58
Makalah Farmasi Klinik “Terapi Parenteral” Oleh Kelompok IV AGNES KAN N21113004 ALFIANTI N21113010 SUHERMAWAN N21113016 PARAMITHA OKTAVIANI N21113701 ANNISA WULANDARI N21113707 M. ASRAH HIDAYAH N21113713 MUSDALIPAH N21113719 PUTRI AYU N21113725 DOSEN MATA KULIAH: Dra. Hj. NURSIAH HASYIM, CES, Apt

Farmasi Klinik Klp IV (Terapi Parenteral)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

terapi parenteral

Citation preview

Makalah Farmasi Klinik

Terapi Parenteral

Oleh

Kelompok IVAGNES KAN

N21113004ALFIANTI

N21113010

SUHERMAWAN

N21113016

PARAMITHA OKTAVIANIN21113701

ANNISA WULANDARI N21113707

M. ASRAH HIDAYAH N21113713

MUSDALIPAH

N21113719

PUTRI AYU

N21113725DOSEN MATA KULIAH:Dra. Hj. NURSIAH HASYIM, CES, AptPROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013BAB IPENDAHULUANTerapi parenteral adalah terapi pengobatan dengan rute yang tidak melibatkan usus. Terapi parenteral meliputi injeksi, tetes mata, tetes telinga atau tetes hidung, salep, krim, patch, inhalasi dan sebagainya. Untuk tujuan tertentu terapi parenteral dapat meliputi sublingual, bukal atau sediaan rektal karena sediaan-sediaan tersebut tidak dipengaruhi oleh asam lambung, metabolisme hepatik atau tidak memberlkan seluruh usus untuk absorbsinya. Dalam makalah ini akan dibahas terutama tentang terapi injeksi, baik administrasi obat parenteral maupun pemberian cairan dan elektrolit.Sediaan parenteral berupa terapi injeksi merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskular, subkutis dan intradermal. Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurniaan yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Yang dimaksud dengan kemurnian yang tinggi itu antara lain harus steril.Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang biasa diberikan secara intravena.Produk parenteral, selain diusahakan harus steril juga tidak boleh mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemberian juga diusahakan tidak mengandung bahan pirogenik. Bebas dari mikroba (steril) dapat dilakukan dengan cara sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir, namun harus diingat bahwa ada bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan. Untuk itu dapat dilakukan teknik aseptik.BAB II

PEMBAHASAN

Rute Pemakaian Parenteral

Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan kerja obat.1. IntravenaInjeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah. Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.2. Intra ArteriInjeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk membanjiri suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogen mustard.3. Intratekal / lumbarDigunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan untuk infeksi system saraf pusat seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.

4. SubkutanInjeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuskular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula. Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vaskular disekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka dan bagian anterior paha. Tempat yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya. Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.5. IntramuskularRute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.PEMILIHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT I.VTerapi cairan parenteral dapat digunakan untuk periode beberapa jam atau beberapa hari bilamana pasien tidak dapat menerima cairan dan makanan melalui mulut. Untuk periode yang lebih lama, nutrisiparenteral dapat digunakan. Komponen cairan terapi parenteral adalah air dan elektrolit. Glukosa juga sering diinfuskan tetapi untuk memberikan kekuatan osmotik yang sesuai pada larutan karena energi yang terkandung dalam 5 % dekstrosa relatif rendah.Menilai kebututuhan pasien terhadap cairan dan elektrolit, keseimbangan cairannya, harus dilakukan dengan berbagai metode kemudian digabung untuk memberikan gambaran kebutuhan pasien secara keseluruhan. Tidak ada satu parameter (apabila parameter ini tidak digabung dengan parameter lain) yang dapat menggambarkan kondisi dehidrasi atau kelebihan cairan. Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala-gejala yang digunakan untuk menentukan keseimbangan cairan :

1. Haus (gejala dehidrasi yang paling dapat dipercaya untuk pasien dalam kondisi sadar)2. Turgor kulit (kulit nampak lembek jika dehidrasi)

3. Denyut nadi (tinggi bila dalam kondisi dehidrasi)

4. Perubahan berat badan (berguna untuk masa beberapa hari sebab perubahan secara cepat tidak mungkin disebabkan oleh makanan)

5. Daftar cairan masuk dan cairan keluar (sering kali kurang dapat dipercaya karena pengukuran volume cermat dan pencatatan yang kurang teliti) 6. Osmolalitas serum

7. Konsentrasi natrium, urea atau hemoglobin dalam serum (semuanya tinggi bila mengalami dehidrasi)8. Volume/osmolalitas urin (menunjukkan respon ginjal terhadap keseimbangan cairan) 9. Tekanan vena juguler (diamati dileher)

10. Tekanan vena sentral (diukur dengan memasukkan kateter ke dalam vena besar)Kekurangan cairan (dehidrasi) dapat menampakkan gejala anoreksia, mual, lesu, kelemahan, pusing ortostik atau sinkop. Tanda-tandanya meliputi denyut nadi melemah serta cepat, mata cekung, kulit lembek, hipotensi postural, dan pada kasus yang berat, syok, koma. Haus merupakan gejala utama jika pasien lebih banyak kehilangan air daripada natrium, tetapi idak jika khilangan air dan natrium seimbang misalnya pada perdarahan (hemoragik) atau keringat berlebihan.

Kelebihan cairan (volume overload) dapat bercirikan edema (seteleh kelebihan beberapa liter pemasukan) dan tanda-tanda gagal jantung (kongesti vena, dispenea, takikardi). Tanda-tanda kardiovaskuler lebih jelas bila pasien berdiri dan menjadi kurang jelas bila berbaring.

Pada beberapa keadaan, cairan dapat hilang ke dalam kompartemen yang tidak berkeseimbangan dengan plasma; hal ini meliputi luka bakar, ronga peritoneum, ruang retroperitonium dan lumen usus pada keadaan sembelit. Kedaan ini menyebabkan hivopolemia. Pada kondisi sepsis kapasitas vena meningkat dan menyebabkan hipovelemia.

Cairan tubuh mempunyai bermacam-macam komposisi elektrolit tetapi semuanya mempunyai kekuatan osmotik yang sama (osmolalitas atau osmolaritas). Semua sel mengandung konsentrasi kalium tinggi dan konsentrasi natrium rendah tetapi sebaliknya plasma darah mempunyai natrium dalam konsentrasi tinggi dan kalium dalam konsentrasi rendah. Bila direncanakan untuk memberikan cairan infus, dokter dan farmasis perlu memperhatikan kehilangan air, natrium dan kalium yang dialami pasien.

