Upload
dokiet
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria
untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
2013
Penyusun Rekomendasi Kebijakan Pengarah:
Dr. Ir. Max Pohan, CES, MA
Ketua:
Dr. Oswar Mungkasa, MURP
Anggota:
Mia Amalia, ST, MSi, PhD
Ir. Dwi Haryawan S, MA
Uke Mohamad Husseuin, SSi, MPP
Ir. Nana Apriyana, MT
Santi Yulianti, SIP, MM
Herny Dawaty, SE, ME
Khairul Rizal, ST, MPP
Aswicaksana, ST, MT, MSc
Agung Dorodjatoen, ST, MSc
Raffli Noor, SSi
Pendukung:
Sylvia Krisnawati
Cecep Saryanto
i
Ringkasan Eksekutif
Pendahuluan
Perencanaan pembangunan di Indonesia dituangkan ke dalam 3 (tiga) dokumen perencanaan
yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang masing-masing berlaku
selama 20 tahun, lima tahun dan satu tahun secara berturutan. Dalam koridor waktu
pelaksanaan, RPJMN 2010-2014 merupakan periode ke-dua dari RPJPN 2005-2025 dengan
waktu pelaksanaan akan berakhir di Tahun 2014 dan kemudian akan masuk periode baru RPJMN
2015-2019. Dengan akan berakhirnya RPJMN 2010-2014 dan dimulainya periode baru RPJMN
2015-2019 maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan tiap tahun (RKP)
dan juga dalam 5 tahun (RPJMN).
Evaluasi RKP 2012 Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PB PPR) dan Prioritas
Bidang Reforma Agraria (PB RA) menjadi tanggung jawab Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
(TRP). Untuk PB PPR, salah satu kegiatannya masuk ke dalam Prioritas Nasional (PN) 6:
Infrastruktur. Sementara itu, untuk PB RA, beberapa kegiatan masuk ke dalam PN 4:
Penanggulangan Kemiskinan, PN 5: Ketahanan Pangan, PN 6: Infrastruktur, PN 7: Iklim Investasi
dan Iklim Usaha dan PN 14: Kesejahteraan Rakyat. Kedua prioritas bidang tersebut dilaksanakan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Dalam Negeri (DN) dan Badan
Pertanahan Nasional (BPN).
Selain evaluasi RKP yang dilakukan secara reguler, pada tahun ini dilaksanakan pula evaluasi
khusus untuk melihat keterkaitan antara RTRWN dengan RPJMN 2010-2014. RTRWN adalah
salah satu input untuk RPJPN dan selanjutnya untuk RPJMN sesuai dengan amanat UU No 26
Tahun 2007. Evaluasi ini dilakukan pada Tahun 2013 dengan mengingat bahwa RPJMN 2015-
2019 akan mulai disusun pada Tahun 2014.
Hasil kajian ini diharapkan dapat menghasilkan peta yang dapat memperlihatkan keterkaitan
antara indikasi program yang telah disusun dalam RTRWN dengan program dan kegiatan yang
telah dilaksanakan melalui RKP 2010, 2011, 2012 serta yang telah direncanakan di 2013 dan
2014. Juga melalui hasil pemetaan program dan capaian ini diharapkan dapat digunakan untuk
menduga kesesuaian input yang diberikan melalui APBN untuk menwujudkan RTRWN sampai
dengan Tahun 2013. Selanjutnya, hasil pemetaan ini dapat digunakan untuk merencanakan
sasaran dalam RPJMN 2015-2019 serta mengkoreksi sasaran yang tidak tercapai dalam periode
perencanaan sebelumnya.
Tujuan dan Sasaran Tujuan kegiatan evaluasi Tahun 2013 ini adalah: (1) terukur dan ternilainya hasil pelaksanaan
RPJMN 2010-2014 dan RKP 2012 untuk Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan
Prioritas Bidang Reforma Agraria; (2) terpetakannya indikasi program dalam RTRWN dan RTR
Pulau dan Kepulauan untuk periode perencanaan jangka menengah 2010-2014 dengan
ii
program, kegiatan dan indikator kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP
2010 sampai dengan RKP 2014; serta (3) terumuskannyastrategi penyerapan indikasi program
dalam RTRWN dan RTR Pulau dan Kepulauan ke dalam RPJMN 2015-2019 untuk memudahkan
evaluasi keluaran.
Sedangkan sasaran kegiatan ini dibagi menjadi dua. Untuk evaluasi reguler yang mengukur dan
menilai hasil pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2012 sasaran kajian adalah Kementerian
PU, Kementerian DN dan BPN. Sedangkan untuk pemetaan RTRWN serta RTR Pulau dan
Kepulauan dengan RPJMN 2010-2014, sasarannya adalah seluruh K/L yang telah diidentifikasi
sebagai pelaksana indikasi program dalam RTRWN serta RTR Pulau dan Kepulauan.
Ruang Lingkup Kegiatan Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini meliputi: (1) penentuan metode; (2) pengumpulan data; (3)
analisis; serta (4) penyusunan laporan dan sosialisasi. Data yang digunakan adalah data primer
berupa rencana dan realisasi kinerja indikator, kegiatan, dan program penyelenggaraan
penataan ruang dan program pengelolaan pertanahan nasional dalam RKP 2012, yang
dikumpulkan melalui FGD dan kuesioner, dan data sekunder yaitu indikasi program dalam RKP
2010-2014 dan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan adalah membandingkan antara
rencana dan realisasi kinerja indikator, kegiatan dan program dan kinerja penyerapan sesuai
dengan yang telah tercantum dalam dalam RKP 2012; serta metode content analysisuntuk
pemetaan indikasi program pada RTRWN dengan program dan kegiatan pada RPJMN 2010-2014
dan RKP 2010-2014. Untuk lebih jelas, ruang lingkup dapat dilihat pada Gambar berikut.
DATA
1) Data target dan realisasi fisik dan keuangan menurut PP No 39 Tahun 2006;
1) FGD dan kuesioner 2) Content Analysis
Perbandingan target dan realisasi
ANALISIS
2) Indikasi program dalam RTRWN 2008-2028, RTR Pulau/Kepulauan;
3) Program, kegiatan dan indikator dalam RPJMN 2010-2014 serta dalam RKP 2010 s/d RKP 2014.
KELUARAN Laporan kegiatan: 1) Hasil analisis kinerja dan rekomendasi untuk PB PPR dan PB RA; 2) Hasil analisis dan rekomendasi untuk hasil pemetaan dan evaluasi RTRWN 2010-2014. : SOSIALISASI 1) Seluruh Mitra Kerja K/L di Kementerian PPN/Bappenas yang program K/L-nya masuk ke dalam hasil pemetaan; 2) Kementerian PU, Kementerian DN, dan BPN.
TUJUAN (1) Terukur dan ternilainya hasil pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2012 ; (2) Terpetakannya indikasi program dalam RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan periode 2010-2014 dengan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2010 - RKP2014; (3) Terumuskannya strategi penyerapan indikasi program RTRWN ke dalam RPJMN 2015-2019.
iii
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Prioritas Bidang Tahun 2012 dan Evaluasi
Implementasi RTRWN ke Dalam RPJMN
Evaluasi Pelaksanaan Prioritas Bidang Tahun 2012
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang1
Prioritas Nasional (PN) pembangunan bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan
Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah 1 dan 2 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dengan indikator “jumlah rencana tata ruang
yang telah disinkronkan program pembangunannya”. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam
prioritas bidang infrastruktur di dalam RPJMN 2010-2014, termasuk RKP 2012.
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR Anggaran
(milyar RP)
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
1. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
122,451 97,39 89,95 100 100
2. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
140,210 96,5 98,03 100 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa untuk capaian fisik dari PN sudah cukup baik karena sesuai
dengan target dan tercapai 100%. Produk dari kegiatan PN adalah dana dekonsentrasi yang
diberikan kepada Pemerintah Provinsi untuk mendukung pencapaian indikator PN. Adapun
terkait realisasi keuangan juga sudah cukup baik, meskipun untuk dekonsentrasi di wilayah I
realisasi keuangannya di bawah sasaran. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Dana dekonsentrasi turun dalam bentuk yang seragam; khususnya dalam hal nomenklatur.
Sementara itu, kebutuhan yang dimiliki Daerah berbeda-beda. Perubahan pemanfaatan
dana seringkali tidak disetujui oleh Kementerian PU.
1Lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019. Halaman 5-10.
iv
b. Kriteria yang disyaratkan di dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi (misal dana
pendampingan) tidak dipenuhi oleh Daerah, sehingga dana tidak dapat dipergunakan.
Adapun untuk Prioritas Bidang (PB) penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan secara
bersama-sama oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Ditjen Bina
Bangda, Kemendagri (cq. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup). Berikut
disajikan capaian dan realisasi PB yang dilaksanakan oleh Ditjen Bina Bangda, Kemendagri.
Realisasi keuangan dan capaian fisik dapat dikatakan bahwa hampir seluruh PB dilaksanakan
dengan baik, kecuali terkait indikator “Jumlah daerah yang difasilitasi dalam Peningkatan
kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang pusat dan daerah” yang mencatat nilai
rendah dalam realisasi. Ini disebabkan karena sedianya, peningkatan kapasitas aparatur
dilaksanakan melalui Bimbingan Teknis dan Peningkatan Kapasitas Aparatur Penataan Ruang.
Bimbingan teknis dilaksanakan pada tanggal 29 Februari - 3 Maret 2012 di Malang, Jawa Timur,
dan pada tanggal 2 - 5 April 2012 di Pontianak, Kalimantan Barat. Sehubungan dengan adanya
kebijakan efisinsi anggaran, Peningkatan Kapasitas aparatur Penataan ruang ditiadakan.
Secara umum, untuk pelaksanaan prioritas bidang (PB) yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan
Ruang, Kementerian PU, kinerja pencapaian fisik dan realisasi keuangan PB sangat baik, karena
mencapai dan melampaui target, kecuali pada Direktorat Perkotaan (kegiatan Pelaksanaan
Pengembangan Perkotaan). Pada kegiatan Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan, diketahui
bahwa meskipun realisasi fisik tercapai (100%), realisasi keuangan selalu di bawah target. Pada
indikator 6c, perlu diperhatikan bahwa dengan alokasi lebih dari 132 milyar rupiah (mendekati
alokasi PN), realisasi keuangan hanya mencapai 80%. Indikator ini adalah indikator yang baru
ada pada RKP 2012. Indikator tersebut merupakan dana tugas pembantuan yang dialokasikan
kepada Daerah (kab/kota) untuk menyediakan sejumlah lahan dan ruang terbuka hijau untuk
memenuhi 30% RTH Perkotaan sesuai amanat UUPR. Rendahnya realisasi keuangan disebabkan
antara lain masih barunya indikator tersebut, atau inefisiensi dalam penggunaan anggaran. Pada
beberapa kesempatan, diketahui bahwa penyaluran dana TP tersebut membutuhkan sejumlah
kriteria yang sulit dipenuhi Daerah (misalnya penyediaan lahan seluash 4 hektar di kawasan
perkotaan).
Kinerja Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Sangat Baik Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional
Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I
Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang
Pembinaan Program Ditjen Penataan Ruang
Kurang Baik Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan
v
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional2
Data capaian kegiatan dan indikator yang dianalisis untuk Program Pengelolaan Pertanahan
Nasional adalah data yang termasuk ke dalam prioritas nasional saja karena untuk kegiatan dan
indikator yang diluar prioritas nasional tidak tersedia datanya. Berdasarkan data yang diperoleh,
dapat dilihat bahwa rata-rata hasil capaian kegiatan prioritas nasional adalah 80% dengan variasi
capaian yang berbeda untuk setiap kegiatan. Kegiatan dikatakan tercapai jika realisasi fisik
mencapai 100% (sesuai target), sedangkan tidak tercapai jika realisasi fisik dibawah 100% (tidak
sesuai target). Hasil pelaksanaan Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Tahun 2012, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Kinerja (Target dan Realisasi) Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
Tercapai Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA
Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Undang-undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Kajian Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)
Tidak Tercapai Redistribusi tanah
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T)
Legalisasi aset (sertipikasi tanah)
Neraca penatagunaan tanah
Pembuatan peta pertanahan
Pengkajian kasus pertanahan
Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar
Untuk melihat lebih jauh mengenai kaitan antara capaian kegiatan fisik dan realisasi anggaran,
maka perlu dibandingkan antara capaian fisik dan realisasi penyerapan anggaran. Capaian fisik
dan anggaran dikatakan sesuai jika persentase keduanya berbanding lurus. Namun, jika
persentase realisasi keduanya berbanding terbalik, maka dikatakan tidak sesuai. Hasil dari
perbandingan tersebut sebagai berikut.
Kesesuaian Capaian Fisik dan Realisasi Anggaran
Program Pengelolaan Pertanahan
Sesuai Cakupan peta pertanahan
Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA
Inventarisasi dan identifikasi tanah terlantar
Tidak Sesuai Legalisasi aset
2Lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan
Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019. Halaman 11-18.
vi
Kesesuaian Capaian Fisik dan Realisasi Anggaran
Program Pengelolaan Pertanahan
Redistribusi tanah
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T)
Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu
Ketidaksesuaian antara realisasi fisik dan keuangan ini dapat mengindikasikan bahwa satuan
biaya (unit cost) yang digunakan untuk setiap kegiatan tidak sesuai. Beberapa kegiatan seperti
legalisasi aset, redistribusi tanah, neraca penatagunaan tanah sudah dikeluarkan satuan biaya
khusus (SBK) yang disetujui oleh Kementerian Keuangan namun dalam pelaksanaannya bila
melihat realisasi tetap tidak sesuai.
Kegiatan yang berkinerja baik adalah peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA,
dilihat dari pencapaian yang sesuai target dan memiliki kesesuaian antara realisasi fisik dan
anggaran.
Evaluasi Implementasi RTRWN ke Dalam RPJMN3
Penilaian implementasi RTRWN dilihat dari tiga hal, yaitu (1) tingkat kesesuaian RTRWN –
RPJMN 2010-2014; (2) penggunaan RTRWN sebagai acuan dalam penyusunan RPJMN 2010-
2014; dan (3) realisasi fisik pelaksanaan RPJMN 2010-2014.
Penilaian tingkat kesesuaian RTRWN dengan RPJMN dilakukan dengan analisis korelasi antara
indikasi program utama RTRWN dengan program, kegiatan prioritas, dan indikator yang ada di
dalam RPJMN. Tingkat kesesuaian diurutkan berdasarkan indikator berikut ini:
a. Kesesuaian tinggi (1) Memiliki kesamaan jenis program, kegiatan, dan indikator;(2)
Memiliki kesamaan lokasi pelaksanaan program, kegiatan, dan
indikator, dan(3) Memiliki kesamaan rentang waktu pelaksanaan
program, kegiatan, dan indikator.
b. Kesesuaian sedang (1) Memiliki kesamaan jenis program, kegiatan, dan indikator; dan
(2) Memiliki kesamaan lokasi atau rentang waktu pelaksanaan
program, kegiatan, dan indikator.
c. Kesesuaian rendah Memiliki salah satu kesamaan jenis program, kegiatan, atau
indikator.
3Lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan
Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019. Halaman 19-31.
vii
Analisis kesesuaian perwujudan pola ruang nasional adalah sebagai berikut:
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
A Perwujudan Kawasan Lindung Nasional
1. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan lindung nasional
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/ kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RPJMN, sementara RTRWN secara detail menetapkan kawasan konservasi mana saja yang akan direhabilitasi atau dikembangkan pengelolaannya sepanjang tahun 2010-2014.
- Dari segi waktu pelaksanaan juga tidak dapat diukur kesesuaiannya.
2. Pengembangan pengelolaan kawasan lindung nasional
√
3. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan hutan lindung nasional
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/ kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RTRWN maupun RPJMN
- Dari segi waktu pelaksanaan juga tidak dapat diukur kesesuaiannya.
4. Pengembangan pengelolaan kawasan hutan lindung nasional
√
5. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan taman buru nasional
- - - RPJMN sepanjang tahun 2010-2014 tidak merencanakan program/kegiatan/indikator terkait rehabilitasi, pemantapan fungsi kawasan, maupun pengembangan pengelolaan taman buru nasional.
6. Pengembangan pengelolaan kawasan taman buru nasional
- - -
Temuan: Dalam RPJMN 2010-2014 ditemukan program/ kegiatan/indikator yang mendukung usulan program yang ada di dalam RTR Pulau namun tidak ditemukan dalam usulan program RTRWN, yaitu: - Program penelitian, mitigasi, dan pelayanan geologi
yang mendukung kegiatan penetapan zona rawan bencana alam geologi, dan
- Program pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang mendukung kegiatan pelestarian kawasan laut yang memiliki ekosistem terumbu karang.
B Perwujudan Pengembangan Kawasan Budidaya
1. Pengembangan dan pengendalian kawasan andalan untuk sektor pertanian
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan tidak terukur karena
RPJMN tidak menyebutkan lokasi pengelolaan kawasan pertanian.
- RTRWN menekankan pada perlindungan lahan pertanian pangan dan pengendalian alih fungsi lahan. Sementara RPJMN lebih menekankan pada kegiatan operasional untuk peningkatan produksi pangan,
2. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor
√
viii
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
perkebunan penyediaan bibit/benih, penanggulangan serangan OPT, dan pemasaran produk pertanian.
3. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor pertambangan
√ Kesesuaian rendah karena: - Ditemukan 4 buah program dengan kegiatan/indikator
yang sejalan dengan usulan program RTRWN sektor pertambangan, yaitu terkait penyelenggaraan usaha migas, penyelidikan sumberdaya geologi, penyelesaian konflik tumpang tindih lahan, upaya reklamasi lahan paska tambang, dan pengendalian pencemaran air akibat kegiatan pertambangan.
- Lokasi dan waktu pelaksanaan tidak terukur karena RPJMN tidak menyebutkan lokasi pengelolaan kawasan pertambangan.
4. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor industri pengolahan
√ Kesesuaian rendah karena: - Ditemukan 7 buah program dengan kegiatan/indikator
yang sejalan dengan usulan program RTRWN sektor industri, yaitu pengembangan klaster industri dengan basis yang sama, perwilayahan industri di 5 KEK, dan pengendalian pencemaran air.
- Lokasi pelaksanaan tidak dapat terukur, karena tingkat kedetailan lokasi yang berbeda antara RTRWN dengan RPJMN.
- Waktu pelaksanaan juga tidak dapat dibandingkan.
5. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor pariwisata
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan program/kegiatan/
indikator tidak ada dibandingkan karena kegiatan yang ada dalam RPJMN tidak dilengkapi dengan lokasi.
6. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor perikanan
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan program/kegiatan/
indikator tidak ada dibandingkan karena kegiatan yang ada dalam RPJMN tidak dilengkapi dengan lokasi.
7. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor kelautan
8. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor kehutanan
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. Lokasi dan waktu pelaksanaan program/kegiatan/ indikator tidak ada dibandingkan karena kegiatan yang ada dalam RPJMN tidak dilengkapi dengan lokasi.
ix
Berdasarkan hasil analisis, tingkat kesesuaian RTRWN – RPJMN 2010-2014masih rendah.
Kesesuaian RTRWN – RPJMN 2010-2014 hanya ada pada tingkat program, kegiatan, dan
indikator. Bahkan pada sektor energi dan telekomunikasi kesesuaiannya tidak dapat terukur
karena tidak ditemukan nama program yang sesuai. Rendahnya tingkat kesesuaian antara
RTRWN dengan RPJMN 2010-2014dapat disebabkan:
a. Usulan program RTRWN yang banyak dan detail mengatur struktur ruang nasional,
berdampak pada banyaknya usulan program yang tidak dapat direalisasikan, atau lokasi
dan waktu pelaksanaan yang berubah sesuai dengan kondisi yang ditemui di lapangan.
b. Kementerian/Lembaga tidak dapat memastikan lokasi pelaksanaan program dan kegiatan
pada RPJMN 2010-2014 sehingga kesesuaian hanya dapat dilakukan pada tingkat program,
kegiatan, dan indikator.
c. Fokus usulan program RTRWN lebih kepada aspek spatial, sementara RPJMN 2010-2014
lebih berfokus pada peningkatan hasil produksi, operasional, dan pemasaran.
Penggunaan RTRWN sebagai acuan penyusunan RPJMN 2010-2014 masih rendah.Pemetaan
kesesuaian yang telah dilakukan tidak serta merta membuktikan bahwa RTRWN telah diacu
pada saat penyusunan RPJMN, RKP maupun Renja K/L. Hasil pertemuan dalam bentuk FGD
dengan direktorat teknis di Bappenas telah mengkonfirmasi masih rendahnya penggunaan
RTRWN dan RTR Pulau sebagai acuan dalam menyusun rencana pembangunan.
Kendati UUPR mengamanatkan RTRWN menjadi pedoman dalam penyusunan RPJPN dan
RPJMN, pada prakteknya tidak semua usulan program RTRWN digunakan sebagai acuan oleh
Kementerian/Lembaga dalam menyusun rencana strategis dan rencana kerjanya. Rendahnya
penggunaan RTRWN sebagai acuan penyusunan RPJMN 2010-2014 disebabkan karena:
a. Usulan program RTRWN yang kurang fleksibel pada saat pelaksanaan. Beberapa kendala
seperti kesulitan dalam pembebasan lahan, dan tidak sesuainya rencana lokasi
pembangunan dengan potensi sumberdaya dan pasar, terkadang menyebabkan terjadinya
perubahan lokasi dari yang telah ditetapkan di dalam RTRWN.
b. Usulan program RTRWN yang tidak dilengkapi dengan target pencapaian menyebabkan
sektor maupun swasta kesulitan dalam menentukan program dan indikator kinerja dari
kegiatan yang akan dilaksanakan. Sektor dan swasta lebih memilih untuk menggunakan
rencana lain yang telah dilengkapi dengan rencana investasi, target waktu pelaksanaan
kegiatan, dan mekanisme pendanaan sehingga lebih mudah dan jelas untuk diikuti.
