22
i Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Salatiga Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti : Muchamad Taufiq Anwar ( 702012109 ) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga Juni 2016

Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

i

Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Salatiga

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :

Muchamad Taufiq Anwar ( 702012109 )

Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika

dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga

Juni 2016

Page 2: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

ii

Page 3: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

iii

Page 4: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

iv

Page 5: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

v

Page 6: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

vi

Page 7: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

1

EVALUASI PENGGUNAAN TIK DALAM PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SALATIGA

1) Muchamad Taufiq Anwar, 2) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1) [email protected], 2) [email protected]

Abstract

Indonesia's education curriculum implies the integration of ICT in learning at

school. Evaluation of ICT use in education is very important as it could reveal the cause of

ICT underutilization as well as identifying obstacles in the use of ICT in school. This study

describes the use of ICT in learning in high school in Salatiga, students’ perceptions, and

the challenges in the use of ICT. The results showed a high frequency of internet use,

moderate of use of computers and laptops, and varied use of other devices. Most used

software is Office suite, image processor, and web-based applications. ICT tools most

frequently used by students to find references when doing assigments. Students' perception

of the use of ICT is very positive since ICTs can facilitate learning. Obstacles in using ICT

in learning includes limited ICT resources, limited human resources, and the misuse of

ICTs.

Keywords – evaluation of ICT use in learning, high school ICT use in learning, frequency

of ICT use, students’ perception, challenge of ICT use

Abstrak

Kurikulum pendidikan Indonesia mengisyaratkan pengintegrasian TIK dalam

pembelajaran di sekolah. Evaluasi penggunaan TIK dalam pendidikan sangat diperlukan

karena dapat menunjukkan penyebab pemanfaatan sumber daya TIK yang kurang

maksimal serta mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan TIK di sekolah.

Penelitian ini mendeskripsikan penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Salatiga,

persepsi siswa, serta hambatan / tantangan dalam penggunaan TIK. Hasil penelitian

menunjukkan frekuensi penggunaan internet yang tinggi frekuensi penggunaan komputer

dan laptop yang sedang, serta penggunaan perangkat lain dengan frekuensi tidak tentu.

Software yang paling banyak digunakan adalah Office suite, pengolah gambar, serta

aplikasi berbasis web. Perangkat TIK paling sering digunakan siswa untuk mencari

referensi ketika mengerjakan tugas. Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK sangat positif

dengan alasan bahwa TIK dapat memudahkan / menguatkan proses belajar. Hambatan

penggunaan TIK untuk pembelajaran di SMA antara lain terbatasnya sarana TIK, sumber

daya manusia yang kurang, serta penyalahgunaan TIK.

Kata Kunci – evaluasi TIK dalam pembelajaran, penggunaan TIK di Sekolah Menengah

Atas, frekuensi penggunaan TIK, persepsi siswa, tantangan penggunaan TIK

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Page 8: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

2

1. Pendahuluan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah masuk ke pelbagai segi

kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Berdasarkan visi “pembelajaran

sepanjang hayat”, tim kerja Menteri Pendidikan Nasional mengembangkan program kerja

lima-tahunan (2001-2005) untuk mengintegrasikan TIK dalam dunia pendidikan yang di

dalamnya termasuk penggunaan TIK sebagai bagian penting dari kurikulum dan sebagai

alat pembelajaran di sekolah[1]. Beberapa program telah diluncurkan untuk menyediakan

infrastruktur TIK di sekolah, di antara adalah program “Satu Sekolah Satu Laboratorium”,

block-grant, dan lain sebagainya [2]. TIK merupakan bagian penting dari Kurikulum 2004

(Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan menjadi sebuah mata pelajaran di mana siswa

mempelajari penggunaan software pengolah kata, pengolah angka, pengolah gambar, serta

internet [2]. Mata pelajaran TIK terus berlanjut pada pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata

pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan diharapkan digunakan secara teritegrasi

dalam pembelajaran. Pada tahun ajaran 2014/2015 semua Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Salatiga melaksanakan Kurikulum 2013 meski pada sebagian sekolah hanya berjalan

selama satu semester. Hingga tahun ajaran 2015/2016 ini, di Kota Salatiga terdapat dua

SMA yang menjalankan kurikulum 2013 dan SMA lainnya menggunakan KTSP. Meski

terdapat perbedaan kurikulum yang digunakan, penggunaan TIK dalam pembelajaran tetap

berjalan pada sekolah-sekolah tersebut[3]. Evaluasi penggunaan TIK dalam pendidikan

sangat penting untuk dilakukan karena dapat menunjukkan penyebab pemanfaatan sumber

daya TIK yang belum maksimal serta mengidentifikasi hambatan dalam pemanfaatan TIK

di sekolah[2]. Penelitian ini menanyakan: Bagaimanakah frekuensi penggunaan TIK dalam

pembelajaran di SMA di Kota Salatiga? Bagaimanakah bentuk penggunaan TIK dalam

pembelajaran di SMA di Kota Salatiga? Bagaimanakah persepsi siswa SMA di Kota

Salatiga terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah? Apakah hambatan

yang dialami dalam penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA

di Kota Salatiga, persepsi siswa, serta hambatan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di

sekolah. Dengan mengetahui gambaran penggunaan TIK dalam pembelajaran serta

hambatan yang ditemui, maka dapat dilakukan perbaikan atas praktik penggunaan TIK

dalam pembelajaran yang berjalan selama ini.

2. Tinjauan Pustaka

Adapun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini,

antara lain:

Iman (2015) dalam “EVALUASI PEMANFAATAN TIK PADA

PEMBELAJARAN OLEH GURU-GURU SMP NEGERI 1 UNGARAN DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013” menyimpulkan bahwa pemanfaatan TIK

dalam perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran pada kelompok mata

pelajaran IPA, IPS, dan seni kesemuanya termasuk dalam kategori sangat tinggi[4].

