122
FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: NAJAH SYAMIYAH NIM: 1110101000060 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN

PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

NAJAH SYAMIYAH

NIM: 1110101000060

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2014

Najah Syamiyah

Page 3: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

EPIDEMIOLOGI

Srkipsi, Agustus 2014

Najah Syamiyah, NIM: 1110101000060

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014

xviii + 103 halaman, 3 bagan, 9 tabel, 3 lampiran

ABSTRAK

Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat dari tahun 2007

yakni sebesar 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi Diabetes di

Indonesia tahun 2013 lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pada

laki-laki. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi Diabetes

Mellitus tipe 2 tertinggi di Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah kasus baru

Diabetes Mellitus tipe 2 setiap tahunnya di wilayah Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan disain case control

study. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Purposive Sampling dengan

jumlah sampel sebanyak 237 wanita terdiri dari 112 kelompok kasus dan 125

kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang berisiko terhadap kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

adalah riwayat keluarga menderita DM dengan OR 4,784 (95% CI 2,693-8,500).

Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan

riwayat hipertensi bukan merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe

2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Disarankan

kepada petugas kesehatan dan puskemas untuk meningkatkan program skrining

faktor risiko dan promosi kesehatan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 kepada

masyarakat.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, wanita, riwayat keluarga, makrosomia,

hipertensi

Daftar bacaan: 81 (1995-2014)

Page 4: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY

Epidemiology

Undergraduate Thesis, August 2014

Najah Syamiyah, NIM: 1110101000060

Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus Among Women in Pesanggrahan Public

Health Center, South Jakarta in 2014.

xviii + 103 pages, 3 charts, 9 tables, 3 attachments

ABSTRACT

The prevalence of Diabetes Mellitus in Indonesia has increased from 1,1%

in 2007 to 2,1% in 2013 Prevalence of Diabetes in Indonesia in 2013 was found

more in women than men. Jakarta was one of the provinces with high prevalence

of type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia. Each year, there was an increasing

number of new cases of Type 2 Diabetes Mellitus in Pesanggrahan Sub-district,

South Jakarta. Therefore, the study was conducted to determine the risk factors of

Type 2 Diabetes Meliitus among women in Pesanggrahan Public Health Center,

South Jakarta in 2014.

This research was analytic study which used case control study design.

Purposive sampling technique was performed to recruit samples and the sample

size of this study was 237 women consisted of 112 cases and 125 controls.

Based on the results, the risk factors on the incident of type 2 Diabetes

Mellitus among women in Pesanggrahan Public Health Center was a family

history of Diabetes Mellitus with OR of 4.784 (95% CI 2.693 to 8.500). While

history of giving birth more than 4,000 grams (Macrosomia) and hypertension

history were not at risk of incident type 2 Diabetes Mellitus in women in this

study. It is recommended for health personnel and public health centers to

improve screening and health promotion program of type 2 Diabetes Mellitus

related to risk factor to the community.

Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, woman, family history, macrosomia,

hypertension

Reference: 81 (1995-2014)

Page 5: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN

JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

NAJAH SYAMIYAH

1110101000060

Jakarta, Agustus 2014

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM

NIP. 19750215 200901 2 003 NIP. 19800516 200901 2 005

Page 6: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Agustus 2014

Mengetahui,

Penguji I,

Narila Mutia Nasir, Ph.D

19800604 200312 2 017

Penguji II,

Hoirun Nisa, Ph.D

19790427 200501 2 005

Page 7: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Najah Syamiyah

Tempat, Tanggal Lahir : Damascus, 26 Juni 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mampang Prapatan VII Rt 002/06 No.2

Jakarta Selatan

No. telp : 0857 1515 2925

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. 1998 - 2004 : SD Islam Pelita Pasar Minggu

2. 2004 - 2007 : MTsN Tambakberas Jombang

3. 2007 - 2010 : SMA Alma’hadul Islami Beji, Pasuruan

4. 2010 - sekarang : S1-Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Riwayat Organisasi

1. 2006 - 2007 : Sekretaris OSIS MTsN Tambakberas Jombang.

2. 2008 - 2010 : Staf Pendidikan ISPI YAPI Bangil.

Page 8: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

vii

3. 2010 - 2011 : Anggota Muda Korps Sukarela (KSR) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. 2011 - 2012 : Staf Departemen Pengembangan dan Pemberdayaan

Masyarakat PAMI (Pergerakan Anggota Muda IAKMI)

Jakarta Raya.

5. 2012 - 2013 : Biro Kesekretariatan PAMI (Pergerakan Anggota Muda

IAKMI) Jakarta Raya.

6. 2012 - 2013 : Staf Departemen PSDM BEM Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. 2012- sekarang : Guru Ekstrakurikuler Sempoa RA/ TK Islam Al Hasanah

Pengalaman Penelitian

1. Hubungan Pola Konsumsi Serat Terhadap Frekuensi Defekasi pada

Mahasiswa PSKM Angkatan 2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Skrining Faktor Risiko PJPD di wilayah kerja Kota Bogor Juni tahun 2012.

3. Gambaran Distribusi Kasus Diare dan Faktor Risiko Diare di Wilayah 2

Rempoa Berdasarkan Pendekatan Spasial Periode Januari-Oktober 2012.

4. Survei Cepat Gambaran Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi

Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat 2012.

5. Gambaran Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe II Pada Guru Tk Bani Saleh 2

Kota Bekasi.

6. Gambaran Pelaksanaan Program PMTCT (Prevention Mother to Child

Transmission) di Puskesmas Jakarta Selatan.

Page 9: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

viii

Pengalaman Kerja

1. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) di Puskesmas Pondok Jagung Januari

s/d Februari 2013.

2. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II) di Puskesmas Pondok Jagung Maret

s/d Juni 2013.

3. Mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al Quran) An Nur Cipete Utara tahun

2007 – 2010.

4. Mengajar di TK Islam AL Hasanah Tahun 2010 s/d sekarang.

Page 10: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat ilmu kepada

manusia agar mengenali dunia dengan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan

umat. Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi karena telah memberikan kami nikmat

sehat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014” ini tepat waktu.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka meraih

gelar sarjana strata 1 (S1) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Atas selesainya skripsi ini, tidak lupa ucapan terimakasih

disampaikan kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

2. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati Tahangnaca, SKM, M.Kes selaku dosen penanggung jawab

Peminatan Epidemiologi sekaligus pembimbing ke-1 skripsi.

4. Ibu Riastuti K.W., SKM, MKM selaku dosen pembimbing ke-2 skripsi.

5. Ibu Narila Mutia, Ph.D dan Ibu Hoirun Nisa, Ph.D selaku dosen penguji

Sidang Skripsi.

6. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku dosen penasihat akademik.

7. Orang tua yang tiada henti berdoa dan berjuang untuk mendukung serta

membiayai peneliti.

Page 11: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

x

8. Seluruh tim dosen pengajar Peminatan Epidemiologi khususnya Bapak Sholah

Imari dan Ibu Meilani Anwar.

9. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 yang setia

memberikan dukungan dan motivasi khususnya teman-teman Peminatan

Epidemiologi.

10. Seluruh jajaran staf di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

11. Seluruh warga Kecamatan Pesanggrahan yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

12. Kelima saudara kandung yang menjadi penyemangat dan membantu

meringankan beban penulis.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua dan berharap ada kritik atau saran yang membangun untuk skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2014

Najah Syamiyah

Page 12: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah Sang Pencipta

kupersembahkan tulisan sederhana ini

Untuk setiap tetes keringat dan letih Abi yang tiada

pernah terhitung untukku,,,

Untuk setiap hembusan nafas dan kelembutan Umi

yang takkan pernah terbalaskan olehku,,,

Untuk Almarhumah Nenekku tercinta Hj. Romlah

binti Hasan, “Terima kasihku atas kasih sayang

seorang nenek yang hebat sepertimu,,,”

Page 13: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ xi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................. 8

1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 8

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11

2.1 Definisi Diabetes Mellitus ................................................................ 11

2.2 Klasifikasi Diabetes .......................................................................... 12

2.3 Gejala Klinis ..................................................................................... 16

Page 14: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xiii

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi ........................................................... 18

2.5 Diabetes Mellitus Pada Wanita ......................................................... 20

2.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus ....................................................... 22

2.6.1 Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi ............................. 23

2.6.2 Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi ....................................... 27

2.7 Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus ......................................... 40

2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular ....................................... 43

2.9 Kerangka Teori ................................................................................. 48

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 49

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 49

3.2 Definisi Operasional ......................................................................... 52

3.3 Hipotesis ........................................................................................... 54

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 55

4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 55

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 56

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 56

4.3.1 Populasi........................................................................................... 56

4.3.2 Sampel ............................................................................................ 57

4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 59

4.4.1 Data Primer ..................................................................................... 60

4.4.2 Data Sekunder ................................................................................ 60

4.5 Pengolahan Data ............................................................................... 60

4.5.1 Pemeriksaan Data (Editing) ......................................................... 61

4.5.2 Pemberian Kode (Coding) ............................................................ 61

4.5.3 Penyuntingan Data (Data Editing) .............................................. 61

Page 15: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xiv

4.5.4 Pemasukan Data (Data Entry) ..................................................... 61

4.5.5 Pembersihan Data (Data Cleaning)............................................. 62

4.6 Analisis Data .................................................................................... 62

4.6.1 Analisis Univariat .......................................................................... 62

4.6.2 Analisis Bivariat ............................................................................ 63

BAB V HASIL ..................................................................................................... 65

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 65

5.2 Analisis Univariat ............................................................................ 67

5.2.1 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok

Usia ................................................................................................. 67

5.2.2 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Wilayah ....... 68

5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol ............................... 69

5.2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok

Usia ................................................................................................. 71

5.3 Analisis Bivariat................................................................................ 72

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 74

6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 74

6.2 Gambaran Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ......................... 74

6.3 Gambaran dan Risiko Riwayat Melahirkan Bayi Lebih dari 4.000

gram terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ......................... 79

6.4 Gambaran dan Risiko Riwayat Keluarga Mendrita DM terhadap

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ............................................ 82

Page 16: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xv

6.5 Gambaran dan Risiko Riwayat Hipertensi terhadap Kejadian

Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun 2014 ............................................................... 85

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 90

7.1 Simpulan .......................................................................................... 90

7.2 Saran ................................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93

Lampiran ............................................................................................................. 100

Page 17: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.9.1 Kerangka Teori …………………………………………………... 48

Bagan 3.1.1 Kerangka Konsep Penelitian ……………………………………… 51

Bagan 4.1.1 Rancangan Penelitian Case Control .................................................. 56

Page 18: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6.1 Hipertensi Menurut Kelompok Usia ................................................. 33

Tabel 2.6.2 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi pe Hari untuk

Kelompok Wanita Dewasa Usia 29 - >65 tahun.............................. 38

Tabel 4.3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan P2 dari Penelitian Sebelumnya ……. 59

Tabel 5.2.1 Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita

Berdasarkan Usia saat Diagnosa di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun 2014 ……………………………………….. 67

Tabel 5.2.2 Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita

Berdasarkan Wilayah di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Tahun 2014 ………………………………………………………. 68

Tabel 5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ………………. 69

Tabel 5.2.4 Gambaran Status Keluarga Menderita DM pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ……………..... 70

Tabel 5.2.5 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Usia pada Wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun 2014 ……………………………………….. 71

Tabel 5.3.1 Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 …………….… 72

Page 19: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

xviii

DAFTAR ISTILAH

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

DM : Diabetes Mellitus

DMG : Diabetes Mellitus Gestasional

HDL : High Density Lipoprotein

IDF : Internasional Diabetes Federation

IMT : Indeks Massa Tubuh

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

KIE : Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

LDL : Low Density Lipoprotein

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu

PTM : Penyakit Tidak Menular

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

WHO : World Health Organization

Page 20: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian

terbanyak di Indonesia. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab

kematian adalah stroke (15,4%), diikuti hipertensi, Diabetes, kanker, dan

penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM tidak hanya terjadi

di perkotaan melainkan juga perdesaan (Kemenkes RI, 2011). Penyakit

Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus

mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga menjadi

masalah kesehatan yang cukup besar bagi masyarakat dan negara. Diabetes

Mellitus sering disebut sebagai The Great Imitator, karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

keluhan (Baradero dkk, 2005).

Pada tahun 2000, 3,2 juta orang meninggal akibat komplikasi yang

terkait dengan Diabetes. Di negara-negara dengan prevalensi Diabetes

tinggi, seperti wilayah Pacifik dan Timur Tengah, sebanyak satu dari empat

kematian pada orang dewasa berusia antara 35 dan 64 tahun adalah akibat

Diabetes. Diabetes telah menjadi salah satu penyebab utama penyakit dini

dan kematian di sebagian besar negara, terutama melalui peningkatan risiko

penyakit kardiovaskular (CVD). Penyakit kardiovaskular menyebabkan

Page 21: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

2

risiko kematian sebesar 50% dan 80% pada penderita Diabetes. Diabetes

juga merupakan penyebab utama kebutaan, amputasi dan gagal ginjal

(WHO dan IDF, 2004).

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai

oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yang disebabkan oleh

kekurangan hormon insulin yang di hasilkan oleh pankreas sehingga dapat

menurunkan kadar gula darah (Adiningsih, 2011). Indonesia kini telah

menduduki rangking keempat jumlah penyandang Diabetes terbanyak

setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang Diabetes pada tahun 2003

sebanyak 13,7 juta orang (PDPERSI, 2011).

Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan pada hasil Riset

kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi

penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah

perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Sedangkan di daerah

pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes RI, 2009).

Menurut data survey NCD tahun 2008 di Indonesia, dari seluruh penyebab

kematian pada semua usia 3% disebabkan oleh Diabetes (WHO, 2011).

Menurut hasil Riskesdastahun 2013 , terjadi peningkatan prevalensi

Diabetes Mellitus di Indonesia pada tahun 2007 yakni sebesar 1,1%

menjadi 2,1% pada tahun 2013. Hasil analisis gambaran prevalensi

Page 22: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

3

Diabetes Mellitus berdasarkan jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2013

juga menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes pada wanita lebih banyak

(1,7%) dibandingkan pada laki-laki (1,4%). Sedangkan berdasarkan

wilayahnya, prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2013 lebih

besar di perkotaan (2%) dibandingkan dengan di pedesaan (1%).

Hasil penelitian epidemiologi di Jakarta (daerah urban)

membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7 % pada tahun

1982 menjadi 5,7 % pada tahun 1993 (Pranoto, 2006). Sementara

berdasarkan data Riskesdas2007, prevalensi penyakit Diabetes tertinggi ada

pada DKI Jakarta sebesar 2,6% di atas angka nasional sebesar 1,1%. Angka

tersebut masih bertahan menurut hasil Riskesdastahun 2013, dimana DKI

Jakarta merupakan provinsi kedua terbanyak dengan prevalensi Diabetes

Mellitus yakni sebesar 2,5% setelah Yogyakarta (2,6%). Prevalensi

Diabetes di Jakarta Selatan adalah 1,9% terbanyak kedua setelah Jakarta

Pusat (4,8%) (Nuryati, 2009). Namun, informasi terkait prevalensi

Diabetes Mellitus di setiap wilayah Kota di DKI Jakarta tahun 2013 belum

bisa diketahui.

Kejadian Diabetes Mellitus seringkali lebih banyak ditemukan pada

daerah perkotaan dibandingkan pada daerah pedesaan. Salah satu faktor

risiko yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus adalah kurangnya

aktivitas fisik. Ternyata berdasarkan hasil Riskesdas2007 didapatkan

bahwa masyarakat yang kurang melakukan aktivitas fisik didaerah

Page 23: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

4

pedesaan sebesar 42,4% sementara didaerah urban lebih banyak yakni

mencapai 57,6% (Kemenkes RI, 2011).

Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup diduga

telah menyebabkan peningkatan besaran kasus-kasus penyakit tidak

menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini Diabetes Mellitus pada

wanita. Perilaku makan yang tidak sehat seperti tinggi lemak, kurang sayur

dan buah, makanan asin, makanan manis, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko

penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis

kelamin dan keturunan (Nuryati dkk, 2009).

Penyakit Diabetes Mellitus seringkali dapat dijumpai pada

perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada

perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang

lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki, dan juga terdapat perbedaan

dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat

mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus (Gusti & Erna,

2014).

Wanita lebih berisiko mengidap Diabetes karena secara fisik wanita

memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.

Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang

membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses

Page 24: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

5

hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Mellitus

tipe2 (Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013).

Hubungan gaya hidup dan status gizi dengan kejadian Diabetes

Mellitus pada wanita dewasa di DKI Jakarta diteliti oleh Siti dan teman-

temannya pada tahun 2009. Dari sekian variabel yang diteliti berdasarkan

analisis multivariat, variabel yang paling berkaitan dengan kejdian DM

pada wanita di DKI Jakarta adalah usia ≥45 tahun dan konsumsi makanan

atau minuman manis. Sama halnya dengan hasil Riskesdastahun 2013 yang

menggambarkan prevalensi Diabetes Mellitus paling banyak di derita oleh

penduduk berusia di atas 45 tahun.

Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM (Bina Gizi Masyarakat)

pada tahun 1996-1997 menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan lebih

banyak pada kelompok perempuan yakni sebesar 20% sedangkan pada

laki-laki sebesar12,8% (Almatsier, 2006). Sebagaimana diketahui dalam

berbagai penelitian, bahwa kegemukan atau obesitas merupakan faktor

risiko kejadian diabates Mellitus tipe 2 yang cukup besar. Dengan demikian

perempuan memiliki risiko yang cukup besar terhadap Diabates Mellitus

tipe 2. Selain itu, ada faktor risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 yang sangat

melekat pada wanita yakni riwayat Diabetes Gestasional atau riwayat

pernah melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram. Masih perlu dilakukan

sebuah penelitian untuk membuktikan bahwa variabel tersebut merupakan

salah satu faktor risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada wanita.

Page 25: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

6

Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus tipe 2, namun faktor risiko

yang ditemukan pada wilayah yang berbeda belum tentu sama. Sehingga

masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko Diabetes

Mellitus tipe 2 pada salah satu wilayah tertentu yang belum diketahui.

Menurut data dari Sudinkes Jakarta Selatan, kasus baru Diabetes Mellitus

di Kecamatan Pesanggrahan meningkat dari 178 kasus pada tahun 2011

menjadi 357 kasus baru pada tahun 2012 (Erviana dkk, 2013). Kemudian

pada tahun 2013 berdasarkan laporan puskesmas pesanggrahan, kasus baru

Diabetes yang tercatat meningkat menjadi 421 kasus. Jumlah kasus baru

Diabetes Mellitus di puskesmas Pesanggrahan semakin meningkat,

meskipun Program Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2 juga sudah

dijalankan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sejak tahun 2008. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor risiko kejadian Diabetes

Mellitus pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Diabetes Mellitus merupakan masalah penyakit tidak menular yang

membebani masyarakat karena dapat mengenai semua organ tubuh dan

menimbulkan berbagai macam keluhan serta komplikasi. Prevalensi

Diabetes Mellitus di Indonesia juga terbukti meningkat sejak tahun 2007

hingga sekarang. Dimana prevalensi Diabetes Mellitus selalu lebih tinggi di

Page 26: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

7

wilayah perkotaan dari pada di pedesaan. Selain itu, prevalensi Diabetes

Mellitus menurut hasil Riskesdastahun 2013 lebih banyak ditemukan pada

wanita dibandingkan laki-laki.

Sebagaimana tercatat dalam data Riskesdastahun 2013, bahwa DKI

Jakarta memiliki prevalensi penyakit Diabetes tertinggi kedua diantara

provinsi lainnya yakni sebesar 2,5% diatas angka nasional. Sedangkan

diantara wilayah Kotamadya di DKI Jakarta, Jakarta Selatan merupakan

wilayah kotamadya dengan prevalensi kasus Diabetes Mellitus sebesar

1,9%. Jumlah kasus baru dari tahun 2011 dan 2012 di Puskesmas

Pesanggrahan berturut-berturut meningkat mulai dari 178 menjadi 357

kasus. Jumlah tersebut tetap meningkat menjadi 421 kasus baru pada tahun

2013. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes

Mellitus pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan tahun 2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita

di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014

berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu?

Page 27: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

8

2. Bagaimana gambaran faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

pada wanita (riwayat melahirkan bayi ≥4.000 gr, riwayat keluarga

menderita DM, dan riwayat hipertensi) di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi

orang, tempat, dan waktu?

3. Apakah riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram, riwayat

keluarga menderita DM, dan riwayat hipertensi merupakan faktor

risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe

2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita

di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014

berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu.

2. Mengetahui gambaran faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

pada wanita (riwayat melahirkan bayi ≥4.000 gr, riwayat keluarga

menderita DM, dan riwayat hipertensi) di Puskesmas Kecamatan

Page 28: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

9

Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi

orang, tempat, dan waktu.

3. Mengetahui risiko riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram

terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

4. Mengetahui risiko riwayat keluarga menderita DM terhadap kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

5. Mengetahui risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian Diabetes

Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan

yang diperoleh peneliti tentang metodologi penelitian, epidemiologi

penyakit tidak menular khususnya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan khususnya di perpustakaan besar

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk

penelitian lebih lanjut.

Page 29: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

10

c. Bagi Puskesmas dan Masyarakat

1. Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko apa saja

yang mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus khususnya pada

penderita Diabetes di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan

2. Menambah pengetahuan faktor risiko yang paling berpengaruh

terhadap kejadian Diabetes Mellitus.

3. Membantu dalam perencanaan dan pengembangan program

pengendalian penyakit Diabetes .

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan pada bulan April-Juni 2014. Penelitian ini bertujuan untuk

Mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Yang melakukan

penelitian ini adalah mahasiswi kesehatan masyarakat angkatan 2010 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Disain penelitian yang digunakan adalah disain

case control study dengan Purposive Sampling sebagai tehnik

pengambilan sampel. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat

berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu serta analisis bivariat

terhadap beberapa variabel faktor risiko dengan menggunakan uji OR.

Page 30: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes

Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan

bahwa Diabetes Mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan

dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat

dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang

merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin

absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes Mellitus (DM)

merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa

darah (gula darah) melebih nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu

sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau

sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan

multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia.

Gejala yang timbul disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin atau ada

insulin yang cukup tetapi tidak efektif. Diabetes Mellitus seringkali

Page 31: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

12

dikaitkan dengan gangguan sistem mikrovaskular dan makrovaskular,

gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik (Baradero dkk, 2005).

Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat

menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang

dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh

karena itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa.

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang

bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi

dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya

neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati, gangren, dan

lainnya (Mihardja, 2009).

Seseorang dinyatakan menderita Diabetes Mellitus apabila pada

pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam

keadaan puasa pagi hari ≥126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan ≥200

mg/dL atau bila sewaktu/sesaat diperiksa >200mg/dL. Diabetes merupakan

suatu penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk

mengubah makanan menjadi energy (Soegondo, 2008).

2.2 Klasifikasi Diabetes

Penyakit Diabetes diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis

diantaranya adalah:

Page 32: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

13

1) `Diabetes Mellitus Tipe 1

DM tipe 1 sering dikatakan sebagai Diabetes “Juvenile onset”

atau “Insulin dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin

dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan

ketoasidosis. Istilah “Juvenile Onset” sendiri diberikan karena onset

DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada

usia 11-13 tahun. Sedangkan istilah “Insulin dependent” diberikan

karena penderita Diabetes Mellitus sangat bergantung dengan tambahan

insulin dari luar. Ketergantungan insulin tersebut terjadi karena terjadi

kelainan pada sel beta pankreas sehingga penderita mengalami

defisiensi insulin. Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang

beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang

meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus

yang semestinya meningkatkan sekresi insulin (Omar dalam Poretsky,

2010).

Diabetes tipe ini ditandai dengan insulinopenia berat dan

ketergantungan pada insulin eksogen untuk mencegah ketosis dan agar

tetap hidup. Diabetes tipe 1 juga bisa disebut IDDM (Diabetes Mellitus

tergantung insulin) (Behrman, 2000).

Page 33: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

14

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Tipe 2 disebabkan oleh gabungan resistensi perifer

terhadap kerja insulin dengan respons kompensasi sekresi insulin yang

tidak adekuat oleh sel-sel beta pankreas. Tipe ini disebut juga Diabetes

Mellitus Tidak Bergantung Insulin (DMTTI) atau non insulin

dependent (Robins and Cotran, 2006). Peningkatan prevalensi DM Tipe

2 dipengaruhi oleh faktor resiko Diabetes Mellitus. Faktor yang tidak

dapat di modifikasi diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga,

sedangkan faktor yang dapat di modifikasi adalah obesitas, pola makan

yang sehat, aktifitas fisik, dan merokok (Adiningsih, 2011).

Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, produksi insulin masih

dapat dilakukan, tetapi tidak cukup untuk mengontrol kadar gula darah.

Ketidakmampuan insulin dalam bekerja dengan baik tersebut disebut

dengan resistensi insulin. Diabetes Mellitus Tipe 2 biasanya terjadi

pada orang yang lanjut usia dan mereka hanya mengalami gejala yang

ringan. Diabetes Mellitus Tipe 2 juga pada umumnya disebabkan oleh

obesitas (Charles & Anne, 2010).

Orang yang gemuk dan memiliki riwayat keluarga dengan

riwayat DM berisiko tinggi untuk terkena Diabetes Melitus tipe 2.

Obesitas bisa juga dikaitkan dengan pola makan dan pola hidup yang

monoton. Resistensi insulin dapat menghalangi absorpsi glukosa ke

Page 34: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

15

dalam otot dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah meningkat.

Hiperglikemia ini dapat meningkatkan perlawanan terhadap insulin dan

memperberat hiperglikemia. Begitu juga dengan resistensi insulin yang

meningkat dengan adanya obesitas (Baradero dkk, 2005).

Apabila otot dan sel lemak menjadi resisten terhadap insulin,

maka akan menimbulkan lingkaran setan. Kompensasi terhadap

perlawanan ini akan timbul. Pulau Langerhans dari pankreas akan

menghasilkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan gula darah

dalam kadar yang normal. Akan tetapi akhirnya, pankreas tidak dapat

lagi meneruskan kompensasi dan berhenti menghasilkan insulin. Selain

itu, masih ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan resistensi

insulin seperti lansia karena berkurangnya massa otot dan

meningkatnya sel lemak (Baradero dkk, 2005).

3) Diabetes Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan

toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat

kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24

minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali normal

pada setelah melahirkan (Kemenkes RI, 2008). Patofisiologi Diabetes

Mellitus Gestasional mirip dengan Diabetes Mellitus tipe 2.

Dimungkinkan bahwa 30-50% penderita Diabetes Mellitus Gestasional

Page 35: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

16

data berkembang menjadi Diabetes Mellitus tipe 2 dalam kurun waktu

10 tahun (Davey, 2005).

Kehamilan berhubungan erat dengan Diabetes. Kontrol gula

darah yang buruk dapat menyebabkan komplikasi terhadap ibu dan

anak yang dilahirkan. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan

oleh lembaga penelitian kesehatan ibu dan anak CEMACH, bahwa

meskipun peningkatan kontrol Diabetes sudah dilakukan oleh sang ibu,

bayi yang dilahirkan masih berisiko terkena komplikasi. Bayi yang

dilahirkan oleh ibu enderita Diabetes bersiko (Charles & Anne, 2010):

a. Meninggal 5 kali lebih besar

b. Cacat 2 kali lebih besar

c. Dilahirkan dengan bobot >4 kg atau 2 kali lebih besar

2.3 Gejala Klinis

Berikut ini merupakan gejala yang umumnya dirasakan oleh

penderita Diabetes Mellitus (Tobing dkk, 2008):

1) Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang

dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka

buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap

terganggu karena ingin buang air kecil.

2) Haus dan banyak minum. Banyaknya urin yang keluar menyebabkan

cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum meningkat.

Page 36: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

17

3) Fatigue/ lelah , muncul karena energy menurun akibat berkurangnya

glukosa dalam jaringan dan sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi

tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi

insulin sehingga orang yang menderita Diabetes kekurangan energi.

4) Pusing dan berkeringat serta tidak dapat berkonsentrasi. Hal tersebut

disebabkan oleh menurunnya kadar gula. Setelah seseorang

mengkonsumsi gula, reaksi pankreas meningkat menimbulkan

hipoglikemik.

5) Meningkatnya berat badan disebabkan terganggunya metabolisme

karbohidrat karena hormone lainnya juga terganggu.

6) Gatal disebabkan oleh mengeringnya kulit akibat gangguan regulasi

cairan tubuh.

7) Gangguan imunitas. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah

menyebabkan penderita Diabetes rentan terhadap infeksi. Hal tersebut

disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih.

8) Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan

cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang karena

kelumpuhan pada otot mata.

9) Polyneuropathy atau gangguan sensorik pada saraf peripheral di kaki

dan tangan.

Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbgai

Page 37: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

18

macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut

dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika seseorang pergi

ke pelayanan kesehatan dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang

gambaran klinik dari Diabetes Mellitus tidak jelas dan baru ditemukan

pada saat pemeriksaan skrining atau pemeriksaan untuk penyakit lain

(Misnadiarly, 2006).

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Apabila jumlah atau dalam fungsi insulin mengalami defisiensi,

hiperglikemia akan timbul sehingga menyebabkan Diabetes. Kekurangan

insulin bisa absolut apabila pancreas tidak menghasilkan sama sekali

insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup,

misalnya yang terjadi pada DM tipe 1. Kekurangan insulin dikatakan relatif

apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi

insulinnya tidak bekerja secara efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM

tipe 2, dimana telah terjadi resistensi insulin. Baik kekurangan insulin

absolut maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolism bahan

bakar, untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan

memperbaiki jaringan (Baradero dkk, 2005).

Hormon insulin adalah hormon anabolik yang mendorong

penyimpanan zat gizi: penyimpanan glukosa sebagai glikogen di hati dan

otot, perubahan glukosa menjadi triasigliserol di hati dan penyimpanannya

Page 38: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

19

di jaringan adipose, serta penyerapan asam amino dan sintesis protein di

otot rangka. Hormon ini juga meningkatkan sintesis albumin dan protein

darah lainnya oleh hati. Insulin meningkatkn penggunaan glukosa sebagai

bahan bakar dengan merangsang transport glukosa ke dalam otot dan

jaringan adipose. Pada saat yang sama, insulin bekerja menghambat

mobilisasi bahan bakar . Hormon insulin merupakan hormon polipeptida

yang disintesis oleh sel beta pankreas endokrin yang terdiri dari kelompok

mikroskopis kelenjar kecil atau pulau Langerhans, tersebar di seluruh

pankreas eksokrin (Marks dkk, 2000).

Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja

insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan

metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat disimpan serta

tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam-asam

amino tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut

tetap berada di dalam plasma. Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami

starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa, kolesterol, serta lemak

(Jordan, 2002).

Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam

lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam

derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk

meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke

jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.

Page 39: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

20

2.5 Diabetes Mellitus Pada Wanita

Wanita lebih rentan menderita penyakit kronis, seperti Diabetes,

dan menderita cacat dibandingkan dengan laki-laki. Diperkirakan tahun

2015-2050 bahwa mayoritas kasus Diabetes Mellitus terjadi pada wanita.

