Upload
lykhanh
View
261
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Konsep Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air i
EXECUTIVE SUMMARY
PENGELOLAAN BASIS DATA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SUMBER DAYA AIR BIDANG IRIGASI
TAHUN ANGGARAN 2013
Desember, 2013
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air ii
KATA PENGANTAR
Laporan ini hasil dari kegiatan Pengelolaan Basis Data dan Sistem
Informasi Geografis Sumber Daya Air Bidang Irigasi yang dilaksanakan oleh Balai
Irigasi, Pusat Penelitian dan pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian
dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum, yang dibiayai oleh APBN
tahun anggaran 2013.
Tujuan dari kegiatan ini adalah Pangkalan data irigasi permukaan maupun
irigasi mikro, serta tersedianya Sistem Informasi Geografis Sumber Daya Air (SIG-
SDA) bidang irigasi, untuk menunjang tersusunnya buku data daerah irigasi
sebagai katalog irigasi serta tersusunnya peta alih fungsi lahan irigasi dan peta
zonasi potensi lahan irigasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pemangku kebijakan dalam mengembangkan lahan pertanian beririgasi.
Executive Summary ini disusun oleh Widya Utaminingsih, SP, dengan
arahan Kepala Balai Irigasi selaku penanggungjawab kegiatan, dimana pada
tahun anggaran 2013, kegiatan ini akan menghasilkan satu output yaitu: Model
Sistem Pangkalan Data Irigasi serta Peta Zonasi Potensi dan Alih Fungsi Lahan
Irigasi serta Sistem Informasi (Website Balai Irigasi).
Harapan Executive Summary ini dapat dimanfaatkan oleh stakeholder
dalam pelaksanaan perbaikan jaringan irigasi dan data informasi dapat digunakan
pemangku kewenangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan irigasi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya kegiatan ini.
Bandung, Desember 2013 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M. Eng
NIP. 195404251980121002
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air iii
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
2. Lingkup Kegiatan .................................................................................... 2
3. Tujuan dan Sasaran ............................................................................... 2
4. Sasaran (Output) .................................................................................... 3
5. Metode .................................................................................................... 4
6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan............................................................ 9
7. Kesimpulan dan Saran ........................................................................... 14
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 1
1. Latar Belakang
Luas Daerah Irigasi (DI) di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007 lebih kurang7.469.796 ha, yang terbagi kedalam 33.210 Daerah
Irigasi dengan jumlah hampir 6000 Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengingat luas dan
banyaknya daerah irigasi di Indonesia, maka perlu dibangun sebuah sistem untuk
pengelolaan data keirigasian yang terstruktur dengan baik.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pengelolaan Basis Data
dan Sistem Informasi SDA untuk mendukung peningkatan kualitas data dalam
pengelolaan SDA yang dilaksanakan secara multiyears yang dimulai sejak tahun
2006.
Penyediaan data dan informasi mengenai irigasi kepada publik sangat penting
terutama untuk mendukung pengelolaan jaringan irigasi yang berkelanjutan. Data
dan informasi yang ada akan menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam
mengambil keputusan mengenai pengelolaan irigasi. Tidak hanya untuk irigasi
permukaan, data irigasi mikro juga perlu diidentifikasi lebih lanjut agar
pelaksanaannya dapat mendukung kelangsungan ketahanan pangan nasional.
Adanya alih fungsi lahan beririgasi menjadi lahan permukiman dan industri menjadi
kendala bagi pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, karena dalam jangka
panjang akan berdampak terhadap menurunnya ketahanan pangan nasional.Untuk
mengatasi hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum menatapkan kebijakan
pengembangan lahan beririgasi. Pengembangan irigasi diharapkan dapat
meningkatkan kerterjaminan air irigasi sehingga indeks pertanaman dan
produktivitas lahan dapat meningkat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya menunjukkan bahwa
alih fungsi lahan irigasi (sawah) ke sektor nonpertanian di Pulau Jawa pada periode
tahun 2006-2011, terjadi cukup luas yaitu sebesar 741.948,88 ha, atau 20,785 %,
sedangkan rerata laju alih fungsi lahan irigasi di P. Jawa setiap tahunnya 4,157 %.
Adanya alih fungsi lahan di P. Jawa yang cukup besar akan menjadi masalah dalam
pemenuhanan kebutuhan pangan nasional, sehingga perlu mendapatkan perhatian
yang cukup besar dari pemerintah dan menjadi pertimbangan dalam kebijakan
pengembangan lahan irigasi.
Dalam rangka mengidentifikasi hal tersebut, perlu dilakukan updating data
keirigasian baik irigasi mikro maupun irigasi permukaan, termasuk data alih fungsi
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 2
lahan sawah beririgasi dan pengkajian untuk menentukan tingkat kesiapan suatu
daerah dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi, terutama dari aspek
agroekologi, ketersediaan air, sosial, budaya dan ekonomi. Hasil dari studi ini dapat
dijadikan acuan awal untuk menentukan skala prioritas upaya
pengembanganirigasi.Pengkajian dilakukan mencakup alih fungsi lahan dan kriteria
kesiapan daerah, agar kemudian dapat disusun peta zonasi irigasi yang dapat
digunakan dalam penentuan kebijakan pengembangan dan pengelolaan lahan
beririgasi.Untuk itu Pusat Litbang SDA perlu menyusun pengelolaan basis data dan
sistem informasi SDA untuk mendukung peningkatan kualitas data dalam
pengelolaan SDA.
2. Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini terdiri dari dua sub kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun
anggaran 2013 yaitu terdiri dari:
A. Sub Kegiatan I: Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis
Bidang Irigasi
Lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan Pangkalan Data dan
Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi ini adalah:
1. Basis data Irigasi berbasis website, meliputi kegiatan:
a. Pembangunan sistem informasi basis data berbasis website.
b. Sinkronisasi dan integrasi data/informasi irigasi dengan data yang ada
di Direktorat Jenderal SDA.
2. Pengembangan website SIG-SDA Bidang Irigasi
3. Penyusunan Katalog Irigasi.
B. Sub Kegiatan II: Pemetaan Alih Fungsi dan Zonasi Potensi Lahan
Irigasi
Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Zonasi dan Alih
Fungsi Lahan Irigasi adalah:
1. Pemetaan alih fungsi lahan untuk Pulau Sumatera.
2. Pemetaan Zonasi Potensi lahan irigasi di Pulau Sumatera.
3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
1. Terwujudnya Pangkalan data Irigasi baik irigasi permukaan maupun irigasi
mikro dan tersedianya Sistem Informasi Geografis Sumber Daya Air (SIG-SDA)
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 3
bidang irigasi untuk menunjang tersusunnya buku data daerah irigasi sebagai
katalog irigasi.
2. Tersusunnya peta alih fungsi lahan irigasi dan peta zonasi potensi lahan irigasi,
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan
dalam mengembangkan lahan pertanian beririgasi.
4. Sasaran Keluaran (Output)
Kegiatan Pengelolaan Basis Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang
Irigasi merupakan kegiatan multiyears yang dilaksanakan mulai tahun 2006
dengan sasaran output setiap tahunnya sebagai berikut:
2006: Model Sistem; Pembangunan Software Sistem Informasi Data Dasar
Irigasi.
2007: Model Sistem; Pangkalan Data Hasil Penyempurnaan Software SIDDI.
2008: Model Sistem;Pangkalan Informasi Tentang Data Dasar Sistem Irigasi
yang Dikemas dalam Satu Kesatuan Software (SIDDI).
2009: Model Sistem: berupa Pangkalan Data dan Informasi Irigasi Hasil
Ujicoba dan Penyempurnaan Software SIDDI dan pengembangan
Software SIDDI Berbasis Opensource.
2011: Model Sistem SIG-SDA Bidang Irigasi serta Buku Pangkalan Data dan
Informasi Bidang Irigasi di P. Jawa, Sebagian P. Sumatera dan
Kalimantan.
2012: Model Sistem Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang
Irigasi
Dari output tersebut dihasilkan pula Komponen Output dari Model Sistem
Pangkalan Data dan Sstem Informasi Geografis yaitu:
1. Buku Data Irigasi;
2. Buku SIG-SDA Bidang Irigasi;
3. Katalog Irigasi Daerah Irigasi Cihea.
2013: Model Sistem Pangkalan Data Irigasi serta Peta Zonasi Potensi dan
Alih Fungsi Lahan Irigasi serta Sistem Informasi (Website Balai Irigasi), dengan komponen outputnya adalah: 1. Basis Data berbasis Website
2. Website SIG-SDA Bidang Irigasi
3. Katalog Irigasi Daerah Irigasi di BBWS Brantas
4. Peta Zonasi Potensi Lahan Irigasi P. Sumatera
5. Peta Alih Fungsi Lahan Irigasi P. Sumatera
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 4
2014: Dokumen; berupa Model SIG-SDA bidang Irigasi serta buku
pangkalan data dan informasi halil litbang bidang irigasi
5. Metode
Metode yang digunakan untuk kegiatan Pengelolaan Basis Data dan Sistem
Informasi Geografis Sumber Daya Air Bidang Irigasimeliputi:
5.1. Pengelolaan Basis Data dan Sistem Informasi Geografis Sumber Daya
Air Bidang Irigasi.
a. Basis Data berbasis Website
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi:
1) Menyusun kerangka Pengembangan Software Sistem Informasi
Data Dasar Irigasi (SIDDI) berbasis Website.
Penyusunan kerangka ini dilakukan dengan mempelajari struktur
data base pada Software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi
(SIDDI), sejauhmanakah materi yang terkandung didalamnya dan
bagaimana alur pemikiran dalam sebuah sistem, termasuk
mempelajari pengkodean sistem untuk integrasi data dalam
sebuah software.
2) Pembuatan Sistem Data Base dan penelaahan terhadap
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri serta Keputusan Menteri
yang berkaitan dengan Data dan Operasi Irigasi.
Pembuatan sistem data base dilakukan setelah pengkodean
dilaksanakan, agar dapat menjadi sebuah integrasis sistem yang
baik maka penterjemahan kode dilakukan berdasarkan peraturan
yang ada. Adapun peraturan-peraturan yang digunakan untuk
mendukung sistem ini adalah:
a. Keppres No 12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah
Sungai.
b. Kepmen PU No 390/KPTS/M/2007 Tentang Penetapan Status
Daerah Irigasi yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan
Tanggung Jawab Pemerintah.
c. Permen PU Nomor 32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Operasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
3) Integrasi Data dalam SIDDI pada pengembangan SIDDI berbasis
website.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 5
4) Integrasi dilakukan dengan melihat ketersediaan data hasil
inputing dalam Software SIDDI untuk selanjutnya dapat dikonversi
dalam software aplikasi online yang akan dibuat.
5) Simulasi penayangan dan Integrasi menggunakan Internet
Protocol (IP) Publik.
6) Penayangan secara online untuk dapat diakses oleh masyarakat
umum dengan menggunakan IP Publik.
7) Finalisasi Software
Finalisasi software dilakukan jika semua menu telah dapat diakses
langsung dan sudah tidak terjadi error.
b. Website SIG-SDA Bidang Irigasi
SIG SDA bidang irigasi merupakan bentuk penyajian data dan
informasi irigasi secara spasial pada daerah irigasi berdasarkan
DAS yang ada. Pengerjaannya dilakukan pada softwareArcGIS
yaitu dengan digitasi dan kodefikasi pada peta DAS yang telah
ditentukan.
Langkah-langkah untuk membangun website SIG-SDA Bidang
irigasi adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan data kodefikasi irigasi dalam bentuk file .shp yang
telah dilengkapi keterangannya.
2) MenginstallArcGIS Server pada server Basis Data.
3) Setting dan uji coba penayangan.
4) Integrasi website Balai Irigasi denganwebsite Pusat Litbang SDA
Kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi meliputi penyampaian
informasi pada peta daerah irigasi dengan menampilkan
informasi berupa:
1. Poligon, dengan komponen informasi didalamnya meliputi:
a. Nama Irigasi
b. Luas Area (Ha)
c. Indeks Pertanaman (IP)
d. Status Pengelolaan
2. Titik (point) untuk menggambarkan informasi dari skema irigasi,
dengan komponen informasi yang akan ditampilkan meliputi:
a. Kode Petak
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 6
b. Kondisi
c. Debit Kebutuhan
d. Luas Petak Tersier
e. Nama dan Status P3A
f. Jenis Bangunan Irigasi
g. Tahun dibangun
c. Katalog Irigasi
Data hasil survei dan pengumpulan data, selanjutnya disusun
menjadi sebuah katalog irigasi. Data yang telah dianalisa,
kemudian diinventarisasi dan disusun berdasarkan outline yang
telah ditentukan. Inventarisasi data dilakukan berdasarkan
bangunan dan saluran irigasi pada skema bangunan dan
jaringan irigasi.
5.2. PemetaanAlih Fungsi Lahan dan Zonasi Potensi Lahan Irigasi
Pemetaan dilakukan untuk menentukan luasan alih fungsi lahan
pada periode tiga tahunan menggunakan peta tutupan lahan tahun
yang berbeda. Peta alih fungsi lahan irigasi dibuat untuk
mengetahui laju alih fungsi lahan dari tahun 2003 sampai dengan
2011 yang terbagi menjadi tigaperiode peta yaitu tahun 2003 – 2006,
2006 - 2009 dan tahun 2009 sampai 2011.
Metode yang digunakan dalam penyusunan peta zonasi potensi
pengembangan irigasi adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Peta tematik
Peta tematik yang digunakan dalam pemetaan zonasi potensi
pengembangan irigasi adalah peta yang sesuai dengan 8 kriteria
pengembangan irigasi, peta tematik yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a) peta jenis tanah dan tata guna lahan untuk mewakili kriteria tanah
yang subur dan sesuai dengan tanaman yang diairi.
b) peta ketersediaan air untuk mewakili kriteria air cukup tersedia dan
memenuhi syarat Kualitas dan Kuantitas.
c) peta sebaran desa/sensus penduduk untuk mewakili kriteria
adanya Petani penggarap tersedia atau akan tersedia.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 7
d) peta kepemilikan lahan dan Peta RTRW untuk mewakili kriteria
Tidak ada hambatan status lahan.
e) peta Indeks Potensi Desa untuk mewakili kriteria yang dapat
digunakan sebagai daerah konsumsi, atau pemasaran produksi.
f) peta infrastruktur atau Peta RTRW untuk mewakili kriteria adanya
prasarana dari maupun ke daerah tersebut tidak sulit.
g) peta potensi banjir Tidak selalu mengalami banjir atau genangan
yang sulit diatur.
h) Hal yang baik yang diperkirakan mendukung dan menghambat
(Peta RTRW).
2. Proses Pemetaan
Proses pembuatan peta zonasi potensi pengembangan irigasi adalah
sebagai berikut:
a. Pemetaan dilakukan dengan cara menganalisa atribut peta RTRW
yaitu dengan memisahkan polygon “peruntukan untuk pertanian”
yang artinya daerah yang peruntukan tata ruangnya dipergunakan
untuk kawasan pertanian, polygon tersebut kemudian di “clip” atau
dipisahkan dan disimpan dengan nama “kawasan_pertanian”
untuk proses analisa selanjutnya.
b. Buka peta jenis tanah pada sheet yang sama, proses selanjutnya
adalah proses pemisahan/pemotongan (clip) polygon yang
atribut/keterangannya merupakan daerah yang mempunyai
kelerengan/elevasi 0 – 8%, kemudian disimpan dalam file
“elevasi_memenuhi”.
c. Buka peta “Daerah Rawan Banjir”, lakukan proses yang sama
dengan peta RTRP dan Jenis tanah, yaitu melakukan proses “clip”
polygon pada keterangan/atribut “non banjir” dan disimpan dengan
nama file “non_banjir”.
d. Lakukan proses “overlay” bertahap yaitu antara peta/file dengan
nama “kawasan_pertanian” dengan peta jenis tanah yang
memenuhi untuk pengembangan lahan pertanian yang telah
tersimpan dengan nama file “elevasi memenuhi. Hasil overlay
tersebut kemudian di overlaykan kembali dengan peta Daerah
rawan banjir yang telah di clip dan tersimpan dengan nama “
non_banjir”.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 8
e. Hasil overlay dari ketiga peta tersebut (peta RTRP, Jenis tanah
dan Daerah Rawan Bajir) selanjutnya disimpan dengan nama file
“potensi_irigasi”
f. Buka pada view baru file peta “potensi_irigasi”, untuk kemudian
dilakukan penentuan titik untuk melakukan groundcheck. Lakukan
penambahan peta daerah irigasi di Sumatera dan Jalan Provinsi
maupun jalan nasional.
3. Groundcheck
Titik lokasi groundcheck yang telah ditentukan sebelumnya kemudian
di cek langsung ke lapangan. Kriteria penentuan titik groundcheck
adalah pada daerah yang masuk dalam daerah potensi_irigasi (warna
hijau) yaitu dengan menentukan koordinat x dan y untuk selanjutnya
dikunjungi di lapangan untuk dilihat bagaimana kondisi eksistingnya.
Proses cek dilapangan dilakukan sesuai dengan form groundcheck
yang telah dibuat (terlampir dalam lampiran 4) meliputi:
a. Lokasi (koordinat x, y), desa, kecamatan, provinsi
b. Sumber air.
c. Keterangan alih fungsi.
d. Kondisi eksisting tutupan lahan.
e. Keterangan pernah mengalami banjir atau tidak.\
f. Foto Lokasi.
g. Ada tidaknya akses pasar.
h. Kondisi Infrastruktur.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk penilaian terhadap kesesuaian hasil cek
lapangan dengan peta potensi irigasi yang telah dibuat, yaitu dengan
membandingkan hasil groundcheck dengan posisi titik pada peta,
apakah titik yang ada di lapangan telah masuk kedalam polygon
potensi irigasi pada peta potensi irigasi.
5. Layout Peta
Setelah proses evaluasi selesai, maka proses pembuatan layout peta
dengan menampilkan informasi potensi pengembangan irigasi jika
disandingkan dengan kondisi tata guna lahan terkini.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 9
6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan
Secara garis besar kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis
Bidang Irigasi terbagi dalamdua subkegiatan yang dapat dijadikan komponen output
dariModel Sistem Pangkalan Data Irigasi serta Peta Zonasi Potensi dan Alih Fungsi
Lahan Irigasi serta Sistem Informasi (website balai irigasi)yaitu:
1. Sub Kegiatan I: Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang
Irigasi, dengan komponen kegiatan; Basis Data berbasis website, website SIG-
SDA Bidang Irigasi dan penyusunan Katalog Irigasi.
2. Sub Kegiatan II: Pemetaan Alih Fungsi dan Zonasi Potensi Lahan Irigasi,
dengan komponen kegiatan; peta alih fungsi lahan untuk P. Sumatera danpeta
Zonasi Potensi lahan irigasi di P. Sumatera.
Berdasarkan penjadwalan yang ada sampai dengan disusunnya Konsep laporan
akhir ini, sub kegiatan tersebut telah dilaksanakan, meliputi:
Sub Kegiatan I: Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang
Irigasi, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
1. Penyusunan Rencana Mutu Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Basis Data dan
Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi.
2. Diskusi dengan narasumber mengenai rencana kegiatan Pengelolaan Basis
Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi.
3. Konsultasi ketersediaan data dengan Direktorat Irigasi.
4. Persiapan pembuatan sistem informasi basis data berbasis website.
5. Penyusunan outline katalog irigasi.
6. Menentukan daerah irigasi yang akan disusun menjadi katalog irigasi dengan
melihat ketersedian data dari hasil survei dan pengumpulan data serta proses
analisa data.
7. Survei dan pengumpulan data irigasi permukaan dan irigasi mikro di BWS Bali
Penida.
8. Survei dan pengumpulan data irigasi permukaan dan irigasi mikro di BWS
Sulawesi II, BWS Sulawesi I dan BWS Sulawesi III.
9. Pengisian data yang telah dianalisa kedalam software Sistem Informasi Data
Dasar Irigasi (SIDDI).
10. Menyusun kerangka Pengembangan software SIDDI berbasis website.
11. Pembuatan sistem data base dan penelaahan terhadap Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri serta Keputusan Menteri yang berkaitan dengan Data dan
Operasi Irigasi.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 10
12. Menyiapkan data kodefikasi irigasi dalam bentuk .shp file yang telah dilengkapi
keterangan.
13. Menginstall ArcGIS Server pada server Basis Data.
14. Setting dan uji coba penayangan.
15. Integrasi website Balai Irigasi dengan Website Pusat Litbang SDA.
Sub Kegiatan II: Pemetaan Alih Fungsi dan Zonasi Potensi Lahan Irigasi,
kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
1. Konsultasi dengan Pusat Pengolah Data (Pusdata) mengenai ketersediaan
data peta di lingkungan PU
2. Inventarisasi peta tematik yang akan digunakan dalam pemetaan zonasi
potensi dan alih fungsi lahan irigasi.
3. Penentuan kriteria zonasi potensi pengembangan irigasi.
4. Penyiapan Peta Tutupan Lahan P. Sumatera Tahun 2003, 2006, 2009 dan
2011
5. Penyiapan software ArcGIS.
6. Penyiapan peta tematik yang akan digunakan dalam pemetaah Zonasi.
7. Pembuatan peta Alih Fungsi lahan Pulau Sumatera
8. Pembuatan peta Zonasi potensi pengembangan lahan irigasi
9. Pelaksanaan groundcheck lapangan pemetaan alih fungsi dan zonasi potensi
pengembangan lahan irigasi.
10. Finalisasi peta.
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk penilaian terhadap kesesuaian hasil cek lapangan
dengan peta potensi irigasi yang telah dibuat, yaitu dengan membandingkan
hasil groundcheck dengan posisi titik pada peta, apakah titik yang ada di
lapangan telah masuk kedalam polygon potensi irigasi pada peta potensi irigasi.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa lokasi titik potensi pada peta untuk masing-
masing provinsi sudah sesuai dengan potensi di lapangan, akan tetapi perlu
dilakukan kaji ulang apabila akan dilakukan pengembangan lahan sawah baru,
apabila ditinjau „dari segi lokasiterdekat dengan sumber air.
2. Layout peta
Layout peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi disajikan dalam gambar 4.13.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 11
7. Kesimpulan dan Saran
7.1. Kesimpulan 1. Pelaksanaan kegiatan basis data berbasis website telah berjalan 60%, desain
website basis data telah disusun, rancangan website tersebut ditayangkan
dalam website Balai Irigasi yang telah dibuat.
2. SIG-SDA berbasis website sudah dapat diakses melalui website pada
www.balaiirigasi.or.id atau www.irigasi.pusair-pu.go.id/d_irigasi. Perlu dilakukan
penyesuaian data dan kelengkapan data alih fungsi lahan di P. Jawa hasil dari
kegiatan Zonasi dan alih fungsi lahan irigasi Tahun 2011.
3. Penyusunan katalog irigasi telah dilaksanakan sampai dengan isi yaitu
keterangan mengenai sumber air, kondisi wilayah, Keterangan Wilayah sungai
DAS serta Daerah Irigasi.
4. Pemetaan Alih fungsi lahan dilakukan untuk menganalisa perubahan alih fungsi
lahan sawah menjadinon sawah untuk 3 periode yaitu periode tahun 2003 ke
2006, periode 2006 ke 2009, dan periode tahun 2009 ke 2011. Perubahan alih
fungsi lahan sawah di Pulau Sumatera banyak terjadi di Provinsi Sumatera
Selatan, Jambi dan Lampung, perubahan alih lahan sawah ke sektor
perkebunan banyak terjadi, hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan asing
yang membuka perkebunan sawit di provinsi tersebut dan adanya perubahan
alih fungsi lahan sawah menjadi kebun karet oleh masyarakat setempat dengan
alasan pendapatan.
5. Peta potensi pengembangan irigasi telah selesai dilakukan, hasil cek lapangan
menunjukkan bahwa di Pulau Sumatera masih banyak lahan yang berpotensi
untuk pengembangan irigasi (menjadi sawah). Provinsi Riau, Bengkulu,
Sumatera Selatan, jambi dan Lampung menjadi provinsi yang mempunyai
potensi luas di Sumatera.
7.2. Saran
1. Perlu disusun peta potensi pengembangan Irigasi Mikro untuk mengetahui
Kesesuaian daerah untuk penerapan irigasi mikro.
2. Perlu sinergi dengan Puslitbang SDA untuk mengintegrasikan beberapa software
berbasis website yang ada di Balai Irigasi.
3. Peta Zonasi Potensi Pengembangan irigasi kedepannya dapat disinergikan
dengan peta Luas Baku Sawah yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian
untuk melihat arah pengembangan potensi lahan sawah untuk peningkatan
produksi padi nasional.