45
FISIOLOGI SISTEM UROGENITALIA Fungsi Umum Ginjal Ekskresi metabolisme protein Metabolisme protein Gugus NH2 yang dilepas oleh protein sebelum dikonversi menjadi energi, lemak dan karbohidrat. Apabila NH2 bergabung dengan ion hydrogen amoniak NH2 + H+ NH3 , amoniak ini merupakan suatu zat yang sangat beracun, maka perlu untuk diekskresikan dari dalam tubuh. Amoniak dikeluarkan dari tubuh dalam 3 bentuk: 1. Amoniotelik lansung dieksresi dalam bentuk amoniak 2. Ureotelik dikonversi dulu menjadi urea dalam hepar 3. Uricotelik dikonversi menjadi asam urat Selain zat-zat diatas hasil metabolism protein juga bisa berupa kalium, fosfat, sulfat anorganik, juga dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu bila terjadi kerusakan ginjal akan terjadi penimbunan zat-zat hasil metaolisme tersebut dengan akibat terjadi azotemia, hiperkalemia, hiperfosfaternia, hiperurisemia, dan lain-lain dengan segala akibatnya. Ketiga zat diatas diekskresikan dalam tubuh melalui ginjal Menjaga keseimbangan asam basa Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin yang asam atau yang basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan akstraseluler.

Fisiologi Sistem Urogenitalia

  • Upload
    dnllkza

  • View
    39

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fisiologi Sistem Urogenitalia

Citation preview

Page 1: Fisiologi Sistem Urogenitalia

FISIOLOGI SISTEM UROGENITALIA

Fungsi Umum Ginjal

Ekskresi metabolisme protein

Metabolisme protein

Gugus NH2 yang dilepas oleh protein sebelum dikonversi menjadi energi, lemak dan

karbohidrat.

Apabila NH2 bergabung dengan ion hydrogen amoniak NH2 + H+ NH3 , amoniak ini

merupakan suatu zat yang sangat beracun, maka perlu untuk diekskresikan dari dalam

tubuh. Amoniak dikeluarkan dari tubuh dalam 3 bentuk:

1. Amoniotelik lansung dieksresi dalam bentuk amoniak

2. Ureotelik dikonversi dulu menjadi urea dalam hepar

3. Uricotelik dikonversi menjadi asam urat

Selain zat-zat diatas hasil metabolism protein juga bisa berupa kalium, fosfat, sulfat

anorganik, juga dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu bila terjadi kerusakan ginjal

akan terjadi penimbunan zat-zat hasil metaolisme tersebut dengan akibat terjadi azotemia,

hiperkalemia, hiperfosfaternia, hiperurisemia, dan lain-lain dengan segala akibatnya.

Ketiga zat diatas diekskresikan dalam tubuh melalui ginjal

Menjaga keseimbangan asam basa

Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin yang asam

atau yang basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan

ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan

akstraseluler.

Keseluruhan mekanisme sekresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai

berikut:

Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke dalam tubulus, dan

bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari

darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hydrogen juga disekresikan ke dalam lumen ubulus

oleh sel- sel epitel tubulus. Jadi menghilangkan asam dari darah.

Bila lebih banyak ion hydrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang

disaring, akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya bila lebih

banyak bikarbonat yang disaring daripada hydrogen yang disekresikan, akan terdapat

kehilangan basa.

Page 2: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 mEq asam yang tiak menguap terutama

dari metabolisme protein. Asam basa tersebut disebut tidak menguap karena mereka

bukan H2CO3 dan oleh karena itu tidak dapat diekskresikan oleh paru-paru. Mekanisme

primer untuk menghilangkan asam – asam tersebut dari tubuh adalah melalui ekskresi

ginjal. Ginjal juga harus mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin. Setiap hari ginjal

menyaring sekitar 4320 mEq bikarbonat dan dalam kondisi normal hampir semuanya

direabsorpsi dari tubulus.karena ion bikarbonat harus bereaksi dengan satu ion hydrogen

yang disekresikan untuk membentuk H2CO3 sebelum dapat reabsorpsi, 4320 mEq ion

hydrogen harus disekresikan setiap hari hanya untuk mereabsorpsi bikarbonat yang

disaring.

Bila terdapat pengurangan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstra seluler (alkalosis)

ginjal gagal mereabsorpsi semua bikarbonat yang disaring, sehingga meningkatkan

ekskresi bikarbonat. Karena ion bikarbonat normalnya menyangga hidrogen dalam cairan

ekstraseluler. Oleh karena itu pada alkalosis pengeluaran ion bikarbonat akan

meningkatkan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler kembali menuju normal.

Pada asidosis ginjal tidak dapat mengekskresikan bikarbonat ke dalam urin tetapi

mereabsorpsi semua bikarbonat yan disaring dan menghasilkan bikarbonat baru, yang

ditambahkan kembali ke cairan ekstraseluler. Hal ini mengurangi konsentrasi ion

hydrogen cairan ekstra seluler kembali menuju normal.

Jadi ginjal mengatur konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler melalui tiga

mekanisme dasar:

sekresi ion hydrogen

reabsorpsi ion –ion bikarbonat yang disaring

produksi ion – ion bikarbonat baru.

Regulasi volume cairan tubuh

Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:

• Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan

kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur

air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah,

dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian

ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah

mengandung 500 c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring

Page 3: Fisiologi Sistem Urogenitalia

keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli

renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang

diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/

bb/jam.

Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:

- Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan

tubuh.

- Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang

dibutuhkan .

- Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.

- Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.

Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal

tidak dapat berfungsi.

Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses

pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh

vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi

dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.

Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir

melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui

cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut

berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi,

yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf

simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air

yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang

dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh

yang panas.

Jantung dan pembuluh darah

Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai

untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan

karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.

Paru-paru

Page 4: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang

dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus

akan memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan

menurunkan kehilangan air ini.

Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam

mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi

normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.

