke
Rokok yang mengandung banyak bahan berbahaya dalam
tubuh termasuk didalamnya karbon monoksida, formaldehid dan
hidrogen sianida masuk melalui pernafasan dan ditransfer kedalam
aliran darah. Bahan kimia yang terdapat didalam rokok akan
meningkatkan kadar kolesterol jahat dan menurunkan kadar kolesterol
baik. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan dalam tubuh sehingga
terjadi aterosklerosis. Terjadinya aterosklerosis dapat menyebabkan
berkurangnya suplay darah ke otak sehingga aliran darah ke otak
terganggu. Hal ini mengakibatkan rusaknya sel-sel otak sehingga
terjadinya stroke (Stroke Association, 2012).
C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol
1. Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah,
berwarna kekuningan yang diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh
tubuh. Tubuh manusia menggunakan kolesterol untuk menghasilkan :
a. Hormon seks, yang sangat penting bagi perkembangan dan fungsi organ
seksual;
b. Hormon korteks adrenal, yang penting bagi metabolisme dan
keseimbangan garam di dalam tubuh;
c. Vitamin D, yang berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium dalam
tubuh;
d. Garam empedu, yang membantu usus menyerap lemak (Kirana, 2011).
16
2. Jenis-jenis Kolesterol
Kolesterol yang diproduksi oleh tubuh dibedakan menjadi High
Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL). Kolesterol
HDL adalah kolesterol baik yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh
darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Sedangkan kolesterol LDL adalah
kolesterol jahat yang bila jumlahnya berlebih di dalam darah, akan
diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang dapat
menyumbat pembuluh darah. Akibatnya jantung kesulitan untuk memompa
darah dan akhinya berlanjut ke gejala serangan jantung mendadak. Bila
penyumbatan itu terjadi diotak, maka akan menyebabkan stroke dan
kelumpuhan (Kirana, 2011).
Kolesterol HDL sering dijumpai pada tubuh seseorang yang
kegemukan, merokok, malas melakukan aktivitas fisik, penderita diabetes
melitus. Selain itu, hormon testosteron yaitu hormon seks pada pria steroid
anabolik yaitu hormon yang memicu pertumbuhan jaringan dengan
menciptakan protein untuk meningkatkan pertumbuhan otot pada laki-laki,
dapat menurunkan kadar HDL. Hormon seks progesteron pada wanita dapat
menurunkan kolesterol HDL, tetapi hormon estrogen justru menaikkan
kolesterol HDL (Marewa, 2015).
Banyak penelitian membuktikkan bahwa semakin tinggi kadar
kolesterol HDL, akan semakin kecil kemungkinan terkena penyakit atau
melindungi tubuh dari penyakit yang disebut sebagai proteksi terhadap
penyakit, misalnya penyakit jantung, kencing manis, dan stroke. Aktivitas
fisik yang teratur akan mempermudah terjadinya metabolisme di dalam tubuh.
Kolesterol total merupakan susunan dari banyak zat, termasuk
Trigliserida, LDL kolesterol, dan HDL kolesterol. Kadar kolesterol total di
dalam darah yang tinggi akan memberikan resiko terjadinya penyakit jantung
koroner, semakin tinggi kadar kolesterol maka semakin tinggi resiko
menderita penyakit jantung koroner.
17
Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus
setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma
dalam dua bentuk, yaitu sebagai klomikron yang berasal dari penyerapan usus
setelah makan lemak dan sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin. Trigliserida tersebut di
dalam jaringan di luar hepar (pembuluh darah, otot, jaringan lemak) akan
dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (Dewanti,2010).
Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring
dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau
lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah resiko
terjadinya penyakit jantung dan stroke, serta cenderung mengalami gangguan
dalam tekanan darah dan resiko diabetes.
3. Metabolisme Kolesterol
Sekitar 80% kolesterol dalam darah merupakan hasil sintesis dalam
liver, sedangkan sisanya merupakan asupan dari makanan (Kirana 20ll).
Selama jumlah kolesterol baik hasil sintesis maupun yang bersumber dari
makanan, masih seimbang dengan tingkat kebutuhan maka tubuh akan tetap
sehat. Namun, dengan perkembangan pola hidup masyarakat yang cenderung
banyak mengonsumsi makanan berlemak maka tingkat asupan kolesterol
menjadi lebih tinggi dari tingkat kebutuhannya (Tisnadjaja 2006).
Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan
merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel. Kolesterol
diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di
dalam mukosa usus. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di
jaringan adiposa, kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati
dan jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol empedu
direabsorpsi dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati digabungkan ke dalam
VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam kompleks lipoprotein (Ganong,
2008).
18
Kolesterol memberikan umpan balik untuk menghambat sintesisnya
sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim yang mengubah 3-
hidroksi-3-metilglutarit-Koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam mevalonat.
Dengan demikian, jika asupan kolesterol dari makanan tinggi, sintesis
kolesterol oleh hati menurun, dan demikian juga sebaliknya. Namun,
kompensasi umpan-balik ini tidak sempuma. Karena diet yang rendah
kolesterol dan lemak jenuh hanya akan menyebabkan penurunan kolesterol
yang bersirkulasi dalam plasma darah dengan jumlah sedang. Kadar kolesterol
plasma akan menurun oleh hormon tiroid dan estrogen. Kedua hormon ini
meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati. Estrogen juga meningkatkan
kadar HDL plasma (Ganong, 2008).
4. Faktor Resiko
Faktor resiko suatu penyakit adalah faktor-faklor yang diyakini akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit tertentu. Beberapa faktor
yang menyebabkan kolesterol menjadi abnormal, yaitu:
a. Pola Hidup
Meskipun pola yang lebih besar dari kolesterol darah merupakan
hasil sintesis di liver dan hanya sekitar 30% yang berasal dari asupan
makanan kaya lemak, tetapi pola hidup seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap resiko terjadinya atheroklerosis. Seseorang akan
mendapat kondisi HDL kolesterol yang lebih baik bila tidak gemuk, dan
aktif berolahraga (Tisnadjaja 2006).
Pola makan merupakan salah satu faktor yang selalu dianggap
sebagai penyebab utama hiperkolesterolemia. Dari beberapa makanan,
lemak merupakan penyebab terjadinya peningkatan kadar kolesterol,
karena asupan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah (Kirana, 2011).
19
b. Obesitas atau kegemukan
Obesitas atau kegemukan adalah kata yang digunakan untuk
menunjukkan adanya penumpukkan lemak tubuh (body fat) yang melebihi
batas normal.
