28
FRAKTUR dan DISLOKASI Oleh Rohman Azzam Pengertian Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Bagaimana patah tulang itu terjadi ? a. Trauma (benturan) Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu: - Benturan langsung - Benturan tidak langsung b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer maupun penari. Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak- hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu. c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan

Fraktur Dan Dislokasi

Embed Size (px)

Citation preview

FRAKTUR dan DISLOKASI

Oleh Rohman Azzam

Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.

Bagaimana patah tulang itu terjadi ?

a. Trauma (benturan)

Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:

- Benturan langsung

- Benturan tidak langsung

b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.

Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu.

c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia

Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.

Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang

1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang mengalami trauma (tekanan).

2. Pemeriksaan:

Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-hal dibawah ini:

a. Adanya perubahan asimetris kanan-kirib. Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan

Pemendekanc. Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);d. Pembengkakane. Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;

Palpasi (Meraba dan merasakan)

Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati !

a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness);

b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat;

c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.

Perhatian:

Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal meraba dengan kuat sekali.

3. Gerakan

Terdapat dua gerakan yaitu :

Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang cedera.

Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.

Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera

Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf tersebut).

Pemeriksaan Komplikasi

Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan:

1. kulit berwarna kebiruan dan pucat;

2. denyut nadi tak teraba.

3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme

DISLOKASI

Pengertian

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

PEMBIDAIAN

Pertolongan Pertama pada Patah Tulang

Prinsip Pertolongan

1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak

sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.

Penanganan Secara Umum

1. DRABC2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai5. Tangani dengan hati-hati6. Observasi dan atasi syok bila perlu7. Segera cari pertolongan medis

Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani terlebih dahulu.

Prioritas dalam menangani fraktur:

a. fraktur spinal;b. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;c. fraktur extremitas

Perhatian:

Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan DRABCH dan lakukan monitoring secara periodik.

Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi baik pada fraktur mapun pada dislokasi.

Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya.

Tipe-tipe bidai:

1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras.

2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya.

3. Bidai Traksi

Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.

Prinsip Pembidaian

a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;

b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;

c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.

Syarat Pembidaian

a. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit;

b. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;c. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;d. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;e. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;f. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.

Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:

a. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ' Bidaib. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;c. Ikatlah bidai dari distal ke proximald. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan

perhatikan warna kulit ditalnya;e. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.

PEMBALUTAN

Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.

Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan.

Cara Imobilisasi Fraktur

Dengan Pembalut

Gunakan pembalut lebar bila ada;

a. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;b. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasic. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketatd. Periksa pembalut supaya tidak longgar

Dengan Bidai

a. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang patah;

b. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;

c. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat pada daerah yang sehat.

KEPERAWATAN GAWAT DARURATFRAKTUR DAN DISLOKASI

A. Konsep Dasar Teori1. Definisi1.1 FrakturFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Smelter&Bare,2002).Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995).Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990).Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000).Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.1.2 DislokasiKeadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (brunner&suddarth).Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di¬sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis¬lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).2. Etiologi2.1 Etiologi FrakturFraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : Trauma Langsung : Kecelakaan lalu lintas Trauma tidak langsung: Jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang. Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis).Menurut Oswari E (1993), fraktur terjadi karena adanya :a. Kekerasan langsung Terkena pada bagian langsung trauma.b. Kekerasan tidak langsung Terkena bukan padabagian yang terkena trauma.c. Kekerasan akibat tarikan ototSedangkan MenurutBarbaraCLong(1996), fraktur terjadi karena adanya :a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)c. Patah karena letih2.2 Etiologi DislokasiDislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Dislokasi disebabkan oleh :1. Cedera Olah RagaOlah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki, serta olah raga yang beresiko jauth misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari kaki karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.2. Trauma yamg tidak berhubungan dengan olah raga, benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.4. Patologis, terjadinya ”tear” ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.3. Tanda dan Gejala3.1 Fraktura. LookDeformitas- Penonjolan yang abnormal misalnya fraktur condylus lateralis humerus- Angulasi- Rotasi- Pemendekan- Odema - Echymosis- Laserasi- Fungsi laesa : Hilangnya fungsi misalnya pada fraktur cruris tidak dapat berjalan dan pada fraktur antebrachi tidak dapat menggunakan lengan.b. Feel- Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu- Kejang otot- Hilang sensasic. MoveKrepitasiTerasa krepitasi bila fraktur digerakkan tetapi ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran / beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.NyeriNyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.Gangguan Fungsi Gerakan yang tidak normalGerakan yang terjadi tidak pada sendi misalnya pertenganhan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti yang paling penting adanya fraktur yang membuktikan adanya “putusnya kontuinitas tulang” sesuai defenisi fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum misalnya bila tidak ada fasilitas pemeriksaan rontgen.

