16
BAB I PENDAHULUAN Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan dan penyatuan bahan nukleus . Pembuahan, proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom. Pada umumnya, pembuahan mungkin saja terjadi dalam rentang satu minggu setelah calon ibu selesai haid atau 14 hari sebelum siklus haid berikutnya. Dengan kata lain, inilah masa subur calon ibu. Dalam 7 - 10 hari berikutnya, sel telur yang sudah dibuahi akan "tertanam" (implantasi) pada dinding rahim.

Fertilisasi Dan Implantasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses fertilisasi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat

berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau

peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan dan penyatuan bahan

nukleus . Pembuahan, proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba

fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan

ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama

kira-kira 24 jam.

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke

dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan

tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa

belum mampu menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.

Pada umumnya, pembuahan mungkin saja terjadi dalam rentang satu minggu

setelah calon ibu selesai haid atau 14 hari sebelum siklus haid berikutnya. Dengan kata

lain, inilah masa subur calon ibu. Dalam 7 - 10 hari berikutnya, sel telur yang sudah

dibuahi akan "tertanam" (implantasi) pada dinding rahim.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi

di ampulla tuba fallopi. Bagian ini bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat

dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup didalam saluran reproduksi wanita

selama kira-kira 24jam.

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam

saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba.

Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum

mampu membuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,yang

pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu,suatu selubung

glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang

membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi

yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom.

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh

protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang

diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa

tripsin.

a. Ovum

Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau

kadang-kadang lebih menjadi matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel

pendukung.Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak

dapat berjalan sendiri. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba

uterina, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan menggerakkannya

sepanjang tuba menuju ringga rahim.

Ada dua lapisan pelindung yang melindungi ovum. Lapisan pertama berupa

membran tebal tidak berbentuk, yang disebut zona pellusida.lingkaran luar yang

disebut korona radiata,terdiri dari sel-sel oval yang dipersatukan oleh asam

hialuronat. Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak

difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorpsi.

Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium. Dengan

gerakan seperti menyapu oleh fimbria tuba uterina, ia ditangkap infundibulum.

Selanjutnya ia masuk kedalam ampulae sebagai hasil gerakan silia dan kontraksi

otot. Sebuah ovum mungkin ditangkap /masuk kedalam infundibulum tuba yang

berlawanan. Keadaan ini disebut migrasi eksterna.ovum biasanya dibuahi dalam  12

jam  setelah ovulasi dan akan mati dalam 12 jam bila tidak segera dibuahi.

b. Spermatozoa

Spermatozoa terdiri 3 bagian yaitu:

Kaput(kepala) yang mengandung bahah nukleus.

Ekor berguna untuk bergerak

Bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor.

Pada saat coitus kira-kira  3-5 cc semen  ditumpahkan kedalam fornik

posterior, dengan jumlah spermatozoa  sekitar 200-500 juta. Dengan gerakan

ekotrnya sperma masuk kedalam kanalis servialis. Di dalam rongga uterus dn

tuba gerakan sperma terutama disebab kan oleh kontraksi otot-otot pada organ

tersebut. Sperma tozoa ,kira-kira 1 jam setelah coitus. Ampula tuba merupakan

tempat terjadinya fertilisasi. Hanya beberapa ratus sperma yang bisa mencapai

tempat ini. Sebagian besar mati sebagai akibat keasaman vagina, sebagian lagi

hilang/ mati dalam perjalanan. Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi

wanita sampai empat hari.

Pada fertilisasi mencakup 3 fase:

a. Fase 1 : penembusan korona radiate

Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita,

hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang

diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu

sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet

wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.

b. Fase 2 : penembusan zona pelusida

Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang

mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi

akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona

pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas

zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini

mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang

melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan

perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan

membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona

yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida

tetapi hanya satu yang menembus oosit.

c. Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma

Setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel

tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah

hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara

selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada

manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi

selaput plasma tertingal di permukaan oosit.

Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang

berbeda:

1) Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit

a) Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain

b) Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah

penambahan dan penetrasi sperma, dengan cara ini terjadinya polispermi dapat

dicegah

2) Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan

meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel

anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub

kedua, sel anak lainya adalah oosit defenitive. Kromosomnya (22+X) tersusun

didalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.

3) Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh

spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengurangi

kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungn dengan

awal embriogenesis.

Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali

dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus

pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis,

pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling

rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan, baik

pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-

nya. Jika tidak,masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan

mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal.

Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong

untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan

23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-

kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak kearah kutub yang

berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai

jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid

berpasangan bergerak kerah kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang

dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2

bagian.

Hasil utama pembuahan

1. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi,separuhnya dari ayah dan

separuhnya dari ibu. Oleh karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom

baru yang berbeda dari kedua orang tua.

2. Penetuan jenis kelamin baru. Spermatozoa pembawa X akan menghasilkan

mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y akan menghasilkan suatu

mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis kelamin kelompok mudigah tersebut

ditentukan saat pembuahan.

3. Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan, oosit biasanya akan beregenerasi

24jam setelah ovulasi.

Hal penting dalam proses fertilisasi:

a) Penyatuan spermatozoa dan oosit II untuk membentuk sel diploid zigot

b) Fertilisasi terjadi di ampula tuba

c) Ovum mengerluarkan zat gynogamon yang terdiri dari fertilizing

d) Spermatozoa mengeluarkan zat androgamon

e) Kapasitasi di sperma pengkondisian sperma dan akrosomnya untuk

menembus membran sel

f) Reaksi akrosom

g) Sperma melepas enzim untuk mencerna sel corona radiata dari zona pelusida

untuk menembus oosit

h) Fusi pronukleus

Sperma yang menembus oosit kehilangan flagelum dan membran

nukleusnya sehingga pronukleus betina dan jantan bersatu, DNA nya

bereplikasi dan kromosomnya berbaris pada bidang ekuator serta pembuahan

mitosis pertama langsung terjadi.

2. Implantasi

Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil

konsepsi ke dalam endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut

trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula

mencapai rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan

endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua.

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan masuk ke

dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi.

Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua. Nidasi

terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.

Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel

yang lebih kecil, terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entederm dan yolk

salc. Sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang

amnion. Sehingga terbentuk lempeng embrional (embryonal-plate) diantara ruang

amnion dengan yolk salc.

Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigoh (embrio) akan melapisi

bagian dalam trofoblas, sehingga terbentuk sekat korionik (chorionic membrane)

yang nantinya menjadi korion. Sel-sel trofoblas terbagi menjadi 2 lapisan yaitu:

sitotrofoblas (bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar)

Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang disebut

chorion frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang

mendapat makanan sehingga menghilang disebut chorion leave. Dalam peringkat

nidasi trofoblas dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).

Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan

implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi

kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi

hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi.

Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan

memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari

ke-12 dari fertilisasi.

Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan

selanjutnya yaitu menjadi gastrula dan neurula. Selanjutnya zigot ini akan

berkembang menjadi embrio. 

Pembuatan Lapisan Lembaga. Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan di

sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke

dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus

primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang

membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak

berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena

kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.

Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga

lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh

manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk

epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan

kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem

peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi implantasi

BAB II

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi dasar. Yogyakarta : UGM  

Cambridde, 1998. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Sistem Reproduksi.  Jakarta :

EGC

Sadler, T.W, 1996. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta :EGC