15
Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2015 Rheta Veda Nugraha, Engkus Kusdinar Achmad, dan Triyanti Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Pada masa globalisasi muncul masalah gizi ganda terutama banyak terjadi di negara berkembang. Obesitas pada anak akan berdampak signifikan dan komplikasinya akan berlanjut di masa depan. Obesitas pada anak dapat berlanjut menjadi obesitas dewasa dan menyebabkan timbulnya risiko penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian obesitas balita usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan timbangan berat badan digital injak yang telah dikalibrasi dengan Seca, microtoise, dan kuesioner penelitian disertai formulir food recall 24 jam. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda untuk analisis multivariat. Besar sampel yang dalam penelitian ini adalah 96 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 10,4% balita usia 25-59 bulan mengalami obesitas. Variabel yang memiliki hubungan bermakna yaitu ASI eksklusif, waktu pemberian MPASI pertama, durasi pemberian ASI, asupan energi, dan obesitas orangtua. Variabel yang menjadi faktor dominan pada kejadian obesitas balita usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan adalah obesitas orangtua. Dominant Factor of Childhood Obesity Incidence Aged 25-59 Months in Kukusan Village, Beji, Depok City 2015 Abstract Globalization era has make double burden nutritional problem especially in developing countries. Childhood obesity and its complications have a significant impact and it will continue in the future. Obesity in children can continue into adult obesity and causing the risk of degenerative diseases. The aim was to determine the most dominant factor on the incidence of childhood obesity aged 25-59 months in Kukusan, Beji, Depok. Cross- sectional design was used in this study. Sampling was conducted using systematic random sampling. Collecting data using digital weight scales calibrated with Seca, microtoise, and questionnaire with 24-hour food recall form. The statistical test used is chi-square for bivariate analysis and multiple logistic regressions for multivariate analysis. Total samples were 96 children. Results showed that 10,4% children aged 25-59 months are obese. Variables that significantly related were exclusive breastfeeding, timing of the first complementary foods, breastfeeding duration, energy intake, and parental obesity. Variable which became the dominant factor in childhood obesity incidence aged 25-59 months in Kukusan was parental obesity. Keywords: Children; kukusan; obesity; parental obesity; 25-59 months Pendahuluan Obesitas pada anak akan berdampak signifikan dan komplikasinya akan berlanjut di masa depan. Obesitas sangat terkait dengan berkembangnya penyakit kardiovaskular, Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2015

Rheta Veda Nugraha, Engkus Kusdinar Achmad, dan Triyanti

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pada masa globalisasi muncul masalah gizi ganda terutama banyak terjadi di negara berkembang. Obesitas pada anak akan berdampak signifikan dan komplikasinya akan berlanjut di masa depan. Obesitas pada anak dapat berlanjut menjadi obesitas dewasa dan menyebabkan timbulnya risiko penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian obesitas balita usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan timbangan berat badan digital injak yang telah dikalibrasi dengan Seca, microtoise, dan kuesioner penelitian disertai formulir food recall 24 jam. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda untuk analisis multivariat. Besar sampel yang dalam penelitian ini adalah 96 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 10,4% balita usia 25-59 bulan mengalami obesitas. Variabel yang memiliki hubungan bermakna yaitu ASI eksklusif, waktu pemberian MPASI pertama, durasi pemberian ASI, asupan energi, dan obesitas orangtua. Variabel yang menjadi faktor dominan pada kejadian obesitas balita usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan adalah obesitas orangtua.

Dominant Factor of Childhood Obesity Incidence Aged 25-59 Months in Kukusan Village, Beji, Depok City 2015

Abstract

Globalization era has make double burden nutritional problem especially in developing countries. Childhood obesity and its complications have a significant impact and it will continue in the future. Obesity in children can continue into adult obesity and causing the risk of degenerative diseases. The aim was to determine the most dominant factor on the incidence of childhood obesity aged 25-59 months in Kukusan, Beji, Depok. Cross-sectional design was used in this study. Sampling was conducted using systematic random sampling. Collecting data using digital weight scales calibrated with Seca, microtoise, and questionnaire with 24-hour food recall form. The statistical test used is chi-square for bivariate analysis and multiple logistic regressions for multivariate analysis. Total samples were 96 children. Results showed that 10,4% children aged 25-59 months are obese. Variables that significantly related were exclusive breastfeeding, timing of the first complementary foods, breastfeeding duration, energy intake, and parental obesity. Variable which became the dominant factor in childhood obesity incidence aged 25-59 months in Kukusan was parental obesity.

