58
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL METODE SLIDE MENGGUNAKAN MIKROPIPET DAN PIPET TETES KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Oleh : SRI DINACA P00341015043 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2018

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL METODE SLIDE … · terutama di bidang imunoserologi. b. Manfaat bagi peneliti Menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan serta bahan dalam penerapan

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

i

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL METODE

SLIDE MENGGUNAKAN MIKROPIPET

DAN PIPET TETES

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma

III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Oleh :

SRI DINACA

P00341015043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2018

ii

iii

iv

v

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Sri Dinaca

NIM : P00341015043

Tempat, Tanggal Lahir : Tampo, 09 September 1996

Suku/bangsa : Muna/Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Lagawu, Lorong PLN

B. Pendidikan

1. TK PGRI Tampo Tamat Tahun 2002

2. SD Negeri 5 Napabalano, Tamat Tahun 2009

3. SMP Negeri 1 Napabalano, Tamat Tahun 2012

4. SMA Negeri 1 Napabalano, Tamat Tahun 2015

5. Tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

v

vi

MOTTO

Pendidikan bukan merupakan sesuatu yang diterima, melainkan sesuatu yang

didapat

Railah cita-cita setinggi bintang diangkasa

Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan

Selalu berfikir besar, dan bertindak mulai sekarang

Percayalah, TUHAN tak pernah salah memberi rezeki

Kita akan sukses jika belajar dari kesalahan.

Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada Almamaterku

Alm. Ayahanda dan ibunda tercinta

Keluargaku tersayang

Doa Dan Nasihat Untuk Menunjang Keberhasilanku

vi

vii

ABSTRAK

Sri Dinaca (P00341015043). Gambaran Hasil Pemeriksaan Widal Metode

Slide Menggunakan Mikropipet Dan Pipet Tetes.Yang di bimbing oleh Ibu

Ruth Mongan dan Ibu Tuty Yuniarti (xiii + 35 halaman + 3 tabel + 8

lampiran). Uji widal (widal test) adalah salah satu metode yang memanfaatkan

imunologi untuk membantu diagnosis demam tifoid, dengan reaksi aglutinasi

antigen dan antibodi. Hasilnya dinyatakan dalam positif dan negatif dengan hasil

yang sama antara mikropipet dan pipet tetes. Perbedaan dari pemeriksaan uji

widal metode slide menggunakan mikropipet dan pipet tetes ialah dari segi proses

pemipetan (titer). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hasil

pemeriksaan widal menggunakan mikropipet dengan pipet tetes. Metode

penelitian ini adalah Deskriptif dengan populasi 200 orang dengan sampel

penelitian berjumlah 15% x 200 penderita demam tifoid. Pengambilan sampel

menggunakan teknik Accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pada penggunaan mikropipet di dapatkan hasil positif 30 (100%) kemudian

pemeriksaan menggunakan pipet tetes di dapatkan hasil positif 30 (100%). Dapat

disimpulkan bahwa pada pemeriksaan uji widal menggunakan mikropipet dan

pipet tetes di dapatkan hasil positif yang sama. Saran Penelitian ini diharapakan

dapat dijadikan sebagai bahan informasi, bagi tenaga laboratorium khususnya

dalam pemeriksaan widal.

Kata kunci : Pemeriksaan Widal, Mikropipet dan Pipet Tetes, Demam Typoid

Daftar Pustaka : 18 buah (1975 - 2017)

vii

viii

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirobbil‟ „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya,

sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan Widal

Metode Slide Menggunakan Mikropipet Dan Pipet Tetes”. Penelitian ini disusun

dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

program Diploma III (DIII) pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Analis Kesehatan.

Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

Alm. Ayahanda Bainur S.Pd Dan Ibunda Patiama yang tercinta atas semua kasih

sayang, dukungan, moril maupun material, motivasi serta doa yang sangat tulus

demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai

selesainya karya tulis ini.

Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,

dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih

kepada ibu Ruth Mongan,B.Sc.,S.Pd,M.Pd selaku pembimbing I dan ibu Tuty

Yuniarti,S.Si.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran

selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan

kepada:

1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP, MA selaku Kepala Kantor Badan Riset Sultra

yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Tuti Dwiyana, Amd.Anakes., SKM selaku Kepala Laboratorium Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberi kemudahan dalam penelitian.

4. Anita Rosanty, SST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan sekaligus

penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

viii

ix

5. Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku penguji dalam karya tulis ini.

6. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan serta seluruh

staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang diberikan

selama penulis menuntut ilmu.

7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada Keluarga

tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tulus, perhatian yang tulus,

motivasi serta doa yang sangat tulus kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku tersayang Feni Pramaditha, Muzadala Jumei, Sitti Kalsum,

Intan Aulia, Ratna Susanti, Rosniawati, Febryani, Oktavia Rama Ayu

Wandani, Alfrida Fitrah Amalia, Karnila . Terima kasih atas dukungan dan

motivasi kalian untuk saya selama ini.

9. Teman-teman angkatan 2015 mahasiswa/mahasiswi jurusan analis kesehatan

yang dari awal kita bersama hingga saat ini, terimakasih atas bantuan dan

dukungan yang kalian berikan.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang terkait dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr.W

Kendari, 07 agustus 2018

Peneliti

ix

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

MOTTO ............................................................................................................. vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Widal ...................................... 4

B. Jenis-jenis Uji Widal ............................................................................ 9

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ................................................................................. 18

B. Bagan Kerangka Pikir ......................................................................... 19

C. Variabel Penelitian ............................................................................. 19

D. Defenisi Operasional Prosedur dan Kriteria Objektif......................... 20

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 21

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 21

x

xi

D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 22

E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 22

F. Prosedur Penelitian ............................................................................. 23

G. Jenis Data ............................................................................................ 25

H. Analisis Data....................................................................................... 25

I. Pengolahan Data ................................................................................. 26

J. Penyajian Data .................................................................................... 26

K. Etika Penelitian ................................................................................... 26

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Peneltian .................................................... 27

B. Hasil Peneltian ................................................................................... 28

C. Pembahasan ........................................................................................ 30

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 33

B. Saran ................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Penderita Demam Tifoid Di Laboratorium Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada

Penderita Demam Tifoid Di Laboratorium Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari.

