120
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: Ema Herviana NIM. 1113082000034 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · fraudulent financial reporting : pengujian teori fraud pentagon pada badan

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD

PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Ema Herviana NIM. 1113082000034

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

i

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD

PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Ema Herviana NIM. 1113082000034

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

ii

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD

PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Disusun oleh:

Ema Herviana

NIM. 1113082000034

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I

Yulianti, SE,. M.Si

NIP. 19820318 201101 2 011

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

ii

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 10 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:

1. Nama : Ema Herviana

2. NIM : 1113082000034

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori

Fraud Pentagon pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa/I tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 April 2017

1. Masrul Huda, SE,. M.Si. (_________________)

NIP. 19630506 201411 1 001 Penguji 1

2. Wilda Farah, SE, M.Si., AK., CA., CPA (___________________)

NIP.19830326 200912 2 005 Penguji 2

iii

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini hari, tanggal bulan tahun telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:

1. Nama : Ema Herviana

2. NIM : 1113082000034

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud

Pentagon pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/I

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 September 2017

1. Hepi Prayudiawan, SE, AK., MM (_________________)

NIP. 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji

2. Yusar Sagara, SE., M.Si, AK, CA, CMA

NIDN. 2009058601

3. Yulianti, SE., M.Si (_________________)

NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah

ini,

Nama : Ema Herviana

No. Induk Mahasiswa : 1113082000034

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini

saya:

1. Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu

mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

melalui pembuktian yang dapat dipertangunggjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya

siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Agustus 2017

Ema Herviana

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ema Herviana

2. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 02 Juni 1995

3. Alamat : Kp. Pasir Tonjong RT. 03/05 Desa Jagabaya Kec.

Parungpanjang Kab. Bogor, Jawa Barat

4. Telepon : 085772793723

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN Jagabaya 01 Tahun 2001-2007

2. SMP Negeri 02 Parungpanjang Tahun 2007-2010

3. SMK PGRI 31 Legok Tahun 2010-2013

4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013-2017

III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Kursus Bahasa Inggris Happy English 2012

2. Kursus Bahasa Arab Latanza 2014

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Periode 2015/2016.

2. Wakil Sekretaris Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) UINSyarif

Hidayatullah Jakarta Periode 2015/2016.

3. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Periode 2016/2017.

4. Bendahara Umum Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Periode 2016/2017.

5. Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas ekonomi dan Bisnis UIn Syarif

Hidayatullah Jakarta Periode 2017/2018

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar oleh Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

Menciptakan Entrepreneur yang sip dan Berperinsip, 2013.

2. Seminar Nasional oleh HMJ Akuntansi: Kredibilitas Seorang Akuntan Dalam

Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia, 2014.

3. Workshop oleh Kementrian Keuangan RI: Sosialisasi Perkembangan Terkini

vii

Profesi Di Bidang Akuntansi Dan Ujian Sertifikasi Akuntansi (CA) dan Akuntan

Publik (CPA), 2015.

4. Seminar oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI): Inspiring Life of Accountant after

Graduation, 2015. Seminar Nasional oleh BEM FEB UMM: Meneropong

Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia Berkelanjutan, 2017.

5. Seminar Nasional oleh BEM FEB UIN Sunan Kalijaga: Strategi Pemuda Dalam

Menyongsong Bonus Demografi Untuk Menghadapi Era MEA Menuju

Kebangkitan Perekonomian Bangsa Indonesia, 2017.

6. Simposium Nasional oleh MPR RI: Sistem Perekonomian Untuk Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial Sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, 2017.

VI. KEPANITIAAN

1. Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan Akuntansi

UIN Jakarta, sebagai Wakil Sekretaris, 2014.

2. Dialog Jurusan dan Konsentrasi HMJ Akuntansi, sebagai Ketua Pelaksana, 2014.

3. Dialog Konsentrasi dan Pengenalan Organisasi Akuntansi, sebagai Moderator,

2016

4. Kongres Ekonomi Umat oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) sebagai anggota

panitia, 2017.

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Supardi

2. Ibu : Asiah

3. Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

viii

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING: PENTAGON FRAUD THEORY

TEST IN STATE OWNED ENTERPRISES THAT LISTED IN INDONESIAN

STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2016

ABSTRACT

This research examined the effect of financial stability, financial

target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring,

change in auditors, change in directors, and frequency number of CEO’s

picture toward fraudulent financial reporting which listed in Indonesia Stock

Exchange during 2012-2016 period. The number of Stated Owned Enterprises

sample in this study were 17 companies with 5 years observation. Based on

purposive sampling method, the sample consisted of 85 financial statements

and annual reports. Hypotheses tested by logistic regression analytical

method.

This research showed that f i nanc ia l s tab i l i t y and ine f f e c t i v e

mon i tor ing had impact on fraudulent financial reporting. Financial target,

external pressure, institutional ownership, change in auditors, change in

directors, and frequency number of CEO’s picture had no impact on fraudulent

financial reporting.

.

Keywords: fraudulent financial reporting, fraud, and fraud pentagon theory

.

ix

FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD

PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh financial stability,

financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective

monitoring, change in auditor, pergantian direksi, dan frequent number of

CEO’s picture terhadap fraudulent financial reporting yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama periode 2012-2016. Populasi penelitian ini adalah

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Total sampel dalam

penelitian ini adalah 17 perusahaan dengan 5 tahun penelitian. Dengan

menggunakan metode purposive sampling, terdapat 85 laporan keuangan dan

laporan tahunan. Hipotesis diuji dengan metode analitis regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa f i n a n c i a l s t a b i l i t y

d a n i n e f f e c t i v e m o n i t o r i n g b erpengaruh terhadap fraudulent

financial reporting. Financial target, external pressure, institutional

ownership, change in auditors, pergantian direksi, and frequent number of

CEO’s picture tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting.

Kata kunci: fraudulent financial reporting, fraud, dan fraud pentagon theory.

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon Pada Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Periode 2012-2016”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi

sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak dan Ummi yang tidak hentinya

melantunkan do’a, mencurahkan kasih sayang, semangat, dukungan, dan

perhatian kepada penulis. Terimakasih atas do’a, saran, didikan serta

nasehatnya sehingga membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakak dan adik-adik penulis Eva, Nurlita dan Parhan Munawi.

3. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada

penulis.

4. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC,. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE,. M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak,. MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih

atas bantuan dan saran dari bapak demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Yulianti, SE,. M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan

xi

skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang ibu berikan selama selama

proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada

penulis.

9. Teman-teman Akuntansi 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih atas semua persahabatan, do’a, dan motivasinya, terima kasih atas

perjuangan bersama kita di kampus demi menempuh gelar sarjana.

10. Teman-teman Akuntansi A 2013, terima kasih atas dukungan dan do’a kepada

penulis.

11. Sahabat seperjuangan Nia, Dh in i , V iv i dan Ifah , terima kasih atas

persahabatannya selama ini semoga kita akan selalu seperti ini, seperti sebuah

keluarga.

12. Teman-teman di HMJ Akuntansi terutama Fitri, Pepi, Dio, dan Fifi yang telah

bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga selama di kampus.

13. Teman-teman di DEMA FEB terutama Barjun, Zekha dan Tama yang telah

bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga selama di kampus.

14. Kakak-kakak senior Akuntansi terutama kepada Ka Alif, Ka Heru, Ka Umi,

Ka Nida, Ka Revan dan Ka Galih.

15. Adik-adik dari berbagai jurusan angkatan 2014-2016 yang telah menemani

penulis dan memberikan semangat kepada penulis.

16. Sahabat/I KOMFEIS yang telah memberikan banyak pelajaran, do’a dan

semangatnya.

17. Sahabat seperjuangan antar jurusan Winda, Acin, Danti, Puspa dan Lita atas

segala kontribusinya demi selesainya skripsi ini.

18. Keluarga Piknik yaitu Nurul Ihya, Fahri Haidar, Erwin Eko Cahyono, Anggi

Dastariana, Bagus Widiyanto, dan Ilqam Rahmadana atas doa, semangat dan

motivasinya terlebih khususnya piknik mendaki gunung untuk refreshing

sejenak dari segala kegiatan kampus.

xii

19. Penghuni kosan mama penguin atas do’a dan motivasinya.

20. Teman seperjuangan (Al, Badrus dan Dhini) dari mulai Ujian Komprehensif

hingga Sidang Skripsi, terima kasih atas semangat dan doanya.

21. Temen-teman KKN CASUARINA terimakasih atas kebersamaan yang

menjadikan cerita indah semasa kuliah

22. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya

dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian

semua dapat dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 3 Agustus 2017

Ema Herviana

xiii

DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM ................................................................................................... ii

SKRIPSI .................................................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

BAB I ....................................................................................................................... 1

A.Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

B.Perumusan Masalah ............................................................................................... 8

C.Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9

D.Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10

BAB II ................................................................................................................... 13

A.Tinjauan Literatur ................................................................................................ 13

1.Teori Agensi..................................................................................................... 13

2.Laporan Keuangan ......................................................................................... 14

3.Fraud ................................................................................................................ 17

4.Fraud Triangle Theory .................................................................................... 24

5.Fraud Diamond Theory ................................................................................... 26

6.Fraud Pentagon Theory .................................................................................. 29

B.Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31

C.Kerangka Berpikir ............................................................................................... 35

1.Pengaruh financial stability dalam mendeteksi fraudulent financial reporting 35

xiv

2.Pengaruh financial target dalam mendeteksi fraudulent financial reporting... 36

3.Pengaruh external pressure dalam mendeteksi fraudulent financial reporting 37

4.Pengaruh institutional ownership dalam mendeteksi fraudulent financial

reporting. ............................................................................................................. 38

5. Pengaruh Ineffective monitoring dalam mendeteksi fraudulent financial

reporting ………………………………………………………………………………...38

6. Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

…………………………………………………………………………………..39

7.Pengaruh pergantian direksi perusahaan dalam mendeteksi fraudulent financial

reporting .............................................................................................................. 39

8.Pengaruh frequent number of CEO’s picture dalam mendeteksi fraudulent

financial reporting ............................................................................................... 40

D. Hipotesis ............................................................................................................. 42

BAB III ................................................................................................................. 43

A.Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 43

B.Metode Penentuan Sampel .................................................................................. 43

C.Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 44

D.Metode Analisis Data .......................................................................................... 45

E.Operasional Variabel ........................................................................................... 50

BAB IV .................................................................................................................. 60

A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 60

B.Hasil Uji Analisis Data Penelitian ....................................................................... 62

1.Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................................................. 62

2.Hasil Uji Model Penelitian ............................................................................... 64

BAB V ................................................................................................................... 82

A.Kesimpulan .......................................................................................................... 82

B.Saran .................................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85

LAMPIRAN .......................................................................................................... 88

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1.1. Industry of Victim Organizations ............................................................ 5

Gambar. 2.1. Fraud Triangle ...................................................................................... 24

Gambar. 2.2. Fraud Diamond ..................................................................................... 27

Gambar. 2. 3. Fraud Pentagon ..................................................................................... 30

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 31

Tabel. 3. 1. Rasio Keuangan Untuk Mengukur Beneish M-Score .............................. 52

Tabel. 3. 2. Operasional Variabel dan Pengukuran ..................................................... 58

Tabel. 4.1. Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ................................................. 61

Tabel. 4.2. Daftar Nama Perusahaan ........................................................................... 61

Tabel. 4.3. Deskripsi Statistik ..................................................................................... 62

Tabel. 4.4. Identifikasi Data ........................................................................................ 65

Tabel. 4.5. Data yang Diproses ................................................................................... 65

Tabel. 4.6. Kelayakan Model Regresi ......................................................................... 66

Tabel. 4.7. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model ...................................................... 67

Tabel. 4.8. Hasil Uji Keseluruhan Model ................................................................... 68

Tabel. 4.9. Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 69

Tabel. 4.10. Matriks Klasifikasi .................................................................................. 70

Tabel. 4.11. Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ...................................................... 71

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Nama Sampel Penelitian ............................................................. 89

Lampiran 2: Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria .......................................... 89

Lampiran 3: Output Data SPSS dan Excel .................................................................. 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan menjadi salah satu bentuk alat komunikasi perusahaan

mengenai data keuangan atau aktivitas operasional perusahaan kepada para pengguna

informasi keuangan. Perusahaan dapat menunjukkan peningkatan eksistensi kinerja

mereka dalam kurun waktu tertentu melalui pelaporan keuangan (Chyntia, 2016).

Laporan keuangan akan berfungsi maksimal apabila disajikan sesuai dengan

unsur-unsur kualitatifnya, antara lain: mudah dipahami, andal, dapat dibandingkan

(comparable), dan relevan. Laporan keuangan disajikan kepada para pemegang

kepentingan (stakeholder) yaitu: pihak manajemen, karyawan, investor (holder),

kreditor, suplier, pelanggan, maupun pemerintah. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan

dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI) disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan,

pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian dalam hal

pengambilan keputusan ekonomi laporan keuangan dipengaruhi banyak faktor, antara

lain: keadaan perekonomian, politik dan prospek industri. Komponen laporan

keuangan yang diterapkan di Indonesia sudah semakin komprehensif (Kennedy,

2014).

Tertuang dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 mengenai

tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

2

pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Namun terkadang

hasil kinerja yang tertuang dalam laporan keuangan lebih bertujuan untuk

mendapatkan kesan “baik” dari berbagai pihak. Dorongan atau motivasi untuk selalu

terlihat baik oleh berbagai pihak sering memaksa perusahaan untuk melakukan

manipulasi di bagian-bagian tertentu, sehingga pada akhirnya menyajikan informasi

yang tidak semestinya dan tentunya akan merugikan banyak pihak. Ada banyak celah

dalam laporan keuangan yang dapat menjadi ruang bagi manajemen dan oknum

tertentu untuk melakukan kecurangan (Fraud) pada laporan keuangan (Kennedy,

2014).

Kecurangan-kecurangan yang dilakukan perusahaan untuk memanipulasi laporan

keuangan sering disebut dengan fraud, dan praktik kecurangan pelaporan keuangan

itu tersendiri lebih dikenal dengan fraudulent financial reporting. Kecurangan

pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh

perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan para pengguna laporan keuangan,

terutama investor dan kreditor, dengan menyajikan dan merekayasa nilai material dari

laporan keuangan (Kennedy, 2014).

Praktik kecurangan pelaporan keuangan bukan merupakan hal yang asing lagi

bagi masyarakat. Banyak pihak yang merasa terugikan karena mereka mendapatkan

informasi yang tidak semestinya. Kerugian mungkin lebih dirasakan oleh para

investor karena keputusan yang mereka ambil sudah bersifat tidak rasional dan

berdampak terjadinya kegagalan mendapatkan return dari aktivitas investasi yang

dilakukan. Fraud tidak hanya akan merusak hubungan kepercayaan antara

3

manajemen dan investor, namun juga dapat mengotori nilai-nilai dari akuntansi itu

sendiri. Jajaran manajemen puncak tentu akan menjadi pihak yang paling dituntut

pertanggungjawabannya atas timbulnya situasi yang merugikan banyak pihak ini.

