27
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOEFISIEN RESPON LABA PADA PERUSAHAAN BERTUMBUH DAN TIDAK BERTUMBUH Oleh Fita Setiati Politeknik Universitas Brawijaya Malang Indra Wijaya Kusuma Universitas Gadjah Mada Jogjakarta Abstract The objective of this study is to describe factors which influence earnings response coefficients (ERC) to growing and non-growing firms. And than the researcher investigates what are difference factors between growing and non-growing firms. This study consists of 92 manufacture grouped into growing and non-growing firms based on factor analysis. This study uses a time-series data during 1996-2001 and cross-sectional data of 2001. The test of hypotheses uses two empirical models. The results show: (1) The positive effect of earnings persistence and the negative effect of leverage on earnings response coefficients (ERC) on growing fims; (2) The negative effect of beta risk and leverage while the positive effect of earnings persistence and size on earnings response coefficients (ERC) on non-growing firms; (3) The factors coefficient influencing earnings response coefficients (ERC) is different between growing and non-growing firms; (4) Coefficient of beta risk and earnings persistence are different between growing and non-growing firms. Key words: Earnings response coefficients (ERC), determinant ERC, growing and non-growing firms. LATAR BELAKANG Collins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa respon pasar terhadap laba masing-masing perusahaan dapat bervariasi, baik antar perusahaan maupun antar waktu. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien respon laba tidak konstan. Perbedaan koefisien respon laba dipengaruhi oleh karateristik atau nilai perusahaan. Myers (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai nilai total dari asset in place dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value (NPV) positif. Gagasan dari Myers yang dikembangkan oleh Smith dan Watts (1992) mengimplikasikan nilai aset dan nilai kesempatan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOEFISIEN RESPON LABAPADA PERUSAHAAN BERTUMBUH DAN TIDAK BERTUMBUH

Oleh Fita Setiati

Politeknik Universitas Brawijaya MalangIndra Wijaya Kusuma

Universitas Gadjah Mada Jogjakarta

Abstract

The objective of this study is to describe factors which influence earnings response coefficients (ERC) to growing and non-growing firms. And than the researcher investigates what are difference factors between growing and non-growing firms. This study consists of 92 manufacture grouped into growing and non-growing firms based on factor analysis. This study uses a time-series data during 1996-2001 and cross-sectional data of 2001. The test of hypotheses uses two empirical models. The results show: (1) The positive effect of earnings persistence and the negative effect of leverage on earnings response coefficients (ERC) on growing fims; (2) The negative effect of beta risk and leverage while the positive effect of earnings persistence and size on earnings response coefficients (ERC) on non-growing firms; (3) The factors coefficient influencing earnings response coefficients (ERC) is different between growing and non-growing firms; (4) Coefficient of beta risk and earnings persistence are different between growing and non-growing firms.

Key words: Earnings response coefficients (ERC), determinant ERC, growing and non-growing firms.

LATAR BELAKANGCollins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa respon pasar terhadap laba masing-

masing perusahaan dapat bervariasi, baik antar perusahaan maupun antar waktu. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien respon laba tidak konstan. Perbedaan koefisien respon laba dipengaruhi oleh karateristik atau nilai perusahaan. Myers (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai nilai total dari asset in place dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value (NPV) positif. Gagasan dari Myers yang dikembangkan oleh Smith dan Watts (1992) mengimplikasikan nilai aset dan nilai kesempatan perusahaan untuk bertumbuh di masa akan datang yang disebut dengan the investment opportunity set (IOS).

IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono, 1999). Selanjutnya proksi IOS ini dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan, apakah suatu perusahaan masuk dalam klasifikasi yang berpotensi tumbuh atau tidak berpotensi tumbuh. Collins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa properti time-series yang mempengaruhi koefisien respon laba adalah kesempatan pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba diukur menggunakan rasio market to book value of equity. Rasio tersebut merupakan salah satu proksi dari Investment Opportunity Set (IOS). Bukti empiris dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara pertumbuhan (growth) dan koefisien respon laba sehingga perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh akan mempunyai koefisien respon laba lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

Page 2: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

bertumbuh. Hasil penelitian Collins dan Kothari (1989) tersebut memberikan motivasi kepada peneliti untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. Selanjutnya diuji juga secara empiris apakah terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh.

Beberapa penelitian empiris terdahulu telah menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ERC meliputi: (1) persistensi laba akuntansi (Kormendi dan Lipe, 1987; Easton dan Zmijewski, 1989; Collins dan Khotari, 1989; Lipe, 1990, Lev dan Thiagarajan, 1993 serta Harikumar dan Harter, 1995); (2) pertumbuhan laba akuntansi (Collins dan Khotari, 1989); (3) prediktabilitas laba akuntansi (Lipe, 1990); (4) risiko beta (Collins dan Kothari, 1989 serta Easton dan Zmijewski, 1989); (5) struktur modal (Dhaliwal dan Reynolds, 1994; Dhaliwal dkk., 1991);(6) ukuran perusahaan (Shevlin dan Shores, 1993 serta Chaney dan Jeter, 1991); (7) pengaruh industri (Biddle dan Seow, 1991 serta Baginski dkk, 1999).TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Penelitian Ball dan Brown (1968) yang menguji tentang laba dan harga saham menunjukkan bukti empiris bahwa keduanya mempunyai hubungan positif secara statistis signifikan. Hal ini berarti naik turunnya laba akan mempengaruhi naik turunnya harga saham secara searah.

