45
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yanng dimaksud untuk digunakan untuk dalam menetepakn diagnosis,mencegah ,mengurangkan ,menghilangkan .menyem buhkan penyakit atau gejala penyakit ,luka atau kelainan badanila dan rohaniah pada manusia.bahan aktif obat agar digunakan nyaman ,aman ,efisiendan optimal dikemas dalam bentuk sediaan obat (BSO) atau disebut faramsi. Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif .Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat. Bentuik obat menentukan rute obat. Misalnya, kapsul diberikan peroral dan larutan diberikan perintravena. Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorpsi dan metabolisme didalam tubuh. 1 |

farmasi kedokteran gigi

  • Upload
    marini

  • View
    124

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasi

Citation preview

Page 1: farmasi kedokteran gigi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yanng dimaksud

untuk digunakan untuk dalam menetepakn

diagnosis,mencegah ,mengurangkan ,menghilangkan .menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit ,luka atau kelainan badanila dan rohaniah pada

manusia.bahan aktif obat agar digunakan nyaman ,aman ,efisiendan optimal

dikemas dalam bentuk sediaan obat (BSO) atau disebut faramsi.

Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen

bahan aktif .Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat. Bentuik obat

menentukan rute obat. Misalnya, kapsul diberikan peroral dan larutan diberikan

perintravena. Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorpsi dan

metabolisme didalam tubuh.

1.2 Tujuan

Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti tentang farmasi

kedokteran gigi berupa bentuk-bentuk sediaan obat,cara pemberian obat dan

bagaimana menulis resep yang baik

1.3 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini ,terutama bagi mahasiswa kedokteran gigi saat

dilapangan dan memperaktekannya dengan baik penulisan resep

1 |

Page 2: farmasi kedokteran gigi

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

Sisi belajar farmokologi dan farmasi kedokteran gigi dan sediaannya . Sisi

( 20 tahun ) merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang sedang

mempelajari mata kuliah Farmakologi dan farmasi mengenai obat – obatan yang

dipakai di kedkteran gigi . Sisi diajarkan mengenai bentuk – bentuk sediaan obat

dan dia baru mengetahui cara pemakaian obat itu berbeda masing – masingnya .

Dibuku dijelaskan bahwa obat harus diminum sesuai dengan dosis dan aturan

karena setiap obat mempunyai bioavailibilitas yang berbeda . Obat yang diberikan

kepada pasie pun harus mempertimbangkan interaksi suatu obat dengan obat

dengan obat lain . Hal lain yang juga penting adalah farmakokinetik dan

farmakodinamik oabt . Untuk itu seorang dokter gigi perlu memiliki pengetahuan

yang baik tentang obat dan mampu meresepkan obat secara rasional .

2.2 STEP 1

Identifikasi kata/kalimat yang asing dan sulit :

Farmakologi : ilmu yang berhubungan dengan obat – obatan ,

sifat kimiawi , aspek fisiologis , dan fisika .

Farmasi : ilmu yang mempelajari cara membuat ,

menyimpan , dan menyediakan obat .

Farmakodinamik : ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan

fisiologis dan mekanisme kerja obat dapat menimbulkan efek .

Farmakokinetik : suatu proses penjalaran obat yang meliputi absorbs

, distribusi , metabolism dan ekskresi .

Sediaan Obat : merupakan wujud obat padat , setengah padat , dan

cair .

2 |

Page 3: farmasi kedokteran gigi

Bioavailibilitas : tingkat sejauh mana obat diserap dan diedarkan

dalam tubuh .

Dosis : takaran obat yang diberikan kepada pasien dengan

jumlah obat diberikan sewaktu – waktu .

Interaksi Obat : perubahan efek obat akibat pemakaian obat dll

Obat : substansi yang berhubungan dengan fungsi

fisiologis dan mempengaruhi system tubuh tertentu .

2.3 STEP 2

Identifikasi Masalah

1. Apa saja bentuk – bentuk sediaan obat ?

2. Bagaimana cara pemakaian obat ?

3. Bagaimana menetukan dosis obat ? Mengapa obat harus diminum sesuai

dosis ?

4. Apa manfaat dari bioavailibilitas pada obat ? Faktor apa saja yang

mempengaruhinya ?

5. Bagaimana cara interaksi obat ?

6. Bagaimana proses farmakodinamik dan farmakokinetik suatu obat ?

7. Hal apa saja yang perlu di perhatikan sebelum meresepkan obat ?

8. Bagaimana cara meresepkan obat ?

2.4 STEP 3

Analisis Masalah

1. A. Padat

a. Kapsul : sediaan yang diliputi cangkang yang berbahan gelatin /

pati. Cocok digunakan pada pasien yang tidak tahan terhadap bau

obat .

b. Tablet : sedian yang terdiri dari campuran berbagai bahan obat .

c. Pil : sediaan yang terdiri dari campuran berbagai jenis obat .

