98
UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR NI PUTU TINA ASTIARI Pembimbing dr. Made Sutarga, M.Kes PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS

PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN

KABUPATEN GIANYAR

NI PUTU TINA ASTIARI

Pembimbing

dr. Made Sutarga, M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

i

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS

PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN

KABUPATEN GIANYAR

NI PUTU TINA ASTIARI

1220025058

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS

PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN

KABUPATEN GIANYAR

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI PUTU TINA ASTIARI

1220025058

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersentasikan dan diujikan dihadapan

Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 27 Juni 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua (Penguji I)

dr. Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid

NIP. 19810404 200604 1 005

Penguji II

Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg

NIP. 19681120 200801 1 013

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan

Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 27 Juni 2016

Pembimbing

dr. I Made Sutarga, M.Kes

NIP. 19530821 198012 1 001

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan

Yang Maha Esa), Karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi pada

Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar Tahun 2016”

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Ni Luh Putu Suryani, SKM., MHlth & IntDev, selaku Kepala Bagian

Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

3. dr. I Made Sutarga, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan, koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid., selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik guna menyempurnakan

penulisan skripsi ini.

5. dr. I Gusti Ngurah Gede Putra selaku Kepala Puskesmas Payangan yang telah

memperikan ijin melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Payangan.

6. dr. I Made Udayana dan Staf Puskesmas Payangan yang telah memberikan

bantuan kepada peneliti.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

vi

7. Keluarga yang senantiasa memotivasi, memberikan dorongan dan dukungan

pada penulis, dan I Made Indra Suryawan yang telah mengantar dan membantu

dalam proses pengambilan data.

8. Teman-teman IKM12, teman-teman di peminatan Epidemiologi, dan teman-

teman I3 yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari

pembaca dalam rangka penyempurnaan dan proposal ini dapat bermanfaat bagi

pembaca kususnya.

Denpasar, 27 Juni 2016

Penulis

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

vii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Mei 2016

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki-

Laki Dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan

Kabupaten Gianyar

ABSTRAK

Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. American Heart Association

menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita

hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia pada penduduk diatas 18

tahun sebesar 25% berdasarkan pengukuran tekanan darah. Sedangkan di provinsi Bali

sekitar 19.9% pada tahun 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan,

Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan matching individual, dengan

total sampel sebanyak 76 orang. Variabel tergantung adalah hipertensi; variabel bebas

adalah riwayat keluarga, diabetes melitus, konsumsi garam, kebiasaan merokok,

aktivitas fisik, obesitas, dan konsumsi alkohol,dan variabel kendali adalah umur dan

tempat tinggal. Teknik sampilng menggunakan consecutive sampling. Analisa data

dilakukan secara bivariat (uji Mc Nemar) dan multivariat (Conditional Logistic

Regression).

Penelitian menemukan dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap

jadian hipertensi yaitu status obesitas dan riwayat keluarga dengan nilai OR masing-

masing sebesar 2.66 (95%CI: 0.9911-8.3205); dan 3.00 (95%CI: 1.0222- 8.8042).

Simpulannya adalah status obesitas dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko

yang signifikan terhadap terjadinya hipertensi pada laki-laki dewasa di Puskesmas

Payangan.

Kata kunci : hipertensi, kasus-kontrol, matching, faktor risiko

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

viii

The Risk Factors of Hyertention in Adults Male on Payangan Health

Center, Distric Payangan, Gianyar Regency

ABSTRACT

Hypertension often called the silent disease. The prevalence of hypertension in

Indonesia in the population above 18 years of 25% based on the measurement of blood

pressure. The objective of this study was to determine the factors that influence the

prevalence of hypertension in adult males cases in the community health center of

Payangan District in Gianyar Regency.

This study used a case-control design with maching individual. Total samples

were 76 people (38 cases and 38 controls). The sampilng technique used was

consecutive samping. The dependent variable was hypertension and the independent

variabel was family history, diabetes melitus, salt intake, smoking habits, physical

activity, obesity, and alcohol consumption. Analysis of the data was bivariate

(McNemar) and multivariate (Conditional Logistic Regression).

The results from the study there were two variables was a risk factors of

hypertension namely obesity status OR= 2.66 (95% CI: 0.9911-8.3205) and family

history OR= 3 (95% CI: 1.0222- 8.8042), whereas diabetes mellitus, salt intake,

smoking habits, physical activity, and alcohol consumption were not statistically found

as a risk factor for hypertension.

The conclusion from the study were the risk factors of hypertension in aduls

males in the community health center of Payangan were obesity status, and family

history.

Keywords: hypertension, case-control, matching, risk factors

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 6

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi ............................................................... 8

2.2 Epidemiologi Hipertensi ................................................................................ 9

2.3 Batasan Hipertensi ....................................................................................... 10

2.4 Penyebab Hipertensi .................................................................................... 10

2.5 Gejala Hipertensi ......................................................................................... 11

2.6 Faktor Risiko Hipertensi ............................................................................. 11

2.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol ..................................................... 11

2.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol ............................................................... 13

2.7 Komplikasi Hipertensi ................................................................................. 18

2.8 Pengobatan Hipertensi ................................................................................. 19

2.9 Strategi Manajemen ..................................................................................... 21

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

x

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL ......................... 23

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 23

3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 24

3.3 Variabel dan Definisi Oprasional ................................................................ 25

3.3.1 Variabel Penelitian ............................................................................... 25

3.3.2 Definisi Operasional............................................................................. 26

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 29

4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 29

4.2 Populasi Penelitian ...................................................................................... 29

4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ............................... 29

4.3.1 Sampel .................................................................................................. 29

4.3.2 Cara Matching ...................................................................................... 29

4.3.3 Kriteria Sampel .................................................................................... 30

4.3.4 Besar Sampel ........................................................................................ 30

4.3.5 Cara Pengambilan Sampel ................................................................... 32

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 32

4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 32

4.5.1 Instrumen Penelitian............................................................................. 32

4.5.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33

4.6 Pengolahan dan Teknik Analisa Data.......................................................... 34

4.6.1 Pengolahan Data................................................................................... 34

4.6.2 Teknik Analisa Data ............................................................................. 35

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 37

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 37

5.2 Karakteristik Responden ............................................................................. 38

5.2.1 Tingkat Pendidikan .............................................................................. 38

5.2.2 Status Bekerja....................................................................................... 39

5.2.3 Alamat Responden ............................................................................... 40

5.2.4 Umur .................................................................................................... 41

5.3 Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi .................................. 41

5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi ............................. 45

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 47

6.1 Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi ...................................... 47

6.2 Pengaruh Riwayat Keluarga Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi ..... 48

6.3 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi......................... 50

6.4 Pengaruh Konsumsi Garam Terhadap Kejadian Hipertensi ........................ 52

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

xi

6.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi ................... 53

6.6 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi ............................ 55

6.7 Pengaruh Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi ..................... 57

6.8 Kelemahan Penelitian .................................................................................. 58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 58

7.1 Simpulan ...................................................................................................... 59

7.2 Saran ............................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 62

LAMPIRAN ............................................................................................................... 64

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7 ................................................... 8

Tabel 2.2 Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)....................................................... 13

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 26

Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Bivaria ................................................................... 35

Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Multivariat ............................................................. 36

Tabel 5.1 10 Besar Penyakit di Puskesmas Payangan pada Tahun 2015................... 38

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Payangan Tahun 2016 ............................................................. 39

Tabel 5.3 Distribusi Status Bekerja pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Payangan Tahun 2016 ............................................................. 39

Tabel 5.4 Distribusi Alamat Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Payangan Tahun 2016 ............................................................................... 40

Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki yang

Berusia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016 ... 42

Tabel 5.7 Analisis Multivariat Terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Payangan

Tahun 2016 .................................................................................................. 45

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Risiko Hipertensi .................................... 23

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Lampiran 5 Ethical Clearance Penelitian

Lampiran 6 Surat-Surat (Kesbang & Litbang)

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik (STATA)

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

% : Persen

< : Lebih kecil

> : Lebih besar

p : Probabilitas

Daftar Singkatan

JNC7 : The Sevent Report of The Joint Nasional

TDS : Tekanan Darah Sistolik

TDD : Tekanan Darah Diastolik

TD : Tekanan Darah

WHO : World Health Organzation

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Depkes : Departemen Kesehatan

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Dinkes : Dinas Kesehatan

IMT : Indek Masa Tubuh

TB : Tinggi Badan

BB : Berat Badan

CI : Confident Interval

OR : Odd Ratio

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di

Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi

menjadi penyakit tidak menular. Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan

terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk

yang mengakibatkan masyarakat mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat, misalnya

kurangnya aktivias fisik, kebiasaan merokok, makanan tinggi lemak dan kalori, serta

kebiasaan mengonsumsi alkohol, diduga menjadi faktor risiko terjadinya penyakit

tidak menular (Rahajeng & Sulistyowati, 2011). Salah satu penyakit degeneratif yang

ada kaitannya dengan faktor risiko tersebut adalah penyakit hipertensi (Sarwanto,

2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat

menyerang semua kelompok umur (Divine, 2012). Umumnya tekanan darah

bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Kebanyakan pasien

mempunyai tekanan darah pre-hipertenai sebelum mereka didiagnosisi menderita

hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi tersebut terdiagnosis pada umur

diantara dekade ketiga dan dekade kelima (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, 2006).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh

angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

2

dengan menggunakan alat ukur tekanan darah, keadaan peningkatan tekanan darah ini

dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi

ventrikel kanan (Pudiastuti, 2011).

American Heart Association menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas

20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95%

kasus tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2013). Data Global Status Report

on Noncommunicable Disease (2010) menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang

memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Menurut WHO

yang dikutip oleh Rahajeng (2009) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit

tidak menular akan menyebabkan 73 % kematian dan 60% kesakitan di dunia, dan

diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang

termasuk Indonesia.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan bahwa

di Indonesia penyakit hipertensi sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan.

Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia namun juga menyerang

kelompok usia produktif. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia pada penduduk

usia ≥18 tahun berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah sebesar 25,8%. Jika

dilihat berdasarkan provinsi, pada tahun 2013 prevalensi kejadian hipertensi tertinggi

terjadi di Bangka Belitung (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi

di Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional prevalensi kejadian hipertensi pada tahun

2013 di provinsi Bali adalah sebesar 19,9%, pada tahun 2013 jumlah penduduk

Indonesia adalah sebesar 252.124.458 jiwa dan jumlah penduduk di provinsi Bali

sebanyak 4.225.384 jiwa, maka dapat diketahui jumlah individu yang absolut

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

3

menderita hipertensi di provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 840.851 jiwa hal ini

menunjukan bahwa hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di provinsi Bali.

Pada Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014, berdasarkan pola 10 besar

penyakit pada pasien rawat jalan di RSUD di Provinsi Bali kejadian hipertensi

kususnya hipertensi essensial (Primer) menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah kasus

sebesar 6.801 kasus. Sedangkan berdasarkan pola 10 besar penyakit terbanyak pada

pasien di puskesmas di provinsi Bali tahun 2014 hipertensi essensial juga menduduki

pringkat ke-2 (158.262 kasus) disusul pharingitis, kecelakaan, dermatitis kontak alergi,

penyakit lain pada saluran nafas. Hasil Riskesdas Provinsi Bali tahun 2013,

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di provinsi Bali

berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebesar 19.9% dan berdasarkan

wawancara tentang penyakitnya sebesar 8.7%. Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota

prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah adalah di

kabupaten Bangli yaitu 23.9% sedangkan di kabupaten Gianyar prevalensinya sebesar

13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali masih tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Tahun

2014, penyakit hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian, pada tahun 2014

jumlah kematian akibat hipertensi di Kabupaten Gianyar sebanyak 34 kasus. Jika

dilihat dari kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan penyakit hipertensi menempati

urutan pertama jumlah kunjungan terbanyak dengan total kunjungan kasus baru

sebanyak 2081 kasus dan sebanyak 7438 kasus lama dengan prevalensi sebesar 20,3%

berdasakan total kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan berdasarkan

Unit Pelaksana Teknis (UPT) jumlah kunjungan kasus hipertensi paling banyak yaitu

di Puskesmas Payangan.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

4

Pada data 10 besar penyakit di Puskesmas Payangan Tahun 2015, kejadian

hipertensi mendudukin peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah kasus kunjungan

2.231 (12.82%), hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi

di Puskesmas Payangan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan kasus baru penderita

hipertensi selama tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2013 sebayak 638 kunjung;

tahun 2014 sebanyak 447 kunjungan; dan pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus

baru hipertensi sebesar 1.209 orang, berdasarkan uraian data tersebut dapat dilihat

bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan penderita hipertensi ke puskesmas pada

tahun 2013 dan 2014 namun pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus hipertensi

kembali meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gama (2013) terhadap

penyebab ketidak patuhan kontrol penderita hipertensi di Puskesmas Payangan pada

studi pendahuluan didapatkan hasil 55% penduduk memiliki gaya hidup yang tidak

sehat seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

Jika dilihat dari data jumlah kunjungan kasus hipertensi tahun 2015 di Puskesmas

Payangan, maka jumlah kasus baru hipertensi sebanyak 1.209 orang. Berdasarkan

jenis kelamin, di Puskesmas Payangan penduduk yang lebih banyak menderita

hipertensi adalah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 666

kunjungan kasus. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kelomok umur, penduduk yang

berada diwilayah kerja Puskesmas Payangan adalah penduduk yang berada pada

kelumpok umur 60-69 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 312 (Laporan Tahuna

UPT Kesmas Payangan, 2015).