Sistem Endokrin

a. ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat

mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus

yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan

osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di

tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan

konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.

c. Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi

merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan

pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur

sirkulasi ginjal.

d. Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

e. Mekanisme Rasa Haus

Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara

merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II,

sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

1. Usia

Page 5: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Dengan bertambahnya usia, semua organ yang mengatur keseimbangan akan menurun

fungsinya, hasilnya fungsi untuk mengatur keseimbangan juga menurun. Misalnya:

gagal ginjal, gagal jantung, dll.

2. Temperatur Lingkungan

Lingkungan yang panas bisa menyebabkan kita berkeringat banyak sehingga cairan

banyak keluar

3. Diet

Diet tinggi natrium akan berfungsi meretensi urine, demikian juga sebaliknya.

4. Obat-Obatan

Seperti steroid, diuretik.

5. Stress

Mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah, meningkatkan osmotik dan

ADH akan meningkatkan sehingga urine menurun

6. Sakit

Seperti bahan bakar, dalam keadaan sakit jelas mengeluarkan air yang banyak, seperti

gagal ginjal.

Endokrin

Eritropoetin

- Faktor utama yang dapat merangsang produksi sel darah merah adalah hormone

dalam sirkulasi yang disebut eritropoetin yaitu suatu glikoprtein dengan berat

molekul kira –kira 34.000 . bila eritropeitin tidak ada maka keadaan hipoksia tidak

akan berpengaruh atau pengaruhnya sedikit sekali dalam perangsangan produksi sel

darah merah.. sebaliknya bila system eritropoeitin berfungsi maka hipoksia akan

dengan nyata meningkatkan produksi eritropoeitin dan eritropoeitin akan

memperkuat produksi sel darah merah sampai keadaan hipoksia teratasi.

Peran ginjal dalam pembentukan eritropoeitin

Pada orang normal kira – kira 90 persen dari seluruh eritropeitin dibentuk di ginjal,

sisanya dibentuk di hati namun masih belum jelas bagian ginjal yang mana yang dapat

menghasilkan eritropoeitin ini. Tetapi kemungkinan bahwa sel – sel epitel tubulus ginjal

yang mensekresi eritropoeitin. Karena darah yang anemic tidak dapat mengirim cukup

banyak oksigen dari kapiler peritubular ke sel – sel tubular yang memakai banyak sekali

oksigen, jadi dengan demikian dapat merangsang produksi eritropoeitin .

Page 6: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Pada suatu saat keadaan hipoksia pada bagian tubuh yang lain selain ginjal akan juga

merangsang eritropeitin, hal ini menunjukkan bahwa di ginjal terdapat beberapa sensor

nonginjal yang mengirimkan sinyal tambahan pada ginjal untuk memproduksi hormone.

Terutama norepinefrin dan epinefrin serta prostaglandin yang dapat merangsang produksi

eritropoeitin.

Pengaturan tekanan darah

Pengaruh ginjal terhadap tekanan darah, besar dipengaruhi oleh adanya

konsentrasi plasma atau cairan darah. Keseimbangan cairan dalam tubuh dipengaruhi

oleh ADH (anti diuretic hormone). ADH dibentuk dalam nucleus supraoptik

hipotalamus dan berjalan ke bawah di sepanjang serabut saraf menuju hipofisis

posterior tempat ADH disimpan untuk dilepaskan kemidian.

Pengeluaran ADH dirangsang oleh peningkatan osmolalitas atau penurunan

volume plasma. Peningkatan osmolalitas atau penurunan volume plasma dapat

disebabkan oleh factor seperti kekurangan air, kehilangan cairan karena muntah, diare,

berkeringat atau pergeseran cairan karena asites.

Kerja ADH dalam ginjal meniongkatkan proses utama yang terjadi dalam

lengkung henle melalui dua mekanisme yang berhubungan satu dengan yang lain.

Aliran darah melalui vasa rekta di medulla berkurang bila terdapat ADH sehingga

memperkecil pengurangan zat dalam interstitium

ADH meningkatkan permeabilitas duktus pengumpul dan tubulus distal sehingga

mekin banyak air yang berdifusi keluar untuk membentuk keseimbangan dengan

cairan interstitial yang hiperosmotik.

Jadi semakin banyak ADH maka tubulus distal dan duktus pengumpul bersifat

permeable terhadap air sehingga air berdifusi ke dalam interstitial kemudian masuk ke

dalam bagian asenden vasa recta dan dikembalikan ke sirkulasi umum, sehingga urine

memiliki volume kecil namun tinggi konsentrasi osmotiknya.

Sebaliknya dalam keadaan tanpa ADH, tubulus distal dan duktus pengumpul

tidak bersifat permeable sehingga urin yang dikeluarkan bervolume besar dan encer.

Kadar plasma dan cairan tubuh dapat dipertahankan dalam batas-batas yang sempit

melalui pembentukan urin yang lebih pekat atau lebih encer dibandingkan plasma.

Cairan yang banyak diminum menyebabkan cairan rubuh menjadi encer. Urin menjadi

encer dan kelebihan air akan diekskresikan dengan cepat. Sebaliknya, pada waktu

tunuh kehilangan air atau asupan zat terlarut berlebihan menyebabkan cairan tubuh

Page 7: Fisiologi Sistem Urogenitalia

menjadi pekat, maka urin akan sangat pekat sehingga banyak zat terlarut yang

terbuang dalam kelebihan air.

Hormon-hormon yang mempengaruhi reabsorpsi air, yaitu :

Hormon aldosteron adalah suatu hormon steroid yang dihasilkan oleh cortex

adrenal sebagai respons terhadap kadar kalium darah yang tinggi, terhadap

kadar natrium darah yang rendah, atau terhadap penurunan tekanan darah.

Bila aldosteron merangsang reabsorpsi ion Na+, air akan ikut terabsorpsi dari

filtrate kembali ke dalam darah. Hal ini membantu mempertahankan volume

dan tekanan darah tetap normal.

Atrial natriuretic hormone (ANH), merupakan antagonis dari aldosteron

yang disekresikan oleh atrium jantung saat dinding atrium teregang oleh

tekanan darah yang tinggi atau oleh volume darah yang besar. ANH

menurunkan reabsorpsi ion Na+ dan air oleh ginjal, sehingga ditemukan dalam

filtrate untuk diekskresikan. Dengan peningkatan pembuangan natrium dan

air, ANH membantu menurunkan volume dan tekanan darah.