Menurut Dinas Kesehatan Task Force Amerika Serikat, masalah Diabetes

pada wanita merupakan masalah yang sangat penting, karena terdapat

kaitan antara kehamilan dengan kejadian Diabetes Mellitus (CDC, 2011).

Diabetes kemungkinan menjadi sangat berat bagi perempuan.

Beban Diabetes pada wanita adalah unik karena penyakit ini dapat

mempengaruhi baik ibu dan anak-anak mereka yang belum lahir. Diabetes

dapat menyebabkan kesulitan selama kehamilan seperti keguguran atau

bayi lahir dengan cacat lahir. Wanita dengan Diabetes juga lebih mungkin

untuk memiliki serangan jantung, dan pada usia yang lebih muda, daripada

wanita tanpa Diabetes (American Diabetes Association).

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa banyak faktor risiko

untuk Diabetes seperti berat badan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik yang

lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dalam semua sub

kelompok populasi (CDC, 2001). Salah satu contohnya adalah sebuah

penelitian deskriptif tentang faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 yang

dilakukan di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada Mei-Oktober 2011.

Didapatkan bahwa 57% dari 138 kasus baru Diabetes Mellitus tipe 2 di

rumah sakit tersebut adalah perempuan.

Page 40: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

21

Riskesdastahun 2007 menyatakan bahwa 48.2 persen penduduk

Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas

fisik, dimana kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik

(54.5 persen) lebih tinggi dari pada kelompok laki-laki (41,4 persen).

Selain itu kurang melakukan aktivitas fisik didaerah rural sebesar 42,4

persen sementara didaerah urban kurang melakukan aktivitas fisik telah

mencapai 57,6 persen (Kemenkes RI, 2011).

Selain Diabetes Mellitus tipe 2, wanita bisa mengalami jenis

Diabetes Mellitus gestasional yakni Diabetes yang terjadi saat hamil.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Ifan dan dua orang temannya pada tahun

2012 untuk mengetahui faktor risiko kejadian preDiabetes/ Diabetes

Mellitus gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar. Dari hasil

penelitian tersebut disimpulkan bahwa usia ibu hamil dan riwayat

overweight merupakan faktor risiko kejadian preDiabetes/ Diabetes melitus

gestasional.

Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita Diabetes melitus

gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan

berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi

kardiovaskuler hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka

penderita berisiko berlanjut terkena Diabetes tipe 2 atau terjadi Diabetes

gestasional yang berulang pada masa yang akan datang. Sedangkan bayi

yang lahir dari ibu yang mengalami Diabetes gestasional berisiko tinggi

untuk terkena makrosomia, trauma kelahiran (Pratama dkk, 2012) .

Page 41: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

22

Menjaga kesehatan wanita sangatlah penting. Dengan mengetahui

risiko kejadian penyakit pada wanita, berguna untuk menentukan upaya-

upaya pencegahan penyakit pada wanita termasuk Diabetes Mellitus. Jika

perkembangan Diabetes Mellitus pada wanita tidak segera dikendalikan

dan dicegah, tentu akan mepengaruhi status kesehatan masyarakat, dimana

wanita memilki tugas penting dalam status reproduksi seperti melahirkan

keturunan. Menjaga kesehatan wanita bukan hanya berharga bagi keluarga,

tetapi juga untuk masyarakat dan negara.

2.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Risiko adalah probabilitas atau kemungkinan terjadinya penyakit

atau gangguan kesehatan. Sedangkan Faktor risiko atau Risk Factor

merupakan salah satu istilah dari risiko berupa penjabaran dari faktor-

faktor determinan epidemiologi suatu penyakit yang menentukan

kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa berupa

karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak

menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden

sebuah penyakit (Bustan, 2008).

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit multifaktoral dengan

komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama

kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor dapat

dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya

Page 42: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

23

tidak dapat diubah. Faktor risiko Diabetes Mellitus antara laian adalah

kadar glukosa darah yang tinggi, riwayat keluarga menderita DM, obesitas,

kurang aktivitas fisik, usia, hipertensi, riwayat DM saat hamil, dan Sindrom

Polikistik pada wanita (Michael dkk, 2005).

Pengukuran faktor risiko DM dilakukan terhadap masyarakat yang

berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko yang disebutkan

pada consensus PERKENI 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang Lingkup

Faktor Risiko DM dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang dapat

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

2.6.1 Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifiable risk

factor), Faktor risiko yang sudah melekat pada seseorang sepanjang

hidupnya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan.

Faktor risiko DM yang tidak dapat di modifikasi antara lain:

1) Ras dan Etnik

Ras atau etnik yang dimaksud adalah seperti suku atau

kebudayaan setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi

salah satu faktor risiko DM yang berasal dari lingkungan.

Biasanya, penyakit yang berhubungan dengan ras atau etnik pada

umumnya berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan

(Masriadi, 2012).

Page 43: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

24

2) Usia

Usia merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada host

atau penderita penyakit. Usia mempunyai hubungan dengan

tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu.

Usia juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga

karakteristik tempat dan waktu. Perbedaan pengalaman terhadap

penyakit menurut usia sangat berhubungan dengan perbedaan

tingkat keterpaparan dan proses patogenesis (Masriadi, 2012).

Hasil analisis multivariat pada penelitian ” Gaya Hidup dan Status

Gizi Serta Hubungannya Dengan Diabetes Mellitus Pada Wanita

Dewasa di DKI Jakarta ” menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko

Diabetes Mellitus pada perempuan dewasa antara lain usia > 45

tahun baik pada wanita obes maupun tidak obes. Dalam

penelitian Radio Putro tentang “Studi Kasus di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi” bahwa salah satu

faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DM

tipe 2 adalah usia≥ 45 tahun.

Diabetes seringkali ditemukan pada masyarakat dengan usia tua

karena pada usia tersebut, fungsi tubuh secara fisiologis menurun

dan terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga

Page 44: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

25

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah

yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna, 2014)

3) Riwayat Keluarga Menderita DM

Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua

dengan DM (Ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan).

Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah

seorang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75% bilamana

kedua-duanya menderita DM. Pada umumnya apabila seseorang

menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko

DM sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2008).

Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari

pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen

sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu (Trisnawati &

Soedijono, 2013).

4) Pernah melahirkan Bayi dengan Berat Badan ≥4.000 gram.

Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat

lebih dari 4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian

Diabetes Mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang

pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (4.000

Page 45: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

26

gram/ 9 pounds) biasanya dianggap sebagai praDiabetes

(Lanywati, 2001).

5) Riwayat lahir dengan berat badan <2500 gram.

Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ialah

apabila seseorang ketika lahir dengan berat badan <2500 gram.

Seseorang yang lahir dengan BBLR dimungkinkan memiliki

kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk

memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar

mengapa riwayat BBLR seseorang dapat berisiko terhadap

kejadian BBLR (Kemenks, 2008).

Sebuah penelitian cross sectional di Cina dilakukan tehadap 973

orang dewasa dari tahun 2002-2004 untuk mengetahui hubungan

berat badan saat lahir dengan risiko penyakit Diabetes Mellitus

tipe 2. Didapatkan bahwa responden dengan kadar gula darah

tinggi lebih banyak ditemukan pada kelompok subjek dengan

BBLR (<2500 gram). Sehingga disimpulkan bahwa status BBLR

sebagai variabel independen berhubungan dengan risiko penyakit

Diabetes Mellitus tipe 2 (Tian dkk, 2006).

Page 46: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

27

2.6.2 Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor) artinya

faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau di

siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu menjadi

tidak ada lagi. Faktor risiko yang bisa di modifikasi :

1) Obesitas (IMT lebih dari 25kg/m2)

Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori

dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak

(jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan

hati). Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan

(Gusti & Erna, 2014). Indeks masa tubuh orang dewasa

normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2. JIka lebih dari 25 kg/m2

maka dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami obesitas.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Shara dan Soedijono pada

tahun 2012 untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas

Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Dengan disai studi cross

sectional didapatkan bahwa usia, riwayat keluarga, aktfivitas

fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan

dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki

Page 47: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

28

hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa

Tubuh.

Pada pasien Diabetes tipe 2, pankreas yang memproduksi insulin

sebagian rusak. Sehingga insulin tidak dapat dihasilkan dalam

jumlah yang cukup. Kegemukan melambangkan seperti seakan-

akan lubang kunci pada sel-sel berubah bentuk sehingga

diperlukan lebih banyak insulin. Namun peningkatan kebutuhan

insulin tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebagai akibatnya,

konsentrasi glukosa darah menjadi tinggi (Soegondo, 2008).

Ambilan (uptake) glukosa oleh sel yang meliputi sel otak, sel

darah merah, sel mukosa usus, tubulus renalis, dan plasenta. Di

bawah pengaruh insulin, sel-sel tersebut menggunakan glukosa

sebagai bahan bakar dan bukan lemak atau protein. Efek samping

utama yang ditimbulkan oleh insulin adalh hipoglikemia. Pada

saat melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik, akan terjadi

mekanisme lain yang digunakan oleh otot yang sedang

melakukan exercise (latihan fisik) untuk mengambil glukosa

tanpa bergantung pada insulin (Jordan, 2002).

2) Obesitas abdominal

Kelebihan lemak di sekitar otot perut berkaitan dengan gangguan

metabolik, sehingga mengukur lingkar perut merupakan salah

Page 48: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

29

satu cara untuk mengukur lemak perut (Balkau, 2014). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dkk pada tahun 2013

di Puskesmas Kecamatan Denpasar Selatan menunjukkan bahwa

orang yang mengalami obesitas abdominal (Lingkar perut pria

>90 cm dan wanita >80 cm) berisiko 5,19 kali menderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 (95% CI 2,31-11,68).Hal ini dapat

dijelaskan bahwa obesitas sentral khususnya di perut yang

digambarkan oleh lingkar pinggang lebih sensitif dalam

memprediksi gangguanm akibat resistensi insulin pada DM tipe

2 (Trisnawati dkk, 2013).

Pada orang yang obes, terjadi peningkatan pelepasan asam lemak

bebas (Free Fatty Acid/FFA) dari lemak visceral (lemak pada

rongga perut) yang lebih resisten terhadap efek metabolik insulin

dan lebih sensitif terhadap hormon lipolitik. Peningkatan FFA

menyebabkan hambatan kerja insulin sehingga terjadi kegagalan

uptake glukosa ke dalam sel yang memicu peningkatan produksi

glukosa hepatik melalui proses glukoneosis (Kemenkes RI,

2008).

Peningkatan jumlah lemak abdominal mempunyai korelasi

positif dengan hiperinsulin dan berkorelasi negatif dengan

sensitivitas insulin (Kemenkes RI, 2008). Itulah sebabnya

mengapa obesitas abdominal menjadi berisiko terhadap kejadian

Page 49: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

30

Diabetes Mellitus. Untuk megukur obesitas abdominal ialah

dengan cara mengukur lingkar perutnya. Obesitas abdominal

ialah jika lingkar perut pada laki-laki >90 cm, sedangkan pada

wanita >80 cm.

3) Kurangnya aktifitas Fisik

Kurang aktivitas fisik dan obesitas merupakan faktor yang paling

penting dalam peningkatan kejadian Diebets Mellitus tipe 2 di

seluruh dunia (Rios, 2010). Menurut WHO yang dimaksud

dengan aktifitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10 menit

tanpa henti dengan melakukan kegiatan fisik ringan, sedang dan

berat. Aktifitas berat adalah pergerakan tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran

kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Contohnya

mengangkat air, mendaki, berjalan cepat, mengangkat beban,

tenis tunggal, badminton tunggal, marathon, mencangkul dan

menebang pohon. Aktivitas sedang adalah pergerakan tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar atau dengan

kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas lebih sedikit

lebih cepat dari biasanya. Contohnya pekerjaan rumah tangga

(mencuci baju dengan tangan, mengepel, menimba air), tenis

ganda, badminton ganda, berenang dan berjalan membawa

beban. Sedangkan contoh aktifitas ringan adalah berjalan dan

Page 50: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

31

pekerjaan kantor seperti mengetik. Dengan kata lain, aktivitas

fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas

fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan

fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5

hari dalam seminggu (Kemenkes RI, 2011).

Latihan olah raga secara teratur dapat membantu meningkatkan

sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu menjaga

kadar gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah

penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10

tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu melalui

latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan

Diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar

pada pria yang lebih gemuk. Penggolongan aktivitas fisik

menurut WHO yang sesuai dengan pengendalian faktor risiko

DM adalah dengan melakukan latihan fisik sedang sampai berat

selama 30 menit atau lebih secara terus menerus dan dilakukan

seminggu tiga kali merupakan aktivitas fisik yang dapat

meningkatkan kebugaran jasmani (Kemenkes RI, 2008).

Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain

untuk menghidari kegemukan, juga untuk mencegah terjadinya

diabete Mellitus tipe 2. Pada waktu bergerak, otot-otot memakai

Page 51: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

32

lebih banyak glukosa daripada pada waktu tidak bergerak.

Dengan demikian kosentrasi glukosa darah akan turun. Melalui

olahraga/kegiatan jasmani, insulin akan bekerja lebih baik,

sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel otot untuk

dibakar (Soegondo, 2008).

Hasil penelitian Fitriyani di Kota Cilegon padatahun 2012

menunjukkan bahwa orang yang aktivitas sehari-harinya ringan

memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2

dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-harinya

sedang dan berat.

4) Hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang

tingginya tergantung usia individu yang terkena. Tekanan darah

berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh,

usiadan tingkat stres yang di alami. Hipertensi dengan

peningkatan tekanan sistol tanpa disertai eningkatan diastol lebih

sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan

tekanan diastol tanpa disertai peningkatan tekanan sistol lebih

sering terdapat pada dewasa muda. (Tambayong, 1999).

Page 52: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

33

Tabel 2.6.1

Hipertensi Menurut Kelompok Usia

Keompok Usia Normal (mm Hg) Hipertensi (mm Hg)

Bayi 80/40 90/60

Anak 7-11 tahun 100/60 120/80

Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80

Dewasa 20-45 tahun

45-65 tahun

>65 tahun

120-125/75-80

135-140/85

159/85

135/90

140/90-160/95

160/95

Sumber: (Tambayong, 1999)

Hubungan antara hipertensi dengan Diabetes Mellitus sangat

kuat karena beberapa kriteria yang sering ada pada pasien

hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas,

dislipidemia dan peningkatan glukosa darah . Hipertensi adalah

suatu faktor resiko yang utama untuk penyakit kardiovaskular

dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati.

Prevalensi populasi hipertensi pada Diabetes adalah 1,5-3 kali

lebih tinggi daripada kelompok pada non Diabetes. Diagnosis

dan terapi hipertensi sangat penting untuk mencegah penyakit

kardiovaskular pada individu dengan Diabetes. Pada Diabetes

tipe 1, adanya hipertensi sering diindikasikan adanya Diabetes

nefropati.

Page 53: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

34

Selain menjadi faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi

juga merupakan kondisi umum yang biasanya berdampingan

dengan DM dan memperburuk komplikasi DM dan morbiditas

dan mortalitas kardiovaskular (Mangesha, 2007). Berdasarkan

penelitian kohort yang dilakukan oleh David Conen dkk (2007)

pada wanita yang sehat menunjukkan bahwa tekanan darah

tinggi (selama 10 tahun masa pengamatan) bisa berkembang

menjadi Diabetes Mellitus tipe 2. Disimpulkan bahwa wanita

yang memiliki tekanan darah tinggi memiliki risiko yang tinggi

terkena Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan wanita

yang tekanan darahnya normal.

Disfungsi endotel bisa menjadi salah satu patofisiologi umum

yang menjelaskan hubungan kuat antara tekanan darah dan

Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa penanda disfungsi endotel berhubungan

dengan omset Diabetes dan disfungsi endotel berkaitan erat

dengan tekanan darah dan hipertensi (Conen dkk, 2007).

Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi

insulin. Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes melitus

disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang

menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal

ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam

Page 54: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

35

darah menjadi terganggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wiardani dkk tahun 2010, membuktikan bahwa orang yang

hipertensi berisiko 2,3 kali untuk terkena Diabetes Mellitus tipe

2.

5) Dislipidemia(HDL < 35mg/dl dan atau trigliserida >250mg/dl)

Dislipidemia adalah suatu perubahan kadar normal komponen

lipid darah, dapat meningkat (misalnya kolesterol, trigliserid,

LDL dan lainnya) atau menurun (misalnya HDL) (Tapan, 2005).

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama

aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dislipidemia adalah

salah satu komponen dalam trias sindrom metabolik selain

Diabetes dan hipertensi (Pramono, 2009).

6) Pola Konsumsi tidak sehat (unhealthy diet)

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan

kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, usia,

jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit,

hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup,

setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup,

tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu,

Page 55: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

36

manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai

proses faali dalam tubuh (Kemenkes RI, 2002).

Peningkatan asupan buah-buahan dan sayuran telah disahkan

sebagai kebijakan kesehatan masyarakat untuk indikator pola

hidup sehat. Pengurangan asupan lemak dan peningkatan serat

telah dilihat sebagai alasan umumuntuk peningkatan konsumsi

buah dan sayuran. Peningkatan asupan serat dapat memperbaiki

kontrol glikemik pada Diabetes (Jenkins, 2003).

Diet sehat yang berkaitan dengan penyakit Diabetes adalah

konsumsi sayur dan buah sebagai asupan serat untuk membantu

metabolisme. Sedangkan konsumsi gula atau makanan yang

terlalu manis dengan jumlah yang sangat berlebihan dapat

menimbulkan risiko Diabetes Mellitus. Penelitian yang dilakukan

oleh Sufiati dan Erma pada tahun 2012, membuktikan bahwa

asupan serat berhubungan erat dengan kadar gula darah,

kolesterol total dan status gizi pada penderita Diabetes Mellitus.

Serat pangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

glukosa post-prandial dan respon insulin. Efek dari berbagai

komponen serat makanan berperan dalam pencegahan dan

manajemen dari berbagai penyakit, termasuk Diabetes tipe 2,

sejak tahun tujuh puluhan. Serat bisa meningkatkan sensitivitas

insulin. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa asupan

Page 56: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

37

serat makanan yang relatif rendah secara signifikan

meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 (Steyn, 2004).

Hanya karbohidrat yang akan mengakibatkan glukosa darah

meningkat. Karbohidrat sendiri terdiri dari karbohidrat kompleks

dan sederhana. Karbohidrat kompleks misalnya terdapat dalam

nasi, kentang, mie, ubi. Sedangkan contoh karbohidrat sederhana

seperti gula pasir, glukosa, maltose, dan laktosa. Karbohidrat

kompleks diubah dalam usus melalui proses pencernaan menjadi

bagian lebih kecil seperti glukosa. Kedua macam karbohidrat ini

mempunyai dampak yang sama terhadap konsentrasi glukosa

dalam darah (Soegondo, 2008).

Penyakit kronik seperti Diabetes Mellitus tipe 2 muncul sebagai

akibat dari perubahan gaya hidup. Kebiasaan dan rutinitas yang

merugikan memiliki kekuatan untuk merusak kesehatan. Gaya

hidup sedentarial (banyak duduk), kebiasaan merokok, minum

alkohol, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress serta

mengkonsumsi narkoba dan bahan kimia pengawet bisa menjadi

faktor penyebab terjadinya penyakit kronik termasuk Diabetes

Mellitus (Suharjo & Cahyono, 2008).

Makan-makanan manis yang berlebihan tidak akan menyebabkan

penyakit DM, tetapi jika konsumsinya sangat berlebihan akan

menyebabkan kegemukan dan menderita DM (Erik, 2005).

Page 57: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

38

Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi

energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak.

Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan

kegemukan (Kemenkes RI, 2002).

Tabel 2.6.2

Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi pe Hari

untuk Kelompok Wanita Dewasa Usia 29 - >65 tahun

Bahan Makanan Ukuran Porsi

Nasi 4 porsi

Sayuran dan Buah

3-5 porsi

(1 p buah = 1 buah /50 gr pisang)

(1 p sayur = 100 gram sayur)

Tempe (Protein Nabati) 3 porsi

(1 p = 2 potong sedang)

Daging (Protein Hewani) 3 porsi

(1 p = 1 potong sedang/ 50 gr)

Susu 1 porsi

(1 p = 1 gls/ 200 gr)

Minyak 3-4 porsi

(1 p = 1 sdm)

Gula 2 porsi (1p = 1 sdm)

Sumber: (Kemenkes RI, 2002)

7) Merokok

Merokok merupakan faktor risiko terkenal dalam banyak

penyakit, termasuk berbagai jenis kanker dan penyakit

kardiovaskular termasuk Diabetes Mellitus. Banyak bukti yang

menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko untuk

Diabetes Mellitus tipe 2. Merokok telah diidentifikasi sebagai

Page 58: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

39

faktor risiko yang memungkinkan untuk terjadinya resistensi

insulin. Merokok juga telah terbukti menurunkan metabolisme

glukosa yang dapat menyebabkan timbulnya Diabetes Mellitus

tipe 2. Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa

merokok meningkatkan risiko Diabetes melalui mekanisme

indeks massa tubuh. Merokok juga telah dikaitkan dengan risiko

pankreatitis kronis dan kanker pankreas, menunjukkan bahwa

asap rokok dapat menjadi racun bagi pancreas (ASH, 2012).

Merokok meningkatkan kejadian Diabetes dan memperburuk

homeostasis glukosa dan komplikasi Diabetes kronis. Dalam

komplikasi mikrovaskuler, onset dan perkembangan nefropati

Diabetes sangat berhubungan dengan merokok. Merokok

dikaitkan dengan resistensi insulin, peradangan dan

dyslipidemia. Dalam komplikasi makrovaskuler, merokok

dikaitkan dengan kejadian 2 sampai 3 kali lebih tinggi PJK dan

kematian. Namun, pencegahan merokok dan berhenti merokok

mungkin tidak cukup ditekankan dalam Diabetes klinik (Chang,

2012).

Pada penelitian dengan disain studi case control di daerah

pedesaan Kancheepuram District of Tamil Nadu ditemukan

bahwa orang yang merokok> 10 batang / hari berisiko lebih

tinggi (OR = 7.15) bila dibandingkan dengan perokok ringan.

Page 59: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

40

Ditemukan pula bahwa ada 5 kali peningkatan risiko Diabetes

pada perokok lebih dari 20 tahun (Venkatachalam, 2012).

Sebuah tinjauan sistematis dilakukan terhadap 25 studi

menemukan bahwa ada hubungan antara merokok aktif dan

peningkatan risiko Diabetes. Risiko yang berhubungan dengan

merokok Diabetes meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap.

The Cancer Prevention Study 1, sebuah studi kohort menemukan

bahwa wanita yang merokok lebih dari 40 batang sehari memiliki

74% peningkatan risiko Diabetes, sedangkan risiko pada laki-laki

meningkat 45% . Ada juga beberapa bukti, termasuk sebuah studi

kohort tahun 2011 lebih dari 10.000 orang, yang menunjukkan

bahwa paparan asap rokok dapat menjadi faktor risiko untuk

pengembangan Diabetes Mellitus tipe 2 (ASH, 2012).

2.7 Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus

Masalah Diabetes Mellitus di Indonesia cukup besar sehingga,

Kementerian Kesehatan RI memprioritaskan pengendalian DM diantara

gangguan penyakit metabolik lainnya selain penyakit penyerta seperti

hipertensi, jantung korononer dan stroke. Kementerian Kesehatan saat ini

fokus pada pengendalian faktor risiko DM melaui upaya promotif dan

preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Saat ini pelayanan DM sudah dilaksanakan di Puskesmas dengan

pemberian obat sesuai kemampuan daerah masing-masing, Pada

Page 60: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

41

penyandang DM rujuk balik dari Rumah Sakit yang merupakan peserta

askes dapat diberikan obat oral maupun suntikan selama 30 hari atau sesuai

rekomendasi dokter RS (Kemenkes RI, 2013).

Upaya pencegahan Diabetes Mellitus di Indonesia terdiri dari

upaya pencegahan prmer, sekunder dan tersier. Upaya tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pencegahan Primer

Sasaran dari program pencegahan primer penyakit Diabetes Mellitus

adalah kelompok masyarakat sehat. Kegiatan pokoknya berupa

penggerakan peran serta masyarakat dalam PHBS (mencakup

perilaku tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, serta

menerapkan pola konsumsi yang sehat). Selain itu dilakukan deteksi

dini faktor risiko DM tipe 2 secara rutin melalui UKBM seperti

Posbindu, serta peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi

faktor risiko DM (Kemenkes RI, 2008).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap populasi berisiko dan

penderita DM. Kegiatan pengendalian meliputi penatalaksanaan

faktor risiko bagi populasi berisiko melalui pelayanan kesehatan dasar

dan UKBM. Sedangkan untuk penatalaksanaan kasus DM secara

efektif leh petugas kesehatan. KIE juga diberikan kepada pasien dan

keluarganya untuk perawatan dan pencegahan komplikasi akiat DM.

Page 61: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

42

pencegahan sekunder bagi pasien DM bertujuan untuk melindungi

pasien dari komplikasi (Kemenkes RI, 2008).

Penderita Diabetes Mellitus tidak bisa sembuh secara total, sehingga

diperlukan upaya perubahan gaya hidup seperti pola makan, aktivitas

fisik, serta mengkonsumsi obat secara rutin. Pengaturan pola makan

dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah (David

dan Linda, 2010).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan kepada pasien DM yang telah

mengalami komplikasi. Pencegahan berupa perawatan luka dan

gangguan fungsi organ tubuh lainnya akibat komplikasi DM.

Pencegahan tersier pada pasien DM dilakukan untuk mencegah

kecacatan dan kematian (Kemenkes RI, 2008). Biasanya komplikasi

yang paling sering dialami penderita DM adalah infeksi pada kaki

yang bahkan bisa menyebabkan amputasi pada kaki bila sudah

memburuk. Oleh karena itu perawatan kaki bagi penderita DM sangat

diperlukan.

Page 62: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

43

2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular

Setelah teori kejadian penyakit menular mulai berkembang

sehingga masalah kesehatan dapat teratsi, timbul pula masalah berbagai

penyakit menahun/tidak menular yang unsur dan faktor penyebabnya

sangat berkaitan erat dengan faal/fungsi tubuh, mutasi dan sifat resistensi

tubuh, dan pada umumnya terdiri dari berbagai faktor yang saling kait

mengait. Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan berbagai

pengamatan epidemiologi terhadap gangguan kesehatan. Dan pada saat ini,

teori tentang faktor penyebab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan

berbagai faktor yang berperan dalam proses kejadian penyakit (Timmreck,

2001).

Terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur

penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan

hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur

lainnya. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa dalam setiap proses

terjadinya penyakit terdapat penyebab majemuk (multiple causation)

(Timmreck, 2001).

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu jenis penyakit tidak

menular atau bisa juga disebut dengan penyakit kronis. Penyakit kronis

adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai

bertahun-tahun, bertambah berat, menetap, dan sering kambuh. Dr.Robert

Koch mengembangkan beberapa panduan untuk faktor etiologi dan faktor

Page 63: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

44

kausalitas penyakit kronis (Timmreck, 2001). Adapun postulat kausalitas

penyakit kronis adalah sebagai berikut:

1) Karakteristik penyakit kronis yang dicurigai harus lebih sering

ditemukan pada orang yang menderita penyakit yang tengah diteliti

dibandingkan pada orang yang tanpa penyakit tersebut.

2) Individu yang memperlihatkan karakteristik penyakit kronis harus

lebih sering mengalami penyakit ini daripada orang yang tidak

memperlihatkan karakteristik tersebut.

3) Setiap asosiasi yang teramati antara suatu karakteristik faktor risiko

dan penyakit kronis harus memiliki hubungan antara karakteristik

faktor risiko dan penyakit yang diteliti, demikian pula dengan setiap

karakteristik faktor risiko terkait serupa yang dapat menyebabkan

penyakit selama penelitian.

4) Insidensi penyakit kronis harus meningkat dalam hal durasi dan

intensitas faktor risiko.

5) Distribusi suatu faktor risiko harus sebanding dengan faktor risiko

penyakit kronis dalam semua faktor.

6) Semua aspek pada kesakitan akibat penyakit kronis harus

dihubungkan dengan tingkat pemajanan terhadap faktor risiko.

7) Pengurangan atau pemindahan pajanan faktor risiko harus dapat

mengurangi atau menghentikan penyakit.

Page 64: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

45

8) Populasi penduduk yang terpajan faktor risiko dalam penelitian yang

dikontrol harus lebih sering terkena penyakit kronis daripada mereka

yang tidak terpajan.

Delapan elemen yang menghubungkan asosiasi antara penyebab

yang diduga dengan terjadinya suatu penyakit kronis juga telah

dikembangkan dari teori kausalitas oleh Hill (Bustan, 2008):

a. Kekuatan dari asosiasi sebab akibat.

Analisis hubungan didasarkan dari besarnya nilai-nilai statistik yang

bermakna dari hasil uji statistik.

b. Bersifat temporal

Hubungan antara penyakit dengan paparan bersifat temporal, dimana

kejadian penyakit muncul didahului dengan paparan.

c. Dosis Respon

Respon dosis menunjukkan adanya peningkatan dosis keterpaparan

dengan peningkatan kejadian penyakit.

d. Biological Plausibility

Hubungan kejadian penyakit dengan paparan bisa dijelaskan secara

biologis.

e. Bersifat konsisten

Konsistensi dari hasil penelitian mengenai masalah yang diteliti,

berkontribusi terhadap hubungan paparan dan kejadian penyakit.

f. Bersifat reversibel

Page 65: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

46

Eliminasi paparan dapat menghilangkan atau menurunkan kejadian

penyakit.

g. Bersifat Khusus (Spesifik)

Spesifisitas ditujukan dengan suatu faktor risiko menyebabkan suatu

akibat tersendiri dan tidak terjadi pada faktor lain.

h. Analogi

Jika suatu faktor lain yang serupa dengan faktor yang diamati

mempunyai dampak yang serupa.

Sumber dari faktor-faktor risiko pada penyakit tidak menular atau

penyakit kronis adalah perilaku, fisiologis/genetik, lingkungan, dan sosial.

Faktor risiko adalah pengalaman, perilaku, tindakan, atau aspek-aspek pada

gaya hidup yang dapat memperbesar peluang terkena atau terbentuknya

suatu penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, atau

kematian. Faktor risiko dapat terbentuk akibat kondisi, karakter, atau

pajanan risiko yang memperkuat. Peningkatan pajanan faktor risiko dapat

memperbesar probabilitas terjadinya penyakit dan probabilitas

terbentuknya asosiasi epidemiologi kejadian penyakit. Salah satu cara

untuk menetapkan faktor-faktor risiko adalah dengan mengurangi atau

memodifikasi pajanan terhadap risiko dan mengamati hasilnya. Contoh,

jika merokok dikurangi, angka kasus kanker paru pun menurun (Timmreck,

2001).

Page 66: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

47

Faktor risiko juga mengacu pada perilaku yang berisiko, kondisi

penguat, atau faktor-faktor predisposisi. Perilaku berisiko adalah kegiatan

yang dilakukan seseorang yang sehat, tetapi menganggap diri mereka

berisiko tinggi terkena suatu penyakit, kondisi, atau gangguan tertentu.

Faktor-faktor predisposisi adalah faktor atau kondisi yang ada dan dapat

mempengaruhi perilaku karena memberikan suatu motivasi untuk

melakukan perilaku kesehatan. Contoh, fakta bahwa orang tua anak-usia-

sekolah merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kemungkinan

anak untuk merokok (Timmreck, 2001).

