21
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. P Umur : 27 th Status Perkawinan : Belum Menikah Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Indonesia (Jawa) Agama : Islam Alamat : Jl. Danau Tauti Pekerjaan : Mahasiswi II. ANAMNESIS Diambil dari : Autoanamnesa Tanggal : 2 Februari 2012 Waktu : Pk 06.00 WIB a. Keluhan Utama Tungkai kanan sulit digerakkan post KLL b. Keluhan Tambahan Nyeri di bagian tungkai c. Riwayat Penyakit Pasien datang ke RSAM 4 jam setelah mengalami KLL tertabrak motor dengan keluhan tungkai kanan sulit digerakkan. Pasien mengalami benturan yang keras pada tungkai kanan bawah. Tidak terdapat luka pada 1

Fraktur Segmental CR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

segmented Fractur tibia fibula

Citation preview

Page 1: Fraktur Segmental CR

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. P

Umur : 27 th

Status Perkawinan: Belum Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Indonesia (Jawa)

Agama : Islam

Alamat : Jl. Danau Tauti

Pekerjaan : Mahasiswi

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesa

Tanggal : 2 Februari 2012

Waktu : Pk 06.00 WIB

a. Keluhan Utama

Tungkai kanan sulit digerakkan post KLL

b. Keluhan Tambahan

Nyeri di bagian tungkai

c. Riwayat Penyakit

Pasien datang ke RSAM 4 jam setelah mengalami KLL tertabrak motor

dengan keluhan tungkai kanan sulit digerakkan. Pasien mengalami benturan

yang keras pada tungkai kanan bawah. Tidak terdapat luka pada tungkai,

namun tungkai terasa nyeri, terlebih jika digerakkan.

Kepala pasien tidak terbentur, muntah (-), pingsan (-), anggota gerak lain tidak

terdapat keluhan.

d. Riwayat Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.

1

Page 2: Fraktur Segmental CR

e. Riwayat masa lampau

-

III. STATUS PRESENT

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis

Keadaan Gizi : cukup

Kulit : turgor tambak baik

IV. Status Umum

TD : 110/80 mmHg

HR : 84 x/I

RR : 24x/I

T : 36,7 °C

• Kepala : Normochepalus

Mata

• Konjungtiva : anemis (+/+)

• Sklera : anikterik (+/+)

• Refleks cahaya : (+/+)

• Pupil : isokhor

• Telinga : liang lapang, serumen (+/+)

• Hidung : tidak tampak deviasi septum

• Mulut : sianosis (-), atrofi papil lidah (-)

• Gigi : caries (-)

• Leher : tidak tampak pembesaran KGB

2

Page 3: Fraktur Segmental CR

Dada (Thorak)

• I : datar, simetris

• P : fremitus taktil normal

• P : sonor

• A : ves (+/+), wh (-/-), rh (-/-)

ABDOMEN

Inspeksi : Datar, simetris

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+)

GENITALIA

Laki-laki, tidak ada kelainan

EKSTREMITAS

Superior : Sianosis (-), oedem (-)

Posterior : Sianosis (-), oedem (+/-)

V. STATUS LOKALIS

L : tampak pembengkakan pada proksimal tibia

: tak tampak luka di ekstremitas dextra/sinistra

: tak tampak deformitas pada kedua ekstremitas

F : nyeri tekan 1/3 proksimal hingga 1/3 distal tibia

: nyeri sumbu (+)

: a. dorsalis pedis teraba

: sensoris dan motoris baik

3

Page 4: Fraktur Segmental CR

M : NGA (+), NGP (+)

VI. RESUME

OS datang 4jam post KLL, dengan KU sulit menggerakkan tungkai kanan bawah.