Tabel 5.3 Hasil Uji Widal menggunakan Mikropipet dengan Pipet Tetes

xii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Hasil Penelitian

Lampiran 2 : Master Tabel

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari

Lampiran 4 : Surat Izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 5 : Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 6 : Dokumentasi Proses Penelitian

Lampiran 7 : Surat Keterangan Bebas Pustaka

xiii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uji widal (widal test) adalah salah satu metode yang memanfaatkan

imunologi untuk membantu diagnosis demam tifoid, dengan reaksi aglutinasi

antigen dan antibodi. Hasilnya dinyatakan dalam positif dan negative yang

menandakan adanya titer yang terbentuk sesuai antigen dalam serum dengan

antibodi pada reagen yang bereaksi secara aglutinasi (Sudibya, 2017).

Uji widal merupakan uji aglutinasi yang menggunakan suspensi

bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi sebagai antigen untuk

mendeteksi terhadap antibodi Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi di

dalam serum penderita. Dimana sampel yang digunakan pada uji typoid

adalah serum darah (Kalma et al, 2014).

Widal adalah tes yang mengggunakan antigen Salmonella jenis O

(somatic) dan H (Flagella) untuk menentukan tinggi rendahnya titer antibodi

pada penderita infeksi tifus akan meningkat pada minggu II. Titer antibodi O,

akan menurun pada beberapa bulan, dan titer antibodi H akan menetap

sampai beberapa tahun (2 tahun). Titer antibodi O meningkat segera setelah

demam, menunjukan adanya infeksi Salmonella strain O, demikian juga

untuk serum H (Kalma et al, 2014).

Uji Widal dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode tabung

dan metode slide. Uji Widal metode slide dapat dikerjakan lebih cepat

dibandingkan dengan metode tabung, tetapi ketepatan dan spesifitas metode

tabung lebih baik dari metode slide (Mokoginta, dkk., 2002). Metode Widal

juga memiliki keterbatasan dengan adanya hasil positif palsu dan negatif

palsu, selain itu memiliki spesifitas yang agak rendah (Sabir, dkk., 2003).

Pada metode slide adanya hasil positif palsu dan negatif palsu dapat

pula dipengaruhi karena pada saat melakukan pemipetan kadang kala cara

memipet serum dan reagenya tidak tepat selain itu, pemeriksaan serologi

widal tergantung pada waktu pengambilan spesimen dan kenaikan titer

1

2

aglutinin terhadap antigen. Kenaikan titer antibodi tes serologi widal pada

umumnya paling baik pada minggu ke dua dan ketiga, yaitu 95,7%,

sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%.

Pemeriksaan tes serologi widal menentukan dua kali pengambilan spesimen,

yaitu pada masa akut dan masa konvalesen dengan interval waktu 10-14 hari (

Levine, dkk., 1978).

Berdasarkan SOP (standar operasional prosedur) dalam pemeriksaan

uji widal untuk memipet atau mengukur besar sampel dalam pemeriksaan

atau volume sampel itu harus menggunakan mikropipet. Karena mikropipet

ketelitiannya lebih tinggi dalam mengukur besar sampel atau memipet besar

sampel dibandingkan dengan pipet tetes. Mikropipet juga mempunyai ukuran

dalam pengambilan sampel yaitu ukuran 20µl, 10µl dan 5µl sedangkan pipet

tetes tidak mempunyai ukuran dalam pengambilan sampel.

Seiring dengan perkembangan, pengunaan alat-alat medis mulai

mengalami perubahan terutama pada penggunaa pipet tetes yang diganti

dengan mikropipet untuk meningkatkan keakuratan dalam proses pepipetan.

Namun hal ini tidak menutup kemungkinan kalau penggunaan pipet tetes

tidak digunakan lagi. Penggunaan pipet tetes yang masih dapat kita temukan

yaitu salah satunya di puskesmas.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan Widal Metode Slide Menggunakan

Mikropipet Dan Pipet Tetes” penelitian kali ini yaitu peneliti menggunakan

mikropipet dan pipet tetes.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

gambaran hasil pemeriksaan widal metode slide menggunakan mikropipet

dan pipet tetes”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan widal metode slide

menggunakan mikropipet dan pipet tetes

3

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan widal metode slide

menggunakan mikropipet

b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan widal metode slide

menggunakan pipet tetes

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai sumbangan ilmiah terhadap Almamater Jurusan Analis

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari. Serta bahan informasi dan

masukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi ATLM

terutama di bidang imunoserologi.

b. Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan serta bahan

dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya tentang

pemeriksaan widal.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan khususnya dalam

bidang imunoserologi tentang pemeriksaan widal serta dapat

digunakan sebagai referensi selanjutnya.

2. Manfaat praktisi

Sebagai dasar dalam pengembangan teknik dilaboratorium terutama

dalam pemeriksaan widal.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Widal

1. Pengertian

Uji widal pertama kali ditemukan oleh Grunbaum dan Georges

Fernand Isidore Widal pada tahun 1896. Grunbaum dan Widal berusaha

menentukan kuantitas antibodi di serum pasien demam tifoid. Metode

yang dipelopori oleh Grunbaum dan Widal ini masih bertahan sampai

kini dan telah dikembangkan tidak hanya untuk demam tifoid tetapi bisa

pula untuk penyakit lain (Benson, 1998).

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap Salmonella

typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen

Salmonella typhi dengan antigen yang disebut aglutinin. Antigen yang

digunakan adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah

dilaboratorium.

Uji widal merupakan uji aglutinasi yang menggunakan suspensi

kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi sebagai antigen untuk

mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi di dalam serum penderita (Kalma et al, 2014).

Tes widal adalah tes yang menggunakan antigen Salmonella jenis

O (somatic) dan H (Flagella) untuk menetukan tinggi rendahnya titer

antibodi titer antibodi pada penderita infeksi tifus akan meningkat pada

minggu ke 2. Titer antibodi O akan menurun setelah beberapa bulan, dan

titer antibodi H akan menetap sampai beberapa tahun (2 tahun). Titer

antibodi O meningkat setelah demam, menunjukan adanya infeksi

Salmonella strain O, demikian juga untuk H (Kalma et al, 2014).

Maksud uji widal adalah untuk menetukan adanya aglutinin dalam

serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :

4

5

a. Antigen H (antigen flagela)

Dibuat dari stain Salmonella typhi yang motil dengan

permukaan koloni yang licin. Kuman di matikan dengan larutan

formalin 0,1%.

b. Antigen O (antigen somatik)

Dibuat dari strain Salmonella typhi yang tidak motil. Untuk

membunuh kuman dipakai alkohol absolut dan sebagai pengawet

di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum dipakai konsentrasi

alkohol harus diencerkan sampai menjadi 12%.

c. Antigen AH (paratyphi A)

Dibuat dari strain Salmonella paratyphi A. Untuk membunuh

kuman dipakai formalin 0,1%.

d. Antigen BH (S. paratyphi B)

Dibuat dari strain Salmonella paratyphi B. Untuk membunuh

kuman dipakai formalin 0,1% (Handojo, 2014).

