31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Femur merupakan tulang terpanjang pada tubuh manusia. Hal ini menyebabkan perkembangan yang sesuai pada bagian proksimal dan distal sehingga memungkinkan koordinasi aktifitas musculoskeletal pada panggul dan lutut. Perkembangan pada femur proksimal khususnya pada epifisis dan fisis adalah sangat kompleks di antara region pertumbuhan skeletal apendikular. 1 Osifikasi sekunder biasanya dimulai pada kaput femur yaitu pada usia 4 – 5 bulan post natal (rentang usia 2-10 bulan). Proses ini dimulai pada bagian sentral yang menyebat secara sentrifugal, bahkan penyesuaian bentuk hemisfer dari permukaan articular pada saat anak berusia 6 – 8 tahun dan membentuk sebuah lempeng subkondral yang berlainan yang mengikuti kontur dari fisis kaput femur. Pusat osifikasi tergantung pada suplai vaskular; dan penurunan aliran darah secara permanen dan sementara, yang mungkin terjadi pada fraktur leher femur (femoral neck fracture), yang berakibat pada kemampuan osifikasi kaput femur untuk meneruskan proses maturasi normal dan transformasi condro – osseus. 1 Secara keseluruhan perkembangan kaput femur dan epifisis trokanter memiliki kartilago yang berkelanjutan sepanjang sisi posterior dan superior pada leher femur. Walaupun region ini secara umum tipis pada anak – anak yang sedang tumbuh, hal ini perlu untuk pertumbuhan lintang 1

Fraktur femur pada anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

orthopaedi

Citation preview

Page 1: Fraktur femur pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Femur merupakan tulang terpanjang pada tubuh manusia. Hal ini menyebabkan

perkembangan yang sesuai pada bagian proksimal dan distal sehingga memungkinkan

koordinasi aktifitas musculoskeletal pada panggul dan lutut. Perkembangan pada femur

proksimal khususnya pada epifisis dan fisis adalah sangat kompleks di antara region

pertumbuhan skeletal apendikular.1

Osifikasi sekunder biasanya dimulai pada kaput femur yaitu pada usia 4 – 5 bulan

post natal (rentang usia 2-10 bulan). Proses ini dimulai pada bagian sentral yang

menyebat secara sentrifugal, bahkan penyesuaian bentuk hemisfer dari permukaan

articular pada saat anak berusia 6 – 8 tahun dan membentuk sebuah lempeng subkondral

yang berlainan yang mengikuti kontur dari fisis kaput femur. Pusat osifikasi tergantung

pada suplai vaskular; dan penurunan aliran darah secara permanen dan sementara, yang

mungkin terjadi pada fraktur leher femur (femoral neck fracture), yang berakibat pada

kemampuan osifikasi kaput femur untuk meneruskan proses maturasi normal dan

transformasi condro – osseus.1

Secara keseluruhan perkembangan kaput femur dan epifisis trokanter memiliki

kartilago yang berkelanjutan sepanjang sisi posterior dan superior pada leher femur.

Walaupun region ini secara umum tipis pada anak – anak yang sedang tumbuh, hal ini

perlu untuk pertumbuhan lintang normal pada leher femur. Akibat kerusakan pada leher

femur, misalnya akibat fraktur leher femur, mungkin secara serius akan mengganggu

kapasitas karilago region leher femur untuk berkembang secara normal.1

Pada anak – anak, fraktur leher femur dan intertrokanter merupakan cedera yang

paling sering terjadi. Ratliff mengulas kembali 71 kasus fraktur leher femur pada pasien -

pasien berusia di bawah 17 tahun. Insidensi tertinggi cedera tampak pada rentang usia

11 – 13 tahun.1

Engelhardt menyebutkan bahwa fraktur di sekitar sendi panggul merupakan akibat

paksaan seperti trauma akibat enrgi tinggi atau yang paling jarang dikaitkan dengan

kondisis patologis. Fraktur pada leher femur juga dapat sebagai gambaran yang tidak

khas pada kekerasan terhadap anak (child abuse) yang juga sering terjadi akhir – akhir

ini. insidensi secara keseluruhan dari fraktur leher femur pada anak – anak kurang dari