Melihat kecenderungan hipertensi terjadi pada usia lanjut dan lebih tinggi pada

jenis kelamin laki-laki dibandingakan jenis kelamin perempuan, maka dipandang perlu

untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

5

pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan

Kabupaten Gianyar, mengingat di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian

sejenis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kejadian hipertensi

masih sangat tinggi di Puskesmas Payangan dengan kecenderungan kejadian

hipertensi terjadi lebih banyak pada usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki lebih

berisiko dibandingakan jenis kelamin perempuan, dengan demikian maka perlu

dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada laki-

laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah status obesitas berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Payangan ?

2. Apakah riwayat keluarga hipertensi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?

3. Apakah diabetes melitus berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Payangan ?

4. Apakah konsumsi garam berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Payangan?

5. Apakah kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Payangan ?

6. Apakah aktivitas fisik berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Payangan?

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

6

7. Apakah konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Payangan

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki

dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabuaten

Gianyar Tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh status obesitas terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Payangan

2. Untuk mengetahui pengaruh riwayat keluarha hipertensi terhadap kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

3. Untuk mengetahui pengaruh diabetes melitus terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Payangan

4. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Payangan

5. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Payangan

6. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Payangan

7. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Payangan

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

7

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoritis yang

dapat diuraikan sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat menambah wawasan serta konsistensi antara teori dengan hasil

penelitian bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

hipertensi.

2. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di

wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan informasi kepada Puskesmas Payangan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di

wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar sehingga dapat

dilakukan upaya pencegahan.

2. Untuk memberikan masukan kepada Puskesmas Payangan sehingga pihak

puskesmas dapat membuat program pencegahan atau skrining hipertensi

lebih dini dan tepat, sesuai dengan faktor risiko yang paling mempengaruhi

kejadian hipertensi di wilayah kerja puskesmas Payangan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah epidemiologi penyakit tidak menular, yaitu

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki

dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar pada tahun 2016.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik menunjukkan fase

darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik menunjukkan fase darah

kembali ke dalam jantung (Kemenkes RI, 2013).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh

angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah

dengan menggunakan alat ukur tekanan darah. Hipertensi juga berarti tekanan tinggi

didalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari

jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (pudiastuti, 2011).

Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Join Nasional (JNC

7) sebagai berikut :

Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7

SBP (mmHg) DBP (mmHg) Klasifikasi JNC 7

< 120 < 80 Normal

120-139 80-90 Pre Hipertensi

140-159 90-99 Hipertensi derajat I

>160 >100 Hipertensi derajat II

(Sumber : Depkes RI, 2013)

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

9

2.2 Epidemiologi Hipertensi

Berdasarkan The Seventh Report of the Joint Nasional Comminitte on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Preassure, 58 juta

penduduk Amerika atau 29% penduduk menderita hipertensi. Ini menunjukkan

peningkatan 30% selama selama dasawarsa sebelumnya (Divine, 2012).

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi

hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Hipertensi terkontrol berarti mereka

menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi (Mannan dkk,

2012). Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran termasuk kasus

kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%, dengan prevalensi

tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua

Barat (20,1%). Jika dilihat berdasarkan proporsi usianya, kelompok usia 25-34 tahun

mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan dengan usia 18-24 tahun. Risiko

hipertensi meningkat secara bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan

kelompok usia ≥75 tahun berisiko 11,53 kali. Berdasarkan jenis kelamin proporsi laki-

laki lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan yaitu sebesar 1,25 kali ( Rahajang

& Sulistiyowati, 2009). Di provinsi Bali berdasarkan hasil Riskesdas (2013) kejadian

hipertensi sebesar (19,9%), pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia adalah

sebesar 252.124.458 jiwa dan jumlah penduduk di provinsi Bali sebanyak 4.225.384

jiwa maka dapat diketahui jumlah individu yang absolut menderita hipertensi di

provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 840.851 jiwa hal ini menunjukan bahwa

hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di provinsi Bali. Jika dilihat berdasarkan

kabupaten/kota prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah

adalah di kabupaten Bangli yaitu 23.9% sedangkan di kabupaten Gianyar

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

10

prevalensinya sebesar 13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali

masih tinggi.

2.3 Batasan Hipertensi

Pudiastuti (2011) menyatakan bahwa kenaikan tekanan darah diastolik

merupakan faktor risiko yang lebih berpengaruh daripada peningkatan tekanan darah

sistolik, tapi saat ini pada orang-orang yang berusia 50 tahun menunjukkan bahwa

tekanan darah sistolik lebih berisiko.

Batasan hipertensi yag digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg dan TDD

>95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka hipertensi dibedakan

menjadi:

1. Hipertensi ringan : TDD 90-110

2. Hipertensi sedang : Tdd 110 -130

3. Hipertensi berat : > 130

WHO memakai tekanan diastolik sebagai tekanan yang lebih tepat digunakan untuk

menentukan ada tidaknya hipertensi (Widyaningtyas, 2009).

2.4 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya atau etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder (hipertensi renal).

a. Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial terjadi pada 90 % dari penderita hipertensi

(Kemenkes RI, 2013). Faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,

hiperaktivitas sistem simpatis, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

11

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisistemia. Hipertensi primer

biasanya timbul pada kelompok umur 30-50 tahun (Pudiastuti, 2011)

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya

adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan

hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Kemenkes RI, 2013)

2.5 Gejala Hipertensi

Menurut Pudiastuti (2011), gejala dari penyait hipertensi adalaah pengelihatan

kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya

tekanan intra kranial, edema dependent, adanya pembengkakan akibat adanya

peningkatan kapiler.

2.6 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi dapat dibedakan menjadi

dua yaitu faktor yang dapat di kontrol dan faktor yang tidak dapat di kontrol.

2.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol

1. Umur

Semakin bertambahnya umur elastisitas pembuluh darah semakin

menurun dan terjadi kekakuan dan perapuhan pembuluh darah sehingga aliran

darah terutama ke otak menjadi terganggu, seiring dengan bertambahnya usia

dapat meningkatkan kejadian hipertensi (Gama, dkk., 2014).

Berdasarkan penelitian prevalensi hipertensi dan determinannya di

Indonesia tahun 2009 didapatkan hasil kelompok usia 25-34 tahun mempunyai

risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

12

meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dari kelompok usia ≥75

tahun berisiko 11,53 kali (Rahajang & Sulistyowati, 2009).

2. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada kejadian hipertensi, dimana pria lebih

berisiko menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan risiko sebesar 2,29 kali

untuk meningkatkan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang

cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.

Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita

meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hal ini terjadi diakibatkan oleh faktor

hormon yang dimiliki wanita.

Berdasarkan penelitian cross sectional di Kosovo menunjukkan bahwa

pria lebih berisiko menderita hipertensi dengan nilai OR= 1,4 hal ini berarti laki-

laki lebih berisiko terkena hipertensi 1,4 kali dibandingkan dengan perempuan

(Hashani, 2014; Aripin, 2015).

3. Keturunan

Riwayat hipertensi yang di dapat pada kedua orang tua, akan

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi esensial. Orang yang memiliki keluarga

yang menderita hipertensi, memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi

esensial. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga tersebut memiliki risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya antara potassium

terhadap sodium (Hanyawanita, 2008; Widyaningtyas, 2009).

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari

orang tua memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai

25% kemungkinan menderita pula. Jika kedua orang tua menderita hipertensi

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

13

maka kemungkinan 60% keturunanya akan menderita hipertensi. Hasil penelitian

case control yang dilakukan di Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun

2012 berdasarkan uji chi square dapatan hasil bahwa riwayat keluarga

berhubungan dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR 4.36 hal ini berarti

orang yang memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi 4.36 kali lebih berisiko

untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang tidak memiliki keluarga

dengan riwayat hipertensi (Mannan, 2012)

2.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol

1. Obesitas

Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan

tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-satunya

penyebab hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang dengan obesitas jauh

lebih besar, risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal (Buku Pedoman

Hipertensi, 2010).

Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan dengan pengukuran IMT,

berikut merupakan klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT) orang Indonesia :

Tabel 2.2Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)

IMT (Kg/cm2) Katagori Keadaan

< 17

17.0 – 18,5

Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat

ringan

Kurus

18,5 – 25.0 Normal

>25.0 - > 27.0

>27

Kelebihan berat badan tingkat ringan

Kelebihan berat badan tingkat berat

Gemuk

(Sumber : Buku Pedoman Hipertensi, 2010)

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

14

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan pada laki-laki dewasa

di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung didapakan hasil pada hasil analisis

regresi logistik diperoleh nilai OR=1.664. Hal ini berarti laki-laki dewasa yang

menderita obesitas di wilayah kerja Puskesmas Petang I mempunyai risiko 1.664

kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak

obesitas. Obesitas Meningkatkan pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur

gula darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya

meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio lingkar

pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan hipertensi

(Widyaningtyas, 2009).

Penelitian cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Tegal Murni,

Cikarang Barat pada Tahun 2012 dengan 75 responden didapatkan hasil bahwa

ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan hipertensi (p<0,05) dengan nilai

OR 51.1 hal ini berarti orang yang mengalami obesitas 51.1 kali lebih berisiko

terkena hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Penelitian

tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan dengan kejadian

hipertensi ( Anggara, F & Nanang, 2013).

2. Diabetes Melitus

Diabetes Militus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah

(gula sederhana) di dalam darah tinggi. Di Indonesia DM dikenal juga dengan

istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang

prevalensinya kian meningkat. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika

memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL

(Pudiastuti, 2011).

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

15

3. Konsumsi Alkohol

Awalnya alkohol merupakan minuman rutin (staple drink), karena lebih

aman dan lebih lebi bersih dari air bahkan alkohol juga digunakan sebagai

pengobatan medis. Namun menjelang akhir abad kesembilan belas alkohol

dipandang sebagai ancaman bagi kesehatan karena dapat menyebabkan

kecanduan (White, 2012).

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,

diduga pengikatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Beberapa studi

menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan konsumsi alkohol,

efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar

2-3 gelas ukuran stadar setiap harinya.

Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebih berpengaruh

terhadap kejadian hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh

asuman alkohol yang berlebih dikalangan pria separuh baya (Direktorat

Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006)

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2013 didapatkan

hasil berdasarkan uji chi square bahwa dari 104 responden, yang mengonsumsi

alkohol sebanyak 10% dengan OR sebesar 4.54 hal ini berarti orang yang

mengonsumsi alkohol 4.54 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi

dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi alkohol (Talumewo, M. C,

2013). Penelitian lain yang dilakukan di Desa Sidmen, Kecamatan Karangasem

pada prevalensi dan faktor risiko terjadinya hipertensi didapatkan hasil bahwa

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

16

responden yang memiliki riwayat konsumsi alkohol didapatkan 6,2% responden

memiliki riwayat mengonsumsi alkohol. Selain itu didapatkan pula hubungan

yang positif antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi yaitu nilai

p=0,891 (Adnyani, 2014)

4. Kebiasaan Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihispa

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga

dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan kebutuhan oksigen

untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi

semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes RI,

2006)

Berdasarkan hasil penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas

Baturiti II terhadap hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada

laki-laki umur 40 tahun keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai

OR 2,925. Hal ini berarti laki-laki umur 40 tahun ketas sebagai perokok berat

mempunyai risiko 2,952 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan

dengan perokok ringan/ tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis

beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosisi racun akan

mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal

ini bagi perokok berat akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan perokok

ringan (Widya, 2012)

5. Aktivitas Fisik

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Petang

I Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

17

wanita lansia yang aktivitas fisiknya tidak aktif sebagian besar menderita

hipertensi dengan derajat ringan (51,4%) dengan nilai OR= 2,912. Artinya wanita

usia lanjut yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif memiliki risiko 2,912 kali

untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan wanita usia lanjut yang aktif

secara fisik (Sucipta, 2009)

Penelitian case control yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kalibawang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai OR= 2,33 hal

ini berarti lansia yang tidak beraktivitas fisik akan meningkatkan risiko kejadian

hipertensi sebesar 2,33 kali dibandingkan dengan lansia yang beraktivias fisik

(Lewa, dkk, 2010).

6. Konsumsi Garam

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik

cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan

volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi

respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada

masyarakat yang mengonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan

tekanandarah rata-rata rendah, sedangkan pada mayarakat asupan garam sekitar

7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi (Direktorat Pengendalian Penyakit

Tidak Menular, 2006).