Page 67: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

48

2.9 Kerangka Teori

Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya tentang faktor

risiko Diabetes Mellitus tipe 2, maka kerangka konsep tentang faktor-faktor

yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Melltius tipe 2 adalah sebagai

berikut berikut:

Bagan 2.9.1

Kerangka Teori

(Sumber : Steyn dkk, 2004)

Faktor Genetik - Gangguan nutrisi

saat masa janin

- Lahir dengan berat

rendah (BBLR)

Resistensi Insulin

Toleransi Gula

Terganggu (IGT)

(

Diabetes Mellitus Tipe 2

Faktor:

- Obesitas abdominal

- Obesitas Sentral

- Kurangaktivitas

Fisik

- Pola konsumsi tidak

sehat

- Usia

- Merokok

- Hipertensi

- Riwayat Diabetes

Gestasional/ Lahir

bayi > 4.000 gr

Riwayat Kerusakan

sel Beta, Massa sel

Beta terbatas, dan

Glucotoxicity

Gangguan Fungsi

sel Beta

Page 68: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

49

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Diabetes

Mellitus tipe 2. Sedangkan variabel independennya merupakan faktor-

faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabates Mellitus. Berdasarkan

kerangka teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka ada

beberapa faktor risiko yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti sebagai

variabel independen dalam penelitian ini. Variabel tersebut antara lain

riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram, riwayat keluarga

dengan DM, dan hipertensi.

Status BBLR, usia dan ras/etnik merupkan salah satu faktor risiko

yang tidak dapat dimodifikasi yang dianggap berisiko terhadap kejadian

Diabetes Mellitus. Namun variabel status BBLR tidak diteliti dalam

penelitian ini dikhawatirkan menimbulkan bias karena kejadian lahir

responden sudah sangat lampau dan akan sulit untuk mendapatkan data

berat badan responden saat lahir. Variabel obesitas, obesitas abdominal,

aktivitas fisik, pola konsumsi, serta merokok tidak dijadikan variabel

penelitian karena keterbatasan ketersediaan data.

Page 69: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

50

a. Riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram

Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram

berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus baik tipe 2 maupun

gestasional. Namun belum banyak penelitian-penelitian terdahulu yang

menjelaskan tetang faktor tersebut. Maka pada penelitian ini peneliti

tertarik untuk menyertakan riwayat melahirkan bayi dengan berat

≥4.000 gram sebagai salah satu variabel indpenden yang berisiko

terhadap kejadian Diabetes Mellitus pada wanita.

b. Riwayat keluarga dengan DM

Penyakit Diabetes Mellitus erat sekali kaitannya dengan riwayat

keluarga dengan Diabetes. Baik dari ibu, ayah, maupun saudara

kandung.

c. Hipertensi

Hipertensi atau tingginya tekanan darah juga menyebabkan terjadinya

resistensi insulin. Itulah sebabnya hipertensi berkaitan erat dengan

kejadian Diabetes Mellitus. Seseorang dengan tekanan darah >140/90

selama beberapa kali pemeriksaan dapat dikatakan mengalami

hipertensi.

Page 70: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

51

Bagan 3.1.1

Kerangka Konsep Penelitian

Page 71: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

52

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Status Diabetes

Mellitus tipe 2

Seseorang yang

didiagnosa oleh petugas

kesehatan menderita DM

yakni jika konsentrasi

glukosa darah dalam

keadaan puasa pagi hari

≥126 mg/dL atau 2 jam

sesudah makan ≥200

mg/dL atau bila

sewaktu/sesaat diperiksa

>200mg/dL.

- Diagnosa oleh

petugas

kesehatan.

Berdasarkan hasil

pemeriksaan dan diagnosa

dari petugas kesehatan

1. Iya (kasus)

2. Tidak (kontrol)

Ordinal

Usia Diagnosa Usia saat pertama kali

didiagnosa menderita

Diabetes Mellitus tipe 2.

- Wawancara

dengan kuisioner

Menanyakan langsung

kepada responden .

1. 30-39 tahun

2. 40-49 tahun

3. 50-59 tahun

4. 60-69 tahun

5. 70-79 tahun

Ordinal

Wilayah domisili Kelurahan tempat

responden berdomisili - Wawancara

dengan kuisioner

Menanyakan langsung

kepada responden .

1. Bintaro

2. Pesanggrahan

3. P.Selatan

4. P.Utara

5. Ulu Jami

Nominal

Page 72: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

53

Riwayat melahirkan

bayi ≥4.000 gr

Pernah melahirkan bayi

dengan berat badan bayi

≥4.000 gr

- Wawancara

dengan kuisioner

Menanyakan langsung

kepada responden .

1. Pernah

2. Tidak Pernah

Ordinal

Riwayat Keluarga

Menderita DM

Adanya riwayat keluarga

(ayah, ibu, saudara

kandung, paman/bibi,

kakek/nenek) yang

menderita DM

- Wawancara

dengan kuisioner

Menanyakan langsung

kepada responden.

1. Ada riwayat

2. Tidak ada

riwayat

Nominal

Riwayat Hipertensi Riwayat memiliki

tekanan darah tinggi

oleh petugas kesehatan

yakni lebih dari 140/90

mmHg.

Wawancara dengan

kuisioner

Menanyakan kepada

responden apakah

responden pernah

didiagnosa mengalami

tekanan darah

tinggi/hipertensi oleh

petugas kesehatan

1. Ada

2. Tidak ada Ordinal

Page 73: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

54

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram merupakan faktor

risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

2. Riwayat keluarga menderita DM merupakan faktor risiko kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

3. Riwayat hipertensi merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus

tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan tahun 2014.

Page 74: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

55

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan

disain studi case control. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian dengan disain studi case

control merupakan penelitian yang bersifat observasional mengikuti

perjalanan penyakit ke arah belakang (retrospektif) untuk menguji hipotesis

spesifik tentang adanya hubungan pemaparan terhadap faktor risiko di masa

lalu dengan timbulnya penyakit (Masriadi, 2012). Sehingga dalam hal ini,

faktor-faktor di masa lampau yang berisiko terhadap kejadian Diabetes

Mellitus diteliti pada masa sekarang (saat penelitian berlangsung).

Penelitian dengan disain studi case control ini dilakukan dengan cara

membagi sampel penelitian ke dalam dua kelompok kasus dan kontrol.

Kelompok kasus yang dimaksud adalah kelompok wanita yang menderita

Diabetes Mellitus. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok wanita

yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Dengan penelitian ini akan diketahui

besar risiko dari faktor-faktor yang menyebabkan kejadian Diabetes Mellitus

pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun

2014.

Page 75: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

56

Bagan 4.1.1 Rancangan Penelitian Case Control

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan tepatnya pada bulan April-Juni tahun 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah target dimana peneliti menghasilkan hasil penelitian

(Shi, 2008 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien wanita rawat jalan di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2014. Adapun sampel dalam

penelitian ini terdiri dari dua kelompok kasus dan kontrol dimana kelompok

kasus merupakan kelompok wanita yang menderita Diabetes Mellitus

sedangkan kelompok kontrol adalah wanita yang tidak menderita penyakit

Diabetes Mellitus.

+ Diabetes Mellitus tipe 2 (Kasus)

- Diabetes Mellitus tipe 2 (Kontrol)

+ Faktor Risiko

-- Faktor Risiko

+ Faktor Risiko

-- Faktor Risiko

Page 76: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

57

4.3.2 Sampel

Pada pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti menetapkan

kriteria inklusi dan eksklusi baik untuk kelompok kasus maupun kelompok

kontrol. Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian yang dipakai

sehingga mereka yang memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan bisa

dimasukkan sebagai sampel penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah

kriteria yang digunakan sehingga mereka yang sudah memenuhi syarat inklusi

terpaksa dikeluarkan karena tidak tepat untuk diteliti lebih lanjut (Bustan,

2008). Dengan demikian, karena peneliti sudah menetapkan kriteria tersebut,

maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Teknik tersebut merupakan teknik pengambilan sampel dimana

sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria tertentu oleh peneliti

(Swarjana, 2012).

a) Kriteria inklusi untuk kasus:

1. Pasien wanita dengan Diabetes Mellitus tipe 2 yang berobat di

Puskesmas Pesanggrahan tahun 2014.

2. Berdomisili di wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

b) Kriteria eksklusi untuk kasus

1. Pernah menderita Diabetes Mellitus tipe lain.

2. Pasien meninggal

Page 77: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

58

a. Kriteria inklusi untuk kontrol:

1. Pasien wanita yang berobat di Puskesmas Pesanggrahan tahun 2014

dan tidak menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Berdomisili di wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

b. Kriteria eksklusi untuk kontrol

1. Pernah menderita Diabetes Mellitus tipe lain.

Untuk menghitung besar sampel dalam penelitian ini, rumus besar

sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Z1-α/2 : Deviat baku alpha

Z1-β : Deviat baku beta

P2 : Proporsi terpapar pada kelompok kontrol

P1 :

Kesalahan tipe I dan tipe II dalam penelitian ini diwakili oleh nilai

deviat baku alpha (Zα) dan deviat baku beta (Zβ). Karena hipotesis dalam

penelitian ini merupakan hipotesis dua arah (two tail), maka besar nilai Z1-

Page 78: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

59

α/2= 1,96 dan Z1-β = 0,84. Untuk mengetahui nilai P2 didapatkan dari

penelitian sebelumnnya dengan mengetahui proporsi terpapar pada

kelompok kontrol (Sopiyudin, 2010). Maka berdasarkan proporsi beberapa

variabel yang ada pada penelitian sebelumnya, didapatkan jumlah sampel

sebagai berikut:

Tabel 4.3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan P2 dari Penelitian Sebelumnya

Variabel P1 P2 OR n

Riwayat Keluarga menderita

DM (Zahtamal, 2007) 39,3 % 14,7 % 3,75 37

Riwayat Keluarga menderita

DM (Valliyot, ) 55 % 37,5 % 2,04 120

Berdasarkan tabel di atas, jumlah sampel minimal yang seharusnya

diambil adalah 120 masing-masing untuk kelompok kasus dan kontrol.

Namun karena jumlah kelompok kasus yang memenuhi kriteria hanya 112,

maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 112

kelompok kasus dan 125 kelompok kontrol (ditambah 10% untuk dropp

out). Total keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 237.

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuisioner atau

pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur

variabel independen seperti riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gr,

riwayat keluarga DM, dan riwayat hipertensi.

Page 79: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

60

4.5 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder.

4.4.1 Data Primer

Semua variabel independen seperti riwayat pernah melahirkan bayi

dengan berat ≥4.000 gram, dan riwayat hipertensi di ketahui dengan

melakukan pengukuran serta melakukan wawancara menggunakan

kuisioner.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam peneitian ini adalah data

pendukung seperti data jumlah kasus Diabetes Mellitus, serta hasil

pemeriksaan laboratorium pasien.

4.5 Pengolahan Data

Kuesioner atau lembar hasil wawancara yang telah diisi dikumpulkan

kemudian diperiksa kelengkapannya, dimasukkan dan diolah dengan sistem

komputerisasi menggunakan program pengolahan data dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

Page 80: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

61

4.5.1 Pemeriksaan Data (Editing)

Memeriksa kelengkapan data baik yang telah dikumpulkan melalui

daftar pertanyaan pada kuisioner maupun data yang dikumpulkan

melalui pengukuran langsung.

4.5.2 Pemberian Kode (Coding)

Pengkodean data yaitu memeriksa kuesioner dengan

mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing

pertanyaan sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Pengkodean data

dilakukan untuk memudahkan kegiatan pengolahan data selanjutnya.

4.5.3 Penyuntingan Data (Data Editing)

Penyuntingan data yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan

jawaban responden dalam pengisian kuesioner untuk memastikan semua

pertanyaan telah dijawab oleh responden. Penyuntingan data dilakukan

sebelum proses pemasukan data dan dilakukan di lapangan, agar

datayang salah atau meragukan masih bisa ditelusuri kembali kepada

responden yang bersangkutan.

4.5.4 Pemasukan Data (Data Entry)

Pemasukan data yaitu memasukan data dengan bantuan komputer

dengan aplikasi tertentu untuk kemudian dianalisis.

Page 81: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

62

4.5.5 Pembersihan Data (Data Cleaning)

Pembersihan data yaitu membersihkan data dari kesalahan

memasukkan data. Data-data yang tidak lengkap karena salah

memasukkan data akan dilengkapi. Data-data yang aneh, janggal atau

ekstrim akan dikeluarkan karena dikhawatirkan akan memberikan hasil

yang tidak valid. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan

melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai

kelogisannya. Setelah dicek kembali untuk memastikan data tersebut

telah bersih dari kesalahan, maka data tersebut siap untuk ditelaah lebih

lanjut.

4.6 Analisis Data

Setelah dilakukan editing, coding, entry dan cleaning, data yang

diperoleh masing-masing dianalisis dengan menggunakan program komputer.

Adapun analisa data yang dilakukan antara lain:

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dan presentase dari setiap variabel independen dan dependen. Variabel

tersebut antara lain kejadian Diabetes Mellitus tipe 2, riwayat

melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gr, riwayat keluarga menderita

DM, dan riwayat hipertensi.

Page 82: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

63

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis dalam

penelitian ini dengan menggunakan uji odds ratio (OR). Uji OR

merupakan salah satu uji yang digunakan untuk melihat besar risiko

variabel independen (Ifan dkk, 2012). Hasil analisis data disajikan dalam

bentuk tabel kontingensi 2x2.

Nilai OR merupakan perbandingan antara risiko yang dialami oleh

mereka yang terpapar dengan mereka yang tidak terpapar. Nilai OR

dimulai dari nol (0) sampai tak terhingga. Nilai OR sama dengan satu

(OR=1) berarti tidak ada hubungan. Nilai OR lebih kecil dari 1 berarti

faktor tersebut bersifat protektif (OR<1). Sedangkan jika OR lebih dari 1

(>1) berarti bahwa faktor tersebut merupakan faktor risiko (Bustan,

2008).

Rumus dari Odds Ratio adalah:

Keterangan :

OR : Odds ratio risiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus

: Rasio antara banyaknya kasus yang terpapar dan kasus yang tidak

terpapar.

: Rasio antara banyaknya kontrol yang terpapar dan kontrol yang

tidak terpapar.

Page 83: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

64

Jika dalam penelitian ini dihasilkan nilai OR dengan rentang CI

(confident interval) yang tidak mencakup nilai 1,0 maka bisa dinyatakan

signifikan pada α 5%. Namun jika nilai lower limit dan upper limit

(nilai CI) mencakup 1, 0 maka hasil penelitian dinyatakan tidak

signifikan secara statistik pada nilai alpha 0,05 (Meehan, 2003).

Page 84: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

65

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan. Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan merupakan salah satu unit

pelaksana teknis pelayanan kesehatan yang berdiri di bawah naungan Suku

Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan. Puskesmas tersebut dibangun di

area seluas 2.566 m2 pada tahun 2002 dan mulai beroperasi mulai tahun 2003

di lokasi Jl. Cenek No.1 Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan bertanggung jawab terhadap 5

wilayah kerja termasuk membawahi masing-masing puskesmas di setiap

kelurahan diantaranya:

1) Kelurahan Bintaro

2) Kelurahan Pesanggrahan

3) Kelurahan Petukangan Utara

4) Kelurahan Petukangan Selatan

5) Kelurahan Ulu Jami

Pada tahun 2012 di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan telah

dibangun gedung tambahan baru untuk fasilitas rawat inap, dan telah

diresmikan pada bulan Mei 2001. Puskesmas tersebut saat ini memiliki 11

Page 85: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

66

unit klinik pelayanan rawat jalan dan 3 fasilitas pelayanan rawat inap. 11

klinik rawat jalan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Klinik Umum

2) Klinik Gigi

3) Klinik Kesehatan Ibu (Ibu hamil)

4) Klinik MTBS (anak usia 0 s/d 5 th)

5) Klinik KB / IVA

6) Klinik Paru / PAL /Kusta

7) Klinik DM & Hipertensi

8) Klinik Kesehatan Jamaah Haji

9) Klinik Konsultasi Keluarga

10) Klinik Santun Lansia

11) Klinik Imunisasi

Sedangkan 3 fasilitas rawat inap diantaranya adalah Rawat Inap Rumah

Bersalin, Rawat Inap Non-Rumah Bersalin Kelas III, serta TFC (Perawatan

Balita dengan Masalah Gizi). Selain itu, di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fisioterapi,

radiologi, EKG, USG, apotek, laboratorium, dan ruang Laktasi.