1

Page 2: Fraktur femur pada anak

1%. Umumnya fraktur leher femur terjadi pada anak – anak di semua usia, tetapi insidensi

tertinggi terjadi pada usia 11 – 12 tahun, dengan persentase 60 -75% terjadi pada anak

laki – laki, sekitar pada usia yang sama sebagai slipped upper femoral epiphysis (SUFE)

pada insidensi puncaknya.2.3

Parsch (2010) menyebutkan bawa fraktur batang femur (femoral shaft fracture)

termasuk diantaranya region subtrokanter dan suprakondilar berkisar 1,6% pada semua

fraktur pada anak. Rasio antara anak laki – laki dan perempuan adalah 2 : 1, rasio ini

mungkin akan mengalami perubahan jika semakin banyak anak perempuan yang

berpartisipasi pada olah raga seperti sepak bola. Insidensi ini tampaknya terdistribusi pada

anak – anak usia muda dan pada remaja muda. Tingkat terjadinya fraktur batang femur

per tahunnya adalah 19 per 100.000 anak – anak.2

2

Page 3: Fraktur femur pada anak

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Fraktur Leher Femur

2.1.1 Frekuensi dan Mekanisme Cedera

Fraktur disekitar sendi panggul merupakan akibat paksaan seperti trauma

energi tinggi atau pada keadaan yang yang jarang yang sering dikaitkan

dengan kondisi patologis. Fraktur leher femur pada gambaran yang tidak khas

merupakan suatu kekerasan terhadap anak (child abuse) yang juga sering

terjadi akhir – akhir ini. insidensi secara keseluruhan pada fraktur leher femur

pada anak – anak adalah kurang dari 1%. Fraktur ini terjadi pada anak – anak

semua usia, tetapi insidensi tertinggi pada usia 11 tahun dan 12 tahun, dengan

60 – 70% terjadi pada anak laki – laki. Pada Negara berkembang penyebab

paling sering adalah kecelakaan lalu lintas sedangkan pada negara maju

umunya penyebabnya adalah jatuh dari ketinggian seperti dari pohon dan atap

rumah. 30% pasien – pasien ini mengalami cedera yang berkaitan dengan

dada, kepala, dan abdomen. Cedera pada ekstremitas seperti fraktur femur,

tibia – fibula, dan pelvik juga sering. Hal lain yang sering menyebabkan

fraktur femur pada anak adalah child abuse. Pada neonatus, cedera lahir dapat

menyebabkan pemisahan transipiphyseal.2.4

Gambar 1.1 Fraktur leher femur tipe III, pola cedera ditunjuk dengan tanda

panah.Fraktur pada anak yang dilakukan imonilisasi dengan cast.4

3

Page 4: Fraktur femur pada anak

Gambar 1.2 fraktur leher femur dengan varus yang miring.4

2.1.2 Klasifikasi

Fraktur panggul pada anak – anak diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan

morfologi. Cromwell pertama sekali menjelaskan fraktur pada leher femur

pada anak. Delbet mempublikasikan klasifikasi standar dari fraktur femur

proksimal pada tahun 1907. Klasifikasi ini tidak dikenal dengan baik hingga

Collona (1929) melaporkan 12 kasus dengan menggunakan Klasifikasi Delbet.

Klasifikasi Delbet digambarkan dalam tabel 1. Tabel 2 menggambarkan

karakterisitik penting pada fraktur femur pediatric berdasarkan tipe Delbet.2.4

Tabel 1. Klasifikasi pada fraktur panggul pada anak – anak (Delbet)2

Tipe I Pemisahan transepiphyseal (dengan atau tanpa dislokasi

kepala femur dari asetabulum)

Tipe II Transervikal

Tipe III Servikotrochantrik

Tipe IV Intertrokanter

4

Page 5: Fraktur femur pada anak

Tabel 2. Fraktur leher femur pediatric – tipe dan karakteristik pentingnya2

Tipe

Delbet

Insidensi Penyebab Karakteristik penting

Tipe I 8% Trauma energi tinggi

Child abuse

Persalinan letak sungsang

yag sulit

50% kasus terjadi

dengan dislokasi

kaput epifisis

Risiko tinggi AVN

(20 – 100%) jika

dikaitakan dengan

dislokasi epifisis

Diagnosis banding

septik artritis,

dislokasi panggul,

lepasnya kaput femur

epifisis.

