21
FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: ANDRIAS HERU PURWANTO J410120032 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

  • Upload
    vonhu

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB)

DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN

JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ANDRIAS HERU PURWANTO

J410120032

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

i

Page 3: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

ii

Page 4: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

iii

Page 5: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

1

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB)

DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN

JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Abstrak

Pria memiliki peran untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan Metode Operasi

Pria (MOP). Hal ini disebabkan karena sebagian perempuan mengalami

ketidakcocokan dalam penggunaan kontrasepsi. KB MOP juga memiliki banyak

kelebihan, dari segi biaya untuk melakukan KB MOP relatif murah, dan KB ini

pun aman, cepat, dan bisa digunakan seumur hidup. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Faktor Determinan Perilaku KB Metode Operasi Pria (MOP) Di

Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini adalah observasi

dengan desain penelitian case control, populasi pada penelitian ini 90 responden

60 kelompok kasus dan 30 kelompok kontrol, dengan menggunakan analisis

penelitian uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP (p=0,060), sikap dengan perilaku

KB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000).

Faktor Determinan Perilaku Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi

Kabupaten Karanganyar yang paling berpengaruh adalah dukungan keluarga.

Kata kunci :Keluarga Berencana (KB), Metode Operasi Pria (MOP),

Kontrasepsi, Kontrasepsi Pria

Abstract

Men have a role to use contraception with Operation Method Man (MOP). This

was proven because the majority of women experience a mismatch in the use of

contraception. KB MOP also has many advantages, in terms of cost to MOP KB

relatively inexpensive, and KB was also secure, fast, and can last a lifetime. This

study aims to determine Determinant factor Behaviour KB Operating Method

Man (MOP) In District Jenawi Karanganyar. This study was observational with

case control study design, population in this study 90 respondents 60 cases and 30

controls, by using research analysis chi-square test. The results showed that there

was a relationship between knowledge and behavior KB MOP (p = 0.060),

attitude and behavior of KB MOP (p = 0.001), family support with behavioral KB

MOP (p = 0.000). Determinant factor Behaviour Operation Method Man (MOP)

In District Karanganyar Jenawi most influential was family support.

Keywords: Family Planning (KB), Method Man Operation (MOP),

Contraception, Male contraception

Page 6: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

2

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kelima di dunia dengan estimasi jumlah

penduduk terbanyak, yaitu 249 juta jiwa. Indonesia dengan luas wilayah

terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas

sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Sejalan dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu

dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB digunakan sebagai

salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta

meningkatkan kesehatan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2013).

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor dapat

menurunkan angka kelahiran. Semakin tinggi prevalensi penggunaan alat

kontrasepsi, maka akan semakin rendah angka fertilitasnya. Alat kontrasepsi

digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) yang berstatus menikah dan istri

berusia 15 sampai 49 tahun untuk tujuan penundaan kehamilan, penjarangan

kehamilan dan pembatasan (stopping) kehamilan (BKKBN, 2013).

Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan

alat kontrasepsi (Kemenkes RI, 2014).

Menurut hasil Susenas 2015, prevalensi pengguna kontrasepsi atau

Contraceptive Prevalensce Rate (CPR) di Indonesia tahun 2015 sebanyak

76,29%. Angka tersebut lebih rendah daripada CFR Jawa tengah yaitu

79,64%. Persentase pemakaian kontrasepsi modern di Jawa Tengah tahun

2015 sebanyak 61,26% dimana angkat tersebut lebih tinggi jika dibandingkan

CFR cara modern di Indonesia yaitu 58,99%. Adapun peserta KB pria yang

ada hanya mencapai sekitar 1,27%. Sementara Angka Fertilitas atau Total

Fertility Rate (TFR) di Indonesia tahun 2015 sebanyak 2,29%, sedangkan

TFR di provinsi Jawa Tengah sebanyak 2,26% dimana angka tersebut lebih

rendah daripada TFR Indonesia (BKKBN, 2015).

Dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi perempuan yang

digunakan jauh lebih besar dibanding dengan metode kontrasepsi laki-laki.

Metode perempuan sebesar 93,66%, sementara metode laki-laki hanya

sebesar 6,34%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam

Page 7: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

3

menggunakan alat kontrasepsi masih sangat kecil. Penggunaan alat

kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan (Kemenkes RI, 2014).

Data BKKBN 2015 menunjukkan pada tahun 2015 sebanyak 0,27% peserta

KB baru menggunakan MOP yang merupakan metode kontrasepsi pria

(BKKBN, 2015).

Pria yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB,

tidak akan termotivasi untuk berperan serta dalam menggunakan kontrasepsi

(Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2015, pelayanan peserta KB baru di

Kabupaten Karanganyar sebanyak 2,49% (22.988 jiwa). Peserta KB hormonal

sebanyak 1,94% (17.875 jiwa), sedangkan peserta KB non hormonal

sebanyak 0,55% (5.113 jiwa) dimana 0,59% (30 jiwa) diantaranya merupakan

peserta MOP (BP3AKB Kab. Karanganyar, 2015). Peserta KB di Kecamatan

Jenawi tahun 2016 hingga bulan Juni sebanyak 15,72% (4388 jiwa) dan

5,17% (227 jiwa) diantaranya merupakan peserta KB MOP.

Tujuan penelitian ini Mengetahui faktor determinan perilaku KB Metode

Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain

studi case control, yang menilai hubungan paparan dan penyakit dengan cara

menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol secara retrospektif

(Azwar dan Prihartono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pria usia subur yang sudah menikah baik pengguna alat kontrasepsi maupun

yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di wilayah Kecamatan Jenawi tahun

2016.

Jumlah sampel kelompok kasus pada penelitian ini yakni sebanyak 60.

Perbandingan antara sampel kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah

2:1, sehingga sampel untuk kelompok kontrol sebanyak 30 pria. Jadi, jumlah

keseluruhan sampel pada penelitian ini sebanyak 90 pria. Analisis yang

digunakan adalah uji chi-square dan multivariat regresi logistic.

Page 8: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran tentang umur responden diketahui bahwa sebagian besar umur

responden berumur <44 tahun, pada kelompok kasus (yang tidak

menggunakan KB MOP) sebanyak 31 orang (51,7%), pada kelompok kontrol

(yang menggunakan KB MOP) sebanyak 17 orang (56,7%). Untuk rata-rata

umur responden adalah 44 tahun dan umur termuda adalah 30 tahun

sedangkan umur yang paling tua adalah 74 tahun. Berdasarkan uji statistik

didapatkan nilai p-value sebesar 0,654 yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,817 pada (95%

CI=0,338-1,975) melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan

faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Terkait dengan karakteristik pendidikan digambarkan pada kelompok

kasus diketahui sebagian besar responden memiliki pendidikan SD dan SMP

sebayak 41 orang (68,3%) pada kelompok kasus begitu pula pada kelompok

kontrol sebanyak 21 orang (70,0%). Berdasarkan uji statistik didapatkan

nilai p-value sebesar 0,872 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara pendidikan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,925 pada (95% CI=

0,357-2,395) melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan faktor

yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Dalam hal pekerjaan sebagian besar responden memiliki pekerjaan

sebanyak 56 orang (93,3%) pada kelompok kasus sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 29 orang (96,7%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai

p-value sebesar 0,515 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

pekerjaan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=2,071 pada (95% CI=0,221–

19,394) melewati angka 1, berarti pekerjaan bukan merupakan faktor yang

mempengaruhi perilaku KB MOP.

