GAMBARAN FAKTOR-FAKTO R YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312381-S 43138-Gambaran faktor... · universitas indonesia gambaran faktor-fakto r yang

Embed Size (px)

Citation preview

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN

    KUNCIRAN INDAH TANGERANG

    SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

    PUTRI PERTIWI 0806457224

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA REGULER

    DEPOK JULI 2012

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • ii

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • iii

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT

    karena atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini

    dilakukan untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu

    Keperawatan. Saya bersyukur dapat menjalani proses penyusunan skripsi ini dan

    mendapatkan banyak pengalaman baru. Saya menyadari bahwa tanpa dukungan

    dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi

    ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya megucapkan rasa terima kasih yang

    setulus-tulusnya kepada:

    1. Ibu Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., MN selaku dosen pembimbing saya yang

    telah memberikan masukan yang berharga, menyediakan waktu, tenaga,

    pikiran, dan kesabaran untuk membimbing saya dalam menyelesaikan

    skripsi ini;

    2. Staff pengajar FIK UI yang telah memberikan dukungan, informasi, dan materi selama perkuliahan, sehingga membantu saya dalam penyusunan

    skripsi ini; 3. Kepala Kelurahan, seluruh Ketua RW, dan kader di Kelurahan Kunciran

    Indah Tangerang yang telah memberi ijin kepada saya dan membantu

    dalam penelitian di Kelurahan Kunciran Indah; 4. Mama (Sukaenah) dan Bapak (Kodim Sutardi) yang tidak pernah putus

    memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan sehingga saya dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini untuk Mama dan Bapak;

    5. Kakak-kakak tercinta Aarie, Aabi, Mba Rina, dan Mba Trisna. Terima

    kasih atas semangat, doa, dan segala hal positif yang telah diberikan;

    6. Sahabat terbaik saya Winda Andriana dan Masbud (Windy, Dini,

    Rosma, Bayu, dan Dedi) atas doa dan keceriaan yang diberikan selama ini;

    7. Teman satu kamar saya, Rina Siti, teman-teman di rumah Ranger

    (Nindy, Merlin, Darti, dan Resti), teman-teman Huru-Hara (Komang,

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • v

    Mila, Fika, dan Rijun), dan teman-teman satu bimbingan (Ika, Nike, dan

    Risa) atas semua doa, semangat, dan keceriaannya.

    8. Teman-teman seperjuangan FIK UI reguler angkatan 2008 yang selalu

    memberi semangat satu sama lain. Semoga kita dimudahkan dalam

    mencapai cita-cita yang kita inginkan. Aamiin.

    9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut

    membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang

    telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Saya menyadari bahwa

    skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh

    karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi

    ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kemajuan kesehatan di

    Indonesia.

    Depok, Juni 2012

    Penulis

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • vi

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • vii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Putri Pertiwi

    Program Studi : Ilmu Keperawatan

    Judul : Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

    Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang

    WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun

    cakupan pemberian ASI eksklusif di beberapa daerah di Indonesia masih di bawah

    target Departemen Kesehatan sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana

    pada 106 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Hasil penelitian mendapatkan,

    sebesar 91,5% responden memberikan ASI, namun hanya 31,1% yang

    memberikannya secara eksklusif. Hasil faktor internal, sebanyak 87,7% responden

    berpengetahuan baik, 57,7% berpersepsi negatif, dan kondisi kesehatan menghambat

    pemberian ASI sebesar 50,9%. Hasil faktor eksternal, 50,9% petugas kesehatan

    kurang mendukung, 50,9% terpajan promosi susu formula, 99% orang terdekat

    mendukung, 71,7% memberikan ASI sesuai tradisi, dan 38,7% memberikan

    makanan/minuman karena tradisi. Penelitian ini merekomendasikan agar petugas

    kesehatan dapat meningkatkan dukungan melalui edukasi agar dapat meningkatkan

    cakupan ASI eksklusif.

    Kata Kunci: ASI eksklusif, faktor ekskternal, faktor internal, Kelurahan Kunciran

    Indah

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • viii Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Putri Pertiwi

    Study Program : Science Nursing

    Title : Factors that Influence Exclusive Breastfeeding at Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang

    WHO recommended exclusive breastfeeding for six months, but the number of

    exclusive breastfeeding still below the Health Department target as big as 80%. The

    objective of this research is to determine factors that influence exclusive

    breastfeeding at Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. This research used a simple

    descriptive design to 106 mothers at Kunciran Indah who has 6-24 moths old baby.

    The result was 91,5% mothers gave breast milk, but only 31,1% who gave it

    exclusively. Result of internal factors were 87,7% respondent has a good knowledge,

    55,7% has a negative perception, and health condition inhibit the breastfeed were

    50,9%. Result of external factors were 50,9% health care professional has less

    support, 50,9% saw the formula milk promotion, 99% relatives support,71,7% gave

    breast milk as a tradition, and 38,7% gave additional food/drink because of tradition.

    This research recommend healthcare professional to increase support through

    education so that number of exclusive breastfeeding would be increased.

    Key word: exclusive breastfeeding, extending breastfeed, extending breastfeeding

    factor, Kelurahan Kunciran Indah

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • ix Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii

    HALAMAN PENGESAHAN iii

    KATA PENGANTAR iv

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi

    ABSTRAK vii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR SKEMA xiii

    DAFTAR LAMPIRAN xiv

    1. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian 6

    1.3.1 Tujuan Umum 6 1.3.2 Tujuan Khusus 6

    1.4 Manfaat Penelitian 6 1.4.1 Manfaat aplikatif 6 1.4.2 Manfaat teoritis 7 1.4.3 Manfaat Metodologi 7

    2. TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Air Susu Ibu 8

    2.1.1 Kandungan ASI 9 2.1.2 Manfaat Menyusui 12

    2.2 Faktor Internal 13 a. Usia 13 b. Kondisi Kesehatan 14 c. Pengetahuan 16 d. Persepsi 16

    2.3 Faktor Eksternal 17 a. Pendidikan 17 b. Dukungan Petugas Kesehatan 17 c. Dukungan Orang Terdekat 18 d. Promosi Susu Formula 18 e. Budaya 19 f. Status Pekerjaan 21 g. Tempat Bersalin 21

    2.4 Kerangka Teori 22

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • x Universitas Indonesia

    3. KERANGKA KERJA PENELITIAN 23 3.1 Kerangka Konsep 23 3.2 Definisi Operasional 24

    4. METODOLOGI PENELITIAN 28 4.1 Desain Penelitian 28 4.2 Populasi dan Sampel 28 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 29 4.4 Etika Penelitian 29 4.5 Alat Pengumpulan Data 29 4.6 Proses Pengumpulan Data 32 4.7 Pengolahan Data 32 4.8 Analisis Data 35 4.9 Sarana Penelitian 36

    5. HASIL PENELITIAN 37 5.1 Pelaksanaan Penelitian 37

    5.2 Penyajian Hasil Penelitian 37

    5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang 37

    5.2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang 39

    5.2.3 Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian

    ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang 40

    5.2.4 Gambaran Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian

    ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang 41

    6. PEMBAHASAN 43 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil 43

    6.1.1 Pemberian ASI Eksklusif 43

    6.1.2 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian

    ASI Eksklusif 44

    6.1.3 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian

    ASI Eksklusif 46

    6.2 Keterbatasan Penelitian 50

    6.3 Implikasi Keperawatan 51

    7. PENUTUP 52 7.1 Kesimpulan 52 7.2 Saran 53

    7.2.1 Pelayanan Kesehatan 53 7.2.2 Penelitian Keperawatan 53 7.2.3 Pendidikan Keperawatan 54

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • xi Universitas Indonesia

    DAFTAR PUSTAKA 55

    LAMPIRAN

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • xii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu formula 10

    Tabel 3.1 Definisi Operasional 24

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) 39

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal

    Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang,

    April-Mei 2012 (n=106) 41

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal

    Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang,

    April-Mei 2012 (n=106) 42

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • xiii Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori 22

    Gambar 3.2 Kerangka Konsep 23

    Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

    Kunciran Indah, Tangerang (n=106) 39

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • xiv Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Informed consent

    Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4 Jadwal Kegiatan

    Lampiran 5 Biodata

    Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sebanyak 193.000 anak Indonesia kehilangan kesempatan hidup sebelum

    berusi 5 tahun (UNICEF, 2011). Meskipun angka kematian bayi di dunia

    turun dalam sepuluh tahun terkahir, UNICEF menyatakan angka kematian

    bayi di Indonesia masih tinggi. Jika dibandingkan negara-negara di ASEAN,

    angka kematian bayi di Indonesia 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3

    kali lebih tinggi dari Filipina.