Berdasarkan pengumpulan data melalui pengisian matriks, realisasi fisik pelaksanaan RPJMN
periode 2010-2014, sampai dengan tahun 2013 sangat bervariasi, dengan rata-rata pencapaian
di atas 70 persen. Beberapa kegiatan telah sejalan dengan target yang telah ditetapkan, namun
kegiatan lainnya masih jauh dari target penyelesaian atau justru jauh melampaui target yang
telah ditetapkan.
Dengan hanya mempertimbangkan ketiga hal tersebut dan analisa data yang ada, maka tingkat
implementasi RTRWN hingga saat ini belum dapat diukur. Realisasi fisik pelaksanaan RPJMN
x
2010-2014 untuk sektor pengairan dan irigasi, serta sektor kehutanan, dengan capaian
penyelesaian rata-rata di atas 70% belum dapat membuktikan bahwa implementasi RTRWN
pada pembangunan jaringan sumber daya air dan pembangunan di sektor kehutanan untuk
rentang waktu 2010-2014 telah dilaksanakan lebih dari 70%.
Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa:
Hasil capaian kegiatan Prioritas Nasional (PN) pembangunan Bidang Pengelolaan
Pertanahan nasional mencapai 80 persen dengan variasi capaian yang berbeda untuk setiap
kegiatan.
Kegiatan yang pencapaiannya melebihi dan mencapai target adalah kegiatan: (i)
peningkatan akses layanan pertanahan melalui Larasita; (ii) jumlah rancangan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung
pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan
Undang-undang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum; dan (iii) Kajian Pengelolaan
Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT).
Kegiatan yang berkinerja baik adalah peningkatan akses layanan pertanahan melalui
Larasita, dilihat dari pencapaian yang sesuai target dan memiliki kesesuaian antara realisasi
fisik dan anggaran.
Tingkat kesesuaian RTRWN dan RPJMN periode 2010-2014 masih rendah yakni hanya ada
pada tingkat program, kegiatan, dan indikator, tidak pada tingkat lokasi dan waktu
pelaksanaan.
Penggunaan dan implementasi RTRWN ke dalam RPJMN masih rendah, kendati UUPR
mengamanatkan RTRWN menjadi pedoman dalam penyusunan RPJPN dan RPJMN.
Tingkat implementasi RTRWNbelum dapat diukur hanya dari realisasi RPJMN dan RKP.
Beberapa usulan program RTRWN yang bahkan tidak dapat dibandingkan kesesuaiannya
dengan RPJMN.
Rekomendasi Usulan rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Rekomendasi untuk perbaikan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pelaksanaan PN terkait Penyelenggaraan Penataan Ruang selama ini hanya
direpresentasikan melalui dana dekonsentrasi. Secara prinsip, sinkronisasi rencana
pembangunan dan rencana tata ruang dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan lainnya.
Dalam jangka pendek, perlu dilakukan penyesuaian ruang lingkup PN dengan kemungkinan
melibatkan kegiatan lain selain kegiatan dekonsentrasi. Dalam jangka panjang, perlu
dirumuskan PN yang berada dalam kewenangan mitra K/L agar pelaksanaannya (delivery)
dan proses monev dapat dilakukan secara lebih mudah.
Temuan yang lebih menarik pada laporan ini adalah sulitnya menemukan keterkaitan
antara dokumen rencana tata ruang, RTRWN, dengan dokumen rencana pembangunan,
RPJMN. Mengingat bahwa sinkronisasi kedua dokumen rencana adalah Prioritas Nasional
(PN) yang diimplementasikan ke dalam dana dekonsentrasi di tingkat provinsi, maka
xi
seharusnya pada tingkat Nasional sinkronisasi tersebut sudah lebih baik. Oleh sebab itu,
perlu ada upaya menyeluruh dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sinkronisasi
tersebut.
Terkait pelaksanaan Prioritas Bidang (PB) dan PN dari mitra K/L di bidang penataan ruang,
capaian yang telah relatif baik perlu diukur dengan tujuan penyelenggaraan penataan
ruang. Oleh sebab itu, tingkat urgensi penyusunan indikator yang memenuhi dua kriteria:
1) merepresentasikan tujuan penyelenggaraan penataan ruang; dan 2) dapat diukur
dengan capaian program/kegiatan dalam rencana pembangunan, menjadi sangat tinggi.
Rekomendasi untuk perbaikan Program Pengelolaan Petanahan Nasional
Penyempurnaan peraturan perundangan mengenai tanah terlantar yaitu PP 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dengan menambahkan adanya
ketentuan rencana pelaksanaan pemanfaatan tanah (business plan) dari pemegang hak
atas tanah. Hal ini untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan identifikasi
tanah terindikasi terlantar.
Identifikasi potensi tanah obyek reforma agraria (TORA) dalam bentuk data tabulasi dan
data spasial. Kegiatan ini dilakukan untuk membantu pelaksanaan kegiatan redistribusi
tanah sehingga akan diketahui target bidang tanah yang memungkinkan untuk
diredistribusi.
Melakukan sosialisasi yang massive kepada masyarakat mengenai kriteria clean and clear
agar tanah yang akan disertifikatkan dapat memenuhi kriteria dan berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah untuk memberikan keringanan biaya BPHTB atau penghapusan BPHTB
untuk pendaftaran pertama kali.
Untuk mendukung percepatan penyediaan peta dasar pertanahan dapat dilakukan melalui
koordinasi dan kerjasama antar instansi Pemerintah yang melakukan kegiatan pemetaan
terutama melalui Kelompok Kerja (Pokja) Informasi Geospasial Tematik (IGT) untuk
pemenuhan kebutuhan peta dasar pertanahan.
Meningkatkan kualitas mediasi sehingga jumlah kasus yang dilanjutkan ke pengadilan
menjadi berkurang, dan juga meningkatkan kualitas penyiapan berkas acara sehingga
proses peradilan dapat berjalan dengan cepat dan dapat meningkatkan target capaian
kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Rekomendasi untuk penyerapan indikasi program RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan ke Dalam
RPJMN 2015-2019
Indikasi program dalam RTRWN dibuat tidak telalu banyak dan detail, namun dapat
fleksibel karena banyaknya kondisi di lapangan yang belum dipertimbangkan oleh RTRWN.
Indikasi program RTRWN dilengkapi dengan target pencapaian, rencana investasi, dan
mekanisme pendanaan.
Kementerian/Lembaga memastikan lokasi pelaksanaan program dan kegiatan pada RPJMN
2010-2014 sehingga kesesuaian hanya dapat dilakukan pada tingkat program, kegiatan, dan
indikator.
xii
Untuk menilai tingkat implementasi RTRWN harus melihat ke wilayah perencanaan yang
lebih luas, yaitu perencanaan yang dilakukan oleh BUMN, BUMD, swasta, masyarakat,
termasuk rencana pembangunan nasional lain, seperti MP3EI dan RPIIJM.
xiii
Daftar Isi Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................................... i Daftar Isi ....................................................................................................................................... xiii Daftar Tabel ................................................................................................................................... iii Pendahuluan .................................................................................................................................. 1
Latar belakang ........................................................................................................................... 1 Evaluasi Reguler Pelaksanaan Prioritas Bidang Tahun 2012 ................................................ 2 Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN ................................................................. 2
Tujuan ....................................................................................................................................... 3 Sasaran ...................................................................................................................................... 3 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................................................ 3 Sistematika Penulisan ................................................................................................................ 4
Evaluasi pelaksanaan prioritas bidang Tahun 2012 ........................................................................ 5
Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang .................................................................. 5 Arah Kebijakan .......................................................................................................................... 5 Sasaran ...................................................................................................................................... 5 Kegiatan Prioritas ...................................................................................................................... 5 Program Pengelolaan Pertanahan Nasional ............................................................................ 11 Arah Kebijakan ........................................................................................................................ 11 Sasaran .................................................................................................................................... 11 Kegiatan Prioritas Nasional ..................................................................................................... 11 Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan Prioritas Nasional ........................................................ 16
Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN ......................................................................... 19
Pemetaan Indikasi Program Kerja dalam RTRWN .................................................................... 19 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ................................................................... 19 Indikasi Program dan Kegiatan dalam RTRWN dan RPJMN .................................................... 19 Penilaian Pemetaan Indikasi Program RTRWN dan RPJMN ..................................................... 20 Pengumpulan Data dan Konfirmasi Hasil Pemetaan RTRWN .................................................. 26 Penilaian Implementasi RTRWN dan RPJMN 2010-2014 ......................................................... 29
Kesimpulan dan Rekomendasi ...................................................................................................... 31
Kesimpulan .............................................................................................................................. 31 Rekomendasi ........................................................................................................................... 32
Lampiran ...................................................................................................................................... 34
2
Daftar Tabel Tabel 1 Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang ......................................... 6 Tabel 2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan
Penataan Ruang ................................................................................................................. 6 Tabel 3 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan
Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah-Kemendagri .............................. 7 Tabel 4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan
Penataan Ruang oleh Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU ........................................ 8 Tabel 5Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2012 ............................................ 13 Tabel 6 Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2012
......................................................................................................................................... 14 Tabel 7 Analisa Kesesuaian Perwujudan Struktur Ruang Nasional .............................................. 21 Tabel 8 Analisa Keseuaian Perwujudan Pola Ruang Nasional ....................................................... 24 Tabel 9Pemetaan Kesesuaian Struktur Ruang Nasional ............................................................... 34 Tabel 10Pemetaan Kesesuaian Pola Ruang Nasional.................................................................... 49 Tabel 11Realisasi Pelaksanaan RTRWN dan RPJMN 2010-2014 Untuk PerwujudanStruktur Ruang
...................................................................................................................................... 61 Tabel 12Realisasi Pelaksanaan RTRWN dan RPJMN 2010-2014 untuk Perwujudan Pola Ruang .. 65
1
Pendahuluan
Latar belakang
Perencanaan pembangunan di Indonesia dibagi kedalam tiga jangka waktu pelaksanaan yaitu
perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan pendek. Setiap tahapan perencanaan
tersebut dituangkan dalam dokumen perencanaan yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) yang masing-masing berlaku selama 20 tahun, lima tahun dan satu
tahun secara berturutan. Setiap dokumen perencanaan tersebut harus saling terkait dan
mendukung satu sama lain.
Dalam koridor waktu pelaksanaan, RPJMN 2010-2014 merupakan periode ke-dua dari RPJPN
2005-2025 dengan waktu pelaksanaan akan berakhir di Tahun 2014 dan kemudian akan masuk
periode baru RPJMN 2015-2019. Dengan akan berakhirnya RPJMN 2010-2014 dan dimulainya
periode baru RPJMN 2015-2019 maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembangunan tiap tahun (RKP) dan juga dalam 5 tahun (RPJMN).
Evaluasi RKP 2012 dilaksanakan sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawab direktorat
terkait. Bidang yang menjadi tanggung jawab Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP)
adalah Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PB PPR) dan Prioritas Bidang Reforma
Agraria (PB RA). Kedua prioritas bidang tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum (PU), Kementerian Dalam Negeri (DN) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Untuk PB PPR, salah satu kegiatannya masuk ke dalam Prioritas Nasional (PN) 6: Infrastruktur.
Sementara itu, untuk PB RA, beberapa kegiatan masuk ke dalam PN 4: Penanggulangan
Kemiskinan, PN 5: Ketahanan Pangan, PN 6: Infrastruktur, PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha
dan PN 14: Kesejahteraan Rakyat.
Selain evaluasi RKP yang dilakukan secara reguler, pada tahun ini dilaksanakan pula evaluasi
khusus untuk melihat keterkaitan antara RTRWN dengan RPJMN 2010-2014. Evaluasi ini
dilakukan pada tahun 2013 ini mengingat bahwa RPJMN 2015-2019 akan mulai disusun pada
Tahun 2014. Proses penyusunan RPJMN 2015-2019 memerlukan masukan yang cukup agar
dapat diformulasikan lebih baik dibandingkan dengan RPJMN sebelumnya. RTRWN adalah salah
satu input untuk RPJPN dan selanjutnya untuk RPJMN sesuai dengan amanat UU No 26 Tahun
2007.
Sampai dengan saat ini belum ada kajian yang melihat secara khusus keterkaitan antara RTRWN
dengan RPJMN 2010-2014. Hasil kajian ini diharapkan dapat menghasilkan peta yang dapat
memperlihatkan keterkaitan antara indikasi program yang telah disusun dalam RTRWN dengan
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan melalui RKP 2010, 2011, 2012 serta yang telah
direncanakan di 2013 dan 2014.
2
Hasil pemetaan program dan capaian ini diharapkan dapat digunakan untuk menduga
kesesuaian input yang diberikan melalui APBN untuk menwujudkan RTRWN sampai dengan
Tahun 2013. Selanjutnya, hasil pemetaan ini dapat digunakan untuk merencanakan sasaran
dalam RPJMN 2015-2019 serta mengkoreksi sasaran yang tidak tercapai dalam periode
perencanaan sebelumnya.
Evaluasi Reguler Pelaksanaan Prioritas Bidang Tahun 2012 Evaluasi pelaksanaan RKP 2012 untuk Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan
Prioritas Bidang Reforma Agraria dilaksanakan dengan menggunakan data dan metodologi yang
telah ditetapkan oleh Deputi Kementerian PPN/Kepala Bappenas Bidang Evaluasi Perencanaan
Pembangunan.
Data yang digunakan adalah data yang disampaikan oleh kementerian/lembaga mitra sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam PP No 39 Tahun 2006. Data yang digunakan dalam analisis
adalah data target dan realisasi kegiatan serta target dan realisasi keuangan. Data yang
digunakan adalah data realisasi sampai dengan Triwulan IV Tahun 2012.Berikut adalah program-
program yang dievaluasi oleh Direktorat TRP:
1. Program Penyelenggaraan Penataan Ruangyang dilaksanakan oleh Kementerian PU dan
Kementerian DN;
2. Program Pengelolaan Pertanahan Nasional yang dilaksanakan oleh BPN.
Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN Untuk evaluasi keterkaitan antara RTRWN dengan RPJMN 2010-2014, data yang digunakan
adalah:
1. Indikasi program dalam RTRWN 2008-2028, RTR Pulau Sumatera, Jawa Bali, Kalimantan,
Sulawesi serta Rancangan RTR Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku;
2. Program, kegiatan dan indikator dalam RPJMN 2010-2014 serta dalam RKP 2010 sampai
dengan RKP 2014.
Indikasi program dalam RTR Pulau dan Kepulauan digunakan untuk melengkapi indikasi program
yang tercantum dalam RTRWN. Langkah ini diambil mengingat bahwa RTR Pulau dan Kepulauan
adalah produk rencana yang lebih terkini dan lebih detail dibandingkan dengan RTRWN. Di
dalam RTR, indikasi program terdiri atas 4 periode rencana jangka menengah. Untuk evaluasi
kali ini satu periode jangka menengah yang digunakan, disesuaikan dengan periode RPJMN
2010-2014.
Indikasi program dalam RTR kemudian disandingkan dengan program, kegiatan dan indikator
kegiatan yang digunakan dalam APBN. Tujuannya adalah untuk analisis kesesuaian antara
indikasi program dengan program, kegiatan dan indikator kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
K/L pada Tahun 2010 sampai dengan 2012, dan yang menurut rencana akan dilaksanakan pada
Tahun 2013 dan 2014.
3
Hasil sandingan ini selanjutnya akan digunakan sebagai titik awal dalam penyusunan RPJMN
2015-2019 untuk Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Tujuannya adalah untuk
memastikan agar program, kegiatan dan indikator yang ada dalam RPJMN 2015-2019 memiliki
kaitan dengan indikasi program dalam RTRWN dan RTR Pulau dan Kepulauan. Keterkaitan ini
penting untuk memudahkan evaluasi keluaran (output) RTRWN dan RTR Pulau dan Kepulauan.
Tujuan Dengan mempertimbangkan seluruh lingkup yang telah dijabarkan dalam Pendahuluan, tujuan
kegiatan evaluasi Tahun 2013 ini adalah:
1. Mengukur dan menilai hasil pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2012 untuk
Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Prioritas Bidang Reforma
Agraria;
2. Memetakan indikasi program dalam RTRWN dan RTR Pulau dan Kepulauan untuk
periode perencanaan jangka menengah 2010-2014 dengan program, kegiatan dan
indikator kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2010 sampai
dengan RKP 2014.
3. Merumuskan strategi penyerapan indikasi program dalam RTRWN dan RTR Pulau dan
Kepulauan ke dalam RPJMN 2015-2019 untuk memudahkan evaluasi keluaran.
Sasaran Sasaran kegiatan dibagi menjadi dua. Untuk evaluasi reguler yang mengukur dan menilai hasil
pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2012 sasaran kajian adalah Kementerian PU,
Kementerian DN dan BPN. Sedangkan untuk pemetaan RTRWN serta RTR Pulau dan Kepulauan
dengan RPJMN 2010-2014, sasarannya adalah seluruh K/L yang telah diidentifikasi sebagai
pelaksana indikasi program dalam RTRWN serta RTR Pulau dan Kepulauan.
Ruang Lingkup Kegiatan Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini meliputi:
1. Penentuan metode:
a. Perbandingan antara rencana dan realisasi kinerja indikator, kegiatan dan
program dan kinerja penyerapan sesuai dengan yang telah tercantum dalam
dalam RKP 2012.
b. Content analysis untuk pemetaan indikasi program pada RTRWN dengan
program dan kegiatan pada RPJMN 2010-2014 dan RKP 2010-2014.
c. FGD dan kuesioner untuk pengumpulan data dan konfirmasi atas pemetaan
yang telah dilakukan serta persentasi realisasi fisik RPJMN 2010-2014.
2. Pengumpulan data:
a. Rencana dan realisasi kinerjaserta penyerapan dan keuangan untuk setiap
program, kegiatan dan indikator kegiatan.
b. Program, kegiatan dan indikator dalam RPJMN 2010-2014 serta yang tercantum
dalam RKP 2010 sampai dengan RKP 2014;
4
c. Indikasi program dalam RTRWN serta RTR Pulau dan Kepulauan
3. Analisis disesuaikan dengan metode yang telah dipilih.
4. Penyusunan laporan kegiatan yang terdiri atas hasil analisis dan rekomendasi untuk hasil
pemetaan dan evaluasi RTRWN dalam periode perencanaan 2010-2014 serta hasil
analisis kinerja Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Prioritas Bidang
Reforma Agraria.
5. Sosialisasi akan dilakukan secara bertahap baik di tahap analisis maupun tahap
penyusunan rekomendasi:
a. Hasil pemetaan indikasi program dalam RTRWN serta RTR Pulau dan
Kepulaauan kepada seluruh Mitra Kerja K/L di Kementerian PPN/Bappenas yang
program dan kegiatan K/L-nya masuk ke dalam hasil pemetaan sehingga hasil
pemetaan dapat diintegrasikan ke dalam RPJMN 2015-2019;
b. Hasil analisis kinerja dan rekomendasi kedua prioritas bidang kepada pelaksana:
Kementerian PU, Kementerian DN dan BPN.
Sistematika Penulisan Susunan laporan adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan. Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
kegiatan Evaluasi Tahun 2013, yang terdiri dari Evaluasi Reguler Pelaksanaan Prioritas Bidang
Tahun 2012 dan Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN, serta sistematika penulisan.
Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Prioritas Bidang Tahun 2012. Pada bagian ini dijelaskan Hasil
Evaluasi PelaksanaanProgram Penyelenggaraan Penataan Ruang Nasional yang dilaksanakan
oleh Kementerian PU dan Kementerian DN; serta Program Pengelolaan Pertanahan yang
dilaksanakan oleh BPN.
Bab 3 Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN.Bagian ini terdiri dari pemetaan indikasi
program kerja dalam RTRWN, penilaian pemetaan indikasi program RTRWN dan RPJMN,
pengumpulan data dan konfirmasi hasil pemetaan RTRWN, dan penilain implementasi RTRWN
dan RPJMN 2010-2014.
Bab 4 Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bagian ini disimpulkan Hasil Evaluasi Pelaksanaan
Prioritas Bidang Tahun 2012 dan Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN, serta
disampaikan rekomendasi untuk perbaikan rencana dan pelaksanaan kegiatan di tahun
berikutnya.
5
Evaluasi pelaksanaan prioritas bidang Tahun 2012
Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang
Arah Kebijakan
Arah kebijakan dalam prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang di dalam RPJMN 2010-
2014 adalah mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan dengan
meningkatkan kualitas rencana tata ruang, mengoptimalkan peran kelembagaan, dan diacunya
rencana tata ruang dalam pelaksanaan pembangunan.
