82
Nama MK : Farmakognosi Kode MK/SKS : FAD 1101/2 Prasyarat : Biologi Sel (FAD 1001) Status : Wajib untuk minat PST dan CCP Diskripsi MK Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi SI IImu Farmasi dan Program Studi Obat Alami yang memberi pengetahuan tentang obat-obatan yang berasal dan tumbuhan dan hewan. Di dalam kuliah ini dibahas tentang definisi, sejarah Farmakognosi, tatanama dan taksonomi tumbuhan, tumbuhan dan hewan sebagai sumber obat, pendekatan taksonomi untuk mengkaji tumbuhan obat dan hewan untuk obat, aktivitas farmakologi bahan alami, produksi simplisia, perubahan simplisia dalam penyimpanan, produk alami dan HTS (High Throughput Screening), senyawa bioaktif dari organisme kelautan, tanaman obat sebagai bahan dasar penemuan obat baru, metabolit primer dan asal usul metabolit sekunder, asam organik dan lipida, karbohidrat, glikosida, minyak atsiri dan resin, steroid, isoprenoid, alkaloid, antikanker dari tumbuhan, obat dengan aktivitas antihepatotoksik dan hipoglikemik, dan identifikasi obat alami. Tujuan Pembelajaran: Mata kuliah ini memberikan dasar-dasar dalam rnengethui, memahami, dan mengerti obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan serta ruang Iingkupnya dalam praktek pengobatan modern maupun tradisional. Dengan mengambil mata kuliah ini dan mata kuliah lain yang terkait, mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan serta pemeriksaan identitas obat alami. Materi Pembelajaran : Perkuliahan MK ini selama satu semester akan dibagi menjadi 14 kali pertemuan atau 14 minggu, masing-masing selama 2x50 menit, dan kegiatan tidak tenjadwal sebanyak 28x50 menit (belajar mandiri, riset pustaka, dan mengerjakan tugas). Topik-topik yang akan dibahas selama satu semester meliputi : Rencana Kegiatan Pembelajaran Semester FARMAKOGNOSI 1

FARMAKOGNOSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FARMAKOGNOSI

Nama MK : FarmakognosiKode MK/SKS : FAD 1101/2Prasyarat : Biologi Sel (FAD 1001)Status : Wajib untuk minat PST dan CCP

Diskripsi MKMata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi SI IImu Farmasi dan Program Studi Obat Alami yang memberi pengetahuan tentang obat-obatan yang berasal dan tumbuhan dan hewan. Di dalam kuliah ini dibahas tentang definisi, sejarah Farmakognosi, tatanama dan taksonomi tumbuhan, tumbuhan dan hewan sebagai sumber obat, pendekatan taksonomi untuk mengkaji tumbuhan obat dan hewan untuk obat, aktivitas farmakologi bahan alami, produksi simplisia, perubahan simplisia dalam penyimpanan, produk alami dan HTS (High Throughput Screening), senyawa bioaktif dari organisme kelautan, tanaman obat sebagai bahan dasar penemuan obat baru, metabolit primer dan asal usul metabolit sekunder, asam organik dan lipida, karbohidrat, glikosida, minyak atsiri dan resin, steroid, isoprenoid, alkaloid, antikanker dari tumbuhan, obat dengan aktivitas antihepatotoksik dan hipoglikemik, dan identifikasi obat alami.

Tujuan Pembelajaran:Mata kuliah ini memberikan dasar-dasar dalam rnengethui, memahami, dan mengerti obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan serta ruang Iingkupnya dalam praktek pengobatan modern maupun tradisional.Dengan mengambil mata kuliah ini dan mata kuliah lain yang terkait, mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan serta pemeriksaan identitas obat alami.

Materi Pembelajaran :Perkuliahan MK ini selama satu semester akan dibagi menjadi 14 kali pertemuan atau 14 minggu, masing-masing selama 2x50 menit, dan kegiatan tidak tenjadwal sebanyak 28x50 menit (belajar mandiri, riset pustaka, dan mengerjakan tugas).Topik-topik yang akan dibahas selama satu semester meliputi :

I. Definisi Farmakognosi, obat tradisional, jamu, fitofarmaka, zoofarmaka, fitoterapi, homoeopati, dan aromaterapi; penggoIongan obat, sistem penamaan tumbuhan, serta hubungan tumbuhan obat dan penemuan obat baru (2 x pertemuan).

2. Biosintesis dan metabolisme produk alami (2 x petemuan).3. Tumbuhan obat sebagai bahan baku fitofarmasetikal (1 x pertemuan).4. Bahan obat yang berasal dan metabolisme primer: karbohidrat, lipida, dan protein

(2 x pertemuan).5. Bahan obat yang berasal dari metabolisme sekunder: glikosida, terpenoid,

alkaloid, serta tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan (5 x pertemuan).6. Identifikasi simplisia (1 x pertemuan).7. Pengembangan penemuan obat baru di masa mendatang (1 x pertemuan).

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

1

Page 2: FARMAKOGNOSI

Learning OutcomesSetelah selesai kuliah ini, mahasiswa diharapkan akan :

1. Mampu menjelaskan asal-usul Farmakognosi serta ruang lingkupnya serta istilah yang terkait.

2. Mampu menyebutkan tumbuhan dan hewan yang digunakan sebagai obat serta kandungan berkhasiat,

3. Mampu menyebutkan berbagai sifat fisika-kimia, stuktur, dan kegunaan senyawa alami yang digunakan sebagai obat.,

4. Mampu memeriksa kemurnian dan identifikasi simplisia, baik domestik maupun impor, dan

5. Mampu menjelaskan tumbuhan dan hewan sebagai sumber inspirasi penemuan obat baru.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

2

Page 3: FARMAKOGNOSI

DAFTAR PUSTAKA

Bruneton , J. ,1999, Pharmacognosy — Phytochemistry – Medicinal Plants, Second, Lavoisier Pub. Inc. c/o Springer Verlag, Secausus USA.

Evans,W.C. and Evans,D., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 15 th Edition, W.B.Saunders, Edinburg, London.

Samuellsson G.. 1999. Drugs of Natural Origin — A Textbook of Pharmacognosy. 4 th Revised Edition, Apotekarsocieteten, Stockholm, Sweden.

Tyler,V.E, Brady.L R.. Robbers J.E., 1988. Pharmacognosy, Ninth Edition, Lea & Febiger. Philadephia.

Retno Sunarminingsih Sudibyo, 2002, Metabolit Sekunder: Manfaat dan Perkembangannya dalam Dunia Farmasi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UGM, Jogjakarta.

Anonim,1975-1995, Materia Medika Indonesia. jilid I-VI, Dep, Kes. RI, Jakarta

Anonim,1990, Cara Pembuatan Simplisia, Dep. Kes RI. Jakarta

Anonim, 1990, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Balk, Dep. Kes. RI. Jakarta

Warta Tumbuhan Obat Indonesia dan jurnal terkait.

Informasi dan Internet search engine (Yahoo!, Google, dll).

Informasi dan website yang terkait.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

3

Page 4: FARMAKOGNOSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

1. Farmakognosi (Pharmacognosy)

“Pharmacognosy is a multidisciplinary subject which comprises parts of botany,

organic chemistry, biochemistry, and pharmacology” (Samuelssofl, 1991).

“The subject of pharmacognosy deals with natural products used as or for the

production and discovery of drugs” (Samuelsson, 1999).

“A natural product can be entire organism such as a plant, an animal or a

microorganism, which has not been subjected to any treatment except, perhaps, to a

simple process of preservation such as drying”

“Crude drug is used for those natural products such as plant or parts of plants,

extracts, and exudates which are not pure compounds.

2. Obat tradisional

a. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-

bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. (menurut Permenkes 246/Menkes/Per/V/1990).

b. Obat tradisional berlisensi adalah obat tradisional asing yang diproduksi oleh

suatu industri obat tradisional (lOT) atas persetujuan dari perusahaan yang

bersangkutan dengan memakai merek dan nama dagang perusahaan tersebut.

c. lndustri Obat Tradisional (lOT) adalah perusahaan OT dengan total aset di

atas Rp 600 juta tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

d. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah perusahaan OT dengan total

aset di bawah Rp 600 juta tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

e. Jamu adalah nama asli Indonesia untuk obat tradisional. Ada beberapa

macam jenis usaha secara perorangan, misalnya Usaha Jamu racikan, Usaha Jamu

Gendong atau, Jamu Bagolan. Tulisan ”JAMU” di dalam lingkaran hitam digunakan

sebagai penanda produk obat tradisional pada umumnya.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

4

Page 5: FARMAKOGNOSI

f. Sediaan herbal adalah sediaan OT yang bahan dasarnya berupa ekstrak.

Merupakan jembatan antara jamu dengan fitofarmaka.

g. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan

khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah

memenuhi persyaratan yang berlaku. Fitofarmaka setaraf dengan obat modern.

(Permenkes nomor 76OIMenkesIPerIlXIl 992).

h. Fitoterapi sama dengan fitofarmaka.

I. Herbal medicine merupakan istilah Anglo-Saxon untuk obat tradisional.

j. Homoeopati adalah sistem pengobatan dengan menggunakan bahan obat

dalam bentuk pengenceran yang besar, jadi kadar bahan obat sangat kecil.

k. Aromaterapi adalah pengobatan atau pemeliharaan kesehatan dengan

menggunakan minyak atsiri. Hal ini sangat erat hubungannya dengan Spa (Sano par

aqua), yaitu pemeliharaan kesehatan atau kebuugaran dengan air dan minyak atsiri.

I. Etnobotani adalah ilmu yang mengkaji tentang tanaman yang terkait dengan

kehidupan suku bangsa tertentu untuk digunakan utamanya untuk pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan atau keperluan lain. lImu ini sangat berguna untuk

mempelajari tanaman tertentu guna dikembangkan menjadi komoditi yang berguna bagi

orang.

m. Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan

yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa.

n. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk kandungan kimia dalam

tumbuhan atau bagiannya.

a. Sediaan galenik adalah bentuk penyarian tumbuhan atau bagiannya yang

berupa ekstrak (infusa, ekstrak, dan tingtur).

p. Obat gubal atau simplisia adalah sama dengan crude drugs.

q. Zoofarmaka adalah sama dengan fitofarmaka tetapi bahan dasarnya berasal

dari hewan.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

5

Page 6: FARMAKOGNOSI

BAB II

OBAT GUBAL (CRUDE DRUGS)

A. Tata-nama dan Produksi Obat Gubal

1 . Tatanama (Nomenclatur)

Kebanyakan obat gubal berasal dari tumbuhan. Nama tumbuhan obat sering

dalam bahasa Latin Famasi. Di negara yang menggunakan bahasa Inggris, biasanya

sering digunakan nama Inggris. Nama Latin biasanya kata pertama menunjukkan

marga (genus) dan kata kedua menunjukkan jenis (species) tumbuhan, demikian pula

bagian tumbuhan yang digunakan. Kata ini yang digunakan untuk menunjukkan bagian

tanaman:

Radix : akar (root), sering tidak sama dengan konsep botani. Namanya

radix ternyata merupakan rhizomes (akar tinggal).

Rhizoma : akar tinggal (rhizome), batang di dalam tanah, biasanya

mempunyai akar lateral.

Tuber : bagian di dalam tanah yang mengandung nutrisi, yang secara

botani merupakan akar/rhizoma. Tuber adalah bagian tumbuhan yang menebal,

utamanya terdiri dari parenkim tempat menyimpan makanan (biasanya pati/amilum) dan

dengan sedikit bagian yang berkayu.

Bulbus : onion, umbi Iapis. Secara botani umbi Iapis adalah batang, yang

diselimuti dengan daun bernutrisi yang biasanya hanya sedikit mengandung klorofil.

Lignum : wood, kayu. Secara botani adalah bagian xilem yang berkayu.

Namun sering keliru, misalnya Quassiae Iignum juga mengandung kulit batang yang

tebal, walaupun hanya sebagian kecil.

Cortex : bark, kulit kayu. Berupa seluruh jaringan di luar kambium. Dapat

berasal dan akar, batang, dan cabang.

Folium : leaf, daun terdiri dari daun tengah pada tumbuhan.

Flos : flower, bunga yang terdiri dari bunga tunggal atau seluruh karangan

bunga.

Fructus : fruit, buah yang berupa buah yang belum masak, sudah tua

belum masak, sudah masak.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

6

Page 7: FARMAKOGNOSI

Pericarpium : fruit peel, kulit buah.

Semen : seed, biji terdiri dan seluruh biji atau biji tanpa kulit.

Herba : herb, Bagian tumbuhan di atas tanah (aerial parts) terdiri dari

batang, daun, bunga, dan buah.

Aetheroleum : essential oil, volatile oil. Minyak atsiri (minyak menguap,

minyak terbang) adalah produk yang berasal dari tumbuhan atau bagiannya yang

berbau khas yang terdiri banyak komponen yang komplek dan bersifat menguap.

Oleum : oil, minyak lemak (fixed oil) yang berasal dari tumbuhan yang

dipisahkan dengan pengepresan.

Pyroleum : tar, dibuat dengan destilasi kering bahan tumbuhan.

Resina : resin, yaitu produk dan sekret tumbuhan tertentu atau hasil

destilasi balsam, yaitu residu penyulingan balsam.

Balsamum : balsam, Ianutan resin dalam minyak atsiri yang dihasilkan oleh

tumbuhan tertentu.

Beberapa contoh:

Nama obat gubal (simplisia) terdiri dari dua patah kata, misalnya Digitalis folium

(daun digitalis) berasal dari tanaman jenis Digitalis purpurea. Untuk Cocae folium

berasal dari tanaman Erythroxylum coca. Beberapa simplisia hanya dinamai dengan

satu kata, misalnya Opium, Gallae, Aloe, dsb.

2. Produksi obat gubal

Simplisia dapat berasal dari tumbuhan liar atau tanaman yang dibudidaya.

