35
FENOMENA DISTRIBUSI BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fenomena distribusi dan kelarutan sangat penting dipelajari dalam bidang farmasi karena kelarutan dapat membantu kita untuk memilih medium pelarut yang cocok untuk obat dan dapat digunakan sebagai uji kemurnian dari obat.Selain itu kelarutan dapat memberi penjelasan atau informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat. Pada dasarnya kelarutan suatu zat bias dipengaruhi oleh jenis pelarut yang ada dalam larutan, pengaruh pH, temperatur, konstanta dielektrik, bentuk dan ukuran partikel dan penampang zat-zat lain, disamping itu faktor yang aling penting dalam kelarutan suatu zat adalah polaritas A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., Apt KASANDRA K 150 2012 0293

fenomena kasandra

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Fenomena distribusi dan kelarutan sangat penting dipelajari

dalam bidang farmasi karena kelarutan dapat membantu kita untuk

memilih medium pelarut yang cocok untuk obat dan dapat digunakan

sebagai uji kemurnian dari obat.Selain itu kelarutan dapat memberi

penjelasan atau informasi mengenai struktur obat dan gaya antar

molekul obat.

Pada dasarnya kelarutan suatu zat bias dipengaruhi oleh jenis

pelarut yang ada dalam larutan, pengaruh pH, temperatur, konstanta

dielektrik, bentuk dan ukuran partikel dan penampang zat-zat lain,

disamping itu faktor yang aling penting dalam kelarutan suatu zat

adalah polaritas pelarut, penambahan polar akan melarutkan lebih

baik zat-zat polar, ionik dan begitu pula sebaliknya.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu obat-obat yang digunakan

dalam jangka panjang dan pendek.Dalam percobaan ini minyak

dimisalkan sebagai lemak dalam tubuh dan air suling sebagai cairan

tubuh.Obat yang efeknya panjang akan tersimpan di dalam lemak

yang memiliki durasi dan onset yang lama.Seangkan obat yang

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 2: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

efeknya pendek akan diserap langsung dalam cairan tubuh memiliki

durasi dan onset yang cepat di dalam tubuh.

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan

koefisien distribusi suatu zat di dalam minyak dan air..

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 3: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Umum

Air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa

sejenis, sedang minyak mineral dan benzene biasanya merupakan

pelarut untuk zat yang biasanya hanya sedikit larut dalam air.

Penemuan empiris ini disimpulkan dalam pernyataan like dissolve like.

Kelaruta bergantung pada pengaruh kimia, listrik, struktur yang

menyebabkan interaksi timbalm balik zat pelarut dan zat terlarut.

(Martin, 1999).

Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya

tidak saling bercampur. Jika ada kelebihan cairan atau suatu zat padat

ditambahkan kedalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat

itu akan mendistribusikan diri diantara dua fase sehingga masing-

masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan kedalam pelarut tidak

bercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan

larutan, maka zat tersebut akan didistribusikan diantara kedua lapisan

dengan konsentrasi tertentu (Mirawati, 2011).

Zat terlarut dapat berada sebagian atau keseluruhan sebagai

molekul terdisolusi dalam ion-ion salah satu fase tersebut. Hukum

distribusi ini diginakan untuk konsentrasi zat yang umum pada kedua

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 4: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

fase, yaitu monomer atau molekul sederhana dari zat tersebut (Martin,

1999).

Apabila ditinjau suatu zat tunggal yang terlarut dalam 2 macam

pelarut cairan yang tidak saling bercampur, maka dalam sistem

tersebut tidak akan terjadi keseimbangan (equilibrium) sebagai berikut

Zat terlarut Zat terlarut luar

Fase bawah Fase atas

Menurut hukum termodinamika, pada keadaan seimbang ini

nisbih (ratio) aktivitas species terlarut dalam kedua fase tersebut

disebut hukum distribusi Nerst. Biasanya aktivitas dapat diganti

dengan konsentrasi, sehingga hukum itu dapat ditulis sebagai berikut :

K = Cu

Cl

Dimana : K = Koefisien distribusi

Cu = Koefisien dalam fase atas

Cl = Koefisian dalam fase bawah

Koefisien partisi tergantung pada suhu, bukan merupakan

fungsi konsentrasi absolute zat atau volume kedua fase tersebut

(Martin, 1999).