3 |

Page 4: farmasi kedokteran gigi

d. Serbuk : sediaan yang terdiri dari beberapa jenis obat . Cocok

digunakan pada pasien yang sukar menelan .

B. Setengah Padat

a. Pasta

b. Cream : berupa emulsi .

c. Salep : bentuknya emulsi dan campuran minyak .

d. Lotion : bentuknya emulsi dan campuran minyak .

C. Cair

a. Intravena

b. Intramuskular

c. Sirup : cocok untuk pasien yang tidak tahan rasa pahit . Umumnya

untuk anak – anak .

2. A. Sistemik

Kerjanya langsung ke peredaran darah .

No index entries found.

a. Oral : sublingual dan bukal .

b. Injeksi : intravena , intramuksular

B. Lokal

a. Inhalasi

b. Topical

3. Usia dan Berat Badan

Untuk usia dibawah 8 tahun

nn+2

x dosis dewasa

Untuk usia diatas 8 tahun

4 |

Page 5: farmasi kedokteran gigi

n20

x dosis dewasa

4. A. Sediaan Obat

B. Enzim pencernaan

5. PR

6. Farmakokinetik terdiri dari 4 tahap :

a. Absorbsi : - pasif : berupa disfusi dari konsentrasi tinggi ke rendah

- aktif : membutuhkan pembawa ( karier )

- pinositosis : dengan penelanan

b. Distribusi : - aliran darah

- afinitas

- kekuatan penggabungan efek pengikatan dari protein

c. Ekskresi

7. PR

8.

KOP

R/ ( nama obat , sediaan , dosis , jumlah )

S ( cara pemakaian … ) ( paraf )

( identitas pasien )

5 |

Page 6: farmasi kedokteran gigi

2.5 STEP 4

Kerangka Konsep

6 |

FARMAKODINAMIK

BENTUK SEDIAAN

FARMAKOLOGI

DOSIS CARA PEMAKAIAN

PENULISAN RESEP

FARMAKOKINETIK

ABSORBSI

DISTRIBUSI

METABOLISME

EKSKRESI

INTERAKSI

OBAT

Page 7: farmasi kedokteran gigi

2.6STEP 5

Identifikasi sasaran belajar

1. Macam – macam sediaan obat

2. Cara pemakaian obat

3. Dosis obat

4. Cara kerja obat

a. Farmakokinetikb. Farmakodinamik c. Interaksi obat

5. Cara penulisan resep

2.7 STEP 6

Belajar Mandiri

Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan

kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

2.7 STEP 7 (SINTESIS MASALAH)

2.7.1 Macam-macam Sedian obat

Defenisi Yang Berhubungan dengan Obat

• Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam

maupun sintesis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan

untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap

suatu keadaan penyakit pada manusia maupun hewan. Zat aktif

tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja, sebagai obat terlebih

7 |

Page 8: farmasi kedokteran gigi

dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan. Oleh karena itu muncul

sediaan pil, tablet, kapsul, sirup, suspensi, supositoria, salap dan lain-

lain.

• Obat jadi yaitu suatu obat yang telah melalui seluruh tahap proses

pembuatan.

• Bentuk sediaan obat adalah sediaan farmasi dalam bentuk tertentu

sesuai kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam

pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar.

• Obat paten atau specialite adalah obat milik perusahaan tertentu

dengan nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi

hukum, yaitu merek terdaftar (proprietary name).

• Obat generik (generic name) adalah obat dengan nama umum tanpa

melanggar hak paten obat bersangkutan.

• Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah

dengan nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat

yang Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik

menunjukkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh MenKes RI.

• Obat esensial adalah obat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat

banyak dengan nama generik atau resmi untuk pelayanan kesehatan

masyarakat banyak, terutama di rumah sakit atau puskesmas,

tercantum dalam DOEN dan ditetapkan oleh MenKes RI.

(Raharjda.2015)

Manfaat Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan obat sangat bermanfaat, yaitu antara lain :

1. Menjaga stabilitas bahan berkhasiat yang dikandungnya.

2. Ketetapan takaran/dosis pemakaian obat setiap kali pemberian.

3. Praktis, aman dan menyenangkan dalam pemakaian, karena BSO

disesuaikan dengan rute pemberian.

