14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN
Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI KLINIK MEDISCA

CIMANGGIS DEPOK JAWA BARAT TAHUN 2020

Hanifah Aziz1Sri Dinengsih

2 Risza Choirunnisa

3

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta

Email: [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRAK

Perubahan atau peningkatan berat badan merupakan efek samping dari pemakaian kontrasepsi. Efek

penambahan berat badan disebabkan karena hormon yang terkandung dapat merangsang pusat pengendali nafsu

makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan kenaikan berat badan dengan umur, lama pemakaian, jenis kontrasepsi, riwayat

penyakit keturunan dan kadar gula darah.Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi analitik,

dengan desain cross sectional. Populasi kasus pada penelitian ini adalah akseptor KB di Klinik Medisca pada

bulan Mei-Juni 2020 sebanyak 100 akseptor KB. Sampel pada penelitian ini sebanyak 100 orang. Instrumen

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penggunaan alat kontrasepsi, lembar observasi kartu

pengguna KB dan alat-alat yang di gunakan dalam penelitian. Hasil penelitian dari variabel kenaikan berat

badan yaitu akseptor KB yang tidak naik/tetap berat badannya sebanyak 23 responden (23%) sedangkan

akseptor KB yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 77 responden (77%).Dari penelitian ini

didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara umur, jenis kontrasepsi, riwayat penyakit keluarga dengan

kenaikan berat badan akseptor KB di Klinik Medisca Cimanggis Depok Jawa Barat tahun 2020 karena di

dapatkan hasil p value < 0,05.

Kata kunci : kenaikan berat badan, akseptor KB, kadar gula darah

ABSTRACT Change or gain in body weight is a side effect of using contraception. The effect of weight gain is

because the hormones contained can stimulate the appetite control center in the hypothalamus which causes the

acceptors to eat more than usual. This study aims to determine the relationship between weight gain and age,

duration of use, type of contraception, history of hereditary disease and blood sugar levels. The research design

used was an analytical observational study, with a cross sectional design. The case population in this study were

family planning acceptors at the Medisca Clinic in May-June 2020 as many as 100 family planning acceptors.

The sample in this study were 100 people. The instruments used in this study were a questionnaire on the use of

contraceptives, observation sheets for family planning card users and the tools used in the study. The results of

the study of the weight gain variable, namely family planning acceptors who did not gain / keep their body

weight were 23 respondents (23%) while FP acceptors who experienced weight gain were 77 respondents

(77%). From this study, it was found that there was a relationship between age , type of contraception, family

history of disease with weight gain of family planning acceptors at the Cimanggis Medical Clinic, Depok, West

Java in 2020 because the results were p value <0.05

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan

penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk

Indonesia berdasarkan hasil estimasi pada tahun 2018 sebesar 265.0 juta jiwa, terdiri atas

133.1 juta jiwa penduduk laki-laki dan 131.8 juta jiwa penduduk perempuan1.

Prevalensi KB dan angka fertilitas merupakan indikator yang penting dalam program

kependudukan dan keluarga berencana. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

dalam keluarga berencana untuk pengendalian fertilitas dan menekan pertumbuhan penduduk

secara efektif.

KB aktif di antara pasangan usia subur (PUS) tahun 2018 sebesar 63,27%, hampir

sama dengan tahun sebelumnya yang sebesar 63,22%. Sementara target Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar

66%. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 juga menunjukan

angka yang sama pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%. KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu

yaitu sebesar 71,15% dan yang terendah di Papua sebesar 25,73%2.

Perubahan atau peningkatan berat badan merupakan efek samping dari pemakaian

kontrasepsi. Efek penambahan berat badan disebabkan karena hormon yang terkandung dapat

merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor

makan lebih banyak dari biasanya.

Berdasarkan hasil prasurvei yang telah peneliti lakukan pada bulan April 2020 di Klinik

Medisca didapatkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas medis di Klinik diketahui

dari 10 akseptor KB yang terdaftar dan mempunyai kartu KB di Klinik Medisca didapatkan

bahwa terjadi kenaikan berat badan pengguna akseptor KB sekitar 70%. Berdasarkan latar

belakang diatas, maka penulis tertarik untuk megambil judul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Akseptor KB Di Klinik Medisca Cimanggis Depok

Jawa Barat Tahun 2020

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian observasi analitik yaitu cara pengambilan data

yang mengadakan pengamatan langsung kepada responden, penelitian digunakan untuk

mencari perubahan hal-hal yang diteliti, dengan desain cross sectional. Pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner ini diberikan pada akseptor KB yang

melakukan kunjungan ulang, saat periksa atau menemani keluarga saat periksa atau

menemani keluarga yang berobat. Variabel dependen yang akan di teliti dalam penelitian ini

adalah kenaikan berat badan sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah usia,

lama pemakaian kontasepsi, jenis kontrasepsi, riwayat penyakit keturunan dan kadar gula

darah.