Tipe II 45% Trauma berat Variasi yang

paling banyak

70 – 80% terjadi

displace

Risiko tinggi AVN

(sampai 50%)

Pada fraktur

displace, hilangnya

reduksi, malunion,

non- union,

deformitas varus,

Tipe III 35% Trauma berat AVN 20 – 25%

tergantung pada

penempatan saat

waktu cedera.

Tie IV 12% Trauma Nonunion dan

AVN jarang

5

Page 6: Fraktur femur pada anak

Pengelompokan cidera fisis yang sering digunakan adalah klasifikasi Shalter

Harris (SH), yang mendriskipsikan dalam 5 (lima) tipe yaitu :2.4

SH I: Fraktur pada zona hipertropi kartilago fisis, memisahkan epifisis

dan metafisis secara longitudinal; Prognosis baik, biasanya hanya dengan

closed reduction, ORIF dapat dilakukan jika stabilitas tidak tercapai atau

tidak terjamin.

SH 2: Fraktur sebagian mengenai fisis dan fragmen segitiga metafisis;

75% dari semua fraktur fisis.

SH 3: Fraktur pada fisis dengan diskontinuitas artikular. Mengenai

sebagian fisis, epifisis, dan permukaan sendi. Sering memerlukan ORIF

untuk memastikan realignment anatomis.

SH IV: Fraktur berjalan oblik melewati metafisis, fisis, dan epifisis.

SH V: Lesi kompresi pada fisis; sulit untuk mendiagnosis pada saat

cidera. Tidak tampak garis fraktur pada awal rontgen; jarang terjadi;

Risiko besar terjadi gangguan pertumbuhan.

Gambar 1.3. Fraktur Shelter Haris2.4

2.1.3 Assesment dan Diagnosis

Selain itu secara klinis diagnosis sering membingungan. Anak – anak biasanya

yang mengalami trauma berat sering mengalami nyeri pada region panggul

dan pemendekan, ektremitas terotasi ke arah luar. Anak – anak biasanya

ketakutan karena pergerakan ekstremitas yang pasif dan tidak dapat bergerak

secara aktif. Diagnosis ditegakkan dengan bantuan radiografi, yang umunya 6

Page 7: Fraktur femur pada anak

dilakuakan pada dua plane foto, jika memang tidak nyeri. Sonografi juga

sering digunakan pada kondisi yang menimbulkan keraguan misalnya nyeri

panggul pada anak. Garis fraktur atau hematom intrakapsular dapat dideteksi

dengan menggunakan ultrasound. Dengan fraktur yang tidak diketahui letak

pasti pada femur, maka radiografi tidak dapat digunakan sebagai penunjang

diagnostik. Computed tomography (CT) dapat digunakan untuk menilai

derajat fraktur dan hematoma intrakapsular lainnya. Scan tulang pada 3 bulan

post cedera juga membantu dalam mendeteksi nekrosis kaput femur, yang

merupakan komplikasi yang paling mungkin. Magnetic resonance imaging

(MRI) mendeteksi abaskular sebelumnya.2.3.4.5

Pada keadaan fraktur femur pulsasi arteri dorsalis pedis dipalpasi. Pada fraktur

femur juga harus dilakukan pemeriksaan sekunder karena umumnya pasien

hanya mengeluhkan nyeri sehingga hal – hal yang mengancam nyawa seperti

perdarahan internal pada rupture spleen sering terlewatkan. Karena itu tekanan

darah juga penting untuk diawasi.4

2.1.4 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan termasuk di antaranya :2

Minimalkan komplikasi yang potensial pada avascular necrosis (AVN).

Hindari cedera pada lempeng fisis.

Reduksi fragmen – fragmen secara anatomis

Stabilisasi dengan pin atau sekrup mengakibatkan protesi dini menahan

berat.