8 |

Page 9: farmasi kedokteran gigi

4. Dokter bebas menentukan pilihan sediaan untuk pasien sesuai dengan

keperluan.

Bentuk Sediaan Obat

1. BSO Padat

a. Serbuk

http://you-sehat.blogspot.co.id/2015/05/bentuk-sediaan-obat-

farmasi-lengkap.html

Serbuk adalah obat-obat baik tunggal ataupun merupakan

campuran obat-obat yang halus, terbagi rata, kering dan digunakan

baik untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar. Penggunaan

Serbuk harus halus, homogen dan kering. Serbuk terdiri atas :

Pulvis adalah serbuk yang tidak dibagi-bagi digunakan untuk

pemakaian luar, biasa digunakan untuk pasien yang mengalami

alergi dan gatal-gatal pada kuliat contohnya bedak salicyl.

Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bungkus-bungkus

sebagai dosis pemakaiannya dan hanya digunakan untuk

pemakaian dalam. Serbuk terbagi dibungkus dengan kertas

perkamen, biasanya digunakan untuk anak-anak atau orang yang

sukar untuk menelan tetapi rasa dan baunya tidak dapat ditutupi.

b. Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam

cangkang keras atau lunak bisanya terbuat dari campuran gelatin

9 |

Page 10: farmasi kedokteran gigi

(sejenis protein yang dapat larut didalam tubuh) dengan campuran

gula, air dan alcohol seperti sorbito dan polivalen yang tetap stabil

diudara bila dalam keadaan kering, tujuan penggunaan kapsul

sendiri adalah untuk menutupi bau dan rasa dari obat yang tidak

enak , juga agar dapat ditelan dengan mudah. Kapsul tidak

dianjurkan pemberiannya pada pasien yang punya refleks muntah

dan dalam keadaan tidak sadarkan diri

.

http://you-sehat.blogspot.co.id/2015/05/bentuk-sediaan-

obat-farmasi-lengkap.html

c. Tablet

Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau

cembung rangkap. Dalam pembuatannya dosis obat diteliti dan

rasa dan iritasi pada lambung dapat dihindari juga praktis dalam

penggunaan dan penyimpanan. Contohnya adalah Tablet Kunyah

yang memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut,

mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak,

terutama formulasi multivitamin dan antasida. Tablet Berbuih

(Tablet Efervesen) adalah kombinasi antara senyawa asam yakni

asam sifrat atau asam tartat ataupun kombinasi dari keduanya

dengan senyawa basa yakni Natrium Bikarbonat. Tablet efervesen

sebelum ditelan dilarutkan dalam air, sehingga menghasilkan gas

karbondioksida (CO2) contohnya adalah Vitamin CDR.

10 |

Page 11: farmasi kedokteran gigi

d. Suppositoria

Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan

bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.

Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,

sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistematik

contohnya pada penyakit hemoroid yang obatnya dapat langsung

diserap oleh membran mukosa dalam rektum yang terdapat banyak

pembuluh kapiler dan dapat langsung masuk dalam saluran darah

dan berefek lebih cepat daripada penggunaan peroral. Keuntungan

penggunaan obat ini adalah dapat diberikan pada pasien muntah-

muntah dan tidak sadar, dapat menghindari kerusakan oleh enzim

pencernaan, dapat menghindari biotrasformasi dihepar juga lebih

sesuai untuk digunakan oleh pasien dewasa, anak-anak dan bayi

yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat. Kerugian dapat

terjadi iritasi odidaerah tersebut.

http://apoteksejati24.blogspot.co.id/2010/11/pengenalan-

bentuk-bentuk-sediaan.html

11 |

Page 12: farmasi kedokteran gigi

2. BSO CAIR

a. Solutiones (Larutan)

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau

lebih bahan obat yang larut, terdapat zat kimia yang terlarut seperti

solud (zat yang terlarut) dan solvent (pelarut) biasanya dilarutkan

dalam air. Sediaan ini dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan

pemakaian luar. Contoh larutan obat luar adalah Collutoria =

kolutorium = obat cuci mulut, dan Gargarisma = Gargle = Obat

kumur dan betadine. Contoh Obat dalam adalah Sirup yang

merupakan sediaan cair berupa Larutan yang mengandun sakarosa.

Kecuali dinyatakan lain kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan

tidak lebih dari 66%.

b. Suspensi

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat

padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan

pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat

mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera

terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk

menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus

menjamin sediaan mudah digojog dan dituang Pada etiket harus

tertera “kocok dahulu” dan disimpan dalam wadah tertutup baik

dan disimpan di tempat sejuk.

