24
GAMBARAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI di RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Rahmi N 1 , Salawati L 2 , Heriansyah T 3 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2) Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Syiah Kuala; 3) Bagian Ilmu Jantung BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Pemerintah Aceh. ABSTRACT Hypertension is the most common matter of all health problems and represent the highest risk factor for the trouble of cardiovascular. This research aimed to investigate the distribution frequency of hypertensive heart disease by dietary, physical activity, smoking activity, age, body mass index, family history and gender. this research is conducted using descriptive research with cross sectional design. The respondent of this research is amount to 30 individual. According to the research result, percentage of hypertensive heart disease patient with hypertension stage II is equal to 56,67%. The result of this study stated that respondent with a bad dietary tend to suffer the hypertension stage II (57,89%), unfavourable physical activity tend to suffer the hypertension stage II (57,14%), light smokers tend to suffer the hypertension stage II (100%), age not at risk tend to suffer the hypertension stage I (60,00%), obese respondent tend to suffer the hypertension stage II (60,00%),not existence of family history tend to suffer hypertension stage II (66,67%) and female gender tend to suffer the hypertension stage II ( 58,33%). Maintaining a good life style, losing weight and routine general check-up is important in order not to develop further complication. ABSTRAK Hipertensi adalah hal yang paling umum dari semua permasalahan kesehatan dan merupakan faktor risiko yang paling tinggi untuk gangguan kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi terjadinya penyakit jantung hipertensi berdasarkan pola makan, aktivitas fisik, merokok, usia, indeks massa tubuh, riwayat keluarga dan jenis kelamin. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Responden pada penelitian ini berjumlah 30 1

gambaran faktor risiko hipertensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel

Citation preview

GAMBARAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI di RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH

Rahmi N1, Salawati L2, Heriansyah T31) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2) Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Syiah Kuala; 3) Bagian Ilmu Jantung BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Pemerintah Aceh.ABSTRACTHypertension is the most common matter of all health problems and represent the highest risk factor for the trouble of cardiovascular. This research aimed to investigate the distribution frequency of hypertensive heart disease by dietary, physical activity, smoking activity, age, body mass index, family history and gender. this research is conducted using descriptive research with cross sectional design. The respondent of this research is amount to 30 individual. According to the research result, percentage of hypertensive heart disease patient with hypertension stage II is equal to 56,67%. The result of this study stated that respondent with a bad dietary tend to suffer the hypertension stage II (57,89%), unfavourable physical activity tend to suffer the hypertension stage II (57,14%), light smokers tend to suffer the hypertension stage II (100%), age not at risk tend to suffer the hypertension stage I (60,00%), obese respondent tend to suffer the hypertension stage II (60,00%),not existence of family history tend to suffer hypertension stage II (66,67%) and female gender tend to suffer the hypertension stage II ( 58,33%). Maintaining a good life style, losing weight and routine general check-up is important in order not to develop further complication.ABSTRAK

Hipertensi adalah hal yang paling umum dari semua permasalahan kesehatan dan merupakan faktor risiko yang paling tinggi untuk gangguan kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi terjadinya penyakit jantung hipertensi berdasarkan pola makan, aktivitas fisik, merokok, usia, indeks massa tubuh, riwayat keluarga dan jenis kelamin. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, persentase penderita penyakit jantung hipertensi dengan hipertensi stage II sebesar 56,67%. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa responden dengan pola makan kurang baik cenderung menderita hipertensi stage II (57,89%), aktivitas fisik kurang baik cenderung menderita hipertensi stage II (57,14%), perokok ringan cenderung menderita hipertensi stage II (100%), usia tidak berisiko cenderung menderita hipertensi stage II (60,00%), responden dengan IMT normal cenderung menderita hipertensi stage II (61,54%), responden dengan tidak adanya riwayat keluarga cenderung hipertensi stage II (66,67%) dan yang berjenis kelamin perempuan cenderung menderita hipertensi stage II (58,33%). Perlunya menjaga gaya hidup yang baik, mengurangi berat badan dan kontrol rutin agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut.PENDAHULUANKemajuan teknologi telah mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang dan telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga mengakibatkan munculnya berbagai penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular yang paling banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular meliputi penyakit yang mengganggu fungsi jantung dan pembuluh darah (Departemen kesehatan RI, 2007). Penyakit kardiovaskular tidak bisa lepas dari hipertensi. Hipertensi adalah hal yang paling umum dari semua permasalahan kesehatan dan merupakan faktor risiko yang paling tinggi untuk gangguan kardiovaskular (Porth, 2005). Studi yang dikemukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 menyatakan 1,7 % dari jumlah kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung hipertensi. Angka kejadian penyakit jantung hipertensi di Afrika adalah 78 individu dari 11.248 jumlah kematian dan di Amerika 151 individu dari 6.158 jumlah kematian, sedangkan di Asia tenggara, 156 individu dari 15.279 jumlah kematian (WHO, 2008).Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 yang telah di diagnosa oleh tenaga kesehatan sebesar 7,2%, sedangkan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 9,2% (Departemen kesehatan RI, 2007).

