Upload
vonhu
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB)
DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN
JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
ANDRIAS HERU PURWANTO
J410120032
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
1
FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB)
DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN
JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
Abstrak
Pria memiliki peran untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan Metode Operasi
Pria (MOP). Hal ini disebabkan karena sebagian perempuan mengalami
ketidakcocokan dalam penggunaan kontrasepsi. KB MOP juga memiliki banyak
kelebihan, dari segi biaya untuk melakukan KB MOP relatif murah, dan KB ini
pun aman, cepat, dan bisa digunakan seumur hidup. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Faktor Determinan Perilaku KB Metode Operasi Pria (MOP) Di
Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini adalah observasi
dengan desain penelitian case control, populasi pada penelitian ini 90 responden
60 kelompok kasus dan 30 kelompok kontrol, dengan menggunakan analisis
penelitian uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP (p=0,060), sikap dengan perilaku
KB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000).
Faktor Determinan Perilaku Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi
Kabupaten Karanganyar yang paling berpengaruh adalah dukungan keluarga.
Kata kunci :Keluarga Berencana (KB), Metode Operasi Pria (MOP),
Kontrasepsi, Kontrasepsi Pria
Abstract
Men have a role to use contraception with Operation Method Man (MOP). This
was proven because the majority of women experience a mismatch in the use of
contraception. KB MOP also has many advantages, in terms of cost to MOP KB
relatively inexpensive, and KB was also secure, fast, and can last a lifetime. This
study aims to determine Determinant factor Behaviour KB Operating Method
Man (MOP) In District Jenawi Karanganyar. This study was observational with
case control study design, population in this study 90 respondents 60 cases and 30
controls, by using research analysis chi-square test. The results showed that there
was a relationship between knowledge and behavior KB MOP (p = 0.060),
attitude and behavior of KB MOP (p = 0.001), family support with behavioral KB
MOP (p = 0.000). Determinant factor Behaviour Operation Method Man (MOP)
In District Karanganyar Jenawi most influential was family support.
Keywords: Family Planning (KB), Method Man Operation (MOP),
Contraception, Male contraception
2
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kelima di dunia dengan estimasi jumlah
penduduk terbanyak, yaitu 249 juta jiwa. Indonesia dengan luas wilayah
terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas
sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu
dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB digunakan sebagai
salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta
meningkatkan kesehatan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2013).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor dapat
menurunkan angka kelahiran. Semakin tinggi prevalensi penggunaan alat
kontrasepsi, maka akan semakin rendah angka fertilitasnya. Alat kontrasepsi
digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) yang berstatus menikah dan istri
berusia 15 sampai 49 tahun untuk tujuan penundaan kehamilan, penjarangan
kehamilan dan pembatasan (stopping) kehamilan (BKKBN, 2013).
Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan
alat kontrasepsi (Kemenkes RI, 2014).
Menurut hasil Susenas 2015, prevalensi pengguna kontrasepsi atau
Contraceptive Prevalensce Rate (CPR) di Indonesia tahun 2015 sebanyak
76,29%. Angka tersebut lebih rendah daripada CFR Jawa tengah yaitu
79,64%. Persentase pemakaian kontrasepsi modern di Jawa Tengah tahun
2015 sebanyak 61,26% dimana angkat tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
CFR cara modern di Indonesia yaitu 58,99%. Adapun peserta KB pria yang
ada hanya mencapai sekitar 1,27%. Sementara Angka Fertilitas atau Total
Fertility Rate (TFR) di Indonesia tahun 2015 sebanyak 2,29%, sedangkan
TFR di provinsi Jawa Tengah sebanyak 2,26% dimana angka tersebut lebih
rendah daripada TFR Indonesia (BKKBN, 2015).
Dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi perempuan yang
digunakan jauh lebih besar dibanding dengan metode kontrasepsi laki-laki.
Metode perempuan sebesar 93,66%, sementara metode laki-laki hanya
sebesar 6,34%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam
3
menggunakan alat kontrasepsi masih sangat kecil. Penggunaan alat
kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan (Kemenkes RI, 2014).
Data BKKBN 2015 menunjukkan pada tahun 2015 sebanyak 0,27% peserta
KB baru menggunakan MOP yang merupakan metode kontrasepsi pria
(BKKBN, 2015).
Pria yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB,
tidak akan termotivasi untuk berperan serta dalam menggunakan kontrasepsi
(Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2015, pelayanan peserta KB baru di
Kabupaten Karanganyar sebanyak 2,49% (22.988 jiwa). Peserta KB hormonal
sebanyak 1,94% (17.875 jiwa), sedangkan peserta KB non hormonal
sebanyak 0,55% (5.113 jiwa) dimana 0,59% (30 jiwa) diantaranya merupakan
peserta MOP (BP3AKB Kab. Karanganyar, 2015). Peserta KB di Kecamatan
Jenawi tahun 2016 hingga bulan Juni sebanyak 15,72% (4388 jiwa) dan
5,17% (227 jiwa) diantaranya merupakan peserta KB MOP.
Tujuan penelitian ini Mengetahui faktor determinan perilaku KB Metode
Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain
studi case control, yang menilai hubungan paparan dan penyakit dengan cara
menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol secara retrospektif
(Azwar dan Prihartono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pria usia subur yang sudah menikah baik pengguna alat kontrasepsi maupun
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di wilayah Kecamatan Jenawi tahun
2016.
Jumlah sampel kelompok kasus pada penelitian ini yakni sebanyak 60.
Perbandingan antara sampel kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah
2:1, sehingga sampel untuk kelompok kontrol sebanyak 30 pria. Jadi, jumlah
keseluruhan sampel pada penelitian ini sebanyak 90 pria. Analisis yang
digunakan adalah uji chi-square dan multivariat regresi logistic.
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran tentang umur responden diketahui bahwa sebagian besar umur
responden berumur <44 tahun, pada kelompok kasus (yang tidak
menggunakan KB MOP) sebanyak 31 orang (51,7%), pada kelompok kontrol
(yang menggunakan KB MOP) sebanyak 17 orang (56,7%). Untuk rata-rata
umur responden adalah 44 tahun dan umur termuda adalah 30 tahun
sedangkan umur yang paling tua adalah 74 tahun. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p-value sebesar 0,654 yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,817 pada (95%
CI=0,338-1,975) melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan
faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.
Terkait dengan karakteristik pendidikan digambarkan pada kelompok
kasus diketahui sebagian besar responden memiliki pendidikan SD dan SMP
sebayak 41 orang (68,3%) pada kelompok kasus begitu pula pada kelompok
kontrol sebanyak 21 orang (70,0%). Berdasarkan uji statistik didapatkan
nilai p-value sebesar 0,872 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,925 pada (95% CI=
0,357-2,395) melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku KB MOP.
Dalam hal pekerjaan sebagian besar responden memiliki pekerjaan
sebanyak 56 orang (93,3%) pada kelompok kasus sedangkan pada kelompok
kontrol sebanyak 29 orang (96,7%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
p-value sebesar 0,515 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pekerjaan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=2,071 pada (95% CI=0,221–
19,394) melewati angka 1, berarti pekerjaan bukan merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku KB MOP.
Tingkat pendapatan responden dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pendapatan rendah pada kelompok kasus 54 orang
(90,0%) sedangkan pada kelompok kontrol 28 orang (93,3%). Berdasarkan
5
uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,600 yang menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=
0,643 pada (95% CI=0,122–3,395) melewati angka 1, berarti pendapatan
bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.
Gambaran banyaknya jumlah anak responden diketahui bahwa
sebagian besar responden yang memiliki jumlah anak ˃ 2 pada kelompok
kasus sebanyak 34 orang (56,7%) sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 19 orang (63,3%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value
sebesar 0,545 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah
anak dengan perilaku KB MOP. Nilai OR= 1,321 pada (95% CI=0,3536–
3,253) melewati angka 1, berarti jumlah anak bukan merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku KB MOP.
Untuk karakteristik dukungan keluarga responden pada kelompok
kasus (yang tidak KB MOP) diketahui bahwa sebagian besar mendapat
dukungan keluarga lemah dari keluarga yaitu sebanyak 49 orang (81,7%),
sedangkan pada kelompok kontrol (yang menggunakan KB MOP) sebagian
besar dukungan keluarganya kuat. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V adalah
0,743 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat kuat (0,600-0,799). Nilai OR= 129,182
(95% CI=15,851–1052,798) sehingga dapat diartikan bahwa dukungan
keluarga yang lemah dapat mencegah atau menghalangi perilaku KB MOP
sebesar 129 kali.