Keywords: Children; kukusan; obesity; parental obesity; 25-59 months

Pendahuluan

Obesitas pada anak akan berdampak signifikan dan komplikasinya akan berlanjut di

masa depan. Obesitas sangat terkait dengan berkembangnya penyakit kardiovaskular,

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 2: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

termasuk di dalamnya adalah tekanan darah tinggi, resistensi insulin, dan dislipidemia yaitu

tiga elemen kunci dari sindrom metabolik yang mulai meningkat perkembangannya pada

anak. Meskipun sebelumnya dianggap penyakit dewasa, kini menjadi semakin umum pada

populasi anak. Prevalensi hipertensi pada anak meningkat secara paralel dengan

meningkatnya obesitas. Hipertensi lebih sering terjadi pada anak-anak obesitas dibandingkan

anak-anak non-obesitas dan obesitas itu sendiri meningkatkan tekanan darah (Moriarty-

Kelsey & Daniels, 2010; Litwin, 2014; Flynn, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari faktor-

faktor yang diteliti terhadap kejadian obesitas pada balita (25-59 bulan) di Kelurahan

Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah

satu rujukan atau acuan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan untuk pencegahan

obesitas, sebagai bahan himbauan dan edukasi masyarakat, dan peran orangtua dalam

pencegahan obesitas sedini mungkin.

Tinjauan Teoritis

Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang

berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi kebanyakan

masyarakat masih menganggap bahwa anak yang gemuk adalah sehat (Soetjiningsih, 1995).

Obesitas dapat didefinisikan secara sederhana sebagai penyakit di mana terjadi akumulasi

kelebihan lemak tubuh yang dapat memengaruhi kesehatan. Akan tetapi, jumlah kelebihan

lemak, distribusinya di dalam tubuh, dan konsekuensi kesehatannya bervariasi antar individu

(WHO, 2000).

Untuk menilai status obesitas pada anak, WHO (2006) mengeluarkan standar

antropometri penilaian status gizi anak dengan menggunakan indeks Z-score BB|TB.

Klasifikasi obesitas menggunakan Z-score BB|TB secara lengkap disajikan pada Gambar 2.1.

Sangat

Kurus

Normal

Obesitas

Kurus Overweight

-3SD -2SD +2SD +3SD

Gambar 1. Penentuan Status Gizi menurut Kriteria WHO 2006 Sumber: WHO Child Growth Standards, 2006.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 3: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Anak yang sangat kurus didefinisikan sebagai anak yang mempunyai z-score kurang

dari -3SD. Anak yang kurus adalah anak yang mempunyai z-score lebih dari sama dengan -

3SD sampai kurang dari -2SD. Anak dengan angka z-score lebih dari sama dengan -2SD

sampai kurang dari sama dengan +2SD termasuk dalam kategori normal. Anak yang gemuk

mempunyai z-score lebih dari +2SD sampai kurang dari sama dengan +3SD sedangkan anak

dengan status gizi obesitas memiliki z-score lebih dari +3SD.

Obesitas terjadi ketika asupan energi melebihi pengeluaran energi. Interaksi yang

kompleks dari berbagai faktor risiko dalam penyebab obesitas pada masa kanak-kanak masih

belum sepenuhnya dipahami. Faktor-faktor ini berkisar dari penentu biologis seperti genetik,

perubahan epigenetik, dan faktor gizi awal, karakteristik perilaku termasuk pola makan dan

perilaku makan, serta aktivitas fisik (termasuk lingkungan perilaku), faktor psikologis,

lingkungan sosial, dan lingkungan fisik (Moreno, et al., 2011; Sherry & Dietz, 2004).

Obesitas pada awal tahun kehidupan berhubungan dengan cara pemberian makannya

atau waktu pengenalan pemberian makanan padat yaitu kurang dari tiga bulan (Brophy, et al.,

2009). Pemberian ASI dapat mencegah obesitas pada anak. Banyak penelitian yang

menunjukkan hubungan dosis-respon, pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 atau 7 bulan

lebih protektif dibandingkan dengan pemberian kurang dari 3 bulan (Sherry & Dietz, 2004).

Air susu ibu (ASI) diketahui mempunyai efek protektif terhadap penurunan risiko obesitas

pada anak berdasarkan dosis pemberiannya, perlindungan yang lebih baik yaitu dengan durasi

bayi diberikan ASI lebih lama (Hediger, et al., 2001).

Asupan makanan dan energi yang dihabiskan untuk aktivitas merupakan satu-satunya

komponen yang menentukan energi intake dan energi expenditure. Selama 30 tahun terakhir,

perubahan penting terjadi pada pola makan keluarga, termasuk konsumsi yang besar untuk

makanan cepat saji, minuman berkarbonasi, dan lain-lain. Pada saat yang sama, beberapa

anak menjadi kurang aktif secara fisik, waktu untuk menonton televisi atau bermain video

game meningkat. Asupan makanan dan aktivitas fisik anak sangat dipengaruhi oleh orangtua

(Sherry & Dietz, 2004). Peningkatan durasi tidur dapat mengurangi IMT pada anak-anak

(Haines, et al., 2013). Selain itu, kurang tidur menyebabkan gangguan metabolisme dan

endokrin (peningkatan kadar ghrelin dan penurunan leptin) sehingga meningkatkan nafsu

makan, intake makanan, dan berikut peningkatan berat badan (Van Cauter, et al., 2008).