Conole (2008) dalam “‘Disruptive technologies’, ‘pedagogical

innovation’: What’s new? Findings from an in-depth study of students’ use and

perception of technology” menemukan bahwa siswa menggunakan teknologi untuk

mendukung aspek pembelajaran seperti penemuan sumber daya, serta penyusunan

dan penyelesaian tugas[5]. Kennedy et al. (2008) dalam “First year students’

experiences with technology: Are they really digital natives?” menemukan bahwa

Page 9: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

3

sikap mahasiswa tahun pertama sangat positif terhadap penggunaan TIK untuk

membantu belajar mereka. Aktivitas kunci yang mereka sebutkan antara lain:

menggunakan komputer untuk belajar, mencari informasi, administrasi kuliah,

berkomunikasi lewat SMS dan instant messaging, serta menggunakan Learning

Managemet System untuk mengakses materi seputar perkuliahan[6]. Hasugian

(2011) dalam penelitiannya “Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Belajar

oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang” menemukan

bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan internet sejak mereka belum kuliah

dengan intensitas 1-2 kali dalam seminggu. Mahasiswa menggunakan internet

sebagai sumber belajar karena diberikan tugas oleh dosen. Hambatan yang dialami

mahasiswa yaitu masih mahalnya akses internet[7].

Pelgrum (2001) dalam “Obstacles to the integration of ICT in education:

results from a worldwide educational assessment” menemukan bahwa hambatan

utama pengitegrasian TIK dalam pendidikan adalah kurangnya jumlah komputer,

guru tidak memiliki pengetahuan / keterampilan, serta tidak tercukupinya komputer

dengan akses simultan ke internet[8]. Bingimlas (2009) dalam “Barriers to the

successful integration of ICT in teaching and learning environments: A review of

the literature” menemukan bahwa guru memiliki kemauan besar untuk

mengintegrasikan TIK dalam pendidikan tetapi terhalang tidak adanya percaya diri,

kurangnya kompetensi, dan tidak adanya sumber daya[9]. Hal ini senada dengan

Khan et al. (2012) yang menemukan bahwa kurangnya pengetahuan tentang

penggunaan TIK dan kurangnya keterampilan pada alat TIK dan software juga telah

membatasi penggunaan perangkat TIK dalam situasi belajar mengajar di

Bangladesh[10]. Legawaningsih (2012) dalam penelitiannya “Pengaruh

Ketersediaan Perangkat TIK, Strategi Coping Proaktif dan Computer Self Efficacy

pada Burnout Guru dan Dampaknya Terhadap Pemanfaatan TIK dalam

Pembelajaran di SMA dan SMK Salatiga” menemukan bahwa ketersediaan

perangkat TIK berpengaruh terhadap pemanfaatan TIK untuk pembelajaran[11].

Indrawati (2012) dalam penelitiannya “Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis

Komputer Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X Sma Negeri 3 Salatiga” menemukan

bahwa hambatan penggunaan pembelajaran berbasis komputer pada mata pelajaran

Kimia kelas X adalah belum semua guru mampu merancang media pembelajaran

dengan aplikasi Powerpoint dengan baik sehingga masih ditemui tampilan

Powerpoint yang kurang menarik[12]. Berdasarkan temuan penelitian terdahulu

mengenai bentuk-bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran, hambatan

penggunaan TIK dalam pembelajaran, serta evaluasi penggunaan TIK pada

pembelajaran oleh guru SMP Negeri 1 Ungaran, maka peneliti tertarik untuk

mengevaluasi penggunaan TIK dalam pembelajaran oleh siswa di SMA di kota

Salatiga dengan mengetahui bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA

di kota Salatiga, persepsi siswa, serta hamabatan yang dialami.

Menurut Stufflebeam (1971), evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan[13]. Stufflebeam (1971) juga

mengemukakan penggunaan model evaluasi CIPP ke dalam bidang pendidikan.

Model evaluasi CIPP terdiri dari evaluasi konteks (Context), masukan (Input),

Page 10: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

4

proses (Process), dan produk (Product)[13]. Menurut Stufflebeam, tujuan

terpenting dari evaluasi bukanlah untuk membuktikan, melainkan untuk

memperbaiki[14].

Tidak ada definisi universal untuk TIK karena konsep, metode, dan aplikasi

yang digunakan dalam TIK selalu berubah dari hari ke hari. Luasnya istilah TIK

meliputi setiap produk yang dapat menyimpan, mengambil, memanipulasi,

mengirimkan atau menerima informasi secara elektronik dalam bentuk digital,

misalnya komputer pribadi, televisi digital, email, dan robot (Riley, 2015)[15].

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Disdiknas, 2003)[16]. Pendidik

memiliki peran untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Sumber belajar meliputi berbagai hal seperti buku, sumber elektronik / digital,

maupun objek untuk dipelajari. Lingkungan belajar yang kondusif akan

memudahkan peserta didik dalam belajar.

Ada dua pendekatan utama untuk menggunakan media dan teknologi di

sekolah. Pertama, siswa dapat belajar "dari" media dan teknologi, dan kedua,

mereka dapat belajar "dengan" media dan teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi

dilakukan seperti dalam penggunaan computer-based instruction (tutorial) atau

integrated learning systems. Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan

teknologi sebagai cognitive tools (alat bantu pembelajaran kognitif) dan

menggunakan teknologi dalam lingkungan pembelajaran konstruktivisme

(constructivist learning environments)[17].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat evaluatif

dengan tujuan mengkaji penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota

Salatiga. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model CIPP,

di mana dalam penelitian ini, konteks adalah tentang umumnya penggunaan TIK di

kota Salatiga; masukan yaitu teknologi, sarana prasarana TIK, guru, serta siswa;

proses yaitu proses pembelajaran, dan produk yaitu dampak penggunaan TIK dalam

pemebalajaran. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, di mana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2013)[18]. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancara. Angket

merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud

agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna (Arikunto, 2006)[19]. Dalam penelitian ini, angket digunakan

untuk mengumpulkan informasi frekeunsi penggunaan TIK, bagaimana TIK

digunakan, persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran di

sekolah, serta hambatan dalam penggunaan TIK dalam pembelajaran. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Palekahelu (2015) tentang

penggunaan TIK di sekolah di kota Salatiga, Jawa Tengah[20]. Wawancara

dilakukan untuk memperoleh data yang berupa konstruksi kejadian, aktivitas, dan

pengakuan (Burhan, 2009)[21]. Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk

Page 11: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

5

melakukan crosscheck / triangulasi terhadap temuan angket serta untuk

mengumpulkan informasi lebih lengkap dari temuan angket.

