50
KONSEP DASAR FRAKTUR FEMUR FRAKTUR A. PENGERTIAN FRAKTUR 1. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. (Apley, A. Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995: 338). 2. Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh benturan tubuh, jatuh atau kecelakaan (Long, B. C., alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, 1996: 356). 3. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et al, 2000: 346). 4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai tipe dan tempatnya (Sapto Harnowo & Fitri H. Susanto, alih bahasa Monika Ester, 2001: 97). 5. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer and Bare, 2001).

Fraktur Femur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fraktur Femur

KONSEP DASAR

FRAKTUR FEMUR

FRAKTUR

A. PENGERTIAN FRAKTUR

1. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.

(Apley, A. Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995: 338).

2. Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh

benturan tubuh, jatuh atau kecelakaan (Long, B. C., alih bahasa Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, 1996: 356).

3. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et

al, 2000: 346).

4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

ditentukan sesuai tipe dan tempatnya (Sapto Harnowo & Fitri H. Susanto,

alih bahasa Monika Ester, 2001: 97).

5. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer and Bare, 2001).

6. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doengoes,

2000).

B. ETIOLOGI FRAKTUR

Menurut Apley, A.Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995 : 238-239 fraktur

dapat terjadi akibat :

1. Fraktur akibat peristiwa trauma

Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran atau penarikan.

a.Bila terkena kekuatan langsung.

Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.

Page 2: Fraktur Femur

b. Bila terkena kekuatan tak langsung

Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat

yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur mungkin

tidak ada.

2. Fraktur kelelahan atau tekanan

Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat

menyebabkan retak yang terjadi pada tulang.

3. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu

lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh.

Penyebab fraktur menurut Sjamsuhidayat (1998) adalah:

1. Ruda paksa

2. Trauma

3. Proses patologis

Misalnya: tumor, infeksi atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan

kekuatantulang yang berkurang dan disebut patah tulang patologis.

4. Beban lama atau trauma ringan yang terus menerus yang disebut fraktur

C. KLASIFIKASI FRAKTUR

Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 :

238-239) fraktur diklasifikasikan menjadi :

1. Berdasarkan garis patah tulang

a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya

bengkok.

b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.

c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang.

d. Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut

melintasi tulang.

2. Berdasarkan bentuk patah tulang

a. Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang

dan fragmen tulang biasanya tergeser.

Page 3: Fraktur Femur

b. Incomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.

c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah

permukaan tulang lain.

d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen.

e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi

beberapa bagian.

f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.

g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah

berjauhan dari tempat yang patah.

h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada

tempatnya yang normal.

i. Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang

terlihat.

3. Berdasarkan keadaan luka

a. Fraktur terbuka

Fraktur yang terjadi akibat ligamen tulang bergeser ke bagian otot dan

kulit sehingga adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas

tiga derajat yaitu:

1) Derajat I, yaitu luka tembus dengan diameter 1 cm, kerusakan

jaringan lunak sedikit dan kontaminasi minimal.

2) Derajat II, terdapat luka laserasi lebih dari 1 cm, tanpa disertai

kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, kontaminasi minimal.

3) Derajat III, terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi

struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat

tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas tiga bagian yaitu:

a) Jaringan lunak menutupi fraktur tulang meskipun terdapat

laserasi luar.

b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar

atau kontaminasi massif.

c) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

Page 4: Fraktur Femur

b. Fraktur tertutup

Yaitu fraktur yang tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar.

4. Berdasarkan bentuk pergeseran

a. Undisplaced, garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

b. Diaplaced, yaitu terjadi pergeseran fragmen-fragmen tulang.

5. Berdasarkan posisinya

a. 1/3 Proximal (1/3 bagian atas).

b. 1/3 Medial (1/3 bagian tengah).

c. 1/3 Distal (1/3 bagian bawah).

D. PATOFISIOLOGI FRAKTUR

Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang

mempunyai keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur

yang terjadi dapat berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur

tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur

terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon,

ligamen, dan pembuluh darah.

Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur

terbuka karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit

sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan

dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi.

Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan

bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot

pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang, sebab tulang berada

pada posisi yang kaku.