Pada dasarnya, kegemukan merupakan penimbunan lemak yang
berlebihan di dalam tubuh. Jumlah lemak normal pada laki-laki dewasa
rata-rata berkisar 15-20% dari berat badan total dan perempuan sekitar 20-
25%. Jumlah lemak pada tubuh seseorang umumnya meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia, terutama disebabkan melambatnya
metabolisme dan berkurangnya aktifitas fisik. Umumnya, laki-laki sehat
memiliki proporsi otot yang besar dan lemak rendah dibandingkan
perempuan. Orang gemuk sebagian besar menyimpan lemaknya di bagian
perut dan selebihnya di bagian pinggul atau paha. Pada umumnya orang
gemuk memiliki kadar trigliserida tinggi dan disimpan di bawah kulit.
Walaupun trigiserida banyak disimpan di bawah kulit, kadang-kadang
kadarnya di dalam darah tidak terlalu tinggi. Namun, simpanan trigliserida
itu merupakan bahan utama pembentukan VLDL (Very Low Density
Lipoprotein) dan LDL di Liver yang akan masuk ke dalam cairan darah.
Berkaitan dengan hal tersebut maka kegemukan cenderung menjadi
penyebab meningkatkan kadar kolesterol total, VLDL, dan LDL
(Tisnadjaja, 2006).
c. Keturunan (Genetik)
Pada sebagian orang, walaupun pola makannya tidak terlalu baik,
banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak, dan kurang sehat, tetapi
tidak mengalami masalah dengan kadar kolesterol maupun atheroklerosis.
Namun, pada sebagian orang lain yang justru rajin berolahraga, pola
makannya kaya serat, jarang mengonsumsi lemak hewani, dan tidak
merokok justru mengalami masalah kadar kolesterol yang selalu di
ambang batas normal. Bahkan, bila tidak mengkonsumsi obat kadar
20
kolesterol total bisa naik sampai di atas 300 mg/dl pada usia relatif muda
(Tisnadjaja, 2006).
d. Usia
Seiring bertambahnya usia aktifitas fisik seseorang cenderung
berkurang dan laju metabolisme juga secara alami akan berjalan semakin
lambat. Hal ini berkaitan dengan semakin melemahnya organ-organ tubuh.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kenaikan LDL seiring
bertambahnya usia berhubungan dengan makin berkurangnya kemampuan
atau aktifitas LDL reseptor menjadi penyebab naiknya LDL dalam darah
dan secara otomatis akan meningkatkan resiko atheroklerosis atau
pembentukan plak pada arteri. Sebagian ahli lain mengaitkan kenaikan
LDL dan kolesterol total pada usia lanjut ini dengan faktor kegemukan
atau obesitas yang meningkatkan persentase lemak tubuh (Tisnadjaja,
2006).
5. Kadar Kolesterol
Tidak ada garis batas yang absolut mengenai angka dan ambang batas
kadar kolesterol dan lemak dalam darah. Namun, dari hasil penelitian yang
intensif dan dalam waktu yang cukup lama dan mewakili sejumlah besar
populasi atau yang lebih dikenal dengan “Longitudinal Study”, para peneliti
ilmu kedokteran telah meletakkan pedoman besaran angka-angka yang
sebaiknya digunakan sebagai ambang batas kadar kolesterol dalam darah.
Penelitian ini juga mengidentifikasikan dampak-dampak yang mungkin timbul
bila angka-angka atau ambang batas tersebut terlampaui.
Beberapa institusi yang telah merumuskan angka kadar kolesterol
dalam darah, yaitu:
a. National lnstitute of Health (NIH) USA
Institusi tersebut menganjurkan kadar kolesterol dalam darah
sebagai berikut:
1) Kadar kolesterol darah yang diinginkan : 231 mg/dl atau kurang.
21
2) Kadar kolesterol darah sedang atau ambang batas tinggi (Borderline
High) : 154 - 231 mg/dl.
3) Kadar Kolesterol Tinggi jika lebih dari, 231 mg/dl.
Kadar kolesterol dari National Institute of Health (NIH) digunakan
Sebagai acuan diberbagai instansi kesehatan di banyak negara. NIH juga
menyimpulkan telah cukup bukti bahwa menurunkan total kolesterol dan
LDL dengan diet, olahraga, atau obat bisa mengurangi resiko terjadinya
Penyakit Jantung Koroner (Nilawati, 2008).
b. Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) - USA
Multipte Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) meneliti
hubungan antara total kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Resiko
akibat Penyakit Jantung Koroner mulai terlihat meningkat secara
perlahan-lahan pada kadar kolesterol 180 mg/dl. Resiko ini Juga akan
meningkat pada level kolesterol 200 mg/dl dan menjadi tiga kali lipa pada
kadar 245 mgl dl (Nilawati, 2008).
6. Gangguan Kesehatan Akibat Peningkatan Kadar Kolesterol
Ada dua jenis gangguan kesehatan yang bersumber langsung
peningkatan kadar kolesterol, yakni hiperkolesterolemia bawaan
hiperlipidemia.
a. Hiperkolesterolemia Bawaan
Hiperkolesterolemia bawaan merupakan bentuk gangguan
keturunan yang relatif umum. Kadar kolesterol dalam darah sudah tinggi
sejak lahir dan pada masa dewasa biasanya sangat tinggi. Gangguan ini
kerap kali diturunkan oleh salah satu orang tua yang biasanya membawa
gen hipekoIesteroIemia (Nilawati, 2008).
b. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia berarti kelebihan lemak dalam darah. Kadar
kolesterol maupun trigliserida biasanya tinggi. Arteri koroner, arteri yang
mengalirkan darah ke kaki dan terkadang mengalirkan darah ke otak, akan
22
menyempit. Keadaan ini memerlukan perawatan dengan obat dan diet
(Nilawati, 2008).
Penyakit yang terjadi akibat dari Hiperlidemia, yaitu:
1) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner.
Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses dari dan
aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya Aterosklerosis
yang terjadi karena timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding
pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal ini sering ditandai dengan
keluhan nyeri pada dada (Karikaturijo, 2010).
Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah
yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama
sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah
yang disebut dengan serangan jantung (Karikaturijo, 2010).
2) Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan penyakit arteri besar, tempat
endapan lipid yang dinamakan plak ateroma terdapat dalam lapisan
subintima arteri. Plak khususnya mengandung kolesterol dalam jumlah
besar dan sering dinamakan endapan kolesterol, biasanya juga
dihubungkan dengan perubahan degenerasi pada dinding arteri. Pada
stadium lanjut penyakit, fibroblas menginfiltrasi daerah degenerasi dan
menyebabkan sklerosis progresif pada arteri. Selain itu, kalsium
seringkali mengendap bersama lipid untuk membentuk plak kalsifikasi.
Bila kedua proses ini terjadi, arteri menjadi sangat keras, dan
kemudian dinamakan arteriklerosis atau pengerasan arteri (Junaidi,
2011).