Program khusus pengendalian Diabetes Mellitus mulai diadakan oleh

puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sejak tahun 2008. Hal tersebut

disebabkan oleh meningkatnya jumlah kasus Diabetes Mellitus setiap

tahunnya. Dengan adanya klinik khusus DM di puskesmas tersebut

Page 86: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

67

meningkatkan pelayanan untuk pengendalian penyakit Diabetes Mellitus di

wilayah Kecamatan Pesanggrahan. Masyarakat bisa dengan mudah

mendapatkan layanan Diabetes Mellitus seperti skrining kadar gula darah,

obat Diabetes, termasuk penyuluhan atau edukasi terkait Diabetes Mellitus

yang diadakan setiap sebulan sekali. Posbindu untuk skrining penyakit tidak

menular juga sudah mulai diaktifkan di masing-masing wilayah kelurahan

sejak tahun 2012.

5.2 Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan kasus Diabetes Mellitus tipe 2 dan

faktor risikonya berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu.

5.2.1 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Usia

Distribusi kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan usia saat

pertama kali didiagnosa menderita penyakit terdapat pada tabel 5.2.1:

Tabel 5.2.1

Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita

Berdasarkan Usia saat Diagnosa di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun 2014

Kelompok Usia Kasus

n %

30 – 39 tahun 11 9,8 %

40 – 49 tahun 31 27,7 %

50 – 59 tahun 51 45,5 %

60 – 69 tahun 16 14,3 %

70 – 79 tahun 3 2,7 %

Total 112 100 %

Page 87: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

68

Berdasarkan tabel 5.2.1 diketahui bahwa sebagian besar wanita

yang menjadi responden penelitian pertama kali didiagnosa menderita

Diabetes Mellitus tipe 2 pada usia 50-59 tahun (45,5%). Sedangkan

wanita yang pertama kali didiagnosa menderita Diabetes Mellitus tipe 2

pada usia 70-79 tahun hanya 2,7%.

5.2.2 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Wilayah

Distribusi kelompok kasus Diabetes Mellitus Tipe 2 dan kelompok

kontrol yang diteliti berdasarkan kelompok wilayah ada pada tabel

5.2.2:

Tabel 5.2.2

Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita

Berdasarkan Wilayah di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Tahun 2014

Kelurahan Kasus Kontrol

n % n %

Bintaro 25 22,3 % 28 22,4 %

Pesanggrahan 33 29,5 % 23 18,4 %

Petukangan Selatan 15 13,4 % 25 20,0 %

Petukangan Utara 16 14,3 % 28 22,4 %

Ulu Jami 23 20,5 % 21 16,8 %

Total 112 100 % 125 100 %

Pada tabel 5.2.2 terlihat bahwa wanita yang menderita Diabetes

Mellitus tipe 2 paling banyak berdomisili di wilayah kelurahan

pesanggrahan (29,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol paling

banyak berdomisili di wilayah kelurahan Petukangan Utara dan Bintaro

(22,4%). Wanita penderita Diabetes Mellitus tipe 2 paling sedikit

berdomisili di kelurahan Petukangan Selatan (13,4%).

Page 88: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

69

5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol

Distribusi jumlah faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe

2 berdasarkan kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel

5.2.3:

Tabel 5.2.3

Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Variabel Kasus Kontrol

n % n %

Riwayat Melahirkan

Bayi ≥4000 gram

Pernah 23 20,5 % 19 15,2 %

Tidak Pernah 89 79,5 % 106 84,8 %

Riwayat Keluarga

Menderita DM

Ada 61 54,5 % 25 20,0 %

Tidak Ada 51 45,5 % 100 80,0 %

Riwayat Hipertensi

Ada 48 42,9 % 46 36,8 %

Tidak Ada 64 57,1 % 79 63,2 %

Berdasarkan tabel 5.2.3 diketahui wanita yang pernah

melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4.000 gram lebih

banyak ditemukan pada kelompok kasus yakni sebanyak 20,5%.

Sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan sebanyak 15,2% juga

pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4.000 gram.

Page 89: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

70

Diketahui sebanyak 54,5% dari kelompok wanita penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 memiliki riwayat keluarga yang juga menderita

Diabetes Mellitus. Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki

riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 sebanyak 20,0% .

Berdasarkan tabel 5.2.3 diketahui bahwa sebanyak 42,9% dari

kelompok penderita Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki riwayat

hipertensi saat sebelum menderita Diabetes Mellitus tipe 2. Sedangkan

pada kelompok kontrol yang memiliki riwayat hipertensi selama atau

sejak satu hingga 20 tahun terakhir sebesar 36,8%.

Dari sejumlah responden yang diketahui memiliki riwayat

keluarga menderita DM, diketahui pula silsilah keluarga responden

tersebut. Berikut ini akan dijelaskan gambaran status keluarga dari

responden yang menderita Diabetes Mellitus:

Tabel 5.2.4

Gambaran Status Keluarga Menderita DM pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Status Riwayat

Keluarga

Kasus Kontrol

n % n %

Ayah Kandung 22 36,1 % 10 40,0 %

Ibu Kandung 17 27,9 % 6 24,0 %

Saudara Perempuan 11 18,0 % 6 24,0 %

Saudara Laki-Laki 10 16,4 % 2 8,0 %

Paman/Bibi 1 1,6 % 1 4,0 %

Total 61 100 % 25 100 %

Berdasarkan tabel 5.2.4 diketahui bahwa pada kelompok kasus,

riwayat keluarga yang menderita DM paling banyak ditemukan dari

Page 90: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

71

ayah (36,1%) dan ibu (27,9%). Sedangkan pada kelompok kontrol,

riwayat keluarga yang menderita DM paling banyak ditemukan dari

(ayah 40,0%).

5.2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok

Usia

Berikut ini merupakan distribusi faktor risiko pada 112 wanita

yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun2014 berdasarkankelompok usia:

Tabel 5.2.5

Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Usia pada Wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Variabel <45 Tahun ≥45 Tahun

n % n %

Riwayat Melahirkan

Bayi ≥4000 gram

Pernah 5 22,7 % 18 20,0 %

Tidak Pernah 17 77,3 % 72 80,0 %

Riwayat Keluarga

Menderita DM

Ada 14 63,6 % 47 52,2 %

Tidak Ada 8 36,4 % 43 47,8 %

Riwayat Hipertensi

Ada 8 36,4 % 40 44,4 %

Tidak Ada 14 63,6 % 50 55,6 %

Berdasarkan tabel 5.2.5 diketahui bahwa 22,7% wanita

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang berusia < 45 tahun pernah

Page 91: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

72

melahirkan bayi ≥4.000 gram. 63,6% wanita penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 yang berusia < 45 tahun juga memiliki riwayat

keluarga menderita DM. Sedangkan riwayat hipertensi paling banyak

ditemukan pada wanita penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang

berusia ≥45 tahun (44,4%).

5.3 Analisis Bivariat

Setelah mengetahui gambaran umum dari masing-masing variabel,

selanjutnya dilakukan analisis bivariat. Hasil analisis bivariat yang

menggambarkan risiko masing-masing variabel penelitian terhadap kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 akan dijelaskan sebagai berikut berikut:

Tabel 5.3.1

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Variabel Odd Ratio (OR) (95% CI)

Riwayat Melahirkan Bayi

≥4000 gram

1,442 0,738-2,817

Riwayat Keluarga

Menderita DM

4,784 2,693-8,500

Riwayat Hipertensi 1,288 0,764-2,170

Berdasarkan tabel 5.3.1 diketahui bahwa dari penelitian ini

diperoleh nilai OR sebesar 1,441 (95% CI 0,738-2,817) pada variabel

riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram. Dengan demikian

Page 92: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

73

riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram tidak berisiko terhadap

kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan tahun 2014. Sedangkan pada variabel riwayat keluarga

menderita DM diperoleh nilai OR sebesar 4,784 (95% CI 2,693-8,500).

Hal tersebut menunjukkan bahwa wanita yang memiliki riwayat

keluarga menderita DM berisiko 4,784 kali menderita Diabetes Mellitus

tipe 2 dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat

keluarga menderita DM di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun

2014.

Berdasarkan Tabel 5.3.1 diketahui bahwa pada penelitian ini

diperoleh nilai OR sebesar 1,288 (95% CI 0,764-2,170) pada variabel

riwayat hipertensi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa riwayat

hipertensi tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014.

Page 93: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

74

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

sebagai berikut:

Riwayat hipertensi diukur dengan berdasarkan pengakuan dari responden

tanpa didukung oleh ketersediaan data sekunder hasil pemeriksaan tekanan

darah responden di masa lalu. Namun diupayakan ada tambahan informasi

dari orang terdekat responden seperti anak kandung, suami, atau saudara

kandung untuk memastikan riwayat hipertensi responden. Ketersediaan

data sekunder yang kurang memadai terkait karakteristik populasi seperti

kehamilan dan kasus Diabetes Gestasional, serta karakteristik masing-

masing wilayah juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

6.2 Gambaran Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat

menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang

dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh

karena itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa. Seseorang

dinyatakan menderita Diabetes Mellitus apabila pada pemeriksaan

laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa

Page 94: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

75

pagi hari ≥126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan ≥200 mg/dL atau bila

sewaktu/sesaat diperiksa >200mg/dL (Sidartawan, 2008).

Pada penelitian ini diketahui bahwa kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

berdasarkan usia pertama kali didiagnosa paling banyak ditemukan pada saat

wanita berusia 50-59 tahun (45,5%). Usia pertama kali didiagnosa menjadi

penting untuk mengetahui kapan biasanya penyakit mulai timbul. Konsistensi

hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian deskriptif yang dilakukan

oleh Nadyah dkk (2011) di RSU Prof. Dr. R.D Kandou, Manado. Pada

penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien wanita yang menderita Diabetes

Mellitus tipe 2 paling banyak terdapat pada kelompok usia 51-60 tahun. Usia

bisa menjadi penanda bagi seseorang untuk mengantisipasi penyakit Diabetes

Mellitus tipe 2.

Gambaran penderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita dalam

penelitian ini juga sesuai dengan hasil Riskesdas tahun 2013. Di Indonesia,

dimana prevalensi Diabetes Mellitus banyak terjadi pada kelompok usia 55-64

tahun (4,8%) dan kelompok usia 65-74 tahun (4,2%). Gambaran kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan usia juga didukung oleh Hasil analisis

multivariat pada penelitian yang dilakukan oleh Siti (2009) yang menemukan

bahwa faktor-faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 pada perempuan dewasa

salah satunya adalah usia > 45 tahun. Sebagaimana kita ketahui Diabetes

Mellitus Tipe 2 biasanya memang terjadi pada orang yang lanjut usia (Charles

& Anne, 2010).

Page 95: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

76

Pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun seperti terjadi

penurunan sekresi atau resistensi insulin yang menyebabkan kemampuan

fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi menjadi kurang

optimal (Gusti & Erna, 2014). Oleh karena itu, penyakit Diabetes Mellitus tipe

2 lebih sering terjadi pada orang lanjut usia.

Pada penelitian ini, penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki

riwayat melahirkan bayi ≥4.000 gram dan riwayat keluarga menderita DM

paling banyak ditemukan pada wanita berusia kurang dari 45 tahun.

Sedangkan penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki riwayat

hipertensi paling banyak ditemukan pada wanita berusia ≥45 tahun. Hal

tersebut menandakan bahwa kemungkinan wanita yang didiagnosa menderita

Diabetes Mellitus tipe 2 kurang dari 45 tahun mendapat kan risiko penyakit

dari kedua riwayat tersebut. Sedangkan wanita yang didiagnosa menderita

Diabetes Mellitus tipe 2 ≥45 tahun kemungkinan mendapatkan risiko

penyakit dari riwayat hipertensi.

Karakteristik penderita Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan wilayah

tempat tinggi paling banyak ada di Kelurahan Pesanggrahan (29,5%). Hal

tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh jarak tempuh terhadap

lokasi pelayanan kesehatan. Meskipun Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

bertanggung jawab terhadap 5 wilayah kelurahan, namun terletak tepat di

kelurahan Pesanggrahan. Sebagaimana hasil penelitian oleh Irawati (2011)

yang menyimpulkan bahwa jarak tempuh mempengaruhi pemanfaatan

Page 96: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

77

puskesmas, dimana puskesmas di manfaatkan oleh responden yang jarak

tempuhnya dekat dengan rumah. Terjadi distribusi kelompok penderita dan

kelompok kontrol yang merata di 5 kelurahan. Selain itu masih terdapat

puskesmas kelurahan yang tersebar di setiap kelurahan, dan memungkinan

masyarakat untuk tidak datang ke Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

Penelitian ini dilakukan di wilayah perkotaan Jakarta Selatan.

Sehingga karakteristik penduduk perkotaan melekat pada penderita dan bisa

jadi mempengaruhi gaya hidup mereka. Sebagaimana hasil Riskesdas tahun

2013 yang menunjukkan bahwa prevalesi Diabetes Mellitus di wilayah

perkotaan Indonesia dua kali lebih besar dari pada di pedesaan. Pada

umumnya, masyarakat perkotaan menjalani gaya hidup yang ditandai dengan

konsentrasi yang lebih tinggi dari makanan cepat saji, makanan kaleng,

makanan tinggi kalori dan pola hidup yang menetap (Ghosh, 2012). Hal

tersebut yang kemungkinan menjadi penyebab lebih tingginya kasus Diabetes

Mellitus di wilayah perkotaan dibandingkan dengan wilayah pedesaan.

Peningkatan kasus Diabetes Mellitus berkaitan dengan faktor biologis

dan faktor perilaku. Faktor biologis berhubungan dengan kecenderungan

genetik seperti usia, riwayat keluarga, defisiensi testosteron, dan penggunaan

antipsikotik atipikal atau statins. Sedangkan faktor perilaku mencakup faktor-

faktor seperti pola makan, aktivitas fisik , dan beban psikologi. Selain itu,

masih terdapat hubungan kompleks antara Diabetes tipe 2 dan obesitas

multifaktorial yang dapat menyulitkan pencegahan dan managemen Diabetes

Page 97: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

78

tipe 2. Diabetes Mellitus juga terkait dengan banyak komplikasi komorbiditas

lainnya, seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan

kebutaan, serta terkait juga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan

beban ekonomi (Hill dkk, 2013).

Program pengendalian Diabetes Mellitus di Indonesia terdiri dari

pencegahan primer maupun sekunder. Salah satu upaya pencegahan sekunder

adalah mencegah terjadinya komplikasi pada pasien penderita Diabetes

Mellitus tipe 2. Contohnya seperti di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

dimana pasien diwajibkan untuk melakukan konsultasi dan mengambil obat

setiap 2 minggu sekali. Selain itu mereka harus melakukan tes gula darah

secara rutin setiap satu bulan sekali. Hal tersebut bisa mencegah terjadinya

komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.

