23
I. Definisi Fraktur adalah rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang disebabkan adanya ruda paksa atau tekanan eksternal yang lebih besar dari kemampuan tulang meredam tekanan tersebut dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. 1. Anatomi fisiologi a. Anatomi Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang dari anggota atas, memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung (Evelynn C. Pearce, 1999 ; 67). Sepertiga dari atas ujung humerus (proximal) terdiri atas sebuah kepala yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapula. Pada bagian bawah leher ada bagian yang sedikit lebih ramping yang disebut leher anatomik. Di sebelah luar ujung atas di bawah leher anatomi terdapat sebuah benjolan yaitu tuberositas mayor dan di sebelah depan ada benjolan kecil yaitu tuberositas minor. Antara kedua tuberositas terdapat celah bisipital atau

Fraktur Humerus 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fraktur Humerus 2015

Citation preview

Page 1: Fraktur Humerus 2015

I. Definisi

Fraktur adalah rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang

rawan yang disebabkan adanya ruda paksa atau tekanan eksternal yang lebih besar dari

kemampuan tulang meredam tekanan tersebut dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

1. Anatomi fisiologi

a. Anatomi

Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang dari anggota atas,

memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung (Evelynn C. Pearce, 1999 ; 67).

Sepertiga dari atas ujung humerus (proximal) terdiri atas sebuah kepala yang

membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapula. Pada bagian bawah leher ada

bagian yang sedikit lebih ramping yang disebut leher anatomik. Di sebelah luar ujung

atas di bawah leher anatomi terdapat sebuah benjolan yaitu tuberositas mayor dan di

sebelah depan ada benjolan kecil yaitu tuberositas minor. Antara kedua tuberositas

terdapat celah bisipital atau sulkus intertuberkularis. Tulang menjadi lebih sempit di

bawah tuberositas dan tempat ini disebut leher cirurgis.

Pada batang humerus sebelah atas bundar, namun semakin ke bawah menjadi

lebih pipih. Sebuah tuberkel disebelah lateral batang, tepat di atas pertengahan

disebut tuberositas deltoideus. Ujung bawah humerus lebar dan agak pipih. Pada

bagian terbawah terdapat permukaan sendi yang dibentuk bersama tulang lengan

bawah. Troklea yang terletak disisi sebelah dalam berbentuk gelondong benang

tempat persendian ulna dan disebelah luar terdapat kapitulum yang bersendian dengan

radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat dua epikondril

yaitu epikondril lateral disebelah luar dan epikondril medial disebelah dalam.

Page 2: Fraktur Humerus 2015

Gambar 2.1.Pandangan anterior dan posterior dari humerus kiri,

memperlihatkan titik-titik yang menjulang yang disebut di dalam teks

b. Fisiologi

Kerangka membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting dan

berperan sebagai penyimpan mineral tertentu seperti kalsium, magnesium, dan fosfat.

Rongga medula tulang adalah tempat utama yang memproduksi sel darah (Cherlene

J. Reeves, 2001 ; 237).

II. Etiologi

Menurut Cecily L. Bets & Linda A. Sowden (2002 ; 148) fraktur dapat disebabkan

oleh :

c. Trauma, atau dorongan langsung pada tulang serta dorongan tidak langsung (misal :

terpukul benda melayang) dari jarak jauh.

Page 3: Fraktur Humerus 2015

d. Fraktur spontan akibat kondisi patologis.

e. Fraktur akibat kontraksi otot yang kuat dan tiba-tiba, serta fraktur stress akibat stress

tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang.

III. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Menurut Suzanne C. Smeltzer (2001 ; 2358-2359), manifestasi klinis fraktur

adalah nyeri yang terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Hilangnya fungsi, bagian-bagiannya tidak dapat digerakan sesuai dengan

fungsinya. Deformitas akibat pergeseran fragmen pada fraktur. Pemendekan tulang

karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Krepitus/derik

tulang terjadi akibat gesekan antar fragmen. Pembengkakan dan perubahan warna lokal

pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

IV. PATOFISIOLOGI

Trauma yang terjadi menyebabkan fraktur, akibatnya jika satu tulang sudah patah,

maka jaringan lunak sekitarnya seperti pembuluh darah, otot, dan organ terdekatpun ikut

rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan hebat, timbul rasa nyeri,

kejang otot sekitar fraktur menyebabkan tertariknya segmen tulang sehingga

menyebabkan deformitas.