Tingkat pendapatan responden dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki pendapatan rendah pada kelompok kasus 54 orang

(90,0%) sedangkan pada kelompok kontrol 28 orang (93,3%). Berdasarkan

Page 9: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

5

uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,600 yang menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=

0,643 pada (95% CI=0,122–3,395) melewati angka 1, berarti pendapatan

bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Gambaran banyaknya jumlah anak responden diketahui bahwa

sebagian besar responden yang memiliki jumlah anak ˃ 2 pada kelompok

kasus sebanyak 34 orang (56,7%) sedangkan pada kelompok kontrol

sebanyak 19 orang (63,3%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value

sebesar 0,545 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah

anak dengan perilaku KB MOP. Nilai OR= 1,321 pada (95% CI=0,3536–

3,253) melewati angka 1, berarti jumlah anak bukan merupakan faktor yang

mempengaruhi perilaku KB MOP.

Untuk karakteristik dukungan keluarga responden pada kelompok

kasus (yang tidak KB MOP) diketahui bahwa sebagian besar mendapat

dukungan keluarga lemah dari keluarga yaitu sebanyak 49 orang (81,7%),

sedangkan pada kelompok kontrol (yang menggunakan KB MOP) sebagian

besar dukungan keluarganya kuat. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai

p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V adalah

0,743 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat kuat (0,600-0,799). Nilai OR= 129,182

(95% CI=15,851–1052,798) sehingga dapat diartikan bahwa dukungan

keluarga yang lemah dapat mencegah atau menghalangi perilaku KB MOP

sebesar 129 kali.

Terkait dengan pengetahuan responden digambarkan bahwa pada

kelompok kasus (yang tidak KB MOP) sebagian besar memiliki pengetahuan

rendah sebanyak 39 orang (65,0%) sedangkan pada kelompok kontrol (KB

MOP) sebagian besar memiliki pengetahuan tinggi. Berdasarkan uji statistik

didapatkan nilai p-value sebesar 0,002 yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s

V adalah 0,331 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan

Page 10: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

6

antara variabel bebas dan variabel terikat lemah (0,200-0,399). Nilai OR=

4,333 (95% CI=1,686–11,138) sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan

yang rendah menyebabkan tidak bersedianya para akseptor KB untuk

menggunakan KB MOP sebesar 4 kali.

Karakteristik sikap responden didapatkan gambaran bahwa pada

kelompok kasus (yang tidak KB MOP) sebagian besar memiliki sikap yang

kurang baik sebanyak 46 orang (76,7%) sedangkan pada kelompok kontrol

(KB MOP) sebagian besar memiliki sikap yang baik. Berdasarkan uji statistik

didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V

adalah 0,601 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat kuat (0,600-0,799). Nilai

OR=21,357 (95% CI=6,364–71,677) sehingga dapat diartikan bahwa seorang

pria yang memiliki sikap kurang baik dapat mencegah perilaku KB MOP atau

tidak mau melakukan KB MOP sebesar 21 kali.

Dari hasil pembahasan diatas adapun karakteristik responden yang

berhubungan dengan perilaku penggunaan KB MOP ada tiga variabel yaitu

dukungan keluarga, pengetahuan, dan sikap. kemudian dilanjutkan dengan

analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam

penelitian ini. Hasil dari analisis variabel yang berpengaruh terdapat pada

tebel 1 dan hasil dari analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 2.

Table 1. Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah

Anak, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Sikap dengan Perilaku KB

Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

Umur Kasus Kontrol p

Value

Phi

Cram OR 95% CI

(n) (%) (n) (%)

<44 tahun 31 51,7 17 56,7

0,654

0,047

0,817 0,338-1,975 ≥44 tahun 29 48,3 13 43,3

Jumlah 60 100 30 100

Pendidikan

SD SMP 41 68,3 21 70,0 0,872 0,925 0,357-2,395

Page 11: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

7

SMA PT 19 31,7 9 30,0 0,017

Jumlah 60 100 30 100

Pekerjaan

Tdk Bekerja 4 6,7 1 3,3

0,515

0,069

2,071 0,221-19,394 Bekerja 56 93,3 29 96,7

Jumlah 60 100 30 100

Pendapatan

Rendah 54 90,0 28 93,3

0,600

0,055

0,643 0,122-3,395 Tinggi 6 10,0 2 6,7

Jumlah 60 100 30 100

Jumlah anak

≤ 2 anak 26 43,3 11 36,7

0,545

0,064

1,321 0,536-3,253 ˃ 2 anak 34 56,7 19 63,3

Jumlah 60 100 30 100

Dukungan

keluarga

Lemah 49 81,7 1 3,3

0,000

0,743

129,182

15,851-

1052,798 Kuat 11 18,3 29 96,7

Jumlah 60 100 30 100

Pengetahuan

Rendah 39 65,0 9 30,0

0,002

0,331

4,333 1,686-11,138 Tinggi 21 35,0 21 70,0

Jumlah 60 100 30 100

Sikap

Kurang baik 46 76,7 4 13,3

0,000

0,601

21,357 6,364-71,677 Baik 14 23,3 26 86,7

Jumlah 60 100 30 100

Analisis multivariat yang dilakukan dengan uji regresi logistik

menggunakan metode “Enter” yakni metode yang digunakan bila semua

variabel bebas dimasukkan sebagai variabel prediktor dengan tidak

memandang apakah variabel tersebut berhubungan atau tidak terhadap

variabel terikat. Jadi bila hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikatnya besar atau kecil tetap dimasukkan.

Tabel 2. Daftar Variabel yang Ikut Masuk dalam Analisis Multivariat

Faktor determinan perilaku KB MOP

Page 12: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

8

Variabel Bebas B Sig. OR 95% CI Ket.

Dukungan keluarga -5,512 0,000 247,603 14,889-4,118E3 Signifikan

Sikap -4,064 0,001 58,234 5,485-618,252 Signifikan

Pengetahuan -2,168 0,060 8,738 0,012-1,094 Tidak signifikan

Konstanta

19,656

Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat satu variabel yang memiliki

nilai p >0,05 sehingga variabel pengetahuan dikeluarkan dari analisis.

Dengan demikian, maka variabel yang berhubungan dengan perilaku KB

MOP yaitu sikap (p=0,001; OR=58,234; 95% CI 5,485-618,252) dan

dukungan keluarga (p=0,000; OR=247,603; 95% CI 14,889-4,118E3).

Langkah selanjutnya adalah membuat persamaan regresi logistik, dengan

menggunakan nilai konstanta koefisien dan OR di atas maka didapatkan

persamaan regresi logistik:

Persamaan regresi logistik yang diperoleh dari hasil analisis

multivariat yakni:

y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4

y = 19,656 + (-4,064) (Sikap) + (-5,512) (Dukungan keluarga)

Menurut Dahlan (2012), aplikasi dari persamaan yang diperoleh

adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang untuk menderita DM tipe II

dengan menggunakan rumus:

p =

Keterangan:

p = Probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian (penyakit)

Page 13: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

9

e = Bilangan natural (exponen) = 2,72

y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4

Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP adalah sebagai berikut:

1. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan

dukungan keluarga kuat sebesar 15,7%.

2. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap kurang baik

dan dukungan keluarga kuat sebesar 9,6%.

3. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan

dukungan keluarga lemah sebesar 8,4%.

Berdasarkan nilai OR dan probabilitas dari persamaan regresi logistik

di atas, diperoleh hasil yang sama bahwa faktor determinan yang

mempengaruhi perilaku MOP dari urutan terbesar ke terkecil yakni dukungan

keluarga dan sikap.

Pembahasan

Hubungan antara antara Umur dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua

mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi

dibandingkan dengan yang berumur muda (Notoajmodjo, 2003).

Tidak adanya hubungan dalam variabel umur dapat disebabkan masih

rendahnya kesadaran pria dan keluarga mengenai KB, karena keterbatasan

penerimaan. Selain itu, permasalahan lain yang turut mendukung seperti

peran tokoh agama yang masih kurang dan sarana pelayanan KB bagi pria

yang masih terus ditingkatkan. Sehingga meskipun dalam penelitian ini

banyak responden yang berusia kurang dari 40 tahun, namun banyak diantara

responden kelompok kontrol yang tidak diimbangi dengan adanya kesadaran

untuk berpartisipasi dalam KB MOP.