Kehilangan cairan normal tergantung pada konsumsi cairan tetapi untuk menjaga agar fungsi ginjal pada orang dewasa tetap baik, konsumsi air setiap hari seharusnya minimal 500 ml, lebih baik bila 1 liter. Pernapasan dan berkeringat menyebabkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 500-1.000 ml per hari tetapi jumlahnya ini meningkat 10% untuk kenaikan setiap derajat suhu tubuh pasien yang demam dan juga meningkat pada suhu ruangan yang tinggi. Kehilangan cairan melalui tinja biasanya 100-200 ml per hari kecuali bila pasien tersebut muntah atau diare, keadaan dimana kehilangan cairan sangat besar. Cairan diare mengandung kalium konsentrasi tinggi dan hal ini harus diingat bila merencanakan untuk memberikan penggantian cairan.

Meskipun konsumsi cairan dan makanan sedikit, ginjal normalnya mengekskresi sedikitnya 20 mmol kalium per hari dan ini harus diganti. Jadi normal apabila menginfuskan sekitar 60 mmol kalium per hari karena ginjal dapat mengekskresi setiap kelebihan kalium. Sebaliknya ginjal mengatur jumlah natrium yang diekskresi setiap hari berdasarkan pada jumlah yang dikonsumsi, dan sedikitnya diperlukan 70 mmol natrium per hari.

Tabel 1 Penyebab kehilangan air atau garam Kehilangan Na+ melalui luar ginjal

Gastrointestinal (muntah,penghisapan nasogatrik, pengurasan, fistula, diare)

Kulit/pernapasan (kehilangan cairan yang tiak disadari, keringat luka bakar) Perdarahan

Kehilangan Na+ dan air melalui ginjal Diuretika

Diuresis osmotik

Hipoaldosteronisme

Salt-wastingi nephropathies

Kehilangan air melalui ginjal Diabetes insipidus

Penurunan curah jantung

Miokardial, valvuler atau penyakit perikardial

Redistribusi

Hipoalbuminemia (sirosis hati, sindroma nefrotik)

Kebocoran kapiler (pankreatitis akut, ischaemic bowel, rhabdomyolysis)

Peningkatan kapasitas vena

Sepsis

Terapi cairan pada orang dewasa normal :Untuk pasien dewasa yang dapat makan atau minum dan tidak mengalami kehilangan cairan yang tidak normal dalam jumlah besar atau syok, pemberian cairan seperti yang tertera berikut ini sudah dapat memenuhi kebutuhan cairan :

a. 1,5 2,5 liter cairan per hari ditambah penggantian cairan setiap kehilangan cairan yang tidak normal.

Ini berarti kira-kira 10ml/kg/hari atau 30ml/kg/hari ditambah kehilangan cairan dalam urin

b. Ginjal normal dapat mengatasi berapa pun kelebihan natrium dengan baik dan konsumsi 70 mM natrium per hari biasanya sudah cukup (kira-kira 500 ml 0,9 % natrium klorida atau 2-3 liter dekstrosa-saline) tetapi dapat diberikan lebih banyak 70 mM natrium per hari bila diinginkan.

c. Pengendalian kalium kurang responsive dan diekskresi secara terus menerus kira-kira 20 mM/ hari meskipun tidak ada yang dikonsumsi. Oleh karena itu pemberian kalium sebesar 40-60 mM/hari sudah sesuai untuk memenuhi kebutuhan per hari. Muntah dan diare meningkatkan pengeluaran kalium.

d. Dekstrosa dimetabolisme dengan cepat, baik dalam sel otot maupun dalam sel hati, dan dipengaruhi insulin. Hasil efektif penginfusan larutan dekstrosa berupa penambahan air ke dalam sistem. Larutan dektrosa ini terdistribusi dengan cepat ke seluruh kompartemen tubuh, tidak seperti elektrolit yang sebagian besra tertahan pada kompartemen vaskuler. Pemilihan dekstrosa atau saline tergantung pada cara kehilangan cairan. Jika cairan yang hilang mengandung garam atau berasal dari vaskulasi (misalnya perdarahan) maka penambahan salin lebih sesuai, tetapi jika tidak (misalnya kehilangan cairan dari pernapasan atau penguapan) maka dekstrosa lebih disukai. Larutan dekstrosa 5 % dapat digunakan untuk menambah cairan tubuh hingga mencapai volume yang diinginkan.

e. Larutan yang diberikan seharusnya isotonik dengan plasma untuk menghindari nyeri, plebitis, dan kerusakan sel-sel darah. Larutan yang konsentrasinya setengah normal (misalnya natrium klorida 0,45 %) hingga konsentrasi dua kali normal (misalnya dekstrosa 10 %) dapat diterima oleh vena perifer (110-500 mOsm/L). Larutan lain harus dihindari atau dimasukkan ke dalam vena sentral. Larutan dekstrosa 5 %, Natrium klorida 0,9 % dekstrosa-saline dan Hartamanns semuanya hampir isotonik dengan plasma.

f. Pada pasien normal, kecepatan infus adalah volume cairan yang dibutuhkan pasien per hari yang dihitung dalam waktu 24 jam.

Pada pasien dehidrasi, kecepatan infus seharusnya menggantikan setengah kekurangan cairan diinfuskan dalam waktu 12-24 jam. Untuk pasien yang sakit parah, seperti kolera atau syok sepsis (septic shock) mungkin diperlukan laju infus yang lebih cepat.

Memilih kristaloid atau koloid

Dekstrosa, dekstrosa saline, natrium klorida 0,9%, larutan Ringers dan larutan Hartmanns adalah koloid dan menahan air dalam sirkulasi. Infus koloid biasanya tidak diperlukan kecuali bila ada perdarahan hebat. Keuntungan dan kerugian pemberian koloid adalah sebagai berikut:

a. Darah

Mahal dan beresiko tinggi terhadap infeksi silang (hepatitits B dan C, HIV). Jenis darah yang diinfuskan harus dicocokkan dengan darah pasien tetapi baik untuk mengganti kehilangan darah (misalnya perdarahan gastro-intestinal, ruda paksa). Furosemid dapat diberikan untuk mencegah kelebihan cairan (fluid overload) atau sediaan sel mampat (packed cell) dapat digunakan. Fraksi Protein Plasma (FPP) tidak lebih baik dari sediaan koloid lainnya.b. Human albumin