Hormon antidiuretik (ADH) atau Vasopresin, adalah suatu peptide yang

dilepaskan oleh kelenjar pituitary posterior saat jumlah air di dalam tubuh

turun. Di bawah pengaruh ADH, tubulus kontortus distal dan tubulus

kolektivus mampu mereabsorpsi lebih banyak air dari filtrate ginjal. Hal ini

membantu mempertahankan volume dan tekanan darah tetap normal, dan juga

memungkinkan ginjal memproduksi urine yang lebih pekat daripada cairan

tubuh. Produksi urine yang pekat penting untuk mencegah kehilangan air

secara berlebihan, tetapi tetap mengekskresikan semua zat yang harus

dibuang.

Jika jumlah air dalam tubuh meningkat, sekresi ADH akan berhenti dan

ginjal akan mereabsorpsi lebih sedikit air. Urine menjadi lebih encer dan air

dibuang samapi jumlahnya di dalam tubuh kembali normal. Hal ini dapat

terjadi setelah mengonsumsi air secara berlebihan.

Hormon paratiroid (PTH),) adalah suatu protein yang dihasilkan oleh

kelenjar parathyroid, yang pada ginjal dapat meningkatkan ekskresi P,

reabsorpsi Ca, dan produksi vitamin D.

Keseimbangan ca2+ dan fosfor

Regulasi ginjal terhadap Ca

Page 8: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Konsentrasi normal Ca dalam cairan ekstrasel adalah 2.4 mEq. Di plasma Ca dapat

ditemukan dalam 3 bentuk, yaitu:

dalam bentuk terionisasi sebanyak 50 %, dalam bentuk inilah Ca dapat

melakukan aktivitas biologisnya

terikat pada protein plasma sebesar 40 %

berikatan dengan ion lain, seperti dengan P, sebesar 10 %

Regulasi Ca dilakukan oleh hormon PTH, dengan cara:

dengan merangsang resorpsi tulang

peningkatan rangsangan aktivasi vitamin D peningkatan reabsorpsi Ca

intestinal

peningkatan reabsorpsi ginjal secara langsung di tubulus ginjal

Sebagian ekskresi Ca melalui feses, tapi Ca juga diekskresikan lewat ginjal. Ca yang

diekskresikan di ginjal besarnya dapat dihitung dengan rumus:

= Ca yang difiltrasi – Ca yang direabsorpsi

Jumlah Ca yang ada di plasma yang dapat difiltrasi di glomerulus adalah 50 % karena

Ca yang terikat pada protein plasma tidak dapat melewati glomerulus.Dari semua

jumlah Ca yang masuk ke glomerulus 99% nya direabsorpsi lagi. 65 % direabsorpsi

di TCP, 25-30% di loop Henle, dan 4-9% di TCD dan tubulus koligentes.

Ekskresi Ca di ginjal dipengaruhi oleh:

Ekskresi Ca Turun Naik

Kadar PTH

Volume CES

Tekanan darah

Kadar fosfat plasma

Asidosis metabolik Alkalosis metabolik

Vit D

Regulasi Phospat oleh ginjal

Mekanisme pengaturan ekskresi P diatur oleh mekanisme luapan. Tubulus ginjal

mempunyai transpor maksimal normal untuk mereabsorpsi P sebesar 0.1 mM/menit.

Jadi bila ditemukan kadar P yang kurang dari nilai ini dalam filtrat glomerulus maka,

maka semua P yang difiltrasi akan direabsorpsi. Sebaliknya, bila nilai P melebihi nilai

tersebut, maka kelebihannya akan diekskresikan. Oleh karena itu, secara normal P akan

mulai masuk ke dalam urin saat konsentrasinya dalam cairang ekstrasel meningkat

Page 9: Fisiologi Sistem Urogenitalia

diatas kadar ambang sekitar 0.8 mM/L, yang memberikan muatan fosfat pada tubulus

sekitar 0.1 mM/L, dengan menganggap GFR sebesar 125 ml/menit.

Pengaturan juga dilakukan oleh PTH dimana jika ada peningkatan PTH maka

reabsorpsi fosfat turun dan sebaliknya. PTH mengatur kadar P dengan 2 cara yaitu:

PTH meningkatkan resorpsi tulang dimana akan terjadi pembuangan P ke

ekstrasel dari garam tulang

PTH menurunkan nilai transpor maksimal di tubulus sehingga banyak P yang

terbuang karena kadar P plasma dianggap berlebihan.

Proses Pembentukan Urine

Filtrasi glomerolus

Reabsorpsi dari tubulus ke darah

Sekresi dari darah ke tubulus

Kecepatan ekskresi urine = laju filtrasi – laju reabsorpsi + laju sekresi

Darah glomerolus kapsul bowman filtrate ( bebas protein, bebas elemen

seluler, bebas RBC, bebas molekul dengan muatan negative ) tubulus reabsorpsi

sekresi ekskresi

Page 10: Fisiologi Sistem Urogenitalia

A. 100 % di ekskresi ( hanya difiltrasi ) kreatinin, urea, asam urat, garam asam urat

B. Difiltrasi dengan direabsorpsi sebagian Na, Cl, HCO3

C. 100% tidak di ekskresi ( difiltrasi dengan direabsorpsi total ) asam amino, glukosa

D. Difiltrasi dengan disekresi

Komposisi Filtrat Glomerulus : air dan bahan-bahan lain seperti natrium, glukosa,

inulin, mioglobin, albumin, asam amino, kecuali protein dan sel darah merah.

Membran kapiler glomerulus : terdiri dari tiga lapisan (dari dalam ke luar), yaitu

- Membrane endotel yang terdiri dari ribuan fenestrate

- Membran basalis, terdiri dari kolagen dan fibril proteoglikan

- Epitel dengan tonjolan seperti kaki panjang (podosit) dengan celah namanya slit pores

Semua lapisan membran kapiler glomerulus sama-sama membentuk sawar filtrasi tapi

membran dasar atau membran basalis yang merupakan sawar bagi protein plasma karena

muatan listrik negatif kuat yang berkaitan dengan proteoglikan.