Demam tifoid hanya menggunakan aglutinin O dan H untuk

diagnosis. Semakin tinggi titernya, semakin besar kemungkinan

terinfeksi kuman ini. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O,

kumudian diikuti dengan aglutinin H (Antibodi O muncul pada hari ke

6-8 dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12) (Widodo, 2006).

Interprestasi hasilnya adalah sebagai berikut : (1) titer O yang

tinggi atau meningkat (≥1:60) menandakan adanya infeksi aktif; (2)

titer H yang tinggi (≥1:60) menunjukan riwayat imunisasi atau infeksi

masa lampau; dan (3) titer antigen yang tinggi terdapat antigen Vi

timbul pada beberapa carrier. Hasil pemeriksaan serologi pada infeksi

salmonella harus dinterprestasikan dengan hati-hati. Kemungkinan

adanya antibodi yang bereaksi silang, membatasi penggunaan serologi

dalam diagnosis infeksi salmonella (jawets et al, 2008).

6

2. Bahan untuk pemeriksaan untuk uji widal ialah serum

a. Persiapan penderita

Untuk uji widal tidak perlu persiapan penderita secara khusus

dapat diambil sewaktu-waktu darah penderita dan penderita tidak

perlu puasa terlebih dahulu.

b. Pengambilan bahan pemeriksaan

Darah diambil secara steril dari vena cubiti sebanyak 5 ml, di

biarkan beku di suhu ruangan dan serumnya dipisahkan secara steril.

Bila tidak dapat segera diperiksa, serum disimpan dalam lemari es

(4oC) selama satu hari atau disimpan beku selama beberapa hari.

c. Pengiriman bahan pemeriksaan

Bila tempat pengambilan bahan pemeriksaan jauh dari

laboratorium, sebaiknya serum atau darah dikirimkan dalam termos

isi es, sebab serum mudah rusak terkena udara panas atau sinar

matahari. Bila tempat pengambilan darah tak jauh dari laboratorium

(dalam rumah sakit yang sama), darah dalam semprit dapat

dikirimkan langsung kelaboratorium asal terlindung terhadap sinar

matahari (Handojo, 2014).

3. Interprestasi uji widal

Harus memerhatikan beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Pengobatan dini dengan antibiotik

2. Gangguan pemebentukan antibodi dan pemberian kortikonsteroid

3. Waktu pengambilan darah

4. Daerah endemik atau non endemik

5. Riwayat vaksinasi

6. Reaksi anamnestik yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi

bukan demam tifoid, akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau

faksinasi

7. Faktor teknis pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi

silang, dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi

antigen (Widodo, 2006).

7

Penyebab pengujian widal menjadi positif yaitu:

a. Pasien memang menderita demam tifoid

b. Riwayat vaksinasi

c. Reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella

d. Infeksi dengan malaria, dengue atau Enterobacteriaceae

lainya (juwono, 2000).

Penyebab pengujian widal menjadi negatif yaitu:

a. Tidak terjadi infeksi Salmonella

b. Pasien karier sehat

c. Inokulum antigen bakteri di dalam penjamu tidak akurat untuk

mempengaruhi pembentukan antibodi

d. Adanya kesalahan atau kesulitan teknis dalam melakukan

pengujian

e. Pemberian antibodi sebelumnya

f. Adanya variabilitas antigen yang tersedia secara komersial

(Hardjoeno, 2003).

4. Karakteristik uji widal

a. Validitas

1. Validitas internal

Detektabilitas; seperti halnya uji aglutinasi yang lain, daya

lacak dari uji widal tergolong sedang.

Akurasi : pada uji semi kuantitatif, dijamin oleh adanya kontrol

positif dan kontrol negatif.

Presisi : kurang baik, ketidaksesuaian antar pembaca cukup

besar. Ketidaksesuaian antar laboratorium bervariasi antara 7-

29%.

2. Sensitivitas diagnostik uji widal lempeng dengan antigen yang

berasal dari 5 faga Salmonella typhi yang prevalen lokal adalah

82,98%. Di Afrika Selatan, didapatkan sensivitas untuk antigen

O sebesar 71% dan untuk Ag H sebesar 82%. Dengan

sensitivitas ; di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, sensivitasnya

8

cukup tinggi, yaitu 66,7% Untuk ambang atau titer rujukan 1/60

(Thalib TA, 1994).

b. Kepraktisan

Cukup praktis, hanya membutuhkan waktu inkubasi selama 24 jam

pada 37OC.

c. Biaya pemeriksaan

Cukup murah, masih terjangkau oleh masyarakat kita. (handojo,

2014).

5. Kelemahan uji widal

a. Antigenya

1. Strain Salmonella typhi yang dipakai sangat berpengaruh pada

hasil uji widal. Ag yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang

bukan berasal dari daerah endemis yang bersangkutan dapat

memberikan hasil yang negatif maupun positif semu.

2. Kekeruhan suspensi antigen yang kurang tepat dapat

menimbulkan fenomena Prozone maupun Postzone. Biasanya

dipakai derajat kekeruhan sebesar 3 U Mc. Farland. Cara yang

terbaik untuk menetukan kekeruhan antigen yaitu dengan cara

spektrofotometris, nefilometris, atau turnbidometris.

b. Kadar aglutinin dalam serum

Kadar aglutinin yang amat tinggi dapat menimbulkan

fenomena Prozone sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam

pembacaan hasil uji widal.

c. Cara pembacaan hasil uji widal

Pembacaan dilakukan dengan mata telanjang sehingga amat

subjektif dan dapat memberikan ketidaksesuaian hasil pembacaan

(discrepancy) yang cukup besar.

d. Warna aglutinat

Umumnya tidak berwarna sehingga dapat menyukarkan

pembacaan hasil uji widal (Carpenter, 1975).

9

B. Jenis-Jenis Uji Widal

Dikenal 2 cara pemeriksaan uji widal yaitu :

1. Uji widal lempeng (Slide aglutination test)

Prinsip dasar : 1 tetes serum + 1 tetes antigen → aglutinasi. Awalnya uji

laboratoris ini hanya dipakai untuk uji penyaring dan amat berguna untuk

laboratorium yang memeriksa banyak bahan serum.

Cara pengenceran serum yang dipakai oleh berbagai macam kit uji

widal lempeng, baik yang impor maupun yang lokal untuk mendapatkan

titer tertentu berbeda antar kit, namun tercantum dalam petunjuk

pemeriksaan yang terdapat didalam kit tertentu.

