33
EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus scrofa) SEPSIS DENGAN TERAPI CAIRAN KOLOID ATAU KRISTALOID ANKGIE HERRIS STIARLDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus scrofa)

SEPSIS DENGAN TERAPI CAIRAN KOLOID ATAU

KRISTALOID

ANKGIE HERRIS STIARLDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan
Page 3: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Radiografi

Jantung Anak Babi (Sus scrofa) Sepsis dengan Terapi Cairan Koloid atau

Kristaloid adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Ankgie Herris Stiarldi

B04110020

Page 4: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan
Page 5: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

ABSTRAK

ANKGIE HERRIS STIARLDI. Evaluasi Radiografi Jantung Anak Babi (Sus

scrofa) Sepsis dengan Terapi Cairan Koloid atau Kristaloid. Dibimbing oleh

HARRY SOEHARTONO dan RIKI SISWANDI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi radiografi kardiovaskular anak

babi sepsis dan diterapi menggunakan resusitasi cairan. Sebanyak 10 anak babi

berusia 2-3 bulan dan 8-13 kg berat badan dibagi kedalam dua kelompok

perlakuan resusitasi. Kondisi sepsis diinduksi dengan menyuntikan

lipopolisakarida (LPS) dari E.coli. Resusitasi cairan diberikan setelah renjatan

sepsis terjadi. Kelompok pertama diberikan koloid (modified fluid gelatin 4% /

MFG 4%) dan kelompok kedua diberikan kristaloid (ringer asetat malat / RAM).

Evaluasi radiografi dilakukan sebelum induksi sepsis dan setelah resusitasi cairan.

Hasil yang diperoleh menunjukan pada arah pandang lateral nilai Vertebrae Heart

Score (VHS) kelompok RAM meningkat dibandingkan kelompok MFG 4%. Nilai

sudut jantung berkisar 46.80-49.2

0 dan rasio HH:HC adalah 4:5. Peningkatan nilai

ini diduga jantung mengalami kompensasi edema yang ditimbulkan akibat respon

infeksi sistemik pada keadaan sepsis. Pada lapang pandang dorsoventral nilai

CTR meningkat baik pada kelompok MFG 4% maupun RAM. Nilai A<LC/2

menunjukkan bahwa MFG 4% dan RAM memiliki nilai yang lebih besar

dibandingkan nilai normal. Resusitasi cairan MFG 4% maupun RAM dianggap

belum mampu memperbaiki pembesaran jantung yang diakibatkan oleh sepsis

dengan mengembalikan ukuran jantung pada nilai normal.

Kata kunci: induksi sepsis, LPS, MFG 4%, radiografi kardiopulmonari, RAM

Page 6: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

ABSTRACT

ANKGIE HERRIS STIARLDI. Evaluation of Cardiovascular Radiography

Septic Piglet and Treated with Colloid or Crystalloid Fluid. Supervised by

HARRY SOEHARTONO and RIKI SISWANDI.

This study was conducted to evaluate cardiopulmonary radiographic of

septic piglets and treated with fluid resuscitation. As many as 10 piglets aged 2-3

months and 8-13 kgs in body weight were subjected into two resuscitation

treatment groups. Septic condition was inducted by lipopolysacharide (LPS)

injection from E. coli . Fluid resuscitation was imitiated after septic shock

confirmed. The first group received coloid (modified fluid gelatin 4% / MFG 4%)

and the second received crystalloid (ringer asetat malat / RAM). Radiographic

evaluation was performed before septic induction and after fluid resuscitation.

The result showed that Vertebrae Heart Score (VHS) value in RAM group was

increased than MFG 4% group on lateral view. The angle heart value were ranged

between 46.80-49.3

0, and the ratio HH:HC is 4:5. The increased value is happened

because heart suspected by become edema compensation which appeared by

systemic infection response in septic condition. CTR value increased in MFG 4%

and RAM group on dorsoventral view. Value of A<LC/2 showed that MFG 4%

and RAM had bigger than normal value. MFG 4% or RAM resuscitation were

considered unable to restore heart enlargement which caused by septic into normal

size.

Keywords: cardiovascular radiographic, LPS, MFG 4%, RAM, septic induction

Page 7: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus scrofa)

SEPSIS DENGAN TERAPI CAIRAN KOLOID ATAU

KRISTALOID

ANKGIE HERRIS STIARLDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan
Page 9: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan
Page 10: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan
Page 11: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Radiografi Jantung Anak Babi (Sus scrofa) Sepsis dengan Terapi

Cairan Koloid atau Kristaloid”. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi banyak pihak dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Drh R Harry Soehartono, MAppSc,

PhD selaku pembimbing pertama dan Drh Riki Siswandi, MSi selaku dosen

pembimbing kedua, serta Prof Drh Ekowati Handharyani, MSi, PhD selaku dosen

pembimbing akademik penulis. Terimakasih untuk ibunda tercinta ibu Ati

Rosniawati, ayahanda bapak Hery Suherna, dan adik penulis tercinta Seyla Dinda

Putri atas segala doa dan kasih sayang yang tidak pernah henti-hentinya penulis

rasakan. Terimakasih untuk teman-teman dalam penelitian ini, Abhi, Cerel, Cindi,

Ega, Rina dan willa. Terimakasih untuk Faiz, Abang, Adam, Adi, Oge, Pakcoy,

dan Aqin atas kebersamaan dan dukungannya selama di kosan “kosim” selama 3

tahun kebelakang. Terimakasih untuk Fitriatus Shaleha atas semangat dan

dukungannya. Terimakasih untuk teman-teman Ganglion FKH 48 atas semangat

dan kebersamaanya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini, sehingga perlu kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan,

khususnya dibidang medik veteriner.