Human albumin mendapat perlakuan panas untuk mengurangi resiko infeksi dan mengandung natrium. Larutan 5% human albumin iso-osmotik dengan plasma.

c. Larutan gelatin

Larutan gelatin terbuat dari tulang rawan hewan dan mungkin dapat menyebabkan alergi pada beberapa pasien. Larutan gelatin dieliminasi oleh ginjal. Contoh: Haemaccel dan Gelofusin.

d. Amilum dan polimer glukosa

Memiliki resiko alergenik yang rendah tetapi dapat mengganggu tes yang dilakukan untuk menentukan kompatibilitas darah donor dan resipien sebelum dilakukan transfuse (cross-matching). Amilum dan polimer glukosa dieliminasi oleh hati dan ginjal dalam jumlah yang berbeda. Contoh: Dekstran, Hetastarch dan Pentastarch.Penggantian cairan pada pembedahanDari pengukuran cairan yang hilang selama pembedahan disarankan bahwa banyak pasien memerlukan 10-15 ml/kg/jam cairan selama pembedahan berlangsung. Beberapa diantaranya meningkat kebutuhannya karena meningkatnya penguapan jaringan yang terpapar. Waktu pemulihan lebih cepat pada pasien yang diberi sejumlah cairan cukup sebelum dan selama pembedahan, termasuk selama prosedur laparoskopik yang paparan dengan jaringan minimal. Selama pembedahan, terjadi peningkatan sekresi vasopressin yang menetap. Efek ini berakhir untuk jangka waktu mulai dari 12 jam (pada pembedahan minor) hingga 5 hari (pada pembedahan major) dan dapat diperpanjang bila terjadi sepsis. Selama periode ini diperlukan volume cairan yang lebih sedikit, kelebihan cairan dapat menyebabkan hiponatremia (hyponatremia). Orang dewasa seharusnya memperoleh kira-kira 2 liter/hari hingga 3 liter/hari hingga volume urin meningkat.

Cairan pada anak-anak

Anak-anak memerlukan lebih banyak cairan dibanding orang dewasa:

0 10kg berat badan4 ml/kg/jam

10-20kg berat badan3 ml/kg/jam

>20kg berat badan

1-2 ml/kg/jam (seperti pada orang dewasa)Cairan infus spesifik

a. Infus kalium

Menginfuskan larutan kalium dapat sangat menimbulkan nyeri dan dapat menyebabkan aritmia jantung (cardiac arrhythmias) atau bahkan kematian. Menambahkan kalium klorida kedalam larutan infus tanpa pengocokan yang cermat dapat menyebabkan pencampuran yang tidak sempurna (pembentukan lapisan) dan menyebabkan infus larutan kalium dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Tidak ada satu pun pedoman yang lengkap dan dapat dipercaya untuk menghindari masalah tetapi hal-hal berikut ini dapat membantu :

1. Gunakan sediaan larutan yang telah dicampur, sedapat mungkin untuk menghindari kekeliruan dan pencampuran yang tidak sempurna dalam kantong infus.

Misalnya: Larutan 20, 30 dan 40mM/L kalium dalam dekstrosa, saline dan dekstrosa-saline yang tersedia secara komersial.

2. Jika diperlukan konsentrasi yang lebih tinggi, infuskan sepelan mungkin.

Misalnya: 20 mM/jam dianggap batas kecepatan /laju yang sesuai. (1mM / kg / jam untuk anak-anak).

3. Untuk sistem pemasukan karena gaya gravitasi (gravity-feed), jangan menginfuskan kelarutan lebih dari 80mM/L.4. Larutan dengan konsentrasi lebih tinggi digunakan dengan sistem pompa (syringe pump) yang dikendalikan dengan cermat.

Karena adanya beberapa kematian pasien akibat kekeliruan menginjeksikan natrium klorida dengan kalium klorida, beberapa rumah sakit memberlakukan peraturan khusus untuk meminimalkan resiko ini :

1. Mereka hanya menggunakan larutan yang sudah tersedia secara komersial, yang mengandung kalium klorida 20-80 mmol / liter. Instalasi dapat menyiapkan larutan kalium klorida dengan konsentrasi yang diinginkan bila tidak tersedia secara komersial (sangat jarang dibutuhkan kalium klorida dengan konsentrasi yang tidak tersedia dipasaran).

2. Ampul kalium klorida ditarik dari semua ruang perawatan dan hanya disimpan dalam instalasi farmasi.

3. Jika ruangan tertentu perlu menyimpan kalium klorida, maka kalium klorida diperlakukan sebagai obat khusus yang memerlukan penyimpanan terpisah dan catatan pemberian obat, seperti obat-obat golongan narkotika (opiat). Peraturan tersebut menjamin ampul kalium terpisah dari tempat penyimpanan obat lain dari ruangan sehingga mengurangi kemungkinan tercampurnya ampul kalium klorida dengan obat-obat lain.

b. Infus Natrium Bikarbonat

Indikasi pemberian natrium bikarbonat adalah asidosis metabolik (dosis dititrasi sesuai dengan tingkat asidosis dan respons pasien), henti jantung (cardiac arrest) (biasanya berupa injeksi bolis 50mM, sebaiknya dengan pemantauan gas-darah diantara pemberian dosis), dan alkalinisasi urin pada keracunan antidepresan trisiklik atau aspirin (biasanya infus i.v diberikan dengan kecepatan yang dapat menjaga pH urin sama dengan 7 atau lebih), Diuresis yang dipaksakan, yaitu dengan memberikan cairan dalam volume yang besar, sekarang sudah tidak lakukan lagi).Masalah-masalah antara lain :

1. Alkalosis yang diakibatkan pengobatan asidosis yang berlebihan, dan lebih berbahaya dari pada asidosis. Konsentarsi kalium dalam serum dapat menurun drastis, dan dapat mempengaruhi fungsi otot dan saraf.

2. Pemberian infus dapat menyebabkan terajdinya paradoks yaitu peningkatan kadar CO2 dalam cairan serebrospinal yang mengakibatkan depresi pernapasan, koma dan memperburuk asidosis. Hipoksia jaringan (tissue hypoxia) dapat terjadi meskipun oksigenasi haemoglobin baik karena adanya peningkatan afinitas haemoglobin oksigen.

3. Setiap mM bikarbonat disertai dengan 1 mM natrium yang dapat menimbulkan kegagalan jantung (heart failure).

4. Bikarbonat tidak dapat bercampur dengan kebanyakan obat dalam infus.

5. Konsentrasi tinggi bersifat sangat korosif dan dapat menyebabkan luka ekstravasasi serius karena kekuatan osmotik yang tinggi.