Page 5: Fraktur Femur

Patofisiologi menurut Black dan Jacob’s (1993)

Peristiwa trauma tunggal

Tekanan yang berulang-ulang

Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologi)

Fraktur

Kerusakan periosteum, pembuluh darah dan sum-sum tulang

Perdarahan pada ujung tulang yang fraktur

Merangsang respon peradangan akut dan proliferasi sel-sel dibawah periosteum

Hematom yang membeku perlahan diabsorbsi dan kapiler baru berkembang

Awal proses penyembuhan

Page 6: Fraktur Femur

E. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur adalah :

1. Nyeri

Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai

fragmen tulang tidak bisa digerakkan.

2. Gangguan fungsi

Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan

cenderung menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi

secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang

yang mana tulang tersebut saling berdekatan.

3. Deformitas/kelainan bentuk

Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang

yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.

4. Pemendekan

Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada

ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas

dan di bawah lokasi fraktur.

5. Krepitasi

Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika

fraktur digerakkan.

6. Bengkak dan perubahan warna

Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti

fraktur.

F. PENCEGAHAN FRAKTUR

Menurut Long, B.C. (1996 : 356) pencegahan fraktur dapat dengan 3

pendekatan:

1. Dengan membuat lingkungan lebih aman.

Langkah-langkahnya:

a. Adanya pegangan pada dinding dekat bak mandi (bathtub).

Page 7: Fraktur Femur

b. Melengkapi kamar mandi dengan pegangan.

c. Menjauhkan kesed dan kendala lain dari daerah yang dialui pasien

dengan masalah locomotor.

d. Roda-roda kursi beruda harus dilengkapi rem.

e. Mengajarkan kepada pasien yang harus memakai alat bantu ambulatori

dan kursi beroda sehingga terampil.

2. Mengajarkan kepada masyarakat secara berkesinambungan mengenai:

a. Bahaya minum sambil mengemudi.

b. Pemakaian sabuk pengaman.

c. Harus berhati-hati pada waktu mendaki tangga, melaksanakan kegiatan

dengan mengeluarkan tenaga atau alat berat.

d. Mengunakan pakaian pengaman untuk pekerjaan berbahaya baik di

rumah atau di tempat pekerjaan.

e. Menggunakan pakaian pelindung pada saat berolah raga.

3. Mengajarkan kepada para wanita mengenai masalah osteoporosis.

G. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR

Untuk penyembuhan fraktur diperlukan immobilisasi. Imobilisasi

dilaksanakan dengan cara (Syamsu Hidayat : 1997) :

1. Pembidaian Physiologik

Pembidaian semacam ini terjadi secara alami karena menjaga

pemakaian dan spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan.

2. Pembidaian secara orthopedi eksternal

Ini digunakan dengan gips dan traksi.

3. Fiksasi internal

Pada metode ini, kedua ujung tulang yang patah dikembalikan

kepada posisi asalnya dan difiksasi dengan pelat dan skrup atau diikat

dengan kawat.

Setelah immobilisasi dilaksanakan, tulang akan beradaptasi pada

kondisi tersebut, yaitu mengalami proses penyembuhan dan perbaikan tulang.

Page 8: Fraktur Femur

Faktor tersebut dapat diperbaiki tetapi prosesnya agak lambat, karena

melibatkan pembentukan tulang baru. Proses tersebut terjadi empat tahap

yaitu:

1. Pembentukan prokallus/Hematoma

Hematoma akan terbentuk pada 42 jam sampai 72 jam pertama

pada daerah fraktur yang disebabkan karena adanya perdarahan yang

terkumpul di sekitar fraktur yaitu darah dan eksudat, kemudian akan

diserbu oleh kapiler dan sel darah putih terutama netrofil, kemudian diikat

oleh makrofag, sehingga akan terbentuk jaringan granulasi. Pada saat ini

masuk juga fibroblast dan osteoblast yang berasal dari lapisan dalam

periosteum dan endosteum.

2. Pembentukkan Kallus

Selama 4 – 5 hari osteoblas menyusun trabekula di sekitar ruang-

ruangan yang kelak menjadi saluran harvest. Jaringan itulah yang

dinamakan kallus yang berfungsi sebagai bidai yang terbentuk pada akhir

minggu kedua.

3. Osifikasi

Dimulai pada dua sampai tiga meinggu setelah fraktur jaringan

kallus akhirnya akan diendapi oleh garam-garam mineral dan akan

terbentuk tulang yang akan menghubungkan kedua sisi yang patah.

