11
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi © 2012 Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana. Karena paper ini langsung diunggah setelah diterima, paper ini belum melalui proses peninjauan, penyalinan penyuntingan, penyusunan, atau pengolahan oleh Tim Publikasi Program Studi Meteorologi. Paper versi pendahuluan ini dapat diunduh, didistribusikan, dan dikutip setelah mendapatkan izin dari Tim Publikasi Program Studi Meteorologi, tetapi mohon diperhatikan bahwa akan ada tampilan yang berbeda dan kemungkinan beberapa isi yang berbeda antara versi ini dan versi publikasi akhir.

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Program Studi Meteorologi

© 2012 Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung

PENERBITAN ONLINE AWAL

Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana. Karena paper ini langsung diunggah setelah diterima, paper ini belum melalui proses peninjauan, penyalinan penyuntingan, penyusunan, atau pengolahan oleh Tim Publikasi Program Studi Meteorologi. Paper versi pendahuluan ini dapat diunduh, didistribusikan, dan dikutip setelah mendapatkan izin dari Tim Publikasi Program Studi Meteorologi, tetapi mohon diperhatikan bahwa akan ada tampilan yang berbeda dan kemungkinan beberapa isi yang berbeda antara versi ini dan versi publikasi akhir.

Page 2: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

1

STUDI POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI SELATAN JAWA

Sofyan Hadi Rahmawan12

, Gunawan Ibrahim 1 , Musa Ali Mustofa

1 , dan Muhammad Ahmad

1

1) Institut Teknologi Bandung

2) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska

Abstrak

Studi ini mengkaji tentang potensi bahaya tsunami yang bisa terjadi di pesisir pantai selatan Jawa.

Zona subduksi di selatan Jawa merupakan wilayah yang menarik untuk dipelajari, karena zona ini

berpotensi terjadi gempa - gempa besar yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Gempa –

gempa tersebut merupakan dampak dari pergerakan lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak ke

utara dengan kecepatan sekitar 70 mm / tahun menunjam ke bawah lempeng Eurasia yang relatif

diam. Dalam kurun waktu 17 tahun telah terjadi 2 kali tsunami yang cukup besar di Selatan Jawa,

yaitu tsunami Banyuwangi 1994 dan Pangandaran 2006. Studi mengenai potensi bahaya tsunami

perlu dilakukan sebagai upaya awal untuk melakukan mitigasi.

Studi ini menggunakan empat skenario gempa di selatan Jawa dengan kekuatan 7,8 MW. Parameter

sesar dan verifikasi hasil model menggunakan data gempabumi tsunami Pangandaran 2006. Waktu

tiba dan tinggi tsunami maksimum di pantai dihitung dengan menggunakan program TUNAMI-N2.

Peta potensi bahaya tsunami dibuat berdasarkan tinggi tsunami maksimum di pantai.

Verifikasi tinggi tsunami maksimum hasil model dengan data survei lapangan memiliki rata – rata

tingkat kesalahan 20,74 % . Tinggi tsunami maksimum di pantai untuk keempat skenario gempa

berkisar antara 8,45 sampai 9,6 meter. Sementara waktu tiba tsunami di pantai dengan potensi sangat

bahaya berkisar antara 25 sampai 50 menit. Daerah yang paling sering terjadi tsunami dengan potensi

sangat bahaya untuk keempat skenario gempa ada 6 kecamatan, yaitu Tirtoyudo, Sumber Manjing,

Gedangan, Bantur, Donomulyo (Kabupaten Malang) dan Bakung (Kabupaten Blitar), dimana terjadi

pada skenario gempa C dan D dengan waktu tiba berkisar antara 31 sampai 38 menit.

Kata kunci : subduksi, gempa, tsunami, TUNAMI-N2, waktu tiba tsunami, tinggi tsunami

maksimum, potensi bahaya tsunami.