Besarnya kekuatan hubungan laba akuntansi dan harga saham dalam literatur akuntansi dan keuangan diukur dengan menggunakan koefisien respon laba (earnings response coefficients). Koefisien respon laba atau ERC didefinisikan sebagai ukuran atas tingkat return abnormal saham dalam merespon komponen unexpected earnings (Scott, 1997). Menurut Beaver dkk (1980) dan Kormendi dan Lipe (1987), koefisien respon laba (earnings response coefficients) antar perusahaan relatif tetap. Hal ini dibuktikan oleh Kormendi dan Lipe (1987) dengan menguji pengaruh unexpected earnings terhadap harga saham. Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa reaksi harga saham terhadap laba akuntansi tidak bergejolak secara berlebihan. Namun, Easton dan Zmijewski (1989), Collins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa respon pasar terhadap laba akuntansi masing-masing perusahaan dapat bervariasi, baik antar perusahaan maupun antar waktu. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien respon laba tidak konstan. Perbedaan koefisien respon laba dipengaruhi oleh karateristik atau nilai perusahaan.

Pertumbuhan dan koefisien respon laba telah dikemukakan oleh Collins dan Kothari (1989) mempunyai hubungan positif. Perusahaan bertumbuh akan mempunyai koefisien respon laba yang lebih tinggi, karena perusahaan tersebut mempunyai kesempatan memperoleh laba di masa akan datang lebih tinggi. Kandungan informasi laba tersebut merupakan berita baik sehingga dapat meningkatkan respon pasar. Collins dan Kothari (1989) mengukur pertumbuhan laba menggunakan rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (market to book value of equity). Rasio market to book value of equity merupakan salah satu dari proksi IOS.

Istilah Investment Opportunity Set (IOS) menunjukkan kemungkinan peluang investasi dari suatu perusahaan. Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa pemilihan investasi di masa yang akan datang tidak hanya ditujukan pada proyek yang didukung oleh riset dan pengembangan saja tetapi juga ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan perusahaan setara dalam satu industri. Karena IOS terdiri dari proyek-proyek yang memberikan pertumbuhan bagi perusahaan maka IOS dapat menjadi pemikiran sebagai prospek pertumbuhan perusahaan.

Page 3: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Hipotesis Risiko beta yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh

Menurut Collins dan Kothari (1989) bahwa risiko sistematik/beta mempunyai hubungan negatif dengan koefisien respon laba. Semakin berisiko expected rate of return akan mengurangi reaksi investor sehingga koefisien respon laba akan rendah.

Hubungan variabel risiko beta dan kesempatan pertumbuhan perusahaan telah dilakukan Chung dan Charoenwong (1991) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh lebih mempunyai risiko saham sistematik yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan bertumbuh akan mempunyai risiko sistematik (beta) lebih rendah sehingga koefisien respon laba pada perusahaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan tidak bertumbuh. Mengacu pada penelitian Collins dan Kothari (1989), Easton dan Zmijewski (1989) dan Chung dan Charoenwong (1991), peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:H1a Risiko beta berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh.H2a Risiko beta berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidakbertumbuh.

Perusahaan bertumbuh mempunyai aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan tidak bertumbuh (Foster, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa investor yang melakukan investasi pada perusahaan bertumbuh mendapatkan return lebih besar sehingga risiko beta yang akan terjadi relatif kurang menjadi faktor yang dipertimbangkan. Berdasarkan kurang dipertimbangkannya faktor risiko beta maka koefisien pengaruh risiko beta terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh akan lebih kecil dibandingkan dengan koefisien pengaruh risiko beta terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh. Peneliti membuat hipotesis:H3a: Pengaruh risiko beta terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan

bertumbuh berbeda dengan pengaruh risiko beta terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh.

Hipotesis Persistensi laba yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh

Persistensi laba merupakan pengaruh suatu inovasi terhadap laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (Kormendi dan Lipe, 1987). Definisi persistensi laba menurut Penman (1992) adalah revisi laba yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan (current earnings) sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Pada beberapa penelitian terdahulu dinyatakan bahwa persistensi laba secara positif berhubungan dengan koefisien respon laba (Kormendi dan Lipe, 1987: Easton dan Zmijewski, 1989; Collins dan Kothari, 1989; Lev dan Thiagarajan, 1993; dan Harikumar dan Harter, 1995).

Collins dan Kothari (1989) menegaskan bahwa koefisien respon laba lebih tinggi untuk perusahaan yang dipandang oleh pasar mempunyai kesempatan untuk tumbuh. Hasilnya, selain mendukung hipotesis bahwa koefisien respon laba berbeda antar perusahaan dan antar waktu, juga memastikan bahwa persistensi dan pertumbuhan berhubungan positif dengan koefisien respon laba. Bukti ini konsisten dengan adanya faktor persistensi (Collins dan Kothari, 1989) dan kualitas laba (Lev dan Thiagarajan,

Page 4: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

1993), maka berita baik atau buruk pada laba tahun berjalan akan memberikan prospek pertumbuhan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu persistensi laba memberikan prospek pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga koefisien respon perusahaan tersebut akan tinggi. H1b: Persistensi laba berpengaruh positif terhadap terhadap koefisien respon laba (ERC)

pada perusahaan bertumbuh. H2b: Persistensi laba berpengaruh positif terhadap terhadap koefisien respon laba (ERC)

pada perusahaan tidak bertumbuh.

Pembentukan harga saham dipengaruhi oleh aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang. Foster (1986) menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh mempunyai aliran laba atau kas masa depan lebih besar. Berarti aliran laba atau kas masa depan perusahaan bertumbuh relatif lebih besar karena perusahaan bertumbuh mempunyai peluang untuk investasi yang lebih besar (Kallapur dan Trombley, 1999). H3b: Pengaruh persistensi laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan

bertumbuh berbeda dengan pengaruh persistensi laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh.

Hipotesis Prediktabilitas laba yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh

Prediktabilitas laba didefinisikan sebagai kemampuan laba di masa lalu untuk memprediksi laba di masa yang akan datang dan direfleksikan dalam variansi goncangan laba (variance of earnings shocks) ( Lipe, 1990). Peningkatan kemampuan prediksi laba dapat mengakibatkan informasi laba tahun berjalan menjadi lebih bermanfaat dalam memprediksi laba di masa mendatang, sehingga dapat mengakibatkan koefisien respon laba juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa prediktabilitas laba berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba.