Dekompresi terhadap hemarthrosis dan fiksasi internal stabil

merupakan aspek penting terhadap treatment untuk semua fraktur dengan

pergeseran. Fraktur yang tidak mengalami pergeseran dapat ditangani

secara konservatif dengan cast immobilisasi menggunakan hip spica. 2

Berdasarkan studi yang dilakukan pada 71 kasus dari British

Orthopedic Association yang dilaporkan pada tahun 1962, Ratliff

menyebutkan bahwa insidensi tinggi non union terjadi pada fraktur tipe II

atau tipe III yang diterapi secara konservatif. Canale dan Bourland pada

7

Page 8: Fraktur femur pada anak

tahun 1974, melaporkan bahwa dengan operasi fiksasi yang diamati

menunjukan hasil yang lebih baik.4

Gambar 1.7 Klasifikasi dari fraktur femur proksimal pada anak, berdasarkan

klasifikasi Colonna dan Delbet.2

Menurut Anil Arora (2006) penanganan fraktur leher femur traumatic

pada anak didasari oleh tipe dan jumlah pergesaran akibat fraktur, dan

maturitas skeletal pada anak. Untuk internal fiksasi pada fraktur leher femur

tipe I, tipe II, dan tipe III, pin halus dapat digunakan pada infant, sekrup kanul

4.0 mm pada anak – anak; sekrup kanul 6.5 mm pada remaja. Untuk fiksasi

fraktur tipe IV, secara teori sekrip panggul pediatric (pediatric hip screw)

lebih baik pada anak – anak dan sekrup panggul dewasa untuk anak remaja.

Hip spica cast yang digunakan untuk imobilisasi post operasi banyak terutama

pada anak – anak < 10 tahun. Untuk anak – anak yang lebih tua, imobilisasi

dengan pin lebih dianjurkan.4

8

Page 9: Fraktur femur pada anak

Gambar 1.8A sampai D: Follow up pasien berusia 2.5 tahun dengan fraktur

tipe I.(A) X – ray menunjukan fraktur tipe I. (B) pasien berbaring dengan coxa

vara setelah penanganan selama 3 bulan dengan spica. (C) Osteotomi

subtrokanter selesai dilakukan untuk koreksi coxa vara. (D) follow up selama

12 tahun mengungkapkan adanya fisis terbuka. Pasien tidak mengeluhkan rasa

sakit saat melakukan pergerakan dan ada pemendekan 0.5 cm.4

2.1.5 Komplikasi

Berikut ini merupakan komplikasi yang dapat berkembang dan ditetapkan

sesuai urutan kejadian :2

Avascular necrosis (AVN)

AVN, pertama sekali dijelaskan pada tahun 1927 yang merupakan

komplikasi yang paling ditakuti dikarenakan hal ini mengakibatkan

dampak yang sangat buruk. AVN terjadi pada kebanyakan fraktur (47%)

sebelum penanganan sekarang ditetapkan. Hal ini dianggap sebagai akibat

dari rupture atau tamponade dari salah satu atau kedua arteri sirkumfleksa.2

9

Page 10: Fraktur femur pada anak

Sejumlah pergeseran awal merupakan faktor prognostik yang

penting ketika dipertimbangkan efeknya terhadap suplai vaskular pada

leher femur dan kaput femur tetapi hal ini tidak dijelaskan mengapa AVN

mengikuti fisura fraktur pada leher femur. 2

Nekrosis dapat berakibat pada epifisis secara terpisah, seluruh

fragmen proksimal, atau hanya bagian pada leher femur antara fraktur dan

lempeng pertumbuhan (growth plate). Iskemik epifisis menyerupai seperti

yang terlihat pada penyakit Perthes dan oleh karena itu terapinya

mengikuti prinsip – prinsip yang ditetapkan untuk penyakit ini.

Bagaimanapun, penyembuhan dan remodeling setelah AVN post trauma

pada anak – anak biasanya lebih lama dan tidak pernah lengkap

Dekompresi dan fiksasi interna stabil merupakan dasar terhadap

pencegahan AVN.2

Gambar 1.9 (a) fraktur leher femur transservikal dengan hanya pergeseran

minimal pada anak – anak laki – laki usia 8 tahun. Follow up jangka

panjang setelah penanganan konservatif. (b) Tampak lateral pada leher

femur mendemontrasikan morfologi fraktur yang lebih baik. (c) 30 bulan

10

Page 11: Fraktur femur pada anak

kemudian, AVN tampak jelas dengan kolaps pada kaput femur yang

memberikan gambaran seperti Legg – Calve – Perthes. (d) 30 tahun setelah

fraktur sekunder awal osteoarthritis grade 2 tampak jelas. (diadaptasi dari

arsip Rumah Sakit Universitas Ortopedik Balgrist di Zurich, Swiss.