Keuntungan suspensi adalah bentuk sediaan lebih mudah

ditelan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya secara oral.

Mudah diberikan kepada bayi dan anak-anak serta dosisnya mudah

diatur. Kerugian suspensi adalah Beberapa zat aktif tidak stabil

dalam bentuk sediaan cair sehingga akan rusak bila disimpan lebih

12 |

Page 13: farmasi kedokteran gigi

lama juga bisa terjadi reaksi penggumpalan dalam penyimpanan

yang agak lama.

Sirup dan suspensi kering adalah sediaan obat yang dalam

perdagangan berada dalam keadaan kering (powder), bila hendak

diberikan kepada pasien harus ditambahkan aquadest sampai garis

tanda kalibrasi yang diinginkan.

Setelah menjadi sirup atau suspensi cair, waktu penggunaan

amat terbatas yaitu 7-10 hari. Kalau waktu pemakaian lebih lama

potensi obat menurun atau hilang.

3. BSO Semi-Padat

a. Salep

Sediaan dengan konsistensi kuat yang jika dioleskan diatas kulit

akan melunak dan membentuk suatu lapisan penutup pada

permukaan kulit.

b. Cream

Sediaan yang banyak mengandung air tidak kurang dari 60%,

mempunyai konsistensi lebih lembut dan halus dari salep asli,

mudah dicuci dengan air dan biasanya digunakan pada daerah yang

terangsang dan sensitif.

c. Pasta

Sediaan kental kaku, biasanya tidak meleleh pada suhu tubuh,

membentuk lapisan pelindung didaerah yang dioleskan dan

mengandung zat padat lebih besar dari 50%. Tujuan penggunaan

mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit juga dapat

memberikan rasa sejuk karena mengandung air.

13 |

Page 14: farmasi kedokteran gigi

http://apoteksejati24.blogspot.co.id/2010/11/pengenalan-bentuk-

bentuk-sediaan.html

d. Gel

Berbentuk seperti jelly, mencair ketika terkena suhu tubuh,

dipergunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin.

(Ansel,1989)

2.7.2 Cara Pemberian Obat

RUTE PEMBERIAN OBAT

Gambar 1

Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan

obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute

pemberian obat yang utama, enteral dan parenteral.

14 |

Page 15: farmasi kedokteran gigi

A. Enteral

1. Oral : memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat

yang paling umum tetapi paling bervariasi dan memerlukan jalan yang

paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di

lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke

sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar.

Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum

disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langkah pertama oleh usus atau

hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat

bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan

makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung

sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau

tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin atau obat yang tidak tahan asam

lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari

lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung

pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan

preparat lepas lambat.

2. Sublingual : penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut

berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke

dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai

keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak

diinaktivasi oleh metabolisme.

(Harvey . 2009)

B. Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui

saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna.

Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar

dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.

15 |

Page 16: farmasi kedokteran gigi

Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang

sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

1. Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral

yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering

tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna

dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini

memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar

obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran

cerna, obat-obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali seperti

emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena

beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,

menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat

obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena

itu, kecepatan masuk harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama

juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2. Intramuskular (IM) : obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat

berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berupa suspensi

obat dalam vehikulum non aqua seperti etilen glikol. Absorbsi obat dalam

larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung

lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut

mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan

memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama

dengan efek terapetik yang panjang.

3. Subkutan : suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan

suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-

kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area

kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi

pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh

lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul

16 |

Page 17: farmasi kedokteran gigi

silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi untuk

jangka yang sangat panjang.

(Harvey . 2009)

C. Lain-lain

1. Inhalasi : inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati

permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan

efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara

intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan

keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena

obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2. Intranasal : ini merupakan rute pemberian obat secara langsung ke dalam

hidung.

3. Topikal : Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat

diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam

bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis

dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi

pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

4. Transdermal : Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan

pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”.

Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit

pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan

untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina,nitrogliserin. 

5. Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;

jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal

mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh

enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga

berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika

penderita sering muntah-muntah.

(Harvey . 2009)

17 |

Page 18: farmasi kedokteran gigi

2.7.3 Dosis Obat

DOSIS OBAT

Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang

memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit. Jika dosis terlalu rendah, maka

efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih, bisa menimbulkan efek toksik

atau keracunan bahkan kematian.

