Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI USAHA KUE TRADISIONAL ACEH
DI KECAMATAN SEUNAGAN
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OOLLEEHH ::
JJUUNNII NNUURRNNIITTAA
NIM : 07C20101067
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri kecil (rumah tangga) dibidang makanan dan minuman
khususnya makanan jenis kue di Aceh saat ini mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Hal ini dapat dilihat dari adanya persaingan yang terjadi pada penjualan
kue, baik yang berskala kecil, menengah maupun besar. Penjual kue sangat erat
kaitannya dengan perkembangan budaya dan kebebasan masyarakat , sebagai
contoh masyarakat pedesaan yang biasanya suka dengan makanan tambahan
berjenis hasil bumi, namun dengan semakin berkembangnya budaya yang ada di
masyarakat, lambat laun jenis makanan tambahan dari hasil bumi tersebut mulai
ditinggalkan dan beralih pada makanan produksi seperti kue kering
(www.pinbis.com).
Kabupaten Nagan Raya merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari
Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2002. Kabupaten Nagan Raya mulai mandiri
setelah berpisah dengan Kabupaten Aceh Barat. Namun tidak dapat dipungkiri
Kabupaten Nagan Raya masih sangat memerlukan kerja sama dengan Kabupaten
Aceh Barat, (perdagangan, industri, pertanian). Kabupaten Nagan Raya
memegang teguh pada kehidupan sehari-hari adat istiadat yang mereka junjung
tinggi. Namun hal tersebut tidak berkurang niat masyarakatnya untuk tetap
menjunjung adat/tradisi leluhur. Salah satu kue adat Nagan Raya yang terkenal
adalah kue karahnya khusus karah dalamukuran lebih besar dari ukuran biasa.
Kue karah adalah sejenis panganan yang cukup populer dikalangan masyarakat
Aceh, terutama masyarakat Kabupaten Nagan Raya di Kecamatan Seunagan.
2
Proses produksi panganan yang terbuat dari tepung beras, berbentuk segitiga
sering juga berbentuk bulat sabit, atau lipat dua, masyarakat Aceh terutama Nagan
Raya menjadikan kue ini juga sebagian dari adat dan upacara-upacara tradisional
khususnya Nagan Raya, pada upacara pernikahan dan juga acara-acara kematian.
Misalnya khanduri Peuet Ploeh (kenduri 40 hari). Namun kue ini juga dikenal
akrab oleh masyarakat dibeberapa Kabupaten lainnya di Aceh.
Pasca musibah tsunami, begitu banyak penduduk yang kehilangan pekerjaan.
Mereka berupaya mencari uang kembali untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Salah satu usaha rumah tangga yang dikelola ibu-ibu penduduk Nagan Raya
tersebut adalah pembuatan kue karah, kue khas masyarakat Aceh. Membuat kue
karah merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh kebanyakan ibu-ibu di Nagan
Raya, kebanyakan ibu yang sudah berusia diatas 30 tahun dan pada umumnya
berdagang sampai belasan tahun. Hal ini dilakukan para ibu penduduk Nagan
Raya karena keuntungan yang dihasilkan memang sedikit, namun usahanya tidak
sekeras menjadi nelayan. Selain itu, para ibu bisa memperoleh uang tambahan
untuk membantu anak-anak mereka membeli kebutuhan sekolah.
Para ibu di Nagan Raya biasanya membuat kue karah secara individu dan
dengan peralatan sederhana.Bahan-bahannya adalah tepung beras, (cap mawar),
gula pasir, air, minyak goreng, minyak tanah dan lain sebagainya. Kue karah ini
pembuatannya sulit karena dibutuhkan ketelitian dan kesabaran khusus untuk
menyelesaikannya. Rumitnya proses pembuatan menyebabkan kue karah sulit
ditemukan di etalase toko kue, kecuali pada waktu-waktu tertentu, semisal
lebaran, acara kanduri terutama pada kanduri orang meninggal hari 1 – 7 dan pada
kanduri 40 hari, pada kanduri kawinan, peusijeuk haji, dan pada saat bawa nasi
3
bidan, sebelum tsunami menyambangi Aceh, penjualan kue karah, kue bhoi
maupun beberapa jenis kue Aceh lainnya, laris manis, karena umumnya pedagang
yang juga merangkap sebagai pembuat kue menitipnya di toko kue setiap sebulan
atau dua bulan sekali. Hal ini dikarenakan permintaan kue karah kurang,
sedangkan di Kabupaten Nagan Raya permintaan kue karah hanya pada saat
tertentu saja sehingga kalau tidak ada acara adat atau acara pernikahan permintaan
berkurang. Dulu pada tahun 2004 sebelum Tsunami Aceh harga jual per satu buah
kue karah berkisar Rp. 300,- hingga Rp. 500,-. Saat ini Rp. 1.000,- per buah untuk
ukuran satu telapak tangan anak kecil.
Kurangnya permintaan dan minat pembelian terhadap kue tradisional tersebut
menuntut para penjual kue karah harus dapat mempertahankan mutu dan
pelayanan kue yang dijualnya, agar kelangsungan hidup usahanya dapat
dipertahankan. Keberhasilan penjual kue sangat ditunjang oleh kualitas kue, harga
dan mutu layanan terhadap konsumen, dengan kata lain kelangsungan hidup usaha
kue tradisional (kue karah) sangat tergantung oleh jumlah permintaan kue karah di
pasar. Pemasaran merupakan salah satu dari sekian banyak kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para penjual dalam usahanya untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, berkembang dan memperoleh laba.
Salah satu faktor yang membuat suatu industri terus berkembang yaitu karena
jumlah pendapatan yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah
biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu harus ada pengkajian yang lebih
mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kue karah
terhadap pendapatan keluarga.
4
Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh suatu industri dari
aktivitasnya, baik berupa uang kontan maupun natural. Terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi tingkat pendapatan suatu industri antara lain adalah modal,
penjualan produk dan biaya produksi.
Modal merupakan faktor produksi yang paling penting untuk mendirikan dan
mengembang suatu usaha. Tanpa modal suatu usaha tidak mungkin bisa
melangsungkan kegiatan produksinya. Pada produksi kue karah modal yang
dimiliki dapat digunakan untuk membeli input produksi seperti bahan baku,
peralatan dan biaya tenaga kerja. Kegiatan produksi ini akan menghasilkan output
yang siap untuk dijual di pasar.