3.2 Dislokasi

a. Deformitas Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu. Pemendekan astau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul) Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.b. Nyeric. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.4. Klasifikasi4.1 Fraktura. Menurut jumlah garis fraktur- simple fraktur hanya terdapat satu garis fraktur- Multiple fraktur terdapat lebih dari satu garis.- Camminute fraktur terjadi banyak garis fraktur atau banyak fragmen kecil yang terlepas.b. Menurut garis fraktur- Fraktur inkomplit tulang tidak terpotong secara total- Fraktur komplit tulang terpotong secara total.- Hair line fraktur garis fraktur hampir tak tampak sehingga bentuk tulang tak ada perubahan.c. Menurut bentuk fragmen- Fraktur transversal bentuk fragmen melintang- Fraktur oblique bentuk fragmen miring- Fraktur spiral bentuk fragmen melingkar

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.- Fraktur terbuka : fragmen tulang sampai menembus kulitFraktur terbuka dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu :1. Pecahan tulang menusuk kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka < 1 cm.2. Kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, luka > 1 cm (misalnya fraktur Komminutive).3. Luka besar sampai lebih kurang 8 cm, kehancuran otot kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar misalnya luka tembak.Menurut R. Gustillo, fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu :Derajat I- Luka < 2 cm- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk- Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan- Kontaminasi minimalDerajat II- Laserasi > 2 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi- Fraktur kominutif sedang- Kontaminasi sedang

Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskuler serta

kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :• Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.• Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif.• Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

- Fraktur tertutup : fragmen tulang tak berhubungan dengan dunia luar.4.2 Dislokasia. Dislokasi Congenital :Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities.b. Dislokasi Patologis :Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal¬nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.c. Dislokasi Traumatik :Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi 3 yaitu:1. Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow dan hip.2. Dislokasi kronik3. Dislokasi berulangJika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.

5. Patofisiologi

6. Tahap Dan Proses Penyembuhan Tulang a. Haematom : dari pembuluh darah yang pecah.Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan terjadi hematoma di sekitar fraktur. Setelah 24 jam suplai darah ke ujung fraktur meningkat, hematoma ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.b. Proliferasi sel.Sel sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur, di mana sel sel ini menjadi precusor dari osteoblast, osteogenesis ini berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang. Setelah beberapa hari kombinasi dari periosteum yang meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.c. Pembentukan callusEnam sampai sepuluh hari setelah fraktur jaringan granulasi berubah dan memben¬tuk callus. Sementara pembentukan cartilago dan matrik tulang diawali dari jaringan callus yang lunak. Callus ini bertambah banyak, callus sementara meluas, menganyam massa tulang dan cartilago sehingga diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan callus sementara ini meluas melebihi garis fraktur.d. OssificationCallus yang menetap / apermanen menjadikan tulang kaku karena adanya penumpukan garam garam calcium dan bersatu bersama ujung ujung tulang. Proses ossifikasi ini mulai dari callus bagian luar kemudian bagian dalam dan terakhir bagian tengah. Proses ini terjadi selama 3 10 minggu.

e. Konsolidasi dan Remodelling.Pada waktu yang sama pembentukan tulang yang sebenarnya callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast. Kelebihan kelebihan tulang seperti dipahat dan diabsorbsi dari callus. Proses pembentukan lagi ditentukan oleh beban tekanan dari otot.7. Pemeriksaan Diagnostika. RontgenMenunjukkan lokasi / luasnya fraktur / traumab. Scan tulang, tonogram, CT scan / MRIMemperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.c. Arteriogram