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Petang

Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada

wanita lansia yang konsumsi garamnya tinggi sebagian besar menderita hipertensi

dengan derajat berat, yaitu sebanyak 84,2% dengan nilai OR 5.467. Artinya

wanita usia lanjut yang konsumsi garamnya tinggi 5.467 kali lebih berisiko

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

18

menderita hipertensi derajat berat dibandingkan dengan wanita lanjut usia yang

konsumsi garamnya rendah (Sucipta, 2009).

2.7 Komplikasi Hipertensi

Menurut Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik (2006) hipertensi adalah

faktor risiko utama untuk penyait serebrovasuler (stroke, trasient ischemic attack),

penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dan atrial fibrilasi.

Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak endothel arteri dan

mempercepat atherosklerosis. Kompilkasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ

tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah.

a. Otak

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penyumbatan atau

terputusnya pembuluh darah pada otak. Tekanan darah yang tinggi secara

signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke.

b. Jantung

Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur

sebagai akibat dari hipertensi, jantung makin sulit memompa darah secara efisien

ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak jantung dan

menghambat kerjanya. Terjadilah gagal jantung, bisa juga terjadi serangan

jantung. ini terjadi jika arteri koronari menyempit, kemudian darah menggumpal.

Kondisi ini berakibat bagi otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria

mati, serangan jantungpun terjadi.

c. Ginjal

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

19

Hipertensi yang tidak terkontrol juga berdampak pada ginjal, yang dapat

memperlemah dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini

bisa menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.

d. Mata

Pembuluh darah pada mata juga bisa terkena dampaknya yaitu terjadi penebalan,

penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi ini dapat

menyebabkan hilangnya pengelihatan.

2.8 Pengobatan Hipertensi

Menurut Pudiastuti (2011), pengobatan pada hipertensi bertujuan untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas serta mengontrol tekanan darah artinya tekanan

darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak menggangu fungsi ginjal, otak,

jantung, maupun kualitas hidup. Dalam pengobatan hipertensi ada dua cara yang

dilakukan yaitu pengobatan nonfarmakologik dan pengobatan farmakologik.

1. Pengobatan nonfarmakologik

Pengobatan non farmakologi lebih berfokus pada perubahan gaya hidup adapun

yang dapat dilakukan adalah :

a. Pengurangan berat badan

Penderita hipertensi yang menderita obesitas dianjurkan untuk menurunkan

berat badan, membatasi asupan kalori dengan latihan fisik yang teratur.

b. Berhenti merokok

Merokok berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi merupakan faktor

utama penyebab penyakit kardiovaskuler. Penderita hipertensi sebaiknya

dianjurkan untuk berhenti merokok.

c. Menghindari alkohol

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

20

Alkohol meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap

obat anti hipertensi. Penderita hipertensi yang meminum alkohol sebaiknya

membatasi asupan etanol sekitar satu ons per hari.

d. Membatasi asupan garam

Kurangi asupan garam hingga kurang dari 100 mmol perhari atau kurang

dari 2,3 gram nitrat. Penderita hipertensi juga dianjurkan untuk menjaga

asupan kalsium dan magnesium.

e. Melakukan aktivitas fisik

Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas fisik

secara aman, sedangkan penderita hipertensi dengan kompilkasi seperti

penyakit jantung atau masalah kesehatan lainnya yang memerlukan

pemeriksaan yang lebih lengkap misalnya dengan exercise test dan bila

perlu mengikuti program rehabilitasi dibawah pengawasan dokter.

2. Pengobatan farmakologik

Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan

pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi yang diderita, kelainan

organ dan faktor-faktor lain. Penyakit hipertensi dapat diatasi dengan

memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika

modifikasi gaya hidup tidak berhasil.

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi dapat dibagi menjadi beberapa

golongan yaitu, diuritik yang dapat mengurangi curah jantung, beta bloker,

penghambat ACE, antagonis kalsium yang dapat dapat mencegah vasokonstrikasi.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

21

2.9 Strategi Manajemen

Upaya pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut Perhimpunan Dokter

Hipertensi Indonesia (2014) dapat dilaukan dengan pencegahan primer, pencehan

sekunder, dan pencegahan tersier.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ditujukan kepada individu yang belum terkena hipertensi.

Adapun beberapa setrategi yang dapat dilakukan antara lain:

a. Penurunan berat badan dengan target mempertahankan berat badan pada

kisara indek masa tubuh 18,5-22,9 kg/m2

b. Mengadopsi program diet sehat sesuai dengan Dietary Approaches to Stop

Hypertension (DASH), yaitu banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran,

serta produk yang mengandung susu rendah lemak.

c. Mengurangi asupan garam sehari-hari, yaitu kurang dari 6 g Natrium Klorida

atau setara dengan satu sendok teh garam dapur.

d. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik secara teratur seperti jalan kaki selama

30 menit, dengan frekuensi 4-6 kali/minggu

e. Tidak merokok

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada pasien hipertensi yang belum mengalami

kerusakan organ target. Tujuannya untuk mencegah atau menghambat timbulnya

kerusakan organ target. Dilakukan dengan penyuluhan mengenai keruskan target

organ dan pentingnya kepatuhan dan menjaga program pengobatan, pengobatan

yang adekuat untuk mencapai TD target, dan detesi dini kerusakan organ target

dan risiko kardiovaskuler total sejak awal pengobatan hipertensi.

3. Pencegahan Tersier

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

22

Pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan terjadinya kecacatan lebih

lanjut pada pasien hipertensi yang telah mengalami kerusakan organ. Pencegahan

tersier memerlukan pendekatan interdisiplin yang dilakukan di rumah sakit

rujuka. Tatalaksan terhadap kerusakan organ target yang telah terjadi harus

dilakukan sedini mungkin.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

23

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Risiko Hipertensi

1. Umur

2. Keturunan

3. Urban/rural

4. Geografis

5. Jenis Kelamin

Faktor risiko yang tidak

dapat di kontrol

1. Konsumsi Garam

2. Merokok

3. Aktivitas Fisik

4. Obesitas

5. Konsumsi Alkohol

6. Diabetes Melitus

Faktor risiko yang dapat di

kontrol

Hipertensi

2. Riwayat Keluarga

= Diteliti

= Tidak diteliti

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

24

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor

yang memengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa. Berdasarkan kerangka

konsep diatas ada banyak faktor yang dapat berpengaruh pada kejadian hipertensi.

Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikontril atau dikendalikan antara lain umur,

jenis kelamin, ras/suku, geografis dan genetik. Sedangkan faktor-faktor risiko yang

dapat dikontrol antara lain konsumsi garam, kebiasaan merokok, kegemukan, aktivitas

fisik, penyakit diabetes melitus, kebiasaan konsumsi alkohol.

Faktor perilaku berkaitan dengan gaya hidup atau pola makan yang tidak sehat

seperti merokok, konsumsi garam yang berlebih, obesitas serta kurangnya olahraga

atau aktivitas fisik berpengaruh terhadap curah jantung sehingga akan berdampak pada

tekanan darah. Semakin bertambahnya umur akan semakin tinggi pula kenaikan

tekanan darah sehingga risiko untuk terkena hipertensi lebih besar pada usia yang lebih

tua dibandingkan dengan usia muda.

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Status obesitas berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas

Payangan

2. Riwayat keluarga menderita hipertensi berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi di Puskesmas Payanag

3. Diabetes melitus berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas

Payangan

4. Konsumsi garam berlebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Payangan

5. Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi Puskesmas

Payangan

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

25

6. Aktivitas fisik berpengarih terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas

Payangan

7. Konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas

Payangan

3.3 Variabel dan Definisi Oprasional

Pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel, dan definisi operasional

variabel yang dapat diuraikan sebagai berikut.

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel tergantung (Dependent)

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Hipertensi

b. Variabel bebas (Independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Riwayat Keluarga, Diabetes

Melitus, Konsumsi Garam, Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Obesitas, dan

Konsumsi Alkohol.

c. Variabel kendali

Variabel kendali dalam penelitian ini adalah Umur dan Tempat Tinggal.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

26

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur & Hasil

Ukur

Rencana Analisis Skala

Hipertensi Tekanan darah yang diukur

berdasarkan diagnosis

dokter di puskesmas yaitu

tekanan darah sitolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan

darah diastolik ≥ 90 mmHg

Catatan medik

puskesmas.

Hasil ukurnya adalah

hipertensi dan tidak

hipertensi

0. Tidak hipertensi

1. Hipertensi

Nominal

Konsumsi

Garam

Kebiasaan responden

mengkonsumsi makanan

dengan kadar garam tinggi

diluar keadaan normal pada

umumnya, sebelum

didiagnosis hipertensi oleh

tenaga kesehatan (Aripin,

2015)

Kuesioner

Hasil ukurnya adalah

konsumsi garam rendah

atau tinggi

0. Konsumsi garam

rendah jika skor

<75%

1. Konsumsi garam

tinggi jika skor >

75%

(Widyaningtiyas,

2009)

Nominal

Kebiasaan

Merokok

Kebiasaan menghisap

rokok yang aktif oleh

responden dan masih

berlangsung saat

wawancara atau memiliki

riwayat merokok yang

meliputi jumlah rokok yang

dihisap responden perhari,

dan umur responden mulai

merokok

Kuesioner

Hasil ukurnya adalah

jumlah rokok yang

dihisap

Jumlah rokok yang

dihisap :

0. Perokok ringan

atau tidak

merokok, jika

skor <75%

1. Perokok berat,

jika skor >75%

(Widyaningtiyas,

2009)

Nominal

Obesitas Indek Masa Tubuh

seseorang yang diperoleh

dari hasil perhitungan berat

badan dalam kg dibagi

dengan tinggi badan dalam

Menimbang BB dengan

timbangan (kg) dan TB

dengan meter kemudian

dihitung dengan rumus

IMT = BB (kg)/TB(m2)

0. Tidak Obesitas

jika IMT < 25

1. Obesitas jika IMT

>25-27

(Sucipta, 2009)

Nominal

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

27

meter kuadrat. (Aripin,

2015)

Sehingga didapatkan

hasil ukur obesitas atau

tidak obesitas

Aktivitas

fisik

Kebiasaan responden

melakukan aktivitas fisik

seperti bekerja dan latihan

kesegaran jasmani di dalam

rumah ataupun diudara

terbuka seperti jalan, jalan

santai, jalan cepat, lari,

senam, bersepeda minimal

dilakukan selama 30 menit,

3-5 kali dalam seminggu

Kuesioner

Hasil ukur adalah

responden yang aktif

dan tidak aktif

0. Aktif jika skor >

75 %

1. Tidak aktif jika

skor <75%

Nominal

Umur Umur responden dihitung

berdasarkan tahun lahir

sampai saat dilakukan

wawancara

Kuesioner

Hasil ukurnya adalah

katagori usia responden

1. 40-55 tahun

2. 56 -69 tahun

3. > 70 tahun

Ordinal

Riwayat

Keluarga

Riwayat hipertensi dari

keluarga langsung (bapak,

ibu) dan keluarga tidak

langsung (kakek dan nenek)

Kuesioner

Hasil ukur adalah

responden memiliki

riwayat hipertensi atau

tidak

0. Tidak ada

keturunan

hipertensi

1. Ada keturunan

hipertensi

Nominal

Konsusmsi

Alkohol

Kebiasaan responden

mengonsumsi minuman

beralkohol dan masih

berlangsung saat

wawancara

Kuesioner 0. Konsumsi

Alkohol rendah,

jika skor <75%

1. Konsumsi

Alkohol tinggi,

jika skor >75%

(Buku Pedoman

Hipertensi, 2006)

Nominal

Diabetes

Melitus

Riwayat responden pernah

menderita Diabetes Melitus

dan atau Sedang Menderita

Diabetes Melitus saat

dilakukan wawancara

Kuesioner 0. Tidak ada riwayat

diabetes melitus

1. Ada riwayat

diabetes melitus

Nominal

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

28

Pendidikan Jenjang pendidikan formal

yang pernah dilalui

responden

Kuesioner 1. SD

2. SLTP/sederajat

3. SLTA/sederajat

4.Akademi/ Perguruan

Tinggi

5. Tidak Sekolah

Ordinal

Pekerjaan Suatu kegiatan yang

dilaksanakan secara rutin

dan mendapat imbalan

berupa uang/ dalam bentuk

materi yang dapat

menunjang kebutuhan

hidup

Kuesioner 1. PNS/ABRI/PORLI

2. Swasta

3. Petani/Buruh

4. Tidak Bekerja

5. Lain-lain

Ordinal

Alamat Alamat tempat tinggal

responden sampai saat

dilakukan wawancara

Kuesioner

Hasil ukur adalah

katagori tempat tinggal

responden berdasarkan

desa.

1. Melinggih

2. Buahan

3. Bukian

4. Kelusa

5. Puhu

6. Kerta

Ordinal

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

29

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik observasional dengan

pendekatan retrospektif atau case control berpasangan dengan matching pada umur,

tempat tinggal, desain penelitian ini digunakan karena menganalisis hubungan antara

paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol

lalu mengukur status paparan kedua kelompok tersebut (Susilo & Suyanto, 2015).