    Bayi memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit karena daya tahan tubuh

    yang belum sempurna. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan

    penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia (Naim,

    2001). Naim dalam penelitiannya menemukan bayi yang tidak diberi ASI

    secara eksklusif memiliki risiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali

    daripada bayi yang diberi ASI.

    ASI yang memiliki berbagai manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan

    perkembangan bayi juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit akut

    dan kronik. McNiel, Labbok, & Abrahams (2010) mengemukakan bayi

    yang diberikan ASI memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit

    otitis media, asma, diabetes tipe 1 dan 2, dermatitis atopik, dan infeksi

    saluran napas bagian bawah. Penelitian yang dipublikasikan oleh Off Our

    Backs, Inc (2011) menunjukkan ASI juga dapat melindungi bayi dari

    penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan influenza.

    Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan alami untuk bayi yang

    berasal dari ibu. ASI memiliki kemungkinan risiko alergi yang sangat kecil

    jika dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Oleh sebab itu, ASI dapat

    dikatakan sebagai makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 2

    Universitas Indonesia

    mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan

    perkembangan bayi (Siregar, 2004).

    Kebaikan ASI tersebut mendorong WHO merekomendasikan pemberian

    ASI selama enam bulan secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif yang

    dimaksud adalah memberi ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan

    padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau

    sirup. Selanjutnya, UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan

    beberapa negara lain menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif

    selama enam bulan (Amiruddin, 2006).

    Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam

    bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di

    Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia

    bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 27-

    42% bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan

    Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007)

    menunjukkan rata-rata balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami

    penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9

    bulan (Pee, et al., 2002).

    Rendahnya angka balita yang disusui dapat dipengaruhi oleh berbagai

    faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, yaitu yang berasal

    dari ibu, diantaranya, tingkat pengetahuan, kondisi kesehatan, dan persepsi

    ibu. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa dukungan orang terdekat,

    petugas kesehatan, promosi susu formula, dan budaya di lingkungan tempat

    tinggal ibu.

    Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat pengetahuan ibu, memiliki andil

    dalam pemberian ASI eksklusif. Novita (2008) menemukan tingkat

    pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan berbanding

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 3

    Universitas Indonesia

    terbalik dengan pemberian ASI pada bayi. Semakin tinggi tingkat

    pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada

    bayinya.

    Faktor selanjutnya yaitu persepsi. Hal yang mempengaruhi pemberian ASI

    eksklusif pada faktor ini yaitu munculnya persepsi ibu tentang kurangnya

    produksi ASI yaitu sindroma ASI kurang. Hal ini dapat menghambat

    pemberian ASI eksklusif karena persepsi tersebut memicu terjadinya

    peralihan dari ASI menuju susu formula (Siregar, 2004; Off Our Backs, Inc,

    2011).

    Kondisi kesehatan ibu turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Ibu yang

    menderita suatu penyakit tertentu yang disebabkan oleh virus, seperti TB

    dan HIV, cenderung memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena

    khawatir menularkan penyakit yang ia derita kepada bayinya. Studi yang

    dilakukan Swarts et al (2010) di KwaZulu-Natal menunjukkan 48,6% ibu

    yang terinfeksi HIV memilih untuk menggunakan susu formula sebagai

    pengganti ASI karena dinilai dapat menginfeksi bayinya (Coad & Dunstall,

    2005; McNiel, Labbok, & Abrahams, 2010).

    Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berperan penting

    dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan

    orang terdekat seperti suami, ibu, dan saudara perempuan. Studi pada tahun

    2010 menunjukkan 13% ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu

    formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts,

    Kruger, & Dolman, 2010).

    Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap pengaruh petugas kesehatan

    terhadap pemberian makan yang dilakukan ibu menunjukkan hasil yang

    signifikan. Sebanyak 90% responden yang menerima konseling dari petugas

    kesehatan tentang metode pemberian makan pada bayi, baik ASI maupun

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 4

    Universitas Indonesia

    susu formula, menunjukkan adanya pengaruh petugas kesehatan dalam

    pengambilan keputusan pemberian makan. Wanita yang memperoleh

    informasi mengenai ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki

    kecenderungan untuk menyusui secara eksklusif dalam waktu yang lama

    (Chezem, Friensen, & Clark, 2001; Minnie & Greeff, 2006; Piwoz,

    Humprey, Iliff, et all, 2007; Piwoz, Ferguson, Bentley, et all, 2006; Swarts,

    Kruger, & Dolman, 2010; Doherty, Chopra, Nkonki, et all, 2006;).

    Penelitian yang dilakukan Swarts, Kruger, dan Dolman (2010)

    menunjukkan susu formula menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

    pemberian ASI eksklusif. Promosi susu formula menyebabkan ibu memiliki

    alasan untuk tidak memberikan atau mengombinasikan pemberian ASI.

    Responden yang diwawancara saat penelitian dilakukan menyatakan salah

    satu alasan ia menggunakan susu formula karena pemerintah

    memberikannya secara cuma-cuma (Swarts, Kruger, dan Dolman, 2010).

    Faktor eksternal yang terakhir adalah budaya. Budaya memiliki peran yang

    sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif. Budaya yang dianut seseorang

    secara turun temurun cenderung sulit untuk diperbaiki. Banyak kebudayaan

    di Indonesia yang menghambat pemberian ASI eksklusif karena beberapa

    persepsi budaya. Sebagai contoh, pada masyarakat Lombok memiliki

    persepsi bayi yang tidak diberi nasi pada usia dini tidak tumbuh menjadi

    besar dan kuat seperti yang diharapkan (Pratiwi, 1998). Persepsi budaya

    seperti ini dapat membuat pencapaian pemberian ASI eksklusif menurun.

    Data statistik penelitian dan pengembangan Kota Tangerang 2010

    menunjukkan seluruh kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI

    di bawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya

    adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan Kunciran Indah memiliki

    jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 Kelurahan di Kota Tangerang,

    namun memiliki cakupan ASI eksklusif ketiga terendah yaitu sebesar

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 5

    Universitas Indonesia

    24,87%. Proporsi ini masih jauh dari target departemen kesehatan.

    Berdasarkan fenomena tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor

    yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran

    Indah, Tangerang.

    1.2 Rumusan Masalah

    Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, meskipun angka kematian

    bayi di dunia turun dalam sepuluh tahun terakhir (UNICEF, 2011).

    Kematian bayi disebabkan oleh infeksi penyakit. Infeksi saluran pernapasan

    merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Pencegahan

    penyakit dilakukan salah satunya dengan memberikan ASI.

    ASI dinilai sebagai nutrisi terbaik untuk bayi. Oleh sebab itu, WHO

    merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif tanpa tambahan cairan

    lain maupun makanan. Vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau

    sirup merupakan pengecualian. UNICEF bersama WHA juga menetapkan

    jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun

    rekomendasi tersebut belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia.

    Data statistik penelitian dan pengembangan Kota Tangerang 2010

    menunjukkan seluruh kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI

    di bawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya

    adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan Kunciran Indah memiliki

    jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 Kelurahan di Kota Tangerang,

    namun memiliki cakupan ASI eksklusif ketiga terendah yaitu sebesar

    24,87%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik internal ibu

    maupun eksternal ibu. Penelitian ini merumuskan masalah penelitian yaitu

    belum diketahuinya gambaran faktor-faktor internal dan eksternal yang

    mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah,

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 6

    Universitas Indonesia

    Tangerang. Adapun pertanyaan penelitian dari masalah ini sebagai berikut.

    a. Bagaimana persentase pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran

    Indah?

    b. Apa saja faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI

    eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah?

    c. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI di

    Kelurahan Kunciran Indah?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor

    yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui:

    a. Persentase pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah

    b. Gambaran faktor internal yang mempengaruhi pemberian pemberian ASI

    eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah

    c. Gambaran faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian pemberian ASI

    eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Aplikatif

    Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai faktor internal dan

    eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui seberapa

    besar faktor internal dan eksternal mempengaruhi pemberian ASI.

    Selanjutnya baik petugas kesehatan maupun pemerintah dapat menentukan

    strategi yang tepat dalam peningkatan angka pemberian ASI eksklusif

    berdasarkan faktor-faktor yang diteliti.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 7

    Universitas Indonesia

    1.4.2 Manfaat Teoritis

    Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan keperawatan

    maternitas tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini

    memberikan informasi tentang tentang faktor internal dan eksternal apa saja

    yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

    1.4.3 Manfaat Metodologi

    Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan

    dengan faktor pemberian ASI untuk melihat kembali masing-masing faktor

    secara mendalam. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan referensi atau

    data bagi penelitian selanjutnya terkait pemberian ASI eksklusif.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 8 Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bagian ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan

    dalam membuat instrumen penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pemaparan

    teori tentang ASI eksklusif akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan

    memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan ASI dan ASI eksklusif.