Muntah (-), pingsan (-), RGA (-). Tidak terdapat luka pada tungkai kanan bawah,

terdapat udem di daerah femur, NT(+)1/3 proksimal & 1/3 distal tibia. NVD (+),

NGA (+), NGP (+)

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ro Cruris dextra AP, LAT

à Terlihat #tibia segmented 1/3 proksimal dan 1/3 distal dextra ad axim dan

#fibula 1/3 proksimal dextra ad axim

4

Page 5: Fraktur Segmental CR

VIII PENATALAKSANAAN

- Open Reduction Internal Ficsation (ORIF)

IX PROGNOSA

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad funcionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

5

Page 6: Fraktur Segmental CR

FRAKTUR CRURIS

 

A.    ANATOMI TIBIA FIBULA

Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris. Ini

merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke

proksimal untuk membentuk articulation genu dan  ke distal terlihat semakin

mengecil.

Os fibula terletak sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia. Extremitas proximalis

fibula terletak agak posterior dari caput tibia, di bawah articulation genus dan tulang

ini tidak ikut membentuk articulation genus.

Fascia cruris merupakan tempat perleketan musculus dan bersatu dengan

perosteum. Ke proximal akan melanjutkan diri ke fascia lata, dan akan melekat di

sekitar articulation genus ke os patella, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan

capitulum fibulae. Ke posterior membentuk fascis poplitea yang menutupi fossa

poplitea. Disini tersusun oleh serabut-serabut transversal yang ditembus oleh vena

saphena parva. Fascia ini menerima serabut-serabut tendo m.biceps femoris femoris

disebelah lateral dan tendo m. Sartorius, m.gracilis, m.semitendinosus, dan

m.semimembranosus disebelah medial. Ke anterior, fascia ini bersatu dengan

perosteum tibia serta perostenium capitulum fibulae dan malleolus fibulae. Ke distal,

faascia ini melanjutkan diri ke raetinaculum mm.extensorum superior dan

retinaculum mm. flexorum. Fascia ini menjadi tebal dan kuat dibagian proximal dan

anterior cruris, untuk perlekatan m.tibialis anterior dan m.extensor digitorum longus.

Tetapi, fascia ini tipis dibagian posterior yang menutupi m.gastrocnemeus dan

m.soleus. disisi lateral cruris, fascia ini membentuk septum intermusculare

anterius dan septum intermusculare posterius.

 

B.     DEFINISI FRAKTUR

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang

rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya

disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan

lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan

persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung

dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada

tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila

trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh

6

Page 7: Fraktur Segmental CR

dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan

ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh

ruda paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung,

misalnya sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur

pada tibia dan fibula.

Fraktur kruris (L:crus = tungkai) merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan

fibula. Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan

dengan dunia luar. Maka fraktur kruris tertutup adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang, tulang rawan sendi maupun tulang rawan epifisis yang terjadi pada

tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar. Fraktur kruris

merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada tulang

panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah

depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya

fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung dibawah kulit sehingga sering

juga ditemukan fraktur terbuka.

 

C.    PENYEBAB FRAKTUR

Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:

1. Peristiwa trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,

yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau

penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang

terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung,

tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena

kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.

2. Fraktur kelelahan atau tekanan

Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama

pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.

3. Fraktur patologik

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya

oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).

7

Page 8: Fraktur Segmental CR

Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat

yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek,

biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen

tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit

diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim.

 

D.  KLASIFIKASI FRAKTUR TIBIA FIBULA

Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:

1. Fraktur proksimal tibia

2. Fraktur diafisis

3. Fraktur dan dislokasi pada  pergelangan kaki

FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA

a)      Fraktur Infrakondilus Tibia

Fraktur Infrakondilus tibia terjadi sebagai akibat pukulan pada tungkai pasien yang

mematahkan tibia dan fibula sejauh 5cm di bawah lutut. Walaupun tungkai bawah

dapat membengkak dalam segala arah, namun biasanya terjadi pergeseran lateral

ringan dan tidak ada tumpang tindih atau rotasi. Fraktur tidak masuk ke dalam

lututnya. Dapat dirawat dengan gips tungkai panjang, sama seperti fraktur pada

tibia lebih distal. Jika fragmen tergeser, dapat dilakukan manipulasi ke dalam

posisinya dan gunakan gips tungkai panjang selama 6 minggu. Kemudian dapat

dilepaskan dan diberdirikan denganmenggunakan tongkat untuk menahan berat

badan.

b)      Fraktur Berbentuk T

Terjadi karena terjatuh dari tempat yang tinggi, menggerakkan korpus tibia ke atas

diantara kondilus femur, dan mencederai jaringan lunak pada lutut dengan hebat.