Metode yang digunakan dalam produksi untuk setiap jenis simplisia sangat tergantung

dari faktor ekonomi. Ini dapat disarankan untuk mengumpulkan bahan simplisia dari

tumbuhan liar, jika di alam banyak terdapat dan beayanya nisbi rendah, sebaliknya di

alam langka dan beaya tinggi maka perlu untuk dibudidaya. Misalnya di Meksiko, umbi

Dioscorea spp. Dikumpulkan dari tumbuhan liar, sedangkan di Eropa daun digitalis

diproduksi dengan budidaya. Selain faktor ekonomi, pemilihan metode produksi

simplisia juga tergantung dari faktor Iingkungan. Suatu permintaan yang tinggi simplisia

yang dikumpulkan dari tumbuhan liar akan berakibat tumbuhan itu akan menjadi Iangka

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

7

Page 8: FARMAKOGNOSI

atau bahkan terancam kepunahan. Contoh yang mutakhir adalah ditemukannya obat

kanker, yaitu paklitaksel atau turunan taxol dari kulit batang Taxus brevifolia, suatu

tumbuhan kecil yang berasal dari Amerika Utara bagian barat. Di masa mendatang

untuk simplisia yang banyak diminta dan alasan faktor lingkungan serta kualitas yang

seragam (terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat diperlukan. Obat akan

dikumpulkan atau dibudidaya di seluruh dunia.

a. Budidava tanaman obat . Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara cara

budidaya (cultivation) tanaman obat dan tanaman hortikultura dan pertanian Iainnya.

Beberapa faedah dari budidaya tanaman obat dari pada pengumpulan dari tumbuhan

liar. Kondisi tanah, keteduhan, kelembaban, penyakit tanaman dapat diawasi.

Pemanenan lebih menjamin keseragaman tahap perkembangan dan tumbuh bersama

pada Iuas tanah yang terbatas. Hal ini memudahkan penanganan bahan pada tahap

penanganan pasca panen. Pengeringan harus dilakukan secepatnya dan efisien,

sehingga kandungan aktif farmakologik tidak berubah. Semua faktor tersebut akan

menjamin dihasilkannya simplisia yang berkualitas tinggi serta seragam.

Faedah lain dalam budidaya tanaman obat adalah bahwa ekstraksi kandungan

senyawa yang diinginkan dapat terkait dengan budidaya, misalnya produksi minyak

atsiri. Akhirnya, budidaya dapat digabung dengan pemuliaan tanaman, akan diperoleh

tanaman yang mengandung kandungan senyawa bioaktif yang dikehendaki lebih tinggi.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kandungan bioaktif dalam

tumbuhan. Perlu diketahui kandungan kimia aktif setiap jenis atau bagian tumbuhan

agar diperoleh tanaman budidaya dengan hasil panenan yang terbaik. Ada dua faktor

yang terkait, yaitu faktor ekstrinsik (iklim dan tanah) serta faktor intrinsik (gen -

pembawa sifat keturunan).

b. Iklim . Suhu, curah hujan, jam kena cahaya, dan tinggi tanah merupakan

faktor iklim yang sangat penting untuk perkembangan tumbuhan. Pada umumnya

tumbuhan tidak tahan terhadap perubahan iklim yang mendadak, tetapi sangat cocok

dengan iklim yang sesuai pada waktu tumbuhan itu ditemukan tumbuh subur. Ada

beberapa perkecualian, misalnya tanaman opium (Papaver somniferum) tumbuh pada

iklim sedang atau subtropis (misalnya di negara-negara Mediteran, Balkan, Turki). Akan

tetapi, juga dapat tumbuh di daerah Skandinavia dengan jumlah dan jenis alkaloid yang

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

8

Page 9: FARMAKOGNOSI

sama. Contoh lain, tanaman Cinchona succirubra dapat tumbuh baik pada tanah

dengan ketinggian 1000-3000 m, tetapi juga dapat tumbuh pada ketinggian Iebih

rendah namun kandungan alkaloidnya jauh lebih rendah.

Pengaruh iklim terhadap tumbuhan dapat dipelajari dalam phytotron, yaitu suatu

ruangan khusus (technical advance greenhouse) yang dapat diatur berbagai macam

faktor iklim yang berpengaruh.

c. Tanah. Sifat tanah secara fisikawi dan kimiawi menunjukkan variasi yang

besar. Tanah adalah campuran partikel mineral, terbentuk dari kikisan batu, dan

komponen organik, humus, terbentuk dari pembusukan tumbuhan dan hewan. Tanah

yang gembur atau subur mengandung 1,5 – 5 % humus, yang kurus kurang dari 0,5%.

Kapasitas pengikatan air dari tanah, sangat penting bagi tanaman, tergantung

dari ukuran partikel komponen tanah. Tanah terdiri dari utamanya partikel halus (2-20

µm) disebut Iempung/tanah liat (clay). Pasir (sand) terdiri partikel yang lebih besar (20

µm-2 mm), dan kenikil (gravel) atau butiran kasar (2-20 mm). Campuran juga ada

misalnya tanah jenis sandy cla. Tanah liat (clay) memiliki kapasitas mengikat air besar,

yaitu sampai 40% volum dan permeabilitas udara rendah, sedangkan tanah berpasir

(sandy soil) mudah mengering dan permeabilitas udara tinggi.

Tinggi-rendah pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan tumbuhan,

hal ini sangat tergantung atas kandungan alkali. Tanah yang kaya humus dan

kandungan alkali nendah, maka tanah itu bersifat asam, sedangkan kandungan alkali

tinggi mengakibatkan pH tinggi. Berbagai sifat tanah mirip dengan berbagai faktor iklim

dan tumbuhan akan menyesuaikan untuk tumbuh pada tipe tanah berbeda. Akan tetapi,

kebanyakan tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang netral, kaya humus,

dan komposisi tanah terdiri dari partikel halus dan hebih kasar, sehingga terjadi

kombinasi yang baik antara kemampuan mengikat air dan permeabilitas udara.

Garam nutritif, yaitu garam yang diserap oleh tumbuhan, mungkin akan ikut

hilang dari lahan tersebut pada waktu pemanenan. Penggantian garam nutritif yang

hilang ini harus diganti dengan pemupukan dengan pupuk NPK (Nitrogen, Fosfat,

Kalium), yaitu garam yang diperlukan dalam jumlah besar. Ada sejumlah besar unsur

mikro yang diperlukan dalam jumlah sedikit. Pemupukan Farmyard sangat bagus untuk

dilakukan karena selain garam nutritif juga mengandung humus serta mikroorganisma

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

9

Page 10: FARMAKOGNOSI

yang diperlukan. Akan tetapi pemupukan dengan pupuk hijau sering sukar dilakukan

karena tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi, jadi perlu dilengkapi dengan

pupuk anorganik. Pemupukan yang tepat harus didahului dengan analisis tanah, yang

menunjukkan kandungan nutrien mutakhir dalam tanah.

d. Pengairan, pemberentasan gulma, dan hama penyakit. Untuk berkembang

baik tumbuhan memerlukan air yang cukup. Apabila curah hujan rendah maka tanah

pertanian perlu diairi, dengan cara lewat pematang atau langsung disirami.

Ketersediaan air yang baik dan cukup merupakan kunci keberhasilan budidaya

tanaman obat.

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang tetap pada tanaman

obat.Utamanya pada permulaan perkembangan tanaman, gulma tumbuh lebih cepat

daripada tanamannya dan dapat mendominasi lahan tersebut bila tidak diberantas.

Apabila herbisida tidak tersedia maka penyiangan (pemberantasan gulma) dilakukan

secara manual. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penda-ngiran dan beayanya

cukup tinggi.

Serangan hama, misalnya serangga akan menyerang baik bagian tanaman di

atas maupun di dalam tanah, sedangkan cacing dan nematoda akan menyerang di

bagian tanaman di dalam tanah. Kapang dan virus juga dapat menyerang tanaman.

Dengan bahan kimia dapat diberantas pengganggu tersebut walaupun tidak semua.

Yang perlu diperhatikan adalah residu pestisida yang tidak boleh ada dalam bagian

tanaman yang dipanen. Pemberantasan serangga secara biologi lebih diutamakan,

karena tidak meninggalkan residu. Misalnya dengan menggunakan predator (pemangsa

hama).

e. Propagasi tanaman dengan biji. Tanaman dapat diperbanyak dengan biji atau

secara vegetatif. Biji dapat tumbuh setelah periode istirahat (period of rest), yang sesuai

dengan waktu buah masak dan perkecambahan. Kadang-kadang untuk mematahkan

dormancy perlu diperlakukan istimewa, misalnya dengan membiarkan pada suhu

rendah, ini dilakukan untuk biji tanaman yang tumbuh di daerah dingin. Biji dapat

ditanam langsung di lahan pertanian atau disemaikan dahulu dipersemaian. Kecepatan

perkecambahan menurun tergantung dari lama penyimpanan.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

10

Page 11: FARMAKOGNOSI

f. Propagasi tanaman secara vegetatif. Reproduksi secara vegetatif dapat

dilakukan dengan beberapa cara. Perbanyakan dapat dilakukan dengan menggunakan

bulbus atau akar tinggal (stolon atau rhizoma), stek ranting atau batang atau daun.

(sosor bebek atau Kalanchu pinnata)., Bila perlu dilakukan pada nampan atau lahan

pembibitan atau ditanam pada polibag.

3. Pengumpulan dan pemanenan tumbuhan obat

Berdasarkan Permenkes 659/MENKES/SK/X/1991 mengenai Cara Pembuatan

Obat Tradisonal yang Baik (CPOTB) yang memiliki landasan umum, bahwa obat

tradisional diperlukan masyarakat untuk memelihara kesehatan, untuk mengobati

gangguan kesehatan serta memulihkan kesehatan. Untuk mencapai itu perlu dilakukan

langkah-langkah agar obat tradisional yang dihasilkan aman (safety), bermanfaat

(efficacy), dan bermutu (quality). Disebutkan pula bahwa keamanan obat tradisional

sangat tergantung pada bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses

pembuatan, peralatan, pengemas, serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat

tradisional. CPOTB merupakan cara pembuatan obat tradisional dengan pengawasan

menyeluruh atau terpadu dan bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang selalu

memenuhi persyaratan yang berlaku.

Dalam CPOTB, definisi bahan baku adalah sebagai berikut. Bahan baku ialah

simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnva, baik yang berkhasiat

maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan

dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut masih

terdapat di dalam produk ruahan. Suatu definisi yang cukup jelas namun rumit juga

karena dalam keterangan selanjutnya tidak dirinci dalam peraturan ini. Namun demikian

mengenai istilah simplisia, sediaan galenik, dan bahan tambahan, batasannya terdapat

dalam peraturan lain yang terkait dengan obat tradisional.

Dalam peraturan ini, definisi pembuatan ialah seluruh rangkaian kegiatan yang

meliputi pengadaan bahan (termasuk penyiapan bahan baku), pengolahan,

pengemasan, pengawasan mutu sampai diperoleh produk jadi yang siap untuk

didistribusikan. Jadi penyiapan bahan baku merupakan tahapan yang awal dan tidak

boleh diabaikan, karena akan sangat menentukan mutu produk jadi obat tradisional.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

11

Page 12: FARMAKOGNOSI

Selanjutnya akan diuraikan mengenai tahapan dalam penyiapan bahan baku obat

tradisional, namun dalam kesempatan ini hanya diuraikan mengenai penyiapan

simplisia dan sediaan galenik.

a. Penyiapan simplisia

Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia, tahapan yang perlu diperhatikan

adalah (a) bahan baku simplisia, (b) proses pembuatan simplisia, dan (c) cara

pengepakan/pengemasan dan penyimpanan simplisia.

1). Bahan baku simplisia. Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku

simplisia merupakan faktor yang penting yang perlu diperhatikan. Sumber bahan

baku dapat berupa tumbuhan, hewan, maupun mineral. Dalam uraian ini dibatasi

yang berasal dari bahan nabati saja. Hal ini kami Iakukan karena berdasarkan

kenyataan bahwa simplisia nabati merupakan komponen utama dalam produk

obat tradisional. Simplisia nabati yang ideal dapat ditinjau dari asal tumbuhan

tersebut. Tumbuhan tersebut dapat berasal dari tanaman budidaya maupun

tumbuhan liar.

a). Tanaman budidaya. Tanaman ini sengaja dibudidaya seperti yang diuraikan di

atas, di Eropa dan Amerika telah diberlakukan mengenai GAP (Good Agriculturing

Practice) untuk digunakan sebagai sumber bahan baku simplisia. Untuk itu bibit

tanaman harus dipilih yang baik, ditinjau dari penampilan dan kandungan senyawa

berkhasiat, atau dengan kata lain berkualitas atau bermutu tinggi. Misalnya rimpang

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Rhizoma) dipilih yang rimpangnya besar-besar dan

kandungan kurkuminoid serta minyak atsirinya tinggi. Simplisia yang berasal dari

tanaman budidaya selain berkualitas, juga sama rata atau homogen sehingga dari

waktu ke waktu akan dihasilkan simplisia yang bermutu mendekati ajeg atau konsisten.