4.2 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kasus baru dan kasus lama hipertensi

di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan.

4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

4.3.1 Sampel

a. Sampel kasus

Sampel kasus adalah kasus baru dan kasus lama penderita hipertensi laki-laki

yang ber usia ≥ 40 tahun yang berobat ke Puskesmas Payangan yang tercatat

pada rekam medik puskesmas pada bulan Januari – Maret 2016.

b. Sampel kontrol

Sampel kontrol adalah laki-laki yang ber usia ≥ 40 tahun, dan tidak di

diagnosis hipertensi pada pemeriksaan tekanan darah.

4.3.2 Cara Matching

Matching individu pada penelitian ini yaitu dilakukan pada variabel umur dan

tempat tinggal/alamat dengan cara memilih sampel kontrol dengan karakteristik yang

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

30

sama dengan sampel kasus. Cara melakukan matching untuk umur adalah dengan

memilih umur sampel kontrol yang sama dengan sampel kasus, begitu jaga dengan

variabel tempat tinggal sampel kontrol dicarikan alamat/tempat tinggal yang sama

dengan sampel kasus

4.3.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Kriteria Inklusi Kasus

- Laki-laki yang ber usia ≥ 40 tahun keatas

- Kasus baru dan kasus lama yang dinyatakan hipertensi berdasarkan

diagnosis dokter di Puskesmas

b. Kriteria Inklusi Kontrol

- Laki-laki yang ber usia ≥ 40 tahun keatas

- Tidak dinyatakan hipertensi berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan

darah

2. Kriteria Ekslusi

- Responden yang menolak berpartisipasi

- Responden yang sedang sakit sehingga tidak memungkinkan dilakukan

wawancara

4.3.4 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel

minimal untuk case control berpasangan :

𝑁 =(Ζ𝛼 + Ζ𝛽)2 𝜋

(𝑃1 − 𝑃2)2

N = besar sampel minimum

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

31

Ζ𝛼 = nilai distribusi normal baku tabel Z pada α = 0.05, nilai Z adalah 1,96

𝑍𝛽 = nilai distribusi normal baku tabel Z pada 𝛽 = 0.20, Nilai Z adalah 0.84

𝜋 = Proporsi diskordan : 0.3

𝑃2 = proporsi kebiasaan merokok pada kontrol berdasarkan pustaka adalah 0.50

(Widyaningtyas, 2009).

𝑂𝑅 = Odd rasio yang dianggap bermakna adalah 3 (Widyaningtyas, 2009).

Mencari 𝑃1 :

𝑂𝑅 = 𝑃1(1−𝑃2)

𝑃2(1−𝑃1)

3 = 𝑃1(1−0.50)

0.50(1−𝑃1)=

0.50 𝑃1

0.50−(0.50𝑃1)

𝑃1 = 0.75

Sehingga selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna 𝑃1 −𝑃2 = 0.25

𝑁 =(Ζ𝛼 + Ζ𝛽)2 𝜋

(𝑃1 − 𝑃2)2

𝑁 =(1.96 + 0.84)2 0.3

(0.25)2 = 38

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel minimal yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah 38 orang. Perbandingan kelompok kasus dan kelompok kontrol

adalah 1:1 maka total sampel yang diperlukan sebanyak 76 sampel atau sampel

kelompok kasus sebanyak 38 orang dan kelompok kontrol sebanyak 38 orang.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

32

4.3.5 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara consecutive

sampling (non probability sampling), terhadap laki-laki yang berusia ≥40 tahun yang

tercatat dalam rekam medik puskesmas dan memenuhi kriteria sebagai sampel dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan

Payangan Kabupaten Gianyar. Waktu Penelitian dihitung mulai dari penyusunan

proposal skripsi sampai dengan pembuatan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai

dari bulan Januari sampai Juni 2016. Pengumpulan data dilaksanakan selama satu

bulan yaitu pada bulan April 2016.

4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui riwayat keluarga, konsumsi

garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, tingkat stres, dan

diabetes melitus responden. Serta untuk mendapatkan data umur, tingkat

pendidikan, dan alamat responden.

b. Alat ukur tekanan darah yang digunakan untuk mengukur tekanan darah pada

kelompok kontrol.

c. Timbangan Badan dan Alat ukur tinggi badan yang digunakan untuk

mendapatkan tinggi badan dan berat badan responden sehingga dapat

menghitung IMT responden.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

33

d. Catatan rekam medik puskesmas digunakan untuk mengetahui alamat dan

untuk mengetahui responden yang menderita hipertensi dan tidak menderita

hipertensi.

4.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data primer dan data

sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari data Puskesmas Payangan yang meliputi

data pasien yang tercatat pada rekam medik puskesmas. Sedangkan data primer berupa

hasil pengukuran variabel bebas yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur

dengan menggunakan kuesioner, pengukuran tekanan darah, dan berat badan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penilai masing-masing variabel penelitian ditentukan oleh jawaban yang

diberikan responden pada setiap pertanyaan dan diberikan skor pada masing-

masing variabel. Pertanyaan riwayat keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi

garam, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan riwayat diabetes melitus diukur

dengan cara setiap jawaban pada masing-masing pertanyaan diberikan skor atau

nilai jawaban sebagai berikut :

Skoring : Skor 1 untuk jawaban a

Skor 0 untuk jawaban b

Perhitungan menggunakan rumus :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100 %

Jumlah skor maksimal = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

34

2. Pengukuran variabel obesitas untuk memperoleh responden yang obesitas dan

yang tidak obesitas dilakukan dengan menggunakan Indek Masa Tubuh (IMT)

dengan rumus :

𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)

𝑇𝐵 𝑥 𝑇𝐵 (𝑚)

Ket : BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan

3. Pengukuran variabel karakteristik responden seperti umur, tempat tinggal, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan

menggunakan kuesioner.

4.6 Pengolahan dan Teknik Analisa Data

4.6.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan melalui beberapa tahap.

Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut (Riyanto, 2009) :

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner, apakah

kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan

jawaban dengan pertanyaan, konsisten.

b. Coding

Merupakan kegiatan mengklasifikasikan data yang berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan (kode) untuk masing-masing kelas sesuai

dengan tujuan dikumpulkannya data.

c. Processing

Setelah melakukan coding data maka langkah selanjutnya adalah melakukan

entry data dari kuesioner kedalam program komputer, pada penelitian ini

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

35

prangkat lunak yang digunakan adalah Stata/SE 12.0 for Window untuk

mempermudah analisis yang akan dilakukan.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry

apakah ada kesalahan atau tidak. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan

melihat distribusi frekuensi dari variabel- variabel dan menilai kelogisannya.

4.6.2 Teknik Analisa Data

a. Analisis Bivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat OR (Odd Ratio)

yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

tergantung. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji Mc

Nemar pada tingkat kemaknaan 95% (p value ≤ 0,05) atau batas kemaknaan (α ≥

0,05). Besarnya pengaruh (nilai OR) dibaca dengan membandingkan ratio dari

pasangan diskordant yaitu jumlah payangan yang kasus terpapar, kontrol tidak

terpapar dibagi dengan jumlah pasangan kontrol terpapar, kasus tidak (OR= b/c).

Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribus frekunsi dari masing-

masing variabel. Berikut merupakan contoh tabel untuk analisis bivariat :

Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Bivariat

Variabel

Kontrol

OR

95% CI

p Y(+) Y(-)

Kasus Y(+)

Y(-)

Keterangan:

Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan dari variabel

Sel a : kasus dan kontrol mengalami pajanan

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

36

Sel b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak

Sel c : kasus tidak mengalami pajanan , kontrol mengalami pajanan

Sel d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan

Interpretasinya :

1. Bila nilai odd rasio = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak

ada pengaruhnya terhadap kejadian hipertensi

2. Bila nilai odd rasio >1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko

terjadinya hipertensi

3. Bila nilai odd rasio <1 berarti variabel tersebut merupakan faktor protektif.

b. Analisis Multivariat, dilakukan untuk mengetahui variabel murni yang

mempengaruhi variabel tergantung setelah dikontrol dengan variabel lain. Jenis

uji yang digunakan pada tahap analisis ini adalah uji Conditional Logistic

Regression pada tingkat kemaknaan 95% (p value ≤ 0,05) dengan cut of point

(kriteria entry) 0,25 untuk menentukan variabel yang akan masuk kedalam model.

Berikut merupakan contoh tabel untuk analisis multivariat :

Tabel 4.2 Contoh Tabel Analisis Multivariat

Variabel OR 95% CI Nilai p

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

37

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Payangan didirikan pada tahun 1976 merupakan Puskesmas yang

berada di wilayah kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar, dengan luas wilayah kerja

75,88 km2 yang meliputi 9 desa dan 59 dusun. Jarak Puskesmas payangan ke

Kabupaten Gianyar adalah 25 km. Semua Desa dan Dusun dapat dilalui oleh

kendaraan roda empat dengan waktu tempuh dari desa ke puskesmas rata-rata 20

menit. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Payangan adalah sebelah utara dengan

Kabupaten Bangli, sebelah selatan dengan Kecamatan Ubud, sebelah timur dengan

Kecamatan Tegallalang, dan sebelah barat dengan Kabupaten Badung.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Payangan pada tahun 2015

adalah berjumlah 42.898 jiwa, dengan peserta Jamkesmas sebanyak 18.753 jiwa. Mata

pencaharian penduduk adalah sebagian besar sebagai petani, disamping sebagai

pegawai swasta, pedagang, tukang, buruh, dan ABRI. Wilayah kerja Puskesmas

Payangan terdiri dari 9 desa yaitu Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih, Desa

Keluas, Desa Bukian, Desa Puhu, Desa Kerta, Desa Buahan, Desa Buahan Kaja, dan

Desa Beresela.

Sepuluh besar penyakit yang ada di Puskesmas Payangan Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 5.1

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

38

Tabel 5.1 10 Besar Penyakit di Puskesmas Payangan pada Tahun 2015

No Penyakit Jumlah Kasus Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Acute Upper Respiratory Infection of

Multipie and Unsoefied Sites

Hipertensi

Common Clod

Faver Unspecied

Reumatik

Penyakit Lain

Diare

Dyspepsia

Ashma

Accute Pharingitis

3.912

2.231

2.050

1.828

1.632

1.595

1.314

948

945

936

22.49

12.82

11.78

10.51

9.38

9.17

7.55

5.45

5.43

5.38

Jumlah 17.391 100.00

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Payangan Tahun 2015)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa Hipertensi menduduki urutan ke 2

dari sepuluh besar penyakit yang ada di Puskesmas Payangan dengan jumlah kasus

2.231 (12.82 %) setelah penyakit ISPA sebanyak 3.912 (22.49%) kasus pada tahun

2015.

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, status bekerja, alamat

responden, dan umur responden.

5.2.1 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dikatagorikan menjadi tidak sekolah,

sekolah dasar, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, dan perguruan tinggi. Distribusi

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

39

tingkat pendidikan pada laki-laki dewasa yang berusia > 40 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, dapat dilihat pada tabel 5. 2.

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah

Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

1

2

3

4

5

Tidak Sekolah

Sekolah Dasar

SLTP/Sederajat

SLTA/Sederajat

Perguruan Tinggi

9

31

11

16

9

11.84

40.76

14.47

21.05

11.84

Total 76 100.00

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar laki-laki yang

berusia ≥ 40 tahun di wilayah kerja Pusekesmas Payangan, memiliki tingkat

pendidikan terakhir terbanyak adalah sekolah dasar yaitu 31 (40.76%) orang,

sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tidak sekolah yaitu sebanyak 9

(11.84%) orang dan perguruan tinggi yaitu sebanyak 9 (11.89%) orang.

5.2.2 Status Bekerja

Tingkat pendidikan responden dalam pelitian ini dibagi menjadi empat

katagori yaitu PNS/ABRI/PORLI, swasta, petani/buruh/ tidak bekerja. Distribusi

status bekerja pada laki-laki usia ≥40 tahun di wilayah kerja Pusekesmas Payangan

dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Status Bekerja pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Payangan Tahun 2016

No Status Bekerja Frekuensi Persen (%)

1.

2.

3.

4.

PNS/ABRI/PORLI

Swasta

Petani/Buruh

Tidak Bekerja

6

21

41

8

7.89

27.63

53.95

10.53

Total 76 100.00

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

40

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar laki-laki yang

berusia ≥40 tahun memiliki pekerjaan sebagai petani/buruh yaitu sebanyak 41

(53.95%) orang, dan terendah adalah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 8

(10.53%) orang.