Kemampuan filtrasi zat terlarut tergantung dari dua hal yaitu:

1. Berat Molekul.

Semakin berat dan besar molekul maka semakin sulit untuk lewat atau terfiltrasi.

2. Muatan Molekul.

Page 11: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Semakin negatif maka semakin sukar untuk lewat. Sukar lewat karena muatan

negatif dan tolakan elektrostatiknya didesak oleh muatan negatif proteoglikan

membran dasar.

GFR (180 liter / hari = 125 ml / menit) naik Volume urine naik

Keuntungan GFR tinggi

o Ginjal mampu menyingkirkan produk buangan dari tubuh dengan cepat

o Semua cairan dapat difiltrasi dan diproses oleh ginjal sepanjang waktu tiap hari

o Mengatur volume dan komponen cairan tubuh dengan cepat dan tepat

GFR ditentukan oleh :

o Keseimbangan kekuatan osmotic koloid dan hidrostatik lintas membrane

kapiler

o Koefisien filtrasi ( Kf ) hasil permeabilitas dan daerah permukaan filtrasi

kapiler

GFR = Kf x Tekanan filtrasi akhir

Tekanan filtrasi akhir = tekanan hidrostatik glomerolus ( 60 mmHg ) – Tekanan

kapsula bowman ( 18 mmHg ) – Tekanan osmotic / onkotik koloid glomerolus ( 32

mmHg ) = 10 mmHg

Yang mempengaruhi GFR :

o Kf naik GFR naik

o Kf turun ( saat ada penyakit yang menurunkan fungsi, ketebalan membrane

kapiler glomerolus, konduktivitas hidrolik ginjal ) GFR turun ( merusak,

menghancurkan ginjal )

o Tekanan hidrostatik kapsula bowman naik, GFR turun

o Tekanan osmotic / onkotik koloid glomerolus naik, GFR turun

o Tekanan hidrostatik glomerolus naik, GFR naik

Page 12: Fisiologi Sistem Urogenitalia

- Ditentukan oleh : Tekanan arteri, tahanan arteriol aferen, tahanan arteriol

eferen

- Tekanan arteri naik, tekanan hidrostatik glomerolus naik, GFR naik

- Tahanan arteriol aferen naik, tekanan hidrostatik glomerolus turun, GFR

turun

- Tahanan arteriol eferen naik :

- Akut tekanan hidrostatik glomerolus naik, GFR naik

Kronis ( jika konstriksi arteriol eferen > 3X kenaikan tahanan arteriol

eferen ) tekanan osmotic koloid naik kekuatan akhir filtrasi turun

GFR turun

Aliran darah ginjal digunakan untuk nutrisi, membuang produk buangan, dan untuk

filtrasi. Rumus dari aliran darah ginjal adalah

Aliran darah dalam vasa rekta medulla renal < daripada aliran dalam korteks renal

GFR ditentukan oleh tekanan hidrostatik glomerolus dan tekanan osmotic koloid

kapiler glomerolus. Hal ini dipengaruhi oleh simpatis, hormone, autokoid ( zat

vasoaktif dalam ginjal yang bekerja local di ginjal ), dan kontrol umpan balik dalam

ginjal (intrinsic).

o Simpatis naik konstriksi arteriol renal aliran darah ginjal turun GFR

turun (gangguan akut, parah, rekasi pertahanan, iskemia otak, perdarahan

hebat).

Page 13: Fisiologi Sistem Urogenitalia

o Hormone

- Norepinefrin / epinefrin ( dari medulla adrenal ) konstriksi arteriol GFR

turun

- Endotelin ( peptide yang dilepas saat sel endotel vascular ginjal / jaringan lain

rusak )

Pembuluh darah terluka endotel rusak endotelin keluar vasokonstriksi

bantu homeostasis kehilangan darah turun GFR turun

- Angiotensin II ( dibentuk dalam ginjal dan sirkulasi sistemik )

Tekanan arteri turun / volume turun angiotensin II naik konstriksi arteriol

eferen cegah GFR turun reabsorpsi Na + air naik

- Oksida nitrit dari endotel cegah vasokonstriksi berlebihan memudahkan ren

untuk ekskresi Na + air

- Prostaglandin ( PGE2 / PGI2 ) + bradikinin ( efek utamanya pada arteriol aferen )

vasodilatasi GFR naik

Autoregulasi

- untuk petahankan GFR kontrol ekskresi air + zat terlarut

- Menyediakan aliran darah lebih tinggi daripada yang dibutuhkan

- Mencegah perubahan yang besar pada GFR

- Menaikkan reabsorpsi saat GFR naik ( keseimbangan glomerolus )

- Perubahan tekanan arteri ( naik ) menyebabkan efek ekskresi air ( diuresis

tekanan ) dan efek ekskresi Na ( natriuresis tekanan ) yang berlangsung parallel

Page 14: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Filtrate glomerolus masuk ke tubulus ginjal, meliputi TC I, ansa henle, TC II, tubulus

collegentes, duktus collegentes

Filtrasi + reabsorpsi > sekresi ( banyak zatnya )

Filtrasi glomerolus tidak selektif kecuali pada protein plasma dan zat yang terikat pada

protein, sedangkan reabsorpsi tubulus sangat selektif

Tubulus proximal

reabsorpsi tubulus hingga 65 % dari reabsorpsi total karena banyak mengandung

mitokondria, brush border, labirin intraseluler, saluran basal luas yang menyediakan

energi dan luas permukaan yang tinggi

Ansa henle

o Terdiri dari bagian tipis descenden, tipis ascenden, dan tebal ascenden.