Menurut Foster (1986) price earning ratio sebagai salah satu proksi dalam IOS dapat mempresentasikan aliran laba atau kas masa depan. Bukti atas kemampuan prediksi price earning ratio ditemukan oleh Beaver dan Morse (1978). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price earning ratio mempunyai tingkat daya prediktif yang relatif tinggi terhadap pertumbuhan laba pada tiga tahun pertama setelah rasio tersebut dibentuk. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbedaan nilai price earning ratio akan mempengaruhi klasifikasi perusahaan sebagai perusahaan bertumbuh atau tidak bertumbuh dan perbedaan tingkat prediktabilitas laba sehingga koefisien respon laba perusahaan akan berbeda. H1c: Prediktablitas laba berpengaruh positif koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan bertumbuh.H2c: Prediktabilitas laba berpengaruh positif koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan tidak bertumbuh.

Perusahaan bertumbuh mempunyai kesempatan investasi yang besar (Kallapur dan Trombley, 1999) maka aliran labanya stabil. Aliran laba yang stabil akan mengakibatkan variansi goncangan laba kecil. Karateristik prediktabilitas laba tinggi pada perusahaan bertumbuh memotivasi investor untuk kurang mempertimbangkan karateristik tersebut sehingga koefisien pengaruh prediktabilitas laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh akan lebih kecil.

Page 5: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

H3c Pengaruh prediktabilitas laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan pengaruh prediktabilitas laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh.

Hipotesis pertumbuhan laba yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh

Penelitian tentang pertumbuhan laba dan koefisien respon laba telah dikemukakan oleh Collins dan Kothari (1989). Pertumbuhan laba diukur dengan rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (market to book value of equity). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan laba mempunyai hubungan positif dengan koefisien respon laba. Koefisien respon laba lebih tinggi untuk perusahaan yang dipandang oleh pasar mempunyai kesempatan untuk tumbuh. Hasilnya, selain mendukung hipotesis bahwa koefisien respon laba berbeda antar perusahaan dan antar waktu, juga membuktikan bahwa persistensi dan pertumbuhan berhubungan secara positif dengan koefisien respon laba. Oleh karena itu koefisien respon laba untuk perusahaan yang bertumbuh akan lebih tinggi. H1d: Pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan bertumbuh. H2d Pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan tidak bertumbuh.

Pertumbuhan laba pada perusahaan bertumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh karena kesempatan investasi pada perioda berikutnya semakin besar (Kallapur dan Trombley, 1999). Nilai pasar ekuitas direfleksikan dengan harga saham. Pembentukan harga saham pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh dipengaruhi oleh jumlah aliran kas atau kas masa depan yang dinilai sekarang (Foster, 1986). Maka sehingga koefisien pengaruh pertumbuhan laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh akan lebih kecil dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh. H3d: Pengaruh pertumbuhan laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan bertumbuh berbeda dengan pengaruh pertumbuhan laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh.

Hipotesis struktur modal yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh

Struktur modal perusahaan yang diproksikan dengan leverage berpengaruh negatif terhadap Koefisien respon laba (Dhaliwal dkk,1991). Untuk perusahaan dengan hutang yang banyak, peningkatan laba akan menguatkan posisi dan keamanan bondholders daripada pemegang saham. Barclay dan Smith (1998) konsisten dengan teori contracting yang mengisyaratkan bahwa perusahaan yang mempunyai opsi untuk tumbuh lebih besar akan mempunyai hutang lebih sedikit. Perusahaan bertumbuh akan menggunakan free cash flow untuk investasi yang menguntungkan dibandingkan dengan pembayaran dividen. Perbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon laba juga akan berbeda. Hipotesis yang dapat dibentuk oleh peneliti adalah:H1e: Leverage berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan bertumbuh.H2e: Leverage berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada

perusahaan tidak bertumbuh.

Page 6: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Faktor struktur modal yang diproksikan dengan leverage pada perusahaan bertumbuh menunjukkan nilai hutang yang rendah (Barclay dan Smith, 1998). Nilai hutang rendah maka kompensasi terhadap bondholder juga rendah sehingga kompensasi terhadap investor tinggi. Hal ini memotivasi investor untuk kurang mempertimbangkan faktor leverage pada perusahaan bertumbuh sehingga koefisien pengaruh leverage terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh akan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan tidak bertumbuh. H3e: Pengaruh leverage terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan

bertumbuh berbeda dengan pengaruh leverage terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh.

Hipotesis ukuran perusahaan (SIZE) yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh

Ukuran perusahaan (size) dalam isu ERC digunakan sebagai proksi atas keinformatifan harga saham. Easton dan Zmijewski (1989) menemukan variabel size tidak signifikan dalam menjelaskan ERC. Namun demikian, variabel ini dapat digunakan sebagai variabel kontrol atas perusahaan besar dan kecil. Perusahaan besar dianggap mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, jika terdapat inovasi baru maka inovasi tersebut besar pengaruhnya terhadap laba perusahaan berskala kecil dibanding pada perusahaan besar. Sehingga secara statistik arahnya dapat negatif ataupun positif. Chaney dan Jeter (1991) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai korelasi signifikan positif dengan koefisien respon laba.

Penggunaan nilai pasar dalam membentuk rasio IOS menurut Gaver dan Gaver (1993) mengindikasikan kesempatan perusahaan untuk tumbuh dan berinvestasi dimasa depan. Berarti perusahaan yang mempunyai rasio MBVE dan MBVA tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. Smith dan Watts (1992) membuktikan bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki rasio nilai pasar terhadap nilai bukunya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan tidak tumbuh.H1f: Size berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan

bertumbuh.H2f: Size berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan

tidak bertumbuh.