Dilain pihak, penjualan juga memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan pendapatan. Semakin banyak produk yang terjual semakin besar
pendapatan yang diperoleh dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya bersifat
tetap. Sedangkan biaya produksi memberikan pengaruh yang negatif terhadap
peningkatan pendapatan. Jika biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar
dibandingkan dengan harga produk yang terjual, maka hal ini akan
mengakibatkan pendapatan industri menjadi menurun. Biaya produksi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya pembelian bahan baku dan upah
tenaga kerja.
Perubahan teknologi dan informasi serta persaingan bisnis yang disebabkan
pertumbuhan usaha, jenis barang dan harga, menuntut pembuat dan penjual kue
tradisional terutama kue karah untuk membuat suatu strategi yang berkaitan
dengan Sumber Daya Manusia (SDM), dengan jumlah modal yang dimiliki
pembuat dan penjual, pengalaman usaha dan jumlah tanggungan keluarga yang
5
dapat dimanfaatkan untuk membuat usaha, dapat meningkatkan pendapatan
keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis ingin
meninjau kembali tentang permintaan kue tradisional Aceh (karah), penulis
tertarik untuk menulis dalam penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Kue Tradisional Aceh di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya”. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variabel modal terhadap produksi keluarga di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya?
2. Bagaimana pengaruh variabel biaya bahan baku terhadap produksi keluarga
di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya?
3. Bagaimana pengaruh variabel upah tenaga kerja terhadap produksi keluarga
di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk mengetahui apa yang
mempengaruhi produksi kue tradisional Aceh di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
1. Penulis
Sebagai wacana dalam mengembangkan teori-teori yang pernah
diperoleh selama perkuliahan.
2. Lingkungan akademik
Hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna sebagai bahan
referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan
penelitian dengan masalah yang sama.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam mempermudah penyusunan penelitian ini maka sistematika yang
dipergunakan terdiri dari 5 (lima) bagian yaitu :
Bagian pertama pendahuluan, pada bagian ini penulis mengemukakan pokok
bahasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bagian kedua menguraikan tentang landasan teori, pengertian pendapatan,
jenis dan harga kue tradisional Aceh (kue karah), faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan permintaan dan hipotesis.
Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data, dan definisi
operasional variabel dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat menguraikan tentang hasil dan pembahasan.
Bagian kelima menguraikan tentang simpulan dan saran-saran.
II. TINJAUN PUSTAKA
2.1 Produksi
2.1 2 Pengertian produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Su’ud, ( 2007, h.
176) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah
keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia
(http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/)
2.1.3 Jenis Produksi
Jenis-jenis produksi
1. Berdasarkan hasil produksi:
a. Produksi Barang
8
b. Produksi Jasa
2. Berdasarkan bidang produksi :
a. Ekstraktif,
Merupakan kegiatan usaha yang mengambil barang-barang yang
disediakan alam.
b. Agraris
Agraris atau pertanian kegiatannya menggunakan lahan tanah sebagai
unsur pokoknya.
c. Perdagangan
Dagang atau bisnis kegiatan usahanya bergerak dalam kegiatan jual beli
barang. Membeli dari produsen dan menjualnya kembali kepada konsumen
tanpa mengubah bentuk barang yang diperjualbelikan
d. Industri dan Kerajinan
Industri kegiatan usahanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi
atau setengah jadi.
e. Jasa
jasa kegiatan usahanya bergerak di bidang pelayanan (service) kepada
masyarakat dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa imbalan jasa.
3. Jenis produksi berdasarkan arus proses produksi.
a. Proses produksi terus menerus (continuous)
Suatu proses produksi di mana bahan-bahan yang diolah mengalir secara
berurutan melalui beberapa tingkat pengerjaan, sehingga bahan yang diolah
berubah menjadi barang jadi. Dengan demikian bahan-bahan
9
mengalir terus menerus tanpa berhenti dari satu mesin pindah ke mesin berikutnya
dan akhirnya bahan tersebut ketika keluar dari mesin yang terakhir sudah menjadi
barang jadi atau siap untuk dipergunakan oleh konsumen.
b. Proses produksi terputus-putus (intermittent).
Suatu proses produksi di mana bahan-bahan yang diolah atau diproses tidak
mengalir secara terus menerus, tetapi setiap kali terputus atau terhenti untuk
kemudian digabungkan dengan bahan lainsehingga menjadi barang jadi
(http://kgi/kontenkgi/smp/smp/ekonomihtml).
2.2 Konsep Produksi
Secara konsep, produksi adalah kegiatan menghasilkan sesuatu, baik berupa
barang maupun jasa. Dalam pengertian sehari-hari produksi adalah mengolah
input, baik berupa barang atau jasa yang lebih bernilai atau bermanfaat.
2.2.1 Faktor Produksi
Menurut Noor (2007, h.148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi
bahan baku, bahan penolong, teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja
(manusia), dan energi. Menurut Sudarman dalam Kurnia, Sari (2011, h. 31) faktor
produksi adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam
suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya barang
dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor
produksi. Faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pertama,
10
faktor produksi tetap (fixed input) adalah faktor produksi yang kuantitas nya tidak
bergantung pada jumlah yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada meskipun
output turun sampai dengan nol. Kedua, faktor produksi varibel (variabel input),
yaitu faktor produksi yang jumlahnya dapat berubah dalam waktu yang relatif
singkat dan sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.
Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Di berbagai literatur faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah
input, production faktor dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang
terpenting diantara faktor-faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi
atau juga disebut dengan faktor relationship. Biaya produksi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah biaya pembelian bahan baku dan upah tenaga kerja
Soekartawi (2003, h.45).
Pengertian produksi sehari-hari, produksi berarti setiap usaha
menghasilkan barang nyata, seperti usaha pertanian, perikanan, perkebunan, dan
peternakan. Sedangkan menurut pengertian ekonomi produksi berarti, setiap
tindakan menambah nilai benda atau setiap usaha menghasilkan barang atau jasa.
