of 31 /31
LAPORAN KASUS BESAR ODS GLAUCOMA SEKUNDER ec ANIRIDIA Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Pembimbing : dr. Sara Dibacakan oleh : Fajar Akbar R Dibacakan tanggal: 29 Juni 2015 BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Fajar Tgs Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata

Text of Fajar Tgs Mata

LAPORAN KASUS BESARODS GLAUCOMA SEKUNDER ec ANIRIDIA

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior

Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Pembimbing: dr. SaraDibacakan oleh: Fajar Akbar RDibacakan tanggal: 29 Juni 2015BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus seorang perempuan 28 tahun dengan ODS GlaucomaPembimbing

: dr. SaraDibacakan oleh: Fajar Akbar RamadhanDibacakan tanggal: 29 Juni 2015Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 29 Juni 2015

Mengetahui

Pembimbing

dr. Sara

ODS GLAUCOMALAPORAN KASUS

Pembimbing

: dr. SaraDibacakan oleh: Fajar Akbar RDibacakan tanggal: 29 Juni 2015I. PENDAHULUANGlaukoma adalah sekelompok gejala yang memiliki karakteristik berupa neuropati optic, hilangnya lapang pandang, dan peningkatan tekanan intraokuler yang menjadi factor risiko.. Secara umum peningkatan tekanan intraokuler disebabkan oleh peningkatan resistensi pada outflow aquos humor.1Glaukoma dapat diklasifikasikan: glaucoma sudut terbuka dan sudut tertutup. Masing-masing glaucoma sudut terbuka dan tertutup terbagi lagi menjadi glaukoma primer dan glaukoma sekunder. Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan kulit putih, menyebabkan penyempitan lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan erng tdak terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang luas. Ras kulit hitam memiliki risiko yan lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis dan penurunan penglihatan yang berat dibanding dengan ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Persentasi ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit.2Meskipun ada dugaan tentang adanya suatu autosomal dominan inheritan, kebanyakan pasien memperlihatkan pola resesif dengan penetran variabel atau inkomplit, dan kemungkinan multifaktorial inheritan. Beberapa tipe glaukoma juvenil yang mempunyai pola autosomal dominan inheritan dikelompokkan pada kromosom IQ 2131. Sebelum adanya terapi operasi yang efektif, kasus terburuk dengan penyakit ini hampir selalu menyebabkan kebutaan.3,4Penegakan diagnosis dan terapi secara dini terhadap glaukoma secara signifikan dapat meningkatkan penglihatan anak untuk jangka panjang.3 Laporan ini menyajikan seorang anak laki-laki dengan glaukoma juvenile. Perjalanan klinis dan penanganan yang dilakukan menjadi bahan diskusi pada kasus ini.II. IDENTITAS PENDERITA

Nama

: Nn RFUmur

: 28 tahun

Agama

: Islam

Alamat : MranggenPekerjaan

: Pegawai swastaIII. ANAMNESIS

(autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 26 Juni 2015 di Poliklinik Mata pukul 13.00)

Keluhan Utama

: kedua mata kemengRiwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 4 bulan yang lalu, pasien mengeluh kedua mata kemeng disertai penglihatan kabur pada mata kiri saat melihat jauh dan dekat. Mata kemeng dan penglihatan kabur dirasakan perlahan-lahan, semakin memberat dan tidak membaik dengan istirahat. Pengilhatan kabur tidak disertai dengan mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mual muntah (-), nrocos (-), silau (-).

Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh mata semakin kemeng disertai penglihatan mata kanan-kiri semakin kabur dan pasien mengeluh hanya dapat melihat benda yang berjarak dekat saja. Penglihatan mata kiri dan kanan menjadi kabur terus menerus dan tidak berkurang dengan istirahat. Pengilhatan kabur tidak disertai dengan mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mual muntah (-), nrocos (-), silau (-). Kemudian pasien memeriksakan diri ke RS Ketileng dan diberikan obat tetes yaitu Glaopen dan Tonor, tetapi karena keluhan tidak berkurang kemudian pasien dirujuk ke RSDK.Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penggunaan obat minum dan tetes serta jamu dalam jangka panjang disangkal Riwayat penggunaan kaca mata disangkal

Riwayat penyakit kencing manis disangkal

Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal Riwayat trauma pada daerah mata disangkal Riwayat alergi obat disangkal Riwayat pernah nyeri dada dan sesak disangkal Riwayat kencing batu disangkal Riwayat operasi sebelumnya disangkalRiwayat Penyakit Keluarga :

Ayah menderita glaukoma Ayah menderita hipertensi Riwayat kencing manis pada keluarga disangkalRiwayat Sosial Ekonomi :

Penderita adalah seorang pegawai swasta Biaya pengobatan menggunakan BPJS non PBI.