Kondilus tibia dapat terpisah, sehingga korpus tibia tergeser diantaranya. Traksi tibia

distal sering dapat mereduksi fraktur ini secara adekuat.

8

Page 9: Fraktur Segmental CR

c)      Fraktur Kondilus Tibia (bumper fracture)

Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya trauma abduksi terhadap femur

dimana kaki terfiksasi pada dasar. Fraktur ini biasanya terjadi akibat tabrakan pada

sisi luar kulit oleh bumper mobil, yang menimbulkan fraktur pada salah satu kondilus

tibia, biasannya sisi lateral.

d)     Fraktur Kominutiva Tibia Atas

Pada fraktur kominutiva tibia atas biasanya fragmen dipertahankan oleh bagian

periosteum yang intak. Dapat direduksi dengan traksi yang kuat, kemudian

merawatnya dengan traksi tibia distal.

 

FRAKTUR DIAFISIS

Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat

juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi

karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal

atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral.

Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi:

a)      Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa

Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:

1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara

transversal atau oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga dapat

membidai fragmen, dan pergeseran akan sangat terbatas.

2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral hampir

tanpa pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.

Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal,

tinggalkan fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan

anestesi dan reduksikan.

b)      Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak

Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan fibula

yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian

medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis

9

Page 10: Fraktur Segmental CR

proksimaldengan fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat

transversaldengan atau tanpa fraktur fibula.

 

c)      Fraktur Tertutup Pada Korpus Fibula

Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula secara

transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi

pergeseran atau hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat

berdiri. Otot-otot tungkai menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X

untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan

perlindungan, karena itu asalkan persendian lutut normal, biarkan pasien berjalan

segera setelah cedera jaringan lunak memungkinkan. Penderita cukup diberi

analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom diresorbsi.

d)     Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula

Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada

tungkai bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser ke

arah lateral, bertumpang tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula fraktur, yang

diperhatikan adalah reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun

dapat mudah terlihat dan dikoreksi. Perawatan tergantung pada apakah terdapat

pemendekan. Jika terdapat pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama

seminggu dapat mereduksikannya. Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak

menjadi masalah karena akan dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai

berjalan. Sekalipun demikian, pemendekan sebaiknya dihindari.

 

E.  PEMERIKSAAN KLINIS

Kulit mungkin tidak rusak atau robek dengan jelas, kadang-kadang kulit tetap utuh

tetapi melesak atau telah hancur, dan terdapat bahaya bahwa kulit itu dapat

mengelupas dalam beberapa hari. Kaki biasanya memuntir keluar dan deformitas

tampak jelas. Kaki dapat menjadi memar dan bengkak. Nadi dipalpasi untuk menilai

sirkulasi, dan jari kaki diraba untuk menilai sensasi. Pada fraktur gerakan tidak boleh

dicoba, tetapi pasien diminta untuk menggerakkan jari kakinya. Sebelum

merencanakan terapi, perlu dilakukan penentuan beratnya cedera.

Pada anamnesis dalam kasus fraktur kondilus tibia terdapat riwayat trauma pada

lutut, pembengkakan dan nyeri serta hemartrosis. Terdapat gangguan dalam

10

Page 11: Fraktur Segmental CR

pergerakan sendi lutut. Pada fraktur diafisis tulang kruris ditemukan gejala berupa

pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan penonjolan tulang keluar kulit. Pada

fraktur dan dislokasi sendi pergelangan kaki ditemukan adanya pembengkakan pada

pergelangan kaki, kebiruan atau deformitas. Yang penting diperhatikan adalah

lokaliasasi dari nyeri tekan apakah pada daerah tulang atau pada ligament.