    Selanjutnya secara berurutan, teori bagian kedua dan ketiga akan membahas tentang

    faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

    2.1 Air Susu Ibu (ASI)

    ASI memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan

    perkembangan bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti WHO,

    UNICEF, dan WHA merekomendasikan pemberian ASI saja selama enam

    bulan (Amiruddin, 2006). Departemen kesehatan juga menargetkan cakupan

    pemberian ASI eksklusif sebesar 80%.

    Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

    laktosa, dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamari

    manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI

    menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi

    sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar, 2004).

    ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah

    persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai

    dengan bayi berumur enam bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu

    susu formula, air matang, jus buah, air gula, dan madu. Vitamin, mineral,

    maupun obat dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk dalam makanan

    tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2007).

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 9

    Universitas Indonesia

    2.1.1 Kandungan ASI

    ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi enam bulan karena kandungan

    gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat

    menampung cairan sebanyak 10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki

    kandungan gizi yang sesuai serta volume yang tepat sesuai dengan kapasitas

    lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2009).

    ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang

    terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI

    berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa

    gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang telah

    disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi

    (transitional milk), dan ASI matang (mature milk).

    Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-

    kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein,

    vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI

    matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan

    Iminoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga

    berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru

    lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari

    setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI

    transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2000;

    Roesli, 2003; Brown, 2004).

    ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai

    kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI

    transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air,

    dan semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 10

    Universitas Indonesia

    dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all,

    2000; Roesli, 2003).

    ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian

    yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal

    bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down.

    Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk

    mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et

    all, 2000; Roesli, 2003). Kandungan ASI secara rinci, serta perbandingannya

    dengan kolostrum dan susu formula dapat dilihat pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu formula

    Kandunga

    n

    Kolostru

    m

    ASI

    (100 ml)

    Susu Sapi

    (100 ml)

    Keterangan

    Energi

    Air

    70 (kkal) 66 (kkal) Kolostrum diproduksi

    dalam jumlah kecil, namun

    lebih mudah dicerna.

    Protein immunogl

    obulin

    untuk

    meningkat

    kan

    kandungan

    protein

    1.3 g

    (sebagian

    besar air

    dadih);

    lactalbumin;

    immunoglob

    ulin;

    laktoferin;

    lisozim;

    enzim;

    hormon.

    3.5 g

    (banyak

    mengandu

    ng kasein)

    Kolostrum mengandung

    banyak imun pasif sebagai

    proteksi pertama bagi

    bayi; susu sapi lebih sulit

    dicerna karena

    mengandung kasein, juga

    mengandung laktoglobulin

    yang tidak ditemukan pada

    ASI (diduga sebagai

    penyebab alergi pada susu

    sapi); perbedaan rasio

    protein menyebabkan anak

    sapi lebih cepat tumbuh

    daripada bayi manusia.

    Laktosa Sedikit

    laktosa

    7.0 g

    menyediakan

    37% dari

    kebutuhan

    energi

    4.9 g Rasa ASI lebih manis dari

    susu sapi

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 11

    Universitas Indonesia

    Kandungan Kolostru

    m

    ASI (100

    ml)

    Susu Sapi

    (100 ml)

    Keterangan

    Lemak Sedikit

    lemak

    4.2 g (98%

    trigliserida

    )

    menyediak

    an kurang

    lebih 50%

    dari

    kebutuhan

    energi

    3.7 g Semua susu mamalia kaya akan

    lemak berkaitan dengan tingginya

    energi yang dihasilkan dari

    metabolisme lemak

    Sodium 15 mg 22 mg Konsentrasi ion lebih tinggi pada

    susu sapi; ginjal neonatus

    mungkin tidak dapat mengatur

    konsentrasi ion yang lebih tinggi

    berkaitan dengan ketidakmaturan

    Potasium 60 mg 35 mg

    Klorida 43 mg 29 mg

    Kalsium 35 mg 117 mg

    Posfor 15 mg 92 mg

    Magnesium 2.8 g

    Vit. A Level

    meningkat

    60 m Lebih

    sedikit

    Vit. D 0.01 m

    Vit. E Level

    meningkat

    0.35 m

    Vit. K Level

    meningkat

    0.21 m 6 m

    Tiamin 16 m 44

    Riboflavin 30 m 175 m

    Nicotinic

    acid

    230 m

    B12 0.01 m 0.4 m

    B6 6 m

    Folat 5.2 m 5.5 m

    Pentotenic

    acid

    260 m

    Biotin 3.8 m

    Vit. C 3.8 mg 1.1 mg

    Besi 76 m 5 mg ASI memiliki tingkat besi yang

    rendah, namun besi dapat diserap

    kurang lebih 20 kali lebih efisien

    daripada besi tambahan

    Tembaga 76 m

    Zinc 295 m

    Iodin 7 m Sumber: Coad,J., & Dunstall, M. (2005). Anatomy and physiology for midwives. 2

    nd edition. London:

    Elsevier Mosby. p. 421-422.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 12

    Universitas Indonesia

    2.1.2 Manfaat Menyusui

    Proses menyusui berarti memberikan susu pada bayi (KBBI, 2003). Susu yang

    dimaksud dalam pengertian ini adalah ASI. Pemberian ASI memiliki manfaat

    karena ASI mengandung nutrisi optimal untuk bayi yang memberikan berbagai

    kebaikan. Manfaat menyusui tidak hanya dirasakan oleh bayi, tetapai juga oleh

    ibu. Manfaat tersebut diantaranya manfaat imunologis, nutrisi, dan psikologis.

    Manfaat imunologis yang diberikan ASI mencangkup perlindungan dari infeksi

    respirasi dan gastrointestinal, otitis media, meningitis, sepsis, dan alergi.

    Perlindungan ini didapat bayi mulai dari periode neonatal sampai

    immunoglobulin pada bayi aktif pada usia 18 bulan. Immunoglobulin seperti

    secretory IgA mengandung antivirus dan antibakteri. Secretory IgA berperan

    dalam mengurangi permiabilitas usus halus terhadap makromolekul antigenik.

    Kandungan lain dalam kolostrum seperti Lactobacillus bifidus, lisosim,

    laktoperoksidase, laktoferin, transferin, dan berbagai immunoglobulin dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri dan virus (Olds et all, 2000).

    Manfaat nutrisi ASI salah satunya diperoleh dari kolesterol dan mineral. Kadar

    kolesterol yang tinggi dan asam amino yang seimbang dalam ASI sangat baik

    untuk pembentukan myelin dan perkembangan saraf bayi. Tingginya kadar

    kolesterol pada ASI dapat merangsang produksi enzim yang membuat

    metabolisme kolesterol menjadi efisien dengan cara menurunkan efek jangka

    panjang yang buruk pada sistem kardiovaskuler (Lawrence (1994) dalam Olds

    et all, 2000)).

    ASI mengandung mineral dengan jumlah yang lebih sesuai dibandingkan

    dengan susu formula. Meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI

    lebih rendah dari susu formula, zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan

    cukup untuk memenuhi kebutukan zat besi bayi pada usia empat sampai enam

    bulan (Olds et all, 2000).

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 13

    Universitas Indonesia

    Keuntungan lain dari menyusui yaitu semua komponen dalam ASI diberikan

    pada bayi dalam bentuk yang tidak berubah. Vitamin yang terdapat pada ASI

    tidak hilang jika dipanaskan. Jika ibu mengonsumsi multivitamin, bayi hanya

    membutuhkan vitamin D dan fluoride sampai bayi berusia lebih dari enam

    bulan (Olds et all, 2000).

    Manfaat psikologis yang diperoleh dari menyusui yaitu menyusui dapat

    meningkatkan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi karena selama proses

    menyusui terjadi kontak secara langsung antara keduanya. Kemampuan bayi

    dalam merasakan sentuhan berkembang pesat setelah bayi lahir dan menjadi

    bentuk utama dalam berkomunikasi. Hal ini dapat memberikan kehangatan,

    kedekatan, dan kenyamanan, juda meningkatnya kedekatan antara ibu dan bayi

    (Olds et all, 2000).

    2.2 Faktor Internal

    Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti

    biologis, kognitif, dan afektif (William et al, 2011). Ketiga dimensi dalam

    faktor internal ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Bagian dari

    dimensi biologis yang akan dibahas mencangkup usia dan kondisi kesehatan,

    kognitif mencangkup pengetahuan, dan afektif yang mencangkup persepsi yang

    berkaitan dengan ASI Eksklusif.

    a. Usia

    Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23

    tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang

    berusia lebih tua. Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap

    siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun

    terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara

    keseluruhan setelah usia 30 tahun (Suraatmadja, 1997: Novita, 2008).

