faringitis kronis eksaserbasi akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus stase THT

Citation preview

Laporan kasus THT faringitis kronis eksaserbasi akut

Laporan kasus THTfaringitis kronis eksaserbasi akutRatih Kusuma Dewi 1310221016Fakultas kedokteranUPN Veteran Jakarta Periode 26 Mei2014-28 Juni2014Identitas Nama : Tn. ASUsia : 27 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Asrama Yonkav Ambarawa Kab. Semarang Pekerjaan : TNI Status Pernikahan : Menikah No. CM: 059436-2014Tanggal Masuk : 2 Juni 2014Tanggal Keluar : 4 Juni 2014

Anamnesa Keluhan utama : nyeri menelan Keluhan tambahan : nyeri leher sebelah kiri Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke klinik THT dengan keluhan nyeri menelan dan nyeri pada leher kiri sejak sekitar 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat dan menjalar ke bagian leher sebelah kiri, tidak menjalar ke telinga, keluhan disertai demam, tidak batuk dan tidak ada hidung tersumbat. Riwayat mengorok (-).

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sebanyak 1 kali sekitar 5 bulan yang lalu. Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal, riwayat alergi disangkal. Riwayat Operasi : Pasien mengaku pernah operasi tonsilektomi di Rumah Sakit yang berada di Yogyakarta sekitar 8 tahun yang lalu. Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami keluhan yang sama.Riwayat Kebiasaan/Sosial :Pasien bekerja sebagai tentara, merokok 5-6 batang perhari, sering makan gorengan.Pemeriksaan fisik Status generalisata Keadaan umum: tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis (GCS : E4V5M6)Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHgNadi : 90x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36,8oCStatus lokalis THT TelingaKananKiri Daun telingaNNLiang telingaLapang Lapang Discharge--Membran timpaniIntak Intak Tumor--MastoidNNHidungKananKiriHidung luar NNCavum nasi Lapang Lapang Septum Tidak ada deviasi Discharge --Mukosa Merah muda Merah muda Konka NNTenggorokan :Mukosa : hiperemis (+)Dinding belakang faring: hiperemis (+), membengkak pada bagian kiriSuara : tidak ada kelainan Uvula : terdorong ke kanan Tonsil : T0-T0Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)Diagnosis banding Faringtis kronis Abses parafaring Abses retrofaring Pemeriksaan penunjang Lekosit 15,25,0-11 ribuFaringitis kronis eksaserbasi akut suspek abses faringDiagnosis Kerja penatalaksanaanFarmakologi Inj. Ringer laktat 18 tpm Inj. Cefotaxime 2x1 (skin test)Inj. Ketorolac 3x1 Inj. Metronidazole 3x1 Non farmakologi Tirah baring PROGNOSISDubia ad bonamFaring

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong, yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot

NasofaringBatas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikalOrofaringOrofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.Laringofaring (Hipofaring)Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.Ruang FaringalRuang retrofaring (Retropharyngeal space), dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring.

Ruang parafaring (Pharyngomaxillary Fossa), ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioidFisiologi faring Fase oral Fase oral terjadi di dalam mulut dan bersifat volunter. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus terdorong posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring dan ismus fausium sehingga makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.

Fase faringal terjadi secara involunter pada akhir fase oral yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Aditus laring tertutup, bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke saluran pernapasan.

Fase esofagal merupakan perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung dan bersifat involunter. Rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringal akan membuka introitus esofagus sehingga bolus akan masuk ke esofagus. Gerak bolus makanan pada esofagus bagian atas masih dipengaruhi kontraksi m.kontriktor faring inferior akhir fase faringal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong distal oleh gerakan peristaltik esofagus.

