25
FRAKTUR FEMUR I. PENDAHULUAN Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma berat; kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur. 1,2 Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulakan fraktur. 1 Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur fibula pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan sebagainya. 1 II. ETIOLOGI Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing). 2 1

Fraktur Femur text book reading

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fraktur Femur text book reading

Citation preview

Page 1: Fraktur Femur text book reading

FRAKTUR FEMUR

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan

epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh

trauma berat; kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila

tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat

menimbulkan fraktur.1,2

Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah

mengalami proses paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma

multipel, kista tulang, osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat

menimbulakan fraktur.1

Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya

fraktur fibula pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan sebagainya.1

II. ETIOLOGI

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus

mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang

patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan

memuntir (shearing).2

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :

Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi

fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Trauma tidak langsung

Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah

yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi

1

Page 2: Fraktur Femur text book reading

dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya

jaringan lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa :

Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral atau

oblik

Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur

impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi

Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah

misalnya pada bahan vertebra.

Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan

menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

Fraktur oleh karena remuk

Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian

tulang.2

III. PATOFISIOLOGI

Fraktur traumatik yaitu yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba.2

Fraktur patologis dapat terjadi hanya tekanan yang relatif kecil apabila

tulang telah melemah akibat osteoporosis atau penyakit lainnya.11

Fraktur stres yang terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada

suatu tempat tertentu.2

IV. ANATOMI

2

Page 3: Fraktur Femur text book reading

Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial

V. KLASIFIKASI FRAKTUR.2

Klasifikasi etiologis

Fraktur traumatik

Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam

tulang

Fraktur stres

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

Klasifikasi klinis

Fraktur tertutup (simple fracture)

Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

Fraktur terbuka (compound fracture)

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada

kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from

without (dari luar)

Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed

union, nonunion, infeksi tulang.

Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas :

1. Lokalisasi (gambar 2.1)

Diafisial

Metafisial

Intra-artikuler

Fraktur dengan dislokasi

3

Page 4: Fraktur Femur text book reading

Gambar 2.1. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi

a. Fraktur diafisis c. Dislokasi dan fraktur

b. Fraktur metafisis d. Fraktur intra-artikule

2. Konfigurasi (gambar 2.2)

Fraktur transversal

Faktur oblik

Fraktur spiral

Fraktur Z

Fraktur segmental

Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen

Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya

fraktur epikondilus humeri, fraktur patela

Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak

Fraktur impaksi

Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah pada

fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus

Fraktur epifisis

4

Page 5: Fraktur Femur text book reading

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi.

a. Transversal

b. Oblik

c. Spiral

d. Kupu-kupu

e. Komunitif

f. Segmental

g. Depresi

3. Menurut ekstensi (gambar 2.3)

Fraktur total

Fraktur tidak total (fraktur crack)

Fraktur buckle atau torus

Fraktur garis rambut

Fraktur green stick

5

Page 6: Fraktur Femur text book reading

Gambar 2.3. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur

a. Transversal

b. Oblik

c. Segmental

d. Spiral dan segmental

e. Komunitif

f. Segmental

g. Depresi

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)

Tidak bergeser (undisplaced)

Bergeser (displaced)

Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

a) Bersampingan

b) Angulasi

c) Rotasi

d) Distraksi

e) Over-riding

6

Page 7: Fraktur Femur text book reading

f) Impaksi

Gambar 2.4

VI. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

FRAKTUR PROXIMAL FEMUR.4

Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan leher femur (gambar 3.1)

Capital : uncommon

Subcapital : common

Transcervical : uncommon

Basicervical : uncommon

7

Page 8: Fraktur Femur text book reading

Gambar 3.1

Entracapsular fraktur termasuk trochanters

Intertrochanteric

Subtrochanteric

Gambar 3.2

FRAKTUR LEHER FEMUR.5

Tingkat kejadian yang tinngi karena faktor usia yang merupakan akibat dari

berkurangnya kepadatan tulang

Fraktur leher femur dibagi atas intra- (rusaknya

suplai darah ke head femur) dan extra- (suplai darah

intak) capsular. Diklasifikasikan berdasarkan

anatominya. Intracapsular dibagi kedalam

subcapital, transcervical dan basicervical.

Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric

Gambar 4.1

Biasanya pada wanita dewasa; dibawah usia 60 tahun, laki-laki lebih sering

terkena (biasanya extrakapsular fraktur)

Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam obat seperti

corticosteroids, thyroxine, phenytoin and frusemide

Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil

Fraktur Intracapsular diklasifikasikan

o Grade I : Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya rusak

o Grade II : Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum tidak

angulasi

o Grade III : Slightly displaced, pola trabekular angulasi

o Grade IV : Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak ada

kontinuitas tulang

8

Page 9: Fraktur Femur text book reading

Gambar 4.2

FRAKTUR PADA POROS/BATANG FEMUR.

Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas dan besar

sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan

saja karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai

bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai

akibat pendarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan

penanganan secara tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.6

Gambar 4.3.a. Gambar 4.3.b.

Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture postinternal

fixation.

9

Page 10: Fraktur Femur text book reading

FRAKTUR DISTAL FEMUR.1

Supracondylar

Nondisplaced

Displaced

Impacted

Continuited

10

Page 11: Fraktur Femur text book reading

Gambar 4.4

Condylar

Intercondylar

VII. DIAGNOSIS

A. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1. Syok, anemia atau pendarahan

2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan

abdomen

3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.2

B. PEMERIKSAAN LOKAL

1. Inspeksi (Look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Perhatikan posisi anggota gerak

Keadaan umum penderita secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Lidah kering atau basah

Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa

hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-

organ lain

Perhatikan kondisi mental penderita

Keadaan vaskularisasi.2

2. Palpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya

mengeluh sangat nyeri.

11

Page 12: Fraktur Femur text book reading

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya

disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat

fraktur pada tulang

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan

secara hati-hati

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi

arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai

dengan anggota gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri

pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma,

temperatur kulit.

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai. 2

3. Pergerakan (Move)

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara

aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami

trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan

menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh

dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf. 2

4. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan

motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia,

aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus

dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan

tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan

selanjutnya. 2

5. Pemeriksaan radiologi

Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk

menetapkan kelainan tulang dan sendi :

Foto Polos

12

Page 13: Fraktur Femur text book reading

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya

fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk

menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk

menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi

sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis :

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen

serta pergerakannya

Untuk menentukan teknik pengobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

artikuler

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada

antero-posterior dan lateral

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan

di bawah sendi yang mengalami fraktur

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada

ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.

Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur

pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau

femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang

belakang.

Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur

tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya

diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.2

13

Page 14: Fraktur Femur text book reading

Gambar 5.1. Fraktur batang femur

Pemeriksaan radiologis lainnya :

CT-Scan : suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih

detail mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan

lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.8

MRI : MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir

semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk

mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan

tulang.9

Gambar 5.2. MRI, kepala femur tampak pipih yang disebabkan

fraktur kompresi.

Arthografi : memasukkan kontras positif kedalam rongga

sendi kemudian membuat foto AP dan lateral. Kontras yang bisa

dipakai urografin dan lain-lain.7

14

Page 15: Fraktur Femur text book reading

Gambar 5.4. MR Artografi pada proximal femur

Pneumoartografi : memasukkan kontras negatif, misalnya udara

atau o2 kedalam rongga sendi. Kemudian baru kita membuat foto.8

Bone scanning : dengan menyuntikkan bahan radioisotop

kedalam tubuh (IV), kemudian dibuat scanning pada tulang. Biasanya

dipakai Tc 99 m (technicium pertechneteit 99 m). Bisa dilakukan

whole body bone scanning.8

VIII. PENGOBATAN

Prinsip Umum

Pengobatan bedah ortopedi secara umum mengikuti prinsip dasar

pengobatan penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum penyembuhan (law

of nature), sifat penyembuhan, serta sifat manusia pada umumya. Disamping

pemahaman tentang prinsip dasar pengobatan yang rasional, metode pengobatan

disesuaikan pula secara individu terhadap setiap penderita. Pengobatan yang

diberikan juga harus berdasarkan alasan mengapa tindakan ini dilakukan serta

kemungkinan prognosisnya.2

Secara umum prinsip pengobatan bedah ortopedi adalah :

Jangan mebuat keadaan lebih buruk bagi penderita (Iatrogenik)

Pengobatan berdasarkan pada diagnosis dan prognosis yang tepat

Pilih jenis pengobatan yang sesuai dengan keadaan penyakit penderita

Ciptakan kerja sama yang baik tanpa melupakan hukum penyembuhan alami

Pengobatan yang praktis dan logis

Pilih pengobatan secara individu

Jangan melakukan pengobatan yang tidak perlu.2

Metode pengobatan kelainan bedah ortopedi

15

Page 16: Fraktur Femur text book reading

Pada umumnya penanganan pada bidang bedah ortopedi dapat dibagi

dalam tiga cara, yaitu:

1. Tanpa pengobatan

Sekurang-kurangnya 50% penderita (tidak termasuk fraktur) tidak

memerlukan tindakan pengobatan dan hanya diperlukan penjelasan serta

nasihat-nasihat seperlunya dari dokter. Tapi tidak jarang penderita belum

merasa puas bila hanya diberikan nasihat (terutama oleh dokter umum)

sehingga perlu dirujuk kedokter ahli bedah tulang untuk penjelasan rinci

tentang penyakit yang diderita dan prognosisnya.2

2. Pengobatan non-operatif

Istirahat

Istirahat merupakan salah satu jenis metode pengobatan, baik secara

umum ataupun hanya lokal dengan mengistirahatkan anggota

gerak/tulang belakang dengan cara-cara tertentu.2

Pemberian alat bantu

Alat bantu ortopedi dapat terbuat dari kayu, aluminium atau gips, berupa

bidai, gips korset, korset badan, ortosis (brace), tongkat atau alat jalan

lainnya. Pemberian alat bantu bertujuan untuk mengistirahatkan bagian

tubuh yang mengalami gangguan, untuk mengurangi beban tubuh,

membanu untuk berjalan, untuk stabilisasi sendi atau utuk mencegah

deformitas yang ada bertambah berat.