 

F.   DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan

melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk

dikonfirmasikan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen

untuk membantu mengarahkan danmenilai secara objektif keadaan yang

sebenarnya.

A.  Anamnesa

Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang

hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk

menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena

fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi

ditempat lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,  jatuh dari

ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda

berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga.

Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota

gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

B.  Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

Syok, anemia atau perdarahan.

Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau

organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.

Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).

Pada pemeriksaan fisik dilakukan:

Look (Inspeksi)

-          Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi

(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).

-          Bengkak atau kebiruan.

-          Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).

11

Page 12: Fraktur Segmental CR

-          Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang

penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan

dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).

Feel (palpasi)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat

nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

-          Temperatur setempat yang meningkat

-          Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh

kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

-          Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-

hati.

-          Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak

yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.

-          Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan

pembedahan.

Move (pergerakan)

-          Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

-          Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

-          Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri

hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu

juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah

dan saraf.

1. C.  Pemeriksaan Penunjang

Sinar -X

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun

demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi

serta eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak

12

Page 13: Fraktur Segmental CR

selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen

untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya.

Untuk mengetahui teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing.

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan ´Rules of Two´:

Dua pandangan

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan sekurang-

kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau angulasi.

Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau

suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur keduanya

harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto pada

tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat. Karena

itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar-X pada

pelvis dan tulang belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu, sebagai

akibatresorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat

memudahkan diagnosis.

     Pencitraan Khusus

13

Page 14: Fraktur Segmental CR

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu

dinyatakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan

lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.

Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur,

misalnya penyembuhan fraktur transversal lebihlambat dari fraktur oblik karena

kontak yang kurang. Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata

pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur

kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya cara yang dapat

membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat penting untuk visualisasi

fraktur secara tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk

mendiagnosis fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.

 

G.    TEKNIK PENANGANAN

Penatalaksanaan Fraktur :

Non Operatif

1. Reduksi

Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan atau

traksi.

2. Imobilisasi

Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam 7-10

hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.

3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan

Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap 6

atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle,

memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke

fungsi normal

Operatif

Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

 

a. Absolut

14

Page 15: Fraktur Segmental CR

-          Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi

dalam penyembuhan dan perawatan lukanya.

-          Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya

darah di tungkai.

-          Fraktur dengan sindroma kompartemen.

-          Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga

mengurangi nyeri.

b. Relatif, jika adanya:

-          Pemendekan

-          Fraktur tibia dengan fibula intak

-          Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Fiksasi eksternal

a. Standar

Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang

hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka

dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih

kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat

memperlambat kemungkinan penyembuhan. Di bawah ini merupakan gambar dari

fiksasi eksternal tipe standar.

b. Ring Fixators

Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin

dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan

untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur

tertutup tipe kompleks. Di bawah ini merupakan gambar pemasangan ring fixators

pada fraktur diafisis tibia.

15

Page 16: Fraktur Segmental CR

c. Open reduction with internal fixation (ORIF)

Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis.

Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya

menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada

penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakan gambar penatalaksanaan fraktur

dengan ORIF.

d. Intramedullary nailing

Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau

tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera

dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak.

2. Amputasi

Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia

dan pada crush injury dari tibia.

H. KOMPLIKASI

1) Infeksi

Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal

fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka yang

tidak steril.

2) Delayed union

Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi

terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran

darah ke fragmen.

3) Non union

Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan

mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan pada

tempat fraktur.

 

16

Page 17: Fraktur Segmental CR

4) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi

suplay darah.

5). Kompartemen Sindrom

kompartemen sindrom merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap

syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup.

Hal ini mengawali terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen

dari penekanan pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.

6) Mal union

Terjadi pnyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti adanya

angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.

6) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.

7) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.

Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot tungkai

bawah.

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Sjamsuhidajat R,  Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.

 

Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA: The

McGraw-Hill Companies.

17