Dari simplisia tersebut akan dihasilkan produk obat tradisional yang “reproducible” atau

ajeg khasiatnya. Perlu diperhatikan pula bahwa tanaman budidaya dapat bervariasi

kualitasnya bila ditanam secara monokultur (tanaman tunggal) dibanding dengan

tanaman tumpangsari. Demikian juga terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap

penampilan dan kandungan kimia suatu tanaman, antara lain tempat tumbuh, iklim,

pemupukan, waktu panen, pengolahan pasca panen dsb. Sehingga tidak heran bila kita

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

12

Page 13: FARMAKOGNOSI

temukan dalam pasaran bahwa bahan tanaman sebagai bahan baku simplisia yang

berasal dari daerah tertentu memiliki keunggulan tertentu pula.

b). Tumbuhan liar. Tumbuhan liar artinya tumbuhan tersebut tidak dibudidaya atau

tumbuh liar. Sebetulnya tumbuhan liar tersebut dapat dibudidayakan. Namun hal ini

jarang dilakukan oleh petani karena tradisi atau kebiasaan. Dari balai-balai penelitian

dapat kita peroleh informasi mengenai cara budidaya tanaman obat tersebut yang

semula merupakan tumbuhan liar. Mengenai cara budidaya juga dapat ditemukan

dalam pustaka, misalnya Materia Medika Indonesia JiIid I dan II (sekarang sudah terbit

enam jilid) atau buku lain yang terkait dengan tanaman obat. Agar bahan tumbuhan

yang berasal dan tumbuhan liar ini mutunya dapat dipertahankan, dipenlukan

pengawasan kualitas secara intern yang baik. Apabila suatu bahan baku simplisia yang

berasal dari tumbuhan liar ini melangka, padahal permintaan pasar tinggi, maka sering

kita jumpai adanya pemalsuan. Dan pengalaman dapat kita lacak kemudian dicatat

asal-usul bahan tumbuhan yang berasal dari tumbuhan liar tersebut, kita periksa kadar

bahan berkhasiat, sehingga kita dapat memilih bahan simplisia serupa untuk produk

kita di masa mendatang. Pekerjaan terakhir ini dalam dunia botani disebut “mapping”

artinya membuat peta mengenai habitat (tempat tumbuh) tumbuhan tertentu. Misalnya

untuk mendapatkan kayuangin (Usnea spp.) sekarang harus mendatangkan dari Jawa

Timur (Banyuwangi), karena di Jawa Tengah mulai jarang ditemukan. Sudah saatnya

pegagan (Centella asiatica (L). Urban) dibudidayakan karena banyak jamu racikan

yang rnengandung herba pegagan.

c). Bahan simplisia dipenoleh dan “pengepul”. Dalam hal ini ada yang berbentuk

segar atau sudah merupakan simplisia. Untuk itu perlu penanganan yang khusus

tergantung dari bentuknya tadi. Sayang sampai saat ini belum ada pengolah simplisia

yang dapat diandalkan sehingga industri jamu dapat memperoleh simplisia yang

bermutu dari pengolah tersebut.

b. Pemanenan pada saat yang tepat

Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung

bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama

sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

13

Page 14: FARMAKOGNOSI

tertentu. Di bawah ini akan diuraikan kapan waktu yang tepat untuk memanen bagian

tumbuhan.

Ketentuan saat pemanenan tumbuhan atau bagian tumbuhan adalah sebagai

benikut.

(a) Biji (semen) dipanen pada saat buah sudah tua atau buah mengering,

misalnya biji kedawung.

(b) Buah (fructus) dikumpulkan pada saat buah sudah masak atau sudah tua

tetapi belum masak, misalnya Iada (misalnya pada pemanenan lada, kalau dilakukan

pada saat buah sudah tua tetapi belum masak akan dihasilkan lada hitam (Piperis nigri

Fructus); tetapi kalau sudah masak akan dihasilkan lada putih (Piperis aIbi Fructus).

(c) Daun (folia) dikumpulkan pada saat tumbuhan menjelang berbunga atau

sedang berbunga tetapi belum berbuah.

(d) Bunga (flores/flos) dipanen pada saat masih kuncup (misalnya cengkeh atau

melati) atau tepat mekar (misalnya bunga mawar, bunga srigading).

(e) Kulit batang (cortex) diambil dari tanaman atau tumbuhan yang telah tua atau

umun yang tepat, sebaiknya pada musim kemarau sehingga kulit kayu mudah

dikelupas.

(f) Umbi Iapis (bulbus) dipanen pada waktu umbi mencapai besar optimum, yaitu

pada waktu bagian atas tanaman sudah mulai mengering (misalnya bawang putih dan

bawang merah).

(g) Rimpang atau “empon-empon (rhizomad) dipanen pada waktu pertumbuhan

maksimal dan bagian di atas tanah sudah mulai mengering, yaitu pada permulaan

musim kemarau.

c. Proses Pembuatan SimplisiaSetelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan penanganan

pasca panen adalah sebagai berikut.

1). Sortasi basah. Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus

benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia

yang dimaksud, bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan

pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian

tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

14

Page 15: FARMAKOGNOSI

tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau

bagiannya).

2). Pencucian. Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai, karena

cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng

(PAM). Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir. Ke dalam air untuk

mencuci dapat dilarutkan kalium permanganat seperdelapan ribu, hal ini dilakukan

untuk menekan angka kuman dan dilakukan untuk pencucian rimpang.

3). Perajangan. Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses

pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau

dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal

maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau

berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia

karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya

bukan dan besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat).

4). Pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga

simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari

teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan

mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Jamur Aspergilus flavus

akan menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kanker

hati, senyawa ini sangat ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut persyaratan obat

tradisional tertera bahwa Angka khamir atau kapang tidak Iebih dari 104. Mikroba

patogen harus negatif dan kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj).

Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah

patah. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air

tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam

Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di

bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi

dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa

dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam

untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses pengeringan

berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan di

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

15

Page 16: FARMAKOGNOSI

sini bahwa cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak

kandungan aktifnya.

5). Sortasi kering. Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan

sortasi untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak

karena sebagai akibat proses sebelumnya.

6). Pengepakan dan penyimpanan. Bahan pengepak harus sesuai dengan

simplisia yang dipak. Misalnya simplisia yang mengandung minyak atsiri jangan dipak

dalam wadah plastik, karena plastik akan menyerap bau bahan tersebut. Bahan

pengepak yang baik adalah karung goni atau karung plastik. Simplisia yang

ditempatkan dalam karung goni atau karung plastik praktis cara penyimpanannya, yaitu

dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya juga mudah serta cukup menjamin

dan melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak lainnya digunakan menurut

keperluannya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan seng mudah

melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang sejenis dengan

itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling

mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan

pemeliharaannya. Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan

identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan cara penyimpanannya. Adapun tempat atau

gudang penyimpanan harus memenuhi syarat antara lain harus bersih, tentutup,

sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar matahari

tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat sedemikian rupa

sehingga serangga atau tikus tidak dapat Ieluasa masuk, tidak mudah kebanjiran serta

terdapat alas dari kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai rayap)

atau bahan lain untuk meletakkan simplisia yang sudah dipak tadi. Pengeluaran

simplisia yang disimpan harus dilaksanakan dengan cara mendahulukan bahan yang

disimpan Iebih awal (“First in — First out” = FIFO).

d. Pemeriksaan mutu

Pemeriksaan mutu simplisia sebaiknya dilakukan secara periodik, selain juga

harus diperhatikan untuk pertama kali dilakukan yaitu pada saat bahan simplisia

diterima dari pengepul atau pedagang Iainnya. Buku pedoman yang digunakan sebagai

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

16

Page 17: FARMAKOGNOSI

pegangan adalah Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Agar diperoleh

simplisia yang tepat, sebaiknya dilakukan arsipasi simplisia sebagai standar intern atau

pembanding. Mengenai pemeriksaan mutu, dalam benak kami menginginkan adanya

Iaboratorium pemeriksaan mutu simplisia atau obat tradisional yang terakreditasi

serta dapat melayani kebutuhan pemeriksaan mutu dari produsen obat tradisional.

e. Rangkuman

Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehaten RI yang terkait

dengan obat tradisional sangat bagus. Namun demikian bila pelaksanaannya sulit

dilaksanakan oleh produsen maka peraturan itu tidak akan dilaksanakan dengan baik.

Akibatnya produk yang dihasilkan tidak seperti yang diinginkan serta CPOTB tidak

dapat dilaksanakan secara lengkap. Untuk menyelesaikan masalah tersebut perlu dicari

solusinya yang tepat dan cepat. Di Amerika Serikat dan negara MEE (Eropa)

merekomendasikan bahwa pemeriksaan mutu obat tradisional secara mikroskopi,

kromatografi lapis tipis, dan HPLC merupakan cara baku yang digunakan.

Pustaka Acuan

Departemen Kesehatan R.I., 1994, Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat Tradisional, Dirwas Obat Tradisional, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I., 1976 .... 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid I ...VI, Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I., 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Dirwas Obat Tradisional, Jakarta.

Seabaugh,K. and Smith, M., 1996, USP Open Conference on Botanicals for Medical and Dietary Uses: Standards and Information Issues, The United States Pharmacopeial Convention, Inc., Rockville, Maryland.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

17

Page 18: FARMAKOGNOSI

BAB III

BIOSINTESIS DAN METABOLISME PRODUK ALAMI

A. Biosintesis Metabolit Primer

1. Biosintesis karbohidrat

a. Produksi monosakarida Iewat fotosintesis. Dalam tumbuhan yang berklorofil,

monosakarida diproduksi Iewat fotosintesis, suatu proses biologi yang mengubah

energi elektromagnetik menjadi energi kimiawi. Dalam tumbuhan hijau, fotosintesis

terdiri dari dua golongan reaksi. Satu golongan terdiri dari reaksi cahaya yang

sesungguhnya mengubah energi elektromagnetik menjadi potensi kimiawi. Golongan

lain terdiri dari reaksi enzimatik yang menggunakan energi dari reaksi cahaya untuk

mengfiksasi karbon dioksida menjadi gula. Reaksi terakhir ini sering disebut reaksi

gelap. Hasil dari kedua reaksi tersebut dapat disimpulkan menjadi reaksi sederhana

sebagai berikut.

2H20 + CO2 + cahaya (CH2O) + H20 + 02

Walaupun kesimpulan persamaan reaksi merupakan peran serta seluruh reaktan

dan produk, namun belum menggambarkan zantara yang terjadi sepanjang proses

tersebut. Jadi reaksi yang terjadi tidak sesederhana dalam persamaan reaksi tersebut.

Jadi carbon dalam fotosintesis dikerjakan pertama kali oleh Calvin dkk. seperti

tercantum dalam Gambar 3 --1.

b. Biosintesis sukrosa. Sukrosa merupakan produk tanaman yang sangat berguna

bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa sukrosa tidak hanya gula pertama yang

terbentuk dalam proses fotosintesis tetapi juga bahan transpor utama. Pembentukan

sukrosa mungkin merupakan prekursor biasa untuk sintesis polisakarida. Meskipun jalur

alternatif terdiri dari suatu reaksi antara glukosa 1-fosfat dan fruktosa yang

bertanggungjawab untuk produksi sukrosa dalam mikroorganisme tertentu, biosintesis

metabolit penting dalam tumbuhan tinggi terjadi menurut jalur yang tergambar pada

Gambar 3—2.

Fruktosa 6-fosfat, diturunkan dan daur fotosintetik, diubah menjadi glukosa 1-

fosfat yang kemudian bereaksi dengan UTP membentuk UDP-glukosa. UDP-gIukosa

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

18

Page 19: FARMAKOGNOSI

bereaksi dengan fruktosa 5-fosfat membentuk pertama sukrosa fosfat, kemudian

berubah menjadi sukrosa atau dengan fruktosa langsung membentuk sukrosa.

Gambar 3—1. Jalur biosintesis sukrosa (Tyler et al., 1988)

Gambar 3—2. Jalur biosintesis sukrosa (Tyler et al., 1988)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

19

Page 20: FARMAKOGNOSI

2. Biosintesis lipid

Bertahun-tahun, sintesis Iemak dan minyak lemak oleh onganisme hidup

dipercaya dipengaruhi secara sederhana oleh reaksi balik yang bertanggungjawab

pada peruraiannya. Utamanya, hal ini termasuk hidrolisis ester gliserol-asam Iemak

(gliserida) oleh enzim lipase dan diikuti penyingkiran dua unit atom karbon sebagai

asetil-KoA dan rantai asam lemak oleh ß-oksidasi. Studi biosintesis menunjukkan

bahwa pembentukan lipid ini menggunakan jalur kimia yang berbeda.

Biosintesis asam lemak berjalan dengan sederet reaksi melibatkan dua komplek

enzim plus ATP, NADPH2, Mn++, dan karbon dioksida.

Pertama asetat bereaksi dengan KoA dan asetil-KoA yang terbentuk diubah oleh

reaksi dengan karbon dioksida menjadi malonil-KoA. Ini selanjutnya bereaksi dengan

asetil-KoA membentuk zantara dengan 5 unit karbon, yang mengalami reduksi dan

eliminasi karbon dioksida membentuk butinil-KoA. Senyawa malonil-KoA bereaksi lagi

dengan senyawa ini membentuk zantara dengan 7-atom karbon, yang direduksi

menjadi kaproil-KoA. Pengulangan reaksi ini akan membentuk asam lemak (fatty acids)

yang mempunyai atom karbon genap dalam rantainya (Gambar 3 — 3). Jadi bagian

malonil-KoA, senyawa dengan 3 atom karbon, ternyata merupakan pemasok satuan 2

atom karbon dalam biosintesis asam lemak.

Jalur biosintesis asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids), rantai cabang,

jumlah atom karbon gasal dalam asam lemak, dan lain-lain modifikasi belum ditegakkan

secara rinci.

Bagian molekul (moiety) gliserol yang digunakan dalam biosintesis lipid diturunkan

utamanya dari isomer-L dari α-gliserofosfat (L- α-GP). Reaksi-reaksi yang terlibat dalam

pembentukan tipe trigliserida dirangkum dalam Gambar 3-4. L-α-GP mungkin

diturunkan baik dari gliserol bebas maupun zantara glikolisis, dihidroasetonfosfat

bereaksi berturut-turut dengan 2 molekul asetil-KoA membentuk pertama asam L-α-

flisofosfatidat , kemudian asam L-α-fosfatidat. Senyawa yang akhir ini diubah menjadi

α,ß-digliserida, yang akan baik kembali kedaur asam fosfatidat atau bereaksi dengan

asil-KoA dan asam Iemak untuk membentuk trigliserida.

Mengenai biosintesis asam Iemak yang penting dalam farmasi belum diketahui

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

20

Page 21: FARMAKOGNOSI

secara rinci. Misalnya ester alkohol tinggi pada malam mungkin terbentuk dari unit

asam lemak yang lebih pendek dalam biosintesis yang analog dengan asam lemak.

Senyawa hidrokarbon dari lemak terbentuk dari reduksi sekualena atau metabolit yang

setara.

Gambar 3 –3. Reaksi-reaksi yang terlibat dalam pembentukan trigliserida (Dewick, 1997)

Gambar 3 –4. Reaksi-reaksi yang terlibat dalam pembentukan trigliserida (Dewick, 1997)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

21

Page 22: FARMAKOGNOSI

3. Biosintesis asam amino dan protein

Protein terdiri dari rangkaian asam amino. Di alam terdapat asam amino esensial

dan nonesensial. Asam amino esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia, jadi

harus diperoleh dari sumber protein dari luar.