Gaver dan Gaver (1993) menyatakan nilai pasar (market capitalization) mengindikasikan kesempatan perusahaan untuk tumbuh dan berinvestasi di masa depan. Perusahaan bertumbuh mempunyai kesempatan investasi di masa datang lebih besar (Kallapur dan Trombley, 1999) sehingga aliran kas atau kas masa depan yang dinilai sekarang juga besar (Foster, 1996). Aliran kas atau kas masa depan yang dinilai sekarang besar akan meningkatkan nilai pasar (market capitalization). Karateristik perusahaan bertumbuh dengan size yang diproksikan market capitalization tinggi maka faktor size kurang menjadi pertimbangan investor sehingga koefisien pengaruh size terhadap koefisien respon laba (ERC) perusahaan bertumbuh akan lebih kecil dibandingkan dengan koefisien pengaruh size terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh. H3f: Pengaruh size terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh

berbeda dengan pengaruh size terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh.

Page 7: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Berdasarkan hipotesis yang telah dikembangkan maka model penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh ditunjukan oleh gambar 1 dibawah ini:

Insert Gambar 1: Model PenelitianMETODE PENELITIAN1. Sampel dan Data

Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling. Sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun buku 1996 sampai 2001 yang menerbitkan laporan keuangan auditan tiap 31 Desember. Kriteria lain sampel adalah emiten yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEJ.

Sampel penelitian sebanyak 116 perusahaan diperoleh dari populasi perusahaan manufaktur yang go publik sebelum 31 Desember 1996 sebanyak 144 perusahaan dan dikurangi dengan perusahaan yang sahamnya tidak aktif dan datanya tidak lengkap.Sampel dikelompokkan menjadi dua yaitu perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Pengelompokan ini didasarkan pada proksi variabel set kesempatan investasi (IOS) masing-masing sampel. Seperti yang dijelaskan dalam tabel 1:

Insert Tabel 1: Proses Pemilihan SampelAdapun variabel proksi IOS (Fitrijanti dan Hartono, 2002) yang digunakan meliputi

angka-angka rasio berikut:1. Market to Book Value of Equity (MBVE), yaitu rasio antara jumlah saham beredar

dikalikan harga penutupan dengan total ekuitas2. Market to Book Value of Assets (MBVA), yaitu rasio penjumlahan aset total dan

jumlah saham beredar dikalikan harga penutupan dengan total aset.3. Price Earning Ratio (PER), yaitu rasio antara harga penutupan dengan laba per lembar

saham. 4. Capital Expenditure to Book Value of Assets (CEBA), yaitu rasio antara selisih nilai

buku aktiva tetap satu perioda dari perioda sebelumnya dengan aset total.5. Capital Expenditure to Market Value of Assets (CEMA), yaitu rasio antara selisih nilai

buku aktiva tetap satu perioda dari perioda sebelumnya dengan jumlah total antara aset total dikurang ekuitas total dan jumlah lembar saham beredar dikalikan harga penutupan.

Semua nilai IOS tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis faktor (Common Factor Analysis) atas rasio-rasio individual proksi IOS. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Laporan Biro Penilaian Keuangan Perusahaan (PKP) BAPEPAM, Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) UGM dan Pojok bursa Magister Manajemen UGM. Data yang digunakan meliputi: (1) data laporan keuangan yang berakhir 31 Desember (laporan laba rugi) dan per tanggal 31 Desember (neraca) selama tahun 1996 sampai dengan 2001. Data tahun 1995 juga diperlukan karena untuk menghitung unexpected earnings tahunan dengan model random walk. (2) tanggal publikasi laporan keuangan. (3) data emiten dan data pasar.2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 2 model persamaan. Dari model persamaan 1 dan 2 akan dipergunakan variabel-variabel sebagai berikut:1. Cummulative abnormal return (CAR) adalah salah satu variabel dependen dalam model

persamaan 1.

Page 8: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Dalam hal ini:

CAR adalah abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda amatan 5 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan

ARit adalah abnormal return perusahan i pada hari t Rit adalah return sesungguhnya perusahaan i pada hari t Rmt adalah return pasar pada hari t

Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model sesuaian-pasar (market-adjusted model). Hal ini sesuai dengan Jones (1999) yang menjelaskan bahwa estimasi return sekuritas terbaik adalah return pasar saat itu.

2. Unexpected earnings sebagai variabel independen dalam model persamaan 1 diperhitungkan dengan model random - walk.

Dalam hal ini:UEit adalah unexpected earnings perusahaan i pada perioda tEit adalah earnings perusahaan i pada perioda tEit-1 adalah earnings perusahaan i pada perioda t-1

3. Return tahunan digunakan sebagai variabel independen dalam model persamaan 1 juga. Return tahunan dimasukkan dalam model hubungan return dan harga saham guna mengurangi kesalahan bias pengukuran (Hartono, 1999; Chandrarin, 2002).

Dalam hal ini:Rit adalah return tahunan perusahaan i perioda tPit adalah harga penutupan saham perusahaan i pada perioda tPit-1 adalah harga penutupan saham perusahaan i pada perioda t-1

4. Earnings response coefficient (ERC) adalah variabel dependen pada model persamaan 2 ERC akan dihitung dari slope 1 pada hubungan CAR dengan UE (model persamaan 1) setelah dikendalikan Rit.

5. Beta adalah risiko sistematik perusahaan yang diestimasi dengan model pasar yang menggunakan rumus CAPM :

Dalam hal ini:Rit adalah return perusahaan i perioda tRmt adalah return pasar pada parioda t

Beta dalam penelitian ini dikoreksi dengan model koreksi bias beta metode koreksi Fowler dan Rorke dengan empat lead dan empat lag. Model ini mampu mengoreksi bias beta saham pada pasar modal yang sedang berkembang (Hartono dan Surianto, 1999).

6. Persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa mendatang. Persistensi akan diukur dari slope regresi atas perbedaan laba saat ini dengan laba sebelumnya (Lipe, 1990; Chandrarin, 2002).

Page 9: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Dalam hal ini:adalah laba perusahaan i perioda tadalah laba perusahaan i perioda t-1

7. Prediktabilitas laba adalah variabel yang digunakan untuk mengukur keterprediksian laba masa depan dari data laba saat ini. Variabel ini diukur dari deviasi standar residual dari formula persistensi laba. Lipe (1990) menggukur variabel ini dari nilai variansi residual.

8. Pertumbuhan laba adalah variabel yang menjelaskan prospek pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Variabel ini diproksikan dan diukur dari market-to-book value ratio (Collins dan Kothari, 1989) masing-masing perusahaan pada perioda akhir perioda laporan keuangan.

9. Struktur ModalVariabel ini sesuai dengan penelitian Dhaliwal dkk, 1991 menyatakan bahwa default risk perusahaan di ukur dengan leverage. Leverage adalah rasio total hutang dengan total ekuitas perusahaan.

10. Besaran perusahaan (size) adalah variabel yang diukur dari log natural nilai pasar ekuitas (market capitalization). Ukuran ini telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Collins dan Kothari (1989), Easton dan Zmijewski (1989).

3. Metoda Analisis Data Pengujian untuk Hipotesis 1 dan 2 menggunakan analisis regresi. Sebelum analisis regresi akan dilakukan uji asumsi klasik. Asumsi dasar yang harus dipenuhi yaitu tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisi regresi ada 2 model. Model persamaan 1 mengacu pada Chandrarin (2002) akan digunakan untuk menentukan ERC masing-masing sampel, yaitu:

............................................................... (1)Dalam hal ini:

CARit adalah abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda amatan 5 hari dari publikasi laporan keuangan

UEit adalah unexpected earningsRit adalah return tahunan perusahaan i perioda tit adalah komponen error dalam model atas perusahaan i pada perioda t

Teets dan Wasley (1994) menyatakan bahwa koefisien firm-specific dalam model persamaan 1 digunakan sebagai variabel dependen model persamaan 2, sehingga secara matematis model persamaan 2 adalah:

………….(2)Dalam hal ini:ERCit adalah koefisien respon laba perusahaan i pada perioda tBit adalah beta perusahaan i pada perioda t EPit adalah persistensi laba perusahaan i pada perioda tEGit adalah kesempatan pertumbuhan laba perusahaan i pada perioda t EPrit adalah prediktabilitas laba perusahaan i pada perioda tLit adalah struktur modal (leverage) perusahaan i pada perioda t SIZEit adalah besaran perusahaan i pada perioda t

Page 10: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

it adalah komponen error perusahaan i pada perioda t

Metoda analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 3 tentang apakah terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. Metoda analisis yang digunakan adalah chow test. Gujarati (1995), Ghozali (2001) menyatakan bahwa chow test adalah alat untuk menguji kesamaan koefisien (test or equality of coefficient). Koefisien variabel independen yang diperoleh dari hasil regresi kemudian diuji dengan menggunakan uji t yang dikembangkan oleh Hartono (1997). Uji digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba berbeda pada perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. ANALISIS DAN PEMBAHASAN1. Seleksi Sampel Berdasarkan Nilai IOS

Prosedur analisis faktor digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan dalam kelompok perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Nilai masing-masing rasio yang digunakan sebagai proksi IOS dihitung per tahun dari setiap perusahaan sampel mulai tahun 1996 sampai tahun 2001. Selanjutnya rasio yang diperoleh dari setiap proksi IOS dan setiap perusahaan selama 6 tahun tersebut dihitung rata-ratanya untuk memperoleh satu nilai rasio dari setiap proksi IOS dan setiap perusahaan sampel. Rasio rata-rata setiap proksi IOS dari setiap perusahaan digunakan sebagai data input dalam prosedur analisis faktor.

Insert: Tabel 2 Common Factor Analysis IOSTabel Common Factor Analysis IOS menunjukkan hasil analisis terhadap tiga

proksi pertumbuhan perusahaan. Common Factor Analysis adalah model faktor yang didasarkan pada suatu pengurangan matrik korelasi. Hal ini sejalan dengan the rule of thumb bahwa jumlah faktor yang digunakan sebagai variabel representasi sebanyak faktor yang mempunyai nilai eigenvalue sama atau lebih dari satu (Hair, 1995). Dalam kasus ini, satu faktor dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan timbal balik antara proksi IOS. Penentuan variabel yang terkait dalam satu faktor tersebut menurut Sharma (1996) yang mempunyai faktor loading > 0,4. Variabel yang terkait dalam faktor satu adalah variabel CEBA dan CEMA.

Penentuan perusahaan dalam kelompok perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh didasarkan pada skore dari faktor. Kemudian dilakukan peringkatan skore mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. Empat puluh persen dari indeks tertinggi yaitu 40% dari 116 perusahaan merupakan perusahaan bertumbuh sebanyak 46, sebaliknya 40% dari indeks terendah merupakan perusahaan tidak bertumbuh sebanyak 46 perusahaan juga.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji diantaranya uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Multikolinieritas dalam persamaan 2 untuk perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh mengindikasikan tidak ada bias antar variabel independennya.

Variabel-variabel penelitian dalam model persamaan 2 dideteksi tidak terdapat autokorelasi. Hal ini dideteksi dengan nilai Durbin-Watson dari model penelitian ini. Titik signifikansi 0,05 adalah 1,29 dan 1,79 (untuk k=6 dan n=46). Daerah bebas autokorelasi berada diantara dU dan (4-dU) sebesar 1,79 dan 2,21. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,022 untuk perusahaan bertumbuh dan 1,980 untuk perusahaan tidak bertumbuh.