Jumlah kasus baru dari tahun 2011 dan 2012 di Puskesmas

Pesanggrahan berturut-berturut meningkat mulai dari 178 menjadi 357 kasus.

Jumlah tersebut tetap meningkat menjadi 421 kasus baru pada tahun 2013. Hal

tersebut perlu diantisipasi oleh Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, karena

setiap tahunya selalu terjadi peningkatan kasus baru Diabetes Mellitus. Maka

disarankan kepada puskesmas untuk meningkatkan program pengendalian

penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya untuk penderita tetapi juga kepada

semua masyarakat yang sehat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

Page 98: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

79

6.3 Gambaran dan Risiko Riwayat Melahirkan Bayi Lebih dari 4.000 gram

terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari

4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2.

Faktor risiko tersebut merupakan faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 yang

tidak bisa di modifikasi. Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat

lebih dari 4 kg (4.000 gram/ 9 pounds) biasanya dianggap sebagai praDiabetes

(Lanywati, 2001).

Penelitian ini menemukan bahwa riwayat melahirkan bayi lebih dari

4.000 gram tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada

wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Dengan demikian,

hasil penelitian ini tidak bisa membuktikan hubungan kausalitas antara kedua

variabel independen dan dependen tersebut berdasarkan kriteria kekuatan hasil

uji statistik. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang

belum memadai untuk meneliti variabel riwayat melahirkan bayi lebih dari

4.000 gram.

Meskipun secara statistik hubungan riwayat melahirkan bayi lebih dari

4.000 gram tidak berhubungan dengan Diabetes Mellitus tipe 2 pada penelitian

ini, jumlah wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari

4.000 gram lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yakni sebanyak

20,5%. Sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan sebanyak 15,2% yang

pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4.000 gram. Sebagian

besar dari wanita yang menjadi responden tidak pernah melahirkan bayi

Page 99: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

80

makrosomia (dengan berat lebih saat lahir). Oleh karena itu, perbedaan tipis

pada kedua kelompok tersebut belum bisa menjelaskan gambaran risiko

riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4.000 gram terhadap

kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian prospective cohort

Tamarra dkk (2013) yang menemukan bahwa wanita yang melahirkan bayi

dengan berat lebih dari 10 pounds (≥4.000 gram) berisiko 1.61 kali menderita

Diabetes Mellitus tipe 2 (95% CI 1,24-2,08) dalam waktu 6-20 tahun setelah

kehamilan pertama. Perbedaan penelitian ini disebabkan oleh penelitian

Tamarra jelas memiliki kelebihan dimana paparan dilihat sejak pertama hingga

terjadinya penyakit. Penelitian ini tidak bisa membuktikan hubungan riwayat

melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe

2 disebabkan oleh kemungkinan bias recall dan faktor risiko lain yang lebih

berperan menimbulkan Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan.

Hubungan bayi lahir dengan berat lebih (makrosomia) dengan risiko

Diabetes Mellitus tipe 2 masih belum bisa dipastikan, namun hubungan antara

makrosomia dan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 selalu dikaitkan dengan

Diabetes Gestasional. Diabetes gestasional dimungkinkan berperan pada

hiperglikemia maternal. Ada kemungkinan makrosomia mengindikasikan

hiperglikemia pada wanita, sehingga bisa berkembang menjadi Diabetes

Mellitus tipe 2 (Metzger, 2008 dalam Tamarra, 2013). Peran Diabetes

Gestasional dalam peningkatan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 berhubungan

Page 100: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

81

dengan kegagalan sel β (beta) untuk mengimbangi resistensi insulin yang

sedang berlangsung (Ratner, 2007).

Wanita dengan riwayat Diabetes Gestasional lebih mungkin berisiko

terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Keturunan mereka mungkin berisiko

mengalami peningkatan resistensi insulin, peningkatan makrosomia (lahir

berat badan> 4.000 g), obesitas, dan kecenderungan untuk onset awal Diabetes

Mellitus tipe 2 (Silverman, 1998 dalam Dyck 2002). Dalam penelitian ini,

peran riwayat Diabetes Gestasional tidak dteliti karena keterbatasan peneliti

untuk mengidentifikasi kelompok dengan riwayat penyakit tersebut.

Kaitan antara Diabetes gestasional dengan makrosomia diperjelas

dengan hasil prospective survey yang dilakukan oleh Roland dkk (2002).

Dalam survey tersebut ditemukan bahwa bayi yang lahir dari wanita aborigin

dan menderita Diabetes Gestasional saat hamil memiliki berat di atas rata-rata/

cenderung menjadi makrosomia (OR 2.4 95% CI 1.1–5.6). Selain itu, Diabetes

Gestasional terbukti meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita.

Sebuah literatur review terhadap 28 penelitian yang dilakukan oleh Catherine

dkk (2002) menemukan bahwa kejadian Diabetes tipe 2 meningkat tajam

dalam 5 tahun pertama setelah melahirkan dan muncul mendatar setelah 10

tahun. Tingkat glukosa puasa tinggi selama kehamilan merupakan faktor risiko

yang paling sering dikaitkan dengan risiko Diabetes Mellitus tipe 2.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti kembali

hubungan antara riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram dengan

kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita. Penelitian yang dilakukan

Page 101: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

82

sebaiknya menggunakan disain studi kohort dan khususnya dilakukan di

wilayah Indonesia. Disarankan kepada penyedia pelayanan kesehatan untuk

mengadakan program pencegahan Diabetes Gestasional pada wanita dengan

cara melakukan promosi kesehatan dan melakukan skrining kadar gula darah

bagi ibu hamil.

6.4 Gambaran dan Risiko Riwayat Keluarga Mendrita DM terhadap

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Riwayat keluarga menderita DM menjadi faktor risiko seseorang untuk

terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Seorang anak merupakan keturunan pertama

dari orang tua yang DM (Ayah, ibu, termasuk saudara laki-laki dan saudara

perempuan) (Kemenkes RI, 2008). Penelitian ini menemukan bahwa wanita

yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko 4,784 kali menderita

Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki

riwayat keluarga menderita DM di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun

2014 (95% CI 2,693-8,500). Hasil penelitian ini telah memenuhi kriteria

kausalitas Hill dengan menunjukkan kekuatan hubungan secara statistik.

Hubungan antara riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian

Diabetes Mllitus tipe 2 dalam penelitian ini juga tampak jelas pada proporsi

masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Sebanyak 54,5% dari kelompok

kasus memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dua kali

lebih besar dari proporsi kelompok kontrol yang memiliki riwayat keluarga

menderita Diabetes Mellitus tipe 2 yakni hanya sebanyak 20%. Sesuai dengan

Page 102: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

83

postulat kejadian penyakit kronis Dr. Robert Koch, bahwa riwayat keluarga

menderita DM yang dianggap sebagai faktor risiko kejadian penyakit Diabetes

Mellitus tipe 2 lebih banyak ditemukan pada kelompok penderita penyakit

tersebut.

Menurut WHO, faktor genetik dianggap terlibat dalam fungsi pankreas

sel β, metabolisme aksi insulin atau glukosa, atau kondisi metabolik lainnya

yang meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 (misalnya, asupan energi /

pengeluaran, metabolisme lipid). Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2

adalah 15% bila salah seorang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75%

bilamana kedua-duanya menderita DM. Selain itu apabila seseorang menderita

DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko DM sebanyak 10%

(Kemenkes RI, 2008). Oleh sebab itu, riwayat keluarga menderita DM menjadi

faktor risiko bagi seseorang untuk menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal

(2007) dimana ditemukan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga

menderita DM berisiko 3,75 kali untuk terkena Diabetes Mellitus tipe 2.

Penelitian tersebut juga menggunakan disain case control study. Zahtamal

mengasumsikan bahwa sekitar 73% kasus DM dapat dicegah dengan

memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga menderita DM.

Penelitian dengan disain studi case control yang dilakukan oleh Roro (2011) di

Kota Padang Panjang juga menemukan bahwa orang yang memiliki riwayat

keluarga menderita DM berisiko 27,429 kali untuk terkena Diabetes Mellitus

tipe 2.

Page 103: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

84

Penelitian yang dilakukan oleh Radio (2011) yang dilakukan di

Denpasar juga memperkuat bukti hubungan riwayat keluarga menderita DM

dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Bahkan pada penelitian tersebut

diperoleh nilai OR sebesar 42,25 (95% CI 9,53-187,22). Ketiga penelitian

tersebut selain mendukung hasil penelitian di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan ini, juga memenuhi krtieria konsistensi hasil penelitian dalam

melihat sebuah hubungan penyakit dengan paparannya. Dengan disain studi

kasus kontrol (dari tiga penelitian) mampu menunjukkan bahwa seseorang

akan memiliki risiko untuk menderita Diabetes Mellitus tipe 2 jika memiliki

orang tua atau saudara kandung dengan riwayat Diabetes Mellitus.

Berdasarkan status keluarga yang menderita DM, pada penelitian ini

yang paling banyak ditemukan adalah riwayat dari ayah, ibu, dan saudara

kandung. Riwayat dari ayah lebih banyak ditemukan dibandingkan dari ibu.

Padahal menurut teori, risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-

30% dari pada ayah dengan DM, karena penurunan gen sewaktu dalam

kandungan lebih besar dari ibu (Trisnawati & Soedijono, 2013).

Terdapat teori genetika yang menyatakan bahwa terdapat tiga tipe

penduduk yaitu normal tidak Diabetes, pembawa sifat tanpa tanda klinik

(carier) dan penderita Diabetes atau calon penderita. Bila satu kakek-nenek

menderita Diabetes Mellitus tipe 2, sedang orang tuanya tidak menderita maka

risiko anak menderita Diabetes Mellitus tipe 2 sebesar 14%. Bila salah satu

orang tua menderita Diabetes melitus tipe 2 sedang tidak ada keluarga dekat

lain menderita maka risiko anak menderita Diabetes melitus tipe 2 sebesar

Page 104: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

85

22%. Bila satu orang tua dan satu kakek-nenek atau keluarga dekat yang lain

menderita Diabetes melitus tipe 2 maka risiko anak menderita Diabetes melitus

tipe 2 sebesar 60% (Ranakusuma, 1997 dalam Kaban dkk, 2007). Maka

kontribusi riwayat genetik, tidak hanya dominan dari Ibu melainkan banyak

faktor kompleks yang cukup berperan termasuk faktor lain selain riwayat

keluarga.

Meskipun riwayat keluarga menderita DM merupakan faktor risiko

Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak bisa dimodifikasi, bukan berarti tidak dapat

dilakukan upaya pencegahan. Justru dengan mengetahui riwayat keluarga, bisa

membuat seseorang menjadi lebih berhati-hati untuk mengatur gaya hidup

sehat agar terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. Dengan melindungi

diri dari penyakit tersebut, bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi

juga menjaga keturunan kita dari risiko terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Oleh

karena itu, disarankan kepada masyarakat khususnya bagi yang memiliki

riwayat keluarga menderita DM untuk senantiasa melakukan deteksi dini

penyakit Diabetes Mellitus, agar segera bisa dilakukan upaya pencegahan

sedini mungkin.

6.5 Gambaran dan Risiko Riwayat Hipertensi terhadap Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Tahun 2014

Selain menjadi faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi juga

merupakan kondisi umum yang biasanya berdampingan dengan DM,

memperburuk komplikasi DM, termasuk morbiditas dan mortalitas

Page 105: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

86

kardiovaskular (Mangesha, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah yang tingginya tergantung usia individu yang terkena. Pada orang

dewasa dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja

lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi

tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Pada penelitian ini, diketahui bahwa riwayat hipertensi tidak berisiko

terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan. Dengan nilai OR sebesar 1,288 (95% CI 0,764-

2,170) riwayat hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 tidak

memiliki hubungan yag signifikan. Sebagaimana krtiteria kausalitas Hill yang

menyatakan hasil uji statistik adalah salah satu bukti kekutan hubungan sebuah

efek terhadap paparannya.

Gambaran riwayat hipertensi pada kelompok penderita dan bukan

penderita masih bisa dibandingkan, meskipun hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa riwayat hipertensi tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus

tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Sebanyak 42,9%

dari kelompok yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki riwayat

hipertensi saat sebelum menderita sakit. Sedangkan pada kelompok kontrol

yang memiliki riwayat hipertensi lebih sedikit yakni sebanyak 36,8%.

Sebagaimana konsep postulat kejadian penyakit kronis oleh Dr.Robert Koch,

masih ada kemungkinan hipertensi yang dianggap menjadi faktor risiko

Page 106: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

87

Diabetes Mellitus tipe 2 menjadi lebih sering terjadi pada orang yang

menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan pada orang yang tanpa

penyakit tersebut.

Hipertensi pada kedua kelompok kasus dan kontrol cukup banyak

yakni hampir setengah dari wanita yang menjadi responden memiliki riwayat

hipertensi. Sebagaimana hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi di Indonesia pada perempuan lebih banyak dari pada laki-

laki. Berdasarkan wawancara, prevalensi hipertensi pada perempuan di

Indonesia sebanyak 12,2% sedangkan pada laki-laki sebanyak 6,5%.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran adalah pada wanita

sebanyak 28,8% sedangkan pada laki-laki sebanyak 22,8%. Jumlah tersebut

menjadi salah satu penanda bahwa kelompok wanita harus lebih berhati-hati

terhadap risiko hipertensi yang bisa berkembang menjadi penyakit kronis.

Menurut konsep kausalitas Hill sebuah hubungan kausalitas juga harus

bersifat temporal. Dimana paparan mendahului efek atau penyakit. Seringkali

gejala hipertensi muncul di saat yang bersamaan saat seseorang menderita

Diabetes Mellitus tipe 2. Sehingga untuk melihat hipertensi sebagai faktor

risiko Diabetes Mellitus tipe 2, harus dipastikan bahwa seseorang pernah

memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum menderita penyakit Diabetes

Mellitus tipe 2. Pada penelitian ini, riwayat hipertensi diketahui berdasarkan

pengakuan dan ingatan responden. Selain itu, cukup tingginya distribusi

riwayat hipertensi dari kelompok kontrol juga bisa berpengaruh terhadap hasil

penelitian ini. Hal tersebut kemungkinan bisa disebabkan oleh karakteristik

Page 107: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

88

kelompok kontrol yang diambil masih merupakan pasien rawat jalan yang

berobat ke puskesmas dengan penyakit selain Diabetes Mellitus.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ma J

(2001) dimana ditemukan bahwa orang yang memiliki riwayat hipertensi

berisiko 4.833 kali menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (95% CI: 1.966-11.703).

Penelitian tersebut menggunakan disain yang sama dengan penelitian ini.

Perbedaan ini kemungkinan terjadi akibat bias ingatan dalam penelitian ini.

Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian kohort yang dilakukan David

dkk (2007) pada wanita sehat, yang membuktikan bahwa wanita yang

memiliki tekanan darah tinggi juga berisiko tinggi untuk terkena Dabetes

Mellitus tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun.

Penelitian ini didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh

Radio (2011, OR 2,00 95% CI 0,70-5,67) dan Sri Trisnawati (2013). Kedua

penelitian tersebut yang juga menggunakan disain studi case control tidak

menemukan risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe

2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiardani (2010) orang yang

memiliki riwayat hipertensi berisiko 2,3 kali menderita Diabetes Mellitus tipe

2 (95% CI 1,0-5,6). Namun ternyata pada penelitian Wiardani, riwayat

hipertensi diketahui berdasarkan pengukuran tekanan darah tinggi bersamaan

dengan pengukuran kadar gula darah. Sehingga pada penelitian Wiardani

tersebut belum dapat dipastikan apakah hipertensi mendahului penyakit

Diabetes Mellitus tipe 2 atau justru menjadi penyakit penyerta.