Kegiatan produksi akan melibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai
macam sumber menjadi barang dan jasa untuk dijual. Tanggung jawab manajer
11
produksi adalah membuat keputusan-keputusan penting untuk mengubah sumber
menjadi hasil yang dapat dijual. Dua keputusan yang diperlukan akan menjadi
topik pembahasan selanjutnya adalah :
a. Keputusan yang berhubungan dengan desain dari system produksi manufaktur.
b. Keputusan yang berhubungan dengan operasi dan pengendalian system
tersebut baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek
Beberapa keputusan untuk jangka panjang yang menentukan system produksi :
a. Disain produksi dari barang yng diproses
b. Pemilihan/penentuan peralatan dan prosesnya
c. Disain tugas
d. Lokasi dari fasilitas produksi
e. Layout dari fasilitas tersebut
Produksi menurut tingkatnya :
1. Produksi primer, menghasilkan bahan mentah seperti : agraria (pertanian dan
perkebunan) dan ekstraktif (bermacam-macam pertambangan, penangkapan
ikan, perburuan dan kehutanan).
2. Produksi sekunder atau pengelolaan kedua seperti kerajinan dan industri.
3. Industri tertier atau ketiga, seperti transport.
4. Produksi keempat yaitu pergudangan (veem) dan perdagangan.
5. Produksi jasa lain : Bank menerima tabungan dan meminjamkan uang.
Asuransi, pertanggungan untuk membagi-bagi resiko.
12
2.2.2 Modal Usaha
Salah satu faktor produksi yang tidak kalah penting adalah modal, sebab
didalam suatu usaha masalah modal mempunyai hubungan yang sangat kuat
dengan berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Perusahaan
membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal merupakan faktor
yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu
perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur. Perusahaan
memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha usaha yang
dijalankan. Modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan
ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek
yang dikenakan bunga.
Modal dapat dibagi sebagai berikut :
1. Modal Tetap
Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi
dalam jangka waktu yang relative lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya
jumlah produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan dan mesin yang
digunakan.
2. Modal variabel (modal bergerak)
Adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi,
biasa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan sebagai penunjang usaha
tersebut.
Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung
pengertian sebagai hasil produksi yang digunkan untuk memperoduksi lebih lanjut
13
schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, yaitu
modal meliputi baik modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam
bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin barang-barang dagangan dan lain
sebagainya (Riyanto dalam Suryananto 2005, h. 37).
Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixced cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC ) adalah biaya yang relative
tetap jumlahnya dan terus dikelurkan walaupun hasil tangkapan ikan / produksi
yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variable (VC ) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh hasil panen/produksi yang diperoleh, contohnya biaya
untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan
biaya variable (VC), maka TC=FC+VC Sastrosayono (2006, h 34).
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam
pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor
produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru.
Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan
tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya
yang dapat meningkatkan pendapatan. Sehingga dalam hal ini modal usaha bagi
produksi kue karah merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi
tingkat pendapatan keluarga di Kabupaten Nagan Raya.
Modal merupakan faktor produksi yang paling penting untuk mendirikan
dan mengembang suatu usaha. Tanpa modal suatu usaha tidak mungkin bisa
melangsungkan kegiatan produksinya. Pada produksi kue tradisional Aceh modal
14
yang dimiliki dapat digunakan untuk membeli input produksi seperti bahan baku,
peralatan dan biaya tenaga kerja. Kegiatan produksi ini akan menghasilkan output
yang siap untuk dijual di pasar.
Penggolongan modal antara lain :
1. Modal abstrak dan modal kongkrit
Modal tidak nyata atau tidak dapat dilihat tetapi hasilnya dapat dilihat.
Contoh : kepandaian, pengetahuan.
2. Modal langsung dan modal tidak langsung
Modal yang dapat digunakan seketika. Contoh: toko, dan lain-lain
3. Modal tidak tetap dan modal tetap
Dapat digunakan sekali proses produksi, seperti semua bahan mentah, kapas,
karet dan lain-lain.
4. Modal individu dan modal sosial
Modal individu adalah milik perseorangan untuk sumber penghasilannya.
Contoh : mesin, bis, sero dan lain-lain.
Modal sosial yaitu milik masyarakat. Contoh : jalan raya dan gedung
pemerintah.
Dilain pihak, penjualan juga memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan pendapatan. Semakin banyak produk yang terjual semakin besar
pendapatan yang diperoleh dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya bersifat
tetap. Sedangkan biaya produksi memberikan pengaruh yang negatif terhadap
peningkatan pendapatan. Jika biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar
15
dibandingkan dengan harga produk yang terjual, maka hal ini akan mengakibatkan
pendapatan industri menjadi menurun.
2.2.3 Biaya Bahan Baku
Bahan Baku atau bahan mentah merupakan faktor produksi yang
dibutuhkan dalam setiap proses produksi. Menurut Sudarsono, (2000, h.45), bahan
mentah atau bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Bahan baku langsung (Direct Material) adalah bahan mentah yang merupakan
bagian dari barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk
membeli bahan baku ini mempunyai hubungan erat dan sebanding dengan
jumlah barang jadi yang dihasilkan.
b. Bahan baku tidak langsung (Inderect Material) adalah bahan baku yang ikut
berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada
barang jadi yang dihasilkan.
Untuk memperoleh bahan baku yang akan digunakan dalam proses
produksi maka diperlukan pengorbanan uang untuk pembelian bahan baku
tersebut. Pengorbanan inilah yang dinamakan dengan biaya. Menurut Setya
Ningsih (2006, h.23) biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku
yang dipakai dalam pengolahan produk. Pada industri sulaman benang emas
bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk adalan kain dan benang
emas. Untuk memperoleh bahan tersebut perusahaan melakukan pengorbanan
16
berupa uang. Pengorbanan dalam bentuk uang yang digunakan pada proses
produksi ini disebut sebagai biaya bahan baku.
2.2.4 Upah Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu perusahaan akan
memberi balas jasa kepada pekerja dalam bentuk upah. Jadi yang dimaksud
dengan upah tenaga kerja adalah semua balas jasa (taken prestasi) yang diberikan
oleh perusahaan kepada semua pekerja (Sudarsono, dkk, 2000, h.20). kwalitas
tenaga kerja terdiri dari :
1. Pekerja tidak terdidik (unskilled labour) contoh: pesuruh, tukang sapu, kuli dan
lain-lain.
2. Pekerja terlatih (trained labour)
Menghendaki latihan atau pengalaman praktek lebih dulu. Contoh : supir bis,
masinis kereta api, petinju, pemain sepak bola dan lain-lain.
3. Pekerja terdidik (skilled labour)
Pekerja yang menghendaki pendidikan lebih dulu. Contoh : pekerja montir
elektro, insinyur, dokter, sarjana, dan lain-lain. Hal itu bila mereka sebagai
pekerja upahan, makin cepat dan baik hasil kerjanya.
Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi
perusahaan. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi,
yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan.
17
Apabila harga per unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang
biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli
produk tersebut. Kondisi ini memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk
yang dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi akibat perubahan skala
produksi disebut efek skala produksi (scale effect). Tenaga kerja ialah kegiatan
rohani dan jasmani yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Tenaga kerja itu
dinamakan produktif (menghasilkan). Sumber tenaga kerja : kerja rohani berasal
dari perasaan dan pikiran. Kerja jasmani, berasal dari tubuh kasar.
Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal yang lain
tetap, maka pengusaha mempunyai kecenderungan untuk menggantikan tenaga
kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian
dengan mesin disebut efek subsitusi (substitution effect). Menurut Daniel (2004,
h. 84) dewasa ini terjadi lagi perkembangan baru, ketika tenaga kerja upahan tidak
lagi hanya terdapat pada usaha pertanian yang luas seperti diatas. Tetapi sudah
meluas seperti usaha keluarga seperti usaha industri rumah tangga yang tadinya
hanya mengandalkan anggota keluarga atau famili dan tenaga tolong-menolong
atau gotong royong saja. Perkembangan ini terjadi karena perubahan struktural,
yaitu transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri
perkotaan. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat yang
diawali dengan pertumbuhan industri.
18
2.3 Sumber Pendapatan
2.3.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan
maupun natural. pendapatan atau juga disebut income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses dengan harga yang
berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar faktor produksi
(seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik
menarik, antara penawaran dan permintaan.
Setiap industri juga memproduksi barang dan jasa dengan tujuan
memperoleh laba atau menghindari kerugian dan untuk mengukur tingkat
pendapatan dapat dicerminkan oleh jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh
produsen. Apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan
mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan
sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi.
Untuk produksi barang dan jasa yang dilakukan diarahkan mencapai
tujuan dalam mendapatkan laba. Laba yang didapat perusahaan diperoleh dari
selisih antara pendapatan (Revenue) dengan biaya (cost) oleh karena itu, maka
pertimbangan utama atau parameter utama adalah melakukan produksi adalah
pendapatan (revenue), yang akan diterima dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk menghasilkan produksi tersebut.
19
1. Pendapatan
Pendapatan seseorang merupakan faktor yang sangat penting didalam
menentukan corak permintaan atas berbagai macam barang, berdasarkan pada
sifat perubahan permintaan yang berlaku.
Apabila pendapatan berubah maka jenis barang dapat dibedakan sebagai :
Sadono (2006, h. 80).
a. Barang inferior
Barang inferior yaitu barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang
berpendapatan rendah. Apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan
barang-barang inferior akan digantikan oleh barang-barang yang Lebih baik
mutunya.
b. Barang esensial
Barang esensial yaitu barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari yang biasanya terdiri dari kebutuhan pokok masyarakat
seperti makanan dan pakaian.
c. Barang normal
Barang normal yaitu barang dimana permintaan atas barang akibat kenaikan
pendapatan yang disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
- Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk
membeli lebih banyak barang.
- Pertambahan pendapatan memungkinkan seseorang menukar
konsumsi mereka dari barang yang kurang baik mutunya ke barang yang
lebih balk mutunya.
20
d. Barang mewah
Jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif
tinggi termasuk dalam golongan ini. Emas, intan, mobil sedan adalah beberapa
contoh barang mewah.
2. Distribusi pendapatan
Sejumlah pendapatan masyarakat tertentu besamya akan dapat
menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan
tersebut berubah distribusinya. Sebagai contoh, apabila ada kenaikan pajak atas
orang-orang kaya dan hasil pajak tersebut digunakan untuk menaikkan
pendapatan pekerja yang bergaji rendah, maka corak permintaan atas berbagai
barang mengalami perubahan. Barang-barang yang digunakan oleh orang kaya
permintaannya berkurang, sedangkan permintaan atas barang-barang yang
digunakan oleh orang yang baru meningkat pendapatannya akan bertambah.
3. Selera
Perubahan selera yang Iebih menyenangi suatu barang yang akan
mendorong peningkatan permintaan atas barang tersebut.
4. Jumlah penduduk
Secara tidak langsung pertambahan penduduk diikuti dengan
perkembangan dalam kesempatan kerja sehingga akan menarnbah daya beli
dalam masyarakat, selanjutnya akan menambah permintaan. Dalam lingkup
rumah tangga, jumlah anggota keluarga yang dependen terhadap penerima
penghasilan menentukan sedikitnya permintaan rumah tangga tersebut,
misalnya anak yang belum bekerja.
21
5. Ekspektasi tentang masa depan
Ekspektasi akan terjadi kanaikkan harga dan kelengkapan barang di
pasar akan mendorong seseorang membeli barang-barang pada saat sekarang
untuk menghindari kemungkinan harus membayar lebih tinggi dan masa depan.
Dan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada permintaan suatu barang.
Menurut Sukirno (2006, h.47), pendapatan adalah jumlah penghasilan
yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu
baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.
Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain :
1. Pendapatan Pribadi/Personal Income yaitu semua jenis pendapatan yang
diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima
penduduk suatu negara.
2. Pendapatan Disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus
dibayarkan oleh para penerima pendapatan, nilai yang tersisa dari
pendapatan tersebut yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan
pendapatan disposibel.
3. Pendapatan Nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa
yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan
pekerjaan atau adanya balas jasa.
Menurut teori Milton Friedman dalam Sukirno (2006, h.48), menyatakan
bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan
22
permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income).
Pendapatan permanen dapat diartikan sebagai pendapatan yang selalu diterima
pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh
pendapatan upah dan gaji, serta pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor
yang menentukan kekayaan seseorang. Sedangkan pendapatan sementara adalah
pendapatan yang diterima dalam setiap kegiatan tertentu, sebagai contoh upah
yang diterima seseorang dalam bentuk harian atau mingguan.
Untuk keperluan manajerial pendapatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, seperti berikut :
a. Pendapatan total
Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total
Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga
jual per unit (P). hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis : TR =
P.Q.
b. Pendapatan rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa.
Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata dari setiap unit penjualan,
oleh karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai
hasil bagi dari pendapatan total dngan unit dengan jumlah unit yang terjual (Q).
Bentuk rumusan matematiknya dalah AR = TR/Q = PQ/Q =P.
c. Pendapatan tambahan atau penerimaan marginal.