Faktor risiko hipertensi ada yang dapat dikendalikan dan ada yang tidak dapat dikendalikan. Yang dapat dikendalikan berupa; obesitas, kurang olahraga, merokok, diabetes mellitus, mengonsumsi garam berlebihan, minum alkohol, pola diet, pil KB dan stres emosional. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan diantaranya; umur, jenis kelamin dan genetik (Ridwanaminuddin, 2007). Menurut Elisa(2005), faktor resiko menderita hipertensi adalah riwayat keluarga, ras, kelebihan berat badan, usia, sensitifitas terhadap natrium, rokok, alkohol, diabetes, stres dan obat-obatan.

Munculnya gejala dan ancaman berbagai penyakit di era moderen ini antara lain juga di dukung oleh adanya pola dan gaya hidup modernis yang tidak sehat. Pola dan gaya hidup tersebut yang semakin luas membuka lebar pintu masuk dan datangnya berbagai penyakit mematikan, salah satunya hipertensi (Dalimartha.dkk, 2008). Modernisasi biasanya mengubah pola hidup menjadi lebih praktis, termasuk juga soal makanan. Pada umumnya, masyarakat perkotaan cenderung memilih makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan, kurang olahraga, merokok berlebihan dan kurang istirahat. Akibatnya, sejak 10 tahun terakhir penyakit hipertensi banyak menyerang masyarakat, terutama yang berumur lebih dari 40 tahun, bahkan ada juga yang berumur 30 tahun (Khomsal, 2004).

Banyaknya angka kejadian hipertensi yang disertai dengan banyaknya faktor-faktor gaya hidup yang ikut berperan dalam insidensinya membuat peneliti tertarik melakukan penelitian tentang gambaran faktor risiko terjadinya penyakit jantung hipertensi pada penderita yang berobat di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.METODE PENELITIANJenis dan Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan Cross sectional survey dimana tujuan peneliti untuk melihat gambaran gaya hidup, usia, indeks masa tubuh dan riwayat keluarga terhadap terjadinya penyakit jantung hipertensi.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini dimulai dari 13 juni 2012 sampai dengan 13 juli 2012.Populasi dan SampelPopulasi penelitianPopulasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh tahun 2012.Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang telah di diagnosis menderita penyakit jantung hipertensi oleh dokter ahli di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh tahun 2012.Alat/Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Alat pegumpulan data bagian I yang merupakan identitas pasien. Terdiri dari pertanyaan yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat dan pekerjaan, berat badan dan tinggi badan pasien.

2. Alat pegumpulan data bagian A yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk melihat gambaran asupan makanan terhadap penyakit jantung hipertensi.

3. Alat pengumpulan data bagian B yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk melihat gambaran aktivitas fisik terhadap penyakit jantung hipertensi.

4. Alat pengumpulan data bagian C yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk melihat gambaran merokok terhadap penyakit jantung hipertensi.

5. Alat pengumpulan data bagian D yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk melihat gambaran riwayat keluarga terhadap penyakit jantung hipertensi.