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 14

    Universitas Indonesia

    Penelitian yang dilakukan Asmijati (2001) menemukan proporsi pemberian ASI

    eksklusif pada ibu berusia sampai dengan 30 tahun lebih banyak dari ibu yang

    berusia lebih dari 30 tahun.

    b. Kondisi Kesehatan

    Model kontinum sehat-sakit Neuman (1990) dalam Potter & Perry (2005)

    mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara

    terus menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan

    yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan

    untuk menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi

    sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional,

    intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat (Potter & Perry,

    2005).

    Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh terhadap

    pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan emosional. Kondisi fisik perlu

    dipertahankan agar seseorang tidak mengalami masalah kesehatan, tidak

    terkecuali pada ibu menyusui. Hasil penelitian MacLaen (1998) yang dibahas

    dalam William (2011) menunjukkan masalah kesehatan dalam memberikan

    ASI merupakan faktor utama ibu berhenti atau tidak memberikan ASI pada bayi

    berusia tiga sampai empat bulan. Masalah kesehatan atau penyakit yang diderita

    ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu.

    Olds, dkk (2000) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya

    tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan sesegera

    mungkin. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang

    menderita galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat

    merubah galaktosa menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan

    bayi (Adams, dkk, 2007). Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi

    pemberian ASI yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2002).

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 15

    Universitas Indonesia

    Penelitian yang dilakukan oleh Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) di KwaZulu

    Natal menunjukkan 48,6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula

    sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat

    menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui

    karena dapat menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang

    dengan rekomendasi dari WHO tentang penggantian ASI.

    WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu formula,

    direkomendasikan untuk ibu dengan HIV hanya jika cocok (acceptable), mudah

    dikerjakan (feasible), mampu (affordable), digunakan terus menerus

    (sustainable), dan aman (safe). Tingginya presentasi ibu yang memilih susu

    formula di KwaZulu Natal menjadi fokus perhatian karena lingkungan yang

    tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu formula. Bayi yang diberikan

    susu formula memiliki risiko meninggal tiga kali lebih besar pada umur dua

    bulan, empat kali lebih besar pada umur dua sampai tiga bulan, dan dua-

    setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur yang sama.

    Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak mengalami

    perubahan perilaku dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu masalah

    emosi yang paling umum dialami yaitu stress. Wagner (2012) menyatakan

    stress dapat terjadi pada ibu menyusui akibat bayi cepat marah dan sering

    mencari susu ibu. Beliau juga mengatakan stres memiliki pengaruh terhadap

    produksi ASI.

    Siregar (2004) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan

    secara emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam

    menyusui bayinya, karena keadaan emosi dapat mempengaruhi let-down reflex

    saat menyusui. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami

    goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 16

    Universitas Indonesia

    down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat

    ASI akan menangis dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisah dan

    semakin mengganggu let down reflex.

    c. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku

    kognitif. Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi

    baru dan dapat diingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari

    pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam

    mempelajari informasi yang penting (DeLaune & Ladner, 2002); Potter &

    Perry, 2005).

    Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI

    eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI

    eksklusif hal ini telah dibuktikan oleh Yuliandarin (2009) dalam penelitiannya,

    yaitu ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih

    besar untuk menyusui secara eksklusif. Asmijati (2001) juga mendapatkan hasil

    serupa pada penelitiannya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki

    kemungkinan 6,7941 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu

    yang memiliki pengetahuan rendah.

    d. Persepsi

    Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut Siregar (2004), yaitu

    sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia

    produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa

    payudara sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal

    ini telah dibuktikan dalam penelitian William et al (2011) yang menyebutkan

    ibu yang memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui

    bayinya karena khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 17

    Universitas Indonesia

    Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering

    menangis saat minta disusui (Siregar, 2004). Hal tersebut terjadi karena

    semakin bertambahnya usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga

    bayi lebih sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna sehingga perut

    bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu beranggapan bayi perlu

    diberikan minuman tambahan bahkan dikenalkan dengan makanan padat

    (Siregar, 2004; William, dkk, 2011).

    2.3 Faktor Eksternal

    Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi

    beberapa dimensi yaitu institusi, sosial, dan sosial demografi (William et al,

    2011). Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan; sosial yaitu dukungan petugas

    kesehatan, dukungan orang terdeka dan promosi susu formula; dan sosial

    demografi seperti pendidikan, pekerjaan, dan suku/budaya.

    a. Pendidikan

    Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat

    pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada

    bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki

    kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan

    ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga

    memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung

    oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi pemberian ASI

    pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar dari ibu yang berpendidikan

    tinggi.

    b. Dukungan Petugas Kesehatan

    Penelitian di Afrika Selatan juga menunjukkan edukasi mengenai pemberian

    makan yang dilakukan di klinik berperan penting dalam pemilihan menyusui

    secara dini. Edukasi mengenai pemberian ASI sangat penting dilakukan

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 18

    Universitas Indonesia

    sebelum atau selama kehamilan dan dilanjutkan setelah melahirkan. Persepsi

    dari tenaga kesehatan sangat penting karena mereka persepsi tersebut dapat

    mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu (Chezem, Friensen, & Clark, 2001;

    Doherty, Chopra, Nkonki, et al, 2006; Minnie & Greeff, 2006; Piwoz,

    Ferguson, Bentley, et all, 2006; Piwoz, Humprey, Iliff, et al, 2007; Swarts,

    Kruger, & Dolman, 2010;).

    Sebesar 90% responden menerima konseling dari petugas kesehatan tentang

    metode pemberian makanan pada bayi dan hal tersebut mempengaruhi

    keputusan responden. Hal tersebut telah dibuktikan di penelitian lain yang

    dilakukan Chezem (2001), Doherty (2006) dan Piwoz (2006). Wanita yang

    memperoleh informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki

    kecenderungan untuk menyusui secara eksklusif untuk jangka waktu yang

    lama.

    c. Dukungan Orang Terdekat

    Olds, London, dan Ladewig (2000) menyatakan keputusan untuk memberikan

    ASI sering dipengaruhi oleh keluarga terutama suami dan orangtua, teman, dan

    lingkungan sosial ibu daripada pengetahuan ibu. Dukungan keduanya telah

    terbukti berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian

    menunjukkan, dalam memutuskan pemberian ASI atau susu formula, 13%

    responden dipengaruhi oleh ibunya atau saudara perempuannya (Swarts,

    Kruger, & Dolman, 2010).

    d. Promosi Susu Formula

    Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha pemerahan

    susu. Susu sapi dimodifikasi dan diproses menjadi susu formula yang menjadi

    asupan untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama dengan

    susu manusia, namun secara kualitas keduanya berbeda. Perbedaan antara

    kuantitas dan kualitas antara ASI dan susu sapi sebelumnya telah ditampilkan

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 19

    Universitas Indonesia

    dalam tabel 2.1. Berdasarkan perbedaan komposisi tersebut, bayi yang

    mengonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan bayi

    yang mengonsumsi susu formula (Coad & Dunstall, 2005).

    Widodo (2007) dalam tesisnya menyatakan pergeseran perilaku pemberian ASI

    ke susu formula terjadi karena susu formula dianggap lebih bergengsi. Beliau

    mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh media yang didominasi

    oleh televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing dalam

    memberikan nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi

    pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Mardaya (2002)

    yang menemukan akses informasi memiliki dampak negatif yang dapat

    menurunkan pemberian ASI eksklusif.

    Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam

    memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih

    susu formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat

    mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit yang diderita

    ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI.

    Alasan terkahir ibu berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah

    memberikannya secara cuma-cuma.

    e. Budaya

    Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu masyarakat

    memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara eksklusif. Sebagian besar

    hasil studi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan

    praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang dilakukan karena

    pengaruh budaya yang dianut. Biasanya hal yang menghambat keberhasilan

    ASI eksklusif adalah praktik pemberian makan yang seharusnya belum

    dilakukan pada bayi di bawah enam bulan. Swasono (1998) dalam bukunya

    membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 20

    Universitas Indonesia

    di beberapa wilayah di Indonesia seperti pada masyarakat Bandainera, To

    Bunggu, Lombok, dan Betawi.

    Swasono & Soelisa dalam bukunya menyebutkan masyarakat Bandainera,

    Maluku Tengah menganggap ASI sebagai makanan utama bagi bayi.

    Pemberian kolostrum pada bayi dilakukan setelah ibu mendapat penyuluhan

    dari puskesmas setempat. Penyapihan dapat terjadi lebih cepat jika ibu berada

    dalam keadaan tidak sehat. Sebagai pengganti ASI dapat diberikan teh manis

    serta makanan tambahan. Selain ASI, masyarakat Bandainera juga

    menggunakan susu kaleng sebagai makanan tambahan bayi maupun sebagai

    pengganti ASI dalam keadaan terpaksa. Selain ASI makanan tambahan yang

    banyak tersedia di lingkungan setempat adalah pisang dan bubur nasi. Tim

    sayuran juga diberikan setelah bayi berusia lebih dari tiga bulan (Swasono &

    Soselisa, 1998).