Dipergunakan dengan izin).2

Berhentinya pertumbuhan/ Coxa vara

Coxa vara diakibatkan oleh fusi fisis yang premature atau oleh reduksi

yang tidak adekuat. Hal ini terjadi pada 15% kasus. 2

Nonunion

Keterlambatan penyembuhan dan nonunion jarang dijumpai sekarang

yang mana dilakukan reduksi dan stabilisasi terbuka, fiksasi internal

comprehensif direkomendasikan.2

Osteoartritis

Osteoarthritis sekunder pada sendi panggul berkembang sebagai akibat

inkongruitas. Komplikasi pada awal masa kanak – kanak biasanya

terkompensasi dengan baik dengan remodeling sebelum terjadinya

maturitas skeletal. Pemburukan pada sendi panggul terutama pada bentuk

penyakit sendi degenerative dan gangguan fungsi yang mungkin terjadi

lebih dari beberapa tahun.

2.2 Fraktur Batang Femur (Femoral Shaft Fracture)

2.2.1 Frekuensi dan Mekanime Cedera

Fraktur batang femur termasuk di antaranya subtrokanter dan suprakondilar

yang berkisar 1.6% pada semua fraktur pada anak. Rasio anak laki – laki dan

perempuan adalah 2 : 1. Angka kejadian tahunan fraktur batang femur adalah

19 per 100.000 anak.2.6

Etiologi fraktur batang femur bergantung pada usia. Pada infant, diaman

tulang femur relative lemah dan mungkin patah karena beban karena terguling.

Pada usia anak taman kanak – kanak dan usia sekolah, sekitar setengah dari

fraktur batang femur disebabkan oleh kecelakaan berkecepatan rendah seperti

11

Page 12: Fraktur femur pada anak

terjatuh dari ketinggian, misalnya dari sepeda, pohon, tangga atau sesudah

tersandung dan terjatuh pada level yang sama dengan atau tanpa tabrakan.

Seiring dengan meningkatnya kekuatan tulang femur, dengan maturitas

selanjutnya pada masa anak – anak dan remaja, trauma berkecepatan tinggi

sering mengakibatkan fraktur pada femur.2.3.6

Fraktur pada batang femur jarang terjadi akibat trauma kelahiran, dengan

pengecualian tersebut, maka fraktur ini dapat juga disebabkan oleh

arthrogryposis multiplex congenital, myelomeningocele, dan osteogenesis

imperfect. Kontraktur yang kaku pada panggul dan lutut pada anak – anak

dengan arthtogrypotic dapat menyebabkan fraktur batang femur selama proses

persalinan atau selama penanganan selanjutnya. Kelompok risiko lainnya

adalah bayi baru lahir dengan penyakit neuromuscular seperti

myelomeningocele, osteopenia. Dan osteogenesis imperfect yang

menyebabkan fraktur multipel.2.6

Fraktur batang femur yang terjadi selama 12 bulan pertama kehidupan jarang

terjadi. Kebanyakan 30 – 50% merupakan non – accidental dari child abuse.

Penyebab ini sering terlewatkan dan penilaian awal oleh dokter adalah

perlindunagn terhadap anak merupakan hal yang penting.2

12

Page 13: Fraktur femur pada anak

Gambar 2.1. (a) anak perempuan berusia 6 bulan dengan mid – shaft

transverse fracture kiri (b) anak pada posisi spica cast 60/60o dengan cyclist

pant pada sisi yang tidak mengalami fraktur.(c) fraktur femur kiri yang

dipasang cast. (d) femur kiri saat pasien berusia 7 bulan dengan formasi callus

yang baik. (e) Foto saat berdiri pada usia 18 bulan. Ada tampak varus minor

dan panjang kedua tungkai sama.2

2.2.2 Klasifikasi

Fraktur shaft femoralis pada anak – anak antara lain spiral, oblik, atau

transversal, fraktur ini umumnya dapat pecah atau tidak pecah, tertutup atau

terbuka. Diagnosis termasuk perbedaan antara fraktur pada epifisis (E),

metafisis (M), atau diafisis (D) menampilkan identifikasi yang khas pada anak.

