89
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA BISPHENOL A (BPA) YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER PLASTIK MAKANAN DAN MINUMAN DGD. DHARMA SANTHI I NYOMAN GEDE SUYASA I WAYAN JANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA BISPHENOL A (BPA)

YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER PLASTIK

MAKANAN DAN MINUMAN

DGD. DHARMA SANTHI

I NYOMAN GEDE SUYASA

I WAYAN JANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ―FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA

BISPHENOL A (BPA) YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER

PLASTIK MAKANAN DAN MINUMAN‖.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program S1 di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan

kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof.

Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan program S1. Tidak lupa pula penulis ucapkan

terima kasih kepada Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana yang dijabat oleh Dr.dr. Dewa Putu Gde Purwa Samatra,

Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program S1 pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

Terimakasih pula penulis sampaikan kepada keluarga yang selalu

memberikan dukungan baik moral dan materiil, serta motivasi kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian skripsi ini, serta kepada penulis sekeluarga. Akhir kata, semoga

skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat

umum dalam rangka memperluas wawasan yang kita miliki.

Denpasar, 27 November 2016

Penulis

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

3

ABSTRAK

Penggunaan plastik sebagai kemasan pangan merupakan hal yang melekat

dengan kehidupan masyarakat. Bahan utama pembuatan plastik polikarbonat

adalah senyawa bisphenol A (BPA). BPA dapat masuk ke dalam tubuh manusia

terutama karena kemampuannya bermigrasi ke dalam bahan makanan yang

dikemas. BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan

endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta meningkatkan risiko

terkena kanker payudara. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan

pengetahuan, siap dan tindakan dengan keberadaan kontainer plastik

Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional, besar

sampel dari populasi ibu rumah tangga di kabupaten Badung sebanyak 360 ibu

rumah tangga. Pengambilan sampel dengan metode sampling wilayah. Teknik

pengumpulan data primer mengenai karakteristik, pengetahuan, sikap dan

tindakan menggunakan kuesioner oleh petugas. Analisis data menggunakan

statistik multivarian

Hasil penelitian diperoleh pengetahuan tidak baik sebanyak 307 responden

(85,28%), sikap baik sebesar 358 responden (99,44%), tindakan tidak baik

sebanyak 258 responden (71,67%) dan keberadaan kontainer plastik di rumah

tangga sebesar 328 (91,11%)

Ada hubungan pengetahuan dan tindakan dengan keberadaan kontainer

plastik dengan P – 0,000, variable sikap tidak ada hubungan dengan keberadaan

kontainer plastik dengan nilai P = 1,000. Variabel yang dominan berhubungan

dengan keberadaan kontainer plastik adalah tindakan dengan nilai expB = 5,975.

Diharapkan ibu rumah tangga menggunakan kontainer plastik sebagai

wadah makanan dan minuman sesuai dengan kode peruntukannya

Kata kunci: Bisphenol A, Plastik, Makanan dan Minuman

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

4

ABSTRACT

The use of plastics as food packaging are inherent to the life of the

community. The main ingredient is the manufacture of polycarbonate plastics

compound bisphenol A (BPA). BPA may get into the human body is mainly

because of its ability to migrate into foodstuffs were packed. BPA has the

potential to lead to abnormal development of the endometrium which can cause

infertility and increase the risk of developing breast cancer. The aim of research to

determine the relationship of knowledge, ready and action by the presence of

plastic containers

An observational study with design cross setctional, a large sample of

the population housewife in Badung with 360 housewives. Sampling methods of

sampling area. The technique of collecting primary data on the characteristics,

knowledge, attitude and practice using a questionnaire by the officer. Analysis of

data using statistical multivariance

The results were obtained knowledge is not good as much as 307

respondents (85.28%), good attitude of 358 respondents (99.44%), the action is

not good as much as 258 respondents (71.67%) and the presence in the household

plastic containers of 328 ( 91.11%)

No relation between knowledge and action by the presence of a plastic

container with a P - 0.000, variable attitudes are not related to the presence of a

plastic container with a value of P = 1.000. The dominant variable related to the

presence of plastic containers is an action expB value = 5.975.

Expected housewives use plastic containers as food and beverage

containers in accordance with the code designation

Keywords: Bisphenol A, Plastics, Food and Beverages

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

5

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

ABSTRACT …………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………..... v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. viii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1

B. Perumusan Masalah ………………………………………………….. 3

C. Tujuan …………………………………………………………………. 3

D. Manfaat ……………………………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

A. Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik …………………………………. 5

B. Plastik Sebagai Kemasan Pangan ……………………………………… 9

C. Pemilihan Plastik Untuk Kontainer Makanan dan Minuman …………… 12

D. Migrasi Additive Plastik ………………………………………………. 15

E. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan ……………………… 16

F. Aktivitas Estrogenik Bisphenol-A ……………………………………. 19

G. Bisphenol A dan Fungsi Reproduksi dan Perkembangan ……………… 20

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN …………………………… 23

A. Kerangka Konsep ……………………………………………………… 23

B. Variabel Penelitian ………………………………………………….. 23

C. Definisi Operasional ………………………………………………….. 24

BAB IV METODELOGI PENELITIAN …………………………………. 26

A. Desain Penelitian …………………………………………………….. 26

B. Populasi dan Sampel ………………………………………………….. 26

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

6

C. Instrumen Penelitian …………………………………………………. 27

D. Prosedur penelitian …………………………………………………… 27

E. Analisis data ……………………………………………………………. 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….. 28

A. Karakteristik Responden ………………………………………………… 28

B. Deskripsi Variabel ………………………………………………….. 30

C. Analisis Data …………………………………………………………. 32

D. Pembahasan …………………………………………………………… 37

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 41

A. Simpulan ………………………………………………………………. 41

B. Saran …………………………………………………………………. 41

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 42

LAMPIRAN

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia modern sekarang, penggunaan kemasan pangan merupakan hal

yang melekat dengan kehidupan masyarakat. Kemasan pangan berfungsi untuk

melindungi pangan dari kerusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan biologik

sehingga masa simpan (shelf life) pangan menjadi lebih panjang (BPOM RI,

2009). Salah satu kemasan pangan yang sering digunakan masyarakat adalah

plastik. Jenis plastik yang umum digunakan adalah plastik polikarbonat

(polycarbonate/PC). Bahan utama pada pembuatan plastik polikarbonat adalah

senyawa 2,2-bis (4-hidroksifenil) propan atau yang dikenal dengan nama

bisphenol-A (BPA).

BPA banyak ditemukan di botol susu bayi sehingga membuat botol susu

menjadi tahan lama dan tampak mengkilat, sebagai campuran plastik untuk

membuat gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng

kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Plastik jenis juga

digunakan untuk pembuatan lensa kacamata, CD, DVD, komputer, perlengkapan

olah raga, perlengkapan medis, dental sealants (plastik tipis yang digunakan

untuk menutupi permukaan gigi, terutama gigi geraham untuk mencegah

kerusakan gigi), serta pelapis beberapa produk kertas termal, termasuk kertas

untuk struk ATM dan mesin penghitung uang (Anonim, 2016 ; BPOM RI, 2015).

Pada akhir tahun 1990-an muncul berbagai pertanyaan berkaitan dengan

tingkat keamanan dan efek samping dari BPA dimana diketahui bahwa BPA

bermigrasi dari kemasan plastik kedalam tubuh hewan uji, dimana menimbulkan

keabnormalan dalam chromosom hewan uji. Migrasi monomer terjadi, karena

dipengaruhi suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya.

Semakin tinggi suhu makanan yang dikemas plastik, semakin banyak pula

monomer yang dapat bermigrasi ke makanan. Peneliti dari University of

Cincinnati menemukan, eksposur terhadap air mendidih menyebabkan botol

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

8

plastik polikarbonat melepaskan BPA hingga 55 kali lebih cepat dari air dingin

atau air bertemperatur normal. Faktor lain yang berpengaruh adalah luas

permukaan yang berkontak, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik, serta tingkat

lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara

makanan dan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi makin tinggi

jumlahnya (Erliza, 1987; Syarief, 2014; Anonim, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Sun tahun 2000 dari Departement of

Chemistry, Faculty of Science, National University of Singapore pada karya

ilmiahnya Migration of Bisphenol A in Baby Milk Bottles mengatakan zat kimia

bisphenol (BPA) di temukan dalam plastik yang termasuk kelompok bahan kimia

yang dikenal sebagai endokrin pengganggu, yang dapat menghalangi aktivitas

hormon natural dalam tubuh, terutama estrogen. Beberapa penelitian lain

menunjukkan bahwa BPA, baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu

menembus plasenta. Pada fetus, perubahan BPA inaktif menjadi aktif ini

dimungkinkan karena organ hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang

mampu mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi BPA

estrogenik yang toksik. Hal tersebut menunjukkan bahwa fetus mempunyai

kemungkinan tertinggi terpapar BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan

estrogen pada waktu yang tidak tepat dalam kadar yang melebihi atau kurang dari

normal dapat menyebabkan efek merugikan terhadap perkembangan berbagai

organ dan sistem, termasuk sistem reproduksi (pada perempuan dan laki-laki),

perkembangan otak, kelenjar susu, dan sistem imun. Jika rute paparannya melalui

pangan yang tertelan, maka bayi mempunyai kemungkinan untuk terpapar BPA

lebih besar daripada kelompok umur lainnya. Menurut U.S. Food and Drug

Administration (U.S. FDA), bayi merupakan populasi yang sensitif terhadap BPA

karena sistem saraf dan sistem endokrinnya sedang dalam tahap perkembangan

demikian juga dengan sistem hepatiknya untuk mendetoksifikasi dan

mengeliminasi senyawa kimia, misalnya BPA. Sedangkan pada orang laki – laki

dewasa ditemukan ada korelasi antara BPA dengan penurunan produksi sperma,

penambahan berat prostat, dan kanker testis pada laki-laki. Sementara pada

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

9

perempuan dewasa, BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan

perkembangan endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta

meningkatkan risiko terkena kanker payudara (BPOM RI, 2015; Candy, 2008).

Dalam menjaga dan memelihara kesehatan terutama keluarga, ibu memiliki

keterkaitan yang erat. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan

secara langsung dengan pemilahan bahan kemasan pangan yang dipergunakan.

Plastik dipilih karena tidak mudah pecah, ringan, desain yang menarik dan

ketersediaan produk dengan kisaran harga yang bervariasi (Rahma, 2009).