5.2.3 Alamat Responden

Alamat responden dalam penelitian ini dikelompokan berdasarkan desa dan banjar

tempat responden tinggal. Distribusi tempat tinggal laki-laki yang berusia ≥40 tahun

di wilayah kerja Puskesmas Payangan dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.4 Distribusi Alamat Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Payangan Tahun 2016

No Alamat Responden Frekuensi (f) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

Desa Melinggih

- Br. Badung

- Br. Gria

- Br. Melinggih

- Br. Payangan Desa

Desa Buahan

- Br. Buahan

Desa Bukian

- Br. Lebah

- Br. Subilang

Desa Kelusa

- Br. Yeh Tengah

Desa Puhu

- Br. Penginyahan

- Br. Selasih

- Br. Semaon

Desa Kerta

- Br. Seming

- Br. Margetengah

- Br. Saren

- Br. Kerta

10

8

10

4

6

6

2

2

2

2

4

6

8

4

2

13.16

10.53

13.16

5.26

7.89

7.89

2.63

2.63

2.63

2.63

5.26

7.89

10.53

5.18

2.63

TOTAL 76 100.00

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

41

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian responden berasal dari

Desa Melinggi yaitu Br. Badung sebanyak 10 (13.16%), Br. Melinggih sebanyak 10

(13.16%) responden.

5.2.4 Umur

Umur laki-laki yang berusia diatas 40 tahun pada penelitian ini dikatagorikan

menjadi 3 kelompok umur yaitu, umur 40-55 tahun, 56-69 tahun, dan >70 tahun.

Distribusi frekuensi umur pada 76 responden laki-laki yang berusia diatas 40 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.5 Distribusi Umur Laki-Laki Usia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Payangan Tahun 2016

No Kelompok Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

1

2

3

40-55 thn

56-69 thn

>70 thn

21

41

14

27.63

53.95

18.42

TOTAL 76 100.00

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 76 responden laki-laki yang

berusia ≥40 tahun, sebanyak 41 (53.95%) responden berada pada kelompok umur 56-

69 tahun, dan sebanyak 14 (18.42%) responden berusia >70 tahun.

5.3 Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Puskesmas

Payangan Tahun 2016

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan tahun 2016, yang

meliputi variabel status obesitas, riwayat keluarga menderita hipertensi, riwayat

menderita diabetes millitus, konsumsi garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan

konsumis alkohol. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.6

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

42

Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki

yang Berusia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun

2016

Kasus

Kontrol

OR

95%CI

p

value

Y (+) Y(-)

V

A

R

I

A

B

E

L

Status Obesitas

Obesitas (+)

Tidak obesitas (-)

Riwayat Keluarga

Hipertensi

Ada (+)

Tidak (-)

Menderita DM

Iya (+)

Tidak (-)

Konsumsi Garam

Tinggi (+)

Rendah (-)

Kebiasaan Merokok

Perokok berat (+)

Perokok ringan (-)

Aktivitas Fisik

Tidak Aktif (+)

Aktif (-)

Konsumsi Alkohol

Tinggi (+)

Rendah (-)

4 (20.00)

6 (33.33)

5 (29.41)

4 (19.05)

5 (45.45)

5 (18.52)

11 (57.89)

5 (26.32)

6 (42.86)

10 (41.67)

9 (52.94)

7 (33.33)

1 (33.33)

3 (8.57)

16 (80.00)

12 (66.67)

12 (70.59)

17 (80.95)

6 (54.55)

22 (81.48)

8 (42.11)

14 (73.68)

8 (57.14)

14 (58.33)

8 (47.06)

14 (66.67)

2 (66.67)

32 (91.43)

2.66

3.00

1.2

1.6

0.8

1.14

0.6 6

0.9911-

8.3205

1.0222-

8.8042

0.3051-

4.9705

0.4615-

6.2160

0.3163-

2.0230

0.4147-

3.1492

0.1127-

3.9411

0.03

0.04

0.76

0.36

0.63

0.41

0.65

Keterangan : Y (+) : Variabel pada kontrol yang terpapar

Y(-) : Variabel pada kontrol yang tidak terpapar

+ : Variabel pada kasus yang terpapar

- : Variabel pada kasus yang tidak terpapar

Berdasarkan tabel 5.6 dengan menggunakan uji MC Nemar didapatkan hasil

sebagai berikut :

Hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi adalah proporsi kasus

obesitas tapi kontrol tidak obesitas sebanyak 16 pasang (80%) sedangkan pada kasus

yang tidak obesitas tapi kontrol obesitas sebanyak 6 pasang (33.33%). Uji statistik

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

43

menunjukkan nilai OR= 2.66, CI 95%=0.9911-8.3205; p=0.03 hal ini menunjukkan

bahwa responden yang menderita obesitas memiliki resiko untuk terkena hipertensi

2.66 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak menderita obesitas.

Obesitas berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas

Payangan.

Hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi adalah

kasus riwayat keluarga hipertensi tapi kontrol tidak memiliki riwayat keluarga

hipertensi sebanyak 12 pasang (70.59%) sedangkan pada kasus yang tidak memiliki

riwayat keluarga hipertensi tapi kontrol memiliki riwayat keluarga hipertensi sebanyak

4 pasang (19.05%), hal ini menunjukan bahwa riwayat keluarga hipertensi merupakan

faktor risiko hipertensi. hasil uji statistik menunjukkan nilai OR = 3, 95%CI=1.0222-

8.8042, p=0.04. Secara statistik riwayat keluarga hipertensi berpengaruh secara

signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian hipertensi adalah kasus

menderita diabetes melitus tapi kontrol tidak menderita diabetes melitus sebanyak 6

pasang (54.55%) sedangkan pada kasus yang tidak menderita diabetes melitus tapi

kontrol menderita diabetes melitus sebanyak 5 pasang (18.52%), hal ini menunjukan

bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Uji statistik

menunjukkan nilai OR = 1.2, CI 95% 0.3051-4.9705, p=0.76. secara statistik diabetes

melitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi adalah kasus yang

mengonsumsi garam tapi kontrol tidak mengonsumsi garam sebanyak 8 pasang

(42.11%) sedangkan pada kasus yang tidak mengonsumsi garam tapi kontrol

mengonsumsi garam sebanyak 5 pasang (16.32%). Hasil uji statistik menunjukkan

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

44

nilai OR= 1.6, CI95% 0.4615-2.0230;p=0.36. secara statistik konsumsi garam tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi adalah kasus

yang memiliki kebiasaan merokok (perokok berat) tapi kontrol tidak tidak memiliki

kebiasaan merokok sebanyak 8 pasang (57.89%), sedangkan pada kasus yang tidak

memiliki kebiasaan merokok tapi kontrol memiliki kebiasaan merokok sebanyak 10

pasang(41.67%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai OR= 0.8, CI 95% 0.3163-

2.0230; p=0.63, secara statistik konsumsi garam tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dalah kasus dengan

aktivitas fisik tidak aktif tapi kontrol memiliki aktivitas fisik yang aktif sebanyak 8

(47.06%) pasang responden, sedangkan pada kasus yang memiliki aktivitas fisik

rendah tapi kontrol memiliki aktivitas fisik yang aktif sebanyak sebanyak 7 (33.33%),

hal ini menunjukan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko hipertensi. Hasil uji

statistik menunjukkan nilai OR=1.14, CI 95% 0.4147- 3.1492; p= 0.41, secara statistik

aktivitas fisik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi adalah kasus yang

mengonsumsi alkohol tapi kontrol tidak mengonsumsi alkohol sebanyak 2 pasang

(66.67%), sedangkan pada kasus yang tidak mengonsumsi alkohol tapi kontrol

mengonsumsi alkohol sebanyak sebanyak 3 pasang(8.57%). Hasil uji statistik

menunjukkan nilai OR = 0.66, CI 95% 0.1127- 3.9411; p= 0.65, secara statistik

konsumsi alkohol tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian

hipertensi.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

45

5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Puskesmas

Payangan

Analisi multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel bebas (indevenden) yang

paling besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung (dependen). Pada penelitian ini

analisis multivariat dilakukan dengan conditional logistic regresion dan mengikut

sertakan variabel yang memiliki nilai odd ratio diatas satu pada analisis bivariat.

Variabel yang diikut sertakan adalah variabel status obesitas, riwayat keluarga

hipertensi, diabetes melitus, konsumsi garam, dan aktivitas fisik, dengan metode

backward semua variabel yang memenuhi kriteria diamasukkan kedalam analisis

multivariat dan selanjutnya secara bertahap dikeluarkan sesuai dengan indikasi

pembangunan model. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7 Analisis Multivariat Terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas

Payangan Tahun 2016

Model Awal Model Akhir

Variabel OR 95%CI p OR 95%CI p

Status Obesitas

Riwayat Keluarga

Diabetes Melitus

Konsumsi Garam

Aktivitas Fisik

2.1

2.3

0.8

2.2

1.2

0.7304 – 6.2329

0.6470 – 8.8954

0.2133 – 3.6192

0.6035 – 8.7517

0.3606 – 4.1060

0.16

0.19

0.85

0.22

0.75

2.6

2.1

1.5

1.2

0.9885 – 7.3559

0.7658 – 6.1299

0.5767 – 3.9992

0.4834 – 3.3862

0.05

0.14

0.39

0.50

Berdasarkan tabel analisis multivariat didapatkan terdapat dua model yaitu model

awal dan model akhir, model awal menggunakan lima variabel yang memiliki nilai cut

of point < 0.25 pada analisis bivariat. Nantinya variabel dikeluarkan secara bertahap

dengan asumsi nilai p dan uji goodness of fit. Dari model akhir dapat dilihat bahwa

dari lima variabel yang diikut sertakan kedalam analisis terdapat satu variabel pada

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

46

model akhir yaitu variabel status obesitas dengan nilai p <0.25. Dilihat dari besar efek

(nilai OR) variabel status obesita memiliki efek terhadap kejadian hipertensi. Adjusted

OR dari status obesitas adalah 2.6 yang berarti besar efek murni dari responden yang

menderita obesitas meningkatkan peluang menderita hipertensi sebesar 2.6 kali

dibandingkan dengan responden yang tidak menderita obesitas.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

47

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi

Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan tekanan

darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-satunya penyebab

hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang obesitas lebih besar, resiko relatif

untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan orang yang memiliki berat badan normal (Buku Pedoman Hipertensi, 2010).

Obesitas berisiko terhadap menculnya berbagai menyakit jantung dan pembuluh

darah. Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadi peningkatan massa

tubuh. Semakin besar massa tubuh semakin banyak volume darah yang dibutuhkan

untuk memasok oksigen dan zat makanan kedalam jaringan tubuh. Darah yang beredar

melalui pembuluh darah ini menyebabkan peningkatan tekanan arteri sehingga

tekanan darah meningkat. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa

peningkatan tekanan darah banyak disebabkan kelebihan berat badan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 10 pasang kasus yang obesitas dan

kontrolnya tidak obesitas, terdapat 6 pasang kasus yang tidak memiliki obesitas dan

kontrol obesitas. Hasil uji statistik pada analisis multivariat menunjukkan nilai

OR=2.66; CI 95%=1.0304-6.9011; p=0.04 (signifikan) atau terdapat hubungan yang

bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa

obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Responden yang

memiliki obesitas mempunyai risiko 2.66 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan

dengan responden yang tidak menderita obesitas.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

48

Dengan menggunakan metode yang sama, hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Widyaningtyas (2009) di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung, yang

menyatakan bahwa obesitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian

hipertensi, dimana laki-laki dewasa yang menderita obesitas memiliki risiko terkena

hipertensi sebesar 1.664 kali dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak

menderita obesitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggara (2013), yang

dilakukan di Puskesmas Tegal Murni Cikarang Barat, didapatkan hasil terdapat

hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p<0.05).

Obesitas Meningkatkan pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur gula

darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya

meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio lingkar

pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan hipertensi.

Penderita hipertensi dengan obesitas sangat disarankan untuk menurunkan berat badan

dengan target mempertahankan berat badan pada kisaran indek masa tubuh 18.5 – 22.9

kg/m2 dengan cara mengadopsi program diet sehat sesuai dengan dietary approaches

to stop hypertension (DASH), yaitu memperbanyak mengonsumsi buah-buahan,

sayuran, serta produk yang mengandung susu rendah lemak (Perhimpunan Dokter

Hipertensi Indonesia, 2014).

6.2 Pengaruh Riwayat Keluarga Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang tua

memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai 25%

kemungkinan menderita pula. Jika kedua orang tua menderita hipertensi maka

kemungkinan 60% keturunanya akan menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat

yang menderita hipertensi juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada

hipertensi primer (Mannan, 2012).

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

49

Variabel ke dua yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah Riwayat keluarga

hipertensi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 12 pasang kasus yang

memiliki riwayat keluarga hipertensi dan kontrolnya tidak memiliki riwayat keluarga

hipertensi, sedangkan ada 4 pasang kasus yang tidak memiliki riwayat keluarga

hipertensi dan kontrolnya berisiko. Prevalensi hipertensi pada populasi study adalah

sebesar 12.82 % sedangkan dari hasil uji statistik antara faktor riwayat keluarga

hipertensi dengan kejadian hipertensi menunjukkan nilai OR= 3.00; 95%CI 1.0222-

8.8042; p=0.04, ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga hipertensi

dengan kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa riwayat keluarga

hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Responden yang

memiliki riwayat keluarga hipertensi 3 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwyata keluarga hipertensi.

Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Mannan (2012), yang dilakukan

di wilayah kerja Puskesmas Bangkala, Kabupaten Jeneponto, menyatakan bahwa ada

pengaruh yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Orang

yang memiliki riwayat keluarga hipertensi 4.36 lebih berisiko dibandingkan dengan

yang tidak memiliki keluarga yang menderita hipertensi. Hasil penelitian juga sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2011), di Kabupaten Bantul pada

wanita pekerja dengan peran ganda, dari hasil analisis diperoleh nilai p <0.001 dan

nilai OR= 4.67 hal ini menunjukkan riwayat keluarga berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi.

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang

tua memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai 25%

kemungkinan menderita pula. Dari hasil wawancara dengan responden rata-rata

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

50

responden mengatakan memiliki keluarga yang menderita hipertensi baik dari orang

tua maupun dari kakek/nenek. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada

responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi oleh pihak puskesmas adalah

dengan melakukan deteksi dini terhadap responden yang menderita hipertensi

sehingga program pengobatan ataupun program pencegahan yang diberikan dapat

lebih terfokuskan pada keluarga yang menderita hipertensi dengan riwayat keluarga

hipertensi.

6.3 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah (gula

sederhana) di dalam darah tinggi. Di Indonesia DM dikenal juga dengan istilah

penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian

meningkat. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah

puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Diagnosis klinis diabetes militus

dapat dilihat dari beberapa tanda-tanda diantarnya adalah sering kencing, cepat lapar,

sering haus, lemas, berat badan menurun, gatal-gatal, mata kabur, dan sering

kesemutan (Pudiastuti, 2011).

Penelitian Kohort yang dilakukan oleh Thawornchaisit et al. (2013), yang

dilakukan di Thailand menemukan bahwa penderita diabetes melitus memiliki risiko

yang tinggi untuk menderita hipertensi. Laki-laki yang memiliki diabetes melitus

memiliki 3.63 kali risiko untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan laki-laki yang

tidak menderita diabetes melitus. Sementara pada perempuan yang memiliki diabetes

melitus 5.68 kali lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Asriarti, dkk (2014) dengan rancangan case

control di wilayah kerja Puskesmas Pattingallong Makasar pada Kejadian hipertensi

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

51

pada lansia, diperoleh hasil bahwa dari hasil analisis diperoleh bahwa diabetes melitus

merupakan faktor risiko jadian hipertensi dengan nilai OR=3.51 hal ini berarti orang

yang memiliki riwayat diabetes melitus 3.51 kali lebih berisiko untuk menderita

hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus.

Hipertensi dan diabetes melitus merupakan pasangan penyakit yang kerap muncul

bersamaan. Keduanya bisa menjadi faktor risiko maupun akibat. Meskpun diabetes

melitus menyebabkan tekanan darah merupakan hal yang kompleks.

Pada penelitian ini hasil uji statistik antara faktor risiko diabetes melitus dengan

kejadian hipertensi menunjukkan nilai OR=1.2, 95%CI 0.0556-5.8197; p= 0.65. Laki-

laki dewasa yang benderita diabetes militus 1.2 kali lebih berisiko menderita hipertensi

dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak menderita diabetes melitus, tetapi

dalam penelitian ini diabetes melitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kejadian hipertensi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriarti, dkk

(2014) adalah pada penelitian ini menggunakan metode kasus-kontrol berpasangan

dengan jumlah sampel sedikit (38 pasang sampel). Disamping itu status diabetes

melitus didapatkan hanya pada wawancara, sehingga kemungkinan terjadi recall bias

pada responden. Pada penelitian ini rata-rata responden menderita diabetes melitus

adalah kurang dari enam bulan, dan sudah runtin berobat kepuskesmas. Kelemahan

lain dalam penelitian ini adalah peneliti tidak tidak terlalu menggali informasi tentang

diabetes melitus, wawancara hanya menekankan pada apakah responden menderita

diabetes melitus dan lama responden menderita diabetes melitus tanpa melihat

pemeriksaan diagnosisnya.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

52

6.4 Pengaruh Konsumsi Garam Terhadap Kejadian Hipertensi

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di

luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan volume dan

tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi respons penurunan

tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi

garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanandarah rata-rata rendah, sedangkan pada

mayarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.

Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung dan tekanan darah (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak

Menular, 2006).

Hasil uji statistik antara faktor risiko konsumsi garam dengan hipertensi

menunjukkan nilai OR= 1.6, 95%CI 0.1699-1.9212; p= 0.36, secara statistik konsumsi

garam tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi. Namun jika

dilihat dari nilai OR= 1.6, menunjukkan bahwa risiko responden yang memiliki

konsumis garam tinggi untuk terkena hipertensi sebesar 1,6 kali dibandikna dengan

responden yang memiliki konsumsi garam yang rendah, dan jika penelitian ini diulang-

ulang maka akan menemukan nilai OR dari interval 0.169 sampai dengan 1.921.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan responden dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden tidak terlalu suka mengonsumsi makanan yang mengandung

kadar garam yang tinggi pada makanan seperti ikan kering, ikan asin, telur asin,

dendeng, dan tidak banyak responden yang menambahkan garam lagi kemakanan lain

yang sudah diolah, hal inilah yang menyebabkan konsumsi garam pada penelitia ini

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

53

Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan menelitian yang dilakukan oleh

Rahajeng (2009) pada prevalensi hipertensi dan determinanya di Indonesia, dari hasil

analisis terhadap faktor hipertensi berdasarkan faktor risiko perilaku didapatkan hasil

bahwa konsumsi makanan asin bukan merupakan faktor risiko dari kejadian hipertensi

di Indonesia (OR=0.99). Data yang dianalisis dalam penelitian tersebut adalah data

nasional dengan pola konsumsi masyarakat yang lebih heterogen, dan konsumsi

garam dalam penelitian tersebut menunjukkan konsumsi garam tidak bermakna secara

statistik, namun untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik perlu dilakukan analisis

lebih lanjut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian case control yag

dilakukan di Puskesmas Petang Kabupaten Badung terhadap wanita usia lanjut

didapatkan hasil bahwa konsumsi garam merupakan faktor risiko dari kejadian

hipertensi (Sucipta, 2009).

6.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang akan memberikan banyak

dampak negatif terhadap kesehatan. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihispa melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah

tinggi. Merokok juga dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan

kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita

tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh

darah arteri (Depkes RI, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pasang (57.89%) kasus

responden dengan perokok berat dan kontrol perokok ringan, sedangkan 10 pasang

(41.67%) kasus tidak merokok dan kontrolnya merokok, hal ini menunjukkan bahwa

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

54

kebiasaan merokok memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Dari hasil uji

statistik diperoleh nilai OR= 0.8, 95%CI = 0.3163-2.0230; p= 0.63, secara statistik

kebiasaan merokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok yang tinggi 0.8 kali lebih berisiko untuk

menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang memiliki kebiasaan

merokok yang rendah untuk terkena hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara

didapatkan pada laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok usia mulai merokok

responden rata-rata dibawah 20 tahun dengan konsumsi rokok lebih dari 10 batang per

hari. Selain itu pada seluruh sampel penelitian rata-rata memiliki anggota keluarga

yang mengonsumsi rokok dirumahnya sehingga dapat dikatagorikan sebagai perokok

pasif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mannan (2012) yang dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan rancangan

case control, menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko kejadian

hipertensi. orang yang merokok 2.32 kali lebih berisiko menderita hipertensi

dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2012)

dengan rancangan case control di Puskesmas Baturiti II Kecamatan Tabanan,

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antarakebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi. Laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok (perokok berat)

memiliki risiko 2.925 kali lebih berisiko dibandingkan dengan perokok ringan atau

tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam

rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

55

mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal ini bagi perokok berat akan

merasakan dampaknya dibandingkan perokok ringan.

Perbedaan mepenlitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2012)

adalah pada penelitian ini menggunakan case control dengan matching individual dan

menggunakan metode consecutive sampling sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Widya menggunakan rancangan case control tanpa matching dan teknik sampling

menggunakan metode systematic random sampling. Teknik pengambilan sampel dan

lokasi pengambilan sampel juga perperan dalam menentukan hasil penelitian dan

menyebabkan perbedaan hasil penelitian.

6.6 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi

Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus

memompa, maka semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Tekanan darah

dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan

aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik adalah gerakan yang

dilakukan otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot

membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak,sedangkan jantung dan paru-

paru memerlukan tambahan energi untuk menantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke

seluruh tubuh dan untuk menghasilkan sisa-sisa dari tubuh (Mannan, 2012).

Aktivitas fisik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadin hipertensi

di Puskesmas Payangan (p=0.41) namun jika dilihat dari nilai OR= 1.14,

menunjukkan bahwa responden yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik memiliki

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

56

risiko untuk terkena hipertensi 1.14 kali lebih besar dibandingkan dengan responden

yang aktif melakukan aktivitas fisik. Dari hasil analisi yang dilakukan terhadap 38

pasang responden didapatkan 8 (47.06%) pasang kasus responden yang memiliki

aktifitas fisik tidak aktif dan kontrol dengan aktivitas fisik aktif dan 7 (33.33%) pasang

responden yang aktivitas fisik tinggi dam kontrol berisiko. Hal ini menunjukkan

aktivitas fisik memiliki pengaruh meskipun tidak signifikan terhadap kejadian

hipertensi.

Pada penelitian ini aktivitas fisik yang dinilai adalah seberapa sering responden

melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, kegiatan berjalan kaki, mencangkul,

mencari rumput dan aktivitas fisik berat seperti buruh bangunan. Dari hasil wawancara

dan observasi dilapangan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan

Payangan bekerja sebagai petani dan buruh karena wilayah Payangan tergolong

wilayah agraris sehingga hampir setiap hari warga melakukan aktivitas fisik di

sawah/kebun sehingga mereka memiliki aktifitas fiski yang cukup aktif.

Hasil penelitian memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lewa (2010) di Puskesmas Kalibawang jika dilihat dari nilai OR =2.33. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Sucipta (2009) di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung juga

memiliki kesamaan hasil dengan penelitian ini, nilai OR dari penelitian ini adalah 1.91.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulad

S. (2013) pada hubungan antara asupan serat, natrium dan aktifitas fisik terhadap

kejadian hipertensi pada anak sekolah dasar. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa

aktifitas fisik tidak berpengaruh secara signifika terhadap kejadian hipertensi dengan

nilai p=0.33 dan nilai OR= 0.66 hal ini berarti aktivitas fisik memiliki sifat protektif

terhadap kejadian hipertensi.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

57

6.7 Pengaruh Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi

Terdapat 2 (66.67%) pasang kasus yang konsumsi alkohol tinggi sedangan

kontrolnya konsumsi alkohol rendah, dan terdapat 3 (8.57%) pasang kasus yang

mengonsumsi alkohol rendah tetapi kontrol dengan konsumsi alkohol tinggi hal ini

menunjukkan konsumsi alkohol memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai OR= 0.66, 95%CI0.1127-3.9411; p=0.65, hal ini

berarti secara statistik konsumsi alkohol tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradono (2010)

pada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi di daerah perkotaan

dengan analisis data Riskesdas tahun 2007 diperoleh hasil bahwa mengonsumsi

alkohol tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi di Indonesia.

Pada Penelitian ini konsumsi alkohol tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kejadian hipertensi karena sebagian besar responden yang menderita

hipertenis di wilayah kerja Puskesmas Payangan adalah responden yang berusia lanjut

sehingga hanya sedikit responden yang masih mengonsumsi alkohol seperti tuak, bir,

whiskey, anggur. Namun pada responden hipertensi yang mengsumsi alkohol

diketahui bahwa usia saat mulai mengonsumsi alkohol adalah dibawah 20 tahun dan

mengonsumsi alkohol lebih dari >3 gelas/hari sehingga meningkatkan risiko untuk

terkena hipertensi, jenis alkohol yang banyak dikonsumsi adalah bir, dan tuak.

Selanjutnya hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Adnyani (2014) di desa Sidemen, Kecamatan Karangasem, hasil peneltian yang

didapat adalah adanya hubungan yang positif antara konsumsi alkohol dengan

kejadian hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Airmandidi

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

58

Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2013 memperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan antara mengonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR=

4.54 hal ini berarti orang yang mengonsumsi alkohol 4.54 kali lebih berisiko menderita

hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi alkohol (Talumewo,

M. C., 2013).

6.8 Keunggulan dan Kelemahan Penelitian

1. Penelitian ini adalah penelitian case control atau retrospective study, data pajanan

faktor risiko mengandalkan daya ingat dari responden sehingga dapat

menyebabkan recall bias namun sudah diminimalisir dengan melakukan probing.