Dalam rangka pencapaian arah kebijakan tersebut, fokus prioritas bidang penyelenggaraan
penataan ruang adalah:
a) penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang
b) peningkatan kualitas produk rencana tata ruang
c) sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang
d) peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang
Sasaran
Dalam mendukung arah kebijakan yang telah digariskan oleh RPJMN 2010-2014, maka sasaran
pembangunan Tahun 2012 bidang tata ruang adalah sebagai berikut:
a) penyelesaian materi teknis peraturan perundangan amanat UU 26/2007;
b) penyerasian peraturan pelaksanaan UU 26/2007 dengan UU sektoral terkait untuk
memudahkan implementasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah;
c) persetujuan substansi teknis untuk RTRW kabupaten dan kota yang belum mengacu
pada PP 26/2008;
d) penguatan kelembagaan penataan ruang; dan
e) penyerasian rencana pembangunan dengan RTR.
Kegiatan Prioritas
Prioritas Nasional (PN) pembangunan bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan
Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah 1 dan 2 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dengan indikator “jumlah rencana tata ruang
yang telah disinkronkan program pembangunannya”. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam
prioritas bidang infrastruktur di dalam RPJMN 2010-2014, termasuk RKP 2012, sebagaimana
dapat dilihat pada tabel berikut.
6
Tabel 1 Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN
2012
PAGU TAHUN
2012 (MILYAR
RP)
INSTANSI PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
I PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
I.1 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I
Sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
15 provinsi
71,898 Kementerian PU
I.2 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
Sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
17 provinsi
98,250 Kementerian PU
Sesuai dengan Perpres No. 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012,
alokasi anggaran indikatif untuk kegiatan PN tersebut adalah sebagaimana tercantum pada tabel
di atas. Namun, pada pagu definitif, alokasi anggaran untuk Ditjen Penataan Ruang mengalami
peningkatan dari 495,179 milyar rupiah menjadi 800,982 milyar rupiah. Dengan demikian,
terjadi penambahan juga untuk alokasi kegiatan PN tersebut sebagai berikut:
Tabel 2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR Anggaran
(milyar RP)
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
1. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
122,451 97,39 89,95 100 100
2. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
140,210 96,5 98,03 100 100
7
Dari tabel di atas diketahui bahwa untuk capaian fisik dari PN sudah cukup baik karena sesuai
dengan target dan tercapai 100%. Produk dari kegiatan PN adalah dana dekonsentrasi yang
diberikan kepada Pemerintah Provinsi untuk mendukung pencapaian indikator PN. Adapun
terkait realisasi keuangan juga sudah cukup baik, meskipun untuk dekonsentrasi di wilayah I
realisasi keuangannya di bawah sasaran. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab antara lain
adalah sebagai berikut:
c. Dana dekonsentrasi turun dalam bentuk yang seragam; khususnya dalam hal
nomenklatur. Sementara itu, kebutuhan yang dimiliki Daerah berbeda-beda. Perubahan
pemanfaatan dana seringkali tidak disetujui oleh Kementerian PU.
d. Kriteria yang disyaratkan di dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi (misal dana
pendampingan) tidak dipenuhi oleh Daerah, sehingga dana tidak dapat dipergunakan.
Adapun untuk Prioritas Bidang (PB) penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan secara
bersama-sama oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Ditjen Bina
Bangda, Kemendagri (cq. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup). Berikut
disajikan capaian dan realisasi PB yang dilaksanakan oleh Ditjen Bina Bangda, Kemendagri.
Tabel 3 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah-Kemendagri
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
1 Fasilitasi Penataan Ruang Daerah dan Lingkungan Hidup di Daerah
Jumlah Penyusunan NSPK Penataan Ruang Daerah
100 92 100 100
2 Meningkatnya Penyelesaian Perda Sesuai Amanat UU 26/2007 dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
100 84 100 100
3 Terfasilitasinya penyusunan/revisi dan penetapan Perda tentang RTRW Provinsi
100 97 100 100
4 Jumlah daerah yang difasilitasi dalam Peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang pusat dan daerah
100 58 100 100
5 Jumlah daerah yang difasilitasi melalui
100 94 100 100
8
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Penataan Ruang
6 Jumlah BKPRD yang terbentuk
100 98 100 100
7 Terselenggaranya Raker BKPRD
100 96 100 100
8 Jumlah daerah yang difasilitasi dalam Monitoring dan Evaluasi Kinerja penyelenggaraan penataan ruang
100 94 100 100
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sasaran realisasi keuangan dan capaian fisik dapat
dikatakan bahwa hampir seluruh PB dilaksanakan dengan baik, kecuali terkait indikator “Jumlah
daerah yang difasilitasi dalam Peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang
pusat dan daerah” yang mencatat nilai rendah dalam realisasi. Ini disebabkan karena sedianya,
peningkatan kapasitas aparatur dilaksanakan melalui Bimbingan Teknis dan Peningkatan
Kapasitas Aparatur Penataan Ruang. Bimbingan teknis dilaksanakan pada tanggal 29 Februari - 3
Maret 2012 di Malang, Jawa Timur, dan pada tanggal 2 - 5 April 2012 di Pontianak, Kalimantan
Barat. Sehubungan dengan adanya kebijakan efisinsi anggaran, Peningkatan Kapasitas aparatur
Penataan ruang ditiadakan.
Adapun pelaksanaan prioritas bidang (PB) yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang,
Kementerian PU, adalah sebagai berikut.
Tabel 4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR
Anggaran (ribu
rupiah)
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
1. Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional
a Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah, Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional
104.648.934 92,12 94,20 100 100
b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi,
23.730.957 92,12 93,44 100 100
9
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR
Anggaran (ribu
rupiah)
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang
2. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I
a Jumlah Kota/Kabupaten yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya.
5.523.909 97,39 97,65 100 100
b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan, informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang.
5.674.588 97,39 99,20 100 100
3 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
a Jumlah Kota/Kabupaten yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya.
908.430 96,50 100,00 100 100
b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan, informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang.
5.193.852 96,50 97,63 100 100
4. Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang
a Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang
110.807.289 92,74 94,90 100 100
5. Pembinaan Program Ditjen
a Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan
41.759.008 92,75 97,51 100 100
10
NO SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR
Anggaran (ribu
rupiah)
Keuangan (%) Fisik (%)
Target Realisasi Target Realisasi
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Penataan Ruang
informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang
6. Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan
a Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional
27.897.668 96,05 81,04 100 100
b Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat pembinaan penyelenggaraan Penataan Ruang.
17.470.000 96,05 93,95 100 100
c Jumlah Kabupaten/Kota yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya.
132.664.923 96,05 80,46 100 100
d Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang.
11.560.000 96,05 91,06 100 100
Secara umum, kinerja pencapaian fisik dan realisasi keuangan PB di Ditjen Penataan Ruang
sangat baik, karena mencapai dan melampaui target, kecuali pada Direktorat Perkotaan
(kegiatan Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan). Pada kegiatan Pelaksanaan Pengembangan
Perkotaan, diketahui bahwa meskipun realisasi fisik tercapai (100%), realisasi keuangan selalu di
bawah target. Pada indikator 6c, perlu diperhatikan bahwa dengan alokasi lebih dari 132 milyar
rupiah (mendekati alokasi PN), realisasi keuangan hanya mencapai 80%. Indikator ini adalah
indikator yang baru ada pada RKP 2012. Indikator tersebut merupakan dana tugas pembantuan
yang dialokasikan kepada Daerah (kab/kota) untuk menyediakan sejumlah lahan dan ruang
terbuka hijau untuk memenuhi 30% RTH Perkotaan sesuai amanat UUPR. Rendahnya realisasi
11
keuangan disebabkan antara lain masih barunya indikator tersebut, atau inefisiensi dalam
penggunaan anggaran. Pada beberapa kesempatan, diketahui bahwa penyaluran dana TP
tersebut membutuhkan sejumlah kriteria yang sulit dipenuhi Daerah (misalnya penyediaan
lahan seluash 4 hektar di kawasan perkotaan).
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
Arah Kebijakan
Untuk mendukung berbagai program pembangunan dan sebagai upaya untuk mengatasi
hambatan yang terkait dengan pertanahan, maka arah kebijakan pertanahan periode 2010-2014
adalah melaksanakan pengelolaan pertanahan secara utuh dan terintegrasi melalui Reforma
Agraria, sehingga tanah dapat dimanfaatkan secara berkeadilan untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat dan turut mendukung pembangunan berkelanjutan. Setiap tahunnya
arah kebijakan pertanahan tersebut diimplementasikan ke dalam rencana kerja tahunan yang
dikenal dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012.
Sasaran
Dalam mendukung arah kebijakan, maka sasaran pembangunan Tahun 2012 untuk Prioritas
Bidang Reforma Agraria adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya data dan informasi pertanahan yang terintegrasi secara nasional (SIMTANAS).
2. Terlaksananya redistribusi tanah, pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan
tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal.
3. Terlaksananyapercepatan legalisasi aset pertanahan, ketertiban administrasi pertanahan
dan kelengkapan informasi legalitas aset tanah, serta pengembangan peraturan
perundang-undangan Bidang Pertanahan dan Hubungan Masyarakat
4. Terwujudnya pengembangan infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan
sektoral, serta pengendalian Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
dan Pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber
ekonomi.
5. Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan serta mencegah timbulnya
sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Kegiatan Prioritas Nasional
RKP 2012 merupakan penjabaran tahun ke-tiga dari RPJMN 2010-2014. Kegiatan prioritas
nasional pada tahun 2012 Bidang Pertanahan, masuk dalam 6 (enam) kegiatan Prioritas Nasional
yaitu: (PN) (4), (5), (6), (7), (8), dan (10) (Buku I RKP 2012) sebagai berikut:
12
1. PN (4): Penurunan tingkat kemiskinan dan perbaikan distribusi pendapatan dengan
perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan
kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Prioritas ini didukung oleh
program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan
provinsi dengan indikator Jumlah bidang tanah yang diredistribusi;
2. PN (5): Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian dan perikanan.
Prioritas ini didukung oleh program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan peraturan perundang-undangan bidang
pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator jumlah paket rancangan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung
pelaksanaan UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
3. PN (6): Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Prioritas ini didukung oleh program
pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan
indikator Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (Kab/kota/kec) dan inventarisasi P4T
(bidang); dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN
RI melalui kegiatan pengembangan perturan perundang-undangan bidang pertanahan dan
hubungan masyarakat dengan indikator tersusunnya peraturan perundang-undangan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum;
4. PN (7): Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan
prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan
pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator cakupan peta pertanahan; jumlah
bidang tanah yang dilegalisasi; penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan
(laporan); dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN
RI melalui kegiatan pengelolaan data dan informasi pertanahan dengan indikator
peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (kab/kota);
5. PN (8): Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan
nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimasi pemanfaatan energi alternatif
seluas-luasnya. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional
melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator inventarisasi dan
identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP);
6. PN (10): Pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan,
terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pasca-konflik. Prioritas ini
didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan
pertanahan provinsi dengan indikator inventarisasi wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
perbatasan dan wilayah tertentu dan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau
kecil, perbatasan dan wilayah tertentu di pusat (peraturan-peraturan pengelolaan WP3WT).
Selanjutnya target dan alokasi anggaran (pagu) kegiatan prioritas nasional bidang pertanahan
pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel berikut (Buku I RKP Tahun 2012).
13
Tabel 5Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2012
No. Kegiatan Prioritas RKP 2012 Target Alokasi RKP (Rp. Milyar)
Alokasi DIPA BPN
(Rp. Milyar)
Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang) 154.075 113.9 110.7
Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI
a. Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (paket)
1 5.2 6.2
Prioritas Nasional 6: Infrastruktur
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota) 100 7.3 9.2
b. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan
Pemanfaatan Tanah (P4T) (bidang) 182.300 59.7 5.4
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI
a. Tersusunnya peraturan perundang-undangan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum (paket) 1 5.2 6.2
Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan
(laporan) 7.125 37.0 17.7
b. Cakupan peta pertanahan (Hektar) 2.800.000 28.3 8.1
c. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang) 865.316 378.4 413.4
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI
a. Peningkatan akses layanan pertanahan melalui
LARASITA (kab/kota) 430 40.3 0.5
Prioritas Nasional 8: Energi
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi
terlantar (SP) 466 7.5 3.4
Prioritas Nasional 10: Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan paska konflik
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP) 154 14.2 16.5
b. Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (paket) 1 6.0 5.7
Sumber: RKP BPN, 2012.
14
Untuk melihat hasil kinerja dari pelaksanaan RKP 2012 dilakukan analisis kinerja indikator.
Analisis kinerja tersebut dilakukan dengan menilai capaian fisik (target) dan realisasi anggaran.
Kemudian, hasil penilaian disajikan dalam bentuk persentase.
Data capaian kegiatan dan indikator yang dianalisis adalah data yang termasuk ke dalam
prioritas nasional saja karena untuk kegiatan dan indikator yang diluar prioritas nasional tidak
tersedia datanya. Berdasarkan data tersebut disusun tabel capaian kegiatan dan realisasi
anggaran dalam persentase (Error! Reference source not found.6).
Tabel 6Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2012
No. Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2012 Fisik Anggaran (Milyar)
Target Realisasi % Target Realisasi %
Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang)
149.600 113.260 75,71 110.7 43.2 39.02
Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI
a.
Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (paket)
1 1 100 6.2 1.6 25.80
Prioritas Nasional 6: Infrastruktur
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota)
100 66 66,00 9.2 4.5 48.91
b. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) (bidang)
50.000 29.023 58,05 5.4 5.3 98.15
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI
a. Tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum (paket)
1 1 100 6.2 1.6 25.80
Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan (laporan)
2.791 1.862 66,71 17.7 4.1 23.16
b. Cakupan peta pertanahan (Hektar) 3.242.574 3.160.000 97,45 8.1 7.6 93.82
c. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang)
950.233 863.225 90,84 413.4 230.6 55.78
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI
a. Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (kab/kota)
419 430 102,63 0.5 0.5 100
Prioritas Nasional 8: Energi
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
15
No. Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2012 Fisik Anggaran (Milyar)
Target Realisasi % Target Realisasi %
a. Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP)
463 76 16,41 3.4 0.5 14.70
Prioritas Nasional 10: Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan paska konflik
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
a. Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP)
184 157 85,33 16.5 9.1 55.15
b. Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (paket)
1 1 100 5.7 3.3 57.89
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil capaian kegiatan prioritas nasional
adalah 80% dengan variasi capaian yang berbeda untuk setiap kegiatan. Beberapa kegiatan yang
pencapaiannya melebihi dan mencapai target adalah kegiatan: (i) peningkatan akses layanan
pertanahan melalui LARASITA (102,63%); (ii) Jumlah paket rancangan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-
undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Undang-undang Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum (100%); dan (iii) Kajian Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-
Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) yang mencapai 100%.
Namun, apabila diperhatikan keluaran (output) dari kegiatan tersebut diatas maka lebih pada
dokumen hasil kajian dan pengadaan alat dan barang untuk mendukung layanan pertanahan
melalui program Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah (Larasita). Sedangkan untuk kegiatan
prioritas nasional lain yang sifatnya lebih strategis maka tingkat capaiannya tidak mencapai
100%. Kegiatan seperti redistribusi tanah, Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan,
dan Pemanfaatan Tanah (P4T), legalisasi aset (sertipikasi tanah), neraca penatagunaan tanah,
pembuatan peta pertanahan, pengkajian kasus pertanahan, dan inventarisasi dan identifikasi
tanah terindikasi terlantar pencapaiannya tidak sesuai target yang telah ditetapkan.
Untuk melihat lebih jauh mengenai kaitan antara capaian kegiatan fisik dan realisasi anggaran,
maka perlu dibandingkan antara capaian fisik dan realisasi penyerapan anggaran. Hasil dari
perbandingan tersebut sebagai berikut.
a. Capaian fisik dan realisasi anggaran sesuai
Beberapa kegiatan seperti cakupan peta pertanahan, peningkatan akses layanan
pertanahan melalui Larasita, inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar
terlihat bahwa antara capaian fisik dan anggaran hampir sama. Hal ini dapat menandakan
bahwa satuan biaya (unit cost) dari kegiatan tersebut sesuai.
b. Capaian fisik dan realisasi anggaran tidak sesuai
Untuk beberapa kegiatan lainnya seperti legalisasi aset, redistribusi tanah, Inventarisasi
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T), Inventarisasi Wilayah
16
Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu maka dapat diketahui bahwa
capaian fisiknya tidak sesuai dengan realisasi anggarannya atau dengan kata lain tidak
berbanding lurus. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa satuan biaya (unit cost) yang
digunakan untuk setiap kegiatan tidak sesuai. Beberapa kegiatan seperti legalisasi aset,
redistribusi tanah, neraca penatagunaan tanah sudah dikeluarkan satuan biaya khusus
(SBK) yang disetujui oleh Kementerian Keuangan namun dalam pelaksanaannya bila melihat
realisasi tetap tidak sesuai.
Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan Prioritas Nasional
Tidak terpenuhinya pencapaian target beberapa kegiatan prioritas nasional, dapat disebabkan
oleh faktor internal dari BPN maupun faktor eksternal yang berada diluar kewenangan BPN.
Faktor internal antara lain karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama juru ukur
di BPN, kurangnya pemanfaatan data (tekstual dan spasial) dalam perencanaan kegiatan
sedangkan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi capaian target kegiatan prioritas
nasional adalah tidak terpenuhinya kriteria clean and clear untuk sertipikasi tanah, biaya Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang membebani masyarakat, keterbatasan
sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dan lain sebagainya. Secara lebih lengkap
permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan prioritas nasional di BPN
sebagai berikut.
a. Kegiatan Redistribusi Tanah
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah adalah semakin
berkurangnya jumlah sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA). Hal ini dikarenakan
faktor kelangkaan tanah TORA yang telah didistribusikan sejak tahun 1961. Secara umum
tanah yang ditetapkan sebagai TORA adalah tanah negara bekas tanah terlantar, tanah
negara yang berasal dari pelepasan kawasan hutan, kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi, dan sumber lainnya. Tanah sumber lainnya dapat berasal dari: tanah negara
bebas, tanah negara bekas hak barat, tanah negara berasal dari tanah timbul, tanah negara
bekas swapraja, tanah negara bekas kawasan pertambangan, tanah yang berasal dari tukar
menukar atau perbuatan hukum keperdataan lainnya dalam rangka reforma agraria, atau
tanah yang secara sukarela diserahkan oleh pemegang haknya kepada negara. Dari
berbagai jenis sumber TORA tersebut, relatif hanya tanah terlantar dan kawasan hutan
yang telah dilepaskan yang masih cukup tersedia sehingga capaian targetnya tidak
maksimal.
b. Kegiatan Legalisasi Aset (Sertipikasi Tanah)
Untuk proses legalisasi Aset (sertipikasi tanah), permasalahan yang dihadapi adalah
pemahaman masyarakat dan instansi yang bekerjasama dengan BPN dalam melakukan
kegiatan sertipikasi tanah, tentang kriteria dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
17
prose sertifikasi (clean and clear) belum memadai sehingga seringkali bidang tanah yang
telah menjadi target kegiatan tidak dapat disertifikatkan. Selain itu, pembebanan biaya Bea
Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) yang dibebankan kepada masyarakat tidak mampu
sangat memberatkan dan menghambat proses sertipikat.
c. Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T)
Permasalahan dalam penyusunan daninventarisasi P4T adalah terbatasnya peta dasar
pertanahan yang tersedia sehingga menyulitkan dalam mendata penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
d. Kegiatan Pembuatan Peta Pertanahan
Dalam kegiatan pembuatan peta pertanahan, yang terdiri atas peta dasar dan peta tematik,
secara umum tidak terdapat masalah karena capaian sudah mendekati target yang
ditetapkan. Namun, demikian khusus untuk penyediaan peta dasar terdapat masalah
karena masih minimnya cakupan peta dasar pertanahan yang ada.
e. Kegiatan Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan
Untuk penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan, prioritas penanganan
dilakukan melalui mediasi. Namun bila mediasi yang dilakukan tidak berhasil, pihak yang
bersengketa dapat melanjutkan ke pengadilan yang proses acara peradilannya diluar
kewenangan BPN. Sehingga seringkali proses penyelesaian perkara di pengadilan
membutuhkan waktu yang lama dan bisa melebihi satu tahun anggaran sesuai mekanisme
peradilan yang berlaku.
f. Kegiatan Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi tanah
terlantar tersebut adalah sulitnya tanah terlantar untuk ditetapkan dan diambil alih oleh
negara karena pemilik hak tanah teridentifikasi terlantar dapat melakukan upaya teknis dan
hukum untuk menghindari kriteria teknis tanah terlantar. Pengertian upaya teknis adalah
upaya pemilik dalam mencegah berlakunya kriteria terlantar dengan melakukan investasi
sekedarnya sesuai dengan peruntukan walaupun sebenarnya hanya untuk memperpanjang
waktu penguasaan hak atas tanah agar mendapat kenaikan harga tanah. Sedangkan upaya
hukum adalah upaya pemegang hak yang melakukan gugatan kepada PTUN terhadap
keputusan penetapan tanah terlantar oleh BPN.
g. Kegiatan Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu
Permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi BPN dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah: (i) untuk inventarisasi di daerah, adalah keterbatasan jumlah dan keterampilan
sumber daya manusia yang dimiliki di daerah serta cakupan wilayah untuk kegiatan
inventarisasi berbeda luasnya antara satu daerah dengan daerah tapi jumlah anggaran yang
disediakan sama untuk semua daerah; (ii) untuk kebijakan di pusat, permasalahan yang
18
dihadapi adalah belum adanya peraturan yang spesifik mengatur mengenai wilayah
Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu terutama terkait
peraturan yang bersifat operasional penetapan hak di wilayah pesisir.
19
Evaluasi Implementasi RTRWN ke dalam RPJMN
Pemetaan Indikasi Program Kerja dalam RTRWN
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun sebagai
amanat dari Pasal 14 UU No. 26/2007 Penataan Ruang. RTRWN
memuat hal sebagai berikut:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangwilayah nasional;
b. rencana struktur ruang wilayah nasional yangmeliputi sistem perkotaan nasional yang
terkaitdengan kawasan perdesaan dalam wilayahpelayanannya dan sistem jaringan
prasaranautama;
c. rencana pola ruang wilayah nasional yangmeliputi kawasan lindung nasional dan
kawasanbudi daya yang memiliki nilai strategis nasional;
d. penetapan kawasan strategis nasional;
e. arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan;dan
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayahnasional yang berisi indikasi arahan
peraturanzonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahaninsentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi.
Sebagai dokumen perencanaan tingkat nasional yang mengatur semua perencanaan
pembangunan spasial, maka RTRWN menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional;
b. penyusunan rencana pembangunan jangkamenengah nasional;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang di wilayah nasional;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dankeseimbangan perkembangan
antarwilayahprovinsi, serta keserasian antarsektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi;
f. penataan ruang kawasan strategis nasional; danpenataan ruang wilayah provinsi
dankabupaten/kota.
Usulan program utama dalam RTRWN dibagi dalam program perwujudan struktur ruang yang
meliputi sistem perkotaan nasional; sistem transportasi nasional; serta sistem jaringan
prasarana lainnya; dan program perwujudan pola ruang yang meliputi kawasan lindung
nasional; kawasan budidaya; dan kawasan strategis nasional.
Indikasi Program dan Kegiatan dalam RTRWN dan RPJMN
Penggunaan istilah ‘program’ dalam RTRWN memiliki perbedaan pemahaman dengan istilah
‘program’ yang digunakan di dalam RPJMN. Usulan program lima tahunan yang terdapat pada
Lampiran XI PP No. 26/2008 RTRWN merupakan usulan berbagai kegiatan pembangunan yang
bertujuan untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Istilah
20
‘program’ dalam lampiran tersebut tidak merujuk pada kewenangan pada tingkat pemerintahan
atau instansi tertentu.
Sementara penggunaan istilah ‘program’ dalam RPJMN merujuk pada suatu posisi pada hirarki
struktur kebijakan yang terdiri dari visi, misi, tujuan strategis, program, dan kegiatan. Program di
dalam RPJMN merupakan instrumen kebijakan yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh K/L untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh K/L. Program ditetapkan menjadi 2 (dua) jenis,
yaitu:
a. Program Teknis, merupakan program-program yang menghasilkan pelayanan kepada
kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal). Contoh: Program Pembangunan Jalan
dan Jembatan.
b. Program Generik, merupakan program-program yang digunakan untuk mendukung
pelayanan aparatur dan/atau administrasi pemerintahan (pelayanan internal).
Definisi istilah ‘kegiatan’ yang digunakan dalam RPJMN adalah bagian dari program yang terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya
manusia), barang modal, dana sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa. Keluaran (output) inilah yang menjadi indikator kinerja suatu
kegiatan. Berdasarkan jenisnya, kegiatan dapat berupa kegiatan teknis dan kegiatan generik.
Kegiatan teknis dapat berupa kegiatan prioritas nasional, kegiatan prioritas K/L, dan kegiatan
teknis non-prioritas.
Dalam melakukan pemetaan kesesuaian indikasi program antara RTRWN dengan RPJMN,
perbedaan definisi ini perlu dipahami, sehingga penilaian kesesuaian akan dinilai dengan
membandingkan antara indikasi program dalam RTRWN dengan kegiatan prioritas dan indikator
kinerjanya yang tercantum dalam RPJMN. Selanjutnya, dilakukan penelusuran nama program
yang membawahi kegiatan prioritas tersebut, sehingga dapat diketahui K/L mana yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu program/kegiatan baik yang ada di dalam
RPJMN maupun RTRWN.
Penilaian Pemetaan Indikasi Program RTRWN dan RPJMN
Penilaian tingkat kesesuaian RTRWN dengan RPJMN adalah dengan mencari sejauh mana
korelasi antara indikasi program utama RTRWN dengan program, kegiatan prioritas, dan
indikator yang ada di dalam RPJMN. Tingkat kesesuaian diurutkan berdasarkan indikator berikut
ini:
d. Kesesuaian tinggi (1) Memiliki kesamaan jenis program, kegiatan, dan indikator;(2)
Memiliki kesamaan lokasi pelaksanaan program, kegiatan, dan
indikator, dan(3) Memiliki kesamaan rentang waktu pelaksanaan
program, kegiatan, dan indikator.
21
e. Kesesuaian sedang (1) Memiliki kesamaan jenis program, kegiatan, dan indikator; dan
(2) Memiliki kesamaan lokasi atau rentang waktu pelaksanaan
program, kegiatan, dan indikator.
f. Kesesuaian rendah Memiliki salah satu kesamaan jenis program, kegiatan, atau
indikator.
Untuk menilai sejauhmana indikasi program RTRWN telah sesuai atau diacu di dalam RPJMN,
terlebih dahulu dilakukan pemetaan kesesuaian antara usulan program RTRWN dengan
program, kegiatan, dan indikator yang ada di dalam RPJMN. Pemetaan ini disusun berdasarkan
urutan usulan program yang terdapat pada Lampiran XI PP No. 26/2008 RTRWN, dimulai dengan
perwujudan struktur ruang nasional (Lampiran Tabel 3.1) dan perwujudan pola ruang nasional
(Lampiran Tabel 3.2). Analisa kesesuaian perwujudan struktur ruang nasional adalah sebagai
berikut:
Tabel 7 Analisa Kesesuaian Perwujudan Struktur Ruang Nasional
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
A. Sistem Transportasi Nasional
1. Sistem Jaringan Jalan
√ Kesesuaian rendah karena: - Jenis program/kegiatan/ indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan program/
kegiatan/indikator tidak dapat diukur karena RTRWN menetapkan ruas jaringan jalan mana saja yang akan dibangun/dipelihara sepanjang tahun 2010-2014, sementara RPJMN hanya menyebutkan berapa panjang jaringan jalan yang akan dibangun/dipelihara tanpa menyebutkan lokasinya.
Temuan: - RTRWN merencanakan pembangunan Jembatan Selat
Sunda (JSS) pada tahun 2020-2024, sementara RPJMN menargetkan pembangunan JSS sepanjang 5 km dan kawasan pendukungnya selesai pada tahun 2014. Ini diakomodasi dalam Perpres 13/2012 tentang RTR Pulau Sumatera dimana JSS direncanakan dibangun tahun 2011-2027.
2. Sistem Jaringan Jalur KA
√ Kesesuaian rendah karena: - Jenis program/kegiatan/ indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan program/
kegiatan/indikator tidak dapat diukur karena RTRWN menetapkan ruas jaringan jalur KA mana saja yang akan dibangun/dipelihara sepanjang tahun 2010-2014, sementara RPJMN hanya menyebutkan berapa panjang jaringan jalan yang akan dibangun/direhabilitasi/direaktivasi tanpa menyebutkan lokasinya.
Temuan: - RTRWN tidak mengatur Jaringan Jalur KA interkoneksi,
namun ini diatur dalam Perpres 13/2012 RTR Pulau
22
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
Sumatera dan Perpres 28/2012 RTR Pulau Jawa Bali yaitu pengembangan jaringan jalur KA di JSS tahun 2011-2027. Jalur Ini juga tidak diatur dalam RPJMN.
3. Sistem Jaringan Transportasi SDP
√ Kesesuaian rendah karena: - Jenis program/kegiatan/ indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RPJMN. - RTRWN tidak mencantumkan indikator berupa jumlah
dermaga penyeberangan, sungai, dan danau selama periode 2010-2014, sehingga penilaian kesesuaian atas dasar waktu pelaksanaan tidak terukur.
4. Sistem Jaringan Transportasi Laut
√ Kesesuaian rendah karena: - Jenis program telah sesuai, namun kegiatan/indikator
RPJMN hanya mengatur pembangunan pelabuhan perintis. Sementara itu, RTRWN merencanakan pengembangan Pelabuhan Internasional di 6 lokasi dan pengembangan Pelabuhan Nasional di 6 lokasi sepanjang tahun 2010-2014.
- Kesesuaian lokasi dan waktu pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak dapat diukur.
5. Sistem Jaringan Transportasi Udara
√ Kesesuaian rendah karena: - Jenis program/kegiatan/ indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RPJMN. - RTRWN tidak mencantumkan indikator berupa jumlah
bandar udara yang akan dikembangkan/ direhabilitasi selama periode 2010-2014, sehingga penilaian kesesuaian atas dasar waktu pelaksanaan tidak terukur.
B Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
1. Sistem Jaringan Sumberdaya Air
√ Kesesuaian rendah karena: - Jenis program/kegiatan/ indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RPJMN. - RTRWN tidak mencantumkan indikator berupa jumlah
atau luasan kegiatan konservasi kawasan sumber air ataupun jumlah bendungan/waduk/ embung yang dibangun atau direhabilitasi selama periode 2010-2014, sehingga penilaian kesesuaian atas dasar waktu pelaksanaan tidak terukur.
2. Sistem Jaringan Energi Nasional
a. Gas Bumi - - - Tingkat kesesuaian tidak terukur karena fokus usulan program RTRWN untuk sektor energi adalah pada kegiatan pengembangan infrastruktur untuk peningkatan pasokan gas bumi, sementara program RPJMN berfokus pada aspek pengelolaan dan pengawasan usaha pengangkutan gas bumi. *Memerlukan konfirmasi dari direktorat teknis terkait di Bappenas.
b. Listrik - - - Tingkat kesesuaian tidak terukur karena kendati nama
23
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
program telah sesuai, namun jenis kegiatan/ indikator tidak setara. RTRWN berfokus pada input yaitu jumlah jaringan transmisi tenaga listirik yang direhabilitasi/dikembangkan, sementara RPJMN berfokus pada output yaitu terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik dan meningkatnya ratio elektrifikasi. *Memerlukan konfirmasi dari direktorat teknis terkait di Bappenas.
3. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional
- - - Tingkat kesesuaian tidak terukur karena perbedaan fokus antara RTRWN dengan RPJMN. RTRWN berfokus pada rehabilitasi dan pengembangan jaringan terestrial, sementara RPJMN pada tingkat pemerataan pelayanan akses telekomunikasi, seperti prosentase ibukota provinsi yang terhubung dengan jaringan serat optik dan prosentase ibukota kab/kota yang terhubung secara broadband. *Memerlukan konfirmasi dari direktorat teknis terkait di Bappenas.
Keterangan: T (Tinggi); S (Sedang); R (Rendah)
Berdasarkan hasil analisa tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa usulan program untuk
perwujudan struktur ruang yang ada di dalam RTRWN telah memiliki kesesuaian dengan indikasi
program di dalam RPJMN, kendati kesesuaian tersebut hanya ada pada level program dan
kegiatan.Penilaian kesesuaian RTRWN-RPJMN untuk sektor energi dan telekomunikasi tidak
dapat dilakukan karena tidak ditemukan nama program di dalam RPJMN yang sesuai. Hal ini
memerlukan konfirmasi lebih lanjut dari direktorat terkait di Bappenas maupun dari
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Namun, kemungkinannya adalah karena
pembangunan kedua sektor ini melibatkan peranan pihak ketiga, seperti BUMN atau swasta
yang tidak dicantumkan di dalam RPJMN.
Penilaian kesesuaian dari segi lokasi dan waktu pelaksanaan tidak dapat dilakukan karena
RPJMN tidak menyebutkan indikasi lokasi pembangunan, sementaraRTRWN memuat banyak
usulan program dengan lokasi yang dibuat secara mendetail.Banyaknya usulan program
tersebut karena tujuan penyusunan RTRWN adalah untuk memberi gambaran dan arahan
struktur ruang nasional yang diharapkan dapat terwujud dalam jangka waktu 20 tahun ke
depan. Usulan program inibelum mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah
maupun tingkat partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan.Sebagai contoh,
sepanjang tahun 2008-2009 dan 2010-2014 direncanakan pembangunan lebih dari 30 ruas
jaringan jalan bebas hambatan antar kota di seluruh Indonesia. Sementara RPJMN yang
merupakan upaya perwujudan visi dan misi Presiden terpilih untuk periode lima tahun, telah
mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah dan prediksi kondisi perekonomian
nasional selama periode lima tahun ke depan.Analisa kesesuaian perwujudan pola ruang
nasional adalah sebagai berikut:
24
Tabel 8 Analisa Keseuaian Perwujudan Pola Ruang Nasional
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
A Perwujudan Kawasan Lindung Nasional
7. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan lindung nasional
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/ kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RPJMN, sementara RTRWN secara detail menetapkan kawasan konservasi mana saja yang akan direhabilitasi atau dikembangkan pengelolaannya sepanjang tahun 2010-2014.
- Dari segi waktu pelaksanaan juga tidak dapat diukur kesesuaiannya.
8. Pengembangan pengelolaan kawasan lindung nasional
√
9. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan hutan lindung nasional
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/ kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi pelaksanaan program/ kegiatan/indikator tidak
disebutkan secara spesifik dalam RTRWN maupun RPJMN
- Dari segi waktu pelaksanaan juga tidak dapat diukur kesesuaiannya.
10. Pengembangan pengelolaan kawasan hutan lindung nasional
√
11. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan taman buru nasional
- - - RPJMN sepanjang tahun 2010-2014 tidak merencanakan program/kegiatan/indikator terkait rehabilitasi, pemantapan fungsi kawasan, maupun pengembangan pengelolaan taman buru nasional.
12. Pengembangan pengelolaan kawasan taman buru nasional
- - -
Temuan: Dalam RPJMN 2010-2014 ditemukan program/ kegiatan/indikator yang mendukung usulan program yang ada di dalam RTR Pulau namun tidak ditemukan dalam usulan program RTRWN, yaitu: - Program penelitian, mitigasi, dan pelayanan geologi
yang mendukung kegiatan penetapan zona rawan bencana alam geologi, dan
- Program pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang mendukung kegiatan pelestarian kawasan laut yang memiliki ekosistem terumbu karang.
B Perwujudan Pengembangan Kawasan Budidaya
9. Pengembangan dan pengendalian kawasan andalan untuk sektor pertanian
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan tidak terukur karena
RPJMN tidak menyebutkan lokasi pengelolaan kawasan pertanian.
- RTRWN menekankan pada perlindungan lahan pertanian pangan dan pengendalian alih fungsi lahan. Sementara RPJMN lebih menekankan pada kegiatan operasional untuk peningkatan produksi pangan,
10. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor
√
25
No Usulan Program Utama RTRWN
Hasil Analisa Kesesuaian RTRWN-RPJMN
T S R Keterangan
perkebunan penyediaan bibit/benih, penanggulangan serangan OPT, dan pemasaran produk pertanian.
11. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor pertambangan
√ Kesesuaian rendah karena: - Ditemukan 4 buah program dengan kegiatan/indikator
yang sejalan dengan usulan program RTRWN sektor pertambangan, yaitu terkait penyelenggaraan usaha migas, penyelidikan sumberdaya geologi, penyelesaian konflik tumpang tindih lahan, upaya reklamasi lahan paska tambang, dan pengendalian pencemaran air akibat kegiatan pertambangan.
- Lokasi dan waktu pelaksanaan tidak terukur karena RPJMN tidak menyebutkan lokasi pengelolaan kawasan pertambangan.
12. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor industri pengolahan
√ Kesesuaian rendah karena: - Ditemukan 7 buah program dengan kegiatan/indikator
yang sejalan dengan usulan program RTRWN sektor industri, yaitu pengembangan klaster industri dengan basis yang sama, perwilayahan industri di 5 KEK, dan pengendalian pencemaran air.
- Lokasi pelaksanaan tidak dapat terukur, karena tingkat kedetailan lokasi yang berbeda antara RTRWN dengan RPJMN.
- Waktu pelaksanaan juga tidak dapat dibandingkan.
13. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor pariwisata
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan program/kegiatan/
indikator tidak ada dibandingkan karena kegiatan yang ada dalam RPJMN tidak dilengkapi dengan lokasi.
14. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor perikanan
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. - Lokasi dan waktu pelaksanaan program/kegiatan/
indikator tidak ada dibandingkan karena kegiatan yang ada dalam RPJMN tidak dilengkapi dengan lokasi.
15. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor kelautan
16. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor kehutanan
√ Kesesuaian rendah karena: - Nama program/kegiatan/indikator telah sesuai. Lokasi dan waktu pelaksanaan program/kegiatan/ indikator tidak ada dibandingkan karena kegiatan yang ada dalam RPJMN tidak dilengkapi dengan lokasi.
Keterangan: T (Tinggi); S (Sedang); R (Rendah)
26
Penilaian kesesuaian antara RTRWN dengan RPJMN 2010-2014 untuk perwujudan kawasan
lindung nasional secara umum dapat dilakukan. Di dalam RPJMN 2010-2014 ditemukan nama
program yang mendukung perwujudan kawasan lindung, yaitu Program Konservasi
Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan dan Program Peningkatan Fungsi dan Daya
Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Meskipun dari segi waktu dan lokasi
pelaksanaan juga tidak dapat diukur kesesuaiannya, dengan alasan yang sama dengan tidak
terukurnya kesesuaian waktu dan lokasi pelaksanaan untuk kegiatan perwujudan struktur ruang.
Untuk usulan program rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan hutan lindung nasional serta
program pengembangan pengelolaan kawasan hutan lindung nasional, RTRWN tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan, juga tidak
ada penjelasan mengenai waktu dan lokasi pelaksanaan. Dengan demikian, untuk melakukan
pemetaan kesesuaian dengan RPJMN 2010-2014, digunakan usulan program yang lebih detail
yang ada di dalam RTR Pulau.
Di dalam RPJMN 2010-2014 tidak ditemukan program terkait rehabilitasi, pemantapan, dan
pengembangan kawasan taman buru nasional. Di dalam RPJMN 2010-2014 justru ditemukan
program yang tidak ada di dalam usulan program RTRWNnamun mendukung kegiatan yang ada
di RTR Pulau, yaitu Program Penelitian, Mitigasi, dan Pelayanan Geologi yang mendukung
kegiatan penetapan zona rawan bencana alam geologi, serta Program Pengelolaan Sumberdaya
Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mendukung kegiatan pelestarian kawasan laut yang
memiliki ekosistem terumbu karang. Ini menunjukkan bahwa RTRWN belum digunakan sebagai
acuan dalam RPJMN 2010-2014 terkait kebijakan pengelolaan kawasan lindung.
Pada perwujudan pengembangan kawasan budidayacukup banyak ditemukan nama program di
dalam RPJMN 2010-2014 yang memiliki keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan usulan program RTRWN. Kesulitan dalam melakukan pemetaan kesesuaian antara kedua
rencana ini adalah karena fokus usulan program RTRWN lebih pada aspek spasial yaitu
pengendalian, perlindungan, dan pengembangan kawasan budidaya, sementara RPJMN lebih
fokus pada upaya pengelolaan kegiatan, seperti peningkatan hasil produksi, kegiatan
operasional dan pemasaran. Contohnya adalah pada kawasan budidaya pertanian, program
yang ada di dalam RPJMN didominasi oleh upaya pengembangan bibit/benih berkualitas,
penurunan serangan OPT (organisme pengganggu tanaman), peningkatan produksi, dan strategi
pemasaran.
Pengumpulan Data dan Konfirmasi Hasil Pemetaan RTRWN Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dan
menyebarkan matriks yang berisi pemetaan kesesuaian RTRWN-RPJMN kepada direktorat teknis
terkait di Bappenas. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh masukan mengenai
sejauhmana RTRWN menjadi acuan dalam penyusunan RPJMN 2010-2014, juga mengenai
ketepatan pemetaan kesesuaian RTRWN-RPJMN sekaligus mencari informasi mengenai realisasi
27
dari pelaksanaan program-program yang ada. Dari kegiatan ini, diharapkan dapat diperoleh
gambaran bagaimana keterkaitan antara RTRWN dengan RPJMN 2010-2014.
Penyebaran matriks kepada direktorat teknis di Bappenas mendapat masukan dari dua
direktorat yaitu Direktorat Pengairan dan Irigasi, serta Direktorat Kehutanan dan Sumber Daya
Air, yang hasilnyasecara lengkap dapat dilihat pada Lampiran (Tabel 3.3 dan Tabel 3.4).
Beberapa hasil yang diperoleh baik melalui matriks maupun penyelenggaraan forum FGD adalah
sebagai berikut:
A. Perwujudan Struktur Ruang Nasional dalam RPJMN
1. Sektor Transportasi:
a. Perencanaan di bidang transportasi belum sepenuhnya mempertimbangkan RTRWN
atau RTR Pulau. Tabel usulan program RTRWN masih terlalu umum sehingga tidak dapat
dinilai capaiannya. Penyusunan rencana di bidang transportasi lebih banyak mengacu
pada Master Plan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Sistem
Transportasi Nasional (Sistranas), dan Sistem Logistik Nasional (Sislognas). MP3EI lebih
banyak diacu karena sudah dilengkapi dengan rencana investasi, target waktu
pelaksanaan kegiatan, dan mekanisme pendanaan sehingga mudah diikuti oleh swasta
sebagai pihak yang turut dalam membangun jaringan jalan.
b. Perencanaan jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api sebagian besar masih mengikuti
arahan struktur ruang yang ada di dalam RTRWN dan RTR Pulau, meskipun masih
ditemui kendala pada saat pelaksanaan terkait pembebasan lahan. Baik RTRWN maupun
RPJMN tidak memiliki mekanisme untuk mengenali hambatan terkait pembebasan
lahan ini sehingga pembiayaan tidak dapat disesuaikan dengan perubahan yang terjadi
di lapangan. RTRWN maupun RPJMN hanya menentukan titik-titik (nodes) yang harus
dihubungkan.
c. Perencanaan bandara dan pelabuhan kurang sesuai dengan RTRWN. Yang menjadi
faktor penghambat adalah peran Kementerian Perhubungan sebagai regulator yang
tidak selalu dapat mengarahkan rencana pembangunan. UU Transportasi memiliki
mekanisme yang memungkinkan badan usaha pengelola bandara maupun pelabuhan
dapat mengusulkan dan membangun bandara dan pelabuhan walaupun tidak sesuai
dengan rencana pembangunan nasional.
d. Penyusunan rencana pembangunan pelabuhan perikanan juga tidak mengacu pada
RTRWN maupun RTR Pulau. Pembangunan lokasi pelabuhan perikanan dilakukan
berdasarkan potensi sumberdaya dan potensi pasar lokal, regional, nasional, dan
internasional. Penggolongan pelabuhan perikanan juga tidak mengikuti hirarki
kepelabuhanan yang tercantum dalam RTRWN. Misalnya untuk pelabuhan samudera,
pelabuhan nusantara, dan sebagainya.
2. Sektor PengairandanIrigasi
a. Usulan program RTRWN dan RTR Pulau sulit untuk dipetakan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L). Beberapa penetapan yang dilakukan oleh
28
K/L terkadang tidak melibatkan Bappenas, contohnya adalah dengan terbitnya
Peraturan Presiden tentang Wilayah Sungai.
b. Sama halnya dengan pembangunan jaringan jalan, pembangunan waduk juga terkena
kendala permasalahan sosial untuk pembebasan lahan di lokasi yang telah dipetakan
dalam RTRWN. Sehingga, dalam pelaksanaannya terdapat banyak pemindahan lokasi
dikarenakan permasalahan tersebut.
c. Realisasi fisik sampai dengan tahun 2013 sangat bervariasi. Beberapa kegiatan tidak
sesuai dengan target yang telah direncanakan. Pencapaian paling rendah adalah
pembangunan waduk, dari target pembangunan 11 waduk, sampai saat ini hanya ada 1
waduk yang ada dalam tahap pelaksanaan. Pencapaian paling tinggi adalah
pembangunan dan peningkatan layanan jaringan tata air tambak yang mencapai
1.444%, dari target seluas 1.000 ha, telah terealisasi seluas 14.444 ha. Dari hasil analisis
data juga terlihat bahwa kegiatan pembangunan dan peningkatan layanan jaringan
mendapat prioritas dibandingkan kegiatan rehabilitasi layanan pada jaringan yang sama,
ini berlaku pada jaringan irigasi, jaringan rawa, pembangunan sumur air tanah, dan
jaringan tata air tambak. Ini terlihat dari realisasi pembangunan dan peningkatan
layanan jaringan hingga di atas 150% dari target yang telah direncanakan.
B. Perwujudan Pola Ruang Nasional dalam RPJMN
Perwujudan Kawasan Lindung Nasional
1. Sektor kehutanan
a. Perwujudan kawasan lindung nasional di sektor kehutanan dilaksanakan melalui
rehabilitasi pemanfaatan fungsi dan pengembangan pengelolaan kawasan lindung
nasional di dalam RTRWN dan rehabilitasi pemanfaatan fungsi dan pengembangan
pengelolaan kawasan hutan lindung nasional. Pengelolaan kawasan lindung
dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai kawasan suaka alam dan
kawasan pelestarian alam, antara lain pengelolaan cagar alam, suaka margasatwa, dan
taman nasional. Di dalam RPJMN 2010-2014, terdapat dua kegiatan yang mendukung
perwujudan kawasan lindung nasional, yaitu kegiatan pengembangan kawasan
konservasi, dan ekosistem esensial, serta kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan
dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas. Realisasi pelaksanaan kedua kegiatan
ini di dalam RPJMN 2010-2014 sampai dengan tahun 2013 secara umum telah mencapai
di atas 70%, kendati angka capaiannya untuk setiap indikator bervariasi antara 33%
sampai dengan 93%.
Perwujudan Kawasan Budidaya Nasional
1. Sektor kelautan dan perikanan
a. Penentuan pengembangan minapolitan yang dikeluarkan dalam bentuk SK Menteri
Kelautan dan Perikanan dilakukan tanpa melibatkan peran Bappenas. Bappenas hanya
menentukan target dan capaian berdasarkan prioritas nasional. Dengan demikian
diperlukan konfirmasi lebih lanjut kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan,
29
sejauhmana penggunaan RTRWN dan RTR Pulau sebagai acuan dalam menetapkan
lokasi pengembangan minapolitan.
2. Sektor kehutanan
a. Perwujudan pengembangan kawasan budidaya di sektor kehutanan dilaksanakan
melalui rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk kehutanan. Di dalam
RPJMN 2010-2014 terdapat beberapa kegiatan yang cukup mendukung perwujudan ini,
antara lain kegiatan peningkatan pengelolaan hutan tanaman, peningkatan
perencanaan pengelolaan hutan produksi, pengukuhan kawasan hutan, dan sebagainya.
Realisasi kegiatan sampai dengan tahun 2013 menunjukkan variasi capaian, rata-rata
capaian di atas 80%, dengan tingkat pencapaian terendah sebesar 31,4% untuk kegiatan
penambahan areal tanaman pada hutan tanaman dan tertinggi sebesar 115% untuk
kegiatan persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang
provinsi.
Penilaian Implementasi RTRWN dan RPJMN 2010-2014 Penilaian implementasi RTRWN dilihat dari tiga hal, yaitu (1) tingkat kesesuaian RTRWN –
RPJMN 2010-2014; (2) penggunaan RTRWN sebagai acuan dalam penyusunan RPJMN 2010-
2014; dan (3) realisasi fisik pelaksanaan RPJMN 2010-2014.
1) Tingkat kesesuaian RTRWN – RPJMN 2010-2014yang rendah
Kesesuaian RTRWN – RPJMN 2010-2014 hanya ada pada tingkat program, kegiatan, dan
indikator. Bahkan pada sektor energi dan telekomunikasi kesesuaiannya tidak dapat terukur
karena tidak ditemukan nama program yang sesuai. Rendahnya tingkat kesesuaian antara
RTRWN dengan RPJMN 2010-2014dapat disebabkan:
d. Usulan program RTRWN yang banyak dan detail mengatur struktur ruang nasional,
berdampak pada banyaknya usulan program yang tidak dapat direalisasikan, atau lokasi
dan waktu pelaksanaan yang berubah sesuai dengan kondisi yang ditemui di lapangan.
e. Kementerian/Lembaga tidak dapat memastikan lokasi pelaksanaan program dan
kegiatan pada RPJMN 2010-2014 sehingga kesesuaian hanya dapat dilakukan pada
tingkat program, kegiatan, dan indikator.
f. Fokus usulan program RTRWN lebih kepada aspek spatial, sementara RPJMN 2010-2014
lebih berfokus pada peningkatan hasil produksi, operasional, dan pemasaran.
2) Penggunaan RTRWN sebagai acuan penyusunan RPJMN 2010-2014 yang masih rendah.
Pemetaan kesesuaian yang telah dilakukan tidak serta merta membuktikan bahwa RTRWN
telah diacu pada saat penyusunan RPJMN, RKP maupun Renja K/L. Hasil pertemuan dalam
bentuk FGD dengan direktorat teknis di Bappenas telah mengkonfirmasi masih rendahnya
penggunaan RTRWN dan RTR Pulau sebagai acuan dalam menyusun rencana pembangunan.
Sehingga kendati UUPR mengamanatkan RTRWN menjadi pedoman dalam penyusunan
RPJPN dan RPJMN, pada prakteknya tidak semua usulan program RTRWN digunakan sebagai
acuanoleh Kementerian/Lembaga dalam menyusun rencana strategis dan rencana kerjanya.
30
Rendahnya penggunaan RTRWN sebagai acuan penyusunan RPJMN 2010-2014 disebabkan
karena:
c. Usulan program RTRWN yang kurang fleksibel pada saat pelaksanaan. Beberapa kendala
seperti kesulitan dalam pembebasan lahan, dan tidak sesuainya rencana lokasi
pembangunan dengan potensi sumberdaya dan pasar, terkadang menyebabkan
terjadinya perubahan lokasi dari yang telah ditetapkan di dalam RTRWN.
d. Usulan program RTRWN yang tidak dilengkapi dengan target pencapaian menyebabkan
sektor maupun swasta kesulitan dalam menentukan program dan indikator kinerja dari
kegiatan yang akan dilaksanakan. Sektor dan swasta lebih memilih untuk menggunakan
rencana lain yang telah dilengkapi dengan rencana investasi, target waktu pelaksanaan
kegiatan, dan mekanisme pendanaan sehingga lebih mudah dan jelas untuk diikuti.
3) Realisasi Fisik Pelaksanaan RPJMN 2010-2014.
Berdasarkan pengumpulan data melalui pengisian matriks, persentase realisasi fisik sampai
dengan tahun 2013 sangat bervariasi, dengan rata-rata pencapaian di atas 70%. Beberapa
kegiatan telah sejalan dengan target yang telah ditetapkan, namun kegiatan lainnya masih
jauh dari target penyelesaian atau justru jauh melampaui target yang telah ditetapkan.
Dengan hanya mempertimbangkan ketiga hal tersebut dan analisa data yang ada, maka tingkat
implementasi RTRWN hingga saat ini belum dapat diukur. Realisasi fisik pelaksanaan RPJMN
2010-2014 untuk sektor pengairan dan irigasi, serta sektor kehutanan, dengan capaian
penyelesaian rata-rata di atas 70% belum dapat membuktikan bahwa implementasi RTRWN
pada pembangunan jaringan sumber daya air dan pembangunan di sektor kehutanan untuk
rentang waktu 2010-2014 telah dilaksanakan lebih dari 70%.
Adanya beberapa usulan program RTRWN yang bahkan tidak dapat dibandingkan kesesuaiannya
dengan RPJMN, seperti pengembangan jaringan energi dan telekomunikasi, memerlukan kajian
lebih mendalam dengan menelusuri rencana pembangunan selain RPJMN. Karena untuk menilai
sejauhmana usulan program RTRWN telah dilaksanakan tidak bisa hanya membandingkannya
dengan RPJMN dan RKP, tapi harus melihat ke wilayah perencanaan yang lebih luas, yaitu
perencanaan yang dilakukan oleh BUMN, BUMD, swasta, masyarakat, termasuk rencana
pembangunan nasional lain, seperti MP3EI dan RPIIJM.
31
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Prioritas Nasional (PN) pembangunan bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan
Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah 1 dan 2 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam prioritas
bidang infrastruktur di dalam RPJMN 2010-2014, termasuk RKP 2012. Berdasarkan hasil analisis
disimpulkan bahwa capaian fisik sudah cukup baik karena sesuai dengan target dan tercapai
100%. Produk dari kegiatan PN adalah dana dekonsentrasi yang diberikan kepada Pemerintah
Provinsi untuk mendukung pencapaian indikator PN. Adapun terkait realisasi keuangan juga
sudah cukup baik, meskipun untuk dekonsentrasi di wilayah I realisasi keuangannya di bawah
sasaran. Adapun untuk Prioritas Bidang (PB) penyelenggaraan penataan ruang, berdasarkan
hasil evaluasi diketahui bahwa kinerja pencapaian fisik dan realisasi keuangan PB di Ditjen
Penataan Ruang sangat baik, karena mencapai dan melampaui target, kecuali pada Direktorat
Perkotaan (kegiatan Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan).
Secara umum, untuk hasil capaian kegiatan Prioritas Nasional (PN) pembangunan bidang
pengelolaan pertanahan nasional sudah sebesar 80% dengan variasi capaian yang berbeda
untuk setiap kegiatan. Beberapa kegiatan yang pencapaiannya melebihi dan mencapai target
adalah kegiatan: (i) peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (102,63%); (ii)
Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan
dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan Undang-undang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (100%); dan
(iii) Kajian Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu
(WP3WT) yang mencapai 100%. Sedangkan untuk kegiatan prioritas nasional lain yang sifatnya
lebih strategis maka tingkat capaiannya tidak mencapai 100%. Kegiatan seperti redistribusi
tanah, Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T),
legalisasi aset (sertipikasi tanah), neraca penatagunaan tanah, pembuatan peta pertanahan,
pengkajian kasus pertanahan, dan inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar
pencapaiannya tidak sesuai target yang telah ditetapkan. Namun jika capaian tersebut diukur
dengan kesesuaian realisasi fisik dan anggaran, maka kegiatan yang berkinerja baik adalah
peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA.
Berdasarkan pengukuran terhadap 3 (tiga) indikator, meliputi: (1) tingkat kesesuaian RTRWN –
RPJMN 2010-2014; (2) penggunaan RTRWN sebagai acuan dalam penyusunan RPJMN 2010-
2014; dan (3) realisasi fisik pelaksanaan RPJMN 2010-2014, dapat disimpulkan bahwa
implementasi RTRWN ke dalam RPJMN masih rendah. Beberapa kendala utamanya, antara lain:
1) usulan program RTRWN tidak dapat direalisasikan, atau lokasi dan waktu pelaksanaan yang
berubah sesuai dengan kondisi yang ditemui di lapangan; 2) usulan program RTRWN
tidakdilengkapi dengan target pencapaian, rencana investasi, dan mekanisme pendanaan; dan
32
3) perbedaan fokus usulan program antara RTRWN lebih kepada aspek spatial, sementara
RPJMN 2010-2014 lebih berfokus pada peningkatan hasil produksi, operasional, dan pemasaran.
Sedangkan untuk tingkat implementasi RTRWN-nya sendiri belum dapat diukur hanya dari
realisasi RPJMN dan RKP. Adanya beberapa usulan program RTRWN yang bahkan tidak dapat
dibandingkan kesesuaiannya dengan RPJMN. Untuk menilai tingkat implementasi RTRWN juga
harus melihat ke wilayah perencanaan yang lebih luas, yaitu perencanaan yang dilakukan oleh
BUMN, BUMD, swasta, masyarakat, termasuk rencana pembangunan nasional lain, seperti
MP3EI dan RPIIJM.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
prioritas nasional, maka perlu dirumuskan usulan perbaikan untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut dimasa mendatang. Hal ini tentu sangat penting agar target kegiatan prioritas nasional
setiap tahunnya tercapai sehingga sesuai dengan amanat yang ada dalam RPJMN 2010-2014.
Rekomendasi untuk perbaikan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pelaksanaan PN terkait penyelenggaraan penataan ruang selama ini hanya
direpresentasikan melalui dana dekonsentrasi. Secara prinsi, sinkronisasi rencana
pembangunan dan rencana tata ruang dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan lainnya.
Dalam jangka pendek, perlu dilakukan penyesuaian ruang lingkup PN dengan kemungkinan
melibatkan kegiatan lain selain kegiatan dekonsentrasi. Dalam jangka panjang, perlu
dirumuskan PN yang berada dalam kewenangan mitra K/L agar pelaksanaannya (delivery)
dan proses monev dapat dilakukan secara lebih mudah.
Temuan yang lebih menarik pada laporan ini adalah sulitnya menemukan keterkaitan
antara dokumen rencana tata ruang, RTRWN, dengan dokumen rencana pembangunan,
RPJMN. Mengingat bahwa sinkronisasi kedua dokumen rencana adalah Prioritas Nasional
(PN) yang diimplementasikan ke dalam dana dekonsentrasi di tingkat provinsi, maka
seharusnya pada tingkat Nasional sinkronisasi tersebut sudah lebih baik. Oleh sebab itu,
perlu ada upaya menyeluruh dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sinkronisasi
tersebut.
Terkait pelaksanaan Prioritas Bidang (PB) dan PN dari mitra K/L di bidang penataan ruang,
capaian yang telah relatif baik perlu diukur dengan tujuan penyelenggaraan penataan
ruang. Oleh sebab itu, tingkat urgensi penyusunan indikator yang memenuhi dua kriteria:
1) merepresentasikan tujuan penyelenggaraan penataan ruang; dan 2) dapat diukur
dengan capaian program/kegiatan dalam rencana pembangunan, menjadi sangat tinggi.
Rekomendasi untuk perbaikan Program Pengelolaan Petanahan Nasional
Penyempurnaan peraturan perundangan mengenai tanah terlantar yaitu PP 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dengan menambahkan adanya
33
ketentuan rencana pelaksanaan pemanfaatan tanah (business plan) dari pemegang hak
atas tanah. Hal ini untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan identifikasi
tanah terindikasi terlantar.
Identifikasi potensi tanah obyek reforma agraria (TORA) dalam bentuk data tabulasi dan
data spasial. Kegiatan ini dilakukan untuk membantu pelaksanaan kegiatan redistribusi
tanah sehingga akan diketahui target bidang tanah yang memungkinkan untuk
diredistribusi.
Melakukan sosialisasi yang massive kepada masyarakat mengenai kriteria clean and clear
agar tanah yang akan disertifikatkan dapat memenuhi kriteria dan berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah untuk memberikan keringanan biaya BPHTB.
Untuk mendukung percepatan penyediaan peta dasar pertanahan dapat dilakukan melalui
koordinasi dan kerjasama antar instansi Pemerintah yang melakukan kegiatan pemetaan
terutama melalui Kelompok Kerja (Pokja) Informasi Geospasial Tematik (IGT) untuk
pemenuhan kebutuhan peta dasar pertanahan.
Meningkatkan kualitas mediasi sehingga jumlah kasus yang dilanjutkan ke pengadilan
menjadi berkurang, dan juga meningkatkan kualitas penyiapan berkas acara sehingga
proses peradilan dapat berjalan dengan cepat dan dapat meningkatkan target capaian
kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Rekomendasi untuk penyerapan indikasi program RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan ke Dalam
RPJMN 2015-2019
Indikasi program dalam RTRWN dibuat tidak telalu banyak dan detail, namun dapat
fleksibel karena banyaknya kondisi di lapangan yang belum dipertimbangkan oleh RTRWN.
Indikasi program RTRWN dilengkapi dengan target pencapaian, rencana investasi, dan
mekanisme pendanaan.
Kementerian/Lembaga memastikan lokasi pelaksanaan program dan kegiatan pada RPJMN
2010-2014 sehingga kesesuaian hanya dapat dilakukan pada tingkat program, kegiatan, dan
indikator.
Untuk menilai tingkat implementasi RTRWN harus melihat ke wilayah perencanaan yang
lebih luas, yaitu perencanaan yang dilakukan oleh BUMN, BUMD, swasta, masyarakat,
termasuk rencana pembangunan nasional lain, seperti MP3EI dan RPIIJM.