Penelitian dilakukan pada enam SMA dari delapan SMA yang ada di Kota

Salatiga, yang terdiri dari tiga SMA negeri dan tiga SMA swasta. Keenam sekolah

tersebut dipilih karena memiliki nilai akreditasi yang sepadan. Dari masing-masing

SMA negeri dan swasta, terdapat satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013

dan dua sekolah lainnya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / KTSP

(sekolah ini pernah menggunakan Kurikulum 2013 pada Semester Ganjil tahun

ajaran 2014/2015). Sampel dalam penelitian ini adalah 45 siswa untuk setiap

sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling.

Dari angket yang didistribusikan ke enam SMA di Salatiga, didapatkan

respon balik yang terdiri dari 124 responden dari SMA negeri dan 132 responden

dari SMA swasta. Hasil temuan angket kemudian di-crosscheck dengan melakukan

wawancara terhadap siswa (random) dan guru.

4. Hasil dan Pembahasan

Frekuensi penggunaan TIK untuk pembelajaran

Tabel 1 Frekuensi penggunaan TIK untuk pembelajaran di sekolah

Tidak pernah

Tidak tahu

Sekitar sebulan sekali

2-3 kali seminggu

Sekali / lebih sehari

N S N S N S N S N S

Komputer 0% 0% 1%

3% 7% 16% 64% 60% 25% 21%

Laptop 15%

24%

2%

0% 13% 19% 48% 35% 22% 22%

Tablet

65

%

52

%

3

%

2

% 2% 2% 5% 10% 24% 34%

Kamera digital 70%

67%

4%

2% 10% 9% 8% 9% 6% 13%

Televisi (pembelajaran)

90%

69%

6%

4% 1% 14% 2% 8% 1% 5%

Televisi (hiburan) 94%

81%

2%

5% 2% 5% 1% 3% 2% 5%

Email 8% 26%

2%

5% 35% 29% 33% 19% 22% 22%

SMS 39%

47%

9%

7% 8% 7% 15% 13% 28% 27%

Internet 2% 6%

2

%

1

% 4% 2% 14% 16% 78% 76%

N: Negeri

S: Swasta

Page 12: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

6

Tabel 1 menunjukkan frekuensi penggunaan komputer (desktop PC) yang

cenderung masih dalam orde mingguan, baik di SMA negeri maupun swasta,

dengan frekuensi penggunaan komputer di SMA negeri sedikit lebih tinggi daripada

SMA swasta. Berdasarkan wawancara, siswa SMA yang menerapkan KTSP

menggunakan komputer terutama pada saat pelajaran TIK (dan pelajaran

Multimedia di SMA Kristen 1 Salatiga). Sedangkan di SMA yang menggunakan

Kurikulum 2013, komputer digunakan pada mata pelajaran Keterampilan, atau jika

disediakan komputer di dalam kelas, maka dapat digunakan pada setiap mata

pelajaran (tergantung desain pembelajaran guru). Tidak terdapat perbedaan yang

mencolok dalam frekeunsi penggunaan komputer antara sekolah yang menerapkan

Kurikulum 2013 dan KTSP. Siswa dapat juga menggunakan komputer di

perpustakaan ketika ada penugasan dari guru pada mata pelajaran selain TIK,

menggunakan komputer lab setelah pulang sekolah, atau menggunakan komputer

perpustakaan saat jam istirahat untuk mencari referensi / mengerjakan tugas.

Frekuensi penggunaan laptop dalam pembelajaran baik di SMA negeri

maupun swasta juga cenderung masih dalam orde mingguan, dengan frekuensi

penggunaan komputer di SMA negeri sedikit lebih tinggi daripada SMA swasta.

Berdasarkan wawancara, siswa menggunakan laptop untuk mengerjakan tugas

(kelompok) pada mata pelajaran – mata pelajaran yang tidak terbatas hanya pada

mata pelajaran TIK dengan frekuensi yang tidak menentu tergantung tugas yang

diberkan oleh guru. Laptop yang digunakan adalah milik siswa sendiri dan hanya

dibawa ke sekolah saat diperlukan untuk mengerjakan tugas saja, meski ada pula

siswa yang membawa laptopnya setiap hari ke sekolah.

Frekuensi penggunaan tablet dalam pembelajaran di SMA negeri dan swasta

bervariasi; ada 24% responden siswa SMA negeri dan 34% responden siswa SMA

swasta yang menyebutkan bahwa mereka menggunakan tablet setiap hari, akan

tetapi sebagian besar responden (52% responden siswa SMA negeri dan 65%

responden siswa SMA swasta) menyebutkan belum pernah menggunakan tablet

untuk pembelajaran. Berdasarkan wawancara, siswa yang memiliki tablet

membawa tablet mereka ke sekolah dan dapat dimanfaatkan untuk browsing /

mengerjakan tugas. Sebagian besar siswa lainnya umumnya menggunakan

smartphone. Frekuensi penggunaan tablet di SMA swasta lebih tinggi daripada

SMA negeri.