Teknik Pengumpulan DataTeknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling dengan metode accidental sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk variabel pola makan, merokok, aktivitas fisik, usia, indeks masa tubuh, riwayat keluarga dan jenis kelamin serta melihat data rekam medik untuk variabel penyakit jantung hipertensi.

Pengolahan dan Analisa DataPengolahan dataSetelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut akan diolah dengan:

1. Editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap data yang telah terkumpul yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang telah di jawab oleh responden.

2. Coding. Pada tahap ini diberikan kode berupa nomor untuk mengurutkan data dari responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data.

3. Transfering. Pada tahap ini dilakukan pemindahan data yang diperoleh dan di susun ke dalam tabel.

4. Tabulating. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan data sesuai kategori yang telah dibuat untuk tiap subvariabel agar data dengan mudah disusun dan data untuk disajikan serta dianalisis.

Analisis dataAnalisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari masing- masing variabel dan karakteristik responden. Data-data yang sudah di olah disajikan dalam tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Penyakit Jantung Hipertensi

Data distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tekanan DarahFrekuensi (n)Persentase (%)

Normal00

Prehipertensi26,67

Hipertensi stage I1136,67

Hipertensi stage II1756,67

Total30100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki tekanan darah hipertensi stage II yaitu sebesar 56,67% (11 responden) dan hipertensi stage I sebesar 36,67% (17 responden).Penelitian ini menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung hipertensi memiliki tekanan darah pada kategori hipertensi stage II sebesar 56,67%. Proporsi hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan penelitian Sigarlaki (2006) dengan persentase hipertensi stage I sebesar 53,93% dan hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2011) yang menyatakan bahwa jumlah responden tertinggi berdasarkan derajat hipertensi adalah responden yang menderita hipertensi stage II sebesar 51,43%.

Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti dapat berasumsi bahwa faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi stage I ataupun stage II tidak dapat berdiri sendiri, hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya aktifitas fisik, obesitas, usia maupun karena faktor riwayat keluarga. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan kebiasaan aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik. Semakin sering melakukan aktivitas fisik maka akan semakin rendah tekanan sistolik. Satu kali melakukan aktivitas fisik rata-rata menurunkan tekanan darah lima hingga tujuh mmHg.

2.Pola Makan

Data distribusi frekuensi pola makan pada penderita penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.Pola MakanFrekuensi (n)Persentase (%)

Baik1136,67

Kurang Baik1963,33

Total30100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase responden yang pola makannya kurang baik sebesar 63,33% (19 responden).

3. Aktifitas Fisik

Data distribusi frekuensi aktifitas fisik pada penderita penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini

.Aktifitas FisikFrekuensi (n)Persentase (%)

Baik1653,33

Kurang Baik1446,67

Total30100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden memiliki aktifitas fisik yang baik dengan persentase sebesar 53,33% (16 responden).

4. Merokok

Data distribusi frekuensi merokok pada penderita penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.MerokokFrekuensi (n)Persentase (%)

Tidak Merokok2790,00

Ringan310,00

Sedang00

Berat00

Total30100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden merupakan respoden yang tidak merokok yaitu dengan persentase sebesar 90,00% (27 responden).

5. Usia

Data distribusi frekuensi usia pada penderita penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

UsiaFrekuensi (n)Persentase(%)

Berisiko ( 45 tahun)2583,33

Tidak Berisiko (< 45 tahun)516,67

Total30100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa persentase responden dengan usia yang berisiko ( 45 tahun) sebesar 83,33% (25 responden).

6. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Data distribusi frekuensi indeks massa tubuh pada penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Indeks Massa TubuhFrekuensi (n)Persentase (%)

Underweight413,33

Normal1343,33

Overweight826,67

Obese516,67

Total30100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki indeks massa tubuh normal dengan persentase sebesar 43,33% (13 responden). 7. Riwayat Keluarga

Data distribusi frekuensi riwayat keluarga pada penderita penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Riwayat KeluargaFrekuensi (n)Persentase (%)

Ada1550,00

Tidak1550,00

Total30100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase responden yang memiliki riwayat keluarga sama dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu 50,00% (15 responden).