Faktor-fakttor yang mempengaruhi dosis obat adalah sebagai berikut :

a. Umur

Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan dosis

obat. Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik merupakan pecahan dari dosis

orang dewasa. Kebanyakan fungsi fisiologis tubuh mulai berkurang pada

usia dewasa. Penurunan fungsi ginjal dan hati dapat memperlambat

hilangnya obat dari tubuh bahkan meningkatkan kemungkinan akumulasi

dari obat dalam tubuh dan menimbulkan keracunan.

b. Berat badan

Rasio antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh

mempengaruhi konsentarsi obat pada tempat kerjanya. Rasio antara jumlah

obat yang digunakan dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentarsi obat

pada tempat kerjanya. Untuk itu dosis obat memerlukan penyesuaian dari

dosis biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak lazim, pasien kurus atau

gemuk, penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih muda, berdasarkan

berat badan lebih tepat diandalkan dari pada yang mendasarkan kepada

umur sepenuhnya.

Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam

milligram (obat) perkilogram (berat badan).

c. Status Patologi

18 |

Page 19: farmasi kedokteran gigi

Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondidi

patologi pasien dan harus dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan

digunakan dan juga dosisnya yang tepat. Obat-obat yang memiliki potensi

berbahaya tinggi pada suatu situasi terapentik tertentu hanya boleh dipakai

apabila kemungkinan manfaatnya melebihi kemungkinan resikonya

terhadap pasien, dan bila sudah tidak ada lainnya yang cocok dan

kemungkinan keracunannya lebih rendah.       

d. Terapi dengan obat yang diberikan secara bersamaan.

Efek-efek suatu obat dapat dimodifikasikan dengan pemberian obat

lainnya secara bersamaan atau sebelumnya. Keterlibatan semacam ini antara

obat-obatan  dihubungkan atau dirujuk pada interaksi obat-obatan dan

merupakan akibat interaksi obat-obatan secara fisik, kimiawi, atau karena

terjadinya perubahan pada pola absorpsi, distribusi, metabolisme atau

eksresi salah satu obat tersebut.. Efek dari interaksi

obat dapat bermanfaat dan menggangguterapi.

Cara perhitungan dosis anak-anak didasarkan pada perhitungan

perbandingan dengan dosis dewasa

a. Berdasarkan umur

- Rumus Young

Da= nn+12

× Dd (mg )(untuk anak<8 tah un)

- Rumus Dilling

Da= n20

× Dd (mg )(untuk anak>8 tah un)

Keterangan :

Da : Dosis obat untuk anak

Dd : Dosis obat untuk dewasa

19 |

Page 20: farmasi kedokteran gigi

n : umur anak dalam tahun

b. Berdasarkan berat badan

- Rumus Thremich – Fier (Jerman)

Berat badan anak dalam Kg70

×dosis dewasa

Untuk orang lanjut usia

Usia 60-70 tahun : 45

×dosis dewasa

Usia 70-80 tahun : 34

×dosis dewasa

Usia 80-90 tahun : 23

× dosis dewasa

Usia > 90 tahun : 12

× dosis dewasa

2.7.4 Cara Keja Obat

A. Farmakokinetik

Farmakokinetika dapat didefenisikan sebagai setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya didalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay dan Rahardja, 2002).

a. Absorbsi

Yang dimaksud dengan absorpsi suatu obat ialah pengambilan obat dari permukaan tubuh ke dalam aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe. Dari aliran darah atau sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan. Absorpsi, distribusi dan ekskresi tidak mungkin terjadi tanpa suatu transport melalui membran. Penetrasi senyawa melalui membran dapat terjadi sebagai difusi, difusi

20 |

Page 21: farmasi kedokteran gigi

terfasilitasi, transport aktif, pinositosis atau fagositosis. Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi.

b. Distribusi

Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditransfer lebih lanjut bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi. Akibat perubahan konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi ke dalam jaringan (Mutscler, 1985).

Pada tahap distribusi ini penyebarannya sangat peka terhadap berbagai pengaruh yang terkait dengan tahap penyerapan dan tahap yang terjadi sesudahnya yaitu peniadaan, serta terkait pula dengan komposisi biokimia serta keadaan fisiopatologi subyeknya, disamping itu perlu diingat kemungkinan adanya interaksi dengan molekul lainnya. Pada tahap ini merupakan fenomena dinamik, yang selalu terdiri dari fase peningkatan dan penurunan kadar zat aktif. Pengertian akumulasi dan penimbunan terutama penimbunan bahan toksik, harus dijajaki dari sudut pandang dinamik, maksudnya melihat perbedaan antara kecepatan masuk dan kecepatan keluar. Sebenarnya penimbunan bahan toksik merupakan efek racun dan hasil fatal sebagai akibat lambat atau sangat lambatnya laju pengeluaran dibandingkan laju penyerapan (Aiache,1993).