23
Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk
setiap satu unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini bisa terjadi pada
setia tingkatan produksi.
2.3.2 Usaha-usaha Meningkatkan Pendapatan
Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan / pendapatan yang
diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah
terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa untuk meningkatkan
pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain :
1) Pemanfaatan waktu luang
Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan
yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk
menambah pendapatan.
2) Melakukan kreatifitas dan inovasi
Individu harum mampu berpikir kreatif dan inovatif menciptakan
terobosan-terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan
masih kurang.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang penelitian berlandaskan teoritis, maka penulis
mencoba mengemukakan hipotesis, yang merupakan kesimpulan sementara dari
penelitian ini sebagai berikut :
1. Diduga variabel modal berpengaruh terhadap produksi keluarga di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
24
2. Diduga variabel biaya bahan baku berpengaruh terhadap produksi keluarga di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
3. Diduga variabel upah tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi keluarga di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan objek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam
penelitian ini yang diambil oleh penulis adalah,jumlah pembuat kue tradisional
Aceh yang ada diKecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya yang terdiri dari
7Desa yaituSapek,Aloe dokdok,Latong, kulu, Cot Lele, Alue Thoe, Parom dengan
jumlah populasi sebanyak 61 orang.
Tabel 1
JumlahPopulasi Dan Sampel Menurut Desa Di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya
No Nama
Desa
Populasi Sampel Usaha
1 Sapek 6 2
2 Aloe dokdok 10 3
3 Latong 8 3
4 kulu 6 2
5 Chot LeLe 12 4
6 Alue thoe 10 3
7 Parom 9 3
Jumlah 61 20
Sumber: Kantor Camat Kecamatan Seunagan , Kabupaten Nagan Raya(Maret 2013)
Sedang sampel adalah sebahagian dari elemen-elemen populasi. Untuk
menentukan ukuran sampel penelitian sebanyak 20 orang jumlah usaha pembuat
kue tradisional Aceh jumlah tersebut diambil secara proposial.
26
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
a. Data primer
Data primer adalah merupakan data penelitian yang diperoleh secara
langsung dair sumber asli (tidak melalui media perantara) data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.Sumber
data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pembuat kue karah
yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang telah dipersiapkan.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Interview (wawancara) adalah mengumpul informasi dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula secara
sederhana interview diartikan sebagai alat pengumpul data dengan
mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dengan sumber
informasi. Adapun wawancara dilakukan dengan para pembuat kue karah di
Kabupaten Nagan Raya dengan dibentuk oleh kuisioner yang telah
dipersiapkan dengan mengambil sejumlah sampel.
2. Studi pustaka dari berbagai literartur, majalah, Koran, jurnal dan lain-lain.
3.3 Model Analisis Data
Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisa
Regresi berganda, analisa korelasi dan uji t yang akan diolah dengan
menggunakan program computer statistik SPSS dengan penjelasan berikut ini :
27
a) Analisa Regresi Berganda
Analisa ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai pengaruh dua
variable bebas atau lebih terhadap suatu variable terikat. Pendapat Hasan
(2009, h.65) persamaan regresi berganda adalah :
Y=
)1..(......................................................................3 32211 eXbXbXba
Keterangan :
Y = Variabel terikat (produksi diukur dalamsatuan buah)
a = Nilai konstanta Y( apabila nilai X1,X2, danX3= 0)
b = Slope ( koefisien regresi )
1X = Variabel modal, diukur dengan nilai rupiah.
2X = Variabel biaya bahan baku, diukur dengan nilai rupiah
3X = Variabel jam kerja diukur dengan jam kerja
e = error term
b) Analisa Korelasi
Koefisien determinasi (r2)
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). koefisien determinasi (r2)
merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi. Rumus koefisien determinasi
menurut Ridwan (2000) dalamArafah(2008, h. 11)
Kp = r2 x 100%.............................................................(2)
Dimana:
Kp = Besarnya koefisien penentu (determinasi)
R = koefisien korelasi
28
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi poperasional variabel merupaknan batasan yang diberikan pada
vcariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi variabel yang digunakan
dalam model analisis adalah sebagai berikut :
1. Produksi (Y) adalah dapatdidefinisikan sebagai hasil dari penjualan yang
ditentukan oleh jumlah unit yang terjual dengan harga jual per unit yang
diukur dalam satuan rupiahdi Kecamatan Seunagan dalam 1 x produksi
tahun 2012.
2. Modal(X1)adalah semua bentuk kekayaan atau uang yang dapat digunakan
dalam proses produksi untuk menambah output yang atau produk yang
dihasilkan oleh produksi kue karah yang diukur dalam satuan rupiahdi
Kecamatan Seunagan dalam 1 x produksi tahun 2012.
3. Biaya bahan baku (X2) adalah perolehan dari bahan baku yang dipakai
dalam pengolahan produk diukur dalam satuan rupiahdi Kecamatan
Seunagan dalam 1 x produksi tahun 2012.
4. Jam kerja(X3) adalah orang yang ikut bekerja membuat kue karah dalam
satu kali produksidi ukur dengan hari orang kerja yang banyaknya dihitung
dalam jumlah jiwa di Kecamatan Seunagan dalam 1 x produksi tahun
2012.
3.5Pengujian Hipotesis
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis parameter rata-rata bila sampel
berukuran kecil (n≤30) dan ragam populasi tidak diketahui menurut Hasan (2009,
h.42)
2
2
1 r
rntt
................................................................................................(3)
29
Keterangan :
n=jumlah sample
r=koefisien korelasi
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ho ; β = 0, variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
2. H1;β ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruhTerhadap
secara signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel maka dengan sendirinya
Hoditolak, dan H1 diterima (tingkat signifikan 5 %).
b. Apabila t tabel lebih besar dari pada t hitung maka dengan sendirinya
H1ditolak, dan Ho diterima (tingkat signifikan 5 %).
Menghitung Nilai F hitung
Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus (Supranto 2005, h. 207)
F − hit =R2/(k − 1)
(1 − R2)/(n − k)
Kriteria Pengujian
Pada tingkat signifikan 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan
sebagai berikut :
a. H0 diterima dan Hi ditolak apabila F hitung < F Tabel, yang artinya variabel
independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel dependen.