o Bagian tipis baik descenden maupun ascenden memiliki sedikit mitokondria

dan tidak memiliki brush border

o Tipis descenden 20 % air direabsorpsi

o Tebal ascenden 25 % impermeable terhadap air, hanya reabsorpsi zat

terlarut

Tubulus distal segmen pengencer

Reabsorpsi Na, K, Cl, impermeable terhadap air + ureum

Tubulus distal bagian akhir dan tubulus collegentes kortikalis

o Impermeable terhadap ureum

Page 15: Fisiologi Sistem Urogenitalia

o Terdiri dari sel prinsipalis dan sel intercalated berperan dalam regulasi asam

basa

Duktus collegentes medulla

o ADH mulai bekerja di segmen ini

o Reabsorpsi ureum

o 10 % reabsorpsi Na + air

o Sekresi ion hydrogen regulasi asam basa

Aliran masuk naik muatan tubulus naik kecuali reabsorpsi naik

keseimbangan glomerolus

Reabsorpsi tubulus dipengaruhi hormon dan saraf

o Hormon

o Saraf simpatis

Simpatis konstriksi arteriol GFR turun reabsorpsi Na di TC I,

tebal ascenden ansa henle naik pipis sedikit, pekat

Simpatis renin + angiotensin II naik reabsorpsi naik + sekresi

turun pipis sedikit, pekat

Urine pekat butuh

o ADH yang tinggi

o Osmolaritas cairan interstisial medulla yang tinggi pula ( hiperosmotik medulla

renalis ), ditentukan oleh :

Transport aktif Na, K, Cl keluar tebal ascenden ansa henle

Transport aktif ion dari ductus collegentes

Difusi pasif urea dari medulla ductus collegentes

Page 16: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Difusi air dari tubulus medulla < reabsorpsi zat terlarut ke dalam

interstisium medulla

Resirkulasi ureum bantu membuat hiperosmotik medulla renalis

TC II, ductus collegentes berperan dalam ekskresi urine pekat karena ADH

bekerja di sini

Konsentrasi urine

Pengonsentrasian urine

Pengaturan sekresi ADH

Page 17: Fisiologi Sistem Urogenitalia

o Jika ADH tinggi mekanisme haus teraktivasi ( selain itu juga diaktivasi oleh

kekeringan mulut dan angiotensin II )

Simpatis

o Konstriksi arteriol GFR turun reabsorpsi naik

o Reabsorpsi tubulus naik

o Rennin, aldosteron, angiotensin II tersekresi reabsorpsi naik

o Regangan baroreseptor arterial turun di sinus karotikus dan arcus aorta

karena volume darah turun, tekanan arteri sistemik turun

Kalium direabsorpsi di TC I, ascenden ansa henle dan sekresinya di TC II, ductus

collegentes. Sekresi kalium oleh sel prinsipalis dirangsang oleh alkalosis, [K+]

extracell tinggi, aldosteron tinggi, dan laju aliran tubulus naik.

Kalsium

Page 18: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Keseimbangan Asam Basa

Ion hydrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hydrogen. Molekul

yang mengandung atom – atom hydrogen yang dapat melepaskan ion – ion hydrogen dalam

larutan yang disebut asam. Pengaturan keseimbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama

dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Untuk mencapai homeostasis harus ada

keseimbangan antara asupan atau produksi ion hydrogen.

Pengaturan ion hidrogen ini penting karena hampir semua aktivitas system enzim dalm

tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hydrogen. Konsentrasi normal ion hydrogen=

0,00004mEq/liter.

Misalnya HCL yang berionisasi dengan air membentuk ion – ion Hidrogen dan ion

klorida. Demikian juga asam karbonat berionisasi dalam air membentuk ion hydrogen dan ion

bikarbonat. Sedangkan basa adalah molekul yang dapat menerima ion hydrogen.

Protein – protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino

yang membangun protein dengan muatan akhir negative siap menerima ion –ion hydrogen.

Protein Hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel – sel tubuh yang lain

merupakan basa – basa tubuh yang paling penting.

Molekul yang mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam

larutan disebut zat asam. Misalnya HCl dan H2CO3 .

Istilah basa sering disebut dengan alkali. Alkali adalah suatu molekul yang terbentuk dari

kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium, kalium, lithium- dengan ion yang mendasar

sepeti ion hidroksil. Bagian dasar dari molekul ini bereaksi sangat cepat dengan ion –ion

hydrogen untuk menghilangkannya dari larutan dan oleh karena itu merupakan basa – basa

yang khas. Contoh zat basa adalah HCO3- ; HPO4

2- ; protein-protein dalam tubuh.

Page 19: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Istilah alkalosis adalah kelebihan pengeluaran ion-ion hydrogen dari cairan tubuh,

sebaliknya penambahan ion –ion hydrogen yang berlebihan disebut asidosis.

Keadaan keasaman dalam tubuh dijaga tetap stabil diantara nilai 7.35–7.45

Setiap pergeseran pH akan berakibat sangat berbahaya karena H+ berpengaruh terhadap

stabilitas membran sel, struktur protein dan kerja enzim. Mekanisme kontrol pH dipengaruhi

oleh tiga buffer mayor dalam tubuh yaitu:

1. Protein buffer system. Buffer ini berkontribusi terhadap keseimbangan pH intraseluler

maupun ekstraseluler.

Jika kondisi asam atau saat pH turun maka ion karboksilat dan grup amino dapat

bertindak sebagai basa lemah dan menerima hidrogen membentuk gugus karboksil (-

COOH) dan ion amino(-NH3+). Efek ini secara terbatas kepada asam amino bebas dan

asam amino terakhir merupakan rantai polipeptida, karena carboksil dan gugus amino

dalam ikatan peptida tidak dapat berfungsi sebagai buffer.

Buffer dalam darah merah mempunyai perkecualian yaitu dengan menggunakan buffer

hemoglobin. Sistem hemoglobin mencegah perubahan drastis pH akibat penurunan

atau kenaikan pCO2.

2. Sistem Buffer asam karbonat dan bikarbonat.

Peran utama dari sistem ini adalah untuk mencegah perubahan pH akibat dari asam

organic dan asam tetap dalam ECF. Tetapi buffer ini mempunyai tiga keterbatasan

Sistem ini tidak dapat melindungi perubahan pH ECF akibat kenaikan atau

penurunan kadar CO2. Penambahan CO2 akan membuat reaksi bergeser ke kanan

yang akan nantinya akan membuat H2CO2 berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-

sehingga pH akan menjadi turun.