4. Kallus Formation

a. Osteoblast terus membuat jala untuk membangun tulang.

b. Osteoblast merusakkan tulang mati dan membantu mensintesa tulang

baru.

c. Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan deposit kalsium.

5. Remodeling

Callus yang berlebihan diabsorbsi dan tulang trabecular terbentuk

pada garis cedera.

Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan callus:

1. Penyambungan yang lambat

Bila patah tulang tidak sembuh dalam periode penyembuhan.

Page 9: Fraktur Femur

Penyebab:

1) Callus putus atau remuk karena aktifitas berlebihan.

2) Edema pada lokasi fraktur, menahan penyaluran nutrisi ke lokasi.

3) Immobilisasi yang tidak efisien.

4) Infeksi terjadi pada lokasi.

5) Kondisi gizi pasien buruk.

2. Non union

Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah memakan waktu

lama. Penyebab antara lain :

1) Terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang

menjembatani fragmen.

2) Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada aliran darah.

3) Anemi endoceime imbalance (ketidakseimbangan endokrim atau

penyebab sitemik yang lain).

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang yaitu:

1. Faktor lokal

a. Sifat luka atau berat utama

Derajat pembentukan formasi selama penyembuhan.

b. Jumlah tulang yang hilang

c. Tipe tulang yang cedera

d. Derajat imobilisasi yang terkena

e. Infeksi lokal yang dapat memperlambat penyembuhan.

f. Nekrosis tulang yang menghalangi aliran darah ke daerah fraktur.

2. Faktor klien

a. Usia klien

b. Pengobatan yang sedang dijalani.

c. Sistem sirkulasi.

d. Gizi

e. Riwayat penyakit.

Page 10: Fraktur Femur

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada klien dengan

kasus fraktur (Doengoes, M. E., 2000: 762) yaitu:

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi kadar leukosit pada

klien, karena pada klien dengan luka terbuka resiko tinggi terjadi

peningkatan kadar leukosit, hematokrit kemungkinan meningkat atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

grauma multiple, kreatinin dapat meningkatkan beban kreatinin untuk

kelainan ginjal.

2. Pemeriksaan Radiologi

Tampak jelas pada pemeriksaan rongent terlihat lokasi dan luas

fraktur. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

I. KOMPLIKASI FRAKTUR

Menurut Long, B.C. (1996) komplikasi fraktur adalah :

1. Sindrom Kompartemen

Terjadi bila pembengkakan akibat fraktur atau tekanan dalam suatu

ruang yang dibatasi oleh kompartemen atau inflamasi yang mengakibatkan

peningkatan dari dalam. Gejala utama dari sindrom kompartemen adalah

rasa sakit yang bertambah parah terutama pada pergerakan pasif dan nyeri

tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain adalah terjadinya paralysis,

dan berkurangnnya denyut nadi.

2. Kerusakan Saraf

Terjadi karena cidera kerusakan saraf itu sendiri atau karena

adanya penekanan oleh gips. Kerusakan saraf ini akan menyebabkan

kerusakan fungsi sensorik.

3. Iskemik

Dengan adanya oedem akibat fraktur akan menekan pada jaringan

sekitarnya termasuk vaskuler. Tekanan ini dapat menyebabkan sirkulasi

Page 11: Fraktur Femur

darah berkurang dengan demikian akan menimbulkan iskemik pada

jaringan otot yang makin lama akan mengakibatkan kematian jaringan otot

yang akan diganti oleh jaringan fibrotik sehingga terjadi kontraktur.

Gejalanya: dingin, pucat, sianosis, nyeri, bengkak distal dari cedera atau

gips. Serangannya pada saat terjadi cedera atau setelah pakai gips.

4. Emboli

Perubahan tekanan pada fraktur menyebabkan molekul lemak

terdorong dari sum-sum ke dalam peredaran darah sistemik berakibat

gangguan pada respiratori dan sistem saraf pusat.

Gejalanya : sakit dada, pucat, dyspnea, putus asa, bingung, perdarahan

petechieare pada kulit dan conjungtiva.

Serangan : 2-3 hari setelah cedera.

Pengobatan : Tindakan yang menunjang yakni sikap fowler, pemberian

oksigen, transfusi darah untuk mengatasi shock

hipovolemik, berikan diuretik, bronkhodilator, cortico-

steroid dan imobilisasi yang baik serta penanganan yang

cermat dapat mencegah terulangnya masalah.