23
Arteri yang mengalami arteriosklerosis kehilangan sebagian
besar distensibilitasnya, dan karena daerah-daerah degenerasi, mereka
mudah pecah. Plak ateroma juga sering menonjol melalui intima
masuk aliran darah, dan permukaan plak yang kasar menyebabkan
terbentuknya bekuan darah, dengan akibat terjadinya trombus atau
embolus (Junaidi, 2011).
Hampir separuh manusia mati karena arterioklerosis, kira-kira
dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis dari satu arteria
koronia atau lebih dan sisanya yang satu pertiga oleh thrombosis atau
perdarahan pembuluh pada organ tubuh lain, khususnya otak, ginjal,
hati, saluran pencernaan, anggota gerak, dan sebagainya (Junaidi,
2011).
Perkembangan arteriosklerosis berawal dari sel-sel darah putih
yang secara normal terdapat dalam sistim peredaran darah. Sel-sel
darah putih ini menembus lapisan dalam pembuluh darah dan mulai
menyerap tetes-tetes lemak, terutama kolesterol. Ketika mati, sel-sel
darah putih meninggalkan kolesterol di bagian dasar dinding arteri,
karena tidak mampu "mencerna" kolesterol yang diserapnya itu.
Akibatya lapisan di bawah garis pelindung arteri berangsur-angsur
mulai menebal dan jumlah sel otot meningkat, kemudian jaringan parut
yang menutupi bagian tersebut terpengaruh oleh sklerosis. Apabila
jaringan parut itu pecah, sel-sel darah yang beredar mulai melekat ke
bagian dalam yang terpengaruh. Tahap berikutnya gumpalan darah
dengan cepat terbentuk pada permukaan lapisan arteri yang robek.
Kondisi ini dengan cepat mengakibatkan penyempitan dan
penyumbatan arteri secra total, apabila darah mengandung kolesterol
secara berlebihan, ada kemungkinan kolesterol tersebut mengendap
dalam arteri yang memasok darah ke dalam jantung (arteri koroner).
Akibat yang dapat terjadi ada bagian otot jantung (myocardium) yang
24
mati dan selanjutnya akan diganti dengan jaringan parut. Jaringan
parut ini tidak dapat berkontraksi seperti otot jantung. Hilangnya daya
pompa jantung tergantung pada banyaknya otot jantung yang rusak
(Anis, 2006).
D. Tinjauan Umum Tentang Peningkatan Kadar Kolesterol Terhadap Pecandu
Rokok
Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Aulia dalam Arief (2009) dalam satu batang terdapat lebih dari 4000
jenis bahan kimia, 40% diantaranya beracun. Bahan kimia yang berbahaya
terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida dan logam berat dalam asap
rokok.
Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah koroner yang bertugas membawa oksigen ke
jantung. Selain memperburuk profil lemak atau kolestrol darah, rokok juga dapat
meningkatkan tekanan darah pada nadi. Merokok juga dapat merusak lapisan
dalam pembuluh darah, memekatkan darah sehingga mudah menggumpal,
menggangu irama jantung dan kekurangan oksigen karena CO (karbon
monoksida) setiap kali kita menyalakan rokok, maka denyut jantung bertambah
kemampuan jantung membawa oksigen berkurang, HDL turun dan menyebabkan
pengaktifan platelet yaitu sel-sel penggumpal darah. Peningkatan HDL harus
dilakukan secara tepat sehingga dapat menekan resiko munculnya penyakit
jantung koroner (Arief, 2009).
Gaya hidup yang dapat menurunkan HDL adalah kebiasaan merokok.
Orang seringkali tidak mau berhenti merokok karena beralasan takut gemuk. Jadi
alternatif mereka adalah ngemil sebagai penggati rokok, dan akhirnya berat badan
bertambah. Namun mereka tidak menyadari bahwa resiko penyakit jantung akibat
merokok setara 100 pon kelebihan berat badan (Arief, 2009).
25
Di Amerika Serikat pada decade tahun 1960 terdapat 34% wanita perokok,
dan pada dekade tahun 1990 angka ini sudah turun menjadi 25% tidak diketahui
berapa persen wanita di Indonesia yang menjadi perokok. Merokok dapat
meyebabkan gangguan metabolisme lemak (Aulia dalam Dicky, 2009) pada
orang-orang merokok ditemukan level kolestrol HDL atau kolestrol baiknya
rendah. Itu artinya, pembentukan kolestrol HDL, yang bertugas membawa lemak
dari jaringan ke hati menjadi terganggu. Kondisi ini sudah sangat tidak sehat.
Sementara kebalikannya, pada orang yang merokok ditemukan level kolestrol
LDL atau kolestrol jahatnya tinggi. Artinya, lemak dari hati justru dibawa
kembali kejaringan tubuh. Kondisi kedua ini juga memperburuk kesehatan.
Intinya transportasi lemak menuju ke hati menjadi terganggu (Aulia, 2009).
Meski sering ditemukan level kolestrol HDL rendah pada orang perokok, menurut
(Aulia, 2009). Penelitian lain Nashvilles Vanderbit University menyatakan bahwa
setelah seminggu berhenti merokok, maka terjadi peningkatan 15% atau sekitar 7
point kadar HDL (Aulia, 2009).
E. Tinjauan Umum Tentang Metode Pemeriksaan Kadar Kolesterol
Pada umumnya permintaan tes laboratorium mempunyai beberapa tujuan
seperti menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu
misalnya membantu dalam menentukan terapi penyakit jantung dengan
melihat kadar kolesterol seseorang (Hardjoeno, 2014).
Pemeriksaan kolesterol dapat dilakukan dengan 2 cara yakni melalui
pemeriksaan darah di laboratorium oleh tenaga medis atau pemeriksaan
sendiri dengan alat pemeriksa kolesterol yang mudah didapatkan di apotek
atau toko perlengkapan alat kesehatan. Meskipun pemeriksaan sendiri dengan
alat yang dijual bebas di apotek lebih praktis, namun, tidak sedikit terjadi
ketidakcocokan hasil dengan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium
kesehatan.
26
Pemeriksaan kolesterol saat-saat ini sering dilakukan dan untuk
mempermudah dalam memperoleh dalam memperoleh hasil yang lebih cepat
dapat dilakukan dengan pemeriksaan POCT menggunakan alat meter
sederhana. Alat ini terdiri dari kolesterol alat meter, strip kolesterol dan holder
beserta jarum untuk pengambilan sampel darah kapiler.
POCT adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di dekat pasien atau
disamping tempat tidur pasien, menggunakan sampel darah dalam jumlah
sedikit. Pemeriksaan ini dilakukan dengan atau tanpa tahap pra analitik dan
memberikan hasil yang cepat, sehingga pengambilan keputusan dapat segera
dilakukan untuk manajemen pasien yang lebih baik (Luhur, Anggunmeka :
2013).