6. Konsentrasi yang lebih rendah mengakibatkan pemberian infus dengan volume besar.

Untuk mengurangi masalah, digunakan dosis minimum natrium bikarbonat. Pada penghentian kerja jantung volume cairan harus sedikit mungkin sehingga digunakan larutan 4,2% atau 8,4% tetapi pada keadaan lain lebih baik untuk menggunakan larutan yang mendekati isotonis seperti larutan dengan konsentarsi 1,27% atau 1,40%. MEMBERIKAN OBAT DALAM BENTUK INJEKSIPasien sebaiknya tidak diberikan terapi parenteral bila terapi per oral dapat dilakukan, karena terapi per oral pada umumnya lebih aman, lebih murah dan lebih mudah digunakan. Jika terapi per oral tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka dipertimbangkan untuk memberikannya dengan rute non-injeksi sebelum diberikan dengan rute injeksi. Dengan menghindari terapi dengan injeksi, maka :

1. Meningkatkan mobilitas pasien, lebih mudah dan tidak menimbulkan rasa nyeri.

2. Berkurangnya kemungkinan komplikasi yang berkaitan dengan injeksi, seperti tromboflebitis.3. Waktu yang diperlukan oleh tenaga medis untuk memberikan dan oleh pasien untuk menerima pengobatan lebih sedikit

4. Mengurangi lama tinggal di rumah sakit karena pemberian obat sendiri (self administration) lebih memungkinkan dan komplikasi lebih sedikit

5. Obat dan biaya tambahan lebih murah, pelatihan staff lebih sedikit dan penanganan bahan buangan lebih mudahAda saatnya lebih baik menggunakan sediaan injeksi atau terapi parenteral yaitu :

1. Obat dirusak oleh asam lambung atau obaat tidak di absorbsi misalnya insulin, heparin, gentamisin.2. Obat diabsorbsi tetapi dikeluarkan cepat akibat metabolisme lintas utama misalnya nitrat, verapamil.3. Makanan mempengaruhi absorbsi misalnya fenitoin dan larutan nutrisi enteral.4. Jika pasien tidak mau, atau tidak dapat menelan misalnya stroke, tidak sadar, gangguan jiwa.5. Usus tidak berfungsi dengan baik misalnya pembedahan, diare yang parah, muntah, sindroma short-bowel.6. Diperlukan absorbsi yang sangat cepat misalnya adenosin, beberapa antibiotik, antiaritmia, anastetik.7. Diperlukan kadar yang tinggi dalam jaringan misalnya antibiotik pada infeksi yang parah.8. Diperlukan pelepasan obat perlahan dan sediaan oral tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut misalnya nikotin, hormon9. Bilamana diperlukan penyesuaian dosis secara terus menerus misalnya nitropusid dan morfin.Tabel 2. Kerugian lain pada penggunaan rute intravena

Kerugian Contoh

Risiko toksisitas obat lebih tinggi karena tidak dapat ditarik kembali.Kalium kloridatoksisitas local dan sistemik bila tidak diberikan secara benar

Bolus morfin

Memerlukan pelatihan dan teknik khusus untuk meminimalkan kontaminasi mikroba dan resiko.

Masalah penyimpanan dan pembuangan peralatan bekas pakai untuk menghindari resiko HIV dan hepatitis.Jarum dan alat suntik

Teknik pemberian lebih kompleks-cenderung keliruPemilihan pelarut yang salah, laju infuse yang salah akan mengurangi efektifitas, meningkatkan toksisitas atau biaya.

Rute yang salah (intratekal daripada intravena)

Karena terapi intravena mempunyai banyak resiko dan kerugian, maka beberapa alternatif bentuk injeksi yang dapat digunakan dapat dilihat pada Table 3. rute intravena (i.v.) dan intramuskuler (IM) ditujukan untuk menghantarkan obat ke seluruh tubuh. Banyak rute lain yang dipilih untuk memberikan efek lokal, mungkin untuk mencegah obat mencapai bagian tubuh yang lain dalam konsentrasi yang tinggi dan menyebabkan toksisitas. Beberapa rute, terutama intratekal, intrakardiak dan intra-arterial, memerlukan teknik khusus dan staf yang berpengalaman karena bahaya yang dapat ditimbulkannya.

Tabel 3 Rute injeksi non-intravena

Rute KeuntunganKeterbatasanContoh

Subkutan (S.C)Absorbs lebih cepat dibandingkan per oral.

Teknik sederhana.

Memungkinkan untuk melakukan sendiri.Vol. maksimum 2 mL.

Tidak untuk larutan yang mengiritasi.

Lebih nyeri daripada iv.

Tidak disarankan bila sirkulasi ditempat injeksi jelek misalnya syok atau jika tempat injeksi radang atau bengkak.Heparin untuk profilaksis thrombosis vena-dalam (TVD).

Tempat injeksi: bagian paha luar, lengan, dinding perut di bawah pusar.

Hipodermoklisis

(rehidrasi dengan rute sk)Untuk pasien yang tidak mempunyai akses lainTidak untuk larutan yang mengiritasi2 L dalam 24 jam, lebih jika dapat ditoleransi.

Saline/dekstrosa/dekstrosa saline +/- kalium klorida 10 mmol/L

Intramuskuler (I.M)Dapat diberikan larutan dalam air atau minyak untuk efek cepat atau depo Vol. maksimal 2 mL tempat gluteal, 1 mL tempat deltoid dan hingga 4 mL pantat. (catatan: diklofenak 75 mg im= 3 mL)

Sangat nyeri.

Tidak disarankan jika pembekuan darah terganggu atau jika pasien tersebut krempeng.

Tidak untuk larutan yang mengiritasi.

Absorpsi tidak dapat diperkirakan.

Masala: kerusakan saraf, pembentukan abses, menginjeksi dengan kurang hati-hati ke dalam pembuluh darah Metoklopramid

Depo antipsikotik

Tempat injeksi: bagian pantat atas, paha luar, otot lengan atas.

Intradermal (id)Terutama diagnostikVol. maks. 0,1 mL.

Teknik sulitTes alergi.

Tes (kulit) tuberculin

Intra-arterialObat langsung berada pada tempat aksiResiko trombosit atau pendarahan yang signifikan Pemberian sitotoksik pada kanker hati, angiografi arteri koroner

Intratekal (it)Melewati sawar darah otakResiko kerusakan saraf, infeksi susunan saraf pusat (SSP)Pemberian metotreksat pada pasien leukemia.