Biosintesis asam amino sangat erat hubungannya dengan biosintesis metabolit

sekunder, beberapa contoh tercantum dalam Gambar 3—5.

Biosintesis protein terinci dalam MK Biokimia, sehingga dalam MK ini tidak

diuraikan.

Gambar 3 – 5. Jalur biosintesis asam amino yang terkait dengan biosintesis alkaloid (Dewick, 1997)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

22

Page 23: FARMAKOGNOSI

B. Biosintesis Metabolit Sekunder

Biosintesis metabolit sekunder sangat beragam tergantung dari goIongan

senyawa yang bersangkutan. Jalur yang biasanya dilalui dalam pembentukan metabolit

sekunder ada tiga jalur, yaitu jalur asam asetat, jalur asam sikimat, dan jalur asarn

mevalonat.

1. JaIur asam asetat

Poliketida meliputi golongan yang besar bahan alami yang digolongkan bersarna

berdasarkan pada biosintesisnya. Keanekaragaman struktur dapat dijelaskan sebagai

turunan rantai poli-ß-keto, terbentuk oleh koupling unit-unit asam asetat (C2) via reaksi

kondensasi, misalnya

n CH3CO2H [CH3C0]n -

Termasuk poliketida adalah asam temak, poliasetilena, prostaglandin, antibiotika

makrolida, dan senyawa aromatik seperti antrakinon dan tetrasiklina. Pembentukan

rantai poli-ß-keto dapat digambarkan sebagai sederet reaksi Claisen, keragaman

melibatkan urutan ß-oksidasi dalam metabolisme asam lemak. Jadi, 2 molekul asetil-

KoA dapat ikut serta datam reaksi Claisen membentuk asetoasetil-KoA, kemudian

reaksi dapat berlanjut sampai dihasilkan rantai poli-ß-keto yang cukup (Gambar 3—7).

Akan tetapi studi tentang enzim yang terlibat dalam biosintesis asam Iemak belum

terungkap secara rinci. Namun demikian, dalam pembentukan asam lemak melibatkan

enzim asam Iemak sintase seperti yang dibahas di atas.

Mengenai reaksi-reaksi yang terjadi pada jalur asam asetat tercantum dalam

Gambar 3—6.

2. Jalur asam sikimat

Jalur asam sikimat merupakan jafur alternatif menuju senyawa aromatik,

utamanya L-fenilalanin. L-tirosina. dan L-triptofan. Jalur ini berlangsung dalam

mikroorganisme dan tumbuhan, tetapi tidak berlangsung dalam hewan, sehingga asam

amino aromatik merupakan asam amino

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

23

Page 24: FARMAKOGNOSI

Gambar 3 – 6. Biosintesis via jalur asetat (Dewick, 1997)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

24

Page 25: FARMAKOGNOSI

esensial yang harus terdapat dalam diet manusia maupun hewan. Zantara pusat adalah

asam sikimat, suatu asam yang ditemukan dalam tanaman IlIicium sp. beberapa tahun

sebelum perannya dalam metabolisme ditemukan. Asam ini juga terbentuk dalam

mutan tertentu dari Escherichia coli. Adapun contoh reaksi yang terjadi dalam

biosintesis asam polifenolat tercantum dalam Gambar 3 — 7. Dalam biosintesis L-

triptofan dan asam 4-hidroksibenzoat juga terjadi zantara asam korismat.

Gambar 3 – 7. Jalur sikimat dalam biosintesis asam polifenolat (Dewick, 1997)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

25

Page 26: FARMAKOGNOSI

3. Jalur asam mevalonat

Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar

dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam

model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan dari

metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (mevalonic acid : MVA). Adapun

reaksinya adalah sebagai berikut.

Gambar 3 – 8. Jalur asetat dalam pembentukan IPP yang merupakan batu bata pembentukan terpenoid via asam mevalonat (Dewick, 1997)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

26

Page 27: FARMAKOGNOSI

C. Hubungan Antara Metabolisme Primer dan Sekunder

Berdasarkan kenyataan bahwa pada fase pertumbuhan , tumbuhan utamanya

memproduksi metabolit primer, sedangkan metabolit sekunder belum atau hanya sedikit

dimetabolisme. Hal yang serupa juga sesuai dengan yang terjadi dalam kultur jaringan

tanaman dalam produksi metabolit sekunder, ingat kurva pertumbuhan. Dalam kjt,

produksi metabolit sekunder terjadi pada awal fase stasioner (waktu pertumbuhan mulai

berhenti).

Dalam kaitannya hubungan kedua metabolisme ini dapat dirangkum dalam

Gambar 3—9

Gambar 3 – 9. Hubungan antara metabolisme primer dengan metabolisme sekunder

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

27

Page 28: FARMAKOGNOSI

D. Upaya untuk Meningkatkan Metabolisme Sekunder

1. Metode konvensional

Adanya kenyataan rnengenai ras kimia (chemical races) atau chemodemes., yaitu

adanya perbedaan kandungan kimia dalam tumbuhan antar satu spesies yang memiliki

fenotipe sama, namun secara genetik berbeda; seperti keidentikan bentuk luar tetapi

berbeda dalam kandungan kimianya. Ekspresi genetik ini dinyatakan dalam

metabolisme sekunder golongan senyawa tertentu.

a. Pemilihan bibit unggul perlu dilakukan. Bibit unggul dapat terjadi secara alami,

namun yang sering dikerjakan adalah hibridisasi dan mutasi serta pemuliaan tumbuhan

dengan penyerbukan silang atau metode lain yang sejenis.

b. Budidaya tanaman merupakan upaya untuk meningkatkan produksi metabolit

sekunder, serta memperoleh bahan dasar obat yang seragam.

2. Metode bioteknologi

Metode ini dapat ditempuh dengan berbagai oara, antara lain:

a. Pembentukan tanaman transgenik, yaitu dengan memindahkan materi genetik

dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Dalam praktek sangat terbatas dilakukan,

mungkin masih terbatas pada penelitian. Di sini juga mencakup teknik DNA

rekombinan.

b. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman , baik dalam propagasi klonal,

embriogenesis somatik, kultur suspensi sel dan kultur organ (akar berambut), serta sel

amobil dalam produksi metabolit sekunder dsb. Di samping itu juga dapat dilakukan

biotransformasi dengan kultur set, hal ini juga dapat dilakukan dengan sistem sel

amobil.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

28

Page 29: FARMAKOGNOSI

BAB IV

PRODUK METABOLISME PRIMER

A. Lipida

1. Pendahuluan

a. Definisi: Lipida (lemak, minyak Iemak, dan malam) adalah ester asam Iemak

rantai panjang dengan alkohol atau turunan sekerabat.

b. Perbedaan utama antara Iemak, minyak Iemak dengan malam adalah tipe

alkoholnya, yaitu Iemak dan minyak Iemak adalah gliserol, sedangkan malam

alkoholnya berbobot molekul tinggi, misalnya setilalkohol.

c. Distribusi: di alam ada yang berasal dari tumbuhan (mis. Minyak wijen, minyak

kacang) atau hewan (lernak sapi); sedangkan malam berasal dari tumbuhan dan hewan

juga.

d. Kegunaan: sebagai cadangan makanan (enersi). Lemak penghasil kalori tinggi.

Produk banyak digunakan di bidang farmasi, industri, dan nutrisi.

e. Sifat fisika: Perbedaan lemak dan minyak Iemak terletak pada titik Ieleh; untuk

minyak Iemak pada suhu kamar berbentuk cairan, sedangkan Iemak berbentuk padat.

Meskipun pada umumnya minyak tumbuhan cair, namun juga ada yang berbentuk

semi-padat (mis. minyak kakao dan minyak tengkawang), sedangkan minyak hewan

padat kecuali minyak ikan.

f. Sifat kimia. Dalam USP ada beberapa uji yang digunakan untuk identitas,

kualitas, dan kemurnian minyak Iemak. Uji-uji tersebut bendasarkan kimia asam Iemak,

mis. bilangan asam (acid value/acid number), angka penyabunan (saponification value),

bilangan iodium (iodine number). Selain itu juga ada tetapan fisika lainnya mis. titik

beku, titik Ieleh, indeks bias (refractive index), bobot jenis digunakan untuk memeriksa

identitas, kemurnian, dan kualitas minyak lemak atau lemak.

g. Cara memperoleh Iemak/minyak Iemak yang berasal dari tumbuhan: (a)

pengepresan dengan kempa hidrolik: bila keadaan dingin disebut ”virgin oil” atau “cold-

pressed oil” dan bila dalam keadaan panas panas disebut ”hot-pressed oil”; (b) kadang-

kadang digunakan pelarut organik untuk mengekstraksi minyak lemak. Cara

memperoleh Iemak dari hewan dengan uap panas dengan atau tanpa tekanan,

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

29

Page 30: FARMAKOGNOSI

disaring, kemudian diputihkan dengan ozon. Stearin sering dipisahkan dengan cara

pendinginan dan disaring.

h. Bagian tumbuhan yang mengandung minyak Iemak/lemak adalah biji, misalnya

biji kapas, biji wijen, biji jarak, biji coklat, dsb.

i. Rumus bangun Iemak atau minyak Iemak yang merupakan gliserida adalah

sebagai berikut.

CH2-O-CO-RI

CH-O-CO-R’I

CH2-O-CO-R’

BiIa R = R’ = R” merupakan radikal asam Iemak senyawa tersebut, disebut triolein,

tripalmitin, atau tnistearin., dsb.

Beberapa contoh asam Iemak yang umum.

Asam-asam Iemak jenuh (saturated): dimana R = jumlah atom C rantai tanpa

karboksilat (-COOH)

Asam butirat .................... R = C3

Asam kaproat .................... R = C5

Asam kaprilat .................... R = C7

Asam kaprat .................... R = C9

Asam laurat .................... R = C11

Asam miristat .................... R = C13

Asam palmitat .................... R = C15

Asam stearat .................... R = C17

Asam arakidat .................... R = C19

Asam Iemak tak jenuh (unsaturated):

Asam oleat .................... 18:1(9c)

Asam Iinoleat .................... 18:2(9c;12c)

Asam α-IinoIenat .................... 18:3(9c,12c,15c)

Asam γ-Iinolenat .................... 18:3(6c,9c,12c)

Asam anakidonat .................... 20:4 (5c,8c,1 lc,14c)

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

30

Page 31: FARMAKOGNOSI

Asam eikosapentaenoat (EPA). 20:5 (5c,8c,1 lc,14c,17c)

Asam dokosapentaenoat (DPA).22: S (7c, I Oc, 1 3c, I 6c, I 9c)

Asam neronat .................... 24:1(15c)

(semua ikatan rangkap cis atau Z)

Keterangan struktur :

j. Biosintesis asam Iemak telah diuraikan di muka.

k. Beberapa tumbuhan penghasil / sediaan minyak Iemak/lemak

I) Evening Primerose oil / Primerose oil

a) Terdapatnya: Minyak ini diperoleh dengan mengekstraksi siji galur

terpilih dari Oenothera biennis,Onagraceae, suatu tumbuhan biennial dari Amerika

Utara yang sekarang banyak dibudidaya di daerah subtropis. Bijinya mengandung

minyak Iemak sampai 24% yang komponen utamanya trigliserida dari asam Iemak tak

jenuh, yaitu asam γ-linoleat (65-80%) dan asam γ-Iinolenat (asam gamolenat 7-14%).

Minyak ini banyak digunakan sebagai food supplement dengan berbagai nama dagang

dalam jaringan MLM (Multi Level Marketing).

b) Kegunaan: Direkomendasikan untuk mengurangi keluhan sakit pada

permulaan haid (premenstrual tension), sklerosis majemuk, sakit payudara (breast pain

= rnastalgia), eczema, selanjutnya juga untuk diabetes, alkoholisme, dan penyakit

kardiovaskular.

c) Produk lain serupa, yaitu Borage oil (starflower oil), juga karena

kandungan asam Iemak tak jenuh tinggi; diambil dari biji tanaman Boraga officinalis

(fam. Boraginaceae).

Selanjutnya mengenai minyak lemak dan Iemak lainnya dapat dirangkum dalam Tabel

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

Jumlah atom C

Singkatan 18:2 (9c, 12c)

Posisi ikatan rangkap

Stereokimia ikatan rangkap(c = cis/Z; t = trans/E)

Jumlah ikatan rangkap

31

Page 32: FARMAKOGNOSI

4.1.2) Asam Iemak tak jenuh dengan ikatan asetilen

Terdapatnva: Di alam juga dikenal asam Iemak tak jenuh yang mengandung

ikatan asetilenik (ikatan tak jenuh rangkap tiga) yang utamanya diturunkan dan

ketidakjenuhan lebih lanjut dan sistem olefinat. Tersebar Iuas di alam dalam suku

Asteraceae, Apiaceae, dan fungi golongan Basidomycetes.