5. Nekrosis Avaskuler

Nekrosis terjadi ketika daerah tulang rusuk karena kematian tulang

sehingga aliran darah terganggu dan tulang akan mengalami osteoporosis

dan nekrosis.

6. Osteomyelitis

Kuman masuk ke dalam luka atau dari daerah lain dari tubuh.

Infeksi bagian sum-sum saluran havar dan subperiosteal yang berakibat

merusak tulang oleh enzim proteolitik.

Gejala : Edema, nyeri terdapat pus.

Pengobatan : Kultur dan tes sensitif antibiotik, drainage, debridemen.

Pencegahan : Terapkan teknik aseptis pada waktu membalut luka terbuka.

Page 12: Fraktur Femur

FRAKTUR FEMUR

A. PENGERTIAN

Adalah fraktur pada tulang yang biasanya terjadi karena trauma

langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Patah pada

bagian ini dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak,

mengakibatkan penderita jatuh dalam syok. (Reksoprodjo, 1998).

B. KLASIFIKASI

Menurut Schrok (1997: 458) ada 3 klasifikasi fraktur femur antaralain:

a. Fraktur femur 1/3 proximal

b. Fraktur femur 1/3 medial

c. Fraktur femur 1/3 distal

C. MEKANISME CEDERA

Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Umumnya fraktur

femur terjadi pada batang 1/3 tengah. Biasanya terjadi karena trauma langsung

akibat kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari ketinggian.

Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,

mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.

Fraktur femur amat sering ditemukan pada anak-anak yang lebih tua

dan biasanya akibat benturan langsung (misalnya; kecelakaan lalu lintas) atau

jatuh dari tempat tinggi. Tetapi pada anak-anak yang berumur di bawah 2

tahun. Penyebabnya yang paling lazim adalah penyiksaan pada anak

(Anderson,1982) kalau terdapat beberapa fraktur dalam stadium penyembuhan

yang berbeda.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut http://www.google.com.

Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding

dengan normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena

empat penyebab :

Page 13: Fraktur Femur

1. Tanpa stabilitas longitudinal femur,otot yang melekat pada fragmen atas

dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian

paha yang patah membengkak.

2. Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas.

Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja

tanpa ada aksi antagonis.

3. Beban beratkaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna

4. Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang

fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah sehingga terjadi

pembengkakan.

E. KOMPLIKASI

Menurut http://www.google.com.

1. Peradarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler.

2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dandebridement tidak memadai

3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma

kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak diantara

fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan

fiksasi interna.

4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi

antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk

aduktor. Deformitas harus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

5. Trauma arteri dan saraf jarang tetapi mungkin terjadi

F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Fraktur femur

Penatalaksanaan fraktur femur ini mengalami banyak perubahan dalam

waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spicacasting atau cast bracing

mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan

rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif

Page 14: Fraktur Femur

pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini tidak banyak

dilakukan pada orang dewasa.

Bila penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi

dengan salah satu dari cara-cara berikut :

a. Traksi

Comminuted fracture dan fraktur yang baik tidak sesuai untuk

intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah

anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang

melaluitibial pin.

Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk

mengatasi spame otot dan mencegah pemendekan dan fragmen harus

ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan.

b. Fiksasi Interna

Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur

lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap

panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk

mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan

radiologis memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi

diantara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-

union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan

stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat

penderitadapat diimobilisasikan cukup cepat untuk meninggalkan

rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliputi

anestesi, trauma bedah tambahan danrisiko infeksi.

Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengantrauma

yang minimal, tetapi paling sesuai untul fraktur transversal tanpa

pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking

nail yang dapat mempertahankanpanjang dan rotasi.

c. Fiksasi Eksterna

Bila fraktur yang dirawat dengantraksi stabildan massa kalus terlihat

pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam,

Page 15: Fraktur Femur

cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang

tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuktindakan ini.

2. Perawatan Klien Fraktur

a. Perawatan klien dengan fraktur tertutup

Klien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali

ke aktivitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan

pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas mungkin memerlukan

waktu sampai berbulan-bulan. Klien diajari bagaimana mengontrol.

Pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan

trauma jaringan lunak. Mereka didorong untuk aktif dalam batas

imobilisasi fraktur. Tirah baring diusahakan seminimal mungkin.