Epidural Hindari efek sistemikResiko kerusakan sarafPada wanita yang sedang melahirkan.

Contoh rute parenteral khusus lain meliputi:

Intraperitonial misalnya, apabila anda melakukan pengobatan, peritonitis dengan dialysis peritoneal rawat inap berkelanjutan.

Intrakardiak misalnya, pada pembedahan jantung.

Intra-artikuler misalnya, pemberian steroid untuk pengobatan arthritis.

Intra-pleural misalnya, tetrasiklin untuk pengobatan pleurodesis.

Intra-aseous misalnya, injeksi darurat pada anak-anak.

METODE PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA (I.V)Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama. Ada perbedaan keuntungan dan kerugian oleh karena itu ada perbedaan penggunaan.a. Pemberian injeksi bolus

Injeksi bolus volumenya kecil dan berupa injeksi sesaat (intermittent), biasanya diberikan dalam waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obat tertentu. Injeksi dapat diberikan melalui jarum logam, selang plastik pendek (kanula) atau ke dalam suatu perangkat pemberian yang sudah ada cairan lain mengalir. Volume injeksi bolus bermacam-macam, volume maksimum biasanya 20 ml untuk dewasa, 5-10 ml untuk bayi (infants) atau anak-anak dan hingga 2 ml untuk bayi baru lahir (neonatus). Beberapa kebijakan IV menyarankan pengenceran untuk volume tertentu untuk menghindari keinginan untuk menginjeksi hanya dalam waktu beberapa detik. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko iritasi vena, kehilangan sejumlah obat akibat ekstravasasi, atau menyebabkan syok kecepatan. Tabel 4 Injeksi bolus

KEUNTUNGANKERUGIAN

Cepat, teknik sederhana

Kadar dalam plasma tinggi

Hal ini perlu untuk sediaan antibiotikaSangat berbahaya

Obat konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi pada vena, (misalnya eritromicin) atau mempengaruhi jantug atau memiliki efek sistemik lainnya (HATI-HATI dengan obat kardioaktif atau obat-obat lain yang dapat menyebabkan toksisitas bila diberikan terlalu cepat misalnya furosemid (ototoksisitas), vankomicin (Red Man Sydrome), fusidat (Hepaptotoksisitas).

Jangan diberikan obat-obat tersebut dengan cara injeksi bolus

Respon cepat

Pasien dapat beraktivitas di antara pemberian dosisHanya staf yang sudah terlatih yang boleh memberikan

b. Infus

Infus diberikan dari suatu wadah (plastik atau botol gelas atau kantong) melalui sebuah perangkat pemberian, dengan atau tanpa pompa infus. Dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus (continous). Banyak infus diberikan dari wadah plastik yang lentur seperti kantong PVC. Jika menggunakan wadah yang tidak lentur (misalnya botol gelas) diperlukan penyaring udara masuk (filtred air inlet) untuk memudahkan cairan mengalir tanpa menimbulkan infeksi.1. Infus Singkat (Intermittent infusion)Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu pemberian infuse singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per dosis. Volume sangat beragam mulai dari 50 ml hingga 500 ml. Peralatan infus yang digunakan dibuang setelah setiap infus singkat tetapi biasanya peralatan tersebut ditutupi atau wadah infus yang kosong tetap ditempatnya, melekat pada pasien hingga infus berikutnya diberikan. Kompatibilitas berbagai obat/cairan yang diberikan melalui perangkat yang sama perlu diperiksa dengan pembilasan yang sesuai, bila diperlukan dengan saline atau air untuk injeksi.2. Infus Kontinu (Continuous infusion)Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam mulai dari volume infuse kecil diberikan secara subkutan dengan pompa suntik (syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral. Perangkat pemberian (administration sets) dapat dibuang sesudah pemakaian 24-72 jam tergantung pada kebijaksanaan rumah sakit. Lamanya waktu pemakaian perangkat pemberian dipengaruhi oleh penggunaan penyaring terpasang (in-line filters) dan kelompok pasien misalnya beberapa rumah sakit menggunakan penyaring hanya pada neonatus karena akses vena mereka jelek.Larutan natrium klorida 0,9% atau dekstrosa 5% dengan laju rendah dapat digunakan untuk memelihara keterbukaan (patency) vena diantara infus singkat atau injeksi bolus, misalnya 1-3 ml per jam untuk dewasa dan anak-anak. Natrium klorida 0,9% diheparinisasi (misalnya natrium klorida 0,9% yang ditambah heparin dalam konsentrasi 1 unit/ml) sering digunakan untuk menjaga keterbukaan jalur arteri.3. Infus melalui vena sentral versus vena periferVena sentral lebih besar, dan mempunyai aliran darah yang lebih besar daripada vena perifer dan dapat dimasuki selang plastik panjang (kateter). Obat yang diberikan melalui vena sentral akan terencerkan dengan cepat, dan oleh karena itu lebih tidak merusak vena tetapi lebih dekat dengan jantung dan dapat menimbulkan efek samping yang lebih besar. Sebuah selang panjang dapat menembus vena menuju vena sentral (misalnya, selang PICC [peripherally-inserted central catheter] dari siku atau paha) atau dibuat terowongan (tunnel) dibawah kulit dan kemudian masuk ke dalam vena dengan pembedahan (misalnya, jalur Hickman untuk obat-obat sitotoksik; Teknik tersebut mengurangi risiko infeksi dan kerusakan vena. Situasi yang menyebabkan pemberian melalui vena sentral lebih dipilih daripada vena perifer antara lain:1. Untuk pengobatan gawat darurat bila aliran darah jelek

2. Diperlukan infuse cepat dengan volume besar, misalnya syok

3. Bila pasien berkelebihan cairan atau natrium : memungkinkan untuk menggunakan larutan konsentrat yang tidak dapat diberikan secara perifer

4. Bila diperlukan akses jangka panjang

5. Kenyamanan pasien lebih tinggi dengan satu vena sentral dibandingkan tusukan berkali-kali pada vena (multiple venepuncture)

6. Untuk memberikan larutan hipertonik, misalnya nutrisi parenteral

7. Memberikan larutan yang bersifat mengiritasi misalnya eritromisin, sitotoksik, obat yang terlalu asam atau basa

8. Obat yang mempunyai aksi farmakologis pada vena, misalnya dopamin.

Jika banyak obat diberikan, interaksi dapat diminimalkan dengan menggunakan satu jalur sentral dengan banyak rongga; sistem ini menjaga agar obat tetap terpisah hingga obat-obat tersebut mencapai peredaran darah dan obat-obat tersebut dilepaskan terpisah beberapa sentimeter.