Titer awal pengenceran serum juga berbeda antara kit yang satu

dengan yang lain. Sebagai contoh yaitu pengenceran serum awal yang

dianjurkan oleh kit tersebut diatas, dipakai titer awal 1:20 untuk aglutinin

paratyphi A (PA). Bila pada titer awal tes positif maka harus diteruskan

dengan pengencer selanjutnya namun bila tes negatif maka uji widal

lempeng dilaporkan negatif (Handojo, 2014).

Tiap seri pemeriksaan disertai dengan serum kontrol, baik positif

maupun negatif. Untuk pemeriksaan, serum kontrol diencerkan 2 kali

batas atas titer normalnya (cut-off-value). Batas titer normal (cut-off-

value) berbeda untuk berbagai kit uji widal lempeng (handojo, 2014)

Belakangan ini, karena kemajuan teknologi dan kepraktisanya, uji

widal lempeng telah menjadi salah satu sarana penunjang diagnosis

demam tifoid seperti halnya uji widal tabung. Uji widal lempeng yang

impor lebih muda dibaca oleh karena menggunakan partikel lateks

berwarna, namun dua kali lebih mahal harganya. Disamping itu oleh

karena antigen yang dipakai untuk uji widal lempeng yang import berasal

dari strain atau Phogerype diluar daerah endemis (tidak prefalen di

indonesia) maka sensivitasnya, dan terutama speksitifisitasnya kurang

baik bila dibandingkan dengan uji widal lempeng lokal yang

menggunakan lima phoge-types Salmonella typhi yang prefalen di

indonesia sebagai antigen (Suwahyo, 1979).

10

Cara pengenceran serum yang dipakai oleh berbagai macam kit uji

widal lempeng, baik yang impor maupun yang lokal, untuk mendapatkan

titer tertentu berbeda antar kit namun tercantum dalam petunjuk

pemeriksaan yang terdapat di dalam kit tersebut. Titer awal pengenceran

serum juga berbeda antara kit yang satu dengan yang lain. Sebagai

contoh yaitu pengenceran serum awal yang dianjurkan oleh kit tersebut

diatas, dipakai titer awal 1:40 untuk aglutinin O, H dan paratyphi A (PA).

Bila pada titer awal tersebut tes positif, maka harus diteruskan dengan

pengencer selanjutnya namun bila tes negatif maka uji widal lempeng

dilaporkan negatif ( Handojo, 2014).

Cara kerja dari metode slide (Widal Test, 2011) yaitu :

a. Persiapkan enam buah slide tes Widal dan buat lingkaran pada

masing-masing slide.

b. Kemudian beri label lingkaran slide “H”, “O”, “A”, “B”, kontrol

negatif (-) dan kontrol positif (+).

c. Teteskan satu tetes serum undilusi 20 ul pada empat lingkaran

pertama dengan menggunakan pipet pastur steril. Satu tetes serum

kontrol positif (+) dan serum kontrol negatif (-) diteteskan pada

masing-masing lingkaran kelima dan keenam.

d. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typhi

(flagellar) pada lingkaran pertama, satu tetes antigen O

Salmonella enterica serotype typhi (somatik) ditambahkan pada

lingkaran kedua. Satu tetes antigen A dan B Salmonella enterica

serotype paratyphi ditambahkan pada masing-masing lingkaran

ketiga dan keempat.

e. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typhi

(flagellar) pada lingkaran kelima dan keenam. Maka akan

didapatkan campuran serum dan antigen.

f. Dengan menggunakan separate applicator stick, serum dan

antigen dicampur bersama-sama secara rata dan disebarkan

sampai mengisi keseluruh permukaan lingkaran.

11

g. Kemudian rotator selama satu menit.

h. Lakukan observasi untuk melihat ada tidaknya aglutinasi

makroskopis.

( Handojo, 2014)

i. Jika dengan pencampuran 20 ul serum dan satu tetes antigen

terjadi aglutinasi maka titernya adalah 1:80. Kemudian dilakukan

pengenceran dengan pencampuran 10 ul serum dan satu tetes

antigen, jika terjadi aglutinasi maka titernya adalah 1:160.

j. Lakukan pengenceran sampai tidak terjadi aglutinasi lagi.

Aglutinasi terakhir dipakai sebagai titer.

Slide H Slide O Slide A

Interprestasi hasil tes aglutinasi slide yaitu :

Serum

undilusi +

Antigen H

Serum

undilusi +

Antigen A

Serum

undilusi +

Antigen O

Serum

undilusi +

Antigen A

Serum

control (-)

Antigen H

Serum

control+

(+)Antige

n H

12

Terjadinya aglutinasi menandakan tes widal positif dan jika reaksi

positif diobervasi dalam 20µl sampel tes,hal ini mengidikasikan adanya

level klinis yang signifikan dari respon antibodi pada serum pasien (Widal

Test, 2011).

Tidak terjadi aglutinasi menandakan hasil tes widal negatif dan positif

(+) : terjadi aglutinasi, berarti terdapat antibodi. Negatif (-) : tidak terjadi

aglutinasi, berarti tidak terdapat antibodi. Mengindikasikan tidak adanya

level klinis yang signifikan dari respon antibodi.

Positif (+) Negatif (-)

Positif (+) : Terjadi aglutinasi, berarti terdapat antibodi.

Negatif (-) : Tidak terjadi aglutinasi, berarti tidak terdapat

antibodi.

Metode slide terbagi atas beberapa macam (Kalma et al., 2014) yaitu:

a. Metode saring slide

1. Letakan satu tetes kontrol positif keatas lingkaran pada slide

2. Letakkan 50 µl NaCL fisiologias dilingkaran yang lain pada slide.

3. Letakan satu tetes serum pada setiap lingkaran (4) pada slide yang

lain

4. Tambahkan satu tetes reagen widal yang sesuai keatas control

positif dan NaCL fisiologis

5. Tambahkan satu tetes reagen widal yang sesuai keatas lingkaran

yang mengandung serum pasien

6. Campur semua isi dari lingkaran menggunakan stik pengaduk

sampai mengenai sisi lingkaran

13

7. Goyangkan slide kedepan dan kebelakang, dan perhatikan adanya

aglutinasi pada/selama 1 menit.

b. Metode semikuantitatif slide

1. Letakkan serum pasien menggunakan 5 lingkaran pada slide

dengan volume berturut-turut: 40µl, 20µl, 10µl dan 5µl. Titer :

1/80, 1/160 dan 1/320.