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada siat fisika dan kimia

zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur,

tekanan, pH, larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung

pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1999).

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 5: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalma

campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi

diri diantara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika

zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah

yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap

berdistribusi di antara kedua lapisan dengan perbandingan

konsentrasi tertentu (Martin, 1999).

Untuk memproduksi suatu respon biologis, molekul obat

pertama-tama harus menyeberangi suatu membran biologis beraksi

sebagai suatu pembatas lemak untuk kebanyakan obat-obat dan

mengizinkan absorbsi zat-zat yang larut dalam lemak dengan difusi

pasif sedangkan zat-zat yang tidak larut dalam lemak dapat mendifusi

menyeberangi pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar, jika

tidak sama sekali. Hubungan antara konstanta disolusi, kelarutan

dalam lemak, dan pH pada tempat absorbsi serta karakteristik

absorbsi dari berbagai obat merupakan dasar dari teori pH-partisi.

Penentuan derajat disosiasi atau harga pKa dari zat obat merupakan

suatu karakteristik fisika-kimia yang relatif penting terhadap evaluasi

dari efek-efek yang mungkin pada absorbsi dari berbagai tempat

pemberian (Ansel,2005).

Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik

atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 6: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

lemak dan interaksi dengan makro molekul pada reseptor kadang-

kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari

obat (Martin, 1999).

Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai

konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan

tekanan tertentu, kelarutan dinyatakan dalam mililiter pelarut yang

dapat melarutkan suatu gram zat, pelepasan zat dari bentuk

sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia zat-zat

tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat diabsorbsi setelah

zat aktifnya larut dalam cairan tubuh sehingga salah satu usaha

mempertinggi efek farmakologinya dari sediaan adalah dengan

menaikkan kelarutan zat aktifnya (Martin, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah

pengaruh sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan

antara lain bahwa senyawa yang larut baik dalam bentuk lamak

terkonsentrasi dalam jaringan yang mengandung banyak lemak

sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak diambil oleh jaringan

lemak karena itu ditentukan terutama dalam ekstrasel (Ernest, 1999).

Pengaruh distribusi telah disebut pengaruh obat artinya

membawa bahan obat terarah kepada tempat kerja yang diinginkan

dari segi terapeutik kita mengharapkan distribusi dapat diatur artinya

konsentrasi obat pada tempat kerja lebih besar dari pada konsentrasi

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 7: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

di tempat lain pada organisme, walaupun demikian kemungkinan

untuk mempengaruhi pada distribusi dalam bentuk hal kecil, pada

kemoterapi tumor ganas sebagian dicoba melalui penyuntikan atau

infus sitostatika ke dalam arteri memasok tumor untuk memperoleh

kerja yang terarah (Ernest, 1999).

Begitu pula kelarutan asam organic lain dapat mempunyai

keadaan demikian, yaitu dapat larut dalam air ataupun dapat larut

dalam lemak. Aplikasi di bidang Farmasi adalah apabila ada zat

pengawet untuk senyawa organic berada dalam emulsi, maka

pengawet ini sebagian larut dalam minyak. Ini berarti kadar pengawet

akan meninggikan air menuju ke minyak. Padahal zat pengawet

bekerja dalam media air. Perlu diketahui bahwa perbandingan

kelarutan ini dipegaruhi oleh beberapa faktor antara lain yang

berpengaruh pada pH larutan (Efendi, 2003).

2. Uraian Bahan

1. AQUADEST (Ditjen POM,1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur : H – O – H

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 8: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. ASAM BENZOAT (Ditjen POM, 1979 : 49)

Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama Lain : Asam benzoat

RM/BM : C7H6O2/122,12

Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air,

dalam lebih kurang 3 bagian etanol 95%P,

dalam 8 bagian kloroform,dan dalam 3

bagian eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

3. ASAM BORAT (Ditjen POM, 1979:49)

Nama Resmi : ACIDUM BORICUM

Nama Lain : Asam borat

RM/BM : H3BO3/61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik

mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak

berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian

manis

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 9: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air

mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%),dan

dalam 5 bagian gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

4. NaOH (Ditjen POM, 1979 : 589)

Nama Resmi : NATRII HYDROXIDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus struktur : Na – O - H

Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur,

berbentuk pellet, serpihan atau batang atau

bentuk lain, keras, rapuh.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai titran