Berat badan lahir secara positif terkait dengan obesitas pada anak, dengan peningkatan

risiko obesitas baik untuk bayi yang paling berat maupun paling ringan (Parsons, 1999).

Predisposisi genetik terhadap obesitas dapat terjadi namun pengaruh lingkungan diduga lebih

menonjol. Obesitas dapat merupakan akibat dari penambahan jumlah atau ukuran sel lemak

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 4: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

yaitu adiposit. Sel ini bertambah terutama pada kehamilan dan pada usia 1 tahun pertama

(Behrman, et al., 1999).

Orangtua dari anak-anak dengan obesitas cenderung tidak mengakui bahwa anak

mereka mempunyai masalah dengan berat badan (Etelson, et al., 2003). Kemungkinan alasan

rendahnya pengakuan orangtua atas masalah berat badan anak yaitu penolakan sederhana,

keengganan untuk mengakui bahwa terdapat masalah pada berat badan anak karena anak yang

gemuk sudah menjadi hal yang umum atau normal di lingkungannya (Jeffrey, et al., 2005).

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan melihat perbedaan

variabel independen berupa ASI eksklusif, waktu pemberian MPASI pertama, durasi

pemberian ASI, berat lahir, asupan energi, durasi menonton televisi, durasi tidur, obesitas

orangtua, dan persepsi ibu terhadap obesitas pada kejadian obesitas balita sebagai variabel

dependen serta mengetahui faktor dominan yang berpengaruh. Pengambilan data

dilaksanakan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok pada bulan Mei tahun 2015.

Subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria

inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pada saat dilakukan penelitian

balita berumur 25-59 bulan dan berdomisili di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota

Depok, baik laki-laki maupun perempuan. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah jika

data primer tercatat balita dari posyandu tidak valid atau tidak lengkap, balita tercatat pindah,

serta balita yang sebelumnya sudah menjadi sampel dalam survei pendahuluan.

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 balita dan

digunakan systematic random sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Instrumen yang

digunakan terdiri dari lembar inform consent, kuesioner penelitian disertai formulir food

recall 24 jam dan formulir pengukuran antropometri, timbangan berat badan injak dengan

ketelitian 0,1 kg yang telah dikalibrasi dengan Seca untuk mengukur berat badan balita dan

kedua orangtuanya, serta microtoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan

balita dan kedua orangtuanya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat, analisis bivariat yaitu uji chi-square, dan analisis multivariat berupa uji regresi

logistik ganda.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 5: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Hasil Penelitian Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari variabel

dependen yaitu obesitas balita dan variabel independen yaitu ASI eksklusif, durasi pemberian

ASI, waktu pemberian MPASI pertama, berat lahir, asupan gizi, durasi menonton televisi,

durasi tidur, obesitas orangtua, serta persepsi ibu terhadap obesitas pada balita usia 25-59

bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Berikut tabel distribusi

frekuensinya.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Beberapa Variabel pada Balita Usia

25-59 Bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2015 (n=96)

Variabel N (%) Status Gizi Anak (BB|TB)

Tidak Obesitas (≤ +3 SD) Obesitas (> +3 SD)

86 (89,6%) 10 (10,4%)

ASI Eksklusif Eksklusif Tidak eksklusif

39 (40,6%) 57 (59,4%)

Waktu Pemberian MPASI Pertama < 16 minggu 16-23 minggu ≥ 24 minggu

55 (57,3%) 2 (2,1%) 39 (40,6%)

Durasi Pemberian ASI < 6 bulan 6-23,9 bulan ≥ 24 bulan

8 (8,3%) 41 (42,7%) 47 (49%)

Berat Lahir < 3000 gram 3000-3499 gram ≥ 3500 gram

31 (32,3%) 35 (36,5%) 30 (31,2%)

Asupan Gizi Tidak lebih (< 100% AKG) Lebih (≥ 100% AKG)

39 (40,6%) 57 (59,4%)

Durasi Menonton TV ≤ 1 jam/hari 1,1 – 3,9 jam/hari ≥ 4 jam/hari

13 (13,5%) 51 (53,1%) 32 (33,3%)

Durasi Tidur ≤ 9 jam/hari >9 jam/hari

7 (7,3%) 89 (92,7%)

Obesitas Orangtua Ayah dan ibu tidak obesitas Ayah atau ibu obesitas Ayah dan ibu obesitas

51 (53,1 %) 32 (33,3%) 13 (13,5%)

Persepsi Ibu terhadap Obesitas Ibu yang mengklasifikasikan BB anak dengan benar Overestimation Underestimation

70 (72,9%) 5 (5,2%) 21 (21,9%)

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 6: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Tabel 2. Distribusi Status Gizi Balita (BB|TB) Usia 25-59 Bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2015

Status Gizi Anak (BB|TB) N (%) Kurus Normal Risk of overweight Overweight Obesitas

6 (6,2%) 70 (72,9%) 9 (9,4%) 1 (1%) 10 (10,4%)

Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa obesitas ditemukan pada 10,4% subjek penelitian

berdasarkan kriteria BB|TB, dinyatakan lebih jelas dalam Tabel 2 bahwa balita yang memiliki

status gizi risk of overweight maupun yang overweight sebanyak 10,4%.