2. Demikian juga dengan tempat penelitian yang mengambil subyek kasus penelitian

di puskesmas sehingga sampel yang diperoleh hanya berdasarkan hospital based

atau puskesmas based bukan berdasarkan population based, hal ini menyebabkan

hasil penelitian terbatas untuk populasi umum. Namun keunggulan yang diperoleh

dengan menggunakan data berbasis hospital based (pukesmas) adalah hasil

penelitian ini menjadi aplikatif yaitu sesuai dengan program penanggulangan

berbasis puskesmas mengingat puskesmas merupakan ujung tombak terutama

untuk kejadian hipertensi tanpa komplika

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

59

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Risiko laki-laki dewasa yang menderita obesitas adalah 2.66 kali lebih berisiko

menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yan tidak menderita

obesitas, dimana obesitas merupakan fakto risiko hipertensi dan berpengaruh

secara signifikan.

2. Risiko laki-laki dewasa yang memiliki riwayat keluarga hipertensi adalah 3 lebih

berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak

memiliki riwayat keluarga hipertensi, dimana riwayat keluarga hipertensi

merupakan faktor risiko hipertensi dan berpengaruh secara signifikan.

3. Risiko laki-laki dewasa yang menderita diabetes melitus adalah 1.2 lebih berisiko

menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak menderita

diabetes melitus, dimana diabetes melitus merupakan faktor risiko hipertensi

namun tidak berpengaruh secara signifikan.

4. Risiko laki-laki dewasa yang mengkonsumsi garam berlebih adalah 1.6 lebih

berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang

mengonsumsi garam rendah, dimana konsumsi garam merupakan faktor risiko

hipertensi tetapi tidak berpengaruh secara signifikan.

5. Risiko laki-laki dewasa yang memiliki kebiasaan merokok berat adalah 0.8 kali

lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang

yang memiliki kebiasaan merokok ringan.

6. Risiko laki-laki dewasa yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif adalah 1.14 kali

lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

60

aktif melakukan aktivitas fisik, dimana aktifitas fisik merupakan faktor risiko

hipertensi namun tidak berpengaruh secara signifikan.

7. Risiko laki-laki dewasa yang mengonsumsi alkohol (berat) adalah 0.66 kali lebih

berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang sedikit

mengonsumsi alkohol.

7.2 Saran

1. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Payangan

Penambahan program promotif seperti memberikan pendidikan kesehatan

masyarakat dengan melakukan penyuluhan mengenai faktor risiko yang dapat

meningkatkan kejadian hipetensi. Lebih berfokus pada penderita hipertensi

dengan obesitas dan penderita hipertensi yang memiliki riwayat keluarga

hipertensi seperti memberikan program diet sehat sesuai dengan dietary

approaches to stop hypertension (DASH), melakukan deteksi dini dan menjaring

masyarakat yang memiliki riwayat keluarga hipertensi sehingga kasus dapat

diketahui dan ditangani lebih awal. Serta meningkatkan program preventif yang

sudah ada sehingga dapat lebih banyak menjaring penderita hipertensi di

Puskesmas Payangan.

2. Bagi masyarakat

Mengurangi atau menghindari faktor risiko terhadap kejadian hipertensi

merupakan upaya yang baik, seperti menghindari konsumsi alkohol secara

berlebih, konsumsi garam rendah atau secukupnya, berolah raga secara teratur

untuk menjaga berat badan tetap ideal dan tetap beraktivitas fisik seperti berjalan

kaki minimal 30 menit dalam sehari, dan tidak merokok meskipun dalam

penelitian ini merokok merupakan faktor protektif bukan berarti merokok tidak

berbahaya dan mempengaruhi kejadian hipertensi.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

61

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode penelitian yang berbeda,

teknik sampeling yang berbeda serta penggunaan sampel yang lebih besar serta

berorientasi pada population based.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

62

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Febby H. D., & Nanang Prayito.(2013). Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun

2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Jakarta

Adnyani P., P. & Sudana. (2014). Prevalensi dan Faktor Risiko Terjadinya Hipertenis

Pada Masyarakat di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Karangasem Periode

Juni-Juli 2014. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar

Aripin. (2015). Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok dan Riwayat Penyakit Dasar

Terhadap Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu Kabuapten Banyuwangi

Tahun 2015. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar

Asriarti. & Wahiduddun. (2013). Faktor Risiko Riwayat Keluarga, Status Gizi dan

Riwayat Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas Pattingalloang. Jurnal Universitas Hasanuddin. Makassar

Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Gianyar

Tahun 2014. Gianyar

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.

Denpasar

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pharmaceutial Care Untuk

Penyakit Hipertensi. Jakarta : 03-11

Departemen Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi. Jakarta : 12-19

Divine, Jon G. & Rachma Apsari (eds),. (2012). Action Plan for Hight Bload

Preassure. PT Intan Sejati. Klaten : 01-08

Evadewi, Kenny R. & Sukmayanti S. (2013). Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien

Hipertensi di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A dan Tipe B. Jurnal

Psikologi Udayana Vol. 1, No. 1, 32-42

Faisal, Elvyrah, Bambang D., & Berty Murtiningsih. (2011). Faktor Risiko Hipertensi

pada Wanita Pekerja dengan Peran Ganda Kabupaten Bantul Tahun 2011. Berita

Kedokteran Masyarakat, Vol.28 No. 2, 55-65

Gama, I. K., Sarmadi, & IGA. Harini. (2013). Faktor Penyebab Ketidakpatuhan

Kontrol Penderita Hipertensi. Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

63

Kementrian Kesehatan RI. (2013a). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Bali

Tahun 2013. Litbangkes. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. (2013b). Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Lewa, A. (2010). Faktor-faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lanjut Usia.

Berita Kedokteran Masyarakat. Vol.26, No.4, 171-178

Mannan, H., Wahiduddin, & Rismayanti. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012.

Bagian Epidemiologi Universitas Hasanuddin. Sulawesi

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH). 2014. Konsensus

Penatalaksanaan Hipertensi. Jakarta: 04-17

Pudiastuti, R. D. ( 2011). Penyakit Pemicu Stroke; Dilengkapi dengan Posyandu dan

Posbindu PTM). Nuha Media. Yogyakarta: 01-39

Rahajeng, E. & Sulistyowati T. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59, No. 12

Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan (Dilengkapi Uji

Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS). Nuha Medika.

Yogyakarta : 09-39

Sarwanto, Lestari K. W., & Rukmini. (2009). Prevalensi Penyakit Hipertensi

Penduduk di Indonesia dan Faktor yang Berisiko. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan. Jakarta. Vol.12, No. 2, 154-162

Sucipta, adhi. (2009). Pengaruh Kebiasaan Hidup Terhadap Derajat Hipertensi Pada

Wanita Usia Lanjut di Puskesmas Petang II Kecamatan Petang Kabupaten

Badung Tahun 2009. Skripsi. Universita Udayanan. Denpasar

Susilo & Suryono. (2015). Metode Penelitian Retrospective/ Ex Post Facto (Case

Control & Causal Correlation) Kedokteran dan Kesehatan. Bosscript.

Klaten:151-219

Talumewo, C. T. & Budi T. R. ( 2013). Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Airmadidi

Kabupaten Minahasa Utara. Fakultas Kesehatan Masarakat Universitas Sam

Ratulangi Manado. Manado

White, Kevin. (2012). Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit Edisi Ketiga. PT

RajaGrafindo Persada. Jakarta

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

64

Widya, M. (2012). Hubungan Risiko Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Pada Laki-Laki Umur 40 Tahun Keatas di Wilayah Puskesmas Baturiti II tahun

2012. Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar

Widyaningtyas, Mego. (2009). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada

Laki-laki Dewasa di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2009.

Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar

UPT Kesehatan Masyarakat Payangan. (2015). Laporan Tahunan Unit Pelaksana

Teknis Kesehatan Mayarakat Payangan Tahun 2015. Gianyar

Thawornchaisit, P. Looze, & Team, T. C.S. (2013) Health Risk Factors and Prevalence

of Hypertention. Global Journal of Health Science. Thai University. Vol 5 No.

4. Pp. 121-126

Pardono, Julianty. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi

di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Gizi Indon 2010. Vol. 33:

59-66

Mulad S., D. (2013). Hubungan Asupan Serat, Natrium dan Aktivitas Fisik Terhadap

Kejadian Obesitas dengan Hipertensi pada Anak Sekolah Dasar. Skripsi.

Universitas Diponogoro. Semarang.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

LAMPIRAN

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

No. Kegiatan

Bulan (2016)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1. Persiapan dan pembuatan

proposal penelitian

2. Seminar dan perbaikan

proposal

3. Penelitian

4. Seminar penelitian (Ujian

Skripsi) dan perbaikan

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Lampiran 2

INFORMASI DAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bernama Ni Putu Tina Astiari adalah mahasiswa Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sedang melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada

Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar

Pada Tahun 2016” Sehubungan dengan itu, demi mendukung keberhasilan penelitian

ini maka saya mohon partisipasi dari Bapak untuk meluangkan waktu menjawab

kuesioner yang akan dilanjutkan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka saya sebagai peneliti memohon

kesediaan Bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini, demi terkumpulnya

data yang diperlukan untuk kelancaran penulisan tugas akhir ini. Semua data yang

terkait dalam penelitian ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penyusunan

tugas akhir (skripsi), tidak untuk kepentingan yang lain dan data ini dijamin

keberadaan dan kerahasiaannya. Demikian permohonan ini disampaikan, atas bantuan

dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Gianyar,

Responden Yang membuat pernyataan

( ) ( Ni Putu Tina Astiari)

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS PAYANGAN KECAMATAN

PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR

PADA TAHUN 2016

Hari/ tanggal wawancara : ........................................ Nomor Responden

Pewawancara : ........................................

I. Tekanan Darah

Sistolik : mmHg

Diastolik : mmHg

II. Identitas Responden

1. Nama : ....................................................

2. Alamat : ....................................................

3. Umur : ..........................................tahun

4. No. Hp : ....................................................

5. Pendidikan

1. Tidak Sekolah

2. SD

3. SLTP/sederajat

4. SLTA/sederajat

5. Perguruan Tinggi

6. Status Bekerja :

1. PNS/ABRI/PORLI

2. Swasta

3. Petani/Buruh

4. Tidak Bekerja

5. Berat Badan : ..............................kg

6. Tinggi Badan : ..............................cm

KASUS / KONTROL

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

III. Pertanyaan Untuk Riwayat Hipertensi Pada Keluarga

1. Apakah keluarga bapak (bapak, ibu, kakek, nenek) ada yang menderita

hipertensi?

0. Tidak

1. Ada, sebutkan siapa yang menderita hipertensi ?...........

IV. Pertanyaan Riwayat Menderita Diabetes Militus (DM) Pada

Responden

1. Apakah bapak pernah atau sedang menderita penyakit Diabetes Militus

(DM)..?

0. Tidak

1. Iya, berapa lama ? ............

Untuk pertanyaaan Konsumsi Garam, Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, dan

Konsumsi Alkohol, Saudara diminta untuk memberi tanda silang ( X ) pada jawaban

yang dianggap sesuai.

V. Konsumsi Garam

1. Apakah bapak sering mengonsumsi makanan atau kue yang

rasanya asin?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bapak sering makan makanan yang diawetkan seperti

ikan asin, telur asin, dendeng, sarden, sayuran yang

mengandung garam?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah bapak sering menambahkan garam lagi atau kecap

asin kedalam nasi saat makan atau kedalam makanan lain

yang sudah diolah ?

a. Ya b. Tidak

Skor

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

4. Apakah bapak sering makan nasi dengan sambal (sambal

matah, dll) ?

a. Ya b. Tidak

Total Skor

VI. Kebiasaan Merokok

5. Apakah Bapak merokok ? (Jika tidak lanjut ke pertanyaan

No. 8)

a. Ya b. Tidak

6. Berapa usia Bapak mulai merokok ?

a. < 20 Tahun b. >20 tahun

7. Berapa jumlah rokok yang Bapak hisapa perhari ?

a. ≥ 10 batang b. ≤ 10 batang

8. Jika tidak merokok, apakah bapak termasuk perokok pasif

yaitu sering menghirup asap rokok dari orang yang merokok

di dalam ruangan tertutup (tempat kerja/ rumah) ?

a. Ya b. Tidak

Total skor

Skor

VII. Aktivitas Fisik

9. Apakah bapak beraktivitas fisik/ berolah raga baik di dalam

maupun di luar rumah seperti kegiatan berjalan kaki, aerobik,

lari dan lain-lain?

a. Ya b. Tidak

10. Bila “iya”, berapa kali bapak berolah raga dalam seminggu?

(Jika tidak lanjut ke pertanyaan No. 12)

a. < 3 Kali b. > 3 kali

11. Berapa lama waktu yang bapak gunakan untuk melakukan

olah raga dalam sehari ?

a. < 30 menit b. 30-60 menit

Skor

%

%

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

12. Berapa kali dalam seminggu terakhir bapak melakukan

aktivitas fisik berat seperti mencangkul, tukang bangunan,

mencari rumput, dan lain-lain?

a. < 4 kali/minggu b. > 4 kali/minggu

Total skor

VIII. Konsumsi Alkohol

13. Apakah Bapak mengonsumsi minuman beralkohol seperti

bir, whiskey, anggur, tuak?

