14
ISI DEFINISI Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. Fraktur mandibula dapat terjadi pada bagian korpus, angulus, ramus maupun kondilus. ANATOMI Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot – otot mengunyah. Fraktur Mandibula | 1

FRAKTUR MANDIBULA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas refrat sewaktu kepaniteraan ilmu kesehatan gigi & mulut di RS Bayukarta Karawang

Citation preview

Page 1: FRAKTUR MANDIBULA

ISI

DEFINISI

Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat

disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. Fraktur mandibula dapat

terjadi pada bagian korpus, angulus, ramus maupun kondilus.

ANATOMI

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat

menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan

adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot – otot mengunyah.

Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus dental inferior dan

nervus mentalis.

Sistem vaskularisasi pada mandibula dilakukan oleh arteri maksilari interna, arteri

alveolar inferior, dan arteri mentalis.

KLASIFIKASI

Fraktur Mandibula | 1

Page 2: FRAKTUR MANDIBULA

Menurut R. Dingman dan P.Natvig pada tahun 1969 fraktur pada mandibula dibagi

menjadi beberapa kategori, yakni :

A. Menurut arah fraktur (horizontal/vertikal) dan apakah lebih menguntungkan dalam

perawatan atau tidak

B. Menurut derajat keparahan fraktur (simpel/tertutup/mengarah ke rongga mulut atau

kulit).

C. Menurut tipe fraktur (Greenstick/kompleks/kominutiva/impaksi/depresi)

D. Menurut ada atau tidaknya gigi dalam rahang (dentulous, partially dentulous,

edentulous)

E. Menurut lokasi (regio simfisis, regio kaninus, regio korpus, angulus, ramus, prosesus

kondilus, prosesus koronoid)

Fraktur Mandibula | 2

Page 3: FRAKTUR MANDIBULA

FREKUENSI

Secara umum, paling sering terjadi pada korpus mandibula, angulus dan kondilus,

sedangkan pada ramus dan prosesus koronoideus lebih jarang terjadi.

Fraktur Mandibula | 3

Page 4: FRAKTUR MANDIBULA

Berdasarkan penelitian, dapat diurutkan seperti berikut :

Korpus 29 %

Kondilus 26%

Angulus 25%

Simfisis 17%

Ramus 4%

Proc.Koronoid 1%

ETIOLOGI

Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah

pengendara sepeda motor. Sebab lain yang umum adalah trauma pada muka akibat kekerasan,

olahraga. Berdasarkan penelitian didapatkan data penyebab tersering fraktur mandibula

adalah :

Kecelakaan berkendara 43%

Kekerasan 34%

Kecelakaan kerja 7%

Jatuh 7%

Olahraga 4%

Sebab lain 5%

Fraktur mandibula dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan sistemik yang dapat

menyebabkan terjadinya fraktur patologis seperti pada pasien dengan osteoporosis

imperfekta.

PATOFISIOLOGI

Derajat keparahan fraktur sangat bergantung pada kekuatan trauma. Karena itu fraktur

kominutiva dapat dipastikan terjadi karena adanya kekuatan energi yang besar yang

menyebabkan trauma. Berdasarkan penelitian pada 3002 pasien dengan fraktur mandibula,

diketahui bahwa adanya gigi molar 3 bawah meningkatkan resiko terjadinya fraktur angulus

mandibula sampai 2 kali lipat.

MANIFESTASI KLINIS

Fraktur Mandibula | 4

Page 5: FRAKTUR MANDIBULA

Pasien dengan fraktur mandibula umumnya datang dengan adanya deformitas pada

muka, baik berupa hidung yang masuk kedalam, mata masuk kedalam dan sebagainya.

Kondisi ini biasa disertai dengan adanya kelainan dari fungsi organ – organ yang terdapat di

muka seperti mata terus berair, penglihatan ganda, kebutaan, anosmia, kesulitan bicara karena

adanya fraktur mandibula, maloklusi sampai kesulitan bernapas karena hilangnya kekuatan

untuk menahan lidah pada tempatnya sehingga lidah menutupi rongga faring.

GEJALA & TANDA

Tanda – tanda patah pada tulang rahang meliputi :

1. Dislokasi, berupa perubahan posisi rahang yg menyebabkan maloklusi atau tidak

berkontaknya rahang bawah dan rahang atas

2. Pergerakan rahang yang abnormal, dapat terlihat bila penderita menggerakkan

rahangnya atau pada saat dilakukan .

3. Rasa sakit pada saat rahang digerakkan

4. Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi daerah fraktur.

5. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang

yang fraktur bila rahang digerakkan.

6. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur.

7. Diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan

8. Disability, terjadi gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut.

9. Hipersalivasi dan Halitosis, akibat berkurangnya pergerakan normal mandibula

dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek “self cleansing” karena gangguan

fungsi pengunyahan.

10. Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi di bawah

nervus alveolaris.

DIAGNOSIS

Diagnosis pasien dengan fraktur mandibula dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pertama – tama melakukan inspeksi

menyeluruh untuk melihat adanya deformitas pada muka, memar dan pembengkakan.

Langkah berikut yang dilakukan adalah dengan mencoba merasakan tulang rahang dengan

Fraktur Mandibula | 5

Page 6: FRAKTUR MANDIBULA

palpasi pada pasien. Setelah itu lakukan pemeriksaan gerakan mandibula. Setelah itu

dilanjutkan dengan memeriksa bagian dalam mulut. Pasien dapat diminta untuk menggigit

untuk melihat apakah ada maloklusi atau tidak. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan

satbilitas tulang mandibula dengan meletakkan spatel lidah diantara gigi dan lihat apakah

pasien dapat menahan spatel lidah tersebut.