Berdasarkan uraian-uraian permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik

untuk mengevaluasi pengetahuan dengan perilaku dan tindakan ibu rumah tangga

di Kabupaten Badung terhadap bahaya Bisphenol A yang terkandung dalam

dalam kontainer makanan dan minuman terhadap kesehatan‖.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah ―Faktor-faktor apakah yang

berhubungan dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A yang Terkandung

dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung?‖.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberadaan bahan

berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan

Minuman.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keberadaan bahan

berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan

dan Minuman.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

10

b. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan keberadaan bahan berbahaya

Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan

Minuman.

c. Untuk mengetahui hubungan Tindakan dengan keberadaan bahan berbahaya

Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan

Minuman.

d. Untuk mengetahui faktor yang dominan berhubungan dengan keberadaan

bahan berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik

Makanan dan Minuman

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi ibu rumah tangga terhadap pemilihan

penggunaan kontainer makanan dan minuman plastik yang mengandung

Bisphenol A .

2. Memberikan informasi tambahan kepada masyarakat termasuk ibu rumah

tangga mengenai dampak Bisphenol A terhadap kesehatan.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel

penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali

digunakan sebagai pelapis kertas. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita

temui di hampir setiap barang. Mulai dari wadah makanan, pengemasan, botol

minum, kantong plastik, alat makan (sendok, garpu, piring, mangkok, gelas).

Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung

dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak),

lama kontak dan suhu makanan saat disimpan (Rahma, W, 2009).

A. Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik

1. PET — Polyethylene Terephthalate

Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur

ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene

terephthalate) di bawah segitiga

Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Biasa dipakai

untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air

mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Tidak untuk air

hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali

penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu > 600C, hal ini akan

mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan

mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker)

Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3

(antimoni trioksida), yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan

pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam

tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung

senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan

mengalami : iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini

meningkatkanmasalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

12

mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga

usia 12 bulan.

2. HDPE — High Density Polyethylene

a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur

ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density

polyethylene) di bawah segitiga.

b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air

minum, dan lain-lain.

c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan

karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik

berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,

buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak

pada suhu 750C.

3. V — Polyvinyl Chloride

Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di

tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis

plastik yang paling sulit didaur ulang.

a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-

botol, sulit di daur ulang

b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas

dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan

tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150C.

c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik

ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung

lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.

e. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak

mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau

bahan alami (daun pisang misalnya).

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

13

4. LDPE — Low Density Polyethylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE

(low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari

minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-

botol yang lembek.

a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi

tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada

suhu 700C.

b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk

tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan

yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP — Polypropylene

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP PP

(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama

untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat

menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk

bayi.

b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,

keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya

tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak,

stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu

1500C.

c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk

menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

6. PS — Polystyrene

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS PS

(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang

apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.

b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

14

c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh

lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu

950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah

makanan.

d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak,

mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini

dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang

sudah sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah

makanan atau minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll.

e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.

f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan

untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan

panas.

g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan

styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.

h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap

kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,

mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah

reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini

sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses

yang sangat panjang dan lama.

j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera

kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali

dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika

dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan

meninggalkan jelaga.

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

15

7. OTHER

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan

OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene

styrene, PC - polycarbonate, Nylon)

b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum

olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan plastik

kemasan.

c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak

batita (sippy cup).

d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam

makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,

kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah

fungsi imunitas.

e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun

minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau

makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan

botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak

direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak

sebaiknya tidak digunakan lagi.

f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan

suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.

g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat

makan, penyaring kopi.

h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk

digunakan (Iman, 2005).

B. Plastik Sebagai Kemasan Pangan

Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,

menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena

kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak

bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

16

dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer

dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan

yang dikemas.

Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam

perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh

sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kapolimerisasi, laminasi, dan

ekstruksi (Syarief, 1989).

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,

yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa

monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut

dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan

jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan

sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, 1989).

Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur

kimianya terbagi atas dua macam yaitu :

1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka

akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada

suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik

(reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.

2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat

polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat

tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan

telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai

tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom

karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang

dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan

Trojan, 1975).

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan

polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

17

sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik

memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan

dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan

ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam

plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas.

(Winarno, 1994).

Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-

sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu

disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna,

antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas,

penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton,

1979). Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut

polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun

sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga

terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko

kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut

komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki

berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,

penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).

Menurut Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua

tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat

dilunakkan berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen,

polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastik

yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan

urea formaldehid.

Syarief, (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya

terhadap perubahan suhu, yaitu: a) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu,

melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel)

kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b) termoset: tidak

dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Plastik jenis termoset tidak begitu

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

18

menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga

volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat

termoplastik (Moavenzadeh dan Taylor, 1995). Pada kemasan plastik, perubahan

fisiko kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat

dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga

tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam

kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya:

polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan,

polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril

dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis

tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai

ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979).

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding

bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis

dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat

permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu

berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall

dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan

yang dapat menarik selera konsumen.

C. Pemilihan Plastik Untuk Kontainer Makanan dan Minuman

Tidak mudah untuk menentukan jenis plastik yang baik untuk wadah atau

kemasan makanan. Di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan kemasan yang

sebetulnya tidak cocok dengan jenis makanan dan minuman yang dikemas. Setiap

jenis makanan memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang harus dapat

ditanggulangioleh jenis plastik tertentu. Kesalahan material kemasan dapat

mengakibatkan kerusakan bahan makanan dan minuman yang dikemas (Buckle,

1987).

Selain dengan melihat pengkodean yang telah ditetapkan, aman-tidaknya

wadah plastik (food grade dan non-food grade) bisa diketahui dari simbol atau

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

19

pertanda khusus yang tertera di wadah plastik tersebut, diantaranya (Anonim,

2010):

1. Simbol Food Grade

Bergambar gelas dan garpu, artinya wadah tersebut aman digunakan untuk

makanan dan minuman.

2. Simbol Non-Food Grade

Gambar garpu dan gelas dicoret, artinya wadah tersebut tidak didesain untuk

makanan karena kandungan zat kimia di dalamnya bisa membahayakan

kesehatan.

3. Simbol Microwave Save

Gambar garis bergelombang, artinya wadah aman untuk digunakan sebagai

penghangat makanan di dalam microwave karena tahan suhu yang tinggi.

4. Simbol Non-Microwave

Gambar garis bergelombang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan

untuk menghangatkan makanan di dalam microwave karena tidak tahan

suhu yang tinggi atau panas.

5. Simbol Oven Save

Gambar oven (dua garis horizontal), artinya aman digunakan sebagai

penghangat makanan di dalam oven. Meski terbuat dari plastik, wadah ini

tahan terhadap suhu tinggi.

6. Simbol Non-Oven

Gambar dua garis horizontal dicoret, artinya wadah tidak tahan suhu tinggi.

7. Simbol Grill Save

Gambar pemanggang atau grill (tiga segitiga terbalik), artinya wadah aman

digunakan untuk suhu tinggi.

8. Simbol Non-Grill Save

Gambar pemanggang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan untuk

memanggang.

9. Simbol Freezer Save

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

20

Gambar bunga salju, artinya wadah aman digunakan untuk menyimpan

makanan atau minuman dengan suhu rendah atau beku.

10. Simbol Non-Freezer Save

Gambar bunga salju dicoret, artinya wadah tidak boleh untuk disimpan

dalam lemari pendingin.

11. Simbol Cut Save

Gambar pisau, artinya wadah aman digunakan sebagai alas saat memotong

bahan-bahan makanan.

12. Simbol Non-Cut Save

Gambar pisau dicoret, artinya tidak untuk wadah memotong.

13. Simbol Dishwasher Save

Gambar gelas terbalik, artinya wadah aman untuk dicuci dalam mesin

pencuci.

14. Simbol Non-Dishwasher Save

Gambar gelas dicoret, artinya gelas harus dicuci manual.

Adapun Cara Mengenal jenis Plastik pada Kemasan adalah :

1. Periksa nomor kode daur ulang, biasanya diletakkan pada bagian bawah

botol, dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel,

2. Periksa keras atau lunak : PP ditekan akan balik kebentuk semula; HDPE

ditekan tidak kembali; LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras; PC lebih

keras; PVC kurang keras.

3. Periksa permukaan mengkilap atau tidak : PC, PET dan PVC mengkilat; PP

mengkilat tapi tidak keras; HDPE dan LDPE tidak mengkilat.

4. Test bakar : HDPE dan LDPE akan berbau wax; PC berbau phenol; PVC

berbau chlorine; PET berbau buah

5. Kemasan tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan

mekanis.

6. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang

penghisapnya) berbahan polycarbonate, cobalah pilih dan gunakan botol

susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polypropylene. Gunakanlah

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

21

cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau polyethylene.

Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan

mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.

7. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah,

janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.

8. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika

penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak

dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena

pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan

alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless steel atau kaca.

9. Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya

pada microwave oven, yang dapat mengakibatkan zat kimia yang terdapat

pada plastik tersebut terlepas dan bereaksi dengan makanan lebih cepat. Hal

ini pun dapat terjadi bila kemasan plastik digunakan untuk mengemas

makanan berminyak atau berlemak.

10. Bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas

sebelum dibungkus dengan plastik pembungkus ketika akan dipanaskan di

microwave oven.

11. Cobalah untuk menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa

sayuran, makanan, ataupun belanjaan dan gunakanlah kemasan berbahan

stainless steel atau kaca untuk menyimpan makanan atau minuman.

12. Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan.

Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.

13. Terapkan, sebarkan dan ajaklah setiap orang di lingkungan rumah, kantor,

sekolah, kampus, dan di manapun untuk mengetahui informasi ini dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurheti, 2007).

D. Migrasi Additive Plastik

Selama proses pengemasan dan penyimpanan makanan, kemungkinan

terjadi migrasi (pemindahan) bahan plastik pengemas dari bungkus ke makanan

yang dikemas sehingga formulasi plastik akan terus berkembang. Bahan yang

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

22

berpindah dapat berupa residu polimer (monomer), katalis maupun aditive lain

seperti filler, stabilizer, plasticizer dan flalameretardant serta pewarna. Aditive ini

pada umumnya bersifat racun, terikat secara kimia atau fisika pada polimer dalam

bentuk asli atau modifikasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi adalah :

1. Luas permukaan yang berkontak,

2. Kecepatan migrasi,

3. Jenis bahan plastik,

4. Temperatur dan waktu kontak.

1. Luas permukaan yang berkontak

Tingkat kontak bahan pengemas dengan bahan pangan sangat penting.

Contohnya katup kecil yang digunakan dalam mesin pengolah pangan yang besar

akan kurang penting dibandingkan dengan film yang digunakan dalam jumlah

besar untuk mengemas makanan retail. Hal yang sama ditemui pada sebuah

sarung tangan atau conveyor yang digunakan dalam waktu singkat untuk

menangani berton-ton makanan dalam pabrik memiliki kemungkinan migrasi

bahan kimia yang lebih rendah dibanding dengan kaleng berpernish atau botol

plastik yang akan kontak dengan isinya selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-

tahun. Kemampuan bahan pengemas harus jelas.

Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai bahan yang bersentuhan

dengan makanan antara lain:

1. Kertas dan karton

2. Plastik

3. Vernish dan pelapis (pada logam)

4. Kaca

5. Keramik

6. Logam dan alloy (tanpa pelapisan)

7. Elastomer dan karet

8. Regenerated sellulosa

9. Lilin parafindan lilin micro crystaline

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

23

10. Kayu, termasuk kulit kayu

11. Produk tekstil

E. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan

Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah (Koswara,

2006):

1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA

dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang

cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama

kanker hati.

2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan

memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker.

Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu

menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.

3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan

hati (liver) pada hewan.

4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya

seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol,

isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin,

bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran

pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.

Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:

1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang

populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu

ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat

benzen. Benzen termasuk larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem

pencernaan. Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin.

Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak.

Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau leukemia (Rahma, W,

2009).

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

24

2. Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang

merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya

merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.

3. Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam

plastik yang bersifat karsinogenik (Winarno, 1994).

4. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat mengganggu

sistem endokrin (Anonim, 2009).

5. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC)

merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan

memperbesar resiko pada kehamilan (Anonim, 2008).

6. Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil (PCB) yang ditambahkan sebagai

bahan pelembut. PCB berfungsi sebagai satic agent dan ikut menentukan

kualitas plastik. Bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang

pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker

pada manusia (karsinogenik). Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa

pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta

tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan

kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada keracunan

menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati.

Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.

Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan

menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Untuk

menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh

DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang

tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena

atau bahan alami (daun pisang misalnya).

Meskipun bisphenol A (BPA) membuat plastik jadi keras dan tahan

guncangan, uji coba memperlihatkan bahan itu dapat meleleh ke dalam makanan

dan minuman ketika dipanaskan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa

polimerisasi kurang sempurna dari bahan - bahan di atas yang terjadi pada saat

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

25

produksi, atau terjadinya depolimerisasi akibat pemanasan (baik yang disengaja

untuk tujuan sterilisasi maupun tak disengaja selama penyimpanan) dapat

melepaskan BPA dan turunannya ke makanan (4 -

- -

setelah pemasangan dental sealant), di mana konsentrasi tersebut cukup efektif

untuk menginduksi proliferasi sel target estrogen (seperti sel kanker payudara)

dalam kultur (Brotons dkk., 1994; Olea dkk., 1996; Biles dkk., 1997). Data-data

tersebut menunjukkan bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari terdedah

terhadap BPA, sehingga tubuhnya bisa terkontaminasi dengan.bahan tersebut

melalui berbagai cara, seperti melalui proses ingesti atau absorpsi melalui kulit

dan membran mukosa. Ikezuki dkk. (2002) dan Schonfelder dkk. (2002)

melaporkan bahwa konsentrasi BPA dalam tubuh wanita hamil yang diteliti

mencapai 0,3 - 18,9 ng/ml dalam serum, 1 - 2 ng/ml dalam cairan folikel, 0,2 - 9,2

ng/ml dalam serum fetus, 8,3 ng/ml dalam cairan amnion dan 1 - 104,9 ng/g

jaringan plasenta. Sementara itu, penelitian dengan hewan eksperimental

menunjukkan bahwa pendedahan pralahir terhadap BPA menimbulkan perubahan

jarak anus dan genital luar (anogenital distance), peningkatan ukuran prostat,

penurunan berat epididymis dan perubahan siklisitas estrus dan tingkat LH plasma

(Gupta, 2000; Rubin dkk., 2001).

Bahan kimia Bisphenol A (BPA) digunakan secara luas untuk produk kemasan

kaleng makanan, kaleng atau kotak susu, pipa air dan juga bahan campuran pada

tambalan gigi, menurut hasil penelitian ternyata bahan tersebut dapat

mempengaruhi kerja estrogen didalam tubuh terutama pada bagian otak. Tim

peneliti dari Universitas Cincinnati (UC), yang dipimpin oleh Scott Belcher PhD,

menulis pada suatu artikel pada Journal Endokrinologi yang dimuat bulan

Desember 2005, mengatakan bahwa BPA menunjukkan efek yang negatif

terhadap jaringan otak, dan yang lebih mengejutkan dengan dosis yang kecil

sekalipun. Hasil penelitian tersebut juga menerangkan bahwa estrogen berperan

pada pertumbuhan dan mematangkan sel otak selain fungsinya sebagai hormon

reproduksi. Sudah lama diketahui bahwa peran estrogen sebagai hormon utama

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

26

bagi perkembangan sexualitas wanita, sedangkan BPA bekerja mempengaruhi

estrogen sehingga dapat menimbulkan terjadinya kanker payudara, dan pada

Januari 2005 journal cancer menyebutkan bahwa tim peneliti UC juga

menyebutkan bahwa BPA juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker

prostat.

F. Aktivitas Estrogenik Bisphenol-A

Walau tidak dikategorikan sebagai bahan berbahaya di kebanyakan negara,

tetapi ternyata BPA dapat bertingkah laku sebagai estrogen analog dalam sistem

biologi. Aktivitas estrogenik BPA pertama sekali ditemukan oleh Dodds dan

Lawson (1936). Semenjak penemuan tersebut berbagai penelitian in vitro maupun

in vivo telah dilakukan untuk memahami potensi estrogenik BPA. Penelitian in

vitro seperti yang dilaporkan oleh Krishnan ddk. (1993) menemukan bahwa

dinding tabung atau botol polikarbonat ternyata membebaskan BPA selama proses

sterilisasi dengan autoklaf dan bahan tersebut dapat menginduksi respon

estrogenik pada kultur jamur. Selanjutnya telah dihitung bahwa potensi estrogenik

dari BPA yang terlepas dari dinding tabung tersebut lebih kurang 0,00015 kali

aktivitas 17 -estradiol (E2) (Gaido dkk., 1997). Kuiper dkk. (1997) menemukan

pula bahwa BPA dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen dan dengan

potensi berturut-turut 0,0001 atau 0.0002 kali potensi E2 dan dietilstilbestrol

(DES). Dalam kultur, sel turunan kelenjar hipofisis tikus yang dikenal responsif

terhadap E2, Maruyama dkk. (1999) juga melaporkan bahwa BPA menunjukkan

aktifitas estrogenik dengan kekuatan 0,0001 kali kekuatan E2. Bukti estrogenisitas

BPA in vitro lainnya telah banyak dipublikasikan (Meerts dkk., 2001; Dengan

penelitian in vivo, BPA juga menunjukkan aktifitas estrogenik dengan kekuatan

lebih kurang 0,0001 kali kekuatan E2 dalam merangsang efek uterotrofik setelah

pemberian subkutan pada tikus yang telah diovariektomi (Milligan dkk., 1998).

Efek uterotrofik (Ashby & Tinwell, 1998; Jekat dkk., 2000; Laws dkk., 2000;

Yamasaki dkk., 2000; Kim dkk., 2001; Matthews dkk., 2001) atau efek

perangsangan pertumbuhan kelenjar hipofisis (Goloubkova dkk., 2000) atau efek

pengubahan histofungsional sistem saraf (Naciff dkk., 2002; Ramos dkk., 2003)

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

27

dari BPA dosis tinggi secara oral atau subkutan juga telah dilaporkan oleh

berbagai kelompok peneliti.

Efek samping Bisphenol-A :

Kanker payudara

Kanker prostat

Gangguan ginjal

Merusak sel telur dan kromosom

Mengganggu kualitas hormon testosteron

Mengganggu produksi sperma

Hiperaktif

Obesitas karena meningkatkan produksi sel lemak

Resisten terhadap insulin

Gangguan hati

G. Bisphenol A dan Fungsi Reproduksi dan Perkembangan

Berbagai penelitian yang ditujukan untuk lebih memahami efek BPA

terhadap fungsi reproduksi dan perkembangan pada hewan eksperimental,

khususnya hewan pengerat (rodentia), telah dipublikasikan. Dosis oral 640 mg/kg

berat badan pada hari ke-6 sampai dengan hari ke-15 kehamilan pada tikus tidak

menimbulkan efek yang dapat diamati pada fetus (Morrissey dkk., 1987). Hasil

yang sama telah dilaporkan pula oleh beberapa kelompok peneliti walaupun

rentang pemberian dosis BPA telah diperpanjang mulai dari periode kehamilan

sampai akhir masa laktasi (hari ke-21 pascalahir) (Cagen dkk., 1999; Kwon dkk.,

2000; Elswick dkk., 2000; Rubin dkk., 2001; Welsch dkk., 2000; 2001).

Sebaliknya, Rubin dkk (2001) telah melaporkan pula hasil yang bertentangan

dengan kelompok-kelompok peneliti tersebut di atas. Mereka mengamati

terjadinya gangguan siklus estrus keturunan F1

betina yang berasal dari induk yang terdedah terhadap BPA sejak periode pasca

implantasi sampai akhir masa laktasi dengan dosis 0,1 – 1,2 mg/kg berat badan.

Dosis yang digunakan oleh Rubin dkk (2001) sebenarnya jauh lebih rendah jika

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

28

dibanding dengan dosis yang digunakan oleh kelompok-kelompok peneliti

tersebut, yaitu dengan dosis tertinggi mencapai 32 mg/kg berat badan. Apa

penyebab terjadinya variasi respon terhadap pendedahan BPA melalui rute yang

sama pada strain tikus yang sama ini, yaitu tikus Sprague-Dawley, masih

membutuhkan kajian lebih lanjut lagi.

Para ahli reproduksi sejak beberapa tahun terakhir meneliti dampak unsur

Bisphenol A, yang lazim digunakan di pabrik plastik sebagai unsur pelunak

plastik agar mudah dibentuk. Unsur ini juga digunakan sebagai pelapis bagian

dalam kaleng bahan makanan awetan agar tidak berkarat, pada gigi palsu dan pada

botol susu bayi. Bisphenol A diketahui memiliki pengaruh seperti hormon wanita

estrogen. Diduga, turunnya jumlah sperma pada laki-laki disebabkan paparan

unsur tsb dalam jumlah besar. Juga fenomena menarik, berupa semakin cepatnya

anak perempuan mencapai pubertas, diduga keras diakibatkan unsur Bisphenol A

tsb. Hasil pengamatan yang lebih komprehensif pasca pendedahan in utero telah

dilaporkan oleh kelompok peneliti yang dipimpin oleh Chaboud (Chabout dkk.,

2001; Fialkowski dkk., 2000; Schonfelder dkk., 2001; Talsness dkk, 2000; 2001).