8. Jenis Kelamin

Data distribusi frekuensi jenis kelamin pada penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Jantung RSUDZA Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.Jenis KelaminFrekuensi (n)Persentase(%)

Laki-Laki1860,00

Perempuan1240,00

Total30100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada umumnya responden berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 60,00% (18 responden).

9. Distribusi Frekuensi Terjadinya Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Pola Makan

Distribusi frekuensi terjadinya penyakit jantung hipertensi berdasarkan pola makan dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.Pola MakanPenyakit Jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%n%n% n%

Baik19,09 4 36,36 654,55 11100

Kurang Baik15,26 7 36,84 1157,89 19100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat terlihat bahwa responden yang pola makan kurang baik cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 57,89%. Sedangkan pola makan baik juga cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 54,55%.Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulisa (2012) yang menyatakan bahwa responden dengan pola makan baik lebih cenderung menderita hipertensi sebesar 77,27% dan hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Fitriyani (2011) menyatakan bahwa responden dengan pola makan yang kurang baik cenderung menderita hipertensi stage I sebesar 54,2%.

Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume darah. Reabsorbsi natrium oleh tubulus ginjal akan meningkat pada penderita hipertensi primer yang disebabkan oleh stimulasi beberapa pengangkut natrium yang terletak di membran luminal seperti halnya pompa natrium yang terletak di membran basolateral dan menyediakan energi untuk transport tersebut. Selain itu suatu zat endogen yang disebut digitalis-like factor yang identik dengan ouabain atau merupakan stereoisomer dari ouabain, dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap asupan natrium yang tinggi. Pada penderita hipertensi primer ditemukan kadar digitalis-like factor yang tinggi di dalam plasma dan berhubungan langsung dengan tekanan darah, digitalis-like factor mengakibatkan retensi narium dengan cara meningkatkan aktivitas pompa natrium ginjal (Androgue, 2007). 10. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Aktifitas Fisik

Distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi berdasarkan aktifitas fisik dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.

Aktifitas FisikPenyakit Jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%n%n%n%

Baik16,25637,50 956,2516100

Kurang Baik17,14 535,71 857,1414100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa aktifitas fisik yang kurang baik cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 57,14% sedangkan aktifitas fisik baik juga cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 56,25%.Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2011) didapatkan bahwa responden dengan aktifitas fisik baik cenderung menderita hipertensi stage I sebesar 52,9% sedangkan dari hasil penelitian Maulisa (2012) didapatkan bahwa responden yang melakukan aktifitas fisik yang baik cenderung mengalami normotensi sebesar 69,23%.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh American collage of sports medicine (ACSM) tahun 2004 menyatakan hubungan antara olahraga dengan hipertensi, individu yang kurang aktif mempunyai risiko menderita hipertensi 30-50% lebih besar dari pada individu yang aktif bergerak (Khomsal, 2004). Aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur seperti olahraga dapat menurunkan tekanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa bila jantung mendapat pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Di samping itu olahraga yang teratur akan merangsang pelepasan endorfin (morfin endogen) yang menimbulkan euphoria dan relaksasi otot sehingga tekanan darah tidak meningkat (Rahardja, 2004).

11. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Merokok

Distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi berdasarkan merokok dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.