Insert: Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi Model Persamaan 2

Page 11: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Heteroskedastisitas dalam persamaan 2 dideteksi dengan uji Glesjer. Hasil uji Glesjer menunjukkan bahwa variabel-variabel independen secara statistik tidak signifikan mempengaruhi nilai residual absolut. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada indikasi heteroskedastisitas nilai residual persamaan dengan variabel-variabel independen penelitian. Hasil uji heteroskedastisitas model persamaan 2 dilaporkan dalam tabel 4.

Insert Tabel 4:Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Persamaan 24.. Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan Hipotesis 2Hasil pengujian hipotesis 1 dan 2 menggunakan uji regresi terdapat dalam tabel 5.

Tabel 5: Hasil Regresi Model Persamaan 2Hasil regresi persamaan 2 pada perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak

bertumbuh menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba. Risiko beta (B) pada perusahaan bertumbuh mempunyai koefisien regresi–0,0153 dan nilai t sebesar –0,224 (p=0,413). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh risiko sistematik (beta) terhadap koefisien respon laba adalah tidak signifikan secara statistik pada alpha 5%. Namun koefisien respon untuk risiko beta (B) pada perusahaan tidak bertumbuh -0,292 dan nilai t sebesar –1,824 (p=0,040). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh risiko sistematik (beta) terhadap koefisien respon laba adalah negatif signifikan secara statistis pada alpha 5 %.

Persistensi laba koefisien regresi pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh adalah sebesar 0,0065 dan 0,143. Persistensi laba dijelaskan secara statistik signifikan pada alpha 5%. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya (Kormendi dan Lipe, 1987; Collins dan Kothari, 1989; Harikumar dan Harter, 1995). Pertumbuhan laba (EG), koefisien regresi pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh adalah sebesar –0,0492 dan –0,0277 untuk perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. Pertumbuhan laba dijelaskan secara statistik tidak signifikan pada alpha 5%. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya Collins dan Kothari (1989) yang menyatakan bahwa pertumbuhan laba (EG) berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba.

Struktur modal yang diukur dengan leverage (L), koefisien regresi pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh adalah sebesar -0,051 dan -0,0146 untuk perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. Leverage dijelaskan statistik signifikan pada alpha 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Dhaliwal (1991) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba

Size (SIZE) pada perusahaan bertumbuh mempunyai koefisien regresi–-0,271 dan nilai t sebesar –0,235 (p=0,408). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh risiko sistematik (beta) terhadap koefisien respon laba adalah tidak signifikan secara statistik pada alpha 5%. Namun koefisien respon untuk Size (SIZE) pada perusahaan tidak bertumbuh 5,782 dan nilai t sebesar 2,857 (p=0,004). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh Size (SIZE) terhadap koefisien respon laba adalah positif signifikan secara statistis pada alpha 5 %. 5. Pengujian Hipotesis 3

Pengujian hipotesis 3 adalah pengujian untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat perbedaan koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh. Metode analisis dalam pengujian hipotesis 3 digunakan chow test . Uji Chow-test dilakukan dengan perhitugan F-test dengan hasil F sebesar 3,831 > dari F-tabel 2,198 (tingkat signifikansi 0,05), maka simpulkan alternatif tiga. Berarti faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh memiliki koefisien yang berbeda dengan

Page 12: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan tidak bertumbuh. Selanjutnya dilakukan uji kesamaan koefisien (equality of coeficient) untuk masing-masing faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba terhadap koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh dan hasil dari uji t-hitung yang tercantum dalam tabel 6.

Insert Tabel 6: Hasil Uji t Determinan Koefisien Respon Laba (ERC)Berdasarkan data tabel 6 bahwa t-hitung dari variabel risiko beta (B) dan

persistensi laba (EP) lebih besar dari t-tabel maka simpulkan H1. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien risiko beta (B) dan persistensi laba (EP) pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien risiko beta (B) dan persistensi laba (EP) pada perusahaan tidak bertumbuh.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat ditarik secara umum: (1) Hasil pengujian pada perusahaan bertumbuh menunjukkan bahwa faktor persistensi laba mempengaruhi secara positif namun faktor struktur modal (leverage) mempengaruhi secara negatif terhadap koefisien respon laba; (2) Hasil pengujian pada perusahaan tidak bertumbuh menunjukkan bahwa faktor persistensi laba dan size memrpengaruhi secara positif namun faktor risiko beta dan struktur modal (leverage) mempengaruhi secara negatif terhadap koefisien respon laba; (3) Koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahan tidak bertumbuh; (4) Koefisien risiko beta dan persistensi laba pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien risiko beta dan persistensi laba pada perusahaan tidak bertumbuh. Namun koefisien prediktabilitas laba, pertumbuhan laba, leverage dan size pada perusahaan bertumbuh tidak berbeda dengan koefisien prediktabilitas laba, pertumbuhan laba, leverage dan size pada perusahaan tidak bertumbuh.

Dari hasil kesimpulan diatas, secara keseluruhan temuan dalam studi ini sesuai dengan prediksi, dimana pelaku pasar di BEJ terbukti bereaksi berbeda dalam pengambilan keputusan untuk kondisi emiten sebagai perusahaan bertumbuh atau perusahaan tidak bertumbuh. Meskipun peneliti telah berusaha merancang dan mengembangkan penelitian sedemikian rupa, namun ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain: (1)Data runtut waktu dalam penelitian ini dari tahun 1996-2001, sehingga melewati tahun 1997-1998 dimana terjadi perubahan struktural atas data pasar di BEJ. Adanya bias pada hasil penelitian ini tidak dapat dihindari; (2) Penelitian ini mengesampingkan signifikansi perhitungan koefisien dalam persamaan 1, yang selanjutnya digunakan sebagai variabel dependen pada persamaan 2. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan jumlah sampel yang mempunyai ketersediaan data secara konsisten selama 6 perioda.