Kelompok peneliti ini melaporkan bahwa pendedahan terhadap BPA pada usia

kehamilan 6 – 21 hari akan menimbulkan gangguan pada hampir semua parameter

yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan perkembangan yang diamati,

baik pada jantan maupun betina F1. Reduksi jarak antara anus dan organ genital

luar (anogenital distance), percepatan penurunan testis dan separasi prepusium,

penurunan berat organ reproduksi (testis, epididymis, kelenjar prostata, dan

vesikula seminalis) serta perubahan histologi testis adalah beberapa parameter

yang terpengaruh akibat pendedahan BPA in utero pada jantan yang dilaporkan

oleh kelompok peneliti ini. Sementara pada betina dapat diamati terjadinya

percepatan pembukaan vagina, perlambatan siklus estrus, penurunan tingkat

progesteron darah serta perubahan histologi vagina. Namun demikian, hasil-hasil

amatan di atas gagal dikonfrimasi oleh Tinwell dkk (2002) terutama pada dosis-

dosis rendah. Satu-satunya efek yang dapat dikonfirmasi kembali oleh kelompok

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

29

peneliti ini pada dosis rendah adalah terjadinya penurunan produksi harian

spermatozoa.

Pendedahan BPA pasca lahir melalui jalur laktasi juga memberi hasil yang

bervariasi. Pendedahan induk pada periode laktasi dengan BPA cukup efektif

untuk meningkatkan berat testis dan mengganggu spermatogenesis pada saat

pubertas (Atanassova dkk., 2000). Jika pendedahan, baik melalui diet maupun

subkutan, dilakukan pada periode pubertas (Stoker dkk., 1999) atau dilanjutkan

sampai dewasa (Takahashi & Oishi, 2001) BPA akan mengakibatkan gangguan

pada kelenjar prostat, hipofisis, dan testis serta menurunkan berat badan.

Gangguan spermatogenesis juga terjadi pada tikus dewasa yang didedahkan

dengan BPA dosis rendah (Sakaue dkk., 2001). Sebaliknya, Nagao dkk (1999)

dan Ashby dan Lefevre (2000) tidak menemukan perubahan apa pun pada organ-

organ reproduksi atau perkembangan, baik pada jantan maupun pada betina, yang

terdedah terhadap BPA selama periode laktasi atau periode pubertas.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

30

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep Pengetahuan, Perilaku, dan Tindakan Masyarakat mengenai

bahaya Bisphenol A adalah sebagai berikut :

Gambar 1

Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik :

Usia

Pendidikan

Penghasilan Keluarga

Lama Menggunakan Kontainer makanan dan

minuman yang

mengandung Bisphenol A

Sumber Informasi :

− Keluarga

− Tetangga

− Media Cetak

− Media Elektronik

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Tindakan Ibu

Rumah Tangga

Penggunaan

kontainer makanan

dan minuman yang

mengandung

Bisphenol A

keberadaan

kontainer makanan

dan minuman yang

mengandung

Bisphenol A di

rumah tangga

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

31

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengetahuan, perilaku, tindakan dan keberadaan

kontainer plastik makanan dan minuman yang mengandung Bisphenol A.

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional masing-masing variabel yang akan diteliti diberikan

batasan sesuai dengan tujuan penelitian tertuang dalam beberapa batasan

operasional sebagai berikut:

Tabel 1

Definsi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Kriteria

dan Cara

Pengukuran

Skala Data

1. Perilaku

masyarakat

Identifikasi terhadap

perilaku masyarakat beserta

tindakan yang terdiri dari

pengetahuan, sikap dan

tindakan yang berhubungan

dengan penggunaan

kontainer yang mengandung

Bisphenol A untuk makanan

dan minuman

a. Pengetahuan Tingkat pengetahuan

responden yang diukur dan

diketahui melalui

kemampuan menjawab

beberapa pertanyaaan

kuesioner yang

berhubungan bahaya

Bisphenol A

Baik = skor

jawaban 6 - 12

Tidak baik = skor

jawaban 0 - <6

Cara pengukuran :

Kuesioner

Wawancara

Ordinal

b. Sikap Sikap responden yang

diukur dan diketahui melalui

jawaban beberapa

pertanyaaan kuesioner yang

berhubungan dengan

perilaku dalam penggunaan

kontainer yang mengandung

Bisphenol A

Baik = skor

jawaban 24 - 36

Tidak baik = skor

jawaban 12 - <24

Cara pengukuran :

Kuesioner

Wawancara

Ordinal

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

32

c. Tindakan Tindakan responden yang

diukur dan diketahui melalui

jawaban beberapa

pertanyaaan kuesioner yang

berhubungan dengan

tindakan dalam penggunaan

kontainer yang mengandung

Bisphenol A

Baik = skor

jawaban 4,5 - 9

Tidak baik = skor

jawaban 0 – <4,5

Cara pengukuran :

Observasi

Wawancara

Ordinal

2. Keberadaan

Kontainer

Makanan dan

Minuman Yang

mengandung

Bisphenol A

Keberadaan Kontainer

Makanan dan Minuman

Yang mengandung

Bisphenol A

Ada

Tidak ada

Cara pengukuran :

Observasi

Nominal

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

D. Desain Penelitian

Penelitian Pengetahuan, Perilaku, dan Tindakan Ibu Rumah Tangga di

Kabupaten Badung terhadap Bahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam

Kontainer Makanan dan Minuman Terhadap Kesehatan bila dilihat dari jenis

penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian observational dengan

rancangan cross sectional

E. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini ditetapkan; semua ibu rumah tangga yang

tinggal di Kabupaten Badung. Sampel penelitian adalah ibu rumah tangga yang

bersedia diwawancara.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus untuk populasi

penelitian yang tidak diketahui (M. Zainudin, 1999) yaitu :

2

2

)(D

PQZn

Dimana:

P = proporsi (insiden rate)

Z = derajat kepercayaan 95 %

d2 = simpangan ditetapkan sebesar 10% (0,1)

n = besar sampel

12,59

)1,0(

81,019,096,12

2

n = dibulatkan 60 IRT

Di Kabupaten Badung, terdapat 6 kecamatan, sehingga jumlah sampel

yang di dalam penelitian ini menjadi 360 IRT.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling

wilayah (cluster random sampling). Dimana pengambilan sampel dilakukan

dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi, mulai dari tiap-tiap kecamatan

ditentukan dua desa yang terpilih diambil sampelnya secara acak.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

34

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang

digunakan untuk mendapatkan data-data berupa karakteristik maupun kondisi

responden. Untuk kegiatan observasi tersedia lembar observasi terhadap semua

variabel yang diteliti.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini melibatkan mahasiswa yang berjumlah 3 orang. Mengingat

banyaknya data yang dikumpulkan dalam kuesioner, kepada mahasiswa yang

ditugaskan terlebih dahulu diberikan penjelasan sebelum diterjunkan ke lapangan.

Dengan berpedoman kuesioner para mahasiswa melakukan wawancara

terhadap responden, untuk mendapatkan data tentang pengetahuan, perilaku dan

tindakan yang berhubungan dengan bahaya Bisphenol A yang terdapat dalam

kontainer makanan dan minuman.

Setelah wawancara selesai, dilanjutkan dengan pengamatan terhadap

keberadaan kontainer makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia

Bisphenol A.

H. Analisis Data

Data hasil wawancara berdasarkan kuisioner dan observasi dianalisis

deskriptif, dengan menggambarkan keadaan dari variabel-variabel yang diteliti,

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang dilengkapi dengan

prosentase. Untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat dilakukan uji multivariace.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik responden

1. Umur dan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan tentang karakteristik

responden menurut umur, pendidikan responden. Umur responden dalam

penelitian ini minimal 17 tahun dan maksimal 73 tahun dengan rerata umur 40,35

± 9,50 tahun. Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2

Distribusi Responden Menurut Pendidikan

Tahun 2016

No Pendidikan Jumlah

F (orang) % (persen)

1 SD 40 11.11

2 SMP 61 16.94

3 SMA 192 53.33

4 Diploma 42 11.67

5 Sarjana 25 6.94

Jumlah 360 100,00

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa . Ini artinya ada kemudahan

dalam penyampaian informasi tentang peringatan bahan bisphenol A yang

terkandung pada kontainer plastik makanan dan minuman.

2. Sumber Informasi

Secara umum responden pada saat melihat media cetak atau elektronik

lebih menyukai berita 68,06% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik

berikut

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

36

Grafik 2

Kesukaan Respoden Terhadap Informasi Di Media Cetak/Elektronik

Berdasarkan grafik di atas responden yang menyukai informasi kesehatan

sebesar 22,5% hal ini menunjukkan responden belum terlalu banyak mengakses

informasi tentang kesehatan.

Berkaitan dengan informasi tentang kesehatan khususnya tentang

Bisphenol A (BPA) yang terkandung dalam kontainer plastik makanan dan

minuman dapat dilihat pada grafik berikut

Grafik 3

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

37

Informasi Tentang Bisphenol A (BPA)

Melihat grafik 2 menunjukkan responden memperoleh informasi tentang

Bisphenol A (BPA) yang terkandung dalam kontainer plastik makanan dan

minuman media paling banyak pada media elektronik 80% (288 orang)

B. Deskripsi variabel

1. Pengetahuan

Pengetahuan responden tentang kandungan Bisphenol A pada kontainer

palstik makanan dan minuman di Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3

Tingkat Pengetahuan Responden tentang Kandungan Bisphenol A dalam

Kontainer Plastik Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung Tahun 2016

No Pengetahuan Frekuensi Prosentase

1 Tidak Baik 307 85.28

2 Baik 53 14.72

Pengetahuan responden dilihat pada tabel 3, menunjukkan pengetahuan

responden tentang adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer

plastik masih rendah sebesar 84,28%.

2. Sikap

Sikap responden tentang adanya kandungan Bisphenol A pada kontainer

palstik makanan dan minuman di Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4

Sikap Responden tentang Kandungan Bisphenol A dalam Kontainer Plastik

Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung Tahun 2016

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

38

No Sikap Frekuensi Prosentase

1 Tidak Baik 2 0.56

2 Baik 358 99.44

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan sikap responden tentang adanya bahan

yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik cukup positif dengan

kategori baik sebesar 99,44%.

3. Tindakan

Tindakan responden tentang adanya kandungan Bisphenol A pada

kontainer palstik makanan dan minuman di Kabupaten Badung dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5

Tindakan Responden tentang Kandungan Bisphenol A dalam Kontainer Plastik

Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung Tahun 2016

No Tindakan Frekuensi Prosentase

1 Tidak Baik 258 71.67

2 Baik 102 28.33

Melihat Tabel 5, menunjukkan tindakan responden tentang adanya bahan

yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik masih negatif dengan

kategori tidak baik sebesar 71,67%.

4. Keberadaan Kontainer Plastik Makanan dan Minuman

Hasil observasi terhadap keberadaan plastik di rumah tangga menunjukan

rata-rata memiliki wadah plastik sebanyak 10,34 buah dengan standar deviasi

5,65, paling banyak memiliki wadah plastik sebanyak 35 buah keberadaan

kontainer plastik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

39

Keberadaan Kontainer Plastik Makanan dan Minuman

di Kabupaten Badung Tahun 2016

No Kontainer Plastik Frekuensi Prosentase

1 Ada 328 91.11

2 Tidak ada 32 8.89

Melihat tabel di atas, terlihat sebagian besar 91,11% (328 orang) rumah tangga

memiliki kontainer plastik.

Responden menyatakan sering memakai kontainer plastik sebanyak

60,83% (219 orang), kadang-kadang memakai kontainer plastik sebesar 34,17%

(123 orang) dan jarang memakai kontainer plastik sejumlah 18 orang (5,00%).

Pemakaian kontainer plastik sesuai kode peruntukan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Pemakaian Kontainer Plastik Makanan dan Minuman Sesuai Kode Peruntukan

di Kabupaten Badung Tahun 2016

No Pemakaian Sesuai Kode

Peruntukan

Frekuensi Prosentase

1 Tidak 303 84.17

2 Ya 57 15.83

Berdasarkan tabel 7, menunjukkan sebagian besar rumah tangga tidak

memakai kotainer plastik makanan dan minuman sesuai dengan kode

peruntukannya. Keamanan kemasan plastik dapat dikenali dari logo atau tulisan

yang tertera, misalnya , tulisan ‗aman untuk makanan‘ atau food safe / for food

use /food grade. Tetap pada prinsipnya, tidak ada satu pun jenis plastik yang

mutlak aman untuk kemasan pangan. Salah satu cara untuk meminimalkan bahaya

plastik dengan cara meminimalkan penggunaannya. Beberapa jenis plastik yang

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

40

relatif aman digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan

PET. Secara umum, bila ditinjau dari sifatnya, sebaiknya kemasan plastik tidak

digunakan untuk pangan yang bersifat asam, mengandung lemak atau minyak,

terlebih dalam keadaan panas. Jika memungkinkan, gunakan alternatif lain

sebagai kemasan pangan, misalnya kaca/gelas. Pemilihan kemasan plastik harus

benar-benar selektif karena dampak negatif kemasan plastik tidak langsung dapat

dilihat karena sifatnya yang akumulatif dan akibat yang ditimbulkan dalam jangka

panjang sangat perlu diwaspadai.

C. Analisis Data

Tabulasi silang antara variabel pengetahuan, sikap, tindakan dengan

keberadaan kontainer plastik di rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

41

Tabel 8

Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap, Tindakan Dengan Keberadaan Kontainer

Plastik Makanan Dan Minuman Di Kabupaten Badung 2016

No Variabel Kategori Keberadaan Kontainer

Plastik

Total P Value/

OR

Ada Tidak

1 Pengetahuan

Tidak Baik 290

(94,46%)

17

(5,54%)

307

(100%)

0,000/

6,734

Baik 38

(71,70%)

15

(28,30%)

53

(100%)

2 Sikap

Tidak Baik 2

(100%)

0 2

(100%)

1,000

Baik 326

(91.06%)

32

(8,94%)

358

(100%)

3 Tindakan

Tidak Baik 248

(96.12%)

10

(3.88%)

258

(100%)

0,000

6,820

Baik 80

(91.11%)

22

(8.89%)

102

(100%)

Berdasarkan tabel di atas menunjukan dari 307 orang berpengetahuan

tidak baik terdapat kontainer plastik makanan dan minuman sebesar 94,46% (290

orang), dari 2 orang sikap tidak baik memiliki kontainer plastik sebesar 100% (2

orang) dan tindakan tidak baik dari 258 orang memiliki kontainer sebesar 96,12%

(248 orang).

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

42

Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara

pengetahuan dengan keberadaan kontainer plastik makanan dan minuman dengan

p = 0,000 < 0,05. OR 6,734 berarti responden dengan pengetahuan tidak baik

kemungkinan akan memiliki kontainer makanan dan minuman 6,734 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan pengetahuan responden yang baik. Sikap responden

tidak ada hubungan dengan keberadaan kontainer makanan dan minuman dengan

nilai p = 1,000 > 0,05. Sedangkan variabel tindakan ada hubungan dengan

keberadaan kontainer makanan dan minuman dengan nilai p = 0,000 < 0,05. OR

6,820 berarti responden dengan tindakan tidak baik kemungkinan memiliki

kontainer makanan dan minuman 6,820 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

responden tindakan yang baik.

Tabulasi silang antara variabel pengetahuan, sikap, tindakan dengan

pemakaian kontainer plastik makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 9

Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap, Tindakan Dengan pemakaian kontainer

plastik makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya Di Kabupaten Badung

2016

No Variabel Kategori Pemakaian Sesuai

Kode Peruntukan

Total P Value/

OR

Tidak Ya

1 Pengetahuan Tidak Baik 280

(91,21%)

27

(8,79%)

307

(100%)

0,000/

13,527

Baik 23

(43,40%)

30

(56,60%)

53

(100%)

2 Sikap Tidak Baik 2 0 2 1,000

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

43

(100%) (100%)

Baik 301

(84,08%)

57

(15,92%)

358

(100%)

3 Tindakan Tidak Baik 245

(94,96%)

13

(5.04%)

258

(100%)

0,000

14,297

Baik 56

(56,86%)

44

(43,14%)

102

(100%)

Berdasarkan tabel di atas menunjukan dari 307 orang berpengetahuan

tidak baik pemakaian tidak sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman

sebesar 91,21% (280 orang), dari 2 orang sikap tidak baik pemakaian tidak sesuai

peruntukan kode sebesar 100% (2 orang) dan tindakan tidak baik dari 245 orang

pemakaian tidak sesuai peruntukan kode sebesar 94,96% (245 orang).

Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara

pengetahuan dengan pemakaian sesuai peruntukan kode plastik makanan dan

minuman dengan p = 0,000 < 0,05. OR 13,527 berarti responden dengan

pengetahuan tidak baik kemungkinan akan pemakaian tidak sesuai peruntukan

kode makanan dan minuman 15,527 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

pengetahuan responden yang baik. Sikap responden tidak ada hubungan dengan

pemakaian sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman dengan nilai p

= 1,000 > 0,05. Sedangkan variabel tindakan ada hubungan dengan pemakaian

sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman dengan nilai p = 0,000 <

0,05. OR 14,297 berarti responden dengan tindakan tidak baik kemungkinan

pemakaian tidak sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman 14,297

kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden tindakan yang baik.

Setelah dilakukan analisis data dengan bivariate, dilanjutkan dengan uji

multivariate dengan menggunakan uji regresi logistic untuk mendapatkan adjust

OR masing-masing variabel yang dimasukan dalam uji regresi logistik.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

44

Berdasarkan uji chi square variable bebas yang dimasukan dalam uji regresi

logistic adalah variabel pengetahuan dan tindakan karena memiliki nilai P < 0,05.

Hasil regresi logistic dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 10

Hasil Regresi Logistik variabel Pengetahuan, Tindakan Dengan Keberadaan

Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman Di Kabupaten Badung 2016

No Variabel B Sig ExpB CI Goodness of fit

Hosmer-

Lemeshow

Chi

Square

Sig

1 Constant -3,610 0,000 0,027 0,749 0,688

2 Pengetahuan 1,736 0,000 5,676 2,506 – 12,857

3 Tindakan 1,788 0,000 5,975 2,643 – 13,508

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan ketepatan data terhadap model regresi

dapat dilihat dari hasil uji Goodness of fit dari Hosmer-Lemeshow memperoleh

hasil nilai sig 0,688 > 0,05 yang artinya data fit dengan model regresi logistik.

Adjust OR untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai 5,676 dengan p = 0,000

artinya responden dengan pengetahuan tidak baik kemungkinan memiliki

Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman 5,676 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan responden yang memiliki pengetahuan baik. Untuk variabel tindakan

diperoleh nilai sebesar 5,975 dengan p = 0,000 artinya responden dengan tindakan

tidak baik kemungkinan memiliki Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman

5,975 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki tindakan

baik. Dari kedua variabel tersebut yang dominan mempengaruhi keberadaan

kontainer plastik makanan dan minuman adalah variabel tindakan karena memiliki

nilai ExpB paling tinggi.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

45

Untuk mencari adjust OR variabel pengetahuan dan tindakan terhadap

pemakaian kontainer plastik makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya

di peroleh hasil regresi logistic pada tabel berikut

Tabel 11

Hasil Regresi Logistik variabel Pengetahuan, Tindakan Dengan Pemakaian

Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman Sesuai Kode Peruntukannya

Di Kabupaten Badung 2016

No Variabel B Sig ExpB CI Goodness of fit

Hosmer-

Lemeshow

Chi

Square

Sig

1 Constant -4,041 0,000 0,018 0,004 0,998

2 Pengetahuan 3,204 0,000 24,627 9,338 – 64,951

3 Tindakan 3,155 0,000 23,459 9,384 – 58,643

Melihat tabel 11 ketepatan data terhadap model regresi dapat dilihat dari

hasil uji Goodness of fit dari Hosmer-Lemeshow memperoleh hasil nilai sig 0,998

> 0,05 yang artinya data fit dengan model regresi logistik. Adjust OR untuk

variabel pengetahuan diperoleh nilai 24,627 dengan p = 0,000 artinya responden

dengan pengetahuan tidak baik kemungkinan pemakaian kontainer plastik

makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya 24,627 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik. Untuk variabel

tindakan diperoleh nilai sebesar 23,459 dengan p = 0,000 artinya responden

dengan tindakan tidak baik kemungkinan memiliki pemakaian kontainer plastik

makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya 23,459 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan responden yang memiliki tindakan baik. Dari kedua variabel

tersebut yang dominan mempengaruhi pemakaian kontainer plastik makanan dan

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

46

minuman sesuai kode peruntukannya adalah variabel pengetahuan karena

memiliki nilai ExpB paling tinggi.

D. Pembahasan

Dalam dunia modern sekarang, penggunaan kemasan pangan merupakan hal

yang melekat dengan kehidupan masyarakat, dan dari sisi “food safety” kemasan

makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan

aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan,

pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak

semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang

paling sering kita jumpai saat ini adalah plastik dan styrofoam (Sulcahan dan Nur

W, 2007). Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat

fleksibel penggunaannya. Kemasan plastik mempunyai kelebihan seperti ringan,

fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis

(heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah (Syarief, 1989). Masing-

masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari

bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak), lama

kontak dan suhu makanan saat disimpan (Rahma, W, 2009). Bahan utama pada

pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa bisphenol A (BPA).

BPA bermigrasi ke dalam makanan dan minuman melalui epoksi resin

yang melapisi kaleng atau melalui kemasan plastik yang terbuat dari polikarbonat.

Pangan yang disimpan dalam kemasan atau dipanaskan dalam wadah yang

mengandung BPA dapat tercemar BPA yang bermigrasi dari kemasan ke dalam

pangan pada saat dipanaskan. Scheter, dkk tahun 2010 mengukur kadar BPA

dalam 105 jenis makanan kaleng untuk manusia maupun untuk hewan peliharaan

seperti kucing dan anjing. Kadar BPA dalam makanan diukur menggunakan

metode HRGC/LRMS. Hasilnya, BPA terdeteksi dalam 63 dari 105 sampel,

termasuk kalkun segar, kalengan kacang hijau, dan susu formula kalengan.

Tingkat terdeteksi berkisar 0,23-65,0 ng/ g b/b dan tidak berhubungan dengan

jenis makanan atau kemasan tetapi berhubungan dengan pH. Tingkat BPA yang

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

47

lebih tinggi ditemukan pada sampel yang memiliki pH 5 dibandingkan sampel

yang lebih asam atau basa. Nilai asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable

daily intake) untuk BPA yang ditetapkan oleh European Commission adalah 0,05

mg/kg berat badan/hari. Namun, umumnya kadar paparan BPA lebih rendah

daripada nilai TDI tersebut. Selain melalui rute tertelan, BPA dapat pula masuk ke

dalam tubuh melalui kontak kulit, misalnya pada pekerja industri yang terlibat

langsung pada pembuatan produk yang mengandung BPA serta pada individu

yang menggunakan mesin penghitung uang. BPA juga terkandung dalam kadar

rendah di udara dan debu di dalam ruangan, serta pada dental sealants, namun

tingkat paparannya terhadap manusia relatif lebih kecil daripada paparan melalui

pangan. Di dalam tubuh, dalam bentuk bebas, BPA bersifat sedikit lipofilik (dapat

larut dalam lemak). Namun melalui proses metabolisme di dalam hati, BPA

diubah menjadi senyawa yang agak lebih hidrofilik (dapat larut dalam air). Dalam

bentuk aktifnya, senyawa BPA memiliki aktivitas hormon estrogen sehingga jika

masuk ke dalam tubuh dapat memimik (meniru) hormon estrogen. Selain itu, BPA

juga merupakan salah satu senyawa endocrine disruptors yang dapat mengganggu

biosintesis, sekresi, kerja, atau metabolisme alami suatu hormon (Anonim b,

2014).

BPA yang masuk ke tubuh dapat diserap dalam saluran cerna lalu

dimetabolisme di dalam hati membentuk senyawa yang inaktif, yaitu konjugat

BPA-glucuronic acid yang tidak memiliki aktivitas hormonal dan tidak berbahaya.

Senyawa ini bersifat larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh melalui

urin. Selain itu ada pula senyawa inaktif lain yang dihasilkan dalam jumlah yang

lebih sedikit, yaitu BPA sulfat. Baik BPA-glucuronic acid maupun BPA sulfat,

keduanya dapat diukur kadarnya di dalam tubuh, namun demikian hanya BPA

bentuk bebas (BPA bentuk aktif) saja yang berpotensi menimbulkan efek

merugikan bagi kesehatan. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa BPA,

baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas

yang telah menembus plasenta dan mencapai fetus, kebanyakan tetap berada

dalam bentuk aktifnya, sedangkan bila senyawa yang menembus plasenta adalah

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

48

bentuk inaktifnya maka senyawa tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA

bentuk aktif. Pada fetus, perubahan BPA inaktif menjadi aktif ini dimungkinkan

karena organ hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang mampu

mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi BPA estrogenik yang

toksik (Anonim b, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian Sun tahun 2000 dari Departement of

Chemistry, Faculty of Science, National University of Singapore pada karya

ilmiahnya Migration of Bisphenol A in Baby Milk Bottles mengatakan BPA

termasuk kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai ―Endocrine Disrupting

Hormone (EDC)‖, yang dapat menghalangi aktivitas hormon natural dalam tubuh,

terutama estrogen (Sun, 2000; Senjen dan Azoulay 2008). Disamping itu,

ditemukan ada korelasi antara BPA dengan penurunan produksi sperma,

penambahan berat prostat, dan kanker testis pada laki-laki. Sementara pada

perempuan, BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan

endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta meningkatkan risiko

terkena kanker payudara (Anonim, 2014; Biddinger and Kahn, 2006; Candy,

2008).

Dalam menjaga dan memelihara kesehatan terutama keluarga, ibu memiliki

keterkaitan yang erat. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan

secara langsung dengan pemilahan bahan kemasan pangan yang dipergunakan.

Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap perilaku dan tindakan ibu dalam memilih

kemasan makanan. Pengetahuan adalah hasil ―tahu‖, ini setelah orang melakukan

pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalaui panca

indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2011). Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan responden

tentang adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik

masih rendah sebesar 84,28%. Informasi tentang Bisphenol A (BPA) yang

terkandung dalam kontainer plastik makanan dan minuman umumnya diketahui

dari med ia elektronik yaitu sekitar 80%. Berdasarkan observasi sikap responden

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

49

tentang adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik

cukup positif dengan kategori baik sebesar 99,44%. tindakan responden tentang

adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik masih

negatif dengan kategori tidak baik sebesar 71,67%. Hasil observasi terhadap

keberadaan plastik di rumah tangga menunjukan rata-rata memiliki wadah plastik

sebanyak 10,34 buah dengan standar deviasi 5,65, paling banyak memiliki wadah

plastik sebanyak 35 buah keberadaan kontainer plastik Sebanyak 91,11% (328

orang) rumah tangga memiliki kontainer plastik. Responden menyatakan sering

memakai kontainer plastik sebanyak 60,83% (219 orang), kadang-kadang

memakai kontainer plastik sebesar 34,17% (123 orang) dan jarang memakai

kontainer plastik sejumlah 18 orang (5,00%). Pemakaian kontainer plastik sesuai

kode peruntukan menunjukkan sebagian besar rumah tangga tidak memakai

kotainer plastik makanan dan minuman sesuai dengan kode peruntukannya.

Penggunaan plastik sebagai kemasan pangan semakin meningkat seiring

dengan perkembangan industri plastik. Namun demikian, adanya berbagai kajian

mengenai plastik, terutama dampaknya terhadap kesehatan, telah membuka

wawasan para konsumen untuk lebih bijak dalam penggunaan plastik sebagai

kemasan pangan. Pada prinsipnya, tidak ada satu pun jenis plastik yang mutlak

aman untuk kemasan pangan. Keamanan penggunaan plastik sebagai kemasan

pangan didasarkan pada jumlah migran/monomer plastik (bahan-bahan kimia

yang membentuk plastik) yang bermigrasi ke dalam pangan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah migran dari pengemas ke dalam pangan antara lain adalah

konsentrasi migran; kekuatan ikatan/mobilitas bahan kimia dalam pengemas

tersebut; ketebalan kemasan; sifat alami pangan dalam kaitan kontak dengan

pengemas (kering, berair, berlemak, asam, alkoholik); kelarutan bahan kimia

terhadap pangan; lama dan suhu kontak. Beberapa jenis plastik yang relatif aman

digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan PET.

Keamanan kemasan dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera, misalnya ,

tulisan ‗aman untuk makanan‘ atau food safe / for food use / food grade. Logo

atau tulisan atau kode plastik tersebut biasanya dicetak timbul pada benda plastik

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

50

yang bersangkutan. Walaupun begitu, banyak juga kemasan plastik yang tidak

mencatumkan logo atau keterangan apapun sehingga kita sebagai konsumen harus

lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Secara umum, bila ditinjau dari sifatnya,

sebaiknya kemasan plastik tidak digunakan untuk pangan yang bersifat asam,

mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan panas. Jika

memungkinkan, gunakan alternatif lain sebagai kemasan pangan, misalnya

kaca/gelas.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

51

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Bersdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A

yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman dengan

nilai P = 0,000.

2. Tidak ada hubungan sikap dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A

yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman dengan

nilai P = 1,000.

3. Ada hubungan Tindakan dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A

yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman dengan

nilai P = 0,000.

4. Faktor tindakan yang dominan berhubungan dengan keberadaan bahan

berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan

dan Minuman dengan nilai expB sebesar 5,975.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan sebagai berikut :

1. Kepada ibu rumah tangga diharapkan menggunakan wadah plastik sebagai

kontainer makanan dan minuman memperhatikan kode yang sesuai untuk

peruntukannya.

2. Kepada instansi terkait agar melakukan pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya Bisphenol A yang

terkandung dalam kontainer plastik makanan dan minuman apabila

pemakaiannya tidak sesuai kode perubtukannya.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

52

DAFTAR PUSTAKA

Albert, 2006. Mengenal Simbol Pada Kemasan Plastik. ebookpangan.com.

Diakses tanggal 03 Maret 2010.

BPOM R.I, 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,

Peringatan Publik Tentang Kemasan Kantong Plastik ―Kresek‖ Nomor:

KH.00.02.1.55.290 Tanggal 14 Juli 2009, Jakarta.

BPOM R.I, 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,

Keterangan Pers Tentang Kemasan Makanan dari Plastik Polietilen (PE) dan

Polipropilen (PP) Nomor: KH.00.02.1.55.289 Tanggal 14 Juli 2009, Jakarta.

BPOM R.I, 2009. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan

POM RI, Sistem Keamanan Terpadu Peralatan Makan dan Minum, Jakarta.

Candy, 2008. Bahan Plastik Beracun Pada Peralatan Makan Anak.

http://asiuntukbayiku.multiply.com/journal/item/52/Bahan_Plastik_Beracun_Pada

_Peralatan_Makan_Anak. diakses tanggal 29 Januari 2015

Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan,

Jurusan TIP. IPB. Bogor.

Hidayat, Afia, 2010. Plastik Botol Minuman Keseharian Ternyata

Berbahaya.http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=1657.

Diakses tanggal 29 Januari 2015.

Hesarika, Ayudia, 2009. Perilaku Pekerja Depot Air Isi Ulang Dalam Menjaga

Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Skripsi,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Iman, 2005. 2008. Jenis-Jenis Plastik Menurut Kadar Kimia Yang Membahayakan

Bagi Tubuh. http://www/aryafatta.wordpress.com. Diakses tanggal 29 Januari

2015.

Irianto, Kus., Waluyo, Kusno., 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya,

Bandung.

Khomsan, Ali, 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Mimi, Nurminah. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan

Kertas Serta Pengaruhnya terhadap Bahan yang dikemas. http://www.iptek.net.id

(diakses tanggal: 29 Januari 2015).

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

53

Mujiarto, Iman, 2008. Sifat Karakteristik Material Plastik.

http://mesinunimus.files.wordpress.com/2008/02/sifat-karakteristik-material-

plastik.pdf. Diakses tanggal 29 Januari 2015.

Lashon, Dodi, 2010. Perilaku Penjual Makanan Yang Menggunakan Plastik Dan

Styrofoam Di Universitas Sumatera Utara Dan Sekitarnya Tahun 2010. Skripsi,

Medan.

Machfoedz, Irham, 2008. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian. Fitramaya,

Yogyakarta.

Mujiarto, Iman, 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan

Material. Jurnal Penelitian, Amni Semarang.

Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Andi Offset, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Ketiga. PT

Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Imu Perilaku. PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Nyoman, 2006. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2006.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DEPKES RI, Jakarta.

Purwanto, Heri, 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Penerbit

Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Rahma, W, 2009. Bahaya Penggunaan Plastik. Seminar Kimia Universitas

Palangkaraya.

Sarwono., Sarlito, Wirawan, 1997. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian, 1995. Metode Penelitian Survai. Penerbit

PT Pustaka LP3ES, Jakarta.

Suyitno, 1990. Bahan-Bahan Pengemas. Univeritas Gajah Mada, Yogyakarta.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

54

Sutrisno, 2006. Masalah Kemasan Plastik dan Bahaya Plastik Bagi Anak-anak dan

Wanita.. http://fkparl. blogspot.com. Diakses tanggal 26 Mei 2010.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.

Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB

Utiya, 2009. Masalah lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan plastik. PT.

Tenang Jaya Sejahtera (http://www.tenangjaya.com). Di akses tanggal 29 Januari

2015

Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara

Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Winarno, F.G, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit

Gramedia. Jakarta.

Winarno, F.G, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar Teknologi Pangan.

Penerbit PT. Media. Jakarta. Winarno, F.G. 1987. Mutu, Daya Simpan,

Transportasi dan Penanganan Buah-buahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan

Bahan Pangan dalam Swasemba dan Eksport. Departemen Pertanian. Jakarta.

Yuliarti, Nurheti 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi.

Yogyakarta

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

55

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA BISPHENOL A (BPA)

YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER PLASTIK

MAKANAN DAN MINUMAN

No Responden:………..

I. Data Responden

1. Nama responden : .................................................

2. Umur : ……….tahun

3. Penghasilan Keluarga : Rp. ....................................

4. Pendidikan : 1. SD

2. SMP/ Sederajat

3. SMA/ Sederajat

4. Diploma/ Sederajat

5. Sarjana Strata I/ II/ III

II. Sumber Informasi 1. Informasi tentang apa yang paling saudara suka ketika melihat media

cetak/elektronik?

(pilihan dapat lebih dari satu) a. Berita

b. Kesehatan

c. Olahraga

d. Hobi (misal. masakan, cocok tanam, dll)

e. Ekonomi

f. Lain-lain, sebutkan.........

2. Dari mana saja saudara pernah mendengar informasi tentang Bisphenol A

(BPA) yang terkandung dalam kontainer plastik makanan dan minuman?

(pilihan dapat lebih dari satu) a. Media Elektronik (Televisi, radio, internet)

b. Media Cetak (Buku, koran, majalah, brosur, dll)

c. Teman

d. Keluarga

e. Tetangga

f. Lain – lain, sebutkan ..........

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

56

3. Menurut saudara informasi mengenai Bisphenol A (BPA) yang terkandung

dalam kontainer plastik makanan dan minuman lebih mudah dipahami

melalui media apa?

(pilihan dapat lebih dari satu)

a. Media Elektronik (Televisi, radio, internet)

b. Media Cetak (Buku, koran, majalah, brosur, dll)

c. Teman

d. Keluarga

e. Tetangga

f. Lain – lain, sebutkan .........

III. Data Perilaku

A. Pengetahuan 1. Apa manfaat wadah plastik dalam kehidupan sehari-hari?

a. Digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman yang mudah

didapat dan sangat fleksibel penggunaannya

b. Digunakan untuk pembuatan lensa kacamata, CD, DVD, komputer,

perlengkapan olah raga, perlengkapan medis, dental sealants (plastik

tipis yang digunakan untuk menutupi permukaan gigi, terutama gigi

geraham untuk mencegah kerusakan gigi), serta pelapis beberapa

produk kertas termal, termasuk kertas untuk struk ATM

c. Semua benar

2. Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,

menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan

karena:

a. Kemasan plastik sifatnya ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak

bereaksi, tidak karatan, dapat diberi warna dan harganya yang murah.

b. Bahan berbahaya pembuat plastik dapat berpindah ke dalam bahan

pangan yang dikemas

c. Semua kemasan plastik aman untuk menyimpan makanan dan minuman

panas

3. Bagaimana memilih kemasan makanan dan minuman yang baik terbuat dari

plastik?

a. Ada label/ standar dan tidak meleleh ketika diisi dengan makanan/

minuman panas

b. Merck terkenal

c. Dapat ditemukan dimana saja dengan harga terjangkau

4. Apakah dampak yang ditimbulkan jika salah menggunakan wadah plastik

dalam mengemas makanan dan minuman?

a. Dapat membahayakan kesehatan

b. Merusak cita rasa makanan/minuman

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

57

c. Tidak ada

5. Bahan kimia pembuat plastik dapat berpindah ke dalam bahan makanan dan

menimbulkan efek terhadap kesehatan. Efek kesehatan berkut yang dapat

timbul adalah:

a. Efek terhadap kesehatan dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan kanker

b. Efek terhadap perubahan hormon, penurunan jumlah sperma,

infertilitas, endometriosis dan gangguan sistem imun

c. Benar semua

6. Yang tidak termasuk kemasan plastik untuk makan dan minuman adalah:

a. PVC

b. Styrofoam

c. Kaleng

7. Kemasan plastik yang dapat didaur ulang adalah:

a. Melamin

b. PET, PETE (Polyethylene terephthalate)

c. PVC (Polyvinyl chloride)

8. Kemasan plastik yang sulit atau tidak dapat didaur ulang adalah:

a. Melamin

b. PET, PETE (Polyethylene terephthalate)

c. HDPE (High Density Polyethylene)

9. Keamanan kemasan plastik untuk makanan dan mnuman dapat dikenali dari

logo atau tulisan yang tertera pada bagan bawah kemasan plastik. Logo

untuk bahan plastik yang tidak boleh untuk makanan dan minuman panas

adalah:

a.

b.

c.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

58

10. Logo untuk bahan plastik yang baik untuk kemasan pangan adalah:

a.

b.

c.

11. Apakah plastik aman digunakan untuk menyimpan makanan yang panas

menurut saudara?

a. Aman, tergantung jenis/simbol plastik yang digunakan sesuai dengan

kondisi makanan

b. Tidak aman

c. Terpaksa karena tidak ada tempat lain

12. Bagaimanakan menggunakan kemasan plastik untuk makanan dan minuman

agar terhindar dari efek terhadap kesehatan?

a. Pilih kemasan plastik yang relatif aman digunakan sebagai kemasan

pangan seperti plastik dengan kode PP, HDPE, LDPE, dan PET

b. Jangan gunakan kemasan plastik untuk makanan dan mnuman yang

bersifat asam, mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan

panas

c. Benar semua

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

59

B. Sikap

Buatlah saudara checklist (✓) pada salah satu kolom setiap pertanyaan di bawah

ini :

No. Pernyataan S KS TS

1. Simbol/kode yang tertera di bagian bawah kemasan

wadah plastik/botol berguna untuk menilai plastik

tersebut baik atau tidak digunakan untuk makanan dan

minuman

2. Simbol ―food grade‖ yang tertera pada bagian bawah

wadah plastik aman digunakan untuk makanan dan

minuman

3. Wadah plastik dengan simbol ―Microwave Save” aman

digunakan di dalam microwave dalam suhu yang tinggi

4. Tempat makanan/minuman plastik yang berasal dari

kemasan botol mineral (contoh : Aqua) boleh digunakan

lebih dari 3 kali hingga kemasannya tidak bagus

5. Wadah plastik yang tidak sesuai penggunaanya dengan

kode dan simbol yang tertera dapat membahayakan

kesehatan

6. Sangat baik menyimpan makanan dengan suhu tinggi di

dalam botol kemasan ulang

7. Produk plastik yang kuat dan layak digunakan memiliki

ciri jika ditekan akan mudah kembali kebentuk semula

8. Daun pisang lebih aman untuk membungkus makanan

dibanding plastik

9. Produk plastik memiliki kelebihan yang praktis, murah

dan fleksibel

10. Dalam kantong plastik terdapat zat kimia berbahaya

11. Jika makanan yang dikemas dalam plastik yang tidak

memenuhi standar akan menyebabkan berpindahnya zat

berbahaya ke dalam tubuh

12. Dalam menjaga dan memelihara kesehatan terutama

keluarga, ibu memiliki peran dalam mengelola rumah

tangga termasuk memilih kualitas wadah plastik sebagai

penyimpanan makanan dan minuman

Keterangan:

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

60

S = Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

61

C. Tindakan

Buatlah tanda checklist (✓) pada salah satu kolom setiap pertanyaan di

bawah ini :

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah saudara memperhatikan tanda dan jenis

pengenal pada kemasan plastik jika ingin

membelinya?

2. Apakah saudara membawa wadah sendiri jika ingin

membeli makanan pedagang kaki lima, misalnya :

bakso

3. Apakah saudara pernah menggunakan botol

minuman kemasan ulang (Aqua) hingga kemasannya

tidak terlihat bagus?

4. Apakah saudara terlebih dahulu mendinginkan

makanan dan minuman panas sebelum dikemas

dalam peralatan makan/minum plastik?

5. Apakah saudara melapisi wadah plastik dengan daun

pisang jika digunakan untuk tempat makanan yang

masih panas?

6. Apakah saudara berusaha untuk mengurangi

pemakaian plastik untuk menanggulagi kerusakan

lingkungan?

7. Apakah saudara memperhatikan penggunaan botol

susu sesuai dengan kode yang tertera?

8. Apakah saudara juga pernah mengajak

teman/keluarga dalam pemanfaatan produk plastik

yang sudah tidak tepakai lagi

9 Memiliki pola hidup sehat

IV. Kelompok Acuan 1. Siapa orang yang mengajak saudara untuk membeli produk wadah plastik

tempat menyimpan makanan dan minuman?

(pilihan dapat lebih dari satu) a. Keluarga

b. Tetangga

c. Keinginan sendiri

d. Lihat iklan media cetak/elektronik

e. Lain-lain, sebutkan...

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

62

2. Siapa orang yang paling sering mengingatkan saudara untuk memperhatikan

penggunaan wadah plastik penyimpanan makanan dan minuman sebelum

membelinya?

(pilihan dapat lebih dari satu) a. Tetangga

b. Keluarga

c. Hanya mendengar/melihat media cetak/elektronik

d. Lain-lain, sebutkan ...........

3. Apa yang dilakukan orang disekitar saudara, agar anda dapat menggunakan

wadah plastik dalam penyimpanan makanan dan minuman sesuai dengan

kondisi yang sebaiknya?

a. Menyuruh saudara memperhatikan kode pemakaian plastik dan

menyesuaikan terhadap kondisi makanan dan minuman

b. Menyuruh saudara hanya memakainya

c. Selalu mempromosikan harga, bentuk plastiknya dan keunikannnya saja

V. Niat 1. Apa alasan saudara untuk memilih wadah plastik sebagai tempat

penyimpanan makanan dan minuman ?

a. Karena lebih praktis dan ekonomis

b. Untuk kebutuhan rumah tangga

c. Saran, dari orang lain (keluarga, tetangga, dan lain-lain)

2. Ketika saudara terlanjur memiliki wadah terbuat dari plastik yang tidak sesuai

dengan standar, apa yang saudara lakukan ?

a. Menghubungi pihak customer produksi plastik tersebut untuk mengetahui

apakah wadah tersebut sesuai standar dan aman penggunaannya

b. Beralih fungsi dengan tidak memakainya untuk menyimpan makanan dan

minuman tetapi memanfaatkan sebagai suatu kreasi lain

c. Tetap memakainya hingga dirasa tidak diperlukan lagi

VI. Oberservasi Kemasan Makanan dan Minuman dari Bahan Plastik

1. Apakah ada perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan plastik yang

tanpa kode?

a. Ada

b. Tidak

2. Berapa jumlah peraboatan/peralatan rumah tangga dari bahan plastik?

……………… buah

3. Apakah ibu sering memakai perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan

plastik ?

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

63

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Jarang

4. Apakah ibu memakai perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan plastic

sudah sesuai kode yang tertera dibawahnya?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah perabotan/ peralatan rumah tangga dari bahan plastik dipakai

untuk memanaskan bahan makanan/ minuman?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan plastik dipakai

sebagai wadah bahan makanan/ minuman yang panas

a. Ya

b. Tidak

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

64

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

umur 360 17.00 73.00 40.3472 9.50115

jumlah perabotan 360 .00 35.00 10.3389 5.65012

Valid N (listwise) 360

Frequency Table

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SD 40 11.1 11.1 11.1

SMP 61 16.9 16.9 28.1

SMA 192 53.3 53.3 81.4

Diploma 42 11.7 11.7 93.1

Sarjana 25 6.9 6.9 100.0

Total 360 100.0 100.0

Crosstabs

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

65

kat pengetahuan * keberadaan perabotan plastik

Crosstab

keberadaan perabotan plastik Total

ada tidak

kat pengetahuan

Tidak Baik

Count 290 17 307

Expected Count 279.7 27.3 307.0

% within kat pengetahuan 94.5% 5.5% 100.0%

Baik

Count 38 15 53

Expected Count 48.3 4.7 53.0

% within kat pengetahuan 71.7% 28.3% 100.0%

Total

Count 328 32 360

Expected Count 328.0 32.0 360.0

% within kat pengetahuan 91.1% 8.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 28.921a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 26.178 1 .000

Likelihood Ratio 21.394 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 28.840c 1 .000 .000 .000

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

66

N of Valid Cases 360

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.71.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 5.370.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kat

pengetahuan (Tidak Baik /

Baik)

6.734 3.111 14.576

For cohort keberadaan

perabotan plastik = ada

1.318 1.110 1.564

For cohort keberadaan

perabotan plastik = tidak

.196 .104 .367

N of Valid Cases 360

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

67

kat pengetahuan * pemakaian sesuai kode

Crosstab

pemakaian sesuai kode Total

tidak ya

kat pengetahuan

Tidak Baik

Count 280 27 307

Expected Count 258.4 48.6 307.0

% within kat pengetahuan 91.2% 8.8% 100.0%

Baik

Count 23 30 53

Expected Count 44.6 8.4 53.0

% within kat pengetahuan 43.4% 56.6% 100.0%

Total

Count 303 57 360

Expected Count 303.0 57.0 360.0

% within kat pengetahuan 84.2% 15.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 77.521a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 73.975 1 .000

Likelihood Ratio 59.191 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 77.305c 1 .000 .000 .000

N of Valid Cases 360

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

68

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.39.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 8.792.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

69

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kat

pengetahuan (Tidak Baik /

Baik)

13.527 6.911 26.477

For cohort pemakaian sesuai

kode = tidak

2.102 1.542 2.864

For cohort pemakaian sesuai

kode = ya

.155 .101 .239

N of Valid Cases 360

Kat-sikap * keberadaan perabotan plastik

Crosstab

keberadaan perabotan plastik Total

ada tidak

Kat-sikap

Tidak Baik

Count 2 0 2

Expected Count 1.8 .2 2.0

% within Kat-sikap 100.0% 0.0% 100.0%

Baik

Count 326 32 358

Expected Count 326.2 31.8 358.0

% within Kat-sikap 91.1% 8.9% 100.0%

Total Count 328 32 360

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

70

Expected Count 328.0 32.0 360.0

% within Kat-sikap 91.1% 8.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .196a 1 .658 1.000 .830

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .373 1 .541 1.000 .830

Fisher's Exact Test 1.000 .830

Linear-by-Linear Association .196c 1 .658 1.000 .830

N of Valid Cases 360

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is .442.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

71

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort keberadaan

perabotan plastik = ada

1.098 1.063 1.134

N of Valid Cases 360

Kat-sikap * pemakaian sesuai kode

Crosstab

pemakaian sesuai kode Total

tidak ya

Kat-sikap

Tidak Baik

Count 2 0 2

Expected Count 1.7 .3 2.0

% within Kat-sikap 100.0% 0.0% 100.0%

Baik

Count 301 57 358

Expected Count 301.3 56.7 358.0

% within Kat-sikap 84.1% 15.9% 100.0%

Total

Count 303 57 360

Expected Count 303.0 57.0 360.0

% within Kat-sikap 84.2% 15.8% 100.0%

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

72

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .378a 1 .538 1.000 .708

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .692 1 .406 1.000 .708

Fisher's Exact Test 1.000 .708

Linear-by-Linear Association .377c 1 .539 1.000 .708

N of Valid Cases 360

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .32.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is .614.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort pemakaian sesuai

kode = tidak

1.189 1.137 1.244

N of Valid Cases 360

kat-tindakan * keberadaan perabotan plastik

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

73

Crosstab

keberadaan perabotan plastik Total

ada tidak

kat-tindakan

Tidak Baik

Count 248 10 258

Expected Count 235.1 22.9 258.0

% within kat-tindakan 96.1% 3.9% 100.0%

Baik

Count 80 22 102

Expected Count 92.9 9.1 102.0

% within kat-tindakan 78.4% 21.6% 100.0%

Total

Count 328 32 360

Expected Count 328.0 32.0 360.0

% within kat-tindakan 91.1% 8.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 28.254a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 26.112 1 .000

Likelihood Ratio 24.992 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 28.176c 1 .000 .000 .000

N of Valid Cases 360

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

74

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.07.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 5.308.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

75

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kat-tindakan

(Tidak Baik / Baik)

6.820 3.099 15.010

For cohort keberadaan

perabotan plastik = ada

1.226 1.104 1.361

For cohort keberadaan

perabotan plastik = tidak

.180 .088 .366

N of Valid Cases 360

kat-tindakan * pemakaian sesuai kode

Crosstab

pemakaian sesuai kode Total

tidak ya

kat-tindakan

Tidak Baik

Count 245 13 258

Expected Count 217.2 40.9 258.0

% within kat-tindakan 95.0% 5.0% 100.0%

Baik

Count 58 44 102

Expected Count 85.9 16.2 102.0

% within kat-tindakan 56.9% 43.1% 100.0%

Total Count 303 57 360

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

76

Expected Count 303.0 57.0 360.0

% within kat-tindakan 84.2% 15.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 79.620a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 76.786 1 .000

Likelihood Ratio 72.069 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 79.399c 1 .000 .000 .000

N of Valid Cases 360

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.15.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 8.911.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kat-tindakan

(Tidak Baik / Baik)

14.297 7.231 28.269

For cohort pemakaian sesuai

kode = tidak

1.670 1.407 1.982

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

77

For cohort pemakaian sesuai

kode = ya

.117 .066 .208

N of Valid Cases 360

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 360 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 360 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 360 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

ada 0

tidak 1

Categorical Variables Codings

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

78

Frequency Parameter

coding

(1)

kat-tindakan

Tidak Baik 258 .000

Baik 102 1.000

kat pengetahuan

Tidak Baik 307 .000

Baik 53 1.000

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

79

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

keberadaan perabotan plastik Percentage

Correct

ada tidak

Step 0

keberadaan perabotan

plastic

ada 328 0 100.0

tidak 32 0 .0

Overall Percentage 91.1

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.327 .185 157.913 1 .000 .098

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0

Variables

katpengetahuan(1) 28.921 1 .000

kattindakan(1) 28.254 1 .000

Overall Statistics 50.203 2 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

80

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 41.311 2 .000

Block 41.311 2 .000

Model 41.311 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 174.660a .108 .240

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .749 2 .688

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

keberadaan perabotan plastik =

ada

keberadaan perabotan plastik =

tidak

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1

1 223 221.994 5 6.006 228

2 25 26.006 5 3.994 30

3 67 68.006 12 10.994 79

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

81

4 13 11.994 10 11.006 23

Classification Tablea

Observed Predicted

keberadaan perabotan plastik Percentage

Correct

ada tidak

Step 1

keberadaan perabotan

plastik

ada 328 0 100.0

tidak 32 0 .0

Overall Percentage 91.1

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

katpengetahuan(1) 1.736 .417 17.327 1 .000 5.676

kattindakan(1) 1.788 .416 18.451 1 .000 5.975

Constant -3.610 .363 99.118 1 .000 .027

Variables in the Equation

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

82

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a

katpengetahuan(1) 2.506 12.857

kattindakan(1) 2.643 13.508

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: katpengetahuan, kattindakan.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

83

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 360 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 360 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 360 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak 0

ya 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter

coding

(1)

kat-tindakan

Tidak Baik 258 .000

Baik 102 1.000

kat pengetahuan

Tidak Baik 307 .000

Baik 53 1.000

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

84

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

pemakaian sesuai kode Percentage

Correct

tidak ya

Step 0

pemakaian sesuai kode

tidak 303 0 100.0

ya 57 0 .0

Overall Percentage 84.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.671 .144 133.907 1 .000 .188

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0

Variables

katpengetahuan(1) 77.521 1 .000

kattindakan(1) 79.620 1 .000

Overall Statistics 137.979 2 .000

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

85

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 128.745 2 .000

Block 128.745 2 .000

Model 128.745 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 185.820a .301 .516

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .004 2 .998

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

pemakaian sesuai kode = tidak pemakaian sesuai kode = ya Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1

1 224 224.062 4 3.938 228

2 56 55.938 23 23.062 79

3 21 20.938 9 9.062 30

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

86

4 2 2.062 21 20.938 23

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

87

Classification Tablea

Observed Predicted

pemakaian sesuai kode Percentage

Correct

tidak ya

Step 1

pemakaian sesuai kode

tidak 301 2 99.3

ya 36 21 36.8

Overall Percentage 89.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

katpengetahuan(1) 3.204 .495 41.927 1 .000 24.627

kattindakan(1) 3.155 .467 45.557 1 .000 23.459

Constant -4.041 .439 84.919 1 .000 .018

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

88

Step 1a

katpengetahuan(1) 9.338 64.951

kattindakan(1) 9.384 58.643

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: katpengetahuan, kattindakan.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN …

89