Bila dicurigai adanya kerusakan vaskulerd. Hitung darah lengkapHematokrit mungkin meningkat atau menurun. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal terhadap trauma.e. KreatininTrauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjalf. Profil koagulasiPerubahan dapat terjadi pad kehilangan darah, transfusi, multipel / cedera hati.Pada semua tipe fraktur, proses penyembuhan fraktur berhubungan dengan proses penyembuhan tulang. Sedangkan pada dislokasi dilakukan pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai dengan fraktur.

8. Penatalaksanaan8.1 Pengobatan pada kasus fraktur8.1.1. Therapi konservatifa. Proteksi sajaMisalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baikb. Immobilisasi saja tanpa reposisiMisalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkoplit dan fraktur dengan kedudukan baikc. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gipsMisalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangand. TraksiTraksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga penuh / dipasang gips setelah tidak sakit lagi.8.1.2. Therapi operatifTerapi operatif dengan reposisi secara tetrtutup dengan bimbingan radiologis.a. Reposisi tertutup – Fiksasi externaSetelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasi externa.b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna, misalnya reposisi tertutup fraktur condylair humerus pada anak diikuti dengan pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur colum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus berkembang menjadi “Close Nailing” pada fraktur femur dan tibia yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.Therapi operatif denganmembuka frakturnya1. Reposisi terbuka dan fiksasi internaORIF (Open reduction and internal fixation)Keuntungan cara ini adalah : reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.Indikasi ORIF :a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avanculair tinggi , misalnya : fraktur talus dan fraktur collum femurb. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, misalnya : fraktur avulsi dan fraktur dislokasi.c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, misalnya ; fraktur monteggia, fraktur galeazzi,

fraktur antebrachi, dan fraktur pergelangan kaki.d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yan glabih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur2. Excisional ArthrplastyMembuang fragmen yang patah yang memnentuk sendi, misalnya : fraktur caput radii pada orang dewasa, dan fraktur collum femur yang dilakukan operasi.3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesisDilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis / yang lainnya.Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal harus dipertimbangkan latihan-latihan untuk menceegah atropi otot dan keakuansendi, disertai mobilisasi dini.8.1.3. Pengobatan Fraktur TerbukaFraktur terbuka aadalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan dengan segera. Tindakan sugah harus dimulai dari fase pra - Rumah sakit :a. Pembidaianb. Menghentikan perdarahan dengan verban tekanc. Mengehentikan perdarahan besar dengan klem.Tiba di UGD rumah sakit harus segera periksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur terbuka merupakan kasus polytrauma. Tindakan life-saving harus segera didahulukan dalam rangka kerja terpadu (Team – work).8.2 Pengobatan pada kasus Dislokasia. Lakukan reposisi segerab. Dislokasi sendi kecil dapat diresposisi ditempat kejadian tanpa anastesi, misalnya disloksi siku, dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anastesi lokal dan obat penenang misalnya valium.c. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anastesi umum.Dalam penanganan kasus dislokasi dapat dilakukan dengan pemberian terapi medika mentosa, reposisi dan program rehabilitasi yaitu sebagai berikut : Reposisi- MUA (Manipular Under General Anastesi)- Hanging Arm Teknik- Hipocratic Methode- Kocher- Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian eksternal rotasi formarm secara pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri. Terapi Medika Mentosa- Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan kualitas tinggi.- Suntikan intrarticular dan anastetik regional teknik telah dilaporkan sukses membantu dalam mereduksi dislokasi shoulder.- Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untuk memperoleh control nyeri yang adekuat dan relaksan otot untuk reduksi.Prosedural sedasi dan analgesi {PSA}yang digunakan Morphine dan midazolam memperlamlambat perawatan di department emergensi serta bebas komplikasi.[emedicene]Etomidate,fentanyl/midazolam,ketamine, atau propofol umumnya digunakan untuk PSA. Program Rehabilitasia. Non operatif Rehabilatation

Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi bahu, sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakankomponen penting dalam program rehabilitasi.Minggu 0 – 2, Hindari provokatif posisi termasuk eksternal rotasi, Abduksi dan Distrak.Immobilisasi tergantung umur- Kurang dari 20 tahun 3-4 minggu.- 20-30 tahun 2-3 minggu.- Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.- Lebih dari 40 tahun 3-5 hari.Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedu rehabilitasi yang telah ditetapkan.b. Operatif TreatmentTujuan utama rehabilitasi adalah :- Memulihkan ROM fungsional secara full- Meningkatkan stabilitas Dynamik.- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.9. Komplikasi9.1. Komplikasi Fraktur Komplikasi dini1. Lokal :a. Vaskuler : • Compartemen syndrome (Volkmann`s Ischemia), • Trauma vaskularb. Neurologis :• Lesi medula spinalis atau staraf perifer Komplikasi lanjut.1. Kekakuan sendi / kontraktur2. Disuse atropi otot-otot3. MalunionTulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.4. Delayed unionProses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.5. Nonunion / Infected nonunionTulang tidak menyambung kembali.6. Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)7. Osteoporosis post trauma

9.2 Komplikasi Dislokasia. Komplikasi Dini Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.

b. Fraktur Dislokasic. Komplikasi lanjut Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduksi. dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid kelemahan otot.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana) Pengkajian primer AirwayAdanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. BreathingKelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi. CirculationTD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.b) Pengkajian sekunder Aktivitas/istirahat• kehilangan fungsi pada bagian yang terkena• Keterbatasan mobilitas Sirkulasi• Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)• Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)• Tachikardi• Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera• Capilary refil melambat• Pucat pada bagian yang terkena• Masa hematoma pada sisi cedera Neurosensori• Kesemutan• Kelemahan• Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.• Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / anxietas Kenyamanan

• Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang deengan imobilisasi) tak ada nyeri akibat keruisakan syaraf.• Spasme / kram otot (setelah immobilisasi). Keamanan• laserasi kulit• perdarahan• perubahan warna• pembengkakan localSelain pengkajian diatas, pada kasus dislokasi juga perlu dilakukan pengkajian berupa :- Anamnesis :• Ada trauma• Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu• Ada rasa sendi keluar• Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual• Oedema• Sulut/tidak dapat bergerak- Pemeriksaan Klinis :• DeformitasHilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi bahu. Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul). Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul endorotasi, fleksi dan adduksi.• Nyeri• Funcio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi bahu anterior.

2. Prioritas Keperawatana. Mencegah cedera tulangb. Menghilangkan nyeric. Mencegah komplikasid. Memberikan informasi tentang kondisi / prognosis dan kebutuhan pengobatan.

3. Diagnosa Keperawatana. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.b. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.d. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.e. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

4. Intervensi KeperawatanDx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.Kriteria Hasil :- Klien menyatakan nyeri berkurang.- Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapetik sesuai indikasi untuk situasi individual.- Edema berkurang / hilang.- Tekanan darah normal.- Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.Intervensi :1.1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 – 10). Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbalRasional :Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk / keefektifan analgesic.1.2 Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, dan traksi.Rasional :Meminimalkan nyeri dan menvegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.1.3 Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.Rasional :Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri1.4 Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.Rasional :Mempertahankan kekuatan / mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang terkena.1.5 Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).Rasional :Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.1.6 Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.Rasional :Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan. otot.1.7 Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.Rasional :Menurunkan udema/ pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.1.8 Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.Rasional :Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.

Dx.2 Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.

Tujuan : Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi.Kriteria Hasil :- Penyembuhan luka sesuai waktu.- Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.Intervensi :2. 1 Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.Rasional :Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah yang mungkin disebabkan oleh penggunaan traksi, terbentuknya edema.2.2 Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur yang kering dan bebas kerutan.Rasional :Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan kulit.2.3 Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.Rasional :Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada posisi tertentu.

2.4 Gunakan bed matres / air matres.Rasional :Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk anggota tubuh yang kurang gerak efektif untuk mencegah penurunan sirkulasi.

