Click here to load reader
View
2
Download
0
Embed Size (px)
LAPORAN HASIL PENELITIAN
EVALUASI PENGENDALIAN SCHISTOSOMIASIS OLEH LINTAS
SEKTOR DAN IMPLEMENTASI BADA MODEL DI DAERAH
ENDEMIS SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA
Disusun oleh:
Ahmad Erlan, dkk
No. APKESI : 20190147764
BALAI LITBANG KESEHATAN DONGGALA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2019
2
3
4
5
6
7
3. SUSUNAN TIM PENELITI
No Nama Keahlian/
Kesarjanaan Kedudukan dalam Tim
Uraian Tugas
1 Muh. Faozan, SKM, MPH Kepala Balai Litbangkes Donggala
Pengarah Memberikan arahan kegiatan riset
2 Sitti Chadijah, SKM, MSi Kepala Seksi Yanlit Pengarah Memberikan arahan kegiatan riset
3 Prof. Dr. M. Sudomo Ahli Schistosomiasis Narasumber Memberikan masukan kegiatan riset
4 Ahmad Erlan, SKM, MPH S2 Kesmas Ketua Pelaksana
Mengkoordinir kegiatan riset
5 Junus Widjaja, SKM, MSc S2 Kedokteran Tropis Anggota tim Bertanggung jawab dalam koordinasi dgn lintas sektor
6 Anis Nur Widayati, S.Si, MSc S2 Kedokteran Tropis Anggota tim Bertanggung jawab dalam pendampingan tim peda’
7 Ningsi, S.Sos,MSi S2 Antropologi Anggota tim Bertanggungjawab pendampingan tim mobasa
8 Malonda Maksud, SKM S1 Kesmas Anggota tim Bertanggung jawab penyusunan peraturan desa
9 drh.Intan Tolistiawaty Dokter hewan Anggota tim Bertanggung jawab pendampinagn tim mepaturo
10 Murni, S.Si S1 Biologi Anggota tim Membantu dalam pertemuan advokasi dan penyusunan laporan
11 Hasrida Mustafa, S.Si S1 Biologi Anggota tim Membantu dalam pertemuan rekomendasi kebijakan dan penyusunan laporan
12 Ni Nyoman Veridiana, SKM, M.Kes
S2 Kesehatan Masyarakat
Anggota tim Membantu pendampingan tim Mobasa
13 Resmiwaty, S.Sos, M.Hum S2 Humaniora Anggota tim Bertanngung jawab dalam pengumpulan data kualitatif
14 Hapsa, S.Sos, M.A S2 Antropologi Anggota tim Membantu dalam pengumpulan data kualitatif
15 M. Junaidi, S.Sos, M.A S2 Antropologi Anggota tim Membantu dalam pengumpulan data kualitatif
16 Alamsyah M. Nur, S.IP, M.Si S2 Sospol Anggota tim Membantu dalam pengumpulan data kualitatif
17 Muh. Arif, S.IP, M.Si S2 Sospol Anggota tim Membantu dalam pengumpulan data kualitatif
18 Ikhtiar Hatta, S.Sos, M.Hum S2 Humaniora Anggota tim Membantu dalam pengumpulan data kualitatif
19 Andi Tenriangka S1 Sospol Administrasi Bertanggung jawab dalam administrasi penelitian
20 Avib Vebrianto S1 Sospol Administrasi Membantu dalam administrasi penelitian
8
10
6. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan dan ilmu yang bermanfaat sehingga laporan hasil penelitian dengan judul; Evaluasi
Pengendalian Schistosomiasis Oleh Lintas Sektor Dan Implementasi Bada Model Di Daerah
Endemis Schistosomiasis Di Indonesia, bisa selesai disusun. Laporan hasil penelitian ini
berisi tentang pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah kami
laksanakan selama kurang lebih 9 bulan. Penelitian dilakukan sebagian besar di Kecamatan
Lore Barat di lembah Bada Kabupaten Poso.
Sebagai manusia tentunya masih banyak kekurangan dari isi laporan ini, untuk itu
kiranya kami akan sangat senang jika mendapat masukan ataupun kritikan dari berbagai
pihak demi perbaikan menuju kesempurnaan laporan ini. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Kepala Balai Litbangkes Donggala atas kesempatan, izin dan segala dukungan yang
diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
komisi etik dan Panitia Pembina Ilmiah Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Badan
Litbangkes yang telah memberikan masukan serta bimbingan atas pelaksanaan penelitian ini.
Akhirnya, penulis sangat berterimakasih kepada teman-teman yang telah membantu
memberikan bahan acuan maupun diskusi dalam penyusunan laporan ini. Penulis
memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka yang membantu secara langsung
maupun tidak langsung selama mempersiapkan maupun penyusunan laporan ini. Semoga
laporan penelitian ini bermanfaat dan bisa menjadi acuan bagi desa-desa endemis
schistosomiasis dalam pengendalian schistosomiasis.