Apabila terjadi fraktur tertutup dimana kulit tidak ditembus oleh fragment tulang,

maka tempat fraktur tidak akan tercemar lingkungan. Sedangkan apabila terjadi fraktur

terbuka dimana kulit ditembus fragment tulang, maka luka tersebut dapat terkontaminasi

oleh benda asing yang dapat menyebabkan infeksi (Sylvia A. Price, 1995 : 1185).

2. Klasifikasi fraktur humerus

Page 4: Fraktur Humerus 2015

Fraktur Humerus menurut Suzanne C. Smeltzer (2001 ; 2368-2371) dibagi menjadi :

a. Fraktur kolum humeri

Fraktur humerus proksimal dapat terjadi pada kolum anatomikum maupun kolum

sirurgikum humeri. Kolum anatomikum humeri terletak di bawah kaput humeri.

Kolum sirurgi humeri terletak di bawah tuberkulum. Fraktur impaksi kolum

sirurgikum humeri paling sering terjadi pada wanita tua setelah jatuh posisi tangan

menyangga. Fraktur ini pada dasarnya tidak bergeser.

b. Fraktur batang humerus

Fraktur batang humerus paling sering disebabkan oleh :

1) Trauma langsung yang mengakibatkan fraktur tranversal (sepanjang garis tengah

tulang), oblik (membentuk sudut dengan garis tengah tulang) atau komunitif

(tulang pecah menjadi beberapa segmen)

2) Gaya memutar tak langsung yang menghasilkan fraktur spion (memuntir seputar

batang tulang) saraf dan pembuluh darah brakhialis dapat mengalami cedera.

c. Fraktur pada siku

Fraktur humerus distal akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dengan siku

menumpu (posisi ekstensi atau fleksi) atau hantaman langsung. Fraktur ini dapat

mengakibatkan kerusakan saraf akibat cedera pada saraf medianus, radialis dan ulna.

V. Gambar

Page 5: Fraktur Humerus 2015

VI. PENATALAKSANAANMenurut Sylvia A Price (1995 ; 1187), ada empat konsep dasar yang harus

dipertimbangkan, yaitu :

d. Rekognisi

Menyangkut perumusan diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan kemudian

di rumah sakit melalui pengenalan riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis

kekuatan yang berperan dalam kecelakaan, dan deskripsi tentang peristiwa yang

terjadi oleh penderita sendiri yang menentukan apakah terdapat kemungkinan adanya

fraktur, dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan spesifik untuk mencari adanya

fraktur.

e. Reduksi

Adalah usaha dan tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat

mungkin untuk kembali seperti letak semula.

f. Retensi

Adalah metode untuk menahan tulang yang patah selama proses reduksi, yaitu ketika

pemasangan traksi atau gips.

g. Rehabilitasi

Sedapat mungkin pembidaian dilakukan dalam posisi fungsional sendi yang

bersangkutan. Sesudah periode imobilisasi akan terjadi kelemahan otot dan kekakuan

sendi, hal ini diatasi dengan fisioterapi atau aktivitas yang sesuai dengan fungsi sendi

tersebut.

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKRontgen sinar-X pada bagian yang sakit merupakan perangkat diagnostik definitif

yang digunakan untuk menentukan adanya fraktur. Meskipun demikian, beberapa faktor mungkin sulit untuk dideteksi dengan menggunakan sinar-x pada awalnya sehingga akan

Page 6: Fraktur Humerus 2015

membutuhkan evaluasi radiografik pada hari berikutnya untuk mendeteksi adanya callus. Jika dicurigai adanya perdarahan maka dilakukan pemeriksaan complete blood count (CBC) untuk menilai banyaknya darah yang hilang (Cherlene J. Reeves, 2001 ; 249).