Frekuensi penggunaan kamera digital dalam pembelajaran di SMA negeri

dan swasta masih rendah, dengan sebagian besar responden (67% siswa SMA

negeri dan 70% siswa SMA swasta) menyebutkan belum pernah menggunakan

kamera digital untuk pembelajaran. Sementara, siswa lain menggunakan kamera

digital dengan frekuensi tidak menentu. Berdasarkan wawancara, siswa pernah

menggunakan kamera digital untuk keperluan dokumentasi dalam pembuatan

laporan serta ketika ada penugasan pembuatan film pada mata pelajaran – mata

pelajaran tertentu. Siswa ada pula kalanya menggunakan kamera pada smartphone

mereka. Frekuensi penggunaan kamera digital di SMA swasta sedikit lebih tinggi

daripada SMA negeri. Hal ini bisa dikarenakan oleh adanya mata pelajaran

Multimedia di (salah satu) SMA swasta.

Page 13: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

7

Frekuensi penggunaan televisi dalam pembelajaran di SMA negeri dan

swasta sangat rendah. 90% responden siswa SMA negeri dan 69% responden siswa

SMA swasta menyebutkan belum pernah menggunakan televisi untuk

pembelajaran. Siswa SMA swasta, meski sedikit, lebih sering menggunakan televisi

untuk pembelajaran. Berdasarkan wawancara, ada guru yang menggunakan televisi

untuk memutar video media pembelajaran. Meski ada laptop, televisi dipilih karena

tidak memerlukan speaker tambahan agar terdengar oleh banyak siswa. Meski

frekuensi penggunaan televisi untuk pembelajaran sangat rendah, frekuensi

penggunaan televisi untuk hiburan juga tidak kalah rendah. Hal ini dikarenakan

sekolah yang tidak menyediakan televisi untuk siswa atau karena sekolah tidak

menyediakan televisi yang terhubung dengan antena / receiver.

Frekuensi penggunaan email untuk pembelajaran bervariasi dalam orde

bulanan, mingguan, dan harian, serta sebagian ada yang belum pernah

menggunakan. Berdasarkan wawancara, siswa menggunakan email dalam

pembelajaran untuk berbagi materi dan mengirim tugas dengan frekuensi yang

tidak menentu. Frekuensi penggunaan email di SMA negeri sedikit lebih tinggi

daripada SMA swasta.

Penggunaan SMS sebagian besar tidak pernah, dan sebagian lainnya dengan

frekuensi yang bervariasi dalam orde harian, mingguan, dan bulanan. Berdasarkan

wawancara, siswa biasanya menggunakan SMS untuk berkoordinasi antar teman

sekelas / anggota kelompok terutama saat ada tugas kelompok. Meski demikian,

siswa lebih sering menggunakan BBM karena dapat melakukan group chat dan

berbagi materi pelajaran. Tidak terdapat perbedaan frekuensi dalam penggunaan

SMS antara SMA negeri dan swasta.

Frekuensi penggunaan internet untuk pembelajaran di SMA negeri maupun

swasta sangat tinggi. Hal ini terlihat dari 78% responden siswa SMA negeri dan

76% responden siswa SMA swasta yang menyebutkan bahwa mereka

menggunakan internet satu kali atau lebih dalam sehari. Berdasarkan wawancara,

siswa paling banyak mengunakan internet untuk mencari referensi saat

mengerjakan tugas dari guru. Sebagian besar siswa mengakses internet dengan

smartphone milik mereka dengan menggunakan paket data seluler, diikuti dengan

perangkat lain seperti tablet, laptop, dan komputer. Tidak terdapat perbedaan

frekuensi penggunaan internet antara SMA negeri dan swasta.

Software yang digunakan dengan TIK dalam pembelajaran

Penggunaan TIK dapat tergambar dari software yang digunakan.

Berdasarkan cacah jawaban responden, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2 Software yang digunakan di sekolah

Negeri Swasta

Microsoft Word 99% 100%

Microsoft Excel 87% 86%

Page 14: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

8

Microsoft PowerPoint 97% 95%

Photoshop 60% 54%

Blogs 51% 25%

Wikis 28% 32%

Corel Draw 20% 34%

Paint 14% 10%

Lain-lain 14% 20%

Tabel 2 menunjukkan bahwa, baik di SMA negeri maupun swasta, software

yang paling banyak digunakan adalah kategori Office suite (Word, Excel,

Powerpoint), pengolah grafis (Photoshop, Corel Draw, MS Paint), dan aplikasi

internet (blog, wiki). Berdasarkan wawancara, Office suite digunakan siswa untuk

mengerjakan tugas. Software pengolah grafis digunakan karena merupakan bagian

dari kurikulum (mata pelajaran TIK dan Multimedia), akan tetapi ada kalanya siswa

menggunakannya untuk mata pelajaran lain seperti untuk mendesain cover laporan

(meski sangat minim). Internet digunakan siswa untuk mencari informasi dan ada

kalanya ada guru yang memberikan penugasan melalui blog, menugaskan siswa

untuk membuat blog dan mem-posting hasil pekerjaaanya di blog mereka. Software

lain yang disebutkan siswa antara lain adalah software-software multimedia

(pengolah video, animasi), Learning Management System, media sosial, dan

software virtualisasi. Software yang digunakan cenderung bervariasi tergantung

inovasi guru.

Bentuk penggunaan TIK oleh siswa untuk belajar di sekolah

Berdasarkan pertanyaan terbuka angket mengenai bagaimana siswa

menggunakan TIK untuk pembelajaran di sekolah, didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 3 Bentuk penggunaan TIK oleh siswa untuk belajar di sekolah

Negeri Swasta

Mencari referensi untuk mengerjakan tugas 90% 77%

Presentasi 11% 9%

Lain-lain 6% 21%

Tabel 3 menunjukkan bahwa, antara siswa SMA negeri dan swasta, penggunaan

TIK untuk belajar di sekolah kurang lebih digunakan untuk hal yang serupa.