Sistem ini hanya dapat berfungsi jika sistem respirasi dan pusat kontrol sistem

respirasi berjalan normal. Hal tersebut dikarenakan sistem respirasi dibutuhkan

untuk membuang CO2 yang dihasilkan.

Kemampuan sistem buffer asam terbatas pada ketersidiaan ion bikarbonat. Setiap

ion hidrogen yang dilepas dari darah membutuh ion bikarbonat. Ketika semua ion

bikarbonat habis maka sistem buffer ini tidakakan berjalan (walaupun hal ini

sangat jarang).

3. Sistem buffer phospat

Sistem ini hanya sebagai sistem pembantu pada ECF tetapi mempunyai peranan yang

penting dalam ICF dan dalam menyetabilkan pH urin.

Page 20: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Acid-base

imbalancePlasma pH Primary disturbance Compensation

Respiratory

acidosis

- low - increased pCO2 - increased renal net acid

excretion with resulting increase

in serum bicarbonate

Respiratory

alkalosis

- high - decreased pCO2 - decreased renal net acid

excretion with resulting decrease

in serum bicarbonate

Metabolic

acidosis

- low - decreased HCO3- - hyperventilation with resulting

low pCO2

Metabolic

alkalosis

- high - increased HCO3- - hypoventilation with resulting

increase in pCO2

Asam kuat : kuat melepas H+ ex: HCl

Asal lemah : kurang kuat melepas H+ ex: H2CO3

Basa kuat : bereksi cepat dengan H+ ex: OH-

Basa lemah : bereaksi lemah dengan H+ ex: HCO3-

Asam lemah dan basa lemah inilah yang berperan dalam pengaturan

kesimbangan asam basa

Asidosis: pH turun

Alkalosis : pH naik

Perubahan keseimbangan asam basa diatur oleh 3 hal:

1. Sistem penyangga asam basa dalam cairan tubuh

2. Pusat pernapasan

3. Ginjal

a. Sistem penyangga asam basa dalam cairan tubuh

BIKARBONAT

Terdiri dari larutan air yang mengandung 2 zat :

- asam lemah : H2CO3

- garam bikarbonat : NaHCO3

Page 21: Fisiologi Sistem Urogenitalia

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

karbonik anhidrase

bila ditambah ASAM KUAT (HCl H+ + Cl-)

H+ + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O

CO2 yang berlebihan akan merangsang pernapasan (CO2 dikeluarkan dari

cairan ekstraselular)

bila ditambah BASA KUAT ( NaOH Na+ + OH-)

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

+ NaOH + Na

HCO3- : diekskresikan oleh ginjal

Karena digunakan untuk membentuk H2CO3 , CO2 akan turun dari aliran darah

sehingga menyebabkan pernapasan terhambat agar laju pengeluaran CO2 juga

turun

pH = 6,1 + log HCO3-

0,03 x PCO2

pCO2 = 40mm Hg , HCO3 = 24 mM ,

pH = 6.1 + log(24/(0.03 x 40))

      = 6.1 +log (20/1)

      = 7.4

Jadi, Normal plasma pH = 7.4 (Range: 7.35 - 7.45)

Bikarbonat

Turun : asidosis metabolic

Naik : alkalosis metabolik

PCO2

Naik : asidosis respiratorik

Turun : alkalosis respiratorik

Page 22: Fisiologi Sistem Urogenitalia
Page 23: Fisiologi Sistem Urogenitalia

FOSFAT

Diatur oleh H2PO42- dan HPO4

-

Ditambah ASAM KUAT

HCl + Na2HPO4 NaH2PO4 + NaCl

Ditambah BASA KUAT

NaOH + NaH2PO4 NaHPO4 + H2O

Kekuatan penyangga fosfat ini hanya sekitar 8% dari penyangga bikarbonat

Namun sangat berperan pada:

- tubulus ginjal

- cairan intraselular

Page 24: Fisiologi Sistem Urogenitalia

PROTEIN

Protein berkonsentrasi tinggi terutama di dalam sel

a. Pusat pernapasan

Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam basa adalah pengaturan

konsentrasi CO2 cairan ekstraseluler oleh paru-paru. Sesuai dengan persamaan

Henderson-Hasselbach peningkatan PCO2 cairan ekstraseluler akan

menurunkan pH, sedangkan penurunan PCO2 akan meningkatkan pH.

Oleh karena itu, untuk mencapai suatu keseimbangan, apabila suatu saat

konsentrasi ion hidrogen meningkat di atas normal (pH turun), sistem

pernapasan dirangsang dan ventilasi alveolus meningkat. Keadaan ini

menurunkan PCO2 cairan ekstrasel dan mengurangi konsentrasi ion hidrogen

kembali menuju normal.

Sebaliknya, bila konsentrasi ion hidrogen turun di bawah normal (pH turun),

pusat pernapasan menjadi tertekan, ventilasi alveolus menurun dan konsentrasi

ion hidrogen meningkat kembali menuju normal.

b. Ginjal

Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengeluarkan urin yang

asam atau yang basa.

Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan

ekstraseluler

Pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler.

Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah

sebagai berikut:

Di ginjal, sejumlah ion bikarbonat dapat difiltrasi secara terus-menerus ke dalam

tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini

menghilangkan basa dari darah.

Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga dapat disekresikan ke dalam lumen

tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah.

Apabila lebih banyak ion hidrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang

disaring, akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstraseluler.

Apabila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang

disekresikan, akan terdapat kehilangan basa.

Page 25: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Respon Ginjal Terhadap Asidosis dan Alkalosis

Acidosis terjadi saat buffer plasma normal tertekan oleh kelebihan ion hidrogen. Saat pH

turun akibat produksi asam organik dan volatile maka respon ginjal terbatas pada:

1. Sekresi H+

2. Aktifitas buffer pada cairan tubular

3. Pelepasan CO2

4. Dan rearbsorpsi NaHCO3

Ketika terjadi alkalosis maka:

1. Jumlah sekresi H+ turun

2. Sel tubulus tidak menggunakan ion bikarbonat dalam cairan tubuler

3. Transport HCO3- ke dalam cairan tubulus saat pelepasan HCl kedalam cairan

peritubular.