Latihan segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang

sehat, dan untuk meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk

pemindahan, menggunakan alat bantu (misalnya: tongkat, walker).

Klien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat tersebut

dengan aman. Perencanaan dilakukan untuk membantu klien

menyesuaikan lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan dan bantuan

keamanan pribadi, bila perlu. Pengajaran klien meliputi perawatan diri,

informasi obat-obatan.

b. Perawatan klien fraktur terbuka

Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka

memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang)

terdapat resiko infeksi seperti: osteomielitis, gas gangren, dan tetanus.

Tujuan penanganan adalah meminimalkan kemungkinan infeksi luka,

jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan

lunak dan tulang.

Luka dibersihkan, didebridemen (benda asing dan jaringan mati

diangkat), dan diirigasi. Dilakukan usapan luka untuk biakan dan

kepekaan. Mungkin perlu dilakukan grapt tulang untuk menjembatani

defek, namun harus yakin bahwa jaringan resipien masih sehat dan

mampu memfasilitasi penyatuan.

Page 16: Fraktur Femur

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Doegoes,dkk (1999) pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur

1. Scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging (MRI)

memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

kerusakan jaringan lunak.

2. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler

3. Profil koagulasi

4. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranafusi multiple atau

cairan hati.

Page 17: Fraktur Femur

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN FRAKTUR FEMUR

A. PENGKAJIAN

1. Wawancara

1. Nyeri

2. Lemah, tidak dapat melakukan kegiatan

3. Apakah pernah mengalami trauma

4. Kebiasaan makan makanan tinggi kalsium

5. Hilangnya gerakan/sensasi

6. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)

2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi

1. Aktivitas/Istirahat

Tanda: Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.

2. Sirkulasi

Tanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri), Takikardia (respon stress, hipovilemia), penurunan tidak ada

nadi pada bagian distal yang terkena, pengisian kapiler yang lambat,

pucat, pembengkakan jaringan atau massa hematom pada sisi cedera.

3. Neirosensori

Tanda: Hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kesemutan, (parestesia)

Gejala: Deformitas lokal; angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi, (bunyi berderik), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang

fungsi.

4. Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi

pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi,

Page 18: Fraktur Femur

tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf, spasme/kram otot 9setelah

mobilisasi).

5. Keamanan

Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna,

pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap/secara tiba-tiba)

3. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Doengoes, M.E (2000)

1. Pemeriksaan Rontgen

Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

3. Arteriogram

Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

4. Hitung darah lengkap

Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun

(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ pada trauma

multiple). Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress

normal setelah trauma.

5. Kreatinin

Trauma pada otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

6. Profil Koagulasi

Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple atau

cedera hati.

Page 19: Fraktur Femur

B. PATHWAY KEPERAWATANTRAUMA

Fraktur terbuka/tertutup

Gerakan Kerusakan Kehilangan ligamen tulang jaringan tubuh Integritas kulit

Pembedahan

Pemasangan ORIF

Perdarahan Masif

Insisi Jaringan Peningkatan tekan berlebihan

Katekolamin merangsang Pembebasan asam lemak

Lemak dilepaskan Trombus terbawa Sindrom kompartemen di tulang aliran darah (pucat, nyeri, patirasa)

Masuk Pembuluh darah Penurunan Aliran Paru darah

Kerusakan neurovaskuler

Reversible setelah 4-6 jam

Defisit perawatan diri

Nyeri

Cemas

Defisit Pengetahuan

Resiko Tinggi kerusakan intergitas kulit

Resiko tinggi disfungsi neuro vaskuler

Gangguan Pemenuhan ADL: Personal Higiene

Resiko Tinggi Infeksi

Imobilisasi Fisik

Resiko Tinggi terhadap trauma

Resiko Tinggi kerusakan intergitas kulit

Page 20: Fraktur Femur

Menurut Doengoes, dkk (1999 : 761), Carpenito (2000 : 45), Black dan Jacob’s

(1993)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder

terhadap fraktur.

2. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan

dengan penurunan aliran darah.

3. Resiko tinggi terhadap disfungi neurovaskuler perifer berhubungan

dengan penurunan aliran darah (cedera vaskuler langsung, edema

berlebihan, pembentukan trombus)

4. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

mengenai pengobatan.

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

2. resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (prosedur invasif).