MerokokPenyakit Jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%n%n%n%

Tidak merokok2 7,41 1140,74 14 51,85 27 100

Ringan0 0 003 100 3100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden perokok ringan cenderung menderita hipertensi stage II sebesar 100% sedangkan responden yang tidak merokok juga cenderung menderita hipertensi stage II sebesar 51,85%.Hal ini didukung oleh penelitian anggraini (2009) yang menyatakan bahwa lebih dari setengah penderita hipertensi memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebesar 52,5%. Sedangkan pada penelitian Fitria (2011) menyatakan bahwa responden dengan perokok berat cenderung mengalami hipertensi stage 2 yaitu sebesar 63,63% dan pada penelitian Primatesta dkk (2001) menyatakan bahwa hipertensi lebih banyak pada responden yang merokok > 20 batang perhari dan dari hasil penelitian Fitria (2011) menyatakan bahwa responden dengan perokok ringan cederung mengalami hipertensi stage I yaitu sebesar 81,82%.Pembuluh darah saat merokok di beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini di butuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat (Suheni, 2007). Penelitian Bowman (2004) yang dilakukan terhadap 28.236 wanita di Women Healths Study, Massachussets yang pada awalnya tidak menderita hipertensi, setelah pengamatan selama 9,8 tahun diperoleh peningkatan yang signifikan terhadap risiko hipertensi pada wanita yang merokok lebih dari 15 batang per hari. Adapun mekanisme yang mendasari hubungan rokok dengan tekanan darah berdasarkan penelitian tersebut adalah proses inflamasi. Baik pada mantan perokok maupun perokok aktif terjadi peningkatan jumlah protein C-reaktif dan agen-agen inflamasi alami yang dapat mengakibatkan disfungsi endothelium, kerusakan pembuluh darah ataupun terjadinya pembentukan plak dan kekakuan pada dinding arteri yang berujung pada kenaikan tekanan darah.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian di atas adalah penelitian Abulnaja (2007) yang menemukan bahwa E-selectin, sCAM-1, dan sVCAM-1 (agen-agen inflamasi alami) memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap timbulnya hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ketiga zat tersebut pada penderita hipertensi jauh lebih tinggi dibandingkan pada orang normotensif dan demikian juga halnya pada penderita hipertensi yang merupakan perokok atau mantan perokok dibandingkan bukan perokok. Tingginya kadar ketiga zat tersebut akan mengakibatkan kerusakan endothelium vaskular yang merupakan risiko timbulnya penyakit hipertensi dan kardiovaskular.

12. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Usia

Distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi berdasarkan usia dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.

UsiaPenyakit Jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%n %n % n%

Berisiko28.00 9 36.00 1456.00 25100

Tidak berisiko00 2 40.00 360.00 5100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat terlihat bahwa responden dengan usia yang tidak berisiko cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 60,00% sedangkan responden dengan usia yang berisiko juga cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 56,00%. Data tersebut menunjukkan bahwa responden dengan usia berisiko dan tidak berisiko sama-sama cenderung mengalami hipertensi stage II.Hal ini didukung oleh penelitian Anggraini (2009) bahwa sebagian besar penderita hipertensi berusia 45 tahun yaitu sebesar 89,1%. Sama halnya dengan penelitian Sigarlaki (2006), dari hasil pengolahan distribusi umur terhadap hipertensi, didapatkan bahwa responden yang menderita pre hipertensi berusia 56-77 tahun (8,82 %), sementara yang menderita hipertensi stage I (28,43 %) dan yang menderita hipertensi stage II (18,65 %). Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan (Hans, 2005).

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Aderson (1999), yang menemukan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan bahwa tekanan darah sistolik akan terus meningkat setelah dekade ketujuh sementara tekanan darah diastolik tidak lagi mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini juga diteliti hubungan usia dengan kadar rennin plasma, norepinefrin, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan keadaan hipertensi sekunder. Kesimpulan penelitian Anderson ini adalah bahwa dengan meningkatnya usia maka kadar renin plasma akan berkurang sedangkan kadar norepinefrin, IMT dan prevalensi hipertensi sekunder akan bertambah. Dengan bertambahnya IMT, maka kadar kreatinin klirens akan meningkat yang mengakibatkan retensi natrium sehinga terjadi peningkatan tekanan darah sedangkan kadar rennin plasma makin berkurang dengan bertambahnya IMT.13 Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi berdasarkan IMT dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.

Indeks Massa TubuhPenyakit Jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%N%n %n%

Underweight00250.002 50.004100

Normal00538,468 61,5413100

overweight225.00 225,004 50,008100

Obese00 240,003 60,005100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat terlihat bahwa responden dengan IMT normal cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 61,540% dan responden yang obese cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 60,00%.sedangkan responden dengan overweight cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 50,00% dan responden dengan underweight cenderung mengalami hipertensi stage I dan stage II sebesar 50,00%.Data tersebut menunjukkan bahwa responden dengan IMT normal lebih cenderung menderita penyakit jantung hipertensi dibandingkan dengan underweight,overweight maupun obese.