Selain digunakan dalam sistem pelayanan di rumah sakit, POCT
juga dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan seseorang secara
mandiri, tanpa harus datang kelayanan kesehatan, pemeriksaan dapat dilakukan
sendiri oleh pasien di rumah.
1. Pra Analitik
Pengambilan sampel lebih baik dilakukan pada pagi hari
dibanding sore hari karena adanya variasi di urnal. Pada sore hari
kolesterol darah lebih rendah sehingga banyak kasus jantung yang
tidak terdiagnosis. Untuk tes saring atau kontrol jantung sampel plasma
vena, serum atau darah kapiler. Untuk tes diagnostik sebaiknya
serum vena, karena molaritas kolesterol pada serum vena hampir sama
dengan kolesterol pada whole blood. Konsentrasi kolesterol serum lebih
tinggi 11% dibanding whole blood pada hematokrit normal.
Untuk menghindari kesalahan pra analitik pemeriksaan kolesterol
menggunakan POCT, perlu diperhatikan dari mana asal specimen tersebut
dan bagaimana perlakuan yang benar terhadap specimen. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk pengambilan specimen kapiler adalah :
27
a. Tempat pengambilan specimen harus dibersihkan dengan alkohol 70%
b. Pastikan untuk membersihkan tetesan pertama sebelum menganalisa
kadar kolesterol pada tetesan kedua.
2. Analitik
a. Prinsip Pemeriksaan Kolesterol pada POCT
Hydrogen Peroksida dalam darah terbentuk bereaksi dengan
phenol dan 4-Amino phenazon dalam stip mengubah enzim peroksida
menjadi quinonimin. Reaksi ini menciptakan arus listrik yang besarnya
setara dengan kadar bahan kimia yang ada didalam darah.
Ketika darah yang diteteskan pada test strip, akan terjadi
reaksi antara bahan kimia yang ada didalam darah dengan reagen yang
ada di dalam strip. (Luhur, Anggunmeka : 2013)
b. Prinsip Pemeriksaan Kolesterol Metode Fotometer (Cholesterol
Oksidase Para Amino Phenazone)
Ester kolesterol oleh kolesterol esterase diubah menjadi
kolesterol dan asam lemak bebas. Kolesterol yang terbentuk dioksidasi
dengan bantuan kolesterol oksidase membentuk koleston dan hydrogen
peroksida. Hydrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan
phenol dan 4 – amino phenazon dengan bantuan enzim peroksidase
membentuk quininimin yang berwarna merah muda, kemudian diukur
dengan photometer pada rentang panjang gelombang 480-550 nm.
Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar kolesterol yang
terdapat dalam sampel.
3. Post Analitik
Menurut Hardjoeno sebagai tes saring kadar kolesterol darah
memilki nilai rujukan yaitu < 200 mg / dL. (Hardjoeno, 2003)
4. Kelebihan dan Kekurangan Kolesterol POCT dan Fotometer dengan
metode CHOD-PAP
28
Selain memiliki perbedaan metode dan sampel yang digunakan,
kedua metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yaitu:
Alat Kelebihan Kekurangan
POCT 1. Penggunaan instrument
sangat praktis, mudah, dan
efisien.
2. Penggunaan jumlah sampel
yang sedikit
3. Mengurangi atau
meniadakan tahap pra
analitis, sehingga
mengurangi kemungkinan
kesalahan pada tahap ini.
4. Hasil dapat diketahui
dengan cepat sehingga
lebih cepat dalam
pengambilan keputusan.
5. Mengurangi waktu
kunjungan klinik rawat
jalan, dan penggunaan
waktu tenaga kesehatan
yang lebih optimal.
6. Pemeriksaan dapat
dilakukan secara mandiri.
1. Jenis pemeriksaan masih
terbatas
2. Akurasi dan presisi hasil
pemeriksaan POCT belum
sebaik hasil dari
laboratorium klinik dan
belum ada standar.
3. Proses QC (Quality
Control) belum baik
4. Proses dokumentasi hasil
belum baik, karena
biasanya alat ini belum
dilengkapi dengan system
identifikasi pasien, printer
dan belum terkoneksi
dengan system informasi
laboratorium (SIL).
5. Biaya pemeriksaan lebih
mahal bila dibandingkan
dengan biaya pemeriksaan
di laboratorium klinik
6. Pemeriksaan masih
menggunakan metode
yang invasive
29
Alat Kelebihan Kekurangan
Fotometer 1. Hasil lebih akurat
2. Kadar kolesterol yang
terlalu rendah dan terlalu
tinggi dapat terbaca
3. Pemeriksaan dilakukan
oleh petugas laboratorium
di laboratorium klinik
4. Proses QC (Quality
control) baik
5. Akurasi dan presisi hasil
pemeriksaan lebih baik
dari hasil POCT
6. Tidak ada factor
ketergantungan bahan
habis pakai /reagen (Open
Methode)
1. Hasil tes membutuhkan
waktu yang lama.
2. Volume darah yang
dibutuhkan lebih banyak
3. Untuk tes ulang
dibutuhkan waktu yang
lam
4. Pemeriksaan dan
penyimpanan dibutuhkan
tempat khusus
5. Harga lebih mahal
6. Alat harus menggunakan
arus listrik yang stabil
F. Tinjauan Umum Tentang Usia Dewasa
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau mahkluk, baik yang hidup maupun yang mati, semisal, umur
manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur
dihitung. Jenis peritungan usia terbagi dalam tiga kategori : 1) usia kronologis, 2)
usia mental, 3) usia biologis (Notoatmodjo, 2010).
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran
seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia. Usia mental adalah perhitungan
usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan
seseorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih
merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukan
30
kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa
usia mental anak tersebut adalah satu tahun. Usia biologis adalah perhitungan usia
berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada
empat kategori yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri
lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa (Notoatmodjo, 2010).
Dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.
Seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu menyelesaikan
pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang
dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Seseorang dikatakan dewasa apabila telah
sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai kematngan psikologis sehingga
mampu hidup dan berperan bersama-sama orang dewasa lainnya (Mubin &
Cahyadi, 2011).
1. Pembagian Usia Dewasa
Menurut Erikson dalam Upton (2012), usia dewasa dibagi menjadi tiga
tahap antara lain: 1) Masa dewasa awal (19 hingga 40 tahun), 2) Masa dewasa
menengah (40 hingga 65 tahun), 3) Masa dewasa akhir (65 hingga mati).