Populasi kasus pada penelitian ini adalah akseptor KB di Klinik Medisca pada bulan

Mei-Juni 2020 sebanyak 100 akseptor KB. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

seluruh akseptor KB dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden.

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

Metode analisis data yang di gunakan oleh peneliti adalah metode analisis statistik

dengan menggunakan software IBM SPSS Stastistics 22 dengan uji statistik Chi Square jika

p < 0,05 dengan signifikansi 5% (0,005).

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Bivariat Tabel 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kenaikan Berat Badan pada Akseptor KB Di

Klinik Medisca Cimanggis Depok Jawa Barat tahun 2020

Variabel

Kenaikan Berat Badan

P value

OR

Tidak naik/

tetap Naik Total

Usia n % n % n %

20-35 11 11 59 59 70 70 0.017

0.280

>35 12 12 18 18 30 30

Jenis Kontrasepsi

Hormonal 11 11 57 57 68 68 0.035 0.322

Non Hormonal 12 12 20 20 32 32

Lama Penggunaan

≤ 2 tahun 12 12 28 28 40 40 0.265

> 2 tahun 11 11 49 49 60 60

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak Memiliki 12 12 59 59 71 71 0.045

0.333

Memiliki 11 11 18 18 29 29

Kadar Gula Darah

≤90 mg/dL 20 20 60 60 80 80 0.391

>90 mg/dL 8 8 12 12 20 20

Berdasarkan table 2 sebanyak 59 responden yang mengalami kenaikan berat badan.

Dengan nilai p value = 0.017 artinya ada hubungan yang signifikan antara usia dengan

kenaikan berat badan pada akseptor KB. Dengan nilai OR = 0.28 artinya responden yang

memiliki usia 20-35 tahun berpeluang mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.28 kali

dibandingkan usia > 35 tahun.

Faktor Jenis kontrasepsi diperoleh nilai p value = 0,035 artinya ada hubungan yang

signifikan antara jenis kontrasepsi dengan kenaikan berat badan pada akseptor KB dengan

nilai OR = 0.32 artinya responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal berpeluang

mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.32 kali dibandingkan yang menggunakan

kontrasepsi non hormonal.

Lama penggunaan diperoleh nilai p value = 0.265 artinya tidak ada hubungan antara

lama penggunaan kontrasepsi dengan kenaikan berat badan pada akseptor KB. Akseptor yang

memiliki riwayat penyakit keluarga diperoleh nilai p value = 0.045 artinya ada hubungan

yang signifikan antara riwayat penyakit keluarga dengan kenaikan berat badan pada akseptor

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

KB dengan nilai OR = 0.33 artinya responden yang memiliki riwayat penyakit keluarga

berpeluang mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.33 kali dibandingkan yang tidak

memiliki riwayat penyakit keluarga.

Memiliki kadar gula darah ≤90 mg/dL diperoleh nilai p value = 0.391 artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara kadar gula darah dengan kenaikan berat badan pada

akseptor KB.

PEMBAHASAN

1. Usia dengan Kenaikan Berat Badan pada Akseptor KB

Berdasarkan hasil analisis bivariat dilaporkan bahwa dari 100 responden, 70 responden

dengan yang berusia antara 20-35 tahun, ada sebanyak 59 (59%) responden yang mengalami

kenaikan berat badan, sedangkan dari 30 responden yang berusia > 35 tahun, ada sebanyak 18

(18%) responden yang mengalami kenaikan berat badan. Hasil uji statistik diperoleh p value

= 0,017 artinya secara statistik ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kenaikan

berat badan pada akseptor KB. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 0.280 artinya responden

yang memiliki usia 20-35 tahun berpeluang mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.280

kali dibandingkan usia > 35 tahun.