Klasifikasi pediatrik pada anak yang baru memungkinkan dokumentasi dan

pembanding terhadap metode pengobatan pada praktek klinik yang sama

dengan penelitian klinis prospektif 2

13

Page 14: Fraktur femur pada anak

2.2.3 Temuan Klinis

Tanda – tanda yang sering pada fraktur batang femur antara lain nyeri,

shortening (pemendekan), angulasi, bengkak, dan krepitasi. Seorang anak

dengan fraktur demur yang masih baru biasanya tidak dapat berdiri atau

berjalan. Semua anak harus diperiksa termasuk tungkai bawah dan lingkar

pelvik dan abdomen, jadi tidak mengabaikan tibia, pelvik, abdomen, atau

trauma ginjal. Pemeriksaan neuromuskular harus diperiksa secara hati – hati.

Walaupun cedera neuromuskular jarang terjadi akibat fraktur batang femur.

Perdarahan merupakan masalah utama pada fraktur batang femur,rata rata

darah yang hilang dapat lebih dari 1200 mL dan 40% memerlukan transfusi.

Penilaian kondisi hemodinamik pra operasi mutlak harus dlakukan.2.6

2.2.4 Temuan Radiologi

Pemeriksaan radiografi seharusnya dilakukan sepanjang femur dalam dua

plane foto dan berdekatan dengan lingkar pelvik dan juga sendi lutut. Jika ada

keraguan, tungkai bawah seharusnya diperiksa juga. Computed tomography

(CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) scan biasanya tidak diperlukan.

Indikasi untuk MRI akan digunakan jika dicurigai adanya fraktur yang

tersembunyi atau cedera ligament pada lutut.2.6.7

2.2.5 Penatalaksanaan

Fratur batang femur diterapi menurut usia dan besar anak, seiring cedera –

cedera tersebut seperti cedera kepala atau politrauma, atau tampak adanya lesi

terbuka dengan cedera pada pembuluh darah dan saraf. Penyesuaian dengan

pengobatan dan faktor sosioekonomik harus dipertimbangkan.2.7.8

14

Page 15: Fraktur femur pada anak

Gambar 2.2 (A) fracture spiral pada infan, (B) Proksimal fraktur pada anak

`usia 8 tahun, (C) Shaft fracture pada remaja, memerlukan fiksasi

intramedular7

Fraktur Batang Femur pada Tahun pertama Kehidupan

Pada periode postnatal, sebuah bandage sederhana atau harness

digunakan untuk panggul displastik diaplikasikan selama periode dari 2

minggu.2

Traksi bilateral overhead telah menjadi pilihan pengobatan untuk

selama beberapa tahun. Anak yang dihospitalisasi selama 10 – 14 tahun.

Fraktur transversal rata – rata sembuh dengan pemendekan (shortening)