Bogor, Oktober 2015

Ankgie Herris Stiarldi

Page 12: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sepsis 2

Cairan Koloid dan Kristaloid 3

Interpretasi Radiografi 5

Hewan Model 6

METODE 6

Waktu dan Tempat 6

Alat dan Bahan 6

Tahap Persiapan 7

Adaptasi Hewan 8

Tahapan Perlakuan 8

Teknik Interpretasi Radiologi 9

Prosedur Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Nilai R, L, RH, LH, dan CTR 10

NIlai A < LC/2 11

Perbandingan Nilai HH:HC dan Nilai Sudut Jantung 12

Nilai Long Axis, Short Axis, dan Vertebrae Heart Score 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

RIWAYAT HIDUP 19

Page 13: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

DAFTAR TABEL

1 Rataan Nilai R, L, RH, LH, dan CTR 10

2 Rataan Nilai A dan LC/2 11

3 Rataan Nilai HH:HC dan sudut jantung 13

4 Rataan Nilai LA, SA, dan VHS 14

DAFTAR GAMBAR

1 Anak babi 6

2 Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian 7

3 Tahapan perlakuan 8

4 Pengukuran radiografi jantung lapang pandang DV 11

5 Pengukuran nilai A dan LC 12

6 Pengukuran nilai HH:HC 12

7 Pengukuran nilai sudut jantung 13

8 Pengukuran nilai VHS 14

Page 14: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan
Page 15: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sepsis merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan sindrom respon

inflamasi sistemik (SIRS) disertai bakteri patogen (infeksi). Bakteri patogen

tersebut ditemukan melalui kultur atau pewarnaan gram dari spesimen tubuh

seperti darah, sputum, feses, urin, dan spesimen tubuh lainnya (Merx dan Weber

2007). Hasil penelitian Vincent et al. (2009), menunjukan 70% pasien yang sepsis

menghasilkan kultur mikrobiologis positif. Sebesar 62% dari isolat positif

merupakan bakteri gram negatif. Komponen toksikan dari bakteri gram negatif

adalah liposakarida sebagai endotoksin. Menurut Burkovskiy (2013), komponen

beracun pada bakteri gram negatif dianggap sebagai penyebab infeksi.

Sepsis meningkatkan risiko kematian 15-20% pada setiap kegagalan satu

organ yang menimbulkan komplikasi disfungsi organ (Martin et al. 2005). Sistem

kardiovaskular adalah salah satu organ yang paling sering terpengaruh pada

keadaan sepsis berat dan renjatan sepsis. Renjatan sepsis adalah gangguan sistem

kardiovaskular ditandai dengan penurunan fungsi pompa jantung kiri, gambaran

sirkulasi yang hiperdinamik, dan curah jantung tinggi (Priyantoro et al. 2010).

Resusitasi cairan merupakan tata laksana terkini untuk sepsis yang

mengoptimalkan hemodinamik dalam 6 jam pertama, dikenal sebagai early goal

directed therapy. Target resusitasi cairan antara lain mempertahankan central

venous pressure (CVP) 8-12 mmHg, mean arterial pressure (MAP) 65 mmHg

dan saturasi vena cava cranialis (ScvO2) 70% (Nguyen dan Rivers 2005).

Sampai saat ini pemilihan cairan kristaloid atau koloid sebagai cairan

resusitasi yang ideal masih menjadi kontroversi. Survei kepada lebih dari 2400

dokter ICU dari European and French Intensive Care Societies, sebanyak 65%

klinikus menggunakan kombinasi kristaloid dan koloid seperti ringer laktat,

hydroxyethyl starch (HES), dan gelatin sebagai cairan resusitasi (Schortgen et al.

2004).

Sepsis diduga menyebabkan perubahan pada regio toraks. Perubahan regio

toraks terutama pada sistem kardiovaskular dapat dianalisis dengan berbagai

metode diagnosa, salah satunya pada renjatan sepsis dilakukan dengan metode

analisais radiografi. Kondisi jantung yang mengalami perubahan bentuk dan

ukuran dapat diketahui dari hasil interpretasi radiografi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

penelitian yang disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Page 16: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

2

1. Bagaimanakah perbedaan perubahan gambaran radiografi jantung sebelum

induksi sepsis dan setelah resusitasi cairan koloid (modified fluid gelatin 4%)

atau kristaloid (ringer asetat malat)?

2. Apakah ada perbedaan gambaran radiografi setelah resusitasi cairan pada

kelompok hewan yang menggunakan cairan koloid (modified fluid gelatin 4%)

dan kristaloid (ringer asetat malat )?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran radiografi jantung

sebelum sepsis dan setelah resusitasi cairan pada kelompok model anak babi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui pengaruh pemberian terapi

cairan koloid (Modified fluid gelatin 4%) dan kristaloid (Ringer asetat malat) pada

kejadian sepsis.

TINJAUAN PUSTAKA

Sepsis

Sepsis adalah sindroma respon inflamasi sistemik klinik yang terjadi dengan

etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai. Bukti klinisnya berupa suhu tubuh

abnormal (>380C atau <36

0C), takikardi, asidosis metabolik. Biasanya disertai

dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan takipneu, dan peningkatan atau

penurunan jumlah sel darah putih (Runge dan Greganti 2009). Sepsis merupakan

proses infeksi dan inflamasi yang kompleks. Menurut Guntur (2008) hal tersebut

dapat ditandai dengan menurunnya kadar limfosit dalam sirkulasi sistemik sebagai

respon terhadap faktor-faktor proinflamasi. Kelebihan produksi sitokin inflamasi

akan menyebabkan aktivasi respon sistemik terutama pada paru-paru, hati, ginjal,

usus, dan organ lainnya sehingga dapat terjadi apoptosis, nekrosis jaringan, multi

organ dysfunction (MOD), renjatan sepsis, serta kematian.

Pada sepsis terjadi kerusakan sel endotelial mikrovaskular serta pelepasan

mediator inflamasi oleh sel endotel. Disfungsi endotel menyeluruh mempunyai

peran penting dalam patogenesis renjatan sepsis, dengan akibat terjadinya

peningkatan permeabilitas sehingga timbul edema dan kehilangan cairan yang

cukup banyak ke jaringan interstisial. Hal ini menimbulkan efek hipotensi yang

diperberat oleh vasodilatasi perifer akibat dilepaskannya kinin, histamin, dan

peptida vasoaktif lainnya selama aktivasi kaskade inflamasi (Vincent dan

Abraham 2006).

Page 17: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

3

Sepsis yang disertai disfungsi organ atau hipoperfusi didefinisikan sebagai

sepsis berat sedangkan renjatan sepsis adalah sepsis yang disertai disfungsi organ

kardiovaskular (Goldstein 2005). Sepsis berat disertai dengan keterlibatan satu

atau lebih gangguan sistem organ yang diawali dengan menurunnya perfusi ke

jaringan sehingga mengakibatkan disfungsi sistem organ, gangguan perfusi dan

sistem organ yang ditandai dengan adanya ruam kulit yang kemerahan,

peningkatan waktu pengisian kapiler ≥ 3 detik, penurunan produksi urin,

pengingkatan laktat serum, perubahan drastis status mental atau

elektroensepalogram, penurunan jumlah trombosit, acute lung injury atau sindrom

pernafasan akut dan kelainan fungsi jantung yang dibuktikan melalui pemeriksaan

echocardiography (Merx dan Weber 2007). Pada renjatan sepsis dapat ditemukan

tanda gangguan sirkulasi seperti penurunan kesadaran, penurunan tekanan darah,

akral dingin, sianosis, perabaan nadi yang lemah, peningkatan waktu pengisian

kapiler serta oliguria. Selain itu dijumpai pula gangguan respirasi seperti takipnea,

asidosis metabolik serta edema paru (O’Brien et al. 2007).

Cairan Kristaloid dan Koloid

Cairan kristaloid dan koloid merupakan cairan yang sering digunakan pada

terapi sepsis. Pembagian jenis ini sudah dikenal lama yang bertujuan untuk

membedakan larutan melalui membran atau tidak dapat melalui membran, tetapi

masih terdapat kontroversi mengenai cara penggunaannya. Beberapa ahli

mengungkapkan bahwa parameter yang dapat digunakan sebagai indikator

kecukupan cairan intravaskular adalah kesadaran cukup baik, denyut nadi kuat,

tekanan darah stabil (sistolik dan diastolik), dan produksi urin yang cukup (Shih et

al. 2008).

Koloid

Larutan koloid merupakan larutan homogen yang mengandung partikel

dengan berat molekul besar yaitu > 20.000 dalton, sehingga dapat digunakan

untuk mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskular. Partikel dari

larutan koloid tidak dapat digabungkan atau dipisahkan dengan filtrasi atau

sentrifugasi. Koloid dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu: golongan

protein dan non protein (semisintesis). Jenis larutan koloid bermacam-macam

seperti albumin, dekstran, gelatin dan juga Hydroxyethyl starch (HES), dimana

penggunaan masing-masing dari larutan tersebut memiliki keuntungan dan

kerugian masing-masing (Doran C 2011).

Gelatin mempunyai berat molekul 100.000 sampai dengan 120.000 dalton.

Pemberian gelatin dapat menimbulkan bekuan apabila diberikan bersama-sama

transfusi karena mengandung kalsium sehingga pemberiannya harus dipisahkan.

Setelah pemberian intravaskular gelatin mengalami degradasi menjadi asam

amino yang dapat dipertahankan volumenya sampai 2 jam dan dapat bertahan

sampai 7 hari. Ekskresi gelatin melalui urin. Efek samping yang kurang disukai

Page 18: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

4

adalah reaksi alergi meskipun efek terhadap koagulasi lebih ringan dibandingkan

koloid lain (Nguyen et al. 2005).

Gelatin yang digunakan dalam penelitian ini adalah modified fluid gelatin

4% Gelofusin®. Gelofusin

® merupakan cairan yang sesuai dengan darah dan

semua produk darah. Indikasi dari Gelofusin®

antara lain pengobatan dan

pencegahan untuk shock dan hypovolaemia serta mencegah terjadi hypotension

selama anastesi spinal dan epidural. Kontraindikasi dari pemakaian Gelofusin®

yaitu pada pasien dengan hypovolaemia, hipersensitivitas terhadap komposisi

yang terdapat di dalam cairan Gelofusin®, hyperhidration, gangguan jantung, dan

gangguan pembekuan darah. Komposisi/kandungan konsentrasi elektrolit dari

cairan Gelofusin® antara lain sodium 154 mmol/l, klorid 120 mmol/l, osmolaritas

274 mosmol/l serta pH 7.4 ± 0.3 (Braun 2005).

Kristaloid

Larutan kristaloid merupakan larutan yang bersifat isotonis. Contoh larutan

kristaloid yang sering digunakan adalah ringer laktat (RL), ringer asetat (RA), dan

NaCl 0.9%. Larutan kristaloid mengandung elektrolit dalam berbagai macam

komposisi. Natrium merupakan kandungan utama dalam larutan ini. Dalam

penanganan sepsis, larutan kristaloid yang diberikan intravaskular hanya akan

menambah volume ekstraselular saja yaitu dengan proporsi sekitar 20 % tetap di

intravaskular dan sebagian besar menambah cairan interstisial.

Pada penelitian ini larutan kristaloid yang digunakan adalah ringer asetat

malat (RAM) Ringerfundin®. Kandungan dari larutan RAM adalah anion asetat

dan malat yang dapat dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat. Satu mol asetat

akan diubah menjadi satu mol bikarbonat, sedangkan satu mol malat akan diubah

menjadi dua mol bikarbonat. Malat bekerja dalam waktu lebih lama dibanding

asetat, oleh karena itu kombinasi keduanya merupakan pilihan yang baik dalam

resusitasi cairan (Zander 2006). Menurut Braun (2005) Ringer asetat malat adalah

larutan elektrolit penuh pertama mengandung kombinasi unik dari asetat dan

malat. Ringer asetat malat berisi 24 mmol/l asetat dan 5 mmol/l malat, dimana

total asetat dan malat melepaskan 34 mmol/l bikarbonat. Asetat dan malat lebih

disukai daripada laktat, karena metabolisme mereka tidak hanya terbatas pada hati

tetapi juga dimetabolisme di seluruh jaringan.

Menurut Braun (2005) kriteria larutan RAM Ringerfundin® diantaranya

merupakan larutan elektrolit penuh, isotonis, berisi asetat malat bukan berisi laktat,

base exces potensial yang seimbang, dan menjaga konsumsi oksigen yang rendah.

Komposisi kation dari Ringerfundin antara lain Na+, K

+, Mg

2+, dan Ca

2+,

sedangkan komposisi anionnya terdiri dari Cl-,

asetat, dan malat berbeda dengan

ringer laktat yang komposisi anionnya terdiri dari Cl- dan laktat.

Larutan kristaloid memiliki beberapa keuntungan yaitu, mudah didapat,

murah, efek samping minimal, sehingga sering digunakan sebagai tata laksana

yang membutuhkan cairan intravaskular (renjatan hipovolemik). Sedangkan

kerugiannya adalah dengan penambahan intravaskular, sebagian besar cairan akan

berpindah ke intersisial sehingga memudahkan terjadinya edema intersisial dan

salah satu yang sering adalah edema paru. Dengan demikian terlihat bahwa

Page 19: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

5

adanya edema interstisial (dalam hal ini edema paru) belum tentu menggambarkan

bahwa cairan intravaskular sudah cukup. Hal inilah yang sering membuat tata

laksana resusitasi cairan kehilangan pegangan apabila tidak menggunakan

indikator lain sebagai parameter kecukupan cairan intravaskular (Shih et al. 2008).

Interpretasi Radiografi

Interpretasi radiografi merupakan suatu proses membaca hasil pemaparan

sinar X yang berperan untuk membantu diagnosa klinis. Ada beberapa tahap yang

harus diperhatikan untuk mendapatkan interpretasi yang baik dan berujung pada

diagnosa yang akurat yaitu pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, teknik

radiografi yang benar, dan evaluasi radiografi (Morgan dan Wolvekomp 2004).

Prosedur radiografi yang benar akan memberikan hasil radiografi yang

benar sehingga memudahkan dalam pembacaan. Prosedur yang salah dapat

menyebabkan radiografi tidak mempunyai nilai diagnosa sama sekali apabila

radiografi tersebut tidak dapat dibaca serta informasi yang diinginkan dari

radiografi hewan tidak dapat ditemukan. Selain prosedur radiografi, harus

diperhatikan juga tata cara pengamatan radiografi yang benar agar tidak salah

membuat suatu diagnosa. Radiografi merupakan gambaran dua dimensi dari suatu

struktur atau organ yang berupa tiga dimensi sehingga perlu diimajinasikan dalam

bentuk asalnya yaitu tiga dimensi. Untuk mendapatkan imajinasi tiga dimensi

tersebut, pengambilan foto harus dengan posisi sudur pandang yang tepat serta

diperlukan minimal dua radiografi dengan sudut pandang yang berbeda ketika

pengamatan radiografi (Tayal 2004).

Dalam melakukan pemeriksaan rubahan radiografi, terutama pemeriksaan

pada bagian toraks, menggunakan dua arah pandang, yaitu laterolateral dan

dorsoventral (DV). Arah pandang left laterolateral dapat digunakan untuk melihat

perubahan pada jantung dan vaskularisasi darah (Smith 2009). Arah pandang

dorsoventral sangat penting dalam pemeriksaan jantung karena pada posisi ini

jantung berada dalam posisi yang lebih dekat dengan sternum dan letak jantung

mendekati posisi normal dalam toraks ketika hewan berada pada posisi tubuh

normal (Thrall 2002).

Beberapa parameter yang dapat diambil untuk melakukan evaluasi gambar

radiologi yaitu, parameter yang diukur pada arah pandang laterolateral toraks

meliputi Vertebrae Heart Size (VHS). Cara pengukuran dengan metode ini yaitu

dengan membandingkan ukuran besar jantung dengan vertebrae thoracic melaluli

gambaran radiografi (Buchanan dan Bücheler 1995). Parameter lain yang diukur

pada arah pandang left laterolateral toraks adalah height of heart (HH), height of

chest (HC), dan sudut jantung.

Untuk pengukuran besar jantung pada arah dorsoventral, parameter yang

diukur meliputi panjang maksimum jantung, lebar maksimum jantung, dan lebar

toraks (Gardner et al. 2007).

Page 20: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

6

Hewan Model

Babi merupakan hewan yang sering dipergunakan dalam penelitian

biomedik, respirasi mekanik dan hemodinamik (Gambar 1). Anatomi jantung

babi mempunyai kesamaan dengan jantung manusia kecuali pada vena azygous

yang memvaskularisasi sitem interkostal ke arah sinus koronarius. Sistem koroner

babi menunjukan kesamaan hampir 90% dengan manusia. Dalam hal fungsi

jantung babi menunjukan kesamaan dengan manusia secara hemodinamik. Oleh

karena itu babi merupakan hewan model yang sangat cocok untuk penyakit

kardiovaskular.

Gambar 1 Anak babi (Sus scrofa)

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian berlangsung dari tanggal 6 Juni sampai dengan 11 Juli 2014.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Divisi Bedah dan Radiologi Departemen

Klinik, Reproduksi, dan Patologi. Pemeliharaan hewan dilakukan di kandang

ruminansia kecil Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, dan

Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Selama perlakuan digunakan seperangkat alat bedah minor, endotracheal

tube, kateter intravena, laryngoscope, infus set, pompa syringe 25 ml, three way

stop cock, unit mesin sinar-x stasioner dan portable (General X-ray beam®

), kaset

Page 21: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

7

film yang dilengkapi dengan intensifying screen dan film Rontgen ukuran 24 x 30

(Kodak medical X-ray, KODAK®), apron, hanger, lampu iluminator, processing

machine (mesin pencuci manual), jarum jahit ½ lingkaran tipe blunt, benang jahit

silk 2/0 dan polypropilen. Pengambilan data suhu tubuh dan pulsus jantung

dilakukan dengan menggunakan termometer digital (AKL -20901900848 GP

Care®

) dan pulse oxymetry magnetek 1300 yang dipasang pada ekor hewan

model. Pencucian film menggunakan larutan developer (Carestream®, KODAK

CARESTREAM HEALT) dan larutan fixer (Carestream®, KODAK

CARESTREAM HEALT). Induksi sepsis dilakukan dengan pemberian

endotoksin Eschericia coli via intravena. Selama pemeliharaan babi diberikan

pakan konsentrat dan rerumputan. Obat cacing yang diberikan adalah

Oxfendazole (Vermo®, SANBE). Resusitasi cairan menggunakan cairan koloid

modified fluid gelatin 4% (Gelofusine®, BBRAUN) dan cairan kristaloid ringer

asetat malat (Ringerfundin®, BBRAUN) secara intravena. Anestesi dilakukan

melalui syringe 3 ml dan obat bius yang terdiri dari ketamine 10% (ketamile®,

Ilium) dan xylazine 2% (ilium xylazil-100®, Ilium) via intramuskular untuk

induksi, dan ketamine 10% (ketamile®, Ilium) 6 ml/jam via intravena untuk

maintenance.

Gambar 2 Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian. (A) mesin sinar X

stasioner, (B) processing apparatus (alat pencuci) manual, (C) apron.

Tahap Persiapan

Hewan model yang digunakan adalah babi (Sus scrofa) jantan dan betina

berumur 2 sampai 3 bulan dengan berat badan 8-13 kg. Hewan model babi (Sus

scrofa) sebanyak 10 ekor yang sudah dinyatakan sehat. Babi dibagi dalam dua

kelompok, yaitu 5 ekor babi untuk perlakuan pemberian cairan koloid (modified

fluid gelatin 4%) dan 5 ekor babi untuk perlakuan pemberian cairan kristaloid

(ringer asetat malat). Penelitian ini dilakukan dengan persetujuan kode etik dari

komisi etik hewan IPB dengan nomor FRM/FKH/000-78.

A

B

C

Page 22: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

8

Adaptasi Hewan

Adaptasi babi dilakukan dalam lingkungan dan pemberian pakan selama

tujuh hari sebelum dilakukan operasi, untuk membiasakan dan mengurangi tingkat

stres pada babi. Babi diberi pakan dan minum pada pagi dan sore hari. Kandang

babi dibersihkan pada pagi dan sore hari dan didesinfeksi tiga hari sekali. Selama

tujuh hari sebelum operasi, babi juga diberikan antibiotik oksitetrasiklin dengan

dosis 6-11 mg/kg berat badan melalui intramuskular dan obat cacing oxfendazole

5 mg/kg berat badan secara peroral.

Tahap Perlakuan

Gambar 3 Tahapan perlakuan

Eutanasia

Rontgen II

Anastesi

Induksi Endotoksin

Sepsis

Renjatan Sepsis

Cairan Koloid

Cairan Kristaloid

Renjatan Teratasi

Kelompok I Kelompok II

Rontgen I

Page 23: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

9

Perlakuan dimulai dengan pengambilan gambar radiografi dengan dua

standar pandang yakni DV dan LL. Nilai kVp digunakan antara 58-64 kVp,

tergantung ketebalan jaringan. Nilai mAs digunakan 1.2 mAs. Kemudian

pembiusan babi menggunakan ketamin 10% dan xylazine 2%, secara

intramuskular. Setelah babi terbius, babi masuk ke dalam kamar operasi dan

dilakukan pemasangan probe saturasi oksigen, pemasangan infus NaCl 0.9% pada

vena aurikularis, dan pemasangan endo tracheal tube.

Babi diinduksikan dengan endotoksin 50 ug/kg BB melalui kateter pada vena cava

cranialis, dan dilakukan pemantauan gejala sepsis yaitu demam (suhu tubuh >

39.8ºC) atau hipotermia (suhu tubuh < 38.7ºC), takikardia (frekuensi jantung >120

kali/menit), dan takipnea (frekuensi napas > 58 kali/menit).

Pemantauan tanda-tanda renjatan dilihat dari penurunan tekanan darah,

denyut nadi meningkat, takikardia dengan penurunan perfusi, pemanjangan waktu

pengisian kapiler.

Setelah tanda-tanda renjatan terlihat, yaitu penurunan tekanan darah (< 90

mmHg), pulsus meningkat, dan penurunan perfusi, dilakukan pemberian cairan

MFG 4% atau RAM sebanyak 20 ml/kg BB sampai tanda renjatan stabil. Setelah

semua sampel diperoleh, dan untuk mencegah semakin meluasnya sepsis,

dilakukan eutanasia menggunakan kalium klorida dalam keadaan teranestesi.

Kemudian dilakukan pengambilan gambar radiografi yang kedua. Tahapan

perlakuan dilakukan seperti Gambar 3.

Teknik Interpretasi Radiografi

Interpretasi radiografi dilakukan penilaian lapang jantung dengan lapang

pandang DV dan LL. Parameter pengukuran digunakan vertebrae heart score

(VHS) yang terdiri dari SA dan LA, serta pengukuran cardiothoracic ratio (CTR)

yang terdiri dari parameter nilai R, L, RH, LH, dan CTR. Parameter lain yang

digunakan adalah nilai A, nilai LC, height of heart (HH), height of chest (HC),

dan nilai sudut jantung.

Prosedur Analisis Data

Hasil pengukuran dinyatakan dalam rataan dan standar deviasi. Data diolah

menggunakan SPSS 16 dan Microsoft Excel 2010. Perbedaan antar kelompok

perlakuan diuji secara statistik menggunakan metode One Way-Analyse of Variant

(ANOVA). Uji ini kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD pada selang

kepercayaan 95% (α=0,05).

Page 24: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai R, L, RH, LH, dan CTR

Nilai R merupakan jarak antara dinding ventrikel kanan jantung dengan

dinding kanan toraks, sedangkan nilai L merupakan jarak antara dinding ventrikel

kiri jantung dengan dinding kiri toraks. Data mengenai nilai R dan L dapat dilihat

pada Tabel 1.

Nilai kelompok babi normal merupakan nilai gambaran radiografi babi

sebelum dilakukan injeksi endotoksin. Kelompok MFG 4% dan RAM mengalami

penurunan nilai R yang tidak signifikan dengan kelompok babi praperlakuan.

Begitu juga dengan nilai L yang mengalami penurunan yang tidak signifikan pada

kelompok MFG 4%, pada kelompok RAM nilai L mengalami penurunan yang

signifikan (P<0.05) dibandingkan dengan kelompok babi praperlakuan.

Nilai RH merupakan jarak antara sumbu tengah jantung dengan lebar

jantung di ventrikel kanan, sedangkan nilai LH merupakan jarak antara sumbu

tengah jantung dengan lebar jantung di ventrikel kiri. Kelompok MFG 4% dan

RAM mengalami peningkatan nilai RH dan LH yang tidak signifikan (Tabel 1).

Nilai LH terlihat lebih besar dibandingkan nilai praperlakuan dan RH, hal ini

dikarenakan posisi apeks dari kerucut jantung terletak di caudo ventral. Hampir

2/3 jantung terletak disebelah kiri media (Permatasari 2013).

Nilai CTR merupakan perbandingan antara nilai RH dan LH dengan nilai

lebar regio toraks (L+LH+RH+R). Kelompok MFG 4% dan RAM mengalami

peningkatan nilai CTR yang signifikan (P<0.05) dari nilai praperlakuan (Tabel 1).

Kenaikan nilai CTR pada Tabel 1 diakibatkan oleh naiknya nilai RH dan LH,

serta kecenderungan turunnya nilai lebar regio toraks. Menurut penilitian yang

dilakukan oleh Azni (2014), rentang nilai normal CTR anak babi adalah 0.7 – 0.8

cm.

Tabel 1 Rataan nilai R, L, RH, LH, dan CTR

Parameter Kelompok Babi

Praperlakuan MFG 4% RAM

R 1.31±0.26x 0.72±0.54

x 1.14±0.38

x

L 0.85±0.21x 0.56±0.27

x 0.22±0.13

y

RH 2.57±0.53x 3.04±0.84

x 2.88±0.46

x

LH 3.72±0.34x 3.94±0.67

x 3.98±0.21

x

CTR 0.74±0.03x 0.84±0.05

y 0.83±0.03

y

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan signifikan (P<0.05).