Tabel 3. Perbedaan Kejadian Obesitas Berdasarkan Variabel Independen pada Balita

Usia 25-59 Bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2015 Variabel Independen Obesitas Balita OR 95% CI p-value

Tidak Obesitas Obesitas N % N %

ASI Eksklusif Eksklusif Tidak Eksklusif

38 48

97,4% 84,2%

1 9

2,6%

15,8%

7,1

0,9-58,7

0,045* Waktu Pemberian MPASI Pertama ≥ 24 minggu 16-23 minggu < 16 minggu

38 1

47

97,4% 50%

85,5%

1 1 8

2,6% 50%

14,5%

38 6,5

1,3-1150 0,8-54

0,037* 0,085

Durasi Pemberian ASI ≥ 24 bulan 6-23,9 bulan < 6 bulan

44 5

37

93,6% 90,2% 62,5%

3 4 3

6,4% 9,8%

37,5%

1,6 8,8

0,3-7,5 1,4-55,9

0,562 0,021*

Berat Lahir 3000-3499 gram < 3000 gram ≥ 3500 gram

31 29 26

88,6% 93,5% 86,7%

4 2 4

11,4% 6,5%

13,3%

0,5 1,2

0,1-3,1 0,3-5,2

0,488 0,816

Asupan Energi < 100% AKG ≥ 100% AKG

38 48

97,4% 84,2%

1 9

2,6%

15,8%

7,1

0,9-58,7

0,045* Durasi Menonton TV ≤ 1 jam/hari 1,1-3,9 jam/hari ≥ 4 jam/hari

11 46 29

84,6% 90,2% 90,6%

2 5 3

15,4% 9,8% 9,4%

0,6 0,6

0,1-3,5 0,1-3,9

0,568 0,565

Durasi Tidur >9 jam/hari ≤ 9 jam/hari

81 5

91%

71,4%

8 2

9%

28,6%

4,1

0,7-24,3

0,155 Obesitas Orangtua

Tidak Obesitas Salah satu orangtua obesitas Kedua orangtua obesitas

50 27

9

98%

84,4%

69,2%

1 5 4

2%

15,6%

30,8%

9,3

22,2

1-83,4

2,2-222,4

0,047*

0,008*

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 7: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Persepsi Ibu terdahap Obesitas

Benar dan overestimate Underestimate

69 17

92% 81%

6 4

8% 19%

2,7

0,7-10,7

0,218

Tabel 3 menunjukkan hasil analisis bivariat dari masing-masing variabel independen

terhadap kejadian obesitas balita, dapat diketahui bahwa variabel ASI eksklusif, waktu

pemberian MPASI pertama, durasi pemberian ASI, asupan energi, dan obesitas orangtua

memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p-value < 0,05) dengan obesitas balita.

Tabel 4. Analisis Multivariat Variabel Independen dengan Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2015 (n=96)

Variabel Sig OR

Waktu pemberian MPASI pertama (1) 0,098 31,931 Waktu pemberian MPASI pertama (2) 0,23 4,854 Durasi pemberian ASI (1) 0,183 5,95 Durasi pemberian ASI (2) 0,445 2,497 Asupan energy 0,083 13,414 Durasi tidur 0,194 10,325 Obesitas orangtua (1) 0,05 24,457 Obesitas orangtua (2) 0,011 83,511 Persepsi ibu terhadap obesitas 0,371 2,305

Tabel 4 menerangkan bahwa variabel independen yang berhubungan bermakna

dengan kejadian obesitas balita adalah variabel obesitas orangtua yang keduanya obesitas.

Sedangkan variabel lainnya pada pemodelan dalam Tabel 4 yaitu pemodelan akhir sebagai

variabel konfounding. Selain itu, Tabel 4 juga menunjukkan bahwa variabel obesitas orangtua

merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap obesitas balita.

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan proporsi obesitas pada balita usia 25-59 bulan sebesar

10,4% menggunakan indikator BB|TB. Hasil penelitian ini lebih kecil bila dibandingkan

dengan prevalensi gemuk pada balita secara nasional yaitu sebesar 11,9% (Kemenkes RI,

2013). Tetapi bila ditelaah, angka 11,9% merupakan kejadian gemuk dengan z-score > +2 SD

dan kejadiannya pada balita secara keseluruhan yaitu dari usia 0-5 tahun sedangkan pada

penelitian ini angka 10,4% merupakan kejadian obesitas dengan z-score > +3 SD yang

kejadiannya pada balita usia 25-59 bulan saja. Masih jarang penelitian mengenai obesitas

pada balita khususnya anak pra sekolah, banyak penelitian mencantumkan status gizi balita

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 8: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

namun kategori overweight dan obesitas digabungkan atau dengan menggunakan indikator

yang berbeda yaitu IMT|U.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif berhubungan

bermakna dengan obesitas balita. Penelitian Saputri (2013) menunjukkan bahwa durasi ASI

eksklusif berhubungan signifikan atau bermakna dengan obesitas pada anak usia 4-5 tahun

berdasarkan IMT|U (p=0,01). Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 4,23 kali

untuk mengalami obesitas dibandingkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif. Penelitian

tersebut sejalan dengan penelitian ini yang menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,045).