Donggala, Desember 2019
Ahmad Erlan, SKM, MPH
11
7. RINGKASAN EKSEKUTIF
Evaluasi Pengendalian Schistosomiasis Oleh Lintas Sektor Dan Implementasi
Bada Model Di Daerah Endemis Schistosomiasis Di Indonesia
Ahmad Erlan, Muh. Faozan, Sitti Chadijah, Junus Widjaja, Anis Nurwidayati, Ningsi,
Malonda, Intan, Murni, Hasrida, Resmiwaty, Ikhtiar, Hapsa, Junaidi
Upaya eliminasi penyakit tropis terabaikan menjadi salah satu prioritas pada RPJMN
2015-2019. Hal ini sejalan dengan Agenda Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs), khususnya salah satu target pada tujuan ketiga SDGs, yaitu
mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis terabaikan (neglected
tropical diseases) lainnya serta memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan melalui air dan
penyakit menular lainnya. Schistosomiasis atau penyakit demam keong, merupakan salah
satu penyakit tropis terabaikan, yang hanya ditemukan endemis di 28 desa yang tersebar di
dua kabupaten (Sigi dan Poso) di Provinsi Sulawesi Tengah. Upaya pengendalian penyakit
ini telah berjalan setidaknya dalam 35 tahun terakhir, dan memberikan pembelajaran bahwa
eradikasi penyakit ini harus melalui pendekatan lintas sektor, secara serentak pada
lokasi/desa-desa endemis tersebut.
Sejak ditetapkannya eradikasi schistosomiasis pada tahun 2019, Bappenas
mengkoordinasikan secara intensif pengendalian schistosomiasis sejak Mei 2017. Rangkaian
proses koordinasi ini meliputi antara lain dukungan penyusunan roadmap eradikasi
schistosomiasis, pemetaan dan sinkronisasi Dana Alokasi Khusus yang mendukung upaya
pengendalian schistosomiasis, pembahasan lanjutan di tingkat pimpinan Kementerian
PPN/Bappenas, dan pembahasan dukungan APBN dan DAK dengan lintas kementerian dan
Pemerintah Daerah. Roadmap yang disusun sejak Juli 2017 dengan melibatkan Pemerintah
Daerah dan Kementerian/Lembaga ini, digunakan dalam perencanaan, penganggaran, dan
evaluasi capaian tahunan Pemerintah Daerah dan lintas sektor untuk mewujudkan komitmen
bersama menuju eradikasi schistosomiasis di Indonesia.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi kegiatan pengendalian
schistosomiasis oleh lintas sektor berdasarkan roadmap eradikasi schistosomiasis dan
menginisiasi upaya pengendalian schistosomiasis dengan penerapan konsep implemetasi
Bada Model. Tujuan khususnya adalah menganalisis kegiatan pengendalian keong perantara
oleh lintas sektor di daerah endemis schistosomiasis berdasarkan roadmap pengendalian
schistosomiasis. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan
pengendalian keong perantara schistosomiasis. Mengimplementasikan konsep bada model:
12
Penyusunan Peraturan Desa tentang Pengendalian Deman Keong, Pembentukan Tim
Pengendali Schistosomiasis Desa, Pengendalian daerah fokus keong Onchomelania hupensis
lindoensis, Peningkatan kapasitas masyarakat, guru dan anak sekolah, dan Penguatan fungsi
Puskesmas dan Laboratorium Schistosomiasis dalam pengendalian schistosomiasis.
Sebanyak dua puluh (20) orang informan lintas sektor yang telah dilakukan
wawancara mendalam. Program pengendalian Schistosomiasis yang digawangi oleh Dinas
Kesehatan sebagai upaya mengeliminir penyebaran penyakit Schistosomiasis telah lama
dilaksanakan, terutama oleh Dinas Kesehatan. Sejak ditemukannya penyakit ini Dinas
Kesehatan telah terlibat dalam mengobati dan mencegah penyebaran penyakit
Schistosomiasis. Hanya saja keterlibatan Dinas Kesehatan secara serius dalam Program
Pengendalian Schistosomiasis dimulai sejak penyusunan Roadmap Eradikasi Schistosomiasis
di Indonesia tahun 2018 - 2020. Pelaksanaan program ini melibatkan berbagai instansi terkait,
seperti: Dinas Peternakan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), BAPPEDA,
Dinas Tanaman Pangan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan, serta Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). Secara keseluruhan pelaksanaan program ini
menggunakan anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun besarannya dan sumber
anggaran lainnya berbeda-beda di tiap-tiap instansi. Keterlibatan mereka dalam program ini
juga diserahi wewenang sesuai dengan kapasitas dan tupoksi masing-masing. Namun
demikian dalam realisasi program semua instansi pada umumnya tidak menemukan kendala
yang berarti di lapangan. Kendala terberat hanyalah di penganggaran yang dianggap terlalu
sedikit, sehingga ada beberapa program yang realisasinya tertunda atau bahkan tidak
terlaksana sama seka