2. Ciri-ciri Usia Dewasa
Menurut Anderson dalam Mubin & Cahyadi (2011), seseorang yang
sudah dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego
b. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang
efisien
c. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya
d. Mempunyai sikap yang objektif
31
e. Menerima kritik dan saran
f. Bertanggung jawab
g. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan yang
baru
Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misanya, baik umur manusia
dikatakan lima belas diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Umur
diukur dari seseorang lahir atau benda itu dibuat sampai dengan masa kini atau
semasa seseorang hidup atau benda itu terpakai (Depkes RI, 2009).
Kategori umur menurut Depkes RI (2009) yaitu :1. Masa balita : 0-5 tahun2. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun3. Masa remaja awal : 12-16 tahun4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun7. Masa lansia awal : 46-55 tahun8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun9. Masa manula : 65 tahun ke atas
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang beredar di dalam aliran darah
yang diproduksi di hati dan sangat dipengaruhi oleh tubuh. Namun apabila
kolesterol dalam tubuh berlebih akan tertimbun di dalam pembuluh darah akan
menimbulkan terjadinya penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.
Kolesterol yang dibutuhkan tersebut secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh
dalam jumlah yang tepat. Tetapi kolesterol akan meningkatkan jumlahnya karena
beberapa faktor, yaitu pola hidup, merokok, obesitas, genetik dan usia.
Kolesterol akan meningkat karena pola hidup yang sering menkonsumsi
makanan dan minuman yang dapat memicu terjadinya peningkatan kolesterol
dalam darah. Selain itu gaya hidup yang dapat meningkatkan kolesterol adalah
kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya peningkatan kadar
kolesterol dalam darah karena rokok yang mengandung nikotin. Nikotin
merupakan komponen utama dari rokok yang dapat meningkatkan sekresi dari
katakolamin sehingga meningkatkan lipolisis. Hal ini menyebabkan peningkatan
kadar trigliserida, kolesterol dan VLDL, serta menurunkan kadar HDL. Merokok
juga dapat menyebabkan peningkatan LDL kolesterol yang akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yaitu
peneliti hanya menggambarkan, mengkaji, dan melakukan pemeriksaan kadar
kolesterol total terhadap pecandu rokok usia dewasa di Kelurahan Amotowo,
Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan.
33
B. Kerangka Pemikiran
Adapun bagan kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas atau variabel independent dalam penelitian ini adalah kadar
kolesterol total.
2. Variabel terikat atau variabel dependent yaitu dalam peneltian ini adalah
pencandu rokok usia dewasa > 20 tahun.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
Defenisi operasional dan kriteria objektif merupakan defenisi peneliti
tentang apa yang akan diteliti dan dalam penelitian tersebut peneliti menentukan
kriteria terhadap variabel yang akan diteliti. Adapun definisi operasional dan
kriteria objektif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pecandu rokok usia dewasa adalah seseorang yang ketergantungan baik psikis
maupun psikologis terhadap rokok, diperoleh jawaban kuesioner dengan benar
sebanyak 60%.
Pemeriksaan KadarKolesterol Total
Hasil Pemeriksaan Kadar
Kolesterol Total Normal
Hasil Pemeriksaan Kadar
Kolesterol Total Tinggi
Pecandu Rokok
34
2. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
3. Kolesterol adalah zat lemak yang beredar di dalam darah yang sangat
diperlukan oleh tubuh, namun menjadi sesuatu yang berbahaya bagi tubuh jika
jumlahnya melebihi batas yang telah ditentukan.
4. Kadar kolesterol total pecandu rokok pada usia dewasa adalah hasil
pemeriksaan kolesterol total yang dilakukan pada pecandu rokok usia dewasa.
Kriteria Objektif :
Kadar Kolesterol Total Normal : 154-231 mg/dl;
Kadar Kolesterol Total Tinggi : > 231 mg/dl.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan
keadaan yang sebenarnya (objektif) di dalam suatu komunitas masyarakat (Ircham
Machfoedz, 2005). Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan pemeriksaan kadar
kolesterol total pada pecandu rokok di Kelurahan Amotowo, Kecamatan
Landono, Kabupaten Konawe Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Amotowo, Kecamatan
Landono, Kabupaten Konawe Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 16-22 Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Sugiyono, 2009).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berusia dewasa
di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan
yang terdaftar dalam data penduduk dan merupakan pecandu rokok usia
dewasa di atas 20 tahun yang berjumlah 203 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mampu mewakili
populasi yang ada (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah
responden yang berusia dewasa di atas 20 tahun dan merupakan pecandu
rokok yang berjumlah 31 orang dan memenuhi kriteria dalam pengukuran
kadar kolesterol, yang ditetapkan dengan mengambil 15% dari jumlah
populasi karena jumlah populasi > 100 orang.
36
Pada Dusun 1 Kelurahan Amotowo= 15%= 39 15100= 5,85→ 6
Pada Dusun 2 Kelurahan Amotowo= 15%= 40 15100= 6,00→ 6
Pada Dusun 3 Kelurahan Amotowo= 15%= 37 15100= 5,55→ 6
Pada Dusun 4 Kelurahan Amotowo= 15%= 42 15100= 6,30→ 6
Pada Dusun 5 Kelurahan Amotowo= 15%= 45 15100= 6,75→ 7
Maka besar sampel dalam penelitian ini yaitu 31 sampel dan teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling yaitu
pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berhubungan
dengan karakteristik populasi dan berdasarkan pertimbangan dari peneliti.
37
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum setiap penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti/ karakteristik
sampel yang layak diteliti yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
1) Usia > 20 tahun;
2) Mengkonsumsi rokok lebih dari 1 bungkus per hari;
3) Mengkonsumsi rokok lebih dari 4 tahun.
b. Kriteria Eksklusi
Sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan
karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Usia < 20 tahun;
2) Mengalami obesitas;
3) Sedang mengkonsumsi obat penurun kadar kolesterol.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dimulai dari observasi awal,
pengumpulan jurnal, studi literatur dan sumber lain yang relevan dengan
penelitian ini hingga pencatatan hasil pemeriksaan kadar kolesterol.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner,
lembar permintaan persetujuan responden serta lembar hasil pemeriksaan kadar
kolesterol.
F. Prosedur Kerja
1. Pra Analitik
a. Persiapan Pasien : Menjelaskan kepada pasien terhadap
tindakan yang akan diambil.
b. Persiapan Sampel : Tidak memerlukan persiapan khusus.
c. Persiapan Alat dan Bahan
38
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1) Autoklik (Easy Touch );
2) Alat pengukur kadar kolesterol (Easy Touch);
3) Strip Kolesterol (Easy Touch);
4) Kapas alkohol 70%;
5) Lanset;
6) Mikropipet;
7) Tips Kuning.