Sebagian besar siswa SMA negeri maupun swasta menggunakan TIK untuk

browsing / mencari informasi atau materi / mencari jawaban tugas. Hal ini sesuai

Page 15: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

9

dengan hasil temuan Sadjianto (2012) yang menemukan bahwa guru sering

menyuruh siswa untuk mencari tugas di internet sehingga siswa sangat termotivasi

dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar[22]. Penggunaan lain dari

TIK adalah untuk presentasi (penugasan dari guru), menonton film, mengirim

email, dan mengetik tugas. Hal ini senada dengan Conole (2008) yang menemukan

bahwa siswa menggunakan teknologi untuk mendukung aspek pembelajaran seperti

penemuan sumber daya, serta penyusunan dan penyelesaian tugas[5].

Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran

Tabel 4 Persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran

Tanpa

Akses TIK

Sangat

Tidak Setuju

Tidak

Setuju

Tidak

Tahu Setuju

Sangat

Setuju

N S N S N S N S N S N S

1. Guru saya menggunakan berbagai TIK

untuk membantu saya belajar. 0% 0% 2% 0%

2

%

1

%

8

%

2

%

64

%

72

%

23

%

25

%

2. Menggunakan TIK di sekolah

membantu saya belajar lebih banyak lagi. 0% 0% 0% 1%

2

%

2

%

6

%

3

%

60

%

50

%

32

%

44

%

3. Menggunakan TIK di sekolah

membuat saya tidak bisa beajar. 0% 1% 26% 22%

56

%

62

%

15

%

11

%

3

%

3

%

1

%

1

%

4. Saya suka menggunakan TIK untuk

belajar. 0% 2% 0% 0%

0

%

4

%

6

%

4

%

67

%

66

%

26

%

25

%

Tabel 4 menunjukkan bahwa siswa negeri (87% responden) maupun swasta

(97% responden) setuju dengan persepsi bahwa guru mereka menggunakan TIK

untuk pembelajaran. Berdasarkan wawancara, hampir semua guru mata pelajaran

telah menggunakan TIK dalam pembelajaran. TIK yang digunakan guru biasanya

adalah menggunakan media presentasi Powerpoint dengan menggunakan laptop

dan LCD projector. Sementara itu, hanya sebagaian kecil guru yang menggunakan

media ajar lain seperti Flash dan software pembelajaran lain. 92% siswa SMA

negeri dan 96% siswa SMA swasta setuju bahwa TIK membantu mereka belajar

lebih banyak. Berdasarkan wawancara, siswa maupun guru mendapatkan manfaat

dari adanya internet yang memudahkan dalam mendapatkan informasi yang lebih

luas daripada dari sumber-sumber seperti buku. Demikian pula, sebagian besar

siswa tidak setuju TIK membuat mereka tidak bisa belajar.

93% responden siswa SMA negeri dan 91% responden siswa SMA swasta

setuju bahwa mereka suka menggunakan TIK untuk belajar. Lebih lanjut, dari

pertanyaan angket berikutnya, dapat diketahui alasan siswa lebih menyukai

menggunakan TIK untuk belajar, yaitu:

Tabel 5 Alasan siswa lebih suka menggunakan TIK untuk belajar di sekolah

Negeri Swasta

TIK memudahkan / menguatkan proses belajar 65% 73%

Page 16: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

10

TIK menyenangkan 10% 6%

Lain-lain 19% 22%

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA negeri (65%

responden) dan siswa SMA swasta (73% responden) lebih suka menggunakan TIK

untuk belajar di sekolah karena pemanfaatan TIK untuk belajar di sekolah

dipersepsi siswa sebagai sarana yang memberikan kemudahan, kepraktisan,

kecepatan, dan akses ke sumber belajar yang lebih besar / kaya. Hal ini sesuai

dengan temuan Edmund et al (2012) yang menemukan bahwa kebermanfaatan dan

kemudahan penggunaan merupakan dimensi utama sikap siswa terhadap

teknologi[23].

10% responden siswa SMA negeri dan 6% responden siswa SMA swasta

juga menyebutkan bahwa mereka lebih suka menggunkaan TIK untuk belajar di

sekolah karena TIK menyenangkan. Berdasarkan wawancara, siswa merasa senang

karena TIK dapat menyediakan media belajar yang lebih bervariasi / interaktif

sehingga tidak se-membosankan pembelajaran konvensional yang berbasis buku /

ceramah.

Sebagian siswa lain juga menyebutkan bahwa mereka lebih suka

menggunakan TIK untuk belajar di sekolah karena disediakannya wifi gratis

sehingga dapat menghemat kuota internet paket data pribadi mereka.

Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah

Tabel 6 Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah

Negeri Swasta

Wifi / internet lambat /putus-putus; jangkauan Wifi kurang 43% 43%

Keterbatasan kuantitas dan atau kualitas perangkat TIK 36% 23%

Guru dan atau siswa kurang menguasai TIK 8% 9%

Penyalahgunaan TIK 7% 15%

Lain-lain 2% 7%

Tabel 6 menunjukkan bahwa hambatan paling umum dari pemanfaatan TIK

untuk pembelajaran adalah internet yang lambat atau tidak stabil (putus-putus) atau

sinyal wifi belum menjangkau tempat siswa belajar serta terbatasnya infrastruktur

/ sarana prasarana / perangkat TIK baik dari segi kuantitas dan atau kualitas. Hal ini

sesuai dengan (Pelgrum, 2001) yang mengatakan bahwa hambatan utama

pengitegrasian TIK dalam pendidikan adalah kurangnya jumlah komputer, guru

tidak memiliki pengetahuan / keterampilan, serta tidak tercukupinya komputer

dengan akses simultan ke internet[8].