Kesan: sosial ekonomi cukupIV. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIKStatus Praesen (Tanggal 25 Juni 2015)

Keadaan umum: baik

Kesadaran

: komposmentis

Tanda vital

: TD : 120/80 mmHgsuhu : 36,5 oC

nadi : 76x/menit

RR : 20x/menit

BB: 60 Kg

TB: 166 cm

Pemeriksaan fisik: kepala : mesosefal

thoraks : cor : tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan

abdomen : tidak ada kelainan

ekstremitas : tidak ada kelainanStatus Oftalmologi (Tanggal 25 Juni 2015)

Oculus DexterOculus Sinister

6/40VISUS6/40

Tidak dilakukanKOREKSITidak dilakukan

Tidak dilakukanSENSUS COLORISTidak dilakukan

Gerak bola ke segala arah baikPARASE/PARALYSEGerak bola ke segala arah baik

Tidak ada kelainanSUPERCILIATidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-)PALPEBRA SUPERIOREdema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-)PALPEBRA INFERIOREdema (-), spasme (-)

Hiperemis (-),sekret (-), kemosis (-)CONJUNGTIVA PALPEBRALISHiperemis (-),

sekret (-), kemosis (-)

Hiperemis (-),

sekret (-), kemosis (-)CONJUNGTIVA FORNICESHiperemis (-),

sekret (-), kemosis (-)

Hiperemis (+)

Kemosis (-),

injeksi (+), sekret (-)CONJUNGTIVA BULBIHiperemis (+)

Kemosis (-),injeksi (+), sekret (-)

Tidak ada kelainanSCLERATidak ada kelainan

Oedem (+) mikrokotikCORNEAOedem (+) mikrokotik

Kesan dalamCAMERA OCULI ANTERIORKesan dalam

aniridiaIRISaniridia

(-)PUPIL(-)

JernihLENSAJernih

(+)< cemerlang FUNDUS REFLEKS(+) < cemerlang

T. Schiotz 23,1 mmHgTENSIO OCULIT. Schiotz 37,2 mmHg

Tidak dilakukanSISTEM CANALIS LACRIMALISTidak dilakukan

Tidak dilakukanTEST FLUORESCEINTidak dilakukan

Tes Konfrontasi

Mata kanan: didapatkan kesan gangguan lapangan pandang pada daerah temporal.

Mata kiri: didapatkan kesan gangguan lapangan padang pada daerah superior, inferior dan nasal.Kesimpulan : didapatkan defek lapangan pandang temporal pada mata kanan dan defek lapangan pandang superior, inferior dan nasal pada mata kiri.Funduskopi mata kanan kiri

Papil N. II : bulat, batas tegas, CDR 0,8, kuning kemerahan, excavatio glaucomatosa (+), medialisasi (+)Vasa : AVR 2/3, perjalanan vasa dalam batas normal

Retina : perdarahan (-), edema (-), ablatio (-), eksudat (-)

Makula : refleks fovea (+) cemerlang

PEMERIKSAAN PENUNJANG: belum dilakukan.V. RESUME

Sejak 4 bulan yang lalu, pasien mengeluh kedua mata kemeng disertai penglihatan kabur pada mata kiri saat melihat jauh dan dekat. Mata kemeng dan penglihatan kabur dirasakan perlahan-lahan, semakin memberat dan tidak membaik dengan istirahat. Pengilhatan kabur tidak disertai dengan hiperemis (-), fotofobia (-), cekot-cekot (-), mual muntah (-), epifora (-). 1 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kiri semakin kabur, penglihatan mata kanan menjadi ikut kabur dan pasien sering mengeluh jika berjalan menabrak benda-benda disekitar. Penglihatan mata kiri dan kanan menjadi kabur terus menerus dan tidak berkurang dengan istirahat. Kemudian pasien memeriksakan diri ke RSUD Ketileng dan diberikan obat tetes yaitu Glaopen dan Tonor, tetapi karena keluhan tidak berkurang kemudian pasien kontrol kembali dan pasien dirujuk ke RSDK.Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas

normal.Status Oftalmologi :

Oculus DexterOculus Sinister

6/40VISUS6/40

Hiperemis (+)

Kemosis (-),

injeksi (+), sekret (-)CONJUNGTIVA BULBIHiperemis (+)

Kemosis (-),

injeksi (+), sekret (-)

Oedem (+) mikrokotikCORNEAOedem (+) mikrokotik

Kesan dalamCAMERA OCULI ANTERIORKesan dalam

aniridiaIRISaniridia

(-)PUPIL(-)

JernihLENSAJernih

(+)< cemerlang FUNDUS REFLEKS(+) < cemerlang

T. Schiotz 23,1 mmHgTENSIO OCULIT. Schiotz 37,2 mmHg

Tes Konfrontasi

didapatkan defek lapangan pandang temporal pada mata kanan dan defek lapangan pandang superior, inferior dan nasal pada mata kiri.Funduskopi mata kanan kiri

Papil N. II : bulat, batas tegas, CDR 0,8, kuning kemerahan, excavatio glaucomatosa (+), medialisasi (+)

VI. DIAGNOSA KERJAODS Glaucoma et AniridiaVII. TERAPI

Timolol maleat 0,5% ED/12 jam mata kanan-kiriGlaucon 250mg/12 jam mata kanan-kiriKCL 250 mg/8 jam

VIII. PROGNOSIS

ODOS

Quo ad visamDubia ad bonamDubia ad bonam

Quo ad sanamdubiadubia

Quo ad vitamad bonam

Quo ad cosmeticamad bonam

IX. USUL USUL

Pemeriksaan Foto Fundus, OCT Papil NII dan RNFLPemeriksaan lapangan pandang degan HVFAX. EDUKASI

Menjelaskan pada penderita dan keluarga bahwa pandangan pada mata kanan dan kiri menjadi kabur dan seringnya pasien menabrak-nabrak disebabkan oleh karena adanya peningkatan tekanan di bola mata yang berlangsung lama yang disebut glaukoma. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penurunan penglihatan mata pasien tidak dapat diperbaiki lagi karena sudah terjadi kerusakan saraf yang permanen atau menetap akibat glaukoma. Untuk mempertahanan kondisi diperlukan terapi medikamentosa dan operasi. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa glaukoma pada pasien terjadi karena pasien memiliki kelainan bawaan yaitu aniridia ( tidak memiliki iris). Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa terapi medikamentosa bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata. Akan tetapi, penggunaan obat tiak boleh jangka panjang oleh karena itu disarankan untuk tindakan operasi untuk membuat saluran aliran baru.

Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa penurunan penglihatan pada pasien dikarenakan oleh aniridia, sehinga pasien disarankan untuk memakai kontak lensa berwarna untuk memfokuskan penglihatan. Kontak lensa dapat digunakan setelah kondisi kornea membaik (edem berkurang)

Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang mungkin terjadi saat, selama dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, peradangan pada mata, dan hilangnya penglihatan. Menjelaskan kepada penderita bahwa pasien harus selalu kontrol teratur untuk pemantauan hasil operasi dan perkembangan penyakitnya. Menjelaskan pada keluarga bahwa penyakit glaukoma ini dapat diturunkan sehingga disarankan untuk memeriksakan anggota keluarga yang lain untuk skrining ada tidaknya penyakit glaukoma.XI. DISKUSIDefinisi Glaukoma adalah sekelompok gejala yang memiliki karakteristik berupa neuropati optic, hilangnya lapang pandang, dan peningkatan tekanan intraokuler yang menjadi factor risiko.. Secara umum peningkatan tekanan intraokuler disebabkan oleh peningkatan resistensi pada outflow aquos humor.1Glaukoma dapat diklasifikasikan: glaucoma sudut terbuka dan sudut tertutup. Masing-masing glaucoma sudut terbuka dan tertutup terbagi lagi menjadi glaukoma primer dan glaukoma sekunder. Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan kulit putih, menyebabkan penyempitan lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan erng tdak terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang luas. Ras kulit hitam memiliki risiko yan lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis dan penurunan penglihatan yang berat dibanding dengan ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Persentasi ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit.2EpidemiologiGlaukoma adalah penyebab kedua kebutaan di dunia. Di Amerika, penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah. Glaukoma sudut terbuka merupakan bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras kulit putih. Di Amerika Serikat, 1,29% orang berusia lebih dari 40 tahun, meningkat hingga 4,7% pada orang berusia lebih dari 75 tahun, diperkirakan mengidap glaukoma sudut terbuka. Pada penyakit ini terdapat kecenderungan familial yang kuat dan kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining yang teratur.6,7Faktor ResikoFaktor risiko glaukoma sudut terbuka adalah :6a. Peningkatan tekanan intraokulerTiga faktor yang menentukan TIO yaitu :

1. Produksi akuos humor oleh korpus siliaris.2. Hambatan aliran akuos humor ke system trabecular meshwork- canal schlem.3. Tekanan vena episklera.Pada glaukoma sudut terbuka banyak pasien yang akan memperlihatkan tekanan intraokuler yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokuler semata-mata tidak selalu berarti bahwa pasien mengidap glaukoma sudut terbuka karena untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti bukti lain berupa adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan intra okuler terus menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal, pasien dapat diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma.

b. Usia lanjut

Usia lanjut adalah faktor risiko penting pada glaukoma sudut terbuka. The Balltimore Eye Survey menemukan prevalensi glaukoma meningkat secara drastis sesuai umur terutama pada kulit hitam. Collaborative Initial Glaukoma Treatment Study menemukan defek lapangan pandang berkembang 7 kali lebih sering pada pasien dengan usia 60 tahun atau lebih dibandingkan dengan usia 40 tahun atau kurang.c. Riwayat keluarga

The Balltimore Eye Survey menemukan risiko relative mendapat glaukoma sudut terbuka meningkat 3,7 kali pada individu yang memiliki saudara dengan glaukoma sudut terbuka.PatogenesisSudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini, didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran desemet, kanal schlem yang menampung cairan mata kesalurannya.4Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan mata (aqueous humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular meshwork. Aqueous humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata.4

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstra sel di jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan peningkatan tekan intra-okuler.4

Gambar 5. Blokade pada jaringan trabekularEfek peningkatan tekanan intra-okuler di dalam mata ditemukan pada semua bentuk glaukoma, yang manifestasinya ditentukan oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intra-okuler. Mekanisme utama pada penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optik. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.4Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan hubungannya dengan tingginya tekanan intra-okuler sebenarnya masih diperdebatkan. Teori-teori utama memperkirakan adanya perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat tekanan intra-okuler di saraf optikus setinggi lamina kibrosa atau si pembuluh yang memperdarahi kepala/ujung saraf optikus.4Gejala Klinis 4,8,9Onset glaukoma sudut terbuka biasanya tidak jelas, progresif lambat, dan tidak nyeri, sehingga jarang timbul keluhan. Gejala lain yang timbul berupa peningkatan tekanan okuler, dimana hal ini sering mendahului kelainan diskus optikus dan lapangan pandang selama bertahun-tahun. Walaupun terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan intraokuler dan keparahan penurunan penglihatan, efek yang ditimbulkan peningkatan tekanan pada nervus optikus sangat bervariasi antar individu. Sebagian orang dapat mentoleransi peningkatan tekanan tersebut tanpa mengalami kelainan diskus atau lapangan pandang, sedangkan yang lain memperlihatkan kelainan-kelainan glaukomatosa pada tekanan intra okuler normal.Walaupun demikian,tekanan intraokular yang lebih tinggi berkaitan dengan kehilangan lapangan pandang yang lebih berat.Gejala klinis glaukoma sudut terbuka : Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena perjalanan penyakit yang perlahan-lahan dan progresif (a silent disease). Hampir selalu penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang sudah berat. Sifat glaukoma ini adalah bilateral, tetapi biasanya mulai pada satu mata terlebih dahulu. Kebanyakan ditemui pada penderita umur 40 tahun ke atas. Mata tidak merah. Hal ini mengakibatkan terdapat gangguan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Akibat tekanan yang tinggi akan terbentuk atrofi papil disertai ekskavasio glaukomatosa apabila glaukoma sudah berlangsung lama. Lapangan pandang perifer akan mengecil atau menghilang. Keadaan ini dinamakan tunnel vision (penglihatan terowongan). Pada gonioskopi akan ditemukan sudut bilik mata depan yang lebar. Normal VisionThe same scene as it might be viewed by a person with glaukoma