2. Analitik
a. Pasang lanset pada autoklik. Atur sesuai kedalaman yang diinginkan;
b. Pasang strip kolesterol pada alat. Maka alat akan on;
c. Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan nomor kode kalibrasi yang
muncul di layar dengan yang tertera di tabung harus sama;
d. Usap ujung jari menggunakan alkohol 70% dan tunggu hingga kering;
e. Tusuk ujung jari tersebut dengan menggunakan autoklik;
f. Masukkan darah tersebut ke dalam bantalan strip kolesterol sampai terisi
penuh;
g. Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar.
3. Pasca Analitik
a. Pembacaan hasil pemeriksaan
Interpretasi hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dalam darah,
yaitu;
1) Normal : 154-231 mg/dl
2) Tinggi : > 231 mg/dl
b. Pencatatan hasil pemeriksaan
G. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada pecandu rokok di Kelurahan
Amotowo, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan.
39
H. Teknik Pengolahan Data
1. Penyuntingan data (editing), dilakukan dengan pengecekan isian pada
instrumen, apakah data yang sudah terkumpul sudah jelas, lengkap dan
relevan.
2. Pengkodean data (coding), dilakukan dengan merubah data yang berupa huruf
menjadi angka.
3. Pengolahan data (prosessing), dilakukan dengan memeriksa kembali apabila
ada kesalahan dalam perlengkapan.
4. Pembersihan data (cleaning), dilakukan dengan memeriksa kembali apabila
ada kesalahan dalam perekapan.
5. Skoring, perhitungan dengan komputer dengan menggunakan microsof excel
untuk presentase setiap variabel.
6. Tabulating, menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi setelah
dilakukan penghitungan secara manual maupun menggunakan Microsoft
excel.
I. Analisis Data
Proses menghitung data-data hasil observasi dan kuesioner yang sudah
diberi kode serta dimasukkan ke dalam tabel. Data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis univariabel secara deskriptif sederhana berupa
presentase. Rumus yang digunakan adalah := 100%Keterangan :
f = frekuensi
p = presentase
n = jumlah sampel (Budiarto, 2009).
40
J. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi,
dinarasikan secara deskriptif variabel yang diteliti dan dipresentatif.
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Anonimiti (Tanpa Nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2. Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi, bila subjek menolak, maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Kelurahan Amotowo merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan
Landono, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas
Wilayah daratan Kelurahan Amotowo 2.651 Km2. Kelurahan Amotowo
merupakan wilayah yang cukup luas, kemudian menyusul Kelurahan
Endanga.
Batas-batas wilayah Kelurahan Amotowo, yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tridana Mulya
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Endanga
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kawasan Hutan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Lalonggapu
2. Kependudukan
Penduduk Kelurahan Amotowo berdasarkan data terakhir pada tahun
2017 mencapai 1.214 jiwa. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka
kepadatan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk di Kelurahan Amotowo
penduduk dengan jenis kelamin laki-laki 620 jiwa dan 594 jiwa perempuan.
Jika dilihat berdasarkan kepala keluarga jumlah 310 KK.
42
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan tentang
gambaran kadar kolesterol total pada pecandu rokok usia dewasa, maka akan
disajikan karakteristik responden dalam penelitian ini yang terdiri dari
distribusi responden kategori pecandu, kelompok umur, dan distribusi
pekerjaan responden.
a. Distribusi Responden Kategori Pecandu Rokok
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan KategoriPecandu Rokok di Kelurahan Amotowo, Kec. Landono, Kab. KonaweSelatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Pecandu 31 100
2. Bukan Pecandu 0 0
Jumlah 31 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 31 orang responden adalah
kategori pecandu rokok dengan persentase 100% dan tidak ada responden
bukan pecandu. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua responden
merupakan pecandu rokok.
b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umurdi Kelurahan Amotowo, Kec. Landono, Kab. Konawe Selatan,Provinsi Sulawesi Tenggara.
No. Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 21-30 9 29,03
2. 31-40 14 45,16
3. 41-50 5 16,13
4. 51-60 3 9,68
Jumlah 31 100
43
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pecandu rokok dengan kelompok
umur 21-30 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 29,03%, kelompok
umur 31-40 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 45,16%,
kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 16,13%,
dan kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase
9,68%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pecandu rokok dengan
kelompok umur 31-40 tahun merupakan kelompok umur dengan
persentase tertinggi, dan kelompok umur 51-60 tahun merupakan
kelompok umur dengan persentase terendah.
c. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan KelompokPekerjaan di Kelurahan Amotowo, Kec. Landono, Kab. KonaweSelatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
No. Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 3 9,68
2. Wiraswasta 4 12,90
3. Swasta 5 16,13
4. Petani 19 61,29
Jumlah 31 100
Tabel 5.3 menunjukan bahwa pecandu rokok dengan pekerjaan
sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 3 orang dengan persentase 9,68%,
Wiraswasta sebanyak 4 orang dengan persentase 12,90%, Swasta
sebanyak 5 orang dengan persentase 16,13%, dan Petani sebanyak 19
dengan persentase 61,29%. Hal ini menunjukkan bahwa pecandu rokok
dengan pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan dengan persentase
tertinggi dan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil merupakan pekerjaan
dengan persentase terendah.
44
2. Variabel Penelitian
Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total di KelurahanAmotowo, Kec. Landono, Kab. Konawe Selatan, Provinsi SulawesiTenggara.
No. Hasil Pemeriksaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Normal 10 32,26
2. Tinggi 21 67,74
Jumlah 31 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pecandu rokok yang memiliki kadar
kolesterol total yang normal yaitu 10 orang dengan persentase sebanyak
32,26%, dan pecandu rokok yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi
yaitu 21 orang dengan persentase sebanyak 67,74%. Hal ini menunjukkan
bahwa pecandu rokok yang memiliki kadar kolsterol total yang tinggi
memiliki persentase lebih tinggi.
C. Pembahasan
1. Kadar Kolestrol Total Tinggi
Pada penelitian yang dilakukan di Kelurahan Amotowo, Kecamatan
Landono, Provinsi Sulawesi Tenggara, tentang gambaran kadar kolestrol pada
pecandu rokok usia dewasa, menggunakan metode POCT diperoleh dari hasil
penelitian yaitu dari 31 pecandu rokok yang diperiksa saat penelitian
diperoleh 21 orang (67,74%) pecandu rokok yang memiliki kadar kolestrol
yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komsumsi
rokok dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolestrol total dalam tubuh, nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner yang bertugas
membawa oksigen ke jantung. Nikotin juga memperburuk kolestrol total
dalam darah.