Page 26: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Keseimbangan Air

Keseimbangan cairan dalam tubuh mengarah kepada interaksi cairan ekstra selular dengan

lingkungan di luar tubuh tanpa melihat adanya pengaruh elektrolit. Perpindahan cairan

tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

Keseimbangan Air

Sumber Input Harian (ml)

Air dalam bentuk makanan 1000

Air dalam bentuk liquid 1200

Air hasil dari metabolisme 300

Total 2500

Metode Eliminasi Output Harian (ml)

Urination 1200

Evaporasi lewat kulit 750

Evaporasi lewat paru 400

Feses 150

Total 2500

Kehilangan air secara rutin secara kasar sekitar 2500 ml setiap harinnya melalui urin,

feses dan penguapan secara tidak sengaja. Penguapan secara sengaja melalui aktifitas dapat

mengakibatkan defisit air secara signifikan karena dapat mencapai sekitar 4 liter air yang

hilang.

Kenaikan temperatur melalui demam. Demam dapat meningkatkan kehilangan air

sekitar 200 ml di atas normal.

Intake Air. Intake secara kasar sekitar 2500 ml per hari atau sekitar 40ml/kgBB. Salah

satu sumber untuk memenuhi hal tersebut adalah pembentukan air lewat metabolisme. Dalam

metabolisme air didapat melalui reaksi fosforilasasi oksidatif dalam mitokondria. Saat sel

memecah 1 gram lipid sekitar 1,7 ml air dibuat (0.41ml/g untuk protein dan 0.55ml/g untuk

karbohidrat). Melalui cara ini sekitar 12 % kebutuhan tubuh terpenuhi.

Kelebihan air dan Kekurangan Air

Air dalam tubuh tidak gampang dimonitor dari luar. Tetapi konsentrasi Na+ dalam plasma

merupakan indikator yang sangat berguna. Ketika air meningkat dan cukupkuat untuk

Page 27: Fisiologi Sistem Urogenitalia

membuat konsentrasi Na+ dibawah 130 mEq/l maka muncul kondisi hiponatremia. Ketika

konsentrasi melebihi 150 mEq/l maka muncul kondisi hipernatremia.

Hyponatremia merupakan tanda dari overhidrasi atau kelebihan air. Penyebab dari

overhidrasi adalah:

1. Ingesti volume yang besar lewat fresh water atau infusion

2. Ketidakmampuan membuang air karena gagal ginjal kronis, gagal jantung, dan

cirrhosis.

3. Penyakit endokrin yang menyebabkan over produksi ADH

Kadar natrium yang rendah menyebabkan air berpindah menuju ICF yang berefek utama

ke sistem saraf pusat. Intoksikasi air merupakan hal yang jarang tetapi sangat berbahaya.

Proses yang cepat halusinasi, kejang, koma kemudian kematian dapat terjadi.

Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan diuretik dan pemberian natrium

Hypernatremia merupakan tanda dari dehydrasi karena kekurangan air. Kehilangan air

menyebabkan rasa haus, kulit berkerut dan kering, penurunan volume plasma dan tekanan

darah yang dapat menyebabka shock pada sistem sirkulasi. Penatalaksanaan yang dilakukan

adalah dengan pemberian carian hypotonic secara enteral maupun parentral.

Keseimbangan Elektrolit

Keadaan tubuh berada dalam keseimbangan asam dan basa. Hal tersebut menjadi penting

karena

Konsentrasi elektrolit total berpengaruh kepada keseimbangan cairan

Konsentrai elektrolit dapat mempengaruhi fungsi sel.

Dua kation yang patut diperhatikan adalah Na+ dan K+ karena

1. Kontribusi mereka yang besar dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler

2. Mereka mempunyai efek langsung dalam fungsi sel

Keseimbangan Natrium di pengaruhi 2 faktor yaitu:

1. Uptake ion natrium lewat saluran pencernaan. Ion natrium melewati epitel saluran

pencernaan melalui difusi dan carrier mediated transport

2. Ekskresi Ion Natrium pada ginjal dan tempat lain. Kehilangan natrium secara primer

di ekskresi melalui urin dan melalui penguapan.

Keseimbangan Kalium

Secara kasar 98% kalium pada tubuh manusia berada dalam ICF. Sel mencurahkan

energinya untuk melindungi ion kalium agar tetap berada di dalam karena mereka berdifusi

Page 28: Fisiologi Sistem Urogenitalia

keluar sitoplasma ke ECF. Sama seperti natrium, kadar konsentrasi ion kalium di ECF berada

dalam keseimbangan karena keseimbangan antara penyerapan pada epitel saluran cerna dan

pembungan pada ginjal. Pembuangan kalium dalam urine diatur oleh pompa ion pada tubulus

distal dan kolektivus.

Ion K+ yang terbuang lewat urin biasanya dibatasi oleh jumlah yang diarbsorpsi pada

epitel pencernaan yaitu sekitar 50-150 mEq/hari. Ratio sekresi K+ merupakan respon dari tiga

faktor berikut

1. Perubahan konsentrasi K+ pada ECF. Secara umum semakin besar konsentrasi kalium

pada cairan ekstraseluler semakin besar rasio sekresinya.

2. Perubahan PH. Saat PH turun maka PH pada cairan tubular juga turun maka kation

yang disekresikan cenderung ke H+ daripada K+ untuk mengganti ion natrium yang

hilang.

3. Kadar aldosteron. Jumlah ion kalium yang terbuang melalui urin sangat dipengaruhi

oleh aldosteron, karena pompa ion yang sensitif oleh hormon ini mengrearbsorpsi Na+

dan ditukar oleh K+ dari cairan peritubular.

Aldosteron dipengaruhi oleh angitensin II sebagai bagian dari pengontrol volume

darah, tetapi kadar K+ yang tinggi juga berpenogaruh langsung terhadap sekresi

aldosteron.