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neurovaskuler (nyeri)

4. resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik

D. INTERVENSI

Pre Operasi

1. DX I

Nyeri akut b.d. spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

berkurang atau hilang.

NOC:

a. NOC 1: Level Nyeri

Kriteria Hasil:

1. Laporkan frekuensi nyeri

Page 21: Fraktur Femur

2. Kaji frekuensi nyeri

3. Lamanya nyeri berlangsung

4. Ekspresi wajah terhadap nyeri

5. Kegelisahan

6. Perubahan TTV

b. NOC 2: Kontrol Nyeri

Kriteria Hasil:

1. Mengenal faktor penyebab

2. Gunakan tindakan pencegahan

3. Gunakan tindakan non analgetik

4. Gunakan analgetik yang tepat

Ket Skala:

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Nyeri

1) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi,

frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.

2) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.

3) Berikan analgetik dengan tepat.

4) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama

akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

5) Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide,

imagery,terapi musik,distraksi)

2. DX II

Resiko tinggi trauma b.d. kehilangan integritas tulang (fraktur)

Page 22: Fraktur Femur

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi

trauma.

NOC: Risk Control

Kriteria Hasil:

1. Memonitor faktor resiko lingkungan

2. Memonitor faktor resiko perilaku pasien

3. Menggunakan pelayanan kesehatan kongruen dengan kebutuhan

4. Memonitor perubahan status kesehatan

5. Partisipasi dalam perawatan untuk identifikasiresiko

Ket Skala:

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC: Enviromental Manaement: Safety

1) Identifikasi keamanan yang dibutuhkan pasien, pada tingkat fungsi

fisik dan kognitif dan perilaku yang lalu

2) Identifikasi keselamatan pasien terhadap bahaya dalam lingkungan

(fisik, biologi, kimia)

3) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan resiko bahaya.

4) Monitor perubahan lingkungan dalam kondisi keamanan dan

keselamatan pasien.

3. DX III

Resiko disfungsi neurovaskuler b.d. penurunan aliran darah

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

neurovaskuler perifer berfungsi kembali.

NOC: Circulation Status

Kriteria Hasil:

a. Nadi normal

Page 23: Fraktur Femur

b. Tekanan vena sentral normal

c. Perbedaan arteriol-venous oksigen normal

d. Peripheral pulse kuat

e. Tidak terjadi cedera peripheral

f. Tidak terjadi kelemahan yang berlebihan

Ket Skala:

1 = Sangat kompromi

2 = Kompromi baik

3 = Cukup Kompromi

4 = Jarang Kompromi

5 = Tidak Kompromi

NIC:

1. NIC 1: Exercise Therapy

1) Tentukan batasan pergerakan sendi dan efek dari fungsi

2) Monitor lokasi ketidaknyamanan selama pergerakan

3) Dukung ambulasi

2. NIC 2: Circulatory Care

1) Evaluasi terhadap edema dan nadi

2) Inspeksi kulit terhadap ulser

3) Dukung pasien untuk latihan sesuai toleransi

4) Kajiderajat ketidaknyamanan/nyeri

5) Turunkan ekstremitas untuk memperbaiki sirkulasi arterial

4. DX IV

Resiko Kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan

keluarga tidak mengalami kecemasan.

NOC: Control Cemas

Kriteria Hasil:

1. Monitor Intensitas kecemasan

2. Menurunkanstimulasi lingkungan ketika cemas

Page 24: Fraktur Femur

3. Menggunakan strategi koping efektif

4. Mencari informasi untuk menurunkan cemas

5. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

Ket Skala:

1 = Tidak pernah dilakukan

2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang dilakukan

4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan

NIC: Penurunan Kecemasan

1) Tenangkan Klien

2) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang

mungkin muncul pada saat melakukan tindakan

3) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.

4) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa

sakit.

5) Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.

5. DX V

Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai pengobatan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan

pasien dan keluarga bertambah.

NOC: Pengetahuan: proses penyakit.

Kriteria Hasil:

a. Mengenal tentang penyakit

b. Menjelaskan proses penyakit

c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan

d. Menjelaskan faktor resiko

e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit

f. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit

Ket Skala:

Page 25: Fraktur Femur

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC:

a. NIC 1: Health Care Information exchange

1) Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain

2) Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam

mengimplementasikan keperawatan setelah penjelasan

3) Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan

4) Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan

latihan.

5) Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum

mengimplementasikan

b. NIC 2: Health Education

1) Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau

mengurangi dalam perilaku kesehatan.