VIII. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematik tentang klien

termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga,

orang terdekat, masyarakat, grafik, dan rekam medik (Carol Vestal Allen, 1998 : 22).

a. Biodata

a) Menguraikan tentang biodata klien yang meliputi : nama, tempat tanggal

lahir, suku/latar belakang budaya, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat

(Robert Priharjo, 1996 ; 181).

b) Biodata penanggung jawab

Meliputi nama, tempat tanggal lahir, pendidikan, agama, pekerjaan.

b. Riwayat kesehatan klien

a) Riwayat kesehatan sekarang

Menurut Robert Prihajo (1996 ; 137), dalam pengumpulan data status

kesehatan sekarang menyangkut keluhan utama klien meliputi keadaan

nyeri, bengkak, kekuatan atau keluhan lain. Kegiatan apa saja yang

memperberat atau mengurangi keluhan yang diperjelas dengan PQRST

untuk setiap keluhan.

Paliatif / Provokatif : Apa yang menjadi keluhan sehingga lebih berat

atau lebih ringan.

Page 7: Fraktur Humerus 2015

Quantitas / Qualitas : Bagaimana nyeri dirasakan, seperti apa nyeri

dirasakan.

Region : Di daerah mana nyeri dirasakan, bagaimana

penyebarannya.

Skala : Skala nyeri (1-5).

Time : Kapan mulai terjadi keluhan, dirasakan terus-

menerus atau pada waktu tertentu.

b) Riwayat kesehatan masa lalu

Menurut Robert Priharjo (1996 ; 138), untuk mendapatkan tambahan

informasi yang berkaitan dengan gangguan sistem muskuloskeletal antara

lain apakah klien pernah mengalami cedera pada tulang, persendian, atau

otot serta tindakan termasuk operasi apa yang pernah dialami.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Menurut Robert Prihajo (1996 ; 138), data tentang riwayat keluarga

dikumpulkan dengan cara mengajukan pertanyaan, apakah ada anggota

keluarga klien yang menderita osteoporosis, artritis, ataupun penyakit

menular dan keturunan.

c. Data Biologis

Menurut Marilynn E. Doenges (2000 ;761), yang perlu dikaji adalah : pola

aktivitas yaitu keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan

jaringan, nyeri).

Page 8: Fraktur Humerus 2015

d. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan Umum dan tanda-tanda vital

Penampilan, tingkat kesadaran, tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,

pernafasan, berat badan dan tinggi badan.

b) Sistem panca indera

Terdiri atas 5 indera, unutk sistem pendengaran, penciuman dan pengecapan

dikaji bentuk, kebersihan dan fungsinya. Untuk sistem penglihatan dikaji

bentuk mata, warna konjungtiva dan sklera, reflek pupil, respon membuka

mata dan fungsi penglihatan. Untuk sistem perabaan perlu dikaji stimulus

rangsang kasar dan halus.

c) Sistim pernafasan

Kaji pola pernafasan, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, auskultasi

bunyi nafas : normal (tubular, bronchovesikuler, vesikuler).

d) Sistem kardiovaskuler

Pada klien dengan fraktur dapat ditemukan hipertensi, hipotensi, tachikardi,

penurunan atau tak ada nadi pada bagian yang cedera (Maryllin E. Doenges,

2000 ; 762).

e) Sistem pencernaan

Keadaan bibir dan rongga mulut, gigi dan gusi, lidah, reflek menelan,

keadaan abdomen, bising usus dan nyeri tekan abdomen.

f) Sistem perkemihan

Pembesaran dan nyeri tekan ginjal, saklit pada pinggang, pola BAK dan

keluhannya, ada tidaknya distensi pada vesica urinaria.

Page 9: Fraktur Humerus 2015

g) Sistem persyarafan

Klien dengan fraktur dapat ditemukan parastesi atau kesemutan, hilang

gerakan atau sensasi, agitasi karena nyeri dan ansietas atau trauma lain.

h) Sistem endokrin

Pembesaran kelenjar tyroid, getah bening, keluhan poliuri, polidipsi,

poliphagi.

i) Sistem integumen

Keadaan kulit, kebersihan, keadaan rambut, warna kulit, oedema, turgor

kulit, tekstur kulit, suhu dan pola hygiene.

j) Sistem Muskuloskeletal

Menurut Robert Priharjo (1996 ; 138-140), Pada otot, inspeksi ukuran otot,

adakah atropi atau hipertrofi, inspeksi otot dan tendon kemungkinan

kontraktur (malposisi suatu bagian tubuh), kemungkinan kontraksi

abnormal, tremor, kaji tonus otot dan kekuatan otot. Pada tulang, inspeksi

kenormalan susunan tulang, pembengkakan dan deformitas, lakukan palpasi

tulang untuk mengetahui adanya oedema atau nyeri tekan. Pada persendian,

inspeksi, palpasi untuk mengetahui nyeri, rentang gerak (ROM), bengkak,

krepitasi dan nodula.

e. Data psikososial

Terdiri atas penampilan, status emosi, konsep diri, kecemasan dan interaksi sosial.

f. Data spiritual

Meliputi bagaimana keyakinan klien tentang penyakitnya, hubungan klien dengan

tuhannya (Nasrul Effendy, 1995 ; 12).