2. Tambahkan satu tetes reagen widal yang sesuai keatas lingkaran

yang mengandung serum pasien.

3. Campur semua isi dari lingkaran menggunakan stik pengaduk

sampai mengenai sisi lingkaran.

4. Goyangkan slide kedepan dan kebelakang, dan perhatikan adanya

aglutinasi pada/selama 1 menit.

Catatan: metode ini direkomenndasikan hanya untuk

memperkirakan titer antibodi saja (Handojo, 2014).

Berdasarkan alat yang digunakan maka uji widal slide dibedakan atas:

a. Uji Widal slide menggunakan mikropipet

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang

bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1.000 μl. Banyak pilihan

kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur

volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1-20 μl

atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu

pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl.

Penggunaan mikropipet memerlukan tip (Brooks G.F., et al 2005).

Mikropipet Tip

14

Cara penggunaan mikropipet yaitu :

1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk

memastikan lancarnya mikropipet.

2. Tip bersih dimasukkan ke dalam Nozzle/ujung mikropipet.

3. Thumb Knob ditekan sampai hambatan pertama/first stop, jangan

ditekan lebih ke dalam lagi.

4. Tip dimasukkan ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.

5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian tekanan dari Thumb Knob

dilepaskan maka cairan akan masuk ke tip.

6. Ujung tip dipindahkan ke tempat penampung yang diinginkan.

7. Thumb Knob ditekan sampai hambatan kedua/second stop atau tekan

semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.

8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan

maka tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan

alat tambahan yang berfungsi mendorong tip keluar.

Kelebihan dan kekurangan mikropipet yaitu:

Kelebihan : Banyak pilihan dalam kapasitas dalam mikropipet yang

dapat diatur volume pengambilanya antara 1µl-20µl /

mikropipet yang tidak bisa diatur volume.

Kekurangan : Dalam penggunakaan mikropipet memerlukan banyak

menggunakan tip karena tip digunakan hanya sekali

pakai.

b. Uji widal slide menggunakan pipet tetes

Pipet tetes atau pipet droping merupakan alat yang terbuat dari

pipa kaca dan bagian ujungnya meruncing, dan dibagian atas terdapat

karet berfungsi untuk membantu memindahkan cairan dari wadah yang

satu kewadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil yaitu setetes

demi tetes.

15

Pipet Tetes

Cara penggunaan pipet tetes yaitu

1. Cara mengambil larutan atau reagen dengan cara menekan karet

dibagian atas.

2. Kemudian masukan ujung pipet kedalam larutan atau reagen yang

akan diambil, lepaskan karet pengisap dibagian atas saat ujung

pipet sudah berada dalam larutan reagen.

3. Angkat pipet, kemudian keluarkan perlahan dengan cara menekan

kembali karet sesuai yang dibutuhkan, larutan atau reagen akan

keluar perlahan berupa tetesan ((Brooks G.F., et al 2005).

Kelebihan dan kekurangan pipet tetes yaitu :

Kelebihan : Memiliki karet pengisap diatasnya sehingga mudah

dalam mengambil larutan

Kelemahan : Tidak memiliki skala, hanya digunakan untuk

mengambil cairan dengan ukuran tetesan

kemudian pada saat mengambil cairan tidak dapat

langsung diukur volumenya.

1. Uji tabung (tube agglutination test) (Handojo, 2014)

Serum penderita diencerkan secara serial dangan larutan salin

normal (1/20, 1/40, 1/80, 1/60, 1/320, 1/640, dan seterusnya). Di buat 4

baris pengenceran seperti di atas.

Masing-masing tabung dalam satu baris diberi antigen dalam

volume yang sama yaitu:

16

a. Baris pertama diberi antigen O

b. Baris kedua diberi antigen H

c. Baris ketiga diberi antigen AH

d. Baris keempat diberi antigen BH

Setelah di kocok dieramkan pada suhu 48-50o

C. untuk tabung O

pengenceran dilakukan selama 18-24 jam, sedangkan untuk tabung H,

PA, dan PB cukup dieramkan selama 2 jam. Dibeberapa laboratorium,

semua tabung dieramkan pada suhu 37oC selama 24 jam.

Uji aglutinasi tabung

(Handojo, 2014)

Metode kuantitatif tabung

1. Siapkan 8 tabung khan dan beri laber 1-8

2. Pipet NaCL fisiologis sebanyak 1,9 ml kedalam tabung

nomor 1

3. Pipet NaCL fisiologis sebanyak 1 ml kedalam tabung 2-8

4. Untuk tabung nomor 1 tambahkan 0,1 ml serum sampel

dan campur

5. Pindahkan 1 ml enceran serum tabung nomor 1 ke tabung

nomor 2 dan campur

6. Pindahkan 1 ml enceran serum dari tabung nomor 2

kedalam tabung nomor 3 dan campur. Lanjutkan seri

pengenceran sampai pada tabung nomor 7

7. Pindahkan 1 ml enceran serum dari tabung 7 ketabung lain

8. Pengenceran yang terjadi dari tabung nomor 1 sampai 7

adalah : 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/1280. Tabung nomor 8

sebagai control

17

9. Tambahkan masing-masing 1 tetes reagen widal (positif

padametode saring) kedalam tabung nomor 1-8 campur

dengan baik

10. Tutup dan inkubasi pada suhu 37 oC selama 18 jam

11. Perhatikan ada tidaknya aglutinasi pada dasar tabung.

18

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Uji widal merupakan uji aglutinasi yang menggunakan suspensi kuman

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi sebagai antigen untuk mendeteksi

adanya antibodi terhadap Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi di

dalam serum penderita.

Tes widal adalah tes yang menggunakan antigen Salmonella jenis O

(somatic) dan H (Flagella) untuk menetukan tinggi rendahnya titer antibodi

titer antibodi pada penderita infeksi tifus akan meningkat pada minggu ke 2.

Titer antibodi O akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H

akan menetap sampai beberapa tahun (2 tahun). Titer antibodi O meningkat

setelah demam, menunjukan adanya infeksi salmonella strain O, demikian

juga untuk H.

Dalam pemeriksaan widal dengan menggunakan mikropipet dan pipet

tetes dimana mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang

bervolume sedikit biasanya kurang dari 1.000 μl. Sedangkan pipet tetes

merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindahkan cairan dari satu

wadah ke wadah yang lain dengan volume yang lebih banyak di bandingkan

dengan mikropipet yaitu setetes demi tetes, biasanya lebih dari 1-3 ml.