Proses audit yang berlangsung pada periode tersebut tentunya juga akan turut

dipertanyakan, mengapa auditor yang seharusnya mampu memberikan keyakinan atas

materialitas informasi dapat gagal mendeteksi adanya kecurangan (Chyntia, 2016).

Salah satu praktik kecurangan pelaporan keuangan yang menyerang sebuah

perusahaan teknologi dunia yang telah berdiri selama 140 tahun, Toshiba

Corporation. Kasus ini mulai terungkap sejak Juli 2015, Toshiba terbukti melakukan

penggelembungan laba sebesar 151,8 miliar yen atau setara dengan 1,22 miliar USD

dalam kurun waktu lima tahun. Hal ini cukup disayangkan oleh banyak pihak, tata

kelola perusahaan yang baik, reputasi perusahaan yang mumpuni ternyata belum

cukup membuat perusahaan sekelas Toshiba benar-benar bersih dari adanya fraud.

Kasus fraud yang dialami Toshiba berimbas pada mundurnya CEO Toshiba, Hisao

Tanaka dan disusul dua eksekutif senior lainnya (Chyntia, 2016).

Pada praktiknya fraud tidak hanya terjadi di perusahaan manufaktur saja. Banyak

sektor Pemerintahan yang dimana dalam penelitian ini akan membahas tentang Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan bagian didalam pemerintahan yang

juga mengalaminya. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Association of Certified

Fraud Examiner (ACFE) pada tahun 2014 menunjukkan fakta bahwa sektor

pemerintahan merupakan sektor yang kedua terbanyak mengalami kasus fraud

dibanding sektor-sektor yang lain. Hal ini turut dibuktikan dengan maraknya kasus

4

fraud yang terjadi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kasus yang cukup populer

dan menarik perhatian adalah kasus fraud yang dilakukan oleh beberapa perusahaan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) salah satunya PT. Kimia Farma pada 31

Desember 2001 melaporkan laba bersih sebesar Rp. 132 Milyar, karena

mencurigakan akhirnya dilakukan audit ulang pada 3 Oktober 2002 dan hal ini

membuktikan bahwa telah terjadi kesalahan penyajian dengan cara melakukan

penggelembungan harga persediaan. Kasus lainnya yaitu PT. Kereta Api Indonesia

(KAI) juga memanipulasi data dalam laporan keuangan 2005 yang mencatat

keuntungan sebesar Rp. 6,9 milyar padahal rugi sebesar Rp. 63 milyar (Tempo,

2007). Kasus lainnya yaitu PT. Waskita Karya (Persero) pada tahun 2009 melakukan

kelebihan pencatatan (overstate) laba bersih pada laporan keuangan 2004-2007. Hal

ini terungkap ketika Direktur baru melakukan pemeriksaan kembali neraca dalam

rangka penerbitan saham perdana tahun sebelumnya. Menemukan kelebihan

pencatatan sekitar Rp. 400 miliar. Akibatnya penawaran saham Waskita hingga PT.

Perusahaan Pengelola Aset (persero) menyelesaikan restrukturisasi yang di

perkirakan memakan waktu selama dua tahun. PPA membutuhkan dana suntikan Rp.

200 Miliar untuk menyehatkan Waskita. Jika terbukti bersalah Direksi lama harus

mengembalikan semua keuntungan kepada negara (Tempo, 2009).

5

Gambar. 1.1.

Industry of Victim Organizations

Sumber : Association of Certified Fraud Examiner (2014)

Fraudulent financal reporting merupakan sebuah permasalahan yang tidak bisa

dianggap remeh. Dari tahun ke tahun selalu ditemukan kasus terjadinya fraud. Pada

permasalahan ini, peran profesi auditor sangat dibutuhkan untuk melakukan deteksi

sedini mungkin adanya fraud, sehingga dapat melakukan pencegahan terjadinya fraud

dan kemungkinan skandal yang berkepanjangan. Auditor harus dapat

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya fraud dari berbagai perspektif, salah

6

satu teori yang sering digunakan untuk melakukan penaksiran terhadap fraud adalah

teori segitiga fraud (fraud triangle) yang dicetuskan oleh Cressey tahun 1953.

Cressey (1953) mengungkapkan bahwa kecurangan pelaporan keuangan terjadi selalu

diikuti oleh tiga kondisi, yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan

rasionalisasi (rationalization). Seiring dengan berjalannya waktu, terus terjadi

perkembangan akan teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey (1953).

Perkembangan pertama dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada 2004 dengan

fraud diamond theory, dalam teori ini menambahkan satu elemen kualitatif yang

diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap fraud yaitu kapabilitas (capability)

atau kompetensi (competence). Tidak berhenti pada fraud diamond theory saja,

Crowe pada tahun 2011 juga turut menyempurnakan teori yang dicetuskan oleh

Cressey (1953). Crowe (2011) menemukan sebuah penelitian bahwa elemen arogansi

(arrogance) juga turut berpengaruh terhadap terjadinya fraud. Penelitian yang

dikemukakan Crowe (2011) ini turut memasukan fraud triangle theory dan elemen

kompetensi (competence) di dalamnya, sehingga fraud model yang ditemukan oleh

Crowe terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan (pressure), kesempatan

(opportunity), rasionalisasi (rationalization), kompetensi (competence), dan arogansi

(arrogance). Teori yang dipaparkan oleh Crowe pada tahun 2011 ini dinamakan

dengan Crowe’s fraud pentagon theory.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menerapkan Crowe’s fraud pentagon

theory. Hal ini dilakukan karena teori tersebut merupakan teori terbarukan yang

sebelumnya jarang diaplikasikan untuk meneliti kecurangan pelaporan keuangan,

7

terlebih di Indonesia, dan indikator fraud yang dipaparkan dalam Crowe’s fraud

pentagon theory jauh lebih lengkap daripada teori sejenis seperti teori fraud triangle

dan fraud diamond.

Elemen-elemen dalam Crowe’s fraud pentagon theory ini tidak dapat begitu saja

diteliti. Pressure yang di ukur dengan, financial stability, financial target, external

pressure, dan institutional ownership. Opportunity yang di ukur dengan ineffective

monitoring. Rationalization yang di ukur dengan change in auditor; Capability yang

di ukur dengan pergantian direksi perusahaan; dan Arrogance yang di ukur dengan

frequent number of CEO’s picture. Kelima elemen tersebut diindikasikan dapat

menjadi pemicu terjadinya peningkatan fraud, terutama pada beberapa tahun terakhir.

Keinginan perusahaan agar kegiatan operasional perusahaan terjamin

kesinambungannya (going concern) dengan selalu terlihat baik menyebabkan

perusahaan terkadang mengambil jalan pintas (illegal) yaitu dengan melakukan fraud

(Chyntia, 2016).

Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap

maraknya kasus fraudulent financial reporting di Indonesia terutama di sektor Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang cenderung masih cukup sulit untuk diungkapkan.

Hingga saat inipun masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengupas kasus

ini, terlebih dengan menggunakan Crowe’s fraud pentagon theory. Berdasarkan latar

belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengujian lebih mendalam

mengenai kemampuan Crowe’s fraud pentagon theory yang dikemukakan oleh

Crowe tahun 2011, menginvestigasi dan memberikan penjelasan lebih lanjut apakah

8

Crowe’s fraud pentagon theory dapat membantu untuk mendeteksi adanya

kecenderungan timbulnya fraudulent financial reporting terlebih pada sektor Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan berikut:

1. Seberapa besar pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting

?

2. Seberapa besar pengaruh financial stability terhadap fraudulent financial

reporting ?

3. Seberapa besar pengaruh external pressure terhadap fraudulent financial

reporting ?

4. Seberapa besar pengaruh institutional ownership terhadap fraudulent financial

reporting ?

5. Seberapa besar pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent financial

reporting ?

6. Seberapa besar pengaruh change in auditor terhadap fraudulent financial

reporting ?

7. Seberapa besar pengaruh pergantian direksi terhadap fraudulent financial

reporting ?

8. Seberapa besar pengaruh frequent number of ceo’s picture terhadap fraudulent

financial reporting ?

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menganalisis bukti empiris atas hal-hal

berikut ini :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh financial stability

terhadap fraudulent financial reporting.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh financial target

terhadap fraudulent financial reporting.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh external pressure

terhadap fraudulent financial reporting.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh institutional ownership

terhadap fraudulent financial reporting.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh ineffective monitoring

terhadap fraudulent financial reporting.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh change in auditor

terhadap fraudulent financial reporting.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pergantian direksi

terhadap fraudulent financial reporting.

8. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh frequent number of ceo’s

picture terhadap fraudulent financial reporting.

10

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi dan manajemen

keuangan serta sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan

penelitian-penelitian selanjutnya.

a. Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan

pembanding untuk ilmu pengetahuan.

b. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi

mengenai auditing, terutama tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

terjadinya kecurangan laporan keuangan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat

bagi penulis dimasa yang akan datang.

c. Bagi Peneliti Berikutnya

Berkontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam

bidang akuntansi forensik mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perusahaan untuk melakukan fraudulent financial reporting dengan

mengaplikasikan elemen-elemen indikator dari Crowe’s fraud pentagon theory.

2. Manfaat Praktis

Memberikan pandangan kepada manajemen sebagai agent terkait tanggung

jawabnya dalam melindungi kepentingan principal. Juga memberikan informasi

11

atau alat bantu kepada pemegang saham, investor, kreditor dan pihak lain agar

memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan

agar tidak salah dalam mengambil keputusan.

a. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan, untuk memberikan pandangan kepada pihak manajemen

sebagai agent terkait tanggung jawabnya dalam melindungi kepentingan principal

dalam hal ini investor. Manajemen diharapkan lebih mengetahui dampak jangka

panjang apabila melakukan fraudulent financial reporting, sehingga kemungkinan

terjadinya bangkrut atau pailit yang lebih besar akibat fraudulent financial reporting

dapat dihindari.

b. Bagi Investor

Bagi investor, sebagai alat bantu bagi investor dalam menilai dan

menganalisis investasinya di perusahaan tertentu. Dengan pengetahuan dan

wawasan mengenai fraudulent financial reporting, diharapkan investor lebih teliti

dan mampu mendeteksi kemungkinan terjadinya fraudulent financial reporting pada

perusahaan tertentu dan pada akhirnya mampu memberikan jaminan pada diri

sendiri bahwa investasi yang dilakukan telah berada di tangan yang tepat.

c. Bagi masyarakat

Untuk memberi edukasi kepada masyarakat bahwa fenomena fraud yang

sedang marak terjadi dan menjelaskan mengenai tahapan, cara mendeteksi dan

mencegah fraud sedini mungkin.

12

d. Bagi pihak lain

Penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi untuk perbaikan penelitian di

masa yang akan datang atau untuk menambah wawasan.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Agensi

Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan kerjasama antar pihak pemegang

saham sebagai principal dan managemen sebagai agen. Hubungan agensi ada ketika

salah satu pihak (principal) yang dalam hal ini adalah pemilik perusahaan atau

pemegang saham menyewa orang lain (agen) yaitu manajemen perusahaan untuk

melakukan suatu jasa dan para principal mendelegasikan wewenang kepada agennya

untuk membuat keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).

Principal selalu menginginkan return tinggi atas investasi yang telah

dikeluarkan untuk perusahaan, sedangkan agen memiliki kepentingan tersendiri yaitu

untuk mendapatkan kompensasi yang lebih besar atas hasil kinerjanya. Hal ini

menunjukan adanya benturan kepentingan antara principal dan agen yaitu pemilik

modal dan para pengelola modal atau manajemen perusahaan. Adanya benturan

kepentingan antara agen dan principal ini sering disebut pula conflict of interest

(Chyntia, 2016).

Conflict of interest atau perbedaan kepentingan antara principal dan agen inilah

yang dapat memicu agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang

dilaporkan. Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia

pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya

14

pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan

informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan

reabilitasnya dan informasi yang disampaikan biasanya diterima tidak sesuai dengan

kondisi perusahaan yang sebenarnya atau lebih dikenal sebagai informasi yang tidak

simetris atau asymmetric information ( Eisenhardt, 1989).

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu penyajian data

keuangan termasuk catatan yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber

daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau

perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif

selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Laporan keuangan menurut (Subramanyam dan John, 2010) adalah produk

proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif

manajer serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan. Laporan

keuangan menurut (Kasmir, 2014) secara sederhana laporan keuangan

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode

tertentu. Sedangkan secara luas laporan keuangan merupakan gambaran kondisi

keuangan suatu perusahaan yang dapat memudahkan manajemen dalam menilai

manajemen perusahaan. Penilaian kinerja akan menjadi patokan atau ukuran

15

apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah

digariskan.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Laporan

Keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Berdasarkan pengertian di

atas dapat disimpulkan Laporan Keuangan adalah:

1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk

membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal.

2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan

maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap kondisi.

3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan

dalam suatu periode perusahaan dalam kurun waktu setahun.

4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang

terjadi selama periode yang bersangkutan.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan

manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya

yang dipercayakan kepadanya dan laporan keuangan merupakan hasil akhir dari

16

suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

keuangan buku bersangkutan.

Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business

Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba adalah:

1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai

lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit,

dan lainnya.

2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan

kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek

penerimaan kas dari dividen atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan,

piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.

3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas

aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva

dan kewajiban.

4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu

periode.

5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan

membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang

transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividen dan pembayaran

lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

17

6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan

mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas

penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya.

7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses

pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.

Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi

keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan

tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami

tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan

analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.

3. Fraud

a. Definisi Fraud

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2010), fraud adalah

tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang

mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat

yang tidak baik kepada individu atau entitas. Penelitian yang dilakukan oleh

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2010) menemukan bahwa 83%

kasus fraud yang terjadi dilakukan oleh pemilik perusahaan atau dewan direksi.

Selain itu, Ernst & Young (2009) juga menemukan bahwa lebih dari setengah

pelaku fraud adalah manajemen.

18

Menurut Kennedy (2014) Fraud merupakan suatu perbuatan dan tindakan yang

dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk menyalahgunakan segala

sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya: sumber daya perusahaan dan

negara demi kenikmatan pribadi dan kemudian menyajikan informasi yang salah

untuk menutupi penyalahgunaan tersebut.

Sedangkan Statement of Auditing Standards mendefinisikan fraud sebagai “an

intentional act that result in a material misstatement in financial statements that

are the subject of an audit”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa tindakan yang

disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang

merupakan subjek audit.

Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat

diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa

kategori kecurangan. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (2008) secara umum,

unsur-unsur dari kecurangan adalah:

1) Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);

2) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);

3) Fakta bersifat material (material fact);

4) Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or

recklessly);

5) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;

6) Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut

(misrepresentation);

19

7) Yang merugikannya (detriment).

b. Jenis-jenis Fraud

Theodorus (2012) membagi kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau

tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:

1) Asset Misappropriation

Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta

perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah

dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined

value).