Page 17: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

11

Meski tidak begitu banyak, siswa swasta memiliki kecenderungan sedikit

lebih tinggi untuk menyalahgunakan TIK untuk hal lain di luar pembelajaran,

seperti mengakses media sosial, Youtube, atau situs lain ketika guru sedang

menerangkan. Hal ini sesuai dengan (Pelgrum, 2001) yang mengatakan bahwa

penggunaan teknologi oleh siswa untuk belajar bercampur dengan penggunakan

alat ini untuk kegiatan sosial (media sosial) dan kesenangan / hiburan[8].

Hambatan lain adalah sumber daya manusia yang kurang memadai.

Beberapa guru / siswa kurang terampil dalam menggunakan TIK. Hal ini sesuai

dengan (Pelgrum, 2001) yang mengatakan bahwa salah satu hambatan utama

pengitegrasian TIK dalam pendidikan adalah kurangnya pengetahuan /

keterampilan guru[8].

Diskusi

Pemanfaatan TIK yang baik adalah yang terintegrasi dalam mata pelajaran

– mata pelajaran[2], akan tetapi, dalam penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan

komputer dan software-software masih cenderung ‘terbatas’ pada mata pelajaran

TIK / Prakarya, sementara pemanfaatan pada mapel lain masih jarang-jarang.

Pemanfaatan TIK pada mapel lain pun sebagian besar masih terbatas pada

penggunaan Powerpoint, sementara guru yang menggunakan TIK dalam bentuk

lain seperti Flash dan alat TIK lain masih rendah. Rupanya, tuntutan kurikulum

nasional Indonesia yang mempromosikan penggunaan TIK dalam pembelajaran

belum dijalankan dengan begitu baik. Penelitian menunjukkan bahwa TIK dapat

membantu siswa memahami konsep abstrak[2]. Kekuatan penggunaan TIK untuk

proses pembelajaran terletak pada desain materi pembelajaran yang interaktif,

menarik, multimedia, dan memiliki tampilan visual yang baik[2].

Diperkenalkannya Kurikulum 2013 dapat memaksa guru untuk menggunakan TIK,

meski belum maksimal. Guru yang ‘terpaksa’ menggunakan TIK dalam

pembelajaran, membuat slideshow yang ‘seadanya’ sehingga (justru) gagal menarik

minat siswa untuk belajar. Sebagian siswa bahkan (justru) lebih menyukai / lebih

memahami materi ajar meski tanpa menggunakan TIK. Prinsipnya, guru harus bisa

menyampaikan materi ajarnya dengan me-relate dengan apa yang sudah diketahui

/ dipahami oleh siswa. Pelatihan terhadap guru perlu dilakukan agar guru lebih

sadar akan bentuk-bentuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang lebih baik

dan efektif. Ketika guru melihat TIK sebagai alat untuk mencapai tujuan kurikulum,

mereka akan lebih terdorong untuk menggunakan TIK dalam pembelajaran[2].

Meski segala-galanya tidak serta merta digantikan dengan TIK, tetapi sumber daya

TIK dapat melengkapi sumber daya ajar yang sudah ada untuk menguatkan proses

pembelajaran.

Di sisi lain, penggunaan TIK dalam pembelajaran seperti pemanfaatan

simulasi atau visualisasi tidak melulu menjadi keharusan dan menjanjikan

pembelajaran yang lebih baik. Hal ini terutama berlaku pada mata pelajaran yang

mensyaratkan kompetensi yang berupa keahlian riil calon lulusan dalam dunia

nyata. Teori kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience) menyiratkan

bahwa semakin riil pengalaman belajar siswa, maka semakin besar daya retensi

siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Simulasi atau visualisasi memang dapat

Page 18: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

12

membantu siswa untuk memahami sebuah konsep abstrak, akan tetapi jika kita

begitu saja menggantungkan pelajaran skill pada penggunaan simulasi / visualisasi,

maka skill siswa kurang terbentuk. Misalnya, dalam pelajaran Biologi siswa

dituntut untuk dapat melakukan pengamatan sel bawang merah dengan mikroskop.

Hal ini dapat disimulasikan dengan TIK, akan siswa tidak akan mendapatkan

pengalaman kinestetis / somatis / psikomotor tentang bagaimana membelah bawang

tipis, menyiapkan preparat, mengatur pencahayaan serta memfokuskan mikroskop.

Berdasarkan perbedaan yang teramati dalam pembahasan penggunaan TIK

antara SMA negeri dan swasta terlihat bahwa secara umum penggunaan TIK di

SMA swasta di kota Salatiga lebih bervariasi dibandingkan dengan SMA negeri.

Guru-guru di SMA swasta di kota Salatiga memiliki lebih banyak inovasi bentuk-

bentuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, sementara bentuk pemanfaatan TIK

di SMA negeri lebih cenderung ‘mainstream’ mengikuti apa yang telah digariskan

dari kurikulum. Dari sisi hambatan yang dialami, lebih banyak siswa negeri yang

mengeluhkan tentang sarana dan prasarana TIK di sekolah, serta lebih banyak siswa

SMA swasta yang menyalahgunakan TIK untuk membuka media sosial dan situs

hiburan. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena sekolah swasta yang cenderung

berorientasi kepada kepuasan pelanggan, yang dalam hal ini adalah siswa.

Persepsi siswa terhdap TIK sudah positif, alangkah baiknya jika disusul

dengan pemanfaatan TIK yang lebih menarik dan efektif bagi siswa. Kita mungkin

masih di awal dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, tetapi ini menjadi

momen yang sangat baik untuk melakukan gebrakan, terlebih, kita dapat didukung

oleh hasil-hasil penelitian terdahulu tentang bagaimana pemanfaatan TIK dalam

pembelajaran yang berhasil dan bagaimana yang tidak. Hendaknya, praktek

pemanfaatan TIK dalam pembelajaran memiliki dasar penelitian.