Hasil penelitian Fitriyani (2011) didapatkan bahwa penderita hipertensi dengan berat badan normal cenderung menderita hipertensi stage I sebesar (53,8%) sedangkan hasil penelitian Irza (2009) didapatkan bahwa risiko hipertensi 3 kali lebih besar pada subjek yang obesitas. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Sihombing (2010) didapatkan bahwa persentase prevalensi hipertensi pada responden obesitas sebesar 48,6%.

Menurut Hall (1994) dalam Cortas (2008), perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus (Cortas, 2008).

14 Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Riwayat keluarga

Distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi berdasarkan riwayat keluarga dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.

Riwayat keluargaPenyakit Jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%n%n%n%

Ada16,67746,67746,6715100

Tidak16,67426.671066,6715100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat terlihat bahwa pada responden yang tidak memiliki riwayat keluarga cenderung menderita hipertensi stage II sebesar 66,67% sedangkan responden yang memiliki riwayat keluarga cenderung menderita hipertensi stage I dan stage II sebesar 46,67%. Data tersebut menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki riwayat keluarga cenderung lebih banyak yang menderita penyakit jantung hipertensi.

Data tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Angraini (2009) yang berupa, sebagian besar penderita hipertensi memiliki riwayat keluarga hipertensi sebesar 65,2%. Sedangkan hasil penelitian Sigarlaki (2006) menyatakan bahwa sebagian besar responden hipertensi tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi, yaitu sebesar 71,57%. Hal ini disebabkan karena keluarga responden tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi.

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler dan rendahnya rasio antara kalium terhadap natrium (Wade, 2003). Androgue dan Madias (2007) telah melakukan penelitian tentang pathogenesis natrium dan kalium pada hipertensi. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap hipertensi primer melalui beberapa gen yang terlibat dalam regulasi vaskular dan rearbsorbsi natrium oleh ginjal. Efek poligenik misalnya, dihasilkan dari peningkatan fungsi mutasi dan polimorfisme pada penerjemahan komponen gen atau pengaturan molekul-molekul pada system rennin-angiotensin dan transpor natrium ginjal. Gen yang berperan pada patofisiologi hipertensi menurut Sani (2008) adalah:

a. Gen simerik yang mengandung promoter gen 11-hidroksilase dan gen urutan selanjutnya untuk memberikan kode pada gen aldosteron sintase sehinga menghasilkan produksi ektopik aldosteron.

b. Saluran natrium endotel yang sensitif terhadap amilorid yang terdapat pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini mengakibatkan peingkatan aktivitas aldosteron, penekanan aktivitas renin plasma dan hipokalemia.

c. Kerusakan gen 11-hidroksilase dehidroginase menyebabkan sirkulasi konsentrasi kortisol normal mengaktifkan reseptor mineralokortikoid yang menimbulkan sindrom kelebihan mineralokortikoid.15 Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi penyakit jantung hipertensi berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan dalam bentuk tabel silang berikut ini.

Jenis kelaminPenyakit jantung HipertensiTotal

PrehipertensiHipertensi stage IHipertensi stage II

n%n%n%n%

Perempuan216.67325,00758,3312100

Laki-laki00844.441055,5618100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat terlihat bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 58,33% sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki juga cenderung mengalami hipertensi stage II sebesar 55,56%. Data tersebut menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih besar kecendrungannya menderita penyakit jantung hipertensi dibandingkan dengan laki-laki.Hal ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Sigarlaki (2006) bahwasannya perempuan yang menderita prehipertensi sebesar 5,88%, hipertensi stage I sebesar 30,39% dan hipertensi stage II sebesar 19,63%. Sedangkan dari hasil penelitian Irza (2009) didapatkan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria dengan persentase 66,7% pada wanita dan 33,33% pada pria.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi memiliki tekanan darah pada hipertensi stage II (56,67%).

2. Penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi memiliki pola makan kurang baik cenderung menderita hipertensi stage II (57,89%).

3. Penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi memiliki aktifitas fisik kurang baik cenderung menderita hipertensi stage II (57,14%).

4. Penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi yang merupakan perokok ringan cenderung menderita hipertensi stage II (100%).

5. Penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi yang memiliki usia tidak berisiko cenderung menderita hipertensi stage II (60,00%).

6. Penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi yang memiliki IMT normal cenderung menderita hipertensi stage II (61,54%).

7. Penderita penyakit jantung hipertensi yang telah diintervensi yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi cenderung menderita hipertensi stage II sebesar (66,67%).

8. Penderita penyakit jantung hipertensi yang berjenis kelamin perempuan cenderung menderita hipertensi stage II (58,33%).SARAN1. Untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung hipertensi maupun untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, perlu dilakukan peningkatan kualitas hidup dengan cara memperbaiki pola makan menjadi lebih baik, meningkatkan aktifitas fisik dan berhenti merokok.

2. Bagi peniliti lainnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya penyakit jantung hipertensi sehingga pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin.DAFTAR PUSTAKAAbulnaja K.O., 2007, Impact of hypertension, smoking and liver affection on endhothelial dysfungsion and subsequent vascular damage in Saudi middle aged males. Journal Appl Bromed 5:179-188.

Anderson G.H., 1999. Effect of Age on Hypertension: Analysis of Over 4800 Referred Hypertensive Patients. Saudi Journal of Kidney and Disease Transplantation vol 10. Issue 3 p:286-297.

Androgue H.J., Madias N.E., 2007, Sodium and potassium in the pathogenesis of hypertension. The New England Journal of Medicine 356:1966-1978.

Anggraini A.D., 2009, Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang periode januari sampai juni 2008, Skripsi, Fakultas Farmasi-Universitas Riau.

Arifin, 2010, Langkah tepat atasi hipertensi, Dian rakyat, Jakarta.

Armilawaty, Amalia H., Amiruddin R., 2007, Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. http://cerminduniakedokteran.com/index_php?option=com_content&task=4ew&id=38&itemid=12 [diakses pada 21 september 2011]

Bowman S.T., et al, 2007, A prospective study of cigarette smokey and risk of meiden hypertension in bringham and women hospital massachucetts. Clinical research hypertension 1-3.

Bustan M.N., 2000, Epidemiologi penyakit tidak menular, Rineka cipta, Jakarta.

Centers for disease control and prevention, 2011, Body mass index: considerations for practitioners. http://www.cdc.gov/obesity/downloads/BMIforpactitioners.pdf [diakses pada 7 agustus 2012]

Cortas K., 2008, Hypertension. http://www.emedicine.com [diakses pada 15 desember 2011]

Dalimartha S., et al, 2008, Care your self hypertensive, Penebar plus, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I., 2007, Laporan riset kesehatan dasar nasional.

http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/laprikesdas.pdf [diakses tanggal 19 Juli 2011].

Departement of health and human services U.S., 2003, Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). http://www.nhlbi.nih.gov [diakses tanggal 5 juni 2011].

Elisa, 2005, Bebas hipertensi dengan terapi jus, Puspa suara, Jakarta.

Fitriani J., 2011, Gambaran gaya hidup dan obesitas terhadap terjadinya hipertensi di puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Fitria R., 2011, Pola merokok terhadap derajat hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik penyakit dalam RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh periode Januari 2011, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Guyton A.C., Hall J.E., 2007, Buku ajar fisiologi kedokteran, EGC, Jakarta.

Hans D.B., 2005, DGIM. Medical Journal vol II:25-29.

Irza S., 2009, Analisis faktor risiko hipertensi pada masyarakat nagari bungo tanjung Sumatra Barat, Skripsi, Fakultas Farmasi-Universitas Sumatra Utara.

Izumi Y., et al, 2001, Impact of smoking habits on medical care use and its cost a prospective observation of national health insurance beneficianes in Japan. Int J epid 30: 616-621.

Khomsal A., 2004, Pangan dan gizi untuk kesehatan, Raja grafindo persada, Jakarta.