    Mustamin (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap

    pemberian ASI pada masyarakat To Bunggu. ASI keluar beberapa jam setelah

    kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar yang keluar harus

    dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit

    perut. Masyarakat beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan saat

    bayi sudah sering menangis ketika diberi ASI. Keadaan tersebut umumnya

    ditunjukkan bayi saat berusia dua minggu hingga dua bulan (Mustamin, 1998).

    Hal ini menunjukkan budaya memberikan pengaruh yang besar terhadap

    pemberian ASI eksklusif karena masyarakat lebih percaya pada pengetahuan

    budaya yang mereka peroleh dari generasi sebelummnya.

    Bayi di daerah Lombok diberi makanan pertama berupa ASI (Pratiwi, 1998).

    Kolostrum yang disebut susu kuning diberikan pada bayi jika bayi

    menginginkannya. Jika bayi belum mau menyusu, ibu mengoleskan madu pada

    puting susu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa amis pada kolostrum.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 21

    Universitas Indonesia

    Namun pada kasus tertentu ketika air susu belum keluar, bayi harus diberi

    makanan berupa nasi yang terlebih dahulu dikunyah oleh ibunya. Pemberian

    makanan tambahan dilakukan karena penduduk setempat beranggapan bahwa

    ASI saja tidak cukup untuk membuat bayi cepat besar dan kuat (Pratiwi, 1998).

    Pada umumnya masyarakat di Desa Ragunan sudah memperkenalkan nasi

    kepada bayinya dalam umur satu hari. Selama menunggu keluarnya ASI, bayi

    akan diberi nasi uleg yang terdiri dari nasi dan pisang siam kukus yang

    dilumatkan menjadi satu. Sebelum itu, bayi juga diberi makan kelapa muda

    yang masih berbentuk lendir. Masyarakat di Desa Ragunan juga memberi

    makanan tambahan berupa pisang ambon, nasi uleg, bubur saring, nasi tim,

    bubur dari tepung beras dengan gula kelapa, biskuit, susu kaleng, atau nasi

    biasa. Umumnya makanan tambahan ini diberikan pada bayi berusia enam

    bulan (Gularso, 1998).

    f. Status Pekerjaan

    Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk

    memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki

    tetapi juga perempuan, tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu

    menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui

    (Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004)

    menunjukkan kelompok ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk

    tidak menyusui bayi secara eksklusif.

    g. Tempat bersalin

    Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif.

    Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007) dalam Lestari (2009) menunjukkan

    proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan

    menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang

    tidak menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh, ibu yang

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 22

    Universitas Indonesia

    melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik

    tentang ASI eksklusif daripada yang bersalin di fasilitas non kesehatan.

    2.4 Kerangka Teori

    Berdasarkan tinjauan teori tentang pemberian ASI yang telah dibahas

    sebelumnya, peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini.

    Sumber: Pearl et al (2004); Dee (2007); (William, 2011)

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Faktor Internal

    -Usia

    -Pengetahuan

    -Persepsi

    -Kondisi kesehatan

    Faktor Eksternal

    -Pendidikan

    -Pekerjaan

    -Tempat bersalin

    -Dukungan petugas

    kesehatan

    -Dukungan orang

    terdekat

    -Promosi susuformula

    -Budaya

    Pemberian ASI

    Eksklusif : Memberikan ASI

    selama enam bulan tanpa

    makanan/minuman tambahan

    Tidak eksklusif: tidak

    memberikan ASI selama enam

    bulan tanpa makanan/minuman

    tambahan

    ASI

    Kandungan ASI Manfaat ASI Faktor-faktor

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 23 Universitas Indonesia

    BAB 3

    KERANGKA KERJA PENELITIAN

    Bab ini berisi uraian kerangka konsep dan definisi operasional yang memberi

    batasan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.

    Kerangka konsep mengacu pada tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran

    faktor internal dan eksternal pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran

    Indah. Definisi operasional berisi pengertian batasan karakteristik hal yang akan

    diteliti dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian faktor-

    faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

    3.1 Kerangka Konsep

    Faktor internal meliputi usia pengetahuan, kondisi kesehatan, persepsi, dan

    faktor emosional. Selanjutnya faktor eksternal yang diteliti meliputi

    pendidikan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdekat, dan

    budaya.

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    Faktor Internal

    Usia Pengetahuan Kondisi kesehatan Persepsi

    Faktor Eksternal

    Pendidikan Pekerjaan Tempat bersalin Dukungan petugas kesehatan Promosi susu formula Budaya Dukungan orang terdekat (sumber

    dukungan, bentuk dukungan, dan lama

    pemberian dukungan)

    Pemberian ASI

    eksklusif

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 24

    Universitas Indonesia

    3.2 Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    Faktor Internal

    Usia Usia dihitung dari tanggal

    lahir sampai tanggal saat

    dilakukan penelitian

    Pernyataan dalam kuesioner

    A

    Kuesioner

    A no 1

    1. 30 tahun 2. >30 tahun

    Ordinal

    Pengetahuan Hal yang diketahui

    responden tentang

    pemberian ASI eksklusif

    yaitu waktu, pemberian

    colostrum, pengertian ASI

    eksklusif, manfaat ASI, dan

    pemberian makanan

    tambahan

    Kuesioner berupa pilihan

    ganda dengan 1 jawaban

    benar dengan nilai 1 untuk

    jawaban benar dan 0 untuk

    jawaban salah.

    Kuesioner

    B no 1-5

    1. Kurang, jika responden menjawab benar

  • 25

    Universitas Indonesia

    Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    Faktor Eksternal

    Pendidikan Jenjang pendidikan tertinggi

    yang pernah dicapai ibu

    dalam pendidikan formal

    Pernyataan

    dalam

    kuesioner A

    Kuesioner A

    no 2

    1. Buta huruf-SD rendah 2. SMP-SMA menengah 3. Akademi tinggi/PT

    Ordinal

    Pekerjaan

    saat

    menyusui

    Jenis pekerjaan yang

    dilakukan ibu di dalam dan

    luar rumah untuk membantu

    penghasilan keluarga saat

    menyusui

    Pernyataan

    dalam

    kuesioner A

    Kuesioner A

    no 3

    1. Bekerja di luar rumah 2. Bekerja di dalam rumah 3. Tidak bekerja

    Nominal

    Tempat

    besalin

    Sarana yang digunakan saat

    melakukan persalinan

    Pertanyaan

    dalam

    kuesioner A

    Kuesioner A

    no 5

    1. Bukan fasilitas kesehatan

    2. Fasilitas kesehatan

    Nominal

    Suku Sesuatu yang berhubungan

    dengan budaya atau ras

    khusus sekelompok orang

    Pernyataan

    dalam

    kuesioner A

    Kuesioner A

    no 4

    1. Jawa 2. Sunda 3. Betawi 4. Batak 5. Minang 6. Palembang 7. Lain-lain

    Nominal

    Dukungan

    petugas

    kesehatan

    Dorongan yang didapat ibu

    dari dari petugas kesehatan

    untuk memberikan ASI

    eksklusif

    Pertanyaan

    dalam

    kuesioner C

    Kuesioner C

    no 1 dan 2

    1. Kurang mendukung, jika nilai

  • 26

    Universitas Indonesia

    Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    Faktor Eksternal (lanjutan)

    Dukungan

    orang

    terdekat

    Sumber dorongan

    yang didapat ibu

    mengenai pemberian

    ASI eksklusif

    Meminta responden menjawab

    pertanyaan dalam kuesioner C

    Kuesioner

    C no 9

    1. Kurang mendukung

    2. Mendukung

    Nominal

    Bentuk dorongan yang

    didapat ibu mengenai

    pemberian ASI

    eksklusif

    Meminta responden menjawab

    pertanyaan dalam kuesioner C

    Kuesioner

    C no 10

    1. Informasi Motivasi

    Nominal

    Bentuk dorongan yang

    didapat ibu mengenai

    pemberian ASI

    eksklusif

    Meminta responden menjawab

    pertanyaan dalam kuesioner C

    Kuesioner

    C no 11

    1. Sampai 2 bulan

    2. Sampai 4 bulan

    3. Sampai 6 bulan atau

    lebih

    Nominal

    Promosi

    susu

    formula

    Informasi mengenai

    susu formula yang

    didapat ibu sebelum,

    selama, dan setelah

    memberikan ASI

    Kuesioner menggunakan skala Likert.

    Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

    setuju (TS), dan sangat tidak setuju

    (STS).

    Kuesioner

    C no 3-6

    1. Tidak terpajan, jika

    nilai 10

    (median)

    2. Terpajan, jika nilai>10

    Ordinal

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 27

    Universitas Indonesia

    Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    Faktor Eksternal (lanjutan)

    Pengaruh

    budaya

    Pengaruh

    tradisi/kebiasaan ibu

    dalam memberikan

    ASI dan

    makanan/minuman

    tambahan

    Kuesioner menggunakan skala Likert.