Internet menyediakan sumber belajar yang sangat luas. Siswa sering

menggunakan internet untuk mencari referensi ketika mengerjakan tugas, selain

karena penugasan dari guru, hal ini dilakukan siswa juga karena buku yang

disediakan untuk mereka isinya kurang lengkap. Siswa kini telah memiliki inisiatif

sendiri untuk menggunakan internet sebagai sumber belajar. Meski ada pula siswa

yang memilih untuk langsung mencari jawaban di internet meski hal itu ada di buku

mereka karena mencari jawaban di internet lebiih mudah, cepat, dan praktis. Hal ini

perlu medapatkan perhatian khusus terkait isu “Google effect” yang menyebutkan

bahwa kemudahan pemerolehan informasi berimbas kepada rendahnya tingkat

retensi pengetahuan.

Seiring diberlakukannya bentuk pembelajaran student-centered, peer-

teaching, dan peer-sharing, TIK sangat membantu dalam pertukaran pengetahuan

oleh siswa[2]. Di Salatiga, hal ini teramati pada inisiatif siswa untuk membentuk

grup belajar dengan memanfaatkan media sosial yang mereka akses melalui

smartphone.

Untuk melancarkan model student-centered learning, siswa perlu

disediakan sarana dan prasarana yang memadai. Kondisi di Salatiga, siswa

mengeluhkan internet yang kurang lancar atau jangkauan Wifi yang tidak mencapai

Page 19: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

13

kelas mereka. Pembagian bandwidth dan anggaran belanja bandwidth perlu

mendapatkan perhatian dari pejabat sekolah / pengelola TI sekolah. Saat ini,

sebagian besar siswa masih menggunakan paket data seluler sendiri. Di sisi lain,

penyediaan Wifi / internet di kelas bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, Wifi

/ internet dapat digunakan kapan saja ketika dibutuhkan dalam desain pembelajaran.

Namun, di sisi lain, ketersediaan akses internet dapat pula disalahgunakan siswa

untuk hal-hal lain seperi mengakses media sosial dan mengakses situs hiburan.

Diperlukan adanya kebijakan untuk mengatur hal ini, misalnya dengan pembatasan

pembukaan akses internet pada saat dibutuhkan saja, sesuai desain pembelajaran

guru. Kebijakan sekolah terkait penggunaan TIK, perencanaan, dukungan,

pelatihan TIK dan pengelolaan sarana dan prasarana TIK sekolah pada umumnya

sangat diperlukan karena memberi pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan

TIK dalam kelas (Tondeur et al., 2008)[24].

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan TIK adalah isu

kesehatan. Beberapa siswa mengeluhkan bahwa ketika mereka menggunakan TIK,

mata mereka menjadi ‘pedas’ karena lama menatap layar. Isu lain yang kurang

mendapat perhatian adalah tentang keergonomisan / postur tubuh ketika

menggunakan perangkat TIK.

Meski Kurikulum 2013 meng-klaim bahwa ‘siswa sudah bisa TIK dengan

sendirinya’, nyatanya masih ditemui siswa yang masih belum terbiasa

menggunakan alat TIK. Di sisi lain, sebagian besar siswa yang (katanya) memiliki

kemampuan TIK, nyatanya mengalami kesulitan saat dihadapkan pada persoalan

penggunaan TIK yang lebih advanced. “Kalau cuma mengetik sih, semua orang

kan bisa ya mas. Tapi kalau misalnya harus membuat laporan yang terdapat

halaman portrait dan diselingi halaman landscape, membuat daftar isi, membuat

tab, dan sebagainya, sebagian besar siswa (termasuk juga guru) masih

kebingungan.”, ujar salah satu guru yang penulis wawancarai. Sepertinya kita masih

membutuhkan TIK sebagai sebuah mata pelajaran. Melengkapi siswa dengan

keterampilan TIK dapat memfasilitasi pengintegrasian TIK yang efektif di sekolah

[2].

Jika dikembalikan kepada definisinya, maka peran TIK dalam pembelajaran

meliputi: penyediaan sumber belajar / informasi, alat pengolah informasi, alat /

media untuk mengomukasikan / mempresentasikan ide, serta sebagai alat untuk

bertukar informasi / ide. Sementara, teknologi secara umum memiliki peran untuk

mempermudah kerja manusia. Kelebihan TIK yang lainnya adalah dapat

mengurangi penggunaan kertas.

Page 20: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

14

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. TIK yang paling sering digunakan oleh siswa SMA di kota Salatiga adalah

internet. Alat TIK yang paling sering digunakan siswa adalah smartphone /

tablet serta komputer / laptop.

2. Bentuk penggunaan TIK dalam pembelajaran oleh siswa SMA negeri

maupun swasta di Kota Salatiga berbasis software office suite terutama

untuk mengerjakan tugas.

3. Siswa SMA negeri dan swasta di kota Salatiga memberikan persepsi positif

terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran karena TIK dianggap

memberi kemudahan dalam mencari sumber belajar.

4. Hambatan penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota Salatiga

adalah Wifi yang tidak menjangkau seluruh area sekolah, keterbatasan

sarana TIK, keterbatasan sumber daya manuasia, serta penyalahgunaan TIK

untuk mengakses media sosial dan situs hiburan.

Saran penelitian berikutnya

Beberapa pertanyaan dalam angket yang digunakan pada penelitian berupa

pertanyaan terbuka yang mengakibatkan kurang terarahnya jawaban / respon siswa.