Kebiasaan merokok terkait dengan timbulnya gangguan pada profil
lipid, diantaranya peningkatan kadar total. Kebiasaan merokok dapat
45
meningkatkan kadar total melalui beberapa mekanisme, yang belum
sepenuhnya diketahui, diantaranya adalah akibat dari penyerapan nikotin yang
terkandung dalam rokok sehingga memicu pelepasan katekolamin, kortisol
dan hormon pertumbuhan. Pelepasan hormon ini akan mengaktivasi
adenil siklase pada jaringan adiposa, sehingga akan meningkatkan lipolisis
dan pelepasan asam lemak bebas ke dalam plasma, yang selanjutnya akan
dimetabolisme di hepar. Peningkatan kadar hormon pertumbuhan dan
katekolamin menyebabkan peningkatan pelepasan insulin dalam darah,
sehingga aktifitas lipoprotein lipase (LPL) akan menurun. Hal ini
menyebabkan perubahan profil lipid serum, diantaranya peningkatan
kadar kolesterol total.
Peningkatan kadar kolesterol total dalam darah banyak terjadi pada
pecandu rokok yang memiliki usia di atas 30 tahun. Pada seorang pecandu
rokok dengan usia di atas 30 tahun, laju metabolisme dalam tubuh melambat,
dan semakin melemahnya organ-organ dalam tubuh sehingga dapat
menyebabkan kemampuan atau aktifitas reseptor kolesterol menjadi
berkurang dan peningkatan kadar kolesterol total dalam darah semakin cepat.
Peningkatan kadar kolesterol total dalam darah juga disebabkan karena
aktifitas tubuh yang kurang sementara tingkat konsumsi rokok terus
meningkat yang disebabkan oleh pekerjaan yang membutuhkan rokok untuk
menahan rasa kantuk, seperti petani yang berada di Keluarahan Amotowo,
Kecamatan Landono. Sebagaimana diketahui bahwa Kelurahan Amotowo
merupakan daerah yan memiliki banyak petani.
Dari 21 orang pecandu rokok yang memiliki kadar kolesterol tinggi
ditemukan 10 (32,26%) diantaranya pecandu rokok yang berusia kurang dari
30 tahun. Peningkatan kadar kolesterol total dapat terjadi pada usia muda
yang dapat disebabkan oleh pola hidup yang tidak baik, seperti merokok,
genetik serta pola makan. Seseorang yang menghirup asap rokok selama lebih
dari 5 jam akan mengalami peningkatan koleterol total. Asap rokok
meningkatkan terjadinya peroksidasi lipid pada manusia. Peroksidasi lipid
46
hepatikum memicu akumulasi ester kolesteril pada plak atherom dan
mempercepat ambilan kolesterol total.
Kirana (2011) juga menyatakan peningkatan kolesterol pada usia
muda menjadi lebih cepat juga dapat disebabkan oleh faktor genetik. Yakni
seseorang yang memiliki riwayat kolesterol tinggi akan cepat mengalami
kenaikan kolesterol dalam daranya setelah mengkonsumi makanan dan
minuman yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Selain itu, seseorang
dengan pola makan yang tidak baik dan banyak mengkonsumsi makanan yang
dapat meningkatkan kadar kolesterol akan memiliki kadar kolesterol total
yang tinggi.
Kadar kolesterol total dalam darah juga dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh pecandu rokok, dari 31 pecandu rokok terdapat
19 orang pecandu rokok dengan pekerjaan sebagai petani dengan persentase
61,29% memiliki kadar kolesterol total yang tinggi. Hal ini sebabkan oleh
kebanyakan petani memiliki aktifitas yang padat, namun tidak didukung oleh
asupan gizi dari makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol total.
Misalnya saja para petani biasa mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak tanpa memperhatikan dampak dari makanan tersebut
sehingga meningkatkan kadar kolesterol total.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Trivedi et al (2013)
bahwa kadar kolesterol total lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan
non perokok. Peningkatan kadar kolesterol total yang tidak signifikan
ditemukan pada perokok ringan, sedangkan peningkatan yang signifikan
ditemukan pada perokok sedang dan berat. Menurut Veena et al (2014)
nikotin yang merupakan komponen utama dari rokok dapat meningkatkan
sekresi dari katakolamin sehingga meningkatkan lipolisis. Hal ini
menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol total.
2. Kadar Kolesterol Total Normal
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 31 pecandu rokok
yang diperiksa saat penelitian diperoleh 10 (32,26) pecandu rokok yang
47
memiliki kadar kolesterol total yang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh
faktor usia dari pecandu rokok, serta aktifitas fisik yang berat. Seseorang
dengan usia muda masih memiliki organ-organ tubuh yang baik, dan memiliki
aktifitas tubuh yang padat, sehingga proses metabolisme kolesterol yang
terjadi dalam tubuh berjalan dengan baik. Aktifitas tubuh yang berat mampu
mengkonversi kolesterol menjadi sterol yang kemudian dikonversi lagi
menjadi hormon reproduksi sehingga menyebabkan kadar kolesterol dalam
tubuh menjadi normal.
Marewa (2015) menyatakan bahwa seseorang dengan aktifitas yang
berat dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, aktifitas tubuh
memberikan pengaruh yang baik pada profil lipid plasma. Konsentrasi
kolesterol total diturunkan sebagai akibat menurunnya LDL dan trigliserida,
sedangkan HDL meningkat. Demikian pula dengan hasil penelitian Anwar
(2004) akitifitas fisik dapat meningkatkan kadar HDL dalam darah dan
memperbaiki kolateral koroner sehingga menurunkan kadar kolesterol total.
Selain itu aktifitas fisik dapat menurunkan berat badan sehingga lemak yang
berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol.
Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa aktifitas tubuh yang berat dapat
meningkatkan kadar HDL, menurunkan kadar trigliserida dan LDL sehingga
menyebabkan kolesterol total normal.
Kadar kolesterol total normal pada pecandu rokok dapat disebabkan
pula oleh pola makan yang baik, seperti banyak mengkonsumsi makanan atau
minuman yang dapat membuat kadar kolesterol .dalam darah menurun. Kirana
(2011) menyatakan bahwa mengatur pola makan, dan mengurangi makanan
yang mengandung lemak tinggi akan menurunkan kadar kolesterol dalam
darah, seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung omega-3. Omega-3
dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol dan menurunkan kadar LDL
dalam darah dan meningkatkan kadar HDL sehingga kolesterol total normal.
48
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan tentang gambaran kadar kolesterol pada
pecandu rokok usia dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono,
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dari 31 orang pecandu rokok usia dewasa di Kelurahan Amotowo, diperoleh
hasil yang memiliki kadar kolesterol total tinggi adalah sebanyak 21 orang
dengan persentase 67,74%.
2. Dari 31 orang pecandu rokok usia dewasa di Kelurahan Amotowo, diperoleh
hasil yang memiliki kadar kolesterol total normal adalah sebanyak 10 orang
dengan persentase 32,26%.
Dengan demikian pecandu rokok usia dewasa dengan kadar kolesterol
total tinggi lebih banyak dibandingkan pecandu rokok dengan kadar kolesterol
total normal.
