10
FISIOLOGI SISTEM KEMIH (MIKTURISI) Ginjal merupakan organ yang terutama berperan dalam mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas CES. Fungsi ginjal: 1. Ekskresi produk sisa metabolik, bahan kimia asing, obat, dan metabolit hormon Organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme dan zat asing lain yang diproduksi oleh tubuh (contoh: pestisida, obat, zat aditif makanan) Produk-produk sisa: urea (dari metabolism asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan Hb (bilirubin), metabolit berbagai hormon 2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit Kapasitas ginjal sangat besar untuk mengubah ekskresi natrium sebagai respons terhadap perubahan asupan natrium Selama 2 sampai 3 hari berlangsungnya adaptasi ginjal terjadi akumulasi natrium yang sedikit meningkatkan volume CES dan memicu perubahan hormonal yang merupakan sinyal bagi ginjal untuk meningkatkan ekskresi natrium 3. Pengaturan tekanan arteri Jangka panjang: mengekskresikan natrium dan air Jangka pendek: menyekresikan zat vasoaktif (contoh: renin angiotensin II) 4. Pengaturan keseimbangan asam-basa Mengekskresikan asam dan mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh Membuang tipe asam tertentu (asam sulfur dan asam fosfat hasil metabolisme protein)

Fisiologi Sistem Kemih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GUS

Citation preview

Page 1: Fisiologi Sistem Kemih

FISIOLOGI SISTEM KEMIH

(MIKTURISI)

Ginjal merupakan organ yang terutama berperan dalam mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas CES.

Fungsi ginjal:

1. Ekskresi produk sisa metabolik, bahan kimia asing, obat, dan metabolit hormon

Organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme dan zat asing lain yang diproduksi oleh tubuh (contoh: pestisida, obat, zat aditif makanan)

Produk-produk sisa: urea (dari metabolism asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan Hb (bilirubin), metabolit berbagai hormon

2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

Kapasitas ginjal sangat besar untuk mengubah ekskresi natrium sebagai respons terhadap perubahan asupan natrium

Selama 2 sampai 3 hari berlangsungnya adaptasi ginjal terjadi akumulasi natrium yang sedikit meningkatkan volume CES dan memicu perubahan hormonal yang merupakan sinyal bagi ginjal untuk meningkatkan ekskresi natrium

3. Pengaturan tekanan arteri

Jangka panjang: mengekskresikan natrium dan air Jangka pendek: menyekresikan zat vasoaktif (contoh: renin angiotensin II)

4. Pengaturan keseimbangan asam-basa

Mengekskresikan asam dan mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh Membuang tipe asam tertentu (asam sulfur dan asam fosfat hasil

metabolisme protein)5. Pengaturan produksi eritrosit

Menyekresikan eritropoietin merangsang pembentukan RBC6. Pengaturan produksi 1,25-Dihidroksivitamin D

Menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-Dihidroksivitamin D (kalsitriol)

Kalsitriol untuk deposit kalsium dalam tulang dan reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna

7. Sintesis glukosa Menghasilkan glukosa dari asam amino dan prekursornya saat puasa

(glukoneogenesis)

ANATOMI & FISIOLOGIS GINJAL

Page 2: Fisiologi Sistem Kemih

o Dua ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, diluar rongga peritoneumo Ginjal orang dewasa: 150 gr, seukuran kepalan tangano Sisi medial membentuk daerah lekukan (hilum) yang merupakan tempat lewatnya

arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, uretero Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosao Ginjal terbagi dalam 2 regio:

Regio luar korteks Regio dalam medulla

o Medula ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal

o Piramida ginjal dimulai pada perbatasan antara korteks dan medula, berakhir di papila yang menonjol ke dalam ruang pelvis ginjal

o Batas luar pelvis terbagi menjadi kantong dengan ujung terbuka yang disebut kalises mayor yang meluas ke bawah membentuk kalises minor yang mengumpulkan urin dari tubulus tiap papilla

o Suplai darah ginjal: Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 22% dari curah jantung (1100

ml/menit) Arteri renalis masuk ginjal melalui hilum arteri interlobaris (di medula)

arteri arkuata (di perbatasan antara medula dengan korteks) arteri interlobularis (di korteks) vasa aferen (di glomerulus) kapiler glomerulus arteriol eferen kapiler peritubulus vasa recta vena interlobularis vena arkuata vena interlobaris vena renalis