2) Jelaskan pengaruh kesehatan danperilaku gaya hidup

individu,keluarga/lingkungan.

3) Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program

perawatan.

4) Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk

membuat perilaku kondusif.

Post Operasi

1. DX I

Nyeri akut b.d. agen cidera fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

berkurang atau hilang.

NOC:

Page 26: Fraktur Femur

a. NOC 1: Level Nyeri

Kriteria Hasil:

1. Laporkan frekuensi nyeri

2. Kaji frekuensi nyeri

3. Lamanya nyeri berlangsung

4. Ekspresi wajah terhadap nyeri

5. Kegelisahan

6. Perubahan TTV

b. NOC 2: Kontrol Nyeri

Kriteria Hasil:

1. Mengenal faktor penyebab

2. Gunakan tindakan pencegahan

3. Gunakan tindakan non analgetik

4. Gunakan analgetik yang tepat

Ket Skala:

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Nyeri

1) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi,

frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.

2) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.

3) Berikan analgetik dengan tepat.

4) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama

akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

5) Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide,

imagery,terapi musik,distraksi)

Page 27: Fraktur Femur

2. DX II

Resiko tinggi infeksi b.d. trauma jaringan (prosedur invasif)

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksitidak

terjadi.

NOC:

a. NOC 1: Deteksi Infeksi

Kriteria Hasil:

1. Mengukur tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi

2. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan

3. Mampu mengidentifikasi potensial resiko

b. NOC 2: Pengendalian Infeksi

Kriteria Hasil:

1. Pengetahuan tentang adanya resiko infeksi

2. Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan

3. Membuat strategi untuk mengendalikan resiko infeksi

4. Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko

5. Penggunaan pelayanan kesehatan yang sesuai

Ket Skala:

1 = Selalu

2 = Sering

3 = Kadang

4 = Jarang

5 = Tidak pernah

NIC: Teaching diases proses

1) Deskripsikan proses penyakit dengan tepat

2) Sediakan informasi tentang kondisi pasien

3) Diskusikan perawatan yang akan dilakukan

4) Gambaran tanda dan gejala penyakit

5) Instruksikan pasien untuk melaporkan kepada perawat untuk

melaporkan tentang tanda dan gejala yang dirasakan.

Page 28: Fraktur Femur

3. DX III

Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan meurovaskuler (nyeri)

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat

meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi

NOC: Mobility level

Kriteria Hasil:

a. Keseimbangan penampilan

b. Memposisikan tubuh

c. Gerakan otot

d. Gerakan sendi

e. Ambulansi jalan

f. Ambulansi kursi roda

Ket Skala:

1 = Dibantu total

2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat

3 = Memerlukan orang lain

4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat

5 = Mandiri

NIC: Exercise Therapy: Ambulation

1) Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan cegah

kecelakaan atau jatuh

2) Tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau/diraih

pasien.

3) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi sesuai

kebutuhan

4) Monitor pasien dalam menggunakan alatbantujalan yang lain

5) Instruksikan pasien/pemberi pelayanan ambulansi tentang teknik

ambulansi.

4. DX IV

Resiko kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik.

Page 29: Fraktur Femur

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan

integritas kulit tidak terjadi.

NOC: Integritas Jaringan: kulit dan membran mukosa

Kriteria Hasil:

a. Sensasi normal

b. Elastisitas normal

c. Warna

d. Tekstur

e. Jaringan bebas lesi

f. Adanya pertumbuhan rambut dikulit

g. Kulit utuh

Ket Skala:

1 = Kompromi luar biasa

2 = Kompromi baik

3 = Kompromi kadang-kadang

4 = Jarang kompromi

5 = Tidak pernah kompromi

NIC: Skin Surveilance

1) Observation ekstremitas oedema, ulserasi, kelembaban

2) Monitor warna kulit

3) Monitor temperatur kulit

4) Inspeksi kulit dan membran mukosa

5) Inspeksi kondisi insisi bedah

6) Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan

7) Monitor infeksi dan oedema

E. EVALUASI

Pre Operasi

DX Kriteria Hasil Ket Skala

I NOC 1: Level Nyeri 1 = Tidak pernah menunjukkan

Page 30: Fraktur Femur

a. Laporkan frekuensi nyeri

b. Kaji frekuensi nyeri

c. Lamanya nyeri

berlangsung

d. Ekspresi wajah terhadap

nyeri

e. Kegelisahan

f. Perubahan TTV

NOC 2: Kontrol Nyeri

1. Mengenal faktor penyebab

2. Gunakan tindakan pencegahan

3. Gunakan tindakan non analgetik

4. Gunakan analgetik yang tepat

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

II a. Memonitor faktor

resiko lingkungan

b. Memonitor faktor

resiko perilaku pasien

c. Menggunakan

pelayanan kesehatan kongruen dengan

kebutuhan

d. Memonitor

perubahan status kesehatan

e. Partisipasi dalam

perawatan untuk identifikasiresiko

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

III a. Nadi normal

b. Tekanan vena sentral

normal

c. Perbedaan arteriol-

venous oksigen normal

1 = Sangat kompromi

2 = Kompromi baik

3 = Cukup Kompromi

4 = Jarang Kompromi

5 = Tidak Kompromi

Page 31: Fraktur Femur

d. Peripheral pulse kuat

e. Tidak terjadi cedera

peripheral

f. Tidak terjadi

kelemahan yang berlebihan

IV a. Monitor

Intensitas kecemasan

b. Menurunkanstim

ulasi lingkungan ketika cemas

c. Menggunakan

strategi koping efektif

d. Mencari

informasi untuk menurunkan cemas

e. Menggunakan

teknik relaksasi untuk menurunkan

cemas

1 = Tidak pernah dilakukan

2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang dilakukan

4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan

V a. Mengenal tentang

penyakit

b. Menjelaskan proses

penyakit

c. Menjelaskan

penyebab/faktor yang berhubungan

d. Menjelaskan faktor

resiko

e. Menjelaskan

komplikasi dari penyakit

f. Menjelaskan tanda dan

gejala dari penyakit

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

Post Operasi

Page 32: Fraktur Femur

DX Kriteria Hasil Ket Skala

I NOC 1: Level Nyeri

a. Laporkan frekuensi nyeri

b. Kaji frekuensi nyeri

c. Lamanya nyeri

berlangsung

d. Ekspresi wajah terhadap

nyeri

e. Kegelisahan

f. Perubahan TTV

NOC 2: Kontrol Nyeri

a. Mengenal faktor

penyebab

b. Gunakan

tindakan pencegahan

c. Gunakan

tindakan non analgetik

d. Gunakan

analgetik yang tepat

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

II NOC 1: Deteksi Infeksi

a. Mengukur tanda dan gejala yang

mengindikasikan infeksi

b. Berpartisipasi dalam perawatan

kesehatan

c. Mampu mengidentifikasi

potensial resiko

NOC 2: Pengendalian Infeksi

a. Pengetahuan tentang

adanya resiko infeksi

b. Mampu memonitor

1 = Selalu

2 = Sering

3 = Kadang

4 = Jarang

5 = Tidak pernah

Page 33: Fraktur Femur

faktor resiko dari lingkungan

c. Membuat strategi

untuk mengendalikan resiko

infeksi

d. Mengatur gaya hidup

untuk mengurangi resiko

e. Penggunaan pelayanan

kesehatan yang sesuai

III a. Keseimbangan

penampilan

b. Memposisikan tubuh

c. Gerakan otot

d. Gerakan sendi

e. Ambulansi jalan

f. Ambulansi kursi roda

1 = Dibantu total

2 = Bantuan orang lain dan alat

3 = Memerlukan orang lain

4 = Dengan bantuan alat

5 = Mandiri

IV a. Sensasi normal

b. Elastisitas normal

c. Warna

d. Tekstur

e. Jaringan bebas lesi

f. Adanya pertumbuhan

rambut dikulit

g. Kulit utuh

1 = Kompromi luar biasa

2 = Kompromi baik

3 = Kompromi kadang-kadang

4 = Jarang kompromi

5 = Tidak pernah kompromi

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A.C & Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya Medika.

Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, ed 6. Jakarta: EGC.

Page 34: Fraktur Femur

Doengoes, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed 3. Jakarta: EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 2. Jakarta: EGC.

Harnowo, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Hidayat, Aziz.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Long, B.C. 1988. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran.

Price, S A & Wilson, L M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, jilid 2. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Aesculapius.

http://www.google.com. Diakses tanggal 1 Juni 2008. Fraktur Femur. Dwi Djuwantoro