1. Pendahuluan

Indonesia berada pada wilayah jalur gempa

aktif yang dapat menyebabkan terjadinya

tsunami. Bencana yang terjadi karena aktifitas

seismik di Indonesia adalah yang terbesar di

Asia Tenggara. Salah satu wilayah di

Indonesia yang rawan terjadi tsunami adalah

pesisir selatan pantai Jawa. Secara geologis

pesisir selatan pantai Jawa berada di jalur

subduksi atau pertemuan dua lempeng besar

yang saling bertumbukan, yaitu lempeng

Eurasia dan lempeng Indo-Australia.

Pergerakan lempeng tektonik di kawasan ini,

sering kali menyebabkan terjadinya gempa

besar yang dapat memicu terjadinya tsunami.

Dalam kurun waktu 17 tahun telah terjadi 2

kali tsunami yang cukup besar di Selatan

Jawa, yaitu tsunami Banyuwangi – Jawa

Timur tahun 1994 dan Pangandaran – Jawa

Barat tahun 2006.

Gambar 1.1. Aktivitas lempeng tektonik

selatan Jawa

(Sumber: Natawidjaja dkk, 2009)

Page 3: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

2

Morfologi pantai selatan Jawa bervariasi, ada

tebing curam (cliff), pantai bergisik (beach),

kompleks, teluk, dan ada juga yang berupa

rawa. Secara umum, pantai bergisik dengan

material pasir mendominasi kawasan ini.

Kawasan pantai selatan Jawa, memiliki daya

tarik tersendiri ditinjau dari kacamata

pariwisata. Banyak lokasi wisata pantai yang

menarik di kawasan ini, antara lain pantai

Palabuhanratu dan Pangandaran di Jawa Barat,

Pantai Teluk Penyu, Ayah, Karangbolong, dan

Petanahan di Jawa Tengah, Pantai Glagah,

Parangtritis, dan Baron di DIY, serta Pantai

Teleng Ria, Popoh, dan Puger di Jawa Timur.

Dengan kondisi geologis di pantai selatan

Jawa yang rawan terjadi tsunami, maka perlu

dilakukan studi mengenai potensi bahaya

tsunami sebagai upaya awal untuk melakukan

mitigasi. Sehingga diharapkan dapat

meminimalisir korban jiwa maupun harta

benda ketika terjadi bencana tsunami.

2. Kajian Pustaka

2.1 Seismotektonik Selatan Jawa

Tektonik selatan Jawa didominasi oleh

tunjaman ke utara lempeng Indo-Australia

dibawah lempeng Eurasia dengan arah

mendekati normal terhadap palung. Lempeng

Australia menunjam dengan kedalaman 100 –

200 km dibawah pulau Jawa dan 600 km di

Utara Pulau Jawa. Konsekuensi tunjaman

lempeng tersebut, mengakibatkan kegempaan

yang tinggi dan lebih dari 20 gunung api aktif

di zona ini (Rohadi, 2009).

Gambar 2.1. Penampang Zona Subduksi

(sumber : Rohadi, 2009)

Aktivitas kegempaan di selatan Jawa dekade

ini lebih aktif dibandingkan dekade

sebelumnya berdasarkan katalog kegempaan.

Subduksi di selatan Jawa masih aktif, hal itu

bisa dilihat dari aktifitas gempa yang terjadi di

Jawa. Misalnya gempa yang terjadi di sesar

Opak Yogyakarta 2006, gempa tersebut

menunjukkan bahwa subduksi di selatan Jawa

masih aktif. Hal itu dikarenakan energi

gempanya berasal dari subduksi di selatan

Jawa.