Tabel 4.1. Minyak Iemak dan lemak dengan berbagai data yang berguna

Nama minyak lemak

Tumbuhan asal Bagian yang digunakan

Kandungan minyak (%)

Komposis asam lemak (%)

Kegunaan / keterangan

Oleum Amygdalarum

Prunus amygdalusVar. Dulcis atau amara (Rosaceae)

Biji 40-55% Oleat (62-86%)Linoleat (7-30%)Palmitat (4-9 %)Stearat (1-2%)

Dasar emolien, Kecantikan

Oleum Arachidis(Minyak Kacang)

Arachis hypogaea(Leguminosae)

Biji 45-55% Oleat (35-72%)Linoleat (13-43%)Palmitat ( 7-16%)Stearat (1-7%)Behenat (1-5z%)Arakidat (13%)

Dasar emolien,Minyak makan

Oleum Ricini(Minyak jarak)

Ricinus communis(Euphorbiaceae)

Biji 35=55% Risinoleat (80-90%)Oleat (4-9%)Linoleat (2-7%)Palmitat (2-3%)Stearat (2-3%)

Dasar emolien,Purgatif, sabun

Oleum cocos(Minyak kelapa)

Cocos nucifera(Palmae)

Biji 65-68% Laurat (43-53%)Miristat (15-21%)Palmitat (7-11%)Kaprilat (5-10%)Kaprat (5-10%)Oleat (6-8%)Stearat (2-4 %)

Sabun, minyak makan, sampo Fraksinasi minyak kelapa kandungan utama asam kaprilat dan kaprat (untuk diet)

Oleum Gossypii(Minyak biji kapas)

Gossypium hirsutum(Malvaceae)

Biji 15-35% Linoleat (33-58%)Palmitat (17-29%)Oleat (13-44%)Stearat (1-4%)Sterkulat dan malvalat

Sabun, minyak untuk injeksi mengandung gosipol (1,1-1,3%) antifertilitas laki-laki

Oleum Maydis(minyak jagung)

Zea mays(poaceae = Graminae)

Embrio 33-39% Linoleat (34-62%)Oleat (19-50%)Palmitat (8-19%)Stearat (0-4%)

Minyak makan, pelengkap diet, pelarut untuk injeksi

Oleum Olivarum(Minyak zaetun)

Olea europaea(Oleaceae)

Buah 15-40% Oleat aaaaaaa956-85%)Linoleat (4-20%)Palmitat (6-20%)Stearat (1-4%)

Minyak makan, dasar emolien

Oleum Elaeis(Minyak sawit)

Elaeis guineensis(Palmae = Arecaceae)

Daging buah 45-50% Laurat (40-52%)Miristat (14-18%)Oleat (9-16%)

Sabun, minyak makanDengan menghidrogenasi dan

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

32

Page 33: FARMAKOGNOSI

Palmitoleat (6-10%)Kaprilat (3-6%)Kaprat (3-5%)Stearat (1-4%)Linoleat (1-3%)

mengfraksi, hasilnya digunakan untuk basis supositoria

Oleum Soyae(Minyak kedelai)

Glycine max(Leguminosae)

Biji 18-20% Linoleat (44-62%)Oleat (19-30%)α-linoleat (4-11%)Palmitat (7-14%)Stearat (1-5%)

Minyak makan dan pelengkap diet

Oelum Sesami(Minyak wijen)

Sesamum indicum(Pedaliaceae)

Biji 44-54% Oleat (35-50%)Linoleat (35-50%)Palmitat (7-12%)Stearat (4-6%)

Sabun, minyak makan, pelarut injeksi

Oleum Cacao Theobroma cacao(Sterculiaceae)

Biji 35-50% Oleat (35%)Stearat (35%)Palmitat (26%)Linoleat (3 %)

Basis supositoria, coklat, cacao butter berbentuk padat

Oleum Helianthi(Minyak bunga matahari)

Helianthus annuus(Compositae)

Biji 22-36% Oleat (30%)Linoleat (60%)Palmitat (6,5%)Stearat (5,5 %)

Minyak makan

Lemak yang berasal dari hewan: dari sapi (Bos taurus; Bovidae) disebut cowvet

untuk makanan; dari domba (Ovis aries; Bovidae) disebut Adeps lanae untuk dasar

salep pelembab; dari hati ikan (Gadus morrhua; Gadidae) disebut Oleum Iecoris AseIli

(cod-liver oil) untuk sumber vitamin A dan D, serta EPA dan DHA, sedangkan halibut-

liver oil berasal dari Hippoglossus vulgaris (Pleumectideae) dengan kegunaan sama

dengan minyak ikan; Adeps suillus berasal dari lemak perut babi (Sus ; Suidae)

digunakan dalam makanan.

Sifat kimia: Senyawa ini cenderung tak mantap dan beberapa diantaranya bersifat

mudah meledak (explosive) bila terkumpul banyak. Namun karena dalam tumbuhan

kadarnya kecil maka tidak berbahaya. Bedanya dengan asam Iemak tak jenuh rangkap

dua jamak yang biasanya tidak terkonyugasi, tetapi untuk golongan ini terkonyugasi; hal

ini memudahkan untuk deteksi dan isolasi, yaitu berpendar di bawah sinar UV.

Contoh tumbuhan yang mengandung asam ini, misalnya dalam bunga Matricaria

chamomila (Compositae) mengandung asam dehidromatikaria yang memiliki atom C-

18. Senyawa lain Cicutoxin (Cicuta virosa; Umbelliferae) dan oenanthotoxin (Oenanthe

crocata; Umbelliferae) yang beracun terhadap binatang menyusui, mengakibatkan

muntah-muntah berkepanjangan dan kejang. Bila yang dimakan akarnya

mengakibatkan keracunan yang mematikan. Falcarinol (Falcaria vulgaris dan Oenanthe

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

33

Page 34: FARMAKOGNOSI

crocata; keduanya termasuk fam. Umbellifera)., juga terdapat pada Hedera helix

(Araliaceae) yang dapat mengakibatkan dermatitis kontak. Wyerone dari Vicia faba

(fam. Leguminosae) yang mempunyai bioaktivitas antifungal.

Struktur senyawa di atas tercantum dalam Gambar 4.1. di bawah ini.

Gambar 4.1. Bebenapa senyawa asetilenik dengan ikatan rangkapTiga

Di alam juga dikenal asam lemak dengan rantai cabang, misalnya asam

tuberkulostearat (Bacillus tuberculosis), asam hidnokarpat atau asam kaulmograt

(Hydnocarpus wightiana; Flacourtiaceae) digunakan dalam pengobatan lepra

(Mycobacterium leprae).3) Prostaglandin

Prostaglandin merupakan golongan senyawa yang termodifikasi dari asam lemak

atom C-20 yang pertama kali diisolasi dari cairan semen manusia dan pertama kali

diduga dieksresikan oleh kelenjar prostat. Namun sekarang telah diketahui terdapat

dalam jaringan baik pada manusia maupun hewan dalam jumlah kecil dan memiliki efek

farmakologi beragam. Senyawa ini memiliki bioaktivitas pada kadar rendah, pada kadar

serupa hormon dan dapat mengatur tekanan darah, kontraksi otot polos, sekresi

gastrik, dan agregasi keping darah pada pembekuan darah. Dengan demikian banyak

digunakan dalam pengobatan, namun sulit untuk membuktikan pemisahan beragam

bioaktivitas pada individu.

Kerangka utama prostaglandin adalah asam lemak C-20 yang tersiklisasi yang

mengandung sebuah cincin siklopentana, sebuah rantai samping pada C-7 dengan

gugus karboksil, dan sebuah rantai samping C-8 dengan terminal gugus metil.

Prostaglandin dibentuk dari tiga macam asam lemak, yaitu asam ∆8.11.14 -

eikosatrienoat (asam dihomo - γlinolenat), asam ∆5.8.11.14 eikosatetraenoat (asam

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

34

Page 35: FARMAKOGNOSI

arakidonat) , dan asam ∆5.8.11.14.17 - eikosapentaenoat yang berturutan menghasilkan

prostaglandin deret I, 2, dan 3. (Gambar 4.2). Untuk deret yang lain terpapar pada

Gambar 4.2. Deret prostaglandin asal dari asam eikosatrienoat, arakidonat dan

eikosapentaenoat

Gambar 4.3. Deret prostaglandin lainnya

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

35

Page 36: FARMAKOGNOSI

Prostaglandin terdapat hampir di semua jaringan binatang menyusui, hanya dalam

kadar rendah. Terdapat juga pada sponge (Plexaura homomalia) dari laut Kepulauan

Karibia mengandung 1-2%. Juga terdapat dalam sponge lainnya. Untuk pengobatan

digunakan hasil semisintesis dan juga hasil isolasi dari sponge.

Produk yang dipasarkan: dengan nama Gemeprost (hasil semisintesis digunakan

untuk mendilatasi leher rahim (cervix) pada awal keguguran), Dinoprostone (PGF2α 1

jarang digunakan, pada awal keguguran), Alprostadil (PGE1 mempunyai efek pada otot

rahim (uterus), untuk pemeliharaan bayi dengan kelainan jantung bawaan guna

meningkatkan oksigenasi sebelum dilakukan pembedahan koreksi jantung),

Carboprost (I 5-metil PGF2α untuk menghentikan perdarahan pada waktu melahirkan,

bila ergometrina tidak efektif), Misoprostol (analog PGE1 obat untuk menghambat

sekresi lambung dan menyembuhkan tukak usus dua belas jari dan lambung, bila

dikombinasi dengan NSAID tidak mengakibatkan perdarahan dan tukak lambung),

Prostacyclin dan Epoprostenol (untuk tekanan darah tinggi dan menghambat

agregasi darah karena menurunkan kadar kalsium), lloprost (untuk mengobati

trombotik).

4) Thromboxane rnerupakan cabang samping dari jalur prostaglandin (Gambar

4.4). Gugus peroksid dan cincin siklopentana dari PGH2 dipecah dan dibentuk kembali

membentuk tromboksan A2 (TXA2) yang mengandung cincin oksetan (oxetane) yang

beranggota-4 yang sangat tegar, sehingga senyawa ini sangat tidak mantap dan

bereaksi dengan nukleofil. Dalam lingkungan air senyawa ini akan bereaksi membentuk

hemiasetal, yaitu tromboksan B2 (TXB2).

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

36

Page 37: FARMAKOGNOSI

Gambar 4.4. Reaksi terbentuknya tromboksan

5) Leukotrienes adalah keragaman lain dalam metabolisme asam anakidonat.

Senyawa ini merupakan sederet turunan asam lemak dengan konyugasi gugus trien

dan pertama kali diisolasi dari Ieukosit. Mengenai terbentuknya leukotrien dapat dilihat

dalam Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Reaksi terbentuknya leukotrien

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

37

Page 38: FARMAKOGNOSI

B. Karbohidrat

Pembahasan untuk karbohidrat sudah diterbitkan dalam bentuk reader tentang

Farmakologi I pada kurikulum lama.

C. Protein

1. Hormon peptida dan sistem endokrin

a. Definisi : hormon adalah metabolit dalam binatang menyusui (mamalia) yang

dihasilkan oleh kelenjar buntu atau endokrin, yang dibebaskan langsung ke darah, dan

terlibat dalam terjadinya respon oleh organ tubuh atau jaringan yang spesifik.

b. Metabolit yang memiliki aktivitas biologi ini dapat berupa steroid maupun

turunan dari asam amino. Golongan hormon yang termasuk turunan asam amino

merupakan peptida dengan berbagai ukuran, tetapi hanya sedikit yang bukan asam

amino atau metabolit nonpeptida, yaitu efinefrina dan tiroksin. Selanjutnya akan dibahas

hormon nonsteroid dan aspek umum mengenai produk endokrin.

c. Sejarah perkembangan. Penggunaan produk endokrin dalam pengobatan kini

merupakan pertumbuhan praktek primitif dari organoterapi. Penggunaan serbuk testis

babi oleh Magnus (abad 13) untuk pengobatan impoten dan uterus kelinci untuk

pengobatan sterilitas adalah kenyataan langsung dari pengobatan masa kini. Filosofi

yang mendasari pengobatan dengan menggunakan organ mamalia tersebut

dikemukakan oleh Vicary (abad16), katanya: ” In what part of the body the faculty you

would strengthen lies, take same part of the body of another creature in whom the

faculty is strong, as a medicine”.

Asal-usul dari pengobatan dengan endokrin pada mulanya bersifat empirik,

setelah ditemukan pengetahuan tentang fungsi endokrin dan pengobatan merupakan

hasil penelitian intensif yang dilakukan dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun. Serbuk

kelenjar dan ekstrak kelenjar yang dibakukan (distandarisasi) semula dimaksud untuk

memperoleh hasil pengobatan yang ajeg keterulangannya dan dapat diawasi lebih baik

daripada dengan organ yang dipilih secara acak; sedangkan isolat hormon

menawarkan faedah tambahan dalam banyak hal. Teknologi modern dapat mensintesis

berbagai hormon termasuk sejumlah peptida, serta senyawa yang memiliki bioaktivitas

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

38

Page 39: FARMAKOGNOSI

seperti hormon alami (misalnya prednison — kortison). Akan tetapi, kemajuan yang

komprehensif didukung oleh penelitian fungsi fisiologi dan cara diagnose yang

berkembang yang disumbangkan dalam pengobatan Ianjut dan sangat signifikan.

d. Falsafah keterlibatan fungsi faal dan terapeutik. Fungsi hormon adalah sebagai

transmiter kimiawi rangsangan selektif antara berbagai kelenjar endokrin dan organ

atau jaringan tubuh yang spesifif. Informasi yang cukup dapat menjelaskan secara

umum aksi bagaimana hormon mempengaruhi metabolisme pada sel sasaran dan

mempertahankan homeostasis.

2. Fungsi hormon

Ukuran dan sifat Iipofilik steroid membuat dapat menembus membran sel, tetapi

banyak hormon peptida tidak dapat masuk ke dalam sel yang tidak memiliki sistem

transport yang khas. Hormon ini, dalam banyak hal, mengikat reseptor pada permukaan

sel dan beraksi dalam satu atau dua ialan sebagai berikut, yaitu (i) mengimbas

langsung perubahan permeabiltas membran untuk ion, glukosa, asam amino dll. Dan

(ii) mengimbas produksi mesenger sekunder seperti siklik-AMP, yang menghantarkan

signal hormon antar sel. Hormon yang mengontrol permeabilitas membran sel , baik

Iangsung maupun tak Iangsung, termasuk estrogen, hormon pertumbuhan, glukagon,

glukokortikoid, insulin, testosteron, dan vasopresin. Pengimbasan (induksi)

pembentukan enzim dan modifikasi dalam kecepatan reaksi enzimatik merupakan

mekanisme aksi hormonal juga.

Pengawasan fisiologi pembentukan dan pembebasan hormon untuk mengatur aras

hormon merupakan aspek yang penting dalam memelihara metabolisme homeostatis

dan integritas fungsi tubuh. Mekanisme pengaturan umum telah diketahui dengan jelas.

Ada mekanisme umpan balik (feedback mechanism) yang bertanggungjawab dalam

kadar bahan tertentu dalam darah. Bahan kunci ini merupakan hormon atau metabolit.

Contohnya, dalam hal meningkatan kadar glukosa darah dalam orang normal akan

merangsang pembebasan insulin, dan peningkatan aras triiodotiroksin-tiroksin

mengakibatkan penurunan sekresi tirotropin yang bersifat mengharnbat sekresi

thyrotropin-releasing factor oleh hipotalamus. Mekanisme kedua melibatkan

rangsangan luar dan ini diperantarai oleh hipotalamus, hipotalamus akan mensekresi

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

39

Page 40: FARMAKOGNOSI

releasing factor beraksi pada pituitari anterior untuk meningkatkan pembebasan hormon

tropik yang khas.