Dengan mempertimbangkan hasil analisis dan simpulan diatas, maka membuka kesempatan penelitan pada peneliti berikutnya untuk melakukan: (1) Penelitian yang berkaitan dengan Koefisien respon laba (ERC) dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan life cycle perusahaan, corporate governance; (2) Peneliti berikutnya dapat menggunakan proksi dari IOS selain yang telah dipergunakan dalam penelitian ini; (3) Pengukuran unexpected earnings dapat menggunakan beberapa pengukuran misalnya laba operasi, laba bersih atau EPS. Membandingkan berbagai model perhitungan unexpected earnings yaitu antara model changes (seperti dalam penelitian ini) dengan model levels; (4) Peneliti berikutnya juga dapat menguji variabel baru sebagai determinan kualitas laba Lev dan

Page 13: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Thiagarajan (1993) sehingga dapat mempengaruhi perilaku investor dalam menentukan harga saham di pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Ball, R., and P. Brown, 1968. An Empirical Evaluation on Accounting Income Number. Journal of Accounting Research, 159-178.

Barclay, Michael J., Clifford W. Smith Jr., dan Ross L. watts, 1998, “ The Determinant Corporate Leverage and Dividend Policies,” dalam The New Corporate Finance, 1999, Edisi Kedua, Editor Donald H. Chew, Jr., Malaysia: Irwin McGraw-Hill.

Beaver, dan D. Morse, 1978,”What Determines Price-Earnings Ratio?,” dalam Financial Statement Analysis, George Foster, 1986, New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs.

Biddlle, G.C dan G.S. Seow, 1991, ‘The Estimation and Determinant of Associations between Return and Earnings: Evidence from Cross-Industry Comparisons”, Journal of Accounting, Audit and Finance (Spring): 183-232.

Chandrarin, G., 2002. The Impact of Accounting Methods of Translation Gains (Losses) on the Earnings Response Coefficients. Proceeding Articles on SNA 5, 24-35.

Chaney, P.K. dan D.C. Jeter, 1991, he Effect of Size on the Magnitude of Long window Earnings response Coefficients”, Contemporary Accounting Research 8, No.2 : 540-560.

Chung, Kee H., dan Charlie Charoenwong, 1991,”Investment Options, Assets in Place, and the Risk of Stocks”, Financial Management (Autum): 21-33

Cho, J.Y. dan K. Jung, 1991, “earnings Response Coefficients: A Synthesis of Theory and Empirical Evidence,” Journal of Accounting Literarture 10: 85-116.

Collins, D.W dan S.P. Kothari, 1989,”An Analysisi of Intertemporal and Crossectional Determinants of Earnings Response Coefficients”, Journal of Accounting and Economics 11: 143-182.

Dhaliwal, D.S., K.J. Lee dan N.L. Farger, 1991, “The assosiation between Unexpected Earnings and Abnormal Security Returns in the Presence of Financial Leverage”, Contemporary Accounting Research 8, No. 1: 20-41.

Dhaliwal, D.S, K.J. Lee dan S.S. Reynolds, 1994, “The Effect of the Default Risk of Debt on the Earnings Response Coefficients, ” The Accounting Review 69, No. 2 (April): 412-419.

Easton dan M. Zmijewski, 1989, “Cross-sectional Variation in The Stock Market Response to Accounting Earnings Announcements”, Journal of Accounting and Economics 11: 117-141.

Fitrijanti, Tettet dan J. Hartono, 2002,”Investment Opportunity Set: Kontruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 5, No. 1, Januari, Hal: 35-63.

Foster, G., 1986. Financial Statement Analysis, 2nd Edition. Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Page 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Gaver, Jennifer J., dan Kenneth M. Gaver, 1993,”Additional Evidence on the Association between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compesation Policies”’ Journal of Accounting and Economic , Page 125-160.

Ghozali, I., (2001), “Aplikasi Analisis Multivariat: dengan Program SPSS,” Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, D., 1995,”Basic Econometrics”, 3th Ed., Mc-Grawhill, New York.

Hair, J. F., R. E. Anderson, R. L. Tatham, and W.C. Black, 1995 “Multivariate Data Analysis”’Prentice hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Harikumar, T dan C.I. Harter, 1995, “Earnings Response Coefficient and Persistence: New Evidence using Tobin’q as a proxy for persistence”, Journal of Accounting, Auditing and Finance (Spring): 401-420.

Hartono, J., 1997, “The Effect of Timing and Order of Earnings and Dividend Changes of Stock Returns: A Test of Belief-Adjustment Theory” Disertasi Doktoral, Temple University.

Hartono, J., 1999 ‘Bias dari Penggunaan Model di MBAR,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 14, No. 1: 28-36.

Hartono, 1999,”Agency Cost Explanation for Dividen Payment,’Working paper, Universitas Gadjah Mada.

Hartono, J., dan Surianto, 1999, “Bias di Beta Sekuritas dan Koreksinya Untuk Pasar Modal yang Sedang Berkembang: Bukti Empiris di Bursa Efek Jakarta,” Makalah Seminar, Pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Forum Komunikasi Penelitian Manajemen dan Bisnis, UNDIP Semarang.

Jones, C.P., 1999. Investment: Analysis and Management. John Wliey & Sons, Inc., New York.

Kallapur, Sanjay dan Mark A. Trombley, 1999, ‘The Investment Opportunity Set: Determinants, Consequences and Measurement. Managerial Finance, Vol. 27, No. 3, hal: 3-15.

Kormendi, R dan R. Lipe, 1987, “Earnings Innovations, Earnings Persistance, and Stock Return”, Journal of Business 60:323-345.