Hypokalemi

Saat konsentrasi potasium turun dibawah 2mEq/l maka suatu kelemahan otot yang parah

akan muncul yang kemudian diikuti oleh paralisis. Penyebab dari hipokalemi meliputi:

1. Intake inadekuat K+ yang tidak dapat mengimbangi output dari urin

2. Pemberian diuretik. Beberapa diuretik menyebabkan hipokalemi walaupun kadar

kalium dalam urine tetap sedikit. Hal tersebut dikarenakan volume yang banyak dari

urin juga menyebabkan kalium yang terbuang juga bertambah banyak

3. Sekresi aldosteron yang berlebihan. Sekresi aldosteron akan meningkatkan retensi

natrium yang berakibat pada peningkatan sekresi kalium

4. Peningkatan PH dalam ECF. Penurunan ion hidrogen dalam ECF akan menyebabkan

pelepasan ion hidrogen dalam sel, sebagai kompensasinya ion kalium dalam ECF akan

berpindah ke dalam sel untuk mempertahankan PH cairan intra seluler. Hal tersebut

tentu saja membuat kadar kalium plasma akan turun.

Hiperkalemi

Saat konsentrasi K+ melebihi 8mEq/l maka aritmia yang parah akan timbul. Faktor-faktor

yang mempengaruhinya adalah

Page 29: Fisiologi Sistem Urogenitalia

1. Gagal ginjal. Gagal ginjal karena trauma maupun penyakit kronis akan menghambat

sekrese ion kalium.

2. Pemberian diuretik yang menghambat retensi Na+. Saat penyerapan natrium berjalan

lambat maka sekresi kalium juga berjalan lambat.

3. Penurunan pH ECF. Saat terjadi penurunan pH maka ginjal cenderung mensekresi H+

dari pada ion kalium. Kombinasi dari masuknya ion kalium dan penurunan sekresi

kalium akan menyebabkan hiperkalemi yang berlangsung sangat cepat dan berbahaya.

Sistem RAA

Sistem renin-angiotensin-aldosteron berperan dalam pengaturan keseimbangan kadar

natrium tubuh. Sistem ini berhubungan dengn aparatus jukstaglomerulus (JGA) yang terdiri

dari 3 macam sel, yaitu jukstaglomerulus (JG) atau sel granular (yang memproduksi dan

menyimpan renin), makula densa (tubulus distal), dan mesangial ekstraglomerular atau sel

lacis.

Mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron terjadi apabila terdapat

keadaan hipotensi atau hipovolemia, yang mana keadaan tersebut mempengaruhi laju perfusi

ginjal (hipoperfusi ginjal). Hipoperfusi ginjal menyebabkan penurunan tekanan perfusi ginjal

dalam arteriol aferen dan menurunnya hantaran NaCl ke makula densa di tubulus distal.

Kedua keadaan tersebut merangsang sel JG untuk melepaskan renin. Renin kemudian diubah

menjadi Angiotensin 1 dan Angiotensin 1 diubah menjadi Angiotensin II oleh Angiotensin

Converting Enzym (ACE). Terbentuknya Angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk

melepaskan aldosteron, peningkatan laju reabsorpsi Na dan air, serta peningkatan volume

ECF. Selain itu, juga menyebabkan vasokonstriksi perifer. Akibat efek Angiotensin II

tersebut, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akhirnya juga

meningkatkan laju perfusi ginjal.

Aktivasi vitamin D

Mengubah vitamin D inaktif menjadi bentuk aktif (1,25 dihidroksivitamin D3),

hormon yang merangsang absorpsi kalsium di ususSintesis amonia dari asam amino untuk

pengaturan imbangan asam-basaSintesis glukosa dari sumber non-glukosa saat puasa

berkepanjangan Menginaktivasi beberapa hormon: angiotensin II, glukagon, insulin, hormon

paratiroid.

Regulasi Hormonal dan Neural

Page 30: Fisiologi Sistem Urogenitalia

Kontrol pada ginjal terdiri dari :

1. Hormonal dan aukaroid, yang mempengaruhi

a. Filtrasi

b. Reabsorbsi

2. Neural (otonom), yang juga mempengaruhi

a. Filtrasi

b. Reabsorpsi

3. Autoregulasi

PENJELASAN :

1. Hormon dan Aukaroid

a. Filtrasi

Epinephrine, Norepinephrine,endotelin

untuk meminimalkan kehilangan darah

Konstriksi asteriol aferen dan eferen => menurunkan GFR

Angiotensin II

Konstriksi erteriol aferen yang akan menurunkan aliran di kapiler

peritubulus (reabsorpsi Na dan air meningkat) serta meningkatkan

Phidros glomerulus

Terjai pada penurunan tekanan darah yang menurunkan GFR

Oksida nitrit

Mencegah hipokonstriksi => ekskresi air dan Na normal

PGE2 dan bradikinin

Mengurangi efek konstriktor ginjal dari angiotensin II

b. Reabsorpsi

Aldosteron

Pada sel prinsipal ductus colingentes kortikalis

Meningkatkan reabsorpsi Na dan air

Meninhkatkan sekresi K

Angiotensin II

Di tubulus proksimal

Meningkatkan reabsorpsi Na dan H20

Meningkatkan sekresi H

Page 31: Fisiologi Sistem Urogenitalia

ADH

Pada tubulus distal atau ductus colingentes

Meningkatkan reabsorpsi air

PNA

Tubulus distal atau ductus colingentes => menurunkan reabsorpsi

NaCl

PTH

Tubulus proksimal, segmen tebal ascendens, tubulus distal

Menurunkan reabsorpsi PO4 => meningkatkan reabsorpsi Ca+2

2. Sistem saraf otonom (simpatis)

a. Filtrasi

Kuat

Konstriksi arteriol renal

Aliran darah ginjal menurun bukan peran utama

GFR menurun

Sedang

Hanya mempunyai efek yang sedikit

b. Reabsorpsi

Konstriksi arteriol aferen dan eferen => menurunkan GFR

Menurunkan ekskresi Na dan air

Meningkatkan absorpsi Na di tubulus proksimal dan segmen tebal

ascendens

Aktivasi RAA

3. Autoregulasi

Fungsi : Mencegah perubahan drastis pada GFR

Tekanan arteri menurun => Phidrostatik menurun => GFR menurun => NaCl

di makula densa menurun sementara reabsorpsi NaCl proksimal meningkat =>

activasi renin dan penurunan tahanan arteriolar aferen.