Beberapa manifestasi proses pengontrolan hormonal agak rumit dan hanya

diketahui terbatas oleh ahli ilmu kesehatan saja. Akan tetapi, telah diketahui secara luas

tentang pengaruh hormon kelamin (gonadal hormones) pada perkembangan dan fungsi

organ reproduktif dan sifat kelamin menggambarkan tipe umum dasar keterlibatan

hormon.

Ada interaksi yang bagus antara fungsi berbagai kelenjar endokrin dan hubungan

yang erat antara sistem indoknin dan susunan saraf pusat (CNS: central nervous

system) dan otonom. Jadi adanya gangguan primer dalam kelenjar endokrin atau

pengobatan dengan hormon akan berakibat efek yang lebih lanjut. Perhatian harus

ditekankan dalam pengelolaan terapi dengan hormon utamanya dalam situasi yang

kompleks untuk mencegah perkembangan yang berbahaya dan irasional.

Gangguan fungsi kelenjar endokrin dapat mengakibatkan aksi hormon berlebihan

(hiperfungsi) atau penurunan aksi hormon (hipofungsi) dengan berbagai tingkatan.

Yang sering dilakukan adalah terapi hormonal karena terjadinya keluhan akibat

kekurangan suatu hormon. Terapi penyulihan menggunakan sediaan endoknin untuk

melengkapi atau penggantian total karena abnormalitas aras hormon endogen yang

rendah. Diagnosis dan terapi dini perlu dilakukan untuk kasus semacam ini, untuk

menghindari akibat yang permanen akibat penyakit ini, antara lain kretinisme,

gigantisme, dan lain-lain. Penggunaan terapi penyulihan hormon (replacement therapy)

biasanya memakan waktu lama (long-term therapy), karena hormon yang diberikan

merupakan metabolit normal dalam tubuh, biasanya efek samping minimal jika

diperhatikan dosis yang seimbang dengan keperluan. Penggunaan insulin merupakan

contoh yang tepat untuk kasus hipofungsi sistem endoknin ybs.

Hipofungsi kelenjar yang mempertahankan aktivitas dapat dirangsang secara

potensial untuk mendekati aktivitas normal dengan menggunakan obat bukan hormon

itu sendiri atau dengan menghambat proses katabolik untuk mempertahankan

ketersediaan hormon yang terbatas. Pengobatan dengan pendekatan ini memerlukan

ilmu pengetahuan biokimia Ianjut.

Bahan harmon tidak digunakan untuk terapi hiperfungsi kelenjar indokrin.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

40

Page 41: FARMAKOGNOSI

Antimetabolitlah yang sering digunakan untuk kasus ini. Pendekatan lain yang

digunakan dalam kedokteran adalah melakukan operasi atau destruksi terpilih dari

kelenjar yang mengakibatkan efek hiperfungsi tersebut. Terapi radiasi dengan

menggunakan 131 pada kondisi tiroid tertentu merupakan satu contoh.

Kadang-kadang, hormon memiliki faedah aksi farmakologi yang secara langsung

tidak terkait dengan fungsi endokrin normal. Penggunaan glukokortikoid untuk anti-

inflamasi dan antirematik. Efek samping yang berbahaya akan lebih besar apabila

hormon digunakan untuk efek farmakologi tertentu daripada terapi penyulihan.

Contohnya, penggunaan jangka panjang kortison akan berakibat atropi permanen

kelenjar endokrin (glandula suprarenalis) yang pada keadaan normal memproduksi

hormon tersebut. Penggunaan yang rasional, karena hanya dalam jangka pendek,

misalnya oksitosin (oxytocin) pada perdarahan sehabis melahirkan (post partum

hemorrhage).

3. Produksi secara komersial

Banyak obat yang digunakan dalam praktek pengobatan dan biasanya

digolongkan sebagai produk endokrin merupakan produk samping (by products) pada

industri daging olahan. Kelenjar tiroid, pankreas, adrenal, dan pituitari yang berasal dari

sapi dan babi digunakan sebagai bahan dasar untuk produk endokrin tersebut.

Kandungan aktif (active principles) yang terdapat dalam organ tersebut sangat beragam

dalam kualitas maupun kuantitas, tergantung dari spesies.

Kelenjar yang digunakan dalam produk farmasi dikumpulkan dari pemotongan

hewan yang diawasi oleh pemerintah dan harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh

Depertemen Pertanian c.q. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hanya organ dari

hewan potong yang sehat yang dapat digunakan. Segera setelah diambil dari hewan,

organ tersebut harus disimpan dalam freezer (quick-frozen) untuk mencegah kerusakan

(perubahan yang tidak diinginkan). Sampai diproses. Prosesnya sangat bervariasi

tergantung dari jenis kelenjar; biasanya kelenjar tersebut mengalami ekstraksi dan

fraksinasi untuk menghasilkan hormon murni. Akan tetapi, untuk kelenjar tiroid cukup

hanya dikeringkan tanpa isolasi dan pemurnian hormon ybs. Tiroid beku mengalami

dehidratasi, pengawalemakan (defatted), penyerbukan, pembakuan, serta dibuat

bentuk sediaan yang sesuai.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

41

Page 42: FARMAKOGNOSI

Sintesis kimia merupakan pendekatan yang logis dalam produksi sediaan hormon,

sehingga tersedia berdasarkan kebutuhan dalam pengobatan. Selain itu juga

pendekatan sintesis parsial yang diawali dengan produksi prazat oleh tumbuhan atau

secara fermentasi. The Merrifield solid-phase synthesis of peptides adalah suatu

teknologi yang berkembang pada tahun 60-an dari pengobatan dengan endokrin.

Teknik ini melibatkan dasar penggandengan gugus karboksi-ujung dalam asam amino

pada kolom resin dan sintesis polipeptida berlangsung dengan melewatkan larutan

pereaksi urutan yang terprogram dalam suatu kolom. Tidak perlu dilakukan isolasi

zantara; proses ini berjalan secara otomatis, dan sintesis ini layak secara komersial,

bahkan telah diproduksi peptida dengan 24 sampai 32 residu asam amino (berturutan

co-syntropinR dan calcitoninR). Sejumlah hormon yang dapat diisolasi dan kelenjar

endokrin sekarang telah dibuat secara sintesis.

4.Kelenjar adrenal (Glandulae suprarenalis)

Kelenjar adrenal ada sepasang dan masing-masing terletak menempel di atas

ginjal kanan dan kiri. Ukurannya rata-rata 5x25x55 mm, beratnya antara 4 sampai 18 g.

Mula-mula dilaporkan oleh Eustachius dalam abad 16 dan dianggap berfungsi

menghambat urinasi pada janin dan mencegah batu ginjal pada orang dewasa.

Pengetahuan mengenai fungsi adrenal dimulai oleh Addison dalam tahun 1849 dan

jauh dari lengkap.

Setiap adrenal terdiri dari dua kelenjar yang berbeda yang bergabung menjadi

satu organ. Sel dan adrenal cortex mensekresi hormon steroid dan adrenal medulla

mensekresi adrenalin dan nor-adrenalin (epinephrine dan nor-epinephrine) dengan

nisbah mendekati 17:3 dan berfungsi sebagai bentuk posganglion-simpatetik.

Medulla tidak penting dalam kehidupan dan tidak dikenal penyakit defisiensi.

Penggunaan hormon ini dalam pengobatan berdasarkan efek farmakologi dari amina

simpatomimetik dan tidak untuk penyulihan hormon. Adrenalin mengakibatkan efek

vasokontriksi dan sebagai vasopresor, beraksi secara umum sebagai bahan

simpatomimetik dengan onset cepat, namun aksinya singkat. Digunakan secara

intravena atau intramiokardial pada cardiac arrest. Bronkodilatasi yang dihasilkan oleh

aktivitas adrenergik beta-reseptor dari adrenalin, sangat berguna dalam pengobatan

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

42

Page 43: FARMAKOGNOSI

serangan asma mendadak. Adanya gugus fungsional katekol menyebabkan adrenalin

tidak dapat digunakan per oral, tetapi harus disuntikkan secara subkutan atau

intramuskular.

Hormon katekolamina dimetabolisme menjadi inaktif dengan berbagai jalur. Jalur

utama adalah melibatkan katekol O-metilasi , tetapi deaminasi oksidatif dengan

monamin oksidase (MAO) adalah sangat khas dan signifikan pada menggunakan obat

inhibitor MAO.

a. Biosintesis adrenalin. Adrenalin dapat digolongkan sebagai alkaloid amina tipe

fenilpropanoid. Merupakan turunan tirosina yang dioksidasi menjadi dihidroksi-

fenilalanin (dopa), lalu mengalami dekarboksilasi dan dioksidasi pada rantai samping.

Nor-adrenalin dihasilkan dari perubahan adrenalin dengan pemindahan gugus metil dari

metionin aktif. The rate-limiting step terletak pada perubahan tirosina menjadi dopa.

b. Penggunaan dalam pengobatan. Adrenalin tersedia sebagai garam yang larut

dalam air, yaitu hidroklorida, bitartrat, atau borat (khusus untuk oftalmologi). Mantap

dalam suasana asam, apabila dalam larutan bewarna coklat atau ada endapan,

sediaan tersebut tidak layak untuk digunakan. Kadar untuk topikal 1:1000, untuk

inhalasi 1:100, larutan dalam air steril (1:1000, 1:10.000, dan 1:100.000) untuk

parenteral; suspensi dalam minyak (1:200) untuk sediaan depo; untuk tetes mata (1:50

sampai 1:400) untuk glaukoma sudut-terbuka atau keperluan mata lainnya.

Bentuk lain: Levarterenol atau (-)-noradrenalin meningkatkan tekanan darah.

Dopamina atau 3,4-dihidroksifeniletilamina merupakan prekursor dalam biosintetis

adrenalin dan noradrenalin. Untuk pengobatan decompensatio cordis dan

meningkatkan tekanan darah, digunakan secara intravena.

5. Kelenjar tlroid

Kelenjar tiroid (gondok) pada manusia terdiri dari dua lobus terletak di Ieher

melekat pada kerongkongan, berbentuk-U dengan berat sekitar 30 g. Roger dan

Palermo menggunakan spons dan rumput laut (mengandung lodium tinggi) untuk

mengobati penyakit gondok (goiter) pada abad 12.

Kelenjar gondok memetabolisme iodium dalam makanan dan mengubah menjadi

senyawa organik yang mempercepat proses metabolisme. Hal ini sangat penting dalam

mengembangkan dan berfungsinya semua sel dalam tubuh. Asam amino yang bersifat

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

43

Page 44: FARMAKOGNOSI

levo dan mengandung iodium adalah tiroksin dan triiodotironin yang terdapat dalam

kelenjar tiroid dan tetap aktif pada penggunaan per oral. Metabolit ini juga berikatan

dengan globulin (tiroglobulin) yang memiliki aktivitas hormon maksimal. Pembebasan

hormon ini diatur oleh tirotropin yang terletak dalam pituitari anterior.

Defisiensi iodium mengakibatkan manifestasi hipotiroidism yang dikompen-sasikan

dengan pembesaran tiroid (penyakit gondok). Penyakit ini dapat diobati dengan

pemberian sediaan kelenjar tiroid, isolat, atau dengan pembenian iodium. Hipotiroidism

mengakibatkan kretinisme pada anak dan miksoedema pada orang dewasa. Kretinisme

juga dapat ditandai gangguan pertumbuhan, keterbelakangan mental, perkembangan

seksual terganggu, penebalan kulit, kulit kering, lidah menebal, kasar dan kecepatan

metabolisme terganggu.

Kondisi hiperaktivitas tiroid mengakibatkan tirotoksikosis yang ditandai dengan

kecepatan denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, syaraf mudah

terangsang (mudah marah), kecepatan metabolisme meningkat; kelemahan otot

dengan disertai gemetar (tremor); penurunan bobot badan dan lemak; toleran terhadap

hawa dingin, namun tidak tahan hawa panas. Juga terjadinya bola mata yang menonjol

(exophthalmos) tanda ini merupakan gejala penyakit Graves atau Basedow.

Hiperaktivitas tiroid juga merupakan gejala overdosis pemberian hormon tiroid.

Rasionalitas pemberian hormon tiroid pada pendenita kegemukan.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

44

Page 45: FARMAKOGNOSI

BABV

METABOLIT SEKUNDER

A. Glikosida

1.Pendahuluan.

Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula (glikon)

diantara produk hidrolisisnya dan sisanya berupa senyawa bukan gula (aglikon).

BiIa gula yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut

glukosida, sedangkan bila terbentuk gula lainnya disebut glikosida. Di alam ada O-

glikosida, C-glikosida, N-glikosida, dan S-glikosida.

Secara kimia, senyawa ini merupakan asetal , yaitu hasil kondensasi gugus

hidroksil gula dengan gugus hidroksil dari komponen aglikon, serta ggs hidroksil

sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk

cincin oksida. Secara sederhana glikosida merupakan gula eter. Bentuk alfa dan beta

mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam tanaman hanya bentuk beta (ß) yang

ada.

Dari segi pandang biologi, glikosida berperan dalam tumbuhan terlibat dalam

fungsi pengaturan-pengaturan, perlindungan, dan kesehatan, sedangkan untuk

manusia ada yang digunakan dalam pengobatan. Dalam segi pengobatan, glikosida

menyumbang hampir setiap kelas pengobatan, misalnya sebagai obat jantung

(kardiotonika) contohnya: glikosida digitalis, strophantus, squiII, convallaria, apocynum,

dll.; sebagai obat pencahar (laxantia), misalnya antrakinon dalam sena, aloe, kelembak,

kaskara sagrada, frangula, dll.; sebagai penyedap atau lokal iritan, misalnya

alilisotiosianat; sebagai analgesika, misalnya gaulterin dan gondopuro menghasilkan

metilsalisilat.

Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya akan

dijumpai gula yang strukturnya belum jelas; sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya

akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol,

terpenoid, antosian, flavonoid dsb. Bila ditinjau dari segi pengobatan akan terjadi

beberapa glikosida yang diabaikan, padahal penting dalam farmakognosi.