c. Metabolisme

Obat yang telah diserap usus ke dalam sirkulasi lalu diangkut melalui sistem pembuluh porta (vena portae), yang merupakan suplai darah utama dari daerah lambung usus ke hati. Dalam hati, seluruh atau sebagian obat mengalami perubahan kimiawi secara enzimatis dan hasil perubahannya (metabolit) menjadi tidak atau kurang aktif, dimana proses ini disebut proses diaktivasi atau bio- inaktivasi (pada obat dinamakan first pass effect). Tapi adapula obat yang khasiat farmakologinya justru diperkuat (bio-aktivasi), oleh karenanya reaksi-reaksi metabolisme dalam hati dan beberapa organ lain lebih tepat disebut biotransformasi (Tjay dan Rahardja, 2002).

Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat yaitu induksi enzim yang dapat meningkatkan kecepatan biotransformasi. Selain itu inhibisi enzim yang merupakan kebalikan dari induksi enzim, biotranformasi obat diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya meningkat, menimbulkan efek menjadi lebih besar dan lebih lama. Kompetisi (interaksi obat) juga berpengaruh terhadap metabolisme dimana terjadi oleh obat yang dimetabolisir oleh sistem enzim yang sama (contoh alkohol dan barbiturat). Perbedaan individu juga berpengaruh terhadap metabolisme

21 |

Page 22: farmasi kedokteran gigi

karena adanya genetic polymorphism, dimana seseorang mungkin memiliki kecepatan metabolisme berbeda untuk obat yang sama (Hinz, 2005).

Bila obat diberikan per oral, maka availabilitas sistemiknya kurang dari 1 dan besarnya bergantung pada jumlah obat yang dapat menembus dinding saluran cerna (jumlah obat yang diabsorpsi) dan jumlah obat yang mengalami eliminasi presistemik (metabolisme lintas pertama) di mukosa usus dan dalam hepar (Setiawati, 2005).

Obat yang digunakan secara oral akan melalui lever (hepar) sebelum masuk ke dalam darah menuju ke daerah lain dari tubuh (misalnya otak, jantung, paru-paru dan jaringan lainnya). Di dalam lever terdapat enzim khusus yaitu sitokrom P-450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya. Metabolit umumnya menjadi lebih larut dalam air (polar) dan akan dengan cepat diekskresi ke luar tubuh melalui urin, feses, keringat dan lain-lain. Hal ini akan secara dramatik mempengaruhi kadar obat dalam plasma dimana obat yang mengalami first pass metabolism akan kurang bioavailabilitasnya sehingga efek yang di hasilkan juga berkurang (Hinz, 2005).

Tipe metabolisme dibedakan menjadi dua bagian yaitu Nonsynthetic Reactions (Reaksi Fase I) dan Synthetic Reaction (Reaksi Fase II). Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, hidrolisa, alkali, dan dealkilasi. Metabolitnya bisa lebih aktif dari senyawa asalnya. Umumnya tidak dieliminasi dari tubuh kecuali dengan adanya metabolisme lebih lanjut. Reaksi fase II berupa konjugasi yaitu penggabungan suatu obat dengan suatu molekul lain. Metabolitnya umumnya lebih larut dalam air dan mudah diekskresikan (Hinz, 2005).

Metabolit umumnya merupakan suatu bentuk yang lebih larut dalam air dibandingkan molekul awal. Perubahan sifat fisiko kimia ini paling sering dikaitkan dengan penyebaran kuantitatif metabolit yang dapat sangat berbeda dari zat aktifnya dengan segala akibatnya. Jika metabolit ini merupakan mediator farmakologik, maka akan terjadi perubahan, baik berupa peningkatan maupun penurunan efeknya (Aiache, 1993).

d. Ekskresi

Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni disebut ekskresi. Lazimnya tiap obat diekskresi berupa metabolitnya dan hanya sebagian kecil dalam keadaan asli yang utuh. Tapi adapula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama keringat,

22 |

Page 23: farmasi kedokteran gigi

paru-paru melalui pernafasan dan melalui hati dengan empedu (Tjay dan Rahardja, 2002).