    Sangat setuju (SS)= 1, setuju (S)=2,

    tidak setuju (TS)=3, dan sangat tidak

    setuju (STS)=4. Kemudian

    dikelompokkan menjadi 2, setuju jika

    nilainya 2 dan tidak setuju 3 pada

    masing-masing pertanyaan

    Kuesioner

    C no 7-8

    1. Setuju 2. Tidak setuju

    Nominal

    Pemberian ASI Eksklusif

    Pemberian

    ASI

    eksklusif

    Pemberian ASI saja

    selama enam bulan

    tanpa

    makanan/minuman

    tambahan

    Meminta responden menjawab

    pertanayaan dalam kuesioner D no 1.

    Jika jawaban yang dicentang hanya

    ASI, maka ya; jika ada jawaban selain

    ASI, maka tidak diberikan ASI

    eksklusif

    Kuesioner

    D no 1

    1. Tidak 2. Ya

    Nominal

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 28 Universitas Indonesia

    BAB 4

    METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam

    penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

    Pokok bahasan yang akan disajikan mencangkup desain penelitian, populasi dan

    sampel, tempat dan waktu penelitian, etika, alat pengumpulan data, metode

    pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta jadwal kegiatan.

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang

    bertujuan membuat gambaran suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,

    2010). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh

    informasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

    4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu di Kelurahan Kunciran Indah yang

    memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kriteria inklusi sampel adalah ibu yang

    memiliki anak terakhir berusia 6-24 bulan yang bersedia menjadi responden.

    Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan

    menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif berikut ini

    (Dahlan, 2010).

    n

    Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan sampel penelitian sebanyak 96

    responden. Untuk mengantisipasi data yang kurang lengkap atau responden

    drop out, besar sampel penelitian ditambah 10% sehingga menjadi 106

    responden.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 29

    Universitas Indonesia

    Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

    cluster. Teknik cluster sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan

    mengambil gugusan atau kelompok sebagai sampel yang dalam penelitian ini

    berupa wilayah RW yang berjumlah 15 RW. Teknik ini sesuai dengan

    penelitian karena peneliti tidak mendaftar semua anggota yang ada dalam

    populasi tersebut (Notoatmodjo, 2011).

    4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Kelurahan

    Kunciran Indah yang terdiri dari 15 RW. Peneliti memilih Kelurahan Kunciran

    Indah sebagai tempat penelitian karena wilayah ini memiliki jumlah bayi

    terbanyak keenam dari 25 kelurahan di Kota Tangerang, namun memiliki

    cakupan ASI eksklusif kedua terendah dibandingkan daerah lainnya di Kota

    Tangerang. Pengumpulan data dilakukan pada 31 April-28 Mei 2012.

    4.4 Etika Penelitian

    Responden yang terlibat dalam penelitian, terlebih dahulu diminta kesediaannya

    secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden diberi

    lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang

    tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin

    kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama

    dan hanya meniliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang

    disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua

    informasi yang telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan

    penelitian.

    4.5 Alat Pengumpulan Data

    Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

    Proses penyusunan kuesioner mengacu pada penelitian-penelitaian yang telah

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 30

    Universitas Indonesia

    dilakukan sebelumnya dan disesuaikan dan dikembangkan oleh peneliti dengan

    melihat kerangka konsep dan tinjauan teori yang telah dibuat.

    Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian dengan total pertanyaan

    sebanyak 32 butir, yaiu: (a) Bagian pertama merupakan karakteristik responden

    meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan saat menyusui, suku, dan tempat

    bersalin (b) Bagian kedua merupakan variabel yang termasuk dalam faktor

    internal meliputi tingkat pengetahuan, persepsi, dan kondisi kesehatan (c)

    Bagian ketiga merupakan variabel yang termasuk dalam faktor eksternal

    mencangkup fasilitas kesehatan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang

    terdekat, promosi susu formula, dan budaya, dan (d) Bagian keempat

    merupakan variabel pemberian ASI eksklusif.

    Kuesioner B no 1-5 yang mengukur tingkat pengetahuan tentang pemberianASI

    eksklusif dimodifikasi dari kuesioner penelitian Asmijati (2001). Bagian ini

    terdiri dari pertanyaan berupa pilihan ganda. Pada setiap pertanyaan hanya

    terdapat satu jawaban yang benar yang bernilai satu dan jawaban salah bernlai

    nol. Kuesioner bagian kedua dan ketiga yaitu pertanyaan B6 sampai B15 dan

    C1 sampai C8 menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu

    sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

    Soal dalam skala Likert terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Variabel

    kondisi kesehatan terdiri dari kuesioner B no 9, 10, 13, 14, dan 15 yang

    merupakan pernyataan negatif. Variabel persepsi diukur melalui kuesioner B no

    11 dan 12 untuk pernyataan positif dan 6, 7, dan 8 untuk pernyataan negatif.

    Variabel susu formula diukur melaui kuesioner C no 3, 4, 5, dan 6 yang

    merupakan pernyataan negatif. Variabel budaya diukur melalui kuesioner C no

    7 untuk pernyataan positif dan 8 untuk pernyataan negatif.

    Penilaian masing-masing pilihan jawaban dilakukan secara berbeda untuk

    pertanyaan positif dan negatif. Sangat setuju=4, setuju=3, tidak setuju=2, dan

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 31

    Universitas Indonesia

    sangat tidak setuju=1 merupakan penilaian untuk pernyataan positif, sedangkan

    untuk pernyataan negatif diberi nilai sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3,

    dan sangat tidak setuju=4.

    Uji coba kuesioner dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi syarat validitas

    dan realibilitas instrumen yang digunakan. Validitas kuesioner dapat diketahui

    dengan melihat korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor

    totalnya. Variabel dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel

    (Hastono, 2007). Pelaksanaan uji coba instrumen telah dilakukan sebanyak dua

    kali pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden

    yang akan diuji.

    Pertama dilakukan uji keterbacaan kepada 9 responden pada tanggal 28, 29, dan

    30 April 2012. Pertanyaan yang memiliki perubahan atau penambahan kata

    sebanyak 5 pertanyaan yaitu B5, C7, C8, C11, dan D1. Setelah kuesioner

    diperbaiki, peneliti melakukan uji validitas kepada 22 responden sehingga

    diperoleh df=20. Pada taraf signifikansi 5% dan df(20) diperoleh r tabel 0,423.

    Semua pertanyaan dari variabel kondisi kesehatan , persepsi valid, dan susu

    formula valid, namun pertanyaan dari budaya tidak valid. Untuk pertanyaan

    yang tidak valid dilakukan modifikasi dengan kata-kata lain dengan inti

    pertanyaan yang sama.

    Semua pertanyaan yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas. Pertanyaan

    dinyatakan reliabel jika nilai crombach alpha>r tabel yaitu 0,423 (Hastono

    2007). Crombach alpha masing-masing variabel yaitu kondisi kesehatan yaitu

    0,765; persepsi yaitu 0,791; dan susu formula yaitu 0,838. Ketiga nilai

    crombach alpha pada variabel tersebut berada diatas r tabel, sehingga

    dinyatakan reliabel.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 32

    Universitas Indonesia

    4.6 Proses Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner dan

    wawancara. Pengumpulan data kuesioner dan wawancara dilakukan oleh

    peneliti pada satu waktu. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

    tahapan berikut.

    1. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Ilmu Keperawatan

    Universitas Indonesia untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan

    penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.

    2. Peneliti menyerahkan surat permohonan kepada Kepala Kelurahan Kunciran

    Indah Tangerang.

    3. Peneliti menyerahkan surat ke ketua Rukun Warga (RW) yang akan menjadi

    lokasi penelitian yaitu setiap RW di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.

    4. Peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi

    kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan.

    5. Jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner, selanjutnya

    responden diberikan informed consent untuk ditandatangani.

    6. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner.

    7. Peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi

    kuesioner.

    8. Peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

    4.7 Pengolahan Data

    Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena

    data yang diperoleh langsung dari penelitian belum memberikan informasi apa-

    apa. Pengolahan data yang dilakukan membuat data mentah berubah menjadi

    informasi dan simpulan dari hasil penelitian. Agar penelitian menghasilkan

    informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus

    dilakukan (Hastono, 2007; Notoatmodjo, 2010).

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 33

    Universitas Indonesia

    4.7.1 Editing

    Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi kuesioner

    yang diberikan pada responden. Peneliti memeriksa kelengkapan isi pertanyaan,

    kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi

    jawaban dengan jawaban lainnya. Dari 119 kuesioner yang disebar, terkumpul

    sebanyak 112 kuesioner, namun kuesioner yang lolos tahap editing sebanyak

    106 kuesioner.