Untuk penelitian berikutnya, hendaknya melakukan penelitian pendahulu untuk

mengidentifikasi jawaban-jawaban yang sering muncul untuk dijadikan poin

pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka dapat tetap digunakan untuk menangkap /

merekam jawaban siswa yang berada di luar pertanyaan tertutup. Penelitian ini

belum menggambar secara mendalam penggunaan TIK oleh guru, maka pada

penelitian yang akan datang, hendaknya menyelediki pula hal tersebut di samping

penggunaan TIK oleh siswa. Setiap sekolah bisa saja memiliki karakteristik

penggunaan TIK yang berbeda-beda (karena perbedaan kebijakan dan atau

kepedulian penjabat sekolah), alangkah baiknya jika peneltian berikutnya dapat

membahas karakteristik penggunaan TIK ini untuk setiap satuan pendidikan,

sehingga dapat dihasilkan masukan yang spesifik untuk masing-masing sekolah.

Saran kepada pihak-pihak terkait:

Saran kepada sekolah:

Pembuatan kebijakan terkait pengelolaan sarana prasarana TIK, serta

regulasi penggunaan TIK dalam pembelajaran.

Saran kepada dinas pendidikan:

Mengadakan pelatihan kepada guru tentang pemanfaatan TIK yang baik dan

efektif.

Sosialisasi model membelajaran yang lebih student-centered, yang bernafas

Tut Wuri Handayani.

Page 21: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

15

Sosialisasi kepada siswa mengenai pemanfaatan TIK yang baik dan sehat.

Saran kepada pemerintah / kementrian / pembuat kebijakan:

Melakukan pendampingan dan monev rutin terkait program yang berkaitan

dengan penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah.

Saran kepada stakeholder lain / swasta:

Kerja sama dengan sekolah mengenai pengadaan sarana dan prasarana TIK

di sekolah.

6. Daftar Pustaka

[1] Yuhetty, H. (2004, February). ICT and Education in Indonesia. In Proceedings

Asia and the Pacific Seminar.

[2] Bangkok, U. N. E. S. C. O. (2004). Integrating ICTs into education: Lessons

learned. UNESCO Bangkok. Retrieved March, 21, 2011.

[3] Supomo, Agus Hari. 2015. Hasil wawancara dengan Kabid Dikmen Disdikpora

Kota Salatiga terkait penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA. Salatiga.

[4] Iman, F. N. (2015). EVALUASI PEMANFAATAN TIK PADA

PEMBELAJARAN OLEH GURU-GURU SMP NEGERI 1 UNGARAN DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Indonesian Journal of Curriculum and

Educational Technology Studies, 3(1), 9-16.

[5] Conole, G., De Laat, M., Dillon, T., & Darby, J. (2008). ‘Disruptive

technologies’,‘pedagogical innovation’: What’s new? Findings from an in-depth

study of students’ use and perception of technology. Computers & Education,

50(2), 511-524.

[6] Kennedy, G. E., Judd, T. S., Churchward, A., Gray, K., & Krause, K. L. (2008).

First year students’ experiences with technology: Are they really digital natives.

Australasian journal of educational technology, 24(1), 108-122.

[7] Hasugian, P. (2011). Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Belajar Oleh

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang. SKRIPSI Jurusan

Teknik Sipil-Fakultas Teknik UM.

[8] Pelgrum, W. J. (2001). Obstacles to the integration of ICT in education: results

from a worldwide educational assessment. Computers & education, 37(2), 163-178.

[9] Bingimlas, K. A. (2009). Barriers to the successful integration of ICT in

teaching and learning environments: A review of the literature. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education, 5(3), 235-245.

[10] Khan, M., Hossain, S., Hasan, M., & Clement, C. K. (2012). Barriers to the

Introduction of ICT into Education in Developing Countries: The Example of

Bangladesh. Online Submission, 5(2), 61-80.

Page 22: Evaluasi Penggunaan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah ......Satuan Pendidikan (KTSP, tahun 2006). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri melainkan

16

[11] Legawaningsih, C. (2012). Pengaruh Ketersediaan Perangkat TIK, Strategi

Coping Proaktif dan Computer Self Efficacy pada Burnout Guru dan Dampaknya

Terhadap Pemanfaatan Tik dalam Pembelajaran di SMA dan SMK Salatiga

(Doctoral dissertation, Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana

FKIP-UKSW).

[12] Indrawati, N. (2012). Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X Sma Negeri 3 Salatiga (Doctoral dissertation,

Universitas Muhammadiyah Surakarta).

[13] Stufflebeam, D. L. (1971). The Relevance of the CIPP Evaluation Model for

Educational Accountability.

[14] Stufflebeam, D. L. (2003). The CIPP model for evaluation. In International

handbook of educational evaluation (pp. 31-62). Springer Netherlands.

[15] Riley, Jim, What is ICT?,

http://www.tutor2u.net/business/ict/intro_what_is_ict.htm Diakses tanggal 20

Maret 2016.

[16] Nasional, S. P. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003. Tentang: Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas.

[17] Reeves, T. C. (1998). The impact of media and technology in schools. Rapport

de recherche préparé pour la Bertelsmann Foundation. University of Georgia.

Partnership for 21st Century Skills (2003). Learning for the 21st Century: A Report

and a Mile Guide for 21st Century Skills. Washington.

[18] Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

[19] Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

[20] Palekahelu, D., Hunt, J., & Thrupp, R. (2015). ICT use by schools in Kota

Salatiga, Central Java. (in press).

[21] Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakn Publik,

dan Ilmu SosialLainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), Hlm. 111-117

[22] Sadjiarto, A. (2012). Motivasi dalam Memanfaatkan Internet Sebagai Sumber

Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Salatiga Semester Ganjil Tahun 2011/2012

(Doctoral dissertation, Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW).

[23] Edmunds, R., Thorpe, M., & Conole, G. (2012). Student attitudes towards and

use of ICT in course study, work and social activity: A technology acceptance

model approach. British journal of educational technology, 43(1), 71-84.

[24] Tondeur, J., Van Keer, H., van Braak, J., & Valcke, M. (2008). ICT integration

in the classroom: Challenging the potential of a school policy. Computers &

Education, 51(1), 212-223.