Terkait dengan pengetahuan responden digambarkan bahwa pada
kelompok kasus (yang tidak KB MOP) sebagian besar memiliki pengetahuan
rendah sebanyak 39 orang (65,0%) sedangkan pada kelompok kontrol (KB
MOP) sebagian besar memiliki pengetahuan tinggi. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p-value sebesar 0,002 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s
V adalah 0,331 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan
6
antara variabel bebas dan variabel terikat lemah (0,200-0,399). Nilai OR=
4,333 (95% CI=1,686–11,138) sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan
yang rendah menyebabkan tidak bersedianya para akseptor KB untuk
menggunakan KB MOP sebesar 4 kali.
Karakteristik sikap responden didapatkan gambaran bahwa pada
kelompok kasus (yang tidak KB MOP) sebagian besar memiliki sikap yang
kurang baik sebanyak 46 orang (76,7%) sedangkan pada kelompok kontrol
(KB MOP) sebagian besar memiliki sikap yang baik. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V
adalah 0,601 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat kuat (0,600-0,799). Nilai
OR=21,357 (95% CI=6,364–71,677) sehingga dapat diartikan bahwa seorang
pria yang memiliki sikap kurang baik dapat mencegah perilaku KB MOP atau
tidak mau melakukan KB MOP sebesar 21 kali.
Dari hasil pembahasan diatas adapun karakteristik responden yang
berhubungan dengan perilaku penggunaan KB MOP ada tiga variabel yaitu
dukungan keluarga, pengetahuan, dan sikap. kemudian dilanjutkan dengan
analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam
penelitian ini. Hasil dari analisis variabel yang berpengaruh terdapat pada
tebel 1 dan hasil dari analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 2.
Table 1. Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah
Anak, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Sikap dengan Perilaku KB
Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.
Umur Kasus Kontrol p
Value
Phi
Cram OR 95% CI
(n) (%) (n) (%)
<44 tahun 31 51,7 17 56,7
0,654
0,047
0,817 0,338-1,975 ≥44 tahun 29 48,3 13 43,3
Jumlah 60 100 30 100
Pendidikan
SD SMP 41 68,3 21 70,0 0,872 0,925 0,357-2,395
7
SMA PT 19 31,7 9 30,0 0,017
Jumlah 60 100 30 100
Pekerjaan
Tdk Bekerja 4 6,7 1 3,3
0,515
0,069
2,071 0,221-19,394 Bekerja 56 93,3 29 96,7
Jumlah 60 100 30 100
Pendapatan
Rendah 54 90,0 28 93,3
0,600
0,055
0,643 0,122-3,395 Tinggi 6 10,0 2 6,7
Jumlah 60 100 30 100
Jumlah anak
≤ 2 anak 26 43,3 11 36,7
0,545
0,064
1,321 0,536-3,253 ˃ 2 anak 34 56,7 19 63,3
Jumlah 60 100 30 100
Dukungan
keluarga
Lemah 49 81,7 1 3,3
0,000
0,743
129,182
15,851-
1052,798 Kuat 11 18,3 29 96,7
Jumlah 60 100 30 100
Pengetahuan
Rendah 39 65,0 9 30,0
0,002
0,331
4,333 1,686-11,138 Tinggi 21 35,0 21 70,0
Jumlah 60 100 30 100
Sikap
Kurang baik 46 76,7 4 13,3
0,000
0,601
21,357 6,364-71,677 Baik 14 23,3 26 86,7
Jumlah 60 100 30 100
Analisis multivariat yang dilakukan dengan uji regresi logistik
menggunakan metode “Enter” yakni metode yang digunakan bila semua
variabel bebas dimasukkan sebagai variabel prediktor dengan tidak
memandang apakah variabel tersebut berhubungan atau tidak terhadap
variabel terikat. Jadi bila hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikatnya besar atau kecil tetap dimasukkan.
Tabel 2. Daftar Variabel yang Ikut Masuk dalam Analisis Multivariat
Faktor determinan perilaku KB MOP
8
Variabel Bebas B Sig. OR 95% CI Ket.
Dukungan keluarga -5,512 0,000 247,603 14,889-4,118E3 Signifikan
Sikap -4,064 0,001 58,234 5,485-618,252 Signifikan
Pengetahuan -2,168 0,060 8,738 0,012-1,094 Tidak signifikan
Konstanta
19,656
Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat satu variabel yang memiliki
nilai p >0,05 sehingga variabel pengetahuan dikeluarkan dari analisis.
Dengan demikian, maka variabel yang berhubungan dengan perilaku KB
MOP yaitu sikap (p=0,001; OR=58,234; 95% CI 5,485-618,252) dan
dukungan keluarga (p=0,000; OR=247,603; 95% CI 14,889-4,118E3).
Langkah selanjutnya adalah membuat persamaan regresi logistik, dengan
menggunakan nilai konstanta koefisien dan OR di atas maka didapatkan
persamaan regresi logistik:
Persamaan regresi logistik yang diperoleh dari hasil analisis
multivariat yakni:
y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
y = 19,656 + (-4,064) (Sikap) + (-5,512) (Dukungan keluarga)
Menurut Dahlan (2012), aplikasi dari persamaan yang diperoleh
adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang untuk menderita DM tipe II
dengan menggunakan rumus:
p =
Keterangan:
p = Probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian (penyakit)
9
e = Bilangan natural (exponen) = 2,72
y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP adalah sebagai berikut:
1. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan
dukungan keluarga kuat sebesar 15,7%.
2. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap kurang baik
dan dukungan keluarga kuat sebesar 9,6%.
3. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan
dukungan keluarga lemah sebesar 8,4%.
Berdasarkan nilai OR dan probabilitas dari persamaan regresi logistik
di atas, diperoleh hasil yang sama bahwa faktor determinan yang
mempengaruhi perilaku MOP dari urutan terbesar ke terkecil yakni dukungan
keluarga dan sikap.
Pembahasan
Hubungan antara antara Umur dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua
mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi
dibandingkan dengan yang berumur muda (Notoajmodjo, 2003).
Tidak adanya hubungan dalam variabel umur dapat disebabkan masih
rendahnya kesadaran pria dan keluarga mengenai KB, karena keterbatasan
penerimaan. Selain itu, permasalahan lain yang turut mendukung seperti
peran tokoh agama yang masih kurang dan sarana pelayanan KB bagi pria
yang masih terus ditingkatkan. Sehingga meskipun dalam penelitian ini
banyak responden yang berusia kurang dari 40 tahun, namun banyak diantara
responden kelompok kontrol yang tidak diimbangi dengan adanya kesadaran
untuk berpartisipasi dalam KB MOP.
10
Hubungan antara antara Pendidikan dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi (nilai p 0,872). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Budisantoso (2009) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB vasektomi.
Hal ini kemungkinan disebabkan sebagian besar responden
berpendidikan SD dan SMP. Hal ini berarti responden termasuk dalam tingkat
pendidikan rendah, sehingga kemampuan memahami informasi tentang
program KB belum dapat diterima dengan lengkap dan baik. Hasil yang tidak
berhubungan juga dapat dikarenakan pemilihan metode kontrasepsi yang
akan digunakan tidak hanya diputuskan oleh akseptor, tetapi juga pengaruh
dari orang-orang sekitar misalnya istri, orang tua, teman, maupun tokoh yang
dianggap penting seperti kepala dusun, kader kesehatan maupun petugas
kesehatan di wilayah tersebut.
Hubungan antara antara Pekerjaan dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi (nilai p 0,515). Pria yang bekerja lebih cenderung memiliki interaksi
sosial dengan rekan kerjanya, saling berbagi informasi termasuk diantaranya
informasi mengenai penggunaan KB MOP. Hampir semua responden
memiliki pekerjaan sebagai petani dan sisanya pedagang, buruh, perangkat
desa, guru SD dan karyawan.
Meskipun banyak dari responden yang berstatus bekerja, namun
masih ada diantara responden yang belum memiliki kesadaran untuk turut
berpartisipasi dalam KB MOP. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah
takut gagal dalam penggunaan KB MOP, karena di wilayah penelitian
terdapat akseptor yang gagal dalam KB MOP. Hal lain yang ditakutkan
adalah lemah syahwat. Sebagian besar ketakutan tersebut terjadi pada
kelompok kontrol dan informasi-informasi mengenai kegagalan KB MOP dan
lemah syawat tersebut didapatkan melalui perbincangan dengan rekan kerja
11
ketika bekerja. Sebanyak 80% responden memiliki pekerjaan sebagai petani
dan sisanya pedagang, buruh, perangkat desa, guru SD dan karyawan.
Hubungan antara antara Pendapatan dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi (nilai p 0,600). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fienalia
(2012) yang diperoleh hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan
dengan status penggunaan kontrasepsi.
Pelayanan KB MOP di Kecamatan Jenawi diberikan secara gratis
kepada para akseptor, selain itu akseptor juga mendapatkan reward atau
penghargaan dari pemerintah berupa uang tunai. Sebagian besar responden
memiliki pendapatan menengah ke bawah, namun dengan adanya pelayanan
KB MOP gratis tidak akan menyulitkan akseptor maupun calon akseptor dari
segi ekonomi untuk ikut serta menggunakan KB MOP. Meskipun demikian,
masih banyak pria di Kecamatan Jenawi yang belum menggunakan KB MOP.
Tidak adanya hubungan dalam variabel ini dapat disebabkan oleh kurangnya
kesadaran pria dalam partisipasi KB MOP. Selain itu, penyebarluasan
informasi mengenai KB MOP lebih ditingkatkan lagi melalui sosialisasi dan
penyuluhan oleh tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat yang ada di
Kecamatan Jenawi. Harapannya melalui upaya tersebut dapat meningkatkan
kesadaran pria untuk turut berpartisipasi dalam KB MOP
Hubungan antara antara Jumlah anak dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi p sebesar 0,545. Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan
PUS dalam berKB adalah banyaknya anak yang dimilikinya, diharapkan
pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan untuk
memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pasangan yang mempunyai
anak lebih sedikit (Dewi dan Notobroto, 2014).
12
Kemungkinan tidak adanya hubungan antara jumlah anak dan perilaku
MOP pada penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah anak yang dimiliki
responden dalam kategori cukup (2). Sedangkan responden yang memiliki
anak kurang dari 2 kemungkinan masih memiliki keinginan untuk punya anak
lagi dan memutuskan untuk tidak ber-KB. Pada responden yang
menggunakan KB MOP dan yang tidak menggunakan KB MOP jumlah anak
hampir seimbang. Karena hanya selisih sedikit dan tidak ada perbedaan
walaupun banyak responden yang memiliki anak lebih dari 2.
Hubungan antara antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi (nilai p 0,000). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni, dkk
(2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi di
Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga
anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Salah
satu faktor yang mempengaruhi penggunaan metode KB pria adalah peran
keluarga terdekat, seperti istri, orang tua maupun saudara. Pada penelitian ini,
dukungan keluarga yang diperoleh responden terutama dari istri didapatkan
karena adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri dalam pemilihan
metode KB sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan.
Hubungan antara antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP
Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku MOP di Kecamatan
Jenawi (nilai p 0,002). Sejalan dengan penelitian Erliani (2014), yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pada kelompok yang
memanfaatkan metode operasi pria dan kelompok yang tidak memanfaatkan
metode operasi pria dengan pemanfaatan metode operasi pria (nilai p 0,012).
13
Sesuai dengan Kemenkes RI (2013), pria yang mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang KB, akan termotivasi untuk berperan serta
dalam menggunakan kontrasepsi. Menurut Sunaryo (2004), pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka
(overt behaviour).
Hubungan antara antara sikap dengan perilaku KB MOP
Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan lebih banyak responden
memiliki sikap yang kurang baik terhadap perilaku MOP. Hal ini ditunjukkan
pada kelompok kasus yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 46 orang
(76,73%) sedangkan kelompok kontrol memiliki sikap baik terhadap perilaku
MOP 26 orang (86,7%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi
Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada hubungan antara
sikap dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi. Ini menunjukkan bahwa
dengan sikap baik responden terhadap KB pria terutama tindakan metode
operasi pria bisa meningkatkan pemanfaatan metode operasi pria karena sikap
dapat memengaruhi seseorang untuk ber-KB atau tidak ber-KB.
Sesuai dengan penelitian BudiSantoso (2009) yang menyimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi pria
dalam KB. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Erliani (2014)
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan sikap responden dengan
pemanfaatan metode operasi pria di Kecamatan Medan Selayang. Demikian
pula penelitian yang dilakukan Wahyuni, dkk (2013) yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan sikap dengan partisipasi
pria dalam vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.
Analisis multivariate
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yang memenuhi syarat untuk
masuk ke dalam analisis multivariat dengan nilai p < 0,25. Berdasarkan Tabel
2, setelah dilakukan uji tiga variabel secara bersama-sama dengan
menggunakan analisis regresi logistik, maka hasil yang diperoleh adalah
pengetahuan (p= 0,060; OR= 8,738; 95% CI= 0,012-1,094), sikap (p= 0,001;
14
OR= 58,234; 95% CI= 5,485-618,252), dan dukungan keluarga (p= 0,000;
OR= 247,603; 95% CI= 14,889-4,118E3). Berdasarkan hasil tersebut,
variabel pengetahuan tidak signifikan karena memiliki nilai p>0,05. Sehingga
terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku KB MOP yaitu
sikap (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,000).
Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa suami yang
memiliki sikap baik dalam KB MOP berpeluang 58 kali menggunakan KB
MOP dibandingkan pada suami yang memiliki sikap kurang baik. Sedangkan
suami dengan dukungan keluarga yang kuat berpeluang 247 kali
menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami dengan dukungan keluarga
yang lemah.
Kedua variabel memiliki nilai p < 0,25 dan CI tidak menyinggung
angka 1, maka tidak dilanjutkan analisis multivariat ke dalam model 2 karena
hasilnya sama. Nilai OR yang terbesar dimiliki oleh variabel sikap. Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dominan dalam
perilaku KB MOP (p= 0,000; OR= 247,603; 95% CI= 14,889-4,118E3). Hasil
ini menunjukkan bahwa suami yang memiliki dukungan keluarga kuat dalam
KB MOP berpeluang 247 kali lebih besar menggunakan KB MOP
dibandingkan pada suami yang memiliki dukungan keluarga lemah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharyani dan Handayani
(2010) dalam analisis multivariatnya yang menyimpulkan bahwa pengetahuan
tidak berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam KB. Maharyani dan
Handayani (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan suami dalam ber KB
yang baik tidak otomatis membuat keikutsertaan suami menjadi baik pula,
pada ranah pelaksanaan partisipasi suami masih banyak mempertimbangkan
hal lain sebelum ikut berpartisipasi dalam KB seperti kesenjangan gender.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ekarini (2008), dalam analisis
multivariatnya menyimpulkan bahwa ada pengaruh sikap KB terhadap
partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (OR=5,663).
4. PENUTUP
15
Simpulan
1) Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP di Kecamatan
Jenawi.
2) Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku KB MOP di
Kecamatan Jenawi.
3) Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku KB MOP di
Kecamatan Jenawi.
4) Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP di
Kecamatan Jenawi.
5) Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku KB MOP di
Kecamatan Jenawi.
6) Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP di
Kecamatan Jenawi.
7) Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP di
Kecamatan Jenawi.
8) Ada hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP di Kecamatan
Jenawi.
9) Faktor yang paling berperan dalam perilaku KB MOP di Kecamatan
Jenawi adalah dukungan keluarga.
Saran
1) Bagi PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)
Petugas PLKB diharapkan dapat tetap memberikan upaya promotif
berupa peningkatan intensitas penyuluhan dan upaya KIE (Komunikasi,
Informasi, Edukasi) kepada semua masyarakat, agar masyarakat
mengetahui tentang KB MOP sehingga masyarakat banyak yang mau
menggunakan KB MOP.
2) Bagi Masyarakat Jenawi
Bagi masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
KB dengan cara mengikuti atau menghadiri penyuluhan dan sosialisasi
tentang KB yang dilakukan PLKB, sehingga KB tidak hanya dibebankan
16
kepada wanita saja karena laki-laki juga bisa melakukan KB yang lebih
efektif dan efisien.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut
tentang KB MOP dan menambahkan variabel yang lebih banyak lagi. Agar
dapat mengetahui apakah masih ada faktor lain yang menyebabkan orang
menggunakan KB MOP seperti jarak dan akses pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. dan Prihartono. J. 2014. Metode penelitian kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara
Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Pemakaian
Alat Kontrasepsi Di Indonesia Berdasarkan Hasil Survei Social
Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2013. Jakarta: Direktorat
Perencanaan Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan Dan
Keluarga Berencana Nasional.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Prevalensi
Pemakai Alat Kontrasepsi. Jakarta: Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2015. Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.
Budisantoso. S. I. 2009. Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di
Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia Vol. 4, no. 2.
Dewi, P.H. C. dan Notobroto, H. B. 2014. Rendahnya Keikutsertaan Pengguna
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Pasangan Usia Subur.
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3. No.1 : 66-72.
Erliani, D. 2014. Determinan Pemanfaatan Metode Operasi Pria (MOP) di
Kecamatan Medan Selayang. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Fienalia, R. A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. [Skripsi ilmiah]. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Friedman, M. M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori Dan
Praktek. Jakarta: EGC
17
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Rencana Aksi Nasional
Pelayanan Keluarga Berencana Tahun 2014-2015. Jakarta: Direktoral
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Situasi Keluarga Bencana di
Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi dan Analisis
Keluarga Berencana. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Maharyani, H. W Dan Handayani, S. 2010. Hubungan Karakteristik Suami
Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga
Berencana Di Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jurnal KES MAS Vol. 4, no. 1 :1-
75
Manuaba, I. B. G. 2000. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Wahyuni, P., Suryani, N., dan Murdani P. 2013. Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga
dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi (Di Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng). Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Vol. 1.
No. 1.