B. Saran
1. Disarankan kepada institusi pendidikan agar penelitian ini dapat dijadikan
bahan bacaan atau tambahan perpustakaan.
2. Diharapkan kepada instansi terkait khususya kepada pihak Puskesmas
Landono dan Kelurahan Amotowo, untuk melakukan sosialisasi kepada
masyarakat pecandu rokok yang memiliki kadar kolesterol tinggi untuk
mengurangi konsumsi rokok.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian ini terkait
dengan kadar kolesterol pada pecandu rokok, memperhatikan pola makan
pecandu rokok, pola hidup pecandu rokok serta melihat dari segi pendidikan
pecandu rokok yang akan diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anis, 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular, Solusi Pencegahan dariAspek Perilaku dan Lingkungan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Arief, 2009. Radikal Bebas. Ilmu Kesehatan Anak. FK. UNAIR. Surabaya
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Aulia, Ellizabet Lisa. 2009. Stop Merokok. Gerai Ilmu. Banguntapan. Yogyakarta.
Budiarto, E. 2009. Biostatistik untuk kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC.
Cahyani Ani Mubin, 2011. Psikologi Perkembangan (Quantum Teaching).Ciputat Press Group. Jakarta.
Depkes. RI, 2012. Kemenkes Luncurkan Hasil Survey Tembakau. DepartemenKesehatan Indonesia. Diakses pada tanggal 9 Juni 2017.
Dewanti, Sri. 2010. Kolesterol, Diabetes Mellitus, dan Asam Urat. PT. Kawan Kita.Bekasi.
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Hardjoeno, H, dkk, 2014. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. LembagaPenerbitan Universitas Hasanuddin (Lephas). Makassar.
Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Khusus Kesehatan. CV. Trans Info Media. Jakarta.
Ircham, Machfoedz. 2005. Metodologi Penelitian : Bidang Kesehatan Keperawatan,dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Junaidi, L, 2011. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. PT. BhuanaIlmu Populer. Jakarta.
Karikaturijo, 2010. Penyakit Jantung Koroner. Universitas Pembangunan NasionalVeteran. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun2010-2014. Jakarta.
Kirana, Lisa. 2011. Awas, Diaskol, Syura Media Utama. Bantul.
Kirana, Rahardja & Tan Hoan Tjay. 2007. Obat-obat Penting; Khasiat, Penggunaan,dan Efek sampingnya. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Luhur, Anggunmeka, 2013. Desain dan Implementasi PPG PhotoplethysmogprahUntuk Mengamati Pulse Rate Pada Manusia”. Bandung. Institut TeknologiBandung.
Marewa, L. W. (2015). Kencing Manis (Diabetes Mellitus) di Sulawesi Selatan.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Nilawati, Sri., dkk. 2008. Care Yourself, Kolesterol. Penebar Plus. Bogor.
PDPERSI. Pusat Data dan Informasi. 2003. www.pdpersi.co.id (10 Juni 2017)
Profil Puskesmas Landano, Tahun 2017.
Rahmayani A, Dian. A, 2016. Gambaran Kadar Kolesterol Total Pada Pencandu Kopidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara. Politeknik Kesehatan Kendari Tahun 2016.
Riskesdas, 2013. Balai Penelitian dan Pengembangan Nasional KementerianKesehatan Republik Indonesia.
Ruslianti, 2014. Kolesterol Tinggi Bukan Untuk Ditakuti. Agro Media Pustika.Jakarta.
Sri Nowo Minarti, 2014. Hubungan Antara Perilaku Merokok Terhadap KadarKolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) Serum Pada Pekerja CV. JulianPratama Pontianak. Jurnal Mahasiswa PSPD FK UNTAN Tahun 2014.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2009. Prevalensi peningkatandan penggunaan rokok di Indonesia.
Tisnadjaja, Djajat. 2006. Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah Dengan Angkak.Penebar Swadaya. Jakarta.
World Health Organization (WHO) 2008. Dampak Tembakau dan Pengendaliannyadi Indonesia.
Yuliana. S, 2007. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensipada Laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Cepu. FIK JurusanIKM. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Lampiran 1
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Bapak / Ibu
Di -
Tempat
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari, maka saya :
Nama : NI PUTU DESY KRYSTIANTI
NIM : P00341014021
Akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Kadar Kolesterol Pada
Pecandu Rokok Usia Dewasa di Kelurahan Amotowo, Kecamatan Landono,
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk kepentingan tersebut
saya mohon bapak/ibu untuk berkenan menjadi responden pada penelitian ini.
Identitas dan informasi yang berkaitan dengan bapak/ibu dirahasiakan oleh peneliti.
Atas partisipasi dan dukungannya disampaikan terima kasih.
Kendari, Juli 2017
Hormat Saya,
NI PUTU DESY KRYSTIANTI
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan dan bersedia menjadi responden
pada penelitian yang akan dilakukan oleh NI PUTU DESY KRYSTIANTI dari
mahasiswi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan dengan Judul Gambaran
Kadar Kolesterol Pada Pecandu Rokok Usia Dewasa di Kelurahan Amotowo,
Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Saya
juga sudah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti
( NI PUTU DESY KRYSTIANTI)
Kendari, Juli 2017
Responden,
( ………………………….)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL PADA PECANDU ROKOK USIADEWASA DI KELURAHAN AMOTOWO, KECAMATAN LANDONO
KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSISULAWESI TENGGARA
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
5. Pekerjaan :
B. Pertanyaan Pada Pecandu Rokok
Pilihlah jawaban yang paling tepat menurut anda dengan memberikan Tanda
Silang (X) pada jawaban yang tersedia.
1. Apakah anda sering menghisap rokok…
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda baru menghisap rokok…
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah jenis rokok yang sering anda hisap…
a. Rokok Kretek
b. Rokok dengan Filter
4. Apakah anda menghisap rokok lebih dari 1 bungkus per hari…
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda sudah lama menghisap rokok…
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda telah menghisap rokok lebih dari 4 tahun…
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda menghisap rokok setelah sarapan pagi, makan siang, dan makan
malam setiap hari…
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda sering mengganti jenis rokok yang anda hisap…
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah anda merasa sakit kepala, mengantuk, kurang bertenaga jika tidak
menghisap rokok…
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda memiliki riwayat penyakit paru-paru dan jantung…
a. Ya
b. Tidak
DOKUMENTASI PENELITIAN
Alat dan Bahan Pemeriksaan Kolesterol
Alat Pemeriksaan Kolesterol
Auto Click Strip Kolesterol
Ujung Jari diusap dengan kapasalkohol
Ujung Jari ditusuk menggunakanauto click
Darah dimasukan ke dalam bantalanstrip
Hasil pemeriksaanKadar kolesterol total