a. Ya b. Tidak

14. Bila “ya”, dalam sehari berapa gelas alkohol yang bapak

konsumsi/hari?

a. > 3 Gelas/hari b. < 3 Gelas/hari

15. Usia bapak mulai mengonsumsi minuman beralkohol?

a. <20 tahun b. >20 tahun

Total skor

Skor

%

%

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Lampiran 4

Hasil Uji Validitas Kuesioner

No Variabel Coef. 95%CI p

1 2 3 4

Konsumsi Garam (KG) GK1 GK2 KG3 KG4 Kebiasaan Merokok (KM) KM1 KM2 KM3 KM4 Aktivitas Fisik (AF) AF1 AF2 AF3 AF4 Konsumsi Alkohol (KA) KA1 KA2 KA3

0.90 0.59 0.60 0.54

0.97 0.35 0.56 0.56

1

0.32 0.90 0.18

0.80

1 0.64

0.5693 – 1.2405 0.2400 – 0.9321 0.2794 – 0.9271 0.9192 – 1.0015

0.4167 – 1.5303 0.0896 – 0.7952 0.0896 – 0.7952 0.1271 – 0.9927

0.2848 – 2.2843 0.1264 – 0.7857 0.3843 – 1.4248 0.4759 – 0.8507

0.5804 – 1.0231 0.8047 – 1.1952 0.2550 – 0.9283

<0.001 <0.001 <0.001

0.01

0.001 <0.001

0.11 0.01

0.12 0.01

0.001 0.58

<0.001 <0.001 <0.001

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Lampiran 5

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …
Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Lampiran 6

Hasil Uji Statistik (STATA12)

1. Karakteristik Responden

a. Tingkat Pendidikan

b. Status bekerja

c. Alamat Responden

d. Umur Responden

Total 76 100.00

Perguruan Tinggi 9 11.84 100.00

SLTA/Sederajat 16 21.05 88.16

SLTP/Sederajat 11 14.47 67.11

SD 31 40.79 52.63

Tidak Sekolah 9 11.84 11.84

Pendidikan Freq. Percent Cum.

. ta pendidikan

Total 76 100.00

Tidak Bekerja 8 10.53 100.00

Petani/Buruh 41 53.95 89.47

Swasta 21 27.63 35.53

PNS/ABRI/PORLI 6 7.89 7.89

Status Bekerja Freq. Percent Cum.

. ta statusbekerja

Total 76 100.00

>70 thn 14 18.42 100.00

56-69 thn 41 53.95 81.58

40-55 thn 21 27.63 27.63

umur (Umur) Freq. Percent Cum.

RECODE of

. ta klp_umur

Total 76 100.00

Desa Puhu 8 10.53 100.00

Desa Melinggih 32 42.11 89.47

Desa Klusa 2 2.63 47.37

Desa Kerta 20 26.32 44.74

Desa Bukian 8 10.53 18.42

Desa Buahan 6 7.89 7.89

Alamat Freq. Percent Cum.

. ta alamat

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

2. Hasil uji Mc Nemar ( Analisis Bivariat)

a. Status Obesitas

Persentase

b. Riwayat Keluarga Hipertensi

odds ratio 3 1.022236 8.804232 (tb)

rel. diff. .2758621 .0458129 .5059113

ratio 1.888889 1.002176 3.560153

difference .2105263 -.0109411 .4319937

Controls .2368421 [95% Conf. Interval]

Cases .4473684

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 0.0768

McNemar's chi2(1) = 4.00 Prob > chi2 = 0.0455

Total 9 29 38

Unexposed 4 17 21

Exposed 5 12 17

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc riwayathipertensi1 riwayathipertensi0, tb

odds ratio 2.666667 .9911545 8.320598 (exact)

rel. diff. .3571429 .0938988 .620387

ratio 2 1.044043 3.83126

difference .2631579 .0098496 .5164662

Controls .2631579 [95% Conf. Interval]

Cases .5263158

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 0.0525

McNemar's chi2(1) = 4.55 Prob > chi2 = 0.0330

Total 10 28 38

Unexposed 6 12 18

Exposed 4 16 20

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc statusobesitas1 statusobesitas0

100.00 100.00 100.00

Total 18 20 38

33.33 20.00 26.32

obesitas 6 4 10

66.67 80.00 73.68

tidak 12 16 28

itas tidak obesitas Total

statusobes 1 statusobesitas

0

column percentage

frequency

Key

. ta statusobesitas0 statusobesitas1,col

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Persentase

c. Menderita DM

Persentase (%)

odds ratio 1.2 .3051314 4.970574 (exact)

rel. diff. .0357143 -.1922618 .2636904

ratio 1.1 .5918602 2.044402

difference .0263158 -.1708601 .2234917

Controls .2631579 [95% Conf. Interval]

Cases .2894737

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 1.0000

McNemar's chi2(1) = 0.09 Prob > chi2 = 0.7630

Total 10 28 38

Unexposed 5 22 27

Exposed 5 6 11

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc diabetesmilitus1 diabetesmilitus0

100.00 100.00 100.00

Total 21 17 38

19.05 29.41 23.68

ada 4 5 9

80.95 70.59 76.32

tidak 17 12 29

ertensi tidak ada Total

riwayathip 1 riwayathipertensi

0

column percentage

frequency

Key

. ta riwayathipertensi0 riwayathipertensi1, col

100.00 100.00 100.00

Total 27 11 38

18.52 45.45 26.32

DM 5 5 10

81.48 54.55 73.68

tidak 22 6 28

litus tidak DM Total

diabetesmi 1 diabetesmilitus

0

column percentage

frequency

Key

. ta diabetesmilitus0 diabetesmilitus1, col

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

d. Konsumsi Garam

Persentase

e. Kebiasaan Merokok

odds ratio .8 .3163487 2.023084 (tb)

rel. diff. -.0909091 -.4856898 .3038716

ratio .875 .5020132 1.525109

difference -.0526316 -.2971335 .1918703

Controls .4210526 [95% Conf. Interval]

Cases .3684211

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 0.8145

McNemar's chi2(1) = 0.22 Prob > chi2 = 0.6374

Total 16 22 38

Unexposed 10 14 24

Exposed 6 8 14

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc kebiasaanmerokok1 kebiasaanmerokok0, tb

odds ratio 1.6 .4615131 6.216083 (exact)

rel. diff. .1363636 -.1621489 .4348762

ratio 1.1875 .7917927 1.780967

difference .0789474 -.1316337 .2895285

Controls .4210526 [95% Conf. Interval]

Cases .5

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 0.5811

McNemar's chi2(1) = 0.69 Prob > chi2 = 0.4054

Total 16 22 38

Unexposed 5 14 19

Exposed 11 8 19

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc konsumsigaram1 konsumsigaram0

100.00 100.00 100.00

Total 19 19 38

26.32 57.89 42.11

KG tinggi 5 11 16

73.68 42.11 57.89

KG rendah 14 8 22

ram KG rendah KG tinggi Total

konsumsiga 1 konsumsigaram

0

column percentage

frequency

Key

. ta konsumsigaram0 konsumsigaram1,col

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

f. Aktivitas Fisik

g. Konsumsi Alkohol

odds ratio 1.142857 .4147443 3.149223 (tb)

rel. diff. .0454545 -.2916537 .3825628

ratio 1.0625 .6705602 1.683527

difference .0263158 -.1995854 .252217

Controls .4210526 [95% Conf. Interval]

Cases .4473684

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 1.0000

McNemar's chi2(1) = 0.07 Prob > chi2 = 0.7963

Total 16 22 38

Unexposed 7 14 21

Exposed 9 8 17

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc aktivitasfisik1 aktivitasfisik0, tb

odds ratio .6666667 .1127636 3.941382 (tb)

rel. diff. -.0294118 -.160194 .1013705

ratio .75 .2116474 2.657722

difference -.0263158 -.1676596 .115028

Controls .1052632 [95% Conf. Interval]

Cases .0789474

Proportion with factor

Exact McNemar significance probability = 1.0000

McNemar's chi2(1) = 0.20 Prob > chi2 = 0.6547

Total 4 34 38

Unexposed 3 32 35

Exposed 1 2 3

Cases Exposed Unexposed Total

Controls

. mcc konsumsialkohol1 konsumsialkohol0, tb

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

3. Hasil analisi Multivariat (Conditional Regresi Logistic)

Model I

Variabel dikeluarkan satu per satu dari variabel yang memiliki nilai p paling besar.

diabetesmilitus .8827383 .6142104 -0.18 0.858 .2257173 3.452225

konsumsigaram 2.174226 1.309509 1.29 0.197 .6677851 7.07901

statusobesitas 2.250337 1.284562 1.42 0.155 .7351148 6.888742

konsumsialkohol .8285441 .7994834 -0.19 0.845 .1250171 5.49113

aktivitasfisik 1.175599 .8012688 0.24 0.812 .3090969 4.471199

kebiasaanmerokok .869793 .5480132 -0.22 0.825 .2529975 2.990305

riwayathipertensi 2.218858 1.513213 1.17 0.243 .5829466 8.445598

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -22.402641 Pseudo R2 = 0.1495

Prob > chi2 = 0.5234

Wald chi2(7) = 6.14

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

Iteration 3: log pseudolikelihood = -22.402641

Iteration 2: log pseudolikelihood = -22.402642

Iteration 1: log pseudolikelihood = -22.406496

Iteration 0: log pseudolikelihood = -22.695806

konsumsigaram 2.152706 1.280764 1.29 0.197 .6707456 6.908946

statusobesitas 2.243551 1.276848 1.42 0.156 .7353611 6.844966

konsumsialkohol .7598405 .6338846 -0.33 0.742 .1481226 3.897835

aktivitasfisik 1.177198 .8038897 0.24 0.811 .3087292 4.488709

kebiasaanmerokok .8930343 .5176745 -0.20 0.845 .2867103 2.781589

riwayathipertensi 2.182734 1.447958 1.18 0.239 .5947578 8.010538

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -22.413587 Pseudo R2 = 0.1491

Prob > chi2 = 0.4296

Wald chi2(6) = 5.94

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

Iteration 3: log pseudolikelihood = -22.413587

Iteration 2: log pseudolikelihood = -22.413587

Iteration 1: log pseudolikelihood = -22.416091

Iteration 0: log pseudolikelihood = -22.693

konsumsigaram 2.166226 1.293562 1.29 0.196 .6720613 6.982303

statusobesitas 2.170875 1.209892 1.39 0.164 .7281746 6.471937

konsumsialkohol .7541419 .6424634 -0.33 0.740 .1420049 4.005003

aktivitasfisik 1.180486 .8115113 0.24 0.809 .3068405 4.541605

riwayathipertensi 2.301373 1.53738 1.25 0.212 .6213853 8.523401

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -22.434392 Pseudo R2 = 0.1483

Prob > chi2 = 0.3088

Wald chi2(5) = 5.97

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

konsumsigaram 2.005605 1.053887 1.32 0.185 .7160835 5.617292

statusobesitas 2.195552 1.226094 1.41 0.159 .7348435 6.55983

konsumsialkohol .6923726 .575916 -0.44 0.659 .1356157 3.534841

riwayathipertensi 2.292128 1.515248 1.25 0.210 .6273914 8.374122

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -22.468034 Pseudo R2 = 0.1470

Prob > chi2 = 0.1993

Wald chi2(4) = 6.00

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

Iteration 3: log pseudolikelihood = -22.468034

Iteration 2: log pseudolikelihood = -22.468034

Iteration 1: log pseudolikelihood = -22.469451

Iteration 0: log pseudolikelihood = -22.703001

konsumsigaram 2.144698 1.139805 1.44 0.151 .7568209 6.077699

statusobesitas 2.138945 1.184534 1.37 0.170 .7224531 6.332707

riwayathipertensi 2.343598 1.55742 1.28 0.200 .6371233 8.620701

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -22.525849 Pseudo R2 = 0.1448

Prob > chi2 = 0.1135

Wald chi2(3) = 5.96

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

konsumsigaram 1.902167 .9985198 1.22 0.221 .6798616 5.322023

statusobesitas 2.850627 1.432454 2.08 0.037 1.064652 7.632615

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -23.434902 Pseudo R2 = 0.1103

Prob > chi2 = 0.0664

Wald chi2(2) = 5.42

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

Iteration 3: log pseudolikelihood = -23.434902

Iteration 2: log pseudolikelihood = -23.434902

Iteration 1: log pseudolikelihood = -23.435154

Iteration 0: log pseudolikelihood = -23.597788

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …

Model Akhir

statusobesitas 2.666667 1.293705 2.02 0.043 1.030427 6.901131

sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)

Log pseudolikelihood = -23.981312 Pseudo R2 = 0.0895

Prob > chi2 = 0.0432

Wald chi2(1) = 4.09

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76

Iteration 3: log pseudolikelihood = -23.981312

Iteration 2: log pseudolikelihood = -23.981312

Iteration 1: log pseudolikelihood = -23.981392

Iteration 0: log pseudolikelihood = -24.031929

. clogit sampel statusobesitas , group ( idpair) or rob