Dx.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang.Kriteria Hasil :- Klien akan meningkat/ mempertahankan mobilitas pada tingkat kenyamanan yang lebih tinggi.- Klien mempertahankan posisi /fungsional. - Klien meningkatkan kekuatan /fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.- Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.Intervensi :3.1 Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.Rasional :Mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan fisik aktual, mendapatkan informasi dan menentukan informasi dalam meningkatkan kemajuan kesehatan pasien.3.2 Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan rangsang lingkungan.

Rasional :Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.3.3 Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.

Rasional :Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan respon kalsium karena tidak digunakan.3.4 Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.Rasional :Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.3.5 Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan mencukur).Rasional :Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.3.6 Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi.Rasional :Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.3.7 Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.Rasional :Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus.3.8 Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.Rasional :Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis dan pneumonia).3.9 Auskultasi bising usus.Rasional :Tirah baring, pengguanaan analgetik dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi.3.10 Dorong penigkatan masukan cairan sanpai 2000-3000 ml/hari.Rasional :Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.3.11 Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.Rasional :Berguna dalan membuat aktivitas individual/program latihan.Dx.4 Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.Tujuan : Disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.Kriteria Hasil :- Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi.- Kulit hangat dan kering.- Perabaan normal.- Tanda vital stabil.- Urine output yang adekuat

Intervensi :4.1 Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari fraktur.Rasional :Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa dapat normal terjadi dengan adanya syndrome comfartemen syndrome karena sirkulasi permukaan sering kali tidak sesuai.4.2 Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik / fungsi sensorik.Rasional :Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran rasa sakit terjadi ketika sirkulasi ke saraf tidak adekuat atau adanya trauma pada syaraf.4.3 Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.Rasional :Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan resiko terjadinya injuri dengan adanya fraktur di kaki, edema/comfartemen syndrome/malposisi dari peralatan traksi.

4.4 Monitor posisi / lokasi ring penyangga bidai.Rasional :Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf, khususnya di aksila dapat menyebabkan iskemik dan luka permanen.4.5 Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit dingin, perubahan mental.Rasional :In adekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.4.6 Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak kontraindikasidengan adanya compartemen syndrome.Rasional :Mencegah aliran vena / mengurangi edema.

Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.Kriteria Hasil : - Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.- Bebas drainase purulen, eritema dan demam.- Tidak ada tanda-tanda infeksi.Intervensi :5.1 Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekan kontinuitas.Rasional :Pen atau kawat yang dipasang masuik melalui kulit dapat memungkinkan terjadinya infeksi tulang.5.2 Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar atau adanya edema, eritema, drainase/bau tak enak.Rasional :Dapat mengindikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan dan dapat menimbulkan osteomielitis.5.3 Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci tangan.Rasional :Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.

5.4 Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan, bau drainase yang tak enak/asam.Rasional :Tanda perkiraan infeksi gangren.5.5 Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.Rasional :Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia menunjukkan terjadinya tetanus.5.6 Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan oedema lokal/eritema ektremitas cedera.Rasional :Dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.5.7 Lakukan prosedur isolasi.Rasional :Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan luka/linen untuk mencegah kontaminasi silang.5.8 Berikan obat sesuai indikasi seperti antibiotik IV/topikal dan Tetanus toksoid.Rasional :Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.Dx.6 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.Tujuan : Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah.Kriteria Hasil : - Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.- Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.Intervensi :6.1 Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.Rasional :Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.6.2 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila diindikasikan.Rasional :Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses penyembuhan. Kerusakan lanjut dan pelambatan penyembuhan dapat terjadi sekunder terhadap ketidaktepatan pengguanaan alat ambulasi.6.3 Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang memrlukan bantuan.Rasional :Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.6.4 Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di bawah fraktur.Rasional :Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini. 6.5 Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.Rasional :

Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap dan kerja sama pasien dalam program pengobatan membantu untuk penyatuan yang tepat dari tulang.6.6 Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi (massa otot kurang). Anjurkan untuk memberikan sokongan pada sendi di atas dan di bawah bagian yang sakit dan ginakan alat bantu mobilitas, contoh verban elastis, bebat, penahan, kruk, walker atau tongkat.Rasional :Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri sementara sekunder terhadap kehilangan dukungan.