beberapa millimeter. Pada kasus kecurigaan cedera non accident, hospitalisasi

memberikan kesempatan untuk menginvestigasi situasi social anak.2

Pengobatan Terpilih

Spica cast setelah reduksi tertutup pada fraktur femur merupakan

pilihan pengobatan pada kebanyakan ahli bedah ortopedik pediatric. Posisi

fraktur tungkai diatur pada fleksi 90o pada panggul dan lutut. Dalam hal

mencegah deformitas varus sekunder, fraktur tungkai dijaga agar tetap dalam

abduksi yang nertal, saat sisi kontralateral dapat diabduksi yang

memungkinkan untuk menukar popok. Radiografi rutin dalam dua plane

disarankan setelah pemasangan cast . jika ibu atau keluarga diinformasikan

15

Page 16: Fraktur femur pada anak

baik tentang perawatan terhadap bayi dengan spica cast, anak tidak perlu

dirawat di rumah sakit. Selama kontrol ulang di klinik selama 1 minggu,

radiografi rutin akan mendeteksi angular deviasi. Karena konsolidasi

pembentukan callus yang cepat dalam 2 – 3 minggu, setelah pelepasan cast

perbaikan fungsi terjadi cepat.2.3.8.9

Pavlik harness digunakan selama periode 3 – 5 minggu merupakan

alternatif pengobatan untuk bayi yang sangat kecil. Pemasangan alat ini tidak

membutuhkan anestesi dan waktu hospitalisasi dapat diminimalkan.2

Fraktur Batang Femur pada usia 1 sampai 4 tahu

Traksi masih digunakan secara luas untuk fraktur batang femur pada

anak – anak pra sekolah dan anak tahun pertama sekolah. Hospitalisasi selama

4 – 6 minggu dirasakan sudah memadai. Traksi kulit overhead (overhead skin

traction) memiliki risiko berupa efek yang merugikan pada sirkulasi

ekstremitas.2.7.10 Traksi kulit sebaiknya dipilih bahan yang hipoalergenik (ex,

Elastoplast) untuk pasien yang alergi dengan bahan yang biasa atau pada

orang tua dimana kulitnya telah rapuh.

Gambar 2.3 Traksi Kulit

Kontraindikasi traksi kulit yaitu bila terdapat luka atau kerusakan kulit

serta traksi itu, itu, yang memerlukan beban > 5 kg. Akibat traksi kulit yang

kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem

distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.

16

Page 17: Fraktur femur pada anak

Selain itu, traksi kulit-Bryan traksi juga menjadi pilihan terapi pada

fraktur batang femur. Anak diposisikan dengan tidur terlentang di tempat tidur,

kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian kedua tungkainya ditegakkan ke

atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak

tersebut terangkat dari tempat tidur.

Gambar 2.4 Bryan traksi

Komplikasi Bryan traksi adalah terjadi iskemik paralisis. Hal ini disebabkan

karena terganggunya aliran darah pada tungkai yang ditinggikan.

Fraktur Batang Femur pada Usia 5 sampai 15 tahun

17

Page 18: Fraktur femur pada anak

Dilakukan pemasangan Russel traksi, untuk traksi ini diperlukan :

- Frame

- Katrol

- Tali

- Plester

Anak tidur terlentang, lalu dipasang plester dari batas lutut, dipasang sling di

daerah poplitea, sling dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan

dengan beban penarik.

Gambar.2.4 Russel traksi

Untuk mempersingkat waktu rawat setelah 4 minggu ditraksi, callus sudah

terbentuk, tetapi belum kuat benar. Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispika.

Elastic intramedullary nail atau wayer Kirschner intramendular kadang

digunakan untuk fraktur femur pada kelompok pra sekolah. Indikasi utama adalah

gagalnya penanganan dengan menggunakan spica cast. Titanium nail sberdiameter

dua millimeter dimasukkan dari medial dan lateral metafisis dari femur distal untuk

menstabilisasi intramedular pada fraktur. Waktu konsolidasi relative singkat, rentang 18

Page 19: Fraktur femur pada anak

waktu dari 2 – 5 bulan tergantung pada usia pasien. Implant dicabut pada 3 – 6 bulan

setelah pemasangan.2.7.11

Fiksator eksternal merupakan pilihan jika terjadi fraktur terbuka pada pasien

poli trauma atau untuk fraktur segmental, yang juga pada kelompok ini. Jika fiksator

dilepaskan lebih awal dengan pembetukan callus yang masih kurang, maka akan

berisiko terjadi fraktur kembali. Seperti semua penggunaan fiksator lainnya, infeksi

jalur pemasangan pin sering terjadi dan diobati dengan kulit lokal dan antibiotik.

Namun penanganan fraktur batang femur tertutup atau terisolasi tidak dianjurkan

dengan pemasangan fiksator eksternal pada anak – anak pra sekolah.2.11

Gambar 2.5. (a) Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dengan fraktur kominuted

pada femur kiri dan fragment ketiga.(b) setelah reduksi tutup pada fraktur dan fiksasi

dengan fiksator eksternal.(c) Fremur kiri setelah 4 minggu dengan fiksator. Beberapa

callus formation. (d).Pasien 4 minggu setelah berdiri dengan fiksator eksternal

orthofix.Delapa bulan kemudian setelah trauma dan 4 bulan setelah pelepasan fiksator

ekternal.(e) dan (f) Tampak AP dan lateral pada femur kiri 8 bulan setelah

cedera.minimal varus dan pertumbuhan sekitar 7 mm. 2

19

Page 20: Fraktur femur pada anak

BAB III

KESIMPULAN

Femur merupakan tulang terpanjang pada tubuh manusia. Hal ini

menyebabkan perkembangan yang sesuai pada bagian proksimal dan distal sehingga

memungkinkan koordinasi aktifitas musculoskeletal pada panggul dan lutut.