Untuk pemeriksaan penunjang, yang paling penting untuk dilakukan adalah adalah

rontgen panoramik, sebab dengan foto panoramik kita dapat melihat keseluruhan tulang

mandibula dalam satu foto. Namun pemeriksaan ini memberikan gambaran yang kurang detil

untuk melihat temporo-mandibular joint, regio simfisis dan alevolar.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan foto rontgen polos. Dapat

dilakukan untuk melihat posisi oblik-lateral, oklusal, posteoanterior dan periapikal. Foto

oblik-lateral dapat membantu mendiagnosa fraktur ramus, angulus dan korpus posterior.

Namun regio kondilus, bikuspid dan simfisis seringkali tidak jelas. Foto oklusal mandibula

dapat memperlihatkan adanya diskrepansi pada sisi medial dan lateral fraktur korpus

mandibula. Posisi posteroanterior Caldwell dapat memperlihatkan adanya dislokasi medial

atau lateral dari fraktur ramus, angulus, korpus maupun simfisis.

Pemeriksaan CT-scan juga dapat digunakan untuk membantu diagnosa fraktur

mandibula.CT-scan dapat membantu untuk melihat adanya fraktur lain pada daerah wajah

termasuk os.frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbital dan seluruh pilar penopang

kraniofasial baik horizontal maupun vertikal. CT-scan juga ideal untuk melihat adanya

fraktur kondilus.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada fraktur mandibula mengikuti standar penatalaksanaan fraktur

pada umumnya. Pertama periksalah A(airway), B(Breathing) dan C(circulation). Bila pada

ketiga topik ini tidak ditemukan kelainan pada pasien, lakukan penanganan terhadap fraktur

mandibula pasien. Bila pada pasien terdapat perdarahan aktif, hentikanlah dulu

perdarahannya. Bila pasien mengeluh nyeri maka dapat diberi analgetik untuk membantu

menghilangkan nyeri. Setelah itu cobalah ketahui mekanisme cedera dan jenis fraktur pada

pasien berdasarkan klasifikasi oleh Dingman dan Natvig.

Bila fraktur pada pasien adalah fraktur tertutup dan tidak disertai adanya dislokasi

atau ada dislokasi kondilus yang minimal, maka dapat ditangani dengan pemberian analgetik,

diet cair dan pengawasan ketat. Pasien dengan fraktur prosesus koronoid dapat ditangani

Fraktur Mandibula | 6

Page 7: FRAKTUR MANDIBULA

dengan cara yang sama. Pada pasien ini juga perlu diberikan latihan mandibula untuk

mencegah terjadinya trismus.

Kunci utama untuk penanganan fraktur mandibula adalah reduksi dan stabilisasi. Pada

pasien dengan fraktur stabil cukup dengan melakukan wiring untuk menyatukan gigi atas dan

bawah. Untuk metode ini dapat dilakukan berbagai tindakan. Yang paling banyak dilakukan

adalah dengan menggunakan wire dengan Ivy loops dan dilakukan MMF (maxillomandibular

fixation).

Dapat juga dipasang archbar dan dilakukan IMF (intermaxillary fixation), dilakukan

fiksasi eksternal, dipasang screw, pemasangan Gunning splint juga banyak dilakukan karena

bisa memfiksasi namun pasien tetap dapat menerima asupan makanan.

Fraktur Mandibula | 7

Page 8: FRAKTUR MANDIBULA

Pada fraktur kominutiva maupun fraktur – fraktur yang tidak stabil atau fraktur

dengan dislokasi segmen ditangani dengan pembedahan dengan ORIF (open reduction

internal fixation) baik yang rigid maupun non rigid.

Fraktur Mandibula | 8

Page 9: FRAKTUR MANDIBULA

KOMPLIKASI

Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya jarang

terjadi. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau

osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi lainnya.

Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan

penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union. Ada beberapa faktor risiko yang

secara spesifik berhubungan dengan fraktur mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan

terjadinya malunion ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi,

kemudian aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda

asing, tarikan otot yang tidak  menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat

Fraktur Mandibula | 9

Page 10: FRAKTUR MANDIBULA

pada mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan fungsi.

Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan osteotomi secara tepat

untuk merekonstruksi bentuk lengkung mandibula. 

Faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya komplikasi

antara lain sepsis oral, adanya gigi pada garis fraktur, penyalahgunaan alkohol dan penyakit

kronis, waktu mendapatkan perawatan yang lama, kurang patuhnya pasien dan adanya

dislokasi segmen fraktur.

KESIMPULAN

Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan trauma merupakan

langkah yang bijak. Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi trauma hendaknya lebih

memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian, disimpulkan

bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian trauma maksilofacial

sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih sangat

sedikit pengendara sepeda motor yang  mengenakan helm dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wood R. J,  Jurkiewicz M.J. Plastic and Reconstructive Surgery. In: Schwartz S.I,

Shires G.T, Spencer F.C, Daly J.M, Fischer J.E, Galloway A.C. Schwartz

Principles of Surgery 7th ed. United States of America:McGraw-Hill Companies

Inc. 1999

2. http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-

fraktur-mandibula/

3. http://emedicine.medscape.com/article/868517-overview

4. http://www.craniofacialcenter.com/book/Trauma/Trauma_6.htm

Fraktur Mandibula | 10

Page 11: FRAKTUR MANDIBULA

5. http://www.emedicinehealth.com/broken_jaw/page5_em.htm

6. http://www.pdgionline.com/v2/index.php?

option=com_content&task=view&id=602&Itemid=33

Fraktur Mandibula | 11