Gambar 2.2. Seismisitas Selatan Jawa Tahun

1976-2012 (Mw ≥ 6 dan H ≤ 60

km)

(sumber : global CMT 2012 dan Ammon

2006)

Berdasarkan peta seismisitas pada gambar 2.2,

terlihat bahwa di selatan Jawa dari kurun

waktu 1976 sampai 2012 pernah terjadi

gempa- gempa besar mulai dari 6,4 Mw

sampai yang terbesar 7,8 Mw. Dari beberapa

gempa besar yang pernah terjadi di Selatan

Jawa, hanya dua gempa yang menyebabkan

terjadinya tsunami, yaitu gempa Banyuwangi

1994 dan Pangandaran 2006. Kedua gempa ini

memiliki mekanisme fokus vertikal, yang

merupakan ciri khas dari gempa yang

bersumber di sekitar zona subduksi. Berikut

adalah peta mekanisme fokus selatan Jawa

untuk gempa – gempa besar dengan

kedalaman dangkal :

Gambar 2.3. Mekanisme fokus Selatan Jawa

Tahun 1976-2012 (Mw ≥ 6 dan

H ≤ 60 km)

(sumber : katalog gempa global CMT 2012)

Page 4: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

3

Subduksi di selatan Jawa tidak seperti di

Sumatera. Di Jawa , subduksinya lebih tua

sekitar lebih dari 100 tahun, sementara

subduksi Sumatera sekitar 60 – 80 juta tahun.

Palung Jawa memanjang dari Banyuwangi

hingga Mentawai dan memiliki banyak

sedimen. Sifat ini akan mempengaruhi gempa

dan tsunami yang dihasilkan. Banyaknya

sedimen di palung bisa menyebabkan gempa

lebih lambat, tetapi memiliki dislokasi yang

besar. Sehingga tsunami yang dihasilkan oleh

gempa tersebut juga besar.

2.2 Tsunami

Gelombang tsunami merupakan gelombang

perairan dangkal (shallow water wave),

dimana panjang gelombannya bisa mencapai

beberapa ratus kilometer dengan amplitude

gelombang yang kecil ± 1 meter diperairan

dalam. Gelombang perairan dangkal memiliki

kecepatan rambat yang berbanding lurus

dengan akar kedalaman laut dan dipengaruhi

oleh gaya gravitasi bumi. Hubungan antara

kecepatan rambat gelombang dan kedalaman

laut ditunjukkan sebagai berikut :

……. 2.1)

dimana :

c = kecepatan rambat tsunami (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = kedalaman laut (m)

Berdasarkan rumus 2.1, Semakin besar

kedalaman lautnya maka semakin besar pula

kecepatan gelombangnya. Kecepatan rambat

gelombang tsunami adalah 800 km/jam untuk

perairan dalam, 200 km/jam untuk perairan

menengah, dan 25 km/jam ketika di darat

(Latief, 2000).

Gambar 2.4. Kecepatan penjalaran gelombang

tsunami terhadap kedalaman

(sumber : www.ecmwf.org)

2.3 Sumber Pembangkit Tsunami

Area sumber tsunami dianggap mengikuti

bidang deformasi sesar gempa bumi di dasar

laut berdasarkan teori elastisitas Okada.

Prinsip ini diberikan pada model numerik

tsunami sebagai nilai rekaan dari perambatan

gelombang tsunami.

Gambar 2.5. (a). Pergerakan deformasi kerak

samudera di dasar laut

diikuti pergerakan

permukaan air laut

berdasarkan teori elastisitas

Okada

(sumber : JMA, 2007).

(b). Bentuk pergerakan sumber

tsunami di dasar laut

mengikuti deformasi

bidang sesar

(sumber : Satake, 2006).

Deformasi dasar laut yang dapat

membangkitkan tsunami adalah deformasi

arah vertikal (sesar naik atau sesar turun).

Pergerakan vertikal lantai samudera naik

(uplift) atau turun dengan cepat sebagai respon

dari gempa bumi, maka akan menaikkan dan

menurunkan air laut dalam skala besar.