CAIRAN SUBKUTANPemberian cairan dalam jumlah besar dengan infus subkutan (s.k) sering digunakan pada pasien lanjut usia yang mengalami kesulitan dalam mempertahankan pemasukan cairan yang cukup melalui mulut dan bila terjadi masalah akses i.v ada pasien stroke dan perawatan terminal yang juga menerima cairan s.k. Tehnik ini kadang-kadang disebut sebagai hipodermoklisis. Ada bukti yang menunjukkan bahwa rute s.k setara dengan rute i.v dalam mempertahankan hidrasi. Reaksi yang tidak diinginkan, misalnya edema lokal sangat rendah (sekitar 1%) dan menghemat biaya karena peralatannya sederhana. Kenyamanan pasien meningkat dan waktu staf yang terpakai untuk pemberian obat berkurang. Tabel 5 Obat-obat yang menimbulkan masalah bila diberikan terlalu cepatObatMasalah yang timbul bila diberikan terlalu cepatMasalah yang dapat dihindari dengan

KlrorpromazinHipotensiJangan diberikan melalui rute i.v

ProklorperazinHipotensiJangan diberikan melalui rute i.v

FurosemidketulianKecepatan maksimal 4 mg/menit

AsamfusidatMeningkatkanresikohemolisis, hepatotoksisitasBerikan secara perifer, minimum selama 6 jam

VakomisinRedman syndromeBerikan 500 mg selama 60 menit atau 1 gram dalam 100 menit

Sulfonamid, asiklofirKristaluriaDiberikan dengan cairan yang banyak, secara perlahan-lahan

Ranitidin

SimetidinBradikardia, penyumbatan jantungBerikan dalam waktu lebih dari 2 menit dalam 20 ml natrium klorida 0,9%

TeofilinAritmia, mualBerikan perlahan-lahan, lakukan pemantauan elektrokardiagram (EKG) jikaresikotinggi

KaliumkloridaAritmia, penghentian kerja jantungMaksimal 20 mmol//jam, pantau dengan EKG

DisopiramidaAritmia, penghentian kerja jantung, berkeringatPantau dengan EKG

Lidokain

FitomenadionAritmia, cardiac arrest, konvulsi, bahan tambahan kremafor dapat menyebabkan reaksi alergi, hipotensiPantau dengan EKG

Berikan dengan sangat perlahan

SiklosporinBahan tambahan kromofor dapat menyebabkan anafilaksisInfus dalam waktu 2-6 jam

Pantau pasien secara terus menerus dalam 30 menit pertama, kemudian dengan selang waktu yang teratur (interval regular) untuk sisa larutan yang diinfuskan.

Diazepam Penghentian pernapasan, hipotensiBeriakan secara perlahan-lahan, kendalikan dosis, pantau laju pernapasan

FenitoinJika >50mg/menit aritmia, penghentian pernapasan. Penghentian kerja jantungKecepatan maksimal 50mg/menit dengan pemantauan EKG

MetilprednisolonJika >50mg/menit kolaps kardiovakulerKecepatan maksimal 50 mg/menit

Keuntungan pemberian cairan melalui subkutan dibandingkan dengan pemberian melalui infus intravena

a. Tidak menyebabkan tromboflebitis

b. Tidak menyebabkan septikemia atau infeksi sistemik

c. Dapat disiapkan dan diberikan oleh perawat di mana pun.

d. Patien dapat bergerak dengan bebas dan merasa lebih nyaman

e. Lebih mudah untuk memelihara, mengulang dan membutuhkan lebih sedikit supervisi perawat

f. Jarang menyebabkan kelebihan cairan atau edema paru-paru

g. Biaya lebih murah

h. Penyuntikan kurang menyebabkan stres pada pasien

i. Tidak menyumbat, jadi tidak memerlukan penempatan ulang oleh dokter jaga pada tengah malamAda beberapa pendapat yang menyatakan bahwa cairan yang diberikan dengan metode ini harus mengandung ion natrium dan klorida agar cairan dapat terdistribusi keseluruh jaringan. Dikatakan bahwa cairan i.v. yang hanya mengandung glukosa 5% tidak diabsorbsi dengan mudah dan oleh karena itu infus dekstrosa yang hanya mengandung dekstrosa 5% seharusnya tidak diresepkan untuk diberikan melalui rute subkutan. Penetlitian terdahulu menyebutkan adanya peningkatan efek samping dari larutan bebas elektrolit tetapi pernyataan tersebut tidak didukung oleh penelitian-penelitian terbaru dimana dekstrosa telah digunakan secara aman dan efektif pada beberapa ratus pasien. Cairan yang dapat diterima secara subkutan yaitu:Natriumklorida 0,9%Dekstrosa 5% (dengan pemantauan ekstra)

Dekstrosa 4% with 0,18% natrium klorida

Larutan hipotonik atau hipertonik harus dihindari, karena dapat menyebabkan hipotensi, syok dan kegagalan sirkulasi. Infus dilakukan pada daerah jaringan subkutan yang bebas pada tempat dimana jarum tidak berdesak-desakan. Biasanya pada paha, daerah perut, atau dada. Alat suntik dikoneksikan dengan jarum kupu-kupu (wing needle) yang disisipkan kedalam jaringan subkutan dan penghisap alat suntik ditarik sedikit setelah penyuntikan yang pertama kali, untuk menjamin vena tidak dimasuki kanula. Sebaiknya dilakukan penggantian tempat infus setiap pemberian 1 liter larutan dan harus dilakukan penggantian tempat setiap 24 jam.MASALAH INJEKSI DAN INFUS I.V1. NyeriMemasukkan sebuah jarum, atau meninggalkan selang di tempat injeksi, dapat memberikan rasa nyeri dan krim anestesi lokal dapat digunakan, terutama pada anak-anak. Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah larutan yang osmolaritasnya tinggi atau pH-nya ekstrim, meskipun banyak obat menyebabkan kekejangan vena (misalnya dopamin).Tabel 6 Obat-obat yang biasanya menimbulkan rasa nyeri pada saat

diinjeksikan

ObatPenyebab Rasa Nyeri

EritromisinIritasi kimiawi

Infus kalium kloridaHiperosmolar, Iritasi kimiawi

Natriumbikarbonat 8,4 %pH, hiperosmolar

Larutanglukosa> 10 %Hiperosmolar, pH

TetrasiklinIritasi kimiawi, pH

FenitoinpH

2. EkstravasasiEkstravasasi adalah bocornya obat dari vena kedalam jaringan di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena batang jarum menembus vena, atau karena obat bersifat korosif dan merusak vena. Larutan yang osmolaritasnya tinggi dan pH larutan yang ekstrim lebih sering menyebabkan ekstravasasi. Tabel 7 Daftar injeksi dengan pH tinggi atau pH rendah