Beberapa Penelitian mengatakan bahwa Ada hubungan antara penambahan berat badan

dengan akseptor kontrasepsi hormonal (p-value = 0,001). Responden yang mengalami

penambahan berat badan selama menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebesar 66

responden (94,3%), sedangkan responden yang tidak mengalami penambahan berat badan

sebesar 5 responden (17,2%)1

Ada hubungan umur dengan nilai p value 0,000, dari 88 responden (100%) yang umur

35 tahun yang mengalami penurunan BB sebanyak 4 responden (4,5%) dan yang mengalami

kenaikan BB sebanyak 44 responden (50,0%)3

Berat badan rata-rata sebelum menggunakan KB suntik adalah 52,64 kg dan sesudah

menggunakan KB berat badan rata-rata 55,58 kg, dengan berat badan terendah 40 kg dan

tertinggi 73 kg dengan nilai p value = 0,000 <α=0,05. Akseptor hendaknya memeperhatikan

perubahan berat badan yang dialami sehingga tidak mengarah ke perubahan berat badan

berlebih2.

Asumsi peneliti bahwa pada rentang usia 20-35 tahun merupakan usia untuk reproduksi

sehat karena pada usia < 20 tahun merupakan fase untuk menunda kehamilan atau mencegah

kehamilan. Usia 20-35 tahun merupakan usia reproduksi dalam fase menjarangkan kehamilan

bukan untuk mengakhiri kehamilan, sehingga diperlukan kontrasepsi yang efektif sebagian

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

besar usia 20-35 tahun ibu mengalami kenaikan berat badan atau tetap. Hal ini disebabkan

karena pada usia ini merupakan usia yang reproduktif dalam bekerja dan melakukan aktivitas

lainnya. Para akseptor KB yang tidak menjaga pola nutrisi sehari-hari dapat memicu

terjadinya kenaikan berat badan yang drastis namun pada akseptor KB yang menjaga pola

makannya sesuai dengan kebutuhan memiliki kenaikan berat badan yang ideal atau tetap.

Usia >35 tahun merupakan kurun usia reproduksi tua, resiko tinggi dalam kehamilan dan

persalinan karena semakin bertambah umur seseorang maka seseorang akan cenderung

kehilangan otot dan menurunnya fungsi organ reproduksinya. Kehilangan otot akan

mengurangi tingkat pembakaran kalori, apalagi jika tidak dilakukan diet seimbang dan

aktivitas fisik yang rutin maka akan mengakibatkan kenaikan berat badan.

2. Jenis Kontrasepsi dengan Kenaikan Berat Badan pada Akseptor KB

Berdasarkan hasil analisis bivariat dilaporkan bahwa dari 100 responden, 68 responden

dengan yang menggunakan kontrasepsi hormonal, ada sebanyak 57 (57%) responden yang

mengalami kenaikan berat badan, sedangkan dari 32 responden yang menggunakan

kontrasepsi non hormonal, ada sebanyak 20 (20%) responden yang mengalami kenaikan berat

badan. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0.035 artinya secara statistik ada hubungan yang

signifikan antara jenis kontrasepsi dengan kenaikan berat badan pada akseptor KB. Hasil

analisis diperoleh nilai OR = 0.322 artinya responden yang menggunakan kontrasepsi

hormonal berpeluang mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.322 kali dibandingkan yang

menggunakan kontrasepsi non hormonal.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa hormon yang terkandung dalam kontrasepsi

hormonal dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipothalamus yang

menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Diagnosa dari pertambahan berat

badan pada pemakaian kontrasepsi hormonal yaitu retensi cairan karena progestin atau

estrogen di dalam kontrasepsi hormonal, pertambahan berat badan yang disebabkan oleh

estrogen mengakibatkan bertambahnya lemak subkutan terutama pada pinggul, paha, dan

payudara, ini tampak setelah beberapa bulan menggunakan akseptor KB hormonal, nafsu

makan yang bertambah dan makan banyak (efek anabolik) disebabkan efek androgenik dari

progestin, kadar insulin darah meninggi yang disebabkan oleh hormon progestin, intake

kalori yang bertambah4

Namun ada penelitian bahwa Tidak ada hubungan antara lamanya pemakaian alat

kontrasepsi suntik dengan perubahan berat badan pada akseptor KB suntik di BPM Sugiyati

tahun 2014 yang menggunakan kontrasepsi suntik lebih 1 tahun sebesar 91,7% dan

60% akseptor suntik mengalami peningkatan berat badan.5

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

Asumsi peneliti bahwa kenaikan berat badan Akseptor KB hormonal selain dari faktor

di atas terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan meningkatnya berat badan. Faktor

tersebut dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal mencakup faktor-faktor hereditas seperti umur,

gen dan regulasi termis. Faktor eksternal mencakup aktivitas fisik, kebudayaan, faktor

lingkungan dan asupan makanan.