Karakteristik gempa tektonik yang dapat

menyebabkan terjadinya tsunami, dapat

dipenuhi oleh jenis gempa tektonik di zona

subduksi. Berikut adalah parameter sesar yang

berhubungan dengan deformasi bawah

permukaan :

Gambar 2.6. Parameter fault break

(sumber : Imamura, 2006)

Page 5: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

4

2.4 Karakteristik Tsunami Earthquake

Gempabumi yang menyebabkan terjadinya

tsunami disebut tsunamigenic earthquake.

Sedangkan tsunami earthquake atau

gempabumi tsunami merupakan gempa yang

menyebabkan tinggi tsunami yang lebih besar

dibandingkan dengan perkiraan perhitungan

momen magnitude gempanya. Karakteristik

dari tsunami earthquake adalah :

1. Proses patahan (rupture) gempabumi yang

pelan dan panjang (Kanamori,1972)

2. Durasi patah (rupture) yang lama, sekitar

100 detik (Kanamori dan Kikuchi, 1993)

dalam satake (2007)

3. Terjadi pada batas lempeng yang memiliki

plate coupling yang lemah (Ruff dan

Kanamori, 1980) dalam Satake (2007)

4. Sumber gempa terletak di lapisan sedimen

yang dangkal dan di batas lempeng dekat

palung (trench) (Satake dan Tanioka, 1999)

2.5 Teori Model Matematik Penjalaran

Tsunami

Persamaan dasar yang digunakan untuk

memodelkan tsunami adalah dengan

menggunakan persamaan berikut (Goto dan

Ogawa, 2007) :

Persamaan Kontinuitas ( Continuity equation)

……….2.3)

dimana :

adalah persamaan

perubahan air (water dischange/flux) dalam

arah x.

adalah persamaan

perubahan air (water discharge / flux) dalam

arah y

adalah kecepatan horizontal dari

pergerakan partikel air dalam arah x

adalah kecepatan horizontal dari

pergerakan partikel air dalam arah y

Persamaan Momentum

arah x :

……….2.4)

arah y :

……….2.5)

dimana :

adalah debit dalam

arah x dan arah y (m2/s)

D = (h+ η) = total kedalaman air dari dasar

sampai ke permukaan air sesaat (m)

h = kedalaman air dari dasar laut ke MSL (m)

η = ketinggian air dari permukaan atau elevasi

sesaat (m)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

n = koefisien kekasaran (manning roughness)

t = waktu (s)

3. Persamaan gesekan dasar

……….2.6)

……….2.7)

Nilai koefisien gesekan dasar n dipilih

berdasarkan kondisi dasar perairan seperti

pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Nilai koefisien gesekan dasar n

(sumber : Linsley dan Franzini, 1979, dalam

Imamura 2006)

3. Data dan Metodologi

3.1 Data

Dalam studi ini data yang digunakan adalah :

1. Data parameter sesar tsunami Pangandara

2006 dari Global CMT Harvard.

Page 6: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

5

Tabel 3.1. Parameter sesar tsunami

Pangandaran 2006

(sumber : Global CMT)

2. Data panjang patahan, lebar patahan, dan

slip gempabumi tsunami Pangandaran 2006

dari hasil inversi waveform seismik

Ammon dkk 2006.

Gambar 3.1. Hasil inversi waveform seismik

(sumber : Ammon dkk, 2006)

Tabel 3.2. Parameter sesar hasil inversi

waveform seismik

(sumber : Ammon dkk, 2006)

3. Data bathimetry selatan Jawa dari GEBCO

dengan interval 1 menit atau berukuran grid

1.85 km x 1.85 km.