Bayi yang mengonsumsi ASI akan bisa mengatur asupan kalori sesuai dengan kebutuhannya

dan ibu pun percaya bahwa apabila bayi berhenti minum artinya kebutuhan nutrisinya sudah

tercukupi. Sedangkan ibu yang bayinya menyusu dengan botol umumnya kurang yakin ketika

botol susu sudah kosong apakah bayi sudah mendapat asupan nutrisi yang cukup (IDAI,

2013). Peningkatan berat badan akan terjadi lebih cepat pada bayi yang diberi susu botol atau

formula karena orangtua cenderung memaksa bayi menghabiskan yang diberikan.

Hubungan antara waktu pemberian MPASI pertama dengan obesitas balita usia 25-59

bulan secara statistik bermakna untuk pemberian MPASI pada saat anak berusia 16-23

minggu tetapi tidak bermakna untuk pemberian MPASI pada saat anak berusia < 16 minggu.

Penelitian Hediger, et al. (2001) juga menunjukkan hubungan yang bermakna untuk

pemberian MPASI pertama dengan penurunan 0,1% risiko kegemukan pada setiap bulan

penundaan.

Hubungan antara durasi pemberian ASI dengan obesitas balita usia 25-59 bulan secara

statistik signifikan atau bermakna untuk durasi < 6 bulan tetapi tidak bermakna untuk durasi

6-23,9 bulan. Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian terdahulu seperti Susilowati

(2009) di Indonesia dengan indikator BB|TB dan penelitian Procter & Holcomb (2008) di

Kansas yang menyatakan hasil serupa untuk anak usia 4 tahun. NHS (2014) menyatakan

bahwa semakin lama ibu menyusui bayinya, semakin lama perlindungan berlangsung dan

semakin besar manfaatnya.

Hasil penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat lahir

dengan obesitas pada balita usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota

Depok. Dilihat dari proporsi kejadian obesitas lebih banyak terjadi pada balita dengan berat

lahir lebih tinggi, semakin tinggi berat lahirnya semakin tinggi pula proporsi kejadian

obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Ningsih (2012) yang menemukan hubungan tidak

bermakna antara berat lahir dengan obesitas balita usia 6-59 bulan di Jakarta meskipun dalam

penelitiannya diungkapkan bahwa proporsi obesitas lebih banyak pada balita dengan berat

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 9: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

lahir rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Armstrong & Reilly (2002) dan

Simon, et al. (2008) yang menerangkan bahwa semakin tinggi berat lahir maka risiko untuk

menjadi obesitas saat balita menjadi lebih besar.

Parsons (1999) menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) akan berisiko mengalami obesitas di kemudian hari akibat janin yang kekurangan

makanan pada masa kandungan akan tumbuh menjadi individu yang dapat mengatur tubuh

untuk menyimpan lemak lebih banyak dan menggunakannya dengan lebih hemat dibanding

bayi dengan berat lahir normal. Bayi dengan BBLR ini akan menjadi obesitas apabila

diberikan penanganan yang salah yaitu bayi diberi asupan energi tinggi untuk mengejar

ketertinggalan pertumbuhan. Pada penelitian ini, tidak terdapat balita yang mengalami BBLR

saat kelahirannya dan distribusi berat lahirnya cenderung homogen dengan kesemuanya

berada dalam berat lahir normal yaitu 2500-4000 gram.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi

dengan obesitas pada balita usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota

Depok. Asupan makanan dan energi yang dihabiskan untuk aktivitas merupakan satu-satunya

komponen yang menentukan energi intake dan energi expenditure (Sherry & Dietz, 2004).

Asupan yang melebihi AKG berpotensi menyebabkan obesitas apalagi jika anak jarang

melakukan aktivitas fisik. Menurut Behrman, et al. (1999), simpanan lemak tubuh bertambah

saat masukan energi melebihi pengeluaran, keadaan ini biasa terjadi bila ada keseimbangan

energi positif dalam waktu yang lama.

Analisis uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara

durasi menonton televisi ≤ 1 jam, 1,1-3,9 jam, dan ≥ 4 jam dengan obesitas pada balita usia

25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Pola aktivitas yang minim

berperan besar dalam peningkatan risiko obesitas pada anak. Obesitas akan lebih mudah

diderita oleh anak yang kurang beraktivitas fisik maupun olahraga karena jumlah kalori yang

dibakar lebih sedikit dibandingkan kalori yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi

sehingga berpotensi menimbulkan penimbunan lemak berlebih dalam tubuh (Wahyu, 2009).

Kebiasaan menghabiskan waktu untuk menonton televisi dalam rentang atau durasi

waktu yang lama menjadi salah satu penyebab minimnya aktivitas fisik pada anak. Terlebih

bila anak menonton televisi didampingi dengan makanan camilan, hal ini akan menyebabkan

kecenderungan anak menjadi obesitas lebih besar karena anak tidak bisa mengontrol jumlah

makanan yang masuk (Soetjiningsih, 1995). Menonton televisi dalam waktu yang lama

membuat tubuh tidak banyak bergerak sehingga menurunkan metabolisme (Kurniawati,

2014). Penelitian di Kelurahan Kukusan ini mempunyai sebaran data cenderung homogen

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 10: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

pada rentang 2-4 jam/hari, hanya sedikit yang kurang atau lebih dari angka tersebut sehingga

hasilnya menunjukkan tidak bermakna.

Hasil uji statistik pada penelitian ini memperlihatkan bahwa durasi tidur tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas balita usia 25-59 bulan di Kelurahan

Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok, hal ini sejalan dengan Kaufman-Shriqui, et al. (2012).

Kurang tidur menyebabkan gangguan metabolisme dan endokrin (peningkatan kadar ghrelin

dan penurunan leptin) sehingga meningkatkan nafsu makan, intake makanan, dan berikut

peningkatan berat badan (Van Cauter, et al., 2008). Hubungan tidak bermakna dapat

disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit sehingga variasi data juga kurang atau data

cenderung homogen.

Hasil uji statistik pada penelitian ini memperlihatkan bahwa obesitas orangtua baik

salah satu maupun keduanya memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas balita usia

25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Hal ini sesuai dengan

Soetjiningsih (1995) yang menjelaskan bahwa kecenderungan menjadi gemuk akibat salah

satu orangtua obesitas membuat anak mempunyai risiko 40% lebih tinggi menjadi obesitas

dan menjadi lebih tinggi yaitu 80% apabila kedua orangtua obesitas.

Safer, et al. (2001) memaparkan pula bahwa kemungkinan menjadi obesitas lebih

tinggi pada anak-anak yang mempunyai orangtua obesitas dibandingkan dengan yang

mempunyai orangtua kurus dan akan lebih tinggi apabila kedua orangtuanya obesitas. Sama

halnya dengan penelitian oleh Zurriaga, et al. (2011) bahwa dibandingkan dengan anak yang

orangtuanya memiliki status gizi normal, anak yang mempunyai ayah atau ibu obesitas lebih

tinggi risikonya dan semakin tinggi pada anak yang kedua orangtuanya obesitas.

McKnight (2006) memaparkan bahwa dilihat dari tingkat kesesuaian IMT, apabila

pada saudara dengan kelebihan jumlah kalori, mereka akan cenderung memproses kalori

dengan cara yang sama. Sementara itu, keterlibatan faktor genetik dalam meningkatkan risiko

obesitas diketahui berdasarkan adanya perbedaan kecepatan metabolisme tubuh antar individu

di mana individu dengan kecepatan metabolisme lambat memiliki risiko lebih besar menjadi

obesitas melibatkan beberapa gen dan latar belakang ras (Wahyu, 2009).

Russo, et al. (2011) menyatakan bahwa obesitas merupakan penyakit kompleks yang

dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan serta interaksi antara keduanya. Obesitas merupakan

interaksi antara kecenderungan genetik ke arah penyimpangan energi efisien dan perubahan

dari lingkungan obesogenic kepada tersedianya makanan dan sedentary behavior yang

merupakan lingkungan modern. Kecenderungan genetik ini dideskripsikan sebagai maladaptif

yang meningkatkan kecenderungan individu untuk obesitas dan gangguan metabolisme.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 11: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Terdapat varian genetik tertentu dengan penyimpanan efisien dan pemanfaatan penyimpanan

energi saat lapar tetapi kondisi sekarang ini dari ketersediaan pangan yang meningkat dan

berkurangnya aktivitas fisik, varian genetik ini berisiko lebih besar mengalami gangguan

metabolik dan akhirnya terjadi akumulasi lemak tubuh.

Hasil uji statistik pada penelitian ini memperlihatkan bahwa persepsi ibu terhadap

obesitas tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas balita usia 25-59 bulan di

Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

oleh Guevara-Cruz, et al. (2012) yang menunjukkan hubungan tidak bermakna antara persepsi

ibu dengan obesitas balita. Kesalahan persepsi ibu dapat mencerminkan kegagalan ibu untuk

mengenali bahwa anak mereka mengalami obesitas, keengganan ibu untuk mengakui bahwa

anaknya obesitas, atau kurangnya pemahaman ibu tentang obesitas itu sendiri. Evaluasi

terhadap persepsi ibu akan mendukung intervensi dini dalam kebiasaan makan anak sehingga

obesitas dapat dicegah.

Pada penelitian ini, balita dengan kedua orangtua obesitas berisiko paling besar

untuk mengalami obesitas pada usia 25-59 bulan setelah dikontrol oleh variabel independen

lainnya. Menurut hasil penelitian Hajian-Tilaki & Heidari (2013) peningkatan usia dan

obesitas orangtua adalah faktor yang paling dominan memengaruhi obesitas pada anak usia 2-

5 tahun. Penelitian ini menyebutkan pencegahan obesitas berbasis keluarga menjadi cara yang

paling efektif untuk menurunkan prevalensi obesitas balita. Orangtua memengaruhi kebiasaan

makan anak dan praktek pemberian makan, hal ini berhubungan dengan berat badan anak.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Zurriaga, et al. (2011) yang menyebutkan

obesitas orangtua sebagai faktor dominan pada kejadian obesitas pada anak usia 2-14 tahun di

Spanyol. Penelitian tersebut menyatakan bahwa banyak studi yang menunjukkan pentingnya

obesitas orangtua sebagai faktor risiko obesitas pada anak. Hal ini disebabkan selain karena

faktor genetik, anggota keluarga berbagi faktor risiko perilaku termasuk di dalamnya asupan

energi dan lemak, pemilihan makanan, dan aktivitas fisik yang mana memengaruhi berat

badan anak.

Pemilihan makanan untuk balita tergantung pada orangtuanya khususnya ibu. Hal ini

merupakan faktor lingkungan yang mendukung faktor genetik yang memang sudah

diturunkan pada anak termasuk kebiasaan makan orangtua, jenis makanan yang dikonsumsi,

frekuensi makan, dan lain-lain. Seidell & Visscher (2005) menyatakan bahwa asupan lemak

tinggi akan menyebabkan akumulasi lemak yang disimpan dalam tubuh dan faktor genetik

berperan dalam respon tubuh untuk menyimpan lemak.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 12: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Kesimpulan Didapatkan prevalensi obesitas sebesar 10,4% pada subjek penelitian berdasarkan

kriteria BB|TB dengan adanya perbedaan bermakna menurut ASI eksklusif, waktu pemberian

MPASI pertama, durasi pemberian ASI, asupan energi, dan obesitas orangtua. Diketahui

bahwa obesitas orangtua merupakan faktor dominan terhadap kejadian obesitas pada balita

usia 25-59 bulan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok tahun 2015.

Saran Pemerintah Dinas Kesehatan Kota Depok khususnya bidang gizi perlu mulai

memerhatikan pencegahan terhadap obesitas balita selain penanganan terhadap balita gizi

buruk. Pada tahap awal, perlu penempatan tenaga gizi dengan latar belakang pendidikan yang

sesuai di Puskesmas, baik petugas di Puskesmas maupun petugas lapangan. Diperlukan

petugas lapangan sebagai penanggungjawab posyandu yang setiap bulannya mengontrol

kegiatan posyandu serta dilakukan pelatihan kader rutin. Dinkes Kota Depok dapat

mengintegrasikan program pemantauan IMT di posyandu secara rutin pada masyarakat umum

utamanya pada orangtua balita. Program pemberdayaan masyarakat seperti kelompok

pendukung ASI (KPASI) perlu dioptimalkan, selain itu adanya pos gizi tidak hanya dilakukan

untuk penanganan gizi buruk tetapi mulai digunakan sebagai penanganan obesitas dan mulai

diadakan pada tiap kelurahan misalnya dengan mengajarkan ibu untuk membuat MPASI yang

sesuai kebutuhan balita.

Setelah ini dapat dilakukan penelitian yang serupa didukung dengan desain penelitian

yang dapat menjelaskan sebab akibat atau penelitian case-control maupun penelitian serupa

dengan jumlah sampel yang lebih besar. Perlu juga diteliti mengenai asupan makan orangtua

sehingga diketahui pula hubungan pola makan orangtua dengan obesitas balita tidak hanya

sekedar status gizinya serta perlu diketahui aktivitas fisik yang biasa dilakukan balita juga

interaksinya dengan asupan energi balita.

Daftar Referensi Armstrong, J., & Reilly, J. J. (2002). Breastfeeding and lowering risk of childhood obesity.

Lancet, 359, 2003-2004.

Behrman, R. E., et al. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 (15th ed.). Jakarta: EGC.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 13: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Brophy, S., et al. (2009). Risk factors for childhood obesity at age 5: Analysis of the

Millennium Cohort Study. BMC Public Health, 9(467).

Etelson, D., et al. (2003). Childhood obesity: Do parents recognize this health risk?. Obesity

Research, 11, 1362-1368.

Flynn, J. (2013). The changing face of pediatric hypertension in the era of the childhood

obesity epidemic. Pediatr Nephrol, 28, 1059-1066.

Guevara-Cruz, M., et al. (2012). Association Between Maternal Perceptions and Actual

Nutritional Status for Children in a Study Group in Mexico. Nutr Hosp, 27(1), 209-

212.