    4.7.2 Coding

    Hasil editing yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding.

    Coding yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data

    angka atau bilangan (Hastono, 2007). Pertama, peneliti membuat kode pada

    kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti

    memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai

    berikut.

    1. Usia: 30 tahun diberi kode 1 dan >30 tahun diberi kode 2.

    2. Pendidikan: tidak sekolah-SD diberi kode 1 dan diberi label rendah,

    SMP-SMA diberi kode 2 dan diberi label menengah, dan akademi/PT

    diberi kode 3 dan diberi label tinggi.

    3. Pekerjaan: bekerja di luar rumahdiberi kode 1, bekerja di dalam rumah

    diberi kode 2, dan tidak bekerja diberi kode 3.

    4. Suku: Jawa diberi kode 1, Sunda diberi kode 2, Betawi diberi kode 3,

    Batak diberi kode 4, Minang diberi kode 5, Palembang diberi kode 6,

    dan lain-lain diberi kode 7.

    5. Tempat bersalin: RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, praktik

    bidan diberi kode 1 dan diberi label fasilitas kesehatan; paraji dan lain-

    lain diberi kode 2 dan diberi label bukan fasilitas kesehatan.

    6. Variabel tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dikur menggunakan

    kuesioner B no 1-5. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah

    diberi nilai 0. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik dan

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 34

    Universitas Indonesia

    kurang merujuk pada total skorx76% (Arikunto, 2006). Pengetahuan tinggi

    diberi kode 1 dan pengetahuan rendah diberi kode 2.

    7. Variabel kondisi kesehatan diukur melalui kuesioner B yang terdiri dari 5

    pernyataan. Pada pernyataan 9, 10, 13, 14, dan 15 diberi kode 1 jika

    sangat setuju, 2 jika setuju, 3 jika tidak setuju, dan 4 jika sangat tidak

    setuju. Kondisi kesehatan dikategorikan menjadi baik dan kurang

    berdasarkan pada nilai mean yaitu 13,09 karena data terdistribusi normal

    (Hastono, 2007). Kondisi kesehatan kurang jika nilai

  • 35

    Universitas Indonesia

    promosi susu formula jika nilai 10 diberi kode 1 dan terpajan promosi

    susu formula jika nilai >10 diberi kode 2.

    12. Variabel budaya terdiri dari 2 pertanyaan. Peryataan 9 diberi kode 1 jika

    sangat tidak setuju, 2 jika tidak setuju, 3 jika setuju, 4 jika sangat

    setuju.

    4.7.3 Processing

    Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke

    paket komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden

    yang berbentuk kode (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program atau

    perangkat lunak komputer. Peneliti memasukkan kode data dari 106 kuesioner

    yang telah lolos tahap editing dan telah dilakukan coding.

    4.7.4 Cleaning

    Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah

    dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya

    kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan hal lainnya. Dari data yang

    3telah dimasukkan sebelumnya tidak ada data missing.

    4.8 Analisis Data

    Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

    komputer berbasis statistik. Pengolahan tersebut menggunakan analisis

    univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang

    diteliti. Hasilnya akan menggambarkan frekuensi dan persentase dari seluruh

    variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden, pemberian ASI eksklusif

    variabel yang termasuk faktor internal, dan eksternal pemberian ASI eksklusif.

    Karaktersistik responden yang terdapat dalam kuesioner A, faktor internal dan

    eksternal yang menggunakan skala Likert, pemberian ASI eksklusif, dukungan

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 36

    Universitas Indonesia

    petugas kesehatan, dan dukungan orang terdekat ibu diolah dengan

    menggunakan uji proporsi berikut ini.

    Persentasi = F x 100%

    N

    Keterangan: F = Frekuensi

    N = Jumlah sampel

    Variabel pengetahuan pada kuesioner B diukur bukan dengan menggunakan

    mean atau median karena distribusi data sangat tidak normal. Variabel

    pengetahuan memiliki total skor lima. Penilaian pengetahuan baik dan kurang

    dilakukan dengan menentukan nilai batas pengetahuan tinggi yaitu 76% dari

    total skor, sehingga 76%x5 adalah 3,8 (Arikunto, 2010). Jika nilai < 3,8 maka

    tergolong pengetahuan kurang dan nilai 3,8 dikategorikan sebagai

    pengetahuan baik.

    Hasil perhitungan seluruh variabel kemudian diinterpretasikan dengan kriteria

    tidak seorangpun responden jika persentase sebesar 0%; 1-19%

    diinterpretasikan sebagai sangat sedikit responden; 20-39% untuk sebagian

    kecil responden; 40-59% untuk sebagian responden; 60-79% untuk sebagian

    besar responden; 80-99% untuk hampir seluruh responden; dan 100% untuk

    seluruh responden (Arikunto, 2002).

    4.9 Sarana Penelitian

    Sarana yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, komputer

    jinjing, kuesioner, motor untuk memudahkan ke tempat penelitian, dan surat

    ijin penelitian.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 37 Universitas Indonesia

    BAB 5

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Pelaksanaan Penelitian

    Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal

    31 April-28 Mei 2012. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian

    kuesioner oleh responden yang masuk dalam kriteria inklusi, yaitu ibu yang

    memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kuesioner yang disebar sebanyak 119,

    namun yang dapat digunakan untuk mengolah data hanya 106 buah.

    5.2 Penyajian Hasil Penelitian

    Hasil penelitian berupa distribusi responden berdasarkan variabel yang

    diteliti yang akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi data

    karakteristik responden. Bagian kedua menampilkan proporsi ibu dalam

    memberikan ASI dan minuman/makanan tambahan. Bagian ketiga dan

    kempat secarabertutur-turut menampilkan faktor internal dan eksternal yang

    mempengaruhi pemberian ASI.

    5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Kunciran Indah

    Tangerang

    Responden penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan.

    Responden yang masuk dalam kriteria inklusi dan mengisi kuesioner dengan

    lengkap berjumlah 106 responden. Karakteristik responden yang diteliti

    terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan saat menyusui, suku, dan

    tempat bersalin.

    Usia responden dikelompokkan menjadi dua berdasarkan usia produksi ASI

    yaitu 30 tahun dan kelompok usia >30 tahun. Distribusi responden

    berdasarkan usia didominasi oleh usia 30 tahun, yaitu sebanyak 65 orang

    (61,3%).

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 38

    Universitas Indonesia

    Pendidikan terakhir responden dikelompokkan menjadi tiga yaitu

    pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Responden tergolong pendidikan

    rendah bila pendidikan terakhir tidak sekolah sampai SD, menengah untuk

    SMP dan SMA, dan tinggi untuk Akademi dan PT. Sebagian besar

    responden yaitu 72 orang (67,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah

    dan hanya 11,3% (12 orang) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.

    Distribusi responden berdasarkan pekerjaan saat menyusui dibagi menjadi

    tiga kelompok yaitu bekerja di luar rumah (PNS, guru, karyawan swasta),

    bekerja di dalam rumah (konveksi, warung, dan catering), dan tidak bekerja

    (ibu rumah tangga). Sebagian besar responden yaitu 71 orang (67%) tidak

    bekerja. Hanya 8 orang (7,5%) yang memiliki pekerjaan di dalam rumah.

    Karakteristik suku responden bervariasi seperti Jawa, Sunda, Betawi, Batak,

    Minang, dan Palembang. Beberapa suku seperti Melayu, buton, Madura,

    Lampung, dan India termasuk dalam kategori lain-lain karena memiliki

    jumlah yang sedikit. Paling banyak responden, yaitu 48 orang (45,3%)

    berasal dari suku Jawa. Proporsi suku paling kecil yaitu suku Buton,

    Lampung, dan India dengan jumlah responden masing-masing satu orang.

    Tempat bersalin responden dikelompokkan menjadi fasilitas kesehatan dan

    bukan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang digunakan responden

    seperti RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, dan praktik bidan.