18

19

B. Bagan Kerangka Pikir

C. Variabel Penelitian

1. Varabel bebas (independen) adalah variabel yang sering disebut sebagai

variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini mempengaruhi atau

yang menjadi sebab pembahasanya atau timbulnya variabel dependen

(sugiyono, 2013). Variabe bebas dalam penelitian ini adalah

menggunakan mikropipet dengan pipet tetes.

2. Variabel terikat (dependen) sering disebut juga variabel output, kriteria,

dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

Pemeriksaan widal

Metode slide

(lempeng)

mikropipet Pipet tetes

Hasil Hasil

Perbandingan hasil

keduanya

Metodetabung

(tube test)

20

akibat, karena adanya variabel bebas (sugiyono, 2013). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah uji Widal.

Desain penelitian :

D. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Uji widal slide dalam penelitian ini adalah memanfaatkan imunologi

untuk membantu diagnosis demam typoid.

2. Uji widal metode slide menggunakan mikropipet yaitu untuk setiap

pengenceran, sejumlah serum berikut ditambahkan diatas lingkaran slide

berdiameter 27 mm : 0,08 ml, 0,04 ml, 0,02 ml, 0,01ml, 0,005ml.

Kriteria objektif :

Dikatakan positif (+) jika terjadi aglutinasi

a. Pada serum 20µl = titer 1/80

b. Pada serum 10µl = titer 1/160

c. Pada serum 5µl = titer 1/320

Dikatakan negatif (-) tidak terjadi aglutinasi

3. Uji widal metode slide menggunakan pipet tetes yaitu antigen yang telah

tersuspensi sepenuhnhya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat pada

lingkaran slide.

Kriteria objektif :

Dikatakan positif (+) jika terjadi aglutinasi

Dikatakan negatif (-) tidak terjadi aglutinasi

Uji widal

mikropipet

Uji widal

pipet tetes

21

BAB IV

METODE PENELITIAAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

yaitu untuk memperoleh gambaran hasil pemeriksaan widal slide

menggunakan mikropipet dengan pipet tetes.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kota Kendari dengan waktu penelitian selama 1 minggu

pada bulan juli / agustus 2018

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang

ciri-cirinya akan diduga atau di taksir (estimated) (Nasir, 2011). Populasi

dalam penelitian ini adalah penderita demam tyfoid yang dirawat inap di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari pada tahun 2017

sebanyak 200 orang.

2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya diuangkapkan dan

akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri pupulasi (Nasir, 2011). Sampel

yang diteliti dalam penelitian ini adalah penderita demam tifoid yang

positif uji widalnya dan terdiaknosa tifoid oleh dokter, yang dirawat inap

di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari. Besarnya sampel

yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 15% karena jumlah populasi

>100 (sugiyono, 2011).

Rumus : jumlah populasi X 15 / 100

= 200 X 15 / 100

= 30

21

22

Penelitian ini sebanyak 30 penderita demam typoid dilakukan

pemeriksaan widal selama 1 minggu. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Accidental sampling artinya mengambil penderita demam

tifoid yang ada pada saat penitian hingga mencapai 1 minggu.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan mulai dari pengambilan sampel

selama 1 minggu dan juga pengumpulan dan jurnal, observasi awal dan study

literature yang mendukung penelitian ini. Kemudian dilakukan pengambilan

sampel pada pasien yang menderita demam typoid. Kemudian dilakukan

pemeriksaan widal metode slide menggunakan mikropipet dan pipet tetes.

Hasil pemeriksaan widal diolah dan dianalisa.

E. Insterumen Penelitian

1. Alat

a. Centrifuge

b. Tabung

c. Tabung EDTA

d. Mikropipet

e. Pipet tetes

f. Rak tabung

g. Tip kuning

h. Kaca objek

2. Bahan

a. Serum

b. Reagen anti Salmonella typhi O

c. Reagen anti Salmonella typhi H

d. Serum darah

23

F. Prosedur Penelitian

A. Pemeriksaan Widal Metode Slide Menggunakan Mikropipet :

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien

Tidak memerlukan persiapan khusus

b. Persiapan alat dan bahan

1. Alat

a. Centrifuge

b. Tabung

c. Tabung EDTA

d. Mikropipet

e. Rak tabung

f. Tip kuning

g. Kaca objek

2. Bahan

a. Reagen anti Salmonella typhi O

b. Reagen anti Salmonella typhi H

c. Serum darah

2. Analitik

a. Pemeriksaan widal

Prinsip : adalah berdasarkan reaksi aglutinasi secara imunologis

antara antibodi dalam serum dengan suspensi bakteri

sebagai antigen yang homolog.

b. Prosedur kerja

a. Siapkan alat dan bahan

b. Diambil dua buah objek gelas pada masing-masing ojek glass

dipipetkan serum sebanyak 20µl menggunakan mikropipet.

c. Masing-masing objek glass pipetkan reagen sebanyak 40µl

Salmonella typhi O dan Salmonella typhi H menggunakan

mikropipet dan dicampur agar larutan menjadi homogen.

d. Larutan di homogenkan selama 1 menit dan diamati.

24

3. Pasca analitik

Interpretasi hasil

Menggunakan mikropipet

a. Tidak ada aglutinasi = negatif (-)

b. Ada aglutinasi = positif (+)

b1. Pada serum 20µl = titer 1/80

b2. Pada serum 10µl = titer 1/160

b3. Pada serum 5µl = titer 1/320

B. Pemeriksaan Widal Metode Slide Menggunakan Pipet Tetes :

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien

Tidak memerlukan persiapan khusus

b. Persiapan alat dan bahan

1. Alat

a. Centrifuge

b. Tabung

c. Tabung EDTA

d. Mikropipet

e. Rak tabung

f. Tip kuning

g. Kaca objek

2. Bahan

a. Reagen anti Salmonella typhi O

b. Reagen anti Salmonella typhi H

c. Serum darah

2. Analitik

a. Pemeriksaan widal

Prinsip : adalah berdasarkan reaksi aglutinasi secara imunologis

antara antibodi dalam serum dengan suspensi bakteri

sebagai antigen yang homolog.

25

b. Prosedur kerja

a. Siapkan alat dan bahan

b. Diambil dua buah objek gelas pada masing-masing ojek glass

pipetkan serum sebanyak 1 tetes menggunakan pipet tetes.

c. Masing-masing objek glass ditetesi 1 tetes reagen Salmonella

typhi O dan Salmonella typhi H dengan menggunakan pipet tetes

dicampur agar larutan menjadi homogen.

d. Larutan di homogenkan selama 1 menit dan diamati

3. Pasca Analitik

Interprestasi hasil

a. Tidak ada aglutinasi, hasil negatif (-)

b. Ada aglutinasi, hasil (+)

G. Jenis Data

1. Data primer

Data primer adalah mikropipet dan pipet tetes yang di dapatkan dari

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari.