30
b. H0ditolak dan Hiditerima apabila F hitung > F Tabel, yang artinya variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui berapa % variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria pengujian 0 < R2 <1,
dimana nilai R2 antara 0 dan 1, dan R2 akan selalu positif. Jika nilai R2 sebesar 1
berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen bersifat
sempurna, jika nilainya sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Kecamatan Seunagan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten Nagan Raya dengan luas wilayah 140,05 km2. Setelah pengumpulan
data yang berupa data pendapatan pembuat kue tradisional di Kecamatan
seunagan yang terdiri dari tujuh (7) desa dari data tersebut jumlah sampel yang
diambil oleh penulis sebanyak 20 orang yang diperoleh melalui data primer.
Selanjutnya penulis melakukan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi produksi kue tradisional Aceh di Desa Sapek, Alue
Dokdok, Latong, Kulu, Cot Lele, Alue Thoe, Parom.. Dari hasil analisis data yang
digunakan adalah untuk membuktikan hipotesis tersebut benar adanya, Desa
Sapek, Alue Dokdok, latong, Kulu, Cot Lele, Alue Thoe, Parom, merupakan salah
satu Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai pembuat kue tradisional Aceh.
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
yang menjelaskan tentang gambaran data-data variabel penelitian yaitu data yang
dilihat berdasarkan dari pendapatan, modal, biaya bahan baku, produksi.
Berikut ini merupakan data tabel pendapatan para pembuat kue tradisional
yang diperoleh berdasarkan hasil pengurangan dari hasil penjualan dengan modal
atau biaya yang dikeluarkan dalam 1 kali produksi.
32
Tabel 2
Jumlah Pendapatan Pembuat Kue Tradisional Aceh Di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
No Desa Pendapatan Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
6
7
Sapek
Aloe Dokdok
Latong
Kulu
Chot Lele
Alue Thoe
Parom
2.000.000
1.000.000
2.000.000
1.000.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
3
4
3
3
3
2
2
0,06
0,04
0,06
0,03
0,06
0,02
0,02
Total 20 0,29
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Maret 2013)
Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa pendapatan dari nilai
2.000.000 hanya diperoleh oleh 9 orang Pembuat kue tradisional Aceh. Pada
pendapatan 1000.000 berjumlah 11 orang Pembuat kue tradisional Aceh. Dilihat
dari tabel diatas, maka besarnya pendapatan sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan Pembuat kue tradisional Aceh.
Tabel 3
Jumlah Modal Pembuat Kue Tradisional Aceh Dalam 1 Kali Produksi Di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
No Desa Modal (Rp) Jumlah
responden
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
6
7
Sapek
Aloe Dokdok
Latong
Kulu
Chot Lele
Alue Thoe
Parom
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
500.000
2
2
2
2
3
3
6
0,12
0,1
0,08
0,06
0,06
0,03
30
Total 20 30,45 Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Maret 2013)
33
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah modal dari 6.000.000
hanya berjumlah 2 (dua) orang. Pada jumlah modal 5000.000 yaitu hanya 2 (dua)
orang, sedangkan pada jumlah modal 4.000.000 berjumlah 2 (dua) orang, pada
modal 3000.000 berjumlah 2 (dua) orang, dan pada modal 2.000.000 hanya 3
(tiga) orang. Pada jumlah modal 1000.000 yaitu hanya 3 (tiga) orang sedangkan
sisanya 6 (enam) orang lagi modal yang dikeluarkan sebesar 500.000.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya modal sangat berpengaruh
terhadap kegiatan Pembuat kue tradisional Aceh.
Tabel 4
Sumber Modal Pembuat Kue Tradisional Aceh di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya
No Sumber Modal Jumlah responden
1
2
3
4
Pribadi
Pinjaman dari orang lain
Koperasi
Baitul Qiradh
10
5
3
2
Jumlah 20 Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Juli 2013)
Berdasarkan tabel 4 sumber modal yang diperoleh oleh pembuat kue
tradisional Aceh yang bersumber dari dana pribadi sebanyak 10 orang, modal ini
merupakan dana pribadi yang sudah ada atau disimpan dan dipakai untuk modal.
Sumber modal pinjaman dari orang lain sebanyak 5 orang, ada yang meminjam
dari orang lain, atau ada juga yang meminjam dari saudara/kerabat. Sedangkan
yang meminjam modal awal kepada koperasi sebanyak 3 orang, modal ini kurang
diminati oleh ibu-ibu pembuat kue tradisional Aceh mungkin dikarenakan
peminjam harus membayar angsuran perbulan sesuai dengan dana yang dipinjam.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa banyak sumber modal pribadi untuk
memulai usaha pembuatan kue tradisional Aceh ini.
34
Umur pembuat kue tradisional dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5
Umur & Status Perkawinan Pembuat Kue Tradisional Aceh di Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya
No Umur Status
Perkawinan
Jumlah responden
1
2
3
4
5
24-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
0
8
10
2
0
Total 20
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Juli 2013)
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa kebanyakan pembuat kue
tradisional Aceh di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sudah usia
lanjut, pada usia 24-29 usia produktif tidak ada yang membuat kue tradisional
Aceh, karena mereka masih ada pekerjaan lainnya yang dapat mereka kerjakan,
karena membuat kue tradisional Aceh merupakan kerjaan sambilan, karena
pekerjaan utama mereka adalah petani, dan berkebun dan status perkawinan
mereka adalah kawin. Data pada umur 30-34 tahun, status perkawinan usia ini
adalah kawin. Dari 20 sampel sebanyak 8 orang pembuat kue yang rata-rata ibu-
ibu yang sudah tua dan memiliki cucu. Pada usia 35-39 tahun jumlah pembuat kue
tradisional sebanyak 10 orang, dengan status kawin. Para ibu pada usia ini masih
bekerja membuat kue tradisional Aceh karena mereka ingin membantu menambah
pendapatan keluarga. Sedangkan pada usia 40-44 tahun, status perkawinan adalah
kawin, yang membuat dan masih aktif membuat kue tradisional Aceh sebanyak 2
orang ibu-ibu. Sedangkan pada usia 45-49 status perkawinan adalah kawin, pada
usia ini tidak ada lagi yang ikut membuat kue tradisional Aceh, hal ini
35
dikarenakan faktor usia lanjut yang tidak memungkinkan lagi untuk bekerja secara
produktif.