Gambar 3.2. Bathimetri Selatan Jawa

(sumber : www.bodc.ac.uk)

4. Data tinggi tsunami Pangandaran 2006 hasil

observasi BMKG

Tabel 3.3. Tinggi tsunami Pangandaran 2006

(Sumber : Laporan Survei Tsunami Selatan

Jawa 2006 BMKG)

3.2 Metodologi

Tahapan penelitian yang dilakukan dalam

tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber tsunami dipilih dari even

gempabumi tsunami Pangandaran tanggal

17 Juli 2006 sebagai acuan kasus nyata atau

verifikasi hasil model. Kemudian penulis

membuat empat skenario gempa sebagai

sumber tsunami yang berada di zona

subduksi di selatan Jawa (Java trench)

yang berpotensi menciptakan gempa yang

dapat menyebabkan tsunami. Untuk

skenario gempa A berada pada koordinat

9.50

LS dan 1060

BT, skenario gempa B

berada pada koordinat 10.30

LS dan 108.30

BT, skenario gempa C berada pada

koordinat 10.750

LS dan 110.720 BT, dan

skenario gempa D berada pada koordinat

10.90

LS dan 112.60 BT Pemilihan lokasi

skenario gempa A dan C karena lokasi

tersebut berada di antara kejadian gempa

besar, yaitu gempa di selatan Lampung

dengan gempabumi tsunami Pangandaran

2006 dan gempabumi tsunami Pangandaran

2006 dengan gempabumi tsunami

Banyuwangi 1994. Tingkat seismisitas di

sekitar lokasi skenario gempa A dan C

relatif cukup tenang bila dibandingkan

sebelah Barat maupun Timurya, yang bisa

disebut sebagai daerah seismic gap.

Sehingga ada kemungkinan suatu saat

terjadi gempa pembangkit tsunami.

Sedangkan pemilihan lokasi skenario

gempa B dan D karena lokasi tersebut

berada disekitar kejadian gempabumi

tsunami, yaitu tsunami Pangandaran 2006

dan tsunami Banyuwangi 1994. Sehingga

ada kemungkinan suatu saat terjadi

perulangan gempa pembangkit tsunami di

sekitar lokasi tersebut.

Page 7: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

6

Gambar 3.3. Seismisitas Selatan Jawa dan

Skenario Gempa

(Sumber : katalog gempa Global CMT 1976

– 2011)

2. Simulasi ini menggunakan skenario gempa

berkekuatan 7,8 Mw dan parameter sesar

seperti kejadian gempabumi tsunami

Pangandaran 2006.

3. Lokasi pantai observasi yang dipilih berada

di sepanjang selatan pantai Jawa dan dibuat

sebanyak 98 titik pengamatan pantai (tiap

kecamatan).

Gambar 3.4. Lokasi pengamatan pantai

4. Daerah simulasi tsunami di selatan Jawa di

desain sebagai model besar seperti pada

tabel berikut :

Tabel 3.4. Desain model

5. Waktu tiba dan ketinggian tsunami dihitung

dengan menggunakan software TUNAMI-

N2 yang dibuat oleh Prof.Dr. Fumihiko

Imamura dari Universitas Tohoku Jepang

pada tahun 1995. TUNAMI N2 merupakan

model simulasi numerik tsunami yang

menggunakan skema leap-frog. TUNAMI

N2 sendiri merupakan singkatan dari

Tohoku University’s Numerical Analysis

Model for Investigation of Near-field

tsunami, No-2. Untuk mensimulasikan

tsunami dan run-up, TUNAMI N2

menggunakan teori gelombang linear di

laut dalam dan menggunakan teori

gelombang perairan dangkal di laut

dangkal. Koefisien Manning Roughness (n)

yang digunakan dalam program TUNAMI

N2 merupakan estimasi dari berbagai

macam literatur, yaitu n = 0.025 (Chow,

1960 dalam Imamura, 2006). Berikut

adalah algoritma software TUNAMI N2 :

Gambar 3.5. Algoritma software

TUNAMI N2

(sumber : Imamura, 2006)

6. Hasil perhitungan tinggi tsunami

diverifikasi dengan data hasil laporan

survei tsunami selatan Jawa 2006 BMKG.

7. Pengklasifikasian potensi bahaya tsunami

berdasarkan tinggi tsunami maksimum di

pantai. Kelas ketinggian ditentukan

berdasarkan tingkat bahaya bagi manusia

dan bangunan. Makin tinggi elevasi

tsunami, makin berbahaya bagi manusia

dan kehancuran bangunan (Latief dkk,

2007).