InjeksipHInjeksipHInjeksipH

Asetazolamid9,2Gansiklovir10-11Oktreotid3,9-4,5

Asiklovir11Gentamisin3-5Omeprazol9-10

Allupurinol10,8-11,8Glukagon2,5-3Ondansetron3,4-3,8

Aminofilin8,8-10Glukosa (tergantung3,5-6,5Oksitosin3,7-4,3

Amiodaron3,5-4,5Konsentrasinya)Pankuranium3,8-4,2

Argipressin2,5-5,4Gliseriltrinitrat3,5-6,5Papaveretum2,5-4

Atrakurium3,5Glikopironium2,3-4,3Fenobarbital9-10,5

Atropin3-6,5Haloperidol3-3,8Phenoksibenzamin2,5-3,1

Azatioprin10-12Hidralazin3,5-4,2Fenitoin Na12

Buprenorfin3,5-5,5Hiosinabutilbromida3,7-5,5Kaliumkanrenoat10,7-11,2

Kholesistokinin3-6Isoprenalin2,5-2,8Proklorperazin3,9-4,5

Klonazepam3,5-4,5Ketamin3,5-5,5Prosiklidin3,9-4,5

Ko-trimoksazol9-10,5Labetalol3,5-4,2Propranolol3

Siklizin3,3-3,7Lignokain3,5-6Protaminsulfat2,5-3,5

Dantrolen9,5Liotironin11Kuinindihidroklorida2-3

Diazoxid11,6Methoxamin4,4Salbutamol3,5

Dobutamin3,5-4Metoheksiton10-11Sekretin2,5-5

Dopamin25-4,5Metildopa3-4,2Natriumnitropusid3,5-6

Doksapram3-5Metilenbiru3-4,5Terbutalin3-5

Droperidol2,7-4,7Metoklopramid3-5Tetrakosaktrin3,8-4,5

Epinefrin2,5-3,6Midazolam3Tetrasiklin1,8

Elohaes3,5Morfin2,5-4,5Tiamin2,5-4,5

Epoprostenol10,5Nalokson3-4,5Tiopenton10,5

Ergometrin2,7-3,5Norepinefrin3-4,5Tobramisin3,5-6

Fentanil3,3-6,3Tubokurarin3,8-4

Asamfolat8-11Vankomisin2,8-4,5

Furosemid8,7-9,3

Tanda-tanda ekstravasasi meliputi :

a. Nyeri, rasa kurangenak, rasa terbakar atau bengkak pada tempat injeksi.

b. Tahanan terhadap gerakan penghisap alat suntik.

c. Aliran cairan infus tidak lancar.Jika diduga ada ekstravasasi:

a. Hentikan injeksi dengan segera

b. Tinggalkan kanula / jarum pada tempatnya

c. Keluarkanobat (aspirasikan) melalui kanula / jarum

d. Naikkan anggota badan

e. Konsultasikan kedokter spesialis untuk pengobatan efek obat tersebut

f. Pertimbangkan untuk melakukan bedah plastik3. Tromboflebitis

Tromboflebitis, kadang-kadang disebut flebitis, adalah radang vena yang penyebabnya hampir sama dengan penyebab ekstravasasi. Barangkali sangat nyeri dan disertai dengan kemerahan pada kulit, kadang-kadang di sepanjang vena. Tromboflebitis dapat menyebabkan bekuan darah.Resiko perlu dikurangi dengan :

a. Menggunakan vena besar

b. Menghindari infus yang panjang

c. Menghindari pH ekstrim atau larutan hiperosmolar

d. Dianjurkan untuk diberikan dengan aliran darah cepat dan aliran infus cepat.e. Menggunakan cakram nitrat (nitrate patches) di atas tempat injeksi untuk meningkatkan aliran darah.f. Menambahkan heparin dalam larutaninfus (1 unit/ml)

g. Menggunakan penyaring dalam jalur infus (0,22 mikron)

h. Staf yang berpengalaman4. EmbolismeSumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap yang kontak dengan darah atau oleh gumpalan sel-sel darah akibat reaksi obat. Emboli udara (air embolus), disebabkan oleh udara yang masuk vena, dapat fatal jika terinfus lebih dari 20 ml.5. Kelebihan natrium atau cairanPerhatian khusus, terutama pada anak-anak, orang lanjut usia dan pasien rawat inap yang memperoleh banyak obat. Kadang-kadang farmasis perlu menyarankan cara pemakaian obat yang tidak terdapat dalam pedoman yang dianjurkan pabrik. Pemberian obat melalui rute lain harus dipertimbangkan.6. InfeksiInfeksi seringkali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu sebabnya banyak infeksi yang dikaitkan infus disebabkan bakteri gram positif koagulase-negatif yang umum terdapat pada kulit. Organisme yang sering diisolasi dari ujungkan termasuk bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus atau S.epidermidis.7. ReaksiAlergiObat-obat yang cenderung menimbulkan reaksi alergi adalah produk darah, antibiotik, aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS), heparin, penghambat transmisi neuromuskuler (neuromuscular blockers), hyposensitizing agents (allergens) misalnya serbuk (pollen), vaksin, pewarna radio-opaque, sediaan iodine. Harus diingat bahwa reaksi alergi tidak hanya terjadi sebagai respons terhadap bahan aktif dalam sediaan tetapi juga terhadap bahan-bahan tambahan dalam produk, misalnya kremafor (cremaphor). Tanda-tanda alergi meliputi bersin, sesak nafas, demam, sianosis, pembengkakan jaringan lunak, dan perubahan tekanan darah. Reaksi minor (ruam kulit, reaksi urtikaria) dapat ditangani atau dicegah dengan hidrokortison atau suatu antagonis histamin seperti klorfeniramin.8. Syok Kecepatan (Speed Shock)Beberapa obat, bila diberikan terlalu cepat, dapat menyebabkan berbagai komplikasi antara lain hipotensi, kolaps, bradikardia, dan kesulitan pernafasan (respiratory difficulties). Hal ini digambarkan sebagai speed shock.MASALAH FARMASETIK SEDIAAN INTRAVENAKetidakcampuran secara fisik dan interaksi digambarkan dalam artikel Professor Allwood dan dalam buku Trissels Handbook on Injectable Drugs. Obat dapat bereaksi secara kimiawi dengan komponen lain dalam larutan infus atau mengendap pada campuran akhirnya. Obat-obat tersebut dapat menempel pada wadah plastik atau gelas; atau dapat diabsorbsi oleh wadahnya. Emulsi lemak dapat menjadi tidak stabil. Masalah timbul bila diinginkan untuk mencampur obat dalam satu alat suntik, kantong, botol, atau jalur infus yang sama karena terbatasnya akses vena. Petunjuk praktis berikut ini dapat membantu memutuskan apakah suatu campuran dapat digunakan atau tidak :