3. Lama Penggunaan dengan Kenaikan Berat Badan pada Akseptor KB

Berdasarkan hasil analisis bivariat dilaporkan bahwa dari 100 responden, 60 responden

dengan yang telah menggunakan kontrasepsi > 2 tahun, sebanyak 49 (49%) responden yang

mengalami kenaikan berat badan, sedangkan dari 40 responden yang menggunakan

kontrasepsi ≤ 2 tahun, ada sebanyak 28 (28%) responden yang mengalami kenaikan berat

badan. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0.265 artinya secara statistik tidak ada

hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi dengan kenaikan berat badan pada akseptor

KB.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa dari 88 responden (100%) yang umur <20

tahun sebanyak 9 responden (10,2%) yang mengalami penurunan BB sebanyak 6 responden

(6,8%) dan yang mengalami kenaikan BB sebanyak 3 responden (3,4%), yang umur 20-35

tahun sebanyak 31 responden (35,3%) yang mengalami penurunan BB sebanyak 15

responden (17,1%) dan yang mengalami kenaikan BB sebanyak 16 responden (18,2%), yang

umur >35 tahun yang mengalami penurunan BB sebanyak 4 responden (4,5%) dan yang

mengalami kenaikan BB sebanyak 44 responden (50,0%).4

Menurut penelitian lain menyatakan bahwa dari 11 akseptor dengan lama pemakaian ≤

1 tahun mayoritas tidak mengalami kenaikan berat badan yaitu sebanyak 6 akseptor

(54,55%). Sedangkan dari 16 responden dengan lama pemakaian > 1 tahun mayoritas

mengalami kenaikan berat badan yaitu sebanyak 11 responden (68,75%).6

Pendapat lain mengatakan bahwa Penggunaan kontrasepsi implan dengan lama

penggunaan ≥ 3 tahun sebanyak 31 responden (86.1%). Kenaikan berat badan yang dialami

oleh responden yaitu ≥ 2 kg sebanyak 23 responden (63.9%). Simpulan dan Saran: Tidak ada

hubungan antara penggunaan kontrasepsi implan dengan kenaikan berat badan pada wanita

usia subur (p value 0.136 > 0,05)7

Penggunaan kontrasepsi dalam jangka panjang juga dapat memicu terjadinya kenaikan

berat badan yang dialami oleh akseptor KB. Dalam penggunaan jangka panjang KB

hormonal turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker, kekeringan pada vagina,

gangguan pada emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama dapat

mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh sehingga

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. Bila sudah dua

tahun, kita harus pindah kesistem KB yang lain, seperti KB kondom, spiral, atau kalender8

Asumsi peneliti bahwa terjadinya peningkatan berat badan pada akseptor KB tidak

hanya dipengaruhi oleh perubahan hormon sebagai akibat penggunaan kontrasepsi hormonal

yang lama. Tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan berat badan pada

seseorang. Faktor-faktor tersebut misalnya adalah pola kebiasaan makan, kurangnya aktifitas

fisik, keturunan obesitas, faktor fisiologis tubuh, pertambahan usia, gangguan hormon, faktor

lingkungan dan faktor kebudayaan. Akseptor yang banyak makan tetapi diimbangi dengan

olah raga akan mampu mencegah peningkatan berat badan, karena olah raga dapat membakar

lemak yang ada pada tubuh.

4. Riwayat Penyakit Keluarga dengan Kenaikan Berat Badan pada Akseptor KB

Berdasarkan hasil analisis bivariat dilaporkan bahwa dari 100 responden, 71 responden

yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga, sebanyak 59 (59%) responden yang

mengalami kenaikan berat badan, sedangkan dari 29 responden yang memiliki riwayat

penyakit keluarga, ada sebanyak 18 (18%) responden yang mengalami kenaikan berat badan.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0.045 artinya secara statistik ada hubungan yang

signifikan antara riwayat penyakit keluarga dengan kenaikan berat badan pada akseptor KB.