Tabel 3.5. Klasifikasi tinggi tsunami

Page 8: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

7

Berikut adalah diagram alir kerja :

Gambar 3.6. Diagram Alir Kerja

4. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil running software TUNAMI N2

didapatkan waktu tiba dan tinggi gelombang

tsunami di setiap titik observasi (98 titik tiap

kecamatan). Dalam studi ini, telah dirunning

model tsunami dengan parameter sesar sepeti

kejadian gempabumi tsunami Pangandaran 17

Juli 2006 di lima tempat yang berbeda.

4.1. Kejadian gempabumi tsunami

Pangandaran 2006

Hasil model tinggi tsunami maksimum di

lokasi tsunami Pangandaran 2006 digunakan

sebagai verifikasi hasil model. Berikut adalah

hasil model tinggi tsunami maksimumnya:

Gambar 4.1. Model tinggi tsunami maksimum

Pangandaran 2006

Tinggi tsunami hasil simulasi kemudian

dibandingkan dengan tinggi tsunami hasil

pengukuran lapangan di sepanjang pantai

selatan jawa, yang dilakukan oleh tim survei

BMKG 2006. Berikut adalah hasil

perbandingan tinggi tsunaminya :

Gambar 4.2. Grafik perbandingan tinggi

tsunami hasil survei dan

model

Berdasarkan gambar 4.2, tinggi tsunami hasil

survei mendekati tinggi tsunami hasil simulasi

model. Dari grafik dapat dilihat bahwa, tinggi

tsunami hasil model rata – rata lebih tinggi

sedikit dibandingkan tinggi tsunami hasil

survei. Hal itu dikarenakan lokasi pengamatan

model berada di garis pantai, sementara lokasi

survei berada agak ke darat, tetapi masih

berada dalam area dan lintang yang sama.

Semakin menjauhi pantai, tinggi tsunami

tentunya semakin berkurang.

Tabel 4.1. Tinggi tsunami hasil survei dan

model

Page 9: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

8

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa verifikasi

tinggi tsunami hasil model dengan hasil survei

lapangan menunjukan tingkat kesalahan

terkecil 3,18 % yang ada di daerah pantai

Trisik, sedangkan tingkat kesalahan terbesar

36,12 % yang ada di daerah pantai Puring.

Rata – rata nilai tingkat kesalahan dalam

verifikasi hasil model cukup kecil yaitu 20,74

%. Ini berarti model hasil program TUNAMI-

N2 bisa diterapkan untuk kasus tsunami yang

ada di pantai selatan Jawa.

4.2 Skenario gempa A

Lokasi skenario gempa A berada di sebelah

barat dari lokasi gempa bumi tsunami

Pangandaran 2006 atau berada di sebelah

selatan Jawa Barat, yaitu pada koordinat 9,50

LS dan 1060 BT. Hasil model tinggi tsunami

maksimum skenario gempa A adalah sebagai

berikut :

Gambar 4.3. Model tinggi tsunami maksimum

skenario gempa A

Tinggi tsunami maksimum skenario gempa A

adalah 8,45 meter dengan waktu tiba 27 menit,

berada di kecamatan Cikelet kabupaten Garut

(Jawa Barat). Waktu tiba tsunami tercepat

adalah 27 menit, yang berada di kecamatan

Cibalong, Pamengpeuk, Cikelet (kabupaten

Garut), dan kecamatan Sindang Barang,

Agrabinta (kabupaten Cianjur).