2) Fraudulent Statements

Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau

eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi

keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam

penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan.

3) Corruption

Yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya

lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor

integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat

dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis

mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik

kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak

20

sah/ilegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic

extortion).

c. Fraudulent Financial Reporting

Definisi fraudulent financial reporting menurut American Institute Certified

Public Accountant (1998) adalah tindakan yang disengaja atau kelalaian yang

berakibat pada salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Selain itu,

menurut Australian Auditing Standards (AAS), fraudulent financial reporting

merupakan suatu kelalaian maupun penyalahsajian yang disengaja dalam jumlah

tertentu atau pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk menipu para

pengguna laporan keuangan (Brennan dan McGrath, 2007). Kedua sumber di atas

mendefinisikan fraudulent financial reporting dengan sudut pandang yang sama.

Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan

turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak.

Selain investor dan kreditor, auditor adalah salah satu korban fraudulent financial

reporting karena mereka mungkin menderita kerugian keuangan dan/atau

kehilangan reputasi (Rezaee, 2002). Oleh karenanya, auditor harus memahami

cara-cara yang ditempuh pihak tertentu dalam melakukan praktik kecurangan.

d. Pelaku Fraudulent Financial Reporting

Financial statement fraud dilakukan oleh siapa saja pada level apa pun, siapa

pun yang memiliki kesempatan (Nguyen dan Pontell, 2008). Menurut Taylor

(2004), terdapat dua kelompok utama pelaku fraudulent financial reporting.

Urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut:

21

1) Senior manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada

tingkat 72%, sedangkan CFO pada tingkat 43 %.

2) Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Karyawan ini

bertanggungjawab pada anak perusahaan, divisi, atau unit lain dan mereka

dapat melakukan kecurangan pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja

mereka yang buruk atau untuk mendapatkan bonus berdasarkan hasil kinerja

yang lebih tinggi.

e. Tipe Fraudulent Financial Reporting

Terdapat dua jenis kesengajaan penyalahsajian yang relevan dengan audit atas

laporan keuangan dan pertimbangan auditor atas terjadinya fraud, yaitu:

1) Fraudulent financial reporting.

Didefinisikan sebagai salah saji yang disengaja atau kelalaian dalam jumlah

atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang didesain untuk merugikan

pengguna laporan keuangan.

2) Misappropriation of assets.

Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dalam beberapa cara (termasuk

menggelapkan penerimaan, mencuri aset berwujud dan aset tidak berwujud, atau

menyebabkan organisasi membayar untuk barang dan jasa yang tidak diterima).

Nguyen (2008) menyatakan bahwa penyalahgunaan aset seringkali disertai

dengan pencatatan palsu dalam menyembunyikan fakta bahwa aset yang hilang,

tidak langsung menyebabkan penyimpangan akuntansi dalam laporan keuangan.

22

3) Earnings Management

Earnings management telah dijelaskan secara berbeda oleh para akademisi,

peneliti, praktisi dan badan lain yang terotorisasi (Rezaee, 2002). Rezaee (2002)

mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses

pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

f. Modus Terjadinya Fraudulent Financial Reporting

Rezaee (2002) menyatakan bahwa kecurangan laporan keuangan sebagai salah

saji yang disengaja atau kelalaian dalam laporan keuangan. Kelalaian atau

kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat mempengaruhi keputusan yang

akan diambil oleh pihak yang berkepentingan.

Menurut Wells (2011), fraudulent financial reporting mencakup beberapa

modus, antara lain:

1) Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record),

dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

2) Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi

signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

3) Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan,

dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan

mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

4) Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan

dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam membuat laporan keuangan.

23

g. Deteksi Fraud

Pendeteksian terhadap fraudulent financial reporting tidak selalu mendapat titik

terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk

melakukan fraudulent financial reporting Brenan dan McGrath (2007).

Kecurangan laporan keuangan yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi

skandal besar yang merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009). Hal ini sering

kali terjadi diawali dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang dianggap

tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan

menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material.

Langkah pertama untuk mendeteksi kecurangan adalah dengan mengetahui

dimana pertama kali harus memulai menerapkan kontrol, setelah itu memahami

faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dan mendefinisikan area utama

dengan melaksanakan pemeriksaan lebih rinci untuk memperkirakan akun mana

yang paling beresiko, hal tersebut adalah cara mendeteksi kecurangan yang paling

efektif. Pada tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah pokok penting.

Terlebih lagi auditor harus mengevaluasi semua proses dengan keraguan yang

professional saat mendeteksi kecurangan. Perlu diingat bahwa semua buku dan

laporan keuangan mungkin mengandung aplikasi yang menipu dan semua

dokumen bisa jadi palsu. Hal ini bukan berarti tidak percaya tapi untuk

kepentingan penyelidikan (AICPA, 2002).

24

4. Fraud Triangle Theory

Fraud triangle theory merupakan konsep segitiga kecurangan yang

dikemukakan oleh Cressey (1953). Cressey (1953) dalam skousen (2009),

berpendapat bahwa sampai batas tertentu terdapat tiga kondisi yang selalu hadir

pada saat kecurangan laporan keuangan terjadi. Kondisi ini (pressure, opportunity,

dan rasionalization) menjadikan dasar kerangka faktor resiko kecurangan.

Gambar. 2.1.

Fraud Triangle

Sumber: Cressey (1953)

a. Pressure (Tekanan)

Menurut Ana (2014) merupakan kondisi dimana pihak manajemen sebagai

agen yang harus berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan hasil

yang baik kepada pihak pemegang saham dalam bentuk laba yang meningkat

setiap tahunnya dapat dikategorikan sebagai tekanan yang dialami, walaupun

perusahaan dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan mereka dituntut untuk

tetap memiliki kinerja yang baik. Kondisi tersebut membuat pihak manajemen

Pressure

Rationalization Opportunity

25

berupaya untuk memanipulasi laporan keuangan yang nantinya akan disampaikan

kepada pihak pemegang saham untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya

dalam mengelola perusahaan.

b. Opportunity (Kesempatan)

Menurut Ratmono et.al (2014) kesempatan akan timbul saat sistem

pengendalian internal perusahaan melemah. Perusahaan dengan pengendalian

internal yang lemah akan memiliki banyak celah yang menjadikan kesempatan

bagi manajemen untuk memanipulasi transaksi. Kesempatan tercipta karena

adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan

manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk

menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga

meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.

c. Rationalization (Rasionalisasi)

Ana (2014) menyatakan rasionalization sebagai kondisi dimana setiap

perbuatan curang yang mereka lakukan dianggap sebagai tindakan yang wajar atau

malah benar adanya karena tindakan curang yang seperti itu sudah jamak

dilakukan oleh pihak manajemen diberbagai perusahaan diseluruh dunia. Skousen

(2009) menyatakan bahwa rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang

sulit diukur.

Albrecht et.al (2011) menyatakan bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika

melakukan fraud antara lain:

26

1) Aset itu sebenarnya milik saya (perpetrator’s fraud).

2) Saya hanya meminjam dan akan membayarnya kembali.

3) Tidak ada pihak yang dirugikan.

4) Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak.

5) Kami akan memperbaiki pembukuan setelah masalah keuangan ini selesai.

6) Saya rela mengorbankan reputasi dan integritas saya asal hal itu dapat

meningkatkan standar hidup saya.

5. Fraud Diamond Theory

Fraud diamond theory pertama kali dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson

pada bulan Desember 2004. Hal ini dipandang sebagai pernyempurnaan yang

diperluas dari fraud triangle theory. Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan

banyak kecurangan tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang tepat yang memiliki

kemampuan untuk melakukan kecurangan. Posisi seseorang atau fungsi dalam

organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan

kesempatan agar kecurangan tidak tersedia untuk orang lain. Dari pernyataan

tersebut dapat dikatakan bahwa variabel kemampuan (capability) dapat dijadikan

sebagai salah faktor untuk mengukur seberapa besar daya dan kapasitas dari

seseorang itu melakukan fraud dilingkungan organisasi.

27

Gambar. 2.2.

Fraud Diamond

Sumber: Wolfe and Hermanson (2004)

Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud

triangle untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu

dengan cara menambahkan elemen keempat yakni capability (kemampuan).

“Many frauds, especially some of the multibillion-dolar ones, would not have

occurred without the right person with the right capabilities inplace. Opportunity

opens the doorway to fraud, and incentive and rationalization can draw the person

towars it. But the person must have the capability to recognize the open doorway as

an opportunity and to take advantage of it by walking through, not just once, but

time and time again. Accordingly, the critical question is; who could turn an

opportunity for fraud into reality”

Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability

yang sangat penting dalam pribadi perilaku kecurangan, yaitu:

Pressure

Rationalization Capability

Opportunity

28

a. Positioning

Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan

untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan. Seseorang dalam

posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.

b. Intelligence and creativity

Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi

kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau

akses berwenang untuk keuntungan terbesar.

c. Convidence / Ego

Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan

terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk

berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri

(narsisme). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,

gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan

kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa

mereka lebih unggul dan cenderung ingin memperlihatkan prestasi dan

kemampuan mereka.

d. Coercion

Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau

menyembunyikan penipuan. Seseorang individu dengan kepribadian yang

persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan

penipuan atau melihat kearah lain.

29

e. Deceit

Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk

menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus

melacak cerita secara keseluruhan.

f. Stress

Individu yang harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan

kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan

stress.

6. Fraud Pentagon Theory

Teori terbarukan yang mengupas lebih mendalam mengenai faktor-faktor pemicu

fraud adalah teori fraud pentagon ( Crowe’s fraud pentagon theory ). Teori ini

dikemukakan oleh Crowe Howart pada 2011. Teori fraud pentagon merupakan

peluasan dari teori fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey

1953, dan teori fraud diamond yang sebelumnya dikemukakan oleh Wolfe dan

Hermanson 2004, dalam teori ini menambahkan satu elemen fraud lainnya yaitu dan

arogansi ( arrogance ).

30

Gambar. 2. 3. Fraud Pentagon

Sumber: Crowe’s fraud pentagon theory ( Crowe, 2011)

Arogansi merupakan sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa

kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya. Terdapat

satu kondisi kompetensi yang dapat memicu terjadinya fraud yaitu:

a. Frequent Number of CEO’s Picture

Tingkat arogansi yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena

dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki seorang CEO, membuat CEO

merasa bahwa kontrol internal apapun tidak akan berlaku bagi dirinya karena

status dan posisi yang dimiliki. Menurut Crowe (2011), juga terdapat

kemungkinan bahwa CEO akan melakukan cara apapun untuk mempertahankan

posisi dan kedudukan yang sekarang dimiliki (Chyntia, 2016).

Pressure

Rationalization Arrogance

Opportunity Capability

31

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut adalah hasil penelitian serta persamaan dan perbedaan penelitian

sebelumnya dengan penelitian ini. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1

berikut:

Tabel. 2.1.

Penelitian Terdahulu

No

Penelitian/ Judul

Penelitian/ Tahun

Variabel dan Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1.

Chyntia Tessa/

Fraudulent Financial

Reporting : Pengujian

Teori Fraud Pentagon

pada Sektor

Keuangan dan

Perbankan di

Indonesia/ (2016)

Menggunakan

variable

financial

target,

financial

stability,

external

pressure,

institutional

ownership,

ineffective

monitoring,

change in

auditor,

pergantian

direksi

perusahaan,

frequent

number of

CEO’s picture

Studi pada

Sektor

Keuangan dan

Perbankan di

Indonesia

Variabel

fraudulent

financial

reporting di

proksikan

dengan financial

restatement

Tidak

menggunakan

variabel kualitas

auditor eksternal

Financial

stability,

external

pressure, dan

frequent

number of

ceo’s

berpengaruh

terhadap

Fraudulent

Financial

Reporting

Financial

target,

institutional

ownership,

ineffective

monitoring,

kualitas auditor

external,

change in

auditor, dan

pergantian

direksi

perusahaan

32

tidak

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting

2.

Laila Tiffani/Deteksi

Financial Statement

Fraud dengan

Analisis

FraudTriangle/(2015)

Menggunakan

variable

financial

stability,

external

pressure,

financial

target dan

rationalization

Variabel

dependen

diproksikan

dengan

Beneish M-

Score Model

Studi pada

perusahaan

manufaktur

yang terdaftar di

BEI

Tidak

menggunakan

variable

personal

financial need,

nature of

industry dan

effective

monitoring

Financial

stability,

external

pressure, dan

effective

monitoring

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting.

Personal

financial need,

nature of

industry,

rationalization,

dan financial

target tidak

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting.

3

Kennedy dan

Shiddiq/ Analisis

Fraud Diamond

dalam Mendeteksi

Financial Statement

Fraud : Studi Empiris

pada Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI

tahun 2010-

2012/(2014)

Menggunakan

variable

external

pressure,

ineffective

monitoring,

change in

auditor,dan

pergantian

direksi .

Studi pada

perusahaan

manufaktur

yang terdaftar di

BEI tahun 2010-

2012

Tidak

menggunakan

variabel nature

of industry dan

kualitas auditor

eksternal.

Financial

stability,

nature of

industry, dan

rasionalization

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting.

Financial

target,

ineffective

33

monitoring,

change in

auditor dan

capability

tidak

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting.

4

Widarti/Pengaruh

FraudTriangle

terhadap Deteksi

Kecurangan Laporan

Keuangan/(2015)

Menggunakan

variabel

independen

financial

target,

financial

stability,

personal

financial need,

dan ineffective

monitoring.

Studi pada

perusahaan

manufaktur di

BEI.

Memproksikan

variable

dependen

dengan

manajemen laba

metode Jones.

Menggunakan

variabel audit

report, total arus

kas bebas,

nature of

industry, dan

organitation

structure.

Financial

target,

financial

stability, dan

total arus kas

bebas

berpengaruh

terhadap

kecurangan

laporan

keuangan.

Nature of

industry,

personal

financial need,

ineffective

monitoring,

organization

structure dan

opini audit

tidak

berpengaruh

terhadap

kecurangan

laporan

keuangan.

5

Merissa Yesiariani/

Analisis Fraud

Diamond dalam

Mendeteksi Financial

Statement

Fraud/(2016)

Menggunakan

variable

financial

stability,

financial

target,

Studi pada

perusahaan LQ-

45 di BEI.

Variable

dependen

diproksikan

Financial

stability,

external

pressure,

financial

target, dan

34

external

pressure,

pergantian

direksi,

personal

financial need,

change in

auditor dan

ineffective

monitoring

dengan model

Jones

discretionary

accruals.

Menggunakan

variabel nature

of industry dan

rationalization

rationalization

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting.

