126
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LANJUT USIA DI POS PEMBINAAN TERPADU KELURAHAN CEMPAKA PUTIH TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ERNIATI NIM: 108101000019 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LANJUT USIA

DI POS PEMBINAAN TERPADU

KELURAHAN CEMPAKA PUTIH

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ERNIATI

NIM: 108101000019

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki
Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI

Skripsi, 22 Mei 2013

ERNIATI, NIM : 108101000019

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lanjut Usia

di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

xiv + 89 halaman, 19 tabel, 9 Grafik, 5 lampiran

ABSTRAK

Meningkatnya populasi lansia dan juga terjadinya perubahan gaya hidup akibat

pengaruh globalisasi mengakibatkan timbulnya transisi epidemiologi dimana terjadi

pergeseran pola penyakit menular yang diganti oleh penyakit degeneratif. Salah satu

penyakit degeneratif yang menjadi masalah penting pada lansia adalah diabetes melitus

(DM) di mana jenis DM pada lansia umumnya adalah DM tipe 2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

DM tipe 2 pada lansia di posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini

merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan

data dilakukan melalui pengukuran gula darah dengan glucosemeter, wawancara dengan

kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran lingkar pinggang dengan pita meteran.

Responden penelitian ini adalah lansia yang berusia ≥60 tahun yang dipilih melalui metode

simple random sampling. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis data

univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji t independen serta analisis

data multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM tipe 2 pada lansia sebesar

21.5%. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan tingkat kemaknaan 10% dapat diketahui

bahwa faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 adalah konsumsi serat, konsumsi

magnesium, beban glikemik, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga DM. Sedangkan faktor

yang tidak berhubungan terhadap DM tipe 2 adalah konsumsi lemak, merokok, dan lingkar

pinggang. Dan berdasarkan hasil uji multivariat diperoleh bahwa faktor risiko yang paling

dominan terhadap DM tipe 2 adalah riwayat keluarga DM.

Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan berupa peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat tentang gaya

hidup sehat dan pola makan yang baik terutama mereka yang sudah memiliki riwayat

keluarga DM melalui penyuluhan ke sekolah – sekolah dengan materi penyuluhan yang

spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki sore atau senam lansia yang

dipandu salah satu lansia, pemberian informasi tentang manfaat dan sumber serat yang baik,

serta pembentukan lebih banyak posbindu agar bisa menjangkau semua lansia yang ada

dalam kelurahan tersebut.

Daftar bacaan : 57 (1991 – 2010)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALISATION OF NUTRITION

Undergraduate Thesis, May 22nd

,2013

ERNIATI, NIM: 108101000019

The Factors That Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in Elderly at Posbindu

Cempaka Putih Village 2012

xiv + 89 pages, 19 tables, 9 graphs, 5 attachments

ABSTRACT

Increased of elderly population and also a change in lifestyle due to the influence of

globalization resulted in epidemiological transition in which a shift in the pattern of

infectious diseases replaced by degenerative diseases. One of degenerative diseases which

is an important problem in elderly is diabetes mellitus (DM) especially type 2 diabetes

mellitus.

This study aims to determine the factors that associated with type 2 diabetes in

elderly at Posbindu Cempaka Putih Village in 2012. This study is an analytic epidemiologic

study with cross-sectional design. Data is collected by measuring blood sugar with

glucosemeter, interviews with questionnaires and semiquantitative FFQ and the

measurement of waist circumference with measuring tape. Respondents of this study were

elderly aged ≥ 60 years that were selected through simple random sampling method.

Analysis of the data in this study consists of univariate analysis, bivariate analysis using the

chi-square test and independent t-test and multivariate analysis using multiple logistic

regression.

The results showed that the prevalence of type 2 diabetes in the elderly was 21.5%.

Based on the results of the bivariate test with a significance level of 10% can be known that

the factors that are associated with type 2 diabetes is the consumption of fiber, magnesium

intake, glycemic load, physical activity, and family history of diabetes. While the factors

that are not related to type 2 diabetes is fat consumption, smoking, and waist circumference.

And based on the results of multivariate analysis, it is found that family history of diabetes

is the most dominant factor associated with type 2 diabetes mellitus.

Therefore, it is advisable to carry out prevention and control efforts by increasing

motivation and awareness of a healthy lifestyle and a good diet, especially those who

already have a family history of diabetes through counseling to schools with counseling

materials specific to diabetes, implementing afternoon walk activities or doing gymnastics

which guided by one of the elderly, providing information about the benefits and good

sources of fiber and magnesium, as well as the formation of more posbindu in order to

reach all the elderly in the village.

Reference: 57 (1991 - 2013)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki
Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki
Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erniati

Tempat/Tanggal Lahir : Sidojadi, 14 November 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

No Telepon/Hp : 085297774831

Email : [email protected]

Alamat : Desa Sidojadi, Kec. Bukit Malintang, Kab. Mandailing

Natal, Sumatra Utara

Riwayat Pendidikan:

1996 – 2002 SD Indpres No 144446 Lumban Dolok

2002 – 2005 MTsN Siabu

2005 – 2008 MAN 2 Model Padangsidimpuan

2008 – Sekarang Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Jakarta

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah memberikan rahmat, karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2

pada Lanjut Usia di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

2012”. Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Orang tua dan Abang yang selalu mendoakan dan memberikan support agar

penulis tetap semangat dalam proses penyusunan skripsi.

2. Prof. Dr. (hc).dr. M.K Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sudah memberikan

ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

viii

6. Staf Puskesmas Ciputat Timur dan Kader Kelurahan Cempaka Putih yang telah

membantu penulis dalam pengambilan data di Kelurahan Cempaka Putih.

7. Para lansia yang sudah bersedia jadi responden dalam penelitian skripsi ini.

8. Teman seperjuangan (Eka, Rini, dan Titi) yang telah membantu dalam

pengambilan data skripsi.

9. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak sehingga menjadi sebuah ilmu dan pembelajaran bagi penulis di masa yang

akan datang.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 22 Mei 2013

ERNIATI

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5

1.4 Tujuan ........................................................................................... 7

1.5 Manfaat .......................................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10

2.1 Lanjut Usia .................................................................................. 10

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

x

2.2 Diabetes Melitus .......................................................................... 10

2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 24

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 24

3.2 Definisi Operasional ................................................................... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 30

4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 30

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 30

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 30

4.4 Pengumpulan Data ....................................................................... 33

4.5 Pengolahan Data .......................................................................... 37

4.6 Analisis Data ................................................................................ 40

BAB V HASIL ................................................................................................. 43

5.1 Gambaran Umum Posbindu Kelurahan Cempaka Putih ............. 43

5.2 Analisis Univariat ....................................................................... 44

5.2.1 Gambaran DM Tipe 2 ........................................................ 44

5.2.2 Gambaran Konsumsi Serat ................................................ 45

5.2.3 Gambaran Konsumsi Lemak ............................................. 46

5.2.4 Gambaran Konsumsi Magnesium ..................................... 47

5.2.5 Gambaran Beban Glikemik ............................................... 49

5.2.6 Gambaran Aktivitas Fisik .................................................. 50

5.2.7 Gambaran Kebiasaan Merokok ......................................... 50

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

xi

5.2.8 Gambaran Riwayat Keluarga DM ..................................... 51

5.2.9 Gambaran Lingkar Pinggang ............................................. 51

5.3 Analisis Bivariat .......................................................................... 52

5.3.1 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2 ................. 52

5.3.2 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 .............. 52

5.3.3 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2 ...... 53

5.3.4 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 ................ 53

5.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 .................. 54

5.3.6 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 ........................... 54

5.3.7 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 ...... 55

5.3.8 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 ............. 55

5.4 Analisis Multivariat ..................................................................... 56

BAB VI Pembahasan ....................................................................................... 59

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 59

6.2 Gambaran DM Tipe 2 ................................................................. 60

6.3 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2 ........................... 62

6.4 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 ........................ 64

6.5 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2................. 67

6.6 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 .......................... 68

6.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 ............................. 71

6.8 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 ...................................... 73

6.9 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 ................ 74

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

xii

6.10 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 ...................... 76

BAB VII Simpulan dan Saran .......................................................................... 79

7.1 Simpulan ..................................................................................... 79

7.2 Saran ........................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

xiii

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional 27

4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel 31

5.1 Jumlah Anggota Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

43

5.2 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Cempaka

Putih Tahun 2012

44

5.3 Gambaran Konsumsi Serat Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

45

5.4 Gambaran Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

46

5.5 Gambaran Konsumsi Magnesium Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

47

5.6 Gambaran Beban Glikemik Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

49

5.7 Distribusi Rata-rata Konsumsi Serat Berdasarkan DM Tipe

2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

2012

52

5.8 Distribusi Rata-rata Konsumsi Lemak Berdasarkan DM

Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

52

5.9 Distribusi Rata-rata Konsumsi Magnesium Berdasarkan DM

Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

53

5.10 Distribusi Rata-rata Beban Glikemik Berdasarkan DM Tipe

2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

2012

53

5.11 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan DM

Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

54

5.12 Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dengan

DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih Tahun 2012

54

5.13 Distribusi Responden Menurut Riwayat Keluarga DM

dengan DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

55

5.14 Distribusi Responden Menurut Lingkar Pinggang dengan

DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih Tahun 2012

55

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

xiv

No Tabel Judul Tabel Halaman

5.15 Hasil Analisis Bivariat Hasil Analisis Bivariat Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan DM Tipe 2 Pada Lansia

di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

57

5.16 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda antara

Konsumsi Serat, Konsumsi Magnesium, Beban Glikemik,

Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM dengan DM

Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

57

5.17 Hasil Analisis Multivariat antara Konsumsi Serat,

Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM dengan DM

Tipe 2 pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

58

DAFTAR BAGAN

No Bagan Judul Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 23

3.1 Kerangka Konsep 26

4.1 Tahapan Penentuan Status DM 35

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

xv

DAFTAR GRAFIK

No Grafik Judul Grafik Halaman

5.1 Distribusi DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

45

5.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Serat Pada Lansia Posbindu

di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

46

5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Lansia

Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

47

5.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Magnesium Pada Lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

48

5.5 Distribusi Frekuensi Beban Glikemik Pada Lansia

Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

49

5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

50

5.7 Distribusi Merokok Pada Lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

50

5.8 Distribusi Riwayat Keluarga DM Pada Lansia Posbindu di

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

51

5.9 Distribusi Lingkar Pinggang Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

51

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Pernyataan Persetujuan Responden

Lampiran 2 Form Kuesioner

Lampiran 3 Form FFQ Semikuantitatif

Lampiran 4 Hasil Analisis Data

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan teknologi yang tengah terjadi

akibat adanya globalisasi berdampak pada perubahan karakteristik demografi

masyarakat. Persaingan ekonomi telah mendorong orang untuk mementingkan karir dan

menunda berkeluarga atau mempunyai anak. Demikian pula, harapan hidup dapat

diperpanjang akibat kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah dicapai saat ini.

(Sriyana, 2008). Akibat adanya pembangunan di segala bidang tersebut menimbulkan

terjadinya transisi demografi di mana awalnya kondisi penduduk ditandai dengan tingkat

fertilitas dan mortalitas yang tinggi yang berubah menjadi keadaan penduduk dengan

tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.

Transisi demografi ini mengubah struktur populasi penduduk menuju ageing

population yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia).

Proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama

30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta jiwa (4,48 persen dari total keseluruhan

penduduk Indonesia) pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta (8,37 persen dari total

keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010). Dan

menurut proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih akan meningkat

dari 18.1 juta pada 2010 menjadi dua kali lipat (36 juta) pada 2025.

Proses menua menghasilkan perubahan fisiologis yang menyebabkan disfungsi

organ dan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010). Jenis

1

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

2

penyakit yang sering dikaitkan dengan proses penuaan adalah penyakit degeneratif

(Timmreck, 2004). Meningkatnya populasi lansia dan juga terjadinya perubahan gaya

hidup akibat pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan timbulnya transisi epidemiologi

dimana terjadi pergeseran pola penyakit menular yang diganti oleh penyakit degeneratif.

Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah penting pada lansia adalah

diabetes melitus (DM).

DM merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana penderita

diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak

mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan glukosa di

dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh. DM

sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua

organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi

(Misnadiarly, 2006).

DM jangka panjang menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang

menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi

mikrovaskuler yang berkaitan dengan DM meliputi retinopati, nefropati dan neuropati.

Pengidap DM menghadapi peningkatan risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular,

serebrovaskular dan penyakit vascular perifer (Gibney, 2008).

Pada lansia komplikasi DM akan lebih cepat muncul dibandingkan dengan

kelompok usia lainnya. Hal ini disebabkan karena pada lansia sendiri sudah terjadi

penurunan fungsi sistem organ tubuh yang menjadikan risiko terjadinya komplikasi DM

pada lansia menjadi lebih besar. Misalnya penyakit katarak, penyakit ini biasa terlihat

pada orang usia lanjut akibat adanya pengerasan lensa yang tak terhindarkan. Namun,

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

3

pada penderita DM penyakit ini bisa muncul sekitar 10 tahun lebih awal daripada non-

DM (Ali, 2010).

Pada tahun 2000 Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah pengidap

diabetes terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dimana posisi

Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan tetap bertahan dalam daftar 4 besar negara

dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dan diprediksi akan terjadi

kenaikan jumlah pengidap DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild, 2004).

DM pada lansia umumnya adalah DM tipe 2 (Misnadiarly, 2006). Menurut hasil

penelitian Handayani (2003), faktor-faktor risiko DM tipe 2 meliputi inaktivitas, riwayat

keluarga DM, umur ≥45 tahun, dan praktik yang buruk dalam mencegah DM.

Sedangkan menurut Bazzano (2005), faktor-faktor risiko DM yang dapat dimodifikasi

terdiri dari obesitas, asupan alkohol, merokok, inaktivitas fisik, dan faktor diet seperti

asupan lemak, serat, serta beban glikemik. Selain itu, Lopez-Ridaura (2004)

membuktikan bahwa asupan magnesium memiliki hubungan berbanding terbalik dengan

risiko DM.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh

bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 55-64 tahun

menduduki ranking ke-2 baik pada laki-laki (10.5%) maupun perempuan (12%) di mana

penyebab kematian ke-1 adalah stroke dengan persentase 22.5% pada laki-laki dan

20.7% pada perempuan. Dan menurut data Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (Dinkes

Tangsel) tahun 2011, DM juga merupakan penyakit kedua terbanyak pada lansia.

Dengan demikian, DM masih menjadi masalah kesehatan yang penting pada lansia yang

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

4

berada di wilayah Tangerang Selatan, termasuk Kelurahan Cempaka Putih yang menjadi

wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Itulah sebabnya penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada

lansia di Kelurahan Cempaka Putih.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi DM pada kelompok lansia sudah

berada di atas prevalensi nasional 1,1%, yaitu sebesar 3,7% pada kelompok usia 55 – 64

tahun, 3,4% pada kelompok usia 65–74 tahun, dan 3,2% pada kelompok usia 75 tahun

ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa DM merupakan masalah kesehatan yang penting

bagi lansia. Menurut data Dinkes Tangsel (2011) DM merupakan penyakit kedua

terbanyak pada lansia di wilayah Tangsel. Dan penyakit ini juga termasuk dalam daftar

10 besar penyakit terbanyak pada lansia berdasarkan laporan bulanan (LB1) bulan

Januari – Juni tahun 2012 di Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih diperoleh bahwa persentase lansia

yang menderita DM sebanyak 30%. Persentase ini jauh berada di atas prevalensi

nasional 1,1%. Dengan demikian, DM masih menjadi masalah kesehatan bagi lansia

yang terdaftar di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih.

Faktor risiko terjadinya DM tipe 2 terdiri dari faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor genetik terdiri dari riwayat keluarga DM dan etnis/ras. Sedangkan

faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi: usia, obesitas dan

obesitas pada bagian perut, faktor makanan/gizi serta jarang melakukan aktivitas fisik

(Gibney, 2008). Faktor diet yang berperan dalam timbulnya DM terdiri dari asupan serat,

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

5

konsumsi lemak, alkohol, magnesium dan beban glikemik (Bazzano (2005) dan Lopez

Ridaura (2004)). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan diperoleh persentase

lansia yang memiliki tingkat aktivitas fisik kurang sebesar 60%, merokok sebesar 10%,

yang mempunyai riwayat keluarga DM sebesar 30%, dan yang memiliki ukuran lingkar

pinggang berisiko sebesar 60%. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1) Bagaimana gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih Tahun 2012?

2) Bagaimana gambaran konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012?

3) Bagaimana gambaran konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012?

4) Bagaimana gambaran konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012?

5) Bagaimana gambaran beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012?

6) Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih Tahun 2012?

7) Bagaimana gambaran merokok pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih Tahun 2012?

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

6

8) Bagaimana gambaran riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

9) Bagaimana gambaran lingkar pinggang pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012?

10) Apakah ada hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian DM tipe 2 pada

lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

11) Apakah ada hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian DM tipe 2 pada

lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

12) Apakah ada hubungan antara konsumsi magnesium dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

13) Apakah ada hubungan antara beban glikemik dengan kejadian DM tipe 2 pada

lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

14) Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2 pada

lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

15) Apakah ada hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

16) Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

17) Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang dengan kejadian DM tipe 2 pada

lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

18) Apa faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012?

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

7

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

2) Mengetahui gambaran konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

3) Mengetahui gambaran konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

4) Mengetahui gambaran konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

5) Mengetahui gambaran beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

6) Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

7) Mengetahui gambaran merokok pada lansia di Posbindu Kelurahan

Cempaka Putih Tahun 2012

8) Mengetahui gambaran riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

9) Mengetahui gambaran lingkar pinggang pada lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

8

10) Mengetahui hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

11) Mengetahui hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

12) Mengetahui hubungan antara konsumsi magnesium dengan kejadian DM

tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

13) Mengetahui hubungan antara beban glikemik dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

14) Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

15) Mengetahui hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada

lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

16) Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM

tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

17) Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan kejadian DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

18) Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2

pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Puskesmas Ciputat Timur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk

merancang program kegiatan untuk mengatasi permasalahan DM pada lansia.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

9

1.5.2 Bagi Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

Kelurahan Cempaka Putih terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada

lansia sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk menerapkan pola hidup sehat

yang dapat mencegah penyakit DM.

1.5.3 Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti lain

untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia secara lebih

mendetail dan mendalam.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan terhadap DM

tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan

pada bulan September 2012 – Mei 2013 oleh mahasiswa peminatan Gizi Program

Studi Kesehatan Masyarakat. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran gula

darah dengan glucosemeter, wawancara dengan kuesioner dan FFQ semikuantitatif

serta pengukuran lingkar pinggang dengan pita meteran. Responden penelitian ini

adalah lansia yang berusia ≥60 tahun yang dipilih melalui metode simple random

sampling.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia

Lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia

dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45 – 59 tahun

2. Lansia (elderly) : usia 60 – 74 tahun

3. Lansia tua (old) : usia 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) : usia di atas 90 tahun

Sedangkan Depkes RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:

1. Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55 -59 tahun).

2. Usia lanjut dini (senescen): kelompok yan mulai memasuki masa usia lanjut dini

(usia 60 – 64 tahun).

3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif: usia di atas

65 tahun (Fatmah, 2010).

2.2 Diabetes Melitus (DM)

2.2.1 Definisi DM

DM adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa

darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk

10

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

11

berespons terhadap insulin dan/atau penurunan atau tidak adanya pembentukan

insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan

sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia jangka

panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit

ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan

peningkatan kejadian penyakit makrovaskular, termasuk infark miokard, stroke, dan

penyakit vascular perifer (Baughman, 2000).

2.2.2 Diagnosis DM

Diagnosis harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak

dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan

diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara

pemeriksaaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan

adalah pemeriksaaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma

vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya

dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program

pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan kondisi

setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler

dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai

pembakuan oleh WHO (Soegondo, 2005).

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM

berupa poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan sebabnya. Jika ada keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

12

200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM.

Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang

baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik

kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl

pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan

kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl (Soegondo, 2005).

2.2.3 Klasifikasi Etiologi DM

Klasifikasi etiologi DM dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel Klasifikasi Etiologi Kelainan Glikemia (DM)

Tipe 1

(5 – 10% penderita

diabetic adalah tipe I)

Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial

atau total oleh sel-sel ẞ pankread. Faktor penyebab masih

belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa virus

tertentu, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik

mungin turut berperan

Tipe 2

(90 – 95% penderita

diabetic adalah tipe II)

Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin

diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau

dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik

yang kuat pada tipe diabetes ini dan proses terjadinya

berkaitan dengan obesitas

Tipe spesifik lainnya Defek genetik pada sel ẞ

Defek genetik pada kerja insulin

Penyakit pada kelenjar ensokrin pancreas

Endokrinopati

Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

13

Infeksi

Bentuk immune-mediated diabetes yang langka

Kadang-kadang sindrom genetik lain yang disertai

diabetes

Diabetes gestasional Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan.

Kebanyakan, tapi tidak semuanya, akan sembuh setelah

melahirkan

Sumber : (Gibney, 2008)

2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya DM Tipe 2

DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan

lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya

penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya

hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah (Gibney, 2008).

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1) Riwayat Keluarga (Genetik)

Bukti adanya komponen genetik berasal dari koefisien keselarasan

(corcodance) DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM

yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes, dan

prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu (Gibney, 2008).

Menurut Handayani (2003), riwayat keluarga memiliki pengaruh bermakna

dengan kejadian DM tipe 2. Risiko untuk terjadi DM tipe 2 pada subyek yang

memiliki riwayat keluarga DM tipe 2 sebesar 5,9 kali dibandingkan dengan

mereka yang tidak tahu keluarganya menderita DM tipe 2.

2) Usia

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

14

Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk DM.

Hasil penelitian Handayani (2003) membuktikan bahwa umur ≥45 tahun

memiliki pengaruh yang bermakna dengan kejadian DM tipe 2. Orang yang

berusia ≥45 tahun berisiko terkena DM tipe 2 sebesar 7,5 kali dibandingkan

dengan mereka yang berumur <45 tahun.

Menurut Petersen penuaan berhubungan erat dengan resistensi insulin,

seperti halnya resistensi insulin terkait dengan DM tipe 2. Petersen juga

menemukan bahwa lansia yang memiliki berat badan normal juga mengalami

resistensi insulin, yang menunjukkan bahwa bertambahnya usia (menjadi tua)

itu sendiri meningkatkan risiko mengalami diabetes tipe 2 (Curry, 2012).

3) Ras

Prevalensi diabetes tipe 2 pada orang dewasa sekitar tiga sampai lima

kali lebih besar pada orang Afrika-Karibia dan Asia Selatan dibandingkan

dengan populasi kulit putih Eropa. Sedangkan prevalensi diabetes pada orang

Cina tidak berbeda secara substansial dibandingkan dengan populasi umum

di Inggris (Oldroyd, 2005).

Ada bukti bahwa kelompok etnis tertentu memiliki kecenderungan

untuk mengidap diabetes tipe 2 dengan adanya faktor risiko yang sama.

Misalnya, pada orang dewasa Asia Selatan terdapat tingkat obesitas dan

distribusi lemak pusat yang lebih tinggi yang mengakibatkan resistensi

insulin dibandingkan dengan populasi kulit putih. Tingkat kebiasaan aktivitas

fisik yang lebih rendah juga berperan dalam meningkatkan risiko diabetes

pada populasi ini (Oldroyd, 2005).

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

15

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

1) Obesitas dan Obesitas pada Perut

Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya DM.

Hubungannya dengan DM tipe 2 sangat kompleks. Sekalipun masih berada di

dalam kisaran berat badan yang dapat diterima, namun kenaikan berat badan

dapat meningkatkan risiko DM, khususnya jika ada predisposisi familial. Di

antara faktor-faktor lingkungan, obesitas memiliki korelasi yang paling kuat.

Risiko terjadinya diabetes meningkat seiring indeks massa tubuh (IMPT)

meningkat, dan keadaaan ini menunjukkan korelasi dose-response antara

lemak tubuh dan resistensi insulin. Faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhi resistensi insulin pada obesitas meliputi kadar asam lemak

yang tinggi di dalam darah yang beredar dan intrasel. Kadar asam lemak

bebas yang tinggi di dalam darah dan sel ini dapat mempengaruhi fungsi

insulin (lipotoksisitas) dan sejumlah sitokin yang dilepaskan oleh jaringan

adipose (adipoksin); sitokin ini meliputi leptin, adinopektin, dan resistin.

Dibandingkan dengan obesitas, distribusi lemak tubuh lebih penting

artinya sebagai prediktor DM. Adipositas tubuh bagian atas/obesitas pada

perut memiliki keterkaitan yang lebih erat dengan DM pada sejumlah

penelitian cross-sectional dan prospektif (Gibney, 2008). Obesitas pada perut

atau berbentuk apel (lingkar pinggang> 40 inci untuk pria > 35 inci untuk

wanita) adalah faktor risiko yang sangat potensial untuk resistensi insulin.

Resistensi insulin mengurangi pasokan glukosa ke dalam sel. Hal ini akan

mendorong sel-sel beta pankreas untuk memproduksi dan mengeluarkan

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

16

insulin tambahan. Kadar insulin yang lebih tinggi dari normal umumnya

cukup untuk menjaga glukosa darah terkendali selama beberapa tahun.

Namun, sel-sel dalam pankreas akan menjadi lelah, karena terlalu banyak

pekerjaan. Dalam kasus tersebut, produksi insulin semakin lambat atau akan

terhenti dan, sebagai akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah (Brown,

2005).

2) Aktivitas Fisik

Pentingnya gaya hidup kurang gerak sebagai faktor risiko untuk

diabetes dan efek protektif aktivitas fisik sudah banyak diteliti. Orang yang

mempertahankan gaya hidup aktif secara fisik mengalami gangguan toleransi

glukosa dan DM tipe 2 lebih jarang daripada mereka yang memiliki gaya

hidup kurang gerak. Helmrich dkk (1991) menguji aktivitas fisik pada waktu

senggang dan perkembangan diabetes pada 5.990 alumni laki-laki dari

University of Pennsylvania selama 14 tahun. Mereka menemukan bahwa pria

yang berolahraga secara teratur, dengan intensitas sedang atau berat,

memiliki risiko 35% lebih rendah menderita DM tipe 2 daripada pria kurang

gerak.

Aktivitas fisik diduga dapat meningkatkan pembuangan glukosa yang

dirangsang insulin pada dosis insulin yang ditetapkan. Selain itu, orang yang

terlatih secara fisik mungkin mengalami peningkatan yang lebih kecil dalam

konsentrasi insulin plasma sebagai respons terhadap beban glukosa

dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya hidup sedentari/kurang

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

17

gerak. Hal ini menunjukkan bahwa training/olahraga dapat meningkatkan

sensitivitas jaringan terhadap insulin (Bazzano, 2005).

3) Konsumsi Karbohidrat Kompleks/Serat

Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu

monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pengelompokan tersebut

berdasarkan susunan kimia yang dimiliki tiap jenis. Namun, pengelompokan

yang hanya berdasarkan susunan kimia tidak memberikan panduan yang

penting untuk kesehatan. Yang lebih penting adalah klasifikasi berdasarkan

kemampuan mereka untuk dicerna dan diserap di usus kecil manusia,

sehingga memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung kepada

karbohidrat glikemik; dalam klasifikasi ini karbohidrat yang tidak dicerna

dan diserap di usus kecil manusia disimpan terpisah dari karbohidrat

glikemik, dan di antara mereka serat makanan merupakan kelompok yang

paling penting pengaruhnya bagi kesehatan terutama pada penyakit DM

(Parillo, 2004).

Efek menguntungkan dari serat makanan diperoleh mungkin karena

kandungan magnesiumnya yang tinggi, sehingga dapat melindungi dari

diabetes mengingat perannya sebagai kofaktor penting bagi enzim yang

terlibat dalam metabolisme glukosa dan pengaruhnya terhadap kerja insulin

dan homeostasis glukosa (Larsson, 2007). Selain itu, menurut Hopping dkk

(2010) asupan serat total dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes baik

pada pria dan wanita. Sementara asupan tinggi serat gandum dapat

mengurangi resiko diabetes secara signifikan sebesar 10% pada pria dan

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

18

wanita. Dan asupan tinggi serat sayuran dapat menurunkan risiko sebesar

22% pada pria.

4) Indeks glikemik dan Beban glikemik

Indeks glikemik (GI) adalah skala yang membagi tingkatan makanan

yang mengandung karbohidrat melalui berapa banyak makanan tersebut

dapat meningkatkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan standar

makanan. Standar makanan yang digunakan adalah glukosa dan roti putih.

Meskipun mekanisme pasti bagaimana diet tinggi GI dapat mengubah risiko

diabetes tipe 2 belum jelas, namun ada 2 jalur utama yang sudah sering

dipaparkan, yaitu:

Pertama, makanan tinggi GI menghasilkan konsentrasi glukosa darah yang

lebih tinggi dan permintaan insulin yang lebih besar daripada makanan

rendah GI meskipun jumlah karbohidrat yang dikandungnya sama. Dengan

meningkatnya permintaan insulin secara kronis menimbulkan kelelahan

pankreas yang dapat mengakibatkan intoleransi glukosa (Willet, 2002).

Kedua, diet makanan tinggi GI secara langsung dapat meningkatkan

resistensi insulin. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap hewan, diet

tinggi amilopektin atau glukosa menghasilkan resistensi insulin lebih cepat

dan lebih parah daripada diet berbasis amilosa (Higgins, 1996).

Meskipun GI mengukur kualitas karbohidrat, namun GI tidak

memperhitungkan jumlah/kuantitas karbohidrat dan dengan demikian tidak

dapat menjelaskan keseluruhan potensi peningkatan kadar glukosa dari diet

karbohidrat. Beban glikemik (GL) menyesuaikan nilai GI makanan untuk

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

19

jumlah karbohidrat yang terkandung dalam makanan. GL, sebuah konsep

divalidasi oleh Brand-Miller dan rekan, dihitung sebagai produk dari GI dan

jumlah diet karbohidrat. Untuk makanan individu, GL lebih relevan daripada

GI (Roberts, 2009).

5) Konsumsi Magnesium

Magnesium berperan penting dalam produksi dan fungsi insulin.

Kekurangan magnesium akan menurunkan sekresi insulin di pankreas dan

meningkatkan resistensi insulin dalam jaringan tubuh (Sendih, 2006). Hal

serupa juga dikemukakan oleh Larsson dkk (2007) yang menyatakan bahwa

peran proteksi asupan magnesium terhadap diabetes tipe 2 dapat disebabkan

oleh peningkatan sensitivitas insulin.

Asupan magnesium memiliki hubungan berbanding terbalik dengan

kejadian diabetes tipe 2. Peningkatan konsumsi makanan kaya magnesium

seperti biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun

hijau dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 (Lopez-Ridaura, 2004 dan

Larsson, 2007).

6) Konsumsi Lemak

Lemak makanan dapat berkontribusi pada etiologi diabetes tipe 2.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thanopoulou dkk (2003) diperoleh

temuan bahwa asupan lemak sangat terkait dengan DM tipe 2 baik diabetes

tipe 2 yang sudah terdiagnosis atau diabetes tipe 2 tidak terdiagnosis. Adanya

diabetes tipe 2 ini terutama dikaitkan dengan asupan lemak hewani.

Distribusi kasus diabetes terakumulasi/menumpuk pada kuartil asupan lemak

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

20

hewani yang lebih tinggi. Dengan kata lain, peningkatan konsumsi lemak

hewani dapat menyebabkan peningkatan kejadian/insiden diabetes.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meyer dkk

(2001). Setelah dilakukan adjustmet faktor kovariat diet dan non-diet, Meyer

dkk (2001) menemukan bahwa lemak nabati memiliki hubungan berbanding

terbalik dengan insidens diabetes pada populasi lansia perempuan Iowa.

Selain itu, mereka juga mengungkapkan bahwa mengganti asam lemak jenuh

dengan asam lemak tak jenuh ganda dapat mengurangi laju/perkembangan

diabetes.

7) Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol dalam jumlah yang rendah sampai sedang dapat

menurunkan perkembangan diabetes dengan meningkatkan sensitivitas

insulin dan memperlambat penyerapan glukosa dari makanan. Sedangkan

asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan asupan energi yang

berlebih dan obesitas, induksi pankreatitis, gangguan metabolisme

karbohidrat dan glukosa, dan gangguan fungsi hati (Bazzano, 2005).

Menurut Facchini dkk (1994), perbedaan asupan alkohol berperan

dalam perubahan dalam metabolisme insulin. Konsumsi alkohol dalam

jumlah rendah sampai sedang pada pria dan wanita sehat berhubungan

dengan peningkatan penyerapan glukosa yang diperantarai insulin,

menurunkan glukosa plasma dan konsentrasi insulin dalam respon terhadap

glukosa oral, dan konsentrasi kolesterol HDL lebih tinggi. Facchini dkk

(1994) juga mengungkapkan bahwa individu yang diklasifikasikan sebagai

peminum alkohol ringan sampai sedang relatif memiliki insulin lebih sensitif

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

21

dan memiliki kadar insulin plasma yang lebih rendah dibandingkan yang

bukan peminum .

Penelitian dengan topik yang sama juga dilakukan oleh Wei dkk (2000).

Namun, kriteria sampel yang diteliti pada dua studi tersebut agak berbeda

karena Facchini dkk (1994) hanya meneliti pada peminum alkohol ringan

sampai sedang dan bukan peminum, sedangkan Wei dkk (2000) memiliki

kriteria sampel yang lebih luas, yaitu peminum alkohol ringan, sedang, dan

peminum berat serta yang bukan peminum.

Walaupun kriteria sampelnya agak berbeda namun hasil penelitian

Facchini dkk (1994) selaras dengan penelitian Wei dkk (2000). Wei dkk

(2000) menemukan hubungan yang berbentuk U antara konsumsi alkohol dan

insiden diabetes, peminum moderat memiliki resiko terendah untuk diabetes,

dan bukan peminum dan peminum berat memiliki risiko lebih tinggi.

8) Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melalui beberapa

cara. Merokok telah terbukti dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi

glukosa darah dan dapat meningkatkan resistensi insulin. Seperti

dikemukakan oleh Frati dkk (1996) merokok secara akut dapat menyebabkan

toleransi glukosa terganggu dan menurunkan sensitivitas insulin.

Dari hasil studi yang dilakukan oleh Rimm dkk (1993) diketahui bahwa

di antara peserta dari Nurses Health Study, wanita yang merokok lebih dari

25 batang per hari memiliki risiko 42% lebih besar (95% CI, 1,18-1,72)

terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok, setelah

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

22

disesuaikan dengan obesitas dan faktor risiko lainnya. Pada perempuan,

merokok mungkin memiliki efek "antiestrogenik", menyebabkan perubahan

negatif dalam rasio pinggang-pinggul. Rasio pinggang-pinggul yang

meningkat telah terbukti secara signifikan berkorelasi positif dengan

resistensi insulin, kadar glukosa plasma dan overt diabetes. Oleh karena itu,

efek merokok terhadap perkembangan diabetes mungkin dimediasi melalui

perubahan dalam distribusi lemak.

Studi tentang merokok dan risiko DM juga dilakukan oleh Sairenchi

dkk (2004) yang menemukan bahwa merokok secara independen terkait

dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2 pada laki-laki dan perempuan

yang tergolong dalam kelompok middle-aged dan lansia.

2.3 Kerangka Teori

Menurut Gibney (2008), faktor risiko terjadinya DM tipe 2 terdiri dari faktor

genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terdiri dari riwayat keluarga DM dan

etnis/ras di mana menurut Oldroyd (2005) terdapat bukti bahwa kelompok etnis tertentu

memiliki kecenderungan untuk mengidap diabetes tipe 2 dengan adanya faktor risiko

yang sama. Misalnya, pada orang dewasa Asia Selatan terdapat tingkat obesitas dan

distribusi lemak pusat yang lebih tinggi yang mengakibatkan resistensi insulin

dibandingkan dengan populasi kulit putih serta tingkat kebiasaan aktivitas fisik yang

lebih rendah juga berperan dalam meningkatkan risiko diabetes pada populasi ini.

Sedangkan faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi: usia,

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

23

obesitas dan obesitas pada bagian perut, jarang melakukan aktivitas fisik serta faktor

makanan/gizi (Gibney, 2008).

Faktor diet yang berperan dalam timbulnya DM menurut Bazzano (2005) terdiri

dari asupan serat, lemak dan konsumsi alcohol serta beban glikemik. Selain itu, Lopez-

Ridaura (2004) menemukan bahwa asupan magnesium juga berhubungan dengan DM

tipe 2. Berdasarkan beberapa teori tersebut, kerangka teori yang digunakan dalam

penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut.

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Sumber: Bazzano (2005), Gibney (2008), Lopez-Ridaura (2004), dan Oldroyd (2005)

GI/GL

Usia

Ras

Konsumsi

Alkohol

Konsumsi

Lemak

Konsumsi

Magnesium

Merokok

Genetik/

Riwayat

Keluarga DM

Obesitas dan

obesitas pada

perut/lingkar

pinggang Aktivitas

Fisik

DM tipe 2

Konsumsi

Serat

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

24

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya DM tipe 2 yang

terdiri dari faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor tersebut tidak semuanya diteliti. Dalam penelitian ini ada 8 faktor yang

akan diteliti meliputi:

1) Konsumsi serat

Konsumsi serat berpengaruh terhadap DM tipe 2 dengan cara memperbaiki

respon glukosa darah dan indeks insulin dalam tubuh.

2) Konsumsi lemak

Konsumsi lemak berperan dalam DM tipe 2 dikarenakan asam lemak

mempengaruhi metabolisme glukosa dengan mengubah fungsi membran sel,

aktivitas enzim dan sinyal insulin.

3) Konsumsi magnesium

Konsumsi magnesium berperan dalam DM tipe 2 dikarenakan kadar magnesium

intraseluler penting untuk menjaga sensitivitas insulin pada otot rangka atau

jaringan adiposa.

4) Beban glikemik

Beban glikemik berpengaruh terhadap DM tipe 2 melalui perannya dalam

perubahan kadar CRP dan IL-6 yang merupakan biomarker inflamasi. Inflamasi

24

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

25

berhubungan dengan disfungsi atau perubahan permeabilitas endotel. Perubahan

permeabilitas endotel dan berkurangnya aliran darah perifer dapat membatasi

pengiriman insulin dan meningkatkan resistensi insulin pada jaringan aktif secara

metabolik.

5) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik berperan dalam DM tipe 2 karena dapat mempengaruhi resistensi

insulin.

6) Merokok

Merokok berpengaruh terhadap DM tipe 2 karena merokok secara langsung

dapat merusak fungsi sel ẞ atau menginduksi peradangan pankreas kronis

sehingga dapat menganggu sekresi insulin.

7) Riwayat keluarga DM

Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang

penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM di

mana dalam kasus DM tipe 2 persentase yang memiliki riwayat keluarga untuk

menderita DM sebesar 30%.

8) Lingkar pinggang

Lingkar pinggang berperan dalam DM tipe 2 karena lemak pada organ – organ

perut lebih mudah diolah untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk

memperoleh energi, kadar asam lemak meningkat yang dapat meningkatkan

resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot – otot tubuh.

Sedangkan faktor-faktor yang tidak diteliti terdiri dari: konsumsi alcohol, ras,

dan usia. Faktor konsumsi alkohol tidak diteliti karena berdasarkan data Riskesdas

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

26

(2007) tingkat konsumsi alkohol masyarakat di wilayah Tangerang masih rendah

yaitu sebesar 2,3%. Persentase ini masih berada di bawah persentase konsumsi

alkohol secara nasional yaitu 4,6%. Dan faktor ras tidak diteliti karena masyarakat di

Kelurahan Cempaka Putih sebagian besar berasal dari ras yang sama. Sedangkan

faktor usia tidak diteliti karena hasil penelitian Handayani (2003) membuktikan

bahwa faktor yang menjadi risiko terjadinya DM tipe 2 yaitu berusia ≥45 tahun.

Dalam penelitian ini responden yang diteliti semuanya berusia minimal 60 tahun.

Dengan kata lain, semua responden sudah berisiko terkena DM tipe 2. Hal ini

nantinya akan mempengaruhi hasil analisis data karena data variabel usia tidak

variatif mengingat tidak ada responden yang berusia di bawah 45 tahun.

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

Faktor Diet

1. Lemak

2. Serat

3. Magnesium

4. Beban glikemik

Aktivitas Fisik

DM tipe 2

Riwayat keluarga DM

Merokok

Lingkar pinggang

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

27

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 DM tipe 2

Status penyakit DM yang

diderita oleh lansia

berdasarkan diagnosis

dokter atau hasil ukur gula

darah kapiler sewaktu

≥200 mg/dl dengan ada

tidaknya keluhan khas

berupa poliuri, polidipsi,

polifagi, dan penurunan

berat badan drastis.

Pengambilan

spesimen

darah

responden

Glucosemeter 0. DM, jika:

a) Terdiagnosa oleh dokter

atau;

b) Ada keluhan khas dan

hasil pengukuran kadar

gula darah sewaktu ≥200

mg/dl atau;

c) Tidak ada keluhan khas

dan 2 kali hasil

pengukuran kadar gula

darah sewaktu ≥200

mg/dl yang diukur pada

hari yang berbeda.

1. Non DM, jika tidak sesuai

dengan kriteria DM.

(Soegondo, 2005)

Ordinal

2 Konsumsi

Lemak

Rata-rata lemak dari

makanan yang dikonsumsi

lansia dalam sehari

Wawancara

Semi-Quantitatif

FFQ

Konsumsi lemak dalam gram Rasio

3 Konsumsi

serat

Rata-rata serat dari

makanan yang dikonsumsi

lansia dalam sehari

Wawancara

Semi-Quantitatif

FFQ

Konsumsi serat dalam gram Rasio

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

28

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

4 Beban

glikemik

Rata-rata nilai beban

glikemik dari makanan

yang dikonsumsi lansia

dalam sehari

Wawancara

Semi-Quantitatif

FFQ

- Rasio

5 Konsumsi

Magnesium

Rata-rata magnesium dari

makanan yang dikonsumsi

lansia dalam sehari

Wawancara Semi-Quantitatif

FFQ

Konsumsi magnesium dalam mg Rasio

6

Riwayat

Keluarga

DM

Ada atau tidaknya anggota

keluarga sedarah (ayah,

ibu, saudara laki-laki dan

perempuan sekandung)

yang terkena DM

berdasarkan diagnosis

dokter

Wawancara

Kuesioner 0. Ada

1. Tidak ada

(Handayani, 2003)

Ordinal

7 Merokok Kebiasaan lansia

menghisap rokok. Wawancara

Kuesioner 0. Merokok, jika responden

masih aktif merokok

sampai pengumpulan

data.

1. Tidak merokok, jika

responden tidak pernah

merokok atau sudah

berhenti merokok lebih

dari 1 tahun sebelum

pengumpulan data

dilakukan.

(Qiao, 1999)

Ordinal

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

29

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

8 Aktivitas

Fisik

Segala aktivitas fisik yang

dilakukan terus menerus

selama 10 menit atau lebih

dalam setiap kali kegiatan

dan dikumulasikan selama

seminggu.

Wawancara

Kuesioner

0. Kurang/rendah, jika:

a) Melakukan aktivitas fisik

berat < 20 menit/hari

selama 3 hari.

b) Melakukan aktivitas fisik

sedang < 5 hari atau

berjalan < 30 menit/hari.

1. Cukup/sedang, jika:

a) Melakukan aktivitas fisik

berat minimal 20

menit/hari selama 3 hari

atau lebih, atau

b) Melakukan aktivitas fisik

sedang selama 5 hari atau

lebih atau berjalan paling

sedikit 30 menit/hari.

(Junita S, 2010)

Ordinal

9 Lingkar

pinggang

Ukuran keliling pinggang

lansia yang diukur melalui

pusar.

Pengukuran

lingkar

pinggang

Pita meteran

0. Berisiko, jika ≥80 cm untuk

wanita dan ≥90 cm untuk laki-

laki.Tidak berisiko, jika <80

cm untuk wanita dan <90 cm

untuk laki-laki.

(Cahyono, 2008)

Ordinal

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

30

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain

penelitian cross-sectional di mana pengambilan data variabel independen dan

variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini bersifat analitik

karena akan melihat hubungan antara varibel independen dan varibel dependen.

Variabel independen yang diteliti adalah konsumsi serat, lemak, magnesium, beban

glikemik, aktivitas fisik, merokok, riwayat keluarga DM, dan lingkar pinggang.

Sedangkan variabel independennya adalah DM tipe 2.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cempaka Putih pada bulan September 2012 –

Mei 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar di Pos pembinaan

terpadu (Posbindu) Kelurahan Cempaka Putih.

4.3.2 Sampel Penelitian

a. Besar Sampel

30

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

31

Jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh melalui rumus uji hipotesis beda

proporsi (Ariawan, 1998) yaitu:

⁄√ √

Keterangan:

N = jumlah sampel yang dibutuhkan

Z1-a/2 = derajat kemaknaan

Z1- = kekuatan uji

P = proporsi gabungan, P = (P1 +P2)/2

Nilai P1 dan P2 diperoleh dari hasil penelitian Handayani (2003) sehingga jumlah

sampel berdasarkan perhitungan dengan rumus uji hipotesis beda proporsi adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Besar Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Handayani (2003)

Variabel P1 P2 α(%) β (%) n

Diet kecukupan

lemak

0, 431 0, 569 1 80 306

90 389

95 465

99 626

5 80 205

90 274

95 339

99 478

10 80 162

90 223

95 282

99 410

Riwayat keluarga 0,375 0,625 1 80 92

90 117

95 140

99 142

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

32

Dari hasil perhitungan sampel pada tabel 4.1 dipilih jumlah sampel sebanyak

32 orang dengan tingkat kemaknaan sebesar 10% dan kekuatan uji 80% sehingga

jumlah sampel minimal menjadi:

Variabel P1 P2 α(%) β (%) n

Riwayat keluarga 0,375 0,625 5 80 62

90 82

95 101

99 142

10 80 49

90 67

95 84

99 122

Obesitas 0,653 0,347 1 80 61

90 77

95 92

99 123

5 80 41

90 54

95 67

99 94

10 80 32

90 44

95 56

99 80

Inaktivitas 0,944 0,056 1 80 6

90 7

95 8

99 9

5 80 4

90 5

95 5

99 5

10 80 3

90 4

95 4

99 5

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

33

b. Kriteria Sampel

Kriteria inklusi adalah :

Berusia ≥ 60 tahun

Bersedia menjadi responden

Bersedia diperiksa kadar glukosa darah

Kriteria eksklusi adalah:

Tergantung insulin/ menjalani pengobatan injeksi insulin

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling

dengan menggunakan jumlah proporsional per posbindu. Pengambilan

sampel dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

1) Menyusun kerangka sampel yang berisi daftar nama lansia yang terdaftar

di posbindu.

2) Melakukan pengambilan secara acak (pengundian) dari kerangka sampel

sampai terambil sebanyak 93 orang dari 136 lansia yang terdaftar.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

a. Data Primer

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

34

Data primer yang dikumpulkan meliputi:

1) Data variabel dependen (DM tipe 2)

2) Data variabel independen (konsumsi serat, konsumsi lemak, konsumsi

magnesium dan beban glikemik serta variabel merokok, aktivitas fisik,

riwayat keluarga DM dan lingkar pinggang).

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data penyakit yang

terdapat dalam LB1 Puskesmas Ciputat Timur bulan Januari – Juni tahun 2012,

data 10 penyakit terbesar pada lansia di Tangerang Selatan tahun 2011, dan

profil Kelurahan Cempaka Putih.

4.4.2 Cara Pengumpulan Data

a. Data DM diperoleh melalui beberapa tahapan berikut:

1) Menanyakan apakah responden menderita DM berdasarkan hasil

diagnosa dokter. Jika responden menjawab “ya” berarti responden

dikategorikan menderita DM.

2) Jika responden menjawab tidak, maka responden ditanyakan apakah

memiliki keluhan khas berupa berupa poliuria, polidipsi, polifagia,

dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

serta diperiksa gula darahnya. Jika ada keluhan khas dan

pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl berarti responden

dikategorikan menderita DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas

DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

35

abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi

angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar

glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain (Soegondo,

2005).

Menanyakan apakah

responden menderita DM

berdasarkan hasil diagnosa

dokter

Responden menjawab

“Ya”

Diabetes Melitus

Responden menjawab

“Tidak” atau “Belum

pernah memeriksakan ke

Dokter”

Memeriksa kadar gula

darah dan Menanyakan

keluhan khas DM

Keluhan khas (-) dan

kadar gula darah ≥200

Keluhan khas (+) dan

glukosa darah ≥200

Diabetes Melitus

Pemastian diagnosa dgn

cara pemeriksaan kadar

gula darah lagi

Diperoleh kadar/angka

abnormal

Diabetes Melitus

Bagan 4.1

Tahapan Penentuan Status DM

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

36

Pengukuran glukosa darah dilakukan oleh peneliti yang merupakan

mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat melalui tahapan sebagai

berikut:

1) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu glucosemeter dengan

merk Easy Touch GCU model ET – 301, alkohol, kasa/kapas, jarum

penusuk (lancet) dan alat penusuk (lancing device) dan test strip

2) Memasukkan jarum penusuk (lancet) ke dalam alatnya (lancing

device). Jarum yang dimasukkan harus masih baru dan steril dan

hanya digunakan untuk sekali pakai.

3) Membersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas

beralkohol untuk menghindari infeksi.

4) Menusukkan jarum ke ujung jari responden.

5) Memasukkan test strip ke alat pengukur (glucose meter) dan

memastikan bahwa test strip yang digunakan belum kadaluwarsa.

6) Menempelkan ujung test strip ke bulatan darah sampai terbasahi

merata bagian untuk sampelnya. Jangan meneteskan darah ke strip

dan jangan terlalu keras menempelkan test strip. Bila sampel

darah sudah memadai maka alat akan mulai mengukur (waktu

pengukuran terlihat di display dalam hitungan mundur).

7) Menempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang

tertusuk untuk menghentikan perdarahan.

8) Melihat hasil pengukuran di glucose meter.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

37

Pada penelitian ini, kadar glukosa responden diperoleh melalui glukosa

darah kapiler yang diukur dengan menggunakan alat glucosemeter.

Pemilihan metode pengukuran ini berdasarkan beberapa pertimbangan,

yaitu alatnya praktis, mudah dibawa kemana-mana, cepat memberikan

hasil, dan keterbatasan dana peneliti.

b. Data konsumsi zat gizi berupa serat, lemak, dan magnesium serta beban

glikemik diperoleh melalui wawancara tentang kebiasaan konsumsi jenis

makanan yang terdapat dalam FFQ semikuantitatif.

c. Data aktifitas fisik, riwayat keluarga, merokok diperoleh melalui

wawancara dengan kuesioner.

d. Data lingkar pinggang diperoleh melalui pengukuran lingkar pinggang

dengan pita meteran.

4.5 Pengolahan Data

Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui tahapan berikut:

1. Editing Data

Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengecekan data yang telah diisi.

Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi

kelengkapan, relevansi dan konsistensi jawaban.

Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuesioner

yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan dan

memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuesioner sudah terjawab dengan

lengkap dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan cara

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

38

melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data yang lain. Misal: pada

data usia responden tercantum 65 tahun dan tanggal lahir 14 September 1942.

Data tersebut sudah berarti tidak konsisten karena usia responden berdasarkan

tanggal kelahirannya adalah 70 tahun. Jika ada data yang tidak lengkap dan

tidak konsisten, maka responden akan dihubungi kembali melalui nomor

kontak yang sudah ditanyakan pada saat wawancara.

2. Coding Data

Setelah melakukan editing data, selanjutnya adalah melakukan kegiatan coding.

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan. Misal: untuk jawaban “ya” diberi kode 1 dan untuk

jawaban “tidak” diberi kode 0. Berikut pengkodingan yang dilakukan pada tiap

variabel dalam penelitian ini:

a) DM tipe 2: 0 = DM, jika: Terdiagnosa oleh dokter atau; ada keluhan khas

dan hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl atau; tidak ada

keluhan khas dan 2 kali hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu ≥200

mg/dl yang diukur pada hari yang berbeda dan 1 = Non DM, jika tidak

sesuai dengan kriteria DM.

b) Merokok: 0 = Merokok, jika responden masih aktif merokok sampai

pengumpulan data dan 1 = Tidak merokok, jika responden tidak pernah

merokok atau sudah berhenti merokok lebih dari 1 tahun sebelum

pengumpulan data dilakukan.

c) Aktivitas fisik: 0 = Kurang, jika melakukan aktivitas fisik berat < 20

menit/hari selama 3 hari atau; melakukan aktivitas fisik sedang < 5 hari

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

39

atau berjalan < 30 menit/hari dan 1 = Cukup/sedang, jika melakukan

aktivitas fisik berat minimal 20 menit/hari selama 3 hari atau lebih, atau

melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan

paling sedikit 30 menit/hari.

d) Riwayat keluarga: 0 = Ada, jika ada anggota keluarga sedarah (ayah, ibu,

saudara laki-laki atau perempuan sekandung) yang pernah mengidap DM

dan 1 = tidak, jika tidak ada anggota keluarga sedarah yang menderita DM.

e) Lingkar pinggang: 0 = Berisiko, jika ≥80 cm untuk wanita dan ≥90 cm

untuk laki-laki dan 1 = Tidak berisiko, jika <80 cm untuk wanita dan <90

cm untuk laki-laki.

3. Struktur Data

Sebelum memasukkan data ke dalam komputer terlebih dahulu dibuat struktur

data tiap variabel berupa nama, tipe data, lebar data dan desimalnya, serta

membuat values. Misalnya, struktur data untuk variabel aktivitas fisik terdiri

dari:

Nama: aktivitas_fisik

Tipe data : numerik

Lebar data : 1 dan desimal : 0

Values: 0 = kurang dan 1 = cukup.

4. Entry Data

Setelah dibuat struktur data maka langkah selanjutnya adalah memasukkan

data ke dalam software statistik.

5. Cleaning

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

40

Tahap ini merupakan tahapan memeriksa kembali data yang telah masuk dalam

komputer, apakah ada kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalamnya. Cleaning

data dapat dilakukan dengan mengamati distribusi frekuensi atau diagram tebar

tiap variabel dan memeriksa apakah ada nilai-nilai yang menyimpang. Misal:

pada variabel lingkar pinggang ada nilai 2, padahal kode untuk variabel lingkar

pinggang hanya 0 dan 1.

4.6 Analisis Data

Jenis analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel yang diteliti. Analisi univariat bertujuan untuk mendapat

gambaran atau deskripsi dari variabel dependen dan independen pada penelitian ini,

yaitu variabel DM tipe 2, konsumsi serat, konsumsi lemak, konsumsi magnesium,

serta variabel merokok, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan obesitas.

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara

variabel dependen dan independen. Dalam penelitian ini, ada dua uji yang

digunakan yaitu uji chi square dan uji t independen. Uji chi square merupakan uji

yang dipakai untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel

dependen yang masing-masing memiliki data kategorik. Sedangkan uji t

independen dipakai untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang

memiliki jenis data numerik dan variabel dependen yang mempunyai jenis data

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

41

kategorik. Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

aktivitas fisik, merokok, riwayat keluarga DM dan lingkar pinggang dengan

variabel DM tipe 2. Sementara uji t digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel konsumsi serat, konsumsi lemak, konsumsi magnesium dan beban

glikemik dengan variabel DM tipe 2.

Dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.1 (10%) dengan

pertimbangan responden yang diteliti adalah lansia yang sudah mengalami

penurunan daya ingat, sementara data konsumsi makanan diperoleh dengan

mengandalkan ingatan dan alat yang digunakan adalah glucosemeter yang

menggunakan bahan darah kapiler di mana menurut Ningsih dkk (2008) jika

menggunakan sampel darah kapiler masih akan ditemukan peluang kesalahan

sebesar 10,1%. Dari uji statistik nantinya akan diperoleh nilai p. Hubungan antara

dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0.1 dan dikatakan tidak

bermakna jika mempunyai nilai p > 0.1.

4.6.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel

dependen dengan seluruh variabel independen, sehingga dapat diketahui variabel

independen mana yang paling dominan berpengaruh terhadap pola penyakit pada

lansia dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Uji regresi logistik ganda

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prediksi dengan tujuan untuk

memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap

terbaik memprediksi kejadian variabel dependen. Tahapan dalam permodelan ini

adalah:

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

42

a) Memasukkan hasil uji bivariat yang mempunyai nilai Pvalue <0.25 ke dalam

kandidat model dan dilanjutkan ke analisis multivariat.

b) Memilih variabel yang masuk ke dalam model dengan mempertahankan

variabel yang hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan Pvalue ≤0.1.

Untuk variabel yang Pvalue >0.1 dikeluarkan satu persatu secara bertahap

dimulai dari variabel yang memiliki nilai Pvalue paling besar.

c) Melakukan uji interaksi sesama variabel independen, apabila secara substansi

diduga terjadi interaksi antara variabel independen. Penentuan variabel

interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika substantif. Pengujian interaksi

dilihat dari kemaknaan uji statistik (Pvalue ≤0.1). Bila variabel mempunyai

nilai bermakna, maka variabel interaksi penting dimasukkan dalam model.

d) Menginterpretasikan model terakhir.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

43

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih

5.1.1 Letak dan Jenis Kegiatan Posbindu

Posbindu adalah Posbindu yang ada di Kelurahan Cempaka Putih berjumlah 3

yaitu Posbindu Kenanga, Anggrek, dan Cempaka. Ketiga posbindu tersebut terletak

pada alamat berikut:

1. Posbindu Kenanga : Jl. Mesjid Al-Husaini RT 02 RW 04

2. Posbindu Anggrek : Jl. Jambu RT 04 RW 05

3. Posbindu Cempaka : Jl. Sukun RT 03 RW 06

Kegiatan di posbindu terdiri dari:

a. Pemeriksaan tekanan darah

b. Pengukuran tinggi badan dan berat badan

c. Pemeriksaan gula darah

d. Konseling

5.1.2 Gambaran Populasi

Tabel 5.1

Jumlah Anggota Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Posbindu Jumlah Anggota Usia ≥60 Tahun

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Kenanga 5 21 26

Anggrek 16 54 70

Cempaka 9 31 40

Total 30 106 136

*Sumber: Data Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

43

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

44

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah anggota posbindu yang paling banyak

ada di Posbindu Anggrek dan yang paling sedikit ada di Posbindu Kenanga.

5.1.3 Gambaran Karakteristik Responden

Tabel 5.2

Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

Laki-Laki 20

Perempuan 73

Total 93

Lama Menderita DM Tipe 2

< 5 Tahun 9

≥ 5 Tahun 11

Total 20

Jumlah Batang Rokok yang Dihisap

< 20 Batang 11

≥ 20 Batang 3

Total 14

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan. Untuk responden yang menderita DM sebagian besar sudah

mengidap penyakit tersebut selama jangka waktu lebih dari 5 tahun. Dan untuk

responden yang merokok sebagian besar menghisap rokok lebih kecil dari 20 batang.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran DM Tipe 2

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

45

Grafik 5.1

Distribusi DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Grafik 5.1 menunjukkan bahwa lansia yang menderita DM tipe 2 lebih sedikit

dibandingkan dengan lansia yang tidak menderita DM tipe 2.

5.2.2 Gambaran Konsumsi Serat

Hasil penelitian seperti yang terlihat dalam tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-

rata konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada pada

interval 14.5 –16.4 gram.

Tabel 5.3

Gambaran Konsumsi Serat Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Konsumsi (gr)

Rata-rata pada CI 90% 14.5 – 16.4

Standar Deviasi 5.5

Nilai Terendah 6.8

Nilai Tertinggi 30.3

Sedangkan distribusi konsumsi serat dapat dilihat pada grafik 5.2 berikut

DM tipe 2 21.5%

Bukan DM 78.5%

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

46

Grafik 5.2

Dari grafik 5.2 dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi serat paling banyak

ada pada interval 13.3 – 15.0 gram.

5.2.3 Gambaran Konsumsi Lemak

Tabel 5.4

Gambaran Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Konsumsi (gr)

Rata-rata pada CI 90% 63.1 – 67.5

Standar Deviasi 12.8

Nilai Terendah 41.1

Nilai Tertinggi 95.6

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

47

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi lemak pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada pada interval 63.1 – 67.5 gram. Untuk

lebih jelasnya, sebaran data konsumsi lemak bisa dilihat pada grafik 5.3

Grafik 5.3

Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Dari grafik 5.3 dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi lemak paling banyak

ada pada interval 56.7 – 60.0 gram.

5.2.4 Gambaran Konsumsi Magnesium

Tabel 5.5

Gambaran Konsumsi Magnesium Pada Lansia

di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

48

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi magnesium pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada pada rentang 399.3 – 443.2 mg. Untuk

lebih jelasnya, distribusi konsumsi lemak bisa dilihat pada grafik 5.4

Grafik 5.4

Dari grafik 5.4 dapat diketahui bahwa frekuensi paling banyak ada pada

rentang 433.3 – 466.6 miligram.

Konsumsi (mg)

Rata-rata pada CI 90% 399.3 – 443.2

Standar Deviasi 127.5

Nilai Terendah 193.3

Nilai Tertinggi 694.3

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

49

5.2.5 Gambaran Beban Glikemik

Hasil penelitian seperti yang terdapat dalam tabel 5.6 menunjukkan bahwa

rata-rata beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada

pada rentang 92.2 – 102.8.

Tabel 5.6

Gambaran Beban Glikemik Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Konsumsi

Rata-rata pada CI 90% 92.2 – 102.8

Standar Deviasi 30.8

Nilai Terendah 47.0

Nilai Tertinggi 195.9

Sedangkan distribusi beban glikemik dapat dilihat pada grafik 5.5 berikut

Grafik 5.5

Grafik 5.5 dapat menunjukkan bahwa frekuensi paling banyak ada pada

rentang 80 – 90.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

50

5.2.6 Gambaran Aktivitas Fisik

Distribusi aktivitas fisik pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih dapat dilihat pada grafik 5 di bawah ini.

Grafik 5.6

Distribusi Aktivitas Fisik Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Dari grafik 5.6 dapat diketahui bahwa persentase lansia yang memiliki aktivitas fisik

kurang lebih besar daripada lansia yang memiliki aktivitas fisik cukup.

5.2.7 Gambaran Merokok

Grafik 5.7

Distribusi Merokok Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Kurang 55.9%

Cukup 44.1%

0

50

100

MerokokTidak Merokok

15.1

84.9

Persentase

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

51

Dari grafik 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia yang menjadi

responden termasuk kategori bukan perokok.

5.2.8 Gambaran Riwayat Keluarga DM

Grafik 5.8

Distribusi Riwayat Keluarga DM Pada Lansia Posbindu

di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Grafik 5.8 menunjukkan bahwa prevalensi lansia yang memiliki riwayat keluarga

menderita DM lebih kecil daripada lansia yang tidak memiliki riwayat keluarga DM.

5.2.9 Gambaran Lingkar Pinggang

Grafik 5.9

Distribusi Lingkar Pinggang Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Persentase0

100

Ada

Tidak Ada

Ada Tidak Ada

Persentase 23.7 76.3

Berisiko 64.5%

Tidak Berisiko 35.5%

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

52

Grafik 5.9 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang menjadi responden

memiliki ukuran lingkar pinggang yang berisiko.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Konsumsi Serat Dengan DM Tipe 2

Dari hasil analisis didapatkan rata–rata konsumsi serat lansia lebih rendah pada

lansia menderita DM tipe 2 dibandingkan lansia yang bukan DM tipe 2. Berdasarkan

hasil uji statistik seperti tercantum dalam tabel 5.7 dapat diketahui bahwa ada

hubungan signifikan antara konsumsi serat dengan DM Tipe 2 pada lansia karena p

value < 0.1.

Tabel 5.7 Distribusi Rata-rata Konsumsi Serat Berdasarkan DM Tipe 2 Pada Lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Status DM n (93) Mean SD Pvalue

DM Tipe 2 20 13.64 4.893 0.094

Bukan DM 73 15.98 5.631

5.3.2 Hubungan Konsumsi Lemak Dengan DM Tipe 2

Salah satu syarat uji t adalah data berdistribusi normal. Data konsumsi lemak

tidak memenuhi syarat tersebut sehingga tidak bisa dilakukan uji t. Untuk

menganalisisnya digunakan uji Mann-whitney.

Tabel 5.8 Distribusi Rata-rata Konsumsi Lemak Berdasarkan DM Tipe 2 Pada

Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Status DM n (93) Mean SD Pvalue

DM Tipe 2 20 63.62 9.63 0.815

Bukan DM 73 65.81 13.57

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

53

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa rata–rata konsumsi lemak lansia yang menderita

DM tipe 2 lebih kecil dibandingkan lansia yang bukan DM tipe 2. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi lemak dengan

DM Tipe 2 pada lansia karena p = 0.815, yang berarti nilai p > 0.1.

5.3.3 Hubungan Antara Konsumsi Magnesium Dengan DM Tipe 2

Dari hasil analisis dalam tabel 5.9 dapat diketahui bahwa rata–rata konsumsi

magnesium lansia yang menderita DM tipe 2 lebih rendah daripada lansia yang

bukan DM tipe 2. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa pada alpha 10% ada

hubungan signifikan antara konsumsi magnesium dengan DM Tipe 2.

Tabel 5.9 Distribusi Rata-rata Konsumsi Magnesium Berdasarkan DM Tipe 2 Pada

Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Status DM n (93) Mean SD Pvalue

DM Tipe 2 20 367.58 123.399 0.033

Bukan DM 73 435.97 125.428

5.3.4 Hubungan Beban Glikemik Dengan DM Tipe 2

Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel beban

glikemik dengan DM tipe 2 adalah uji Mann-whitney karena data beban glikemik

tidak memiliki distribusi data normal sehingga uji yang digunakan bukanlah uji t.

Tabel 5.10 Distribusi Rata-rata Beban Glikemik Berdasarkan DM Tipe 2 Pada

Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Status DM n (93) Mean SD Pvalue

DM Tipe 2 20 88.58 29.13 0.048

Bukan DM 73 99.94 30.99

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa rata–rata beban glikemik lansia yang

menderita DM tipe 2 lebih rendah daripada rata-rata beban glikemik pada lansia

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

54

yang bukan DM tipe 2. Berdasarkan hasil uji statistik dalam tabel 5.10 dapat terlihat

bahwa pada alpha 10% terdapat hubungan signifikan antara beban glikemik dengan

DM Tipe 2 pada lansia.

5.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan DM Tipe 2

Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 Pada

Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Aktivitas Fisik

Status DM

Pvalue DM Tipe 2 Bukan DM

n % n %

Kurang 15 75 37 50.7

0.092 Cukup 5 25 36 49.3

Jumlah 20 100 73 100

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa lansia yang menderita DM tipe 2

lebih banyak yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. Berdasarkan hasil uji

statistik diperoleh nilai p value < 0.1 yang berarti ada hubungan signifikan antara

aktivitas fisik dengan DM Tipe 2.

5.3.6 Hubungan Merokok Dengan DM Tipe 2

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa masing-masing pada penderita DM tipe 2 dan

bukan DM tipe 2 lebih banyak yang memiliki status tidak merokok. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p = 1, berarti pada alpha 10% terlihat tidak ada hubungan signifikan

antara kebiasaan merokok dengan DM Tipe 2.

Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dengan DM Tipe 2

Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

55

Kebiasaan

Merokok

Status DM

Pvalue DM Tipe 2 Bukan DM

n % n %

Merokok 3 15 11 15.1

1 Tidak Merokok 17 85 62 84.9

Jumlah 20 100 73 100

5.3.7 Hubungan Riwayat Keluarga DM Dengan DM Tipe 2

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa lansia yang tidak menderita DM tipe 2 lebih

banyak yang tidak memiliki riwayat keluarga DM. Pada penderita DM tipe 2 juga

ditemukan bahwa lebih banyak yang tidak memiliki riwayat keluarga DM. Namun,

jika dibandingkan antara penderita DM tipe 2 dengan yang bukan DM tipe 2 bisa

dilihat bahwa selisih perbedaan frekuensi dan persentase antara lansia yang memiliki

riwayat keluarga DM dan yang tidak memiliki riwayat keluarga DM lebih besar pada

lansia yang bukan DM tipe 2. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada

hubungan signifikan antara riwayat keluarga DM dengan DM Tipe 2 karena p value

< 0.1.

Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2

Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Riwayat

Keluarga

DM

Status DM

Pvalue DM Tipe 2 Bukan DM

n % n %

Ada 9 45 13 17.8

0.017 Tidak ada 11 55 60 82.2

Jumlah 20 100 73 100

5.3.8 Hubungan Lingkar Pinggang Dengan DM Tipe 2

Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2

Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

56

Lingkar

Pinggang

Status DM

Pvalue DM Tipe 2 Bukan DM

n % n %

Berisiko 14 70.0 46 63.0 0.753

Tidak Berisiko 6 30.0 27 37.0

Jumlah 20 100 73 100

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa masing-masing pada penderita

DM tipe 2 dan bukan DM tipe 2 lebih banyak yang memiliki ukuran lingkar

pinggang yang berisiko. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.753, berarti pada

alpha 10% terlihat tidak ada hubungan signifikan antara lingkar pinggang dengan

DM Tipe 2.

5.4 Analisis Multivariat

Untuk dapat mengetahui faktor risiko yang paling dominan terhadap DM tipe 2

Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih dilakukan analisis multivariat

dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dengan model prediksi. Tahap yang

dilakukan dalam analisis multivariat dengan model prediksi adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan variabel sebagai kandidat model

Dalam penelitian ini terdapat 8 variabel yang diduga menjadi faktor risiko

terhadap DM tipe 2 yaitu konsumsi serat, lemak, magnesium, beban glikemik,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat keluarga DM, dan lingkar pinggang.

Untuk pemilihan kandidat variabel yang akan dimasukkan dalam model prediksi

uji regresi logistik ganda, maka 8 variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan

analisis bivariat dengan variabel dependen yaitu DM tipe 2. Setelah melalui

analisis bivariat, variabel dengan nilai Pvalue < 0.25 dijadikan variabel kandidat

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

57

yang akan dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Hasil analisis bivariat

antara variabel independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada tabel

5.15.

Tabel 5.15 Hasil Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan DM Tipe 2

Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

No Variabel Pvalue

1 Konsumsi Serat 0.094

2 Konsumsi Lemak 0.815

3 Konsumsi Magnesium 0.033

4 Beban Glikemik 0.048

5 Aktivitas Fisik 0.092

6 Kebiasaan Merokok 1.000

7 Riwayat Keluarga DM 0.017

8 Lingkar Pinggang 0.753

Dari tabel 5.15 dapat diketahui ada 5 variabel yang memiliki nilai Pvalue <

0.25 yaitu konsumsi serat, konsumsi magnesium, beban glikemik, aktivitas fisik,

dan riwayat keluarga DM. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut masuk ke

dalam model prediksi uji regresi logistik ganda.

2) Penentuan faktor paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2

Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dianalisis secara bersamaan.

Variabel yang dimasukkan ke dalam model selanjutnya adalah variabel yang

memiliki Pvalue ≤ 0.1. Sedangkan variabel yang memiliki nilai Pvalue > 0.1

dikeluarkan dari model. Pengeluaran variabel dilakukan secara bertahap mulai

dari variabel yang memililki nilai Pvalue yang paling besar. Secara keseluruhan

hasil pembuatan model faktor penentu dapat dilihat pada tabel 5.16

Tabel 5.16 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Konsumsi Serat,

Konsumsi Magnesium, Beban Glikemik, Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM

dengan DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

58

No Variabel Model 1 Model 2 Model 3

1 Konsumsi Serat 0.511 0.162 0.081

2 Konsumsi Magnesium 0.818 - -

3 Beban Glikemik 0.341 0.348 -

4 Aktivitas Fisik 0.049 0.035 0.034

5 Riwayat Keluarga DM 0.009 0.006 0.007

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang dianalisis, hanya

terdapat 3 variabel yang tersisa yang memiliki Pvalue ≤ 0.1. Hal ini menunjukkan

bahwa ketiga variabel tersebut merupakan variabel yang berhubungan secara

signifikan dengan DM tipe 2 pada lansia. Hasil analisis multivariat variabel

tersebut dapat dilihat pada tabel 5.17.

Tabel 5.17 Hasil Analisis Multivariat antara Konsumsi Serat, Aktivitas Fisik, dan

Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 pada Lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

No Variabel B P OR 90% CI

1 Konsumsi Serat 0.105 0.007 1.11 1.006 - 1.225

2 Aktivitas Fisik 1.31 0.034 3.705 1.338 - 10.264

3 Riwayat Keluarga DM 1.594 0.081 4.922 1.851 - 13.088

Constant -1.823

-2 Log Likelihood = 82.400

Negelkelke R Square = 0.222

Dari tabel 5.17 dapat diketahui bahwa variabel riwayat keluarga memiliki

nilai koefisien B dan nilai OR yang paling besar yang berarti di antara ketiga

variabel tersebut, variabel riwayat keluarga DM merupakan faktor paling

dominan berhubungan dengan DM Tipe 2. Berdasarkan hasil analisis model

diketahui nilai Negelkelke R Square sebesar 22.2% artinya variabel konsumsi

serat, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga DM menjelaskan DM Tipe 2 sebesar

22.2% dan selebihnya dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

59

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

6.1.1 Metode Pengumpulan Data

a) Pada penelitian ini metode penentuan status DM pada responden yang belum

terdiagnosis DM oleh dokter adalah melalui pengukuran menggunakan alat

glucosemeter dengan bahan darah kapiler yang memiliki sensitivitas 70% dan

spesifisitas 90% yang berarti kemampuan alat untuk mendiagnosis secara benar

bahwa responden benar menderita penyakit sebesar 70% dan mendiagnosis

secara benar bahwa responden benar tidak menderita penyakit sebesar 90%.

Menurut Ningsih dkk (2008), hasil pengukuran dengan glucosemeter masih akan

ditemukan peluang kesalahan sebesar 10,1%. Itulah sebabnya, peneliti tidak

hanya mengandalkan hasil pengukuran glucosemeter saja, tapi juga menanyakan

keluhan yang dirasakan oleh responden untuk memperkuat hasil pengukuran

yang diperoleh.

Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaaan

glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Dan untuk

memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di

laboratorium klinik yang terpercaya yang melakukan program pemantauan

kendali mutu secara teratur (Soegondo, 2005). Oleh karena itu, diharapkan untuk

peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode pemeriksaan glukosa dengan

59

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

60

cara enzimatik dan diperiksa di laboratorium yang terpercaya agar memperoleh

data yang lebih akurat.

b) Pengumpulan data konsumsi dengan instumen FFQ semikuantitatif memiliki

beberapa kekurangan yaitu dibutuhkan ingatan yang bagus tentang pola makan

sehari-hari dan kekeliruan dalam mengestimasi frekuensi dan porsi makanan

yang dikonsumsi. Untuk mengatasi kekeliruan dalam estimasi porsi makanan

digunakan food model pada saat pengumpulan data konsumsi makanan.

6.2 Gambaran DM Tipe 2 pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

2012

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prevalensi DM tipe 2 pada

Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih sebesar 21.5%. Prevalensi ini sudah

melebihi prevalensi DM pada lansia secara nasional menurut data Riskesdas 2007,

yaitu sebesar 3,7% pada kelompok usia 55 – 64 tahun, 3,4% pada kelompok usia 65–

74 tahun, dan 3,2% pada kelompok usia 75 tahun ke atas. Prevalensi DM tipe 2 yang

cukup tinggi di kelurahan ini bisa disebabkan karena rata-rata konsumsi serat

lansianya yang masih kurang di bawah angka kebutuhan gizi yang dianjurkan dan

aktivitas fisik yang kurang di mana kedua hal tersebut merupakan faktor-faktor

risiko timbulnya DM tipe 2.

Dalam jangka panjang penyakit DM bisa menimbulkan komplikasi

mikrovaskular dan makrovaskular. Sirkulasi mikrovaskular yang buruk akan

menimbulkan gangguan pada ginjal, retina, dan sistem saraf perifer termasuk neuron

sensorik dan motorik somatik serta mengganggu reaksi imun dan inflamasi (Corwin,

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

61

2009). Sedangkan komplikasi makrovaskular mempengaruhi pembuluh darah besar

dan menimbulkan penyakit jantung iskemik dan cedera serebrovaskular (Brooker,

2008). Mengingat cukup tingginya prevalensi DM di Kelurahan Cempaka Putih dan

bahaya dari penyakit DM ini maka perlu segera diadakan upaya pencegahan dan

penanggulangan dalam mengatasi penyakit tersebut.

Upaya penanggulangan bisa dilakukan dengan cara mengajak masyarakat yang

sudah terkena DM untuk selalu kontrol gula darah (pemeriksaan teratur) ke Posbindu

di Kelurahan Cempaka Putih atau ke Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.

Penderita DM tipe 2 yang tidak memakai insulin perlu memeriksa darah agar

glukosa darah selalu terkontrol dengan baik. Ada yang memeriksanya setiap hari,

ada pula yang dua kali seminggu. Biasanya yang melakukan diet ketat dan

berolahraga secara teratur, serta minum obat rutin tidak perlu memeriksa glukosa

darah terlalu sering. Untuk pemastian kapan dan seberapa sering dilakukan

pemeriksaan glukosa darah harus dikonsultasikan dengan dokter karena jadwal

pemeriksaan gluksoa darah tergantung pada tipe diabetes dan rencana pengobatan

dari dokter. Dari pemeriksaan tersebut, lansia bisa mengetahui kadar glukosanya

sehingga lebih berhati-hati dalam menjaga pola makannya dan bisa memperoleh obat

antidiabetes yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi sehingga dapat

meminimalisir resiko terkena komplikasi diabetes dengan penyakit lain.

Sedangkan upaya pencegahan bisa dilakukan dengan cara memberikan

penyuluhan atau penyebaran leaflet kepada masyarakat dari kalangan usia remaja,

dewasa, dan lansia untuk menerapkan pola hidup sehat. Penggunaan leaflet sebagai

media promosi kesehatan memiliki beberapa keunggulan, yaitu: pengguna dapat

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

62

melihat isinya pada saat santai, dapat belajar mandiri dan informasi yang ada bisa

dibagi dengan keluarga dan teman. Oleh karena itu, diharapkan kepada Dinkes

Tangerang Selatan dan Puskesmas Ciputat Timur untuk memberikan penyuluhan ke

sekolah – sekolah karena pencegahan dari usia remaja tentu akan lebih baik hasilnya.

Materi penyuluhan sebaiknya spesifik untuk penyakit DM sehingga remaja bisa

mengetahui informasi tentang DM dengan baik, misalnya informasi tentang resiko

lebih besar terkena DM pada remaja yang memiliki riwayat keluarga DM sehingga

remaja tersebut semakin termotivasi untuk menerapkan pola hidup sehat. Selain itu,

Kelurahan Cempaka Putih bekerja sama dengan Puskesmas Ciputat Timur

diharapkan untuk membentuk posbindu yang lebih banyak karena posbindu yang ada

hanya terdapat di 3 RW, sementara RW di kelurahan tersebut berjumlah 11 sehingga

pelayanan belum bisa menjangkau semua lansia yang ada dalam kelurahan.

6.3 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2

Serat adalah komponen dinding sel pada tumbuhan yang tidak dapat dicerna

atau diserap oleh tubuh. Serat banyak terdapat dalam sayuran, kacang-kacangan,

buah-buahan, biji-bijian, dan produk gandum (Lau, 2009). Dari hasil penelitian

diperoleh bahwa rata-rata konsumsi serat lansia di Kelurahan Cempaka Putih berada

pada interval 14.5 –16.4 gram. Nilai ini masih kurang dari angka kebutuhan yang

dianjurkan yaitu 25 gram. Rendahnya konsumsi serat ini disebabkan karena sebagian

besar lansianya jarang mengkonsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber serat

yang utama. Padahal menurut Pedoman Gizi Seimbang (PGS) konsumsi sayur yang

dianjurkan adalah sebanyak 3 – 5 porsi dan buah sebanyak 2 – 3 porsi per hari.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

63

Selain frekuensi yang jarang, porsi sayuran yang sering dikonsumsi oleh lansia

jumlahnya sedikit. Kebanyakan lansia mengkonsumsi jenis sayur seperti sayur asem

dan sop dimana jumlah sayur dalam makanan memang bervariasi tapi jumlahnya

sedikit sehingga menyebabkan serat yang dikonsumsi juga sedikit. Oleh karena itu,

perlu adanya upaya meningkatkan konsumsi serat pada masyarakat terutama lansia

yang memiliki risiko lebih untuk terkena DM tipe 2. Upaya tersebut dapat dilakukan

melalui penyebaran leaflet atau penyuluhan mengenai sumber serat yang baik dan

manfaatnya terhadap kesehatan tubuh.

Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan signifikan

antara konsumsi serat dengan DM Tipe 2 pada lansia di mana rata–rata konsumsi

serat lansia yang menderita DM tipe 2 lebih rendah dibandingkan rata–rata konsumsi

serat lansia yang tidak menderita DM tipe 2. Hal ini selaras dengan hasil studi

Hopping dkk (2010) yang menemukan bahwa asupan serat total berhubungan

dengan penurunan risiko diabetes baik pada pria dan wanita. Penelitian Meyer dkk

(2000) juga menemukan hasil yang sama bahwa terdapat hubungan berbanding

terbalik antara konsumsi serat dengan perkembangan diabetes pada wanita yang

lebih tua.

Dalam kaitannya dengan DM tipe 2, serat dapat memperbaiki respon glukosa

darah dan indeks insulin sehingga menurunkan risiko terkena penyakit tersebut.

Serat makanan dapat mempercepat rasa kenyang. Hal ini disebabkan karena orang

akan mengunyah lebih lama bila dalam makanan yang mengandung kadar serat yang

tinggi, ketika proses makan melambat, hal ini akan memberikan perasaan kenyang,

dan pada gilirannya membantu mencegah makan secara berlebihan dan berat badan

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

64

berlebih. Oleh sebab itu, kecenderungan menjadi gemuk yang merupakan salah satu

faktor risiko penyakit DM tipe 2 pada orang yang mengkonsumsi serat dalam jumlah

cukup akan lebih rendah daripada orang-orang yang makanannya mengandung kadar

serat yang rendah. Di dalam usus halus, serat dapat memperlambat penyerapan

glukosa dan meningkatkan kekentalan isi usus yang secara tidak langsung dapat

menurunkan kecepatan difusi permukosa usus halus. Akibat kondisi tersebut, kadar

glukosa dalam darah mengalami penurunan secara perlahan, sehingga kebutuhan

insulin juga berkurang (Nadimin, 2009).

6.4 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2

Salah satu komponen lemak adalah asam lemak yang terdiri dari asam lemak

jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap

(ganda) atom karbon. Asam lemak tidak jenuh terdiri dari asam lemak dengan ikatan

tidak jenuh tunggal (MUFA = monounsaturated fatty acid) dan mempunyai ikatan

rangkap banyak (PUFA = polyunsaturated fatty acid). Asam lemak PUFA dikenal

dengan asam lemak esensial, yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh namun

tubuh tidak dapat mensintesisnya. Oleh sebab itu, PUFA harus didatangkan dari luar,

yaitu dari makanan (Khomsan, 2008).

Lemak merupakan salah satu unsur penting yang terdapat di dalam makanan.

Tanpa lemak tubuh kita tidak dapat berfungsi dengan normal, namun lemak yang

berlebih juga dapat menimbulkan penyakit, termasuk DM tipe 2. Menurut Ginsberg

dkk (1981), kualitas lemak dari makanan terutama mempengaruhi komposisi asam

lemak membran sel yang diperkirakan dapat mengubah fungsi seluler, termasuk

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

65

fluiditas membran, permeabilitas ion, dan afinitas reseptor insulin. Perubahan

tersebut, pada gilirannya, dapat mempengaruhi jaringan dan sensitivitas insulin

tubuh secara keseluruhan. Temuan tersebut diperkuat dengan hasil studi Riserus dkk

(2009) yang juga mengemukakan bahwa konsumsi lemak berperan dalam DM tipe 2

dikarenakan asam lemak mempengaruhi metabolisme glukosa dengan mengubah

fungsi membran sel, aktivitas enzim, sinyal insulin, dan ekspresi gen. Penggantian

lemak jenuh dan asam lemak trans dengan lemak tak jenuh (polyunsaturated

dan/atau monounsaturated) memiliki efek menguntungkan pada sensitivitas insulin

dan kemungkinan akan mengurangi risiko diabetes tipe 2. Di antara lemak tak jenuh

ganda, asam linoleat dari seri n-6 dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Di sisi lain,

asam lemak rantai panjang n-3 tidak terbukti dapat meningkatkan sensitivitas insulin

atau metabolisme glukosa. Oleh karena itu, dalam praktek diet agar dapat mencegah

DM tipe 2, makanan yang kaya lemak jenuh dari daging dan produk susu yang kaya

lemak harus diganti dengan makanan kaya minyak nabati, termasuk margarin non-

terhidrogenasi, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Konsumsi lemak terhidrogenasi

parsial/lemak trans juga harus diminimalkan. Lemak trans ini biasanya terdapat

dalam margarin, kentang goreng, donat, dan makanan yang dipanggang seperti

crackers dan kue kering atau makanan siap saji lainnya.

Dari hasil studi diperoleh nilai p = 0.815, yang berarti tidak ada hubungan

signifikan antara konsumsi lemak dengan DM Tipe 2 pada lansia. Hasil penelitian ini

tidak selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thanopoulou dkk (2003)

yang memperoleh temuan bahwa asupan lemak sangat terkait dengan DM tipe 2 baik

diabetes tipe 2 yang sudah terdiagnosis atau diabetes tipe 2 tidak terdiagnosis.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

66

Adanya diabetes tipe 2 ini terutama dikaitkan dengan asupan lemak hewani. Selain

itu, Meyer dkk (2001) juga menemukan bahwa lemak nabati memiliki hubungan

berbanding terbalik dengan insidens diabetes pada populasi lansia perempuan Iowa.

Selain itu, mereka juga mengungkapkan bahwa mengganti asam lemak jenuh dengan

asam lemak tak jenuh ganda dapat mengurangi laju/perkembangan diabetes.

Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan studi yang dilakukan oleh Meyer dkk

(2001) bisa disebabkan karena dalam penelitiannya, Meyer dkk (2001)

memperhatikan jenis lemak yang dikonsumsi oleh responden. Sedangkan dalam

penelitian ini, peneliti tidak memperhatikan jenis lemak yang dikonsumsi oleh

responden, hanya mempertimbangkan asupan lemak total responden. Dengan tidak

memperhatikan jenis lemak yang dikonsumsi, bisa mempengaruhi hasil penelitian ini

karena bisa saja responden dalam dietnya sehari-hari lebih banyak mengkonsumsi

lemak tidak jenuh dan sedikit mengkonsumsi lemak jenuh dimana hal tersebut bisa

menurunkan risiko terkena DM tipe 2.

Selain itu, tidak adanya hubungan antara konsumsi lemak dengan DM tipe 2

bisa disebabkan karena sampel minimal variabel ini dari perhitungan besar sampel

penelitian Handayani (2003) sebesar 162 orang dan setelah dimasukkan ke dalam

rumus n = P2 x n’ adalah sebanyak 285 orang. Dalam penelitian ini jumlah sampel

yang diambil adalah 93 orang, jumlah tersebut lebih kecil daripada jumlah sampel

minimal konsumsi lemak sebanyak 285 orang. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi

hasil analisis data karena jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini mungkin

belum representatif untuk bisa menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

67

lemak dengan DM tipe 2 karena untuk variabel ini dibutuhkan sampel minimal

sebanyak 285 orang.

6.5 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2

Mekanisme seluler atau molekuler yang mendasari dimana asupan magnesium

mempengaruhi resistensi insulin masih belum dipahami dengan baik. Kelainan pada

homeostasis magnesium intraseluler telah dihipotesiskan yang menjadi penghubung

antara resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Mekanisme

pertama, magnesium berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim dalam metabolisme

glukosa memanfaatkan ikatan fosfat berenergi tinggi. Kedua, kadar magnesium

intraseluler mungkin penting untuk menjaga sensitivitas insulin pada otot rangka

atau jaringan adiposa. Menurunnya kadar magnesium dapat menurunkan aktivitas

tirosin kinase pada reseptor insulin dan meningkatkan kadar kalsium intraseluler,

yang menyebabkan penurunan sinyal insulin. Ketiga, kadar magnesium intraseluler

dapat mempengaruhi sekresi insulin yang dirangsang glukosa dalam sel β pankreas

melalui pengubahan metabolisme ion seluler atau jalur lain yang terkait dengan stres

oksidatif dan pembentukan radikal bebas (Song, 2004).

Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada alpha 10% ada hubungan

signifikan antara konsumsi magnesium dengan DM Tipe 2. Hasil studi ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lopez–Ridaura dkk (2004) dan Larsson

(2007) yang mengungkapkan bahwa asupan magnesium memiliki hubungan

berbanding terbalik dengan DM Tipe 2. Magnesium memberikan peran proteksi

terhadap DM tipe 2 dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin (Larsson, 2007).

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

68

Oleh karena itu, perlu adanya upaya promotif dan preventif dengan cara memberikan

informasi tentang makanan yang kaya magnesium seperti: biji - bijian, kacang –

kacangan, dan sayuran hijau. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penyuluhan,

penyebaran leaflet atau media lainnya.

6.6 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2

Rata-rata beban glikemik lansia di Kelurahan Cempaka Putih berada pada

rentang 92.2 – 102.8. Rata-rata ini termasuk dalam kategori sedang karena masih

berada dalam rentang 80 – 120. Nilai beban glikemik dikategorikan rendah jika

berada dalam rentang 0 – 80 dan dikelompokkan tinggi jika berada di atas 120 (Bean,

2007). Nilai beban glikemik (GL) lansia di kelurahan ini sebagian besar berada

dalam kelompok sedang dan rendah. Hal ini disebabkan porsi makan pada lansia

sudah berkurang atau lebih sedikit dibandingkan kelompok usia lainnya termasuk

jenis makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, ubi, singkong dan

makanan pokok lainnya.

Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa pada alpha 10% terdapat

hubungan signifikan antara GL dengan DM Tipe 2 pada lansia. Hasil studi ini selaras

dengan hasil temuan Willet dkk (2002), yaitu beban glikemik dari keseluruhan

konsumsi makanan memiliki hubungan dengan besarnya risiko DM tipe 2 baik pada

laki-laki dan perempuan.

Pereira dan rekannya (2004) mengungkapkan bahwa, dibandingkan dengan

metode konvensional diet pembatasan energi dan rendah lemak, diet rendah GL

menyebabkan pengurangan kecil pada RMR (resting metabolic rate) dan rasa lapar,

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

69

pengurangan lebih besar dalam resistensi insulin, TG, C-reactive protein (CRP), dan

rata-rata tekanan arteri, dan perubahan komposisi tubuh. Selain itu, Liu dkk (2002)

menunjukkan bahwa GL makanan secara langsung berhubungan dengan kadar

plasma CRP, setelah dilakukan adjustment pada BMI, asupan energi total, dan faktor

risiko koroner lainnya yang diketahui, dan asosiasi itu lebih kuat pada wanita dengan

BMI > 25 kg/m2. Dalam Women’s Health Initiative, diet rendah GL juga dikaitkan

dengan kadar plasma interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha reseptor-2

yang lebih rendah yang dapat menurunkan risiko DM.

Pradhan dan rekan (2001) menemukan hasil studi berupa 2 tanda peradangan

sistemik, CRP dan IL-6, menjadi penentu risiko DM tipe 2 terutama CRP merupakan

prediktor independen yang kuat setelah penyesuaian untuk obesitas, faktor risiko

klinis, dan kadar insulin puasa. Asosiasi paralel juga ditemukan untuk IL-6,

meskipun lebih rendah dalam besarnya dan dari batas signifikansi statistik setelah

penyesuaian multivariat. Menurut Pradhan dkk (2001) data prospektif tersebut

mendukung peran inflamasi dalam diabetogenesis dan sesuai dengan hipotesis

sebelumnya yang dikemukakan oleh Pickup dan Crook bahwa DM tipe 2 dapat

merupakan manifestasi dari respon fase akut dimediasi sitokin yang diprakarsai oleh

sistem kekebalan tubuh bawaan.

Produksi sitokin yang dimediasi obesitas merupakan mekanisme penting untuk

peningkatan sistemik dari kedua biomarker tersebut. Sitokin utama yang terlibat

dalam sintesis hati CRP adalah IL-6, yang juga merupakan molekul penting sinyal

adiposit yang dikeluarkan dari simpanan lemak visceral dan subkutan. Sekitar 25%

IL-6 sistemik in vivo berasal dari jaringan adiposa subkutan dan diperkirakan dapat

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

70

memodifikasi glukosa adiposit, metabolisme lipid dan berat tubuh. Selanjutnya,

Pradhan dkk (2001) juga mengemukakan bahwa mekanisme lain yang dapat

menjelaskan hasil temuan mereka adalah hubungan antara inflamasi dan disfungsi

endotel. Perubahan permeabilitas endotel dan berkurangnya aliran darah perifer

dapat membatasi pengiriman insulin dan meningkatkan resistensi insulin pada

jaringan aktif secara metabolik. Peningkatan kadar CRP dikaitkan dengan

menurunnya vasoreactivity endotel dan melalui normalisasi CRP dikaitkan dapat

meningkatkan aliran darah.

Mekanisme lainnya adalah peningkatan IL-6 dan CRP sebagian besar mungkin

mencerminkan aktivasi adiposit. Misalnya, IL-6 dan produksi hilir CRP mungkin

terkait dengan pelepasan zat patogen lain yang timbul dari adiposit yang

dirangsang/diaktivasi. Mediator potensial lainnya dari resistensi insulin yang berasal

dari simpanan adiposa adalah tumor necrosis factor α, leptin, asam lemak bebas, dan

resisten (Pradhan, 2001). Dengan demikian, diet rendah GL dapat menurunkan kadar

CRP dan IL-6 di mana dengan rendahnya kedua biomarker tersebut dapat

menurunkan risiko DM tipe 2.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya promotif dan preventif melalui

penyuluhan atau penyebaran leaflet yang memberikan informasi tentang makanan

yang mengandung rendah GL seperti sayur – sayuran (brokoli, kangkung, buncis,

tomat, wortel, labu), buah – buahan (buah beri, pir, melon, semangka, buah ceri),

kacang – kacangan (kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai, kacang polong), dan

gandum.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

71

6.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia memiliki

aktivitas fisik yang kurang, yaitu sebanyak 52 orang (55.9%). Penurunan aktivitas

fisik ini bisa disebabkan karena lansia sudah tidak bekerja lagi dan terjadinya

penurunan kondisi fisik tubuh akibat adanya proses menua seperti penurunan fungsi

musculoskeletal yang dapat mengakibatkan imobilitas pada lansia. Menurut Kozier

dkk (2009) penurunan fungsi musculoskeletal pada lansia berupa menurunnya massa

otot secara progresif, penurunan kecepatan, kekuatan, ketahanan terhadap keletihan,

waktu reaksi, dan koordinasi pada lansia yang disebabkan oleh penurunan konduksi

saraf dan tonus otot.

Untuk lansia perempuan, sebagian besar masih melaksanakan pekerjaan rumah

tangga seperti mencuci dan menyapu halaman serta jalan kaki ke tempat pengajian

sehingga persentase antara lansia perempuan yang melaksanakan aktivitas fisik yang

cukup dan kurang tidak jauh berbeda. Namun, untuk lansia laki-laki sebagian besar

sudah tidak melakukan kegiatan fisik apapun, bahkan jalan kaki yang merupakan

jenis aktivitas fisik ringan jarang yang menerapkannya. Oleh karena itu, perlu upaya

promotif dan preventif untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat

terutama lansia agar melaksanakan aktivitas fisik secara teratur minimal total 30

menit per hari selama 5 hari dalam seminggu harus digalakkan. Aktivitas fisik yang

dilakukan dapat berupa pekerjaan rumah tangga, bercocok tanam, atau berjalan kaki

yang harus dilakukan minimal 10 menit dalam satu kali pelaksanaan kegiatan dan

total waktu pelaksanaan satu jenis kegiatan per harinya minimal 30 menit. Upaya

tersebut dapat dilakukan dengan cara penyebaran pamflet atau poster, penyuluhan,

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

72

atau pengadaan kegiatan jalan kaki sore atau senam lansia yang dipandu salah satu

lansia.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

aktivitas fisik dengan DM Tipe 2 pada lansia, di mana lansia yang menderita DM

tipe 2 lebih banyak yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. Hasil penelitian ini

selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Helmrich dkk (1991) yang

menemukan bahwa pria yang berolahraga secara teratur, dengan intensitas sedang

atau berat, memiliki risiko 35% lebih rendah menderita DM tipe 2 daripada pria

kurang gerak. Wiardani (2009) juga menemukan hasil yang sama bahwa aktivitas

fisik rendah memiliki risiko DM tipe 2 tiga kali lebih besar dibandingkan dengan

aktivitas fisik tinggi. Temuan tersebut diperkuat juga dengan hasil penelitian

Esteghamati dkk (2009) yang mengungkapkan adanya hubungan berbanding terbalik

antara antara aktivitas fisik dengan resistensi insulin di mana hubungan tersebut

dimanifestasikan sesuai dengan intensitas, tingkat aktivitas fisik, dan pengeluaran

energi selama aktivitas fisik.

Rizzo dkk (2008) mengungkapkan ada beberapa kemungkinan mekanisme

bagaimana aktivitas fisik dapat mempengaruhi resistensi insulin. Aktivitas fisik rutin

dapat mempengaruhi aksi insulin dalam metabolisme glukosa dan lemak pada otot

rangka. Aktivitas fisik yang giat menghasilkan adaptasi fisiologis sel otot rangka

pada orang dewasa. Beberapa adaptasi fisiologis meliputi peningkatan pasokan

kapiler ke otot skeletal, peningkatan aktivitas enzim dari rantai transpor elektron

mitokondria, dan peningkatan secara bersamaan pada volume dan kepadatan

mitokondria. Secara tidak langsung, aktivitas fisik yang teratur dapat berperan dalam

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

73

mencegah risiko DM dengan meningkatkan massa tubuh tanpa lemak dan secara

bersamaan mengurangi lemak tubuh. Sedangkan menurut Wiardani (2009)

peningkatan risiko DM pada aktivitas fisik rendah terjadi karena penurunan

kontraksi otot yang menyebabkan berkurangnya permeabilitas membran sel terhadap

glukosa. Akibatnya terjadi gangguan transfer glukosa ke dalam sel dan berkurangnya

respon terhadap insulin yang mengarah pada keadaan resisten.

6.8 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia (84.9%) tidak

merokok dan 15.1% adalah perokok. Prevalensi yang tidak merokok lebih besar

daripada prevalensi yang merokok bisa disebabkan karena kebanyakan responden

berjenis kelamin perempuan. Bagi masyarakat Indonesia yang masih menganut adat

ketimuran, merokok bagi wanita merupakan hal yang tabu karena hal ini pastinya

akan melontarkan penilaian-penilaian miring tentang dirinya (Sihite dalam Syamsiah,

2013). Dan hal itu memang terbukti dari persentase yang merokok hampir semuanya

adalah lansia laki-laki dan hanya 1 orang yang berjenis kelamin perempuan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pada alpha 10% terlihat tidak ada

hubungan antara merokok dengan DM Tipe 2 pada lansia. Hasil penelitian ini selaras

dengan pernyataan Qiao dkk (1999) yang mengungkapkan bahwa merokok memang

meningkatkan risiko diabetes dan TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada laki-

laki di mana mereka menjadi rentan untuk mengalami kematian dini, tetapi merokok

dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes pada pria yang bisa bertahan hidup

sampai usia yang jauh lebih tua. Hal ini disebabkan karena orang-orang merokok

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

74

yang telah selamat sampai usia tua pasti memiliki kemampuan khusus untuk

berjuang melawan efek berbahaya dari merokok terhadap kesehatan.

Selain itu, Qiao dkk (1999) juga menambahkan bahwa sebagian besar bukti

yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko diabetes berasal dari studi

pada populasi setengah baya atau bahkan dari kelompok usia yang lebih muda.

Walaupun pada tahun 2004, Sairenchi dkk (2004) mempublikasikan bahwa studi

yang mereka lakukan merupakan studi prospektif pertama yang menunjukkan

hubungan yang signifikan antara merokok dan risiko diabetes di kalangan usia lanjut

pria dan wanita. Namun, penelitian Sairenchi dkk (2004) memiliki keterbatasan yaitu

mereka tidak meneliti faktor aktivitas fisik dan diet di mana kedua faktor tersebut

bisa menjadi faktor confounding dalam hubungan antara merokok dan diabetes. Oleh

karena itu, diperlukan studi lebih lanjut pada populasi lansia untuk memperjelas

hubungan merokok dengan risiko diabetes pada lansia.

Selain itu, tidak ditemukannya hubungan antara merokok dan DM tipe 2 bisa

disebabkan karena data variabel merokok yang relatif homogen. Seperti yang terlihat

pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa prevalensi yang tidak merokok sebesar 85%

baik pada kelompok penderita DM tipe 2 dan bukan DM tipe 2. Data yang homogen

tersebut dapat mempengaruhi hasil uji secara statistik.

6.9 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2

Dalam penelitian ini, yang dianggap keluarga hanyalah kerabat dekat seperti

ayah, ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan sekandung. Jika riwayat DM

pada salah satu anggota keluarga tersebut, maka seseorang memiliki risiko kategori

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

75

sedang untuk terkena DM tipe 2 dan jika banyak anggota keluarga tersebut yang

memiliki riwayat DM, maka seseorang memiliki risiko yang paling besar untuk

terkena DM tipe 2. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan

signifikan antara riwayat keluarga DM dengan DM Tipe 2. Hasil ini sesuai dengan

hasil penelitian Handayani (2003), yaitu riwayat keluarga memiliki pengaruh

bermakna dengan DM Tipe 2 di mana risiko untuk terjadi DM tipe 2 pada subyek

yang memiliki riwayat keluarga DM tipe 2 sebesar 5,9 kali dibandingkan dengan

mereka yang tidak tahu keluarganya menderita DM tipe 2. Hasil ini selaras juga

dengan hasil penelitian Fajarwati dan Kiki Korneliani (2010) yang menemukan

adanya hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga DM dengan DM Tipe 2

pada wanita.

Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang

penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM di

mana dalam kasus DM tipe 2 persentase yang memiliki riwayat keluarga menderita

DM sebesar 30% (Soegondo, 2005). Bukti adanya komponen genetik pada DM tipe

2 berasal dari koefisien keselarasan (corcodance) DM yang meningkat kepada

kembar monozigot, prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang

menderita diabetes, dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu.

Keterkaitan DM dengan banyak gen kandidat telah teridentifikasi pada berbagai

populasi, tetapi tidak ada gen yang terlihat sebagai gen utama di dalam proses

terjadinya kelainan tersebut. DM tipe 2 merupakan kelainan poligenik dan tidak

memiliki hubungan yang jelas dengan gen human leucocytes antigen (HLA).

(Gibney, 2008)

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

76

Dari hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa faktor risiko yang paling

dominan terhadap DM tipe 2 adalah riwayat keluarga. Berdasarkan hal tersebut

diharapkan agar pihak Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur bekerjasama dengan

posbindu di Kelurahan Cempaka Putih untuk mengadakan upaya promotif dan

preventif dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan tentang gaya hidup

sehat kepada para lansia terutama lansia yang sudah memiliki riwayat keluarga DM

mengingat mereka merupakan kelompok yang memiliki risiko yang lebih besar

untuk terkena DM dibandingkan dengan lansia lainnya yang tidak memiliki riwayat

DM.

6.10 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2

Sebagian besar lansia di Kelurahan Cempaka Putih memiliki ukuran lingkar

pinggang yang berisiko yaitu sebesar 64.5% (60 orang). Hal ini selaras dengan

banyaknya lansia di kelurahan ini yang memiliki aktivitas fisik yang kurang.

Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penumpukan lemak pada tubuh

termasuk akumulasi lemak pada sekitar daerah abdominal yang ditandai dengan

besarnya ukuran lingkar pinggang. Oleh karena itu, perlu adanya upaya promotif dan

preventif untuk menggalakkan pelaksanaan kegiatan/aktivitas fisik secara rutin

melalui penyebaran leaflet atau penyuluhan tentang manfaat dan jenis aktivitas fisik

yang dapat dilakukan oleh lansia di setiap kegiatan posbindu atau majelis taklim.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lingkar

pinggang dengan DM Tipe 2. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Soetiarto dkk (2010) yang menemukan bahwa

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

77

obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang berperan sebagai faktor risiko

terjadinya DM 2.26 kali dari yang tidak obes sentral.

Seperti diketahui, salah satu gejala DM adalah terjadinya penurunan berat

badan yang drastis. Pankreas berfungsi memproduksi insulin untuk memproses

asupan glukosa sebagai sumber energi. Pada orang DM, tubuhnya gagal mengelola

glukosa menjadi energi akibat terjadinya resistensi insulin. Karena tubuh

membutuhkan energi, maka tubuh akan mencari sumber energi lain yaitu dengan

cara memecah simpanan lemak menjadi energi. Lemak pada organ perut lebih

mudah diolah untuk memperoleh energi (Ramaiah, 2008). Dan jika simpanan lemak

ternyata tidak mencukupi kebutuhan energi tubuh, maka protein atau otot yang

dipecah sehingga lama-lama berat badan akan menurun dan ukuran lingkar pinggang

juga akan menyusut. Hal ini selaras dengan hasil wawancara terhadap para

responden yang sudah menderita DM sebelum penelitian ini dilakukan bahwa

mereka memang mengalami penurunan berat badan yang drastis serta gejala DM

yang lain sehingga mereka berinisiatif untuk memeriksakan diri ke dokter.

Dari tabel 5.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita DM tipe 2

memiliki ukuran lingkar pinggang berisiko. Tapi hasil uji statistik menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan DM tipe 2. Hal ini bisa

terjadi karena saat pengumpulan data dilakukan 90% dari 20 responden yang

dikategorikan sebagai penderita DM tipe 2 sudah mengetahui sejak lama bahwa

mereka menderita DM. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

penderita DM tipe 2 sudah menderita DM dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun.

Tentunya dalam jangka waktu tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa berat

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

78

badan dan ukuran lingkar responden yang menyusut bisa meningkat kembali karena

dalam masa tersebut mereka bisa mengubah gaya hidup dan pola makan mereka

berdasarkan saran dari dokter.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

79

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

a) Gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun

2012, yaitu 21.5%.

b) Rata-rata konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

tahun 2012 pada CI 90% sebesar 14.5 – 16.4 gr, yang berarti masih kurang dari

nilai AKG (Angka Kebutuhan Gizi) yang dianjurkan.

c) Rata-rata konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

tahun 2012 pada CI 90% sebesar 63.1 – 67.5 gr, yang berarti masih berada di

bawah ambang batas konsumsi lemak pada lansia laki-laki dan sudah melebihi

batas konsumsi lemak pada lansia perempuan.

d) Rata-rata konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

Putih tahun 2012 pada CI 90% sebesar 399.3 – 443.2 mg, yang berarti sudah

mencukupi nilai AKG yang dianjurkan.

e) Rata-rata beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

tahun 2012 pada CI 90% sebesar 92.2 – 102.8, yang berarti masih termasuk

dalam kategori nilai beban glikemik sedang.

f) Gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

tahun 2012, yaitu 55.9% lansia memiliki aktivitas fisik kurang.

g) Sebagian besar lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012 tidak

merokok, yaitu sebesar 68.8%.

79

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

80

h) Riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun

2012, yaitu sebesar 23.7%.

i) Sebagian besar lansia (64.5%) di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012,

yaitu memiliki ukuran lingkar pinggang berisiko.

j) Ada hubungan antara konsumsi serat dengan DM Tipe 2 pada lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

k) Tidak ada hubungan antara konsumsi lemak dengan DM Tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

l) Ada hubungan antara konsumsi magnesium dengan DM Tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

m) Ada hubungan antara beban glikemik dengan DM Tipe 2 pada lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

n) Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan DM Tipe 2 pada lansia di Posbindu

Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

o) Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan DM Tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

p) Ada hubungan antara riwayat keluarga DM dengan DM Tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

q) Tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan DM Tipe 2 pada lansia di

Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012.

r) Faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM Tipe 2 adalah riwayat

keluarga DM.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

81

7.2 Saran

A. Untuk Kelurahan Cempaka Putih

Bekerja sama dengan Puskesmas Ciputat Timur untuk membentuk lebih

banyak posbindu agar bisa menjangkau semua lansia yang ada dalam kelurahan

tersebut.

B. Untuk Puskesmas Ciputat Timur

1. Memberikan penyuluhan ke sekolah – sekolah dengan materi penyuluhan

yang spesifik untuk penyakit DM, misalnya informasi tentang resiko lebih

besar terkena DM pada remaja yang memiliki riwayat keluarga DM sehingga

pencegahan bisa dilakukan dari sejak dini.

2. Bekerja sama dengan posbindu di Kelurahan Cempaka Putih untuk

meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat terutama lansia agar

melaksanakan aktivitas fisik secara teratur yaitu minimal 30 menit per hari

selama 5 hari dalam seminggu. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara

penyebaran pamflet atau poster, penyuluhan, atau pengadaan kegiatan jalan

kaki sore atau senam lansia yang dipandu salah satu lansia.

3. Bekerjasama dengan posbindu di Kelurahan Cempaka Putih untuk

memberikan informasi melalui penyebaran leaflet atau penyuluhan tentang

manfaat dan sumber serat yang baik serta batasan dan jenis lemak yang baik

untuk dikonsumsi kepada para lansia terutama lansia yang sudah memiliki

riwayat keluarga DM.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

82

4. Memberikan informasi tentang makanan yang kaya magnesium seperti: biji -

bijian, kacang – kacangan, dan sayuran hijau melalui penyuluhan,

penyebaran leaflet atau media lainnya.

5. Penyuluhan atau penyebaran leaflet yang memberikan informasi tentang

makanan yang mengandung rendah beban glikemik seperti sayur – sayuran

(brokoli, kangkung, buncis, tomat, wortel, labu), buah – buahan (buah beri,

pir, melon, semangka, buah ceri), kacang – kacangan (kacang hijau, kacang

tanah, kacang kedelai, kacang polong), dan gandum.

C. Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Pengukuran glukosa darah hendaknya menggunakan metode yang paling

akurat yaitu pemeriksaaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan

darah plasma vena dan di laboratorium yang terpercaya.

2. Meneliti faktor – faktor lain yang tidak diteliti dalam studi ini.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

83

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Iskandar. Khasiat & Manfaat Kitoloid Penakluk Gangguan Mata. Jakarta:

Agromedia Pustaka. 2010

Baughman, Diane C, JoAnn C. Hackley. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku untuk

Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. 2000

Bazzano LA, Serdula M, dan Liu S. Prevention of Type 2 Diabetes by Diet and Lifestyle

Modification. J. Am. Coll. Nutr. 2005 24:(5) 310-319.

Bean, Anita. Food for Fitness. London: A & C Black Publishers Ltd. 2007

Brooker, Chris. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC. 2008

Brown, Judith E dkk. Nutrition and The Elderly: Conditions and Intervention in U.

Beate Krinkle dan Lori Roth-Yousey. USA: Thomson Wadsworth. 2005

Cahyono, Suharjo B. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

2008

Chiolero A, Faeh D, Paccaud F, dan Cornuz J. Consequences of Smoking for Body

Weight, Body Fat Distribution, and Insulin Resistance. Am J Clin Nutr

2008;87:801–809.

Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC. 2009

Esteghamati A, Khalilzadeh O, Rashidi A, Meysamie A, Haghazali M, Asgari F, Abbasi

M, Rastad S, dan Gouya MM. Association Between Physical Activity and

Insulin Resistance in Iranian Adults: National Surveillance of Risk Factor of

Non-Communicable Diseases (SuRFNCD-2007). Preventive Medicine 49

(2009): 402–406.

Facchini F, Chen YD, Reaven GM. Light-to-Moderate Alkohol Intake is Associated with

Enhanced Insulin Sensitivity. Diabetes Care 17:115–119, 1994.

Fajarwati dan Kiki Korneliani. Beberapa Faktor Risiko yang Berhubungan dengan

Kejadian Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 pada Wanita di Rumah Sakit Umum

Daerah 45 Kuningan. Kesehatan Komunitas Indonesia 2010;6 (1):225-234.

Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2010.

Frati AC, Iniestra F, Ariza CR. Acute Effect of Cigarette Smoking on Glucose Tolerance

and Other Cardiovascular Risk Factors. Diabetes Care 1996;19:112–18.

83

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

84

Foy CG, Bell RA, Farmer DF, Goff DC, dan Wagenknecht LE. Smoking and Incidence

of Diabetes Among US Adults. Diabetes Care 2005;28:2501–2507.

Gibney, Michael J dkk. Diabetes Melitus In Ambady Ramachandan dkk. Gizi Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: EGC. 2008

Handayani, Sri Ani. Tesis “Faktor-Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Semarang

dan Sekitarnya. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

2003

Helmrich SP, Ragland DR, Leung RW, dan Paffenbarger RS. Physical Activity and

Reduced Occurrence of Non-Insulin-Dependet DM. N Engl J Med 1991; 325:

147-152.

Higgins JA, Brand Miller JC, Denyer GS. Development of Insulin Resistance in The Rat

is Dependent on The Rate of Glucose Absorption from The Diet. J Nutr

1996;126:596–602.

Hopping BN, Erber E, Grandinetti A, Verheus M, Kolonel LN, dan Maskarinec G.

Dietary Fiber, Magnesium, and Glycemic Load Alter Risk of Type 2 Diabetes

in a Multiethnic Cohort in Hawaii. J. Nutr 2010; 140: 68-74.

Junita S, Putri. Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita Diabetes Melitus Tipe

2 Terhadap Pentingnya Aktivitas Fisik di RSUP H. Adam Malik. Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatra Utara Medan. 2010.

Khomsan, Ali dan Faisal Anwar. Sehat itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat dengan

Makanan Tepat. Jakarta: Penerbit Hikmah. 2008

Komnas Lansia. Profil Penduduk Lansia 2009. Jakarta: Komisi Nasional Lansia. 2010

Kozier, Barbara dkk. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:

EGC. 2009

Larsson SC dan Wolk A. Magnesium Intake and Risk of Type 2 Diabetes: A Meta-

Analysis. J Intern Med 2007; 262: 208-214.

Lau, Edwin. Healthy Express Super Sehat dalam 2 Minggu. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. 2009

Lopez-Ridaura R, Willet WC, Rimm EB, Liu S, Stampfer MJ, Manson JE, and Hu FB.

Magnesium Intake and Risk of Type 2 Diabetes in Men and Women. Diabetes

Care ;27: 134-140. 2004

Meyer KA, Kushi LH, Jacobs DR dan Folsom AR. Dietary Fat and Incidence of Type 2

Diabetes in Older Iowa Women. Diabetes Care 2001; 1528-1535.

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

85

Misnadiarly. DM: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala, Menanggulangi, dan

Mencega Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 2006

Nadimin, Ayu SD, dan Sadariah. Pengaruh Pemberian Diit DM Tinggi Serat Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 di RSUD Salewangang

Kab Maros. Media Gizi Pangan 2009; Vol VII, Edisi 1; 29-34.

Ningsih, Nusrah dkk. Uji Diagnostik Pengukuran Glukosa Vena dan Kapiler dan Faktor

yang Mempengaruhi untuk Pengkajian Masalah Gizi Karbohidrat dalam

Proses Asuhan Gizi Klinik. RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar

Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar. 2008

Nix, Staci. William’s basic nutrition and diet therapy. Missouri: Mosby, Inc. 2005

Oldroyd J, Banerjee M, Heald A, Cruickshank K. Diabetes and Ethnic Minorities.

Postgrad Med J 2005; 81:486–490.

Pereira MA, Swain J, Goldfine AB, Rifai N, dan Ludwig DS. Effects of A Low-Glycemic

Load Diet on Resting Energy Expenditure and Heart Disease Risk Factors

During Weight loss. JAMA 2004; 292 : 2482-2490.

Pradhan AD, Manson JE, Rifai N, Buring JE, and Ridker PM. C-Reactive Protein,

Interleukin 6, and Risk of Developing Type 2 Diabetes Mellitus. JAMA 2001;

286 :327-334.

Qiao Q, Valle T, Nissinen A, dan Tuomilehto J. Smoking and The Risk of Diabetes in

Elderly Finnish Men. Diabetes Care 22 :1821–1826, 1999.

Ramaiah, Savitri. Diabetes: Cara mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksinya Sejak

Dini. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2008

Rettyirwanasir. Penyakit Degeneratif muncul akibat perubahan gaya hidup. 2010.

Diakses dari http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=News&file=

article&sid=50

Rimm EB, Manson JE, Stampfer MJ, Colditz GA, Willett WC, Rosner B, Hennekens

CH, Speizer FE. Cigarette Smoking and the Risk of Diabetes in Women. Am

J Public Health 83:211–214, 1993.

Rimm EB, Chan J, Stampfer MJ, Colditz GA, dan Willet WC. Prospective Study of

Cigarette Smoking, Alcohol Use, and The Risk of Diabetes in Men. BMJ

310:555–559, 1995.

Riserus U, Willet WC, dan Hu FB. Dietary Fats and Prevention of Type 2 Diabetes.

Prog Lipid Res 2009; 48 (1):44 – 51.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

86

Rizzo NS, Ruiz JR, Oja L, Veidebaum T, dan Sjostrom M. Associations Between

Physiscal Activity, Body Fat, and Insulin Resistance (Homeostasis Model

Assesment) in Adolescents: The European Youth Heart Study. Am J Clin Nutr

2008;87:586 –92.

Roberts CK, Liu S. Effects of Glycemic Load on Metabolic Health and Type 2 DM. J

Diabetes Sci Technol 2009 3(4): 697 – 704.

Sairenchi T, Iso H, Nishimura A, Hosoda T, Irie F, Saito Y, Murakami A, Fukutomi H.

Cigarette Smoking and Risk of Type 2 Diabetes among Middle-aged and

Elderly Japanese Men and Women. Am J Epidemiol. 2004; 160:158-162.

Sendih, Skolastika dan Gunawan. Keajaiban Teripang Penyembuh Mujarab dari Laut.

Jakarta: AgroMedia Pustaka. 2006

Soegondo, Sidartawan dkk. Penatalaksanaan DM Terpadu Sebagai Panduan

Penatalaksanaan DM bagi Dokter Maupun Edukator. Jakarta: FKUI. 2005

Soetiarto F, Roselinda, dan Suhardi. Hubungan Diabetes Melitus dengan Obesitas

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang. Bul. Penelit.

Kesehat 2010; 38(1): 36-42.

Song Y, Manson JE, Buring JE, dan Liu S. Dietary Magnesium Intake in Relation to

Plasma Insulin Levels and Risk of Type 2 Diabetes in Women. Diabetes Care

27:59–65, 2004.

Sriyana, Jaka. Dampak Transisi Demografi Terhadap Defisit Fiskal di Indonesia. Jurnal

Ekonomi Pembangunan Vol. 13 No 3, Desember 2008 Hal 175 – 189.

Syamsiah, Ranita. Citra Diri Perempuan Perokok Aktif Berfokus pada Self-Idea.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2013

Thanopoulou dkk. Dietary Fat Intake as Risk Factor for the Development of Diabetes.

Diabetes Care. 2003; 26:302-307.

Timmreck, Thomas C. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC. 2004

Wahyuni, Sri. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyakit DM (DM) Daerah

Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riskesdas

2007). Skripsi. Jakarta: Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. 2010.

Wei M, Gibbons LW, Mitchell TL, Kampert JB, Blair SN. Alcohol Intake and Incidence

of Type 2 Diabetes in Men. Diabetes Care 23:18–22, 2000.

Wiardani NK. Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Kejadian Diabetes Melitus (DM)

Tipe 2. Jurnal Skala Husada 2009; Vol 6 (1):59 – 64.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

87

Willett W, Manson J, Liu S. Glycemc Index, Glycemic Load and Risk of Type 2 Diabetes.

Am J Clin Nutr 2002;76(suppl):274S–280S.

Zhang L, Curhan GC, Hu FB, Rimm EB, dan Forman JP. Association Between Passive

and Active Smoking and Incident Type 2 Diabetes in Women. Diabetes Care

34:892–897, 2011.

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

88

LAMPIRAN

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

89

Lampiran 1 (Form Pernyataan Persetujuan Responden)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LANJUT USIA DI POS PEMBINAAN

TERPADU

KELURAHAN CEMPAKA PUTIH TAHUN 2012

Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

Dalam penelitian ini, responden akan diperiksa gula darah, diukur lingkar pinggang dan

ditanyakan mengenai beberapa hal terkait keluhan khas DM, riwayat keluarga DM,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan informasi mengenai konsumsi makanan sehari –

hari.

Setelah membaca pernyataan di atas dan mendengar penjelasan peneliti, saya telah

memahami maksud dan tujuan penelitian serta penjaminan kerahasiaan informasi dalam

penelitian ini. Saya menyatakan bahwa saya setuju untuk menjadi responden dalam

penelitian ini dengan sukarela, tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan akan

memberikan informasi yang sejujurnya.

Jakarta, Desember 2012

(…………………………………..) (…………………………………)

Peneliti Responden

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

90

(Lampiran 2 Form Kuesioner)

Kode Responden :

Hari/Tanggal :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES MELITUS

TIPE 2 PADA LANJUT USIA DI POS PEMBINAAN TERPADU KELURAHAN

CEMPAKA PUTIH TAHUN 2012

A. Karakteristik Responden

1 Nama

2 Alamat

3 No Hp/Telp

B. Diagnosis DM

B1 Kadar gula darah ……mg/dl

B2 Apakah Bapak/Ibu mengalami:

a. Poliuri/banyak kencing terutama malam hari 0.Ya 1.Tidak

b.Polidipsi/banyak minum dan selalu merasa haus 0.Ya 1. Tidak

c. Polifagi/banyak makan dan sering merasa lapar 0. Ya 1. Tidak

d.Berat badan turun drastis tanpa penyebab yang jelas 0.Ya 1. Tidak

C. Lingkar Pinggang ..........cm

D. Riwayat Keluarga DM

D1 Apakah ada anggota keluarga baik orang tua, saudara laki-laki

atau saudara perempuan yang menderita

diabetes?

1.Ya

2.Tidak

E Merokok

E2 Apakah sekarang ini Bapak/Ibu merokok?

0.

0. Ya

1. Tidak ke E6

E3 Sejak kapan bapak/ibu merokok (tahun berapa)? 0. ≥ 1 thn

1. < 1 thn

E4 Berapa batang rokok yang Bapak/Ibu hisap dalam

1 hari?

……batang

E5 Jenis rokok yang biasa Bapak/Ibu hisap?

a. Filter – selesai

b. kretek - selesai

0. Lainnya,

sebutkan……..selesai

E6 Apakah dulu Bapak/Ibu pernah merokok? 0.Ya

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

91

1.Tidak - selesai

E7 Sejak kapan bapak/ibu mulai merokok? Sejak ……tahun yang lalu

E8 Sejak kapan bapak/ibu berhenti merokok? 0. ≥ 1 thn

1. < 1 thn

E9 Berapa batang rokok dulu yang Bapak/Ibu hisap

dalam 1 hari?

……batang

E10 Jenis rokok yang dulu biasa Bapak/Ibu hisap?

c. Filter – selesai

d. kretek - selesai

1. Lainnya,

sebutkan……..selesai

Jenis Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Berat Mengangkut/memikul kayu, beras, batu, pasir

Mencangkul

Menebang pohon

Bersepeda cepat

Angkat besi

Tenis tunggal

Bulutangkis tunggal

Lari cepat

Marathon

Mengayuh becak

Mendaki gunung

Bersepeda membawa beban

Aktivitas Fisik Sedang Menyapu halaman

Mengepel

Mencuci baju

Menimba air

Bercocok tanam

Membersihkan kamar mandi/ kolam

Tenis ganda

Bulutangkis ganda

Senam aerobic

Senam tera

Renang

Basket

Bola voli

Jogging

Sepak bola

(Lihat Jenis Aktifitas Fisik)

F Aktivitas Fisik

F11 Apakah Bapak/Ibu biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang

dilakukan terus menerus paling sedikit 10

menit setiap kali melakukannya?

0.Ya

1.Tidak

F14

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

92

F12 Biasanya berapa hari dalam seminggu, Bapak/Ibu melakukan

aktivitas fisik berat tersebut?

…..hari

F13 Biasanya pada hari ketika Bapak/Ibu melakukan aktivitas

fisik berat, berapa total waktu yang digunakan

untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut?

(Isi dalam jam dan menit)

…..jam

…..menit

F14 Apakah Bapak/Ibu biasa melakukan aktivitas fisik sedang,

yang dilakukan terus menerus paling sedikit

10 menit setiap kali melakukannya?

0.Ya

1.Tidak

F17

F15 Biasanya berapa hari dalam seminggu, Bapak/Ibu melakukan

aktivitas fisik sedang tersebut?

…..hari

F16 Biasanya pada hari ketika Bapak/Ibu melakukan aktivitas

fisik sedang, berapa total waktu yang

digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan

tersebut?

(Isi dalam jam dan menit)

…..jam

…..menit

F17 Apakah Bapak/Ibu biasa berjalan kaki atau menggunakan

sepeda kayuh yang dilakukan terus menerus

paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya?

0.Ya

1.Tidak -

selesai

F18 Biasanya berapa hari dalam seminggu, Bapak/Ibu berjalan

kaki atau bersepeda selama paling sedikit 10

menit terus-menerus setiap kalinya?

…..hari

F19 Biasanya dalam sehari, berapa total waktu yang Bapak/Ibu

gunakan untuk berjalan kaki atau bersepeda?

(Isi dalam jam dan menit)

…..jam

…..menit

F20 Aktivitas/kegiatan apa yang sering Bapak/Ibu lakukan sehari

– hari?

……………

F21 Biasanya berapa hari dalam seminggu, Bapak/Ibu melakukan

kegiatan tersebut?

…..hari

F22 Biasanya dalam sehari, berapa total waktu yang Bapak/Ibu

gunakan untuk mengerjakan kegiatan tersebut?

…..jam

…..menit

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

93

(Lampiran 3 Form FFQ Semikuantitatif)

No Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi Porsi Jlh

Gr/Hr Hari Minggu Bulan Thn URT Gram

1 Karbohidrat

Nasi

Mie

Kentang

Singkong

Ubi jalar

Roti

Jagung

Bihun

Biscuit

Kue

2 Protein Hewani

Ayam

Ikan

Telur

Daging sapi

Hati ayam

Hati sapi

Udang

Cumi-cumi

3 Protein Nabati

Tempe

Tahu

Kacang merah

Kacang polong

Kacang hijau

Kacang tanah

Kacang kedele

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

94

No Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi Porsi Jlh

Gr/Hr Hari Minggu Bulan Thn URT Gram

4 Sayuran

Buncis

Kacang panjang

Daun pepaya

Daun katuk

Kangkung

Daun kacang

panjang

Lobak

Bayam

Sawi

Daun Singkong

5 Buah

Pisang

Apel

Jeruk

Mangga

Strawberi

Alpukat

Semangka

Jambu biji

Sawo

Duku

6 Susu

Susu sapi

Susu kental manis

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

95

No Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi Porsi Jlh

Gr/Hr Hari Minggu Bulan Thn URT Gram

7 Lemak/Minyak

Minyak goreng

Mentega

Margarin

Santan

8 Lain - lain

Sirup

Gula pasir

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

96

Lampiran 4

HASIL ANALISIS DATA

Analisis Univariat

DM Tipe 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 20 21.5 21.5 21.5

tidak 73 78.5 78.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 52 55.9 55.9 55.9

Cukup 41 44.1 44.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Merokok 14 15.1 15.1 15.1

Mantan perokok 15 16.1 16.1 31.2

Tidak merokok 64 68.8 68.8 100.0

Total 93 100.0 100.0

Riwayat Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ada 22 23.7 23.7 23.7

Tidak ada 71 76.3 76.3 100.0

Total 93 100.0 100.0

Lingkar Pinggang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Berisiko 60 64.5 64.5 64.5

Tidak berisiko 33 35.5 35.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

Descriptives

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

97

Statistic Std. Error

Konsumsi Lemak Mean 65.338 1.3286

90% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 63.130

Upper Bound 67.545

5% Trimmed Mean 64.896

Median 62.700

Variance 164.153

Std. Deviation 12.8122

Minimum 41.1

Maximum 95.6

Range 54.5

Interquartile Range 16.1

Skewness .732 .250

Kurtosis -.088 .495

Konsumsi Serat Mean 15.476 .5745

90% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 14.522

Upper Bound 16.431

5% Trimmed Mean 15.201

Median 14.600

Variance 30.695

Std. Deviation 5.5403

Minimum 6.8

Maximum 30.3

Range 23.5

Interquartile Range 7.0

Skewness .717 .250

Kurtosis .061 .495

Konsumsi Magnesium Mean 421.262 13.2206

90% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 399.295

Upper Bound 443.230

5% Trimmed Mean 419.175

Median 418.400

Variance 1.626E4

Std. Deviation 1.2750E2

Minimum 193.3

Maximum 694.3

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

98

Range 501.0

Interquartile Range 188.3

Skewness .251 .250

Kurtosis -.636 .495

Beban Glikemik Mean 97.498 3.1950

90% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 92.189

Upper Bound 102.807

5% Trimmed Mean 95.495

Median 89.300

Variance 949.345

Std. Deviation 30.8114

Minimum 47.0

Maximum 195.9

Range 148.9

Interquartile Range 38.2

Skewness 1.038 .250

Kurtosis .483 .495

Analisis Bivariat

Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2

Group Statistics

Status_DM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Knsmsi_serat Ya 20 13.635 4.8934 1.0942

tidak 73 15.981 5.6305 .6590

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error

Difference

90% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Knsmsi_serat

Equal variances assumed

.000 .984 -1.695 91 .094 -2.3458 1.3843 -4.6462 -.0454

Equal variances not assumed

-1.837 34.100 .075 -2.3458 1.2773 -4.5055 -.1861

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

99

Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 Group Statistics

Status_DM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Knsmsi_lemak Ya 20 63.620 9.6295 2.1532

tidak 73 65.808 13.5734 1.5886

Test Statistics

a

Knsmsi_lemak

Mann-Whitney U 705.000

Wilcoxon W 915.000

Z -.234

Asymp. Sig. (2-tailed) .815

a. Grouping Variable: Status_DM

Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2 Group Statistics

Status_DM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Knsmsi_mgnesium Ya 20 367.580 123.3993 27.5929

tidak 73 435.970 125.4278 14.6802

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

90% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Knsmsi_mgnesium

Equal variances assumed

.134 .715 -2.168 91 .033 -68.3899 31.5500 -

120.8187

-15.9610

Equal variances not

assumed -2.188 30.631 .036 -68.3899 31.2550

-121.40

31 -15.3767

Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 Group Statistics

Status_DM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Beban_glike Ya 20 88.580 29.1320 6.5141

tidak 73 99.941 30.9992 3.6282

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

100

Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 Crosstab

Status_DM

Total Ya tidak

Aktvtas_fsik Kurang Count 15 37 52

Expected Count 11.2 40.8 52.0

% within Status_DM 75.0% 50.7% 55.9%

Cukup Count 5 36 41

Expected Count 8.8 32.2 41.0

% within Status_DM 25.0% 49.3% 44.1%

Total Count 20 73 93

Expected Count 20.0 73.0 93.0

% within Status_DM 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.765a 1 .052

Continuity Correctionb 2.843 1 .092

Likelihood Ratio 3.942 1 .047

Fisher's Exact Test .075 .044

Linear-by-Linear Association 3.725 1 .054

N of Valid Casesb 93

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.82.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Aktvtas_fsik (Kurang / Cukup)

2.919 .961 8.868

For cohort Status_DM = Ya 2.365 .937 5.969

Test Statisticsa

Beban_glike

Mann-Whitney U 518.500

Wilcoxon W 728.500

Z -1.978

Asymp. Sig. (2-tailed) .048

a. Grouping Variable: Status_DM

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

101

For cohort Status_DM = tidak .810 .659 .997

N of Valid Cases 93

Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 Crosstab

Status_DM

Total Ya tidak

new_rokok merokok Count 3 11 14

Expected Count 3.0 11.0 14.0

% within Status_DM 15.0% 15.1% 15.1%

mantan dan tidak merokok

Count 17 62 79

Expected Count 17.0 62.0 79.0

% within Status_DM 85.0% 84.9% 84.9%

Total Count 20 73 93

Expected Count 20.0 73.0 93.0

% within Status_DM 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 .994

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 .994

Fisher's Exact Test 1.000 .650

Linear-by-Linear Association .000 1 .994

N of Valid Casesb 93

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.01.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 Crosstab

Status_DM

Total Ya tidak

Rwyat_Kluarga Ada Count 9 13 22

Expected Count 4.7 17.3 22.0

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

102

% within Status_DM 45.0% 17.8% 23.7%

Tidak ada Count 11 60 71

Expected Count 15.3 55.7 71.0

% within Status_DM 55.0% 82.2% 76.3%

Total Count 20 73 93

Expected Count 20.0 73.0 93.0

% within Status_DM 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.427a 1 .011

Continuity Correctionb 5.010 1 .025

Likelihood Ratio 5.834 1 .016

Fisher's Exact Test .017 .015

Linear-by-Linear Association 6.358 1 .012

N of Valid Casesb 93

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.73.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Rwyat_Kluarga (Ada / Tidak ada)

3.776 1.301 10.961

For cohort Status_DM = Ya 2.640 1.260 5.533

For cohort Status_DM = tidak .699 .487 1.004

N of Valid Cases 93

Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 Crosstab

Status_DM

Total Ya tidak

Lingkr_pinggang Berisiko Count 14 46 60

Expected Count 12.9 47.1 60.0

% within Status_DM 70.0% 63.0% 64.5%

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

103

Tidak berisiko Count 6 27 33

Expected Count 7.1 25.9 33.0

% within Status_DM 30.0% 37.0% 35.5%

Total Count 20 73 93

Expected Count 20.0 73.0 93.0

% within Status_DM 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .335a 1 .563

Continuity Correctionb .099 1 .753

Likelihood Ratio .341 1 .559

Fisher's Exact Test .610 .382

Linear-by-Linear Association .331 1 .565

N of Valid Casesb 93

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.10.

b. Computed only for a 2x2 table

Analisis Multivariat

Logistic Regression Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 93 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 93 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 93 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Ya 0

tidak 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

104

Status_DM

Percentage Correct Ya tidak

Step 0 Status_DM Ya 0 20 .0

tidak 0 73 100.0

Overall Percentage 78.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.295 .252 26.316 1 .000 3.650

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Rwyat_Kluarga 6.427 1 .011

Aktvtas_fsik 3.765 1 .052

Knsmsi_mgnesium 4.566 1 .033

Beban_glike 2.148 1 .143

Knsmsi_serat 2.845 1 .092

Overall Statistics 14.025 5 .015

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.404 5 .009

Block 15.404 5 .009

Model 15.404 5 .009

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 81.423a .153 .236

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a

Observed Predicted

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

105

Status_DM Percentage

Correct Ya tidak

Step 1 Status_DM Ya 4 16 20.0

tidak 4 69 94.5

Overall Percentage 78.5

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

90.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Rwyat_Kluarga 1.622 .617 6.914 1 .009 5.063 1.836 13.965

Aktvtas_fsik 1.277 .650 3.862 1 .049 3.584 1.231 10.434

Knsmsi_mgnesium .001 .004 .053 1 .818 1.001 .994 1.008

Beban_glike .011 .011 .905 1 .341 1.011 .992 1.029

Knsmsi_serat .070 .107 .432 1 .511 1.073 .900 1.278

Constant -2.688 1.434 3.516 1 .061 .068

a. Variable(s) entered on step 1: Rwyat_Kluarga, Aktvtas_fsik, Knsmsi_mgnesium, Beban_glike, Knsmsi_serat.

Logistic Regression Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 93 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 93 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 93 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Ya 0

tidak 1

Block 0: Beginning Block Classification Table

a,b

Observed

Predicted

Status_DM Percentage

Correct Ya tidak

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

106

Step 0 Status_DM Ya 0 20 .0

tidak 0 73 100.0

Overall Percentage 78.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.295 .252 26.316 1 .000 3.650

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Rwyat_Kluarga 6.427 1 .011

Aktvtas_fsik 3.765 1 .052

Beban_glike 2.148 1 .143

Knsmsi_serat 2.845 1 .092

Overall Statistics 14.014 4 .007

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.351 4 .004

Block 15.351 4 .004

Model 15.351 4 .004

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 81.476a .152 .235

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a

Observed Predicted

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

107

Status_DM Percentage

Correct Ya tidak

Step 1 Status_DM Ya 4 16 20.0

tidak 4 69 94.5

Overall Percentage 78.5

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

90.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Rwyat_Kluarga 1.652 .604 7.480 1 .006 5.217 1.932 14.089

Aktvtas_fsik 1.318 .625 4.451 1 .035 3.737 1.337 10.443

Beban_glike .010 .011 .882 1 .348 1.011 .992 1.029

Knsmsi_serat .090 .064 1.956 1 .162 1.094 .984 1.216

Constant -2.609 1.396 3.496 1 .062 .074

a. Variable(s) entered on step 1: Rwyat_Kluarga, Aktvtas_fsik, Beban_glike, Knsmsi_serat.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 93 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 93 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 93 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable

Encoding

Original Value Internal Value

Ya 0

tidak 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

108

Status_DM Percentage

Correct Ya tidak

Step 0 Status_DM Ya 0 20 .0

tidak 0 73 100.0

Overall Percentage 78.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.295 .252 26.316 1 .000 3.650

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Rwyat_Kluarga 6.427 1 .011

Aktvtas_fsik 3.765 1 .052

Knsmsi_serat 2.845 1 .092

Overall Statistics 13.711 3 .003

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 14.428 3 .002

Block 14.428 3 .002

Model 14.428 3 .002

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 82.400a .144 .222

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a

Observed

Predicted

Status_DM Percentage

Correct Ya tidak

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26311/1/ERNIATI... · spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki

109

Step 1 Status_DM Ya 4 16 20.0

tidak 5 68 93.2

Overall Percentage 77.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

90.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Rwyat_Kluarga 1.594 .595 7.186 1 .007 4.922 1.851 13.088

Aktvtas_fsik 1.310 .619 4.471 1 .034 3.705 1.338 10.264

Knsmsi_serat .105 .060 3.043 1 .081 1.110 1.006 1.225

Constant -1.823 1.047 3.035 1 .081 .161

a. Variable(s) entered on step 1: Rwyat_Kluarga, Aktvtas_fsik, Knsmsi_serat.