Gambar 4.4. Peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa A

Gambar 4.6 merupakan peta potensi bahaya

tsunami, dimana tingkat potensi bahaya

tsunami ditunjukkan oleh garis pantai

berwarna merah untuk potensi sangat bahaya,

kuning untuk potensi bahaya, biru untuk

potensi cukup bahaya, dan hijau untuk potensi

tidak bahaya. Berdasarkan peta potensi bahaya

tsunami skenario gempa A, daerah yang

memiliki potensi yang sangat bahaya ada 16

kecamatan yang tersebar di 5 kabupaten di

Jawa Barat, yaitu kabupaten Ciamis,

Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan Sukabumi

dengan waktu tiba berkisar antara 27 menit

sampai 39 menit. Daerah tersebut ditunjukkan

oleh garis pantai berwarna merah.

4.3 Skenario gempa B

Lokasi skenario gempa B berada di dekat

lokasi gempa bumi tsunami Pangandaran 2006

atau berada di sebelah selatan Jawa Barat dan

Jawa Tengah, yaitu pada koordinat 10,30 LS

dan 108,30 BT. Hasil model tinggi tsunami

maksimum skenario gempa B adalah sebagai

berikut :

Gambar 4.5. Model tinggi tsunami maksimum

skenario gempa B

Tinggi tsunami maksimum skenario gempa B

adalah 8,5 meter dengan waktu tiba 41 menit,

berada di kecamatan Tepus kabupaten Gunung

Kidul (Yogyakarta). Waktu tiba tsunami

tercepat adalah 33 menit, yang berada di

kecamatan Cibalong (Garut).

Page 10: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

9

Gambar 4.6. Peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa B

Berdasarkan peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa B, daerah yang memiliki

potensi yang sangat bahaya ada 29 kecamatan

yang tersebar di 8 kabupaten, yaitu kabupaten

Pacitan (Jawa Timur), Gunung Kidul, Bantul,

Kulon Progo (Yogyakarta), Wonogiri,

Purworejo, Kebumen, dan Cilacap (Jawa

Tengah) dengan waktu tiba berkisar antara 33

menit sampai 50 menit. Daerah tersebut

ditunjukkan oleh garis pantai berwarna merah.

4.4 Skenario gempa C

Lokasi skenario gempa C berada di sebelah

timur dari lokasi gempa bumi tsunami

Pangandaran 2006 atau berada di sebelah

selatan Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu

pada koordinat 10,750 LS dan 110,72

0 BT.

Hasil model tinggi tsunami maksimum

skenario gempa B adalah sebagai berikut :

Gambar 4.7. Model tinggi tsunami maksimum

skenario gempa C

Tinggi tsunami maksimum skenario gempa C

adalah 9,5 meter dengan waktu tiba 38 menit,

berada di kecamatan Besuki kabupaten

Tulungagung (Jawa timur). Waktu tiba

tsunami tercepat adalah 32 menit, yang berada

di kecamatan Sumber Manjing (Malang).

Gambar 4.8. Peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa C

Berdasarkan peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa C, daerah yang memiliki

potensi yang sangat bahaya ada 19 kecamatan

yang tersebar di 5 kabupaten, yaitu kabupaten

Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan

Malang (Jawa Timur) dengan waktu tiba

berkisar antara 32 menit sampai 38 menit.

Daerah tersebut ditunjukkan oleh garis pantai

berwarna merah.

4.5 Skenario gempa D

Lokasi skenario gempa D berada di dekat

lokasi gempa bumi tsunami Banyuwangi 1994

atau berada di sebelah selatan Jawa Timur,

yaitu pada koordinat 10,90 LS dan 112,6

0 BT.

Hasil model tinggi tsunami maksimum

skenario gempa D adalah sebagai berikut :

Gambar 4.9. Model tinggi tsunami maksimum

skenario gempa D

Tinggi tsunami maksimum skenario gempa D

adalah 9,6 meter dengan waktu tiba 32 menit,

berada di kecamatan Tempurejo kabupaten

Jember (Jawa timur). Waktu tiba tsunami

tercepat adalah 26 menit, yang berada di

kecamatan Tegal Delimo (Banyuwagi).