Faringitis akut Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama- sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections).Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%) yang paling seringGejala klinisBakteri :nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah dan mungkin batuk. Streptococcus group A Centor criteria, yaitu demam, limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil, tidak ada batuk. Virus: nyeri tenggorokan yang parah dan dapat disertai dengan batuk, suara serak dan nyeri substernal. Demam, menggigil, malaise, mialgia dan sakit kepala. faringitis fungal : nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.Penatalaksanaan viral dapat diberikan aspirin atau asetaminofen faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus hemolitikus. Dapat juga diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali sehari.Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 400.000 2 kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuskularFaringitis kronik Faringitis kronik hiperplastik Pada faringitis kronik hierplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelejar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tapak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. Pasien mengeluh mula-mula tenggorokan terasa kering dan gatal lalu akhirnya berdahak.Faringitis kronik atrofi Faringitis ini sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, tidak terjadi pengaturan suhu dan kelembaban udara pernapasan sehingga akan menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi lendir kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

Faringitis spesifik Faringitis leutika Troponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring dan gambaran klinisnya tergantung pada stadiu penyakitnya.2Stadium primerKelainan terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung, maka akan timbul ulkus yang tidak nyeri tekan.Stadium sekunder Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritem pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.Stadium tersier Pada stadium ini terdapat guma dengan predileksi pada tonsil dan palatum. Faringitis tuberkulosaMerupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Cara infeksi secara eksogen melalui kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Secara endogen terjadi melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri hebat pada tenggorok, otalgia serta pembesaran kelenjar limfe servikal. Terapi sesuai tuberkulosis paru.2

Abses retrofaring I.3.1. Abses Retrofaring I.3.1.1. Definisi Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck infection). Pada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal dari proses infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang menyebar ke kelenjar limfe retrofaring. Oleh karena kelenjar ini biasanya atrofi pada umur 4 5 tahun, maka sebagian besar abses retrofaring terjadi pada anak-anak dan relatif jarang pada orang dewasaI.3.1.2. Etiologi Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses ruang retrofaring ialah 1) infeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring. 2) trauma dinding belakang faring oleh benda asing. 3) Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atasGejala dan tanda Gejala utama abses retrofaring ialah rasa nyeri dan sukar menelan. Pada anak kecil rasa nyeri menyebabkan rewel dan tidak mau makan atau minum. Juga terdapat demam, leher kaku dan nyeri. Dapat timbul sesak napas karena sumbatan jalan napas, terutama di hipofaring. Bila proses peradangan berlanjut sampai mengenai laring dapat timbul stridor. Sumbatan oleh abses juga dapat mengganggu resonansi suara. Pada dinding belakang faring tampak benjolan, biasanya unilateral. Mukosa terlihat bengkak dan hiperemis.Diagnosis Berdasarkan anamnesis adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau trauma, gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto Rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7mm pada anak dan dewasa srta pelebaran retrotrakeal lebih dari 14 mm pada anak dan 22 mm pada orang dewasa.Penatalaksanaan Terapi abses retrofaring ialah dengan medikaentosa dan tindakan bedah. Medikamentosa diberikan antibiotika dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob. Dilakukan pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi langsung dalam posisi pasien bering Trendelnburg. Pus yang keluar segera diisap agar tidak terjadi aspirasiAbses parafaring .EtiologiRuang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara 1) langsung. Yaitu akibat tusukan jarum saat tonsilektomi. 2) proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam gigi, tonsil, faring, hidung mastoiddan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses. 3) penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.Gejala dan tanda Trismus, indurasi atau pembengkakan sekitar angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga menonjol ke arah medial.Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik. Bila meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto Rontgen jaringan lunak AP atau CT scan.Komplikasi Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum.Kerusakan dinding pembuluh darah bila nekrosis dapat ruptur sehingga terjadi perdarahan hebat.

PenatalaksanaanMedikamentosa dengan antibiotika dosis tinggi secara perenteral terhadap kuman aerob dan anaerob. Evakuasi abses dilakukan bila tidak berpengaruh terhadap pemberian antibiotika dilakukan dengan cara eksplorasi dalam narkosis. Caranya melalui insisi dari luar dan intraoral.