Personal

financial need,

nature of

industry,

ineffective

monitoring,

change in

auditor dan

pergantian

direksi tidak

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting.

6

Skousen et

al/Detecting and

Predicting Financial

Statement Fraud: The

Effectiveness of The

Fraud Triangle and

SAS No. 99/(2009)

Menggunakan

variable

financial

stability,

financial

target, dan

external

pressure

Penelitian ini

hanya

mengidentifikasi

lima proksi

tekanan dan dua

proksi peluang

yang secara

signifikan

berhubungan

dengan

kecurangan.

Skousen et al

tidak

mengidentifikasi

unsur

rasionalisasi,

kemampuan dan

arogansi

Tidak

Pertumbuhan

asset yang

cepat,

penigkatan

kebutuhan

uang tunai, dan

pembiayaan

eksternal yang

secara positif

berkaitan

dengan

kemungkinan

terjadinya

fraud

Kepemilikan

saham

eksternal dan

internal serta

control dewan

direksi juga

terkait dengan

35

menggunakan

variable nature

of industry.

peningkatan

fraudulent

financial

reporting.

Ekspansi

jumlah anggota

independen di

komite audit

berhubungan

negatif dengan

terjadinya

kecurangan.

7

Susmita dan

Nanik/Analisis

Determinan Financial

Statement melalui

Fraud

Triangle/(2015)

Menggunakan

variabel

external

pressure

Menggunakan

variabel nature

of industry,

rasionalisasi dan

kualitas audit

Variabel

external

pressure,

nature of

industry,

rasionalisasi

dan kualitas

audit tidak

berpengaruh

terhadap

fraudulent

financial

reporting

Sumber : Data yang diolah

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh financial stability dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi,

industri, dam situasi entitas yang beroperasi, manajer menghadapi tekanan untuk

melakukan financial statement fraud (Skousen et.al., 2009). Stabilitas keuangan

perusahaan diukur berdasarkan jumlah pertambahan total aset dari tahun ke tahun.

Banyaknya total aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik tersendiri bagi

para investor, kreditor, maupun para pemegang keputusan yang lain. Ketika total

36

aset yang dimiliki perusahaan cukup banyak, perusahaan dianggap mampu

memberikan return maksimal bagi para investor. Namun sebaliknya, apabila total

aset mengalami penurunan atau bahkan negatif dapat membuat para investor,

kreditor maupun para pemegang keputusan menjadi tidak tertarik, karena kondisi

perusahaan dianggap tidak stabil, perusahaan dianggap tidak mampu beroperasi

dengan baik, dan tidak menguntungkan.

Rendahnya total aset yang dimiliki akan menimbulkan tekanan tersendiri bagi

manajemen karena kinerja perusahaan terlihat menurun sehingga mungkin akan

mengurangi aliran dana investasi di tahun berikutnya. Karena alasan itulah pihak

manajemen melakukan manipulasi pada laporan keuangan sebagai alat untuk

menutupi kondisi stabilitas perusahaan yang kurang baik. Hal ini didukung oleh

penelitian dari Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan

Willingham (1991) yang menunjukkan bahwa kasus di mana perusahaan mengalami

pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen mungkin untuk melakukan

manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan (Skousen et.

al., 2009).

2. Pengaruh financial target dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Target-target keuangan berupa laba atas usaha yang ingin dicapai oleh

perusahaan sering disebut pula dengan financial target. Salah satu pengukuran

untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan

adalah ROA (Return On Assets). Target keuangan memiliki hubungan dengan teori

agensi yang menjelaskan adanya hubungan antara agen dan prinsipal. Agen dan

37

prinsipal memiliki harapan untuk memenuhi kepentingan masing-masing.

Kaitannya dalam hal ini terdapat pada keinginan manajemen untuk mendapatkan

bonus atas hasil kinerja mereka terhadap pemenuhan keinginan prinsipal yaitu

pemenuhan target financial berupa laba.

Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mencapai target keuangannya

dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Namun terkadang ada

faktor-faktor tertentu yang tidak dapat dikendalikan perusahaan sehingga membuat

target financial tersebut tidak tercapai dan eksistensi perusahaan akan diragukan.

Timbulnya tekanan atas pencapaian target financial untuk mendapatkan bonus atas

hasil kinerja dan menjaga eksistensi kinerja perusahaan dapat memunculkan

kemungkinan adanya pengaruh tekanan terhadap pemenuhan target financial

terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

3. Pengaruh external pressure dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

External pressure adalah keadaan dimana perusahaan mendapatkan tekanan dari

pihak luar perusahaan. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan

tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk

pembiayaan riset dan pengeluaran atau modal (Skousen et al., 2009). Tekanan

eksternal diproksikan dengan menggunakan rasio leverage yaitu perbandingan

antara total liabilitas dan total aset.

Apabila perusahaan memiliki leverage yang tinggi, berarti perusahaan tersebut

dianggap memiliki hutang yang besar dan risiko kredit yang dimilikinya juga tinggi.

Semakin tinggi risiko kredit, semakin besar tingkat kekhawatiran kreditor untuk

38

memberikan pinjaman kepada perusahaan. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah

satu hal yang menjadi perhatian tersendiri bagi perusahaan dan memungkinkan

menjadi salah satu penyebab dalam munculnya kecurangan pelaporan keuangan.

Leverage yang lebih besar dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar

untuk melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kredit dan kemampuan lebih

rendah untuk memperoleh tambahan modal melalui pinjaman.

4. Pengaruh institutional ownership dalam mendeteksi fraudulent financial

reporting.

Terdapat indikasi ketika terdapat institutional ownership atau kepemilikan saham

institusi di dalam sebuah perusahaan akan menjadi sebuah tekanan sendiri bagi

perusahaan tersebut. Tekanan tersebut terjadi karena pihak manajemen memiliki

tanggung jawab yang lebih besar dikarenakan pertanggungjawaban yang dilakukan

tidak hanya kepada seorang individu, namun kepada institusi. Selain itu, besarnya

kepemilikan saham oleh institusi daripada perseorangan membuat manajemen

melakukan usaha yang lebih agar tidak kehilangan para investor tersebut, salah

satunya dengan cara mempercantik laporan keuangan melalui tindakan manipulasi.

Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan, semakin besar kepemilikan saham

oleh institusi maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan merasa tertekan

sehingga melakukan kecurangan pelaporan keuangan (Chyntia, 2016).

5. Pengaruh ineffective monitoring dalam mendeteksi fraudulent financial

reporting.

39

Ineffective monitoring merupakan kondisi dimana tidak adanya keefektifan

sistem pengawasan internal yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi

terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil,

tanpa kontrol kompensasi tidak efektifnya pengawasan dewan.

Direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian

internal dan sejenisnya, dengan kurangnya kontrol dari pihak internal perusahaan

menjadi kesempatan tersendiri bagi beberapa pihak untuk memanipulasi data pada

laporan keuangan.

6. Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi fraudulent financial reporting

Change in auditor atau pergantian auditor yang digunakan perusahaan dapat

dianggap sebagai suatu bentuk untuk menghilangkan jejak fraud (fraud trail) yang

ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan tersebut mendorong

perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kecurangan

yang terdapat dalam perusahaan.

7. Pengaruh pergantian direksi perusahaan dalam mendeteksi fraudulent financial

reporting

Pergantian direksi dipilih sebagai variabel dari salah satu elemen dalam crowe’s

fraud pentagon theory, capability. Terdapat enam komponen dalam capability,

antara lain : posisi (positioning), kecerdasan (intelligence), percaya diri

(confidence/ego), pemaksaan (coercion skill), penipuan (effective lying/deceit), dan

manajemen stress (stress management). Pergantian direksi diindikasikan mampu

menggambarkan kemampuan dalam melakukan manajemen stress.

40

Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi mampu

menyebabkan stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang

untuk melakukan fraud. Pergantian direksi dapat menjadi suatu upaya perusahaan

untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan

susunan direksi ataupun perekrutan direksi baru yang dianggap lebih berkompeten.

Adanya pergantian direksi juga dapat mengindikasikan suatu kepentingan politik

tertentu untuk mengantikan jajaran direksi sebelumnya. Sementara disisi lain,

pergantian direksi dianggap dapat mengurangi efektivitas dalam kinerja karena

memerlukan waktu yang lebih untuk beradaptasi dengan culture direksi baru.

Oleh karena itu dilakukan investigasi lebih lanjut apakah benar pergantian direksi

mampu menjadi indikator terjadinya fraudulent financial reporting di perusahaan.

8. Pengaruh frequent number of CEO’s picture dalam mendeteksi fraudulent

financial reporting

Yang dimaksud dengan frequent number of CEO’s picture adalah jumlah foto

CEO yang terpampang pada laporan tahunan perusahaan. Banyaknya foto CEO

yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan perusahaan dapat

merepresentasikan tingkat arogansi atau superioritas yang dimiliki CEO tersebut.

Seorang CEO cenderung lebih ingin menunjukkan kepada semua orang akan status

dan posisi yang dimilikinya dalam perusahaan karena mereka tidak ingin kehilangan

status atau posisi tersebut (atau merasa tidak dianggap), hal ini sesuai dengan salah

satu elemen yang dipaparkan oleh Crowe (2011). Tingkat arogansi yang tinggi

dapat menimbulkan terjadinya fraud karena dengan arogansi dan superioritas yang

41

Pressure

Financial Stability (ACHANGE)

Financial Target (ROA)

External Pressure (LEVERAGE)

Institutional Ownership (OSHIP)

Opportunity

Ineffective Monitoring (BDOUT)

Ineffective Monitoring (BDOUT)

Rationalization

Change In Auditor (KAP)

Competence

Pergantian Direksi (DCHANGE)

Fraudulent Financial

Reporting (Benish M-

Score)

Arrogance

Frequent Number Of CEO’s Picture

(CEOPIC)

dimiliki seorang CEO, membuat CEO merasa bahwa kontrol internal apapun tidak

akan berlaku bagi dirinya karena status dan posisi yang dimiliki. Menurut Crowe

(2011) juga terdapat kemungkinan bahwa CEO akan melakukan cara apapun untuk

mempertahankan posisi dan kedudukan yang sekarang dimiliki.

Dari uraian di atas maka model penelitian yang terbentuk sebagai berikut:

Model Penelitian

42

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya dapat dirumuskan

hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1: Financial stability berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

H2: Financial target berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

H3: External pressure berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

H4: Institutional ownership berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

H5: Ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

H6: Change in auditor berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

H7: Pergantian direksi perusahaan berpengaruh terhadap fraudulent financial

reporting

H8: Frequent number of CEO’s picture berpengaruh terhadap fraudulent financial

reporting

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan

karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen financial stability,

financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring,

change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of CEO’s

picture terhadap variabel dependen yaitu fraudulent financial reporting. Populasi

dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Penelitian ini mengunakan teori

fraud terbaru yaitu Teori Fraud Pentagon yaitu teori terbarukan yang mengupas lebih

mendalam mengenai faktor-faktor pemicu fraud adalah teori fraud pentagon (

Crowe’s fraud pentagon theory ). Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howart pada

2011. Teori fraud pentagon merupakan peluasan dari teori fraud triangle yang

sebelumnya dikemukakan oleh Cressey 1953, dan teori fraud diamond yang

sebelumnya dikemukakan oleh Wolfe dah Hermanson 2004, dalam teori ini

menambahkan satu elemen fraud lainnya yaitu dan arogansi ( arrogance ) (Chyntia,

2016).

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Metode penelitian sampel

44

yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak

acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu,

umum disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang,

2002).

Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2012-2016 yang menerbitkan laporan keuangan dalam

rupiah dan laporan tahunan selama lima tahun berturut-turut, yaitu dari tahun

2012 sampai dengan tahun 2016.

2. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.

3. Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan dengan variabel

penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara

yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan

1. Penelitian Pustaka (Library research)

Perolehan data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku,

jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul

penelitian.

45

2. Penelitian lapangan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh

data bersumber dari laporan keuangan serta laporan tahunan perusahaan-perusahaan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2012-2016 yang telah dipublikasikan

lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu

permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis

kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga

menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik

(logistic regression) dengan bantuan SPSS. Alasan penggunaan alat analisis model

regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dummy {melakukan

kecurangan (fraud) dan tidak melakukan kecurangan (non fraud)}. Asumsi normal

distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara

variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis

dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel

bebasnya (Ghozali, 2011).

1. Definisi Regresi Logistik

Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya terbagi

menjadi dua bagian atau kelompok, walaupun formulanya dapat saja lebih dari dua

46

kelompok. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan

regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala.

Regresi logistik digunakan untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel

dependennya bertipe kategorial dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua

pilihan seperti tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Pada teknik analisis regresi

logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel

bebasnya (Ghozali, 2011:333). Regresi logistik juga mengabaikan heteroscedacity,

artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing

variabel independennya.

2. Tahapan Regresi Logistik

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic

regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian, adapun

penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah (Ghozali, 2011: 346):

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang

dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum-

minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang

diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai rata-rata dari

sampel.

Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum

dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari

47

sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel

penelitian.

b. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Uji

hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji regresi logistik ini

digunakan untuk menguji pengaruh dari financial stability, financial target,

external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, change in

auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of ceo’s picture yang

berpengaruh dengan fraudulent financial reporting suatu entitas perusahaan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2016.

Analisis regresi logistik tidak menunjukkan arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan mengukur kekuatan hubungan

antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011: 82).

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic regression:

1) Jika hasil signifikansinya (p) < 0,05 maka H1 diterima.

2) Jika hasil signifikansinya (p) > 0,05 maka H1 ditolak.

1) Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Godness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa

data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data

sehingga model dapat dikatakan fit). Apabila terdapat perbedaan yang signifikan

48

antara model dengan nilai observasinya sehingga Godness fit model tidak baik

karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test sama dengan

atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Sedangakan apabila nilai

statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test lebih dari 0,05 maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dikatakan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan

data observasinya (Ghozali, 2011: 341).

2) Menilai keseluruhan model (Overall Model Fit)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang dihipotesiskan telah fit atau tidak

dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0 = model yang dihipotesiskan fit dengan data.

H1 = model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Dari hipotesis ini agar model fit dengan data maka H0 harus diterima. Statistik

yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah

probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk

menguji hipotesis nol dan alternatif L ditransformasikan menjadi -2LogL. Output

SPSS memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya

memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan

bebas.

Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai 2LogL pada

langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan

49

data (Ghozali, 2011: 340). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan

pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan

model Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

3) Koefisien Determinan

Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2011: 341).

4) Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan suatu perusahaan melakukan fraudulent financial

reporting. Tabel klasifikasi menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah

(incorrect) (Ghozali, 2011: 270).