Dalam tumbuhan sering dijumpai gula Iebih dari satu, misalnya di- dan

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

45

Page 46: FARMAKOGNOSI

trisakanida. Gula yang umum adalah D-glukosa, sering dijumpai pula ramnosa. GuIa

yang tidak umum misalnya digitoksosa, digitalosa, simanosa dsb.

Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam

mineral. Namun demikian kecepatannya berbeda-beda. Hidrolisis dalam tumbuhan

juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya

secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya

adalah ramnase. Untuk tanaman tertentu juga memiliki enzimnya sendiri, misalnya

emulsin pada biji amandel dan mirosin dalam biji mustar hitam.

Biosintesis glikosida secara singkat dapat dirangkum dalam reaksi sebagai

berikut:

UTP + gula-1-fosfat UDP-gula + PPi

UDP-gula + ---septor ---septon – gula + UDP

(glikosida)

(1) enzim uridil tranferase (2) enzim glikosil transferase

Dengan reaksi sejalan akan terbentuk di-, tri-, bahkan tetra- sakarida.

Bila bagian aglikon digunakan sebagai dasar klasifikasi maka akan didapatkan

penggolongan sebagai berikut (menurut Claus dalam Tyler et aI.,1988).:

1. golongan kardioaktif,

2. golongan antrakinon,

3. golongan saponin,

4. golongan sianopora,

5. golongan isotiosianat,

6. golongan flavonoid,

7. golongan alkohol,

8. golongan aldehida,

9. golongan lakton,

10.galongan fenolat, dan

11.golongan tanin.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

46

Page 47: FARMAKOGNOSI

2. Glikosida antrakinon

Golongan ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus

karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10) atau hanya C9

(antron) dan C9 ada gugus hidroksil (antranol). Adapun strukturnya adalah sebagai

berikut.

a. Sifat fisika & kimia. Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna

kuning sampai merah sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk

identifikasi digunakan reaksi Borntraeger (Iihat MMI). Antrakinon yang mengandung

gugus karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan

natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat bebas

di alam atau sebagai glikosida. Antron bewarna kuning pucat, tidak menunjukkan

fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan isomemya, yaitu antranol bewarna

kuning kecoklatan dan dengan alkali membentuk larutan berpendar (berfluoresensi)

kuat. Oksantron merupakan zantara (intermediate) antara antrakinon dan antranol.

Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu dengan menambahkan hidrogen

peroksida akan menujukkan reaksi positif. Senyawa ini terdapat dalam Frangulae

cortex. Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dari molekul antron,

hasil oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi dengan udara).

Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum, dan Rhamnus; dalam

golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida. Reidin A, B, dan C yang terdapat

dalam sena dan kelembak merupakan heterodiantron.

b. Efek farmakologi (bioaktivitas) glikosida antrakinon adalah stimulan katartika

dengan meningkatkan tekanan otot polos pada dinding usus besar, aksinya akan terasa

sekitar 6 jam kemudian atau lebih lama. Adapun mekanisme belum jelas, namun diduga

antrakinon dan antranol dan turunannya berpengaruh terhadap tranpon ion dalam sel

colon dengan menghambat kanal ion Cl-. Untuk antron dan antranol mengeluarkan

kegiatan lebih drastik (itulah sebabnya ada beberapa simplisia yang boleh digunakan

setelah disimpan selama satu tahun, untuk mengubah senyawa tersebut menjadi

antrakinon), bila jumlahnya lebih besar daripada antrakinon akan mengakibatkan mulas

dan rasa tidak enak.

c. Kegunaan: katartika, pewarna, dan antibakteri.Tumbuhan yang mengandung glikosida gol. ini antara lain sebagai berikut.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

47

Page 48: FARMAKOGNOSI

1) Simplisia penghasil antrakinon

a) Daun sena, Senna leaf (Sennae Folium)

AsaI tumbuhan: Cassia acutifolia DeliIe (Alexandria senna) dan Cassia

angustifolia Vahl. (Tinnevelly senna) (Suku Leguminosae)

Tempat tumbuh: Untuk C. acutifolia tumbuh liar di lembah sungai Nil (dari

Aswan sampai Kordofan), sedangkan C. angustifolia tumbuh liar di Somalia, Jazirah

Arab, dan India. Di India Selatan (Tinnevelly) tanaman ini dibudidayakan. Juga ditanam

di Jammu dan Pakistan Barat Laut. Di India tanaman ini dibudidayakan dengan

pengairan. Perbedaan antara sena Aleksandria dan sena India tercantum dengan jelas

dalam Trease & Evans PharmacognoSy (2002).

Kualitas: Daun yang bewarna hijau kebiruan adalah yang terbaik, sedangkan

yang bewarna kuning adalah yang terjelek. ldentifikasi makroskopik dan mikroskopik

terdapat antara lain dalam Trease & Evens PharmacognoSy (2002).

Kandungan kimia: Kandungan aktif utama adalah merupakan glikosida dimer

yang aglikonnya terdiri dari aloe-emodin danlatau rein. Kadar yang paIing besar adalah

senosida A dan senosida B, merupakan sepasang isomer yang aglikonnya adalah rein-

diantron (senidin A dan senidin B). Kandungan lain yang Iebih kecil kadarnya adalah

senosida C dan D. Polong sena (Sennae Fructus, Senna pods) juga mengandung

glikosida aktif, glikosi-danya memiliki 10 gugus gula yang melekat pada inti rein-

diantron.

Simplisia serupa yang disebut Bombay, Mecca, dan Arabian Sennae

didapatkan dari tumbuhan liar Cassia angustifolia yang tumbuh di Arab. Daunnya mirip

dengan sena namun Iebih panjang dan Iebih sempit. Di Perancis digunakan dog

sennae dan tumbuhan Cassia obovata yang tumbuh di Mesir.

Penggunaan: Sebagai katartika dengan takaran 2 g sekali pakai. Sering

dikombinasi dengan bahan gom hidrokoloid. Juga digunakan dalam teh pelangsing.

Produk: HerbalaxR

b) Rhamni purshianae Cortex (Cascara bark)

AsaI tumbuhan: Kulit kayu dari Rhamnus purshianus DC atau Frangula

purshiana (DC) A. Gray ex J.C.Cooper (suku Rhamnaceae).

Pengumpulan dan penyimpanan. Simplisia adalah kulit kayu dikumpulkan

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

48

Page 49: FARMAKOGNOSI

dari tumbuhan liar pada bulan pertengahan April sampai akhir Agustus. Kulit diambil

memanjang 5-10 cm, dikeringkan diketeduhan, dihindarkan dari Iembab dan hujan,

karena kulit dapat berkapang. Kemudian disimpan paling Iebih dari satu tahun. Dahulu

diekspor dalam bentuk simpleks, namun sekarang dalam bentuk ekstrak.

Identiflkasi. Makroskopik dan mikroskopik terdapat antara lain dalam Trease

& Evans PharmacognOsy (2002).

Kandungan kimia (Constituents). Kaskara mengandung senyawa gol.

antrakinon 6-9%, dalam bentuk O-glikosida dan C-glikosida. Ada empat glikosida

primer, yaitu kaskarosida, yaitu kaskarosida A, B, C, dan D yang berbentuk 0- maupun

C-glikosida. Senyawa Iainnya a.I. barbaloin dan krisaloin. Turunan emodin oksantron,

yaitu aloe emodin dan krisofanol baik dalam bentuk bebas maupun glikosida. Juga

berbagai turunan (derivates) diantron lainnya, yaitu palmidin A, B, dan C.

Simplisia pengganti dari tumbuhan Rhamnus cathartica dan R. carniolica.

c) Cassia pods (Buah trengguli)

AsaI tanaman. Buah yang dikeringkan dari Cassia fistula (suku

Leguminosae). Tumbuhan ini ditanam di Hindia Barat (Dominika dan Martinique) dan

Indonesia.

Bentuk dalam perdagangan. Bubur daging buah dibuat dengan perkolasi

dengan air, diuapkan akan terbentuk bubur.

Kandungan kimia. Bubur kasia mengandung gula 50%, zat warna, dan

minyak atsiri. Bubur ini mengandung rein dan senyawa mirip senidin. Daun tanaman ini

mengandung rein bebas atau terikat, senidin, senosida A, dan B. Empulur mengandung

barbaloin dan rein, serta Ieukoantosianidin.

Kegunaan. Menurut pengobatan Ayurveda bubur kasia bersifat antifungi,

antibakteri, dan pencahar (laxatives), juga sebagai antitussive.

d) Rhei Radix (Rhubarb, Chinese Rhubarb)

Asal tanaman. Bagian dalam tanah yang dikeringkan dan Rheum palmatum

L. (suku Polygonaceae) R. officinale atau hibrida dari dua jenis tanaman ini.

Pengumpulan dan persiapan. Dahulu diperkirakan akar ditumbuhkan atau

ditanam di dataran tinggi (lebih dari 3000 m) dan digali pada musim gugur atau musim

semi saat berumur 6-10 tahun. Didekortisasi dan dikeringkan. Akar yang telah

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

49

Page 50: FARMAKOGNOSI

didekortisasi adalah jika seluruh permukaannya disilinderkan (melingkar) atau jika

dipotong secara longitudinal di bagian planokonvex (datar). Bagian yang digunakan

sering memperlihatkan lubang yang mengindikasikan bahwa akar itu telah disiapkan

untuk dikeringkan.

Obat ini diekspor dari Shanghai ke Tientsin, seringkali melewati Hong Kong.

Kualitas yang lebih bagus dibungkus dalam kotak kayu kecil yang berisi 280 lb atau 50

kg, dan kualitas yang lebih jelek dalam tas.

Identifikasi. ldentifikasi secara makroskopi, mikroskopi, dan kimiawi

tercantum dalam Trease & Evans Pharmacognosy (2002)

Kandungan kimia. Antrakinon bebas sebagai krisofanol, aloe-emodin, rhein,

emodin, dan emodin mono-etileter (physcion). Senyawa tersebut juga terdapat dalam

bentuk glikosida.

Simplisia lain. Dalam perdagangan dikenal Chinese rhapontic, India rhubarb,

English rhubarb, dan Japanese rhubarb. Di Indonesia (P. Jawa: Kaliangkrik Kedu) juga

dikenal akar kelembak untuk bumbu rokok, tidak dianjurkan untuk pengobatan karena

adanya asam krisofanat dan rhaponticin menyebabkan sakit perut. Adanya rapon-tisin

ditandai dengan adanya fluresensi biru yang kuat.

Kegunaan. Akar kelembak digunakan sebagai bitter stomachic dalam

pengobatan diare, efek purgatif diikuti dengan efek astringent.

e) Aloe (Jadam arab)

Aloe atau aloes adalah getah yang dikeringkan dari daun Aloe barbadensis

Miller (Aloe vera L.) dan dikenal dengan Curacao aloe atau Aloe ferox Miller dan

hibridanya, yaitu A. spicata Baker, dalam perdagangan dikenal dengan Cape aloe

(Fain. Liliaceae).

Aloe menghasilkan tidak kurang dari 50% bahan yang larut dalam air. Ada

sekitar 300 jenis Aloe spp. yang dikenal dan banyak diantaranya merupakan tumbuhan

aseli di Afrika. Banyak yang diperkenalkan di Eropa dan Hindia Barat. Tumbuhan ini

merupakan tumbuhan xerophytic yang mempunyai daun yang berdaging, biasanya tepi

daun berduri, hampir mirip dengan agave (serat) (mis. Agave americana L.,

Amaryltidaceae).

Pemanenan dan pembuatan aloe. Daun-daun dipanen pada bulan Maret

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

50

Page 51: FARMAKOGNOSI

dan April dan letakkan bekas potongan melintang menghadap ke bawah pada

penampung bentuk-V. Cairan yang keluar dari sel khusus tepat di bawah lapisan

epidermis daun dibiarkan ditampung. Cairan yang diperoleh diuapkan dalam panci

tembaga sampai kekentalan tertentu, dituang ke dalam wadah logam dan dibiarkan

mengeras. Aloe sekarang diproduksi di Aruba, Bonaire, Haiti, Venezuela, dan Afrika

Selatan. Di AS yang digunakan adalah Curacao aloe.

Sifat aloe. Aloe yang dipasarkan berbentuk masa opaque (tidak tembus sinar)

bewarna hitam kemerahan sampai hitam kecoklatan sampai coklat tua. Rasanya

memuakkan (memuntahkan) dan pahit. Baunya khas tidak enak.

Kandungan kimia. Aloe mengandung sejumlah glikosida antrakinon,

utamanya barbaloin (aloe-emodin-C-10 glukosida antron). 0-glikosida dari barbaloin

dengan gula tambahan berhasil diisolasi dari Cape aloe, senyawa ini disebut aloinosida.

Bentuk bebas dari aloe-emodin dan antranol kombinasi dan bebas juga ditemukan,

sedangkan asam krisofanat ditemukan dalam tipe aloe tertentu. Senyawa aktif dalam

Curacao aloe lebih baik daripada Cape aloe, karena kandungan aloe-emodinnya dua

setengah kali. Kandungan senyawa fisiologis aktif berkisar antara 10-30%, sedangkan

kandungan yang tidak aktif 16-63%, yaitu berupa resin dan minyak atsiri.

Penggunaan. Bila digunakan sebagai katartik, beraksi pada usus besar.

Glikosida aloe bersifat drastik yang kuat, lebih baik menggunakan bahan lain untuk

tujuan katartik.

f) Aloe vera Gel

Gel segar yang berlendir terdapat dalam jaringan parenkim dalam daun

bagian tengah dan Aloe barbadensis (Aloe vera). Digunakan bentahun-tahun untuk

mengobati luka bakar, tergores, dan iritasi kulit lainnya. Dalam tahun 1935, getahnya

dianjurkan untuk mengobati Iuka bakar tingkat tiga pada penyinaran dengan sinar-X,

sekarang hanya digunakan sebagai pelunak (emollient) dan pelembab (moisturizing).

Aloe vera gel yang berupa produk yang distabilkan sekarang dibuat dari

bagian tengah daun yang lunak dengan berbagai metode yang dipatenkan; diantaranya

termasuk pemerasan (penekanan) dan ekstraksi dengan pelarut dalam kondisi “harsh”.