Alat bantu ortopedi yang diberikan bisa bersifat sementara dengn

menggunakan bidai, gips pada badan (gips korset), bisa juga untuk

pemakaian jangka waktu lama/permanen misalnya pemberian ortosis,

protesa, tongkat atau pemberian alat jalan lainnya untuk menyangga

bagian-bagian dari anggota tubuh/anggota gerak yang mengalami

kelemahan atau kelumpuhan pada penderita.2

Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan dalam bidang ortopedi meliputi:

a. Obat-obat anti-bakteri

b. Obat-obat anti inflamasi

c. Analgetik dan sedatif

d. Obat-obat khusus

e. Obat-obat sitostatika

16

Page 17: Fraktur Femur text book reading

f. Vitamin

g. Injeksi lokal.2

3. Pengobatan operatif

a. Amputasi

Indikasi pelaksanaan amputasi adalah:

Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada luka remuk

(crush injury), sepsis yang berat (misalnya gangren), adanya tumor-

tumor ganas.

Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit vaskuler,

setelah suatu trauma, kombusio atau nekrosis akibat dingin.

Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan atau

benda asingsaja), sensibilitas anggota gerak hilang sama sekali, adanya

nyeri hebat, malformasi hebat atau osteomilitis yang disertai dengan

kerusakan hebat.2

b. Eksostektomi

Ini adalah operasi pengeluaran tonjolan tulang/tulang rawan misalnya pada

osteoma tulang frontal atau osteokondroma.2

c. Osteotomi

Osteotomi merupakan tindakan yang bertujuan mengoreksi deformitas

pada tulang, misalnya osteotomi tibial akibat malunion pada tibia (akibat

angulasi atau akibat rotasi) atau pada kubitus varus sendi siku setelah suatu

fraktur suprakondiler humeri pada anak. Osteotomi juga untuk mengurangi

rasa nyeri pada osteoartritis di suatu sendi. Pada osteoartritis akibat genu

varus misalnya, untuk mengurangi nyeri terutama pada kompartemen

medial sendi lutut dilakukan osteotomi tinggi tibia.2

d. Osteosintesis

Osteosintesis adalah operasi tulang untuk menyambung dua bagian tulang

atau lebih dengan menggunakan alat-alat fiksasi dalam seperti plate, screw,

nail plate, wire/k-wire. Teknik osteosintesis yang terkenal adalah metode

AO-ASIF (Association for the Study of Internal Fixation) yang

mengadakan kursus secara teratur di Davos, Swistzerland. Prinsip dasar

metode ini adalah fiksasi rigid dan mobilisasi dini pada anggota gerak.2

e. Bone grafting (tandur alih tulang)

17

Page 18: Fraktur Femur text book reading

Dikenal tiga sumber jaringan tulang yang dapat dipakai dalam bone graft

yaitu :

Autograft

Disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita senidri (dari

kristal iliaka,kosta, femur distal, tibia proksimal atau fibula). Daerah

sumber disebut daerah donor sedangkan daerah penerima disebut

resipien.

Allograft (homograft)

Disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain yang

biasanya disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi sendi

panggul atau operasi-operasi tulang yang besar. Selain itu, allograft juga

bisa dari tulang mayat.

Xenograft (heterograft)

Disebut heterograft bila sumber tulang bukan berasal dari tulang

manusia, tetapi dari spesies yang lain.2

IX. PROGNOSIS

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang

menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur

dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup

dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang

mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai smapai

terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen

tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis

yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan

fraktur.2

18

Page 19: Fraktur Femur text book reading

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda (editor), FK

UI, Jakarta, 2006. Hal 31

2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif

Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364

3. Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.

4. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.

Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby

Elsevier. United States. 2007. Page 408-410

5. Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge

University, 2004. Page 140-143

6. Sjamsuhidat. R., De Jong. Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta. 2003. Hal. 880.

7. James E Keany, MD. Femur Fracture. In site

http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall

8. Adnan, M. Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku

Kedokteran Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1983. Hal

2.

9. Lawrence M Davis, MD. Magnetic Resonance Imaging (MRI). In site

http://www.emedicinehealth.com

10. Kramer. Josef., Czerny. C., Pfirrmann. Christian W., Hofmann. S., Scheurecker.

A. In Internal Derangements of the Hip and Proximal Femur (Including Intra-

19

Page 20: Fraktur Femur text book reading

and Extra-articular Snapping Hip). Imaging of the Musculoskeletal System.

Elsevier. 2008. In site http://imaging.consult.com

20