5) Model Regresi Logistik yang Terbentuk

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik

(logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh financial stability, financial

target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, change

in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of CEO’s picture

terhadap fraudulent financial reporting pada perusahaan Badan Usaha Milik

50

Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-

2016. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

FFR = α0 + β1 ACHANGE + β2 ROA + β3 LEV+ β4 OSHIP + β5 BDOUT +

β6 CPA + ß7 DCHANGE + ß8 CEOPIC + ε

Dimana:

FFR = Fraudulent financial reporting

α0 = Konstanta

β1,2,3, = Koefisien variabel

ACHANGE = Persentase perubahan total aset

ROA = Return on assets

LEV = Rasio leverage

OSHIP = Presentase kepemilikan institusional

BDOUT = Persentase pengawasan yang tidak efektif

CPA = Presentase perubahan auditor

DCHANGE = Pergantian direksi perusahaan

CEOPIC = Persentase foto CEO yang terpampang dalam laporan

keuangan

ε = Kesalahan residual

E. Operasional Variabel

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) variabel adalah construct yang diukur

dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata

51

mengenai fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang

kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi gambaran yang

lebih kongkret mengenai abstraksi construct yang diwakilinya.

Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga menjadi

variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara tertentu yang

digunakan dalam suatu penelitian dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga

memungkinkan penelitian lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara

yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik

(Indriantoro dan Supomo, 2002). Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-

masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah fraudulent financial reporting (Y). Fraudulent financial

reporting sering kali diawali dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang

dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran

dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material

(Rezaee, 2002). Mengacu pada penelitian Penelitian ini menggunakan variabel

dummy yang dikategorikan menjadi dua, yaitu jika perusahaan laporan keuangannya

terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai “1”, sedangkan

perusahaan yang laporan keuangannya yang tidak terindikasi adanya kecurangan

laporan keuangan bernilai “0”. Untuk mengetahui perusahaan-perusahaan yang

52

melakukan kecurangan dan tidak melakukan kecurangan menggunakan formula

Beneish M-Score (Susmita dan Nanik 2015).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fraudulent financial reporting

yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-Score. Beneish M-Score

diukur dengan menggunakan 8 (delapan) rasio keuangan untuk mengidentifikasikan

apakah perusahaan memiliki indikasi untuk memanipulasi pendapatan dalam

laporan keuangan (Beneish, 1999). Delapan rasio keuangan dan pengukurannya

disajikan pada table 3.1.

Tabel. 3. 1.

Rasio Keuangan Untuk Mengukur Beneish M-Score

No Rasio

Keuangan Rumus

1

Days Sales in

Receivables

Index (DSRI)

(Net Receivables t / Sales t) / (Net Receivables t-1 / Sales t-1)

2 Gross Margin

Index (GMI) [(Sales t-1 – COGS t-1) / Sales t-1] / [(Sales t – COGS t) / Sales t]

3 Asset Quality

Index (AQI) 1-[(CA t + PPE t) / TA t ] / 1-[(CA t-1 + PPE t-1) / TA t-1 ]

4 Sales Growth

Index (SGI) Sales t / Sales t-1

5 Depreciation

Index (DEPI)

[Depreciation t-1 / (PPE t-1 + Depreciation t-1)] / [Depreciation t

/ (PPE t + Depreciation t)]

6

Sales General

and

Administrative

Expenses

(SG&A Expense t / Sales t) / (SG&A Expense t-1 / Sales t-1)

53

Index (SGAI)

7 Leverage

Index (LVGI)

[(CL t + Long Term Debt t) / TA] / [(CL t-1 + Long Term Debt

t-1 ) / TA]

8

Total Accruals

to Total Assets

(TATA)

(NI From Continuing Operations t – Cash Flow Operation) /

TA t

Sumber: Beneish (1999)

Setelah dilakukan perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian

diformulasikan kedalam rumus Beneish M Score Model:

M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI + 0.115

DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA

Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai perusahaan

yang melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari 2.22, dikategorikan

sebagai perusahaan yang tidak melakukan fraud (non fraud). Selanjutnya

perusahaan yang melakukan fraud diberi skor 1 dan yang tidak melakukan fraud

(non fraud) diberi skor 0 (Laila, 2015).

2. Variabel Independen

a. Financial Stability: Presentase perubahan total aset (ACHANGE)

Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan

perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan

perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. FASB (1980)

mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa

54

mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai

akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan kekayaan

yang dimiliki oleh perusahaan yang meliputi aset lancar dan aset tidak lancar.

Skousen (2009) Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) merupakan rasio

perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus:

ACHANGE : (Total Aset t – TotalAset t-1)/Total Aset t

b. Financial Target: Return On Assets (ROA)

Terget-target keuangan berupa laba atas usaha yang ingin dicapai oleh

perusahaan sering disebut pula dengan financial target. Salah satu pengukuran

untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan

adalah ROA (Return On Assets). Target keuangan memiliki hubungan dengan

teori agensi yang menjelaskan adanya hubungan antar agen dan principal. Agen

dan principal memiliki harapan untuk memenuhi kepentingan masing-masing.

Kaitannya dalam hal ini terdapat pada keinginan manajemen untuk mendapatkan

bonus atas hasil kinerja mereka terhadap pemenuhan keinginan prinsipal yaitu

pemenuhan target finansial berupa laba.

Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mencapai target finansialnya

dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Namun terkadang ada

faktor-faktor tertentu yang tidak dapat dikendalikan perusahaan sehingga membuat

target finansial tersebut tidak tercapai dan eksistensi perusahaan akan diragukan.

Timbulnya tekanan atas pencapaian target finansial untuk mendapatkan bonus atas

hasil kinerja dan menjaga eksistensi kinerja perusahaan dapat memunculkan

55

kemungkinan adanya pengaruh tekanan terhadap pemenuhan target finansial

terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Skousen (2009) ROA merupakan rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. ROA dihitung

dengan rumus :

ROA : Laba Bersih/Total Aset

c. External Pressure: Rasio Leverage (LEVERAGE)

External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk

memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan

tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan

eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran

pembangunan atau modal. Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas

yang dihasilkan dari pembiayaan melalui hutang (Skousen et al, 2009). Oleh

karena itu external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage

(LEV). Rasio Leverage dihitung dengan rumus:

LEV = Total Hutang/Total Aset

d. Institutional Ownership (OSHIP)

Terdapat indikasi ketika terdapat institutional ownership atau kepemilikan

saham institusi di dalam sebuah perusahaan akan menjadi sebuah tekanan sendiri

bagi perusahaan tersebut. Tekanan tersebut terjadi karena pihak manajemen

memiliki tanggung jawab yang lebih besar dikarenakan pertanggungjawaban yang

dilakukan tidak hanya kepada seorang individu, namun kepada institusi. Selain itu,

besarnya kepemilikan saham oleh institusi daripada perseorangan membuat

56

manajemen melakukan usaha yang lebih agar tidak kehilangan para investor

tersebut, salah satunya dengan cara mempercantik laporan keuangan melalui

tindakan manipulasi. Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan, semakin besar

kepemilikan saham oleh institusi maka semakin besar pula kemungkinan

perusahaan merasa tertekan sehingga melakukan kecurangan pelaporan keuangan.

Chyntia (2016) Institutional ownership di hitung dengan rumus :

OSHIP : Saham yang Dimiliki Institusi Lain/Saham yang Beredar

e. Ineffective Monitoring (BDOUT)

Ineffective monitoring merupakan kondisi dimana tidak adanya keefektifan

sistem pengawasan internal yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi

terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil,

tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite

audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Dengan

kurangnya kontrol dari pihak internal perusahaan menjadi kesempatan tersendiri

bagi beberapa pihak untuk memanipulasi data pada laporan keuangan. Chyntia

(2016) Ineffective monitoring ini diukur dengan rumus :

BDOUT : Jumlah Dewan Komisaris Independen/Jumlah Total Dewan

Komisaris

f. Change In Auditor (CPA)

Change in auditor atau pergantian auditor yang digunakan perusahaan dapat

dianggap sebagai suatu bentuk untuk menghilangkan jejak fraud (Fraud trail)

yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan tersebut mendorong

57

perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kecurangan

yang terdapat dalam perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan

Rationalization dengan Change in auditor (CPA) yang diukur dengan variabel

dummy dimana apabila terdapat pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap

tahunnya selama periode 2012-2016 maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak

terdapat pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) perusahaan selama periode

2012-2016 maka diberi kode 0 (Skousen, 2009).

g. Pergantian Direksi Perusahaan (DCHANGE)

Competence yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi

kemungkinan seseorang melakukan fraud. Wolfe dan Hermanson (2004)

mengemukakan bahwa perubahan direksi akan dapat menyebabkan stress period

yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Oleh

karena itu penelitian ini memproksikan competence dengan pergantian direksi

perusahaan (DCHANGE) yang diukur dengan variabel dummy dimana apabila

terdapat perubahan direksi perusahaan setiap tahunnya selama periode 2012-2016

maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat perubahan direksi

perusahaan selama periode 2012-2016 maka diberi kode 0, (Chyntia, 2016).

h. Arrogance : Frequence Number Of CEO’s Picture (CEOPIC)

Yang dimaksud dengan frequent number of CEO’s picture adalah jumlah foto

CEO yang terpampang pada laporan tahunan perusahaan. Banyaknya foto CEO

yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan perusahaan dapat

merepresentasikan tingkat arogansi atau superioritas yang dimiliki CEO tersebut.

58

Seorang CEO cenderung lebih ingin menunjukkan kepada semua orang akan status

dan posisi yang dimilikinya dalam perusahaan karena mereka tidak ingin

kehilangan status atau posisi tersebut (atau merasa tidak dianggap), hal ini sesuai

dengan salah satu elemen yang dipaparkan oleh Crowe (2011). Tingkat arogansi

yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena dengan arogansi dan

superioritas yang dimiliki seorang CEO, membuat CEO merasa bahwa kontrol

internal apapun tidak akan berlaku bagi dirinya karena status dan posisi yang

dimiliki. Menurut Crowe (2011), juga terdapat kemungkinan bahwa CEO akan

melakukan cara apapun untuk mempertahankan posisi dan kedudukan yang

sekarang dimiliki. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan arrogance dengan

frequent number of CEO’s picture yang diukur dengan melihat total foto CEO

yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan (Chyntia, 2016).

Variabel dan skala pengukuran terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas

dalam Tabel 3.2 dibawah ini:

Tabel. 3. 2.

Operasional Variabel dan Pengukuran

Variabel Pengukuran Skala

Pengukuran

Fraudulent Financial

Reporting

(Laila,2015)

Variable dummy menggunakan Beneish

M-Score, apabila M-Score lebih besar

dari -2,22 dikategorikan melakukan fraud

dan diberikan skor 1, sedangkan jika M-

Score lebih kecil dari 2,22 dikategorikan

sebagai perusahaan yang tidak melakukan

fraud dan di berikan skor 0.

Nominal

59

Presentase perubahan

total aset

(Skousen, 2009)

Total Hutang/Total Aset

Rasio

Return on Total Assets

(Skousen, 2009)

Laba Bersih/Total Aset

Rasio

Rasio Leverage

(Skousen, 2009)

Total Hutang/Total Aset

Rasio

Persentase kepemilikan

saham institusional

(Chyntia, 2016)

Saham yang Dimiliki Institusi Lain/

Saham yang Beredar

Rasio

Persentase pengawasan

yang tidak efektif

(Chyntia, 2016)

Jumlah Dewan Komisaris Independen/

Jumlah Total Dewan Komisaris

Rasio

Change in auditor

(Skousen, 2009)

Variable dummy, apabila terdapat

pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)

selama periode 2012-2016 maka diberi

kode 1, sebaliknya diberi kode 0

Nominal

Pergantian direksi

(Chyntia, 2016)

Variable dummy, kode 1 jika terdapat

pergantian direksi dalam perusahaan,

kode 0 jika tidak terdapat pergantian

Nominal

Frequent number of

CEO’s picture (Chyntia,

2016)

Total foto CEO yang terpampang dalam

sebuah laporan tahunan

Rasio

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan sampel dan

kelompok perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian ini. Objek dalam

penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Perusahaan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut telah terdaftar di BEI dan selama periode

penelitian tersebut tidak keluar dari BEI atau mengalami delisting serta telah

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya.

Berdasarkan populasi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 tersebut penelitian ini

menggunakan beberapa sampel perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun data yang digunakan adalah data

sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan 2012, 2013,

2014, 2015 dan 2016 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat

website www.idx.co.id. Dari pertimbangan tersebut didapatkan sampel sebanyak

17 perusahaan. Tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

61

Tabel. 4.1.

Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria

Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

periode 2012-2016 yang sesuai dengan kriteria sebanyak 17 perusahaan. Berikut

merupakan daftar perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi

sampel dalam penelitian ini.

Tabel. 4.2.

Daftar Nama Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode

1 PT. Indofarma Tbk. INAF

2 PT. Kimia Farma Tbk. KAEF

3 PT. Adhi Karya Tbk. ADHI

4 PT. Pembangunan Perumahan Tbk. PTPP

5 PT. Wijaya Karya Tbk. WIKA

6 PT. Waskita Karya Tbk. WSKT

7 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI

Keterangan Jumlah

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 yang menerbitkan

laporan keuangan dalam rupiah dan laporan tahunan selama lima

tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun

2016.

17

(-) Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember. (0)

(-) Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan

dengan variabel penelitian.

(0)

Jumlah perusahaan 17

Jumlah tahun penelitian 5

Jumlah sampel total dalam periode penelitian 85

62

8 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI

9 PT. Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN

10 PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI

11 PT. Aneka Tambang Tbk. ANTM

12 PT. Bukit Asam Tbk. PTBA

13 PT. Timah Tbk. TINS

14 PT. Semen Indonesia Tbk. SMGR

15 PT. Jasa Marga Tbk. JSMR

16 PT. Garuda Indonesia Tbk. GIAA

17 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM

Sumber: Date sekunder diolah

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi

logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran

yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen financial stability,

financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring,

change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of ceo’s

picture terhadap variabel dependen yaitu fraudulent financial reporting.

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 85 data observasi

yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5 tahun, dari tahun 2012 -

2016 dengan jumlah perusahaan sampel 17 perusahaan).

Tabel. 4.3.

Deskripsi Statistik

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Financial Stability 85 -.1101 .5862 .155365 .1185168

Financial Target 85 -.1200 .2683 .058642 .0639223

External Pressure 85 .2529 .9188 .620636 .2053223

63

Institutional

Ownweship

85 .0004 .5643 .358132 .1473241

Ineffective Monitoring 85 .0000 .5714 .352400 .1314699

Frequent Number Of

CEO's Picture

85 2.0000 12.0000 3.905882 1.9000221

Valid N (listwise) 85

Sumber : Data diolah

Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian.

Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

financial stability menunjukkan nilai minimum sebesar -0,1101, nilai maksimum

sebesar 0,5862 dengan nilai rata-rata sebesar 0,155365 artinya tingkat stabilitas

keuangan perusahaan rata-rata sebesar 15,54% dengan nilai standar deviasi

sebesar 0,1185168.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap financial

target menunjukkan nilai minimum sebesar -0.1200 nilai maksimum sebesar

0,2683 dengan nilai rata-rata sebesar 0,058642 artinya tingkat kemampuan

perusahaan menghasilkan laba rata-rata sebesar 5,87% dan nilai standar deviasi

sebesar 0,0639223.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap external

pressure menunjukkan nilai minimum sebesar 0,2529 nilai maksimum sebesar

0,9188 dengan nilai rata-rata sebesar 0,620636 artinya tingkat hutang

perusahaan pada seluruh perusahaan rata-rata sebesar 62,06% dan nilai standar

deviasi sebesar 0,2053223.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap institutional

ownership menunjukkan nilai minimum sebesar 0.0004 nilai maksimum sebesar

0.5643 dengan nilai rata-rata sebesar 0,358132 artinya tingkat tingkat

64

kepemilikan saham institusi lain pada perusahaan rata-rata sebesar 35,81% dan

nilai standar deviasi sebesar 0,1473241.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif ineffective monitoring

menunjukkan nilai minimum sebesar 0.0000 nilai maksimum sebesar 0,5714

dengan nilai rata-rata sebesar 0,352400 artinya tingkat pengendalian yang tidak

efektif pada perusahaan rata-rata sebesar 35,24% dan nilai standar deviasi

sebesar 0.1314699.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif frequent number of

ceo’s picture menunjukkan nilai minimum sebesar 2.0000 nilai maksimum

sebesar 12,0000 dengan nilai rata-rata sebesar 3.905882 artinya tingkat arogansi

pada perusahaan rata-rata sebesar 390.59% dan nilai standar deviasi sebesar

1.9000221.

2. Hasil Uji Model Penelitian

Analisis regresi dalam penelitian ini mengguanakan analisis regresi logistik

dengan tipe regresi logistic. Regresy logistic adalah regresi yang digunakan untuk

melakukan pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel Y (respons)

bertipe kategorial dua pilihan (Trihendradi, 2007: 63). Tujuan regresi logistic

adalah untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel

logistic menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya

(Santoso, 2015: 249).

Dalam penelitian ini untuk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dengan variabel dependen (respons) Y bertipe kategorik/dua pilihan yaitu Non

Fraud 0 dan Fraud 1. Keterangan ini dapat dilihat dalam tabel identifikasi data

65

Tabel. 4.4.

Identifikasi Data

Original Value Internal Value

.0000 0

1.0000 1

Sumber : Data sekunder yang diolah

Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 85 perusahaan atau

N=85. Untuk melihat kelengkapan daya yang diproses dalam penelitian ini dan

tidak adanya missing case ditunjukkan pada tabel case processing summary.

Tabel. 4.5.

Data yang Diproses

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 85 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 85 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 85 100.0

Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat

dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011: 346):

a. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness and Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol

bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model

dengan data sehingga model dapat dikatakan fit (Ghozali, 2011: 346). Jika

nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness and Fit Test sama dengan

66

atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak atau model dikatakan tidak fit.

Hal ini berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat

memprediksi nilai observasinya.

Jika nilai staistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness and Fit Test lebih

besar 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat

diterima karena sesuai dengan data observasinya

Tabel. 4.6.

Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 5.753 7 .569

Sumber : Data Sekunder yang Diolah

Hasil output SPSS yang disajikan dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai

Chi-square sebesar 5,753 dengan signifikansi (p) sebesar 0,569. Berdasarkan

hasil tersebut, dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka

model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya atau model

dikatakan fit dengan data dan model dapat diterima sehingga model ini dapat

digunakan untuk analisis selanjutnya.

b. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Untuk pengujian ini statistik digunakan pada fungsi likelihood. Likelihood L

dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan

menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L

ditransformasikan menjadi -2LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -

67

2LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan

satu model dengan konstanta serta variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan

membandingkan nilai antara -2 Log Likehood (-2LogL) awal (block number =

0) dengan nilai -2 Log Likehood (-2LogL) akhir (block number = 1). Adanya

penurunan nilai Likehood (2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik

atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,

2011: 346). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian ‘Sum

of Square Error’ pada model regresi, sehingga penurunan nilai Log Likelihood

menunjukkan model regresi yang semakin baik.

Tabel. 4.7.

Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model

(Block Number 0: Beginning Block)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 117.541 -.118

2 117.541 -.118

Sumber : Data Sekunder yang Diolah

Tabel 4.7 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada blok pertama

(block number = 0) terlihat nilai -2LogL sebesar 117.541 Kemudian nilai -

2LogL berikutnya (block number = 1) ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut ini:

68

Tabel. 4.8.

Hasil Uji Keseluruhan Model

(Block Number = 1)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficients

Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

Step

1

1 95.934 -1.219 4.323 -.071 2.410 -.138 -5.126 .046 .000 .201

2 95.187 -1.501 5.649 -.249 2.812 -.118 -5.999 .107 -.079 .248

3 95.175 -1.536 5.856 -.299 2.848 -.106 -6.097 .123 -.093 .255

4 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255

5 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255

Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai -2 Log Likehood (-2LogL) pada block

number = 1 setelah dimasukkan ketujuh variabel independen yaitu financial

stability, financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective

monitoring, change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent

number of CEO’s picture menjadi sebesar 95.175.

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7 dan 4.8 nilai -2 Log Likehood (-

2LogL) awal (block number = 0) sebesar 117.541 dan -2 Log Likehood (-

2LogL) berikutnya (block number =1) sebesar 95.175. Hal ini berarti

mengalami penurunan sebesar 22.366. Terjadinya penurunan nilai 2LogL ini

menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang

dihipotesiskan fit dengan data.

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik

ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat

diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil

69

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011: 346). Tabel 4.9

menunjukkan hasil uji koefisien determinasi sebagai berikut:

Tabel. 4.9.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square Nagelkerke R Square

1 95.175a .231 .309

Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukkan dalam tabel 4.9, dapat

dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,309. Hal ini berarti

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen

adalah sebesar 30,9%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 69,1% dijelaskan oleh

faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti nature of

industry, audit report, dan organization structure.

d. Hasil Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan kecurangan laporan keuangan pada perusahaan.

Dalam output regresi logistik angka ini dapat dilihat dalam clasification table.

Tabel klasifikasinya menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah

(incorrect)

70

Tabel. 4.10.

Matriks Klasifikasi

Classification Tablea

Observed

Predicted

Fraudulent Financial

Reporting Percentage

Correct .0000 1.0000

Step 1 Fraudulent Financial

Reporting

.0000 37 8 82.2

1.0000 15 25 62.5

Overall Percentage 72.9

Sumber : Data Sekunder yang Diolah

Tabel 4.10 di atas menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan tingkat prediksi model adalah sebesar 72.9%,

dimana 82.2% non fraud dan 62.5% fraud telah mampu diprediksi oleh

model. Artinya kemampuan prediksi dari model dengan variabel financial

stability, financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective

monitoring, change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent

number of ceo’s picture secara statistik dapat memprediksi sebesar 62.5%.

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan

terjadinya kecurangan laporan keuangan adalah sebesar 62.5%. Hal ini

menunjukan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan,

terdapat sebanyak 53 perusahaan (62.5%) diprediksi melakukan fraudulent

financial reporting dari total 85 perusahaan yang melakukan fraudulent

financial reportingd. Kekuatan prediksi model perusahaan yang dinyatakan

tidak melakukan fraud (non fraud) adalah sebesar 82.2%, yang berarti bahwa

dengan model regresi yang digunakan terdapat 70 perusahaan (82.2%) dari

71

total 85 perusahaan yang tidak melakukan fraudulent financial reporting.

Sehingga secara keseluruhan ketepatan klasifikasi sebesar 72.9%.

e. Hasil Uji Hipotesis

Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi

dari tiap-tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara

variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka

signifikan lebih kecil terlihat 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan

pada tingkat 5%. Hal itu berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti

bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya

variable terikat. Analisis uji regresi ini untuk menguji seberapa jauh semua

variabel terikat. Hasil koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan

nilai probabilitas (Sig) pada tabel berikut:

Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini :

Tabel. 4.11.

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step

1a

Financial Stability 5.860 2.756 4.522 1 .033 350.760

Financial Target -.300 5.851 .003 1 .959 .741

External Pressure 2.848 2.001 2.027 1 .155 17.255

Institutional

Ownweship

-.106 1.790 .003 1 .953 .900

Ineffective

Monitoring

-6.099 2.285 7.122 1 .008 .002

Change In Auditor .123 .764 .026 1 .872 1.131

Pergantian Direksi -.093 .532 .031 1 .861 .911

Frequent Number

Of CEO's Picture

.255 .156 2.680 1 .102 1.290

Constant -1.536 1.337 1.321 1 .250 .215

Sumber : Data Sekunder yang Diolah

72

Zi=-1.337 + 5.860 financial stability + -0. 300 financial target + 2.848 external

pressure + -0.106 institutional ownership + -6.099 ineffective monitoring +

0.123 change in auditor + -0.093 pergantian direksi + 0.255 frequent number

of ceo’s picture

Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana

telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam

delapan bagian. Bagian pertama membahas pengaruh financial stability

terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H1). Bagian kedua membahas

pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H2).

Bagian ketiga membahas pengaruh external pressure terhadap fraudulent

financial reporting (FFR) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh

institutional ownership terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H4).

Bagian kelima membahas pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent

financial reporting (FFR) (H5). Bagian keenam membahas pengaruh change in

auditor terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H6). Bagian ketujuh

membahas pengaruh pergantian direksi terhadap fraudulent financial reporting

(FFR) (H7). Bagian kedelapan membahas pengaruh frequent number of ceo’s

picture terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H8). Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Pengaruh financial stability terhadap fraudulent financial reporting (FFR)

Hasil pengujian variabel persentase perubahan financial stability

mempunyai signifikansi 0,033 lebih kecil dari α = 0,05. Nilai koefisien beta

yang dihasilkan 5.860 Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1 diterima,

73

sehingga dapat dikatakan persentase perubahan total aset berpengaruh

terhadap fraudulent financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil

ini mengindikasi bahwa semakin tinggi kondisi ketidakstabilan keuangan

perusahaan, maka kemungkinan perusahaan melakukan fraudulent financial

reporting juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini mendukung hasil peneltian

yang dilakukan oleh Chyntia (2016) dan Skousen (2009) tetapi tidak

mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Merissa (2016),

mungkin hasil penelitiannya berbeda dikarenakan sampel dan cara

pengukuran yang berbeda pula.

Skousen (2009) bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan

fraudulent financial reporting ketika stabilitas keuangan (financial stability)

terancam oleh keadaan ekonomi, Industri, dan situasi entitas yang beroperasi.

Artinya dengan adanya ketidakstabilan keuangan, akan memicu terjadinya

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan manajemen.

2) Pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting (FFR)

Hasil pengujian financial target mempunyai nilai signifikansi 0,959 lebih

besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -0.300. Hal

ini menunjukkan hipotesis H2 tidak diterima sehingga dapat dikatakan bahwa

financial target tidak memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial

reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian yang Chyntia (2016) dan Laila (2015). Tetapi hasil penelitian ini

tidak mendukung hasil penelitian Widarti (2015) dan Skousen et al. (2009)

74

yang menunjukkan hasil berbeda bisa jadi dikarenakan sampel yang berbeda

serta cara pengukurannya.

Laila (2015) tidak berpengaruhnya financial target terhadap fraudulent

financial reporting disebabkan karena manajer menganggap bahwa besarnya

financial target perusahaan masih dinilai wajar dan bisa dicapai. Manajer

tidak menganggap bahwa financial target tersebut sebagai target keuangan

yang sulit untuk dicapai sehingga besarnya financial target tidak memicu

terjadinya kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen.

Namun berbeda dengan hasil Widarti (2015) dan Skousen et al (2009)

yang menunjukan financial target berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Widarti (2015) mengatakan bahwa financial

target merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Perolehan laba perusahaan yang

sesuai dengan target, memicu perhatian para investor terhadap perusahaan.

Demi mencapai target laba yang telah direncanakan tersebut, akan

mendorong pihak manajemen melakukan manajemen laba sehingga laporan

keuangan perusahaan akan disajikan secara tidak wajar apabila ternyata laba

yang dihasilkan oleh perusahaan rendah.

Merissa (2015) menyatakan bahwa ROA yang tinggi pada tahun

sebelumnya akan memicu perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya

dimasa yang akan datang. Meskipun demikian penurunan profitabilitas

perusahaan dapat terjadi akibat krisis yang melanda industri atau perusahaan

75

yang tidak dapat diprediksi sehingga terjadi penurunan profitabilitas ataupun

kenaikan profitabilitas yang semu. Kenaikan profitabilitas perusahaan juga

dapat diakibatkan peningkatan mutu operasional perusahaan seperti

modernisasi sistem informasi, perekrutan tenaga kerja yang potensial serta

kebijakan direksi yang tepat dalam menyelesaikan masalah.

3) Pengaruh external pressure terhadap fraudulent financial reporting (FFR)

Hasil pengujian external pressure mempunyai nilai signifikansi 0,155

lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar 2.848.

Hal ini menunjukkan hipotesis H3 tidak diterima sehingga dapat dikatakan

bahwa external pressure tidak memiliki pengaruh terhadap fraudulent

financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian Susmita dan Nanik (2015). Tetapi hasil penelitian

ini tidak mendukung hasil penelitian Chyntia (2016), Kennedy (2014),

Widarti (2015) dan Laila (2015) yang menunjukkan hasil berbeda yang

menyatakan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan, hal ini mungkin karena perbedaan sampel serta cara pengukuran

yang dilakukan.

Menurut Van Home (2007) dalam Susmita dan Nanik (2015) bahwa

external pressure merupakan biaya tetap yang digunakan untuk mendanai

perusahaan. Biaya ini dapat menguntungkan perusahaan apabila dapat

dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar

dari biaya tetap yang dikeluarkan. Namun hasil penelitian ini menunjukan

perusahaan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya

76

tetap yang digunakan. Sehingga manajemen tidak harus melakukan

kecurangan pada laporan keuangan untuk mengembalikan hutang yang

digunakan untuk mendanai perusahaannya tersebut.

Namun berbeda dengan hasil Chyntia (2016), Kennedy (2014), Widarti

(2015) dan Laila (2015) yang menunjukan external pressure berpengaruh

terhadap kecurangan laporan keuangan. Laila (2015) mengatakan bahwa

semakin besar tekanan dari pihak eksternal maka akan meningkatkan potensi

manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Artinya

perusahaan tidak mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari

biaya tetap yang digunakan, sehingga hal ini dapat memicu manajemen untuk

melakukan kecurangan laporan keuangan atas tekanan dari pihak eksternal

agar dapat mengembalikan hutang yang digunakan untuk mendanai

perusahaan tersebut.