Page 11: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - Meteorologi · PDF filePergerakan lempeng tektonik di kawasan ini, ... laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Prinsip ini diberikan pada model

10

Gambar 4.10. Peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa D

Berdasarkan peta potensi bahaya tsunami

skenario gempa D, daerah yang memiliki

potensi yang sangat bahaya ada 22 kecamatan

yang tersebar di 5 kabupaten, yaitu kabupaten

Blitar, Malang, Lumajang, Jember, dan

Banyuwangi (Jawa Timur) dengan waktu tiba

berkisar antara 26 menit sampai 42 menit.

Daerah tersebut ditunjukkan oleh garis pantai

berwarna merah.

5. Kesimpulan

1. Rata – rata tingkat kesalahan dalam

verifikasi hasil model adalah 20,74 %.

2. Tinggi tsunami maksimum di pantai untuk

keempat skenario gempa berkisar antara

8,45 sampai 9,6 meter.

3. Waktu tiba tsunami di pantai dengan potensi

sangat bahaya untuk keempat skenario

gempa berkisar antara 25 sampai 50 menit.

4. Daerah yang paling sering terjadi tsunami

dengan potensi sangat bahaya untuk

keempat skenario gempa ada 6 kecamatan,

yaitu Tirtoyudo, Sumber Manjing,

Gedangan, Bantur, Donomulyo (Kabupaten

Malang) dan Bakung (Kabupaten Blitar),

dimana terjadi pada skenario gempa C dan

D dengan waktu tiba berkisar antara 31

sampai 38 menit.

5. Daerah yang memiliki tingkat potensi

bahaya tsunami yang tinggi, perlu

ditingkatkan upaya mitigasi dan kesiap-

siagaan masyarakat akan bencana tsunami.

Sehingga diharapkan dapat meminimalisir

korban jiwa maupun harta benda ketika

terjadi bencana tsunami.

6. Daftar Pustaka

Ammon et all, 2006, The 17 July 2006 Java

Tsunami Earthquake, Geophysical Research

Letters, Vol. 33, USA.

Imamura, F., Yalciner, Ahmet Cevdet,Ozyurt,

Gulizar, April 2006 Revision, Tsunami

Modelling Manual, DCRC (Disaster Control

Research Center), Tohuku University, Japan.

JMA (Japan Meteorological Agency), March

2007 Edition, Draft of Manual on Operation

Systems for Tsunami Warning Service.

Kanamori, H., 1972, Mechanism of tsunami

earthquake. Physics of the Earth and

Planetary Interiors 6: 246-259.

Latief, H., 2000, Tsunami Modelling, Risk

Assesment, and Mitigation, Pusat Penelitian

Kelautan, Institut Teknologi Bandung.

Latief, H., H. Sunendar, Yuhsananta. P, dan E.

Riawan (2006), Pemodelan dan Pemetaan

Rendaman Tsunami Serta Kajian Resiko

Bencana Tsunami Kota Padang, PPKPL, ITB.

Natawidjaja, D.H., Laatief, H., Sunandar,

2009, Studi Gempa dan Tsunami di Indonesia

Terkait Aset Pertamina, PPKPL, ITB.

Pribadi, S., Fachrizal, Gunawan, I.,

Hermawan, I., Tsuji, Y., Sub, S., Han, 2006,

Laporan Gempabumi dan Tsunami Selatan

Jawa Barat.

Rohadi, S., 2009, Distribusi Spasial dan

Temporal Seismotektonik Wilayah Subduksi

Jawa, Megasains 1(4) : 180 – 188.

Satake, K., Tanioka, Y., 1999, Source of

Tsunami and Tsunamigenic Earthquake in

Subduction Zones, Pure and Applied

Geophysics 154: 467-483.

Satake, Kenji, 2006, Tsunami and Earthquake,

Geological Survey of Japan, National Institute

of Advance Industrial Science and

Technology, IISEE (International Institute of

Seismology and Earthquake Engineering),

Tsukuba.

www.ecmwf.org