Page 14: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

10

Hubungan antara antara Pendidikan dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi (nilai p 0,872). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Budisantoso (2009) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

tingkat pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB vasektomi.

Hal ini kemungkinan disebabkan sebagian besar responden

berpendidikan SD dan SMP. Hal ini berarti responden termasuk dalam tingkat

pendidikan rendah, sehingga kemampuan memahami informasi tentang

program KB belum dapat diterima dengan lengkap dan baik. Hasil yang tidak

berhubungan juga dapat dikarenakan pemilihan metode kontrasepsi yang

akan digunakan tidak hanya diputuskan oleh akseptor, tetapi juga pengaruh

dari orang-orang sekitar misalnya istri, orang tua, teman, maupun tokoh yang

dianggap penting seperti kepala dusun, kader kesehatan maupun petugas

kesehatan di wilayah tersebut.

Hubungan antara antara Pekerjaan dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi (nilai p 0,515). Pria yang bekerja lebih cenderung memiliki interaksi

sosial dengan rekan kerjanya, saling berbagi informasi termasuk diantaranya

informasi mengenai penggunaan KB MOP. Hampir semua responden

memiliki pekerjaan sebagai petani dan sisanya pedagang, buruh, perangkat

desa, guru SD dan karyawan.

Meskipun banyak dari responden yang berstatus bekerja, namun

masih ada diantara responden yang belum memiliki kesadaran untuk turut

berpartisipasi dalam KB MOP. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah

takut gagal dalam penggunaan KB MOP, karena di wilayah penelitian

terdapat akseptor yang gagal dalam KB MOP. Hal lain yang ditakutkan

adalah lemah syahwat. Sebagian besar ketakutan tersebut terjadi pada

kelompok kontrol dan informasi-informasi mengenai kegagalan KB MOP dan

lemah syawat tersebut didapatkan melalui perbincangan dengan rekan kerja

Page 15: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

11

ketika bekerja. Sebanyak 80% responden memiliki pekerjaan sebagai petani

dan sisanya pedagang, buruh, perangkat desa, guru SD dan karyawan.

Hubungan antara antara Pendapatan dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi (nilai p 0,600). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fienalia

(2012) yang diperoleh hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan

dengan status penggunaan kontrasepsi.

Pelayanan KB MOP di Kecamatan Jenawi diberikan secara gratis

kepada para akseptor, selain itu akseptor juga mendapatkan reward atau

penghargaan dari pemerintah berupa uang tunai. Sebagian besar responden

memiliki pendapatan menengah ke bawah, namun dengan adanya pelayanan

KB MOP gratis tidak akan menyulitkan akseptor maupun calon akseptor dari

segi ekonomi untuk ikut serta menggunakan KB MOP. Meskipun demikian,

masih banyak pria di Kecamatan Jenawi yang belum menggunakan KB MOP.

Tidak adanya hubungan dalam variabel ini dapat disebabkan oleh kurangnya

kesadaran pria dalam partisipasi KB MOP. Selain itu, penyebarluasan

informasi mengenai KB MOP lebih ditingkatkan lagi melalui sosialisasi dan

penyuluhan oleh tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat yang ada di

Kecamatan Jenawi. Harapannya melalui upaya tersebut dapat meningkatkan

kesadaran pria untuk turut berpartisipasi dalam KB MOP

Hubungan antara antara Jumlah anak dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi p sebesar 0,545. Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan

PUS dalam berKB adalah banyaknya anak yang dimilikinya, diharapkan

pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan untuk

memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pasangan yang mempunyai

anak lebih sedikit (Dewi dan Notobroto, 2014).

Page 16: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

12

Kemungkinan tidak adanya hubungan antara jumlah anak dan perilaku

MOP pada penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah anak yang dimiliki

responden dalam kategori cukup (2). Sedangkan responden yang memiliki

anak kurang dari 2 kemungkinan masih memiliki keinginan untuk punya anak

lagi dan memutuskan untuk tidak ber-KB. Pada responden yang

menggunakan KB MOP dan yang tidak menggunakan KB MOP jumlah anak

hampir seimbang. Karena hanya selisih sedikit dan tidak ada perbedaan

walaupun banyak responden yang memiliki anak lebih dari 2.

Hubungan antara antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP

Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi (nilai p 0,000). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni, dkk

(2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi di

Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga

anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Salah

satu faktor yang mempengaruhi penggunaan metode KB pria adalah peran

keluarga terdekat, seperti istri, orang tua maupun saudara. Pada penelitian ini,

dukungan keluarga yang diperoleh responden terutama dari istri didapatkan

karena adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri dalam pemilihan

metode KB sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan.

Hubungan antara antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP

Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku MOP di Kecamatan

Jenawi (nilai p 0,002). Sejalan dengan penelitian Erliani (2014), yang

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pada kelompok yang

memanfaatkan metode operasi pria dan kelompok yang tidak memanfaatkan

metode operasi pria dengan pemanfaatan metode operasi pria (nilai p 0,012).

Page 17: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

13

Sesuai dengan Kemenkes RI (2013), pria yang mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang KB, akan termotivasi untuk berperan serta

dalam menggunakan kontrasepsi. Menurut Sunaryo (2004), pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka

(overt behaviour).

Hubungan antara antara sikap dengan perilaku KB MOP

Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan lebih banyak responden

memiliki sikap yang kurang baik terhadap perilaku MOP. Hal ini ditunjukkan

pada kelompok kasus yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 46 orang

(76,73%) sedangkan kelompok kontrol memiliki sikap baik terhadap perilaku

MOP 26 orang (86,7%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi

Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada hubungan antara

sikap dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi. Ini menunjukkan bahwa

dengan sikap baik responden terhadap KB pria terutama tindakan metode

operasi pria bisa meningkatkan pemanfaatan metode operasi pria karena sikap

dapat memengaruhi seseorang untuk ber-KB atau tidak ber-KB.

Sesuai dengan penelitian BudiSantoso (2009) yang menyimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi pria

dalam KB. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Erliani (2014)

yang menyimpulkan bahwa ada hubungan sikap responden dengan

pemanfaatan metode operasi pria di Kecamatan Medan Selayang. Demikian

pula penelitian yang dilakukan Wahyuni, dkk (2013) yang menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan sikap dengan partisipasi

pria dalam vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

Analisis multivariate

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yang memenuhi syarat untuk

masuk ke dalam analisis multivariat dengan nilai p < 0,25. Berdasarkan Tabel

2, setelah dilakukan uji tiga variabel secara bersama-sama dengan

menggunakan analisis regresi logistik, maka hasil yang diperoleh adalah

pengetahuan (p= 0,060; OR= 8,738; 95% CI= 0,012-1,094), sikap (p= 0,001;

Page 18: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

14

OR= 58,234; 95% CI= 5,485-618,252), dan dukungan keluarga (p= 0,000;

OR= 247,603; 95% CI= 14,889-4,118E3). Berdasarkan hasil tersebut,

variabel pengetahuan tidak signifikan karena memiliki nilai p>0,05. Sehingga

terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku KB MOP yaitu

sikap (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,000).

Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa suami yang

memiliki sikap baik dalam KB MOP berpeluang 58 kali menggunakan KB

MOP dibandingkan pada suami yang memiliki sikap kurang baik. Sedangkan

suami dengan dukungan keluarga yang kuat berpeluang 247 kali

menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami dengan dukungan keluarga

yang lemah.

Kedua variabel memiliki nilai p < 0,25 dan CI tidak menyinggung

angka 1, maka tidak dilanjutkan analisis multivariat ke dalam model 2 karena

hasilnya sama. Nilai OR yang terbesar dimiliki oleh variabel sikap. Hal ini

menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dominan dalam

perilaku KB MOP (p= 0,000; OR= 247,603; 95% CI= 14,889-4,118E3). Hasil

ini menunjukkan bahwa suami yang memiliki dukungan keluarga kuat dalam

KB MOP berpeluang 247 kali lebih besar menggunakan KB MOP

dibandingkan pada suami yang memiliki dukungan keluarga lemah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharyani dan Handayani

(2010) dalam analisis multivariatnya yang menyimpulkan bahwa pengetahuan

tidak berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam KB. Maharyani dan

Handayani (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan suami dalam ber KB

yang baik tidak otomatis membuat keikutsertaan suami menjadi baik pula,

pada ranah pelaksanaan partisipasi suami masih banyak mempertimbangkan

hal lain sebelum ikut berpartisipasi dalam KB seperti kesenjangan gender.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ekarini (2008), dalam analisis

multivariatnya menyimpulkan bahwa ada pengaruh sikap KB terhadap

partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (OR=5,663).

4. PENUTUP

Page 19: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

15

Simpulan

1) Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP di Kecamatan

Jenawi.

2) Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

3) Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

4) Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

5) Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

6) Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

7) Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

8) Ada hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP di Kecamatan

Jenawi.

9) Faktor yang paling berperan dalam perilaku KB MOP di Kecamatan

Jenawi adalah dukungan keluarga.

Saran

1) Bagi PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)

Petugas PLKB diharapkan dapat tetap memberikan upaya promotif

berupa peningkatan intensitas penyuluhan dan upaya KIE (Komunikasi,

Informasi, Edukasi) kepada semua masyarakat, agar masyarakat

mengetahui tentang KB MOP sehingga masyarakat banyak yang mau

menggunakan KB MOP.

2) Bagi Masyarakat Jenawi

Bagi masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya

KB dengan cara mengikuti atau menghadiri penyuluhan dan sosialisasi

tentang KB yang dilakukan PLKB, sehingga KB tidak hanya dibebankan

Page 20: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

16

kepada wanita saja karena laki-laki juga bisa melakukan KB yang lebih

efektif dan efisien.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut

tentang KB MOP dan menambahkan variabel yang lebih banyak lagi. Agar

dapat mengetahui apakah masih ada faktor lain yang menyebabkan orang

menggunakan KB MOP seperti jarak dan akses pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. dan Prihartono. J. 2014. Metode penelitian kedokteran dan

kesehatan masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara

Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Pemakaian

Alat Kontrasepsi Di Indonesia Berdasarkan Hasil Survei Social

Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2013. Jakarta: Direktorat

Perencanaan Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan Dan

Keluarga Berencana Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Prevalensi

Pemakai Alat Kontrasepsi. Jakarta: Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2015. Pelayanan

Kontrasepsi. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional.

Budisantoso. S. I. 2009. Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di

Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia Vol. 4, no. 2.

Dewi, P.H. C. dan Notobroto, H. B. 2014. Rendahnya Keikutsertaan Pengguna

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Pasangan Usia Subur.

Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3. No.1 : 66-72.

Erliani, D. 2014. Determinan Pemanfaatan Metode Operasi Pria (MOP) di

Kecamatan Medan Selayang. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera

Utara.

Fienalia, R. A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. [Skripsi ilmiah]. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Friedman, M. M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori Dan

Praktek. Jakarta: EGC

Page 21: FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB…eprints.ums.ac.id/48417/17/NASPUBLIKASI UPLOAD.pdfKB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan

17

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Rencana Aksi Nasional

Pelayanan Keluarga Berencana Tahun 2014-2015. Jakarta: Direktoral

Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Situasi Keluarga Bencana di

Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi dan Analisis

Keluarga Berencana. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Maharyani, H. W Dan Handayani, S. 2010. Hubungan Karakteristik Suami

Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga

Berencana Di Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan

Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jurnal KES MAS Vol. 4, no. 1 :1-

75

Manuaba, I. B. G. 2000. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga

berencana untuk pendidikan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Wahyuni, P., Suryani, N., dan Murdani P. 2013. Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga

dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi (Di Kecamatan Tejakula

Kabupaten Buleleng). Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Vol. 1.

No. 1.