Turunnya kadar plasma obat dan lama efeknya tergantung pada kecepatan metabolisme dan ekskresi. Kedua faktor ini menentukan kecepatan eliminasi obat yang dinyatakan dengan pengertian plasma half-life eliminasi (waktu paruh) yaitu rentang waktu dimana kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya. Kecepatan eliminasi obat dan plasma t ½ -nya tergantung dari kecepatan biotransformasi dan ekskresi. Obat dengan metabolisme cepat half life- nya juga pendek. Sebaliknya zat yang tidak mengalami biotransformasi atau yang resorpsi kembali oleh tubuli ginjal, dengan sendirinya t ½ -nya panjang (Waldon, 2008).

B.Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek

biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari

farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat

dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons

yang terjadi (Gunawan, 2009).

 

Mekanisme Kerja Obat

Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada

sel organisme. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan

biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya

menyerupai senyawa endogen disebut agonis, obat yang tidak mempunyai

aktifitas intrinsik sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu

agonis disebut antagonis. 

Reseptor Obat

Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat

merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-

reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen.

23 |

Page 24: farmasi kedokteran gigi

Transmisi Sinyal Biologis

Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi

ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor

yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor

tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur

atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatik lain. Bila suatu sel dirangsang oleh

agonisnya secara terus-menerus maka akan menyebabkan efek perangsangan.

Interaksi Obat-Reseptor

Ikatan antara obat dengan reseptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah

(ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract

dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.

2.6    Antagonisme Farmakodinamik

a.    Antagonis fisiologik

Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.

b.    Antagonisme pada reseptor

Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek

farmakologi secara instrinsik (Gunawan, 2009).

C. Interaksi Obat

Interaksi obat adalah sebagai kerja atau efek obat yang berubah, atau

mengalami modifikasisebagai akibat interaksi dengan satu obat atau lebih.

Interaksi obat:

1. Interaksi farmakodinamik

Interaaksi farmakodinamik adalah perubahan yang terjadi pada absorpsi,

distribusi, metabolisme, atau biotransformasi, atau ekskresi dari satu obat

atau lebih.

24 |

Page 25: farmasi kedokteran gigi

I. Interaksi dalam absorbsi obat

Ketika seseorang memakai dua obat atau lebih pada waktu yang

bersamaan , maka laju absorbsi dari salah satu atau kedua obat itu

dapat berubah. Obat yang satu dapat menghambat, menurunkan,

atau meningkatkan laju absorpsi obat lain.

II. Interaksi dalam distribusi obat

Dua obat yang berikatan tinggi dengan protein atau albumin

bersaing untuk mendapatkan tempat pada protein atau albumin di

dalam plasma. Akibatnya terjadi penurunan dalam pengikatan

dengan protein pada salah satu atau kedua obat itu; sehingga lebih

banyak obat bebas yang bersirkulasi dalam plasma dan

meningkatkan kerja obat. Efek ini dapat menimbulkan toksisitas

obat; obat yng tidak berikatan dengan protein atau obat bebas, obat

aktif, dan dapat menimbulkan respon farmakologi (respon yang

terjadi atau mempengaruhi satu sistem tertentu pada tubuh). Jika

ada 2obat yang berikatan tinggi dengan protein yang harus dipakai

bersamaan, dosis salah satu atau ke dua obat itu mungkin perlu

dikurangi untuk menghindari tooksisitas obat.

III. Metabolisme dan biotransformasi

Suatu obat dapat meningkatkan metabolisme dari obat lain dengan

merangsang (menginduksi) enzim- enzim hati. Obat- obat yang

dapat meningkatkan induksi enzim- enzim disebut sebagai

penginduksi enzim.. salah satu contoh obatdari penginduksi enzim

barbiturat.

IV. Ekskresi

Obat-obat dapat meningkatkan atau menurunkan ekskresi ginjal

dan mempunyai efek terhadap ekskresi dari obat- obat lain.

Perubahan pH urin mempengaruhi ekresi obat.

25 |

Page 26: farmasi kedokteran gigi

2. Interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah hal- hal yang menimbulkan efek- efek

obat yang aditif, sinergis (potensiasi), atau anatagonis. Jika 2 obat yang

mempunyai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan, maka efek

kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif (efek dua kali lipat),

sinergis ( lebih besar dari dua kali lipat), atau ( antagonis (efek dari salah

satu atau kedua oabat itu menurun).

Contoh antagonis, bila perangsang adrenergik beta isoproterenol dan

penghambatreseptor beta, propranolor deberikan bersama- sama.

3. Interaksi farmasetik

Interaksi farmasetik adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat

obat diformulasikan atau disiapkan sebelum obat digunakan oleh

penderita.