4) Pengaruh institutional ownership terhadap fraudulent financial reporting

(FFR)

Hasil pengujian institutional ownership mempunyai nilai signifikansi

0,953 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -

.106. Hal ini menunjukkan hipotesis H4 tidak diterima sehingga dapat

dikatakan bahwa institutional ownership tidak memiliki pengaruh terhadap

fraudulent financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian

ini mendukung hasil penelitian Chyntia (2016), Merissa (2016) dan Widarti

(2015).

77

Dalam hasil penelitian Merissa (2016) menyatakan bahwa karena

kemungkinan keberadaan dewan komisaris independen akan memberikan

sedikit jaminan bahwa pengawasan perusahaan akan semakin independen dan

objektif serta jauh dari intervensi pihak-pihak tertentu. Fraud dapat

diminimalkan salah satunya dengan mekanisme pengawasan yang baik.

Keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan merupakan

suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan operasional

perusahaan.

5) Pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent financial reporting

(FFR)

Hasil pengujian ineffective monitoring mempunyai nilai signifikansi 0.008

lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -6.099.

Hal ini menunjukkan hipotesis H5 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa

ineffective monitoring memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial

reporting pada tingkat signifikansi 5%. Dari hasil penelitian juga bisa kita

lihat, semakin tinggi efektifitas pengawasan perusahaan akan menurunkan

potensi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian Laila (2015) dan menolak hasil

penelitian Chyntia (2016), Kennedy (2014), Merissa (2016) dan Widarti

(2015). Perbedaan hasil penelitian itu sendiri mungkin karena berbedanya

sampel serta pengukuran yang dilakukan oleh masing-masing peneliti.

Menurut Gideon (2005) dalam Widarti (2015) menyatakan bahwa tidak

berpengaruhnya ineffective monitoring dimungkinkan bahwa penempatan

78

atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya

sekedar memenuhi ketentuan formal dari BEI yang mewajibkan adanya

dewan komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah komisaris

yang ada, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih

memegang peranan penting, sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan

menurun, serta kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham

mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawas

yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak

efektif.

Laila (2015) Secara umum keberadaan dewan komisaris independen akan

memberikan sedikit jaminan bahwa pengawasan perusahaan akan semakin

independen dan objektif serta jauh dari intervensi pihak-pihak tertentu.

Semakin banyak komisaris independen diharapkan akan semakin

meningkatkan kinerja perusahaan. Namun akan berbeda apabila terdapat

intervensi kepada dewan komisaris independen yang mengakibatkan tidak

objektifnya suatu pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris

independen tersebut sehingga jumlah atau banyaknya dewan komisaris

independen dalam suatu perusahaan bukan merupakan suatu faktor yang

signifikan dalam meningkatkan pengawasan operasional perusahaan.

6) Pengaruh change in auditor terhadap fraudulent financial reporting (FFR)

Hasil pengujian change in auditor mempunyai nilai signifikansi 0.872

lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar 0.123.

Hal ini menunjukkan hipotesis H6 tidak diterima sehingga dapat dikatakan

79

bahwa change in auditor tidak memiliki pengaruh terhadap fraudulent

financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian Chyntia (2016), Laila (2015), Merissa (2016) dan

Kennedy (2014).

Merissa (2016) menyatakan bahwa kemungkinan perusahaan melakukan

pergantian auditor bukan karena ingin mengurangi pendeteksian laporan

keuangan oleh auditor lama, tetapi dikarnakan perusahaan menaati Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No 20 Tahun 2015 pasal 11 ayat 1 yang

menyatakan bahwa pemberian jasa audit atas laporan keuangan terhadap

suatu entitas oleh seorang akuntan publik dibatasi paling lama 5 (lima) tahun

buku berturut-turut.

Kennedy (2014) mengatakan bahwa perubahan auditor bisa terjadi sebagai

akibat perusahaan tidak puas terhadap kinerja auditor sebelumnya baik dari

hasil auditan yang dilakukan. Perusahaan yang motivasinya positif akan

menggunakan auditor yang benar-benar independen dan objektif dalam

melakukan audit untuk kepentingan perbaikan kinerja perusahaan dimasa

depan. Namun apabila suatu perusahaan mulai tidak puas dengan kinerja

auditor yang tidak dapat diintervensi atau dipengaruhi perusahaan agar

memanipulasi hasil auditan yang dilakukan maka kecenderungan fraud akan

semakin tinggi (Stice, 1991).

7) Pengaruh pergantian direksi terhadap fraudulent financial reporting (FFR)

Hasil pengujian pergantian direksi mempunyai nilai signifikansi 0,861

lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -0,093.

80

Hal ini menunjukkan hipotesis H7 tidak diterima sehingga dapat dikatakan

bahwa pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap financial statement

fraud pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Chyntia (2016), Kennedy (2014) dan Merissa (2016).

Merissa (2016) ketika perusahaan melakukan pergantian direksi bukan

disebabkan karena perusahaan ingin menutupi kecurangan yang dilakukan

direksi sebelumnya. Tetapi pemangku kepentingan tertinggi di perusahaan

menginginkan adanya perbaikan kinerja perusahaan dengan cara merekrut

direksi yang dianggap lebih kompeten daripada direksi sebelumnya.

Namun berbeda dengan hasil Wolfe and Hermanson dalam Skousen

(2009) yang menunjukan DCHANGE berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Wolfe and Hermanson (2004) mengatakan

bahwa perubahan direksi dapat mengindikasi terjadinya fraud. Perubahan

direksi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang

dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahaan

direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal

tidak maksimal.

8) Pengaruh frequent number of CEO’s picture terhadap fraudulent financial

reporting (FFR)

Hasil pengujian frequent number of ceo’s picture mempunyai nilai

signifikansi 0.102 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang

dihasilkan sebesar 0,255. Hal ini menunjukkan hipotesis H8 tidak diterima

sehingga dapat dikatakan bahwa frequent number of CEO’s picture tidak

81

memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial reporting pada tingkat

signifikansi 5%. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian

Chyntia (2016) yang menyatakan bahwa frequent number of CEO’s picture

berpengaruh terhadap kecurangan yang terjadi di perusahaan. Menurutnya

tingkat arogansi yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena

dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki seorang CEO, membuat CEO

merasa bahwa control internal apapun tidak akan berlaku bagi dirinya karena

status dan posisi yang dimiliki. Hasil penelitian ini berbeda mungkin karena

penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda dari penelitia sebelumnya

di mana penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan

penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan dan

keuangan.

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh financial stability, financial target,

external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, change in auditor,

pergantian direksi, dan frequent number of CEO’s picture terhadap fraudulent

financial reporting. Data sampel perusahaan sebanyak 17 pengamatan perusahaan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama periode 2012-2016.

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Financial stability berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting selama

lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung hasil

peneltian yang dilakukan oleh Chyntia (2016) dan Skousen (2009) tetapi tidak

mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Merissa (2016)

2. Financial target tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian yang Chyntia (2016) dan Merissa (2016). Tetapi hasil penelitian

ini tidak mendukung hasil penelitian Widarti (2015) dan Skousen et al. (2009).

3. External pressure tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Susmita dan Nanik (2015). Tetapi hasil penelitian ini tidak

83

mendukung hasil penelitian Chyntia (2016) dan Laila (2015) yang menunjukkan

hasil berbeda yang menyatakan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan.

4. Institutional ownership tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial

reporting selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian Chyntia (2016) dan Merissa (2016).

5. Ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini tidak

mendukung hasil penelitian Susmita (2015) dan Widarti (2015).

6. Change in auditor tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Merissa (2016) dan Kennedy (2014).

7. Pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Chyntia (2016) dan Merissa (2016).

8. Frequent number of ceo’ picture tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial

reporting selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini tidak

mendukung hasil penelitian Chyntia (2016) yang menyatakan bahwa frequent

number of CEO’s picture berpengaruh terhadap kecurangan yang terjadi di

perusahaan.

84

B. Saran

Penelitian mengenai fraud dimasa yang akan datang diharapkan mampu

memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan mempertimbangkan saran

sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas sampel penelitian dengan

mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) b a i k yang terdaftar di BEI maupun tidak sebagai populasi

penelitian.

2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel independen

lain yang mungkin dapat mempengaruhi kecurangan pelaporan keuangan untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai fraud di Indonesia seperti kualitas auditor

eksternal, nature of industry, structure of organization dan lain-lain.

3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti sektor lain misalnya sektor manufaktur,

dimana sektor itu merupakan sektor ketiga terbanyak yang melakukan

kecurangan pelaporan keuangan menurut ACFE (2014).

85

DAFTAR PUSTAKA

Association of Certified Fraud Examinations. 2000. ACFE Reports The Nations 2000.

Association of Certified Fraud Examiners. 2014. Report to The Nation on

Occupational Fraud and Abuse (2014 Global Fraud Study).

Beneish, M.D. 1999. Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing

Earnings Management Among Firm with Extreme Financial Performance.

Journal of Accounting and Public Policy, vol. 16, no. 3.

Bolton R dan Hand J. 2002. Statistical Fraud Detection : A Review, Statistical

Science, 17 (3), 235-255.

Boyton, Jonhson dan Kell. 2003. Modern Auditing, edisi ketujuh, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Cyntia Tessa. 2016. Fraudulent Financial Reporting : Pengujian Teori Fraud

Pentagon pada Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Simposium

Nasional Akuntansi XIX, 1-21.

Dwi, Yuvita dan Agus. 2014. Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan

Kecurangan dalam Laporan Keuangan?. SNA 17 Universitas Mataram

Mataram, Lombok

Einsenhardt, Kathleem,M. (1989). Agency Theory : An Assesment and Review.

Academy of Management Review, 14, hal. 54-74

Ernest & Young. 2009. Detecting Financial Statement Fraud : What Every Manager

Needs to Know.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Jensen M C dan Meckling W H. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behavior,

Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 305-

360.

K.R. Subraman, John J, Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi ke sepuluh,

Salemba Empat, Jakarta.

Kennedy Sihombin. 2014. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial

Statement Fraud : Studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di BEI tahun 2010-2012. Diponegoro Journal of Accounting, 1-12.

86

Laila Tiffany dan Marfuah. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis

Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Simposium Akuntansi XVIII. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Merissa dan Isti. 2016. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial

Statement Fraud. SNA XIX Lampung.

Mulyadi. 2002. Auditing Edisi 6. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis edisi

Pertama. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Rezaee Z. 2005. Cause, Consequences and Deterrence of Financial Statement Fraud.

Elsevier, 277-298.

Richardson, Vernon J. (1998). Information Asymmetry An earning Management :

Some Evidence. Working paper, 30 Maret

Robert N Anthony dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen,

Edisi kesebelas. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada: Prentice

Hall.

Sekaran, Uma. 2015. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, edisi ke empat, Salemba

Empat, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2015. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, edisi pertama, Salemba

Empat, Jakarta.

Skousen,et al. 2009. Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The

Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No.99. In C. J. Skousen, K. R.

Smith, & C. j. Wright, Advances in Financial Economics (pp. 53-81).

Bingley: Emerald Group Publishing Limited.

Susmita dan Nanik. 2015. Analisis Determinan Financial Statement Melalui

Pendekatan Fraud Tiangle. Accounting Analisis Journal Vol. 4 No 1.

Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Tempo Interaktif, Jakarta. Diakses dari halaman

https://m.tempo.do/read/news/2009/08/28/090194968/tiga-direksi-waskita-

dinonaktifkan tanggal 14 April 2017.

Tempo Interaktif, Jakarta. Diakses dari halaman

http://www.tempo.co/read/news/2007/08/03/056104906/Izin-Akuntan-PT-

Kereta-Api-Dibekukan, tertanggal Jum’at, 03 Agustus 2007, 17:49 WIB.

Diakses pada tanggal 15 Juli 2017.

www.kimiafarma.co.id. Diakses pada tanggal 28 Juli 2017

87

Theodorus M Tuanakotta. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi, edisi

kedua, Penerbit Salemba Empat.

Tugas F. 2012. Exploring a New Elemen of Fraud : A Study on Selected Financial

Accounting Fraud Cases in the World. American International Journal of

Contemporary Reserch, 2 (6), 112-121.

Ujiyantho M A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen laba dan

kinerja keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X.

Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan

Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol.13

Wolf, David T dan Dana R Hermanson. 2004. The Fraud Diamond : Considering The

Four Elements of Fraud. CPA Journal. 74. 12 : 38-42.

Yusar S dan Fitriyani J. 2013. Auditing. UIN Jakarta Press, Banten

88

LAMPIRAN

89

Lampiran 1:

Daftar Nama Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

1 PT. Indofarma Tbk. INAF

2 PT. Kimia Farma Tbk. KAEF

3 PT. Adhi Karya Tbk. ADHI

4 PT. Pembangunan Perumahan Tbk. PTPP

5 PT. Wijaya Karya Tbk. WIKA

6 PT. Waskita Karya Tbk. WSKT

7 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI

8 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI

9 PT. Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN

10 PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI

11 PT. Aneka Tambang Tbk. ANTM

12 PT. Bukit Asam Tbk. PTBA

13 PT. Timah Tbk. TINS

14 PT. Semen Indonesia Tbk. SMGR

15 PT. Jasa Marga Tbk. JSMR

16 PT. Garuda Indonesia Tbk. GIAA

17 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM

Lampiran 2:

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

Keterangan Jumlah

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 yang menerbitkan

laporan keuangan dalam rupiah dan laporan tahunan selama lima

tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun

2016.

17

(-) Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember. (0)

90

Lampiran 3:

Output Data SPSS dan Excel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Financial Stability 85 -.1101 .5862 .155365 .1185168

Financial Target 85 -.1200 .2683 .058642 .0639223

External Pressure 85 .2529 .9188 .620636 .2053223

Institutional

Ownweship

85 .0004 .5643 .358132 .1473241

Ineffective Monitoring 85 .0000 .5714 .352400 .1314699

Frequent Number Of

CEO's Picture

85 2.0000 12.0000 3.905882 1.9000221

Valid N (listwise) 85

Case Processing Summary Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 85 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 85 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 85 100.0

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

.0000 0

1.0000 1

(-) Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan

dengan variabel penelitian.

(0)

Jumlah perusahaan 17

Jumlah tahun penelitian 5

Jumlah sampel total dalam periode penelitian 85

91

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 117.541 -.118

2 117.541 -.118

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Fraudulent Financial

Reporting Percentage

Correct .0000 1.0000

Step 0 Fraudulent Financial

Reporting

.0000 45 0 100.0

1.0000 40 0 .0

Overall Percentage 52.9

Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.118 .217 .294 1 .588 .889

Variables not in the Equation Score df Sig.