1. Mengecek pedoman dari pabrik, Trissels Handbook on Injectable Drugs dan sumber-sumber lain. Dicek juga informasi untuk obat-obat serupa, sebagai contoh mungkin tidak ada tentang dobutamin, tetapi dopamin terdapat dalam daftar.2. Coba untuk menggunakan rute lain untuk sebanyak mungkin obat.

3. Coba pisahkan obat dengan mengatur waktu pemberian obat.

4. Ganti obat dengan obat-obat yang dapat bercampur atau yang dapat diberikan dengan rute yang lain.

5. Jangan tambahkan obat ke dalam larutan obat yang berkonsentrasi tinggi atau pada produk darah.

6. Jangan ada banyak produk obat dalam satu larutan.

7. Jangan mencampur obat yang perbedaaan pHnya besar.

8. Jangan mencampur obat jika salah satu obat tidak stabil, atau mempunyai waktu paruh yang pendek, atau obat tersebut peka akan reaksi hirolisis atau fotolisis.

9. Jika suatu obat mengandung ko-solven hal itu berarti mungkin obat tersebut kurang larut, oleh karena itu jangan dicampur dengan obat lain (Tabel 8)10. Hindari mencampur obat yang dapat berinteraksi dengan wadah (Tabel 9).

11. Situasi berikut ini beresiko, yang pertama disebut beresiko paling besar:

Mencampur obat-obat berkonsentrasi tinggi pada satu alat suntik yang sama untuk jangka waktu yang lama.

Mencampur obat-obat yang berkonsentrasi rendah dalam satu wadah/botol untuk jagka waktu yang lama.

Menambahkan suatu obat ke dalam jalur infus yang mengandung obat lain, dekat dengan botolnya.

Menambahkan suatu obat ke dalam jalur infus yang mengandung obat lain, dekat dengan pasiennya.

Memberikan obat melalui lumen yang berbeda pada karakter yang sama.

Memberikan obat pada tempat injeksi yang berbeda

Memberikan obat pada waktu yang berbeda

Tindakan pencegahan secara umum:

Buang campuran obat bilamana ada perubahan warna atau terbentuk kabut atau endapan. Bilas semua tempat masknya obat dengan larutan yang sesuai, biasanya natrium klorida 0,9%, dekstrosa, atau air injeksi, sebelum memberikan obat berikutnya. Beberapa obat berinteraksi dengan wadahnya, hal ini mungkin penting, mungkin tidak. Tabel 8 Contoh-contoh injeksi yang mengandung ko-solven

ObatKo-solven

Glikoletenolkremoforpolisorbatlainnya

Amiodaron**

Amfoterisin B***

Amsakrin*

Ko-trimoksazol**

Klordiazepoksid*

Siklosporin**

Diazepam**

Digoksin**

Etomidat**

Etoposid***

Gliseril trinitrat**

Hidralazin*

Isosorbid dinitrat**

Lorazepam**

Mikonazol*

Multibionta*

Nimodipin**

Paklitaxel**

Fenobarbital**

Fenitoin**

Fitomenadion*

Catatan: Contoh-contoh yang diberikan di atas dan di bawah berikut ini berdasarkan formulasi sediaan dari pabrik-pabrik di Inggris. Farmasis di Indonesia harus mengecek apakah ko-solven atau bahan tambahan lain yang digunakan juga sama.Tabel 9 Beberapa pendekatan untuk meminimalkan jumlah obat yang terikat pada plastik selama pemberian infus

ObatJenis plastikMaknaHindari dengan

Adsorpsi

InsulinSemua +++Hindari penambahan pada larutan infus, berikan dalam alat pompa (syringe pump), pada konsentrasi

(termasuk gelas)~1 unit/ml

Sekretin+Hanya diberikan sebagai injeksi bolus

Interferon+Hanya diberikan sebagai injeksi bolus

Absorpsi

DiazepamPVC++Hindari kantung dan perangkat PVC. Gunakan perangkat sambungan polietilen dan alat pompa (kehilangan sedikit pada pompa; ganti pompa pada setiap 12-24 jam)

LidokainPVC+Ikatan tergantung pada pH, dan tidak terjadi bila

penggunaan klinis secara normal

KlorpromazinPVC+Gunakan glukosa 5% sebagai pelarut (tergantung pH)

NimodipinPVCGunakan pertangkat sambungan polietilen dan pompa

Permeasi

NitratPVC, Nylon+Hindari kantung dan perangkat PVC, gunakan katung polietilen atau alat pompa. Gunakan sambungan polietilen atau bahan yang tidak mengabsorbsi obat dengan pompa

KlormetazolPVC, Nylon+Seperti nitrat

Nitrat= gliseril trinitrat dan isosorbid dinitrat. +, tidak bermakna secara klinis dalam praktek; ++, mungkin bermakna, sedapat mungkin dihindari; +++, sangat bermakna, disarankan untuk dihindari.

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan di atas maka dapa disimpulkan:1. Terapi parenteral adalah terapi pengobatan dengan rute yang tidak melibatkan usus.2. Sediaan parenteral berupa terapi injeksi merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskular, subkutis dan intradermal.3. Masalah sediaan injeksi dan infus intravena meliputi:a. Nyeri

b. Ektravasasi

c. Tromboflebitis

d. Embolisme

e. Kelebihan natrium atau cairan

f. Infeksi

g. Reaksi alergi

h. Syok kecepatanDAFTAR PUSTAKA

1. Aslam mohamed. Farmasi klinik (Clinical Pharmacy), Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. p 2432. Groves,M.J. Parenteral Technology Manual, Second Edition,

Interpharm Press.