Tabel 6
Pendidikan Terakhir Pembuat Kue Tradisional Aceh, di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya
No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden
1
2
3
SD
SMP
SMA
11
7
2
Jumlah 20 Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Juli 2013)
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh para ibu pembuat kue tradisional Aceh di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya yang terendah tamatan SD sebanyak 11 orang, karena
dulu pendidikan tidak menjadi prioritas utama. Dan yang tamatan sekolah SMP
sebanyak 7 orang, karena dulu tamatan SD ataupun SMP langsung
menikah/berumah tangga. Dulu anak perempuan tidak harus berpendidikan,
karena orang tua dulu pemikirannya masih tradisional, karena wanita nanti pasti
turun kedapur juga karena itulah pendidikan pada masa orang tua dulu tidak
tinggi. Sedangkan tamatan SMA hanya 2 orang saja. Hal ini berarti para ibu
pembuat kue tradisional Aceh minim pendidikan, terbukti hanya 2 orang saja yang
tamat SMA.
Tabel 7
Biaya bahan baku Dan Upah Tenaga kerja Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya
No Biaya bahan baku
(Rp)
Upah Tenaga Kerja/Orang
(Rp)
1
2
3
4
3.000.000
2.000.000
1.000.000
1.500.000
50.000
40.000
30.000
35.000
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Juli 2013)
36
Berdasarkan tabel 7 biaya bahan baku Dan Upah Tenaga kerja yang
dibutuhkan pembuat kue tradisional dalam 1 kali produksi tergantung biaya bahan
baku Dan Upah Tenaga kerja. Pada upah Rp.50.000 biaya bahan baku Rp
3000.000 dalam 1 kali produksi. Bahan baku yang diperlukan untuk membuat kue
tradisional Aceh adalah tepung beras, gula pasir, air, minyak goreng, minyak
tanah dan lain-lain. Jenis kue tradisional yang dibuat bukan hanya kue karah saja
tetapi juga kue tradisional lain yang diproduksi antara lain: bungong kaye, kue
loyang, kue seupet, kue galang-galang, bhoi, bolu, kue kepang, dan dodol.
Tabel 8
Data Input Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
No Nama Responden Produksi
(Buah)
Modal (X1) Biaya
Bahan
Baku (X2)
Jam Kerja
(X3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nyak Mala
Fatimah
Keumala
Nur aini
Nurjannah
Sani
Wati
Kak Nur
Surya
Latipah
Upek
Maini
Mawar
Rosmawati
Hasnah
Aini
Indon
Fina
Desi
Cut wan
200
200
300
200
200
200
200
200
200
200
300
300
300
300
350
300
300
300
350
300
3000000
2000000
3000000
500000
500000
500000
500000
500000
500000
500000
2000000
2000000
2000000
2000000
3000000
2000000
2000000
2000000
3000000
2000000
2000000
2000000
2000000
1000000
1000000
1000000
1000000
1000000
1500000
1500000
1000000
1000000
2000000
1000000
2000000
2000000
1000000
1000000
2000000
2000000
3600
3600
3600
3600
2400
2400
2400
3600
3600
3600
2400
2400
2400
3600
3600
2400
2400
3600
3600
2400
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Juli 2013)
Ket:
1 hari kerja = 6-8 jam
37
Selanjutnya penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisa regresi linier
berganda, analisa korelasi dan uji t yang diolah melalui program komputer
statistik SPSS 17, dengan variabel dependent (Y) dan variabel independent (X)
adalah sebagai berikut :
Y = Produksi kue tradisional Aceh
X1 = Modal Kerja
X2 = Biaya bahan baku
X3 = Jam kerja
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
4.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Usaha Kue Tradisional
Aceh Di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
Berbicara masalah factor-faktor Produksi Kue Tradisional Aceh di Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya sangatlah banyak namun disini hanya 4 (empat)
faktor saja yang diteliti yaitu produksi, modal, Biaya bahan baku, dan jam kerjas.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh dari Kontribusi Produksi Kue Tradisional
Aceh Terhadap produksi Di Kecamatan Seunagan. Modal digunakan untuk
membeli keperluan membuat kue dalam 1 kali produksi, biaya bahan baku untuk
mempercepat proses produksi, jam kerja dalam 1hari kerja, sedangkan produksi
adalah hasil dari membuat kue tradisional Aceh. analisis ini akan diwujudkan
dengan pengolahan data melalui program sttistik komputer SPSS 17. (Dapat
dilihat pada lampiran I).
38
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
1. Analisa Koefesien Determinasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Usaha Kue Tradisional Aceh di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya, dengan menggunakan analisis ini
secara kongkret dilakukan terhadap koefisien determinasi. Adapun koefisien
determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan penggunaan hasil
perhitungan sebagai berikut :
Tabel 9
Model modal, Biaya bahan baku, dan Jam kerja produksi pembuat kue tradisional
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .803a .645 .578 37.50523
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah Juli 2013)
Adapun koefesien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
penggunaan rumus perhitungan koefisien determinasi menurut Ridwan (2000)
dalam Arafah (2008, h. 11) :
Koefesien determinasi = r2 × 100%
Koefesien determinasi = (0.803)2 × 100%
Koefesien determinasi = 0.645 %
Menurut Sogiyono (2007), dalam Duwi, (h. 65) pedoman untuk memberikan
interprestasi koefisien korelasi (R) adalah sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = Sangat rendah
0,20 - 0,399 = Rendah
0,40 - 0,599 = Sedang
39
0,60 - 0,799 = Kuat
0,80 - 1,000 = Sangat kuat
Berdasarkan nilai koefisien korelasi yang diperoleh yakni sebesar .0803,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut berada diantara 0,80 – 1.000 artinya
bahwa hubungannya sangat kuat antara modal jam kerja dan biaya bahan baku di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Dari perhitungan diatas diperoleh
koefesien determinasi (R2) sebesar 6.45 yang berarti bahwa variabel modal, Jam kerja
dan Biaya bahan baku, berpengaruh terhadap produksi kue tradisional Aceh di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sedangkan hasilnya 3.55% dipengaruhi
oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
2. Uji Regresi linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial (Uji t).
Uji regresi merupakan prosedur yang kuat dan fleksibel dalam menganalisis
pengaruh asosiatif antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
sedangkan secara partial Variabel pendapatan keluarga ikut berpengaruh terhadap
Variabel modal, Biaya bahan baku, dan jam kerja di Kabupaten Nagan Raya .
Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear berganda maka persamaannya
sebagai berikut : Y = 266.390 + 0.055X1 – 0.025X2-0.020X3
Persamaan tersebut dapat diartika sebagai berikut:
1. Konstanta
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
266.390 ini menyatakan bahwa apabila variable modal, jam kerja dan biaya
biaya bahan baku sama dengan nol, maka produksi kue tradisonal di Kabupaten
Nagan Raya adalah sebesar 266.390%
40
2. Koefisien Regresi X1 (Modal)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat dilihat bahwa nilai X1 sebesar 0.055 hal
ini menyatakan apabila terjadi perubahan sebesar 1 % terhadap variabel modal,
maka akan berpengaruh terhadap produksi kue tradisional di Kabupaten Nagan
Raya adalah sebesar 0.055 %
3. Koefisien Regresi X3 (Biaya Bahan Baku)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat dilihat bahwa nilai X3 sebesar 0.025 hal
ini menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan sebesar 1% Terhadap variable
bahan baku maka akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi kue
tradisional di Kabupaten Nagan Raya adalah naik sebesar 0.025 % dengan
asumsi faktor-faktor lain di anggap tetap.
4. Koefisien Regresi X2 (Jam Kerja)
Berdasarkan persamaan diatas diketahui nilai X2 sebesar 0.020 hal ini
menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan sebesar 1 % terhadap variabel
jam kerja, maka produksi kue tradisional du Kabupaten Nagan Raya adalah
akan turun sebesar 0.020 %
Pembuktian bahwa variabel modal, biaya bahan baku, dan kerja
berpenngaruh terhadap produksi Kue Tradisional di Kabupaten Nagan Raya
dilakukan pengujian secara persial dengan uji t pada jumlah kepercayaan(level of
coffidence 95% pada taraf nyata(α)= 0,05 yaitu
1. Variabel modal diperoleh t-hit sebesar 4.844 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,697
artinya secara partial variabel modal berpengaruh signifikal terhadap produksi
kue tradisional di Kabupaten Nagan Raya.
41
2. Variabel boiaya bahan baku diperoleh t-hit sebesar-1,097 lebih kecil dari t-tabel
sebesar 1,697 artinya secara partial variabel biaya bahan baku tidak
berpengaruh signifikan terhadap produksi kue tradisional di Kabaupaten Nagan
Raya.
3. Variabel jam kerja diperoleh t-hit sebesar-1,403 lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,697 artinya secara partial variabel jam kerja terdapat berpengaruh yang
signifikan terhadap produksi kue tradisional di Kabaupaten Nagan Raya.
Bedasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa hanya factor modal saja yang berpengaruh secara signifikan
sedangkan factor biaya bahan baku dan jam kerja tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap produksi Kue Tradisional Kabupaten Nagan Raya.
Selanjutnya nilai F hitung sebesar 9,676 >F 3,63, sehingga secara besar
terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, biaya bahan baku dan jam kerja
terhadap prodiksi kue tradisional Aceh di Kabupaten Nagan Raya.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Pembuktian variabel modal, bahan baku dan jam kerja berpengaruh
terhadap produksi kue tradisional di Kabupaten Nagan Raya dilakukan pengujian
secara persial dengan uji t pada jumlah kepercayaan (level of coffidensi 95%)
pada taraf nyata (α)=0,05 yaitu :
a. Variabel modal diperoleh t-hit sebesar 4.844 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,697
artinya secara partial variabel modal berpengaruh signifikan terhadap produksi
kue tradional di Kabupaten Nagan Raya.
b. Variabel bahan baku diperoleh t-hit sebesar -1,097 lebih kecil dari t-tabel
sebesar 1,697 artinya secara partial variabel bahan baku tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi kue tradisional di Kabupaten Nagan Raya.
c. Variabel jam kerja di peroleh t-hit sebesar -1,403 lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,697 artinya secara partial variabel jam kerja terhadap pengaruh yang
signifikan terhadap produksi tradisional di Kabupaten Nagan Raya.
Selanjutnya nilai F hitung sebesar 9,676 >F 3,63, sehingga secara besar
terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, biaya bahan baku dan jam kerja
terhadap prodiksi kue tradisional Aceh di Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa hanya faktor modal saja yang berpengaruh secara signifikan,
Sedangkan faktor baban baku dan jam kerja tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi kue tradisional di Kabupaten Nagan Raya.
43
5.2. Saran
Saran yang perlu di perhatikan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) yakni :
1. Perlu adanya dukungan dari Pemerintah Daerah terutama Pemerintah
Kabupaten Nagan Raya baik dukungan berupa moril dan materi.
2. Untuk meningkatkan pendapatan dan mutu pendapatan keluarga di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sebaiknya dilakukan
pengarahan atau penyuluhan kepada para pembuat kue tradisional Aceh, agar
hasil produksi lebih baik kualitasnya dapat bersaing dengan kue modern
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Duwi, Priyanto. 2010. Paham analisa statistik data dengan SPSS. Cetakan 1.
Mediakom. Yogyakarta.
Deny Setyaningsih. 2006. Dampak Industri Konveksi Terhadap Pergeseran Nilai
Kerukunan Dalam Masyarakat Jawa (Studi Kasus Desa Srinahan
Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan). Fakulatas Ilmu Sosiologi Dan
Antropologi. Universitas Negeri Semarang.
Hasan, Iqbal. 2009. Analisis data penelitian dengan statistik. PT.bumi Aksara.
Jakarta.
Husaini,Usman, et.al. 2006. Pengantar Statistik. PT Bumi Aksara.Yogyakarta
Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Kurnia Sari, Panca. 2011. Analisis Efisiensi dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal. Skripsi UNDIP.
Sudarsono, dkk. 2000. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori Dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta
Susanti, Aprida. 2011. Analisis kontribusi pajak reklame pendapatan asli daerah di
Kabupaten Aceh Barat.skripsi (tidak dipublikasikan) perpustakaan
Universitas Teuku Umar. Meulaboh.
Sukirno, Sadono. 2006. Mikro ekonomi teori pengantar. PT.Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
. , .2006. Makroekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Su’ud, Hasan. 2007. Pengantar Ilmu pertanian. Yayasan PENA. Banda Aceh.
Suryananto, Galih. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatn
Pedagang Konveksi. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Di publikasikan.
Di download. 24 Agustus 2012.
Http://www.pinbis.com/news detail.php?id berita=222 (diakses 20 Desember
2011)
Http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/ (diakses 15 Mei
2012)
Http://118.96.151.46/kgi/konten_kgi/smp/smp/ekonomi/klas_7/1_Ekonomi_VII/ek
o8.html (diakses 15 Mei 2012)