Perkembangan pada femur proksimal khususnya pada epifisis dan fisis adalah sangat

kompleks di antara region pertumbuhan skeletal apendikular.

Akibat kerusakan pada leher femur, misalnya akibat fraktur leher femur,

mungkin secara serius akan mengganggu kapasitas karilago region leher femur untuk

berkembang secara normal.

Pada anak – anak, fraktur leher femur dan intertrokanter merupakan cedera

yang paling sering terjadi. Ratliff mengulas kembaki 71 kasus fraktur leher femur

pada pasien – pasien berusia di bawah 17 tahun. Insidensi tertinggi cedera tampak

pada rentang usia 11 – 13 tahun.

Fraktur di sekitar sendi panggul merupakan akibat paksaan seperti trauma

akibat enrgi tinggi atau yang paling jarang dikaitkan dengan kondisis patologis.

Fraktur pada leher femur juga dapat sebagai gambaran yang tidak khas pada

kekerasan terhadap anak (child abuse) yang juga sering terjadi akhir – akhir ini.

insidensi secara keseluruhan dari fraktur leher femur pada anak – anak kurang dari

1%.

Fraktur batang femur (femoral shaft fracture) termasuk diantaranya region

subtrokanter dan suprakondilar berkisar 1,6% pada semua fraktur pada anak. Rasio

antara anak laki – laki dan perempuan adalah 2 : 1.

20

Page 21: Fraktur femur pada anak

Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis, radiologi, sonografi, CT scan, dan

MRI. Namun dengan gejala klinis dan radiologi biasanya sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis fraktur femur pada anak.

Penatalaksanaan didasari pada usia anak.terapi operasi dengan fiksasi lebih

dianjurkan dan keberhasilan akan lebih besar jika penatalaksanaan hanya secara

konservatif

DAFTAR PUSTAKA

1. Ogden. JA, 2000. Skeletal Injury In The Child Second Edition. New York :

W. B Saunders Company. p.857 – 872

2. Engelhardt PW. 2010. Femoral Neck Fracture In : Benson M, Fixsen J,

Macnicol M, Parsch Klaus (eds) Children’s Orthopaedics and Fractures Third

Edition. London : Springer. p. 759 – 764

3. Gottlieb JR. 2006. SOAP for orthopedics. Philadelphia : Williams and

Wilkins Publisher. p. 82 – 83

4. Arora A. 2006. Pediatrics Femoral Neck Fracture In : Kulkarni GS (eds)

Textbook of Orthopedics and Trauma 2nd Edition. New Delhi : Jaypee

Brothers Medical Publisher p. 3314 – 3333

5. Hübner .U, Schlicht .W, Outzen .S, Barthel .M, Halsband. H.

2000. Ultrasound in the diagnosis of fractures in children. The

Journal of Bone and Joint Surgery 82-B:1170-3.

6. Benson M, Fixsen J, Macnicol M, Parsch K. 2010. Femoral Shaft Fracture

In : Parsch K (eds) Children’s Orthopaedics and Fractures Third Edition.

London : Springer. p. 765 – 771

7. Pring M, Newton P, Rang M. 2005. Femoral Shaft In : Wenger D.R, Pring

M.E (eds) Rang’s Children’s Fractures. Philadelphia : Lippincot Williams and

Wilkins. p. 181 – 199

21

Page 22: Fraktur femur pada anak

8. Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD.2010. Hand Book of Fracture.

Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins. p. 400 – 418

9. Cui F. Z , Wen H. B,and Su X. W. 1996. Microstructures of External

Periosteal Callus of Repaired Femoral Fracture in Children. Journal of

Structural Biology 117, 204–208

10. Flynn JM, Skaggs DL. 2010. Femoral Shaft Fractures In : Beaty JH, Kasser

JR (eds) Rockwood and Wilkins' Fractures in Children. Philadelphia :

Lippincot Williams and Wilkins. p. 798 – 818

11. Siv. I, Rang. M. 1983. Treatmet of Femoral Fracture in the Child with Head

Injury. The Journal of Bone and Joint Surgery.

22