Haines, J., et al. (2013). Healthy habits happy homes: randmized trial to improve household

routines for obesity prevention among preschool-aged children. JAMA Pediatr, 167,

1072-1079.

Hajian-Tilaki, K., & Heidari, B. (2013). Childhood Obesity, Overweight, Socio-Demographic

and Life Style Determinants among Preschool Children in Babol, Northern Iran.

Iranian J Publ Health, 42(11), 1283-1291.

Hediger, M. L., et al. (2001). Association Between Infant Breastfeeding and Overweight in

Young Children. JAMA, 285(19), 2453-2460.

Hendarto, A. (2013). Ikatan Dokter Anak Indonesia. Retrieved Maret 17, 2015, from

http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-perannya-dalam-

pencegahan-obesitas.html

Jeffrey, A., et al. (2005). Parent's awareness of overweight in themselves and their children:

cross sectional study within a cohort (EarlyBird 21). BMJ, 330, 23-24.

Kaufman-Shriqui, V., et al. (2012). Maternal weight misperceptions and smoking are

associated with overweight and obesity in low SES preschoolers. European Journal of

Clinical Nutrition, 66, 216-223.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan.

Kurniawati, L., dkk. (2014). Hubungan pemenuhan asuh dengan status gizi lebih pada anak

sekolah. Jurnal Pediomaternal, 3 (1), 16-25.

Litwin, S. E. (2014). Childhood Obesity and Adulthood Cardiovascular Disease: Quantifying

the Lifetime Cumulative Burden of Cardiovascular Risk Factors. Journal of the

American College of Cardiology, 64(15), 1588-1590.

McKnight, T. L. (2006). Obesity Management in Family Practice. New York: Springer

Science+Business Media, Inc.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 14: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Moreno, L. A., et al. (2011). Epidemiology of Obesity in Children and Adolescents:

Prevalence and Etiology. New York: Springer Science+Business Media, LLC.

Moriarty-Kelsey, M., & Daniels, S. R. (2010). Childhood Obesity Is the Fuel That Fires Adult

Metabolic Abnormalities and Cardiovascular Disease. Childhood Obesity, 6(5), 250-

256.

National Health Service. (2014). NHS Choices. Retrieved Maret 13, 2015, from

http://www.nhs.uk/conditions/pregnancy-and-baby/pages/why-breastfeed.aspx#close

Ningsih, E. (2012). Hubungan berat lahir dan faktor lainnya dengan kejadian kegemukan

pada balita (6-59) bulan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 (Analisis Data

Riskesdas 2010). Tesis: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kesehatan Masyarakat.

Parsons, T. (1999). Childhood predictors of adult obesity: a systematic review. Int J Obes,

23(8), 1-107.

Procter, S. B., & Holcomb, C. A. (2008). Breastfeeding duration and childhood overweight

among low-income children in Kansas, 1998-2002. American Journal of Public

Health, 98(1), 106-110.

Russo, et al. (2011). Genetic Factors. In Moreno, et al., Epidemiology of Obesity in Children

and Adolescent (pp. 239-252). New York: Springer Science+Business Media, LLC.

Safer, D., et al. (2001). Early body mass index and other anthropometric relationship between

parents and children. International Journal of Obesity and Related Metabolic

Disorders, 25(10), 1532-1536.

Saputri, E. L. (2013). Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Obesitas

pada Anak Usia 4-5 Tahun. Semarang: Gizi FK UNDIP.

Seidell, J. C., & Visscher, Tommy L. S. (2005). Aspek kesehatan masyarakat pada gizi lebih.

In Michael J. Gibney, et al. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Sherry, B., & Dietz, W. H. (2004). Pediatric Overweight: An Overview. In G. A. Bray, & C.

Bouchard (Eds.), Handbook of Obesity: Etiology and Pathophysiology (pp. 117-133).

New York: Marcel Dekker, Inc.

Simon, V., et al. (2008). Breastfeeding, complementary feeding, overweight. Rev Saude

Publica, 43(1), 60-69.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Susilowati. (2009). Hubungan antara durasi pemberian ASI dan faktor lainnya dengan status

gizi pada anak umur 12-24 bulan di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015

Page 15: Faktor Dominan Kejadian Obesitas Balita Usia 25-59 Bulan

Tengah Kota Cimahi Tahun 2009. Tesis: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Van Cauter, E., et al. (2008). Metabolic consequences of sleep and sleep loss. Sleep Medicine,

9(1), 23-28.

Wahyu, G. G. (2009). Obesitas pada Anak. B First.

WHO. (2000). Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva: WHO

Technical Report Series 894.

WHO. (2006). WHO Child Growth Standards: length/height-for-age, weight-for-age, weight-

for-length, weight-for-height, and body mass index-for-age. Geneva: WHO.

Zurriaga, O., et al. (2011). Factors associated with childhood obesity in Spain. The OBICE

study: a case-control study based on sentinel network. Public Health Nutrition, 14(6),

1105-1113.

Faktor dominan ..., Rheta Veda Nugraha, FKM UI, 2015