Step 0 Variables Financial Stability 9.058 1 .003

Financial Target 2.352 1 .125

External Pressure 3.655 1 .056

Institutional Ownweship .017 1 .897

Ineffective Monitoring 3.075 1 .079

Change In Auditor 1.996 1 .158

Pergantian Direksi .677 1 .411

Frequent Number Of

CEO's Picture

3.290 1 .070

Overall Statistics 20.164 8 .010

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficients

Constan

t X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X7

Step

1

1 95.934 -1.219 4.323 -.071 2.410 -.138 -5.126 .046 .000 .201

2 95.187 -1.501 5.649 -.249 2.812 -.118 -5.999 .107 -.079 .248

3 95.175 -1.536 5.856 -.299 2.848 -.106 -6.097 .123 -.093 .255

4 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255

5 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255

92

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 22.366 8 .004

Block 22.366 8 .004

Model 22.366 8 .004

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square Nagelkerke R Square

1 95.175a .231 .309

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 5.753 7 .569

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Fraudulent Financial

Reporting = .0000

Fraudulent Financial

Reporting = 1.0000

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 6 7.813 3 1.187 9

2 8 7.055 1 1.945 9

3 6 6.528 3 2.472 9

4 7 6.010 2 2.990 9

5 5 5.177 4 3.823 9

6 6 4.669 3 4.331 9

7 4 3.571 5 5.429 9

8 2 2.557 7 6.443 9

9 1 1.620 12 11.380 13

Classification Tablea

Observed

Predicted

Fraudulent Financial

Reporting Percentage

Correct .0000 1.0000

Step 1 Fraudulent Financial

Reporting

.0000 37 8 82.2

1.0000 15 25 62.5

Overall Percentage 72.9

93

Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step

1a

Financial Stability 5.860 2.756 4.522 1 .033 350.760

Financial Target -.300 5.851 .003 1 .959 .741

External Pressure 2.848 2.001 2.027 1 .155 17.255

Institutional

Ownweship

-.106 1.790 .003 1 .953 .900

Ineffective

Monitoring

-6.099 2.285 7.122 1 .008 .002

Change In Auditor .123 .764 .026 1 .872 1.131

Pergantian Direksi -.093 .532 .031 1 .861 .911

Frequent Number

Of CEO's Picture

.255 .156 2.680 1 .102 1.290

Constant -1.536 1.337 1.321 1 .250 .215

Correlation Matrix Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

Step

1

Constant 1.000 -.051 -.529 -.598 -.239 -.018 -.061 -.134 -.212

Financial

Stability

-.051 1.000 -.040 -.080 -.096 -.095 -.238 -.128 -.037

Financial

Target

-.529 -.040 1.000 .708 -.285 -.277 -.097 .128 -.207

External

Pressure

-.598 -.080 .708 1.000 -.261 -.478 -.026 -.077 -.146

Institutional

Ownweship

-.239 -.096 -.285 -.261 1.000 .022 .035 .025 .204

Ineffective

Monitoring

-.018 -.095 -.277 -.478 .022 1.000 .151 .056 -.178

Change In

Auditor

-.061 -.238 -.097 -.026 .035 .151 1.000 -.085 .030

Pergantian

Direksi

-.134 -.128 .128 -.077 .025 .056 -.085 1.000 -.105

Frequent

Number Of

CEO's

Picture

-.212 -.037 -.207 -.146 .204 -.178 .030 -.105 1.000

94

Tabel Hasil Penelitian Variabel Fraudulent Financial Reporting

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Fraudulent Financial

Reporting

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 1 1 0 0 1

2 PT. Kimia Farma KAEF 0 0 0 0 1

3 PT. Adhi Karya ADHI 1 0 1 1 1

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 1 1 1 1 1

5 PT. Wijaya Karya WIKA 0 0 1 1 1

6 PT. Waskita Karya WSKT 1 1 1 1 1

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 0 1 0 1 0

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 0 1 0 0 0

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 0 1 0 1 0

10 PT. Bank Mandiri BMRI 0 1 1 0 1

11 PT. Aneka Tambang ANTM 1 0 0 0 1

12 PT. Bukit Asam PTBA 1 0 0 0 1

13 PT. Timah TINS 0 1 1 0 1

14 PT. Semen Indonesia SMGR 1 0 0 0 0

15 PT. Jasa Marga JSMR 0 1 0 0 1

16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0 0 0 0 1

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 0 0 0 0 0

95

Tabel Hasil Penelitian Variabel Financial Stability

No Nama Perusahaan Kode Hasil Penelitian Financial stability

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF

0.0620

0.0818

(0.0370)

0.1861

(0.1101)

2 PT. Kimia Farma KAEF

0.1358

0.1600

0.1672

0.0828

0.2984

3 PT. Adhi Karya ADHI

0.2235

0.1902

0.0706

0.3760

0.1659

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP

0.1892

0.3113

0.1503

0.2361

0.3875

5 PT. Wijaya Karya WIKA

0.2396

0.1310

0.2086

0.1881

0.3696

6 PT. Waskita

Karya WSKT

0.3885 0.0480

0.2993

0.5862

0.5066

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI

0.1027

0.1380

0.0718

0.1809

0.1566

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI

0.1477

0.1195

0.2192

0.0871

0.1248

9 PT. Bank

Tabungan Negara BBTN

0.2025

0.1481

0.0927

0.1590

0.1973

10 PT. Bank Mandiri BMRI

0.1317

0.1330

0.1426

0.0605

0.1238

11 PT. Aneka

Tambang ANTM

0.2287

0.0986

0.0081

0.2738

(0.0125)

12 PT. Bukit Asam PTBA

0.0957

(0.0901)

0.2116

0.1232

0.0906

13 PT. Timah TINS

(0.0768)

0.2261

0.1917

(0.0509)

0.0282

14 PT. Semen

Indonesia SMGR

0.2603

0.1368

0.1026

0.1006

0.1373

15 PT. Jasa Marga JSMR

0.1550

0.1274

0.1096

0.1325

0.3136

16 PT. Garuda

Indonesia GIAA

0.3560

0.1475

0.0474

0.0632

0.1144

17

PT.

Telekomunikasi

Indonesia TLKM

0.0747

0.1296

0.0919

0.1521

0.0748

96

Tabel Hasil Penelitian Variabel Financial Target

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Financial Target

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF

0.0331

0.0357

(0.0419)

0.0009

0.0043

2 PT. Kimia Farma KAEF

0.0957

0.0991

0.0872

0.0797

0.0782

3 PT. Adhi Karya ADHI

0.0299

0.0271

0.0420

0.0312

0.0277

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP

0.0346

0.0362

0.0339

0.0364

0.0442

5 PT. Wijaya Karya WIKA

0.0470

0.0462

0.0496

0.0472

0.0359

6 PT. Waskita Karya WSKT

0.0336

0.0304

0.0419

0.0400

0.0346

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI

0.0194

0.0211

0.0234

0.0260

0.0180

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI

0.0321

0.0339

0.0341

0.0309

0.0289

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN

0.0126

0.0122

0.0119

0.0077

0.0108

10 PT. Bank Mandiri BMRI

0.0230

0.0252

0.0257

0.0242

0.0232

11 PT. Aneka Tambang ANTM

0.1268

0.1519

0.0187

(0.0352)

(0.0475)

12 PT. Bukit Asam PTBA

0.2683

0.2286

0.1588

0.1363

0.1206

13 PT. Timah TINS

0.1365

0.0707

0.0691

0.0695

0.0109

14 PT. Semen

Indonesia SMGR

0.2012

0.1854

0.1739

0.1624

0.1186

15 PT. Jasa Marga JSMR

0.0564

0.0620

0.0436

0.0381

0.0359

16 PT. Garuda

Indonesia GIAA

0.0396

0.0440

0.0038

(0.1200)

0.0236

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM

0.1501

0.1649

0.1586

0.1522

0.1403

97

Tabel Hasil Penelitian Variabel External Pressure

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian External Pressure

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 0.4531 0.5436 0.5258 0.6135 0.5833

2 PT. Kimia Farma KAEF 0.3057 0.3429 0.3898 0.4246 0.5076

3 PT. Adhi Karya ADHI 0.8500 0.8407 0.8325 0.6920 0.7292

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 0.8064 0.8401 0.8364 0.7324 0.6543

5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.7429 0.7438 0.6872 0.7226 0.5981

6 PT. Waskita Karya WSKT 0.7601 0.7288 0.7729 0.6798 0.7269

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 0.8694 0.8767 0.8189 0.8115 0.8170

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 0.8823 0.8733 0.8781 0.8712 0.8537

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 0.9080 0.9119 0.9156 0.9188 0.9107

10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.8161 0.8140 0.8152 0.8090 0.7938

11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.3489 0.4149 0.4588 0.3966 0.3860

12 PT. Bukit Asam PTBA 0.3318 0.3533 0.4146 0.4502 0.4320

13 PT. Timah TINS 0.2529 0.3794 0.4249 0.4212 0.4079

14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.3166 0.2919 0.2714 0.2808 0.3087

15 PT. Jasa Marga JSMR 0.6046 0.6169 0.6414 0.6632 0.6946

16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0.5572 0.6218 0.7044 0.7128 0.7298

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 0.3986 0.3949 0.3887 0.4378 0.4124

98

Tabel Hasil Penelitian Variabel Institutional Ownership

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Institutional Ownership

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 0.1934 0.1934 0.1934 0.1934 0.1934

2 PT. Kimia Farma KAEF 0.0997 0.0997 0.0997 0.0997 0.0997

3 PT. Adhi Karya ADHI 0.4900 0.4900 0.4900 0.4900 0.4900

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 0.5643 0.5643 0.5643 0.5643 0.5643

5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.3449 0.3485 0.3485 0.3496 0.3495

6 PT. Waskita Karya WSKT 0.3200 0.3200 0.3267 0.3396 0.3396

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 0.5456 0.5456 0.5456 0.5456 0.5456

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 0.4325 0.4325 0.4325 0.4325 0.4325

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 0.3865 0.3986 0.3987 0.3996 0.4000

10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004

11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500

12 PT. Bukit Asam PTBA 0.3498 0.3498 0.3498 0.3498 0.3498

13 PT. Timah TINS 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500

14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.4899 0.4899 0.4899 0.4899 0.4899

15 PT. Jasa Marga JSMR 0.3000 0.3000 0.3000 0.3000 0.3000

16 PT. Garuda

Indonesia GIAA 0.3086 0.3086 0.3949 0.3949 0.3949

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 0.4881 0.4881 0.4881 0.4881 0.4881

99

Tabel Hasil Penelitian Variabel Ineffective Monitoring

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Ineffective Monitoring

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 0.0000 0.0000 0.0000 0.3333 0.3333

2 PT. Kimia Farma KAEF 0.4000 0.4000 0.4000 0.3333 0.2000

3 PT. Adhi Karya ADHI 0.3333 0.2857 0.2857 0.2857 0.2857

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 0.2857 0.2857 0.4000 0.4000 0.2857

5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.3333 0.3333 0.4000 0.2857 0.2857

6 PT. Waskita Karya WSKT 0.2000 0.2000 0.2000 0.3333 0.3333

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 0.5000 0.5000 0.4444 0.5556 0.5556

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 0.5000 0.5000 0.5000 0.5556 0.5000

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 0.4286 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000

10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.5000 0.4286 0.5714 0.5000 0.5000

11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.3333 0.3333 0.3333 0.4000 0.3333

12 PT. Bukit Asam PTBA 0.3333 0.2857 0.2857 0.2857 0.2857

13 PT. Timah TINS 0.0000 0.0000 0.2000 0.3333 0.3333

14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.5000 0.3333 0.4286 0.2857 0.2857

15 PT. Jasa Marga JSMR 0.5000 0.4286 0.4286 0.1667 0.3333

16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0.3333 0.5000 0.2857 0.2857 0.2857

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 0.4000 0.3333 0.4286 0.4286 0.4286

100

Tabel Hasil Penelitian Variabel Change In Auditor

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Change In Auditor

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

2 PT. Kimia Farma KAEF 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

3 PT. Adhi Karya ADHI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

6 PT. Waskita Karya WSKT 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000

12 PT. Bukit Asam PTBA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

13 PT. Timah TINS 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000

14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000

15 PT. Jasa Marga JSMR 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

101

Tabel Hasil Penelitian Variabel Pergantian Direksi

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Pergantian Direksi

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 0.0000 1.0000 1.0000 0.0000 0.0000

2 PT. Kimia Farma KAEF 1.0000 1.0000 0.0000 0.0000 1.0000

3 PT. Adhi Karya ADHI 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 1.0000 0.0000 1.0000 0.0000 1.0000

5 PT. Wijaya Karya WIKA 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

6 PT. Waskita Karya WSKT 0.0000 1.0000 0.0000 1.0000 0.0000

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 1.0000 0.0000 1.0000 1.0000 1.0000

10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

12 PT. Bukit Asam PTBA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

13 PT. Timah TINS 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 1.0000

14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000 1.0000

15 PT. Jasa Marga JSMR 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000

16 PT. Garuda Indonesia GIAA 1.0000 1.0000 1.0000 0.0000 1.0000

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 1.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000

102

Tabel Hasil Penelitian Variabel Frequent Number Of CEO’s Picture

No Nama Perusahaan Kode

Hasil Penelitian Frequent Number Of CEO's

Picture

2012 2013 2014 2015 2016

1 PT. Indofarma INAF 3.0000 3.0000 2.0000 2.0000 3.0000

2 PT. Kimia Farma KAEF 4.0000 3.0000 4.0000 3.0000 3.0000

3 PT. Adhi Karya ADHI 4.0000 4.0000 8.0000 6.0000 4.0000

4 PT. Pembangunan

Perumahan PTPP 3.0000 5.0000 5.0000 12.0000 3.0000

5 PT. Wijaya Karya WIKA 3.0000 3.0000 3.0000 4.0000 5.0000

6 PT. Waskita Karya WSKT 4.0000 4.0000 3.0000 4.0000 4.0000

7 PT. Bank Negara

Indonesia BBNI 3.0000 4.0000 3.0000 4.0000 3.0000

8 PT. Bank Rakyat

Indonesia BBRI 4.0000 4.0000 4.0000 3.0000 12.0000

9 PT. Bank Tabungan

Negara BBTN 2.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000

10 PT. Bank Mandiri BMRI 6.0000 9.0000 9.0000 4.0000 6.0000

11 PT. Aneka Tambang ANTM 4.0000 6.0000 3.0000 5.0000 3.0000

12 PT. Bukit Asam PTBA 5.0000 3.0000 3.0000 3.0000 2.0000

13 PT. Timah TINS 3.0000 5.0000 3.0000 3.0000 2.0000

14 PT. Semen Indonesia SMGR 5.0000 3.0000 3.0000 4.0000 2.0000

15 PT. Jasa Marga JSMR 4.0000 2.0000 2.0000 2.0000 3.0000

16 PT. Garuda Indonesia GIAA 3.0000 2.0000 3.0000 3.0000 3.0000

17 PT. Telekomunikasi

Indonesia TLKM 3.0000 4.0000 7.0000 5.0000 3.0000