Ada pendapat dari penelitian bahwa orang yang memiliki riwayat DM pada keluarga

berpeluang 10,938 kali lebih besar menderita Diabetes Mellitus tipe dua daripada orang yang

tidak mempunyai riwayat DM pada keluarga karena risiko seseorang untuk menderita DM

Tipe dua lebih besar jika orang tersebut mempunyai orang tua yang menderita DM tipe dua.

Keluarga dalam penelitian ini hanya keluarga dekat seperti ibu ayah, dan saudara sekandung9.

Penelitian lain berpendapat bahwa Rata-rata kadar gula darah sewaktu pada akseptor

KB suntik kombinasi adalah 100,8000 gr/dl. Rata-rata kadar gula darah sewaktu pada

akseptor KB suntik progestin adalah 147.0667 gr/dl. Ada perbedaan antara kadar gula darah

sewaktu pada akseptor KB suntik kombinasi dan progestin dengan p value 0,000.10

Faktor terjadinya diabetes salah satunya juga karena faktor genetik (menurun),

keturunan diabetes mellitus memiliki resiko lebih besar terkena penyakit diabetes melitus

dibandingkan yang tidak memiliki riwayat genetik diabetes mellitus didalam keluarga dan

apabila orang tua mengidap penyakit ini maka anak telah mempunyai 40 % resiko terkena

penyakit ini juga 11

Asumsi peneliti bahwa risiko anak yang terkena diabetes mellitus menjadi lebih besar

dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Dalam hal ini

disebabkan karena riwayat penyakit keluarga merupakan faktor risiko dalam penyakit

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

diabetes mellitus dan bukan penyakit keturunan atau herediter yang dibawa sejak lahir.

Namun riwayat penyakit tersebut dapat di cegah untuk generasi selanjutnya dengan cara

menerapkan pola hidup sehat dan aktivitas fisik yang cukup.

5. Kadar Gula Darah dengan Kenaikan Berat Badan pada Akseptor KB

Berdasarkan hasil analisis bivariat dilaporkan bahwa dari 100 responden, 80 responden

memiliki kadar gula darah ≤90 mg/dL, ada sebanyak 60 responden yang mengalami kenaikan

berat badan. Sedangkan dari 20 responden yang memiliki riwayat penyakit keluarga, ada

sebanyak 12 responden yang mengalami kenaikan berat badan.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0.391 artinya secara statistik tidak ada hubungan

yang signifikan antara kadar gula darah dengan kenaikan berat badan pada akseptor KB.

Diabetes merupakan penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi

insulin yang cukup, atau jika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

diperbuatnya Kejadian diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

akibat dari kadar glukosa didalam darah yang tinggi(hiperglikemia). Glukosa yang tinggi

disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang kurang atau jumlah insulin cukup bahkan lebih,

tetapi kurang efektif atau resistensi insulin12

Pada umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis

menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun dan beresiko pada penurunan fungsi

endokrin pankreas yang memproduksi insulin, sehingga hampir semua kadar glukosa darah

dalam penelitian ini dalam keadaan normal. Kemudian terdapat 16 responden (12,1%)

yang mengalami kenaikan kadar glukosa darah ≥126 mg/dl, hal ini disebabkan karena

penggunaan kontrasepsi yang lama diatas 10 tahun dan responden berada pada sumur

diatas 35 tahun, sehingga hal ini yang menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah13

.

Menurut pendapat peneliti, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan banyak faktor antara

lain pola hidup pada akseptor KB yang menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi

makanan gizi seimbang dan sesuai kebutuhan serta mengolah makanannya sendiri. Sebagian

dari akseptor KB juga sebagai karyawan atau memiliki usaha sendiri, dengan begitu akseptor

KB melakukan aktifitas fisik.Pekerjaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

aktifitas fisik yang dilakukan individu. Aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan

kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa dari aliran

darah). Saat beraktifitas otot menggunakan glukosa yang tersimpan dan jika glukosa

berkurang otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah, hal ini kan

mengakibatkan menurunya glukosa darah, sehingga memperbesar pengendalian glukosa

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

darah. Penurunan berat badan secara signifikan berhubungan dengan adanya penurunan

glukosa darah.13

Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara

kenaikan berat bada akseptor KB dengan kadar gula darah sewaktu pada penelitian ini adalah

jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu pengambilan data resiko

dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan

hubungan sebab akibat antara resiko dan efek tersebut, data yang dipakai pada penelitian ini

adalah data primer, berupa kuesioner dan pemeriksaan langsung kadar gula darah sewaktu.