Page 10: Fraktur Humerus 2015

g. Data penunjang

Rontgen sinar-X pada bagian yang sakit merupakan perangkat diagnostik definitif

yang digunakan untuk menentukan adanya fraktur. Meskipun demikian, beberapa

faktor mungkin sulit untuk dideteksi dengan menggunakan sinar-x pada awalnya

sehingga akan membutuhkan evaluasi radiografik pada hari berikutnya untuk

mendeteksi adanya callus. Jika dicurigai adanya perdarahan maka dilakukan

pemeriksaan complete blood count (CBC) untuk menilai banyaknya darah yang

hilang (Cherlene J. Reeves, 2001 ; 249).

3. Analisis data

Analisis data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir

rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan (Zaidin Ali, 2001 ; 75).

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau

komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.

Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (North American Nursing

Diagnosis Association, dikutip dari Marilynn E. Doenges, 2000 ; 8).

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan gangguan ortopedik

dan jaringan penyambung menurut Marilynn E. Doenges (2000 ; 763-776) :

a. Resiko terhadap kehilangan integritas : tulang berhubungan dengan trauma.

b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema

dan cedera pada jaringan lunak.

Page 11: Fraktur Humerus 2015

c. Resiko terhadap disfungsi : neurovaskuler berhubungan dengan penurunan/interupsi

aliran darah.

d. Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perubahan

aliran darah/emboli lemak

e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler :

nyeri/ketidaknyamanan.

f. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan cedera

tusuk, fraktur terbuka atau bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup,

plat.

g. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer

akibat kerusakan kulit, trauma jaringan, adanya prosedur invasif dan traksi tulang.

h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang mengingat, salah interprestasi informasi/tidak mengenal

sumber informasi.

5. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi

dan mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan

(Nursalam, 2001 ; 52).

a. Trauma, resiko tinggi terhadap (tambahan)

- Faktor resiko meliputi : kehilangan integritas tulang (fraktur).

- Kemungkinan dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan

gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

Page 12: Fraktur Humerus 2015

- Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : mempertahankan stabilisasi

dan posisi fraktur, menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas

pada sisi fraktur dan menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur

dengan tepat.

Tabel 2.1

Intervensi dan Rasional TraumaNO INTERVENSI RASIONAL1. Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai

indikasi. Berikan sokongan sendi di atas dan di bawah fraktur bila bergerak/membalik.

Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan.

2. Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal, pembebat, papan kaki.

Mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi-posisi yang tepat dari bantal dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.

3. Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema.

Pembebat koaptasi (contoh jepitan Jones-Sugar) mungkin digunakan untuk memberikan imobilisasi fraktur dimana pembengkakan jaringan berlebihan. Seiring dengan berkurangnya edema, penilaian kembali pembebat dengan penggunaan gips plester mungkin diperlukan untuk mempertahankan kesejajaran fraktur.

b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema

dan cedera pada jaringan lunak.

- Dapat dihubungkan dengan : spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan

cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi dan stress, ansietas.

- Kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri, distraksi : fokus pada diri

sendiri/fokus menyempit : wajah menunjukkan nyeri, perilaku berhati-hati,

melindungi : perubahan tonus otot : respons otonomik

- Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : menyatakan nyeri hilang,

menunjukkan tindakan santai ; mampu berpartisipasi dalam

Page 13: Fraktur Humerus 2015

aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan

relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.

Tabel 2.2

Intervensi Dan Rasional Nyaman Nyeri

NO INTERVENSI RASIONAL1. Hindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah

ekstremitas dalam gips.Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering.

2. Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karekteristik, termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku).

Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.

3. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.

Membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan.

4. Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh relaksasi progressif, latihan nafas dalam, imanjinasi visualisasi, sentuhan terapeutik.

Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin mentap untuk periode lebih lama.

5. Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan analgetik non narkotik : NSAID injeksi contoh ketoralak (Toradol) : adan/atau relaksan otot, contoh siklobenzaprin (Flekseril), hidroksin (Viztaril). Berikan narkotik sekitar pada jamnya selama 3-5 hari.

Diberikan untuk menurunkan nyeri dan/atau spasme otot. Penelitian toradol telah diperbaiki menjadi lebih efektif dalam menghilangkan nyeri tulang, dengan masa kerja lebih lama dan sedikit efek samping bila dibandingkan dengan agen narkotik.

c. Resiko tinggi terhadap disfungsi : neurovaskuler berhubungan dengan

penurunan/interupsi aliran darah.

- Faktor resiko meliputi : penurunan/interupsi aliran darah : cedera vesikuler

langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus.

- Kemungkinan dibuktikan oleh : tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda,

gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

- Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Mempertahankan perfusi

jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat/kering, sensasi normal,

Page 14: Fraktur Humerus 2015

sensori biasa, tanda vital stabil dan pengeluaran urine adekuat untuk situasi

individu.

Tabel 2.3

Intervensi dan Rasional NeurovaskulerNO INTERVENSI RASIONAL1. Evaluasi adanya/kualitas nadi perifer distal

terhadap cedera melalui palpasi. Bandingkan dengan ekstermitas yang sakit.

Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi. Waspadai bahwa kadang-kadang nadi dapat terhambat oleh bekuan halus dimana pulsasi mungkin teraba. Selain itu, perfusi melalui arteri lebh besar dapat berlanjut setelah meningkatnya tekanan kompartemen yang telah mengempiskan sirkulasi arteriol/venula otot.

2. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur.

Kembalinya warna harus cepat (3-5 detik). Warna kulit putih menunjukkan gangguan arterial. Sianosis diduga ada gangguan vena. Catatan : nadi perifer, pengikisan kapiler, warna kulit dan sensasi mungkin normal meskipun ada sindrom kompartemen karena sirkulasi superfisial biasanya tidak dipengaruhi.

3. Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba, contoh penurunan suhu kulit dan peningkatan nyeri.

Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal.

4. Awasi tanda vital. Perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulit dingin, perubahan mental.

Ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.

5. Awasi Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi, contoh kadar protrombin.

Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan keefektifan terapi pengantian.

d. Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perubahan

aliran darah/emboli lemak

“lanjutan intervensi Neurovaskuler”

Page 15: Fraktur Humerus 2015

- Faktor resiko meliputi : perubahan aliran : darah/emboli lemak dan perubahan

membran alveolar/kapiler : interstisial, edema paru, kongesti.

- Kemungkinan dibuktikan oleh : tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda,

gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

- Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : mempertahankan fungsi

pernapasan adekuat, dibuktikan oleh tak adanya dispnea/sianosis : frekuensi

pernafasan dan GDA (Gas Darah Arteri) dalam batas normal.

Tabel 2.4

Intervensi dan Rasional Resiko Terhadap Kerusakan Pertukaran GasNO INTERVENSI RASIONAL1. Awasi frekuensi pernafasan dan upayanya.

Perhatikan stridor, penggunaan otot bantu, retraksi, terjadinya sianosis sentral.

Takipnea, dispnea dan perubahan dalam mental dan tanda dini insufisiensi pernafasan dan mungkin hanya indikator terjadinya emboli paru ada tahap tahap awal. Masih adanya tanda/gejala menunjukkan distres pernafasan luas/cenderung kegagalan.

2. Auskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan, bunyi hiperesonan, juga adanya gemericik/ronki/mengi dan inspirasi mengorok/ bunyi sesak nafas.

Perubahan adalam/adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya komplikasi pernafasan, contoh atelektasis, peneumonia, emboli. Inspirasi mengorok menunjukkan edema jalan nafas atas diduga emboli lemak.

3. Instruksikan dan bantu dalam latihan nafas dalam dan batuk. Reposisi dengan sering.

Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi. Reposisi meningkat drainase sekret dan menurunkan kongesti pada area paru dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges. E, Marlin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Jilid 3. EGC : Jakarta

Smetzler, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner dan Suddart Edisi 8 Volume 2