Kumar V., Abbas A.K., Fausio N., 2005, Hypertensive vascular disease in : Robin and Cotran pathologic basis of disease 7th edition, Elsevier saunders, Philadelpia.

Kumar V., Ramzi S.C., Stanley L.R., 2007, Buku ajar patologi robins edisi 7 volume 2, EGC, Jakarta.

Maulisa W., 2012, Hubungan gaya hidup dengan penyakit hipertensi pada pasien yang berobat ke puskesmas Kuta Alam tahun 2012, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Notoatmodjo, 2010, Motodologi penelitian kesehatan, Rhieka cipta, Jakarta.

Nugraheni, Meilina S., Ronny A., 2008, Pengendalian faktor determinan sebagai upaya penatalaksanaan hipertensi di tingkat puskesmas. Jurnal manajemen pelayanan kesehatan 11: 185-191.

Pattisina, 2005, Pola makan vs hipertensi, Kompas ciber media, Jakarta.

Potter, Perry, 2009, Fundamental of nursing buku 1 edisi 7, Salemba medika, Jakarta.

Price S.A.,Wilson L.M., 2006, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1, EGC, Jakarta.

Rachmi, 2006, Mengendalikan hipertensi, Bali post, Jakarta.

Rahardja E.M., 2004, Faktor izi dalam regulasi tekanan darah. Ebers papyrus 10:165-72.

Ridwanaminuddin, 2007, Hipertensi dan faktor resikonya dalam kajian epidemiologi. http://ridwanaminuddin.wordpress.com [diakses pada 21 september 2011].

Rilantono L.I., Baraas F., Karo S.K., Roebiono P.S., 2004, Buku ajar kardiologi, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.

Sani A., 2008, Hypertension current perspective, Medya area, Jakarta.

Sarwono, 2003, Ilmu penyakit dalam, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.

Shapo L., Pomerleau J., Mckee M., 2003, Epidemiology of hypertension and associated cardiovascular risk factors in a country in transition, Albania. Journal epidemiology community health 57: 734-739.

Siantiri G., 2003, Cegah hipertensi dengan pola makan. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid.1046314663,16713,-24k [diakses pada 21 september 2011]

Sigarlaki H.J.O., 2006, Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di desa Bogor kecamatan bulus pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa tengah tahun 2006. Makara kesehatan vol 10 no 2: 78-88.

Sihombing M., 2010, Hubungan perilaku merokok, konsumsi makanan atau minuman dan aktifitas fisik dengan penyakit hipertensi pada responden obesitas usia dewasa di Indonesia. Majalah kedokteran Indonesia volume 60 no 9 p:406-412.

Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadribrata M., Setiadi S., 2006, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.

Suheni Y., 2007, Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di badan Rumah Sakit daerah Cepu, skripsi, Fakultas ilmu keolahragaan-Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0197/a25eed54.dir/doc.pdf [diakses 20 februari 2012]

Thiele H., Pohlink C., Schuler G., 2004, Hypertension and exercise. http://www.hypertensionandexercise. [diakses pada 20 februari 2012]

Wade A.,Hwheir DN., Cameron A., 2003, Using problem detection study (PDS) to identify and compare health care provider and consumer views of antihypertensive therapy, Journal of human hypertension, Jun vol 17 issue 6 p397.

Wahba M., 2007, Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic link to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562.

Widayanto, 2008, Apa manfaat garam sebagai bahan pengawet. http://id.answer.yahoo.com/question/indexi_ylt=AJ3eh2PdCnd0po2rHRTkNLURgX.;_ylu=3?qid=20080814042051AAW [diakses pada 21 september 2011]

Wiryowidagdo, Sudjaswadi, Sitanggang M., 2008, Tanaman obat untuk penyakit jantung, darah tinggi dan kolesterol, Agromedia pustaka, Jakarta.

World health organization, 2000, Obesity and overweight; WHO media centre, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html [Diakses pada 28 maret 2012].

World health organization, 2008, The global burden disease:2004 update. http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/2004_report_update/en/index.html [Diakses pada 25 mei 2011].

Yusuf I., 2008, Hipertensi sekunder. Medicinus vol 21 no 3 p:71-79. 15