Page 3: Fisiologi Sistem Kemih

o Nefron ginjal: Terdiri dari:

Glomerulus (sekumpulan kapiler) dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah

Tubulus tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal

Cairan difiltrasi dari kapiler glomerulus kapsul Bowman masuk tubulus proksimal ke ansa henle (bagian tebal cabang desendens bagian tipis ansa henle bagian tebal cabang asendens makula densa) masuk tubulus distal tubulus renalis arkuatus tubulus koligentes kortikal duktus koligentes kortikal turun ke medula menjadi duktus koligentes medula bergabung membentuk duktus yang lebih besar menuju pelvis renal melalui ujung papila renal

MIKTURISI

Page 4: Fisiologi Sistem Kemih

Mikturisi merupakan proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin Melibatkan 2 tahap:

1. Kandung kemih terisi progresif peningkatan tegangan yang melampaui ambang batas terjadi peregangan dinding

2. Regangan mencetuskan refleks saraf (refleks mikturisi) mengosongkan kandung kemih

Anatomi Fisiologis & Hub. Persarafan pada Kandung Kemih

Kandung kemih terdiri dari: Korpus (tempat pengumpulan urin) Leher/uretra posterior (berhubungan dengan uretra)

Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor dimana saat berkontraksi dapat meningkatkan tekanan hingga 40-60 mmHg

Sel-sel otot polos bergabung membentuk jalur elektrik bertahanan rendah menyebabkan potensial aksi menyebar dan terjadi kontraksi kandung kemih secara bersamaan

Pada dinding posterior dan diatas leher kandung kemih terdapat segitiga kecil, yang disebut trigonum. Pada dasar apeks trigonum, leher kandung kemih membuka kearah uretra posterior dimana kedua ureter masuk pada sudut puncak trigonum

Setelah melewati uretra posterior, uretra berjalan melalui diafragma urogenital yang mengandung lapisan otot yang dinamakan sfingter eksterna (otot rangka), berfungsi mencegah miksi secara sadar

Panjang uretra posterior 2-3 cm, dinding tersusun oleh otot detrusor, dimana otot daerah tersebut dinamakan sfingter interna. Tonus alamiahnya menahan leher kandung kemih dan uretra posterior untuk mengosongkan urin sehingga mencegah pengosongan kandung kemih hingga tekanan meningkat melampaui batas

Persarafan Kandung Kemih

Persarafan utama: saraf-saraf pelvis membentuk pleksus sakralis pada medula spinalis, terutama segmen S2 dan S3

Saraf: Sensorik: mendeteksi derajat regangan dinding kandung kemih Motorik: serabut simpatis berakhir di sel ganglionik dalam dinding

kandung kemih postganglionik mempersarafi otot detrusor Serabut motorik skeletal melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna (merupakan

serabut saraf somatik) Persarafan simpatis: melalui saraf hipogastrik berhubungan dengan segmen L2

merangsang pembuluh darah dan memberi efek kontraksi

Page 5: Fisiologi Sistem Kemih

Sistem Pelviokalises

Refleks Mikturisi

Page 6: Fisiologi Sistem Kemih

Kontrol Volunter Berkemih

Refleks mikturisi adalah refleks medula spinalis yang bersifat otonom (dapat dihambat/difasilitasi pusat otak)

Pusat otak meliputi:1. Pusat fasilitasi dan inhibisi yang kuat di batang otak (pons)2. Pusat di korteks serebri mengubah sinyal inhibisi jadi eksitasi

Pengeluaran urin secara volunter:

Kendali akhir untuk proses mikturisi:1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar refleks mikturisi tetap terhambat

sebagian, kecuali jika diinginkan

Page 7: Fisiologi Sistem Kemih

2. Pusat yang lebih tinggi mencegah mikturisi dengan cara sfingter eksterna terus-menerus berkontraksi hingga saat yang tepat datang

3. Saat berkemih tiba, pusat kortikal memfasilitasi pusat mikturisi sakral untuk membantu memulai refleks mikturisi dan menghambat sfingter eksterna hingga pengeluaran urin terjadi

KELAINAN MIKTURISI

1. Atoni kandung kemih akibat destruksi serabut saraf sensorik

2. Automatic Bladder akibat kerusakan medula spinalis diatas daerah sakrum

3. Neurogenic Bladder yang tak terkendali akibat ketiadaan sinyal inhibisi dari otak