Lev B., 1989, On the Usefullness of earnings and earnings research : Lessons and directions from two decades of empirical research. Journal of Accounting Research 27 (Supplement): 153-192.

Lipe, R.C., 1990,”The Relations Between Stock Return, Accounting Earnings, and Alternative Information”, Accounting Review (Januari): 49-71.

Myers, S., 1977, Determinants of Corporate borrowing, Journal of Financial Economics 5: 143-175.

Penman S. H., 1992, “Financial Statement Information and Pricing of Earnings Changes,” Accounting Review, July, Page 563-577.

Scott, W.R., 1997. Financial Accounting Theory. Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Sharma, Subhas, 1996, “Applied Multivariate Techniques”, New York: John Wiley and Sons, Inc.

Page 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Shevlin, T. dan D. Shores, 1993, “Firm Size, Security Returns and Expected Earnings: The Anomalous Signed-Size Effect”, Contemporary Accounting research 10, No. 1 (Fall): 1-30.

Smith, C. W. and R. L. Watts, 1992, “The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend and Compesation Policies”’ Journal of Financial Economics Vol. 23, Page 263-292.

Teets, Walter R. dan Charles E. Wasley, 1994, Estimating earnings response coefficients: Pooled versus firm-specific models, Journal of Accounting & Economics 21 279-295.

Lampiran-LampiranGambar 1: Model Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

Variabel ModeratingTabel 1. Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah PerusahaanPerusahaan manufaktur yang sudah go public sebelum 31 Desember 1996

144

Perusahaan yang tidak termasuk sampel (Saham tidak aktif dan data tidak lengkap)

(18)

Perusahaan manufaktur yang siap dipilih sebagai sampel

116

Tabel 2 Common Factor Analysis IOS

A. Communalities lima nilai IOSIOS PER CEBA CEMACommunalities 0,033 0,797 0,794B. Eigenvalues untuk pengurangan matrik korelasiFaktor 1 2 3Eigenvalues 1,625 0,987 0,388 C. Korelasi antara faktor dengan IOS IOS PER CEBA CEMA Faktor 0,183 0,893 0,891

DETERMINAN ERC(Risiko beta, Persistensi

Laba, Prediktabilitas Laba, Pertumbuhan Laba,

Leverage, Size)

KOEFISIEN RESPON LABA (ERC)

BERTUMBUH/TIDAK BERTUMBUH

Page 16: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Tabel 3 Common Factor Analysis IOS

A. Communalities lima nilai IOSIOS PER CEBA CEMACommunalities 0,033 0,797 0,794B. Eigenvalues untuk pengurangan matrik korelasiFaktor 1 2 3Eigenvalues 1,625 0,987 0,388 C. Korelasi antara faktor dengan IOS IOS PER CEBA CEMA Faktor 0,183 0,893 0,891

Tabel 4:Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Persamaan 2

Variabel BertumbuhSignifikan

Tidak BertumbuhSignifikan

B 0,331 0,818EP 0,089 0,688Epr 0,828 0,327EG 0,301 0,888L 0,857 0,506

SIZE 0,364 0,860

Tabel 5: Hasil Regresi Model Persamaan 2

VariabelBertumbuh Tidak Bertumbuh

Koefisien regresi

Standar Error

t P Koefisien regresi

Standar Error

t p

B -0,0153 0,068 -0,224 0,413 -0,2920 0,160 -1,824 0,040*EP 0,0065 0,002 3,235 0,002* 0,1430 0,065 2,194 0,019*

EPR 0,1190 0,257 0,465 0,323 0,1350 0,167 0,811 0,213EG -0,0492 0,065 -0,763 0,226 0,0277 0,049 0,568 0,288L -0,0510 0,024 -2,166 0,019* -0,0146 0,008 -1,926 0,033*

SIZE -0,2710 1,152 -0,235 0,408 5,7820 2,024 2,857 0,004*

*Signifikan secara statistik pada p<0,05; R2 0,395 untuk perusahaan bertumbuh*Signifikan secara statistik pada p<0,05; R2 0,319 untuk perusahaan tidak bertumbuh

Tabel 6: Hasil Uji t Determinan Koefisien Respon Laba (ERC)

Variabel t hitung p SimpulanB 1,734 Sig<0,05 BerbedaEP 2,435 Sig<0,05 BerbedaEpr 0,048 Sig>0,05 Tidak berbedaEG 0,883 Sig>0,05 Tidak berbedaL 1,286 Sig>0,05 Tidak berbeda

SIZE 1,175 Sig>0,05 Tidak berbeda

Page 17: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

Judul Penelitian

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koefosien Respon Laba Pada Perusahaan Bertumbuh Dan Tidak Bertumbuh

Peneliti 1:Dra. Fita Setiati, M.Si, Ak

Politeknik Universitas Brawijaya Malang

Peneliti 2 :Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA

Universitas Gadjah Mada Jogjakarta

Bidang KajianAkuntansi Keuangan dan Pasar Modal

Page 18: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien … · Web viewPerbedaan kebijaksanaan pendanaan dan deviden akan menimbulkan perbedaan respon pasar yang berbeda sehingga koefisien respon

CURICULUM VITEE

PENELITI I

I.Data Pribadi

Nama : Dra. Fita Setiati, M.Si, Ak

Tempat Tanggal Lahir : Madiun, 22 Mei 1967

Alamat Rumah : Perum Joyo Grand Blok F 1 /3 Malang

Alamat Kantor : Jl. Veteran PO. BOX 04 Malang

Hand Phone : 081555831619

E-Mail :

Agama : Islam

Status Perkawinan : -

Institusi : Politeknik Universitas Brawijaya Malang

Pekerjaan : Staf Pengajar

Pendidikan : S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang

: S2 Program Pascasarjana Magister Sains Akuntansi Konsentrasi Akuntansi Keuangan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi koefosien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh