51
LAPORAN PENELITIAN DANA RUTIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Penelitian Kelompok FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI (Suatu Studi tentang Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah SDN dalam Pembinaan Guru Pendidikan Jasmani se Kabupaten Sumedang) Oleh: Drs. H. Yudha M.S. M.Ed (Ketua) Drs. J.S. Husdarta, M.Pd (Anggota) Drs. Farman (Anggota) Drs. H. Bambang S. (Anggota) KAMPUS SUMEDANG UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2005

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

LAPORAN

PENELITIAN DANA RUTIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Penelitian Kelompok

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA GURU

PENDIDIKAN JASMANI (Suatu Studi tentang Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah

SDN dalam Pembinaan Guru Pendidikan Jasmani se Kabupaten Sumedang)

Oleh:

Drs. H. Yudha M.S. M.Ed (Ketua) Drs. J.S. Husdarta, M.Pd (Anggota) Drs. Farman (Anggota) Drs. H. Bambang S. (Anggota)

KAMPUS SUMEDANG UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2005

Page 2: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

1

IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

Faktor-faktor Strategik yang Mempengaruhi terhadap Produktivitas Kerja

Guru Pendidikan Jasmani (Suatu Studi tentang Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah SDN dalam Pembinaan

Guru Pendidikan Jasmani se Kabupaten Sumedang)

Bidang/Topik : Manajemen Pendidikan Jasmani SD (Program Payung Penelitian) Lama Penelitian : 6 bulan Peneliti Utama : Drs. J.S. Husdarta, M.Pd Unit Kerja : Kampus Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia Alamat Kantor : Jl. Mayor Abdurakhman No 211,

Tlp. (0261) 201244, Kabupaten Sumedang Biaya Penelitian : Rp. 3.300.000,00 Sumber Dana : DIK UPI 2005 No……….Tanggal……………..

Bandung, 28 Nopember 2005 Mengetahui/Menyetujui: Ketua Peneliti, Direktur, Drs. J.S. Husdarta, M.Pd Drs. J.S. Husdarta, M.Pd. NIP. 130 370 212 NIP. 130 370 212

Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian UPI

Dr.M. Furqon, M.A., M.Pd NIP. 131627889

Page 3: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

2

ABSTRAK

Page 4: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampai saat ini sekolah masih merupakan bagian dari suau organisasi

birokrat, dalam arti segala sesuatu sudah diatur dari pusat, baik secara adminstratif

maupun akademis. Kondisi ini seringkali menghambat kreativitas guru. Namun,

dengan digunakannya manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah dan

manajemen mutu dalam bidang pendidikan, maka setiap orang (Kepala Sekolah,

Guru, Tata Usaha, dan Siswa) harus berupaya untuk lebih inovatif dalam

membangun dan mengelola sekolahnya, sehingga dapat mengubah iklim

organisasi birokrat menjadi lebih demokrat dan kekeluargaan. Untuk itu, guru

harus mampu membuat diagnosis sumber masalah dan menentukan

penanggulangannya yang tepat, mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu

berkomunikasi ke dalam dan keluar lingkungan sekolah serta memahami dan mau

melaksanakan manajemen yang berlaku.

Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya kebijakan pemerintah demi

terwujudnya kinerja SDM guru yang diharapkan. Dalam pengelolaan SDM

sekolah dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota sangat bertanggung jawab

dalam pembinaannya. Kepala Sekolah dapat melaksanakan wewenang dan

tanggung jawab secara penuh dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah.

Dalam implementasinya kesemuanya itu akan dipengaruhi oleh strategi

pembinaan guru yang dilakukan kepala sekolah maupun dinas pendidikan

kabupaten/kota.

Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pemerintah ini harus mempunyai

kriteria bersih dan berwibawa. Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya kebijakan

pemerintah demi terwujudnya kinerja SDM yang diharapkan. Dalam pengelolaan

sekolah, Kepala Sekolah adalah penanggung jawab utama atau pemimpin dalam

sekolah. Kepala Sekolah dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

secara penuh dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah. Dalam

Page 5: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

4

implementasinya kesemuanya itu akan dipengaruhi oleh pola kepemimpinan,

motivasi, dan pengambilan keputusan yang kepala sekolah lakukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian rencana

penelitian yang membahas tentang pengaruh kepemimpinan dan motivasi

berprestasi Kepala Sekolah SDN dalam pembinaan produktivitas kerja Guru

Pendidikan Jasmani.

B. Masalah Penelitian

Isu kritis dalam konteks pendidikan di Sekolah Dasar (SD), yang

dipandang sebagai peletakan dasar kependidikan adalah belum efektifnya proses

pendidikan. Guru, sebagai sumber utama dalam proses pendidikan di SD,

tentunya memiliki tanggung jawab paling besar dalam upaya mengefektifkan

proses pendidikan. Efektivitas pendidikan di SD tercermin dalam keterlibatan

siswa selama dan setelah pembelajaran itu berakhir. Pernyataan tersebut memiliki

makna bahwa esensi dari pengajaran yang baik adalah siswa harus dapat

menikmati pengalaman dan memilih untuk melanjutkan keterlibatannya dalam

aktivitas tersebut di luar jam pelajaran.

Jadi, produktivitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan guru.

Agar guru efektif dalam PBM diperlukan strategi pembinaan yang memadai.

Padahal kenyataan di lapangan menggambarkan bahwa pembinaan guru SD

secara khusus masih jauh dari harapan. Kondisi ini justru memperrendah

eksistensi guru di tingkat sekolah dasar. Kondisi inilah yang menyebabkan

rendahnya efektivitas dan raihan tujuan pendidikan yang tertuang dalam

kurikulum. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk

mengidentifikasi secara khusus strategi pembinaan guru dalam peningkatan

produktivitas pendidikan yang kemudian dijadikan variabel dalam kajian ini.

PP Nomor 28 tahun 1990 menjelaskan bahwa Sekolah Dasar adalah

bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan

enam tahun. Sampai saat ini sekolah masih merupakan bagian dari suau organisasi

birokrat, dalam arti segala sesuatu sudah diatur dari pusat, baik secara adminstratif

maupun akademis. Hal ini banyak menghambat kreativitas Kepala Sekolah dan

Page 6: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

5

guru. Dengan digunakannya manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah

dan manajemen mutu dalam bidang pendidikan, maka setiap orang (Kepala

Sekolah, Guru, Tata Usaha, dan Siswa) harus berupaya untuk lebih inovatif dalam

membangun dan mengelola sekolahnya, sehingga dapat mengubah iklim

organisasi birokrat menjadi lebih demokrat dan kekeluargaan.

Sekolah dengan ciri-ciri demikian harus dipimpin oleh Kepala Sekolah

yang memenuhi kriteria kepemimpinan dan manajerial yang pasti seperti mampu

membuat diagnosis sumber masalah dan menentukan penanggulangannya yang

tepat, mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu berkomunikasi ke dalam

dan keluar lingkungan sekolah serta memahami dan mau melaksanakan

manajemen yang berlaku.

Atas dasar uraian di atas, secara umum masalah yang muncul dalam

penelitian ini adalah, bagaimana pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi

berpresasi Kepala Sekolah SDN terhadap Produktivitas Kerja Guru dalam

Pembinaan Guru Pendidikan Jasmani se Kabupaten Sumedang.

Selanjutnya penulis rumuskan masalah khususnya sebagai kendali

penelitian supaya terfokus pada pokok persoalan, maka dikemukakan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan

produktivitas kerja guru pendidikan jasmani SD se Kabupaten Sumedang?

b. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap

peningkatan produktivitas kerja guru pendidikan jasmani SD se Kabupaten

Sumedang?

c. Seberapa besar hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi berprestasi

kepala sekolah dalam memberikan pengaruh terhadap peningkatan

produktivitas kerja guru pendidikan jasmani SD se Kabupaten Sumedang?

d. Apakah ada perbedaan antara kepemimpinan dengan motivasi berprestasi

kepala sekolah dalam memberikan pembinaan guru pendidikan jasmani SD se

Kabupaten Sumedang?

Page 7: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan baru

mengenai strategi pembinaan guru pendidikan jasmani di SD. Temuan tersebut

dapat dijadikan landasan dalam upaya mengembangkan mutu SDM guru agar

pembelajaran pendidikan jasmani lebih efektif dan efisien. Hasil seperti ini sangat

diperlukan oleh para guru dalam membantu memberikan kejelasan mengenai

efektivitas dalam mengajarkan pendidikan jasmani di SD. Pemberdayaan

pendidikan jasmani secara optimal diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

mencapai tujuan pendidikan nasional.

2. Tujuan Khusus

Tujuan yang lebih khusus adalah untuk menggali informasi mengenai

berbagai hal yang terkait dengan strategi pembinaan guru pendidikan jasmani di

SD dalam peningkatan efektivitas pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut,

penelitian ini diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus, yaitu:

Mengungkapkan factor-faktor strategic dalam pembinaan guru pendidikan

jasmani yang meliputi aspek kepemimpinan dan motivasi berprestasi kepala

sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan gambaran umum di atas, dapat diperoleh informasi berkenaan

dengan factor-faktor strategic dalam pembinaan guru pendidikan jasmani dalam

peningkatan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi berbagai pihak yang

berkepentingan dengan pembinaan dan pengembangan SDM guru pendidikan

jasmani di SD.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk mengkaji subtansi pengembangan SDM,

khususnya manajemen SDM guru dan memperkaya bidang akademik tentang

factor-faktor strategic dalam pembinaan guru pendidikan jasmani di SD.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

7

2. Manfaat Praktis

Dari aspek pengembangan teori, hasil penelitian ini merupakan bahan bagi

pengembangan ilmu manajemen SDM pendidikan khususnya guru pendidikan

jasmani. Manfaat ini akan lebih dirasakan oleh lembaga-lembaga seperti; Kampus

Sumedang Program Studi Pendidikan Jasmani S1, FPOK, PGSD-UPI dan LPTK

yang lain serta Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.

a. Kontribusi bagi Kampus Sumedang Penjas S1, FPOK, PGSD-UPI dan LPTK

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan berupa strategi pembinaan

SDM guru pendidikan jasmani yang tepat oleh FPOK-UPI dan PGSD-S1

Pendidikan Jasmani UPI dalam rangka mempersiapkan guru-guru pendidikan

jasmani yang lebih profesional di tingkat SD.

b. Kontribusi bagi LPMP

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan oleh LPMP dalam

pengembangan program pembinaan SDM guru pendidikan jasmani di SD.

Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

LPMP dalam menyusun program dan implmentasi progam berupa kegiatan

penataran-penataran serta pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan strategi

pembinaan bagi guru-guru pendidikan jasmani yang lebih professional pada

tingkat SD di Jawa Barat khususnya dan di Indonesia umumnya.

E. Batasan Penelitian

Penelitian ini lebih berorientasi pada manajemen pembinaan SDM

pendidikan jasmani di SD. Melalui upaya ini diharapkan mampu mambangun dan

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif.

Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor strategik dalam pembinaan

guru pendidikan jasmani dalam peningkatan efektifitas pembelajaran di SD.

Pembinaan yang ditekankan pada penelitian adalah menumbuhkan sikap

professional yang ditampilkan guru pendidikan jasmani. Pembinaan ini dilakukan

oleh kepala sekolah yang meliputi factor kepemimpinan, motivaasi, dan

pengambilan keputusan.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

8

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sedangkan dalam hal

teknik pengumpulan data digunakan teknik angket, wawancara, dan observasi

partisipatif. Dengan memperhatikan fakta-fakta yang mempengaruhi validitasnya,

maka pendekatan kuantitatif yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan metode deskriptif analitik diharapkan akan tergali secara

lebih komprehensif mengenai pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan

pengambilan keputusan kepala sekolah SDN terhadap produktivitas kerja guru

dalam pembinaan guru pendidikan jasmani se Kabupaten Sumedang.

F. Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Asumsi (anggapan dasar) merupakan titik tolak pemikiran yang akan

memberikan batasan-batasan dalam keseluruhan proses penelitian ini. Asumsi

dapat membantu peneliti dalam memberi arah terhadap kesimpulan yang akan

diambil. Dalam hal ini penulis mengamati mengenai faktor-faktor strategik yang

berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru Pendidikan Jasmani sebagai suatu

studi tentang kepemimpinan dan motivasi berprestasi Kepala Sekolah SDN dalam

pembinaan Guru Pendidikan Jasmani se Kabupaten Sumedang.

Beberapa asumsi yang mendasari perumusan hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Guru, sebagai jabatan fungsional, bersifat professional. Pengertian

profesional Undang, dkk (1996:3) memaparkan, “Profesional erat kaitannya

dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan melalui proses

pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya.” Karena guru

pendidikan jasmani telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah di

bidang pendidikan jasmani, jabatan fungsional guru bersifat profesional.

Dengan demikian, guru pendidikan jasmani dituntut untuk terus

mengembangkan profesinya.

b. Kompetensi merupakan kemampuan yang menggambarkan hakekat kualitatif

dari suatu perilaku. Menurut Undang, dkk. (1996:4) yang dikutip dari

Page 10: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

9

pendapat Charles E. Johnson mengemukakan bahwa kompetensi merupakan

perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai

kondisi yang dipersyaratkan. Jadi, kompetensi menjadi kemampuan yang

dapat berfungsi sebagai pembinaan terhadap guru. Dengan pembinaan yang

terpadu dan terprogram inilah akan dapat memantapkan fungsinya sebagai

guru. Pendidikan dan latihan serta studi lanjut selama empat tahun (S1)

merupakan upaya pemerintah dalam pembinaan kompetensi guru.

c. Menambah pengetahuan dan keterampilan baru secara mandiri merupakan

upaya peningkatan profesi guru. Upaya dalam mengembangkan profesi guru

pendidikan jasmani ini tidak hanya berkaitan dengan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai pendidik, tetapi berkaitan dengan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai pejabat fungsional. Selain belajar mandiri,

keikutsertaannya dalam penataran, pembuatan karya tulis kependidikan, aktif

dalam organisasi profesi seperti PGRI, merupakan upaya guru dalam

menunjang profesinya.

d. Dalam kapasitasnya sebagai pejabat fungsional, guru sebagai administrator,

berperan ganda dalam menunjang karir profesinya. Sebagaimana yang

tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun

(1989: 15) bahwa, “Semua administrasi kependidikan yang dibuatnya di

samping untuk mempersiapkan proses belajar mengajar, juga menunjang

terhadap pengembangan karir profesinya.”

e. Kompetensi dapat dijadikan sebagai performasi yang mengarah kepada

pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang diinginkan.” Menurut

Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh Menpan No: 26 tahun 1989

dalam UU No 2. Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa

profesi guru perlu dikembangkan melalui lima komponen, yaitu:

Page 11: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

10

• Kegiatan karya tulis atau penelitian di bidang pendidikan

• Membuat alat bantu pembelajaran

• Menciptakan karya seni

• Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan

• Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Kelima komponen tersebut sangat mendukung terciptanya iklim

pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif pada guru pendidikan

jasmani.

f. Syarat profesional kompetensi guru menyangkut fisik, psikis, mental, moral,

dan intelektual. (1) fisik erat kaitannya dengan kondisi dan kemampuan

jasmani guru, (2) psikis berkaitan dengan kondisi rokhani, (3) mental

berkaitan dengan dedikasi dan loyalitas terhadap profesinya, (4) moral

berkaitan dengan budi pekerti dan sikap susila yang tinggi, dan (5) intelektual

berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Jadi,

sikap profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dalam pengetahuan,

keterampilan, dan manajemen dalam mengajarkan pendidikan jasmani di

SMU dan SMK.

g. Pendapat Jarvis (1997:23) menyatakan bahwa, “Profesi sebagai suatu

pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus

bertujuan untuk menyediakan pelayanan keterampilan terhadap yang lain

dengan bayaran atau upah.”

h. Pandangan Glen (1985:6) menyebutkan lima ciri profesi, yaitu: (1)

knowledge and skill; (2) responsibility purpose; (3) the profesional ideal

services; (4) utility; and (5) recognition.

i. Motivasi berprestasi merupakan salah satu dari teori kebutuhan yang

memfokuskan pada tiga jenis motivasi, yaitu: a) motivasi prestasi

(achievement motivation), b) motivasi afiliasi (affiliation motivation), dan c)

motivasi kekuasaan (power motivation). Dalam konteks penelitian adalah

motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh Mc. Clelland yang dikutip oleh

Davis dan Newstrom (1996:88) memaparkan bahwa motivasi prestasi

Page 12: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

11

meliputi tiga hal, yaitu: a) dorongan untuk mengatasi tantangan dan

hambatan, (b) dorongan untuk maju, dan (c) dorongan untuk berkembang.

j. Menurut Oemar Hamalik (2002:36) menjelaskan bahwa, “Guru yang.

kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga

produktivitas belajar para siswa berada pada tingkat optimal.”

Berdasarkan anggapan dasar di atas, dapat diperoleh gambaran secara

mendasar tentang pentingnya kepemimpinan dan motivasi berprestasi kepala

sekolah dalam mempengaruhi produktivitas kerja guru pendidikan jasmani.

Dengan demikian, terdapat cukup alasan mengenai pentingnya kompetensi dan

motivasi guru dipertanyakan dalam penelitian ini.

Pandangan tersebut di atas mengasumsikan bahwa seseorang yang

melakukan satu pekerjaan serta dapat diterima sebagai profesional adalah seorang

ahli dari cabang ilmunya yang diakui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu,

seseorang untuk menjadi profesional harus terus menerus meningkatkan ilmu

pengetahuannya sesuai dengan profesinya. Hal tersebut diperluas dengan

pendapat Jarvis (1997:27) “In order to be the master of branch of learning it is

essential for a practitioner to continue his learning after initial education and

some professions have institutionalised education”. Dengan bekal yang memadai

dari seorang profesional dapat dengan cepat dan tepat dalam menyampaikan

pesan, sehingga dimungkinkan untuk mampu melahirkan suatu perubahan seperti

dalam pengajaran berupa tingkat kepatuhan dan hasil belajar siswa yang sesuai

dengan yang diharapkan.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih memerlukan

pembuktian empirik oleh peniliti. Bertitik tolak dari asumsi yang telah

dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis

perbandingan. Menguji hipotesis ini berarti menguji parameter populasi yang

berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk

perbandingan (Sugiyono,1997).

Page 13: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

12

Dengan memperhatikan teori, kerangka berfikir, rumusan masalah,

anggapan dasar dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Kepemimpinan dan motivasi berprestasi kepala sekolah mempunyai pengaruh

langsung, positif dan nyata terhadap produktivitas kerja guru pendidikan

jasmani di SD.

b. Terdapat perbedaan yang berarti pengaruh variabel kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap produktivitas kerja

guru pendidikan jasmani dilihat dari identitas sekolah yang berdomisili di

Kota Sumedang dan di Luar Kota Sumedang?

Kedua rumusan hipotesis yang telah diungkap tersebut akan dibuktikan dengan

menggunakan Uji Korelasional, Uji Regresi, dan Uji Analisis Path.

Ho : µ1 = µ2 = µ3

Ha : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3

Apabila Ho dalam pengujian diterima berarti nilai perbandingan diantara sampel

dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi pada sampel-sampel yang diambil

dengan taraf kesalahan ρ < atau = 0,05 (95%).

G. Definisi Operasional

Untuk tidak terjadi penafsiran yang keliru mengenai persoalan yang

muncul dalam penelitian ini, penulis mencoba memaparkan secara lebih

operasional yang menyangkut hal-hal penting yang tertuang dalam disertasi ini

sebagai berikut:

1. Faktor Strategik adalah memungkinkan adanya formulasi prioritas jangka

panjang dan memungkinkan perubahan yang terjadi pada lembaga diatasi

secara rasional. Tanpa adanya suatu strategis maka lembaga tidak dapat

menentukan apa yang terbaik untuk ditempatkan pada prioritas

pengembangan pertama kali. Pentingnya upaya strategis ini tidak saja untuk

mengembangkan rencana kerja sama; tetapi lebih jauh adalah agar senior

mengkaji ulang tentang bagaimana hubungan kepala sekolah dan guru.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

13

2. Kepemimpinan adalah sifat dan ciri tertentu yang dapat menjamin

keberhasilan pada setiap situasi. Dalam penelitian ini, penulis mengambil

beberapa tipe kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1992:102), yaitu:

direktif (pemimpin yang melakukan komunikasi satu arah), konsultatif

(pemimpin yang mau mendengar perasaan bawahan), partisipatif (pemimpin

dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan), dan

delegatif (pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan

bawahan).

3. Motivasi prestasi merupakan salah satu dari teori kebutuhan yang diusulkan

oleh Mc. Clelland, yaitu:: a) motivasi prestasi, b) motivasi afiliasi, dan c)

motivasi kekuasaan.

Page 15: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

14

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. PBM Pendidikan Jasmani di SD

Proses belajar mengajar (PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara

perilaku guru dan perilaku peserta didik (Mosston dan Asworth, 1994). Dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak

dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu; tujuan, materi, metoda, dan evaluasi. Di

antara beberapa faktor penting untuk mencapai pengajaran pendidikan jasmani

yang berhasil adalah perumusan tujuan. Pentingnya kedudukan tujuan untuk

menentukan materi yang akan dilakukan oleh para peserta didik. Salah satu

prinsip penting dalam pendidikan jasmani adalah partisipasi peserta didik secara

penuh dan merata. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus memperhatikan

kepentingan setiap peserta didik.

Persiapan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar adalah

berupa pengantar yang merujuk pada komponen antisipasi. Dalam membuka

pelajaran guru mempersiapkan peserta didik dengan mengembangkan minat

mereka pada pelajaran tersebut. Dalam mempersiapkan peserta didik guru

menyampaikan apa yang akan dipelajari dan hubungannya dengan pelajaran

sebelumnya dan aktivitas saat ini atau yang akan datang.

Hal ini penting untuk melibatkan peserta didik secara aktif. Pertanyaan,

alat bantu visual, dan diskusi kelas adalah beberapa aktivitas yang digunakan

sebagai pembuka. Pembuka ini akan memberikan awal dalam pikiran para peserta

didik. Oleh karena komponen pembukaan ini seharusnya singkat dan padat.

Bahkan menurut Sukmadinata (1998) menjelaskan bahwa dalam kurikulum 1994

lebih memberikan kebebasan pada guru untuk mengembangkan bahan sendiri.

Demikian halnya dengan KBK tahun 2004 lebih menuntut adanya kreativitas guru

dan aktivitas peserta didik yang tinggi.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

15

1. Konsep Dasar PBM Pendidikan Jasmani

Dalam PBM akan terjadi suatu transfer dari guru kepada peserta didik atau

sebaliknya. Ada tiga aspek yang terkait dengan transfer belajar, yaitu:

a. Peranan transfer dalam kondisi belajar skill seperti mempertimbangkan

drill dalam sepak bola atau memperhatikan hasil latihan melakukan

tembakan bebas dalam permainan bola basket dengan melakukan

tembakan bebas pada saat bertanding.

b. Bagaimana transfer itu diukur? Transfer ini dapat diestimasi peningkatan

atau penurunan keterampilan sebagai hasil dari latihan atau pengalaman

dan transfer ini pula dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada

tugasnya.

c. Transfer sebagai sebuah kriteria untuk belajar seperti tes retensi. Dalam

hal ini ada dua kriteria transfer yaitu: (1) near transfer artinya tujuan

belajar yang relatif sama dengan tugas latihan dan (2) far transfer artinya

tujuan belajar berbeda dengan kondisi latihan yang sesungguhnya.

Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan

dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Walaupun demikian, secara

eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, yakni

bahwa belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku

atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.

Kesiapan belajar merupakan kondisi yang harus mendapat perhatian

pertama sebelum kegiatan belajar. Tanpa kesiapan peserta didik untuk belajar

mustahil terjadi proses belajar mengajar di sekolah. Untuk mengetahui kesiapan

peserta didik sebelum PBM itu dimulai, maka guru terlebih dahulu harus

melakukan langkah-langkah seperti memberikan perhatian, memberikan motivasi,

dan memeriksa perkembangan kesiapan.

Perhatian ini sangat perlu manakala peserta didik akan melakukan sejenis

pengamatan. Peserta didik harus memperhatikan peragaan dari guru, melihat

gambar, dan bukan bercakap-cakap dengan teman atau mengganggu teman. Guru

harus melakukan berbagai cara agar peserta didik dapat memberikan perhatiannya

saat proses belajar dan mengajar tengah berlangsung. Untuk dapat

Page 17: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

16

mengembangkan perhatian peserta didik bukan sesuatu yang mudah namun

diperlukan kiat-kiat khusus, seperti menyajikan sesuatu yang belum peserta didik

kenali. Sehingga merangsang peserta didik untuk mencari tahu. Selain itu juga

dalam menyampaikan pelajaran guru hendaknya memulai dari yang mudah

hingga sukar.

Motivasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam proses

pembelajaran di sekolah. Setidaknya para peserta didik harus memiliki motivasi

untuk belajar di sekolah. Tanpa motivasi sukar bagi peserta didik untuk

berkembang dalam belajarnya. Guru sangat berperan dalam menumbuh

kembangkan motivasi pada peserta didik. Meskipun munculnya motivasi itu

dengan sedikit memberi paksaan kepada mereka. Lambat laun akan muncul

kesadarannya untuk belajar menurut keinginannya sendiri. Motivasi terbagi

kedalam dua bagian, yaitu; motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk

meningkatkan motivasi instrinsik sangat diperlukan motivasi kuat dari luar

dirinya. Peserta didik harus diberikan penghargaan berupa pujian, angka yang

baik, rasa keberhasilan, dan sebagainya sehingga peserta didik lebih tertarik oleh

pelajaran. Kesuksesan yang diraih dalam interaksinya dengan lingkungan belajar

dapat menimbulkan rasa puas. Kondisi ini merupakan sumber motivasi. Apabila

terus-menerus muncul pada diri peserta didik, maka ia akan sanggup untuk belajar

sepanjang hidupnya.

Dapat atau tidaknya peserta didik terlibat dalam proses belajar akan sangat

ditentukan oleh kesiapannya untuk belajar. Teori Piaget membedakan

perkembangan kesiapan peserta didik dilihat dari aspek kognitif. Perbedaan

dalam perkembangan kesiapan peserta didik di sekolah disebabkan oleh

perbedaan dalam kemampuan intelektual dan keterampilan motorik yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, guru harus mempertimbangkan secara

sungguh ketiga hal pokok tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu hasil belajar

peserta didik.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

17

2. Pendidikan Jasmani di SD

Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan

seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya

yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita

kemanusiaan. Dalam beberapa literatur terdapat berbagai definisi tentang

pendidikan jasmani yang bervariasi antara satu dengan lainnya. Kesamaan

pandangan mengenai Pendidikan jasmani adalah terletak pada gerak jasmani.

Dalam hal ini Supandi (1990:29) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani

adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk

mencapai tujuan melalui aktivitas-aktivitas jasmani.”

Aktivitas jasmani dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan pelaku

gerak untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang

mencakup aspek kognitif, afektif, dan sosial. Aktivitas ini harus dipilih dan

disesuaikan dengan tingkat perkembangan pelaku. Melalui kegiatan keolahragaan

diharapkan pelaku atau pengguna akan tumbuh dan berkembang secara sehat, dan

segar jasmaninya, serta dapat berkembang kepribadiannya agar lebih harmonis.

Pendidikan jasmani di SD telah menjadi bagian dari proses dari

pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku peserta

didik. Dalam hal ini sebagaimana yang dikemukakan Abdul Gafur yang dikutip

oleh Lutan dan Cholik (1997:14) yaitu: Pembelajaran olahraga adalah suatu

proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan

jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran

jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak

serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Selain mengubah perilaku pengguna, olahraga melalui aktivitas jasmani

senantiasa mengupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Pangrazi

dan Victor (1995:1) menjelaskan bahwa “Sport education is a part of the total

program that contributed primarily through movement experiences to the total

growth and development of all users.” Maksudnya adalah olahraga merupakan

bagian dari pendidikan secara umum yang tentunya dapat memberikan kontribusi,

Page 19: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

18

terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak agar secara menyeluruh

pengguna dapat tumbuh dan berkembang.

Sebenarnya pendidikan jasmani itu memiliki kekayaan yang sangat besar

dalam pembelajaran sebagaimana Lutan (1997:7) paparkan yang dikutip dari

Rijsdorp sebagai berikut, “Tujuan pendidikan jasmani, yaitu: (a) pembentukan

gerak, (b) pembentukan prestasi, (c) pembentukan sosial, dan (d) pertumbuhan.”

Rumusan ini sudah digariskan di dalam kurikulum pendidikan keolahragaan dan

GBHN, yaitu:

q Tercapainya pertumbuhan perkembangan jasmani khususnya tinggi badan dan

berat badan secara harmonis.

q Terbentuknya sikap dan perilaku disiplin, kejujuran, kerja sama, mengikuti

peraturan dan ketentuan yang berlaku.

q Menyenangi aktivitas jasmani yang dapat dipakai untuk mengisi waktu luang

serta kebiasaan hidup sehat.

q Mempunyai kemampuan untuk menjelaskan tentang manfaat pendidikan

jasmani, keterampilan gerak yang benar dan efisien.

q Meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan, serta daya tahan tubuh

terhadap penyakit.

Dengan demikian, tujuan dari pendidikan jasmani adalah untuk

mengembangkan kondisi fisik, mental, sosial, moral, spiritual, dan intelektual

supaya pengguna lebih mandiri yang sesuai dengan keadaan dirinya.

3. Landasan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam mengembangkan

sumber daya manusia. Pada tataran individu, pendidikan jasmani dapat

mengembangkan pola hidup sehat, mengurangi tekanan atau stres, meningkatkan

produktivitas, meningkatkan daya saing, dan membentuk sikap dan perilaku yang

prososial. Dalam tataran pembangunan masyarakat olahraga dapat membangun

masyarakat yang memiliki “social capital” yang tinggi terutama masyarakat yang

memiliki rasa kebersamaan, solidaritas, saling percaya di antara anggota

Page 20: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

19

masyarakat, dan kelancaran komunikasi antara anggota masyarakat karena adanya

hubungan melalui pengembangan kegiatan fisik di sekolah atau di masyarakat.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan upaya panjang

yang menuntut ketekunan dan kesadaran semua pihak. Secara filosofis, kegiatan

jasmani sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program pendidikan

secara keseluruhan. Sebagai salah satu aspek pendidikan telah dirancang guna

mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas

jasmani. Bahkan menurut pandangan Sinikka Kahila (1995:196) memaparkan

bahwa, ”Physical education can be seen as a very remarkable socializing

environment because it has some meaningful characteristics which can be used as

educational instruments.” Maksudnya, kegiatan jasmani dapat dilihat sebagai

sebuah lingkungan sosial yang sangat luar biasa sebab kegiatan olahraga memiliki

beberapa karakteristik yang berguna yang dapat digunakan sebagai instrumen

pendidikan.

Paparan tersebut memberi informasi bahwa kegiatan olahraga dapat

dijadikan salah satu pendekatan dalam pengajaran pendidikan jasmani di SD.

Sebagai mana yang Sinikka Kahila (1995:194) bahwa, “Coorperation in physical

education as a teaching method in learning social behavior and making friends.”

Maksudnya, kerjasama dalam kegiatan jasmani sebagai sebuah metode dalam

belajar perilaku sosial dan mencari teman. Bahkan hasil studi yang dilakukan

Sinikka Kahila (1995:199) menunjukkan bahwa, “Prosocial behavior can be

learned by practice in situations specially designed for that purpose and that

concrete interactive relations are essential preconditions for learning social skills,

such as giving psychological support, caring about other people, taking others into

consideration, giving concrete assistance like verbal and physical help, advice and

corrections.” Maksudnya, perilaku prososial dapat dipelajari melalui latihan dalam

situasi dengan rancangan khusus untuk tujuan tertentu dan hubungan interaktif

yang konkret merupakan prekondisi dalam belajar keterampilan sosial, seperti

membei dukungan psikologis, memberi perhatian pada orang lain, memberi

pertimbangan pada orang lain, memberi pertolongan yang konkret secara lisan

dan perbuatan, memberi saran dan koreksian.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

20

Kondisi-kondisi semacam ini dalam interaksi sosial menjadi kepedulian

pertama tentang orang lain tetapi juga mempunyai perasaan bertanggung jawab.

Dalam mewujudkan sikap kerjasama ini perlu sikap saling memberi dan

menerima satu sama lain. Sinikka Kahila (1995:201) memaparkan

bahwa,”Coorperation also requires giving and receiving help, advice and

feedback.” Maksudnya, kerjasama juga memerlukan sikap saling memberi dan

menerima bantuan, memberi saran dan umpan balik.

Landasan pendidikan jasmani bagi semua orang (sport for all) makin

memasyarakat, karena olahraga sifatnya terbuka bagi semua lapisan sesuai dengan

kemampuan, kesenangan, dan kesempatan. Tanpa membedaka hak, status sosial,

atau derajat di masyarakat olahraga tetap dan akan tetap menjadi miliki semua

lapisan.

4. Tingkat Kejujuran melalui Pendidikan Jasmani

Tingkat kejujuran seseorang dalam kegiatan jasmani sangat ditentukan

oleh motivasinya. Hartmut Gabler (1995:239) memaparkan bahwa, “The

summary of reasons for fair action shows that the intrinsic motivation is stronger

than the extrinsic motivation. This applies especially for the two dimensions

“Empathy as a reason for fairness” and “Fairness due to superior social systems

of values and norms.” Maksudnya, alasan mengapa seseorang berperilaku jujur

ditunjukkan oleh motivasi, adapun motivasi yang paling tinggi pengaruhnya

terhadap perilaku jujur adalah motivasi intrinsik daripada motivasi ekstrinsik Ini

secara khusus menerapkan dua dimensi yaitu empati sebagai alasan kejujuran dan

kejujuran menjadi hukum sistem sosial yang berupa nilai-nilai dan norma.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa kejujuran menjadi instrumen untuk

mengurangi bahayanya terjadinya cedera sangatlah kuat, namun dimensi

kejujuran merupakan instrumen untuk meriah tujuan performa menjadi agak

lemah.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

21

5. Pendidikan Jasmani dan Moral

Ide ini muncul karena ada isu mengenai pendidikan moral, agresi dan ide

mengenai sportivitas dalam kegiatan jasmani. Isu ini cukup menarik dengan

mengaitkannya dengan bentuk kekerasan dalam olahraga. Lebih dari 20 tahun

terjadi peningkatan yang berarti mengenai kekerasan dalam olahraga dan telah

menjadi perhatian serius bagi pemerintah, pendidik, dan mahasiswa.

Apabila memperhatikan filosofi yang terkandung dalam olahraga nilai dan

norma sangat kental di dalamnya. Namun, banyak kekerasan yang muncul setiap

kali aktivitas itu dilakukan tentu banyak faktor penyebabnya. Yang lebih dominan

tentunya adalah faktor motivasi intrinsik pada setiap pelaku kegiatan. Berdasarkan

hasil penelitian Peiser (1995:251) menjelaskan bahwa, “Physical education

teachers are faced with the problem of having to distance themselves from

particularly populer sports if they want to prevent the inherent violence in these

sports during their lessons.” Maksudnya, pendidik dihadapkan dengan persoalan

cabang olahraga yang tidak mengenal jarak antara pelakunya apabila mereka ingin

mencegah terjadinya kekerasan dalam olahraga selama kegiatan itu dilakukan.

Memang sangat disadari sekali bahwa ada beberapa cabang olahraga yang tidak

bisa menghindari terjadinya tidak ada body contact seperti sepak bola, bola

basket, tinju, karate, dsb. Tentu saja cabang-cabang tersebut sering kali

memunculkan tindakan kekerasan yang sulit untuk dihindarkan.

Sulit untuk menjeneralisasi mengenai semua program olahraga. Program-

program tersebut berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Namun, olahraga

tidak mempunyai tempat di sekolah atau perguruan tinggi melainkan olahraga

menjadi bagian yang legitimasi dari program pendidikan dan diterima menjadi

salah satu tujuan pendidikan.

Hingga saat ini tidak ada bukti yang konsisten bahwa olahraga di sekolah

berdampak negatif bagi para pelaku dan penikmat olahraga. Tentu saja banyak

sekolah, orang tua, dan anak-anak remaja yang tidak mengindahkan tujuan

pendidikan dan mereka lebih mengejar kemenangan dan predikat juara. Olahraga

dapat menggairahkan dan orang yang tergabung dengan tim sekolah kadang-

kadang memerlukan bimbingan untuk tetap berada pada program-program yang

Page 23: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

22

telah ditentukan agar seimbang antara waktu sekolah, latihan, dan istirahat. Selain

guru, orang tua juga harus peka terhadap tujuan pendidikan anak-anaknya.

Program olahraga antar sekolah biasanya melahirkan semangat bersekolah.

Tetapi hal itu tidak diketahui manakala spirit tersebut memberikan kontribusi

terhadap prestasi belajar siswa. Aktivitas sekolah dapat digunakan untuk wahana

pengalaman, tetapi olahraga memberi siswa aktivitas sosial yang unik yang dapat

menjadikan sekolah sebagai tempat yang menarik.

Program olahraga antar sekolah sering menjembatani kesenjangan antara

sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah. Namun, saat program tersebut

dikontrol oleh orang di luar sekolah, maka ada kecenderungan bahwa tujuan

pendidikan terabaikan. Banyak sekolah yang dapat memanfaatkan olahraga tim

sebagai kendaraan untuk membuat masyarakat mendukung program pendidikan,

tetapi tujuan ini sangat jarang dicapai.

Program antar sekolah tidak akan pernah sempurna. Akan selalu ada

keperluan untuk memperbaikinya, karena hanya ada beberapa bagian saja dari

kurikulum. Maksudnya bahwa relevansi pendidikan dengan program tersebut

tergantung pada hasil evaluasi.

B. Pengertian Administrasi

Administrasi merupakan proses yang berada pada tataran kebijakan baik

pada institusi pemerintahan seperti sekolah, militer maupun institusi non

pemerintahan yang bersifat pribadi atau masyarakat. Dalam implementasinya

administrasi ini memerlukan upaya kreatif dan mengandung banyak ciri-ciri

kemasyarakatan dalam konteks yang lebih luas. Lingkup kemasyarakatan ini

sangat luas dengan berbagai fenomena dan persoalan yang kompleks dan

memerlukan upaya penyelesaian sistematis. Administrasi sebagai upaya bersama

diharapkan mampu menjadi langkah mencari solusi dari persoalan tersebut secara

efektif dan efisien. Wujud dari proses implementasi kebijakan ini sering

diistilahkan dengan kata manajemen yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan serta organisasi yang menjadi instrument dalam pengambilan

keputusan yang secara holistik memiliki keterkaitan hirarkis satu sama lain antara

Page 24: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

23

administrasi, manajemen, dan organisasi seperti yang ditampilkan pada gambar

berikut:

Jadi, administrasi pendidikan meliputi semua fungsi administrasi yang

mencakup komponen perencanaan, pengarahan, pembiayaan, dan pengawasan

dalam konteks pendidikan. Segala aspek pendidikan harus dipertimbangkan guna

mencapai sasaran baik mikro, meso, maupun makro. Engkoswara (1987:43)

memaknai, “Administrasi pendidikan sebagai ilmu yang mempelajari penataan

sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk

mencapai suasana yang baik bagi manusia yang disepakati.” Sementara Oteng

Sutisna (1989:19) memaparkan bahwa, “Administrasi pendidikan merupakan

keseluruhan proses mencakup sumber daya manusia dan material yang

ADMINISTRASI

Bingkai Pembuat Keputusan Pengaturan dan Pembimbing

MANAJEMEN

Melaksanakan kegiatan, mengawasi efektifitas berjalan berkelanjutan

ORGANISASI

Alat perantara untuk menyelesaikan keputusan dan menetapkan obyek

Page 25: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

24

dimanfaatkan secara efektif untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan

efisien.” Oleh karena itu, penataan manusia dalam lingkup pendidikan terdiri dari

dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, dan siswa serta komponen

pendukung lainnya seperti kurikulum dan media perlu diberdayakan secara

optimal dalam meraih sasaran pendidikan.

C. Ruang Lingkup Kajian Administrasi Pendidikan

Keberhasilan suatu organisasi akan banyak ditentukan oleh kualitas

personil dalam melaksanakan tugas pekerjaannya yang diperlukan untuk

pencapaian tujuan maupun kondisi yang mempengaruhi kesejarteraan fisik dan

mental. Agar personil dapat bekerja secara efektif dan efisien, maka diperlukan

personil-personil yang cukup cerdas dan terampil. Untuk memperoleh personil

seperti itu, perlu dilakukan suatu penyaringan dari calon pekerja dengan baik dan

tepat sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini sangat penting karena akan

mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu organisasi.

Sejalan dengan hal tersebut, Manulang (1985:26) memaparkan mengenai fungsi

personil, sebagai berikut:

(a) Membuat anggaran tenaga kerja yang dibutuhkan termasuk di dalamnya menarik tenaga kerja; (b) Membuat job analysis, jobs description, dan job specification; (c) Menilai dan memilih sumber-sumber tenaga kerja; (d) Mengadakan sleksi tenaga kerja; (e) melatih dan mendidik tenaga kerja; (f) Memindahkan dan pempromosikan tenaga kerja; (h) Mengadakan pemberhentian tenaga kerja; (i) Memotivasi tenagakerja; dan (j) Melakukan pemensiunan tenaga kerja.

Jadi, administrasi personil mempunyai tugas sebagai pencatat, pembagian

tugas, meningkatkan kesejahteaan sosial, meingkatkan motivasi kerja, mendorong

dan menyediakan kesempatan untuk perkembangan professional dan penilaian.

Dalam konteks administrasi personil, pembinaan pegawai pendidikan yang lebih

professional menjadi hal utama. Secara umum ada tiga bentuk utamanya, yaitu:

(a) pembinaan dalam bentuk supervisi; (b) pembinaan dalam bentuk

pengembangan karir; dan (c) pembinaan dalam bentuk pelatihan.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

25

Pembinaan merupakan elemen penting dalam konteks manajemen personil

pendidikan, bahkan pembinaan identik dengan supervisi. Dalam hal ini, Soewono

(1991:2) memaparkan bahwa, “Pembinaan guru disebut juga supervisi

pendidikan.” Supervisi atau pembinaan guru ini pada dasarnya sebagai aktivitas

memberikan bantuan dan layanan terhadap guru agar meningkat kemampuan dan

kualitas pembelajaran dalam meraih tujuan pendidikan. Seperti yang tertuang

dalam UUSPN (1989:52) bahwa pembinaan berada dalam rangkaian pengawasan,

yaitu:

Pengawasan lebih merupakan upaya untuk memberikan bimbingan pembinaan, dorongan, dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang bersangkutan yang diharapkan terus menerus dapat meningkatkan mutu pendidikan maupun mutu pelayanan.

Namun, ada kalanya di lapangan pelaksanaan supervisi tidak lebih dari

hanya sekedar petugas yang sedang menjalankan fungsi administrasi seperti

penilaian, inpeksi, atau mencari-cari kesalahan para guru. Sebagai mana Rusli

Lutan, dkk. (2002:129) paparkan bahwa kedudukan supervisor lebih tepat disebut

mitra guru dalam memecahkan masalah dan membangkitkan perubahan dari

dalam sekolah. Kondisi inilah menjadikan supervisi mengandung makna yang

luas dan dalam, serta memiliki perspektif jauh ke depan.

Banyak ditemukan praktek supervisi di sekolah yang dirasakan kurang

efektif untuk meningkatkan mutu pengajaran. Praktek supervisi ini dilaksanakan

berdasarkan manajemen tradisional yang memandang guru sebagai pelaksana

kurikulum dan sistem pengajaran belaka. Dalam hal ini, supervisi dilakukan untuk

menjamin agar guru mengajar sesuai dengan petunjuk kurikulum pengajaran yang

telah ditetapkan. Supervisi semacam ini masih dirasakan di dunia persekolahan

dewasa ini, meskipun manajemen tradisional semacam ini sudah tidak favorit lagi.

Bahkan sekarang ini sudah bergeser pada supervise pengembangan sumber daya

manusia dengan pengambilan keputusan bersama menjadi ciri khasnya. Sebagai

mana Sergiovanni dan Starratt (1993:267) paparkan, “Teachers and supervisors

share responsibility for planning, development, and provision of staff-

development activities.” Asumsinya bahwa keputusan bersama akan dibuat lebih

Page 27: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

26

baik, mana kala guru merasa memiliki dan mempunyai komitmen yang meningkat

terhadap keputusan tersebut. Dengan demikian kesuksesan dalam pekerjaan akan

meningkat pula. Jadi, komponen pertama dalam konsep pembinaan guru adalah

supervisi. Dalam kegiatan pembinaan atau supervisi ada dua pihak yang terlibat

didalamnya, yaitu: (1) pihak yang melayani terdiri dari penilik sekolah, kepala

sekolah, Pembina lainnya di lapangan dan (2) pihak yang dilayani yakni guru

sebagai pelaksana tugas membelajarkan siswa agar meningkat kualitas hidupnya.

Djam’an Satori (1997:21) memaparkan bahwa, “Fokus utama supervisi

pendidikan adalah kualitas proses pembelajaran peserta didik.”

Peningkatan sekolah dengan membantu para guru merefleksikan dalam

bentuk praktek, untuk mau belajar lebih banyak tentang apa yang mereka lakukan

dan mengapa, untuk mendorong peningkatan diri, untuk saling berbagi akan hal-

hal yang telah diketahui kepada teman lain, dan mendorong untuk meningkatkan

kemampuan. Kesemuanya ini menjadi kunci dalam melakukan supervisi.

Sergiovanni dan Starratt (1993:268) menegaskan, “Supervision is a process

designed to help teachers and supervision learn more about their practice, to be

better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools,

and to make the school a more effective learning community.” Dengan demikian

guru diharapkan lebih professional dalam menjalankan karirnya sebagai pendidik.

Tujuan dan aktivitas supervisi melibatkan perubahan. Perubahan

merupakan sesuatu yang tidak mudah tetapi harus diupayakan. Sebagai pengawas

akan dihadapkan pada berbagai hal yang menyulitkannya, namun bagaimana

dengan kerja kerasnya pengawas mencoba untuk meningkatkan kualitas

pengajaran secara individu atau kolektif di sekolah agar menjadi budaya dan iklim

yang nyaman bagi guru dan siswa. Suasana dan budaya sangat dipengaruhi oleh

kebijakan administratif; dan bahkan lebih tertutup terutama dalam hal hubungan

antar individu dengan proses belajar mengajarnya. Hal inilah yang menjadi

wilayah garapan supervisi. Untuk alasan ini, maka supervisi memiliki peranan

utama dalam membangun iklim dan budaya sekolah. Dalam pendidikan jasmani

supervise harus diarahkan pada peningkatan mutu pendidikan jasmani yang

ditekankan pada pembangkitan dorongan untuk berubah dari dalam.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

27

Kenyataannya, khusus untuk bidang pendidikan jasmani, masih ada para

penilik (supervisor) pendidikan jasmani entah itu Kepala Sekolah atau Penilik

Olahraga dan Pengawas Pendidikan Jasmani yang memahami supervisi sebagai

bentuk penilaian atau inpeksi terhadap guru pendidikan jasmani. Kenyataan

tersebut juga menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi tidak lebih dari hanya

sekedar petugas yang sedang menjalankan fungsi administrasi seperti penilaian,

inpeksi, atau mencari-cari kesalahan para guru pendidikan jasmani Bahkan yang

lebih parah, supervisor tidak paham tentang bagaimana melaksanakan

pembelajaran pendidikan jasmani sebenarnya.

Pembinaan guru sebenarnya lebih menekankan pada pertumbuhan

professional dengan inti keahlian secara teknis serta dukungan kepribadian dan

sikap professional. Maka pembinaan guru sangat penting terutama membekali

mereka saat berada di lapangan. Fakry Gaffar (1987: 158-159) memaparkan,

“Pembinaan guru merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan

tugas di lapangan.” Oleh karena itu, untuk memberdayakan guru secara optimal

diperlukan pembinaan yang tepat baik dalam aspek karir, mental, maupun fisik.

Pembinaan guru salah satu bentuknya adalah pengembangan sumber daya

manusia. Dalam hal ini Castetter (1996:232) memaparkan mengenai

pengembangan staf sebagai berikut:

Staff development is preeminent among those processes designed by the sistem to attract, retain, and improve the quality and quantity of staff members needed to solve its problems and to achieve its goals. The process os staff development is vitally linked to human resources planning because, as it will be recalled, a sound human resources plan calls for:

• Improving the performance in their present positions of all incumbent position holders.

• Developing key skills of selected personnel so as to fill anticipated vacancies.

• Promoting the self development of all personnel in order to enhance their influence as individuala and to facilitate satisfaction.

• Provide a basis for identifying and developing successors in each employee group from executives to support personnel across the school system.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

28

Pengembangan staf sebagai proses peningkatan melalui kegiatan yang

menekankan pada pendekatan realisasi diri, pertumbuhan diri, dan pengembangan

diri. Jadi, pembinaan melalui pengembangan tersebut meliputi peningkatan dan

pertumbuhan kemampuan, sikap, skill, dan pengetahuan. Sebagai mana Winarno

Surachmad (1983:179) paparkan bahwa, “Pembinaan guru meliputi ilmu

pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan kesejahteraan guru, serta pelayanan

kepegawaian dan jenjang karir.” Aspek-aspek inilah yang harus menjadi perhatian

utama dalam upaya pengembangan sumber daya manusia guru di sekolah. Hal

tersebut tersurat dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 pasal 1 dan 27 bahwa upaya

pembinaan mutu guru yang dilaksanakan bertujuan agar guru bekualitas tinggi,

mempunyai wewenang mengajar serta mampu melaksanakan tugas membimbing,

mengajar, dan atau melatih. Maka dari itu, pembinaan guru harus menjadi

program yang dirancang sekolah maupun organisasi penyelenggara pendidikan

yang diadakan oleh pihak guru dengan langkah-langkah meliputi perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

Pembinaan guru merupakan pengembangan karir. Karir adalah kerja hidup

(life’s work) atau keberhasilan individu dalam pekerjaan yang dipilih untuk

mengantarkannya menuju kehidupan yang lebih baik. Pembinaan karir bagi guru

adalah perlu dan menjadi proses dalam peningkatan kemampuan berupa perilaku

dan sikap positif baik untuk dirinya maupun masyarakat. Pembinaan karir akan

berlangsung lebih cepat apabila orang tersebut memahami dan melihat dengan

jelas tentang hari depannya. Maka pembinaan karir dapat dimotivasi melalui

berbagai cara lainnya seperti (a) kenaikan pangkat dan golongan, (b) kenaikan gaji

atau kompensasi, (c) pemberian penghargaan dan pujian, (d) pemberian tugas

yang sesuai dengan kemampuannya, (e) peningkatan dalam situasi kerja dan

jaminan hidup layak, (f) evaluasi obyektif dari atasan, dan (g) pembinaan

berkelanjutan. Dalam proses pembinaan karir di bidang kependidikan

dikemukakan Castetter (1996:235) sebagai berikut:

(1) Personal characteristics criteria: health, appearance, loyality, work motivation, cooperation, and interpersonal relations.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

29

(2) Process criteria: in-class behavior, teacher presentation, questions, feedback, teaching style, effective style, and individualization.

(3) Out of clss behavior: non instructional responsibilities. (4) Pruduct criteria: student accomplishments, as a measured by tests,

projects, and observation of sudent behavior. (5) Multiple criteria: a combination of traits, product, or process.

Kriteria tersebut mengacu pada dua dimensi, yaitu: dimensi proses dan

dimensi produk. Adapun yang menjadi kriteria utamanya adalah kualitas

pembinaan kemampuan professional yang meliputi dua hal sebagai berikut:

• Proses, pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran, kebutuhan

guru, dan sesuai dengan program kerja.

• Produk, keberhasilan pembinaan dilihat dari perubahan dan peningkatan

pengetahuan, sikap, skill dalam kaitan pengajaran.

Jadi, pembinaan karir sebagai upaya membantu dan melayani guru melalui

penciptaan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan,

skill, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan guru agar

mau dan mampu berkreasi dalam upaya meningkatkan diri dan efektivitas

pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain,

pembinaan guru bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan guru

mengembangkan diri sebagai pekerja professional. Sergiovanni dan Starratt

(1993:266) jelaskan, “The concept of staff development, in contrast, seems more

in tune with the view of teaching as a profession.” Untuk itu, pembinaan karir

sebagai guru professional pada semua jenjang pendidikan perlu diciptakan

sedemikian rupa sehingga cukup memberikan kepuasaan kepada para guru untuk

tetap berada dalam jabatanya sebagai guru, karena daya tarik jabatan guru sama

dengan menjadi pejabat structural lainnya atau yang berkarir di lingkungan

birokrasi. Namun kenyataan di lapangan menurut Oteng Sutisna (1990:23) belum

ada pola pembinaan karir guru yang sistimatis.

Menurut Dedi Supriadi dan Fasli Jalal (2001:223) menjelaskan bahwa

pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian

kepada melatih kepekaan guru terhadap latar belakang peserta didik yang semakin

Page 31: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

30

beragam terutama pada pendidikan dasar sebagai konsekuensi dari semakin

terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah. Pendidikan dan pelatihan

merupakan upaya pembinaan guru yang sering dilakukan guna meningkatkan

kinerja dan produktivitas guru. Sebagai mana yang dikemukakan Becker

(1993:17) bahwa, “Education and training are the most important investments in

human capital.” Dalam pelaksanaannya pembinaan guru dapat dilakukan secara

individual atau kelompok.

Dalam pembinaan guru telah ditegaskan bahwa pendidikan dan pelatihan

guru menjadi bagian terpenting dalam pengembangan diri dan institusi

kependidikan. Salah satu sisi yang harus diperhatikan guru dalam rangka

peningkatan kualitas pengajaran adalah menciptakan suasana lingkungan

mengajar yang menyenangkan, mengajar yang berwawasan lingkungan sangat

penting dalam usaha peningkatan efektivitas pembelajaran.

Sebagai guru profesional harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilannya secara terus menerus. Apalagi dalam jabatan fungsional

harus mampu untuk menjawab tantangan perkembangan masyarakat, karena

jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutahirkan. Dalam bersikap guru

harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya. Usaha

perbaikan dan peningkatan kualitas mengajar guru dilaksanakan melalui berbagai

kegiatan pembinaan diantaranya melalui On–Serve Education. Karena guru

pendidikan jasmani di SD sebagai guru bidang studi maka pola pendidikan dan

pelatihan semacam ini sangat tepat. Kegiatannya dalam bentuk layanan yang

diberikan kepada para guru untuk bidang studi pendidikan jasmani di tempat

mereka mengajar baik secara individual maupun secara kelompok. Kegiatannya

dilakukan di pusat-pusat kegiatan belajar mengajar di sekolah, maupun

peningkatan kualitas melalui lembaga pendidikan yang formal.

Kesimpulannya, pembinaan guru pendidikan jasmani di SD perlu

ditingkatkan secara kontinu dan terpadu, baik pembinaan dalam bentuk supervisi,

pengembangan karir, atau pendidikan dan pelatihan. Upaya tersebut diharapkan

dapat meningkatkan profesionalisasi guru pendidikan jasmani di SD yang pada

Page 32: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

31

akhirnya mampu membangun generasi bangsa yang lebih berkualitas baik sebagai

pribadi maupun sebagai makhluk sosial.

D. Kepemimpinan

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk menerangkan factor-

faktor yang menyebabkan munculnya kepemimpinan dan sifat kepemimpinan.

Mengingat banyaknya pendapat tentang teori-teori kepemimpinan, sementara

penulis menyimpulkan beberapa teori, seperti yang dikemukakan oleh Pamudji

(1986:145-152) yang dapat diringkas sebagai berikut: (a) Teori sifat mengajarkan

bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat dan ciri tertentu yang

dapat menjamin keberhasilan pada setiap situasi; (b) Teori lingkungan adalah

munculnya pemimpin sebagai hasil dari waktu, tempat dan keadaan; (c) Teori

pribadi dan situasi artinya kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat

kekuatan yang tunggal; (d) Teori interaksi dan harapan yang mendasarkan diri

pada variable-variabel aksi, reaksi, interaksi dan perasaan; (e) Teori humanistic

yang mendasarkan diri pada dalil bahwa manusia karena sifatnya adalah organis

yang dimotivasi,s edangkan organisasi karena sifatnya adalah tersusun dan

terkendali.; dan (f) Teori tukar menukar adalah berdasarkan asumsi bahwa

interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar menukar anggota kelompok

dalam memberikan kontribusi dengan pengorbanan mereka sendiri dan menerima

imbalan dengan pengorbanan kelompok yang lain.

Mengacu pada teori kepemimpinan tersebut, maka lahirlah sifat dan tipe

kepemimpinan. Menurut Siagian (1997:39) sifat kepemimpinan harus memiliki

kondisi fisik yang baik, berpengetahuan luas, empati, bijaksana, luwes, dinamis,

berwawasan ke depan, dan sebagainya. Sedangkan tipe kepemimpinan menurut

Wahjosumidjo (1992:102) terdiri dari direktif (pemimpin yang melakukan

komunikasi satu arah), konsultatif (pemimpin yang mau mendengar perasaan

bawahan), partisipatif (pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam

pengambilan keputusan), dan delegatif (pemimpin mendiskusikan masalah yang

dihadapi dengan bawahan).

Page 33: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

32

E. Motivasi Berprestasi

Sejarah pengembangan tentang motivasi dapat ditelusuri lewat tulisan para

filosof Yunani kuno. Lebih dari 23 abad lalu, mereka menyumbangkan suatu

pemikiran hedonisme sebagai suatu upaya untuk menjelaskan mengenai motivasi.

Konsep hedonisme ini menyatakan bahwa seseorang itu mempunyai

kecenderungan mencari keenakan dan kesenangan namun menghindari kesusahan

dan ketidakpuasan.

Beberapa abad kemudian hedonisme masih merupakan asumsi dasar untuk

mengatasi masalah-masalah social dan ekonomi. Filosof-filosof terkenal dalam

hal ini seperti Adam Smith, Jeremy Bentham, dan John Stuart Mill telah mencoba

memaparkan makna motivasi dalam hubungannya dengan upaya orang untuk

memaksimalkan kesenangan dan menekan kesulitan.

Para pemikir psikologi pada mulanya terpengaruhi dengan ide hedonisme

ini, namun pada tahun 1800-an mereka telah menduga bahwa manusia ini sadar

secara rasional untuk mencapai kepuasan yang hedonistic dan menghindari

kesulitan. William James mngenalkan dua tambahan yang terkait dengan

motivasi, yaitu: insting dan motivasi bawah sadar. Clark Hull dengan

mempergunakan perspektif yang ilmiah dari permulaan ahli-ahli perilaku

merumuskan teori dorongan (drive) terhadap motivasi.

Bertitik tolak dari penelaahan tentang pengertian motivasi dari beberapa

pakar Good dan Brophy (1990) merumuskan sebuah definisi integrative bahwa

motivasi adalah proses aktualisasi generator penggerak internal di dalam diri

individu untuk menimbulkan aktivitas, menjamin kelangsungannya dan

menentukan arah atau haluan aktivitas terhadap pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Cofer dan Appley (1964:10) memaparkan bahwa, “From observation

such as these, it was easy to generalize that all behavior is motivated and that

behavior server as a device of adjustment in the presence of needs.” Sejalan

dengan uraian tersebut Gunarsa (1978:92) menjelaskan bahwa, “Motivasi

merupakan dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam

kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertindak dengan perkataan lain

bertingkah laku.”

Page 34: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

33

Motivasi adalah energi psikologis yang bersifat abstrak. Wujudnya hanya

dapat diamati dalam bentuk manifestasi tingkah laku yang ditampilkannya.

Motivasi sebagai proses psikologis adalah refleksi kekuatan interaksi antara

kognisi, pengalaman dan kebutuhan. Alderman (1974) memaparkan tidak ada

prestasi tanpa motivasi. Jadi, prestasi atau peningkatan kinerja individu

merupakan amalgamasi keterampilan dengan motivasi. Harlow (1965:250)

menjelaskan bahwa, “Motivation is the fundamental driving thrust that generates

behavior.” Jadi motivasi merupakan upaya mengefektifkan dorongan yang

menjadi dasar bertingkah laku guna mencapai tujuan.

Sejumlah ahli banyak yang merumuskan mengenai klasifikasi motivasi,

pembagian yang paling popular membagi motivasi menjadi dua bentuk, yaitu:

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik terjadi bila motivasi tersebut bersumber dari dalam diri

pegawai itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik terjadi bila dorongan bertindak

dating dari luar diri pegawai. Manakah diantara kedua motivasi ini yang lebih

efektif? Gunarsa (1989) memaparkan bahwa sebenarnya motivasi instrinsik lebih

efektif dari pada motivasi ekstrinsik. Namun demikian dalam struktur realitasnya

kedua motivasi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan bersama-sama

menuntun tingkah laku pegawai. Kedua motivasi ini memiliki hubungan salah

menambah, menguatkan dan melengkapi satu sama lain.

Dengan demikian perilaku pegawai dalam lingkungan lembaga pendidikan

dipengaruhi oleh motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Ciri-ciri pegawai yang

mengintenaliasasi motivasi instrinsik antara lain: (1) Berorientasi pada kepuasan

dalam dirinya; (2) Biasanya tekun, rajin, bekerja keras, teratur, dan disiplin dalam

bekerja; (3) Tidak suka bergantung pada orang lain: (4) Memiliki karakteristik

kepribadian yang positif, matang, jujur; dan (5) Aktivitas lebih permanent.

Adapun ciri-ciri pegawai yang memiliki motivasi ekstrinsik adalah sebagai

berikut: (1) Kurang jujur dan suka berbuat curang; (2) Sering tidak menghargai

orang lain; (3) Cenderung melakukan pelanggaran dan kurang taat asas; dan (4)

Cenderung berbuat hal-hal yang merugikan.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

34

Konsep motivasi prestasi merupakan salah satu dari teori kebutuhan yang

diusulkan oleh Mc. Clelland. Teori motivasi Mc. Clelland memfokuskan pada tiga

motivasi, yaitu: a) motivasi prestasi, b) motivasi afiliasi, dan c) motivasi

kekuasaan. sebagaimana yang Mc. Clelland (dalam Davis dan Newstorm,

1996:88) memberikan batasan motivasi prestasi (achievement motivation) sebagai

berikut: Dorongan dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan

dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memiliki dorongan ini berkembang

dan tumbuh, serta ingin menelusuri tangga keberhasilan. Penyelesaian sesuatu

merupakan hal yang penting demi penyelesaian itu sendiri, tidak untuk imbalan

yang mengatasinya.

Kebutuhan untuk berprestasi sebagaimana telah dikemukakan tersebut

adalah suatu motif yang berbeda dan dapat dibeda-bedakan dari kebutuhan-

kebutuhan lainnya. Thoha (1998:246) memaparkan bahwa,”Seseorang dianggap

mempunyai motivasi untuk berprestasi jika itu mempunyai keinginan untuk

melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestai karya orang lain.”

Motivasi prestasi tersebut terkait erat dengan teori motivasi dari Herzberg.

Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah

peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan

peluang untuk mengembangkan kemampuan.

Pendapat Herzberg yang dikutip Hasibuan (1996:108) menyatakan tiga hal

penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi, yaitu: a) hal-hal yang

mendorong seseorang untuk berprestasi, b) hal-hal yang mengecewakan, dan c)

seseorang kecewa jika peluang untuk berprestasi terbatas.

F. Produktivitas

Produktivitas kerja adalah perbandingan terbaik antara hasil yang

diperoleh dengan jumlah sumber kerja yang dipergunakan. Sebaliknya

produktivitas dikatakan rendah, jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari sumber

kerja yang dipergunakan. Dengan demikian produktivitas kerja dapat

digambarkan melalui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan. Sinungan

(1997:1) menyatakan bahwa produktivitas adalah mencakup sikap mental patriotic

Page 36: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

35

yang memandang hari depan secara optimis dengan kehidupan hari ini adalah

lebih baik dari hari kemudian dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Selain itu, produktivitas memiliki dimensi-dimensi yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya. Sehingga dalam proses pengukuran produktivitas

kerja sebaiknya semua dimensi yang ada itu diukur dan diperlakukan sama. Tentu

saja dimensi produktivitas kerja dari suatu pekerjaan akan berbeda dengan

dimensi pekerjaan lainnya. Terry (1998:43) menyatakan bahwa produktivitas

kerja memiliki 5 dimensi, yaitu: (1) kualitas kerja, (2) tepat waktu, (3) inisiatif, (4)

kemampuan, dan (5) komunikasi.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

36

BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Dalam suatu kegiatan penelitian tidak terlepas dari sumber data sebagai

komponen pendukung tercapainya tujuan penelitian. Sumber data dalam

penelitian bisa didapat melalui populasi dan sampel penelitan. Arikunto

(1993:102) paparkan bahwa populasi adalah 'keseluruhan subjek' sedangkan

Sudjana dan Ibrahim (1989:84) menjelaskan tentang populasi sebagai berikut:

"Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya

informasi elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga,

kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain".

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru pendidikan jasmani se

Kabupaten Sumedang yang tercatat sebagai PNS di Kantor Dinas Pendidikan

Nasional Sumedang. Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 126 orang.

Populasi yang akan dijadikan sebagai responden harus yang memiliki

karakteristik yang sama satu sama lainnya, seperti PNS guru pendidikan jasmani,

lulusan LPTK khusus penjas SD.

Mengenai jumlah sampel yang akan digunakan maka penulis mengutip

pernyataan Arikunto (1998:17) tentang "pengertian sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti". Sedangkan mengenai jumlah sampel sebagai

perwakilan dari populasi penulis mengutip kembali pernyataan yang dikemukakan

oleh Arikunto (1998:120) bahwa, Untuk sekedar ancer-ancer maka, apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

Page 38: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

37

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat

diambil kira-kira 10-20% atau 20-50%, atau lebih besar tergantung sebagai

berikut: (1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, (2) Sempit

dan luasnya penelitian (wilayah penelitian), dan (3) Besar-kecilnya resiko yang

ditanggung oleh peneliti.

Mengenai jumlah sampel untuk mewakili populasi itu sendiri sebenarnya

tidak ada yang menjadi ketentuan atau patokan yang pasti, hal ini dikemukakan

oleh Nasution (1987:130) sebagai berikut, "Tidak ada ketentuan atau aturan yang

tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitan dari

populasi yang tersedia". Berdasarkan pendapat tesebut, penulis menyimpulkan

bahwa dalam suatu penelitian tidak ada batasan yang pasti tentang jumlah

populasi yang bisa digunakan sebagai sampel tetapi ancer-ancernya adalah

mengambil 10-20% atau 20-50% dari populasi yang ada jika kurang dari 100

maka seluruh populasi dijadikan sampel dan disebut penelitian populasi. Jumlah

populasi yang ada berjumlah 126 orang diambil sebanyak 25% atau 30 guru yang

tersebar di empat wilayah Kabupaten Sumedang yang dijadikan sebagai sample,

dengan menggunakan teknik random sampling proporsional.

B. Desain Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis mencoba mendisain

penelitian sebagai berikut: (1) Kepemimpinan (X1): Sifat Kepemimpinan: empati,

bijaksana, lincah, luwes, dsb. Tipe Kepemimpinan: directive, consultative,

partisipative, dan delegative. (2) Motivasi Berprestasi (X2), Dorongan untuk

Page 39: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

38

mengatasi tantangan dan hambatan, Dorongan untuk maju: kesungguhan,

menerima koreksi, dsb. Dorongan untuk berkembang: mengembangkan potensi,

penyesuain diri, dsb. (3) Produktivitas Kerja Guru (Y3), Quality of work (kualitas

kerja), Promtness (tepat waktu), Inisiative (inisatif), Capability (kemampuan), dan

Communication (komunikasi). Dengan menggunakan desain sebagai berikut:

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam

mengenai “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Pengambilan Keputusan

Kepala Sekolah SDN terhadap Produktivitas Kerja Guru dalam Pembinaan Guru

Pendidikan Jasmani se Kabupaten Sumedang.” Sesuai dengan maksud yang

terkandung dalam pelaksanaan penelitian, maka pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas guru

pendidikan jasmani di SD melalui pembinaan yang diberikan kepala sekolah. Hal

ini dikarenakan bahwa proses pembinaan guru pendidikan jasmani di SD selama

X1

Y

X2

Page 40: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

39

ini belum menampakkan hasil yang optimal. Untuk itu, dengan penelitian ini

kepala sekolah akan lebih meningkatkan kemampuannya untuk memberikan

pembinaan kepada guru pendidikan jasmani.

Penggunaan pendekatan kuantitatif dalam konteks penelitian deskriptif,

bermakna bahwa upaya peneliti mengeksplorasi dan atau mengintervensi situasi

sosial. Pelaksanaan penelitian kuantitatif sifatnya purposif, dalam arti pemilihan

subyek akan sangat dipengaruhi oleh tujuan yang hendak dicapai. Oleh karenanya

dalam penentuan subyek akan diteliti seringkali merupakan pemilihan subyek

awal yang sangat bergantung kepada pemilihan informan dan keragaman

fenomena yang dipelajari.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan upaya peneliti mencari informasi yang

diperlukan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian. Pengumpulan data

dalam pelaksanaan penelitian deskriptif menurut Bambang Soewarno (1987:43)

dapat dilakukan melalui teknik yaitu: (a) sumber dokumen; (b) observasi; (c)

angket; dan (d) wawancara (terstruktur atau tidak terstruktur). Jadi, teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner)

agar dapat menghasilkan banyak informasi yang berharga.

Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan

sebagai berikut: (1) Angket skala sikap dari Likert untuk mengetahui besaran

mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani dan (2) Angket skala sikap dari

Likert untuk mengukur produktivitas guru pendidikan jasmani.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

40

Sebagaimana layaknya penelitian, diperlukan data-data sebagai

penunjang terhadap masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan angket sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh informasi

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu bagaimana hubungan kompetensi

guru pendidikan jasmani pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas

kinerja guru di SD.

Penulis menggunakan angket sebagai alat untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini karena memiliki beberapa keuntungan. Mengenai keuntungan

ini Arikunto (1998:141) menjelaskan sebagai berikut: (1) tidak memerlukan

hadirnya peneliti, (2) dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden,

(3) dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan

menurut waktu senggang responden, (4) dapat dibuat anonim sehingga responden

bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab, dan (5) dapat dibuat berstandar

sehingga bagi semua responden dapat diberi pernyataan yang benar-benar sama.

Berdasarkan pendapat di atas menjadikan penulis memilih angket sebagai

alat pengumpul data disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan berkaitan

dengan penulis ataupun dengan studi penelitian yang dilakukan. Mengenai jenis-

jenis angket yang dapat dipakai sebagai alat pengumpul data Nasution (1982:149)

menyatakan bahwa, "Angket dapat dibagi menurut sifat jawaban yang diinginkan

(1) tertutup, (2) terbuka, atau (3) kombinasi kedua macam itu".

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket yang berstruktur

dengan pernyataan yang bersifat tertutup. Angket tertutup terdiri atas pernyataan

dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan yang telah tersusun, teratur, dan

Page 42: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

41

tegas. Responden hanya memilih salah satu jawaban yang dianggap sesuai dengan

pendapat dirinya. Sebelum angket ini dibuat terlebih dahulu penulis menyusun

kisi-kisi pada tabel 1.3 dan angket (terlampir).

Tabel 1.3

Kisi-Kisi Instrumen

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

1. Sifat Kepemimpinan

a. memiliki empati yang tinggi

b. penuh pertimbangan, bijaksana, dan arif

c. lincah dan penggembira baik dalam suka maupun duka

d. memiliki emosi yang stabil

e. mempunyai keinginan dan ambisi untuk memimpin

f. memiliki kompetensi g. memiliki intelegensi

yang cukup h. konsisten dan sikapnya

dapat diramalkan i. memiliki kepercayaan

pada diri sendiri yang cukup tinggi

2. Tipe Kepemimpinan a. direktif b. konsultatif c. partisipatif d. delegatif

Motivasi Prestasi Kepala Sekolah (X2)

1. Dorongan untuk mengatasi tantangan dan hambatan

a. tingkat kemampuan mengendalikan diri

b. keuletan menyelesaikan kegiatan

c. percaya pada diri sendiri d. kesanggupan mengatasi

godaan dan rintangan

Page 43: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

42

2. Dorongan untuk maju a. kesungguhan melakukan kegiatan

b. menerima koreksi dari orang lain

c. adanya inisiatif untuk meningkatkan dan menyempurnakan kegiatan

d. kemauan belajar dari lingkungan

3. Dorongan untuk berkembang

a. mengembangkan potensi individu

b. penyesuaian diri terhadap lingkungan

Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SD (Y)

1. Kualitas kerja

a. menyelesaikan pekerjaan secara tepat

b. menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana

2. Tepat waktu a. bekerja secara tepat b. menghargai waktu

kerjanya 3. Inisiatif

a. adanya inisiatif untuk meningkatkan hasil pekerjaan

4. Kemampuan a. kemampuan

menghadapi hambatan dan rintangan

b. kepercayaan terhadap kemampuan

5. Komunikasi a. adanya kemampuan hubungan dengan teman sejawat

E. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan valid jika mampu mengukur apa

yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan variabel yang hendak diteliti

secara tepat. Validitas yang digunakan yaitu validitas konstruksi, hal tersebut

Page 44: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

43

didasarkan pada alasan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran

mengenai sikap dan sifat seseorang dalam persepsi. Mengenai pengujian validitas

konstruksi (construct validity), seperti yang dikemukakan Sugiyono (1992:100-

101) bahwa, “Untuk menguji validitas konstruksi, maka dapat digunakan

pendapat dari para ahli (judgement experts).” Dalam hal ini setelah instrumen

dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta

pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.

Setelah pengujian selesai dari ahli, maka diteruskan uji coba instrumen.

Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut dicobakan pada sampel dari

mana populasi diambil. Jumlah yang digunakan sebagai anggota sampel untuk uji

coba instrument sebanyak 30 orang. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka

pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan

mengkorelasikan antar skor item instrumen. Untuk keperluan ini maka diperlukan

bantuan komputer. Adapun analisis validitas instrumen dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan analisis validitas item tes dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

(a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur.

(b) Melakukan uji skala pengukuran pada sejumlah responden. Singarimbun dan

Effensi (1995:137) menjelaskan bahwa, "Agar jumlah responden untuk uji

coba minimal 30 orang. Dengan jumlah sampel sebesar itu maka distribusi

skor/nilai yang dihasilkan akan lebih mendekati normal."

(c) Mempersiapkan tabulasi jawaban.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

44

(d) Menghitung koefisien korelasi dengan cara mengkorelasikan antara masing-

masing pertanyaan dengan skor total.

Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan dengan

rumus korelasi Product Moment dari Pearson yang formulasinya yaitu :

Membandingkan nilai r hitung dengan tabel harga kritik r product moment pada

tingkat kepercayaan 95% dan dk (n-2) = (30-2) = 28 Diketahui nilai r tabel adalah

0.374. Untuk menentukan apakah butir atau item soal tersebut signifikan, maka

kriteria pengujian yaitu: jika r hitung ≥ r tabel pada α = 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk) = n - 2 atau memulai uji t dengan formulasi sebagai berikut:

r √ n - 2 t = ---------------- √ 1 - r2

Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut: (1) jika t-hitung > t-tabel, maka

instrumen yang digunakan valid dan (2) jika t-hitung < t-tabel, maka instrumen

yang digunakan tidak valid.

Hasil pengujian validitas instrumen penelitian dari masing-masing variabel

dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) yang terdiri dari 20 butir

pertanyaan menunjukkan semua item pertanyaan berada pada tingkat yang

valid.

( )( )

( )( ) ( )( )2222xy

YYNXXN

YXXYNr

∑∑∑∑

∑∑∑−−

−=

Page 46: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

45

2. Variabel Motivasi Prestasi Kepala Sekolah (X2) yang terdiri dari 20 butir

pertanyaan menunjukkan semua item pertanyaan berada pada tingkat yang

valid.

3. Variabel Peningkatan Produktivitas Kerja Guru (Y) yang terdiri dari 26 butir

pertanyaan menunjukkan semua item pertanyaan berada pada tingkat yang

valid.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini sahih dan

dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana sesuatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat pengukuran

dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang

diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukuran tersebut reliabel. Dengan kata

lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran di dalam

mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effensi, 1995:140).

Untuk menguji reliabilitas instrumen ini penulis lakukan dengan

menggunakan teknik Alfa Cronbach. Berdasarkan uji reliabilitas dengan teknik

tersebut, maka instrumen untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah )X1) dan

motivasi prestasi kepala sekolah (X2) serta peningkatan produktivitas kerja guru

(Y) menunjukkan hasil yang reliabel. Artinya instrumen penelitian tersebut sudah

dapat digunakan untuk mengumpulkan data selanjutnya.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

46

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan

sebagai berikut: (1) Angket skala sikap dari Likert untuk mengetahui besaran

mengenai strategi manajemen perilaku yang guru terapkan dalam pembelajaran

pendidikan jasmani dan (2) Data yang terkumpul akan diolah dengan

menggunakan Analisis Variansi (ANAVA).

Untuk menjadikan data yang diperoleh mengandung arti dan dapat

menjawab permasalahan yang diteliti, maka salah satu usahanya adalah mengolah

dan menganalisa data tersebut. Setelah data dari angket terkumpul, maka

ditentukanlah rancangan analisis berdasarkan perbedaan rata-rata yang diperoleh

dari skor sampel. Skor yang diperoleh ditentukan dengan cara menghitung

korelasi antara data angket dengan data produktivitas dari masing-masing subyek.

Seberapa nyata makna hubungan perolehan dianalisis dengan menggunakan

rumus-rumus statistik. Adapun langkah-langkahnya, yaitu:

1) Seleksi data, yaitu memisahkan dan memilih data yang telah terkumpul sesuai

dengan petunjuk pengisian angket dan tes secara benar.

2) Penyekoran data, yaitu memberi nilai pada setiap lembar jawaban responden

dengan skala penilaian tipe pengukuran Likert. Skor mentah kesikapan ini

menurut Black dan Champion (1992:169) mempunyai nilai terbesar ketika

digunakan dalam hubungannya dengan beberapa skor responden yang berbeda

pada alat ukur yang sama.

3) Pengolahan data dengan menggunakan analisis ANAVA. Karena terdapat tiga

predictor dalam penelitian ini, maka dilakukan untuk mengetahui perbedaan

Page 48: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

47

hubungan antara kepemimpian dan motivasi berprestasi terhadap produktivitas

kerja guru. Rumus yang digunakan untuk mencari perbedaan ANAVA dan uji

signifikansi ganda untuk taraf kesalahan α = 0,05

Page 49: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan gambaran umum di atas, hasil penelitian ini dapat diperoleh

informasi berkenaan dengan faktor-faktor strategik dalam pembinaan guru

pendidikan jasmani dalam peningkatan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu,

maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi berbagai

pihak yang berkepentingan dengan pembinaan dan pengembangan SDM guru

pendidikan jasmani di SD.

Oleh karena itu, penelitian ini bermanfaat untuk mengkaji subtansi

pengembangan SDM, khususnya manajemen SDM guru dan memperkaya bidang

akademik tentang faktor-faktor strategic dalam pembinaan guru pendidikan

jasmani di SD. Dari aspek pengembangan teori, hasil penelitian ini merupakan

bahan bagi pengembangan ilmu manajemen SDM pendidikan khususnya guru

pendidikan jasmani.

Manfaat ini akan lebih dirasakan oleh lembaga-lembaga seperti Kampus

Sumedang Program Studi Pendidikan Jasmani S1, FPOK, PGSD-UPI dan LPTK

dalam rangka mempersiapkan guru-guru pendidikan jasmani yang lebih

profesional di tingkat SD. Juga, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

perbandingan oleh LPMP dalam pengembangan program pembinaan SDM guru

pendidikan jasmani di SD. Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan kepada LPMP dalam menyusun program dan implmentasi

progam berupa kegiatan penataran-penataran serta pelatihan-pelatihan yang

berkaitan dengan strategi pembinaan bagi guru-guru pendidikan jasmani yang

Page 50: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

49

lebih professional pada tingkat SD di Jawa Barat khususnya dan di Indonesia

umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Baumgarnert, A.T., dan Jackson, S.A., (1995), Measurement for Evaluation in Physical Education and Exercise Science, edisi ke 5, Houston-USA., Wm.C. Brown Communications, Inc.

Becker, G.S., 1993, Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education, Edisi ke-3, The University of Chicago Press.

Bondi Yosep dan Wiles John, 1988, Supervision: A Guide to Practice, Colombus: Charles E Merril Publishing, Co.

Bucher, A.C., dan Wuest, A.D., 1995, Foundations of Physical Education and Sport, Edisi ke 12, St. Louis, Mosby-Year Book, Inc.

Castetter, W.B., 1996, The Human Resource Function in Educational Administration, Edisi ke-6, New Jersey, Prentice-Hall, Inc.

Creswell, J.W., 1994, Research Design: Qualitative and Quatitative Approaches, SAGE Publications, Inc.

Dedi Supriadi dan Fasli Jalal, 2001, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Kerjasama Depdiknas, Bapenas, dan Adicita Karya Nusa.

Djam’an Satori, 1997, Studi Evaluatif Efektivitas Pengelolaan Gugus SD, Laporan Penelitian, Bandung: FIP IKIP Bandung.

Enco, Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Engkoswara, 1987, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta, Depdikbud, Ditjen Dikti, P2LPTK.

Engkoswara, 1997, Iman, Ilmu, dan Indah, Bandung: Yayasan Amal Keluarga Engkoswara, 1999, Menuju Indonesia Modern, Bandung: Yayasan Amal Keluarga Engkoswara, 2001, Paradigma Manajemen Pendidikan: Menyongsong Otonomi

Daerah, Edisi ke-2, Bandung, Yayasan Amal Keluarga. Fakry Gaffar, 1987, Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK YANG MEMPENGARUHI …file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI... · Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya efektivitas dan raihan

50

Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G., 1985, Effective Evaluation, San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

McMillan J.H., dan Schumacher S., 2001, Research in Education: A Conceptual Introduction, Edisi ke-5, Addison Wesley Longman, Inc.

Merriam, S.B., 1988, Case Study Research in Education: A Qualitative Approach, San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Moleong, L.J., 2001, Metodologi Penelitian Kuialitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution S., (1988), Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito. Negrey, MC, Robert, 1981, Teacher Development, New York: Mc. Millan

Publishing, Co. Oemar Hamalik, 2002, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,

Jakarta: PT. Bumi Aksara. Orlosky, D.e., 1984, Educational Administration Today, London: Charles E.

Merril Publishing, Co. Oteng Sutisna, 1990, Profsionalisasi Pekerjaan Kepala Sekolah, Bandung, FPS-

IKIP. Retno Sriningsih Satmiko, 1992, Pengembangan Guru dalam Perspektif Budaya,

Semarang: IKIP. Rusli Lutan, (1988), Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan

Metode, Jakarta, Dirjen Dikti-Depdikbud. Rusli Lutan, (1998), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes,

Depdikbud-Dikdasmen: Jakarta. Rusli Lutan, (1999), Krisis Global Pendidikan Jasmani (Reinterpretasi Hasil

Kongres World Summit on Physical Education dan Kesan Tentang Keolahragaan Jerman), Makalah, Lokakarya KBK, Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK-UPI.

Rusli Lutan, dan Cholik T., (1997), Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen BP2MG Penjaskes Setara D-II, Jakarta, Universitas Terbuka.

Soeweno, 1992, Pedoman Pembinaan Profesionalisme Guru SD, Jakarta: Dikdasmen, Depdikbd.

Taliziduhundraha, 1999, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

UUSPN, 1993, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989: Peraturan dan Pelakasanaannya, Edisi ke-3, Jakarta, Sinar Grafika.

Winarno Surachmad, 1983, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.