34
Lampiran Tabel 9Pemetaan Kesesuaian Struktur Ruang Nasional
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
A Sistem Transportasi Nasional
1. Sistem Jaringan Jalan
Program Penyelenggaraan Jalan
a. Jaringan Jalan Arteri Primer Pemantapan Jaringan Jalan Arteri Primer: • Lintas Timur Pulau Sumatera (I) • Lintas Utara Pulau Jawa-Bali (I) • Lintas tengah Pulau Jawa (I-II) • Lintas Selatan Pulau Kalimantan (I) • Lintas Barat Pulau Sulawesi (I) Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Primer: • Lintas Tengah Pulau Sumatera (I-III) • Lintas Barat Pulau Sumatera (II-IV) • Lintas Selatan Pulau Jawa-Bali (I-III) • Lintas Tengah Pulau Kalimantan (II-IV) • Lintas Utara Pulau Kalimantan (III-IV) • Lintas Timur Pulau Sulawesi (II-III) • Lintas tengah Pulau Sulawesi (III-IV) • Lintas (dan penyeberangan) Kep. Nusa Tenggara (II-IV) • Lintas (dan penyeberangan) Kep. Maluku (I-II) • Lintas perbatasan, tengah, dan Utara Pulau Papua (II-III) b. Jaringan Jalan Kolektor Primer Pemantapan jaringan Jalan Kolektor Primer: • Jaringan jalan pengumpan Pulau Sumatera (I) • Jaringan jalan pengumpan Pulau Jawa (I) Pengembangan Jalan Kolektor Primer: • Jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan (I-III) • Jaringan jalan pengumpan Pulau Sulawesi (I-III)
Kegiatan:Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan dan Jembatan Nasional Indikator: - Terjaganya kualitas jalan sepanjang
171.695 km dan jembatan sepanjang 602.944,40 meter
- Meningkatnya kapasitas dan kualitas jalan sepanjang 19.407,27 Km jalan nasional dan 26,957,83 meter jembatan
c. Jaringan Jalan Tol Dalam Kota Pemantapan Jaringan Jalan Tol Dalam Kota Pulau Sumatera • Belawan-Medan-Tanjung Morawa (I) Pulau Jawa
Kegiatan: Pembinaan pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan dan fasilitasi jalan bebas hambatan dan perkotaan Indikator:
35
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
• Tomang – Grogol – Pluit (I) • Jakarta – Tangerang (I) • Pondok Aren – Ulujami (I) • Tomang – Cawang (I) • Cawang – Tanjung Priok (Ir.Wiyoto Wiyono, M.Sc) (I) • Tanjung Priok – Pluit (HarbourRoad) (I) • Prof. Dr. Sedyatmo (I) • Pondok Aren – Serpong (I) • Akses Tanjung Priok (I) • Jakarta Outer Ring Road I : (Pondok Pinang – Taman Mini, Taman Mini IC – Hankam Raya, Cikunir – Cakung, Pondok Pinang - Ulujami) (I) • Jakarta Outer Ring Road I: (Ulujami - Kebon Jeruk, Cakung – Cilincing, Hankam Raya – Cikunir, Kebon Jeruk – Penjaringan) (I) • Padalarang – Cileunyi (I) • Palimanan – Cirebon/Kanci (I) • Semarang Seksi A, B, dan C (I) • Surabaya – Gempol (I) • Surabaya – Gresik (I) Pulau Sulawesi • Ujung Pandang I (I) Pengembangan Jaringan Jalan Tol Dalam Kota Pulau Sumatera • Binjai -Medan (I) • Palembang - Indralaya (I) • Batu Ampar - Muka Kuning - Bandara Hang Nadim (I) Pulau Jawa Bali • Bekasi – Cawang – Kampung Melayu (I) • Jakarta Outer Ring Road II: Kamal – Teluk Naga – Batu Ceper, Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran, Kunciran – Serpong, Serpong – Cinere, Cinere – Cimanggis, Cimanggis – Cibitung, Cibitung – Cilincing (I) • Depok – Antasari (I) • Bogor Ring Road (I) • Terusan Pasteur – Ujung Berung – Cileunyi (I) • Ujung Berung – Gedebage – Majalaya (I) • Soreang – Pasir Koja (I) • Waru (Aloha) – Wonokromo – Tanjung Perak (I) • SS Waru – Bandara Juanda (I) d. Jaringan Jalan Tol Luar Kota Pemantapan Jaringan Jalan Tol Luar Kota
- Meningkatnya kapasitas jalan tol sepanjang 120,35 Km
Kegiatan: Penyelenggaraan jalan tol: Indikator: - Terbangunnya jalan tol di Pulau
Sumatera, Pulau Batam, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi (Target sd 2014 = 1.296 km)
- Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan kawasan pendukungnya
36
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Pulau Jawa Bali • Tangerang – Merak (I/5) • Jakarta – Bogor – Ciawi (Jagorawi) (I/5) • Jakarta – Cikampek (I/5) • Cikampek – Padalarang (I/5) • Padalarang – Cileunyi (I/5) • Bandara Juanda – Tanjung Perak (I) • Serangan – Tanjung Benoa (I) • Serangan-Tohpati (I) • Canggu – Beringit – Batuan – Purnama (I) • Kuta-Bandar Udara Ngurah Rai (II) • Kuta-Denpasar-Tohpati (II) Pulau Sulawesi • Makassar seksi IV (I) Pengembangan Jaringan Jalan Tol Luar Kota Pulau Sumatera • Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (I) • Kisaran-Tebing Tinggi (I) • Pekanbaru-Dumai (I) • Bukit Tinggi-Padang (I) • Terbanggi Besar-Pematang Panggang (I) • Bakauheni-Terbanggi Besar (I) • Pematang Panggang-Kayu Agung-Simpang Indralaya (II) • Rantau Prapat-Kisaran (II) • Duri - Dumai (II) • Dumai - Simpang Sigambal-Rantau Prapat (II) • Indralaya – Betung (Simpang Sekayu) – Tempino – Jambi (II) • Pekanbaru – Bangkinang - Payakumbuh-Bukit Tinggi (II) • Jambi – Rengat (III) • Rengat – Pekanbaru (III) • Binjai – Langsa (III) • Langsa – Lhokseumawe (III) • Sigli – Banda Aceh (III) • Palembang – Muara Enim (III) • Muara Enim – Lahat – Lubuk Linggau (III) • Lhokseumawe – Sigli (III) • Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu (III) • Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Parapat – Tarutung – Sibolga (III) • Jembatan Selat Sunda (III)
37
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Pulau Jawa Bali • Cilegon – Bojonegara (I) • Ciawi - Sukabumi – Ciranjang – Padalarang (I) • Cileunyi – Sumedang – Dawuan (I) • Cikopo – Palimanan (I) • Kanci – Pejagan – Pemalang – Batang (I) • Semarang – Batang (I) • Semarang – Demak (I) • Semarang – Solo (I) • Yogyakarta – Solo (I) • Yogyakarta – Bawen (I) • Solo – Mantingan – Ngawi - Kertosono – Mojokerto – Surabaya – Madura (I) • Gempol – Pandaan – Malang (I) • Gempol – Pasuruan (I) • Pasuruan – Probolinggo – Banyuwangi (I) • Gresik-Tuban (II) • Cileunyi – Nagrek – Ciamis (III) • Pejagan – Cilacap – Yogyakarta (III) • Demak – Tuban (IV) • Ciamis – Cilacap (IV) • Jatiasih – Cikarang – Kerawang (II) • Kuta-Tanah Lot-Soka (I) • Canggu-Beringit-Batuan-Purnama(I) • Tohpati – Kusumba – Padangbai(II) • Pakutatan – Soka (II) • Negara – Pakutatan (II) • Gilimanuk – Negara (III) Pulau Sulawesi • Manado – Bitung (I) • Menado-Tomohon (I) • Maros-Mandai-Makassar (I) • Makassar-Sungguminasa (I) • Sungguminasa-Takalar (I) • Limboto-Gorontalo (I) • Tomohon – Amurang (I) • Pangkajene – Maros (I) • Makassar – Mandai (I) • Isimu – Gorontalo (II) • Pantoloan – Palu (II) • Amurang – Kaiya (III)
38
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
• Atingola – Isimu (III) • Isimu – Marisa (III) • Marisa – Molosipat (III) • Molosipat – Kasimbar (III) • Kasimbar – Tobali (III) • Tobali – Poso (III) • Poso – Tindantana (III) • Tindantana – Palopo (III) • Palopo – Pare Pare ((III) • Pare Pare – Pangkajene (III) • Kairagi – Mapanget (III) • Tobali – Pantoloan (III) • Maros – Watampone (III) Pulau Kalimantan • Banjarmasin-Liang Anggang (I) • Simpang Penajam-Balikpapan (I) • Balikpapan-Samarinda (I) • Samarinda-Tenggarong (I) • Sei Puyuh – Pontianak (II) • Pontianak – Tayan (II) • Liang Anggang –Pelaihari (II) • Singkawang – Mempawah (III) • Mempawah – Sei Puyuh (III) • Kuala Kapuas –Banjarmasin (III) • Marabahan – Banjarmasin (III) • Liang Anggang – Martapura (III) • Pelaihari – Pagatan (III) • Pagatan – Batulicin (III) • Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro) (III) • Tanah Grogot – Penajam (III) • Samarinda – Bontang (III) • Bontang - Sangata (III)
2. Sistem Jaringan Jalur Kereta Api
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
a. Jaringan Jalur KA Antar Kota Pemantapan Jalur KA Antar Kota: • Lintas Timur Pulau Sumatera Bag. Utara (I) • Lintas Tengah P. Sumatera Bag. Selatan (II)
Kegiatan: Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api.
39
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
• Lintas Barat Pulau Sumatera Bag. Utara (I) • Lintas Utara Pulau Jawa (I) • Jalur Pengumpan di Pulau Jawa (I) Pengembangan Jalur KA Antar Kota: • Lintas Selatan Pulau Jawa (I) • Lintas Selatan P. Kalimantan Bag. Barat (II-III) • Lintas Selatan P. Kalimantan Bag. Timur (I-II) • Lintas Barat Pulau Sulawesi Bag. Selatan (II) • Lintas Barat Pulau Sulawesi Bag. Utara (I) • Lintas Pulau Papua (III) • Lintas Barat Pulau Sulawesi Bag. Barat (III) • Jalur Pengumpan di Pulau Papua (IV) b. Jaringan Jalur KA Dalam Kota Tidak disebutkan lokasinya c. Jaringan Jalur KA interkoneksi Tidak diatur
b. Jaringan Jalur KA Dalam Kota Pemantapan/ pengembangan Jaringan jalur KA Perkotaan: Pulau Sumatera • PKN Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (II) • PKN Padang (II-III) • PKN Pekanbaru (III) • PKN Batam (II) • PKN Palembang (I-II) • PKN Bandar Lampung (II) Pulau Jawa Bali • PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek • PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya • PKN Yogyakarta - PKN Surakarta • PKN Kawasan Perkotaan Kedungsepur • PKN Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila • PKN Malang • PKN Kawasan Perkotaan Sarbagita Pulau Sulawesi • Kawasan Perkotaan Manado-Bitung • Kawasan Perkotaan Mamminasata c. Jaringan Jalur KA interkoneksi Jaringan jalur kereta api di Jembatan Selat
Indikator: - Rehabilitasi 238,65 km jalur KA dan 53
unit jembatan KA - Peningkatan kondisi 1.396,19 km jalur
KA - Reaktivasi 534,32 km jalur KA - Pembangunan 954,43 km jalur KA
baru/jalur ganda, termasuk MRT dan Monorail
40
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Sunda (terdapat dalam RTR Pulau Sumatera dan RTR Pulau Jawa-Bali)
3. Sistem Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat
Jaringan transportasi sungai dan danau terdiri atas: a. Pelabuhan sungai dan pelabuhan danau, dan b. Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai dan alur pelayaran untuk kegiatan angkutan danau Jaringan transportasi penyeberangan terdiri atas pelabuhan penyeberangan dan lintas penyeberangan
Pulau Sumatera Pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi SDP: • Pelabuhan Penyeberangan S. Musi, S.Rokan, S.Kampar, S.Indragiri, S.Batanghari, S.Way Seputih (II-III) • Pelabuhan Penyeberangan S.Siak, S.Buatan, S.Perawang, S.Tembilahan (I) • Pelabuhan Penyeberangan Sei Pakning • Pelabuhan Penyeberangan Danau: D.Toba, D.Singkarak, D.Maninjau, D.Diatas dan D.Dibawah, D.Ranau, D.Laut Tawar, D.Kerinci (II-III) Pulau Kalimantan • Pengembangan jaringan transportasi S.Kapuas, S.Barito, S.Mahakam, S.Nagara, dll (I-IV) • Pengembangan Terusan Kelampan, Ter.Serapat (I-IV) • Pengembangan dan peningkatan fungsi Lintas penyeberangan antar negara: Nunukan-Tawau (Malaysia) (II-IV) • Pengembangan dan peningkatan fungsi Lintas penyeberangan antar provinsi (I-III) • Pengembangan dan peningkatan fungsi Lintas penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah (I-IV).
Kegiatan: Pembangunan sarana dan prasarana transportasi SDP dan pengelolaan prasarana lalu lintas SDP (sd 2014). Indikator: - Terbangunnya 258 dermaga
penyeberangan, 236 dermaga sungai dan danau
- Pembangunan 18 unit Bus Air
4. Sistem Jaringan Transportasi Laut
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut
41
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
a. Perwujudan Pelabuhan Internasional Pemantapan Pelabuhan Internasional • Belawan (Provinsi Sumatera Utara) (I) • Teluk Bayur (Provinsi Sumatera Barat) (I) • Batam (Provinsi Kepulauan Riau) (I) • Tanjung Api-Api dalam satu sistem dengan Palembang (Sumatera Selatan) (I) • Panjang (Provinsi Lampung) (I) • Tanjungpriok (Provinsi DKI Jakarta) dalam satu sistem dengan Bojonegara (Provinsi Banten) (I) • Arjuna (Provinsi Jawa Barat) (II) • Tanjung Emas (Provinsi Jawa Tengah) (I) • Tanjung Intan (Provinsi Jawa Tengah) (I) • Tanjung Perak dalam satu sistem dengan Tanjung Bumi (Provinsi Jawa Timur) (I) • Pontianak (Provinsi Kalimantan Barat) (I) • Banjarmasin (Provinsi Kalimantan Selatan) (I) • Balikpapan (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Tarakan (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Pantoloan (Provinsi Sulawesi Tengah) (I) • Makassar (Provinsi Sulawesi Selatan) (I) • Tenau (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I) • Pomako (Provinsi Papua) (I) • Sabang (Provinsi NAD) (I) • Sibolga (Provinsi Sumatera Utara) (II) • Dumai (Provinsi Riau) (I) • Benoa (Provinsi Bali) (I) • Bitung (Provinsi Sulawesi Utara) (I) • Ambon (Provinsi Maluku) (I) • Sorong (Provinsi Papua Barat) (I) b. Perwujudan Pelabuhan Nasional Pemantapan Pelabuhan Nasional • Lhokseumawe (Provinsi Aceh) (I) • Tanjung Balai Asahan (Provinsi Sumut) (I) • Perawang (Provinsi Riau) (I) • Sungai Pakning (Provinsi Riau) (III) • Kuala Enok (Provinsi Riau) (III) • Tanjung Kedabu (Provinsi Riau) (III) • Buatan (Provinsi Riau) (III) • Pulau Kijang (Provinsi Riau) (III) • Tembilahan (Provinsi Riau) (I) • Tanjung Balai Karimun (Provinsi Kepri) (III) • Tanjung Pinang (Provinsi Kepri) (III)
Rehabilitasi/ peningkatan/ pembangunan 150 pelabuhan perintis
42
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
• Pulau Sambu (Provinsi Kepri) (III) • Dabo – Singkep (Provinsi Kepri) (III) • Ranai (Provinsi Kepri) (I) • Moro Sulit (Provinsi Kepri) (III) • Kuala Tungkal (Provinsi Jambi) (I) • Tanjung Pandan (Provinsi Bangka Belitung) (I) • Pulau Baai (Provinsi Bengkulu) (III) • Gresik (Provinsi Jawa Timur) (III) • Ketapang (Provinsi Kalimantan Barat) (II) • Kumai (Provinsi Kalimantan Tengah) (I) • Batulicin (Provinsi Kalimantan Selatan) (II) • Nunukan (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Samarinda (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Tanjung Sangata (Provinsi Kaltim) (I) • Tanjung Redep (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Pasir/Tanah Grogot (Provinsi Kaltim) (II) • Tanjung Selor (Provinsi Kaltim) (II) • Tanjung Santan (Provinsi Katim) (II) • Gorontalo (Provinsi Gorontalo) (I) • Donggala (Provinsi Sulawesi Tengah) (I) • Toli-toli (Provinsi Sulawesi Tengah) (II) • Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan) (II) • Lembar (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I) • Bima (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I) • Labuhan Lombok (Provinsi NTB) (I) • Maumere (Provinsi NTT) (I) • Waingapu (Provinsi NTT) (I) • Labuha (Provinsi Maluku Utara) (I) • Dobo (Provinsi Maluku) (I) • Saumlaki (Provinsi Maluku) (I) • Kaimana (Provinsi Papua Barat) (I) • Manokwari (Provinsi Papua Barat) (I) Pengembangan Pelabuhan Nasional • Meulaboh (Provinsi Aceh) (I) • Merak (Provinsi Banten) (I) • Belang-Belang (Provinsi Sulawesi Barat) (II) • Ternate (Provinsi Maluku Utara) (I) • Biak (Provinsi Papua) (I) • Jayapura (Provinsi Papua) (I) • Merauke (Provinsi Papua) (I)
43
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
5. Sistem Jaringan Transportasi Udara
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
a. Perwujudan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Primer Pemantapan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Primer: • Hang Nadim (Provinsi Kepulauan Riau) (I) • Soekarno-Hatta (Provinsi Banten) (I) • Juanda (Provinsi Jawa Timur) (I) • Ngurah Rai (Provinsi Bali) (I) • Sepinggan (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Sam Ratulangi (Provinsi Sulawesi Utara) (I) Pengembangan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Primer: • Kuala Namu (Provinsi Sumatera Utara) (I) • Hasanuddin (Provinsi Sulawesi Selatan) (I) b. Perwujudan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Sekunder Pemantapan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Sekunder: • Adisutjipto (Provinsi DIY dalam satu sistem dengan Adi Sumarno (Jawa Tengah) (I) • Minangkabau (Provinsi Sumatera Barat) (I) • Majalengka (Provinsi Jawa Barat) (I) • Ahmad Yani (Provinsi Jawa Tengah) (I) • Eltari (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I) • Supadio (Provinsi Kalimantan Barat) (I) • Syamsuddin Noor (Provinsi Kalimantan Selatan) (I) • Djalaludin (Provinsi Gorontalo) (I) • Mutiara (Provinsi Sulawesi Tengah) (I) • Wolter Monginsidi (Provinsi Sulawesi Tenggara) (II) • Sentani (Provinsi Papua) (I) • Mopah (Provinsi Papua) (I) Pengembangan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Sekunder: • Sultan Syarif Kasim II (Provinsi Riau) (I) • Sultan Mahmud Badaruddin II (Provinsi Sumatera Selatan) (I) • Selaparang/Praya (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I) • Samarinda Baru (Provinsi Kalimantan Timur) (III) c. Perwujudan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Tersier Pemantapan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Tersier: • Sultan Iskandar Muda (Provinsi Aceh) (III) • Radin Inten II (Provinsi Lampung) (I) • Ranai (Provinsi Kepulauan Riau) (I)
Kegiatan: Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan Prasarana Bandar Udara. Indikator: • Pengembangan/ rehabilitasi 205 bandar udara • Pengembangan 28 bandar udara di daerah perbatasan dan rawan bencana • Pembangunan 1 bandar udara baru
44
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
• Kijang (Provinsi Kepulauan Riau) (IV) • Pinang Kampai (Provinsi Riau) (I) • Sultan Thaha (Provinsi Jambi) (I) • Fatmawati (Provinsi Bengkulu) (III) • H. AS. Hanandjoeddin (Provinsi Babel) (I) • Depati Amir (Provinsi Bangka Belitung) (I) • Cakrabhuwana (Provinsi Jawa Barat) (IV) • Abdulrachman Saleh (Provinsi Jatim) (IV) • Muhammad Salahuddin (Provinsi NTB) (IV) • Wai Oti (Provinsi NTT) (IV) • Hasan Aroeboesman (Provinsi NTT) (I) • Mau Hau (Provinsi NTT) (I) • Haliwen (Provinsi NTT) (IV) • Paloh (Provinsi Kalimantan Barat) (I) • Pangsuma (Provinsi Kalimantan Barat) (I) • Susilo (Provinsi Kalimantan Barat) (I) • Rahadi Usman (Provinsi Kalimantan Barat) (I) • Cilik Riwut (Provinsi Kalimantan Tengah) (I) • Iskandar (Provinsi Kalimantan Tengah) (I) • Stagen (Provinsi Kalimantan Selatan) (III) • Kalimarau-Berau (Provinsi Kaltim) (I) • Nunukan (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Bontang (Provinsi Kalimantan Timur) (I) • Tampa Padang (Provinsi Sulawesi Barat) (IV) • Melonguane (Provinsi Sulawesi Utara) (III) • Bubung (Provinsi Sulawesi Tengah) (III) • Pattimura (Provinsi Maluku) (I) • Sultan Babullah (Provinsi Maluku Utara) (I) • Domine Eduard Osok (Prov. Papua Barat) (I) • Rendani (Provinsi Papua Barat) (I) • Frank Kaisepo (Provinsi Papua) (I) • Wamena (Provinsi Papua) (II) • Nabire (Provinsi Papua) (II) • Timika (Provinsi Papua) (I) Pengembangan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan Tersier: • Husein Sastra Negara (Provinsi Jawa Barat) (I) • Juwata (Provinsi Kalimantan Timur) (IV) • Olilit/Saumlaki Baru (Provinsi Maluku) (IV) • Waisai (Provinsi Papua Barat) (IV)
B Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
45
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
1. Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Penetapan 69 Wilayah Sungai (WS) nasional
Pulau Sumatera Wilayah Sungai (WS) • Pendayagunaan sumber air dengan berbasis pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan (WS Strategis Nasional) • Rehabilitasi DAS kritis Cekungan Air Tanah (CAT) • Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan imbuhan air tanah dan pengendalian pendayagunaan sumber air tanah di kawasan pelepasan air tanah pada CAT Prasarana Sumber Daya Air • Pengembangan dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air sehingga berfungsi sebagai pemasok air baku bagi kawasan perkotaan dan kawasan andalan • Peningkatan fungsi, pengembangan dan pemeliharaan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan • Pengembangan prasarana dan sarana air baku untuk melayani kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil berpenghuni Pulau Jawa Bali Wilayah Sungai (WS) • Pengelolaan WS Strategis Nasional Daerah Aliran Sungai (DAS) • Rehabilitasi DAS Prasarana Sumber Daya Air • Pengembangan dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya • Peningkatan fungsi daerah irigasi Pulau Kalimantan
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan: Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas Indikator: - Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi
hutan pada DAS prioritas seluas 800 ribu ha.
- Fasilitasi rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 500 ribu ha.
- Fasilitasi pengembangan hutan kota seluas 5 ribu ha.
- Fasilitasi rehabilitasi hutan mangrove, gambut dan rawa seluas 295 ribu ha
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
Kegiatan: Penyediaan dan pengelolaan air baku. Indikator: - Peningkatan layanan prasarana air
baku dengan kapasitas 43,4 m3/det dan terjaganya layanan air baku dengan kapasitas 44,8 m3/det
Kegiatan: Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya. Indikator: - Peningkatan layanan jaringan irigasi
seluas 129.380 ha - Rehazbilitasi layanan jaringan irigasi
seluas 1.340.000 ha - Operasi dan pemeliharaan layanan
jaringan irigasi seluas 2.315.000 ha - Peningkatan layanan jaringan rawa
seluas 10.000 ha - Rehabilitasi layanan jaringan rawa
seluas 450.000 ha - Operasi dan pemeliharaan layanan
jaringan rawa seluas 1.200.000 ha - Pembangunan sumur air tanah
sejumlah 70 sumur - Rehabilitasi sumur air tanah sejumlah
46
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Wilayah Sungai (WS) • Pengembangan WS strategis nasional • Pengembangan WS lintas provinsi • Pengembangan WS lintas negara Cekungan Air Tanah (CAT) • Pemanfaatan CAT lintas provinsi • Pemanfaatan CAT lintas negara Pulau Sulawesi Wilayah Sungai (WS) • Penglolaan WS strategis nasional • Pengelolaan WS lintas provinsi Cekungan Air Tanah (CAT) • Pengendalian pemanfaatan CAT
1.875 sumur - Operasi dan pemeliharaan sumur air
tanah sejumlah 2.192 sumur - Pembangunan dan peningkatan
layanan jaringan tata air tambak seluas 1.000 ha
- Rehabilitasi layanan jaringan tata air tambak seluas 175.000 ha
Kegiatan: Pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ serta bangunan penampung air lainnya. Indikator: - Pembangunan 12 waduk dan 158
embung/situ - Rehabilitasi 29 waduk dan 298
embung/situ - Pengoperasian dan pemeliharaan 182
waduk/ embung/ situ - Konservasi 15 kawasan sumber air - Pembangunan 7 waduk di DAS
Bengawan Solo Kegiatan: Pengendalian banjir, lahar gunung berapi dan pengamanan pantai. Indikator: - Pembangunan sarana/prasarana
pengendali banjir sepanjang 216 km - Rehabilitasi sarana/prasarana
pengendali banjir sepanjang 386 km - OP sarana/prasarana pengendali
banjir sepanjang 2.000 km - Pembangunan sarana/prasarana
pengendali lahar/sedimen sejumlah 28 buah
- Rehabilitasi sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 85 buah
- OP sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 150 buah
- Pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai sepanjang 30 km
47
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
- Rehabilitasi sarana/prasarana pengaman pantai sepanjang 50 km
- Pemeliharaan pengaman pantai sepanjang 50 km
- Diselesaikannyapembangunan KanalBanjir Timur paket 22 s/d 29
- Pembangunan waduk di DASBengawan Solo sejumlah 7 waduk
- Terbangunnya prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo.
- Terehabilitasinya prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo.
2. Sistem Jaringan Energi Nasional
Perwujudan Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Optimalisasi dan pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi nasional di (I-II): • Jawa Barat • Jawa Timur • Jawa Tengah • Sumatera Selatan • Kalimantan Timur • Sumatera bagian tengah • Sumatera Utara • Batam Pengembangan infrastruktur untuk peningkatan pasokan gas bumi di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Utara (LNG Receiving Terminal) (I-IV)
Program Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa
Kegiatan: Pengaturan, penetapan dan pengawasan pada kegiatan usaha pengangkutan Gas Bumi melalui pipa. Indikator: • Jumlah Lelang Ruas Transmisi Dan Wilayah Jaringan Distribusi (WJD) Gas Bumi Dalam Rangka Pemberian Hak Khusus • Jumlah Pemberian HK Ruas Transmisi dan Wilayah Jaringan Distribusi Gas Bumi
Perwujudan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Rehabilitasi Jaringan Transmisi Tenaga Listrik: • Jaringan transmisi Sumatera bagian Timur (I) • Jaringan transmisi Sumatera bagian Tengah (I) • Jaringan transmisi Pantai Utara Jawa (I) • Jaringan Transmisi Pantai Selatan Jawa (II-III) • Jaringan Pengumpan Selatan Utara (I-II) • Jaringan Transmisi Bali (I) • Jaringan Transmisi Pantai Timur Kalimantan (I) • Jaringan Transmisi Pantai Barat Kalimantan (I) • Jaringan Transmisi Sulawesi Bagian Selatan (II) • Jaringan Transmisi Sulawesi Bagian Utara (II)
Program Pengelolaan Listrik dan Pemanfaatan Energi berubah menjadi Program Pengelolaan Ketenagalistrikan
Kegiatan: Penyusunan Kebijakan dan Program Serta Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Ketenagalistrikan. Indikator: • Terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik dan meningkatnya ratio elektrifikasi (jumlah kapasitas Pembangkit, panjang transmisi, gardu induk, panjang jaringan dan gardu distribusi)
48
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik: • Jaringan transmisi di pulau-pulau Pantai Barat Sumatera (II-III) • Jaringan transmisi di pulau-pulau Pantai Timur Sumatera (I) • Jaringan transmisi Pedalaman Kalimantan (II-III) • Jaringan transmisi Pedalaman dan Pulau-pulau Sulawesi (II-III) • Jaringan transmisi di Papua (II-III) • Jaringan transmisi di Kep. Nusa Tenggara dan Maluku (II-III)
3. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika
Rehabilitasi jaringan terestrial: • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diPantai Timur Sumatera (I) • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diPantai Utara Jawa (I) • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diWilayah Tengah Jawa (II) Pengembangan jaringan terestrial: • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diPantai Barat Sumatera (I) • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diPantai Selatan Kalimantan (I) • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diWilayah Utara Kalimantan (III) • Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan diPantai Barat Sulawesi (I) • Feeder Sulteng -Sultra (III) • Papua Selatan (III) • Papua Utara (II) Jaringan Pelayanan Feeder dan Pulau-Pulau di: • Pulau-Pulau di Barat Sumatera (II) • Pulau-Pulau di Timur Sumatera (I) • Pulau-Pulau di Utara Jawa (II) • Pulau-Pulau Nusa Tenggara-Maluku-Papua (III) • Pulau-Pulau Sulteng dan Sultra (III) • Pulau-Pulau Maluku-Maluku Utara-Papua Barat-Papua (II)
Kegiatan: Pelaksanaan pemberdayaan dan pemerataan pembangunan sarana dan prasarana informatika. Indikator: • Prosentase desa yang dilayani akses telekomunikasi. • Prosentase ibukota provinsi yang terhubung dengan jaringan serat optik. • Prosentase ibukota kab/kota yang terhubung secara broadband.
Keterangan: I – IV : Tahapan Pengembangan (Waktu Pelaksanaan) I : Tahun 2008 - 2014 II : Tahun 2015 - 2019 III : Tahun 2020 - 2024 IV : Tahun 2025 – 2027
49
Tabel 10Pemetaan Kesesuaian Pola Ruang Nasional
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
A Kawasan Lindung
1 Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional 9 lokasi Cagar Alam 50 lokasi Taman Nasional/Taman Nasional Laut 2 lokasi Taman Hutan Raya 12 lokasi Taman Wisata Alam/Taman Wisata Alam Laut
Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Cagar Alam, Taman Nasional, Taman Nasional Laut, dan Taman Wisata Alam
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Kegiatan: Pengembangan kawasan konservasi dan ekosistem esensial Indikator: - Konflik dan tekanan terhadap kawasan
taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) menurun sebanyak 5%
- Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
- Penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, kalbar, Sultra, dan Sulteng)
- Restorasi ekosistem kawasan konservasi
2 Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional 6 lokasi Suaka Alam Laut 64 lokasi Suaka Margasatwa/Suaka Margasatwa Laut 116 lokasi Cagar Alam/Cagar Alam Laut 3 lokasi Taman Nasional Laut 18 lokasi Taman Hutan Raya 59 lokasi Taman Wisata Alam/Taman Wisata Alam Laut
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Kawasan Cagar Budaya
3 Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Hutan Lindung Nasional ---Tidak disebutkan lokasinya---
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya - Pengembangan, pengelolaan, meningkatkan fungsi dan
mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan lindung yang bervegetasi hutan tetap.
- Pelestarian kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem kawasan.
- Pelestarian kawasan hutan lindung dan kawasan bergambut yang bernilai konservasi tinggi.
- Rehabilitasi kawasan resapan air yang terdegradasi, serta pemertahanan fungsi lahan dan pengendalian alih fungsi lahan kawasan resapan air.
Program peningkatan fungsi dan daya dukung DAS berbasis pemberdayaan masyarakat
Kegiatan: Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas Indikator: - Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi
hutan pada DAS prioritas seluas 800.000 ha
- Fasilitasi rehabilitasi lahan kritits pada DAS prioritas seluas 500.000 ha
- Fasilitasi pengembangan hutan kota seluas 5.000 ha
- Fasilitasi rehabilitasi hutan mangrove, gambut dan rawa seluas 295.000 ha
4 Pengembangan Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Nasional ---Tidak disebutkan lokasinya---
5 Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Taman Buru Nasional ---Tidak disebutkan lokasinya---
6 Pengembangan Pengelolaan Kawasan Taman Buru Nasional 14 lokasi Taman Buru
Kawasan Lindung Lainnya - Pemertahanan, pelestarian, dan pengembangan pengelolaan
taman buru
7 Kawasan Perlindungan Setempat - Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai,
sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk
50
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
8 Kawasan Rawan Bencana Alam - Penetapan zona rawan bencana alam
9 Kawasan Lindung Geologi - Pengembangan pengelolaan guna melestarikan Kawasan Cagar
Alam Geologi - Penetapan zona rawan bencana alam geologi - Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya terbangun dan
rehabilitasi kawasan imbuhan air tanah
Program penelitian, mitigasi dan pelayanan geologi
Kegiatan: Mitigasi dan pelayanan kebencanaan geologi Indikator: - Jumlah peta geologi gunung api aktif - Jumlah peta kawasan rawan bencana
gunung api aktif skala 1:50.000 - Jumlah peta zona kerentanan gerakan
tanah yang diterbitkan - Jumlah peta kawasan rawan bencana
gempa bumi dan tsunami - Jumlah gunung api yang dipantau untuk
kegiatan gunung api aktif tipe A dari pos pengamatan gunung api
10 Kawasan Lindung Lainnya - Pemertahanan, pelestarian, dan pengembangan pengelolaan
taman buru. - Pemertahanan, pelestarian, dan pengembangan kawasan laut
yang memiliki ekosistem terumbu karang.
Program pengelolaan sumberdaya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil
Kegiatan: Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan jenis Indikator: - Kawasan konservasi laut dan kawasan
konservasi perairan tawar dan payau yang dikelola secara berkelanjutan seluas 4,5 juta ha
- Jumlah kawasan konservasi dan jenis biota perairan dilindungi yang diidentifikasi dan dipetakan secara akurat
B Kawasan Budidaya
1 Pengembangan dan pengendalian kawasan andalan untuk sektor pertanian - Pengendalian kawasan andalan untuk pertanian
pangan abadi - Pengembangan kawasan andalan untuk pertanian
Kawasan Peruntukan Pertanian - Pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan - Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya pada kawasan
pertanian pangan berkelanjutan - Pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk
tanaman pangan - Pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang
didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian untuk ketahanan pangan nasional
- Pengembangan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan hortikultura guna meningkatkan daya saing pertanian hortikultura
Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan
Kegiatan: Pengelolaan produksi tanaman serealia Indikator: - Luas areal penerapan budidaya serealia
(padi dan jagung) yang tepat dan berkelanjutan (ribu ha)
Kegiatan: Pengelolaan produksi tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian - Luas areal penerapan budidaya tanaman
kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tepat dan berkelanjutan (ribu ha)
Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan
Kegiatan: Perluasan areal pertanian Indikator: - Luasan (ha) perluasan areal tanaman
51
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
sarana pertanian
pangan (sawah dan lahan kering), hortikultura, perkebunan dan kawasan peternakan
Kegiatan: Pengembangan pengelolaan lahan pertanian Indikator: - Terlaksananya lahan yang dioptimasi,
dikonservasi, direhabilitasi dan direklamasi - Konservasi DAS hulu 160.000 ha - Tersedianya data bidang tanah petani
yang disertifikasi 200.000 persil - Tersedianya jalan sepanjang 12.500 km
untuk JUT dan jalan produksi
Program penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing
Kegiatan: Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan pertanian Indikator: - Tersedianya peta potensi sumberdaya
lahan pertanian
2 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor perkebunan - Rehabilitasi kawasan andalan untuk perkebunan - Pengembangan kawasan andalan untuk perkebunan
Kawasan Peruntukan Pertanian - Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang
didukung prasarana dan sarana dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
- Rehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi
Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian
Kegiatan: Perluasan areal pertanian Indikator: - Luasan (ha) perluasan areal tanaman
pangan (sawah dan lahan kering), hortikultura, perkebunan dan kawasan peternakan
Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan
Kegiatan: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan Indikator: - Peningkatan/capaian luas areal
pembinaan dan pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan
3 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor pertambangan - Rehabilitasi kawasan andalan untuk pertambangan - Pengembangan kawasan andalan untuk
pertambangan
Kawasan Peruntukan Pertambangan - Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral,
minyak dan gas bumi - Peningkatan fungsi industri pengolahan yang berdaya saing dan
ramah lingkungan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana - Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan
Program pengelolaan dan penyediaan minyak dan gas bumi
Kegiatan: Pembinaan dan penyelenggaraan usaha hulu minyak dan gas bumi Indikator: - Jumlah kontrak kerja sama minyak dan gas
bumi dan CBM yang ditawarkan dan ditandatangani
52
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam
- Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan pada kawasan peruntukan permukiman
- Jumlah kegiatan eksplorasi dalam upaya mencari cadangan migas baru
- Jumlah pelaksanaan survei umum di wilayah terbuka
- Prosentase perkembangan penanganan tumpang tindih lahan
Program penelitian, mitigasi dan pelayanan geologi
Kegiatan: penyelidikan dan pelayanan sumber daya geologi Indikator: - Jumlah lokasi penyelidikan status
keprospekan sumber daya panas bumi - Jumlah lokasi penyelidikan status
keprospekan sumber daya batubara dan CBM
- Jumlah lokasi penyelidikan status keprospekan sumber daya gambut dan bitumen
Program pembinaan dan pengusahaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah
Kegiatan: Pembinaan dan pengusahaan panas bumi dan air tanah Indikator: - Jumlah kapasitas PLTP terpasang sebesar
5.795 MW di tahun 2014 Kegiatan: Penyusunan kebijakan dan program serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang mineral, batubara dan panas bumi - Jumlah penetapan wilayah usaha
pertambangan (WUP), wilayah pencadangan negara (WPN), dan wilayah ijin usaha pertambangan (WIUP) mineral dan batu bara
- Evaluasi penggunaan lahan pertambangan Kegiatan: Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batubara Indikator: - Jumlah terselesaikannya konflik tumpang
53
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
tindih dalam wilayah PKP2B Pembinaan keteknikan lindungan lingkungan dan usaha penunjang bidang mineral, batubara, panas bumi dan air tanah Indikator: - Prosentase penjaminan reklamasi dan
pasca tambang pada kegiatan usaha pertambangan
- Prosentase kualitas baku mutu air limbah pada kegiatan usaha pertambangan
- Jumlah kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang taat melakukan pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang
- Luas lahan kegiatan usaha pertambangan yang reklamasi oleh pemegang usaha pertambangan
- Jumlah perusahaan tambang yang melakukan perencanaan pasca tambang sesuai dengan tata guna lahan
Program pengelolaan SDA dan LH
Kegiatan: Pengendalian pencemaran air Indikator: - Jumlah industri pertambangan, energi dan
migas yang dipantau dan diawasi Kegiatan: Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kegiatan Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas Indikator: - Jumlah kegiatan pemantauan dan/atau
analisis dan/atau evaluasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan B3 & limbah B3 kegiatan pertambangan, energi, minyak dan gas
4 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor industri pengolahan - Rehabilitasi kawasan andalan untuk industri
pengolahan
Kawasan Peruntukan Industri - Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan
industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri
Program revitalisasi dan penumbuhan basis industri manufaktur
Kegiatan: Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur Indikator:
54
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
- Pengembangan kawasan andalan untuk industri pengolahan
- Peningkatan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri
- Peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri
- Peningkatan kegiatan industri yang bernilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan
- Berkembangnya klaster industri berbasis migas dan petrokimia di 2 lokasi (Jatim dan Kaltim)
Kegiatan: Pengembangan klaster industri material dasar permesinan Indikator: - Jumlah entitas kolaborasi klaster baja,
listrik, TPT, mesin dan peralatan umum
Program revitalisasi dan penumbuhan industri agro
Kegiatan: Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Riau Indikator: - Jumlah perusahaan di 3 kawasan Kegiatan: Pengembangan klaster industri pengolahan ikan Indikator: - Jumlah instansi dan perusahaan terkait - Peralatan pengolahan ikan
Program penumbuhan industri unggulan berbasis IPTEK
Kegiatan: Pengembangan klaster industri alat angkut (kendaraan bermotor, perkapalan, kedirgantaraan, perkeretaapian) Indikator: - Jumlah perusahaan di setiap klaster
industri alat angkut Kegiatan: Pengembangan klaster industri elektronika, telekomunikasi, komputer dan peralatannya, perangkat lunak dan konten multimedia Industri: - Jumlah perusahaan di setiap klaster
Program revitalisasi dan penumbuhan industri kecil dan menengah
Kegiatan: Pengembangan IKM melalui pendekatan klaster Indikator: - Terlaksananya implementasi kolaborasi
dan kelembagaan klaster industri garam, fashion dan batik, batu mulia dan
55
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
perhiasan, gerabah dan keramik hias, minyak atsiri dan makanan ringan yang semakin kuat.
- Terbentuknya jaringan kerjasama bisnis dan pengembangan Industri Kreatif
Program perwilayahan industri
Kegiatan: Fasilitasi pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) Indikator: - Jumlah dokumen fasilitasi (AMDAL, DED,
dan kelembagaan) di 5 KEK
Program kebijakan, iklim usaha, mutu dan industri hijau
Kegiatan: Pengembangan lingkungan industri Indikator: - Tingkat pengurangan emisis CO2
Program pengelolaan SDA dan LH
Kegiatan: Pengendalian pencemaran air Indikator: - Jumlah agroindustri dan industri
manufaktur yang dipantau dan diawasi - Jumlah industri yang taat terhadap
peraturan LH
5 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor pariwisata - Rehabilitasi kawasan andalan untuk pariwisata - Pengembangan kawasan andalan untuk pariwisata
Kawasan Peruntukan Pariwisata - Rehabilitasi dan pengembangan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, bahari, serta ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata
- Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata dengan menggunakan teknologi lingkungan dan berbasis kerjasama antar daerah
- Pengembangan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata
Program kesejarahan, kepurbakalaan, dan permuseuman
Kegiatan: Pengembangan pengelolaan peninggalan bawah air Indikator: - Jumlah situs bawah air yang diidentifikasi,
diinventarisasi, dipetakan, ditetapkan, dan dieksplorasi
- Jumlah BCB bawah air yang diselamatkan, diamankan, dirawat, diawetkan, dan dimanfaatkan
Kegiatan: Pengembangan pengelolaan peninggalan kepurbakalaan Indikator: - Jumlah warisan budaya dunia dan cagar
budaya nasional yang ditetapkan dan dikelola secara terpadu
- Jumlah BCB/situs/ kawasan yang diinventarisasi dan ditetapkan secara
56
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
nasional - Jumlah cagar budaya nasional yang
dinominasikan dan didaftarkan sebagai warisan dunia
Kegiatan: Pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala Indikator: - Jumlah Cagar Budaya/ Situs/kawasan yang
dilestarikan
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kegiatan: Pengembangan daya tarik pariwisata Indikator: - Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan
budaya
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Keegiatan: Peningkatan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive Travel, Conference, and Exhibition/ MICE) Indikator: - Jumlah daerah yang dikembangkan
menjadi tujuan wisata MICE (daerah) - Jumlah promosi penyelenggaraan MICE - Jumlah pendukungan penawaran (bidding)
dan penyelenggaraan MICE
6
Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor perikanan - Rehabilitasi kawasan andalan untuk perikanan - Pengembangan kawasan andalan untuk perikanan
Kawasan Peruntukan Perikanan - Pengembangan sentra perikanan tangkap dan perikanan
budidaya yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan hasil perikanan serta prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
- Rehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budidaya untuk menjaga ekosistem sekitarnya
- Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat - Pengendalian kegiatan perikanan tangkap dan perikanan
budidaya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung
- Revitalisasi wilayah penangkapan ikan yang mengalami gejala tingkat penangkapan yang berlebih
Program pengembangan dan pengelolaan perikanan tangkap
Kegiatan: Pengelolaan sumber daya ikan (SDI) Indikator - Jumlah lokasi pemantauan dan evaluasi
perlindungan dan pengkayaan SDI - Jumlah ekosistem PUD yang teridentifikasi
(8 prov per tahun) - Jumlah peraian teritorial dan kepulauan
yang teridentifikasi sumber dayanya - Jumlah ZEEI yang teridentifikasi sumber
dayanya Kegiatan:
7 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor kelautan - Rehabilitasi kawasan andalan untuk kelautan - Pengembangan kawasan andalan untuk kelautan
57
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Pengembangan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Indikator: - Jumlah pelabuhan perikanan dengan fokus
pembangunan di lingkar luar dan daerah perbatasan yang potensial
- Jumlah penyiapan pembangunan pelabuhan perikanan sesuai dengan rencana induk
- Jumlah pelabuhan perikanan yang mempunyai Wilayah Kerja Operasional Pelabuhan Perikanan (WKOPP)
Kegiatan: Pelayanan usaha perikanan tangkap yang efisien, tertib dan berkelanjutan Indikator: - Jumlah keabsahan dan kelengkapan
dokumen usahaperikanan tangkap - Jumlah pelaku usaha perikanan tangkap
yang memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Jumlah kapal dan jenis alat penangkap ikan yang diperbolehkan sesuai ketersediaan SDI di setiap WPP
Kegiatan: Pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelayan skala kecil Indikator: - Jumlah kawasan minapolitan potensi
perikanan tangkap yang memiliki Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang Mandiri.
Program peningkatan produksi perikanan budidaya
Kegiatan: Pengembangan sistem prasarana dan sarana pembudidayaan ikan Indikator: - Luas lahan budidaya sesuai target produksi
disertai data potensi yang akurat.
58
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
Program peningkatan daya saing produk perikanan
Kegiatan: Fasilitasi pengembangan industri pengolahan hasil perikanan Indikator: - Jumlah sarana prasarana pengolahan
sesuai target produksi pengolahan - Jumlah sentra pengolahan
Program pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
Kegiatan: Penataan ruang dan perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil Indikator: - Jumlah kawasan laut dan pesisir yang
memiliki peta potensi dan arahan pemanfaatan yang terintegrasi, akuntabel dan terkini
- Jumlah kawasan pulau-pulau kecil yang memiliki peta potensi dan arahan pemanfaatan yang terintegrasi, akuntabel dan terkini
Kegiatan: Pendayagunaan pesisir dan lautan Indikator: - Jumlah luasan kawasan pesisir rusak yang
pulih kembali Kegiatan: Pelayanan usaha dan pemberdayaan masyarakat Indikator: - Jumlah kelompok usaha mikro di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil yang bankable.
Program peningkatan produksi perikanan budidaya
Kegiatan: Pengembangan sistem prasarana dan sarana pembudidayaan ikan Indikator: - Luas lahan budidaya sesuai target produksi
disertai data potensi yang akurat
8 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan andalan untuk sektor kehutanan - Rehabilitasi kawasan andalan untuk kehutanan - Pengembangan kawasan andalan untuk kehutanan
Kawasan Peruntukan Kehutanan - Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan
dengan menggunakan teknologi lingkungan - Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan
hutan
Program peningkatan pemanfaatan hutan produksi
Kegiatan: Peningkatan pengelolaan hutan tanaman Indikator: - Penambahan areal ijin usaha pemanfaatan
hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
59
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
- Rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi
- Peningkatan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan
- Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2,65 juta ha.
- Sertifikasi pengelolaan hutan produksi lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman
Kegiatan: Peningkatan perencanaan pengelolaan hutan produksi Indikator: - Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan
hutan produksi - Tersedianya areal calon/usulan
pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 provinsi.
Program peningkatan fungsi dan daya dukung DAS berbasis pemberdayaan masyarakat
Kegiatan: Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas Indikator: - Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi
hutan pada DAS prioritas seluas 800.000 ha
- Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 500.000 ha
- Fasilitasi pengembangan hutan kota seluas 5.000 ha
- Fasilitasi rehabilitasi hutan mangrove, gambut dan rawa seluar 295.000 ha
Program perencanaan makro bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan
Kegiatan: pengukuhan kawasan hutan Indikator: - Tata batas kawasan hutan sepanjang
25.000 km - Keputusan penunjukkan kawasan hutan
provinsi selesai 100% - Penetapan kelompok hutan yang telah
selesai tata batas temu gelang sebanyak 75%
- Rekomendasi tentang perubahan fungsi kawasan hutan terselesaikannya sebanyak
60
No RENCANA TATA RUANG RPJMN 2010-2014
Usulan Program RTRWN Usulan Program RTR Pulau Nama Program Kegiatan Prioritas/ Indikator
75% - Penanganan berupa penerbitan Surat
keputusan tentang pelepasan kawasan hutan terselesaikan sebanyak 75%
Kegiatan: Pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Indikator: - Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan
hutan produksi (KPHP) di 28 provinsi - Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan
hutan konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia
- Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) di 28 provinsi
Kegiatan: Penyusunan rencana makro kehutanan Indikator: - Rencana makro kehutanan tentang
perlindungan dan konservasi SDA, pemanfaatan, rehabilitasi hutan dan lahan, dan penataan ruang
- Persetujuan substansi teknis kehutanan dalam revisi RTRWP di seluruh Indonesia
61
Tabel 11Realisasi Pelaksanaan RTRWN dan RPJMN 2010-2014 Untuk Perwujudan Struktur Ruang
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Indikasi Program RTRWN Indikasi Program RTR Pulau Program RPJMN
2010-2014 RPJMN 2010-2014 (Kegiatan
Prioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014* Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi Realisasi Fisik (%)
Kegiatan/Indikator/ Lokasi
D. SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
Perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Penetapan 69 Wilayah Sungai (WS) nasional
Pulau Sumatera Wilayah Sungai (WS) • Pendayagunaan sumber air dengan berbasis
pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan (WS Strategis Nasional)
• Rehabilitasi DAS kritis Cekungan Air Tanah (CAT) • Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan
imbuhan air tanah dan pengendalian pendayagunaan sumber air tanah di kawasan pelepasan air tanah pada CAT
Prasarana Sumber Daya Air • Pengembangan dan pemeliharaan bendungan
beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air sehingga berfungsi sebagai pemasok air baku bagi kawasan perkotaan dan kawasan andalan
• Peningkatan fungsi, pengembangan dan pemeliharaan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan
• Pengembangan prasarana dan sarana air baku untuk melayani kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil berpenghuni
Pulau Jawa Bali Wilayah Sungai (WS) • Pengelolaan WS Strategis NasionalDaerah
Aliran Sungai (DAS) • Rehabilitasi DAS
1. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
2. Program Pengelolaan Sumber Daya Air
PN 5
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 129.380 ha
Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 205.976 ha
159
Rehabilitasi layanan jaringan irigasi seluas 1.340.000 ha
Rehabilitasi layanan jaringan irigasi seluas 675.177 ha
50
Operasi dan pemeliharaan layanan jaringan irigasi seluas 2.315.000 ha
Peningkatan layanan jaringan rawa seluas 10.000 ha
Peningkatan layanan jaringan rawa seluas 93.196 ha
932
Rehabilitasi layanan jaringan rawa seluas 450.000 ha
Rehabilitasi layanan jaringan rawa seluas 235.980 ha
52
Operasi dan pemeliharaan layanan jaringan rawa seluas 1.200.000 ha
-
Pembangunan sumur air tanah sejumlah 70 sumur
Pembangunan sumur air tanah sejumlah 293 sumur
419
Rehabilitasi sumur air tanah sejumlah 1.875 sumur
Rehabilitasi sumur air tanah sejumlah 625 sumur
33
Operasi dan pemeliharaan sumur air tanah sejumlah 2.192 sumur
-
Pembangunan dan peningkatan layanan jaringan tata air tambak seluas 1.000 ha
Pembangunan dan peningkatan layanan jaringan tata air tambak seluas 14.444 ha
1.444
62
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Indikasi Program RTRWN Indikasi Program RTR Pulau Program RPJMN
2010-2014 RPJMN 2010-2014 (Kegiatan
Prioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014* Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi Realisasi Fisik (%)
Kegiatan/Indikator/ Lokasi
Prasarana Sumber Daya Air • Pengembangan dan pemeliharaan bendungan
beserta waduknya • Peningkatan fungsi daerah irigasi
Pulau Kalimantan Wilayah Sungai (WS) • Pengembangan WS strategis nasional • Pengembangan WS lintas provinsi • Pengembangan WS lintas negara Cekungan Air Tanah (CAT) • Pemanfaatan CAT lintas provinsi • Pemanfaatan CAT lintas Negara
Pulau Sulawesi Wilayah Sungai (WS) • Penglolaan WS strategis nasional • Pengelolaan WS lintas provinsi Cekungan Air Tanah (CAT) • Pengendalian pemanfaatan CAT
Rehabilitasi layanan jaringan tata air tambak seluas 175.000 ha
Rehabilitasi layanan jaringan tata air tambak seluas 12.531 ha
7
Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya
Waduk yang selesai dibangun sejumlah 11 waduk
Belum ada waduk yang selesai dibangun
0
Waduk yang dalam tahap pelaksanaan sejumlah 1 waduk
Embung/situ yang selesai dibangun sejumlah 158 embung
Embung/situ yang selesai dibangun sejumlah 158 embung
124
Waduk yang direhabilitasi sejumlah 29 waduk
Waduk yang direhabilitasi sejumlah 29 waduk
110
Embung/situ yang direhabilitasi sejumlah 298 embung
Embung/situ yang direhabilitasi sejumlah 298 embung
29
waduk/embung/situ yang di-OP sejumlah 182 waduk dan embung
waduk/embung/situ yang di-OP sejumlah 182 waduk dan embung
-
PN 6
Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai
Pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir sepanjang 216 km
Pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir sepanjang 849 km
393
Rehabilitasi sarana/prasarana pengendali banjir sepanjang 386 km
Rehabilitasi sarana/prasarana pengendali banjir sepanjang 399 km
103
63
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Indikasi Program RTRWN Indikasi Program RTR Pulau Program RPJMN
2010-2014 RPJMN 2010-2014 (Kegiatan
Prioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014* Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi Realisasi Fisik (%)
Kegiatan/Indikator/ Lokasi
OP sarana/prasarana pengendali banjir sepanjang 2.000 km
-
Pembangunan sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 28 buah
Pembangunan sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 66 buah
236
Rehabilitasi sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 85 buah
Rehabilitasi sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 33 buah
39
OP sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 150 buah
OP sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen sejumlah 150 buah
-
Pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai sepanjang 30 km
Pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai sepanjang 97 km
324
Rehabilitasi sarana/prasarana pengaman pantai sepanjang 50 km
Rehabilitasi sarana/prasarana pengaman pantai sepanjang 8 km
17
Pemeliharaan pengaman pantai sepanjang 50 km
Pemeliharaan pengaman pantai sepanjang 49 km
98
Diselesaikannyapembangunan KanalBanjir Timur paket 22 s/d 29
Diselesaikannyapembangunan KanalBanjir Timur paket 22 s/d 29 dan paket 30-31
100
Pembangunan waduk di DASBengawan Solo sejumlah 7 waduk
Pembangunan waduk di DASBengawan Solo sejumlah 1 waduk
14
Terbangunnya prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo, yaitu: Bendung Gerak Bojonegoro, Jabung Ring Dike,Remaining Works LSRIP-phase I, Bendung Gerak Sembayat ,Tanggul Kiri Bengawan Solo Rengel-Centini
Terbangunnya prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo, yaitu: Bendung Gerak Bojonegoro selesai dibangun, Jabung Ring Dike sedang dalam proses konstruksi,Remaining Works LSRIP-phase I telah diselesaikan, Bendung Gerak Sembayat sedang dalam proses konstruksi
-
64
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Indikasi Program RTRWN Indikasi Program RTR Pulau Program RPJMN
2010-2014 RPJMN 2010-2014 (Kegiatan
Prioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014* Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi Realisasi Fisik (%)
Kegiatan/Indikator/ Lokasi
Terehabilitasinya prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo, yaitu: Perbaikan dan Pengaturan Kali Madiun (Kwadungan-Ngawi), Normalisasi Kali Lamong, Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hulu (Jurug- Sragen)
Terehabilitasinya prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo, yaitu: Normalisasi Kali Lamong, Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hulu (Jurug- Sragen)
-
65
Tabel 12Realisasi Pelaksanaan RTRWN dan RPJMN 2010-2014 untuk Perwujudan Pola Ruang
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan JangkaMenengahNasional
Indikasi Program RTRWN
(Lampiran VIII dan XI PP No. 26/2008 RTRWN)
Indikasi Program RTR Pulau
Program RPJMN 2010-2014
RPJMN 2010-2014 (KegiatanPrioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014 Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi RealisasiFisik
(%) Kegiatan/Indik
ator/ Lokasi
B. KAWASAN LINDUNG NASIONAL
1 RehabilitasidanPemantapanFungsiKawasanLindungNasional 9 lokasiCagarAlam 50 lokasi Taman Nasional/Taman NasionalLaut 2 lokasi Taman Hutan Raya 12 lokasi Taman WisataAlam/Taman WisataAlamLaut
RehabilitasidanPemantapanFungsiCagarAlam, Taman Nasional, Taman NasionalLaut, dan Taman WisataAlam
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Kegiatan: Pengembangan kawasan konservasi,ekosistem esensial. Indikator: - Konflik dan tekanan terhadap
kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) menurun sebanyak 5%
- Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
- Penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng)
- Restorasi ekosistem kawasan konservasi
- Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) menurun sebanyak 5%
4,66%
2 PengembanganPengelolaanKawasanLindungNasional 6 lokasiSuakaAlamLaut 64 lokasiSuakaMargasatwa/SuakaMargasatwaLaut 116 lokasiCagarAlam/CagarAlamLaut 3 lokasi Taman NasionalLaut 18 lokasi Taman Hutan Raya 59 lokasi Taman WisataAlam/Taman WisataAlamLaut
PengembanganPengelolaanKawasanSuakaAlam, KawasanPelestarianAlam, danKawasanCagarBudaya
- Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
6%
- Penangananperambahankawasanhutanpada 12 provinsiprioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, danSulteng)
4 Provinsi
- Restorasiekosistemkawasankonservasi,
5 KK
66
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan JangkaMenengahNasional
Indikasi Program RTRWN
(Lampiran VIII dan XI PP No. 26/2008 RTRWN)
Indikasi Program RTR Pulau
Program RPJMN 2010-2014
RPJMN 2010-2014 (KegiatanPrioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014 Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi RealisasiFisik
(%) Kegiatan/Indik
ator/ Lokasi
3 RehabilitasidanPemantapanFungsiKawasanHutanLindungNasional ---Tidakdisebutkanlokasinya---
Kawasan yang memberikanperlindunganterhadapkawasanbawahannya - Pengembangan,
pengelolaan, meningkatkanfungsidanmengendalikanperubahanperuntukandan/ataufungsikawasanhutanlindung yang bervegetasihutantetap.
- Pelestariankawasanbergambutuntukmenjagasistemtata air alamidanekosistemkawasan.
- Pelestariankawasanhutanlindungdankawasanbergambut yang bernilaikonservasitinggi.
- Rehabilitasikawasanresapan air yang terdegradasi, sertapemertahananfungsilahandanpengendalianalihfungsilahankawasanresapan air.
Program Peningkatan Fungsi dan Dayadukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan: Penyelenggaraanrehabilitasihutandanlahan, danreklamasihutan di DAS prioritas Indikator: - Fasilitasidanpelaksanaanrehabilita
sihutanpada DAS prioritasseluas 800.000 ha
- Fasilitasirehabilitasilahankrititspada DAS prioritasseluas 500.000 ha
- Fasilitasipengembanganhutankotaseluas 5.000 ha
- Fasilitasirehabilitasihutan mangrove, gambutdanrawaseluas 295.000 ha
- Fasilitasidanpelaksanaanrehabilitasihutanpada DAS prioritasseluas500.000 ha
402.466 ha
4 PengembanganPengelolaanKawasanHutanLindungNasional ---Tidakdisebutkanlokasinya---
- Fasilitasirehabilitasilahankrititspada DAS prioritasseluas1.954.000 ha
1.434.228 ha
- Fasilitasipengembanganhutankotaseluas6.000 ha
4.638 ha
- Fasilitasirehabilitasihutan mangrove, gambutdanrawaseluas40.000 ha
31.530 ha
B. KAWASAN BUDIDAYA
67
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan JangkaMenengahNasional
Indikasi Program RTRWN
(Lampiran VIII dan XI PP No. 26/2008 RTRWN)
Indikasi Program RTR Pulau
Program RPJMN 2010-2014
RPJMN 2010-2014 (KegiatanPrioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014 Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi RealisasiFisik
(%) Kegiatan/Indik
ator/ Lokasi
8 Rehabilitasidanpengembangankawasanandalanuntuksektorkehutanan - Rehabilitasikawasanandalanuntu
kkehutanan - Pengembangankawasanandalan
untukkehutanan
KawasanPeruntukanKehutanan - Pengembanganpengelol
aankawasanperuntukanhutandenganmenggunakanteknologilingkungan
- Pengendalianperubahanperuntukandan/ataufungsikawasanhutan
- Rehabilitasikawasanperuntukanhutan yang mengalamideforestasidandegradasi
- Peningkatanfungsiekologiskawasanperuntukanhutan
Program Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi
Kegiatan: Peningkatanpengelolaanhutantanaman Indikator: - Penambahan areal
ijinusahapemanfaatanhutantanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
- Penambahan areal tanamanpadahutantanaman (HTI/HTR) seluas 2,65juta ha.
- Sertifikasipengelolaanhutanproduksilestaripada 50 unit manajemenhutantanaman
- Penambahan areal ijinusahapemanfaatanhutantanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
1.967.012 ha
- Penambahan areal tanamanpadahutantanaman (HTI/HTR) seluas 2,65juta ha.
832.020 ha
- Sertifikasipengelolaanhutanproduksilestaripada 50 unit manajemenhutantanaman
35 UM
Kegiatan: Peningkatanperencanaanpengelolaanhutanproduksi Indikator: - Terbentuknya KPHP
padaseluruhkawasanhutanproduksi
- Tersedianya areal calon/usulanpemanfaatanhutanproduksidalambentuk unit-unit usahapada 26 provinsi.
- Terbentuknya KPHP padaseluruhkawasanhutanproduksi
311 Unit
- Tersedianya areal calon/usulanpemanfaatanhutanproduksidalambentuk unit-unit usahapada 26 provinsi.
26 Provinsi
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan: Penyelenggaraanrehabilitasihutandanlahan, danreklamasihutan di DAS prioritas Indikator: - Fasilitasidanpelaksanaanrehabilita
sihutanpada DAS prioritasseluas 800.000 ha
- Fasilitasidanpelaksanaanrehabilita
- Fasilitasidanpelaksanaanrehabilitasihutanpada DAS prioritasseluas500.000 ha
402.466 ha
- Fasilitasirehabilitasilahankrititspada DAS prioritasseluas1.954.000 ha
1.434.228 ha
68
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan JangkaMenengahNasional
Indikasi Program RTRWN
(Lampiran VIII dan XI PP No. 26/2008 RTRWN)
Indikasi Program RTR Pulau
Program RPJMN 2010-2014
RPJMN 2010-2014 (KegiatanPrioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014 Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi RealisasiFisik
(%) Kegiatan/Indik
ator/ Lokasi
silahankritispada DAS prioritasseluas 500.000 ha
- Fasilitasipengembanganhutankotaseluas 5.000 ha
- Fasilitasirehabilitasihutan mangrove, gambutdanrawaseluas 295.000 ha
- Fasilitasipengembanganhutankotaseluas6.000 ha
4.638 ha
- Fasilitasirehabilitasihutan mangrove, gambutdanrawaseluas40.000 ha
31.530 ha
Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasanhutan
Kegiatan: pengukuhankawasanhutan Indikator: - Tata
bataskawasanhutansepanjang 25.000 km
- Keputusanpenunjukkankawasanhutanprovinsiselesai 100%
- Penetapankelompokhutan yang telahselesaitatabatastemugelangsebanyak 75%
- Rekomendasitentangperubahanfungsikawasanhutanterselesaikansebanyak 75%
- PenangananberupapenerbitanSurat Keputusantentangpelepasankawasanhutanterselesaikansebanyak 75%
- Tata bataskawasanhutansepanjang63.000 km
25.147,9 Km
- Keputusanpenunjukkankawasanhutanprovinsiselesai 100%
100%
- Penetapankawasan hutan yang telahselesaitatabatastemugelangsebanyak 75%
75%
- Rekomendasitentangperubahanfungsikawasanhutanterselesaikansebanyak 75%per tahun
75%
- SuratKeputusanpelepasankawasanhutansecara parsial selesai 75% per tahun
75%
69
Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan JangkaMenengahNasional
Indikasi Program RTRWN
(Lampiran VIII dan XI PP No. 26/2008 RTRWN)
Indikasi Program RTR Pulau
Program RPJMN 2010-2014
RPJMN 2010-2014 (KegiatanPrioritas/ Indikator)
Realisasi 2010-2014 Rencana 2015-2019
Kegiatan/Indikator/Lokasi RealisasiFisik
(%) Kegiatan/Indik
ator/ Lokasi
Kegiatan: Pembangunan kesatuanpengelolaanhutan (KPH) Indikator: - Penetapanwilayahkesatuanpengel
olaanhutanproduksi (KPHP) di 28 provinsi
- Penetapanwilayahkesatuanpengelolaanhutankonservasi (KPHK) di seluruh Indonesia
- Penetapanwilayahkesatuanpengelolaanhutanlindung (KPHL) di 28 provinsi
- Keputusan Menhut Tentang Penetapan Wilayah KesatuanPengelolaanHutanLindung (KPHL) dan Wilayah KesatuanPengelolaanHutanProduksi (KPHP) Provinsi Seluruh Indonesia
500 Unit 25 Provinsi
- Keputusan Menhut Tentang Penetapan Wilayah KesatuanPengelolaanHutanKonservasi (KPHK) di seluruh Indonesia
28 Unit
Kegiatan: Penyusunanrencanamakrokehutanan Indikator: - Rencanamakrokehutanantentang
perlindungandankonservasi SDA, pemanfaatan, rehabilitasihutandanlahan, danpenataanruang
- Persetujuansubstansitekniskehutanandalamrevisi RTRWP di seluruh Indonesia
- Rencanamakropenyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 Judul
3 Judul
- Persetujuansubstansitekniskehutananterhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi
30 Provinsi