Akibatnya produk ini sangat beragam. Dalam penelitian yang memiliki daya

merangsang penyembuhan luka (cell-proliferative) adalah gel segar, sedangkan produk

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

51

Page 52: FARMAKOGNOSI

yang dikeringkan belum diteliti.

Penggunaan. Dapat digunakan sebagai obat dalam maupun obat luar.

Sebagai campuran dalam hand lotion dan frozen yogurt. Indikasinya untuk yang

dimakan adalah sakit kepala sampai obesitas, walaupun secara klinik belum terbukti.

3. Glikosida saponin

Golongan senyawa ini tersebar luas dalam tumbuhan tinggi. Saponin, seperti

sabun, membentuk lautan koloidal dalam air dan membentuk busa bila digojog; berasa

pahit menggigit; simplisia yang mengandung saponin menyebabkan bersin dan

mengiritasi selaput Iendir. Dapat menghemolisis butir darah merah dan toksik terhadap

hewan berdarah dingin (racun ikan). Bila dihidrolisis menghasilkan aglikon yang disebut

sapogenin. Sapogenin dapat diisolasi dalam bentuk kristal bila dilakukan asetilasi.

Proses ini dapat digunakan untuk memurnikan sapogenin. Saponin yang Iebih beracun

disebut “sapotoksin”. Liquiritiae Radix dan Sarsaparllae Cortex mengandung saponin,

demikian juga daging buah Sapindus rarac.

Banyak penelitian yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, industri, dan

perguruan tinggi untuk mencari sumber saponin steroid guna prazat (precursor)

pembuatan pil KB, untuk prazat kortison dipilih yang memiliki gugus hidroksil pada

posisi 3- dan 11- karena akan lebih mudah diubah menjadi kortison. Nampaknya yang

digunakan sebagai sumber prazat kortison dan turunannya adalah (1) diosgenin dan

botogenin dari marga Dioscorea, (2) hekogenin, manogenin, dan gitogenin dari marga

Agave, (3) sitosterol dari minyak nabati, dan (4) sarsapogenin dan smilagenin dari jenis

Smilax.

Anggota-anggota familia Liliaceae, Amaryllidaceae, dan Dioscoreaceae yang

semua kelas merupakan Monocotyledonae, sedangkan pada kelas Dicotyledonae

nampaknya hanya suku Apocynaceae yang menjanjikan, utamanya jenis Strophanthus.

Akhir-akhir ditemukan sumber lain untuk steroid, yaitu pada rimpang dan biji Costus

speciosus (pacing) suku Zingiberaceae mengandung diosgenin dan buah beberapa

jenis Solanum (suku Solanaceae), misalnya Solanum khasianum mengandung

solasodina.

Biosintesis glikosida saponin. Glikosida saponin dibagi dua golongan

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

52

Page 53: FARMAKOGNOSI

tergantung pada aglikonnya (sapogeninnya), yaitu saponin netral atau saponin steroid

dan saponin asam yang berupa triterpenoid. Untuk steroid dan triterpenoid biosintesis

lewat jalur asetat dan mevalonat, sebelum terjadi siklisasi terbentuk skualena. Untuk

steroid, misalnya hasil akhir berupa kolesteral atau inti steroid spiroketal (mis.

diosgenin) atau triterpenoid pentasiklik (mis. ß-amyrin).

a) Liquiritiae Radix (Glycyrrhiza, Licorice root, Akar kayu manis cina)

Liquiritiae Radix adalah akar yang dikeringkan dan Glycyrrhiza glabra L. dikenal dengan

nama Spanish licorice atau G. glabra L. var. glandulifera Waldstein et Kitaibel, yang

dalam perdagangan dikenal sebagai Russian licorice atau varitas lainnya yang

menghasilkan kayu manis dan kuning.

Pemanenan. Akar digali dari tanaman yang berumur 3 atau 4 tahun, dipanen

pada musim gugur, pada masa itu belum berbuah. Pada waktu itu kayu berasa paling

manis. Akar yang telah dicuci dikeringkan diudara (sekitar 4 sampai 6 bulan). Untuk

akar yang besar (Russian licorice) dikupas !ebih dulu sebelum dikeringkan. Di Turki,

Israel, dan Spanyol akar diekstraksi dengan mendidihkan dengan air, disaring dan

diuapkan sampai kekentalan tertentu atau bentuk lain (serbuk).

Kandungan kimia. Mengandung glikosida saponin, yaitu glycyrrhizin

(glycyrrhizic acid), yang berasa manis 50 kali lipat sukrosa. Bila dihidrolisis senyawa

tersebut akan terurai menjadi asam glisirisat dan 2 molekul asam glukuronat yang tidak

berasa manis lagi. Asam glisirisat merupakan triterpen pentasiklik merupakan turunan

tipe ß-amyrin. Kandungan lainnya glikosida flavonoid (antara lain likuiritin, isolikuiritin,

likuiritosida, isolikuiritosida, ramnoli-kuiritin, dan ramnoisolikuiritin), turunan kumarin

(herniarin dan ubeliferon), asparagine, 22,23-dihidrostigmasterol, glukosa, manitol, dan

amilum 20%.

Kegunaan. Bersifat demulsen (pelunak) dan eks-pektoran (peluruh dahak).

Sening digunakan untuk menutupi rasa tak enak atau sebagai flavoring agent ,

misalnya dalam minuman yang mengandung amonium klorida, aloe, atau kinina.

Adanya saponin juga dapat membantu kelarutan serta absorbsi obat, misalnya gliko-

sida antrakinon. Dalam perdagangan sering merupakan komponen tablet kunyah,

permen, pastiles, campuran rokok, tembakau kunyah, juga ditambahkan dalam

minuman bin untuk meningkatkan pembuihan dan meningkatkan rasa pahit. Dalam

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

53

Page 54: FARMAKOGNOSI

penelitian akhir-akhir ini di Eropa, asam glisirisat bersifat anti-inflamasi, akar kayu manis

untuk mengobati tukak lambung dan penyakit Addison (chronic adrecortical

insufficiency).

Glisirisin meningkatkan retensi cairan tubuh dan natrium dan meningkatkan

pengeluaran kalium. Seseorang yang mempunyai problem jantung dan hipertensi

seyogyanya menghindari konsumsi terlalu banyak simplisia atau ekstrak ini.

b) Succus Liquiritiae (Ekstrak kayu manis, Pure licorice root extract)

merupakan massa granular dengan rasa yang khas manis. Digunakan sebagai

kamponnen obat batuk hitam (OBH). Sifatnya sangat higroskopis dan akan membentuk

massa liat dan keras sukar diperlakukan.

c) Dioscorea (Umbi gadung)

Yam merupakan nama yang populer untuk berbagai jenis gadung (Dioscorea)

yang enak dimakan (edible). Benbagai jenis Dioscorea dikenal sebagai Mexican yam

yang mengandung prazat kortison, yaitu diosgenin dan botogenin. Misalnya kedua

aglikon itu berasal dan Dioscorea spiculiflora yang merupakan jenis yang dibudidaya.

Kerangka steroid botogenin diubah dengan memindahkan atom oksigen dari posisi 12-

ke 11-dari molekul polisiklik sebelum digunakan sebagai zantara (intermediate) dalam

produksi kortison. Diosgenin diperoleh dengan menghidrolisis dioscin, sekarang

merupakan prazat yang terbesar untuk gluko-kortikoid yang diubah dengan melibatkan

transformasi oleh mikroba.

Mexican yam diperoleh dan D. floribunda yang menurut Departemen

Pertanian AS merupakan sumber yang paling baik untuk senyawa steroid.

k) Glikosida sianofora (Cyanogenic glycoside, Gliko-sida sianogenik)

Beberapa glikosida bila dihidrolisis menghasilkan asam sianida, umumnya

terdapat pada tumbuhan suku Rosaceae. Glikosida yang sering dijumpai adalah

amigdalin (bila dihidrolisis, selain asam sianida juga dihasilkan benzaldehid, sehingga

amigdalin juga termasuk dalam glikosida aldehid).

Glikosida sianofora yang lazim adalah turunan mandelonitril (benzaldehid-

sianohidrin). Golongan ini diwakili oleh amygdalin, yang terdapat dalam kadar tinggi

pada buah amandel pahit, biji apricot, cherries, peaches, plums dan banyak biji pada

suku Rosaceae, dan juga oleh prunasin yang terdapat dalam Prunus serotina. Baik

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

54

Page 55: FARMAKOGNOSI

amigdalin maupun prunasin bila dihidrolisis menghasilkan D-mandetonitril sebagai

aglikon, sedangkan sambunigrin dan Sambucus nigra menghasilkan L-mandelonitril se-

bagai aglikon.

Bila amigdalin dihidrolisis akan menghasilkan 2 molekul glukosa bukan maltosa.

Hidrolisis amigdalin berlangsung dalam tiga tahap, yaitu (1) molekul dihidrolisis dan

melepaskan satu molekul glukosa dan satu molekul mandelonitril glukosida, (2) molekul

glukosa kedua dilepas dan menghasilkan mandelonitril, dan (3) mandelonitril terurai

menjadi bebzaldehid dan asam sianida.

Enzim emulsin, yang terdapat dalam biji amandel terdiri dari dua enzim, yaitu

amigdalase yang mengakibatkan hidrolisis sesuai dengan tahap satu dan prunase yang

menghidrolisis sesuai dengan tahap dua.

Penggunaan. Bahan yang mengandung glikosida ini sering digunakan sebagai

flavoring agent pada makanan. Sediaan yang mengandung amigdalin bersifat

antikanker dan disebut laetril atau vitamin B17, dan digunakan untuk mengontrol sickle

cell anemia.

3. Glikosida isotiosianat

Biji dari beberapa tumbuhan dari suku Cruciferae mengandung glikosida yang

aglikonnya isotiosianat. Aglikon ini baik berupa turunan senyawa alifatik maupun

aromatik. Contoh yang menonjol adalah sinigrin (mustar hitam), sinalbin (mustar putih),

dan glukonapin (biji sawi). Bila dihidrolisis dengan enzim myrosin, menghasilkan minyak

mustar. Walaupun minyak lemak dalam biji lebih banyak daripada minyak atsiri yang

dihasilkan dengan hidrolisis, namun aktivitas diakibatkan oleh minyak atsiri.

a) Mustar (mustard, moster)

Black mustard, sinapis nigra, atau mustar coklat adalah biji masak yang

dikeringkan dan berbagai varitas Brassica nigra (L.) Koch atau Brassica juncea (L.)

Czerniaew (suku Cruciferae). B. nigra dibudidaya di lnggnis, sedangkan B. alba di India.

Kandungan. Meskipun mustar hitam mengandung minyak lemak (30-35%),

kandungan berkhasiat adalah glikosida, sinigrin (kalium mirosinat) yang didampingi oleh

enzim mirosin. Bila biji ditambah air dan digerus, mirosin akan menghidrolisis sinigrin

menghasilkan alilisotiosianat yang menguap.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

55

Page 56: FARMAKOGNOSI

Kegunaan. Muster hitam merupakan local irritant dan emetik. Sebagai obat luar

untuk rube facient dan vesicant. Dalam perdagangan digunakan sebagai bumbu.

White mustard, sinapis alba adalah biji masak dikeringkan dari B. alba (L.)

Hooker f. (suku Cruciferae).

Kandungan. Mengandung glikosida sinalbin yang dengan enzim mirosin

menghasilkan akrinil isotiosianat, rasa menggigit, namun tidak berbau karena kurang

menguap dibanding aliltiosianat. Minyak Iemak sekitar 20-25%.

Pembahasan selanjutnya akan diterbitkan dalam Reader II.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

56

Page 57: FARMAKOGNOSI

Simplisia yang mengandung glikosida yang tercantum dalamMateria Medika Indonesia (MMI)

1. Rhei Radix (akar kelembak): akar dari tanaman Rheum officinale Baillon

(Polygonaceae) (MMI Jilid VI).

2. Cassiae fistulae Pulpa (daging buah trengguli): daging buah masak dari Cassia

fistula L. (Leguminosae) (MMI Jilid )

3. Cassiae alatae Folium (daun ketepeng kebo): daun dari Cassia alata L.

(Leguminosae) (MMI jilid )

4. Cassiae torae Folium (daun ketepeng): daun dari Cassia tora L. (Leguminosae)

(MMI jilid )

5. Aloe: cairan dikeringkan dari Aloe vera (Lilieaceae) (MMI jilid )

6. Morindae citrifoliae Fructus (buah pace); buah yang tua tetapi belum masak dari

Morinda citrifolia L.) (Rubiaceae) (MMI jilid )

Tugas: Carilah Iainnya dari MMI.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

57

Page 58: FARMAKOGNOSI

DAFTAR PUSTAKA

Bruneton,J.,1999, Pharmacognosy – Phytochemistry – Medicinal Plants,Second, Lavoisier Pub. Inc. c/o Springen Verlag, Secaucus USA.

Dewick, P.M., 1997, Medicinal Natural Products-A Biosynthetic Approach, John Wiley & Sons, Chichester.

Evans,W.C. and Evans,D., 2002, Trease and Evans Phamacognosy, 15 th Edition, W.B.Saunders, Edinburg, London.

Samuellsson, G., 1999, Drugs of Natural Origin – A Textbook of Pharmacognosy, 4th

Revised Edition, Apotekarsocieteten, Stockholm, Sweden.

Tyler,V.E., Brady,L.R., Robbers,J.E., 1988, Pharmacognosy, Ninth Edition, Lea & Febiger, Philedephia.

Retno Sunarminingsih Sudibyo, 2002, Metabolit Sekunder : Manfaat dan Perkembangannya dalam Dunia Farmasi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UGM, Jogjakarta.

Anonim, , Materia Medika Indonesia, Jilid I-VI, Dep. Kes. R.I., Jakarta.

Anonim, 1990, Cara Pembuatan Simplisia, Dep. Kes. R.I., Jakarta.

Anonim, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Dep. Kes. R.I., Jakarta.

Warta Tumbuhan Obat Indonesia dan jurnal terkait.

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

58

Page 59: FARMAKOGNOSI

Rencana Kegiatan Pembelajaran SemesterFARMAKOGNOSI

59