Pada pengisian kuesioner, data diambil berdasarkan hasil wawancara, sehingga terdapat

kemungkinan bias informasi pada saat pengambilan data. Data yang didapat tergantung

kepada kejujuran responden serta pemahaman responden terhadap pertanyaan yang diberikan,

dan pengukuran kadar gula darah sewaktu responden pada penelitian ini hanya menggunakan

glukometer yang hasilnya tidak terlalu akurat namun bisa digunakan untuk memantau kadar

gula darah.12

SIMPULAN

1. Sebagian besar Akseptor KB yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 59

responden (59%) Akseptor Kb yang berusia > 35 tahun sebanyak 18 responden (18%),

pengguna kontrasepsi hormonal sebanyak 57 responden (57%), lama penggunaan > 2

tahun sebanyak 49 responden (49%), tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

sebanyak 59 responden (596%) dan kadar gula darah ≤ 90 mg/dL sebanyak 80

responden (80%).

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kontrasepsi, riwayat penyakit

keluarga dengan dengan Kenaikan Berat Badan Akseptor KB Di Klinik Medisca Tahun

2020

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi dan

kadar gula darah dengan Kenaikan Berat Badan Akseptor KB Di Klinik Medisca Tahun

2020

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN
Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes

RI

2. BKKBN. 2015. Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional 2015-2019

3. Anitasari, B., & Nfn, I.2018. perbedaan berat badan akseptor sebelum dan sesudah

menggunakan alat kontrasepsi kb suntik di wilayah kerja puskesmas lamasi kab.

luwu. jurnal fenomena kesehatan, 1(2), 107-118.

4. Sembiring, J. B. 2019 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peningkatan Berat

Badan Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Batahan Kecamatan Batahan

Kabupaten Mandailing Natal. Gaster, 17(1), 36-51

5. Meilani, N., Setiyawati, N., & Estiwidani, D. Dkk. 2010. Pelayanan Keluarga

Berencana.

6. Erawati, D., & Fitriahadi, E. 2016. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Dengan Peningkatan Berat Badan Pada Akseptor Suntik Depo Medroksi Progesteron

Asetat Di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Sugiyati Kajoran Magelang (Doctoral

dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).

7. Zahera Ibrahim. 2015. Kenaikan Berat Badan Dengan Lama Pemakaian Alat

Kontrasepsi Hormonal Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sungai Mengkuang Tahun

2015. Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo : Jambi

8. Larasati Shinta. 2017. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Implan Dengan Kenaikan

Berat Badan Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman

Yogyakarta. Universitas Aisyiyah : Yogyakarta

9. Mudrikatin, S. 2012. Hubungan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan DMPA pada Akseptor

KB dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Jabon Jombang. Jurnal Sains

Med, 4(1), 17-22.

10. Nur Isnaini, Ratnasari. 2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Mellitus

Tipe Dua Risk Factors Was Affects Of Diabetes Mellitus Type 2 Departement Of

Nursing, Faculty Of Health Science, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jawa

Tengah Indonesia

11. Fatimah Sari dan Mustika Pramestiyani . 2015 Studi Komparasi Kadar Glukosa Darah

Sewaktu Pada Akseptor Kb Suntik Kombinasi Dan Progestin Di Bpm Yosi Trihana

Kabupaten Klaten Jawa Tengah Tahun 2015 Stikes Guna Bangsa Yogyakarta

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN

12. Rani Safitri Dan Tut Rayani. 2016. Gambaran Kenaikan Berat Badan Ibu Akseptor Pil

Oral Kombinasi Di Klinik Bps “K” Desa Glanggang Kecamatan Pakisaji Kabupaten

Malang. Program Studi Kebidanan Poltekkes RS dr. Soepraoen: Malang

13. Noor Hidayah, Purnomo, Dani Fitriani. 2015.Obesitas Dan Riwayat Genetik Dengan

Kejadian Diabetes Mellitus Pada Pengguna Kb Suntik Depogestin Di Bpm Handayani

Isro’ Desa Welahan. Stikes Muhammadiyah Kudus

14. Siti Rahma, Andi Mursyidah, Yuli Yanti Rauf. 2019.Kadar Gula Darah Pengguna

Kontrasepsi Hormonal. Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN