Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN
MENGGUNAKAN FORMULA SRK/T
PADA PASIEN KATARAK SENILIS
YANG DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI
TESIS
Oleh :
HENDRA GUNAWAN
137041164
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RS KHUSUS MATA MEDAN BARU
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN
MENGGUNAKAN FORMULA SRK/T
PADA PASIEN KATARAK SENILIS
YANG DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Magister Kedokteran Ophthalmology
dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh :
HENDRA GUNAWAN
137041164
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RS KHUSUS MATA MEDAN BARU
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Judul Penelitian : EVALUASI PERUBAHAN TAJAM
PENGLIHATAN MENGUNAKAN
FORMULA SRK/T PADA PASIEN
KATARAK SENILIS YANG DILAKUKAN
TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI
Nama Mahasiswa : Hendra Gunawan
Nomor Induk Mahasiswa : 137041164
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Menyetujui
Pembimbing I
dr. Delfi, M.Ked (Oph), SpM (K)
NIP. 19670922 199803 1 05
Pembimbing II
dr. Bobby R. E . Sitepu, M.Ked (Oph), SpM
NIP. 19740904 200501 1 002
Program Magister Kedokteran Klinik Dekan
Ketua Program Magister
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), SpM (K) Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K)
NIP. 19760417 200501 2 001 NIP. 19660524 199203 1 002
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada :
Tanggal : 26 Februari 2018
Penguji :
Penguji I Penguji II
Prof. dr. Aslim D. Sihotang, SpM (KVR) dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), SpM
Penguji III
drs. Abdul Jalil Armi, M.Kes
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Kesehatan Mata
FK USU/RSUP H. Adam Malik
dr. Hj. Aryani A. Amra, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
Universitas Sumatera Utara
Tanggal lulus : 26 Februari 2018
Telah di uji pada
Tanggal : 26 Februari 2018
PANITIA PENGUJI TESIS
Penguji I : Prof. dr. Aslim D. Sihotang, SpM (KVR) ……………
Penguji II : dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), SpM ……………
Penguji III : drs. Abdul Jalil Armi, M.Kes ……………
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan maupun
dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Hendra Gunawan
NIM : 137041164
Tanda Tangan :
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Hendra Gunawan
NIM : 137041164
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non Exclusive Free
Right) atas tesis saya yang berjudul :
“EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGUNAKAN
FORMULA SRK/T PADA PASIEN KATARAK SENILIS YANG
DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini. Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Februari 2018
Yang Menyatakan
(Hendra Gunawan)
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Keakuratan pemeriksaan biometri sangat
bermanfaat pada operasi katarak untuk mengurangi kesalahan refraksi dan hasil
tajam penglihatan yang baik. Setelah operasi diharapkan tercapai target tajam
penglihatan yang emetropia
Metode: Jumlah sampel 45 orang katarak senilis yang dilakukan fakoemulsifikasi
dengan mengunakan formula SRK/T pada alat optical biometry di Poliklinik Mata
RSK Mata Medan Baru mulai dari bulan Januari – Februari 2018. Setiap pasien
diperiksa visus, dilakukan pemeriksaan biometri berupa Axial Length (AL)
pendek, sedang dan panjang dan Anterior Chamber depth (ACD) dan power IOL,
lalu dilakukan follow-up visus hari ke-7, 14, dan 30 paska operatif.
Hasil : Jumlah pasien katarak yang dilakukan tindakan fakoemulsifikasi 45 orang
(45 mata), perubahan tajam penglihatan terlihat lebih banyak pada axial length
sedang sebanyak 15 mata, dibanding axial length pendek dan sedang.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan perubahan tajam penglihatan dengan AL
pendek, sedang dan panjang dengan menggunakan formula SRK/T.
Kata Kunci : Fakoemulsifikasi, SRK/T, Axial Length
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
Objective: The accuracy of biometric examination is very useful in cataract
surgery to reduce refractive errors and best vision results. After the operation, it is
expected to achieve target vision as emmetropia.
Method: The total of 45 senile cataracts performed by phacoemulsification.
Power IOL using Formula SRK/T, axial length, and anterior chamber depth
measured by using Optical Biometry ( IOL Master 500®
) at Medan Baru Eye
Centre Hospital from January to February 2018. After phacoemulsification each
visual acuity of the patient was being examined then performed follow-up on
days to 7, 14, and 30 post operative.
Results: The number of cataract patients performed 45 phacoemulsification,
visual acuity result is better in medium axial length as much as 15 eyes, compared
to short and long axial length.
Conclusions: There is no significant correlation between changing of vision and
short, moderate and long axial length using the SRK / T formula.
Keywords: phacoemulsification, SRK / T, axial length
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya serta telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini dibuat untuk memenuhi sebagian
dari persyaratan dalam meyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara / RSUP H. Adam Malik Medan/RS Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak
di masa yang akan datang. Untuk itu perkenankanlah saya menyampaikan
ungkapan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya kepada :
1. dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Ketua
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara / RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara, yang
telah banyak memberikan masukan dan bantuan yang berharga dalam
penyusunan dan pelaksanaan penelitian.
2. Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /
RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak memberikan masukan dan dorongan dalam membantu saya
meyelesaikan tesis ini.
3. dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), Sp.M selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H.
Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
masukan dan dorongan dalam membantu saya meyelesaikan tesis ini.
4. dr. Delfi, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Sekretaris Program Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan /RS
Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing tesis saya yang
telah banyak memberikan masukan dan dorongan dalam membantu saya
meyelesaikan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
iv
5. dr. Bobby R.E Sitepu, M.Ked (Oph), Sp.M selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang
sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
6. Prof. dr. Aslim D Sihotang, Sp.M (KVR) sebagai guru yang telah banyak
membimbing dan memberikan masukan yang tak ternilai harganya.
7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma. M.Kes selaku dosen pembimbing dalam bidang
statistik pada penelitian ini.
8. (Alm) dr. Suratmin, Sp.M (K), (Almh) dr. Nurchaliza H Siregar, M.Ked
(Oph), Sp.M, (Alm) Dr. H. Syaiful Bahri, Sp.M sebagai guru yang telah
banyak memberikan bimbingan dan masukan yang tak ternilai harganya.
Moga kiranya Allah SWT meletakkan Almarhum dan Almarhumah disisi
orang yang beriman disisiNya.
9. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas
Sumatera Utara atas bimbingan dan arahannya yang sangat bermanfaat dalam
penelitian dan penulisan tesis ini.
10. Abang, kakak dan teman-teman sejawat Ilmu Kesehatan Mata dr. Vera
Avliwani, dr. Ayrika Yuliani, dr. Amelia Rizar, dr. Erli Nur Magdalena Sari
Lubis, dr. Julia Sari, dr. Dwi Maysaroh Arsa, dr. Putri Amriany Nur,
dr. Muhammad Faisal, dr. Serly Indah Puspitasari, dr. Sri Ulina Ginting,
dr. Julham Alandy, dr. Zulfahri Lubis, dr. Elyani Rahman, dr. Ratu Windi
Meidiana, dr. Franky Frans Sihombing, dr. Tari Adrian, dr. Dedi Saputra,
dr. Cut Apriliza Novita, dr. Faiza Sofia Sari, dr. Erick Yudistira, dr. Barii
Hafidh Pramono, dr. Farid Alfarisy, dr. Rafika Rahman, dan dr. Lidiawati
Manik dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru dan staf yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peneliti
dalam menjalani penelitian.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam terlaksananya peneltian serta penulisan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
v
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya Drs.H. Chalid
Sahuri, MS dan Hj. Elliarni, SE, M.Si, yang tidak pernah putus asa dan tidak
pernah lelah memberikan doa, perhatian, semangat, dukungan materi dan tenaga,
serta kasih sayang dan kepercayaan sehingga akhirnya tesis ini dapat saya
kerjakan dan saya selesaikan.
Kepada Kakak saya Nina Angelia, S.Sos, M.Si, serta Abang Ipar saya Adi
Rohim Fadjri, SE dan kedua ponakan tercinta, Khanza Kinanti Azahra dan
Khalisa Askadina Naira, Terimakasih atas segala doa, bantuan, dorongan, dan
semangat yang telah diberikan selama ini.
Seluruh keluarga dan handai taulan yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan
bantuan serta doa selama ini, saya mengucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2018
dr. Hendra Gunawan
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.3.1. Tujuan Umum ......................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................... 4
1.4. Manfaat Peneltian ................................................................ 4
1.5. Hipotesa ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa ............................................... 6
2.2. Katarak Senilis ..................................................................... 7
2.3. Biometri ............................................................................... 8
2.4. Formula IOL ........................................................................ 10
2.4.1. Formula IOL Generasi Ke-1 .................................... 11
2.4.2. Formula IOL Generasi Ke-2 .................................... 12
2.4.3. Fomula IOL Generasi Ke-3 ..................................... 12
2.4.4. Formula IOL Generasi Ke-4 .................................... 13
2.5. Fakoemulsifikasi .................................................................. 13
2.6. Fakodinamik ........................................................................ 15
2.7. Kerangka Teori .................................................................... 16
2.8. Kerangka Konsep ................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 18
3.1. Rancangan Penelitian ........................................................... 18
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 18
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 18
3.4. Perkiraan Besar Sampel ....................................................... 18
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................... 19
3.6. Persetujuan/Informed Consent ............................................. 19
3.7. Etika Penelitian .................................................................... 19
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian ............................................ 20
3.9. Bahan dan Alat..................................................................... 22
3.10. Identifikasi Variabel ............................................................ 22
3.11. Defenisi Operasional............................................................ 23
Universitas Sumatera Utara
vii
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data ............................... 24
3.13. Personalia Penelitian ............................................................ 24
3.14. Rincian Biaya Penelitian ...................................................... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 25
4.1. Deskripsi Karakteristik Responden ..................................... 25
4.2. Pengaruh Formula SRK/T Dengan Menggunakan IOL
Master Pada Axial Length Pendek, Sedang dan Panjang..... 27
4.3. Pembahasan ......................................................................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 34
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 34
5.2. Saran .................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. vi
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pengukuran dengan IOL Master ............................................... 9
Gambar 2.2. Teknik Fakoemulsifikasi .......................................................... 13
Gambar 3.1. Cara Kerja ................................................................................. 21
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Demografi Pada Mata Pasien dengan Berbagai AL ... 25
Tabel 4.2. Karakteristik Jenis Kelamin dengan berbagai Axial Length ....... 26
Tabel 4.3. Karakteristik Tajam Penglihatan sebelum Tindakan
Fakoemulsifikasi ......................................................................... 27
Tabel 4.4. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL
Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T ......................................................................................... 27
Tabel 4.5. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL
Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T ......................................................................................... 28
Tabel 4.6. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL
Sedang Post Fakoemulsifikasi Menggunakan Formula SRK/T . 29
Tabel 4.7. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL
Sedang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T ......................................................................................... 29
Tabel 4.8. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL
Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T ......................................................................................... 30
Tabel 4.9. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL
Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T ......................................................................................... 31
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR SINGKATAN
AL : Axial Length
ACD : Anterior Chamber Depth
D : Dioptri
IOL : Intra Ocular Lens
H0 : Hari sebelum fakoemulsifikasi
H7 : Hari ke-7 kontrol setelah fakoemulsifikasi
H14 : Hari ke-14 kontrol setelah fakoemulsifikasi
H30 : Hari ke-30 kontrol setelah fakoemulsifikasi
OD : Oculi Dextra
OS : Oculi Sinistra
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa
yang terjadi karena hidrasi atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat keduanya yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Katarak bisa
menyebabakan berbagai komplikasi bahkan sampai terjadinya kebutaan.1,2
Katarak adalah penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir
setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari
daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan
terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang
mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi katarak di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1.8%, sedangkan di Sumatera Utara prevalensi
katarak sebesar 1.4%.2
Tindakan operasi katarak adalah operasi mata yang paling sering
dilakukan di dunia. Dengan teknologi canggih dan perbaikan dalam teknik bedah,
hasil bias final dan kepuasan pasien sangat penting untuk menentukan
keberhasilan prosedur ini. Untuk mencapai hasil yang optimal, biometri pra
operasi harus akurat dan rumus formula untuk mengukur kekuatan IOL yang
akurat harus digunakan.3
Kalkulasi kekuatan lensa intraokuler merupakan persamaan untuk
menentukan ukuran lensa intraokuler yang tepat, berhubungan dengan berbagai
variabel antara lain panjang bola mata (axial length), hasil keratometri dan
kedalaman bilik mata depan (ACD). Keakuratan pemeriksaan biometri sangat
bermanfaat pada operasi katarak untuk mengurangi kesalahan refraksi dan hasil
tajam penglihatan yang baik. Setelah operasi diharapkan tercapai target tajam
penglihatan yang emetropia tanpa menggunakan kacamata atau lensa kontak.4
Perhitungan formula lensa intraokular (IOL) telah berkembang sejak tahun
1949 ketika Harold Ridley menananamkan IOL pertama pada mata manusia.
Terdapat berbagai teori dan regresi rumus yang tersedia untuk perhitungan daya
Universitas Sumatera Utara
2
IOL. Terdiri dari Holladay 1, Hoffer Q, SRK-T (dikenal sebagai formula generasi
ketiga) dan Holladay 2, Haigis, dan Olsen sebagai formula generasi keempat atau
yang lebih baru. Meskipun formula generasi ketiga dan keempat terbukti cukup
baik dalam menghitung kekuatan IOL pada mata dengan panjang aksial rata-rata,
namun tidak ada konsensus umum yang menilai formula mana yang digunakan
untuk pengukuran IOL pada mata dengan panjang aksial pendek, sedang dan
panjang.5-10
Ketepatan pengukuran kekuatan lensa sangat bermanfaat, mengingat
sebagian besar kesalahan perhitungan adalah saat dilakukannya pemeriksaan
biometri dan keratometri. Hasil optimal untuk lensa intra okuler yang baru
dikembangkan seperti lensa torik, multifokal, akomodatif, dan aspherik juga
tergantung pada keakuratan pengukuran biometri. Berkembangnya kemajuan alat-
alat untuk pengukuran panjang bola mata dan penggunaan formula lensa intra
okuler menuntut dokter mata mempunyai pemahaman dasar mengenai hubungan
antara status refraksi sebelumnya dan kesalahan yang mungkin terjadi pada
perhitungan kekuatan lensa intra okuler.11
Hal ini sangat penting oleh karena kesalahan pengukuran sebesar 0,1 mm
akan mengakibatkan gangguan refraksi pasca operasi hingga 0,28 D.Namun
dengan ditemukannya alat optical biometry, ketepatan pengukuran panjang aksis
bola mata telah meningkat secara signifikan. Dengan menggunakan optical
biometry, target refraksi pasca operasi dapat dicapai hingga ± 0.50 D pada 62.5%
kasus dan ± 1.00 D pada 92.4% kasus. Pencapaian tersebut sangat besar bila
dibandingkan dengan pengukuran yang menggunakan alat ultrasound yang
mencapai target refraksi sebesar ± 0.50 D hanya pada 45.5% kasus dan ± 1.00 D
pada 77.3% kasus.8,9
Sebelumnya, biometri ultrasound atau yang dikenal dengan A-scan
aplanasi adalah teknik yang paling sering digunakan untuk mengukur axial length,
namun baru-baru ini dikembangkan metode baru dalam pengukuran keakuratan
axial length metode ini bernama interferometri laser koherensi parsial (PCI). Axial
length yang diukur menggunakan A-scan ultrasound aplanasi dapat menyebabkan
kesalahan pengukuran dan menciptakan hasil tajam penglihatan paska operatif
yang tidak diinginkan, hal ini mungkin disebabkan oleh kelengkungan bola mata
Universitas Sumatera Utara
3
dan pengukuran panjang sumbu bola mata diluar sudut oleh transduser terutama
pada mata dengan miopia berat.12,13,14
Pengukuran panjang aksis bola mata tidak lagi menjadi sumber utama
kesalahan dalam perhitungan kekuatan lensa intraokuler bila menggunakan alat
optical biometry. Suatu penelitian melaporkan bahwa pengukuran menggunakan
optical biometry (IOLMaster, Carl Zeiss Meditec AG) pada pasien dengan aksis
bola mata yang panjang cenderung untuk memberikan hasil hipermetropia pasca
operasi katarak .Secara teori, kesalahan pengukuran panjang aksis bola mata akan
lebih nyata pada penderita miopia tinggi, yang memiliki aksis bola mata panjang
dan sklera yang kurang kaku. Selain penekanan kornea saat pemeriksaan biometri,
adanya stafiloma posterior pada penderita miopia yang sangat tinggi juga dapat
menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran panjang aksis bola mata.10,15,16
Penelitian yang membahas biometri preoperatif dan paska operatif
menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan sebesar 54% pada prediksi refraksi
setelah implantasi IOL dapat disebabkan oleh kesalahan pengukuran axial length,
8 % karena kesalahan pengukuran kekuatan kornea, dan 38% karena perkiraan
kedalaman bilik mata depan yang salah dalam melakukan pemeriksaan biometri
preoperatif.13
Sebuah penelitian yang dilakukan JK Wang di China mengenai SRKT,
SRKT adalah formula generasi ketiga yang paling akurat, penggunaan data IOL
Master dengan SRKT menghasilkan refraksi yang paling tepat.15
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai evaluasi perubahan tajam penglihatan menggunakan formula
SRK/T pada pasien katarak senilis yang dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi.
Kemudian memeriksa tercapai atau tidaknya target operasi dengan melakukan
penilaian visus.
Universitas Sumatera Utara
4
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perubahan tajam penglihatan menggunakan formula SRK/T
pada pasien katarak senilis yang dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi tajam penglihatan dengan menggunakan Formula
SRK/T pada penderita katarak senilis yang menjalani Fakoemulsifikasi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi demografi penderita katarak senilis.
2. Untuk mengetahui penilaian tajam penglihatan pada AL pendek setelah
dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T
pada IOL Master.
3. Untuk mengetahui penilaian tajam penglihatan pada AL sedang setelah
dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T
pada IOL Master.
4. Untuk mengetahui penilaian tajam penglihatan pada AL panjang setelah
dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T
pada IOL Master.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dan sejawat mengenai
pemilihan formula SRK/T dengan menggunakan IOL Master pada AL
pendek, sedang dan panjang pada bedah Fakoemulsifikasi.
2. Memberikan data dan informasi mengenai kejadian katarak sebelum dan
setelah operasi katarak sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga berhubungan dengan
tajam penglihatan yang optimal demi kualitas hidup yang baik.
Universitas Sumatera Utara
5
1.5. Hipotesa
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka dapat dirumuskan
hipotesa sebagai berikut: adanya pengaruh formula SRK/T pada axial length
pendek, sedang, dan panjang pada bedah Fakoemulsifikasi.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Jaringan ini berasal dari jaringan ektodermal.1
Lensa ini memiliki tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa ini digantung oleh
zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah
anterior lensa terdapat akuos humor dan disebelah posterior terdapat vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan
elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik.17
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau pun saraf di lensa.17
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya yang diterima dan
akan diteruskan ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh,
otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi
lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama
fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan
benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat
fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan
sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0 Dioptri.17,18
Universitas Sumatera Utara
7
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari akuos humor dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar
natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan
keluar ke akuos humor, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke
bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga
untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogen.17,18
2.2 Katarak Senilis
Katarak Senilis adalah sesuatu kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan
penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif.
Katarak senilis menjadi salah satu penyebab kebutaan di dunia saat ini.17,18
Komponen terbanyak dalam struktur suatu lensa adalah air dan protein.
Dengan bertambah tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga
kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia lanjut akan
terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang mengakibatkan
nukleus lensa terdesak dan mengeras atau yang dikenal sebagai sklerosis nuklear.
Pada saat usia lanjut ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya
protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks
refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi
lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear
lensa. 18
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan
pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning
Universitas Sumatera Utara
8
keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan
(pandangan kabur/buram) pada seseorang.18
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil
berwarna putih dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai
lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit
dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus
bisa hilang sama sekali.18
2.3. Biometri
Awal munculnya implantasi IOL yang dilakukan oleh Harold Ridley pada
tahun 1946, memberikan hasil yang cukup mengejutkan karena power IOL yang
ditanam ternyata memberikan hasil yang ukurannya sangat berlebihan. Pada saat
itu paska operasi yang diperoleh hasilnya menjadi spheris -12.00 dengan cylindris
+6.00 axis 30 derajat. Kejadian ini menstimulasi timbulnya beberapa penelitian
untuk memperkirakan power IOL yang sebaiknya diimplantasikan, dimana pada
saat itu belum pernah dilakukan teknologi ultrasound untuk mengukur panjang
bola mata (axial length) dan juga belum ditemukannya formula IOL yang
dikembangkan.19
Ada 3 faktor dalam menentukan akurasi dari power IOL yang akan
diperiksa yaitu panjang bola mata (axial length), kurvatura kornea yang sekaligus
menentukan kekuatan refraksi kornea (K readings) dan posisi IOL didalam mata.
Penggunaan mesin ultrasound biometry USG A-scan oleh Kenneth Hoffer di
Amerika pada tahun 1974 untuk pengukuran lensa tanam semakin dikenal, juga
pada saat itu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan formula IOL yang
memunculkan produksi dari mesin-mesin biometri dalam pengukuran power IOL.
19
Baru-baru ini telah dikembangkan alat pengukuran power IOL optical
biometry yang dikenal dengan IOL Master yang sangat efesien, yang mana alat
tersebut menggunakan gelombang laser untuk mengukur panjang bola mata.
Optical biometry ditemukan pada tahun 1990 dan diperkenalkan dengan nama
dagang IOL Master. Alat ini bersifat non-kontak dan telah terbukti keakuratannya
dalam mengukur axial length dan juga sekaligus mengukur radius kurvatur kornea
Universitas Sumatera Utara
9
(corneal power) dan bilik mata depan, sehingga dalam satu kali pemeriksaan
dalam waktu yang singkat (1 menit) dapat diperoleh ukuran power IOL.19,20,21,22,23
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan sinar laser infrared
dengan panjang gelombang 780 nm, dipancarkan memasuki bola mata hingga
mencapai fovea sampai ke lapisan pigment epitel retina kemudian dipantulkan
kembali ke instrumen. Pasien diminta untuk memfiksasi penglihatannya pada
sumber cahaya untuk meyakinkan kesejajaran axis dengan fovea. Pada gambar
dibawah ini memperlihatkan beberapa parameter yang dapat diukur sekaligus
diantaranya axial length, anterior chamber depth, keratometry dan white to white
diameter. 21,22,23
Gambar 2.1. Pengukuran dengan IOL Master23
Terdapat beberapa kelebihan dari optical coherence biometry, yaitu optical
biometry dapat mengukur mata yang pseudophakik, aphakia, phakia , silicone oil
tanpa harus mengkonversi persamaan kecepatan. Selain itu dapat pula digunakan
pada kondisi-kondisi tertentu seperti pada pasien miopia tinggi yang terdapat
stafiloma posterior.21,22
Universitas Sumatera Utara
10
2.4 Formula IOL
Pada masa awal kemunculan dan diperkenalkannya formula IOL, masing-
masing formula selalu dapat digolongkan dalam salah satu dari dua kelompok,
yaitu Theoretical formula, yang mana formula ini diperoleh dari prinsip-prinsip
teori optik dan geometrik berdasarkan penelitian pada mata tiruan (schematic eye)
, dan yang kedua adalah Empirical formula, dimana formula ini diperoleh dari
hasil analisa data-data retrospektif. Namun, pada era baru ini formula IOL yang
mutkahir adalah gabungan dari teori-teori dan pengamatan empiris sehingga
disebut juga hybrid formula. Semua formula IOL tersebut membutuhkan hasil
keratometer yang akurat agar didapatkan prediksi power IOL yang tepat. 19
Rumus umum yang digunakan pada Theoretical formula adalah sebagai
berikut19
:
IOL = 1336 1336
AL – ELP 1336 - ELP
1000 + K
1000 - V
DPostRX
Universitas Sumatera Utara
11
Dimana :
IOL = Power IOL
AL = Axial length
ELP = Estimated lens position (estimasi posisi lensa)
K = Keratometer
V = Vertex distance
DpostRX = Desire refraction (refraksi paska operasi yang diinginkan)
Berdasrkan perkembangannya, formula IOL dapat dikelompokkan menjadi
beberapa generasi, yaitu mulai dari formula IOL generasi ke-1 sampai dengan
generasi ke-4, yakni formula IOL yang paling mutakhir dan lazim digunakan saat
ini.19
2.4.1. Formula IOL Generasi Ke-1
Semua formula IOL yang muncul pada era sebelum 1980-an, baik formula
yang teoritik maupun empiris, dikelompokkan dalam formula generasi ke-1.
Formula IOL generasi ke-1 yang perlu diutarakan disini adalah SRK I. Beberapa
tokoh yang dapat disebutkan antara lain : Fedorov dan Kolinko (1967),
Colenbrander (1972), Thijssen (1975), Van der Heijde (1975), Hoffer (1974),
Binkhrost (1975), Lloyd dan Gills (1978), dan Retzalf, Sanders dan Kraff (1980).
Berbagai jenis formula tersebut berbeda dalam beberapa hal untuk menentukan
power IOL berdasarkan panjang bola mata (axial length) dan keratometry, tetapi
semua formula tersebut menggunakan konstanta 4 mm untuk memprediksi
kedalaman bilik mata dengan paska implantasi IOL (predicted anterior chamber
depth atau effective lens position). Pada masa itu, menggunakan konstanta 4mm
untuk memprediksi kedalaman bilik mata depan paska operasi tidak terlalu
mengganggu ketepatan power IOL, karena jenis IOL yang tersedia biasanya
menggunakan iris sebagai pegangan (iris clip lens). Setelah berkembangnya
anterior chamber maupun posterior chamber IOL, formula IOL menjadi kurang
tepat.19,22
Universitas Sumatera Utara
12
2.4.2 Formula IOL Generasi Ke-2
Berkembangnya formula IOL generasi ke-2 ini muncul pada tahun 1981,
Binkhort memulai perkembangan formula IOL generasi ke-2 dengan
menggunakan 1 variabel, yaitu variabel panjang bola mata (axial length), untuk
memprediksi posisi efektif lensa paska operasi (effective lens position). Beberapa
tokoh lainnya yang juga berperan meningkatkan ketepatan prediksi power IOL
dan termasuk dalam formula generasi ke-2 antara lain : Hoffer (1983), Shammas
(1984), Sanders dkk mengeluarkan formula SRK II (1988), Holladay, Thompson-
Maumence dan Donzis.19
2.4.3 Fomula IOL Generasi Ke-3
Perkembangan formula IOL generasi ke-3 ini dipelopori oleh Holladay
pada tahun 1988, dia menggunakan dua buah variabel untuk memprediksi ELP
(effective lens positition), yaitu variabel panjang bola mata dan keratometry.
Kebanyakan formula IOL generasi ke-3 ini termasuk dalam hybrid formula, yaitu
formula yang diperoleh dari gabungan formula secara teoritis maupun empiris.
Holladay (1988) memperhitungkan kedalaman bilik mata depan berdasarkan rata-
rata power kornea, faktor ketebalan retina dan memperkenalkan konsep surgeon
factor. Nilai surgeon factor berkisar antara -4 sampai +4. Jika posisi IOL
direncanakan persis sejajar dengan iris (iris fixated lens), maka angka surgeon
factor untuk IOL tersebut adalah 0 (nol). Angka-angka ini dikeluarkan oleh
masing-masing produsen IOL.19
Formula SRKT sebagai salah satu formula IOL generasi ke-3 dikenalkan
pertama kali oleh Retzlaff pada tahun 1990, formula SRKT dikeluarkan dengan
menambahkan faktor koreksi terhadap ketebalan retina. Formula SRKT populer
karena tetap mengambil penggunaan A constant yang sudah biasa digunakan oleh
para oftalmologis. Kenneth Hoffer pada tahun 1993 memperkenalkan formula
terbaru yang dikenal dengan formula Hoffer Q.19
Universitas Sumatera Utara
13
2.4.4 Formula IOL Generasi Ke-4
Formula generasi ke-4 yang dipelopori oleh Olsen pada tahun 1995 dan
Jack T. Holladay pada tahun 1997. Olsen menggunakan empat variabel pre-
operatif untuk memprediksi Effective Lens Position (ELP) yaitu : axial length,
keratometry, preoperative anterior chamber depth dan lens thickness. Sedangkan
Holladay menggunakan tujuh variabel pre-operatif untuk memprediksi posisi IOL
paska operasi.19
2.5. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular
dimana setelah dilakukan pembukaan kapsul anterior dengan kapsuloreksis,
nukleus lensa diemulsifikasi dan selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin
fakoemulsifikasi. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan
hanya perlu membuat luka irisan sekitar 1.8-3.0 milimeter saja. Dengan alat ini
lensa dipecah dalam beberapa bagian, yang selanjutnya dihisap dengan alat.
Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam (Foldable Intra Oculer
Lens).19.24.25
Gambar 2.2. Teknik Fakoemulsifikasi26
Universitas Sumatera Utara
14
Keuntungan menggunakan teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko
infeksi kecil, tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat sehingga pasien lebih
nyaman. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat
dilakukan tanpa harus menunggu matang. Kendalanya adalah biaya untuk operasi
fakoemulsifikasi ini relatif mahal. Operasi dilakukan dengan bius lokal dan
membutuhkan waktu antara 20-30 menit. Pasien tidak perlu rawat inap sesudah
dilakukan operasi dan boleh beraktifitas seperti biasa.25,27
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan
keuntungan insisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu.27
Operasi mata fakoemulsifikasi melibatkan penggunaan mesin dengan
dinamika fluida mikroprosesor yang dikendalikan. Hal ini dapat berdasarkan pada
prinsip peristaltik atau sebuah pompa tipe venturi. Probe fakoemulsifikasi adalah
sebuah handpiece ultrasonik dengan titanium atau jarum baja. Ujung jarum
bergetar pada frekuensi ultrasonik untuk memahat dan mengemulsi katarak saat
pompa aspirasi partikel melalui ujung. Dalam beberapa teknik, alat berupa baja
halus kedua yang disebut “chopper” digunakan dari posisi sebelah kiri untuk
membantu dengan memotong nukleus ke dalam potongan-potongan yang lebih
kecil.19,28
Katarak biasanya terbagi menjadi dua atau empat bagian dan masing-
masing bagian akan diemulsi dan disedot keluar oleh penghisap. Emulsifikasi
nukleus memudahkan dalam aspirasi partikel. Setelah menghapus semua lensa
pusat nukleus yang keras dengan fakoemulsifikasi, lensa luar korteks yang lebih
lembut dihapus hanya dengan dihisap.19,28
Irrigation-aspiration probe atau sistem bimanual digunakan untuk
membuang area masalah selaput yang tersisa, sementara meninggalkan kapsul
posterior utuh. Seperti prosedur ekstraksi katarak lainnya, implan lensa
intraokular (IOL) ditempatkan ke dalam kapsul lensa yang tersisa. Sayatan harus
diperbesar untuk menanamkan PMMA IOL.19,28
Universitas Sumatera Utara
15
Untuk menanamkan foldable IOL, sayatan tidak perlu diperbesar.
Foldable IOL terbuat dari silikon atau daya akrilik yang dilipat baik menggunakan
dudukan maupun perangkat penyisipan yang disediakan bersama dengan IOL.
IOL kemudian dimasukkan dan ditempatkan dalam ruang posterior dalam
kantong kapsuler (in-the-bag implantation). Karena memerlukan sayatan yang
kecil jahitannya pun hanya diperlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan
jahitan sama sekali, dan waktu pemulihan yang diperlukan pasien biasanya lebih
sedikit jika menggunakan foldable IOL.19,28
2.6. Fakodinamik
Fakodinamik adalah suatu keadaan dimana aliran cairan yang masuk ,
dinamika cairan saat berada didalam mata serta saat cairan keluar dari mata
melalui mesin atau sistem fakoemulsifikasi. Fakoemulsifikasi pada bedah katarak
bertujuan untuk menghancurkan nukleus lensa agar dapat dikeluarkan dari mata
melalui sayatan yang sangat kecil, yaitu dengan menyedot massa lensa yang sudah
hancur tersebut kedalam mesin dengan memanfaatkan aliran cairan. Mesin fako
mempunyai dua fungsi yaitu untuk menghancurkan nukleus lensa dan
kemampuan mengatur aliran cairan.19
Mesin fakoemulifikasi mampu menghancurkan massa lensa yang sangat
besar dengan getaran 20m/ detik dan kecepatan berkisar 500.000 G, disamping itu
juga mampu mengalirkan cairan sebanyak 25-40 ml/menit dengan kecepatan
aliran 0,65m/ detik dalam keadaan tidak tersumbat.19
Mekanisme aliran cairan tidak sama tergantung sistem yang digunakan
mesin fakoemulsifikasi, dibagi menjadi sistem peristaltik, venturi dan diafragma.
Pada mesin fakoemulsfikasi, terdapat bagian – bagian yang perlu diperhatikan
seperti Phaco handpiece, Irigation – Aspiration (I/A) handpiece, dan pedal kaki.19
Universitas Sumatera Utara
16
2.7. Kerangka Teori
Sintesa Protein Menurun
- Perubahan
Anatomi Kamera
Okuli Anterior
- Perubahan
Kapsul Posterior
- Lepasnnya
zonula zinnii
- Perubahan sudut
iridocorneal Perubahan :
Tajam Penglihatan
Degeneratif
Denaturasi Protein
Kekeruhan Lensa
Katarak Senilis
Fakoemulsifikasi + Formula SRK/T
Universitas Sumatera Utara
17
2.8. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kerangka yang menggambarkan mengenai
elemen yang akan diteliti. Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan
kepustakaan maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Variabel Independen Variabel Dependen
Fakoemulsifikasi
Formula SRK/T - Axial Length Pendek
- Axial Length Sedang
- Axial Length Panjang
Universitas Sumatera Utara
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan pada penelitian ini adalah observasional prospektif serial
analitik yakni mengamati data yang didapat dan dilakukan analisa kedepannya.
Data diambil dari kelompok subjek yang dibagi dalam tiga kelompok dengan
menggunakan ketiga variablenya dan dianalisa.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Poliklinik Mata di Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru
Waktu : Direncanakan mulai Januari 2018 –Februari 2018
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah pasien katarak Poliklinik Mata di Rumah Sakit
Khusus Mata Medan Baru. Sampel Penelitian adalah pasien Katarak di Poliklinik
Mata Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Sampel penelitian ditentukan sesuai rumus untuk penelitian ini :
2
2
)1()2/1( )1())1(
ao
aaoo
PP
PPZPPZn
dimana :
)2/1( Z
= deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
)1( Z
= deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
0P = proporsi penderita katarak senilis = 0,014 (1,4%)
2
aP = perkiraan penderita katarak senilis yang diteliti, sebesar = 0,114
(11,4%)
aPP 0 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,10
Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 37 orang (37 mata).
Universitas Sumatera Utara
19
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
a. Pasien katarak berusia ≥ 40 tahun yang menjalani operasi fakoemulsifikasi di
RS Khusus Mata Medan Baru Medan.
b. Pasien dengan visus ≤ 6/60
c. Penderita yang datang untuk follow up sebelum operasi, hari ke 7, 14, dan 30
setelah operasi katarak dengan teknik fakoemuksifikasi.
d. Penderita setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian.
Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang mengalami komplikasi intra operasi dan paska operasi katarak.
b. Pasien yang tidak datang kontrol post operasi
c. Pasien dengan kelainan segmen anterior
d. Pasien yang tidak kooperatif
e. Pasien dengan kelainan sistemik
3.6. Persetujuan/Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan setelah dilakukan
penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan penelitian
ini.
3.7. Etika Penelitian
a. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian di bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RS Khusus
Mata Medan Baru.
b. Mengajukan surat izin penelitian “ethical clearance” dari Komite Etika
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran USU ke tempat penelitian di RS
Khusus Mata Medan Baru.
c. Melakukan pengumpulan data penelitian di poliklinik mata RS Khusus Mata
Medan Baru.
Universitas Sumatera Utara
20
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
1. Penjelasan kepada pasien yang memenuhi kriteria inklusi mengenai cara-cara
pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Pencatatan identitas semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi.
3. Dilakukan pemeriksaan visus dengan snellen chart, pemeriksaan tekanan bola
mata dengan Tonometri Non-Kontak (NCT-200).
4. Dilakukan pemeriksaan segmen anterior dan segmen posterior dengan slit
lamp dan funduskopi direct.
5. Dilakukan pengukuran axial length, anterior chamber depth dan power iol
dengan menggunakan biometri (IOL Master 500) dengan menggunakan
formula SRK/T, subjek penelitian di bagi 3 kelompok (kelompok 1, AL <
23mm = AL Pendek, kelompok 2, AL 23-24mm = AL Sedang, dan kelompok
3, AL > 24mm = AL Panjang)
6. Dilakukan tindakan fakoemulsifikasi.
7. Pada hari ke 7, 14, dan 30 paska operasi, di follow up dan dilihat kemajuan
tajam penglihatan dengan snellen chart.
8. Dilakukan analisa data.
Universitas Sumatera Utara
21
Alur Penelitian
Populasi : Seluruh penderita katarak
Gambar 3.1. Cara Kerja
Kriteria Inklusi
Sampel Penelitian :
Katarak senilis yang menjalani operasi
fakoemulsifikasi
Pemeriksaan dengan
menggunakan IOL Master +
Formula SRK/T
Sebelum Operasi
(Evaluasi H0)
Axial Length
Pendek
Axial Length
Panjang
Tajam Penglihatan
Setelah Operasi
(Evaluasi H 7,14,30)
Analisa Data
Kriteria Eksklusi
Axial Length
Sedang
Universitas Sumatera Utara
22
3.9. Bahan dan Alat
- Alat tulis
- Snellen Chart
- Slit lamp Appasamy
- Tonometri non kontak Shin-Nippon NCT-200
- IOL Master 500 (Carl Zeiss)
- Fakoemulsifikasi Alcon Infinity Laureate®World Phaco System
3.10. Identifikasi Variabel
Variable terikat adalah :
- Formula SRK/T
- Axial Length Pendek
- Axial Length Sedang
- Axial Length Panjang
Variable bebas adalah :
Fakoemulsifikasi
Universitas Sumatera Utara
23
3.11. Defenisi Operasional
No Kategori Tolak Ukur Pemeriksaan Satuan
1 Formula SRK/T Salah satu rumus
kalkulasi IOL generasi
ketiga
Biometri
(IOL Master)
Nominal
2 Katarak Senilis Setiap keadaan
kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi
akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein
lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya
Slit lamp,
Funduscopy
Numerik
3 Fakoemulsifikasi suatu tindakan bedah
katarak terbaru dengan
menggunakan
gelombang ultrasonik
untuk menghancurkan
lensa mata yang keruh
akibat katarak. Lensa
yang telah hancur dialiri
air (irigasi) kemudian
disedot (aspirasi)
kemudian diganti
dengan Intraocular
lens.
Alat Fako Nominal
4 Biometri (IOL
Master)
Alat pemeriksaan
mata yang bertujuan
untuk mengukur axial
length,anterior
chamber depth dan
lens thickness
Alat
Pemeriksaan
Milimeter
(mm)
5 Axial Length Jarak antara
permukaan epitel
kornea dengan retinal
pigment epithelium.
Biometri
IOL Master
Milimeter
(mm)
Universitas Sumatera Utara
24
6 Anterior Chamber
Depth
Jarak antara
permukaan anterior
kornea dengan
permukaan anterior
lensa.
Biometri
IOL Master
Milimeter
(mm)
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Melihat gambaran disajikan dalam bentuk tabel uji Chi-square untuk
melihat ketepatan penggunaan formula SRKT pada axial length pendek, sedang
dan panjang, dan jika tidak didapatkan uji ketepatan digunakan wilcoxcon test
untuk melihat perubahan tajam penglihatan paska fakoemulsifikasi hari ke 7, 14
dan 30.
3.13. Personalia Penelitian
Peneliti : dr. Hendra Gunawan
Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Mata FK USU
3.14. Rincian Biaya Penelitian
Tahap Persiapan
1. Usulan Judul (30 lembar (@ 150) X 60 set Rp. 270.000,-
2. Proposal Penelitian (36 lembar (@ 150) X 60 set Rp. 324.000,-
Tahap Penelitian
3. Biaya administrasi Komite Etik Penelitian FK-USU Rp. 500.000,-
4. Biaya Pengolahan data statistik Rp. 500.000,-
5. Baterai Funduskopi Rp. 30.000,-
Tahap Hasil Penelitian
6. Kertas, tinta printer dan perbanyak fotocopy Rp. 600.000,-
7. Biaya kue/air minum (aqua) presentasi Rp. 600.000,-
8. Biaya tak terduga Rp. 500.000,-
TOTAL Rp. 3.324.000,-
Universitas Sumatera Utara
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian ini bersifat prospektif analitik yang dilakukan di Poliklinik
Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru dari bulan Januari – Februrari 2018. Total
subjek penelitian berjumlah 60 orang (60 mata), diambil sebanyak 45 orang (45
mata), dimana 15 pasien tidak datang kontrol ulang sesuai jadwal. Berdasarkan
subjek penelitian dapat diperoleh data yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi.
Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan
dengan Alat Optical biometry (IOL Master), dilakukan tindakan fakoemulsifikasi
sesuai dengan formula SRK/T, dan penilaian hari ke tujuh, empat belas dan tiga
puluh perubahan tajam penglihatan.
Tabel 4.1. Distribusi Demografi Pada Mata Pasien dengan Berbagai AL
Karakteristik
Axial Length
n Pendek
x̄ ± SD N
Sedang
x̄ ± SD
n
Panjang
x̄ ± SD P
Usia (tahun) 15 66.00 ± 9.09 15 62.93 ± 8.05 15 65.20 ± 7.17 0.569
ACD (mm) 15 3.43 ± 0.47 15 3.44 ± 0.25 15 3.46 ± 0.34 0.967
K1 15 44.26 ± 1.67 15 44.30 ± 1.45 15 42.18 ± 1.36 0.0001*
K2 15 45.24 ± 1.64 15 45.12 ± 1.62 15 43.16 ± 1.38 0.001*
Power IOL 15 22.03 ± 1.69 15 20.10 ± 1.12 15 18.30 ± 2.60 0.0001*
* Uji Chi-Square, signifikan < 0.05
Pada tabel 4.1. diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata sebaran usia
sample penelitian pada axial length pendek sebesar 66.00, pada axial length
sedang sebesar 62.93, dan pada axial length panjang sebesar 65.20, dimana P =
0.569 (tidak signifikan). Dari hasil pengamatan data dari anterior chamber depth
(ACD) nilai rata-rata ACD pada axial length pendek sebesar 3.43, pada axial
length sedang sebesar 3.44, dan pada axial length panjang sebesar 3.46, dimana P
= 0.967 (tidak signifikan).
Universitas Sumatera Utara
26
Pada tabel 4.1. diatas menunjukkan nilai rata-rata K1 pre-operasi pada
axial length pendek sebesar 44.26, pada axial length sedang sebesar 44.30, dan
pada axial length panjang sebesar 42.18, dimana P = 0.0001 (signifikan).
Sedangkan pada K2 rata-rata nilai pre-operasi pada axial length pendek sebesar
45.24, pada axial length sedang sebesar 45.12, dan pada axial length panjang
sebesar 43.16, dimana P = 0.001 (signifikan).
Pada tabel 4.1. diatas juga menunjukkan nilai rata-rata Power IOL yang
diberikan pada axial length pendek sebesar 22.03, pada axial length sedang
sebesar 20.10, dan pada axial length panjang sebesar 18.30, dimana P = 0.0001
(signifikan).
Dari hasil uji Chi-Square dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan
antara Usia dan ACD dengan axial length pendek, sedang dan panjang pada
distribusi demografi penderita katarak senilis pada berbagai AL. Sebaliknya,
terdapat hubungan antara K1, K2 dan Power IOL dengan axial length pendek,
sedang dan panjang.
Tabel 4.2. Karakteristik Jenis Kelamin dengan berbagai Axial Length
Axial Length
Karakteristik Pendek Sedang Panjang Total P
n (%) n (%) n (%) n (%)
Laki – laki 5 (23.8%) 8 (38.1%) 8 (38.1%) 21 (100%)
0.448
Perempuan 10 (41.7%) 7 (29.2%) 7 (29.2%) 24 (100%)
Total 15 15 15 45 (100%)
* Uji Chi-Square, signifikan < 0,05
Dari tabel 4.2. diatas terlihat bahwa hasil uji Chi-Square menunjukkan
tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan P = 0.448 (P > 0.05) antara jenis
kelamin kelompok AL pendek, sedang dan panjang. Dimana jenis kelamin
kelompok AL pendek terlihat lebih banyak perempuan 41.7%, sedangkan jenis
Universitas Sumatera Utara
27
kelamin kelompok AL sedang dan panjang terlihat lebih banyak pada laki-laki
38.1%.
Tabel 4.3. Karakteristik Tajam Penglihatan sebelum Tindakan
Fakoemulsifikasi
Visus
Pre Op
AL
Pendek
n (%)
Sedang
n (%)
Panjang
n (%)
1/300 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%)
1/60 6 (42.9%) 4 (28.6%) 4 (28.6%)
2/60 2 (66.7%) 1 (33.3%) 0 (0%)
3/60 0 (0%) 0 (0%) 2 (100%)
4/60 2 (40.0%) 3 (60.0%) 0 (0%)
5/60 2 (25.0%) 3 (37.5%) 3 (37.5%)
6/60 2 (22.2%) 2 (22.2%) 5 (55.6%)
Dari tabel 4.3. diatas terlihat bahwa tajam penglihatan sebelum dilakukan
tindakan fakoemulsifikasi yang terbanyak adalah 1/60 sebanyak 14 mata dan
paling sedikit adalah pada tajam penglihatan 3/60 sebanyak 2 mata.
4.2 Pengaruh Formula SRK/T Dengan Menggunakan IOL Master Pada
Axial Length Pendek, Sedang dan Panjang
Tabel 4.4. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL
Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T
Variabel Visus
Perubahan Ranking
p. H+7 H+14
N N N
Visus
- Maju
- TidakMaju
11
4
13
2
Ranking Negatif
Ranking Positif
Ties
2
0
13
0.157
Keterangan :
Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 :
- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+7‟menjadi „visus tak
maju pada H+14‟.
Universitas Sumatera Utara
28
- Pada Ranking Negatif adalah perubahan„visus tidak maju pada H+7‟menjadi
„visus maju pada H+14‟.
- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+7 dan H+14‟ atau
tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+7 dan H+14‟
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.157, dengan demikian menurut uji
statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam
penglihatan H+7 ke H+14 pada axial length pendek post Fakoemulsifikasi dengan
menggunakan formula SRK/T.
Tabel 4.5. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL
Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T
Variabel Visus
Perubahan Ranking
p. H+14 H+30
N N N
Visus
- Maju
- TidakMaju
13
2
14
1
Ranking Negatif
Ranking Positif
Ties
0
0
15
0,100
Keterangan :Perubahan Tajam Penglihatan :
- Ranking positif adalah perubahan „visus maju pada H+14‟menjadi „visus tak
maju pada H+30‟.
- Ranking Negatif adalah perubahan „visus tidak maju pada H+14‟menjadi
„visus maju pada H+30‟.
- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+14 dan H+30‟ atau
tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+14 dan H+30‟
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.100, dengan demikian menurut uji
statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam
penglihatan H+14 ke H+30 pada axial length pendek post Fakoemulsifikasi
dengan menggunakan formula SRK/T.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 4.6. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL
Sedang Post Fakoemulsifikasi Menggunakan Formula SRK/T
Variabel Visus
Perubahan Ranking
p. H+7 H+14
N N N
Visus
- Maju
- TidakMaju
12
3
15
0
Ranking Negatif
Ranking Positif
Ties
3
0
12
0,083
Keterangan :
Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 :
- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+7‟menjadi „visus tak
maju pada H+14‟.
- Ranking Negatif adalah perubahan„visus tidak maju pada H+7‟menjadi „visus
maju pada H+14‟.
- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+7 dan H+14‟ atau
tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+7 dan H+14‟
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.083, dengan demikian menurut uji
statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam
penglihatan H+7 ke H+14 pada axial length sedang post Fakoemulsifikasi dengan
menggunakan formula SRK/T.
Tabel 4.7. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL
Sedang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T
Variabel Visus
Perubahan Ranking
p. H+14 H+30
N N N
Visus
- Maju
- Tidak Maju
15
0
15
0
Ranking Negatif
Ranking Positif
Ties
0
0
15
0,100
Keterangan : Perubahan Tajam Penglihatan :
- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+14‟menjadi „visus tak
maju pada H+30‟.
- Ranking Negatif adalah perubahan „visus tidak maju pada H+14‟menjadi
„visus maju pada H+30‟.
Universitas Sumatera Utara
30
- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+14 dan H+30‟ atau
tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+14 dan H+30‟
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.100, dengan demikian menurut uji
statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam
penglihatan H+14 ke H+30 pada axial length sedang post Fakoemulsifikasi
dengan menggunakan formula SRK/T.
Tabel 4.8. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL
Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T
Variabel Visus
Perubahan Ranking
p. H+7 H+14
N N N
Visus
- Maju
- TidakMaju
12
3
14
1
Ranking Negatif
Ranking Positif
Ties
2
0
13
0,157
Keterangan :
Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 :
- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+7‟menjadi „visus tak
maju pada H+14‟.
- Ranking Negatif adalah perubahan„visus tidak maju pada H+7‟menjadi „visus
maju pada H+14‟.
- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+7 dan H+14‟ atau
tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+7 dan H+14‟
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.157, dengan demikian menurut uji
statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam
penglihatan H+7 ke H+14 pada axial length panjag post Fakoemulsifikasi
dengan menggunakan formula SRK/T.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4.9. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL
Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula
SRK/T
Variabel Visus
Perubahan Ranking
p. H+14 H+30
n N N
Visus
- Maju
- Tidak Maju
14
1
14
1
Ranking Negatif
Ranking Positif
Ties
0
0
15
0,100
Keterangan :Perubahan Tajam Penglihatan :
- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+14‟menjadi „visus tak
maju pada H+30‟.
- Ranking Negatif adalah perubahan „visus tidak maju pada H+14‟menjadi
„visus maju pada H+30‟.
- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+14 dan H+30‟ atau
tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+14 dan H+30‟
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.100, dengan demikian menurut uji
statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam
penglihatan H+14 ke H+30 pada axial length panjang post Fakoemulsifikasi
dengan menggunakan formula SRK/T.
4.3. Pembahasan
Penderita katarak senilis yang menjalani ekstraksi katarak dengan
fakoemulsifikasi di Poliklinik RS Khusus Mata Medan Baru sebanyak 45 orang
(45 mata), dimana pada tabel 4.1 dijelaskan sebaran usia pada axial length pendek
66.00 ± 9.09 (rentang usia 49-76 tahun), dan hal ini tidak berbeda jauh dengan
usia pasien pada kelompok axial length sedang 62.93 ± 8.05 (rentang usia 46-72),
dan axial length panjang 65.20 ± 7.17 (rentang usia 51-80 tahun), dimana menurut
uji Chi-Square hal ini tidak menunjukkan signifikan secara statistik antara usia
dan axial length pendek, sedang dan panjang P = 0.569 (P >0.05).
Pada karakteristik ACD terlihat tidak terdapat hubungan antara anterior
chamber depth dengan axial length pendek, sedang dan panjang dimana P =
0.967(P > 0.05), hal ini sejalan dengan penelitian Sedaghat et al pada tahun 2016
di Iran bahwa tidak ada hubungan antara AL pendek dan AL panjang dengan
Universitas Sumatera Utara
32
ACD, tetapi terdapat hubungan dengan AL sedang, dimana hal ini dipengaruhi
adanya faktor ras, struktur geografik daerah memiliki pengaruh terhadap variasi
anatomi mata.
Pemeriksaan K1 dan K2 dihubungkan dengan kelompok axial length
pendek, sedang dan panjang terlihat adanya hubungan dimana nilai P = 0.000
pada K1 dan P = 0.001 pada K2. Disini terlihat tidak ada perbedaan antara nilai K1
dan K2dengan axial length pendek, sedang dan panjang.
Varian dari power IOL yang dihasilkan dari pemeriksaan optical biometry
menggunakan IOL Master dimana terdapat hubungan signifikan antara axial
length pendek, sedang dan panjang dengan power IOL, hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Karbela et al di Turki yang menjelaskan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara axial length dengan power IOL, dan memiliki
hubungan signifikan dengan K1 dan K2.
Adapun tingkat akurasi formula SRK/T pada setiap axial length (pendek,
sedang dan panjang) memberikan hasil yang cukup memuaskan, dimana akurasi
yang dicapai, menurut WHO derajat penglihatan baik berkisar 6/6 – 6-18, pada
penelitian didapatkan tajam penglihatan setelah dilakukan tindakan
fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T. Pada tabel 4.4. terlihat
axial length pendek tercapai tajam penglihatan yang baik pada hari ke tujuh
sebanyak 11 mata, hari ke empat belas sebanyak 13 mata dan pada hari ketiga
puluh ada penambahan perubahan tajam penglihatan menjadi 14 mata. Dari uji
Wilcoxcon didapatkan P = 0.100 dan P = 0.157 dimana tidak ada hubungan antara
axial length pendek dengan perubahan tajam penglihatan paska fakoemulsifikasi.
Pada tabel 4.6. didapatkan perubahan tajam penglihatan pada axial length
sedang terlihat pada hari ke tujuh ke hari ke empat belas didapatkan 15 mata
mengalami kenaikan tajam penglihatan dimana P= 0.083, dan perubahan tajam
penglihatan dari hari ke empat belas ke tiga puluh tidak di dapatkan perubahan
tajam penglihatan, dimana nilai P = 0.100, tidak didapatkan hubungan signifikan
antara axial length pendek dan perubahan tajam penglihatan dari hari ke 7 ke 30
paska fakoemulsifikasi.
Pada tabel 4.8. pengaruh axial length panjang pada formula SRK/T dengan
menggunakan IOL Master didapatkan perubahan tajam penglihatan dari hari ke
tujuh ke hari empat belas didapatkan empat belas mata mengalami perbaikan visus
Universitas Sumatera Utara
33
dengan nilai P = 0.157. Perubahan tajam penglihatan dari hari ke empat belas ke
hari tiga puluh paska fakoemulsifikasi didapatkan empat belas mata yang
mengalami perbaikan tajam penglihatan dengan nilai P = 0.100, dimana dari data
ini terlihat tidak ditemukan hubungan signifikan dari axial length panjang dengan
perubahan tajam penglihatan dari hari ke tujuh ke hari tiga puluh.
Penelitian yang dilakukan oleh Wang JK et al (2012) tentang kalkulasi
power IOL menggunakan berbagai formula pada pasien dengan berbagai axial
length menjelaskan bahwa SRK/T memberikan hasil yang signifikan terhadap AL
sedang dan panjang.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karbela et al (2016) di Turki
melakukan penelitian tentang kinerja formula SRK/T menggunkan A-scan
ultrasound biometry setelah fakoemulsifikasi pada mata dengan AL pendek dan
panjang membuktikan bahwa formula SRK/T memiliki keakuratan pada mata
dengan AL pendek dan panjang, terdapat sedikit kecendrungan untuk menjadi
miopia pada AL panjang dan hipermetropia pada AL pendek.
Ditahun yang sama Karbela et al di Turki juga melakukan penelitian
tentang prediksi tajam penglihatan dan akurasi dari kalkulasi power IOL setelah
fakoemulsifikasi menggunakan formula SRK/T dengan alat ultrasound biometry
pada mata dengan AL sedang membuktikan bahwa formula SRK/T merupakan
pilihan terbaik untuk mengasilkan prediksi tajam penglihatan yang baik setelah
dilakukan fakoemulsifikasi pada AL sedang.
Penelitian lain yang dilakukan Kapadia et al (2013) menjelaskan pada
penelitiannya, pasien post operatif fakoemulsifikasi menggunakan formula SRK/T
pada AL pendek dan panjang dengan A-scan biometri tercapai akurasi post
operatif ± 1 D sebanyak 67,85% kasus.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan antara Usia dan ACD dengan varian axial length pada
distribusi demografi penderita katarak senilis pada berbagai AL.
2. Adanya hubungan antara K1, K2 dan Power IOL dengan varian axial length.
3. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin pasien yang akan
menjalani fakoemulsifikasi dengan axial length pendek, sedang dan panjang.
4. Terlihat bahwa tajam penglihatan sebelum dilakukan tindakan
fakoemulsifikasi yang terbanyak adalah 1/60 sebanyak 14 mata dan paling
sedikit adalah pada tajam penglihatan 3/60 sebanyak 2 mata.
5. Tidak terdapat hubungan secara uji statistik keakuratan formula SRK/T
dengan menggunakan IOL Master pada pasien katarak senilis yang dilakukan
tindakan fakoemulsifikasi pada axial length pendek, sedang dan panjang,
tetapi secara data didapatkan perubahan tajam penglihatan setelah 30 hari
pengamatan.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian yang sama dengan jumlah sample yang lebih besar,
sebaran axial length yang lebih luas, waktu penelitian yang lebih lama untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. Fourth Edition.India: New
Age International,2007. 89-216 p.
2. Kemenkes RI-Balitbang. Riset Kesehatan Dasar : RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI. 2013.
3. Hope-Ross M, Mooney D. Introcular lens power calculation. Eye
(Lond).1988;2(4):367-9
4. Kang Wang, Jia. Wen Chang, Shu. Optical Biometri Intraocular Lens Power
Calculation Using Different Formulas in patients with Different Axial
Lenghts. Int J Ophthalmol. 2013;6(2);p150-154
5. Curtin B. & Karlin D. Axial length measurements and fundus changes of the
myopic eye. American Journal Ophthalmology. 1971;71: 42-53.
6. MacLaren RE. Biometry accuracy using zero and negative powered
intraocular lenses. Journal Cataract Refractive Surgery.2005; 31:280-290.
7. Nafees RE. Intraocular lens power calculation in patients with high axial
myopia before cataract surgery. Saudi Journal of Ophthalmology. 2010;
24:77-80.
8. Olsen T. Improved accuracy of intraocular lens power calculation with the
Zeiss IOLMaster. Acta Ophthalmol Scan. 2007;85: 84-87.
9. Olsen T. Sources of error in IOL power calculation. Journal Cataract
Refractive Surgery. 1992;18:125-129.
10. Petermeier K. Intraocular lens power calculation and optimized constants for
highly myopic eyes. Journal Cataract Refractive Surgery.2009;35:1575-
1581.
11. American Academy of Ophthalmology. Clinical Optics.Section 3.2011-2012.
p211-219.
12. Watson A, Amstrong R. Contact or Immersion technique for axial length
measurement. Aust N Z J Ophthalmol.1999; 27:49-51.
13. Pawar N, Chandra S, Maheshwari D. IOL master optical biometry Vs
convetional ultrasound in intraocular lens calculation in high myopic eyes.
AIOC.2009; 4:136-139.
Universitas Sumatera Utara
xii
14. Raymonds Fl, Santamaria L. Comapring ultrasound biometry with partial
coherence inferometry for intraocular lens power calculations. Invest
Ophthalmol Vis Sci.2009;50-2547-2552.
15. Wang JK, Hu CY, Chang SW. Intraocular lens power calculation using the
IOL master and various formulas in eyes with long axial length. Journal
Cataract Refractive Surgery.2008;34:262-267.
16. Zaldivar R, Shultz MC, Davidorf JM, Holladay JT. Intraocular lens power
calculation in patients with extreme myopia. Journal Cataract Refractive
Surgery.2000; 26: 668-674.
17. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI
18. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.
Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.
19. Istiantoro, S dan Johan A Hutauruk. Kalkulasi power IOL, dalam:Transisi
menuju fakoemulsifikasi. Granit, Jakarta, 2004;183-200.
20. Astbury, Nick dan Balasubramanya R. How to avoid mistakes in biometry, in
Community eye health Journal. Vol.19.no. 60, Desember 2006;70-71.
21. Kohnen, T dan Douglas D Koch. Advanced intraoculer lens power
calculations, in :Cataract and refraktif surgery. Springer, Berlin, 2006;31-40.
22. Combs, A and David Gartry. Cataract surgery. In : Refraktif surgery. BMJ
publishing group. London.2003;70-80.
23. Mana, T et all. Comparison of biometric measurements using partial
coherence interferometry and applanation ultrasound. Journal of cataract and
refractive surgery. Vol.29, no.4. April 2003;747-51.
24. Mamalis N. Incision Widht After Phacoemulsification with Foldable
Intraocular Lens Implantation. J Cataract Refract Surg. 2000;26: 237-41
25. Eyetec net. Keratometry (B and L Type). Ophthalmic Technician :
Ophthalmic Assistant Basic Training Course. 2014
26. Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract
Surgery-Cataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eye-
care/learn-about-it/cataract/cataract-surgery
27. Popiela G, Markuszewska J, Chelstowska J, Szalinski M. Analysis of
Phacoemulsification During Mastering of the Method. Klin Oczna 2004; 106
Universitas Sumatera Utara
xiii
28. American Academy of Ophthalmology. Refractive Surgery. In Basic and
Clinic Science Course: sect 13 ; 2016-2017
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Assalamualaikum Wr Wb/ Salam Sejahtera
Dengan Hormat,
Nama saya dr. Hendra Gunawan, sedang menjalani Pendidikan Kedokteran di
Program S2 Magister Kedokteran Ilmu Kesehatan Mata FK USU. Saya sedang melakukan
penelitian yang berjudul “Evaluasi Perubahan Tajam Penglihatan Menggunakan Formula
SRK/T pada pasien Katarak Senilis yang dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi”.
Formula SRK/T merupakan salah satu rumus dalam alat Biometri (Iol Master) untuk
mengukur berapa besar kekuatan dioptri Intraocular lens/ lensa tanam pada tindakan bedah
Katarak.
Katarak Senilis adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua – duanya.
Fakoemulsifikasi suatu tindakan bedah katarak modern dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk menghancurkan lensa mata yang keruh akibat katarak. Lensa
yang telah hancur dialiri air (irigasi) kemudian disedot (aspirasi) kemudian diganti dengan
Intraocular lens.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan tajam penglihatan
menggunakan Formula SRK/T pada penderita katarak senilis dengan teknik operasi
Fakoemulsifikasi.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada
pasien dan keluarga berhubungan dengan tajam penglihatan yang optimal demi
kualitas hidup yang baik. Dengan ini subjek penelitian disarankan untuk mengikuti
prosedur tindakan demi mendapatkan lensa tanam yang sesuai.
Saya akan melakukan wawancara terstruktur dan pemeriksaan kepada penderita
katarak senilis yang akan dilakukan operasi Fakoemulsifikasi, pemeriksaan yang akan
dilakukan seperti pemeriksaan visus, pemeriksaan segmen anterior dengan menggunakan Slit
lamp merk Appasamy, pemeriksaan tekanan bola mata dengan alat Tonometri non kontak
NCT 200, pemeriksaan sumbu bola mata, Keratometry, dan kekuatan IOL dengan alat
bernama Iol Master 500. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan efek samping & kerusakan
jaringan di mata. Setelah di periksa, di lakukan informed consent terhadap subjek peneliti
mengenai keadaan matanya & tindakan operasi yang akan dilakukan. Wawancara dan
pemeriksaan akan saya lakukan sekitar ± 5 menit.
Universitas Sumatera Utara
Partisispasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk
penelitian Bapak/ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu membutuhkan
penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :
Nama : dr. Hendra Gunawan
Alamat : Komp. Jcity , Metropolis 1/45 Medan Johor
No. HP : 081360875003
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada
penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu
yang berguna bagi Ilmu Pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitan ini diharapkan Bapak/
Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan
Medan, Januari 2018
Peneliti
dr. Hendra Gunawan
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Evaluasi Perubahan Tajam
Penglihatan Menggunakan Formula SRK/T pada pasien Katarak Senilis yang dilakukan
tindakan Fakoemulsifikasi”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan
menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, Januari 2018
(..................................)
Nama :
Alamat :
No. HP :
Universitas Sumatera Utara
FORMULIR PERSETUJUAN PASIEN (INFORM CONCENT)
Tanggal Pemeriksaan :
No. Penelitian :
No. MR :
Nama :
Alamat lengkap :
Telepon :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin : a. Laki – laki b. Perempuan
Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMU
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Visus : OD : PH: OS: PH:
TIO : OD : OS:
Segmen Anterior
Palpebra Superior / Inferior :
Conj. Tarsalis Superior / Inferior :
Conj. Bulbi :
Cornea :
COA :
Pupil :
Iris :
Lensa :
Universitas Sumatera Utara
Panjang Sumbu Bola Mata
OD : - OS : -
- -
- -
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian tentang ” Evaluasi Perubahan
Tajam Penglihatan Menggunakan Formula SRK/T pada pasien Katarak Senilis yang
dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi” yang telah dijelaskan dalam penelitian ini.
Keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya telah mengerti sepenuhnya informasi
tentang penelitian ini termasuk tujuan dan prosedurnya.
(.............................)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Crosstabs (AL Pendek)
Case Processing Summary
15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+7 *
Perubahan Visus H+14
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Perubahan Visus H+7 * Perubahan Visus H+14 Crosstabulation
11 0 11
100.0% .0% 100.0%
84.6% .0% 73.3%
2 2 4
50.0% 50.0% 100.0%
15.4% 100.0% 26.7%
13 2 15
86.7% 13.3% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Visus maju
Visus tidak maju
Perubahan
Visus H+7
Total
Visus maju
Visus tidak
maju
Perubahan Visus H+14
Total
Chi-Square Tests
6.346b 1 .012
2.757 1 .097
6.235 1 .013
.057 .057
5.923 1 .015
.500c
15
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
McNemar Test
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .
53.
b.
Binomial dist ribution used.c.
Universitas Sumatera Utara
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Crosstabs (AL pendek)
Ranks
2a 1.50 3.00
0b .00 .00
13c
15
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Perubahan Visus H+14
- Perubahan Visus H+7
N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan Visus H+14 < Perubahan Visus H+7a.
Perubahan Visus H+14 > Perubahan Visus H+7b.
Perubahan Visus H+14 = Perubahan Visus H+7c.
Test Statisticsb
-1.414a
.157
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Perubahan
Visus H+14 -
Perubahan
Visus H+7
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Case Processing Summary
15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+14 *
Perubahan Visus H+30
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Universitas Sumatera Utara
Perubahan Visus H+14 * Perubahan Visus H+30 Crosstabulation
13 0 13
100.0% .0% 100.0%
100.0% .0% 86.7%
0 2 2
.0% 100.0% 100.0%
.0% 100.0% 13.3%
13 2 15
86.7% 13.3% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Visus maju
Visus tidak maju
Perubahan Visus
H+14
Total
Visus maju
Visus tidak
maju
Perubahan Visus H+30
Total
Chi-Square Tests
15.000b 1 .000
7.594 1 .006
11.780 1 .001
.010 .010
14.000 1 .000
1.000c
15
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
McNemar Test
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .
27.
b.
Binomial dist ribution used.c.
Universitas Sumatera Utara
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Crosstabs (AL Sedang)
Ranks
0a .00 .00
0b .00 .00
15c
15
Negativ e Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Perubahan Visus H+30 -
Perubahan Visus H+14
N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan Visus H+30 < Perubahan Visus H+14a.
Perubahan Visus H+30 > Perubahan Visus H+14b.
Perubahan Visus H+30 = Perubahan Visus H+14c.
Test Statisticsb
.000a
1.000
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Perubahan
Visus H+30 -
Perubahan
Visus H+14
The sum of negative ranks
equals the sum of positiv e ranks.
a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Case Processing Summary
15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+7 *
Perubahan Visus H+14
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Universitas Sumatera Utara
NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Perubahan Visus H+7 * Perubahan Visus H+14 Crosstabulation
12 12
100.0% 100.0%
80.0% 80.0%
3 3
100.0% 100.0%
20.0% 20.0%
15 15
100.0% 100.0%
100.0% 100.0%
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Visus maju
Visus tidak maju
Perubahan
Visus H+7
Total
Visus maju
Perubahan
Visus
H+14
Total
Chi-Square Tests
.a
. . .b
15
Pearson Chi-Square
McNemar-Bowker Test
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
No statistics are computed because Perubahan Visus
H+14 is a constant.
a.
Computed only f or a PxP table, where P must be greater
than 1.
b.
Universitas Sumatera Utara
Crosstabs (AL Sedang)
Ranks
3a 2.00 6.00
0b .00 .00
12c
15
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Perubahan Visus H+14
- Perubahan Visus H+7
N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan Visus H+14 < Perubahan Visus H+7a.
Perubahan Visus H+14 > Perubahan Visus H+7b.
Perubahan Visus H+14 = Perubahan Visus H+7c.
Test Statisticsb
-1.732a
.083
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Perubahan
Visus H+14 -
Perubahan
Visus H+7
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Case Processing Summary
15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+14 *
Perubahan Visus H+30
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Universitas Sumatera Utara
NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Perubahan Visus H+14 * Perubahan Visus H+30 Crosstabulation
15 15
100.0% 100.0%
100.0% 100.0%
15 15
100.0% 100.0%
100.0% 100.0%
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Visus majuPerubahan Visus H+14
Total
Visus maju
Perubahan
Visus
H+30
Total
Chi-Square Tests
.a
. . .b
15
Pearson Chi-Square
McNemar-Bowker Test
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
No statistics are computed because Perubahan Visus
H+14 and Perubahan Visus H+30 are constants.
a.
Computed only f or a PxP table, where P must be greater
than 1.
b.
Ranks
0a .00 .00
0b .00 .00
15c
15
Negativ e Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Perubahan Visus H+30 -
Perubahan Visus H+14
N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan Visus H+30 < Perubahan Visus H+14a.
Perubahan Visus H+30 > Perubahan Visus H+14b.
Perubahan Visus H+30 = Perubahan Visus H+14c.
Universitas Sumatera Utara
Crosstabs (AL Panjang)
Test Statisticsb
.000a
1.000
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Perubahan
Visus H+30 -
Perubahan
Visus H+14
The sum of negative ranks
equals the sum of positiv e ranks.
a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Case Processing Summary
15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+7 *
Perubahan Visus H+14
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Perubahan Visus H+7 * Perubahan Visus H+14 Crosstabulation
12 0 12
100.0% .0% 100.0%
85.7% .0% 80.0%
2 1 3
66.7% 33.3% 100.0%
14.3% 100.0% 20.0%
14 1 15
93.3% 6.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Count
% within Perubahan
Visus H+7
% within Perubahan
Visus H+14
Visus maju
Visus tidak maju
Perubahan
Visus H+7
Total
Visus maju
Visus tidak
maju
Perubahan Visus H+14
Total
Universitas Sumatera Utara
NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Chi-Square Tests
4.286b 1 .038
.603 1 .438
3.529 1 .060
.200 .200
4.000 1 .046
.500c
15
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
McNemar Test
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .
20.
b.
Binomial dist ribution used.c.
Ranks
2a 1.50 3.00
0b .00 .00
13c
15
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Perubahan Visus H+14
- Perubahan Visus H+7
N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan Visus H+14 < Perubahan Visus H+7a.
Perubahan Visus H+14 > Perubahan Visus H+7b.
Perubahan Visus H+14 = Perubahan Visus H+7c.
Test Statisticsb
-1.414a
.157
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Perubahan
Visus H+14 -
Perubahan
Visus H+7
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Universitas Sumatera Utara
Crosstabs (AL Panjang)
Case Processing Summary
15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+14 *
Perubahan Visus H+30
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Perubahan Visus H+14 * Perubahan Visus H+30 Crosstabulation
14 0 14
100.0% .0% 100.0%
100.0% .0% 93.3%
0 1 1
.0% 100.0% 100.0%
.0% 100.0% 6.7%
14 1 15
93.3% 6.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Count
% within Perubahan
Visus H+14
% within Perubahan
Visus H+30
Visus maju
Visus tidak maju
Perubahan Visus
H+14
Total
Visus maju
Visus tidak
maju
Perubahan Visus H+30
Total
Chi-Square Tests
15.000b 1 .000
3.233 1 .072
7.348 1 .007
.067 .067
14.000 1 .000
1.000c
15
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
McNemar Test
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .
07.
b.
Binomial dist ribution used.c.
Universitas Sumatera Utara
NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
0a .00 .00
0b .00 .00
15c
15
Negativ e Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Perubahan Visus H+30 -
Perubahan Visus H+14
N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan Visus H+30 < Perubahan Visus H+14a.
Perubahan Visus H+30 > Perubahan Visus H+14b.
Perubahan Visus H+30 = Perubahan Visus H+14c.
Test Statisticsb
.000a
1.000
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Perubahan
Visus H+30 -
Perubahan
Visus H+14
The sum of negative ranks
equals the sum of positiv e ranks.
a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Universitas Sumatera Utara
NO NAMA KLP UMUR SEX AL ACD K1 K2 Power IOLVisus
Pre Op
POST
OP H+7Perubahan Visus
POST OP
H+14
Perubahan
Visus
POST OP
H+30
Perubahan
Visus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 RIDWAN 1 58 1 22.64 3.43 43.95 44.76 23.50 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
2 SARIAMAN MUNTHE 1 65 1 22.93 3.32 43.05 43.38 22.00 1/300 6/18 1 6/12 1 6/9 1
3 UMMU SALAMAH 1 69 2 22.95 3.35 43.55 43.89 21.50 2/60 6/24 2 6/24 2 6/9 1
4 ASMARANI 1 69 2 22.98 3.18 45.00 45.61 21.00 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
5 MARHAMAH 1 75 2 22.64 3.50 44.64 46.55 19.00 1/60 6/24 2 6/18 1 6/12 1
6 SAMPAN 1 72 1 22.66 3.27 44.70 45.30 23.00 4/60 6/18 1 6/18 1 6/12 1
7 RAMENA SIMATUPANG 1 81 2 22.97 3.63 45.00 45.30 20.00 1/60 6/24 2 6/24 2 6/24 2
8 PASTI BR GINTING 1 73 2 22.77 3.51 41.67 42.55 24.00 2/60 6/18 1 6/12 1 6/12 1
9 MISLAN 1 51 1 22.66 3.22 41.51 43.83 25.00 1/60 6/12 1 6/9 1 6/6 1
10 SUTARSIH 1 49 2 22.74 3.83 44.76 45.86 20.50 6/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1
11 LINCE PANGGABEAN 1 61 2 22.76 3.20 45.12 45.92 21.50 6/60 6/12 1 6/12 1 6/9 1
12 TIOMSI 1 61 2 22.70 4.93 44.70 46.42 22.00 1/60 6/18 1 6/9 1 6/9 1
13 ASMAWATI 1 62 2 22.32 3.00 45.92 47.14 22.00 5/60 6/18 1 6/9 1 6/9 1
14 PONIEM 1 68 2 22.19 3.06 48.01 48.70 21.00 5/60 6/18 1 6/12 1 6/9 1
15 JABENGKEL GULTOM 1 76 1 22.81 3.07 42.40 43.44 24.50 4/60 6/24 2 6/12 1 6/12 1
1 ZULKIFLI 2 69 1 23.18 3.17 44.23 45.79 19.50 1/60 6/18 1 6/12 1 6/12 1
2 BUSLANUDDIN 2 70 1 23.31 3.84 43.10 44.18 20.50 6/60 6/24 2 6/18 1 6/9 1
3 SYARIFUDDIN SIPAHUTAR2 60 1 23.14 3.49 43.44 43.77 21.00 4/60 6/18 1 6/12 1 6/12 1
4 MHD.RAMLI 2 72 1 23.92 3.20 43.16 43.55 20.50 1/60 6/24 2 6/18 1 6/12 1
5 ISMAIL PURBA 2 65 1 23.65 3.46 42.78 43.27 20.00 4/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
6 IRYANSYAH 2 60 1 23.23 3.19 43.38 44.23 20.50 1/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1
7 SITI FARIDA ABRALI 2 50 2 23.10 3.93 48.15 49.63 17.00 5/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1
8 MALAM UKUR 2 52 2 23.25 3.66 45.24 45.42 20.50 6/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1
9 RAHIMAH BR GINTING 2 46 2 23.12 3.55 44.00 44.53 22.00 4/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1
10 SURYADI 2 62 1 23.27 3.24 44.88 45.73 20.00 2/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
11 SAMIDI 2 68 1 23.13 3.41 43.77 44.35 20.50 1/300 6/12 1 6/12 1 6/9 1
12 ZAKIAH 2 72 2 23.56 3.73 44.23 45.73 20.00 5/60 6/24 2 6/12 1 6/12 1
13 ASYIAH 2 64 2 23.78 3.28 42.88 44.00 21.00 1/300 6/18 1 6/9 1 6/9 1
14 NURLELI 2 66 2 23.55 3.40 45.00 45.67 19.50 1/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1
15 SITI MARIAH 2 68 2 23.31 3.09 46.30 47.01 19.00 5/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1
1 FADILAH HARIS 3 68 1 24.42 3.79 41.87 42.35 20.00 6/60 6/9 1 6/9 1 6/9 1
2 ROBERT NABABAN 3 51 1 24.49 3.33 42.45 44.06 18.50 1/300 6/12 1 6/12 1 6/9 1
3 ABDUL WAHAB SYAHRONI3 59 1 24.40 3.27 41.56 41.82 20.50 3/60 6/9 1 6/9 1 6/9 1
4 LIE SIOE LIE 3 62 2 24.18 3.53 45.00 45.61 17.50 6/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1
5 SAWIYAH 3 71 2 24.31 3.29 40.76 41.16 22.00 5/60 6/24 2 6/18 1 6/12 1
6 LINA PASARIBU 3 65 2 24.46 3.20 42.03 42.78 19.50 6/60 6/18 1 6/18 1 6/18 1
7 RAZALI 3 62 1 24.63 3.16 42.51 43.77 18.50 6/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
8 ENG AI LO 3 59 2 24.60 3.64 43.95 44.29 17.50 5/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1
9 ADNAN 3 63 1 24.57 3.18 39.94 40.81 21.50 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
10 JOHANES GIRSANG 3 73 1 25.33 3.46 40.66 42.29 18.00 5/60 6/24 2 6/18 1 6/18 1
11 HAMONANGAN HARAHAP3 65 1 24.84 3.04 41.11 43.77 18.50 1/60 6/12 1 6/12 1 6/9 1
12 SITI DARMA DOLOK SARIBU3 71 2 25.22 3.51 42.08 43.05 16.00 6/60 6/18 1 6/18 1 6/9 1
13 SITI MASITOH POHAN 3 59 2 24.86 3.58 42.35 42.67 18.50 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1
14 MHD. GAZALI 3 70 1 24.97 4.48 42.51 43.83 17.00 1/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1
15 ZULIDARMINI LUBIS 3 80 2 26.34 3.55 44.06 45.24 11.00 3/60 6/24 2 6/24 2 6/24 2
1 = AL Pendek (< 23mm) 1= LK 1 = Visus Baik (6/6-6/18)
2 = AL Sedang (23-24mm) 2= PR 2 = Visus Sedang (<6/18-6/60)
3 = AL Panjang (>24 mm) 1= LK 3 = Visus Buruk (<6/60)
2= PR
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : dr. Hendra Gunawan
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung / 29 Januari 1986
JENIS KELAMIN : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perumahan J. City, Metropolis 1/ No.45, Medan
No. Telp : +62 81360875003
Riwayat Pendidikan : SDN 004 Pekanbaru, Ijazah Tahun 1998
SLTPN 8 Pekanbaru, Ijazah Tahun 2001
SMA N 5 Pekanbaru, Ijazah Tahun 2003
Fakultas Kedokteran UISU, Ijazah Tahun 2010
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Drs. H. Chalid Sahuri, MS
Tempat/Tanggal Lahir : Brebes / 20 Oktober 1951
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Agama : Islam
Alamat : JL. Kayu Manis No.340, Pekanbaru
Nama Ibu : Hj. Elliarni, SE, MSi
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang/ 25 Juli 1956
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Agama : Islam
Alamat : JL. Kayu Manis No.340, Pekanbaru
RIWAYAT PEKERJAAN
Dokter Umum PTT KEMENKES di Puskesmas Lubuk Tapi, Bengkulu Selatan,
Bengkulu, Tahun 2012
PERKUMPULAN PROFESI
- Anggota Muda Perdami Cabang Sumatera Utara
- Angota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Journal Reading :
1. Changes in Fundus Autofluorescence after Anti-vascular Endothelial Growth
Factor According to the Type of Choroidal Neovascularization in Age-related
Macular Degeneration
2. Factors Affecting Long-term Myopic Regression after Laser In Situ
Keratomileusis and Laser- assited Subpepithelial Keratectomy for Moderate
Myopia
3. Role of Fine Needle Aspiration Cytoloy as a Diagnostic Tool in Orbital and
Adnexal Lesions
4. Effect of Hydroxychloroquine Treatment on Dry Eyes in Subjects with
Primary Sjorgen’s Syndrome : A Double-Blind Randomized Control Study
Tulisan :
1. Teknik Pemeriksaan Korena
2. Glaukoma Bertekanan Normal
3. Neonatorum Gonococcal
4. Entropion Involusional
Laporan Kasus :
1. Penatalaksanaan Myastenia Gravis
2. Tindakan Trabekulektomy pada Glaukoma Juvenile
Universitas Sumatera Utara