Page 108: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

89

Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes Melitus disebabkan

oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh

darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan

glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Trisnawati, 2013). Hipertensi

juga berkaitan erat dengan obesitas dan pola hidup tidak sehat. Penting untuk

diingat bahwa hipertensi juga sering ditemukan pada pasien dengan penyakit

kronis seperti Diabetes Mellitus sebagai penyakit penyerta. Sehingga akan sulit

menentukan apakah hipertensi pada individu tertentu benar-benar

menyebabkan terjadinya Diabetes Mellitus. Terjadinya suatu penyakit tidak

hanya ditentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah

bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh

berbagai faktor maupun unsur lainnya (Timmreck, 2001).

Masih perlu dilakukan penelitian riwayat hipertensi sebagai faktor

risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2, untuk memenuhi kriteria konsistensi

hubungan keduanya. Sedangkan bagi puskesmas disarankan untuk

meningkatkan promosi kesehatan dan program skrining untuk mencegah kasus

hipertensi pada semua kelompok masyarakat.

Page 109: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

90

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan faktor

risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan tahun 2014, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Distribusi kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan usia

didiagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 paling banyak ditemukan pada

saat wanita berusia 50-59 tahun (45,5%).

2. Distribusi kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 paling banyak

ditemukan di Kelurahan Pesanggrahan (29,5%).

3. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki riwayat melahirkan

bayi ≥4.000 gram dan riwayat keluarga menderita DM paling banyak

ditemukan pada wanita yang berusia < 45 tahun. Sedangkan

Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki riwayat hipertensi

paling banyak ditemukan pada wanita yang berusia ≥ 45 tahun.

4. Wanita yang memiliki riwayat keluarga DM berisiko 4,784 kali

menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan wanita

yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM (95% CI 2,693-

8,500).

Page 110: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

91

5. Variabel riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram, dan riwayat

hipertensi tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014.

7.2 Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Memeriksakan diri untuk deteksi dini faktor risiko Diabetes

Mellitus tipe 2 ke pelayanan kesehatan agar bisa dilakukan

upaya pengendalian terhadap faktor risiko yang bisa

dimodifikasi.

b. Bagi masyarakat yang memiliki riwayat keluarga menderita DM

disarankan untuk lebih berhati-hati menjaga pola hidup agar

terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Bagi puskesmas dan Petugas Kesehatan

a. Meningkatkan program skrining faktor risiko Diabetes Mellitus

tipe 2, yakni dengan menambah jumlah posbindu secara merata

di seluruh wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

b. Melakukan program skrining Diabetes Gestasional bagi ibu

hamil karena penting untuk mengidentifikasi risiko Diabetes

Mellitus tipe 2 di kemudian hari.

c. Meningkatkan program promosi kesehatan tentang faktor risiko

Diabetes Mellitus tipe 2 kepada masyarakat.

Page 111: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

92

3. Bagi Peneliti Lain

a. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan

penelitian lanjutan terhadap variabel riwayat melahirkan bayi

lebih dari 4.000 gram dan riwayat hipertensi sebagai risiko

kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita.

b. penelitian faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada

wanita dengan disain studi cohort dan eksperimental, khususnya

pada variabel variabel riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000

gram dan riwayat hipertensi.

Page 112: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

93

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Septian & Okti. 2010. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kadar Gula

Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo. Diakses pada 1/7/2014 dari

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/3642

Adiningsih, Roro Utami. 2011. Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Orang Dewasa di Kota Padang

Panjang Tahun 2011. Skripsi Universitas Andalas: Padang.

Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Umat.

American Diabetes Association. _______. Women. Diakses pada 26/3/2014 dari

http://www.Diabetes.org/living-with-Diabetes/treatment-and-care/women/

ASH (Action on Smoking and Health). 2012. Smoking and Diabetes. ASH Fact

Sheet diakses pada 9/5/2014 dari www.ash.org.uk

Balkau, Beverley. 2014. Obesity and T2DM. diakses pada 13/05/2014 dari

http://www.diapedia.org/type-2-Diabetes-Mellitus/obesity-and-t2dm

Baradero, Mary dkk. 2005. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.

Diterjemahkan oleh: Monica dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Bustan, Nadjib. 2008. 505 Tanya Jawab Epidemiologi. Makassar: Putra Asaad

Print.

CDC. 2001. Diabetes and Women’s Health Across the Life Stages: A Public

Health Perspective. U.S. Department of Health and Human Services.

CDC. 2011. Women at High Risk for Diabetes: Acces and Quality of Health Care,

2003-2006. U.S. Department of Health and Human Services.

Chang, Sang Ah. 2012. Smoking and Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes &

Metabolism Journal. Volume 36 :399-403.

Page 113: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

94

Charles & Anne. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.

Diterjemahkan oleh: Joko Suranto. Depok: Penebar Plus.

Conen, David dkk. 2007. Blood Pressure and Risk of Developing Type 2 Diabetes

Mellitus: The Women’s Health Study. European Heart Journal 28 :2937–

2943.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Ditejemahkan oleh: Annisa

Rahmalia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

David & Linda. 2010. Menaklukan Diabetes. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia.

Dyck, Roland dkk. 2002. A Comparison of Rates, Risk Factors, and Outcomes of

Gestational Diabetes Between Aboriginal and Non-Aboriginal Women in

the Saskatoon Health District. Diabetes Care. Volume 25. No. 3: 487-493.

Erviana, Ana dkk. 2013. Surveilans Penyakit tidak Menular Diabetes Mellitus Di

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Universitas Islam Negeri Jakarta.

Fitriyani. 2012. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan

Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon. Skripsi

UI: Depok.

Ghosh, Hasu dkk. 2012. Urban Reality of Type 2 Diabetes among First Nations of

Eastern Ontario: Western Science and Indigenous Perceptions. Journal of

Global Citizenship & Equity Education. Volume 2 (2) : 158-181.

Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan

dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. Volume 8. No.1 : 39-44.

Hill, Jacqueline dkk. 2013. Understanding the Social Factors That Contribute to

Diabetes: A Means to Informing Health Care and Social Policies for the

Chronically Ill. The Permanente Journal. Volume 17 (2) : 76-72.

J, Ma dkk. 2001. A Case-Control Study of Risk Factors for Type 2 Diabetes

Mellitus. Diakses pada 30/6/2014 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11769694

Jenkins, David JE dkk. 2003. Type 2 Diabetes and The Vegetarian Diet. American

Journal of Clinic Nutrition. 78 :610–616.

Page 114: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

95

Jordan, Sue. 2002. Farmakologi Kebidanan. Diterjemahkan oleh: Andry dan

Monica. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kaban, Sempakata dkk. 2007. Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Sibolga Tahun

2005. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 40 (2) : 119-128.

Kemenkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat.

Kemenkes RI. 2007. Hasil RiskesdasTahun2007. Banlitbangkes.

Kemenkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit

Metabolik. Direktorat PPTM Ditjend PP&PL.

Kemenkes RI. 2008. Pedoman Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes elitus.

Direktorat PPTM Ditjend PP&PL.

Kemenkes RI. 2008. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit

Tidak Menular di Puskesmas. Direktorat PPTM Ditjend PP&PL.

Kemenkes RI. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia

Mencapai 21,3 Juta Orang. Diakses pada 21/5/2013 dari

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-

prevalensi-Diabetes-Mellitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html

Kemenkes RI. 2011. Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Terbanyak di

Indonesia. Diakses pada 21/5/2013 dari

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1637-penyakit-

tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di-

indonesia.html.%20Diakses%2019%20Oktober%202011

Kemenkes RI. 2011. Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan Dan

Aktifitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular

Kemenkes RI. 2012. Buletin Jendela Data dan Pusat Informasi Penyakit Tidak

Menular.

Kemenkes RI. 2013. Diabetes Melitus Penyebab Kematian Nomor 6 di Dunia:

Kemenkes RI Tawarkan Solusi CERDIK Melalui Posbindu. Diakses pada

26/3/2014 dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2383

Kemenkes RI. 2013. Hasil RiskesdasTahun2013. Banlitbangkes.

Page 115: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

96

Kim, Catherine dkk. 2002. Gestational Diabetes and the Incidence of Type 2

Diabetes A systematic review. Diabetes Care. Volume 25:1862–1868.

Lanywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Marks, Dawn B dkk. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan

Klinis. Diterjemahkan oleh: Joko dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Masriadi. 2012. Epidemiologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Meehan, Kathleen. 2003. Investigasi Dan Pengendalian Wabah Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mengesha, Addisu Y. 2007. Hypertension and related risk factors in type 2

Diabetes Mellitus (DM) patients in Gaborone City Council (GCC) clinics,

Gaborone Botswana. African Health Sciences. 7(1):244-245.

Michael, dkk. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula

Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah

Kedokteran Indonesia. Vol.59. No.9 : 418-424.

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,

Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer

Obor.

Nadyah dkk. 2013. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di

Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unsrat RSU Prof. Dr. R.D Kandou

Manado Periode Mei 2011- Oktober 2011. Jurnal e-Biomedik. Volume 1.

No.1: 45-49.

Nuryati, Siti dkk. 2009. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan

Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di DKI Jakarta. Gizi Indonesia.

Vol.32. No. 2 : 117-127.

Nuryati, Siti. 2009. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan

Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI

Jakarta. Skripsi IPB: Bogor.

Page 116: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

97

PDPERSI (Pusat Data dan Informasi PERSI). 2011. RI Rangking Keempat Jumlah

Penderita Diabetes Terbanyak Dunia. Diakses pada 21/5/2013 dari

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=618&catid=23

Poretsky, Leonid. 2010. Principles of Diabetes Mellitus. Edisi kedua. New York:

Springer.

Pramono.2009. Dislipidemia diakses pada 28/6/2013 dari

http://www.jurnalmedika.com/component/content/article/258-dislipidemia

Pranoto, Agung. 2006. Diabetes Mellitus di Indonesia, Permasalahan dan

Penatalaksanaannya. Diakses pada 21/5/2013 dari

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Diabetes%20Mellitus%20di%2

0Indonesia,%20Permasalahan_3415_2449

Pratama, Ifan dkk. 2012. Faktor Risiko Kejadian PreDiabetes dan Diabetes

Mellitus Gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar tahun 2012.

Unhas: Makassar.

Putro, Radio. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2( Studi Kasus Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Dr. Kariadi). Skripsi FK Undip: Semarang.

Ratner, Robert E. 2007. Prevention of Type 2 Diabetes in Women With Previous

Gestational Diabetes. Diabetes Care. Volume 30: 242-245.

Rios,Manuel Serrano. 2010. Type 2 Diabetes Mellitus. Barcelona: Elsevier

Espana.

Robins & Cotran. 2006. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Soegondo, Sidartawan. 2008. Hidup secara Mandiri dengan Diabetes Mellitus.

Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Steyn, NP dkk. 2004. Diet, Nutrition and The Prevention of Type 2 Diabetes.

Public Health Nutrition. 7(1A ):147–165.

Sudjatmiko, Andika Nur. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kemunculan Komplikasi Kronik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

RSUD Kabupaten Kudus. Sripsi Undip : Semarang.

Page 117: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

98

Sufiati & Erma. 2012. Asupan Serat Dengan Kadar Gula Darah, Kadar

Kolesterol Total dan Status Gizi pada Pasien Diabetus Mellitus Tipe 2 di

Rumah Sakit Roemani Semarang. LPPM Unimus: 289-297.

Suharjo & Cahyono. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Tamarra dkk. 2013. Gestasional Age, Infant Birth Weight, and Subsequent Risk of

Type 2 Diabetes in Mothers: Nurses’ Health Study II. CDC. Volume 10

(19) : 1-11.

Tambayong, Jan. 1999. Patofisiologi untuk Keperwatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Tapan, Erik. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Tian dkk. 2006. Birth Weight and Risk of Type 2 Diabetes, Abdominal Obesity

And Hypertension Among Chinese Adults. Eur Joural Endocrinol. 155(4).

60: 1-7. Diakses pada 26/3/2014 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16990660

Timmreck, Thomas. 2001. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Tobing, Ade dkk. 2008. Care Your Self : Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

Trisnawati , Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng

Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol.5 No.1 : 6-11.

Trisnawati, Sri dkk. 2013. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Pasien Rawat

Jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Public Health

and Preventive Medicine Archive. Volume1. No. 1:1-6.

Valliyot, Balakrishnan. 2013. Risk Factors Of Type 2 Diabetes Mellitus In The

Rural Population of North Kerala, India: A Case Control Study.

Diabetologia Croatica 42-1 : 33-40

Page 118: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

99

Venkatachalam dkk. 2012. Smoking and Diabetes: A Case Control Study in a

Rural Area of Kancheepuram District of Tamil Nadu. IOSR Journal of

Dental and Medical Sciences (JDMS). Volume 3. No. 3 : 18-21.

Wahyuni, Sri. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes

Melitus (DM) Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data

Sekunder Riskesdas2007). Skripsi UIN : Jakarta.

WHO & IDF. 2004. Diabetes Action Now: An initiative of the World Health

Organization and the International Diabetes Federation.

WHO. ______. Genetics and Diabetes. Diakses pada 1/7/2014 dari

www.who.int/genomics/about/Diabetis-fin

WHO. 2011. NCD Country Profiles.

Wiardani dkk. 2010. Indeks Masa Tubuh, LIngkar Pinggang, serta Tekanan

Darah Penderita dan Bukan Penderita Diabetes Mellitus. JIG. Vo.1. No.1:

18-27.

Yuliani, Fadma dkk. 2014. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian

Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal

Andalas. Volume 3 (1):37-40.

Zahtamal dkk. 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus di RS Arifin

Achmad Riau. Berita Kesehatan Masyarakat Volume 23. No. 23 : 142-147.

Page 119: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

100

Lampiran

Page 120: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

101

Formulir Faktor Risiko

LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Saya adalah mahasiswi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta ingin melakukan penelitian tentang “Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan Tahun 2014”.

Kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian kami

dengan menjawab pertanyaan yang ada pada kuisioner ini serta bersedia untuk

diukur tinggi, berat badan, dan lingkar perutnya. Informasi yang anda berikan

akan dijaga kerahasiaannya. Jika bersedia, kami mohon Bapak/Ibu

menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Data Responden

1. Nomor responden :

2. Nama responden :

3. Hari/tanggal penelitian :

Dengan ini bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

Jakarta, Juni 2014

Responden Pemeriksaan

(…………………………..)

(…………………………..)

Page 121: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

102

Kuisioner Wawancara Faktor Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Responden

A. Identitas Pribadi Kode

1. Nama

2. Usia

3. Alamat

4. No.Telp.

C. Status Diabetes a. Iya

b. Tidak

Tahun terkena

Diabetes Mellitus

tipe 2

Jika iya, sudah berapa lama anda menderita

penyakit Diabetes Mellitus/gula?

…………… tahun

B. Pertanyaan Faktor Risiko

1. Riwayat

Penderita DM

Apakah anda memiliki keluarga yang pernah

menderita penyakit Diabetes Mellitus/ gula?

a. Ada

b. Tidak ada

Jika ada siapa diantara pilihan berikut yang

menderita Diabetes Mellitus/ Gula?

1. Ayah kandung

2. Ibu kandung

3. Saudara Perempuan

4. Saudara Laki-laki

5. Kakek/ nenek

6. Paman/bibi

2.

Riwayat

melahirkan bayi

dengan berat

badan ≥4.000 gr

- Berapa kali anda melahirkan bayi?

……… kali

- Apakah anda pernah melahirkan bayi dengan

berat lebih dari 4000 gr/4 kg?

a. Iya

b. Tidak

- Jika iya, Anak ke berapa yang dilahirkan

dengan berat lebih dari 4kg?

Anak ke ……….

Page 122: FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 · PDF file4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan

103

3. Status Hipertensi

Apakah anda pernah mengalami tekanan darah

tinggi saat diperiksa oleh tenaga kesehatan?

a. Iya

b. Tidak

Kapan pertama kali anda mengalami tekanan

darah tinggi? …………………….