Page 25: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

11

Gambar 4 Pengukuran radiografi jantung lapang pandang DV.

Keterangan: (A) nilai L, (B) nilai R, (C) nilai LH, (D) nilai RH.

Nilai A < LC/2

Nilai A merupakan jarak dari lebar aorta sebelah kiri ke sumbu tengah

jantung. Kedua kelompok mengalami peningkatan nilai A (Tabel 2), namun

kelompok MFG 4% mengalami peningkatan yang signifikan (P<0.05)

dibandingkan dengan nilai praperlakuan.

Perubahan nilai A yang signifikan pada kelompok MFG 4% diduga karena

terjadinya edema interstitial, perubahan ini juga diduga karena perubahan

pembuluh darah aorta akibat pelebaran mediastinum kranial.

Nilai LC adalah nilai yang diperoleh dari sumbu tengah jantung bagian

kranial dengan dinding kiri toraks. Nilai A<LC/2 digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya pembesaran aorta. Nilai rataan A pada kelompok MFG 4% dan

RAM lebih besar dari nilai LC/2, nilai tersebut mengindikasikan terjadi pelebaran

aorta. Menurut Toombs dan Wildmer (1994) nilai ratio aorta yang proporsional

adalah ketika A<LC/2.

Tabel 2 Rataan nilai A dan LC/2

Parameter Kelompok Babi

Praperlakuan MFG 4% RAM

A 1.53±0.17x 1.88±0.24

y 1.78±0.17

xy

LC/2 1.72±0.1x 1.73±0.1

x 1.69±0.11

x

A<LC/2 Lebih kecil Lebih besar Lebih besar Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan signifikan (P<0.05).

A C

D B

A

Page 26: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

12

Gambar 5 Pengukuran nilai A dan LC

Perbandingan Nilai HH:HC, dan Nilai Sudut Jantung

Nilai height of heart (HH) adalah nilai tinggi jantung yang diperoleh dari

pengukuran jarak basis jantung ke dasar rongga toraks. Posisi jantung anak babi

memiliki kemiripan dengan posisi jantung kucing, posisi jantung ini tidak tegak

melainkan seperti tidur atau disebut double apex. Kelompok MFG 4% dan RAM

mengalami peningkatan nilai HH, namun hanya kelompok RAM yang mengalami

peningkatan signifikan (P<0.05) dengan kelompok nilai praperlakuan (Tabel 3).

Gambar 6 Pengukuran nilai HH:HC

Nilai height of chest (HC) merupakan nilai tinggi rongga toraks yang diukur

dari dasar rongga toraks ke aorta descenden, yang mendekati dinding rongga

toraks bagian atas. Nilai HC MFG 4% dan RAM yang diperoleh terlihat

meningkat dibandingkan nilai praperlakuan, namun tidak signifikan.

A

LC

HH HC

Page 27: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

13

Perbandingan nilai HH dan HC digunakan untuk mengetahui pembesaran

jantung pada arah lapang pandang lateral. Kelompok MFG 4% dan RAM

mengalami peningkatan nilai yang tidak signifikan dibandingkan kelompok

praperlakuan atau sebelum pemberian injeksi sepsis (Tabel 3). Nilai normal

HH:HC pada anak babi belum banyak dilaporkan secara ilmiah, namun Toombs

dan Wildmer (1994) menyebutkan bahwa nilai HH:HC normal pada anjing adalah

2:3. Pada penelitian ini ditemukan bahwa nilai HH:HC pada anak babi adalah 4:5.

Tabel 3 Rataan nilai HH:HC dan sudut jantung

Parameter Kelompok Babi

Praperlakuan MFG 4% RAM

HH 5.43±0.29x 5.8±0.28

xy 5.88±0.25

y

HC 6.76±0.38x 7.18±0.24

x 7.22±0.28

x

HH:HC 0.79±0.01x 0.8±0.01

x 0.81±0.02

x

Sudut Jantung 46.8±3.64x 47.4±1.34

x 49.2±3.89

x

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan signifikan (P<0.05).

Nilai sudut jantung dibentuk oleh sumbu LA dan dasar rongga toraks

(Toombs dan Wildmer 1994). Kelompok MFG 4% dan RAM menunjukan

peningkatan yang tidak signifikan dibandingkan nilai praperlakuan (Tabel 3). Hal

ini mengindikasikan terjadi peninggian jantung terutama bagian jantung sebelah

kiri. Terbatasnya referensi nilai sudut jantung anak babi diduga karena jarang

digunakan. Penelitian ini memperoleh nilai sudut jantung yang berkisar antara

46.80 sampai 49.2

0.

Gambar 7 Pengukuran sudut jantung

Nilai Long Axis, Short Axis, dan Vertebrae Heart Score

Nilai long axis (LA) merupakan nilai yang diukur dari carina sampai ujung

apeks jantung, kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan jumlah os vertebrae

thorakik yang diperoleh dari tepi kranial vertebrae thorakik ke-4. Posisi carina

Sudut

Jantung

Page 28: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

14

pada babi terletak jauh di caudal jantung dan tidak terlihat pada gambar radiologi,

sehingga pengukuran LA dilakukan modifikasi. Seperti yang dikatakan Azni

(2014) yaitu pengukuran LA dimulai dari dinding caudal aorta pada basis jantung

sampai apeks jantung. Kelompok MFG 4% dan RAM mengalami perubahan yang

tidak signifikan dibandingkan dengan nilai praperlakuan (Tabel 4).

Nilai short axis (SA) merupakan pengukuran bagian jantung terlebar pada

sumbu tegak lurus terhadap sumbu panjang (LA). Pada kelompok MFG 4%

maupun RAM, keduanya mengalami peningkatan nilai yang tidak signifikan

dibandingkan kelompok praperlakuan (Tabel 4).

Tabel 4 Rataan nilai LA, SA, dan VHS

Parameter Kelompok Babi

Praperlakuan MFG 4% RAM

LA 5.23±0.42x 5.06±0.36

x 5.4±0.07

x

SA 3.93±0.19x 4.4±0.38

x 4.28±0.38

x

VHS 9.16±0.53x 9.46±0.73

x 9.68±0.35

x

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan signifikan (P<0.05).

Pengukuran jantung dengan metode VHS adalah membandingkan ukuran

besar jantung dengan jumlah os vertebrae thorakik melalui gambaran radiografi.

Nilai VHS diperoleh dari penjumlahan nilai SA dan LA (Buchanan dan Bücheler

1995). Kelompok MFG 4% dan RAM mengalami peningkatan nilai VHS yang

tidak signifikan dibandingkan nilai praperlakuan.

Gambar 8 Pengukuran nilai VHS

Secara keseluruhan pada arah pandang DV, terjadi pembesaran jantung yang

ditunjukkan dengan peningkatan nilai CTR secara signifikan. Menurut penelitian

Azni (2014), nilai CTR normal pada babi usia muda adalah 0.7 sampai 0.8

sehingga jika dibandingkan, maka nilai CTR dalam penilitian ini masih dalam

rentang normal. Peningkatan nilai CTR ini dipengaruhi oleh naiknya nilai lebar

maksimum jantung (RH+LH) dan menurunnya nilai L dan R.

LA

SA

Page 29: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

15

Penurunan nilai L yang signifikan pada kelompok RAM (Tabel 1), diduga

RAM tidak mampu menahan edema yang terjadi akibat kerusakan endotelial

mikrovaskular serta pelepasan mediator inflamasi oleh sel endotel yang

diakibatkan oleh sepsis. Mediator inflamasi akan menimbulkan gangguan pada

fungsi sel otot jantung (Priyantoro et al. 2010).

Sepsis mengakibatkan terjadi kerusakan sel endotelial mikrovaskular serta

pelepasan mediator inflamasi. Disfungsi endotel mengakibatkan terjadi

peningkatan permeabilitas sehingga timbul edema dan kehilangan cairan yang

cukup banyak ke jaringan interstisial. Pembesaran jantung diduga karena kerja

jantung yang berlebihan dan terjadi kompensasi edema yang ditimbulkan oleh

sepsis. Menurut Putri (2014), depresi miokardium merupakan komplikasi dini

renjatan sepsis, dengan mekanisme yang diperkirakan oleh kerja langsung

molekul inflamasi terhadap penurunan perfusi arteri koronaria. Sepsis

memberikan beban kerja jantung yang berlebihan, yang dapat memicu sindroma

koronaria akut atau infark miokardium.

Pada arah pandang left laterolateral terjadi peningkatan nilai HH yang

signifikan pada kelompok RAM, peningkatan nilai HH mengindikasikan terjadi

peninggian jantung. Peninggian disebabkan jantung bagian kiri membesar, sepsis

yang menyebabkan edema diduga mengakibatkan gagal jantung sebelah kiri,

sehingga jantung kiri yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh

bekerja lebih keras dan mengakibatkan hipertrofi miokardium. Pada parameter SA,

LA, dan VHS terjadi peningkatan nilai yang tidak signifikan. Peningkatan nilai

tersebut diduga akibat hal yang sama seperti parameter lainya. Menurut Lee et al.

(2007), nilai VHS pada babi konvensional adalah 8-9v.

Pemberian larutan koloid atau kristaloid merupakan salah satu cara untuk

terapi sepsis dengan memperbaiki hemodinamika tubuh. Menurut Wittlinger et al.

(2010), koloid bermanfaat dalam pengelolaan sepsis, dengan melemahkan

hemotaksis sel darah putih melalui endothelial sel, menurunkan regulasi sel

mediator inflamasi dalam darah selama sepsis, dan memperbaiki fungsi paru

selama endotoksemia. Koloid juga merupakan cairan yang dapat segera mengisi

cairan intravaskuler dan lebih bertahan lama dibandingkan kristaloid. Menurut

Singh et al. (2009), resusitasi cairan kristaloid dapat meningkatkan kontraktilitas

miokardium, dan menurunkan oksida nitrat. Hasil yang diperoleh pada penelitian

ini menunjukan bahwa koloid atau kristaloid tidak mampu mencegah terjadinya

pembesaran jantung, nilai dari kelompok koloid atau kristaloid cenderung

meningkat pada semua parameter. Menurut Carcillo dan Fields (2002),

penggunaan cairan resusitasi koloid atau kristaloid belum pasti ditemukan

perbaikan pada fungsi jantung. Mekanisme yang mendasari timbulnya gangguan

fungsi jantung pada keadaan sepsis belum sepenuhnya dimengerti dan masih

banyak pertanyaan terkait patofisiologi pada tingkat selular, namun agen

proinflamasi sebagai dasar terjadinya gangguan fungsi jantung pada keadaan

sepsis sangatlah kuat (Priyantoro et al. 2010).

Page 30: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Induksi sepsis pada anak babi dapat mengakibatkan pembesaran jantung

yang ditunjukan gambaran radiografi seperti, penurunan nilai L dan peningkatan

nilai CTR, A, dan HH. Resusitasi cairan koloid maupun kristaloid dianggap belum

mampu memperbaiki pembesaran jantung yang diakibatkan oleh sepsis dengan

mengembalikan ukuran jantung pada nilai normal.

Saran

Penelitian lanjutan melakukan evaluasi radiografi kardiovaskular dengan

diimbangi metode lain seperti Ultrasonografi (USG). Waktu pengambilan

radiografi diperpanjang lebih dari 6 jam setelah terapi resusitasi cairan, serta

induksi endotoksin menggunakan bakteri selain E.coli.

DAFTAR PUSTAKA

Azni A. 2014. Interpretasi Radiografi Jantung Anak Babi (Sus scrofa) pada

Manuver Rekrutmen Cedera Paru Akut Pediatri [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Baron JF. 2000. A new hidroxyethyl starch : HES 130/0,4 transfussion alternative

in transfusion medicine. Crit Care. Vol 2. No 20

Brandt S, Regueira T, Bracht H, Porta F, Djafarzadeh S, Takala J. 2009. Effect of

fluid resuscitation on mortality and organ function in experimental sepsis

models. Crit Care. 13:R186-96.

Braun B. 2005. Gelofusin®

Modified Fluid Gelatin: Clinical Facts. Germany (UK).

Melsungen.

Braun B. 2005. Safe and efficient fluid management. Ringerfundin® B. Braun

sharing expertise: Basic scientific information. [internet]. [diunduh 2015

Agustus 17]. Tersedia pada: http://www.bbraun.com.

Buchanan JW, Bücheler J. 1995. Vertebral scale system to measure canine heart

size in radiographs. JAVMA 206:194-199.

Burkovskiy I, Juan Zhou, Christian L. 2013. Use of Escherichia coli toxins in

sepsis models. Adv Biosc and Biotech. 4:424-429

Carcillo JA, Fields AI. 2002. Clinical practice parameters for hemodynamic

support of pediatric and neonatal patients in septic renjatan. Crit Care Med.

30(6): 1365-1378

Page 31: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

17

Doran C. 2011. Hydroxyethyl starch for resucitation of trauma patient. JR Army

Med Corps 153(3):154-159

Gardner A, Thompson MS, Fontenot D, Gibson N, Heard DJ. 2007. Radiographic

evaluation of cardiac size in flying fox species (Pteropus rodricensis, P.

hypomelanus, and P. vampyrus). Journal of Zoo and Wildlife Medicine 38

(2):192-200.

Goldstein B. 2005. The Members of the International Consensus Conference on

Pediatric Sepsis. International pediatric sepsis consensus conference:

definitions for sepsis and organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care

Med. 6: 2-7.

Guntur HA. 2008. SIRS, Sepsis dan Renjatan Sepsis (Imunologi, Diagnosis dan

Penatalaksanaan). Surakarta (ID): Sebelas Maret University Pr.

Hartanto WW. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian

Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran.

Lee MY, Lee SH, Lee SG, Park SH, Lee CY, Kim KH, Hwang S, Lim SY, Ahn

YK, Han HJ. 2007. Comparative analysis of heart functions in micro pigs

and conventional pigs using echocardiography and radiography. J Vet Sci.

8(1): 7-14.

Leksana E. 2009. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Renjatan dan Terapi

Cairan. Semarang (ID): CPD IDSAI Jateng-Bagian Anestesi dan Terapi

Intensif FK Undip.

Martin GS, Eaton S, Mealer M, Moss M. 2005. Extravascular lung water in

patients with severe sepsis: a prospective cohort study. Crit Care. 9:74-82.

Merx MW, Weber C. 2007. Sepsis and the Heart. Circulation. 116: 793-802.

Morgan JP, Wolvekamp P. 2004. Atlas of Radiology of the Traumatized Dog and

Cat. 2nd

edition. Hannover (DE): Schlütersche Verlagsgesellschaft mbH.

Nguyen HB, Rivers EP. 2005. The clinical practice of early goal-directed therapy

in severe sepsis and septic shock. Adv Sepsis. 4:126-133.

O'Brien JM, Ali NA, Aberegg SA, Abraham. 2007. Sepsis. Am J Med. 120:10 12-

1022

Permatasari HCA. 2013. Pengaruh pemberian Loading 500 cc hidroxylethil starch

130/0,4 (6%) terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada pasien anastesi

spinal sectio cesarea [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro

Priyantoro K, Lardo S, Yuniadi Y. 2010. Cardiac Dysfunction due to Sepsis. J

Karadiol Indones. 31:177-86.

Putri HY. 2014. Faktor risiko sepsis pada pasien dewasa di RSUD Dr. Kariadi

[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro

Runge MS, Greganti MA. 2009. Netter’s Internal Medicine 2nd

edition.

Philadelphia (USA): Saunders Elsevier. P.644-9

Schortgen F, Deye N, Bochard L. 2004. Preferred plasma volume expanders for

critically ill patients: result of an international survey. Intensive Care Med.

30:222-229.

Singh A, Carlin BW, Shade D, Kaplan PD. 2009. The use of hypertonic saline for

fluid resuscitation in sepsis. Crit care nurse Q. 32(1): 10-13.

Shih CC, Chen SJ, Chen A, Wu JY, Liaw WJ, Wu CC. 2008. Therapeutic effects

of hypertonic saline on peritonitis-induced septic shock with multiple organ

dysfunction syndrome in rats. Crit Care Med. 36:1867-1872.

Page 32: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

18

Smith FWK. 2009. Thoracic Radiography of Cardiac Disease. 81st

Western

Veterinary Conference 1:26-27.

Tayal R. 2004. Radiographic Diagnosis in Pet Practice. Di dalam Chander S:

Compendium of Training Pet Animal Practice. Hisar (IN): CCS Haryana

Agricultural University.

Thrall DE. 2002. Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. 4th

edition.

London (GB): WB Saunders Co.

Toombs JP, Wildmer WR. 1994. Evaluating Canine Cardiovascular

Silhouttes:Radiography Method and Normal Radiography Anatomy. Di

dalam Moon M, Diplomate: Radiology in Practice. New Jersey (US):

Veterinary Learning System.

Vincent JL, Abraham E. 2006. The last 100 years of sepsis. Am J Respir Crit Care

Med. 173:256-263.

Vincent, JL, Rello J, Marshall J, Silva E, Anzueto A, Martin CD, Moreno R,

Lipman J, Gomersall C, Sakr Y. 2009. EPIC II group of investigators: In-

ternational study of the prevalence and outcomes of in-fection in intensive

care units. JAMA. 302:2323-2329

Wittlinger M, Schla M, Conno ED, Z graggen BR, Reyes L, Booy C, Schimmer

RC. 2010. The effect of hydeoxyethil (HES 130/0,42 and HES 100/0,5) on

activated renal tubular ephitilial Cells. Crittical Care and Trauma. Vol.110,

no.2

Zander R. 2006. Fluid Management. Bibliomed. Germany (UK). Melsungen. 18-

31

Page 33: EVALUASI RADIOGRAFI JANTUNG ANAK BABI (Sus …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79500/1/B15ahs.pdf · Renjatan sepsis adalah gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan

19

RIWAYAT

Penulis dilahirkan di Sukabumi, 12 September 1992 sebagai anak pertama

dari dua bersaudara pasangan bapak Hery Suherna dan ibu Ati Rosniawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Sukawayana pada tahun

2005, dan melanjutkan pendidikan sekolah menegah pertama di SMPN 1 Cisolok

hingga lulus pada tahun 2008. Penulis berhasil menyelesaikan penididikan

sekolah menengah atas di SMAN 1 Sukabumi pada tahun 2011. Pada tahun 2011

pula penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai organisasi, penulis pernah

menjadi pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa LISES Gentra Kaheman pada tahun

2012-2014, penulis juga pernah menjabat sebagai wakil ketua HIMPRO Satwaliar

periode 2014. Penulis pernah mengikuti beberapa kepanitiaan di FKH IPB, salah

satunya, penulis pernah menjadi ketua kegiatan Mahasiswa Abdi Nusantara di

Provinsi Riau pada tahun 2014.