    Bukan fasilitas kesehatan seperti rumah paraji dan rumah sendiri. Paling

    banyak responden, 35 orang (33%), memilih RS umum/swasta sebagai

    tempat bersalin. Sebesar 96,2% responden (102 orang) memlih fasilitas

    kesehatan sebagai sarana melahirkan. Hanya 3,8% responden (4 orang) yang

    tidak menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Secara

    rinci, distribusi karakteristik responden ditampilkan dalam tabel 5.1.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 39

    Universitas Indonesia

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106)

    Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

    Usia responden

    30 tahun 65 61,3

    >30 tahun 41 38,7

    Tingkat pendidikan

    Rendah 12 11,3

    Menengah 72 67,9

    Tinggi 22 20,8

    Pekerjaan saat menyusui

    Bekerja di luar rumah 27 25,5

    Bekerja di dalam rumah 8 7,5

    Tidak bekerja 71 67

    Suku

    Jawa 48 45,3

    Sunda 7 6,6

    Betawi 34 32,1

    Batak 4 3,8

    Minang 4 3,8

    Palembang 3 2,8

    Lain-lain 6 5,7

    Tempat bersalin

    Fasilitas kesehatan 102 96,2

    Bukan fasilitas kesehatan 4 3,8

    5.2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah

    Tangerang

    Sebanyak 91,5% responden (97 orang) memberikan ASI pada bayinya,

    namun tidak seluruhnya memberikan ASI secara eksklusif. Hanya sebesar

    31,3% responden (33 orang) yang memberikan ASI eksklusif, sisanya

    sebesar 68,9% responden (73 orang) tidak memberikan ASI secara

    eksklusif. Secara rinci, distribusi responden tersaji dalam diagram berikut.

    Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

    Kunciran Indah, Tangerang (n=106)

    31,3%

    68,9% Ya

    Tidak

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 40

    Universitas Indonesia

    5.2.3 Gambaran Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI

    Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang

    Faktor internal yang pertama, yaitu pengetahuan, diukur melalui pertanyaan

    tentang waktu pemberian ASI pertama kali, pemberian kolostrum,

    pengertian ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI eksklusif, dan waktu

    pemberian makanan/minuman tambahan. Hampir semua responden (96,2%)

    menjawab benar pada pertanyaan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.

    Hasilnya, sebesar 87,7% responden (93 orang) memiliki pengetahuan baik

    dan 12,3% responden (13 orang) memiliki pengetahuan kurang tentang ASI

    eksklusif. Secara rinci, distribusi responden menurut tingkat pengetahuan

    tersaji dalam tabel 5.1.

    Kondisi kesehatan diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik dan

    emosional dalam pemberian ASI. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk

    melihat hambatan yang ibu rasakan dalam memberikan ASI saat kondisi

    fisik dan emosi ibu tidak baik. Hasil dikategorikan menjadi kondisi

    kesehatan menghambat pemberian ASI dan tidak menghambat pemberian

    ASI. Proporsi responden terdistribusi secara merata yaitu 50,9% (54 orang)

    untuk kaegori menghambat dan 49,1% (52 orang) untuk kategori tidak

    menghambat.

    Gambaran persepsi responden diukur dengan mengajukan pertanyaan terkait

    hal-hal yang responden rasakan dalam memberikan ASI. Gambaran variabel

    ini kemudian dikategorikan menjadi persepsi positif dan negatif. Hasil

    menunjukkan responden terdistribusi hampir merata. Sebanyak 55,7%

    responden (59 orang) tergolong dalam persepsi negatif dan 44,3%

    responden (47 orang) tergolong dalam persepsi positif. Secara rinci,

    distribusi frekuensi responden dapat dilihat dalam tabel 5.2.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 41

    Universitas Indonesia

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal

    di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106)

    Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

    Pengetahuan

    Kurang 13 12,3

    Baik 93 87,7

    Kondisi kesehatan

    Menghambat 54 50,9

    Tidak menghambat 52 49,1

    Persepsi

    Negatif 59 55,7

    Positif 47 44,3

    5.2.4 Gambaran Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian

    ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang

    Dukungan petugas kesehatan diukur dengan ada tidaknya dukungan dan

    informasi dari petugas kesehatan. Hasil terdistribusi secara merata antara

    kurang mendukung dan mendukung. Sebesar 50,9% responden (54)

    tergolong dalam kategori kurang mendukung dan 49,1% responden (52

    orang) tergolong dalam kategori mendukung.

    Promosi susu formula diukur untuk melihat pandangan dan perilaku

    responden terhadap promosi susu formula. Salah satu pertanyaan yang

    diajukan yang memiliki persentase yang tinggi yaitu 62,3% (66 orang)

    setuju bahwa iklan susu formula membantu dalam memilih nutrisi

    tambahan. Hasil pengkategorian menunjukkan 50,9% responden terpajan

    promosi susu formula dan 49,1% tidak terpajan promosi susu formula.

    Variabel budaya diukur untuk mengetahui adanya pengaruh budaya

    terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan. Hasil menunjukkan

    sebagian besar responden (71,7%) memberikan ASI sesuai dengan tradisi

    dalam keluarga. Sebanyak 41 responden (38,3%) memberikan

    makanan/minuman pada bayi kurang dari enam bulan karena tradisi dalam

    keluarga. Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 42

    Universitas Indonesia

    Hampir seluruh responden (100 orang) didukung oleh suami dalam

    memberikan ASI eksklusif. Bentuk dukungan yang diberikan paling banyak

    (82 orang) berupa motivasi. Paling banyak responden (82 orang) didukung

    selama 6 bulan atau lebih.

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor

    Eksternal Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah

    Tangerang, April-Mei 2012 (n=106)

    Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

    Dukungan petugas kesehatan

    Kurang mendukung 54 50,9

    Mendukung 52 49,1

    Promosi susu formula

    Terpajan 54 50,9

    Tidak terpajan 52 49,1

    Pengaruh budaya

    Memberikan ASI sesuai tradisi 76 71,7

    Memberikan minuman/makanan karena tradisi 41 38,7

    Dukungan orang terdekat

    Suami

    Ya 100 94,3

    Tidak 6 5,7

    Orangtua

    Ya 83 78,3

    Tidak 23 21,7

    Mertua

    Ya 59 55,7

    Tidak 47 44,3

    Saudara kandung

    Ya 41 38,7

    Tidak 65 61,3

    Teman

    Ya 26 24,5

    Tidak 80 75,5

    Tetangga

    Ya 20 18,9

    Tidak 86 81,1

    dr. Anak

    Ya 1 1

    Tidak 105 99

    Bentuk dukungan orang terdekat

    Dukungan informasi 52 43

    Dukungan motivasi 68 57

    Lama pemberian dukungan

    2 bulan 16 15,1

    4 bulan 8 7,5

    6 bulan atau lebih 82 77,4

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 43 Universitas Indonesia

    BAB 6

    PEMBAHASAN

    Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi

    pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah. Pembahasan penelitian akan

    dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan menginterpretasikan

    hasil penelitian dengan melihat keterkaitan dan kesenjangan dengan teori yang ada.

    Bagian kedua yaitu keterbatasan penelitian, peneliti akan memaparkan hal-hal apa

    saja yang menjadi hambatan selama dilakukannya penelitian. Bagian ketiga yaitu

    implikasi penelitian untuk pelayanan, pendidikan, dan penelitian.

    6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil

    Bagian ini berisi diskusi hasil penelitian yang telah dilakukan. Sesuai dengan

    tujuan penelitian, bagian ini akan menginterpretasi dan mendiskusikan

    pemberian ASI eksklusif, faktor internal, serta eksternal yang mempengaruhi

    pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah.

    6.1.1 Pemberian ASI Eksklusif

    Hasil penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang menunjukkan

    sebanyak 91,5% ibu (97 orang) memberikan ASI pada bayinya, namun hanya

    sebesar 31,3% ibu (33 orang) yang memberikan ASI eksklusif. Persentase ini

    lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2007) di propinsi

    Banten yaitu sebesar 27% dan penelitian Kusnadi (2007) di Kabupaten

    Tangerang yang hanya sebesar 18,5%. Meskipun lebih besar dari dua penelitian

    sebelumnya, hasil ini masih jauh dari target Departemen Kesehatan yaitu

    sebesar 80%. Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Kelurahan

    Kunciran Indah Tangerang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal

    ibu.

    Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.

  • 44

    Universitas Indonesia

    6.1.2 Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

    Variabel yang akan dibahas dalam faktor internal meliputi usia, pengetahuan,

    kondisi kesehatan, dan persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

    a. Usia

    Usia ibu dikelompokkan menjadi 30 tahun dan >30 tahun berdasarkan usia

    efektif dalam memproduksi ASI (Suraatmadja, 1997). Hasil penelitian ini

    menunjukkan sebagian besar ibu (61,3%) berusia kurang dari 30 tahun. Hasil

    tersebut didukung dengan data kependudukan kota Tangerang di Kecamatan

    Pinang yaitu jumlah wanita usia 20 sampai 29 tahun lebih banyak dari wanita

    yang berusia 35 sampai 49 tahun (BPS Kota Tangerang, 2010).

    Ibu yang berusia dibawah 30 tahun lebih banyak yang memberikan ASI secara

    eksklusif daripada ibu yang berusia diatas 30 tahun. Hal ini sesuai dengan yang

    dikemukakan Novita (2008) bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus

    ovulasi dari awal terjadi menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi

    degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara keseluruhan setelah usia

    30 tahun..

    b. Pengetahuan

    Hasil penelitian ini menunjukkan, hampir seluruh ibu (87,7%) memiliki

    pengetahuan yan