Contoh: obat ditambah infus akan terjadi pengendapan

2.7.5 Teknik Penulisan Resep

Resep ditulis dalam bahasa latin, karena :

- Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science

- Menjaga kerahasiaan

- Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)

Ketentuan resep:

- Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.

- Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker

wajib menanyakan kepada penulis resep.

- Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep.

26 |

Page 27: farmasi kedokteran gigi

- Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung jawab

sepenuhnya dipikul oleh dokter yang bersangkutan (dokter wajib

menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang

lazim di atas resep).

- Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan yang

berbahaya dan tidak dapat menghubungi dokter penulis resep, penyerahan

obat dapat ditunda.

- Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara

parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati

penyakit gigi dan mulut.

- Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat

memberikan tanda ” cito/statim/urgent (segera), P I M/periculum in mora

(berbahaya bila ditunda)” pada bagian kanan resep, dan harus didahulukan

dalam pelayanannya.

- Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek

dapat meringankan harga obat atau bila dapat diberi gratis.

- Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang),

maka apotek tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas resep yang

sama

- Resep yang mengandung narkotika :

harus ditulis tersendiri, tidak boleh ada iterasi (ulangan), dituliskan nama

pasien, alamat pasien ditulis dengan jelas, aturan pakai (signa) ditulis

dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus cognitus (sudah tahu

aturan pakai).

Penulisan resep lengkap harus terdiri dari :

1. Inscriptio

27 |

Page 28: farmasi kedokteran gigi

Terdiri dari nama dokter, alamat dokter, nomor SIP, nama kota,

tanggal resep ditulis oleh dokter, serta R/ (recipe).

Contoh penulisan inscriptio :

Drg. Hendra Tri Hartono

SIP 07062598674

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas

Jalan Jati no.1

Padang

Padang, 12 Agustus 2012

R/

2. Presciptio

Terdiri dari nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, cara

pembuatan (kalau racikan).

Contoh penulisan prescriptio :

Paracetamol tab 500 mg No. X

Eritromisin tab 500 mg No.XXX

3. Signatura

Terdiri dari cara pemakaian obat, jumlah obat, serta waktu minum

obat.

Contoh penulisan signatura :

S 3 dd tab. I p.c.

28 |

Page 29: farmasi kedokteran gigi

Artinya minum 3x per hari, tiap kali minum 1 tablet, sesudah

makan

4. Pro

Terdiri dari nama pasien, umur, serta alamat pasien (jika obat

mengandung narkotika)

5. Subscriptio

Terdiri dari paraf atau tanda tangan (kalau obatnya mengandung

narkotika)

Untuk setiap resep ditutup dengan garis dan kemudian dibubuhi paraf atau tanda

tangan kemudian baru dilanjutkan ke resep kedua.

29 |

Page 30: farmasi kedokteran gigi

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam

maupun sintesis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk

preventif,rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada

manusia maupun hewan. Zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan

begitu saja, sebagai obat terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan.

Bentuk-bentuk sedian obat berupa sediaan padat yaitu

kapsul ,tablet ,serbuk dan suppositoria,sedia semi padat yaitu cream,salep

gel dan pasta dan sedian cair yaitu Solutiones (Larutan) dan suspensi

Dan cara pemberain obat dengan enteranl terdiri dari oral dan sub

limgual ,parental terdiri dari intervena.intramuskular dan subkutan dan

yang lain-lain yaitu inhalasi ,topikal internasal dan rektal

Dan terakhir dpenulisn resep terdiri dari bebrapa bagian inscriptio, presciptio,

signatura ,pro dan subscriptio

3.2 Saran

Agar mahasiswa lebih mempelajari lagi tentang farmasi kedokteran agar tidak

melakukan kesalahan saat dipraktiknya

30 |

Page 31: farmasi kedokteran gigi

DAFTAR PUSTAKA

Aiache, J.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi ke-2. Penerjemah: Dr. Widji Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta.

Harvey .A,Champe.C.(2009).Farmakologi Ulasan Bergambar.Edisi ke-4.Penerbit

EGC.

Hinz, B. (2005). Bioavailability of Diclofenac Pottassium at Low Doses. Germany : Department of Experimental and Clinical Pharmacology and Toxicology, Friedrich Alexander University Erlangen-Nurnberg, Fahrstrasse 17, D-91054 Erlangen.

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta:

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Raharjda, K & Tjay. Tan Hoan. 2015. Obat-Obatan Penting Khasiat, Penggunaan

dan Efek Sampingnya Edisi Ketujuh. Penerbit PT Gramedia : Jakarta.

Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima Cetakan Pertama. Penerbit PT Elex Media : Jakarta

31 |