5. MINYAK KELAPA (Ditjen POM, 1979 : 456)

Nama Resmi : Oleum Cocos

Nama Lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning

pucat, bau khas, tidak tengik.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 10: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P, pada

suhu 60o, sangat mudah larut dalam

kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

6. FENOLFFTALIN (Dirjen POM 1979:662)

Nama Resmi : PHENOLPHTHALEINUM

Nama Lain : Fenolftalein

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan

lemah, tidak berbau, stabil di udara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

etanoil, agak sukar larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai indicator

3. Prosedur Kerja (Anonim, 2007)

Timbang seksama 100 mg asam borat, larutkan dalam 100 ml

aquadest.

Pipet 50 ml dari larutan tadi, masukkan dalam corong pisah,

tambah dengan 50 ml minyak kelapa. Kocok dan biarkan

selama 15 menit.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 11: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

Ambil sebanyak 25 ml, titrasi dengan NaOH dan tambahkan

indicator PP secukupnya hingga larutan berubah warna merah

mudda. Lakukan hal yang sama dengan asam benzoate.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 12: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB III

PROSEDUR KERJA

1. Alat dan Bahan

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu

gelas kimia 250 ml, gelas ukur 100 ml, gelas ukur 50 ml, corong

pisah 250 ml, corong, Erlenmeyer 100 ml, biret 50 ml, penyangga

corong pisah, statif dan klem.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

Aquadest, Asam Borat, Asam Benzoat, aluminium foil, indikator

Fenolftalein, kertas timbang, minyak kelapa, NaOH dan tissue.

2. Langkah Percobaan

Menentukan koefisien partisi menggunakan minyak.

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang 50 mg asam borat

3. Dilarutkan 50 mg asam borat dalam erlenmeyer dengan 50 ml

air aquadest

4. Diambil sebanyak 25 ml dari larutan tersebut, dimasukkan

dalam corong pisah dan ditambahkan dengan 25 ml minyak

kelapa.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 13: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

5. Dikocok selama beberapa menit campuran didalam corong

pisah, diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan

memisah satu sama lain.

6. Dibuka kembali tutup corong pisah, lalu dipisahkan air dan

minyak dengan menampung dlam Erlenmeyer.

7. Ditambahkan indicator Fenolftalein sebanyak 3 tetes dalam

Erlenmeyer.

8. Larutan dititrasi dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai

terjadi perubahan waran inikator dari bening menjadi merah

muda

9. Dicatat volume titran yang digunakan.

10.Diulangi kembali prrosedur diatas dengan sampel Asam

Benzoat.

Menentukan koefisien partisi tidak menggunakan minyak.

1. Ditimbang 100 mg asam borat dan bebzoat, lalu masukkan

dalam Erlenmeyer 250 mL

2. Dilarutkan dengan aquadest, kemudian dicelupkan dalam

volume larutan hingga 100 mL

3. Diteteskan indicator fenoftalin sebanyak 3 tetes

4. Dititrasi dengan menggunakan NaOH baku hingga berubah

warna dari bening menjadi merah muda

5. Hitung volume koefisien partisi.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 14: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan Perhitungan

a) Hasil pengamatan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil

pengamatan sebagai berikut :

- Penetuan kadar Asam Borat

Erlemeyer Volume titran

Asam borat (tanpa minyak) 0,6

Asam borat (minyak) 0,1

Asam Benzoat (tanpa minyak) 0,3

Asam Benzoat (minyak) 1,5

- Penentuan Koefisien Partisi

Erlemeyer Kadar Asam Borat (mg/ml) Koefisien

distribusiDalam air Dalam

Minyak

Asam Borat 3,7104 % 2,47 % -0,833 %

Asam Benzoat 73,26 % 14,562 % -0,8 %

b). Perhitungan

1. Kadar Asam Borat:

- Tanpa minyak

%Kadar=V .Titrasi x N NaOH x B Setara X fpB . sampel x Fk

x100 %

¿0,1 X 0,1X 6,18 X 4

100 X 0,1x 100 %

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 15: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

¿2,472 %

- Dengan minyak

%Kadar=V .Titrasi x N NaOH x B Setara X fpB . sampel x Fk

x100 %

¿0,6 X 0,1 X 6,16 X 4

100 X 0,1x100 %

¿3,7104 %

2. Kadar Asam Benzoat

- Tanpa minyak

%Kadar=V .Titrasi x N NaOH x B Setara X fpB . sampel x Fk

x100 %

¿1,5x 0,1x 12,21x 4

100 X 0,1x 100 %

¿73,26 %

- Dengan minyak

%Kadar=V .Titrasi x N NaOH x B Setara X fpB . sampel x Fk

x100 %

¿0,3 X 0,1 X12,21 X 4

100 X 0,1x 100 %

¿14,652 %

3. Penentuan koefisien partisi asam borat dan asam benzoat

a. Asam Borat: K=CB−CACA

¿2.472−14,82

14,82

¿ -0,833 %

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 16: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

b. Asam Benzoat K=CB−CACA

¿14,652−73,26

73,26

¿−0,8 %

3. Pembahasan

Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi

kasetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling

bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien disribusi adalah

pelarut pertama dan pelarut yang kedua.

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi

suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur,

tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa

terlarut dalam dua fase yaitu strutur dan molekul.

Pada percobaan fenomena distribusi ini, terlebih dahulu

disiapkan alat dan bahan kemudian ditimbang 50 mg asam borat. Lalu

dilarutkan 50 mg asam borat dalam erlenmeyer dengan 50 ml air

aquadest. Diambil sebanyak 25 ml dari larutan tersebut, dimasukkan

dalam corong pisah dan ditambahkan dengan 25 ml minyak kelapa.

Tujuan digunakannya corong pisah ini adalah untuk memudahkan

dalam memisahkan dua fase cairan, dalam hal ini antara minyak dan

air. Setelah terpisah maka cairan yang terdapat di bagian bawah

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 17: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

corong dikeluarkan (fase air) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Kemudian dikocok selama beberapa menit campuran didalam corong

pisah, diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah

satu sama lain. Dibuka kembali tutup corong pisah, lalu dipisahkan air

dan minyak dengan menampung dlam Erlenmeyer. Ditambahkan

indicator Fenolftalein sebanyak 3 tetes dalam Erlenmeyer. Larutan

dititrasi dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi

perubahan waran inikator dari bening menjadi merah muda. Dicatat

volume titran yang digunakan kemudian ulangi percobaan tersebut

tetapi zat ujinya diganti dengan asam benzoat.

Pada percobaan ini diperoleh hasil untuk penentuan kadar

asam borat yang menggunakan minyak dan tanpa minyak yaitu

3,7104% dan 2,47%. Sedangkan penentuan kadar asam benzoate

yang menggunakan minyak dan tanpa menggunakan minyak adalah

73,26% dan 14,562%

Pada percobaan penentuan koefisien distribusi pada asam

borat yang menggunakan minyak diperoleh hasil yaitu -0,833%.

Sedangkan pada asam benzoate yang menggunakan minyak adalah -

0,8%.

Perbedaan hasil perhitugan kadar yang diperoleh ini

disebabkan adanya kesalahan dalam praktikum karena hasil yang

paling tepat dari percobaan kita ini adalah jika asam borat labih

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 18: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

cenderung terlarut dalam minyak jika dibandingkan dengan

kelarutannya dalam air, faktor kesalahan tersebut seperti faktor

pengocokan larutan yang kurang baik dan waktu penentuan titik akhir

titrasi yang kurang tepat pula.

Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut yang saling tidak

bercampur, serta menentukan koefisien distribusi asam borat dalam

pelarut air dan minyak yang tidak saling bercampur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi;

1. Temperatur

2. Efek pelarut

3. Pengaruh konstanta dieletrik

4. Katalis

5. Katalis asam basa spesifik

Aplikasi fenomena distribusi ini dalam bidang farmasi antara lain

untuk zat pengawet senyawa organik berada dalam emulsi maka

pengawet ini sebagian larut dalam air dan sebagian lagi larut dalam

minyak. Ini berarti kadar pengawet yang ditambahkan harus berlebihan

dari yang semestinya, karena sebagian zat pengawet akan meninggalkan

air dan menuju minyak. Contoh lain untuk mengetahui kemampuan

terdispersi suatu zat pada berbagai pelarut, dimana di dalam bidang

farmasi sangat penting untuk memformulasi suatu sediaan obat yang

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 19: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

merupakan campuran dari berbagai bahan agar bila suatu zat / senyawa

yang berfungsi sebagai bahan obat dapat ditentukan kemungkinan

keberadaannya dalam melewati rute pemberian obat, sehingga dapat

memberikan efek terapi sesuai yang diinginkan.

Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu

larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi

merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya.

Koefisien partisi harus dipertimbangkan dalam pengembangan

bahan obat menjadi bentuk obat. Koefisien partisi (P) menggambarkan

rasio pendistribusian obat kedalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut

organik dan air. Bila molekul semakin larut lemak, maka koefisien

partisinya semakin besar dan difusi trans membran terjadi lebih mudah.

Tidak boleh dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan air,

sehingga bila koefisien partisi sangat tinggi ataupun sangat rendah maka

hal t ersebut merupakan hambatan pada proses difusi zat aktif.

Kecepatan absorbs  obat sangat dipengaruhi oleh koefisien

partisinya. Hal ini disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian

besar terdiri dari lipida. Dengan demikian obat - obat yang sukar larut

dalam lipida akan dengan mudah melaluinya. Sebaliknya obat – obat yang

sukar larut dalam lipida akan sukar diadsorbsi. Obat-obat yang larut dalam

lipida tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien partisi lipida-air yang

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 20: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki

koefisien partisi yang sangat kecil.

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yangg diketahui & diperlukan untuk bereaksi secara lengkap

dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Metode titrasi

yang digunakan adalah alkalimetri yang dilakukan berdasarkan reaksi

netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi dengan titran basa akan

bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat diperoleh titik

akhir titrasi dengan melihat perubahan warna larutan dari bening menjadi

merah muda akibat penambahan indicator basa yaitu PP sebelum

dititrassi dimana trayek pH dari PP adalah 8,3-10,0.

Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri

yang digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah

ditambahkan indicator PP dititrasi dengan titran yang bersifat basa,dimana

akan terjadi reaksi antara sampel asam yaitu asam borat atau assam

benzoate dengan titran basa yaitu NaOH membentuk larutan garam. Hal

ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat telah habis bereaksi

dengan NaOH dan disebut titik equivalen. Pada titik equivalen ini belum

terjadi perubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja larutan NaOH

akan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi

merah muda yang berasal dari reaksi antara titran basa dengan indicator

PP.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 21: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB VI

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka

dapat diperoleh kesimpulan penentuan kadar asam borat

menggunakan minyak dan tanpa menggunakan minyak adalah

3,7104 dan 2,47%. Kadar asam Benzoat adalah 73,26 dan 14,562%.

Penentuan koefisien partisi Asam Borat adalah -0,833% sedangkan

Asam Benzoat adalah 0,8%.

2. Saran

Melalui laporan praktikum ini, kami menyarankan sebaiknya

di lengkapi sarana dan prasarana yang dapat menunjang aktifitas di

laboratorium, karena keterbatasan tersebut dapat menyebabkan

ketidak nyamanan pada saat praktikum.

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 22: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Idris. 2003. Bahan Kuliah Farmasi Fisika Jurusan Farmasi. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Ernest. 1999. Dinamika Obat. ITB. Bandung.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen

Kesehatan RI : Jakarta

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika Edisi III Jilid 1. UI Press : Jakarta

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika Edisi III Jilid 2. UI Press : Jakarta

Mirawati. 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia : Makassar

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 23: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

SKEMA KERJA

Menentukan koefisien partisi

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang 100 mg asam borat, dimasukkan kedalam

Erlenmeyer

Dilarutkan dengan aquadest hingga 100 ml

Diambil 25 ml dari larutan, dimasukkan kedalam corong

pisah, ditambahkan dengan 25 ml minyak kelapa.

Dikocok beberapa menit campuran didalam corong pisah,

selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisahkan

satu sama lain

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293

Page 24: fenomena kasandra

FENOMENA DISTRIBUSI

Dibuka tutup corong pisah, lalu dipisahkan air dan minyak

dengan menampung dalam Erlenmeyer

Ditambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes kedalam

Erlenmeyer

Dititrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N

sampai terjadi perubahan warna indicator dari bening ke

merah muda

Hitung koefisien partisi

A. MUMTIHANNA MURSYID, S. Farm., AptKASANDRA K150 2012 0293