2. Data sekunder

Data dikumpulkan dari penelitian terdahulu, buku-buku dan jurnal yang

di publikasikan kemudian di jadikan landasan teoritis dan penelitian

karya tulis ilmiah ini.

H. Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianaisa dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

X = x k

Keterangan :

X = jumlah presentase variabel yang diteliti

f = jumlah responden berdasarkan variabel

n = jumlah sampel penelitian

k = konstanta (100%) (Candra B, 2008)

26

I. Pengolahan Data

1. Editing yaitu proses pencetakan dan penyesuaian yang diperlukan

terhadap data untuk memudahkan proses pemberian kode dan

pemprosesan data dengan teknik statistik.

2. Coding yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam

memasukan data ke program computer

3. Scoring yaitu melakukan pengkodean, maka dilanjutkan dengan tahap

pemberian skor pada masing-masing sampel yang digunakan dalam

bentuk angka

4. Tabulating yaitu setelah data tersebut masuk kemudian diserap dan

disusun dalam bentuk

J. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

berdasarkan variabel yang di teliti kemudian dinarasikan.

K. Etika Penelitian

1. Ananomity (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak membrikan nama responden pada lembar

alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

2. Informed consat

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi, bila subjek menolak, maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainya. Informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasianya oleh peneliti, hanya kelompok dan data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

27

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung

peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927

dan telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu : dibangun oleh

Pemerintah Belanda pada tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh

Pemerintah Jepang pada tahun 1942 – 1945 menjadi Rumah Sakit

Tentara pada tahun 1945 – 1960, menjadi RSU Kabupaten Kendari pada

tahun 1960 – 1989, menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 –

2001, menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda

Kota Kendari No.17 Tahun 2001.

Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota

Kendari oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003.

Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas

Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen

Z.A Sugianto No : 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada

tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM Komite

Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil terakreditasi penuh

sebanyak 5 pelayanan (Administrasi & Manajemen, Rekam Medik,

Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD) Berdasarkan SK

Walikota Kendari No. 16 Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 dikembalikan

namanya menjadi RSUD Kota Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No.

17 Tahun 2001.

2. Letak Geografis

RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di

Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan

luas bangunan 1.800 M2. Pada Tahun 2008, oleh pemerintah Kota

Kendari telah membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi

27

28

Rumah Sakit, yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan dana

APBD, TP, DAK dan DPPIPD.

3. Sarana Laboratorium

a. Ruang registrasi pasien

b. Ruang sampling

c. Ruang hematologi dan imunoserologi

d. Ruang kimia klinik

e. Ruang inkubator

f. Ruang petugas laboratorium

g. Ruang bakteriologi/BTA dan parasitologi

h. Ruang dokter patologi klinik

i. Ruang pantry

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan widal metode slide menggunakan

mikropipet dan pipet tetes yang dilakukan selama 1 minggu pada bulan juli /

agustus 2018. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 penderita demam typoid

terdiri atas 7 laki-laki dan 23 perempuan yang datang melakukan pemeriksaan

di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari lalu dilakukan

pemeriksaan widal menggunakan mikropipet dan pipet tetes.

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Pada Penderita Demam Tifoid Di

Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki – Laki 7 23

Perempuan 23 77

Total 30 100

Sumber: Data Primer Diolah 2018

Tabel 5.1 menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 7 orang dengan presentase 23% dan yang berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang dengan presentase 77%.

29

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada

Penderita Demam Tifoid Di Laboratorium Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

7 – 15 10 33

16 – 25 16 53

26 – 35 2 7

36 – 45 2 7

Total 30 100

Sumber: Data Primer Diolah 2018

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 30 responden, responden yang

berumur 7-15 yaitu sebanyak 10 orang dengan presentase 33%, berumur

16-25 yaitu sebanyak 16 orang dengan presentase 53%, berumur 26-35

orang yaitu sebanyak 2 orang dengan presentase 7%, berumur 36 – 45

sebanyak 2 orang dengan presentase 7%.

2. Variabel Penelitian

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Uji

Widal Menggunakan Mikropipet Pemeriksaan Metode

Slide

Hasil Pemeriksaan Mikropipet

Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

Positif 30 100

Negatif 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa hasil pemeriksaan uji widal

menggunakan mikropipet dengan pemeriksaan metode slide yaitu dari 30

sampel uji didapatkan hasil pemeriksaan menggunakan mikropipet dengan

hasil positif 30 (100%).

30

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Uji

Widal Menggunakan Pipet Tetes Pemeriksaan Metode

Slide

Hasil Pemeriksaan Pipet Tetes

Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

Positif 30 100

Negatif 0 0

Jumlah 30 100

(Sumber : Data Primer 2018)

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa hasil pemeriksaan uji widal

menggunakan pipet tetes dengan pemeriksaan metode slide yaitu dari 30

sampel uji didapatkan hasil pemeriksaan menggunakan pipet tetes dengan

hasil positif 30 (100%).

Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan Widal Metode Slide Menggunakan

Mikropipet Dan Pipet Tetes

n No Menggunakan Positif Negatif

1 Mikropipet 30 -

2 Pipet Tetes 30 -

Jumlah 60 0

(Sumber : Data Primer 2018)

Berdasarkan tabel 5.5 bahwa hasil pemeriksaan widal metode slide

menggunakan mikropipet dan pipet tetes di dapatkan hasil positif yang

sama yaitu sebanyak 30 (100%).

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan

widal metode slide menggunakan mikropipet dan pipet tetes, sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah serum penderita demam tipoid dengan

jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Berdasarkan tabel 5.3 dan tabel 5.4

menunjukan bahwa hasil pemeriksaan Uji Widal menggunakan mikropipet

dan pipet tetes di dapatkan hasil positif 30 sampel (100%) menggunakan

31

mikropipet dan pada hasil pemeriksaan menggunakan pipet tetes didapatkan

hasil positif 30 sampel (100%).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di dapatkan hasil

positif 30 sampel dengan titer 1/80 menggunakan pipet tetes sedangkan pada

pemeriksaan widal menggunakan mikropipet di dapatkan hasil lebih banyak

pada titer 1/320. Hal ini di sebabkan penggunakan mikropipet lebih akurat, di

mana volume yang di gunakan pada saat pemipetan larutan lebih tepat dalam

skala µl. Sedangkan pada penggunakaan pipet tetes kurang akurat

dikarenakan proses pemipetan yang kurang tepat dan volume serum yang

yang di teteskan pada slide widal tidak di ketahui dalam skala µl.

Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan aglutinasi yang

menggunakan suspensi bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi

sebagai antigen untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap kedua bakteri

Salmonella tersebut dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu

aglutinin O, H, AH dan BH. Semakin tinggi titer aglutinin maka

kemungkinan infeksi bakteri Salmonella makin tinggi (Irianto, 2014).

Menurut (Brooks G F, 2005), mikropipet dan pipet tetes memiliki

kelebihan yaitu mikropipet Banyak pilihan dalam kapasitas dalam mikropipet

yang dapat diatur volume pengambilanya antara 1µl-20µl / mikropipet yang

tidak bisa diatur volume. Sedangkan kelebihan dari pipet tetes yaitu Memiliki

karet pengisap diatasnya sehingga mudah dalam mengambil larutan. Selain

memiliki kelebihan mikropipet dan pipet tetes juga memiliki kekurangan

yaitu mikropipet memerlukan banyak menggunakan tip karena tip digunakan

hanya sekali sedangkan pipet tetes yaitu tidak memiliki skala, hanya

digunakan untuk mengambil cairan dengan ukuran tetesan kemudian pada

saat mengambil cairan tidak dapat langsung diukur volumenya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan widal, yaitu faktor-

faktor yang berhubungan dengan penderita yaitu keadaan umum gizi

penderita, Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi, Waktu

pemeriksaan, Aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah penderita

mengalami sakit selama satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu

32

kelima atau keenam sakit, Pengobatan dini dengan antibiotik, Pemberian

antibiotik dengan obat antimikroba dapat menghambat pembentukan antibodi,

Penyakit-penyakit tertentu, Pada beberapa penyakit yang menyertai demam

tifoid tidak terjadi pembentukan antibodi (Handojo 2004).

Faktor-faktor teknis yaitu Aglutinasi silang, karena beberapa spesies

Salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, maka reaksi

aglutinasi pada satu spesies dapat juga menimbulkan reaksi aglutinasi pada

spesies lain. Oleh karena itu spesies Salmonella penyebab infeksi tidak dapat

ditentukan dengan pemeriksaan widal, konsentrasi suspensi antigen,

Konsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada pemeriksaan widal akan

mempengaruhi hasilnya dan Strain Salmonella yang digunakan untuk

suspensi antigen dari strain Salmonella setempat lebih baik daripada suspensi

antigen dari strain lain (Handojo, 2004).

33

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang gambaran hasil pemeriksaan widal

metode slide menggunakan mikropipet dan pipet tetes pada penderita demam

typoid dengan jumlah pasien sebanyak 30 orang dapat di ketahui bahwa

pemeriksaan widal slide baik menggunakan mikropipet dan pipet tetes di

dapatkan hasil yang sama, yang dapat di simpulkan sebagai berikut :

a. Hasil pemeriksaan uji widal metode slide menggunakan mikopipet di

dapatkan hasil positif 30 sampel (100%).

b. Hasil pemeriksaan uji widal metode slide menggunakan pipet tetes di

dapatkan hasil positif 30 sampel (100%).

c. Perbedaan dari pemeriksaan uji widal metode slide menggunakan

mikropipet dan pipet tetes ialah dari segi proses pemipetan (titer).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan maka di sarankan

untuk :

1. Bagi institusi pendidikan, Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

bahan bacaan atau tambahan kepustakaan bagi pembaca.

2. Bagi tenaga laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Kendari dalam pemeriksaan widal sebaiknya menggunakan mikropipet

karena ketelitianya lebih tinggi dibandingkan pipet tetes.

3. Bagi tenaga analis, Sebagai tenaga analis kesehatan senantiasa bekerja

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku agar

didapatkan hasil yang teliti dan tepat.

33

34

DAFTAR PUSTAKA

Benson HJ. 1998. Microbilogical Applications : Laboratory Manual In General

Microbiology. Edisi VII.

Brooks, G.F., et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology).

Buku I : Jakarta.

Carpenter PL, Walker TD dan Lanphear FO. 1975. Plants in The Landscope. San

Fransisco : W.H. Freeman and Company.

Handojo et al. 2004. Comparison Of The Diagnostic Value Of Local Widal Slide

Test Wiith Imported Widal Slide Test, In Department Of Clinical

Medical Faculty. Airlangga: Malang.

Handojo,Indro. 2014. Imunologi Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi.

Surabaya: Airlangga University Press.

Hardjoeno, H. 2003. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta :

EGC.

Jawetz E, Melnick L, dan Adelberg A. 1982. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 16,

EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Juwono R. 2000. Demam Tyfoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Balai

Penerbit FKUI, jakarta.

Kalma, H., et al. 2014. Imunologi Terapan. Edisi II. Kemenkes RI Poltekkes

Makassar.

Levine, M.M., Grados, O., Gilman, R,H., 1978, “Diagnostic Value of the Widal

Test in Areas Endemic for typhoid Fever”. Am Journal Trop Med and

Hyg, 27 (4) 795-800.

Nasir, Abdul., dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Profil Kesehatan Tahun

2017. Sulawesi Tenggara : Pusat Dan Informasi Dan Rekam Medik

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sabir M, Yadi, Firdaus, Hatta M. 2003. “Perbandingan tes serologi dipstik

dengan widal untuk diagnosis demam tifoid”. Jurnal kedokteran

Trisakti.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung :

alfabeta. CV

35

Suwahyo, E., 1979, Perbandingan daya aglutinasi antigen Salmonella dari dalam

dan luar daerah endemik Surabaya untuk pemeriksaan Widal

Surabaya, Unair. Karya Akhir.

Thalib, T.A., 1994. Uji Widal tabung sebagai penunjang diagnosis ES., 1986,

Aspek Imunologis demam tifoid.

Widal Test (Qualitative Slide Agglutination Method). Available from :

http://eduframe.net/KSRGI/Biote. Accessed 7 januari 2011.

Widodo, D, 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi

V. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Jakarta.

36

LAMPIRAN

37

38

39

40

41

42

DOKUMENTASI PENELITIAN

Persiapan alat dan bahan

43

Sampel widal Melakukan centrifuge

Melakukan pemipetan sampel Melakukan pemipetan sampel

menggunakan mikropipet menggunakan pipet tetes

Melakukan pemipetan reagen Menghomogenkan sampel dan reagen

44

Mengamati adanya aglutinasi Hasil pemeriksaaan

45