Gambar 6. Lapangan pandang normal dan glaucomaUntuk menegakkan diagnosis, ada 3 hal yang perlu diperhatikan : Level tekanan intraokuler

Kelainan nervus optikus

Visual field loss ( hilangnya lapangan pandang)

Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan dua dari tiga hal tersebut.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang glaukoma sudut terbuka adalah : 4,10a. Tonometri, untuk mengetahui tekanan intra okuler

Pemeriksaan dengan tonometri bertujuan untuk mengetahui tekanan intraokuler. Rentang tekanan intraokuler normal adalah 10 20 mmHg

b. Pemeriksaan Lapangan PandangPemeriksaan lapangan pandang dilakukan dengan dua cara. Pertama, uji konfrontasi untuk melihat gangguan lapangan pandangan dengan membandingkan lapangan pandangan pasien dengan pemeriksa. Kedua, perimetri goldmann untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama.c. Funduskopi

Pemeriksaan fundoskopi dilakukan dengan dua cara, yaitu pemeriksaan ophtalmoskop langsung untuk menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli dan pemeriksaan ophtalmoskop tidak langsung untuk melengkapi. d. Gonioskopi

Gonioskop bertujuan untuk memeriksa lebar sempitnya sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus (goniolens). Selain itu, juga diperiksa apakah ada pelekatan iris di bagian perifer dan kelainan lainnya.Diagnosa BandingDiagnosis banding glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma bertekanan rendah (low-tension glaukoma), corticosteroid-induced glaukoma, glaukoma sekunder sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup kronik. Penatalaksanaana. Medikamentosa

Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, dan mencegah terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior. Obat-obat yang bisa diberikan pada penderita glaukoma sebagai berikut: 4,10 Prostaglandin analog

-Adrenergic antagonist ( -bloker )

Adrenergic agonist

2-Adrenergik agonist

Parasympatomimetic (miotic) agents

Carbonic anhidrase inhibitors

Hiperosmotic agents

b. Non Medikamentosa

Indikasi dilakukannya operasi, yaitu: 4,10 Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai dengan obat.

Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan laser terapi.

Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan kerusakan diskus yang berat.

Jenis operasi yang dapat dilakukan dalam penatalaksanaan glaukoma sudut terbuka adalah :

1. Laser trabekuloplasti

Laser trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang menggunakan energi laser yang dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya salah satu dari pinggir anyaman trabekula (1800). Ada berbagai cara yang tersedia, diantaranya argon laser trabekuloplasti (ALT), diodor laser trabeculoplasty dan selektif laser trabeculoplasty (SLT).

LTP diindikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan glaukoma sudut terbuka dan menuntut penurunan TIO. Selain efektif pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka, LTP juga efektif pada pasien dengan pigmentasi glaukoma. LTP tidak efektif untuk mengobati glaukoma tekanan rendah dan glaukoma sekunder seperti uveitis galukoma. LTP dapat menurunkan sekitar 20-25% TIO awal pasien.

Kontraindikasi LTP adalah pasien dengan inflamasi glaukoma, iridokorneal endothelial (ICE), glaukoma neovaskularisasi atau sinekia sudut tertutup pada pasien dengan glaukoma yang progresif.

2. Trabekulektomi

Trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Pada trabekulektomi ini, cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Tujuannnya agar cairan mata bisa melewati anyaman trabekula menuju ruang subkonjungtiva dimana pada saat bersamaan tekanan intraokuler optimal tetap dipertahankan (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah) sebagaimana mempertahankan bentuk bulat mata (mencegah pendangkalan bilik mata depan).

Komplikasi

Komplikasi dari glaukoma sudut terbuka adalah penurunan lapangan pandang yang dapat berakhir dengan kebutaan atau disebut sebagai glaukoma absolut. Namun terjadinya kebutaan pada penderita glaukoma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

tingkat keparahan penyakit

usia penderita usia muda

TIO yang tidak terkontrol

PrognosisPrognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Walaupun telah ada teknik pembedahan, namun tidak menjamin kesembuhan mata. Dengan demikian tetap diperlukan kontrol teratur. Pada penderita memerlukan pemeriksaan papil saraf optik (funduskopi) dan lapangan pandang 6 bulan sekali. Bila terdapat riwayat keluarga glaukoma, buta, myopia tinggi, anemia, hipertensi, diabetes mellitus, maka harus dilakukan kontrol lebih sering.10XII. ANALISA KASUSPada kasus ini mata kanan dan kiri penderita didiagnosis sebagai ODS glaucoma sekunder ec aniridia berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien berusia 28 tahun, sejak 4 bulan yang lalu visus menurun perlahan yang disertai dengan penyempitan lapangan pandang, tanpa mata merah, tanpa nyeri pada mata, tidak mual dan muntah. Dari pemeriksaan oftalmologis pada tanggal 24 april 2015 didapatkan visus OD 6/40 OS 6/40, injeksi konjuntiva minimal, kornea edema (+),COA kesan dalam, OS T (Schiotz) : 37,2 mmHg, OD T. Schiotz 23,1 mmHg ( pemeriksaan funduskopi papil n II bulat, batas tegas, CDR 0,8 , excavatio glaucomatous (+), medialisasi (+).Pada kasus ini diberikan terapi berupa supresi produksi humor akuous yaitu timolol maleate 0,5% setiap 12 jam eye drop yang merupakan golongan beta bloker non spesifik dan Glaucon 250 mg setiap 12 jam peroral yang merupakan golongan carbonic anhydrase inhibitor disertai KCL 250 mg/8jam peroral, apabila dengan terapi yang telah diberikan diperkirakan tidak dapat mengontrol tekanan intraokular maka di sarankan dilakukan operasi berupa trabekulektomi pada kedua mata untuk menyelamatkan visus.

DAFTAR PUSTAKA1. Skuta GL, Cantor LB, 2011. Orbit and Ocular Adnexa. Dalam: BCSC Fundamentals and Principles of Ophthalmology, Section 10, 2011-2012. American Academy of Ophthalmology. 2011; h.50-64.

2. Japan Glaucoma Society, Guidelines for Glaucoma; 2005 : 17 18.3. Glaucoma. In : Basic and Clinical Science Course. Last Major Revision 200-2001. Section 10. American Academy of Ophthalmology, The Eye M.D Association. United States of America. P ; 122 129.

4. Salmon JF, 2008. Glaukoma. Dalam: Vaughan dan Ashbury Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: EGC. 2010; h.212-28.

5. Skuta GL, Cantor BL, Jayne SW. Childhood Glaucoma. In : Section 6 Glaucoma. Singapore : American Academy of Ophtamology; 2014.

6. Khurana AK, 2007. Glaucoma. Dalam; Comprehensive Ophthalmology, 4th Edition. New Delhi: New Age International. 2007. h.205-208.7. Skuta GL, Cantor LB, 2011. Introduction to Glaucoma: Terminology, Epidemiology, and Heredity. Dalam: BCSC Glaucoma, Section 10, 2011-2012. American Academy of Ophthalmology. 2011; h.3-16.

8. Sidarta I, 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007; h.200-11.9. Skuta GL, Cantor LB, 2011. Open Angle Glaucoma. Dalam: BCSC Glaucoma, Section 10, 2011-2012. American Academy of Ophthalmology. 2011; h.85-121.

10. Skuta GL, Cantor LB, 2011. Clinical Evaluation. Dalam: BCSC Glaucoma, Section 10, 2011-2012. American Academy of Ophthalmology. 2011; h.33-83.

Lensa jernih, luksasi (-)

Tampak zonula zinii disekeliling lensa

ssdsd

20